bab 4 pengumpulan dan pengolahan · pdf file(pptn) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli...

59
45 BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Metoda pengumpulan dan pengolahan data pada bab ini meliputi sejarah singkat Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir (P3TkN)-Badan Tenaga Atom Nasional Bandung, yang terdiri dari riwayat singkat P3TkN-BATAN, struktur organisasi dan job description P3TkN-BATAN, dan aktifitas P3TkN-BATAN. Sedangkan pengolahan data berisi penerapan Reliability Centered Maintenance untuk sistem penukar panas sekunder reaktor Triga Mark 2000. 4.1 Sejarah Singkat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Nuklir (P3TkN)-Badan Tenaga Atom Nasional Bandung Berikut ini akan dibahas mengenai riwayat singkat, struktur organisasi, job description, dan aktivitas di BATAN. 4.1.1 Riwayat singkat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Nuklir (P3TkN)-Badan Tenaga Atom Nasional Bandung Perkembangan pendidikan di Indonesia menjadi dasar dan dorongan bagi munculnya ide untuk mendirikan suatu reaktor atom. Ide tersebut dikemukakan oleh beberapa guru besar FIPIA-UI (sekarang ITB). Berdasarkan Keputusan Presiden No. 230 tahun 1954 dibentuklah sebuah panitia antar departemen dengan nama Panitia Negara untuk penyelidikan radioaktivitas yang dipimpin oleh Dr.G.A. Siwabessy. Pada tahun 1957, Panitia Negara menyusun rencana kerja yang lebih luas. Rencana kerja tersebut diusulkan kepada pemerintah, antara lain membentuk suatu lembaga eksekutif yang mempunyai wewenang dan tugas yang lebih luas dari pada tugas dan wewenang yang dimiliki Panitia Negara tersebut dan mendirikan suatu instalasi nuklir di dalam lingkungan fakultas ilmu pasti dan ilmu alam Universitas Indonesia di Bandung. Usul dari Panitia Negara itu mendapat tanggapan positif dari pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Lembaga Tenaga Atom (LTA) dan

Upload: trandien

Post on 30-Jan-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

45

BAB 4

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Metoda pengumpulan dan pengolahan data pada bab ini meliputi sejarah singkat

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir (P3TkN)-Badan Tenaga Atom

Nasional Bandung, yang terdiri dari riwayat singkat P3TkN-BATAN, struktur

organisasi dan job description P3TkN-BATAN, dan aktifitas P3TkN-BATAN.

Sedangkan pengolahan data berisi penerapan Reliability Centered Maintenance

untuk sistem penukar panas sekunder reaktor Triga Mark 2000.

4.1 Sejarah Singkat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Nuklir (P3TkN)-Badan Tenaga Atom Nasional Bandung

Berikut ini akan dibahas mengenai riwayat singkat, struktur organisasi, job

description, dan aktivitas di BATAN.

4.1.1 Riwayat singkat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Nuklir

(P3TkN)-Badan Tenaga Atom Nasional Bandung

Perkembangan pendidikan di Indonesia menjadi dasar dan dorongan bagi

munculnya ide untuk mendirikan suatu reaktor atom. Ide tersebut dikemukakan

oleh beberapa guru besar FIPIA-UI (sekarang ITB). Berdasarkan Keputusan

Presiden No. 230 tahun 1954 dibentuklah sebuah panitia antar departemen dengan

nama Panitia Negara untuk penyelidikan radioaktivitas yang dipimpin oleh

Dr.G.A. Siwabessy. Pada tahun 1957, Panitia Negara menyusun rencana kerja

yang lebih luas. Rencana kerja tersebut diusulkan kepada pemerintah, antara lain

membentuk suatu lembaga eksekutif yang mempunyai wewenang dan tugas yang

lebih luas dari pada tugas dan wewenang yang dimiliki Panitia Negara tersebut

dan mendirikan suatu instalasi nuklir di dalam lingkungan fakultas ilmu pasti dan

ilmu alam Universitas Indonesia di Bandung.

Usul dari Panitia Negara itu mendapat tanggapan positif dari pemerintah

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka pada

tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Lembaga Tenaga Atom (LTA) dan

Page 2: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

46

dibubarkannya Panitia Negara untuk penyelidikan radioaktivitas. Dengan

dibentuknya LTA, serta dihapusnya Panitia Negara maka tugas-tugas Panitia

Negara ini menjadi sebagian tugas LTA.

Perjanjian kerjasama antara Amerika Serikat (USA) dan Indonesia

ditandatangani pada bulan Juli 1960 untuk jangka waktu 5 tahun, dilanjutkan

dengan kontrak pembelian dan pemasangan reactor jenis Triga Mark II dari

General Atomic San Diego USA pada tanggal 11 Maret 1961 sebesar US $

350,000.

Pada tanggal 9 April 1961, batu pertama pembangunan reactor Triga Mark

II diletakkan oleh Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Ir. Soekarno. Pada

tahun itu juga, seorang tenaga ahli IAEA, Dr. Alexander dibantu oleh staf dari

jurusan Fisika ITB, menyelesaikan penelitian singkat radiasi di lingkungan

instalasi nuklir yang akan dibangun, sedangkan Jasli Ahimsa ditunjuk pemerintah

sebagai kepala proyek.

Sejarah reaktor atom di Indonesia dimulai dengan kritisnya reaktor Triga

Mark II pada hari Jumat tanggal 16 Oktober 1964 dengan jumlah uranium-235 di

dalam teras reactor sekitar 2,1 kg. Pada tanggal 7 Desember 1064 reaktor dapat

beroperasi 250 KW termal. Cuplikan pertama yang dimasukkan ke dalam reaktor

untuk di radiasi yaitu sulfur, cuplikan ini dikeluarkan 12 hari kemudian dan

merupakan radioisotop pertama yang dihasilkan di Indonesia. Pusat Reaktor Atom

Bandung (PRAB) diresmikan pada tanggal 20 Februari 1965 oleh Ir. Soekarno.

Penambahan bahan baker uranium pertama kali dilakukan pada bulan

September 1970. Setelah diketahui bahan baker U-235 di dalam reaktor berkurang

karena terbakar sebanyak 120 gram. Empat batang aluminium dimasukkan

sebanyak 140 gram. Pengiriman radioisotop pertama kali dilakukan pada tahun

1970 ke Malaysia dan disusul dengan memenuhi permintaan Singapura akan

radioisotop brom pada tahun 1971.

Pada minggu ke-3 bulan Agustus 1971 komponen reaktor Triga Mark II

yang telah beroperasi lebih dari 6,5 tahun dibongkar sehubungan dengan

peningkatan dari reaktor dari 250 KW menjadi 1 MW. Pada tanggal 27 November

1971 pemasangan komponen baru telah selesai yang disusul dengan pemasukan

bahan bakar pada hari-hari berikutnya pada tanggal 27 November 1971, reaktor

Page 3: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

47

kritis daya 1 MW dicapai pada tanggal 3 Desember 1971. Hari berikutnya

bertepatan dengan HUT BATAN XIII, Presiden Soeharto meresmikan reaktor

atom Triga Mark II dengan daya 1 MW.

Pada tanggal 18 Maret 1980 sesuai dengan keputusan surat Direktorat Jenderal

BATAN No. 36/DJ/18/III/80, nama Pusat Reaktor Atom Bandung (PRAB)

diganti menjadi Pusat Penelitian Teknik Nuklir. Sampai tahun 1982 PRAB

(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi

radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron, reaktor, dan

metologi radionuklida, the study of Magneterial, bahan bakar nuklir, Varictation

Nuclear, data techniques and instrumentation, petasium, argondating insite

standarisasi radionuklida, sejumlah kontak riset dari IAEA telah diselesaikan.

Pada tahun 1977 PRAB memenuhi kalender ilmiahnya dalam bentuk seminar

fisika instrumentasi nuklir dan radioisotop yang dilanjutkan pada tahun 1979 dan

tahun 1980 dengan judul kolokium teknologi elemen bakar, teknologi reaktor dan

penggunaan reaktor. Pada tahun 1978 diikuti sebelas instansi atau lembaga

penelitian, maka pada tahun 1979 dan tahun 1980 meningkat menjadi 100 orang

dengan jumlah kertas karya 63 buah dan 119 orang dengan 111 kertas karya. Pada

tahun 1982 diikuti peserta sebanyak 148 orang dengan 82 karya tulis.

Pembangunan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir

Bandung, dimulai sejak peletakan batu pertama pada sebidang tanah milik

kotamadya Bandung di jalan Tamansari seluas 10.000 m2.

Pada tahun 1970 diadakan perluasan kembali ke arah barat dan selatan

seluas 10.000 m2. Dengan perluasan ini maka dibangunlah laboratorium radio

biologi, fisika kesehatan dan laboratorium elektronika. Tuntutan pembangunan

ruang kerja dan laboratorium terus meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah

pegawai yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Berdasarkan SK Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional No.

73/KA/IV/1999 yang dikeluarkan pada tanggal 1 April 1999, nama Pusat

Penelitian Teknik Nuklir-Badan Tenaga Atom Nasional (PPTN-BATAN) berubah

namanya menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir-Badan

Tenaga Nuklir Nasional (P3TkN-BATAN).

Page 4: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

48

Pada tanggal 24 Juni 2000 Reaktor Triga Mark 2000 dengan kekuatan 2

MW diresmikan oleh Wapres Ibu Megawati Soekarno Putri.

4.1.2 Struktur Organisasi P3TkN-BATAN

Sebagai suatu lembaga P3TkN-BATAN tentunya memiliki struktur organisasi

untuk melaksanakan tugas-tugas pokoknya. Berdasarkan keputusan Kepala Badan

Tenaga Nuklir Nasional No. 73/KA/IV/1999, tanggal 1 April 1999 secara

structural Puslitbang Teknik Nuklir (P3TkN-BATAN) adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktural Puslitbang Teknik Nuklir

4.1.3 Job Description P3TkN-BATAN

Berikut adalah job description dari P3TkN-BATAN:

1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir

Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di

bidang teknik nuklir. Dalam melaksankannya tugasnya P3TkN

menyelenggarakan fungsinya yaitu:

a. Pelaksanaan tata usaha.

b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang bahan dasar.

c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang senyawa

bertanda.

d. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang instrumentasi

dan teknik analisis radiometri.

Puslitbang Teknik Nuklir

Bagian Tata

Usaha

Bidang Reaktor

Bagian Bahan Dasar

Bagian Senyawa Bertanda

Bidang Instrumentasi

& Analisis

Radiometri

Bidang Keselamatan

Kerja & Kesehatan

Unit Pengamanan

Nuklir

Page 5: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

49

e. Pelaksanaan pendayagunaan reaktor

f. Pelaksanaan pengawasan keselamatan kerja dan pelayanan

kesehatan.

g. Pelaksanaan pengamanan nuklir.

2. Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis administratif

kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknik Nuklir (P3TkN). Dalam melaksanakan tugasnya,

bagian tata usaha menyelenggarakan fungsinya:

a. Pelaksanaan urusan suratan kepegawaian.

b. Pelaksanaan urusan keuangan.

c. Pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga.

d. Pelaksanaan urusan administrasi kegiatan ilmiah, dokumentasi, dan

publikasi.

3. Bagian-bagian Dasar

Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di

bidang bahan dasar, dengan rincian tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang proses

pembuatan bahan dasar untuk rekayasa bahan nuklir.

b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang karakteristik

bahan.

c. Melaksanakan pemanfaatan reaktor untuk karakteristik bahan dan

pengumpulan dana nuklir.

Bidang bahan dasar terdiri dari pejabat fungsional peneliti dan

pejabat fungsional terkait yang lain.

4. Bidang Senyawa Bertanda

Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di

bidang senyawa bertanda, dengan rincian tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pembuatan

radioisotop untuk menunjang sintesis senyawa bertanda.

b. Melaksanakan penelitian biodinamika sintesis senyawa bioaktif untuk

menunjang sistem senyawa bertanda.

Page 6: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

50

c. Melaksanakan sintesis dan penelitian senyawa bertanda untuk aplikasi

di berbagai bidang.

Bidang senyawa bertanda terdiri dari pejabat fungsional peneliti

dan pejabat fungsional terkait yang lain.

5. Bidang Instrmentasi dan Teknik Analisis Radiometri

Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di

bidang senyawa instrumentasi dan teknik analisis radiometri, dengan

rincian tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang

instrumentasi dan perangkat nuklir.

b. Melaksanakan penelitian, pengembangan dan aplikasi teknis analisis

radiometri.

c. Melaksanakan penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang

elektromekanik dan gelas.

d. Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan perekayasaan di

bidang instrumentasi dan elektromekanik.

Bidang senyawa instrumentasi dan teknik analisis radiometri terdiri

dari pejabat fungsional peneliti dan pejabat fungsional terkait yang lain.

6. Bidang Reaktor

Mempunyai tugas melaksanakan pendayagunaan reaktor. Dalam

melaksanakan tugasnya bidang reaktor menyelenggarakan fungsi:

a. Pengoperasian, perawatan reaktor, pengelolaan bahan bakar reaktor

dan akuntasi bahan nukir.

b. Pengukuran dan evaluasi data keselamatan dan pendayagunaan

reaktor.

7. Bidang Keselamatan Kerja dan Kesehatan

Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan keselamatan kerja

dan pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsinya, bidang

keselamatan kerja dan pelayanan kesehatan menyelenggarakan fungsinya:

a. Pelaksanaan kegiatan proteksi radiasi dan pengawasan keselamatan

kerja.

Page 7: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

51

b. Pelaksanaan pengelolaan limbah dan pengawasan keselamatan

lingkungan.

c. Pelaksanaan kesehatan dan penanggulangan kedaruratan nuklir.

8. Unit Pengamanan Nuklir

Mempunyai tugas melaksanakan pengamanan instalasi nuklir,

lingkungan dan personel dengan rincian tugas sebagai berikut:

a. Melakukan pengamanan dan penjagaan terhadap kawasan kerja,

instalasi sarana penelitian, bahan bakar nuklir dan non nuklir, bahan

keterangan kegiatan dan personel secara fisik dan atau melalui sistem

pengamanan BATAN.

b. Melakukan pengamanan dan pengawalan terhadap pengangkutan

peralatan dan bahan bakar nuklir serta bahan lain yang dianggap

penting.

c. Melakukan pengamanan atau pengawalan terhadap pegawai atau

pejabat atau tamu bila dipandang perlu

d. Melakukan tindakan atas reaksi sistem pengamanan yang diperlukan

dalam penanggulangan kedaruratan.

e. Melakukan koordinasi dengan unit pengamanan nuklir BATAN yang

lain dan aparat keamanan.

f. Melakukan peningkatan kinerja melalui pelatihan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3), kedaruratan, keterampilan, dan kesehatan fisik

secara berkala.

g. Melakukan perawatan dan pengujian peralatan sistem pengamanan.

h. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan ketertiban pegawai.

4.1.4 Aktifitas Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Nuklir

(P3TkN)-Badan Tenaga Atom Nasional Bandung

Berikut ini beberapa aktivitas yang dilakukan di P3TkN-BATAN:

1. Bidang Kedokteran Nuklir

Salah satu contohnya yaitu pembuatan kapsul yang mengandung zat

yodium sebagai obat penyembuhan penyakit kelenjar gondok.

2. Bidang Pertanian

Page 8: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

52

Salah satu contohnya yaitu bibit padi yang diaktifkan dengan radiasi bila

disemai hasilnya dapat menghasilkan bulir padi yang padat dan berisi.

3. Bidang Peternakan

Salah satu contohnya dalam bentuk pakan ternak (molaseblock) yaitu

untuk memicu nafsu makan pada ternak, sehingga ternak tersebut

menghasilkan daging yang berkualitas dan berdaya jual yang tinggi.

4. Bidang Hidrologi

Salah satu contohnya dalam pengerukan pasir pantai secara efisien. Pasir

pantai dicampur dengan Iradium (Ir) 123 lalu disebar untuk dideteksi di

wilayah mana pasir tersebut banyak berada, sehingga dapat dilakukan

pengerukan pasir. Pengerukan pasir secara efisien dapat mempengaruhi

kapal yang merapat ke dermaga atau pelabuhan.

5. Bidang Industri

Salah satu contohnya yaitu dalam mendeteksi kekeroposan cor beton

dengan menyimpan sumber radiasi pada bagian belakang beton dan pada

bagian depan disimpan foto. Hasil foto yang hitam menunjukkan beton

tidak keropos sebaliknya bila foto dengan bercak-bercak putih

menunjukkan beton keropos.

4.2 Pengolahan Data Pada bagian pengolahan data akan dilakukan penerapan RCM untuk sistem

penukar panas sekunder reaktor Triga Mark II yang terdiri dari tujuh tahapan yang

sistematis yaitu:

1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi

2. Pendefinisian batas sistem

3. Deskripsi sistem dan blok diagram fungsi.

4. Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi

5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

6. Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA)

7. Pemilihan tindakan

Berikut ini akan diterapkan tujuh tahap RCM untuk sistem penukar panas

sekunder reaktor Triga Mark II.

Page 9: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

53

4.2.1 Tahap 1- Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Berikut ini akan dibahas secara terpisah antara pemilihan sistem dan pengumpulan

informasi:

4.2.1.1 Pemilihan sistem

Ketika memutuskan untuk menerapkan program RCM pada fasilitas ada dua

pertanyaan yang timbul yaitu:

1. Pada tingkat assembly yang ke berapa proses analisa akan dilakukan

Proses analisa RCM sebaiknya dilakukan pada tingkat sistem bukan pada

tingkat komponen karena pada tingkat kesulitan dapat terjadi untuk

mendefinisikan fungsi dan kegagalan fungsi komponen. Sebagai contoh

katup dapat gagal untuk membuka atau menutup, tetapi dengan analisa

yang lebih dalam tidak memberikan informasi yang lebih dalam akibat

kegagalan fungsi tersebut. Dengan proses analisa pada tingkat sistem akan

memberikan informasi yang lebih jelas mengenai fungsi dan kegagalan

fungsi komponen terhadap sistem. Oleh karena itu proses analisa akan

dilakukan pada tingkat sistem.

Fasilitas penukar panas reaktor Triga Mark 2000 dapat digambarkan

menjadi dua buah sistem yaitu:

1. Sistem penukar panas primer

Sistem penukar panas primer merupakan sistem yang bersentuhan

langsung dengan tabung reaktor. Sistem penukar panas ini bekerja

dengan mengambil panas dari tabung reaktor dan mengalirkannya

melalui penukar panas.

2. Sistem penukar panas sekunder

Sistem penukar panas sekunder merupakan sistem yang berfungsi

untuk menurunkan panas terakhir yang dihasilkan dalam tabung

reaktor. Sistem ini bekerja dengan mengambil panas dari penukar

panas dan mengalirkannya menuju cooling tower untuk dibuang.

Page 10: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

54

Gambar 4.2 Uraian Sistem Penukar Panas Reaktor Triga Mark 2000

2. Apakah seluruh sistem akan dilakukan proses analisis dan bila tidak

bagaimana dilakukan pemilihan sistem

Tidak seluruh system akan dilakukan proses analisa. Hal ini disebabkan

karena bila dilakukan proses analisa secara bersamaan untuk kedua sistem

maka proses analisa akan sangat luas. Selain itu, proses analisa akan

dilakukan secara terpisah untuk kedua sistem dapat lebih mudah untuk

menunjukkan setiap karakteristik sistem dari fasilitas penukar panas. Pada

penelitian ini, proses analisa hanya dilakukan pada sistem penukar panas

sekunder.

4.2.1.2 Pengumpulan Informasi

Pengumpulan informasi berfungsi untuk mendapatkan gambaran dan pengertian

yang lebih mendalam mengenai sistem dan bagaimana sistem bekerja.

Pengumpulan informasi ini juga akan dapat digunakan dalam analisa RCM pada

tahap selanjutnya. Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan melalui

pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan sejumlah buku referensi.

Pengumpulan informasi terdiri dari cara kerja reaktor nuklir Triga Mark

2000, komponen-komponen utama reaktor nuklir Triga Mark 2000, fasilitas Triga

Mark 2000, serta karakteristik sistem penukar panas sekunder.

4.2.1.2.1 Cara kerja reaktor nuklir Triga Mark 2000

Definisi dari reaktor adalah tempat berlangsungnya suatu reaksi. Reaktor nuklir

adalah alat tempat terjadinya reaksi nuklir yang berantai sehingga reaksi fisi

Fasilitas penukar panas

Sistem Penukar Panas Primer

Sistem Penukar Panas Sekunder

Page 11: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

55

berantai dapat dikendalikan. Pengendalian reaksi berantai digunakan mencegah

terjadinya pelepasan energi yang besar dalam bentuk ledakan.

Terdapat dua jenis reaksi inti yaitu reaksi fisi dan reaksi fusi. Reaksi fisi

adalah reaksi pernbelahan inti menjadi dua buah inti atau lebih dan lebih ringan

dan disertai pemancaran energi. Sedangkan reaksi fusi adalah reeksi

penggabungan dari dua inti ringan untuk membentuk sebuah inti yang lebih berat.

Reaktor nuklir yang berada di BATAN adalah reaktor nuklir dengan tipe Triga

Mark 2000 buatan USA. Reaktor Triga Mark 2000 menggunakan uranium-235

solid sebagai bahan bakar (inti reaktor).

Dalam reaktor, reaksi yang terjadi adalah uranium-235 ditembakkan

dengan sebuah neutron yang memiliki energi termal (energi lambat) sehingga

uranium-235 menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan uranium-235 ini akan

menghasilkan reaksi pernbelahan yaitu dua buah inti berat seperti stronsium dan

xenon, dua atau tiga neutron yang baru, energi, dan radioaktif. Contoh:

92U235 + 0n1 → 54Xe140 + 38Sr94 + 3 0n1 + energi

Neutron baru yang dihasilkan dari reaksi diatas dapat memiliki 3 macam

jenis spektrum yaitu neutron dengan energi cepat, energi medium, dan energi

termal. Neutron dengan energi termal yang lambat akan beraksi kembali dengan

uranium-235 dan menghasilkan reaksi yang sama (reaksi berantai). Untuk neutron

dengan energi yang cepat dan medium dapat diubah menjadi energi termal lambat

dengan cara menembakkan partikel hidrogen (air pendingin primer) sehingga

energi yang dimilikinya menjadi berkurang (neutron dengan energi termal).

Populasi neutron yang ada didalam reaktor harus dikendalikan untuk

menghindari terjadinya ledakan. Pengendalian ini dilakukan oleh batang-batang

kendali yang berfungsi sebagai penyerap neutron. Batang kendali ini terbuat dari

boron carbida (B4C) yang dapat segera menyerap neutron-neutron yang terjadi

dalam reaksi.

4.2.1.2.2 Bahan Bakar Tenaga Nuklir Triga Mark 2000

Fasilitas reaktor Triga Mark 2000 menggunakan uranium-235 solid sebagai bahan

bakar. Uranium adalah salah satu unsur yang terdapat di alam bebas. Uranium

sebenarnya bersatu dalam bintang. Bintang-bintang tua meledak, dan

Page 12: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

56

debu-debunya bersatu membentuk bumi. Uranium-238 (U-238) memillki umur

paruh 4,5 milyar dan oleh sebab itu sekarang ini masih di alam bebas dengan

jumlah yang cukup besar. Sekitar 99 persen uranium yang ada dialam adalah

uranium-238.

Jumlah uranium-235 (U-235) yang ada dialam sangat sedikit sekitar 0.7

persen. Untuk dapat menggunakan uranium-238 sebagai bahan bakar maka

uranium-238 harus diproses terlebih dahulu menjadi uranium-235 melalui

pengkayaan atau enrinchment.

4.2.1.2.3 Kegunaan Tenaga Nuklir Triga Mark 2000

Reaktor nuklir Triga Mark buatan USA pada saat ini, reaktor tipe digunakan

untuk:

1. Reaktor Penelitian

Reaktor ini digunakan pada penelitian di bidang biologi, fisika, kimia

dan industri, dan teknologi lainnnya.

2. Reaktor Produksi Isotop

Reaktor ini digunakan untuk memproduksi isotop-isotop dari unsur

radioaktif.

4.2.1.2.4 Komponen-komponen Utama Reaktor Nuklir Triga Mark 2000

Komponen-komponen Utama Reaktor Nuklir Triga Mark 2000

1. Batang kendali (Control Rod) berfungsi untuk mengendalikan jumlah

populasi netron (mengendalikan jumlah reaksi fisi yang terjadi).

2. Moderator (terdiri dari air berat atau air pendingin) berfungsi untuk

menyerap energi netron supaya netron diperlambat sehingga umur

uranium lebih panjang (tidak cepat habis). Moderator ini juga sebagai

pendingin.

3. Shelding (perisai atau wadah).

Digunakan untuk menahan radiasi yang dihasilkan oleh inti hasil fisi,

agar keamanan pekerja terhadap radiasi lebih terjamin.

4. Bahan bakar (Uranium-235).

Page 13: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

57

4.2.1.2.5 Fasilitas Penukar Panas Reaktor Triga Mark 2000

Energi panas yang dihasilkan dari reaktor Triga Mark 2000 sekitar 2000 kilo watt.

Karena energi yang dihasilkan ini sangat kecil maka energi ini tidak dimanfaatkan

kedalam bentuk energi lain (energi ini di buang). Pernbuangan energi ini melalui

suatu fasilitas pendukung yaitu fasilitas penukar panas.

Fasilitas penukar panas merupakan suatu fasilitas pendukung yang

digunakan untuk menukar panas air antara pipa primer (yang merupakan air panas

dari tabung reaktor) dan pipa sekunder (yang merupakan air dingin dari luar)

melalui suatu alat yaitu penukar panas. Penukaran panas air ini terjadi didalam

penukar panas. Fasilitas penukar panas sendiri dapat dibagi menjadi dua

subsistem yaitu sistem penukar panas primer dan sistem penukar panas sekunder.

Berikut ini akan dibahas mengenai cara kerja sistem penukar panas primer

dan sistem penukar panas sekunder:

1. Cara Kerja Sistem Penukar Panas Primer Reaktor Triga Mark 2000

Sistem penukar panas primer adalah sistem yang mengalirkan air panas

primer (suhu 420C) dari tabung reaktor ke penukar panas dan dari penukar

panas mengalirkan air dingin primer (suhu 32oC) ke tabung reaktor dengan

bantuan pompa primer.

Gambar 4.3 Pertukaran Air Primer di Tabung Reaktor

Page 14: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

58

2. Cara Kerja Sistem Penukar Panas Sekunder Reaktor Triga Mark 2000

Sistem penukar panas sekunder adalah sistem yang mengalirkan air dingin

sekunder (suhu 290C) dari menara pendingin ke penukar panas dan dari

penukar panas mengalirkan air panas sekunder (suhu 370C) ke menara

pendingin dengan bantuan pompa sekunder.

Gambar 4.4 Pertukaran Air Sekunder di Penukar Panas

4.2.1.2.6 Karakteristik Sistem Penukar Panas Sekunder

Sistem penukar panas sekunder reaktor Triga Mark 2000 terdiri dari dua buah

menara pendingin, dua buah pompa sentrifugal dan motor pompa sekunder (satu

pompa sentrifugal dan motor pompa sekunder sebagai cadangan), satu penukar

panas, dan rangkaian sistem pemipaan. Berikut akan dibahas masing-masingnya:

Page 15: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

59

Menara Pendingin

Menara pendingin adalah unit pemindah panas (kalor) yanq digunakan untuk

memindahkan panas dan sistem pendingin air. Air yang telah didinginkan akan

disirkulasikan kembali ke sistem tersebut.

Proses terjadinya pendinginan air oleh menara pendingin dapat dijelaskan

sebagai berikut: switch control mengatur proses keluar masuknya arus listrik ke

motor kipas. Pada saat switch control dalam kondisi on, motor kipas akan bekerja.

Energi listrik akan ditransfer dalarn bentuk putaran poros kipas. Poros kipas yang

berputar akan menyebabkan udara masuk dari luar menara pendingin melalui

kisi-kisi yang terpancang pada sisi menara.

Menara pendingin memiliki sistem distribusi air panas yang disemburkan

atau disemprotkan melalui sprinkler hole secara merata ke kisi-kisi lubang-lubang

yang disebut isian (filling). Isian ini berfungsi mencampurkan udara air yang jatuh

dari udara yang bergerak naik pada waktu air berpercikan dari isian yang diatas

dan yang di bawahnya. Udara masuk dari luar menara melalui kisi-kisi yang

berbentuk celah-celah horisontal yang terpancang pada sisi menara. Pencampuran

antara air dan udara, terjadilah perpindahan kalor dan massa yang baik

(evaporasi), sehingga air menjadi dingin. Air yang telah dingin itu mengumpul di

kolam air di dasar menara.

Pada sistem penukar panas sekunder reaktor Triga Mark 2000, menara

pendingin merupakan peralatan yang berfungsi mendinginkan air panas sekunder

dari penukar panas sampai temperatur tertentu sehingga memenuhi persyaratan

untuk disirkulasikan kembali sebagai media sistem pendingin sekunder.

Menara pendingin yang digunakan untuk sistem penukar panas sakunder

adalah menara pendingin Liang Chi tipe LCT-350. Spesifikasi teknik menara

pendingin ini dapat dilihat pada tabel 4.1:

Page 16: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

60

Tabel 4.1 Spesifikasi Menara Pendingin Tipe LCT 350 Kapasitas 350 ton referejerasi

Tinggi 3360 mm

Diameter 4600 mm

Daya motor 10 HP

Head untuk pompa 4,2 m

Debit air nominal 45000 liter/menit

Jumlah panas yang dapat dipindahkan oleh kedua menara pendingin yang

dipasang pada sistem pendingin sekunder yaitu 700 ton referejerasi atau 2.4 MW.

Pompa Sentrifugal dan Motor Sekunder

Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang didesain untuk memindahkan fluida

dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam kerjanya pompa membutuhkan tenaga

untuk memindahkan fluida yaitu motor pompa. Motor pompa digerakan oleh arus

listrik.

Pompa sentrifugal bekerja dengan mengubah energi listrik (motor) yang

didapat menjadi energi gerak (impeller) dan dari energi gerak menjadi energi

tekan dari air yang dipompa. Perubahan energi ini terjadi karena adanya dua

bagian utama pompa yaitu impeller dan volute. Impeller (bagian yang berputar)

mengubah energi menjadi energi gerak. Volute (bagian yang diam) mengubah

energi gerak menjadi energi tekan.

Proses dimulai saat air masuk ke dalam nosel dan masuk ke dalam eye

center dari suatu peralatan yang berputar yang dikenal dengan impeller. Ketika

impeller berputar, air yang berada di sekitar rongga-rongga akan diputar keluar

sehingga putaran air menjadi sentrifugal. Air yang didorong dengan arah tagensial

dan radial oleh gaya sentrifugal.

Page 17: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

61

Berikut ini merupakan gambar bagian-bagian umum dari pompa sentrifugal:

Gambar 4.6 Bagian-bagian Umum dari Pompa Sentrifugal

Keterangan gambar bagian-bagian umum dari pompa sentrifugal:

1. Volute

2. Impeller

3. Suction nozzles

4. Dicharge nozzles

5. Casing

6. Bearings

7. Oil Rings

8. Shaft

9. Seal

Motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang paling luas

digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus motor ini bukan

diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar yang

dihasilkan oleh arus stator.

Berikut ini merupakan gambar bagian-bagian umum dari motor:

Gambar 4.7 Rotor Jangkar

Page 18: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

62

Gambar 4.8 Stator

Pada sistem penukar panas sekunder, pompa sentrifugal merupakan

peralatan yang berfungsi memindahkan air dingin sekunder dari cooling tower dan

mengalirkan air dingin sekunder menuju penukar panas. Air dingin sekunder

setelah melewati penukar panas akan mengalami kenaikan temperatur sehingga

selanjutnya akan disebut air panas sekunder yang akan dialirkan kembali menuju

ke menara pendingin untuk didinginkan kembali.

Pompa yang digunakan merupakan pompa sentrifugal dengan merek

Caprari. Debit alirannya 1500 GPM untuk head yang sesuai dengan head sistem

pemipaan. Sedangkan, untuk motor pompa digunakan motor induksi 3 fasa 100

HP 75 KW 1475 RPM dengan merek Tatung.

Penukar Panas

Penukar panas adalah salah satu unit pemindah panas, yang banyak digunakan

dalam proses kimia dan dunia industri. Sistem penukar panas sekunder reaktor

Triga Mark 2000 menggunakan penukar panas tipe pelat dengan aliran fluida

yang berlawanan arah. Konstruksi penukar panas tipe pelat terdiri dari susunan

pelat logam bergelombang yang dilengkapi dengan lubang pemasukan dan

pengeluaran pada bagian atas dan bawah. Lubang ini berfungsi sebagai saluran

fluida sebelum mengalir ke atas permukaan pelat.

Susunan pelat logam diletakan diantara pelat pengencang dan pelat

penekan, kemudian dikencangkan dengan menggunakan baut pengencang. Pelat

dengan pelat lain dipisahkan oleh gasket yang berfungsi sebagai penahan bocor

dan mengarahkan fluida agar mengalir dalam arah berlawanan. Permukaan pelat

Page 19: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

63

dibuat bergelombang dimaksudkan untuk meningkatkan arus turbulensi dan

menyangga pelat terhadap perbedaan tekanan.

Berikut ini merupakan gambar bagian-bagian umum dari penukar panas

plate and frame:

Gambar 4.9 Bagian-bagian Umum dan Penukar panas Plate and Frame

Keterangan gambar bagian-bagian umum dari penukar panas plate and

frame:

1. Fixed cover.

2. Moveable cover.

3. Top carrying bar.

4. Bottom guide bar.

5. Support column.

6. Tightening bolts.

7. Connections.

8. Mate Bundle.

Pada sistem penukar panas sekunder, penukar panas berfungsi

memindahkan panas dan air sistem primer ke air sistem sekunder. Air primer dan

air sekunder berinteraksi dengan dibatasi oleh pelat-pelat penukar panas. Panas

pada air primer berpindah secara konveksi, dan konduksi ketika berinteraksi

dengan pelat. Pada pelat, panas berpindah secara konduksi untuk kemudian

dihantarkan ke air sekunder dengan konduksi dan konveksi.

Penukar panas tipe pelat yang digunakan diproduksi oleh Baltimore Air

Coil dengan model pelat ECT. Data teknis pelat dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 20: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

64

Tabel 4.2 Data Teknis Pelat Penukar Panas

Parameter Ukuran ( cm )

Panjang Pelat 177

Lebar Pelat 61

Tebal Pelat 0.06

Jarak antar Pelat 0.35

Diameter port 19.05

Pitch 0.41

Rangkaian Sistem Pemipaan

Sistem pemipaan berfungsi mengalirkan air sekunder dan satu peralatan ke

peralatan lainnya. Sistem pemipaan penukar panas sekunder dirancang dengan

mempertimbangkan tata letak komponen utamanya seperti pompa sentrifugal,

penukar panas, dan menara pendingin serta karakteristik penukar panas dan

menara pendingin.

Karakteristik penukar panas dan menara pendingin yang berbeda debit

alirannya menyebabkan pada subsistem pemipaan perlu dibuat saluran by pass.

Saluran ini juga berfungsi sebagai saluran air pembilasan pada saat melakukan

pembersihan menara pendingin atau sistem pemipaan yang berada diluar gedung

reaktor, sehingga air kotor tidak melewati penukar panas.

Rangkaian sistem pemipaan pada sistem penukar panas sekunder terdiri

pipa-pipa yang menggunakan penyambungan flens (flanged connector). Jenis pipa

yang digunakan adalah pipa lurus, belokan 900, cabang T, reducer, dan tabung

pembagi. Beberapa peralatan pendukung yang terdapat di subsistem pemipaan

adalah katup gerbang dan katup cegah. Instrumen yang digunakan dalam

subsistem pemipaan adalah pressure gauge flowmeter, dan termometer.

Page 21: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

65

4.2.2 Tahap 2 - Pendefinisian Batas Sistem

Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari

kekompleksitasan fasilitas karena itu peru dilakukan definisi batas sistem. Lebih

jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang

tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya.

Pendefinisian batas sistem antara sislem penukar panas primer dan

penukar panas sekunder pada fasilitas penukar panas reaktor Triga Mark 2000

berfungsi untuk menghindari tumpang tindih proses analisa antara satu sistem

dengan sistem lainnya. Sebagai contoh penukar panas dapat saja temasuk sistem

penukar panas primer atau sistem penukar panas sekunder. Dengan menetapkan

penukar panas pada sistem penukar panas sekunder maka bila dilakukan proses

analisa untuk sistem penukar panas primer maka komponen penukar panas tidak

perlu disertakan.

Berikut ini merupakan skema pendefinisian batas sistem antara sistem

penukar panas primer dan sistem penukar panas sekunder:

Page 22: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

66

Gambar 4.10 Pendefinisian Batas Sistem

Pendefinisian betas sistem dibagi menjadi dua bagian yaitu gambaran

untuk batas sistem dan gambaran detail batas sistem. Berikut ini akan dijelaskan

tiap-tiap bagiannya.

4.2.2.1 Gambaran Umum Batas Sistem

Gambaran umum batas sistem dibagi menjadi dua yaitu peralatan utama dan batas

fisik primer.

Page 23: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

67

a. Peralatan utama

Peralatan utama yang terdapat pada sistem meliputi:

1. Tabung reaktor

2. Pompa sentrifugal dan motor primer

3. Pompa sentrifugal dan motor sekunder

4. Penukar panas

5. Menara pendingin

6. Valve and piping primer

7. Valve and piping sekunder

8. Instrumen primer

9. Instrumen sekunder

b. Batas fisik primer

Batas fisik primer yang terdapat pada sistem yaitu:

1. Air panas primer masuk ke dalam sistem penukar panas primer.

2. Air dingin primer keluar dari sistem penukar panas primer.

3. Air dingin sekunder masuk ke dalam sistem penukar panas sekunder.

4. Air panas sekunder keluar ke dalam sistem penukar panas sekunder.

4.2.2.2 Gambaran Detail Batas Sistem

Berikut ini akan ditampilkan detail batas sistem dalam bentuk tabel. Tabel 4.3 Detail Batas Sistem

Tipe Batas Sistem Lokasi Persinggungan

IN Sistem penukar panas

primer

Air panas primer masuk ke penukar

panas

OUT Sistem penukar panas

primer

Air dingin primer keluar dari penukar

panas

IN Sistem penukar panas

sekunder

Air dingin sekunder masuk ke penukar

panas

OUT Sistem penukar panas

sekunder

Air panas sekunder keluar dari penukar

panas

Page 24: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

68

4.2.3 Tahap 3 - Deskripsi Sistem dan Blok Diagram Fungsi

Dalam tahap ini ada lima informasi yang harus dikembangkan yaitu penguraian

sistem, blok diagram fungsi, masukan dan keluaran sistem, dan data historis

peralatan, dan System Work Breakdown Structure (SWBS).

4.2.3.1 Penguraian Sistem

Sistem penukar panas sekunder adalah tempat untuk menurunkan panas yang

terakhir dan reaktor, panas yang terbentuk pada sistem primer dipindahkan ke

sistem sekunder melalui penukar panas dan akhirnya dibuang ke atmosfir melalui

menara pendingin.

Sistem penukar panas sekunder dibagi menjadi dua buah subsistem

fungsional yaitu pumping secondary dan cooling secondary. Pembagian ini

didasarkan pada fungsi subsistem yang berbeda. Pumping secondary berfungsi

unluk mengalirkan air dengan debit aliran dan tekanan tertentu. Sedangkan

cooling secondary berfungsi sebagai unit pemindah panas.

Gambar 4.11 Subsistem Fungsional Sistem Penukar Panas Sekunder

Subsistem fungsional pumping secondary terdiri dan peralatan pompa

sentrifugal dan motor sekunder, valve dan piping sekunder. Sedangkan, subsistem

fungsional cooling secondary terdiri dari peralatan penukar panas dan menara

pendingin.

Dalam penguraian sistem, akan dibahas fungsi sistem, redudansi sistem,

dan instrument seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

Sistem Penukar Panas

Sekunder

Pumping Secondary Subsystem

Cooling Secondary Subsystem

Page 25: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

69

1. Fungsi Sistem

Berikut ini merupakan penjelasan fungsi dari tiap-tiap subsistem fungsional dan

sistem penukar panas sekunder reaktor Triga Mark 2000:

1. Pumping secondary

Subsistem pumping memiliki fungsi utama untuk menjaga debit aliran air

sebesar:

3000 l/menit mengalir dari masing-masing menara pendingin menuju ke aluran by pass.

a. 4500 l/menit mengalir dan saluran by pass menuju ke penukar panas.

b. 1500 l/menit mengalir dari saluran by pass menuju ke tabung pembagi.

c. 6000 l/menit dari saluran by pass ke tabung pembagi.

d. 3000 l/menit mengalir dari tabung pembagi menuju ke kedua menara

pendingin.

Kedua, adalah menjaga tekanan air yang masuk ke penukar panas sebesar

33 psi dan tekanan air yang keluar ke penukar panas sebesar 21 psi. Kedua

fungsi ini dapat dijalankan dengan mengkombinasikan peralatan pompa dan

pengaturan katup-katup pada pumping secondary.

2. Cooling secondary

Subsistem ini berfungsi sebagai unit penukar panas dalam sistem Air sekunder

yang disirkulasikan dari subsistem pumping akan mengalir secara kontinu menuju

penukar panas dan menara pendingin.

Temperatur air panas sekunder yang masuk ke dalam menara pendingin

adalah 37 derajat celcius. Sedangkan, temperatur air sekunder yang keluar dan

menara pendingin adalah 29 derajat celsius. Kondisi ini merupakan kondisi

optimum yang diharapkan dari fungsi cooling secondary.

2.Redudansi Sistem

Pada sistem penukar panas sekunder tidak dimiliki sistem redudansi. Namun

untuk pumping secondary khususnya untuk peralatan pompa dan motor sekunder

dimiliki satu buah cadangan yang berfungsi sebagai redudansi bila salah satu

pompa mengalami kerusakan.

Page 26: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

70

3.Instrumen

Pada sistem penukar panas sekunder digunakan 3 jenis instrumen yaitu

1. Termometer

Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur temperatur air sekunder. 2. Pressure Gauge

Pressure gauge merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan

air sekunder

3. Flowmeter

Flowmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengatur laju air sekunder.

Instrumen-instrumen diatas berfungsi menunjukan status informasi (status

information). Untuk instrumen-instrumen yang berfungsi sebagai petunjuk

informasi tidak dimasukan dalam proses analisa RCM dan dimasukan dalam

daftar run to failure (RTF). Hal ini dilakukan karena tindakan perawatan yarig

dapat dilakukan sangat rendah.

4.2.3.2 Blok Diagram Fungsi

Melalui pembuatan blok diagram fungsi, masukan dan keluaran serta iinteraksi

sistem penukar panas sekunder akan tergambar jelas. Berikut ini merupakan

gambar blok diagram fungsi.

Page 27: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

71

Gambar 4.12 Blok Diagram Fungsi

4.2.3.3 Masukan dan Keluaran Sistem

Pada proses analisa ini akan menjelaskan masukan dan keluaran serta interaksi

sistem penukar panas sekunder.

a. Masukan sistem

1. Arus listrik pada subsistem pumping sekunder

Arus listrik yang masuk ke dalam subsistem pumping sekunder adalah untuk

menggerakkan motor sekunder pompa. Pada saat switch control dalarn keadaan

on make motor sekunder pompa akan bergerak. Motor pompa yang bergerak akan

menggerakkan shaft, shaft akan menggerakan impeller.

2. Arus listrik pada subsistem pendingin sekunder

Arus listrik yang masuk ke dalam subsistem pendingin sekunder adalah untuk

mengerakan motor kipas menara pendingin. Bila switch control dalam keadaan on

maka motor akan bergerak dan sebaliknya bila keadaannya off maka motor tidak

bergerak. Motor kipas yang bergerak akan menggerakkan fan blade.

3. Temperatur air panas sekunder pada subsistem pendingin sekunder

Air panas sekunder yang berasal dari penukar panas masuk ke dalam menara

pendingin. Temperatur air sekunder yang akan masuk ke dalam menara pendingin

AC Power

Cooling Secondary

Temperatur air Panas sekunder

AC Power

Temperatur air Dingin sekunder

Tekanan air Panas

Sekunder

Tekanan air Dingin

Sekunder

Debit aliran Air panas sekunder

Debit aliran Air dingin sekunder

Pumping Secondary

Temperatur air dingin sekunder

Temperatur air panas sekunder

= input

= Output

= Hubungan antar sistem

Keterangan gambar diatas

Page 28: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

72

adalah 37 derajat celcius. Temperatur ini diukur oleh termometer yang terpasang

di pipa saluran masuk menara pendingin.

4. Temperatur air dingin sekunder pada subsistem pendingin sekunder

Air dingin sekunder yang berasal dari menara pendingin masuk ke dalam penukar

panas. Didalam penukar panas air dingin sekunder akan mengalami kenaikan

temperatur karena proses penukaran panas dengan air primer pada pelat-pelat

penukar panas.

b. Keluaran sistem

1. Tekanan air dingin sekunder pada subsistem pumping sekunder

Motor pompa yang menggerakkan impeller akan memperkuat air dingin sekunder

yang masuk melalui suction casing. Air dingin sekunder yang keluar melalui

pump casing akan mengalami perubahan tekanan. Tekanan yang diharapkan saat

air dingin sekunder masuk ke dalam penukar panas adalah 33 psi. Tekanan ini

juga diatur melalui katup-katup yang berada dalam subsistem pumping sekunder.

Pembacaan tekanan oleh pressure gauge berada di saluran pipa masuk penukar

panas.

2. Tekanan air panas sekunder pada subsistem pumping sekunder

Air dingin sekunder yang keluar dari penukar panas akan mengalami penukaran

panas. Air dingin ini selanjutnya akan disebut dengan air panas sekunder.

Tekanan air panas sekunder yang keluar dari penukar panas adalah 21 psi.

Tekanan ini juga diatur melalui katup-katup yang berada dalam subsistem

pumping sekunder. Pembacaan tekanan oleh pressure gauge berada di pipa

saluran keluar penukar panas.

3. Debit aliran air panas sekunder pada subsistem pumping sekunder

Debit aliran minimum yang keluar dan penukar panas adalah 4500 I/menit

dengan toleransi 2%. Sedangkan debit aliran yang berasal dan saluran by pass

adalah 1500 l/menit dengan toleransi 2%. Jadi. debit aliran yang masuk ke dalam

tabung pembagi adalah 6000 l/menit. Tabung pembagi akan mengatur debit aliran

air panas sekunder sebesar 3000 l/lmenit menuju ke masing-masing menara

pendingin. Pengaturan debit aliran juga diatur oleh katup-katup yang berada

dalam subsistem pumping sekunder

Page 29: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

73

4. Debit aliran air dingin sekunder pada subsistem pumping sekunder

Debit aliran air dingin sekunder yang keluar dari masing-masing menara

pendingin adalah 3000 l/menit. Penggabungan kedua menara pendingin akan

mengalirkan air ke saluran by pass sebesar 6000 l/menit. Pengaturan debit aliran

juga diatur oleh katup-katup yang berada dalam subsistem pumping sekunder.

5 Temperatur air dingin sekunder pada subsistem pendingin sekunder

Air panas sekunder yang berada dalam menara pendingin akan mengalami

penurunan temperatur. Air panas sekunder yang sudah mengalami penurunan

temperatur selanjutnya akan disebut air dingin sekunder. Temperatur air sekunder

yang keluar adalah 29 derajat celsius. Pembacaan temperatur air dingin sekunder

yang terletak di saluran pipa keluar.

6. Temperatur air panas sekunder pada subsistem peridingin sekunder

Air panas sekunder ini berasal dari penukar panas yang kemudian akan disalurkan

ke menara pendingin untuk didinginkan.

c. Hubungan Antar Subsistem

Cooling secondary pada dasamya merupakan unit pemindah panas yang berfungsi

untuk menurunkan temperatur. Air dingin sekunder yang masuk ke penukar

panas berfungsi untuk mengambil panas yang dihasilkan oleh tabung reaktor.

Sedangkan, menara pendingin berfungsi untuk menurunkan temperatur air panas

sekunder dari penukar panas.

Dalam kerjanya cooling secondary didukung oleh pumping secondary,

pumping secondary berfungsi untuk mengalirkan air sekunder menuju menara

pendingin dan penukar panas. Sedangkan, fungsi pump secondary adalah

mengatur tekanan air dan debit aliran air dalam sistem penukar panas sekunder.

Sirkulasi air sekunder melalui kedua subsistem dapat dijelaskan sebagai

berikut Air panas sekunder yang masuk ke dalarn menara pendingin merupakan

air panas sekunder yang dialirkan dari penukar panas melalui pumping

secondary. Didalam menara pendingin air panas sekunder mengalami penukaran

kalor sehingga temperatur air sekunder mengalami penurunan. Air sekunder yang

sudah didinginkan ditampung pada water basin (bak menara pendingin) dan siap

dialirkan rneialui pumping secondary menuju penukar panas. Di dalam penukar

Page 30: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

74

panas terjadi penukaran kalor antara air panas primer dengan air dingin sekunder.

Penukaran kalor ini menyebabkan kenaikan temperatur air dingin sekunder. Air

panas sekunder ini akan dialirkan kembali ke menara pendingin melalui

subsistem pemipaan.

4.2.3.4 Data Historis Peralatan

Pada tahun 2000, reaktor Triga Mark 2000 Bandung telah berhasil ditingkatkan

dayanya menjadi 2000 kW. Berkaitan dengan peningkatan daya ini, fasilitas

penukar panas reaktor yang lama diganti seluruhnya dengan fasilitas penukar

panas yang baru, baik untuk sistem penukar panas primer maupun sistem penukar

panas sekunder.

Berbeda dengan fasilitas penukar panas sekunder yang lama, penukar

panas yang digunakan sekarang adalah tipe pelat yang produksi oleh Baltimore

Air Coil dengan model pelat EC7. Fasilitas penukar panas yang lama

menggunakan penukar panas bertipe pipa dan cangkang.

Untuk menara pendingin digunakan dua buah menara pendingin dengan

kapasitas maksimum 1200 KW, sedangkan fasilitas penukar panas sekunder yang

lama menggunakan empat buah menara pendingin dengan kapasitas yang

berbeda-beda. Menara pendingin yang digunakan pada instalasi fasilitas penukar

panas sekunder yang baru mempunyai merek Liang Ho dengan tipe LCT 350.

Pompa pada fasilitas penukar panas yang baru berjumlah dua buah (satu

buah digunakan sebagai cadangan). pompa ini mempunyai merek Capran. Untuk

motor pompa digunakan motor induksi 3 fase merek Tatung.

Sistem pemipaan sistem penukar panas sekunder dirancang dengan

mempertimbangkan tata letak komponen utamanya seperti pompa sekunder,

penukar panas, dan menara pendingin serta karakteristik penukar panas dan

menara pendingin.

Pada saat ini aktivitas perawatan yang dilakukan di BATAN adalah

pemeriksaan pada mesin-mesin penukar panas dan bila pada saat pemeriksaan

terjadi kerusakan peralatan dilakukan perbaikan peralatan. Jadwal akfivitas

perawatan dilakukan secara random atau dengan kata lain tidak terdapat jangka

Page 31: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

75

waktu tertentu untuk aktivitas perawatan dan mesin-mesin penukar panas

sekunder. Jenis perawatan yang dilakukan adalah preventive maintenance (PM).

4.2.3.5 System Work Breakdown Structure (SWBS)

Pada tahap ini akan digambarkan himpunan daftar peralatan untuk setiap

bagian-bagian fungsi subsistem. Berikut ini akan ditunjukkan penguraian bagian-

bagian setiap subsistem secara garis besar:

Gambar 4.13 System Work Breakdown Structure

Himpunan daftar peralatan untuk setiap fungsi subsistem sangat banyak.

Agar susunan daftar peralatan lebih terstruktur dan mempermudah aktivitas

penelusuran peralatan sistem penukar panas sekunder dilakukan pengkodean.

Berikut pengkodean yang dilakukan untuk sistem penukar panas sekunder:

1. Huruf abjad melambangkan nama fungsi subsistem

a. Huruf A adalah fungsi sistem pumping secondary

b. Huruf B dalah fungsi sistem cooling secondary.

2. Angka pertama melambangkan nama peralatan.

Untuk sistem pumping secondary :

a. Angka 1 adalah pompa sentrifugal dan motor sekunder

b. Angka 2 adalah katup gerbang

c. Angka 3 adalah katup cegah

d. Angka 4 adalah piping

e. Angka 5 adalah flowmeter

f. Angka 6 adalah pressure gauge

Sistem Penukar Panas Sekunder

Pumping Secondary Subsystem

Cooling Secondary Subsystem

Pompa sentrifugal dan motor sekunder Katup gerbang Katup cegah Pipibng Flowmeter Pressure gauge

Penukar panas Cooling tower Termometer

Page 32: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

76

Untuk sistem cooling secondary :

a. Angka 1 adalah penukar panas

b. Angka 2 adaiah cooling tower

c. Angka 3 adalah termometer

3. Angka kedua melambangkan nama komporen.

4. Angka ketiga melambangkan komponen.

System Work Breakdown Structure untuk setiap subsistem akan diuraikan

masing-masing dalam bentuk tabel.

a. Subsystem Work Breakdown Structure (SWBS) Pump Secondary

Tabel 4.4 SWBS Pompa Sentrifugal dan Motor Sekunder

Kode A1.1 sampai A1.5 merupakan peralatan pompa sentrifugal sedangkan A1.6

sampai A1.11 merupakan peralatan motor sekunder.

Tabel 4.4 SWBS Pompa Sentrifugal dan Motor Sekunder

Kode  Nama Komponen (Part) Kode Nama Part 

A1.1  Discharge  A1.1.1 Pump Casing

A1.1.2 Packing

A1.1.3 Disffuser for Packing Rings Relief 

A1.1.4 Casing Gasket

A1.1.5 Wear Ring

A1.1.6 Shaft Spacer Sleeve

A1.2  Suction nozzle  A1.2.1 Suction Casing

A1.2.2 Wear Ring

A1.2.3 Stud

A1.2.4 Hexagonal Nut

A1.2.5 Plung

A1.3  Shaft  A1.3.1 Shaft

A1.3.2 Deflector

A1.3.3 Oil Dipstik

A1.3.4 Key

A1.3.5 Key

A1.4  Impeller  A1.4.1 Impeller

A1.4.2 Impeller Nut

Page 33: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

77

Lanjutan Tabel 4.4 SWBS Pompa Sentrifugal dan Motor Sekunder

A1.5  Oil Gasket  A1.5.1 Bearing Cover

A1.5.2 Bearing Cover

A1.5.3 Packing Gland

A1.5.4 Oil Filling Plug

A1.5.5 Bearing Flange Gasket

A1.5.6 Bearing Pedestal

A1.5.7 Plung

A1.5.8 Stud

A1.5.9 Stud

A1.5.10 Hexagonal Nut

A1.5.11 Hexagonal Nut

A1.5.12 Bearing

A1.5.13 Bearing

A1.5.14 Oil Seal

A1.5.15 Oil Seal

A1.5.16 Hexagonal Head‐Screw

A1.6  Swith Control  A1.6.1 Swith Control

A1.7  Rotor  A1.7.2 Shaft

A1.7.3 Bearing

A1.7.4 Bearing

A1.7.5 Rotor core, end ring and vanel 

A1.7.6 Festening ring

A1.8  Fan A1.8.1 Inner Fan

A1.8.2 Outer Fan

A1.8.3 Fastener for fan

A1.8.4 Hexagonal head bolts

A1.8.5 Lock washer

A1.9  Stator  A1.9.1 Stator core

A1.9.2 Stator winding

Page 34: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

78

Lanjutan Tabel 4.4 SWBS Pompa Sentrifugal dan Motor Sekunder

A1.10  Casing  A1.10.1 Frame

A1.10.2 Eye Bolt

A1.10.3 Fastening bolt for bracket

A1.10.4 Bracket

A1.10.5 Bracket

A1.10.6 Inner bearing cap

A1.10.7 Inner bearing cap

A1.10.8 Out bearing cap

A1.10.9 Out bearing cap

A1.10.10 Lock nut

A1.10.11 Lock nut

A1.10.12 Fastener for inner bearing cup 

A1.10.13 Fastenet for outlet cover

A1.10.14 Fan Hood

A1.10.15 Fastener for Fan Hood

A1.11  Grease  A1.11.1 Greasing pipe

A1.11.2 Greasing nipple

A1.11.3 Greasing outlet

Page 35: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

79

Gambar 4.14 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal

Page 36: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

80

Gambar 4.15 Bagian-bagian Motor Sekunder

Page 37: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

81

Tabel 4.5 SWBS Katup Gerbang

Kode  Nama Komponen (Part) Kode Nama (Part) 

A2  Katup gerbang  A2.1  Body 

A2.2  Seat ring 

A2.3 Wedge face

A2.4  Wedge  

A2.5  Wedge  

A2.6  Steam 

A2.7  Body gasket 

A2.8 Bolts

A2.9  Nuts 

A2.10  Bonet 

A2.11 Gland follower gasket 

A2.12  Stuffing box gasket 

A2.13  Stuffing box  

A2.14 Packing 

A2.15  Gland follower 

A2.16  Packing Gland 

A2.17 Hand Wheel

A2.18  Identification plate 

A2.19  Washer 

A2.20  Hand Wheel 

Page 38: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

82

Gambar 4.16 Bagian-bagian Detail Katup Gerbang (Gate Valve)

Tabel 4.6 SWBS Katup Cegah

Kode Name Komponen (Part) Kode Nama Part

A3 Katup cegah A3.1 Bolt and nut

A3.2 Gasket

A3.3 Body cover

A3.4 Side plug

A3.5 Hinge pin

A3.6 Hinge pin seal

A3.7 Hinge

A3.8 Washer

A3 9 Split pin

A3.10 Disc

A3.11 Disc nut

A3.12 Disc seat

A3.13 Body seat

A3 14 Body

Page 39: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

83

Gambar 4.21 Bagian-bagian Detail Katup Cegah (Check Valve)

Tabel 4.7 SWBS Piping

Kode Nama Komponen (Part) Kode Nama Part

A4 Piping A4.1 Pipa lurus

A4.2 Belokan 90

A4.3 Reducer

A4.4 Cabang T

A4.5 Tabung Pembagi

Tabel 4.8 SWBS Flowmeter

Kode Nama Komponen (Part) Kode Nama Part

A5 Flowmeter - Flowmeter

Tabel 4.9 SWBS Pressure Gauge

Kode Nama Komponen (Part) Kode Nama Part

A6 Pressure Gauge - Pressure Gauge

Page 40: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

84

b. Subsystem Work Breakdown Structure (SWBS) Cooling Secondary

Tabel 4.10 SWBS Penukar Panas

Kode Nama Komponen (Part) Kode Nama Part

B1.1 Plate - Plate bundle

B1.2 Frame B1.2.1 Fixed cover

B1.2.2 Moveable cover

B1.2.3 Top carrying bar

B1.2.4 Bottom guide bar

B1.2.5 Support column

B1.2.6 Tightening bolt

B1.2.7 Connections

Page 41: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

85

Tabel 4.11 SWBS Menara Pendingin

Kode Nama Komponen (Part) Kode Nama Part

B2.1 Switch control - Switch control

B2.2 Motor Kipas B2.2.1 Stator Frame

B2.2.2 F Bearing

B2.2.3 End Cover

B2.2.4 Terminal box

B2.2.5 Motor shaft

B2.2.6 Bolt

B2.2.7 Gear case

B2.2.8 Oil gauge

B2.2.9 No 1 gear

B2.2.10 Bolt

B2.2.11 Drain Plug

B2.2.12 C Bearing

B2.2.13 Hexagonal Nut

B2.2.14 Bolt

B2.2.15 Stator Coil

B2.2.16 Stator core

B2.2.17 Rotor Core

B2.2.18 A Bearing

B2.2.19 B Bearing

Page 42: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

86

Lanjutan Tabel 4.11 SWBS Menara Pendingin

B2.2 Motor Kipas B2.2.20 Oil Plug

B2.2.21 No 2 Gear

B2.2.22 Final Shaft

B2.2.23 Bolt

B2.2.24 Oil Seal No 1

B2.2.25 Oil Seal No 2

B2.2.26 Dear case

B2.2.27 Key

B2.2.28 Device Arresting

B2.3 Fan Blade - Fan Blade

B2.4 Hanger - Hanger

B2.5 Sprinkle Head B2.5.1 Cap

B2.5.2 Nut

B2.5.3 Bearing

B2.5.4 Screw

B2.5.5 Center pole

B2.5.6 Casing No 3

B2.5.7 Bearing

B2.5.8 Oil Seal

B2.5.9 Casing No.2

B2.5.10 Nut

B2.5.11 Casing No.1

B2.6 Sprinkle Pipe - Sprinkle Pipe

B2.6 Stand Pipe - Stand Pipe

B2.7 Fill - Fill

B2.8 Inlet Screen - Inlet Screen

B2.9 Fill Support - Fill Support

B2.10 Inlet - Inlet

B2.11 Outlet - Outlet

B2.12 Water Basin - Water Basin

Page 43: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

87

Gambar 4.18 Bagian-bagian Motor Kipas

Page 44: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

88

+

Gambar 4.19 Bagian-bagian Sprinkle Head

Tabel 4.12 SWBS Termometer

Kode Nama Komponen (Part) Kode Nama Part

B3 Termometer - Termometer

4.2.4 Tahap 4 - Pendeskripsian Fungsi Subsistem dan Kegagalan Fungsi

Pada tahap ini dikembangkan deskripi fungsi dan kegagalan fungsi untuk tiap

subsistem. Deskripsi fungsi memperlihatkan bagaimana masukan dan keluaran

bekerja sesuai yang diharapkan, sedangkan kegagalan fungsi memperlihatkan

bagaimana masukan dan keluaran tidak bekeda sesuai dengan yang diharapkan.

Fungsi subsistem pumping adalah mengalirkan serta menjaga debit aliran air dan

tekanan air sekunder. Sedangkan subsistem cooling sebagai unit pemindah panas.

Agar lebih terstruktur dan mempermudah aktivitas penelusuran data

dilakukan pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi. Pengkodean fungsi dan

kegagalan fungsi dilakukan dengan keterangan sebagai berikut:

Page 45: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

89

1. Angka pertama melambangkan nama subsistem.

2. Angka kedua melambangkan fungsi.

3. Angka ketiga melambangkan kegagalan fungsi.

Contoh pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi :

1.1 yaitu pendeskripsikan fungsi pada pumping secondary dengan fungsi

mengalirkan serta menjaga debit aliran air sekunder.

1.1.1 yaitu pendekripsian kegagalan fungsi pada pumping secondary, dengan

kegagalan fungsi air sekunder tidak mengalir (total loss of flow)

1.1.2 yaitu pendekrpsian kegagalan fungsi pada pumping secondary dengan

kegagalan fungsi air sekunder tidak mengalir dengan debit aliran tertentu

(insufficient flow)

Berikut ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel setiap pendeskripsian

fungsi dan kegagalan fungsi untuk setiap fungsional subsistem:

Tabel 4.13 Fungsi Subsistem dan Kegagalan Fungsi Pumping Secondary

No Fungsi

No Kerusakan

Fungsi Uraian Fungsi atau Kegagalan Fungsi

1.1 Mengalirkan serta menjaga debit aliran air sekunder pada sistem penukar panas sekunder.

1.1.1 Air sekunder tidak mengalir (total loss of flow). 1.1.2 Air sekunder tidak mengalir dengan debit aliran tertentu

(insufficient flow). 1.2 Menjaga tekanan air sekunder pada penukar panas

1.21 Tekanan air dingin sekunder yang masuk ke penukar panas

dibawah 33 psi. 1.22 Tekanan air panas sekunder yang keluar dari penukar

panas dilbawah 21 psi.

Page 46: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

90

Tabel 4.14 Fungsi Subsistem dan Kegagalan Fungsi Cooling Secondary

No Fungsi

No Kerusakan

Fungsi Uraian Fungsi atau Kegagalan Fungsi

2.1 2.1.1

Input temperatur air panas sekunder pada menara pendingin 37 derajat celcius.

Input temperatur air panas sekunder pada menara pendingin kurang dari 37 derajat celsius.

2.2

2.2.1

Output temperatur air dingin sekunder pada menara pendingin 29 derajat celsius.

Output temperatur air dingin sekunder pada menara pendingin kurang dari 29 derajat celsius.

4.2.5 Tahap 5 - Penyusunan Failure Made dan Effects Analysis (FMEA)

Tahap awal dari penyusunan Failure Mode dan Effects Analysis (FMEA) adalah

untuk melengkapi matriks peralatan dan kegagalan fungsi. Matriks dibuat dengan

mengkombinasikan daftar SWBS dengan informasi kegagalan fungsi. Matriks ini

menjadi petunjuk dalam pembuatan FMEA.

Berikut ini merupakan matriks peralatan dan kegagalan fungsi:

Tabel 4.15 Matriks peralatan dan kegagalan fungsi

No. Peralatan Nomor Kegagalan Fungsi 1.1.1 1.1.2 1.2.1 1.2.2 2.1.1 2.1.2

1. Pompa sentrifugal dan motor sekunder

x x x x

2 Katup gerbang x x x 3 Katup cegah x x x 4 Piping x x 5 Flowmeter x 6 Pressure gauge x x 7 Penukar panas x x x 8 Menara pendingin x 9 Termometer x x

Pada bagian kolom tabel FMEA terdapat informasi mengenai nama bagian

mesin yang dideteksi kerusakannya, mode kerusakan penyebab kerusakan,

pengamh kerusakan pada tiga area yaitu lokal (pada bagian mesin itu sendiri),

sistem, dan fasilitas. FMEA juga mempertanyakan apakah Logic Tree Analysis

(LTA) diperlukan untuk setiap mode kerusakan.

Page 47: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

91

Pengisian tabel FMEA dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengisian tabel FMEA dapat dijeaskan sebagai berikut

Contoh untuk sistem fungsional pumping secondary dengan kegagalan fungsi

1.1.1. Air sekunder tidak mengalir (total loss of flow).

1. Peralatan yang mungkin menimbulkan kerusakan adalah pompa sentrifugal

dan motor sekunder.

2. Mode kerusakan adalah bearing rusak, pelumasan kurang atau excessive

temperature.

3. Penyebab bearing rusak karena age/wear out.

4. Akibat kerusakan dilihat dari:

a. Lokal : pompa off b. Sistem : pumping off

c. Fasilitas : Sistem penukar sekunder off

5. LTA dibutuhkan

Berikut ini merupakan FMEA untuk setiap subsistem:

Page 48: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.16 FMEA Pumping Secondary

Peralatan No Failure Mode No Failure Cause Failure LTA

Lokal Sistem Fasilitas

Failure Function 1.1.1 Air Sekunder tidak mengalir (total loss of flow) Pompa Sentrifugal dan motor sekunder

1 Bearing rusak 1.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 1.2 Pelumasan kurang Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 1.3 Excessive temperature Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2 Belitan motor rusak 2.1 Unbalanced of three phase

Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2.2 Excessive temperature Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 3 Impeller rusak 3.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

Failure Function 1.1.2 Air Sekunder tidak mengalir dengan debit aliran tertentu (Insuffient flow) Pompa Sentrifugal 1 Bocor pada pump casing 1.1 Hexagonal not longgar Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

1.2 Casing gasket rusak Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 2 Impeller bergetar 2.1 Impeller nut longgar Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y3 Motor turn at wrong speed 3.1 Exsessive temperature Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

Katup gerbang 1 Macet dalam posisi membuka atau menutup

1.1 Korosi pada gland follower

Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2 Bocor 2.1 Aus pada gate dan seat ring

Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2.2 korosi Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y Katup cegah 1 Macet dalam posisi

membuka atau menutup 1.1 Hinge pin longgar atau

rusak Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2 Bocor 2.1 Aus pada disk/seat surface

Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2.2 korosi Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y Piping 1 Bocor 1.1 Korosi Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

1.2 Sambungan Nut longgar Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 1.3 Seal rusak Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

Flowmeter 1 False reading 1.1 Random part failure Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 2 Pelat retak 1.1 Korosi Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 3 Gasket rusak 2.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

Page 49: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.16 (lanjutan) FMEA Pumping Secondary

Peralatan No Failure Mode No Failure Cause Failure LTA

Lokal Sistem Fasilitas Cooling Tower

1 Outlet bocor 1.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 1.2 Sambungan Nut longgar Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

2 Inlet bocor 2.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 2.2 Sambungan Nut longgar Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

3 Stand pipe bocor 3.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 4 Sprinkler hole tersumbat 4.1 Kotor Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y 5 Waterbasin bocor 5.1 Age/wearout Pompa Off Pumping off Sistem Penukar panas sekunder off Y

Failure Function 1.2.1 Tekanan air sekunder yang masuk heat exchanger dibawah 33 psi Pompa Sentrifugal dan motor sekunder

Lihat FF 1.1.2

Katup gerbang Lihat FF 1.1.2 Katup cegah Lihat FF 1.1.2 Piping Lihat FF 1.1.2 Pressure Gauge 1 False reading 1.1 Random part failure Pompa on Pumping on Sistem Penukar panas sekunder on Y Cooling Tower Lihat FF 1.1.2

Failure Function 1.2.2 Tekanan air sekunder yang keluar dari heat exchanger dibawah 21 psi Pompa Sentrifugal dan motor sekunder

Lihat FF 1.1.2

Katup gerbang Lihat FF 1.1.2 Katup cegah Lihat FF 1.1.2 Piping Lihat FF 1.1.2 Pressure Gauge Lihat FF 1.2.1 Heat echanger Lihat FF 1.1.2 Cooling Tower Lihat FF 1.1.2

Page 50: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.17 FMEA Cooling Secondary

Peralatan No Failure Mode No Failure Cause Failure LTA

Lokal Sistem Fasilitas

Failure Function 2.1.1 Input temperatur air panas sekunder kurang dari 37 derajat celsius Heat exchanger

1 Pertukaran panas dipelat tidak efektif

1.1 Endapan Cooling tower Off

Cooling System off

Sistem Penukar panas sekunder off

Y

Termometer 2 False reading 1.1 Random part failure

Cooling tower On

Cooling System on

Sistem Penukar panas sekunder on

Y

Failure Function 2.2.1 Output temperatur air panas sekunder kurang dari 29 derajat celsius Cooling tower 1 Pertukaran panas dipelat tidak

efektif 1.1 Endapan Cooling tower

Off Cooling System off

Sistem Penukar panas sekunder off

Y

2 Sprinkle head tidak mampu berputar

2.1 Bearing Rusak Cooling tower Off

Cooling System Off

Sistem Penukar panas sekunder Off

Y

3 Motor Kipas no power 3.1 Gear rusak 3.2 Bearing Rusak 3.3 Wire motor

terbalar

4 Sprinklee hole tersumbat 4.1 kotor Termometer Lihat FF 2.1.11

Page 51: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

95

4.2.6 Tahap 6 - Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA)

Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) memiliki tujuan untuk

memberikan prionitas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan

fungsi, kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Prioritas

suatu mode kerusakan dapat diketahui dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang telah disediakan dalam LTA ini.

Pada bagian kolom tabel LTA mengandung informasi mengenai nomor

dan nama kegagalan fungsi. nomor dan mode kerusakan analisis kekritisan dan

keterangan tambahan yang dibutuhkan. Analisis kekrtisan menempatkan setiap

mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori. Empat hal yang panting dalam

analisis kekritisan yaitu sebagai berikut:

1. Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah

terjadi gangguan dalam sistem?

2. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?

3. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau

sebagian mesin berhenti?

4. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Pengisian tabel LTA dapat dijelaskan sebagal berikut:

Contoh untuk sistem pumping secondary dergan kegagalan fungsi 1.1.1 Air

sekunder tidak mengalir (total loss of flow), dengan mode kerusakan bearing

rusak. Analisis kekritisan adalah sebagai berikut:

1. Evident : Yes

2. Safety : No

3. Outage : Yes

4. Category : B

5. Comment : Cek kondisi motor

Benkut ini merupakan LTA untuk setiap subsistem:

Page 52: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.18 LTA Pumping Secondary

No Functional Failure No Failure Mode Criticality Analysis

Comment Evident Safety Outage Category1.1.1 Air sekunder tidak mengalir (total loss of

flow) Pompa sentrifugal dan motor sekunder 1 Bearing rusak Y N Y B Cek kondisi motor2 Belitan motor terbakar Y N Y B Cek kondisi motor 3 Impeller rusak Y N Y B Cek kondisi pompa

1.1.2 Air sekunder tidak mengalir dengan debit aliran tertentu (Insuffient flow)

Pompa sentrifugal dan motor sekunder 1 Bocor pada pump casing Y N Y B Cek kondisi pompa 2 Impeller bergetar Y N Y B Cek kondisi pompa 3 Motor run at wrong speed Y N Y B Cek kondisi motor Katup gerbang

1 Macet dalam posisi membuka atau menutup N Y - D/A Cek katup gerbang

2 Bocor Y Y - A Cek katup gerbang Katup cegah

1 Macet dalam posisi membuka atau menutup N Y - D/A Cek katup cegah

2 Bocor Y Y - A Cek katup cegah Piping 1 Bocor Y Y - A Cek rangkaian pemipaan

Flowmeter 1 False reading N Y - D/A Cek Flowmeter Heat exchanger 1 Pelat retak Y Y - A Cek kondisi pelat 2 Gasket rusak Y Y - A cek kondisi gasket Cooling tower 1 Outlet bocor Y Y - A Cek outlet 2 Inlet bocor Y Y - A Cek inlet 3 Stand pipe bocor Y Y - A Cek Stand pipe 4 Sprinkler hole tersumbat Y Y - A Cek Sprinkler hole 5 water basin bocor Y Y - A Cek water basin

Page 53: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.18 (lanjutan) LTA Pumping Secondary

No Functional Failure No Failure Mode Criticality Analysis

Comment Evident Safety Outage Category1.2.1 Tekanan air dingin sekunder yang masuk ke heat

exchanger dibawah 33 psi Pompa sentrifugal dan motor sekunder

Lihat FF 1.1.2 Katup gerbang

Lihat FF 1.1.2 Katup cegah

Lihat FF 1.1.2 Piping

Lihat FF 1.1.2 Pressure Gauge 1 False reading N Y - D/A Cek pressure gauge Cooling Tower

Lihat FF 1.1.2 1.2.2 Tekanan air panas sekunder yang keluar dari heat

exchanger dibawah 21 psi Pompa sentrifugal dan motor sekunder

Lihat FF 1.1.2 Katup gerbang

Lihat FF 1.1.2 Katup cegah

Lihat FF 1.1.2 Piping

Lihat FF 1.1.2 Pressure Gauge

Lihat FF 1.1.2 Heat exchanger

Lihat FF 1.1.2 Cooling Tower

Lihat FF 1.1.2

Page 54: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.19 LTA Cooling Secondary

No Functional Failure No Failure Mode Criticality Analysis Comment Evident Safety Outage Category

2.1.1 Tekanan air dingin sekunder yang masuk ke heat exchanger dibawah 33 psi 1

Heat Exchanger

Pertukaran panas di pelat tidak efektif Y Y - A Cek kondisi pelat

Termometer

False reading N Y - D/A Cek termometer

2.2.1 Output Temperatur air dingin sekunder diatas 29 derajat celcius 2

Cooling tower

Fill kotor Y Y - A Cek fill

Sprinkler head tidak mampu berputar Y N Y B Cek Sprinkler head

Motor kipas no power Y Y - A Cek kondisi motor

Sprinkler hole tersumbat Y Y - A Cek Sprinkler hole

Termometer

Lihat FF 2.1.1

Page 55: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

99

4.2.7 Tahap 7 - Pemilihan Tindakan

Pemillhan tindakan merupakan tahap terakhir dan proses analisa RCM.

Proses analisa ini akan menentukan tindakan PM yang tepat untuk mode

kerusakan tertentu. Tindakan bagi setiap mode kerusakan dilakukan dengan

mempertimbangkan delapan pertanyaan yang diajukan yang telah disediakan

dalam pemilihan tindakan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berperan sebagai

petunjuk dalam pemilihan tindakan. Pengisian tabel pemilihan tindakan dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Contoh untuk sistem pumping secondary dengan kegagalan fungsi 1.1.1 Air

sekunder tidak mengalir (total loss of flow), mode kerusakan bearing rusak yang

disebalakan olleh 1.1 Age/wearout. Petunjuk dalarn pemilihan tindakan adalah

sebagai berikut:

1. Apakah hubungan kerusakan dengan age reliability diketahui? Yes

2. Apakah tindakan TD bisa digunakan? No

3. Apakah tindakan CD dapat digunakan? Yes.

4. Apakah termasuk dalam mode kerusakan D? No.

5. Pertanyaan 5 dilewat.

6. Apakah tindakan yang dipilih efektif? Yes

7. Pertanyaan 7 dilewat

8. Pertanyaan 8 dilewat

Berikut ini merupakan pemilihan tindakan untuk setiap subsistem:

Page 56: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.20 Pemilihan Pumping Secondary

FF No Component No Failure

Mode No Failure Cause

Selection Guide

No Candidate Task

Effectiveness

Information

Selection Informa

tion

Suggestion

Frequency 1 2 3 4 5 6 7 8

1.1.1

Pompa sentrifugal dan motor sekunder

1 Bearing rusak

1.1 Age/wearout Y N Y N - Y - - 1 Vibration monitoring (CD)

1 is the most

CD 3 bulan 1.2 Pelumasan kurang Y N Y N - Y - - 2 Periksa kondisi oil (TD)

Cost effective

1.3 Excessive temperature N - Y N - Y - - 3

RTF

2 Belitan motor terbakar

2.1 Unbalance of three phase N - Y N - Y - - 1

Periksa temperature motor (CD)

1 is the most CD 3 bulan

2.2 Excessive temperature N - Y N - Y - - 2

RTF Cost effective

3 Impeller rusak 3.1

Age/wearout N - Y N - Y - - 1 Vibration monitoring (CD)

1 is the most cost effective

CD 3 bulan

1.1.2

Pompa Sentrifugal dan motor sekunder

1 Bocor pada pump casing

1.1 Hexagonal nut longgar N - Y N -- Y - - 1 Flow rate monitoring

(CD) 1 is the most cost effective

CD 3 bulan 1.2 Casing gasket rusak N - Y N - Y - -

2 Periksa tanda kebocoran (FF)

3 RTF

2 Impeller bergetar 2.1 Impeller nut longgar N - Y N - Y - -

1 Vibration monitoring (CD)

1 is the most cost effective

CD 3 bulan 2 RTF

3 Motor turn at wrong speed

3.1 Excessive temperature N - Y N - Y - - 1 Periksa temperature

motor (CD) The most cost eff. CD 3 bulan

Katup gerbang

1

Macet dalam posisi membuka atau menutup

1.1 Korosi pada gland follower P N N Y Y Y - -

1 Periksa putaran valve (FF) 1 is the

most cost effective

FF daily 2 Lubrikasi grand followers (TD)

3 RTF

2 Bocor 2.1 Aus pada gate dan

seat ring P N Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring (CD)

1 is the most cost effective

CD 3 bulan 2.2 Korosi P N Y N - Y - - 2 RTF

Page 57: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.20 (lanjutan) Pemilihan Pumping Secondary

FF No Component No Failure

Mode No Failure Cause

Selection Guide

No Candidate Task

Effectiveness

Information

Selection Informa

tion

Suggestion

Frequency 1 2 3 4 5 6 7 8

1.1.2

Katup cegah

1

Macet dalam posisi membuka atau menutup

1.1 Hinge pin longgar atau rusak N - Y Y N Y - -

1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the

most cost effective

CD 3 bulan 2 RTF

2 Bocor 2.1 Aus pada disk/seat surface P N Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring

(CD) 1 is the most cost effective

CD 3 bulan 2.2 Korosi P N Y N - Y - - 2 RTF

Piping 1 Bocor

1.1 Korosi P N Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the

most cost effective

CD 3 bulan 1.2 Sambungan nut longgar N - Y N - Y - - 2 Periksa tanda

kebocoran (FF) 1.3 Seal rusak N - Y N - Y - - 3 RTF

Flowmeter 1 False reading 1.1 Random part failure N - N Y Y Y - -

1 Kalibrasi (FF) 1 is the most cost effective

FF 6 bulan 2 RTF

Heat Exchanger

1 Pelat retak 1.1 Korosi P Y Y N - Y - - 1 Pressure monitoring

(CD) 1 is the most cost effective

CD 3 bulan 2 Pergantian plat (TC) 3 RTF

2 Gasket rusak 2.1 Age/wearout N - Y Y - Y - - 1 Pressure monitoring

(CD)

1 is the most cost effective

CD 3 bulan

Page 58: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.20 (lanjutan) Pemilihan Tindakan Pumping Secondary

FF No Component N

o Failure Mode No Failure Cause

Selection Guide No Candidate Task Effectiveness

Information

Selection

Informatio

n

Suggestion

Frequency 1 2 3 4 5 6 7 8

1.1.2 Cooling Tower

1 Inlet bocor 1 Age/Wearout N - Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the most CD 3 bulan 1 Sambungan nut longgar N - 2 RTF cost effective

2 Outlet bocor 2 Age/Wearout N - 1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the most CD 3 bulan 2 Sambungan nut longgar N - 2 RTF cost effective

3 Stand pipebocor 3 Age/Wearout N - Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the most CD 3

bulan 2 RTF cost effective

4 Sprinkler hole tersumbat 4 Kotor N - Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the most CD 3

bulan 2 RTF cost effective

5 Water basin bocor 5 Age/Wearout N - Y N - Y - - 1 Flow rate monitoring (CD) 1 is the most CD 3

bulan 2 RTF cost effective

1.2.1

Pompa sentrifugal dan motor sekunder

Lihat FF 1.1.2

Katup gerbang Lihat FF 1.1.2 Katup cegah Lihat FF 1.1.2 Piping Lihat FF 1.1.2

Pressure gauge 1 False reading 1 Random part failure N - N Y Y Y - - 1 Kalibrasi (FF) 1 is the most FF 6 bulan RTF cost effective

Cooling Tower Lihat FF 1.1.2

1.2.2

Pompa sentrifugal dan motor sekunder

Lihat FF 1.1.2

Katup gerbang Lihat FF 1.1.2 Katup cegah Lihat FF 1.1.2 Piping Lihat FF 1.1.2 Pressure gauge Lihat FF 1.2.1 Heat Exchanger Lihat FF 1.1.2 Cooling Tower Lihat FF 1.1.2

Page 59: BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN · PDF file(PPTN) telah memanfaatkan 20 orang tenaga ahli IAEA dalam bidang produksi radioisotop, biologi, elektronika, kedokteran nuklir, fisika neutron,

Tabel 4.21 Pemilihan Tindakan Cooling Secondary

FF No Component No Failure Mode No Failure Cause

Selection Guide

No Candidate Task

Effectiveness

Information

Selection

Informatio

n

Suggestion

Frequency 1 2 3 4 5 6 7 8

2.2.1

Heat Exchanger 1 Pertukaran panas di

pelat tidak efektif 1.1 Endapan Y Y Y N - Y - -

1 Bersihkan pelat (TD) 1 is the most cost effective

TD 6 bulan 2

Pressure monitoring (CD)

3 RTF

Termometer 1 False Reading 1.1 Random part failure N - N Y Y Y - -

1 Kalibrasi (FF) 1 is the most cost effective

FF 6 bulan 2 RTF

2.2.1 Cooling Tower

1 Fill kotor 1.1 Endapan Y Y Y N - Y - - 1 Pembersihan Fill (TD) 1 is the

most cost effective

TD 6 bulan 2 RTF

2 Sprinkle head tidak mampu berputar 2.1 Bearing rusak Y N Y N - Y - - 1

Periksa putaran sprinkler (CD)

1 is the most cost effective

CD 3 bulan 2 RTF

3 Motor kipas no power

3.1 Bearing rusak Y N Y N - Y - - 1

Vibration monitoring (CD) 1 is the

most cost effective

CD 3 bulan 2

Periksa kondisi oil (TD)

3 RTF

3.2 Belitan motor terbakar Y N Y N - Y - - 1

Periksa temperatur motor (CD)

1 is the most cost effective

CD 3 bulan 2 RTF

4 Sprinkler hole tersumbat 4.1 Kotor Y N Y N - Y - - 1 Periksa Sprinkler hole (CD)

The most cost eff. CD 3

bulan Termometer Lihat FF 2.2.1