bab 4 pengumpulan, pengolahan dan analisis datathesis.binus.ac.id/doc/bab4/2012-1-00667-tias...
TRANSCRIPT
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS
DATA
4.1 Pengumpulan Data & Analisis Pemilihan Pemasok
4.1.1 Hierarki Keputusan Pemilihan Pemasok
Pada proyek D80N (D64G), PT. XXXX menetapkan sejumlah kriteria
yang digunakan perusahaan dalam menentukan pemasok sensor, knock
control, yaitu kriteria waktu pengembangan dan persiapan peralatan produksi,
kriteria waktu pengiriman, kriteria persentase cacat produksi, kriteria
kapasitas produksi dan kriteria harga jual. Sedangkan alternatif pemasok yang
dimiliki PT. XXXX untuk sensor, knock control proyek D80N (D64G) ada 3
pemasok, yaitu DNJP Daian Japan yang merupakan pemasok saat ini untuk
sensor, knock control di PT. XXXX pada model-model mesin kendaraan
produksi PT. ABC sebelumnya, DNCQ Chongqing China yang merupakan
pemasok saat ini di PT. XXXX untuk beberapa komponen yang digunakan
pada kendaraan roda dua, dan HDVM Hanoi Vietnam yang saat ini juga
merupakan pemasok di PT. XXXX. Penetapan alternatif pemasok ini adalah
57
alternatif yang diusulkan oleh DENSO Corporation Japan sebagai induk
perusahaan dari PT. XXXX.
Sesuai dengan langkah awal dalam melakukan analisis AHP, pada
tahap ini, informasi mengenai kriteria-kriteria pemilihan dan alternatif
pemasok sensor, knock control proyek D80N (D64G) digambarkan melalui
hierarki keputusan pemilihan pemasok dibawah ini :
Gambar 4.1 Struktur Hierarki Keputusan Pemilihan Pemasok Sensor, Knock Control
Keterangan :
a. Tingkat – 1 : Tujuan Hierarki Keputusan
b. Tingkat – 2 : Kriteria Yang Ditetapkan
c. Tingkat – 3 : Alternatif Pemasok Yang Diberikan
Untuk lebih memahami kriteria-kriteria pemilihan dan alternatif pemasok
yang digambarkan diatas, selanjutnya akan dijelaskan secara lebih terperinci
58
deskripsi tentang kriteria pemilihan serta informasi mengenai alternatif
pemasok yang dimiliki PT. XXXX.
A. Kriteria Pemilihan Pemasok
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
Waktu pengembangan yang dimaksud merupakan waktu
pengembangan komponen dimulai sejak RDDP (Request Design &
Development Part) dokumen yang dikeluarkan secara resmi oleh PT.
ABC diterima oleh PT. XXXX hingga komponen tersebut siap
dikirimkan ke PT. ABC dengan kondisi Off Tool & Off Process yaitu
kondisi dimana komponen dibuat dengan aktual peralatan dan aktual
proses seperti pada saat produksi massal (mass production). Waktu
pengembangan ini pada dasarnya meliputi waktu pengembangan
desain dan spesifikasi komponen, waktu persiapan peralatan, waktu uji
coba produksi dan pengecekan kualitas, hingga waktu pelatihan
operator. Sedangkan waktu persiapan peralatan produksi secara
spesifik dapat diartikan sebagai waktu persiapan peralatan produksi
yang khusus dibuat untuk proses pembuatan komponen, dimana
umumnya meliputi moulding die dan jig. Dalam pengambilan data
kriteria waktu pengembangan dan persiapan peralatan produksi
digunakan format standard yang ditetapkan perusahaan yaitu Format
59
No.1 PPP (Part Preparation Plan) dan Format No.2 TPR (Tooling
Progress Report) yang dapat dilihat pada lampiran pengambilan data.
Waktu Pengiriman
Waktu pengiriman yang dijadikan kriteria pemilihan pemasok adalah
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman komponen dari
pemasok hingga sampai di gudang penyimpanan PT. XXXX. Waktu
pengiriman komponen yang digunakan sebagai dasar analisis
pemilihan pemasok adalah waktu pengiriman komponen pada kondisi
normal yaitu pengiriman dengan transportasi laut (by sea delivery) dan
pada kondisi abnormal/darurat yaitu pengiriman dengan transportasi
udara (by air delivery). Data mengenai waktu pengiriman komponen
diambil dari informasi yang disampaikan oleh production control
department PT. XXXX dengan menggunakan format standard yang
ditetapkan perusahaan yaitu Format No.19 Lead Time Estimation
Sheet dan dapat dilihat pada lampiran pengambilan data.
Persentase Cacat Produksi
Persentase cacat produksi menjadi hal yang penting dalam pemilihan
pemasok, karena dengan kondisi estimasi produksi proyek D80N
(D64G) yang cukup tinggi, kondisi produksi pemasok diharapkan
60
mampu memenuhi permintaan PT. XXXX dengan kondisi
keterlambatan pengiriman yang seminimal mungkin. Untuk mencapai
kondisi tersebut, salah satu langkah yang perlu dicermati adalah
persentase cacat produksi, karena dengan persentase cacat produksi
yang relatif rendah pemenuhan permintaan PT. XXXX akan dapat
dipenuhi tepat pada waktunya, sedangkan dengan persentase cacat
produksi yang tinggi pemenuhan permintaan PT. XXXX cenderung
akan mengalami hambatan atau bahkan kemungkinan penundaan
akibat dari adanya penambahan waktu untuk proses perbaikan cacat
produksi yang terjadi. Dalam pemilihan pemasok ini persentase cacat
produksi diambil dari data uji coba produksi pada tingkat permintaan
yang tinggi mengikuti kondisi produksi massal, dengan harapan
kondisi pengambilan data dapat menggambarkan aktual kondisi pada
saat produksi massal. Dalam pengambilan data persentase cacat
produksi digunakan format standard yang ditetapkan perusahaan yaitu
Format No.9 Mass Pro Trial HVPT (High Volume Production Trial)
yang dapat dilihat pada lampiran pengambilan data.
Kapasitas Produksi
61
Salah satu faktor yang juga dipertimbangkan PT. XXXX dalam
pemilihan pemasok adalah kapasitas produksi sensor, knock control
yang dimiliki oleh pemasok.
Kondisi kapasitas produksi pemasok harus mampu untuk memenuhi
target produksi proyek D80N (D64G) mempertimbangkan PT. XXXX
hanya menggunakan satu pemasok saja sesuai kebijakan perusahaan.
Dalam pengambilan data, dipisahkan antara target produksi sensor,
knock control dengan komponen yang lain yang juga diproduksi saat
ini oleh masing-masing pemasok dan dipisahkan pula kapasitas yang
dialokasikan untuk PT. ABC dan pelanggan selain PT. ABC. Dalam
pengambilan data kapasitas produksi digunakan format standard yang
ditetapkan perusahaan yaitu Format No.8 Production Capacity yang
dapat dilihat pada lampiran pengambilan data.
Harga Jual
Faktor yang tidak kalah penting dan menjadi salah satu fokus dalam
pemiilihan pemasok adalah mengenai harga jual komponen dari
pemasok dengan PT. XXXX. Pada dasarnya penetapan harga jual
pokok komponen ditentukan oleh DENSO Corporation Japan sebagai
induk perusahaan PT. XXXX. Didasarkan pada kondisi PT. XXXX
62
yang merupakan sales company, sebagaimana dijelaskan sebelumnya
alternatif pemasok untuk sensor, knock control ditentukan oleh
DENSO Corporation Japan dari beberapa overseas group company
PT. XXXX (yaitu perusahaan-perusahaan yang merupakan bagian dari
DENSO Corporation Affiliate yang lokasinya berada di luar negeri).
Perbedaan harga antara masing-masing pemasok terletak pada import
duty yang ditetapkan pemerintah serta target keuntungan masing-
masing pemasok. Import duty merupakan satuan nilai yang
menggambarkan besaran pajak yang ditetapkan pemerintah atas
masuknya sejumlah produk ke dalam negeri dimana satuan nilai ini
didasarkan atas tipe, berat, ukuran dan beberapa kriteria lain. Pada PT.
XXXX import duty dinilai dalam bentuk persentase atas harga jual
pokok yang telah ditetapkan oleh DENSO Corporation Japan.
Harga jual yang dinilai pada pemilihan pemasok ini merupakan harga
jual yang telah ditetapkan untuk masing-masing pemasok pada awal
pengembangan komponen, dan dalam pengambilan data harga jual
digunakan format standard yang ditetapkan perusahaan yaitu Price
Quotation Project yang dapat dilihat pada lampiran pengambilan data.
B. Alternatif Pemasok
63
Pada hierarki keputusan pemilihan pemasok, dapat dilihat pada tingkat 2
bahwa dalam pemilihan pemasok sensor, knock control, ada 3 alternatif
pemasok yang menjadi kandidat, yaitu :
DNJP (Daian, Japan)
DNJP Daian Plant terletak di 1530 Monzen, Daian-cho, Inabe, Mie
Prefecture 511-0296, Japan. Merupakan salah satu dari 6 pabrik
terbesar DENSO Corporation Japan yang ada di Jepang selain Anjo
Plant, Kota Plant, Nishio Plant, Toyohashi Plant, dan Takatana Plant.
Saat ini DNJP Daian merupakan pabrik spesialis serta pusat produksi
DENSO Corporation Japan untuk seluruh jenis komponen yang
termasuk kedalam Engine Control System & Power Train bagi seluruh
pelanggan baik di Jepang (domestik) maupun ekspor. Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, saat ini untuk seluruh komponen Engine
Control System & Power Train, PT. XXXX menerima pasokan
komponen dari DNJP Daian termasuk di dalam nya adalah sensor,
knock control untuk tipe mesin kendaraan EJ, K3, dan 3SZ-VE.
64
Gambar 4.2 Pabrik DNJP Daian, Japan
DNCQ (Chongqing, China)
DNCQ Chongqing Plant terletak di No. 55 Baihe Road, Nanping,
Chongqing Economic & Technological Development Zone,
Chongqing, 630060, China. Merupakan salah satu DENSO
Corporation Affiliate yang menjadi basis produksi magnetic clutch di
asia selain Indonesia dengan Jepang sebagai pusat pengembangan
produk. Pada dasarnya untuk kondisi saat ini DNCQ belum
mempunyai pengalaman dalam memproduksi sensor, knock control.
Saat ini selain magnetic clutch, DNCQ juga memproduksi sensor,
crank position dan sensor, inlet temperature yang juga merupakan
Engine Control System & Power Train Parts dengan kapabilitas
proses produksi yang baik, selain itu kondisi kapasitas produksi
DNCQ saat ini menjadi faktor pertimbangan.
65
Gambar 4.3 Pabrik DNCQ Chongqing, China
HDVM (Hanoi, Vietnam)
HDVM Hanoi Plant terletak di Plot E-1, Thang Long Industrial Park,
Dong Anh Dist., Hanoi, Vietnam. Merupakan salah satu DENSO
Corporation Affiliate di kawasan asia tenggara yang menjadi basis
produksi Engine Control System & Power Train termasuk di dalam
nya sensor, knock control. HDVM pada saat ini pun sudah menjadi
pemasok bagi PT. XXXX untuk Air Flow Meter dan beberapa
komponen mesin lainnya untuk kendaraan roda dua. Untuk sensor,
knock control, saat ini produksi di HDVM hanya untuk pemenuhan
pelanggan dalam negeri saja.
66
Gambar 4.4 Pabrik HDVM Hanoi, Vietnam
4.1.2 Analisis Pemilihan Pemasok Dengan Metode AHP
Pada tahap ini akan dilakukan serangkaian tahapan analisis AHP dalam
melakukan pemilihan pemasok sensor, knock control proyek D80N (D64G).
1. Matriks Perbandingan Berpasangan & Pembobotan
Setelah pengambilan data selesai dilakukan, maka dimulai langkah
analisis pemilihan pemasok dengan metode AHP yang dilakukan secara
manual. Langkah awal dimulai dengan pembuatan matriks perbandingan
berpasangan untuk selanjutnya diberikan nilai pembobotan pada hubungan
antar pemasok pada masing-masing kriteria yang telah ditetapkan. Pada
tahapan ini sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, matriks
67
perbandingan berpasangan didapat dari hasil pengolahan data kuesioner
dengan narasumber project leader D80N (D64G).
Berikut merupakan nilai pembobotan pada matriks perbandingan
berpasangan untuk masing-masing kriteria yang telah ditetapkan serta
penjumlahan kolom pada masing-masing alternatif pada tabel.
Tabel 4.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Waktu Pengembangan dan
Persiapan Peralatan Produksi
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi DNCQ DNJP HDVM
DNCQ 1 1/7 1/5 DNJP 7 1 3 HDVM 5 1/3 1 Jumlah Kolom 13 1 1/2 4 1/5
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Waktu Pengiriman
Waktu Pengiriman DNCQ DNJP HDVM DNCQ 1 1/3 1/5 DNJP 3 1 1/3 HDVM 5 3 1 Jumlah Kolom 9 4 1/3 1 ½
Sumber : Hasil Pengolahan
68
Tabel 4.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Persentase Cacat Produksi
Persentase Cacat Produksi DNCQ DNJP HDVM DNCQ 1 1/5 1/3 DNJP 5 1 3 HDVM 3 1/3 1 Jumlah Kolom 9 1 1/2 4 1/3
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.4 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi DNCQ DNJP HDVM DNCQ 1 3 1/5 DNJP 1/3 1 1/7 HDVM 5 7 1 Jumlah Kolom 6 1/3 11 1 1/3
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Harga Jual
Harga Jual DNCQ DNJP HDVM DNCQ 1 3 1/3 DNJP 1/3 1 1/5 HDVM 3 5 1 Jumlah Kolom 4 1/3 9 1 1/2
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.6 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
69
Kriteria
Waktu
Pengembangan
dan Persiapan Peralatan Produksi
Waktu
Pengiriman
Persentase C
acat Produksi
Kapasitas
Produksi
Harga Jual
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
1 5 2 3 1
Waktu Pengiriman 1/5 1 1/3 1/3 1/5 Persentase Cacat Produksi 1/2 3 1 2 1/3
Kapasitas Produksi 1/3 3 1/2 1 1/5 Harga Jual 1 5 3 5 1 Jumlah Kolom 3 1/30 17 6 5/6 11 1/3 2 3/4
Sumber : Hasil Pengolahan
2. Normalisasi Matriks
Langkah selanjutnya dalam analisis AHP adalah melakukan normalisasi
matriks perbandingan berpasangan, dengan cara membagi nilai bobot pada
tiap-tiap cell kolom pada tabel dengan nilai jumlah kolomnya, sehingga
nilai normalisasi matriks adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Normalisasi Matriks Kriteria Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan
Produksi
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi DNCQ DNJP HDVM
DNCQ 1/13 3/31 1/21 DNJP 7/13 21/31 5/7 HDVM 5/13 7/31 5/21
Sumber : Hasil Pengolahan
70
Tabel 4.8 Normalisasi Matriks Kriteria Waktu Pengiriman
Waktu Pengiriman DNCQ DNJP HDVM DNCQ 1/9 1/13 3/23 DNJP 1/3 3/13 5/23 HDVM 5/9 9/13 15/23
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.9 Normalisasi Matriks Kriteria Persentase Cacat Produksi
Persentase Cacat Produksi DNCQ DNJP HDVMDNCQ 1/9 3/23 1/13 DNJP 5/9 15/23 9/13 HDVM 1/3 5/23 3/13
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.10 Normalisasi Matriks Kriteria Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi DNCQ DNJP HDVMDNCQ 3/19 3/11 7/47 DNJP 1/19 1/11 5/47 HDVM 15/19 7/11 35/47
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.11 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Harga Jual
Harga Jual DNCQ DNJP HDVMDNCQ 3/13 1/3 5/23 DNJP 1/13 1/9 3/23 HDVM 9/13 5/9 15/23
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.12 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
71
Kriteria
Waktu
Pengembangan
dan Persiapan Peralatan Produksi
Waktu Pengirim
an
Persentase Cacat
Produksi
Kapasitas
Produksi
Harga Jual
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
30/91 5/17 12/41 9/34 15/41
Waktu Pengiriman 6/91 1/17 2/41 1/34 3/41 Persentase Cacat Produksi 15/91 3/17 6/41 3/17 5/41
Kapasitas Produksi 10/91 3/17 3/41 3/34 3/41 Harga Jual 30/91 5/17 18/41 15/34 15/41
Sumber : Hasil Pengolahan
3. Derajat Eigen Vektor (λ)
Setelah matriks perbandingan berpasangan di normalisasi, langkah
selanjutnya adalah menghitung nilai eigen vektor pada tiap-tiap alternatif
untuk masing-masing kriteria pemilihan dengan cara menghitung rata-rata
baris pada masing-masing cell baris untuk nantinya akan direkap nilainya
guna penentuan skoring alternatif sehingga memudahkan dalam penentuan
alternatif terpilih. Nilai eigen vektor pada seluruh tabel matriks
perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13 Eigen Vektor Kriteria Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan
Produksi
72
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
DNCQ DNJP HDVM Rata-Rata Baris
DNCQ 1/13 3/31 1/21 2/27 DNJP 7/13 21/31 5/7 9/14 HDVM 5/13 7/31 5/21 28/99
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.14 Eigen Vektor Kriteria Waktu Pengiriman
Waktu Pengiriman DNCQ DNJP HDVM Rata-Rata Baris
DNCQ 1/9 1/13 3/23 7/66 DNJP 1/3 3/13 5/23 25/96 HDVM 5/9 9/13 15/23 19/30
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.15 Eigen Vektor Kriteria Persentase Cacat Produksi
Persentase Cacat Produksi DNCQ DNJP HDVM
Rata-Rata Baris
DNCQ 1/9 3/23 1/13 7/66 DNJP 5/9 15/23 9/13 19/30 HDVM 1/3 5/23 3/13 25/96
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.16 Eigen Vektor Kriteria Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi DNCQ DNJP HDVM Rata-Rata Baris
DNCQ 3/19 3/11 7/47 17/88 DNJP 1/19 1/11 5/47 1/12 HDVM 15/19 7/11 35/47 34/47
73
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.17 Eigen Vektor Kriteria Harga Jual
Harga Jual DNCQ DNJP HDVM Rata-Rata Baris
DNCQ 3/13 1/3 5/23 25/96 DNJP 1/13 1/9 3/23 7/66 HDVM 9/13 5/9 15/23 19/30
Sumber : Hasil Pengolahan
Tabel 4.18 Eigen Vektor Antar Kriteria
Kriteria
Waktu
Pengembangan
dan Persiapan Peralatan Produksi
Waktu Pengirim
an
Persentase Cacat
Produksi
Kapasitas
Produksi
Harga Jual
Rata-Rata Baris
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
30/91 5/17 12/41 9/34 15/41 4/13
Waktu Pengiriman 6/91 1/17 2/41 1/34 3/41 5/99 Persentase Cacat Produksi 15/91 3/17 6/41 3/17 5/41 4/27
Kapasitas Produksi 10/91 3/17 3/41 3/34 3/41 5/64
74
Harga Jual 30/91 5/17 18/41 15/34 15/41 27/65
Sumber : Hasil Pengolahan
4. Rekap Nilai Eigen Vektor (λ)
Setelah nilai eigen vektor didapatkan, dilakukan rekap nilai eigen vektor
masing-masing alternatif pemasok untuk semua kriteria pemilihan serta
rekap nilai eigen vektor antar kriteria pemilihan.
Berikut adalahh rekap nilai eigen vektor untuk masing-masing alternatif
pemasok terhadap tiap-tiap kriteria pemilihan yang telah ditetapkan,
Tabel 4.19 Rekap Nilai Eigen Vektor Alternatif Pemasok
Kriteria Terhadap Alternatif Pemasok
Waktu
Pengembangan
dan Persiapan Peralatan Produksi
Waktu
Pengiriman
Persentase C
acat Produksi
Kapasitas
Produksi
Harga Jual
DNCQ 0.0738 0.1062 0.1062 0.1932 0.2605DNJP 0.6434 0.2605 0.6333 0.0833 0.1062HDVM 0.2828 0.6333 0.2605 0.7235 0.6333
Sumber : Hasil Pengolahan
75
Dari tabel nilai diatas, selanjutnya dibuat grafik yang membantu
memberikan gambaran perbandingan nilai masing-masing alternatif
pemasok sebagai berikut :
a) Kriteria Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
Sumber : Hasil Pongolahan
Grafik 4.1 Peringkat Pemasok Kriteria Waktu Pengembangan dan Persiapan
Peralatan Produksi
Dari hasil grafik perbandingan diatas, dapat terlihat bahwa DNJP
Daian merupakan alternatif pemasok yang memiliki nilai tertinggi
dibandingkan alternatif pemasok lainnya, hal ini dikarenakan DNJP
Daian yang merupakan pusat pengembangan sensor, knock control
sehingga waktu pengembangan serta persiapan peralatan produksi
cenderung bisa diminimalkan karena faktor pengalaman dan
kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki.
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
DNCQ DNJP HDVM
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
DNCQ
DNJP
HDVM
76
Sedangkan untuk nilai terendah didapat oleh alternatif pemasok
DNCQ Chongqing, hal ini dikarenakan kondisi saat ini pemasok
tersebut belum mempunyai pengalaman dalam memproduksi sensor,
knock control sehingga waktu pengembangan produk akan lebih lama
terutama dalam konfirmasi hasil kualitas. Untuk peralatan produksi
terutama lini produksi akan menjadi pertimbangan tersendiri
mengingat DNCQ Chongqing akan membutuhkan lini produksi baru
dan mengakibatkan waktu persiapan bagi DNCQ Chongqing menjadi
yang terpanjang jika dibandingkan dengan alternatif pemasok lainnya
yang saat ini sudah mempunyai lini produksi untuk produksi sensor,
knock control.
b) Kriteria Waktu Pengiriman
77
Sumber : Hasil Pengolahan
Grafik 4.2 Peringkat Pemasok Kriteria Waktu Pengiriman
Untuk kriteria waktu pengiriman, HDVM Hanoi memiliki nilai
tertinggi dibandingkan alternatif pemasok lainnya dikarenakan jarak
pemasok yang cenderung paling dekat dengan PT. XXXX
dibandingkan dengan pemasok lainnya sehingga dalam waktu
pengiriman normal melalui jalur pengiriman laut (by sea delivery)
akan membutuhkan waktu yang lebih singkat dari alternatif pemasok
lainnya. Selain itu kondisi negara Vietnam yang merupakan anggota
negara-negara ASEAN memberikan kemudahan dalam administrasi
serta proses pengiriman untuk keperluan bisnis/industri.
Sebaliknya untuk DNCQ Chongqing, selain karena kondisi negara
yang lebih jauh sehingga menyebabkan waktu normal pengiriman
menjadi lebih panjang, informasi yang diberikan production control
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
DNCQ DNJP HDVM
Waktu Pengiriman
DNCQ
DNJP
HDVM
c
departme
ketat dal
faktor pe
c) Kriteria P
Gra
Pada kri
menunjuk
menjadi
dengan H
paling r
pengalam
control ji
ent PT. XXX
lam proses p
rtimbangan
Persentase C
afik 4.3 Perngk
iteria persen
kkan bahwa
yang palin
HDVM Han
rendah, ha
man DNCQ
ika dibandin
XX bahwa k
pengiriman
dalam mene
Cacat Produk
Sumber : Ha
kat Pemasok K
ntase cacat
a pengalama
g baik dari
noi serta D
l ini sang
Chongqing
ngkan dengan
kondisi peme
produk ke
entukan prior
ksi
asil Pengolahan
Kriteria Persent
produksi,
an dan kapab
i semua alt
NCQ Chon
gat dimung
g dalam me
n alternatif p
erintah Chin
luar negeri
ritas.
n
tase Cacat Prod
hasil trial
bilitas DNJP
ternatif pem
ngqing deng
gkinkan da
mproduksi
pemasok lain
na yang sang
juga menja
duksi
yang didap
P Daian mas
masok diikut
gan nilai ya
ari minimn
sensor, kno
nnya.
78
gat
adi
pat
sih
tin
ang
nya
ock
79
d) Kapasitas Produksi
Sumber : Hasil Pengolahan
Grafik 4.4 Peringkat Pemasok Kriteria Kapasitas Produksi
Pada kriteria kapasitas produksi, HDVM Hanoi memiliki nilai
tertinggi, hal ini didasarkan atas perbandingan antara kapasitas
produksi dengan tingkat produksi yang dimiliki HDVM Hanoi saat ini
adalah yang paling rendah yang menunjukkan HDVM Hanoi
merupakan alternatif pemasok yang terbaik dalam hal kapasitas
produksi jika dibandingkan dengan DNJP Daian yang sudah sangat
tinggi tingkat produksinya dikarenakan kondisinya yang merupakan
pusat produksi komponen Engine Control System & Power Train
secara global. Sedangkan DNCQ Chongqing, meskipun kapasitas
produksi yang dimiliki saat ini juga baik, minimnya pengalaman
dalam memproduksi sensor, knock control serta persentase cacat
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
DNCQ DNJP HDVM
Kapasitas Produksi
DNCQ
DNJP
HDVM
e
S
k
produksi
memberik
e) Harga Ju
Pada krit
diikuti d
dikarenak
rendah ji
Daian.
Setelah kond
kriteria didap
yang dimili
kan bobot pe
ual
Grafik 4.5
teria harga j
dengan DN
kan, nilai i
ika dibandin
disi penilaia
pat, selanjutn
iki memberi
enilaian.
Sumber : Ha
5 Peringkat Pem
jual, nilai t
NCQ Chong
import duty
ngkan denga
an (skoring)
nya dibuat ta
ikan pertimb
asil Pengolahan
masok Kriteria
tertinggi dim
gqing dan
y yang dibe
an DNCQ C
) masing-ma
abel rekapitu
bangan PT.
n
a Harga Jual
miliki oleh H
DNJP Da
ebankan cen
Chongqing m
asing pema
ulai antar kri
XXXX dala
HDVM Han
aian. Hal
nderung leb
maupun DN
sok pada ti
iteria :
80
am
noi
ini
bih
NJP
iap
81
Tabel 4.20 Rekap Nilai Eigen Vektor Antar Kriteria
Kriteria Terhadap Kriteria Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi 0.3077
Waktu Pengiriman 0.0505
Persentase Cacat Produksi 0.1483
Kapasitas Produksi 0.0782
Harga Jual 0.4154
Sumber : Hasil Pengolahan
grafik perbandingan nilai dari tabel rekapitulasi eigen vektor diatas adalah
sebagai berikut :
Sumber : Hasil Pengolahan
Grafik 4.6 Nilai Eigen Vektor Antar Kriteria
Berdasarkan hasil rekap nilai eigen vektor dan grafik perbandingan yang
dibuat, terlihat bahwa kriteria harga jual merupakan faktor dominan yang
dipertimbangkan PT. XXXX dalam melakukan pemilihan pemasok
0.00000.05000.10000.15000.20000.25000.30000.35000.40000.4500
Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
Waktu Pengiriman
Persentase Cacat Produksi
Kapasitas Produksi
Harga Jual
82
sensor, knock control diikuti selanjutnya oleh kriteria waktu
pengembangan dan persiapan peralatan produksi sebagai faktor yang juga
penting dalam kaitannya terhadap kepastian pemenuhan target pengiriman
pada setiap jadwal rencana produksi PT. ABC untuk proyek D80N
(D64G), kemudian kriteria persentase cacat produksi, kapasitas produksi
dan waktu pengiriman.
5. Skala Prioritas/Peringkat Final
Langkah akhir dalam menentukan peringkat alternatif pemasok dalam
pemilihan pemasok sensor, knock control adalah proses perkalian antara
nilai eigen vektor pemasok dengan nilai eigen vektor kriteria untuk
mendapatkan nilai penilaian akhir (skoring) analisa AHP. Berikut tabel
hasil perhitungan yang dilakukan serta grafik final perbandingannya :
Tabel 4.21 Rekap Perhitungan Peringkat (Skoring) Analisis AHP
Perhitungan Peringkat (Skoring)
DNCQ (0.0738*0.3077) + (0.1062*0.0505) + (0.1062*0.1483) + (0.2605*0.0782) +
(0.5194*0.4154) = 0.2676
DNJP (0.6434*0.3077) + (0.2605*0.0505) + (0.6333*0.1483) + (0.1062*0.0782) +
(0.1589*0.4154) = 0.3299
HDVM (0.2828*0.3077) + (0.6333*0.0505) + (0.2605*0.1483) + (0.6333*0.0782) +
(0.3217*0.4154) = 0.4025
Sumber : Hasil Pengolahan
83
Sumber : Hasil Pengolahan
Grafik 4.7 Peringkat Final Pemasok
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa HDVM Hanoi memiliki nilai
tertinggi pada peringkat final untuk seluruh kriteria pemilihan. Sehingga
pemasok terpilih hasil analisis AHP untuk sensor, knock control proyek
D80N (D64G) adalah HDVM Hanoi.
6. Uji Konsistensi
Tahap akhir dalam analisis AHP adalah uji konsistensi dengan
menghitung nilai konsistensi ratio (Consistency Ratio = CR) dari proses
analisis yang telah dilakukan.
0.2676
0.3299
0.4025
0.00000.05000.10000.15000.20000.25000.30000.35000.40000.4500
DNCQ DNJP HDVM
Rangking Final
DNCQ
DNJP
HDVM
84
a) Perhitungan Indeks Konsistensi (Consistency Index = CI)
Langkah awal dalam uji konsistensi adalah menghitung nilai indeks
konsistensi. Dalam mencari nilai indeks konsistensi diawali dengan
perkalian matriks antara nilai matriks perbandingan awal antar kriteria
(sebelum normalisasi) dengan nilai rekap eigen vektor antar kriteria,
seperti gambar dibawah ini :
Sumber : Hasil Pengolahan
Gambar 4.5 Perkalian Matriks Indeks Konsistensi
Perkalian matriks diatas dapat disederhanakan sebagai berikut :
Tabel 4.22 Perhitungan Matriks Indeks Konsistensi (Perkalian)
Kriteria Hasil Perkalian Matriks Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
1*(0.3077) + 5*(0.0505) + 2*(0.1483) + 3*(0.0782) +
1*(0.4154) = 1.5065
Waktu Pengiriman 1/5*(0.3077) + 1*(0.0505) +
1/3*(0.1483) + 1/3*(0.0782) + 1/5*(0.4154) =
0.2706
Persentase Cacat Produksi
1/2*(0.3077) + 3*(0.0505) + 1*(0.1483) + 2*(0.0782) +
1/3*(0.4154) = 0.7483
85
Kapasitas Produksi 1/3*(0.3077) + 3*(0.0505) + 1/2*(0.1483) + 1*(0.0782) +
1/5*(0.4154) = 0.4893
Harga Jual 1*(0.3077) + 5*(0.0505) + 3*(0.1483) + 5*(0.0782) +
1*(0.4154) = 1.8111
Jumlah Total Hasil Perkalian 4.8258
Sumber : Hasil Pengolahan
Setelah hasil perkalian didapat, proses dilanjutkan untuk mencari nilai
lamda maksimum (λmaks) yang merupakan hasil bagi antara jumlah
total hasil pembagian nilai pada tabel 4.21 dengan jumlah kriteria (n).
Dimana total hasil pembagian dihitung dengan membagi hasil kali
matriks pada tabel 4.21 dengan nilai rekap eigen vektor tiap kriteria,
seperti dibawah ini :
Tabel 4.23 Perhitungan Matriks Indeks Konsistensi (Pembagian)
Kriteria Hasil Pembagian Waktu Pengembangan dan Persiapan Peralatan Produksi
0.3323 / 0.3077 = 4.8951
Waktu Pengiriman 0.0632 / 0.0505 = 5.3624 Persentase Cacat Produksi 0.1458 / 0.1483 = 5.0476
Kapasitas Produksi 0.0909 / 0.0782 = 6.2581
Harga Jual 0.3678 / 0.4154 = 4.3604
Jumlah Total Hasil
Pembagian 25.9236
Sumber : Hasil Pengolahan
86
Sehingga perhitungan nilai lamda maksimum (λmaks) yang didapat
adalah sebagai berikut :
λmaks = Jumlah Total Hasil Pembagian / n
λmaks = 25.9236 / 5
λmaks = 5.185
Setelah nilai lamda maksimum (λmaks) didapatkan, maka indeks
konsistensi dapat dihitung dengan menggunakan rumusan yang sudah
dijelaskan pada landasan teori, yaitu :
CI = (λmaks – n) / (n-1)
CI = (5.185 – 5) / (5-1)
CI = 0.046.
b) Penentuan Indeks Rasio (Ratio Index = RI)
Indeks ratio ditentukan berdasarkan tabel 2.7, untuk n=5 dimana n
merupakan jumlah kriteria pemilihan, didapat nilai RI = 1.12.
87
c) Perhitungan Konsistensi Ratio (Consistency Ratio = CR)
Sebagaimana telah dijelaskan dalam landasan teori, nilai konsistensi
ratio didapat dari hasil bagi antara indeks konsistensi (Consistency
Index = CI) dengan indeks rasio (Ratio Index = RI), sehingga nilai
konsistensi ratio adalah :
CR = CI / RI
CR = 0.046 / 1.12.11
CR = 0.041
Dengan hasil konsistensi ratio sebesar 0.041 atau 4.1% maka dapat
dikatakan bahwa penilaian yang dilakukan pada matriks perbandingan
berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen dan konsisten.
4.2 Pembuatan Konsep Pengukuran Kinerja Metode SCOR
4.2.1 Konsep Pengukuran SCOR Tingkat 1
Tahap ini merupakan tahap awal dalam pembuatan konsep pengukuran
kinerja rantai pasok, dimana pada tahap ini akan dibuat dan dijelaskan metrik
pengukuran kinerja SCOR tingkat 1. Pada metrik pengukuran kinerja SCOR
tingkat 1, secara umum metrik akan dibagi menjadi 2 dimensi penilaian, yaitu
88
fokus pelanggan dan fokus internal. Fokus pelanggan bertujuan untuk
mengukur sejumlah metrik yang berguna dalam memberikan nilai tambah
bagi pelanggan dan pelanggan berkepentingan di dalam nya. Sedangkan fokus
internal bertujuan untuk mengukur sejumlah metrik yang berguna dalam
mengukur performa internal perusahaan guna evaluasi kinerja namun tidak
langsung menjadi perhatian pelanggan.
Seperti telah dijelaskan pada landasan teori, metrik pengukuran kinerja
SCOR pada tingkat 1 merupakan metrik pengukuran secara umum skema
rantai pasok, sehingga berbeda halnya dengan metrik pada tingkat 2, tingkat 3
dan seterusnya yang merupakan metrik yang terkait khusus pada proses
SCOR tertentu saja, pada tingkat 1 ini metrik pengukuran terkait dengan
berbagai proses SCOR atau bisa disebut lintas proses SCOR (Plan, Source,
Make, Deliver, Return). Adapun metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat 1
yang direncanakan adalah sebagai berikut
Tabel 4.24 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR Tingkat 1
LEVEL 1
Metrik Pengukuran Tingkat 1
Pelanggan Internal
Reliabilitas
Responsivitas
Rantai Pasok
Fleksibilitas R
antai Pasok
Biaya R
antai Pasok
Manajem
en A
set Rantai
Pasok
Pemenuhan Pesanan O Kinerja Pengiriman O
89
Kesesuaian Dengan Standar Mutu O
Siklus Pemenuhan Pesanan O Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan O
Fleksibilitas Pesanan O
Biaya Total Manajemen Rantai Pasok O Siklus Cash-to Cash O Persediaan Harian O
Sumber : Marimin (2009)
Adapun penjelasan tiap-tiap metrik diatas adalah :
1. Pemenuhan Pesanan
Pemenuhan pesanan merupakan metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat
1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan. Metrik ini
mengukur persentase pemenuhan pesanan yang diberikan oleh pelanggan,
baik dalam segi waktu maupun jumlah pesanan.
2. Kinerja Pengiriman
Kinerja pengiriman merupakan metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat
1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan. Metrik ini
mengukur persentase pengiriman pesanan yang tepat waktu sesuai
permintaan pelanggan.
90
3. Kesesuaian Dengan Standar Mutu
Kesesuaian dengan standar mutu merupakan metrik pengukuran kinerja
SCOR tingkat 1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan.
Metrik ini mengukur pengiriman pesanan yang secara mutu/kualitas sesuai
dengan standar yang ditetapkan pelanggan. Pada umumnya, di PT. ABC
metrik ini dinilai dalam bentuk satuan kualitas ppm (part per million).
4. Siklus Pemenuhan Pesanan
Siklus pemenuhan pesanan merupakan metrik pengukuran kinerja SCOR
tingkat 1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan. Metrik
ini mengukur waktu siklus pesanan mulai dari proses SCOR source, make,
hingga deliver.
5. Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan
Jangka waktu pemenuhan pesanan merupakan metrik pengukuran kinerja
SCOR tingkat 1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan.
Metrik ini mengukur jumlah hari sejak produk diproduksi hingga produk
dikirimkan ke pelanggan.
91
6. Fleksibilitas Pesanan
Fleksibilitas pesanan merupakan metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat
1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan. Metrik ini
mengukur persentase kenaikan pesanan pelanggan yang dapat dipenuhi
dalam satu siklus pemenuhan pesanan. Pada PT. XXXX secara umum
maksimal 20% kenaikan pesanan yang dapat dipenuhi dalam satu siklus
pemenuhan pesanan.
7. Biaya Total Manajemen Rantai Pasok
Biaya total manajemen rantai pasok merupakan metrik pengukuran kinerja
SCOR tingkat 1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus pelanggan.
Metrik ini mengukur biaya total yang ditimbulkan dari proses SCOR
dalam rantai pasok (plan + source + make + proces + deliver).
8. Siklus Cash-to Cash
Siklus Cash-to Cash merupakan metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat
1 yang termasuk dalam kategori metrik fokus internal. Metrik ini
mengukur kecepatan rantai pasok dalam mengubah persediaan menjadi
uang, Sidarto (2008) menjelaskan bahwa umumnya perhitungan yang
digunakan dalam mengukur metrik ini didasarkan pada tiga pendekatan
yaitu :
92
a. Rata-rata account recivable (dalam hari) yang merupakan ukuran
seberapa cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima.
b. Rata-rata account payable (dalam hari), yang mengatur kecepatan
perusahaan membayar ke pemasok untuk material / komponen yang
sudah diterima.
c. Rata-rata persediaan (dalam hari, yaitu inventory days of supply).
Sehingga dengan tiga pendekatan tersebut, metrik ini dapat dihitung
sebagai berikut :
Siklus cash-to cash = Rata-rata persediaan + Rata-rata hari account
recivable – Rata-rata of account payable.
9. Persediaan Harian
Persediaan harian merupakan metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat 1
yang termasuk dalam kategori metrik fokus internal. Metrik ini mengukur
lama hari persediaan bisa bertahan untuk melakukan pengiriman ke
pelanggan sampai pasokan produk berikutnya dari pemasok tiba.
Dari penjabaran metrik yang direncanakan diatas, dilakukan wawancara
dengan production control department PT. XXXX untuk fokus internal
sebagai pelaksanan operasional dan marketing department PT. XXXX untuk
93
fokus pelanggan sehingga dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi
kebutuhan dan kemampuan pengukuran di PT. XXXX.
Sehingga metrik akhir penyesuaian tingkat 1 pengukuran kinerja SCOR
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.25 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR Tingkat 1 Penyesuaian
LEVEL 1
Metrik Pengukuran Tingkat 1
Pelanggan Internal
Reliabilitas
Responsivitas
Rantai Pasok
Fleksibilitas R
antai Pasok
Biaya R
antai Pasok
Manajem
en A
set Rantai
Pasok
Pemenuhan Pesanan O Kinerja Pengiriman O
Kesesuaian Dengan Standar Mutu O
Siklus Pemenuhan Pesanan O Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan O
Fleksibilitas Pesanan O
Siklus Cash-to Cash O Persediaan Harian O
Sumber : Hasil Wawancara
Hasil akhir dari penyesuaian adalah eliminasi metrik biaya total manajemen
rantai pasok dikarenakan pertimbangan data yang diperkirakan sulit untuk
dianalisa secara aktual pada pelaksanaannya.
94
4.2.2 Konsep Pengukuran SCOR Tingkat 2
Setelah metrik pengukuran SCOR tingkat 1 selesai didefinisikan,
maka tahap selanjutnya adalah melanjutkan konfigurasi skema rantai pasok
pada tingkat 2 dan tingkat 3 sebagai tahapan paling akhir yang direncanakan.
Pada tahap ini dilakukan proses konfigurasi proses bisnis rantai pasok kondisi
saat ini (as-in) atau kondisi proses bisnis rantai pasok yang diinginkan (to-be)
kedalam 5 proses inti pada SCOR version 6.0 yaitu plan, source, make,
deliver dan return, dimana di dalam nya dijelaskan aliran data dan material
dalam rantai pasok. Pada pembuatan konsep pengukuran kinerja rantai pasok
sensor, knock control proyek D80N (D64G), konfigurasi proses bisnis
didasarkan pada kondisi saat ini agar penerapan pengukuran kinerja SCOR
bisa dilakukan secara langsung setelah pemilihan pemasok selesai dilakukan
oleh manajemen PT. XXXX tanpa perlu adanya proses rekonfigurasi rantai
pasok.
Konfigurasi proses bisnis rantai pasok saat ini yang dimiliki oleh PT.
XXXX kedalam 5 proses inti SCOR dilakukan dengan pembuatan diagram
alir konfigurasi rantai pasok tingkat 2 sebagai tahap awal untuk
mengidentifikasi proses aliran data dan material sehingga dengan demikian
konfigurasi proses bisnis pada tahap selanjutnya yaitu konfigurasi tingkat 3
pun dapat lebih dilakukan dengan lebih baik.
95
Dengan pembuatan diagram alir proses aliran data dan material,
penetapan metrik pengukuran dapat lebih mudah dilakukan karena metrik
didasarkan pada skema aliran proses yang ada. Pada pembuatan diagram alir
proses aliran data dan material, komponen rantai pasok yang dijelaskan
mengikuti konsep SCOR dalam menggambarkan skema rantai pasok yaitu
suppliers’s supplier to customer’s customer, sehingga komponen rantai pasok
untuk sensor, knock control proyek D80N (D64G) dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. PT. XXXX sebagai pemasok sensor, knock control ke PT. ABC.
b. PT. ABC sebagai pelanggan dari PT. XXXX yang merupakan
perusahaan manufaktur kendaraan roda empat sehingga disaat
yang sama juga menjadi pemasok kendaraan bagi dealer tempat
kendaraan roda empat dipasarkan dan dijual.
c. Dealer sebagai pelanggan langsung untuk produk kendaraan roda
empat yang diproduksi PT. ABC.
d. HDVM Hanoi sebagai perusahaan manufaktur dan pemasok
sensor, knock control ke PT. XXXX.
e. Pemasok HDVM Hanoi sebagai pemasok komponen-komponen
pendukung untuk produksi sensor, knock control di HDVM
Hanoi.
96
Dari penjelasan diatas, dibawah ini digambarkan diagram alir konfigurasi
proses aliran data dan material tingkat 2 SCOR,
Diagram 4.1 Diagram Aliran Data & Material Tingkat 2 SCOR
Pada diagram alir diatas, dapat dilihat bahwa 5 proses inti SCOR sudah
dikonfigurasikan dalam aliran data dan material rantai pasok sensor, knock
control proyek D80N (D64G), dimana proses plan diwakilkan dengan simbol
P, proses source dengan simbol S, proses make diwakilkan dengan simbol M,
proses deliver diwakilkan dengan simbol D, dan proses return diwakilkan
dengan simbol DR. Penjabaran 5 proses inti SCOR pada diagram alir diatas
adalah :
97
Plan (P), dijabarkan kedalam 5 proses tingkat 2 yaitu :
• P1 : Perencanaan rantai pasok.
• P2 : Perencanaan pengadaan komponen/kendaraan.
• P3 : Perencanaan produksi komponen/kendaraan.
• P4 : Perencanaan pengiriman komponen/kendaraan.
• P5 : Perencanaan pengembalian komponen/kendaraan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, skema rantai pasok sensor, knock
control proyek D80N (D64G) merupakan rantai pasok untuk kategori produk
make-to-order, oleh karena itu untuk proses source, make dan deliver,
dijabarkan dalam konsep make-to-order.
Source (S), dijabarkan kedalam 1 proses tingkat 2 yaitu :
• S2 : Pengadaan komponen/kendaraan.
Make (M), dijabarkan kedalam 1 proses tingkat 2 yaitu :
• M2 : Produksi komponen/kendaraan.
Deliver (D), dijabarkan kedalam 1 proses tingkat 2 yaitu :
• D2 : Pengiriman komponen/kendaraan.
Return (DR), dijabarkan kedalam 1 proses tingkat 2 yaitu :
98
• DR1 : Pengembalian komponen/kendaraan.
Sehingga total proses inti SCOR yang dijabarkan pada tingkat 2 berkembang
menjadi 9 proses lanjut. Proses-proses ini nantinya akan dijelaskan lebih
lanjut pada tingkat 3 sehingga aktivitas pada masing-masing proses menjadi
lebih terperinci.
4.2.3 Konsep Pengukuran SCOR Tingkat 3
Dari hasil penjabaran proses SCOR tingkat 2, 9 proses yang
dikembangkan akan dijelaskan lebih lanjut dan lebih rinci pada diagram alir
tingkat 3 dengan mendefinisikan proses-proses tersebut diatas menjadi
sejumlah aktivitas operasional yang dilakukan pada skema rantai pasok.
Berikut dijelaskan diagram alir tingkat 3 untuk skema rantai pasok sensor,
knock control proyek D80N (D64G) di PT. XXXX.
99
Diagram 4.2 Diagram Aliran Data & Material Tingkat 3 SCOR
100
Dari penggambaran diagram alir diatas, maka metrik pengukuran kinerja
SCOR pada tingkat 3 yang diperkirakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.26 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR Tingkat 3
LEVEL 3 Keterkaitan
Proses Metrik Pengukuran Tingkat 3
P1 Waktu Penetapan Perencanaan Rantai Pasok
P2 Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Bulanan
P2 Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Mingguan
P3 Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Bulanan P3 Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Mingguan P4 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengiriman Produk
P5 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Produk Cacat
P5 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Box Pengiriman
S2 Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk Bulanan S2 Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk MingguanS2 Rata-Rata Hari Per Perubahan Pengiriman S2 Jumlah Produk Per Pengiriman S2 Persentase Pengiriman Produk On-Time S2 Persentase Pengiriman Dengan Dokumen Sesuai S2 Lama Waktu Proses Administrasi Penerimaan Produk S2 Persentase Pengiriman Produk OK (Bebas Cacat) S2 Persentase Pengiriman Produk Dengan Jumlah Sesuai M2 Persentase Cacat Produksi M2 Waktu Siklus Proses Produksi M2 Waktu Siklus Tes Produk Hasil Produksi M2 Jumlah Produk Per Lot Produksi M2 Utilitas Kapasitas Produksi
D2 Waktu Siklus Penerimaan, Penginputan dan Instruksi Pengiriman
D2 Lama Waktu Persediaan Penyangga
101
D2 Waktu Siklus Pemilihan Jasa Pengiriman D2 Lama Waktu Bongkar Muat D2 Lama Waktu Pengiriman Produk
DR1 Lama Waktu Otorisasi Pengembalian Komponen Cacat DR1 Lama Waktu Konfirmasi Penerimaan Komponen Cacat DR4 Lama Waktu Pengembalian Box Pengiriman DR4 Lama Waktu Penanganan Box Pengiriman
Sumber : Hasil Pengolahan
Dalam menjelaskan metrik diatas, akan dibagi berdasarkan proses
pengembangannya di tingkat 2, sebagai berikut :
• P1 : Perencanaan rantai pasok.
1. Waktu Penetapan Perencanaan Rantai Pasok.
Yaitu metrik yang mengukur waktu penetapan perencanaan rantai
pasok untuk beberapa periode perkiraan. Pada umumnya untuk rantai
pasok otomotif berbasis Jepang, hal ini dilakukan dalam jangka waktu
1 bulan sekali dengan kondisi perkiraan 3 bulan periode kedepan.
• P2 : Perencanaan pengadaan komponen/kendaraan.
2. Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Bulanan.
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus proses input informasi
rencana kebutuhan produk bulanan pada sistem yang menghubungkan
102
pelanggan dengan pemasok, meliputi proses input informasi, proses
verifikasi hingga proses pengiriman informasi.
3. Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Mingguan.
Pada dasarnya metrik ini merupakan pengembangan metrik
sebelumnya, namun pada metrik ini kebutuhan produk dijabarkan
secara mingguan. Pertimbangan dalam pengukuran metrik ini adalah
perubahan kondisi rencana kebutuhan sebagai dampak dari permintaan
harian pelanggan.
• P3 : Perencanaan produksi komponen/kendaraan.
4. Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Bulanan.
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus penetapan rencana produksi
produk bulanan. Pertimbangan yang diperlukan pada metrik ini adalah
waktu pengecekan kondisi aktual stok material produksi, waktu
pengecekan kapasitas dan sumber daya yang diperlukan, dan waktu
penetapan rencana.
5. Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Mingguan.
Metrik ini merupakan pengembangan metrik sebelumnya dengan
perubahan rentang waktu tinjauan penetapan menjadi mingguan,
103
dengan pertimbangan adanya perubahan dan penyesuaian dengan
kondisi permintaan harian pelanggan dan stok material.
• P4 : Perencanaan pengiriman komponen / kendaraan.
6. Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengiriman Produk.
Yaitu metrik yang mengukur penetapan rencana pengiriman produk
setelah produksi untuk bisa mendukung jadwal produksi yang telah
ditetapkan dengan pertimbangan jangka waktu pengiriman untuk
metode pengiriman yang direncanakan.
• P5 : Perencanaan pengembalian komponen / kendaraan.
7. Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Produk Cacat.
Yaitu metrik yang mengukur mengenai waktu siklus penetapan
rencana pengembalian produk cacat, mulai dari meendapatkan produk
cacat, proses investigasi hingga pertimbangan mengenai penetapan
jumlah komponen cacat yang diperbolehkan untuk dilakukan
pengembalian ke pemasok.
104
8. Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Box Pengiriman.
Yaitu metrik yang mengukur mengenai waktu siklus penetapan
rencana pengembalian box, mulai dari penerimaan, penggunaan
hingga pengembalian box berdasarkan waktu siklus produksi.
• S2 : Pengadaan komponen / kendaraan.
9. Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk Bulanan.
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus informasi jadwal
pengiriman produk untuk periode 1 bulan. Pertimbangan metrik
pengukuran ini adalah waktu proses
10. Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk Mingguan.
Metrik ini merupakan metrik pengukuran dengan pertimbangan yang
sama dengan metrik sebelumnya, hanya rentang periode yang
digunakan lebih detail yaitu secara mingguan.
11. Rata–Rata Hari Per Perubahan Pengiriman.
Yaitu metrik yang mengukur rata-rata hari terjadinya perubahan
jadwal pengiriman mingguan karena kenaikan permintaan harian
105
produk oleh pelanggan maupun ketersediaan aktual stok material
untuk produksi.
12. Jumlah Produk Per Pengiriman.
Yaitu metrik yang menjelaskan tentang jumlah satuan produk dalam
satu lot pengiriman ke pelanggan.
13. Persentase Pengiriman Produk On-Time.
Yaitu metrik yang mengukur tentang persentase pengiriman produk
yang tepat waktu sesuai dengan waktu yang diminta oleh pelanggan.
14. Persentase Pengiriman Dengan Dokumen Sesuai.
Yaitu metrik yang mengukur tentang persentase pengiriman produk
dengan dokumen pengiriman yang sesuai, baik dokumen administrasi
pengiriman seperti surat jalan,dan lain sebagainya, maupun dokumen
pengecekan kualitas komponen sebagai jaminan kualitas.
15. Lama Waktu Proses Administrasi Penerimaan Produk.
Yaitu metrik yang mengukur lama waktu proses administrasi pada saat
penerimaan produk, mulai dari proses verifikasi jumlah komponen,
106
kesesuaian nomor permintaan pelanggan, hingga surat jalan diproses
dan komponen ditempatkan pada area penerimaan.
16. Persentase Pengiriman Produk OK (Bebas Cacat).
Yaitu metrik yang mengukur tentang persentase pengiriman produk
OK (bebas cacat) ke pelanggan.
17. Persentase Pengiriman Produk Dengan Jumlah Sesuai.
Yaitu metrik yang mengukur tentang persentase pengiriman produk
yang sesuai dengan jumlah permintaan pelanggan.
• M2 : Produksi komponen / kendaraan.
18. Persentase Cacat Produksi.
Yaitu metrik yang mengukur persentase cacat produk pada proses
produksi. Pertimbangan pada metrik ini adalah jumlah cacat produk
dengan jumlah aktual produksi produk.
19. Waktu Siklus Produksi.
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus yang dibutuhkan dalam
proses memproduksi satu satuan produk.
107
20. Waktu Siklus Cek Produk Hasil Produksi.
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus cek produk hasil proses
produksi. Waktu siklus meliputi waktu proses penerimaan instruksi
pengecekan produk, proses pengecekan produk (pengecekan produk
disesuaikan dengan standar pengecekan yang ditetapkan), hingga
proses pembuatan laporan hasil pengecekan produk (inspection check
report).
21. Jumlah Produk Per Lot Produksi.
Yaitu metrik yang mengukur tentang jumlah satuan produk dalam satu
lot produksi yang dijalankan.
22. Utilitas Kapasitas Produksi.
Yaitu metrik yang menjelaskan tentang kondisi kapasitas produksi
yang terpakai.
108
• D2 : Pengiriman komponen / kendaraan.
23. Waktu Siklus Penerimaan, Penginputan dan Instruksi Pengiriman
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus persiapan pengiriman,
mulai dari penerimaan permintaan kanban harian, input sistem untuk
registrasi surat jalan hingga bisa dibuat instruksi pengiriman produk.
24. Lama Waktu Persediaan Penyangga.
Yaitu metrik yang mengukur lama waktu persediaan penyangga yang
dimiliki oleh perusahaan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan.
25. Waktu Siklus Pemilihan Jasa Pengiriman
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus pemilihan jasa pengiriman
produk. Dalam penyesuaian dengan kondisi rantai pasok sensor, knock
control, maka waktu siklus ini diklasifikasikan menjadi dua kondisi
yaitu :
a. Kondisi pengiriman darat
Untuk kondisi pengiriman darat yang dimaksud adalah kondisi
pengiriman dengan transportasi darat, sebagai contoh pengiriman
produk dari PT. XXXX ke PT. ABC sebagai pelanggannya. Untuk
109
kondisi ini, maka pengukuran meliputi waktu proses penerimaan
instruksi pengiriman, waktu pengecekan ketersediaan armada
transportasi dan biaya transportasi hingga proses penentuan
armada transportasi yang digunakan.
b. Kondisi pengiriman laut
Untuk kondisi pengiriman laut yang dimaksud adalah kondisi
pengiriman dengan transportasi laut karena jarak pengiriman yang
cukup jauh, sebagai contoh pengiriman produk dari HDVM Hanoi
ke PT. XXXX sebagai pelanggannya. Untuk kondisi ini, maka
pengukuran meliputi waktu proses penerimaan instruksi
pengiriman, waktu pengecekan ketersediaan armada transportasi
laut, pemilihan metode pengisian container muatan, biaya
transportasi hingga proses penentuan armada transportasi yang
digunakan. Pada operasional, biasanya digunakan istilah vessel
sebagai identitas armada transportasi laut yang digunakan.
26. Lama Waktu Bongkar Muat
Yaitu metrik yang mengukur lama waktu proses bongkar muat
persiapan pengiriman produk ke pelanggan.
110
27. Lama Waktu Pengiriman Produk
Yaitu metrik yang mengukur lama waktu proses pengiriman produk
hingga diterima oleh pelanggan. Faktor pertimbangan pada metrik ini
adalah jarak pengiriman dan kondisi lalu lintas dari rute pengiriman.
• DR1 : Pengembalian komponen / kendaraan
28. Lama Waktu Otorisasi Pengembalian Komponen Cacat
Yaitu metrik yang mengukur waktu siklus penanganan komponen
cacat sampai dengan otorisasi pengembalian ke pemasok, meliputi
waktu pelaporan komponen cacat, analisa komponen cacat, penentuan
penanggung jawab dan otorisasi pengembalian komponen cacat ke
pemasok.
29. Lama Waktu Konfirmasi Penerimaan Komponen Cacat
Yaitu metrik yang mengukur lama waktu konfirmasi penerimaan
komponen cacat yang dikirimkan pelanggan. Pertimbangan dalam
metrik ini adalah proses konfirmasi penerimaan komponen cacat,
registrasi hingga persiapan analisa dan respon balik ke pelanggan.
111
30. Lama Waktu Pengembalian Box Pengiriman
Yaitu metrik yang mengukur lama waktu pengembalian box, mulai
dari box diterima pada saat pengiriman, sampai dengan selesai
dipergunakan oleh pelanggan, hingga dikembalikan ke pemasok.
31. Lama Waktu Penanganan Box Pengiriman
Yaitu metrik yang mengukur lama waku penanganan box sejak
dikembalikan hingga siap dipergunakan kembali untuk pengiriman
produk.
Dari penjabaran metrik tingkat 3 diatas, dilakukan wawancara dengan
production control department PT. XXXX sebagai pelaksana langsung pada
operasional pengukuran kinerja sehingga dapat kembali dilakukan
penyesuaian sesuai dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan pengukuran di
PT. XXXX.
Tabel 4.27 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR Tingkat 3 Penyesuaian
LEVEL 3 Keterkaitan
Proses Metrik Pengukuran Tingkat 3
P1 Waktu Penetapan Perencanaan Rantai Pasok
P2 Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Bulanan
112
P2 Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Mingguan
P3 Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Bulanan P3 Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Mingguan P4 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengiriman Produk
P5 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Produk Cacat
P5 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Box Pengiriman
S2 Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk Bulanan S2 Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk MingguanS2 Rata-Rata Hari Per Perubahan Pengiriman S2 Jumlah Produk Per Pengiriman S2 Persentase Pengiriman Produk On-Time S2 Persentase Pengiriman Dengan Dokumen Sesuai S2 Lama Waktu Proses Administrasi Penerimaan Produk S2 Persentase Pengiriman Produk OK (Bebas Cacat) S2 Persentase Pengiriman Produk Dengan Jumlah Sesuai M2 Persentase Cacat Produksi M2 Waktu Siklus Proses Produksi M2 Waktu Siklus Tes Produk Hasil Produksi M2 Jumlah Produk Per Lot Produksi M2 Utilitas Kapasitas Produksi
D2 Waktu Siklus Penerimaan, Penginputan dan Instruksi Pengiriman
D2 Lama Waktu Persediaan Penyangga D2 Waktu Siklus Pemilihan Jasa Pengiriman D2 Lama Waktu Bongkar Muat D2 Lama Waktu Pengiriman Produk
DR1 Lama Waktu Otorisasi Pengembalian Komponen Cacat DR1 Lama Waktu Konfirmasi Penerimaan Komponen Cacat DR4 Lama Waktu Pengembalian Box Pengiriman DR4 Lama Waktu Penanganan Box Pengiriman
Sumber : Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa semua metrik
pengukuran kinerja SCOR pada tingkat 3 dapat diterapkan pada PT.XXXX.