bab 4 pengembangan model penilaian …lib.ui.ac.id/file?file=digital/123319-t...

60
Universitas Indonesia BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KENDALA DAN PETA KENDALA 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model penilaian kendala yang akan digunakan sebagai alat untuk menilai kendala-kendala yang ada dalam penerapan PBC pada proyek penanganan pemeliharaan jalan serta peta kendala (alat untuk mempermudah melihat kendala yang ada yang ditampilkan secara grafis). Model penilaian dan peta kendala yang dikembangkan bersifat khusus untuk proyek penanganan pemeliharaan jalan. Pengembangan model penilaian faktor-faktor kendala penerapan Kontrak Bernbasis Kinerja (PBC) dilakukan melalui 5 (lima) tahapan, yaitu: (1) Penentuan dasar penilaian, (2) identifikasi indikator penilaian, (3) penentuan parameter penilaian, (4) penetapan ukuran penilaian, dan (5) pengembangan model. Tahapan pengembangan model penilaian kendala dapat digambarkan seperti pada gambar 4.1. TAHAP I Penentuan Dasar Penilaian Kendala TAHAP II Identifikasi Indikator Penilaian TAHAP III Penentuan Parameter Penilaian TAHAP IV Penentuan Ukuran Penilaian TAHAP V Pengembangan Model Penilaian Kendala Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala 70 Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

Upload: tranduong

Post on 28-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

70

Universitas Indonesia

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KENDALA DAN

PETA KENDALA

4.1 PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model penilaian kendala

yang akan digunakan sebagai alat untuk menilai kendala-kendala yang ada dalam

penerapan PBC pada proyek penanganan pemeliharaan jalan serta peta kendala

(alat untuk mempermudah melihat kendala yang ada yang ditampilkan secara

grafis). Model penilaian dan peta kendala yang dikembangkan bersifat khusus

untuk proyek penanganan pemeliharaan jalan.

Pengembangan model penilaian faktor-faktor kendala penerapan Kontrak

Bernbasis Kinerja (PBC) dilakukan melalui 5 (lima) tahapan, yaitu: (1) Penentuan

dasar penilaian, (2) identifikasi indikator penilaian, (3) penentuan parameter

penilaian, (4) penetapan ukuran penilaian, dan (5) pengembangan model. Tahapan

pengembangan model penilaian kendala dapat digambarkan seperti pada gambar

4.1.

TAHAP IPenentuan Dasar Penilaian Kendala

TAHAP IIIdentifikasi Indikator Penilaian

TAHAP IIIPenentuan Parameter Penilaian

TAHAP IVPenentuan Ukuran Penilaian

TAHAP V

Pengembangan Model Penilaian Kendala

Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala

70

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

71

Universitas Indonesia

4.2 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR

KENDALA PENERAPAN PBC

4.2.1 Penentuan Dasar Penilaian

Penelitian ini akan difokuskan terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala

dalam penerapan PBC pada penanganan pemeliharaan jalan dari sudut pandang

pemilik jalan. Penentuan dasar penilaian kendala didasarkan atas hasil studi

literature, adapun faktor-faktor yeng menjadi kendala dalam menerapkan PBC di

Indonesia, dan akan menjadi dasar penilaian kendala dalam model yang akan

dikembangkan berdasarkan studi-studi terdahulu selengkapnya dapat dilihat pada

table 4.1.

Tabel 4. 1 Faktor-faktor kendala penerapan PBC berdasarkan studi terdahulu

Tim Pelaksana Studi Puslitbang

Jalan dan Jembatan

Bandung, 2006. Kajian Penerapan Kontrak Berbasis

Kinerja untuk Konstruksi Jalan

di Atas Tanah Lunak, Pusjatan,

Bandung

Ir.Purnomo, Prakondisi dan Konsekuensi

terhadap Penerapan Kontrak Berbasis

Kinerja, Lokakarya KRTJ-10, Surabaya,

2008

Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah Dan Kontraktor

Indonesia Dalam Penerapan Metode Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) oleh Bayu Kania

(2006)

1. Aspek resiko pekerjaan;

2. Aspek hukum; 3. Spesifikasi

kinerja;

1. Aspek hukum; 2. Aspek kelembagaan; 3. Aspek teknis; 4. Aspek pendanaan

1. Tim solusi yang terintegrasi (peraturan tugas dan fungsi tim; pengelolaan knowledge base).

2. Mempelajari solusi dari sektor swasta dan sektor pemerintah (riset pasar, informasi yang dikumpulkan; dokumentasi hasil riset pasar).

3. Mengembangkan spesifikasi berbasis kinerja (analisis kebutuhan, penyusunan PRS).

4. Menentukan tata cara mengukur dan mengelola kinerja (mengembangkan quality assurance surveillance plan, QASP).

5. Memilih kontraktor yang tepat (solusi terbaik, presentasi secara lisan)

6. Mengelola kinerja (mengevaluasi kinerja kontraktor melalui QASP dan Quality Control Plan).

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

72

Universitas Indonesia

Untuk menyederhanakan model penilaian yang akan dikembangkan faktor-

faktor kendala yang teridentifikasi dari penelitian terdahulu akan dikelompokkan

menjadi 5 (lima) aspek kendala, yaitu:

a. Aspek hukum;

b. Aspek resiko;

c. Aspek teknis;

d. Aspek organisasi;

e. Aspek pendanaan.

Penjelasan dari masing-masing aspek kendala yang ada adalah sebagai

berikut:

4.2.1.1. Aspek Hukum

Aspek hukum merupakan kendala yang ada dalam penerapan PBC akibat dari

peraturan dan kebijakan yang ada saat ini belum mengakomodasi seluruh

kebutuhan PBC.

Dalam aspek hukum, yang ditinjau adalah bagaimana bentuk pengaturan dari:

kontrak, seleksi penyedia jasa, spesifikasi teknis, dan penyelesaian perselisihan.

Kendala dari pengaturan kontrak akan dianalisa dari jenis kontrak dan tipe

kontrak. Kendala dari pengaturan seleksi penyedia jasa akan dianalisa dari metode

seleksi dan penilaian kualifikasi. Kendala pengaturan spesifikasi teknis akan

ditinjau dari penyusun spesifikasi teknis dan cakupan dari spesifikasi. Dan yang

terakhir adalah kendala pengaturan penyelesaian perselisihan.

Adapun untuk menilai kendala yang ada, berdasarkan hasil studi literatur,

konsep dasar dari PBC yang ditinjau dari kendala aspek hukum dapat dilihat pada

tabel 4.2..

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

73

Universitas Indonesia

Tabel 4. 2 Kendala aspek hukum dan konsep dasar PBC

No. Kendala Aspek Hukum yang

Ditinjau Konsep Dasar PBC

1 Kontrak a. Jenis kontrak • Building Team Contract, Turnkey Contract,

Design&Build Contract dan Alliance Contract b. Tipe kontrak • Kontrak lifecycle;

• Tahun jamak; • Pembayaran dengan sistem lumpsum.

c. Bentuk layanan • Perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak

2 Seleksi penyedia jasa

a. Metode seleksi • Pelelangan terbatas b. Penilaian

kualifikasi • Kriteria evaluasi kontraktor: biaya, financial, quality

control plan, kemampuan teknikal, manajemen perusahaan, dan kinerja kontraktor dimasa lalu.

• Best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik)

3 Spesifikasi teknis a. Bentuk

spesifikasi • Orientasi terhadap output yang diinginkan

b. Komponen spesifikasi

• Jenis pekerjaan, indikator, tingkatan kinerja yang dapat diterima.

4 Penyelesaian perselisihan

• Litigasi dihindari

4.2.1.2. Aspek Resiko

Alokasi resiko antara pemilik proyek dan penyedia jasa merupakan salah satu

kendala dalam penerapan PBC. Apabila penyedia jasa menanggung resiko

pekerjaan yang seharusnya ditanggung oleh pemilik proyek akan menimbulkan

kondisi yang tidak baik seperti: tingginya harga penawaran lelang dari penyedia

jasa; mundurnya penyedia jasa akibat bank (pemberi modal) bagi penyedia jasa

menolak untuk mengambil resiko; pemutusan hubungan kerja dari penyedia jasa

dalam masa kontrak dengan kemungkinan terburuk bangkrutnya penyedia jasa

tersebut. Untuk mengantisipasi kendala dari segi resiko dibutuhukan analisi

resiko detail sebelum dilaksanakannya proyek dan melakukan manajemen resiko

selama proyek berlangsung.

Jenis-jenis resiko yang harus dianalisis dapat dikelompokkan menjadi tujuh

aspek, yaitu: aspek legal, aspek organisasi, aspek teknis, aspek spasial, aspek

keuangan, dan aspek politik.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

74

Universitas Indonesia

Resiko ini sebaiknya dialokasikan pada pihak yang mamupu mengatur resiko

tersebut. Peyedia jasa merupakan pihak yang tepat untuk memikul resiko dengan

syarat resiko tersebut berkaitan dengan keahliannya dan insentif yang akan

diterima sesuai dengan tingkat resiko yang diberikan.

4.2.1.3. Aspek Teknis

Kendala aspek teknis akan dilihat dari siklus proyek pemeliharaan jalan (PPJ)

yang terkait dengan PBC, yaitu: kontrak PPJ, spesifikasi teknis PPJ,

penyelesesaian perselisihan PPJ, seleksi penyedia jasa PPJ, Pengawasan PPJ,

pembayaran PPJ, dan masa pemeliharaan PPJ.

Konsep dasar PBC yang terkait dengan kendala aspek teknis, selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Kendala aspek teknis dan konsep dasar PBC

No. Kendala Aspek Teknis yang Ditinjau Konsep Dasar PBC

1 Kontrak PPJ a. Jenis kontrak • Building Team Contract, Turnkey Contract, Design&Build

Contract dan Alliance Contract b. Tipe kontrak • Kontrak lifecycle;

• Tahun jamak; • Pembayaran dengan sistem lumpsum.

c. Bentuk layanan • Perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak 2 Seleksi penyedia jasa a. Metode seleksi • Pelelangan terbatas b. Penilaian kualifikasi • Kriteria evaluasi kontraktor: biaya, financial, quality control

plan, kemampuan teknikal, manajemen perusahaan, dan kinerja kontraktor dimasa lalu.

• Best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik)

3 Spesifikasi teknis a. Bentuk spesifikasi • Orientasi terhadap output yang diinginkan b. Komponen spesifikasi • Jenis pekerjaan, indikator, tingkatan kinerja yang dapat diterima.

4 Penyelesaian perselisihan • Non litigasi 5 Pengawasan PPJ

a. Pihak yang bertanggung jawab

• Pengawasan terhadap pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor

b. Mekanisme pengawasan • Kontraktor menyusun Quality assurance surveillance plan 6 Pembayaran PPJ

a. Sistem pembayaran • Pembayaran dilakukan atas kinerja yang memenuhi standar kinerja dengan sistem lumpsum

b. Dasar pembayaran • Kinerja yang memenuhi standar kinerja 7 Masa pemeliharaan PPJ

a. Pihak yang bertanggung jawab

• Kontraktor/penyedia jasa

b. Jangka waktu masa pemeliharaan

• Lebih dari 1 tahun

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

75

Universitas Indonesia

4.2.1.4. Aspek Organisasi

Aspek organisasi terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

mengetahui dan memahami konsep Performance Based Contract (PBC) serta

bagaimana infromasi mengenai Performance Based Contract (PBC) ini

disebarluaskan di lingkungan kerjanya.

4.2.1.5. Aspek Pendanaan

Aspek pendanaan terkait dengan kepastian mengenai ketersediaan dana untuk

pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tertentu pada kontrak multi-yeas. PBC

merupakan kontrak tahun jamak, sehingga perlu adanya kepastian mengenai

ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tersebut, karena

PBC akan lebih effektif dan effisien jika dilakukan dalam skala besar dan skala

waktu yang lebih dari 3 (tiga) tahun.

4.2.2 Indikator dan Parameter Penilaian Kendala

4.2.2.1. Aspek Hukum

Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek hukum, adalah yang

terkait dengan pengaturan dari: kontrak, spesifikasi teknis, seleksi penyedia

jasa, dan penyelesaian perselisihan. Adapun parameter penilaian yang akan

digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek hukum adalah:

1. Kontrak

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator kontrak adalah:

jenis kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan.

2. Spesifikasi Teknis

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator spesifikasi teknis

adalah: orientasi spesifikasi dan komponen spesifikasi.

3. Seleksi Penyedia Jasa

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator seleksi penyedia

jasa adalah: metode seleksi dan penilaian kualifikasi.

4. Penyelesaian Perselisihan

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator penyelesaian

perselisihan adalah metode penyelesaian perselisihan.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

76

Universitas Indonesia

4.2.2.2. Aspek Resiko

Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek resiko, adalah yang

terkait dengan: analisis dan manajemen resiko, serta alokasi resiko. Adapun

parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari

kendala aspek resiko adalah:

1. Analisis dan Manajemen Resiko

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator analisis dan

manajemen resiko adalah: analisis resiko awal proyek, manajemen resiko

selama proyek berlangsung, dan jenis resiko yang dianalisis.

2. Alokasi Resiko

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator analisis dan

manajemen resiko adalah siapa pihak yang mengelola resiko.

4.2.2.3. Aspek Teknis

Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek teknis, adalah yang terkait

dengan: kontrak proyek pemeliharaan jalan (PPJ), spesifikasi teknis PPJ,

penyelesaian perselisihan PPJ, seleksi penyedia jasa PPJ, pengawasan PPJ,

pembayaran PPJ, dan masa pemeliharaan PPJ. Adapun parameter penilaian

yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek teknis

adalah:

1. Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ)

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Kontrak Proyek

Pemeliharaan Jalan (PPJ) adalah: jenis kontrak PPJ, tipe kontrak PPJ, dan

bentuk layanan PPJ.

2. Spesifikasi Teknis PPJ

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Spesifikasi

Teknis PPJ adalah: orientasi spesifikasi teknis PPJ dan komponen spesifikasi

teknis PPJ.

3. Penyelesesaian Perselisihan PPJ

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Penyelesesaian

Perselisihan PPJ adalah metode penyelesaian perselisihan PPJ.

4. Seleksi Penyedia Jasa PPJ

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

77

Universitas Indonesia

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Seleksi Penyedia

Jasa PPJ adalah: metode seleksi penyedia jasa PPJ dan penilaian kualifikasi

penyedia jasa PPJ.

5. Pengawasan PPJ

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Pengawasan PPJ

adalah: pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ dan mekanisme

pengawasan PPJ.

6. Pembayaran PPJ

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Pembayaran PPJ

adalah: sistem pembayaran PPJ dan dasar pembayaran PPJ.

7. Masa Pemeliharaan PPJ

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Masa

Pemeliharaan PPJ adalah: pihak yang bertanggungjawab pada masa

pemeliharaan dan jangka waktu pemeliharaan.

4.2.2.4. Aspek Organisasi

Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek organisasi adalah yang

terkait dengan: Sumber Daya Manusia (SDM) dan penyebaran informasi

KBK/PBC. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai

setiap indikator kendala aspek organisasi adalah:

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator SDM adalah

kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ.

2. Penyebaran Informasi PBC

Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator penyebaran

informasi PBC adalah mekanisme penyebaran informasi mengenai PBC.

4.2.2.5. Aspek Pendanaan

Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek pendanaan, adalah

yang terkait dengan: ketersediaan dana proyek multiyears. Adapun parameter

penilaian yang akan digunakan untuk menilai indikator ketersediaan dana proyek

multiyears adalah kepastian ketersediaan dana proyek multiyears:

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

78

Universitas Indonesia

Indikator dan parameter penilaian dari kendala-kendala yang ada

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Indikator dan parameter penilaian

No Aspek Dasar Penilaian Indikator Parameter Penilaian

1 Aspek Hukum

a. Kontrak • Jenis kontrak • Tipe kontrak • Bentuk layanan

b. Spesifikasi teknis

• Orientasi spesifikasi • Komponen spesifikasi

c. Seleksi penyedia jasa

• Metode seleksi • Penilaian kualifikasi

d. Penyelesaian perselisihan • Metode penyelesaian perselisihan

2 Aspek Resiko

a. Analisis resiko dan manajemen resiko

• Analisis resiko awal proyek • Manajemen resiko selama proyek

berlangsung • Jenis resiko yang dianalisis

b. Alokasi resiko • Pihak yang mengelola resiko

3 Aspek Teknis

a. Kontrak PPJ • Jenis kontrak PPJ • Tipe kontrak PPJ • Bentuk layanan PPJ

b. Spesifikasi teknis PPJ

• Orientasi spesifikasi teknis PPJ • Komponen spesifikasi teknis PPJ

c. Penyelesaian perselisihan PPJ

• Metode penyelesaian perselisihan PPJ

d. Seleksi penyedia jasa PPJ

• Metode seleksi penyedia jasa PPJ • Penilaian kualifikasi penyedia jasa

PPJ

e. Pengawasan PPJ

• Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ

• Mekanisme pengawasan PPJ f. Pembayaran

PPJ • Sistem pembayaran PPJ • Dasar pembayaran PPJ

g. Masa pemeliharaan

• Pihak yang bertanggungjawab • Jangka waktu masa pemeliharaan

4 Aspek Organisasi

a. Sumber Daya Manusia

• Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ

b. Penyebaran Informasi KBK

• Mekanisme penyebaran informasi PBC

5 Aspek Pendanaan a. Ketersediaan

dana proyek multiyears

• Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

79

Universitas Indonesia

Setelah parameter-parameter dari kendala yang ada dikelompokkan, selanjutnya akan diberikan kode untuk setiap parameter yang ada, seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Pemberian kode penilaian kendala

No Aspek Dasar Penilaian Indikator Parameter Penilaian Kode

A Aspek Hukum

1. Kontrak

a. Jenis kontrak A1a b. Tipe kontrak A1b

c. Bentuk layanan A1c

2. Spesifikasi teknis a. Orientasi spesifikasi A2a b. Komponen spesifikasi A2b

3. Seleksi penyedia jasa

a. Metode seleksi A3a b. Penilaian kualifikasi A3b

4. Penyelesaian perselisihan

a. Metode penyelesaian perselisihan A4a

B Aspek Resiko

1. Analisis resiko dan manajemen resiko

a. Analisis resiko awal proyek B1a

b. Manajemen resiko selama proyek berlangsung B1b

c. Jenis resiko yang dianalisis B1c

2. Alokasi resiko a. Pihak yang mengelola resiko B2a

C Aspek Teknis

1. Kontrak PPJ

a. Jenis kontrak PPJ C1a b. Tipe kontrak PPJ C1b

c. Bentuk layanan PPJ C1c

2. Spesifikasi teknis PPJ

a. Orientasi spesifikasi teknis PPJ C2a

b. Komponen spesifikasi teknis PPJ C2b

3. Penyelesaian perselisihan PPJ

a. Metode penyelesaian perselisihan PPJ C3a

4. Seleksi penyedia jasa PPJ

a. Metode seleksi penyedia jasa PPJ C4a

b. Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ C4b

5. Pengawasan PPJ

a. Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ

C5a

b. Mekanisme pengawasan PPJ C5b

6. Pembayaran PPJ a. Sistem pembayaran PPJ C6a b. Dasar pembayaran PPJ C6b

7. Masa pemeliharaan

a. Pihak yang bertanggungjawab C7a

b. Jangka waktu masa pemeliharaan C7b

D Aspek Organisasi

1. Sumber Daya Manusia

a. Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ D1a

2. Penyebaran Informasi KBK

a. Mekanisme penyebaran informasi PBC D2a

E Aspek Pendanaan

1. Ketersediaan dana proyek multiyears

a. Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears E1a

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

80

Universitas Indonesia

4.2.3 Model Penilaian

Setelah parameter dan ukuran penilian diidentifikasi, selanjutnya akan

dikembangkan bagaimana menilai parameter tersebut. Dasar penilaiannya akan

dibedakan atas 2 (dua) bagian, bagian pertama adalah penilaian terhadap hasil

wawancara tentang bagaimana sebetulnya kendala yang ada telah diakomodasi

oleh pengelola jalan dan kontraktor pemeliharaan jalan. Bagian kedua adalah

penilaian terhadap hasil kuesioner tingkat kepentingan dari kendala yang dinilai

oleh para ahli KBK.

Metode penilaian yang digunakan dalam model ini adalah metode rating.

Dengan metode rating, obyek yang ditetapkan sebagai kategori penilaian dapat

dibandingkan relative dengan obyek yang lain, dan dapat diurutkan secara

terstruktur, misalnya dari kendala yang telah diakomodasi sampai pada kendala

yang betul-betul belum diakomodasi atau diperhatikan.

Metode rating yang digunakan dalam model ini adalah suatu model yang

menggunakan ukuran-ukuran yang dinyatakan secara kualitatif, yaitu melalui

pertanyaan-pertanyaan yang dapat menunjukkan gradasi dari obyek yang dinilai.

Nilai kualitatif yang digunakan adalah nilai kualitatif yang dinyatakan dengan

angka numerik dalam skala Likert58

1. Skala 1 : kategori Sangat Baik (Tidak ada kendala/kendala 0%)

, yaitu skala 1 sampai 5. Dengan ketentuan

skala sebagai berikut:

2. Skala 2 : Kategori Baik (Kendala sebesar 25%)

3. Skala 3 : Kategori Sedang (Kendala sebesar 50%)

4. Skala 4 : Kategori Buruk (Kendala sebesar 75%)

5. Skala 5 : Kategori Buruk Sekali (Kendala sebesar 100%)

58 Drs. Riduwan, M.B.A, 2005, “Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula”, Alfabeta, Bandung.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

81

Universitas Indonesia

Penilaian untuk setiap level akan dilakukan melalui ketentuan sebagai

berikut59

1. Perhitungan Level 4

:

Level 4 merupakan nilai dari parameter-parameter penilaian yang dinilai

dalam skala Likert 1 sampai 5. Nilai yang diberikan dipengaruhi hasil

wawancara yang dilakukan.

Dari parameter penilaian yang telah dikembangkan, dasar penilaian dapat

dilihat pada Lampiran. 4.

2. Perhitungan Level 3

Pada level 3 akan dilakukan perhitungan dari tingkat kendala dari parameter

penilaian. Tingkat kendala dari parameter penilaian ini menggunakan

persamaan:

(3.1)

Mengacu pada persamaan di atas, maka persamaan untuk menghitung level 3

adalah sebagai berikut:

(3.2)

(3.3)

(3.4)

(3.5)

(3.6)

59Bayu Kania, (2006). “Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah dan Kontraktor Indonesia dalam Penerapan Metoda Kontrak Berbasis Kinerja (KBK), ITB.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

82

Universitas Indonesia

Dimana notasi-notasi tersebut adalah:

− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –

parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek

hukum.

− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –

parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek

resiko.

− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –

parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek

teknis.

− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –

parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek

organisasi.

− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –

parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek

pendanaan.

− 5n adalah nilai maksimum yang bisa dicapai, karena rating skala

maksimum adalah 5, dan n adalah parameter penilaian ke n.

3. Perhitungan Level 2

Nilai pada Level 2

(3.7)

(3.8)

(3.9)

(3.10)

(3.11)

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

83

Universitas Indonesia

Dimana notasi-notasi tersebut adalah:

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam parameter penilaian aspek hukum.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam parameter penilaian aspek resiko.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam parameter penilaian aspek teknis.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam parameter penilaian aspek organisasi.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam parameter penilaian aspek pendanaan.

− W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian.

4. Perhitungan Level 1

(3.12)

(3.13)

(3.14)

(3.15)

(3.16)

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

84

Universitas Indonesia

Dimana notasi-notasi tersebut adalah:

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam aspek hukum.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam aspek resiko.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola

jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam

aspek teknis.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam aspek organisasi.

− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan

pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang

terdapat dalam aspek pendanaan.

− W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian.

5. Perhitungan Level 0 Ko = (WAH x PAH) + (WAR x PAR) + (WAT x PAT) + (WAO x PAO) + (WAP x PAP) (3.16)

Dimana notasi-notasi tersebut adalah:

− Ko adalah besarnya tingkat kendala dalam penerapan KBK pada

penanganan pemeliharaan jalan.

− PAH, PAR, PAK, PAT, PAP berturut-turut adalah besarnya tingkat kendala

penerapan PBC dalam proyek pemeliharaan jalan.

− W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

85

Universitas Indonesia

Jika model matematis tersebut diatas dibuatkan dalam bentuk ilustrasi model

penilaian, maka dapat diperlihatkan melalui gambar 4.2. Dari gambar 4.2 terlihat

bahwa perhitungan dimulai dengan menggunakan persamaan 4 (empat) yaitu

dengan memasukan nilai N dari hasil wawancara. Nilai N merupakan nilai

kuantitatif yang digunakan untuk megkategorikan parameter penilaian, yaitu 1 –

5. Selanjutnya nilai pada persamaan 4 (empat) menjadi input bagi persamaan 3

(tiga) sehingga diperoleh nilai probabilitas dari parameter penilaian. Nilai

persamaan 3 (tiga) akan menjadi input persamaan 2 (dua) sehingga diperoleh nilai

probabilitas dari indikator dan nilai persamaan 2 (dua) akan menjadi input

persamaan 1 (satu) sehingga diperoleh probabilitas dari dasar penilaian.

Perhitungan akhir dilakukan dengan input persamaan 1 (satu) ke dalam persamaan

0 (nol) sehingga diperoleh nilai kendala dari penerapan PBC dalam pemeliharaan

jalan.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

86

Universitas Indonesia

Gambar 4. 2 Model penilaian faktor-faktor kendala penerapan PBC

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

87

Universitas Indonesia

4.2.4 Hirarki Tingkatan Parameter Penilaian

Hirarki yang dikembangkan dalam Proses Hirarki Analisis (PHA) sama

dengan tingkatan level dari model penilaian kendala. Pada gambar 4.3,

diilustrasikan hirarki parameter penilaian kendala penerapan PBC dari pihak

pengelola pemeliharn jalan (owner).

Kendala Penerapan KBK pada Pemeliharaan Infrastruktur Jalan

B. Aspek Resiko

C. Aspek Teknis

D. Aspek Organisasi

B.1 Analisis resiko dan manajemen resiko

B.2 Alokasi resiko

C.1 Kontrak PPJ (proyek pemel. Jalan)

C.2 Spesifikasi teknis PPJ

C.3 Penyelesaian perselisihan PPJ

Level 0 Level 1 Level 2 Level 3

A. Aspek Hukum

A.1 Kontrak

C.4 Seleksi penyedia jasa PPJ

C.5 Pengawasan PPJ

C.7 Masa pemeliharaan

E.1 Ketersediaan dana proyek multiyears (1)E. Aspek Pendanaan

A.1.a Jenis kontrak

A.1.b Tipe kontrak

A.1.c Bentuk layanan

A.3 Seleksi Penyedia Jasa

A.2 Spesifikasi teknis

A.4 Penyelesaian perselisihan

A.2.a Orientasi spesifikasi

A.2.b Komponen spesifikasi

A.3.a Metode seleksi

A.3.b Penilaian kualifikasi

B.1.a Analisis resiko awal proyek

B.1.b Manajemen resiko selama proyek berlangsung

C.6 Pembayaran PPJ

B.1.c Jenis resiko yang dianalisis

E.1.a Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears (1)

A.4.a Metode penyelesaian perselisihan

B.2.a Pihak yang mengelola resiko

C.1.a Jenis kontrak PPJ

C.1.b Tipe kontrak PPJ

C.1.c Bentuk layanan PPJ

C.2.a Orientasi spesifikasi teknis PPJ

C.2.b Komponen spesifikasi teknis PPJ

C.3.a Metode penyelesaian perselisihan PPJ

C.4.a Metode seleksi penyedia jasa PPJ

C.4.b Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ

D.1 SDM

D.2 Penyebaran Informasi KBK

C.6.a Sistem pembayaran PPJ

C.6.b Dasar pembayaran PPJ

C.5.a Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan PPJ

C.5.b Mekanisme pelaksanaan pengawasan PPJ

C.7.a Pihak yang bertanggungjawab

C.7.b Jangka waktu masa pemeliharaan

D.1.a Kualifiaksi SDM pengelola kontrak PPJ (1)

D.2.a Mekanisme penyebaran informasi PBC (1)

Gambar 4. 3 Hirarki tingkatan parameter penilaian

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

88

Universitas Indonesia

4.3 PENGEMBANGAN PETA FAKTOR-FAKTOR KENDALA

PENERAPAN PBC

Setelah dilakukan pengembangan model untuk menilai kendala yang ada,

maka selanjutnya akan diuraikan tentang pengembangan peta kendala yang ada

dalam penerapan PBC di pemeliharaan jalan. Peta keterkaitan kendala ini

merupakan penjabaran dari model penilaian kendala yang telah dikembangkan

sebelumnya.

Peta kendala ini dikembangkan untuk tujuan untuk memudahkan analisa

terhadap hasi penilaian dari model penilaian kendala, karena setelah diketahui

nilai kendala dari masing-masing level indikator penilaian, selanjutnya nilai

tersebut akan di-mapping-kan dengan peta kendala. Sehingga dapat diketahui

dengan secara cepat dan jelas kendala-kendala mana saja yang sebenarnya telah

diakomodasi oleh pengelola jalan dan kontraktor dan mana saja kendala yang

belum diakomodasi. Dalam peta akan diberikan arsir sesuai dengan tingkatan

kendala, seperti pada tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Kategori kendala dalam peta keterkaitan

No Arsir/Warna Keterangan 1 Kendala kuat (83% - 100%) 2 Kendala agak kuat (66.6% - 83.25%) 3 Kendala sedang (49.98% - 66.6%) 4 Kendala lemah (33.3% - 49.98%) 5 Kendala Kurang (16.65%- 33.3%) 6 Kendala kurang sekali (0%-16.65%)

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

89

Universitas Indonesia

BAB 5 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

5.1 PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan dan dibahas mengenai karakteristik proyek

pemeliharaan jalan, serta pengumpulan data dan analisis data. Pengumpulan data

dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada para pakar untuk analisa

tingkat kepentingan kendala. Bersamaan dengan penyebaran kuesioner dilakukan

wawancara kepada pihak pengelola pemeliharaan jalan yang dalam wawancara ini

diwakili oleh Kepala Bidang Pemeliharaan Dinas Bina Marga Provinsi Banten

untuk mengetahui karakteristik pengelolaan pemeliharaan jalan khususnya di

lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Data hasil

penyebaran kuesioner akan dianalisa dengan Analythical Hierarchy Process

(AHP) untuk mendapatkan tingkat kepentingan/prioritas dari masing-masing

kendala yang ada dari penerapan Performance Based Contract (PBC) dalam

penanganan pemeliharaan jalan dari sudut pandang pengelola jalan dalam

penelitian ini menggunakan studi kasus pengelolaan pemeliharaan jalan oleh

Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

5.2 STUDI KASUS IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN KENDALA

PENERAPAN PBC DALAM PENANGANAN PEMELIHARAAN

JALAN

5.2.1 Praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam

Penanganan Pemeliharaan Jalan

Pembahasan mengenai praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi

Banten dalam penanganan pemeliharaan jalan merupakan temuan yang diperoleh

dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi

Banten.

89

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

90

Universitas Indonesia

Pembahasan mengenai praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi

Banten dalam proyek penanganan pemeliharaan jalan (PPJ) akan diuraikan dalam

struktur pembahasan berikut ini, yaitu:

1. Jenis kontrak;

2. Tipe kontrak;

3. Bentuk layanan;

4. Orientasi spesifikasi;

5. Komponen spesifikasi;

6. Metode seleksi;

7. Penilaian kualifikasi;

8. Metode penyelesaian perselisihan;

9. Manajemen resiko selama proyek berlangsung;

10. Jenis resiko yang dianalisis;

11. Pihak yang mengelola resiko;

12. Jenis kontrak PPJ;

13. Tipe kontrak PPJ;

14. Bentuk layanan PPJ;

15. Orientasi spesifikasi teknis PPJ;

16. Komponen spesifikasi teknis PPJ;

17. Metode penyelesaian perselisihan PPJ;

18. Metode seleksi penyedia jasa PPJ;

19. Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ;

20. Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ;

21. Mekanisme pengawasan PPJ;

22. Sistem pembayaran PPJ;

23. Dasar pembayaran PPJ;

24. Pihak yang bertanggungjawab;

25. Jangka waktu masa pemeliharaan;

26. Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ;

27. Mekanisme penyebaran informasi konsep PBC;

28. Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears;

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

91

Universitas Indonesia

5.2.2 Pembahasan Praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi

Banten dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan

5.2.2.1. Aspek Hukum

A. Kontrak

Indikator penilaian kontrak akan ditinjau dari pengaturan perundang-

undangan mengenai jenis kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan

berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten. Adapun penjelasan dari masing-masing praktek yang terkait

dengan kontrak adalah sebagai berikut:

1. Jenis Kontrak

Pengaturan mengenai jenis kontrak di Dinas Bina Marga dan Tata

Ruang Provinsi Banten, diatur secara formal melalui Pasal 30 Keppres

No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, dan penjelasannya sebagai berikut:

a. Berdasarkan bentuk imbalan:

Menurut pasal 30 ayat (1) huruf a, jenis kontrak berdasarkan

bentuk imbalan terdiri dari:

1) Lumpsum, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga

yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam

proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh

penyedia barang/jasa.

2) Harga satuan, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu,

berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap

satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang

volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,

sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

92

Universitas Indonesia

bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah

dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

3) Gabungan lump sum dan harga satuan, adalah kontrak yang

merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu

pekerjaan yang diperjanjikan.

4) Terima jadi (turn key), adalah kontrak pengadaan barang/jasa

pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas

waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh

bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun

penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria

kinerja yang telah ditetapkan.

5) Persentase, adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang

konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan

yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase

tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan

tersebut.

Jika ditinjau berdasarkan jenis kontrak, PBC merupakan kontrak

yang menggunakan sistem lumpsum dan kontrak terima jadi.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 30 ayat (2) Keppres 80/2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dijelaskan

bahwa kontrak lumpsum dibolehkan untuk diterapkan di Indonesia

untuk jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya sudah

diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi

teknis. Akan tetapi dalam PBC yang menjadi acuan pembayaran

adalah kinerja dari suatu hasil konstruksi dan bukan volume pekerjaan.

Oleh karena itu dibutuhkan adanya peraturan perundangan yang

mengatur pembayaran lumpsum untuk PBC. Kontrak PBC yang

bersifat lumpsum akan menghindarkan terjadinya klaim atau

perubahan order kontrak sehingga pemilik proyek mempunyai estimasi

biaya yang pasti.

Dengan mengacu pada peraturan yang ada, dapat disimpulkan

bahwa jika ditinjau dari segi jenis kontrak berdasarkan bentuk imbalan,

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

93

Universitas Indonesia

secara hukum PBC dapat diterapkan di Indonsia. Akan tetapi

pengaturan pembayaran harus diatur lebih lanjut oleh peraturan

perundang-undangan, sehingga penerapan kontrak ini tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku..

b. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan

Menurut pasal 30 ayat (1) huruf b, jenis kontrak berdasarkan

jangka waktu pelaksanaan terdiri dari:

1) Tahun tunggal, adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang

mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.

2) Tahun jamak kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana

anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang

dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk

pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang

dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang

dibiayai APBD Kabupaten/Kota.

Berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, PBC merupakan

kontrak jenis tahun jamak (multiyears), atau lebih dari 1 (satu) tahun

anggaran).

Dengan mengacu pada peraturan yang ada, dapat disimpulkan

bahwa jika ditinjau dari jenis kontrak berdasarkan jangka waktu

pelaksanaan, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan.

2. Tipe Kontrak

Tipe kontrak dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu:

a. Tradisional: memisahkan perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan.

b. Terintegrasi: perencanaan dan konstruksi digabung.

c. Lifecycle: perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan digabung.

Tipe kontrak yang sesuai untuk PBC adalah tipe kontrak terintegrasi

dan kontrak lifecycle, yaitu: kontrak tim pembangunan; kontrak

perencanaan dan pembangunan; kontrak terima jadi; kontrak umum;

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

94

Universitas Indonesia

kontrak perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan; kontrak

pembangunan, pengoperasian dan transfer; dan kontrak aliansi.

Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi,

pasal 16 ayat (3). Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari tipe kontrak,

secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia, dimana

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dimungkinkan untuk

dilakukan oleh satu penyedia jasa.

3. Bentuk Layanan

Menurut UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (1),

bentuk layanan jasa konstruksi terdiri dari: perencana konstruksi,

pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi. Pada pasal 16 ayat (2),

layanan jasa yang dilakukan oleh penyedia jasa dilakukan oleh tiap-tiap

penyedia jasa secara terpisah dalam pekerjaan konstruksi. Dan pada pasal

16 ayat (3) layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat

dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan

atau biaya, penggunaan teknologi canggih, serta resiko besar bagi para

pihak ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi. Dapat

disimpulkan bahwa bentuk layanan jasa konstruksi adalah:

a. Perencana konstruksi;

b. Pelaksana konstruksi;

c. Pengawas konstruksi;

d. Terintegrasi (perencana, pelaksana, dan pengawas).

Berdasarkan bentuk layanan, PBC merupakan jenis kontrak yang

memiliki karakteristik perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan

terintegrasi dalam satu kontrak (dilakukan oleh satu penyedia jasa).

Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi,

pasal 16 ayat (3). Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari bentuk

layanan yang diberikan, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di

Indonesia, dimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

dimungkinkan untuk dilakukan oleh satu penyedia jasa.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

95

Universitas Indonesia

B. Spesifikasi Teknis

1. Orientasi Spesifikasi

Indikator penilaian spesifikasi teknis akan ditinjau dari orientasi

spesifikasi dan komponen spesifikasi. Kepmen Praswil No.

257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa

Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI, disebutkan bahwa:

Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan

yang akan dilelangkan, dengan ketentuan:

a. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup

kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;

b. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;

c. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;

d. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;

e. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan

utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

f. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan;

g. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;

h. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)

yang diinginkan;

i. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

Hal yang perlu dipahami dalam pengelolaan PBC adalah tidak

membuat spesifikasi yang sangat mengikat dan berorientasi kepada hasil

akhir, sehingga kontraktor diberikan kesempatan untuk menawarkan solusi

terbaik yang mereka miliki. Dalam beberapa persyaratan yang terdapat

dalam spesifikasi teknis kontrak PBC terdapat beberapa persyaratan yang

menggunakan pendekatan kontrak tradisional seperti kategori tenaga kerja,

kebutuhan pendidikan yang harus dipenuhi dari tenaga ahli, jumlah waktu

yang dibutuhkan. Pengelola jalan akan mengevaluasi proposal berdasarkan

kualitas dari solusi yang dijukan serta pengalaman dari tenaga ahli yang

ditawarkan.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

96

Universitas Indonesia

Dari pengaturan kebijakan mengenai orientasi spesifikasi, terlihat

bahwa orientasi spesifikasi adalah input oriented mengingat masih adanya

batasan/syarat-syarat tertentu, serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang

dibatasi.

2. Komponen Spesifikasi

Komponen spesifikasi yang diatur dalam Kepmen Praswil No.

257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa

Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI, adalah:

a. Metoda pelaksanaan;

b. Jadual waktu pelaksanaan;

c. Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang

diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

d. Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan;

e. Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;

f. Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang

diinginkan;

g. Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

Tidak ada standar untuk menulis spesifikasi berbasis kinerja, hanya

dibutuhkan gambaran kebutuhan dalam bentuk hasil akhir bukan proses,

menggunakan ukuran standar kinerja dan quality assurance surveillance

plan, menetapkan pengurangan biaya, dan insentif yang tepat. Komponen

spesifikasi dari PBC adalah hasil akhir yang diinginkan, jasa yang

dibutuhkan, standar kinerja, level kinerja yang dapat diterima, metoda

pengawasan, insentif/disinsentif. Keseluruhan komponen spesifikasi dalam

PBC dimasukan dalam matriks kinerja.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

97

Universitas Indonesia

C. Seleksi Penyedia Jasa

Indikator penilaian seleksi penyedia jasa akan ditinjau dari metode seleksi

dan penilaian kualifikasi berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

1. Metode Seleksi

Pasal 17 UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi secara umum

mengatur mengenai metode pemilihan penyedia jasa, yaitu: pelelangan

umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan penunjukan langsung.

Dengan pelelangan umum penyedia jasa dapat melakukan prakualifikasi

dan pascakualifikasi. Adapun pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh

penyedia jasa yang lolos prakualifikasi. Prakualifikasi adalah penilaian

kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu

lainnya dari penyedia jasa sebelum memasukkan penawaran.

Kontrak PBC diterapkan untuk kontrak terintegrasi. Dengan adanya

pasal 16, ayat 3 UU No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi yang mengatur

terintegrasinya perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu

kontrak, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia.

Dimana dalam PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pasal 13 ayat 1, disebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa terintegrasi

dapat dilakukan dengan cara pelelangan terbatas. Selain itu pada ayat 3

disebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa terintegrasi salah satunya

dilakukan dengan syarat: melalui proses prakualifikasi. Metoda pelelangan

terbatasa dapat dilakukan apabila jumlah penyedia jasa yang mampu

melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan kompleks.

2. Penilaian Kualifikasi

Pada Kontrak Berbasis Kinerja evaluasi penilaian penawaran

berdasarkan best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja

dimasa lalu yang baik).

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

98

Universitas Indonesia

D. Penyelesaian Perselisihan

Indikator penilaian penyelesaian perselisihan akan ditinjau dari metode

penyelesaian perselisihan berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Pengaturan mengenai

penyelesaian perselisihan/sengketa konstruksi di Dinas Bina Marga dan Tata

Ruang Provinsi Banten, diatur secara formal melalui Pasal 38 ayat 1 Keppres

No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, yaitu: Bila terjadi perselisihan antara pengguna barang/jasa dan

penyedia barang/jasa maka kedua belah pihak menyelesaikan perselisihan di

Indonesia dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui

pengadilan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak

menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Selain itu penyelesaian perselisihan jasa konstruksi juga diatur dalam pasal

49 PP 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, yaitu: penyelsaian

sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di luar pengadilan dapat

dilakukan dengan cara:

1. Melalui pihak ketiga, yaitu: (a) mediasa (yang ditunjuk oleh para pihak

atau lembaga Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa);

(b) konsiliasi, atau;

2. Arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc.

Dalam PBC

Dalam kontrak PBC jalur litigasi sebagai alat untuk penyelesaian sengketa

dihindari. Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi,

pasal 38 ayat (1). Dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang ada di Indonesia

membuka kesempatan adanya penyelesaian perselisihan melalui

litigasi/pengadilan, sehingga perlu pengaturan secara khusus mengenai

penyelesaian sengketa untuk kontrak PBC.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

99

Universitas Indonesia

5.2.2.2. Aspek Resiko

A. Analisis dan Manajemen Resiko

Indikator penilaian analisis dan manajemen resiko akan ditinjau dari

analisis resiko awal proyek, manajemen resiko selama proyek berlangsung,

dan jenis resiko yang dianalisis berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina

Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

1. Analisis Resiko Awal Proyek

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan

pemeliharaan jalan tidak dilakukan analisis resiko di awal proyek.

2. Manajemen Resiko Selama Proyek Berlangsung

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan

pemeliharaan jalan tidak dilakukan manajemen resiko selama proyek

berlangsung. Dalam PBC karena kontraktor diberikan kebebasan untuk

menyelesaikan permasalahan melalui solusi yang mereka ajukan, maka

kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala resiko yang mungkin

timbul dari solusi yang mereka berikan. Dalam PBC, kemampuan

kontraktor dalam menganalisa kemungkinan resiko yang muncul akibat

solusi yang mereka berikan, merupakan salah satu faktor kriteria evaluasi

proposal penawaran kontraktor.

3. Jenis Resiko yang Dianalisis

Jenis resiko yang harus dianalisis terdiri dari: aspek legal, aspek

organisasi, aspek teknis, aspek spasil, aspek keuaangan, dan aspek politik.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan

pemeliharaan jalan, tidak ada jenis resiko yang dianalisis.

B. Alokasi Resiko

Indikator penilaian alokasi resiko akan ditinjau dari pihak yang mengelola

resiko berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten. Resiko sebaiknya dialokasikan pada pihak yang paling

mampu mengatur resiko tesebut. Dalam kontrak PBC penyedia jasa

merupakan pihak yang mengelola resiko berkaitan dengan keahliannyadan

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

100

Universitas Indonesia

insentif yang akan mereka terima sesuai dengan tingkat resiko yang diberikan.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pihak yang

mengelola resiko dalam penanganan pemeliharaan jalan adalah

kontraktor/penyedia jasa.

5.2.2.3. Aspek Teknis

A. Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ)

Indikator penilaian kontrak proyek pemeliharaan jalan akan ditinjau dari jenis

kontrak PPJ dan tipe kontrak PPJ berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina

Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

1. Jenis Kontrak PPJ

a. Berdasarkan Bentuk Imbalan

Berdasarkan hasil wawancara jenis kontrak yang digunakan adalah

kontrak harga satuan karena kebanyakan volume pekerjaan yang ada

tidak dapat terukur dengan pasti. Dengan bentuk kontrak ini seringkali

terjadi pembengkakan biaya akibat adanya pekerjaan-pekerjaan

tambahan yang belum teridentifikasi dalam tahap perencanaan. Jadi

dalam hal ini resiko meningkatnya biaya pemeliharaan jalan

sepenuhnya dipikul oleh pemilik proyek. Jika melihat bentuk

pekerjaan yang ada maka terlihat adanya kendala penerapan PBC

dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan.

b. Jangka Waktu Pelaksanaan

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa jangka waktu

pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan adalah tahun tunggal yaitu: 6

bulan masa pelaksanaan.

2. Tipe Kontrak PPJ

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pada saat ini tipe

kontrak yang biasa digunakan dalam pemeliharaan jalan masih

memisahkan tahap perencanaan dan pemeliharaan jalan atau merupakan

kontrak tradisional bukan kontrak terintegrasi. Jika mengacu pada PP

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

101

Universitas Indonesia

29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 13, pekerjaan

yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi terintegrasi adalah

pekerjaan yang: bersifat kompleks, memerlukan teknologi tinggi,

mempunyai resiko tinggi, dan memiliki biaya yang besar.

Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi

tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan

yang didesain khusus dan/atau bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,00

(lima puluh miliar rupiah). Kriteria teknologi tinggi adalah mencakup

pekerjaan konstruksi yang menggunakan banyak peralatan berat dan

banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil. Kriteria resiko tinggi

adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko

sangat membahayakan keselamatan umum, hart benda, jiwa manusia dan

lingkungan.

Jika melihat bentuk pekerjaan pemeliharaan jalan, dengan melihat

aspek hukum, proyek pemeliharaan jalan tidak masuk dalam jenis kontrak

yang terintegrasi.

3. Bentuk Layanan

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa bentuk layanan yang

diberikan adalah terpisah dan tidak terintegrasi.

B. Spesifikasi Teknis Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ)

Indikator penilaian spesifikasi teknis PPJ akan ditinjau dari orientasi spek.

teknis PPJ dan komponen spek. Teknis PPJ berdasarkan praktek di lingkungan

Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa orientasi spesifikasi

teknis dalam proyek pemeliharaan jalan bersifat input oriented (orientasi

terhadap input) dimana komponen dalam spesifikasi masih mensyaratkan

metoda pelaksanaan, tenaga ahli, material, dsb yang harus digunakan oleh

penyedia jasa.

Pada metode Kontrak Tradisional spesifikasi yang digunakan adalah

menjelaskan secara detail tata cara pelaksanaan pekerjaan yang harus

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

102

Universitas Indonesia

dilakukan oleh Penyedia Jasa (Kontraktor), sedangkan Kontrak Berbasis

Kinerja menggunakan spesifikasi yang bersifat output-oriented dimana owner

tidak memaparkan secara detail bagaimana tata cara pelaksanaan pekerjaan

akan tetapi hanya menjelaskan output yang diinginkan. Dengan spesifikasi

kinerja yang digunakan dalam skema PBC, akan tercipta inovasi-inovasi

teknologi karena penyedia jasa memilih alternative-alternatif teknologi selama

dapat memenuhi spesifikasi kinerjanya.

C. Penyelesaian Perselisihan Proyek Pemeliharaan Jalan

Indikator penilaian penyelesaian perselisihan PPJ akan ditinjau dari

metode penyelesaian perselisihan berdasarkan praktek di lingkungan Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Dari hasil wawancara diperoleh

informasi bahwa penyelesaian sengketa konstruksi dalam pemeliharaan jalan

kebanyakan diselesaikan melalui arbitrase.

D. Seleksi Penyedia Jasa Proyek Pemeliharaan Jalan

Indikator penilaian seleksi penyedia jasa PPJ akan ditinjau metode seleksi

PPJ dan penilaian kualifikasi PPJ berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

1. Metode Seleksi PPJ

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa metoda seleksi

penyedia jasa dalam proyek pemeliharaan jalan adalah melalui pelelangan

umum.

2. Penilaian Kualifikasi PPJ

Dari hasil wawancara diperoleh informasi penilaian kualifikasi

penyedia jasa proyek pemeliharaan jalan didasarkan atas penawar

terendah.

Dalam PBC terdapat beberapa konsep dasar memilih kontraktor yang

tepat, yaitu:

a. Persaingan dengan menggunakan down selection dan due diligence.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

103

Universitas Indonesia

Kunci utama untuk memilih kontraktor yang tepat adalah dengan

menyusun permasalahan yang perlu diselesaikan oleh pihak pengelola, dan

nantinya pihak kontraktor akan bersaing dengan mengajukan solusi

terbaik. Kualitas dari solusi yang diajukan menjadi penilaian dalam

evaluasi. Pengelola kontrak dalam PBC mempertimbangkan pembatasan

perserta pelalngan (downselection), sehingga hanya kontraktor yang

memiliki kemungkinan besar untuk memenangkan proyek yang akan

mengikuti pelelangan. Setelah batasan dari peserta pelelangan ditetapkan,

kontraktor memasuki periode due diligence yaitu dimana kontraktor

mengetahui kebutuhan dari pengelola sehingga dapat menawarkan solusi

terbaik, termasuk didalamnya proses site visit, pertemuan dengan pihak

pengelola, serta melakukan riset dan analisis untuk mengembangkan solusi

yang akan diajukan.

b. Menerapkan presentasi secara lisan (oral presentation) dan metoda lainnya

sebagai alat untuk komunikasi.

Salah satu metoda/alat yang dapat memudahkan evaluasi kontraktor adalah

dengan melakukan presentasi secara lisan. Presentasi secara lisan ini akan

memberikan informasi tentang pendekatan teknikal yang diajukan

kontraktor serta kondisi manajemen kontraktor yang akan menjadi bahan

evaluasi, memilih, dan menentukan pemenang. Pernyataan dalam

presentasi secara lisan tidak akan mengikat selama hal tersebut tidak

tertulis dalam kontrak. Komunikasi antara pengelola dan kontraktor

merupakan hal yang penting untuk mendapatkan kontraktor yang tepat.

c. Mengutamakan kinerja masa lalu (past performance) dalam evaluasi

kontraktor.

Catatan kinerja kontraktor dimasa lalu merupakan parameter kunci dari

gambaran kinerja kontraktor dimasa depan. Menggunakan informasi

kinerja kontraktor dimasa lalu sebagai kriteria evaluasi akan memberikan

banyak manfaat bagi pengelola dikemudian hari. Informasi kinerja

kontraktor dimasa lalu diperoleh dapat diperoleh dengan menggunakan 2

(dua) metoda, yaitu: membuat pertanyaan sebagai referensi dan mencari

informasi dari database kinerja yang dimiliki kontraktor, atau dengan cara

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

104

Universitas Indonesia

menanyakan kinerja kontraktor dimasa lalu kepada lembaga atau industry

yang pernah menggunakan jasa kontraktor yang bersangkutan.

Dalam PBC, evaluasi penyedia jasa didasarkan atas best value. Best value

merupakan proses yang digunakan untuk memilih penyedia jasa yang paling

memberikan keuntungan, dengan cara mengevaluasi dan membandingkan

E. Pengawasan Proyek Pemeliharaan Jalan

Indikator penilaian pengawasan PPJ akan ditinjau dari pihak yang

bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ dan mekanisme pengawasan PPJ

berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam pemeliharaan

jalan, pihak pengelola memilih konsultan pengawas untuk mengevaluasi

kinerja kontraktor . Mekanisme evaluasi kinerja kontraktor adalah dengan

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Jika

pelaksanaan pekerjaan kontraktor sudah sesuai dengan spesifikasi maka

kinerja kontraktor diangap baik. Pada Kontrak Tradisional sistem pengawasan

dilakukan oleh owner melalui konsultan pengawas, sedangkan pada Kontrak

Berbasis Kinerja pengawasan terhadap pelaksanaan diserahkan sepenuhnya

kepada kontraktor.

Dalam PBC pengawasan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor. Salah

satu pendekatan dalam PBC adalah mengharuskan kontraktor untuk

mengajukan ukuran kinerja dan quality control plan (QCP). Pihak yang

terlibat mempertimbangkan hal apa saja yang harus ada dalam QCP, hal ini

berguna untuk mempertimbangkan kebutuhan dari pengawasan kualitas dan

keinginan yang selalu berubah, terutama yang disebabkan oleh perubahan

proses pengelolaan kontrak. Ukuran kinerja yang dikembangkan oleh

kontraktor dapat dinegosiasikan dengan pengelola dan jika memungkinkan

tidak dilakukan pengawasan atas kinerja tersebut.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

105

Universitas Indonesia

F. Pembayaran Proyek Pemeliharaan Jalan

Indikator pembayaran PPJ akan ditinjau dari sistem pembayaran PPJ dan

dasar pembayaran PPJ berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina

Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sistem pembayaran pada

kontrak pemeliharaan jalan dilakukan berdasarkan volume pekerjaan yang

telah diselesaikan dengan sistem pembayaran harga unit (unit price) dengan

volume tetap, pada Kontrak Berbasis Kinerja pembayaran dilakukan atas

kinerja yang memenuhi standar kinerja dengan sistem lumpsum, output

terukur seperti misalnya luas, tidak ada lubang. Adapun apabila ada

pemotongan pembayaran pada Kontrak Tradisional dilakukan karena hasil

pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja

pemotongan pembayaran terjadi karena hasil pekerjaan tidak sesuai dengan

standar kinerja yang telah ditetapkan. Jika terjadi kerusakan dan kontraktor

terlambat untuk memperbaiki pada Kontrak Tradisional, Kontraktor dikenai

denda sesuai yang telah ditetapkan, sedangkan Kontrak Berbasis Kinerja

pembayaran pada kontraktor dikurangi.

G. Masa Pemeliharaan Proyek Pemeliharaan Jalan

Indikator penilaian masa pemeliharaan PPJ akan ditinjau dari pihak yang

bertanggungjawab dan masa pemeliharaan berdasarkan prakterknya di

lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa kontraktor

bertanggungjawab dalam masa pemeliharaan (1 tahun untuk kontrak 6 bulan).

Dalam Kontrak Berbasis Kinerja yang merupakan kontrak jangka panjang

sehingga kontraktor merupakan pihak yang bertanggung jawab atas masa

pemeliharaan.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

106

Universitas Indonesia

5.2.2.4. Aspek Organisasi

A. Sumber Daya Manusia Pengelola Proyek Pemeliharaan Jalan di Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

Indikator penilaian sumber daya manusia PPJ akan ditinjau dari kualifikasi

SDM pengelola kontrak PPJ berdasarkan prakterknya di lingkungan Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa untuk SDM/tim

pengadaan jasa konstruksi dilakukan pelatihan khusus. Pelatihan ini dilakukan

untuk mempersiapkan para pihak yang akan mengikuti tes perolehan sertifikat

keahlian pengadaan barang/jasa konstruksi. Pelatihan ini terdiri dari

pembahasan terhadap peraturan dan kebijakan yang mengatur pengadaan

barang/jasa pemerintah. Adapun sertifikt keahlian diperoleh dengan cara

mengikuti tes pengadaan barang/jasa konstruksi di Dep. PU yang dilakukan

secara berkala. Sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh Dep. PU dibagi

menjadi 2 tipe berdasarkan masa berlakunya, yaitu: L2 untuk sertifikat yang

berlaku 2 tahun dan L4 untuk sertifikat yang berlaku 4 tahun.

B. Penyebaran Informasi Kontrak Berbasis Kinerja di Lingkungan Dinas

Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

Indikator penilaian penyebaran informasi PBC akan ditinjau dari

mekanisme penyebaran informasi berdasarkan prakteknya di lingkungan

Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Berdasarkan hasil

wawancara diperoleh informasi bahwa telah dilakukan penyebaran informasi

mengenai konsep PBC di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten. Penyebaran informasi ini dilakukan melalui pelatihan yang

diselenggarakan oleh Dinas Bina Marga.

5.2.2.5. Aspek Pendanaan/ Ketersediaan Dana Proyek Multi Years

Indikator penilaian kontrak akan ditinjau dari kepastian ketersediaan dana

proyek multiyears berdasarkan prakterknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan

Tata Ruang Provinsi Banten.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

107

Universitas Indonesia

Kontrak berbasis kinerja merupakan kontrak tahun jamak, perlu adanya

kepastian mengenai ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka

waktu tersebut, karena kontrak berbasis kinerja akan lebih efektif dan efisien jika

dilakukan dalam skala besar dan skala waktu yang lebih dari 3 tahun.

Sebagaimana menurut Pasal 30 ayat (8) Perpres No. 70/2005 tentang Perubahan

Ketiga Atas Keppres No. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah. Berdasarkan dasar hukum pengaturan jasa konstruksi

yang ada, kontrak tahun jamak dibolehkan untuk diterapkan di Indonesia, dengan

beberapa ketentuan:

1. Untuk pekerjaan yang dibiayai oleh APBN:

a. Harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan;

b. Harus mencantumkan perhitungan rumus eskalasi yang ditetapkan oleh

kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek/pimpinan bagian proyek

dalam dokumen pengadaan/kontrak.

2. Untuk pekerjaan yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan

pinjaman/hibah luar negeri:

a. Tidak perlu mendapat persetujuan Menteri Keuangan;

b. Harus mencantumkan tahun anggaran pembebanan dana di dalam

perjanjian/kontraknya.

Kepastian dana untuk proyek multiyears dengan pinjaman/hibah luar negeri

tidak memiliki kepastian karena dana tergantuang dari Negara pemberi

pinjaman/hibah.

5.2.2.6. Rangkuman

Dari hasil pembahasan praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov.

Banten dibuatkan suatu rangkuman dari praktek yang ada seperti pada tabel 5.1.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

108

Universitas Indonesia

Tabel 5. 1 Rangkuman praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov. Banten dalam penanganan pemeliharaan jalan

No. Aspek yang Ditinjau Uraian Praktek di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

A Aspek Hukum

1 Kontrak

Jenis kontrak

− Berdasarkan bentuk imbalan: lumpsum, harga satuan, gabungan lumpsum dan harga satuan, turnkey, persentase.

− Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan: tahun tunggal dan tahun jamak.

Tipe kontrak − Tradisional − Terintegrasi − Lifecycle

Bentuk layanan

− Perencana − Pelaksana − Pengawasan − Terintegrasi

2 Spesifikasi teknis

Orientasi spesifikasi − Input Oriented

Komponen spesifikasi

− Metoda pelaksanaan; − Jadual waktu pelaksanaan; − Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal

yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; − Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan; − Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk; − Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)

yang diinginkan; − Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

3 Seleksi penyedia jasa

Metode seleksi

− Pelelangan umum − Pelelangan terbatas − Pemilihan langsung − Penunjukan langsung

Penilaian kualifikasi − Penawar terendah

4 Penyelesaian perselisihan

Metode penyelesaian perselisihan

− musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui pengadilan

B Aspek Resiko

5

Analisis resiko dan manajemen resiko

Analisis resiko awal proyek

− Tidak dilakukan

Manajemen resiko selama proyek berlangsung

− Tidak dilakukan

Jenis resiko yang dianalisis

− Tidak dilakukan

6 Alokasi resiko Pihak yang mengelola resiko

− Tidak dilakukan

C Aspek Teknis

7 Kontrak PPJ

Jenis kontrak PPJ − Berdasarkan bentuk imbalan: Harga satuan. − Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan: tahun tunggal.

Tipe kontrak PPJ − Tradisional

Bentuk layanan PPJ − Perencana − Pelaksana − Pengawasan

Spesifikasi teknis PPJ

Orientasi spesifikasi teknis PPJ

− Input orientasi

Komponen spesifikasi teknis PPJ

− Metoda pelaksanaan; − Jadual waktu pelaksanaan; − Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal

yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; − Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan; − Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk; − Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)

yang diinginkan; − Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

9 Penyelesaian perselisihan PPJ

Metode penyelesaian perselisihan PPJ

− Arbitrase

10 Seleksi penyedia jasa

Metode seleksi penyedia jasa PPJ

− Pelelangan umum

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

109

Universitas Indonesia

No. Aspek yang Ditinjau Uraian Praktek di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

PPJ Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ

− Penawar terendah

11 Pengawasan PPJ

Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ

− Konsultan pengawas

Mekanisme pengawasan PPJ

− Jika pelaksanaan pekerjaan kontraktor sudah sesuai dengan spesifikasi maka kinerja kontraktor diangap baik

12 Pembayaran PPJ

Sistem pembayaran PPJ

− Harga satuan

Dasar pembayaran PPJ

− Volume pekerjaan yang telah diselesaikan

13 Masa pemeliharaan

Pihak yang bertanggungjawab

− Kontraktor

Jangka waktu masa pemeliharaan

− 1 tahun (masa kontrak 6 bulan)

D Aspek Sumber Daya Manusia

14 Sumber Daya Manusia

Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ

− Pernah mengikuti pelatihan dan memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa

15 Penyebaran Informasi KBK

Mekanisme penyebaran informasi PBC

− Pelatihan

E Aspek Pendanaan

16 Ketersediaan dana proyek multiyears

Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears

− Untuk dana APBN dijamin oleh Pemerintah − Untuk dana pinjaman/hibah tidak ada jaminan

5.2.3 Proses Pengolahan Data dengan Proses Hirarki Analisis (PHA)

Proses pengolahan data dengan menggunakan metoda PHA dibagi menjadi

dua proses utama, yaitu: proses pembobotan dan perhitungan konsistensi penilaian

responden. Penjelasan dari masing-masing proses adalah sebagai berikut:

A. Proses Pembobotan

Hasil penilaian kuesioner diterjemahkan dalam bentuk matrik

perbandingan dan selanjutnya dapat dilakukan proses pembobotan. Maka hasil

dari analisis kuesioner yang kembali diolah dengan menggunakan alat bantu

Microsoft Office (Exceel) dapat dilihat pada Lampiran 7. Berikut ini

merupakan contoh perhitungan 1 (satu) responden (Ahli 1) untuk tingkat

kepentingan kendala pada level 1.

Tahap Perhitungan

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner, yaitu:

Matriks A1 (lihat tabel 5.2). Kemudian nilai kolom pada matriks A1

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

110

Universitas Indonesia

dijumlah (total). Nilai kolom ini akan digunakan untuk membuat matriks

normalisasi.

Tabel 5. 2 Matriks Perbandingan Berpasangan A1

Aspek Hukum

Aspek Resiko

Aspek Teknis

Aspek Organisasi

Aspek Pendanaan

Aspek Hukum 1.00 5.00 3.00 6.00 4.00

Aspek Resiko 0.20 1.00 0.20 0.33 0.50

Aspek Teknis 0.33 5.00 1.00 3.00 4.00

Aspek Organisasi 0.17 3.00 0.33 1.00 0.33

Aspek Pendanaan 0.25 2.00 0.25 3.00 1.00

Jumlah 1.95 16.00 4.78 13.33 9.83

2. Setiap elemen dari masing-masing kolom pada matriks A1 dibagikan

dengan nilai penjumlahan dari masing-masing kolom dilanjutkan dengan

perhitungan bobot prioritas lokal dengan cara membuat nilai rata-rata dari

setiap elemen pada masing-masing baris sehingga diperoleh matriks A2

(tabel 5.3).

Tabel 5. 3 Matriks Perbandingan Berpasangan A1

Aspek Hukum

Aspek Resiko

Aspek Teknis

Aspek Organisasi

Aspek Pendanaan Jumlah Bobot

Aspek Hukum 0.51 0.31 0.63 0.45 0.41 2.31 0.462

Aspek Resiko 0.10 0.06 0.04 0.03 0.05 0.28 0.057

Aspek Teknis 0.17 0.31 0.21 0.23 0.41 1.32 0.265

Aspek Organisasi 0.09 0.19 0.07 0.08 0.03 0.45 0.090

Aspek Pendanaan 0.13 0.13 0.05 0.23 0.10 0.63 0.126

Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.000

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

111

Universitas Indonesia

B. Perhitungan Konsistensi Penilaian Responden

Tahap Perhitungan

1. Kalikan setiap baris elemen pada matriks A2 dengan bobot prioritas local

yang saling bersesuaian dan kemudian jumlahkan hasil perkalian tersebut

dalam jumlah elemen yang sama.

2. Jumlahkan nilai hasil perkalian tersebut (langkah 1).

3. Hitung Lamda maksimum (λmaks) dengan cara merata-rata yang diperoleh

dari langkah 2.

4. Kemudian hitung nilai IC = λmaks – n / (n – 1).

5. Hitung nilai CR = IC/RCI (n), dimana nilai RCI (n) diperoleh dari tabel

3.4.

Apabila nilai Rasio Konsistensi (CR) lebih kecil dari 10% maka hasil

penilaian kuesioner PHA tersebut dapat diterima. Pada gambar 5.4 dapat

dilihat proses uji konsistensi antar parameter.

Tabel 5. 4 Uji Konsistesi

Aspek Hukum Aspek Resiko Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek Pendanaan Jumlah BobotAspek Hukum 0.51 0.31 0.63 0.45 0.41 2.31 0.46Aspek Resiko 0.10 0.06 0.04 0.03 0.05 0.28 0.06Aspek Teknis 0.17 0.31 0.21 0.23 0.41 1.32 0.26Aspek Organisasi 0.09 0.19 0.07 0.08 0.03 0.45 0.09Aspek Pendanaan 0.13 0.13 0.05 0.23 0.10 0.63 0.13

Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00Aspek Hukum Aspek Resiko Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek Pendanaan

Aspek Hukum 1.00 5.00 3.00 6.00 4.00 0.46 2.587Aspek Resiko 0.20 1.00 0.20 0.33 0.50 0.06 0.295Aspek Teknis 0.33 5.00 1.00 3.00 4.00 x 0.26 ⁼ 1.505Aspek Organisasi 0.17 3.00 0.33 1.00 0.33 0.09 0.467Aspek Pendanaan 0.25 2.00 0.25 3.00 1.00 0.13 0.692

2.587 0.46 5.6010.295 0.06 5.2211.505 : 0.26 ⁼ 5.6840.467 0.09 5.1750.692 0.13 5.474

Total = 27.155λ-Max = 5.431

CI = 0.108RI (n) = 1.120

CR = 0.019 < 0.1 OK

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

112

Universitas Indonesia

5.2.4 Tingkat Kepentingan Parameter Penilaian Kendala Penerapan PBC

dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan

Tingkat kepentingan kendala-kendala penerapan PBC dalam penanganan

pemeliharaan jalan merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak yang

menjadi responden melalui teknik kuesioner. Pihak yang menjadi responden pada

penilaian tingkat kendala adalah merupakan para ahli yang memahami dan

mengerti konsep dasar Kontrak Berbasis Kinerja. Tingkat kepentingan

disesuaikan dikelompokkan atas level yang sesuai dengan level model penilaian

kendala yang telah dikembangkan sebelumnya.

Pihak yang menjadi responden untuk kuesioner sangat terbatas, setelah

dilakukan survey terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan

pemeliharaan jalan dan pengelolaan kontrak konstruksi yaitu: pemerintah,

perusahaan kontraktor, dan asosiasi, responden hanya terdapat dikalangan

pemerintah yaitu: Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum

(Dep. PU).

Dari pengolahan data hasil kuesioner diperoleh tingkat kepentingan kendala

yang konsisten (CR < 0.1) untuk setiap level penilaian, seperti yang terlihat pada

tabel 5.5 – tabel 5.7 dan gambar 5.1.

Tabel 5. 5 Tingkat kepentingan indikator penilaian (level 1)

Kode Indikator Bobot Rata-rata

1 2 3 4 5 A Hukum 0.49 0.47 0.47 0.46 0.48 0.47

B Resiko 0.10 0.07 0.07 0.06 0.09 0.08 C Teknis 0.21 0.24 0.20 0.26 0.23 0.23 D Organisasi 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 E Pendanaan 0.15 0.16 0.20 0.16 0.14 0.16

CR 0.094 0.046 0.063 0.056 0.084

Pada tingkat kepentingan indikator penilaian level 1 terlihat bahwa indikator

yang paling penting dalam penerapan PBC adalah aspek hukum dan teknis. Jika

dalam implementasi di lapangan konsep dasar dari aspek hukum dan teknis yang

terkait dengan PBC sangat rendah maka akan menunjukkan kendala penerapan

PBC yang tinggi. Jika kendala implementasi di lapangan terkait dengan aspek

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

113

Universitas Indonesia

organisasi, pendanaan, dan resiko besar maka belum tentu kendala tersebut akan

besar karena kendala tersebut memiliki tingkat kepentingan yang kecil.

Berdasarkan pada tabel 5.5 terlihat bahwa jawaban responden terhadap tingkat

kepentingan relative sama, yaitu aspek hukum dan aspek teknis adalah aspek yang

memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dibandingkan aspek yang lainnya.

Tingkat kepentingan indikator penilaian pada level 2 seperti yang terlihat pada

tabel 5.6 ditentukan oleh indikator spesifikasi teknis, analisis dan manajemen

resiko, dan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolan pemeliharaan

jalan nasional. Sama halnya dengan tingkat kepentingan pada level 1, pada level

2 pun seluruh responden memiliki penilaian yang sama terhadap tingkat

kepentingan parameter, dimana parameter spesifikasi teknis, analisis dan

manajemen resiko, dan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolan

pemeliharaan jalan nasional merupakan parameter yang penting dibandingkan

dengan parameter yang lain.

Tabel 5. 6 Tingkat Kepentingan Parameter Penilaian (Level 2)

Kode Parameter Penilaian Bobot Rata- rata 1 2 3 4 5

A.1 Kontrak 0.24 0.30 0.41 0.42 0.44 0.36 A.2 Spesifikasi Teknis 0.54 0.46 0.39 0.33 0.38 0.42 A.3 Seleksi Penyedia Jasa 0.13 0.16 0.14 0.19 0.12 0.15 A.4 Penyelesaian Perselisihan 0.09 0.08 0.06 0.06 0.05 0.07

CR 0.08 0.09 0.06 0.06 0.07 B.1 Analisis dan Manajemen Resiko 0.83 0.83 0.80 0.83 0.83 0.83 B.2 Alokasi Resiko 0.17 0.17 0.20 0.17 0.17 0.17

CR 0 0 0 0 0 C.1 Kontrak Proyek Pemeliharaan

Jalan (PPJ) 0.23 0.26 0.23 0.21 0.23 0.23

C.2 Spesifikasi Teknis PPJ 0.31 0.28 0.28 0.33 0.33 0.31 C.3 Penyelesaian Perselisihan PPJ 0.04 0.04 0.04 0.03 0.04 0.04 C.4 Seleksi Penyedia Jasa PPJ 0.14 0.20 0.09 0.15 0.15 0.15 C.5 Pengawasan PPJ 0.11 0.07 0.18 0.07 0.13 0.11 C.6 Pembayaran PPJ 0.04 0.08 0.10 0.05 0.04 0.06 C.7 Masa Pemeliharaan 0.12 0.06 0.08 0.16 0.08 0.10

CR 0.06 0.09 0.09 0.09 0.09 D.1 Sumber Daya Manusia 0.67 0.88 0.83 0.83 0.80 0.80 D.2 Penyebaran Informasi PBC 0.33 0.13 0.17 0.17 0.20 0.20

CR 0 0 0 0 0 E.1 Ketersediaan Dana Proyek

Multiyears 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR - - - - -

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

114

Universitas Indonesia

Tingkat kepentingan indikator penilaian pada level 3 seperti yang terlihat pada

tabel 5.7 ditentukan oleh sub parameter: bentuk layanan, komponen spesifikasi,

manajemen resiko selama proyek berlangsung, penilaian kualifikasi penyedia jasa,

pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan, sistem pembayaran, dan pihak

yang bertanggungjawab dalam masa pemeliharaan. Sama halnya dengan tingkat

kepentingan pada level 1 dan 2, pada level 2 pun seluruh responden memiliki

penilaian yang sama terhadap tingkat kepentingan setiap sub parameter penilaian.

Tabel 5. 7 Tingkat Kepentingan Ukuran Penilaian (Level 3)

Kode Parameter Penilaian Bobot Rata-rata 1 2 3 4 5

A.1.a Jenis Kontrak 0.16 0.14 0.33 0.20 0.14 0.20 A.1.b Tipe Kontrak 0.25 0.43 0.33 0.40 0.43 0.37 A.1.c Bentuk Layanan 0.59 0.43 0.33 0.40 0.43 0.44

CR - - - - - A.2.a Orientasi Spesifikasi 0.20 0.50 0.25 0.67 0.20 0.36 A.2.b Komponen Spesifikasi 0.80 0.50 0.75 0.33 0.80 0.64

CR 0 0 0 0 0 A.3.a Metode Seleksi 0.50 0.25 0.50 0.50 0.50 0.45 A.3.b Penilaian Kualifikasi 0.50 0.75 0.50 0.50 0.50 0.55

CR 0 0 0 0 0 A.4.a Metode Penyelesaian Perselisihan 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR - - - - - B.1.a Analisis Resiko Awal Proyek 0.20 0.14 0.11 0.17 0.20 0.16

B.1.b Manajemen Resiko Selama Proyek Berlangsung 0.60 0.52 0.54 0.44 0.49 0.52

B.1.c Jenis Resiko yang Dianalisis 0.20 0.33 0.35 0.39 0.31 0.32

CR B.2.a Pihak yang Mengelola Resiko 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR - - - - - C.1.a Jenis Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) 0.20 0.14 0.33 0.20 0.14 0.20

C.1.b Tipe Kontrak PPJ 0.20 0.43 0.33 0.40 0.43 0.36 C.1.c Bentuk Layanan PPJ 0.60 0.43 0.33 0.40 0.43 0.44

CR C.2.a Orientasi Spek. Teknis PPJ 0.25 0.33 0.20 0.25 0.20 0.25 C.2.b Komponen Spek. Teknis

PPJ 0.75 0.67 0.80 0.75 0.80 0.75

CR 0 0 0 0 0 C.3.a Metode Penyelesaian Perselisihan PPJ 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

115

Universitas Indonesia

C.4.a Metode Seleksi Penyedia Jasa PPJ 0.25 0.25 0.50 0.67 0.50 0.43

C.4.b Penilaian Kualifikasi Penyedia Jasa PPJ 0.75 0.75 0.50 0.33 0.50 0.57

CR 0 0 0 0 0 C.5.a Pihak yang Bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ

0.25 0.67 0.50 0.75 0.50 0.53

C.5.b Mekanisme Pengawasan PPJ 0.75 0.33 0.50 0.25 0.50 0.47

CR 0 0 0 0 0 C.6.a Sistem Pembayaran PPJ 0.50 0.33 0.67 0.75 0.50 0.55 C.6.b Dasar Pembayaran PPJ 0.50 0.67 0.33 0.25 0.50 0.45

CR 0 0 0 0 0 C.7.a Pihak yang Bertanggungjawab pada Masa Pemeliharaan

0.50 0.75 0.75 0.75 0.75 0.70

C.7.b Jangka Waktu Masa Pemeliharaan 0.50 0.25 0.25 0.25 0.25 0.30

CR D.1.a Kualifikasi SDM Pengelola Kontrak PPJ 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR D.2.a Mekanisme Penyebaran Informasi PBC 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR E.1.a Kepastian Ketersediaan Dana Proyek Multiyears 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

CR

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

116

Universitas Indonesia

Kendala Penerapan KBK pada Pemeliharaan Infrastruktur Jalan

B. Aspek Resiko (0.08)

C. Aspek Teknis (0.23)

D. Aspek Organisasi (0.06)

B.1 Analisis resiko dan manajemen resiko (0.83)

B.2 Alokasi resiko (0.17)

C.1 Kontrak PPJ (proyek pemel. Jalan) (0.23)

C.2 Spesifikasi teknis PPJ (0.31)

C.3 Penyelesaian perselisihan PPJ (0.04)

Level 0 Level 1 Level 2 Level 3

A. Aspek Hukum (0.47)

A.1 Kontrak (0.36)

C.4 Seleksi penyedia jasa PPJ (0.15)

C.5 Pengawasan PPJ (0.11)

C.7 Masa pemeliharaan (0.10)

E.1 Ketersediaan dana proyek multiyears (1)E. Aspek Pendanaan (0.16)

A.1.a Jenis kontrak (0.20)

A.1.b Tipe kontrak (0.37)

A.1.c Bentuk layanan (0.44)

A.3 Seleksi Penyedia Jasa (0.15)

A.2 Spesifikasi teknis (0.42)

A.4 Penyelesaian perselisihan (0.07)

A.2.a Orientasi spesifikasi (0.36)

A.2.b Komponen spesifikasi (0.64)

A.3.a Metode seleksi (0.45)

A.3.b Penilaian kualifikasi (0.55)

B.1.a Analisis resiko awal proyek (0.16)

B.1.b Manajemen resiko selama proyek berlangsung (0.52)

C.6 Pembayaran PPJ (0.06)

B.1.c Jenis resiko yang dianalisis (0.32)

E.1.a Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears (1)

A.4.a Metode penyelesaian perselisihan (1.00)

B.2.a Pihak yang mengelola resiko (1.00)

C.1.a Jenis kontrak PPJ (0.20)

C.1.b Tipe kontrak PPJ (0.36)

C.1.c Bentuk layanan PPJ (0.44)

C.2.a Orientasi spesifikasi teknis PPJ (0.25)

C.2.b Komponen spesifikasi teknis PPJ (0.75)

C.3.a Metode penyelesaian perselisihan PPJ (1.00)

C.4.a Metode seleksi penyedia jasa PPJ (0.43)

C.4.b Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ (0.57)

D.1 SDM (0.80)

D.2 Penyebaran Informasi KBK (0.20)

C.6.a Sistem pembayaran PPJ (0.55)

C.6.b Dasar pembayaran PPJ (0.45)

C.5.a Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan PPJ (0.53)

C.5.b Mekanisme pelaksanaan pengawasan PPJ (0.47)

C.7.a Pihak yang bertanggungjawab (0.70)

C.7.b Jangka waktu masa pemeliharaan (0.30)

D.1.a Kualifiaksi SDM pengelola kontrak PPJ (1)

D.2.a Mekanisme penyebaran informasi PBC (1)

Gambar 5. 1 Nilai Tingkat Kepentingan Kendala

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

117

Universitas Indonesia

5.2.5 Analisa Penilaian Kendala Penerapan KBK dalam Penanganan

Pemeliharaan Jalan di Lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten

5.2.6.1. Analisa Model Penilaian Kendala

Setelah dilakukan pengembangan model penilalan kendala penerapan PBC

dalam penanganan pemeliharaan jalan di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata

Ruang Provinsi Banten, berikut ini akan diuraikan tentang analisa dari model

penilaian kendala setelah dilakukan uji coba terhadap studi kasus.

Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa model penilaian kendala ini

dikembangkan melalui pendekatan penilaian terhadap praktek pemeliharaan jalan

yang dilakukan di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

yang dilihat dari sudut pandang PBC. Pencarian data mengenai praktek

pemeliharaan jalan dilakukan melalui wawancara, selanjutnya hasil wawancara

tersebut dinilai dengan menggunakan ukuran penilaian dari setiap parameter

penilaian yang telah dikembangkan dalam model penilaian kendala.

Seperti yang dijelaskan pada sub bab 4.2.1, metode penilaian yang digunakan

untuk menilaia hasil wawancara digunakan metode rating kualitatif dengan skala

penilaian 1 (satu) sampai 5 (lima) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Skala 1 : kategori Sangat Baik (Tidak ada kendala/kendala 0%)

2. Skala 2 : Kategori Baik (Kendala sebesar 25%)

3. Skala 3 : Kategori Sedang (Kendala sebesar 50%)

4. Skala 4 : Kategori Buruk (Kendala sebesar 75%)

5. Skala 5 : Kategori Buruk Sekali (Kendala sebesar 100%)

5.2.6.2. Analisa Nilai Kendala

Setelah diuraikan pada Sub Bab 5.2 mengenai bagaimana pengelolaan

pemeliharaan jalan oleh Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, maka

selanjtnya akan dilakukan penilaian terhadap kendala penerapan PBC dalam

penanganan pemeliharaan jalan tersebut dengan menggunakan model kendala.

Dengan menggunakan model penilaian kendala dan rumus perhitungan yang

telah dikembangkan pada Bab III, maka diperoleh hasil nilai kendala penerepan

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

118

Universitas Indonesia

PBC dalam penanganan pemeliharaan jalan di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten.

Dari hasil penilaian terhadap praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten dalam melakukan penanganan pemeliharaan jalan dengan

menggunakan model penilaian kendala penerapan PBC, diperoleh nilai kendala

penerapan PBC dalam penanganan pemeliharaan jalan di Dina Bina Marga Prov.

Banten adalah sebesar 66%, nilai ini menunjukan kendala yang tidak cukup besar

atau masuk kategori sedang dalam penerapan PBC dalam proyek penanganan

pemeliharaan jalan.

Aspek yang menjadi kendala terbesar pada level 1 dalam penerapan PBC

adalah aspek resiko sebesar 93.7 %. Sedangkan Nilai kendala pada setiap aspek

kendala selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.8. dan gambar 5.2.

Tabel 5. 8 Nilai Kendala dari setiap Indikator Penilaian pada Level 1

Kode Indikator Penilaian W Dinas Bina Marga

A Aspek Hukum 0.473 0.576

B Aspek Resiko 0.077 0.937 C Aspek Teknis 0.226 0.755 D Aspek Organisasi 0.058 0.780 E Aspek Pendanaan 0.165 0.600

Gambar 5. 2 Nilai Kendala dari setiap Indikator Penilaian

0.0000.1000.2000.3000.4000.5000.6000.7000.8000.9001.000

Aspek Hukum

Aspek Resiko

Aspek Teknis

Aspek Organisasi

Aspek Pendanaan

Kendala

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

119

Universitas Indonesia

5.2.6.3. Analisa Parameter-Parameter yang Mempengaruhi Nilai Kendala

Analisa aspek-aspek dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kendala

penerapanPBC dalam penanganan pemeliharaan jalan hanya akan difokuskan

pada aspek-aspek yang memiliki nilai kendala yang cukup tinggi (kendala diatas

50%), sementara untuk kendala yang rendah tidak akan dibahas. Nilai kendala

pada level 2 dan level 3 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.9 dan gambar 5.3

serta tabel 5.10 dan gambar 5.4.

Tabel 5. 9 Tingkat Kendala Penerapan PBC di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang

Provinsi Banten pada Level2

Kode Parameter Penilaian W Dinas Bina Marga

A.1 Kontrak 0.362 0.220 A.2 Spesifikasi Teknis 0.421 0.800 A.3 Seleksi Penyedia Jasa 0.148 0.710 A.4 Penyelesaian Perselisihan 0.068 0.800 B.1 Analisis dan Manajemen Resiko 0.827 0.937 B.2 Alokasi Resiko 0.173 0.937

C.1 Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) 0.233 1.000

C.2 Spesifikasi Teknis PPJ 0.307 0.600 C.3 Penyelesaian Perselisihan PPJ 0.037 0.800 C.4 Seleksi Penyedia Jasa PPJ 0.146 0.800 C.5 Pengawasan PPJ 0.111 0.800 C.6 Pembayaran PPJ 0.063 1.000 C.7 Masa Pemeliharaan 0.103 0.380 D.1 Sumber Daya Manusia 0.802 0.800 D.2 Penyebaran Informasi PBC 0.198 0.700

E.1 Ketersediaan Dana Proyek Multiyears 1.000 0.600

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

120

Universitas Indonesia

Tabel 5. 10 Tingkat Kendala Penerapan PBC di Dinas Bina Marga dan Tata

Ruang Provinsi Banten pada Level 3

Kode Parameter Penilaian W Dinas Bina Marga

A.1.a Jenis Kontrak 0.196 0.300 A.1.b Tipe Kontrak 0.368 0.200 A.1.c Bentuk Layanan 0.436 0.200 A.2.a Orientasi Spesifikasi 0.363 0.800 A.2.b Komponen Spesifikasi 0.637 0.800 A.3.a Metode Seleksi 0.450 0.600 A.3.b Penilaian Kualifikasi 0.550 0.800 A.4.a Metode Penyelesaian Perselisihan 1.000 0.800 B.1.a Analisis Resiko Awal Proyek 0.164 1.000

B.1.b Manajemen Resiko Selama Proyek Berlangsung 0.520 1.000

B.1.c Jenis Resiko yang Dianalisis 0.316 0.800 B.2.a Pihak yang Mengelola Resiko 1.000 0.600

C.1.a Jenis Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) 0.203 1.000

C.1.b Tipe Kontrak PPJ 0.358 1.000 C.1.c Bentuk Layanan PPJ 0.438 1.000 C.2.a Orientasi Spek. Teknis PPJ 0.247 0.600 C.2.b Komponen Spek. Teknis PPJ 0.753 0.600 C.3.a Metode Penyelesaian Perselisihan PPJ 1.000 0.800 C.4.a Metode Seleksi Penyedia Jasa PPJ 0.433 0.800 C.4.b Penilaian Kualifikasi Penyedia Jasa PPJ 0.567 0.800

C.5.a Pihak yang Bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ 0.533 0.800

C.5.b Mekanisme Pengawasan PPJ 0.467 0.800 C.6.a Sistem Pembayaran PPJ 0.550 1.000 C.6.b Dasar Pembayaran PPJ 0.450 1.000

C.7.a Pihak yang Bertanggungjawab pada Masa Pemeliharaan 0.700 0.200

C.7.b Jangka Waktu Masa Pemeliharaan 0.300 0.800 D.1.a Kualifikasi SDM Pengelola Kontrak PPJ 1.000 0.800 D.2.a Mekanisme Penyebaran Informasi PBC 1.000 0.700

E.1.a Kepastian Ketersediaan Dana Proyek Multiyears 1.000 0.600

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

121

Universitas Indonesia

Gambar 5. 3 Nilai Kendala dari setiap Indikator Penilaian

Gambar 5. 4 Nilai Kemampuan Mengatasi Kendala dari setiap Indikator Penilaian

0.000

0.100

0.200

0.300

0.400

0.500

0.600

0.700

0.800

0.900

1.000

Kendala

0.0000.1000.2000.3000.4000.5000.6000.7000.8000.9001.000

Kendala

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

122

Universitas Indonesia

A. Aspek Hukum

Secara umum pelaksanaan PBC dapat menggunakan landasan hukum

yang ada di Indonesia, dengan beberapa ketentuan yang haru dipenuhi lebih

dulu, yaitu:

1) Bentuk pekerjaan yang akan dilaksanakan:

− Bersifat kompleks;

− Memerlukan teknologi tinggi;

− Mempunyai resiko tinggi;

− Memiliki biaya besar.

2) Pemilihan penyedia jasa dilakukan dengan cara pelelangan terbatas

dengan prakualifikasi.

3) Berkaitan dengan kontrak tahun jamak.

B. Aspek Resiko

Aspek resiko dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan merupakan aspek

yang paling diabaikan, karena resiko yang ada menjadi tanggung jawab

kontraktor sebagai pelaksana. Hal ini sejalan dengan konsep dasar dari PBC,

dimana resiko dialokasikan sepenuhnya kepada kontraktor, mengingat

kontraktor yang bertanggung jawab penuh terhadap metoda pelaksanaan

yangmereka ajukan.

C. Aspek Teknis

Dalam aspek teknis, penerapan PBC dalam penanganan pemeliharaan

jalan masih memiliki kendala yang cukup besar dikarenakan karakteristik

pekerjaan pemeliharaan jalan yang tidak bersifat kompleks.

D. Aspek Organisasi

Dalam aspek organisasi, sumber daya manusia yang terlibat dalam

pengelolaan kontrak pemeliharaan jalan harus memiliki sertifikat pelatihan

pengadaan barang/jasa, hal ini merupakan langkah positif dalam penerapan

PBC, dimana pihak yang terlibat dalam pengelolaan kontrak adalah sumber

daya yang mengerti hukum.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

123

Universitas Indonesia

Penyebaran informasi melalui pelatihan tentang hukum jasa konstruksi

juga merupakan langkah positif sehingga memudahkan penyebaran informasi

mengenai PBC di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi

Banten.

E. Aspek Pendanaan

Dalam aspek pendanaan permasalahan dalam peneraoan PBC timbul jika

dana tersebut berasal dari dana bantuan/pinjaman. Negara pemberi dana tidak

dapat memberikan kepastian bahwa dana yang ada terjamin ketersediannya,

karena jika timbul hubungan diplomatic yang kurang baik dan terjadinya iklim

politik yang kurang menguntungkan, tidak menutp kemungkinan untuk

adanya pemberhintan pengucuran dana. Oleh karena itu perlu dipastikan

pengaturan dalam kontrak kerjasama mengenai kepastian ketersediaan dana.

5.2.6 Mapping Nilai Kendala dengan Peta Kendala

Setelah diketahuinya nilai kendala penerapan PBC dalam penanganan

pemeliharaan jalan beserta faktor-faktor yang mempengaruhi , maka akan

dilakukan mapping untuk mempermudah melihat kendala yang ada secara

keseluruhan. Mapping didasarkan pada nilai kendala yang telah diperoleh dari

hasil perhitungan model penilaian kendala. Mapping dari nilai kendala dapat

dilihat pada gambar 5.3.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

124

Universitas Indonesia

ASPEK KENDALA PENERAPAN PBC ( 66 % )

Aspek

Pendanaan (60%

)

Aspek

Organisasi

(78%)

Aspek

Teknis (75,5%

)

Aspek

Resiko

(93,7%)

Aspek

Hukum

(57,6%

)

Ketersediaan

dana proyek

multiyears (60%

)

Penyebaran inform

asi PB

C

(70%)

SDM

(80%)

Masa

Pemeliharaan

(38%)

Pembayaran

PPJ (100%

)

Pengawasan

PPJ (40%

)

Seleksi Penyedia

Jasa (80%)

Penyelesaian Perselisihan

PPJ (80%

)

Spesifikasi Teknis PPJ (60%

)

Kontrak

PPJ (100%

)

Alokasi

Resiko

(94%)

Analisis

dan M

anajemen

Resiko (94%

)

Penyelesaian Perselisihan (80%

)

Seleksi Penyedia

Jasa (71%)

Spesifikasi Teknis (80%

)

Kontrak (22%

)

Kepastiaan ketersediaan dana proyek m

ultiyears (60%)

Mekanism

e penyebaran informasi PBC

(70%)

Kualifikasi SD

M pengelola kontrak PPJ (80%

)

Jangka waktu m

asa pemeliharaan (80%

)

Pihak yang bertanggungjawab (20%

)

Dasar pem

bayaran PPJ (100%)

Sistem pem

bayaran PPJ (100%)

Mekanism

e pengawasan PPJ (80%

)

Pihak yang bertanggung jawab dalam

pengawasan PPJ

(80%)

Penilaian Kualifikasi penyedia jasa PPJ (80%

)

Metode seleksi penyedia jasa PPJ (80%

)

Metode penyelesaian perselisihan PPJ (80%

)

Kom

ponen spesifikasi teknis PPJ (60%)

Orientasi spesifikasi teknis PPJ (60%

)

Bentuk layanan PPJ (100%

)

Tipe Kontrak PPJ (100%

)

Jenis kontrak PPJ (100%)

Pihak yang mengelola resiko (60%

)

Jenis resiko yang dianalisis (80%)

Manajem

en resikoselama proyek berlangsung (100%

)

Analisis resiko selam

a proyek berlangsung (100%)

Metode Penyelesaian Perselisihanan (80%

)

Penilaian Kualifikasi (80%

)

Metode Seleksi (60%

)

Kom

ponen Spesifikasi (80%)

Orientasi Spesifikasi (80%

)

Bentuk Layanan (20%

)

Tipe Kontrak (20%

)

Jenis Kontrak (30%

)

Gambar 5. 5 Mapping nilai kendala dengan peta kendala

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

125

Universitas Indonesia

5.3 PENERAPAN PBC SEBAGAI ALTERNATIF KONTRAK UNTUK

PENANGANAN PEMELIHARAAN JALAN

Berdasarkan hasil kajian terhadap beberapa literatur diperoleh informasi

alasan mengapa PBC diterapkan sebagai alternatife kontrak dalam penanganan

pembangunan dan pemeliharaan proyek jalan raya, yaitu sebagai berikut:

1. Puslitbang Tim Pelaksana Studi Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung,

2006. Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di

Atas Tanah Lunak, Pusjatan, Bandung

Alasan penerapan PBC adalah diharapkan melalui penerapan PBC

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kontrak tradisional dapat

direduksi, yaitu:

- Terjadinya penurunan tingkat pelayanan jalan dan umur rencananya.

- Keterlambatan pemeliharaan jalan yang berakibat tingginya biaya

pemeliharaan, kurang effisiennya penggunaan sumber daya manusia dan

waktu.

Selain itu dari hasil kajian ditenggarai perlunya menerapkan PBC karena

alasan sebagai berikut:

a. Percepatan waktu proyek. Percepatan ini dapat dicapai karena:

− Dengan terintegrasinya perencanaan dan pembangunan, kontraktor

dapat memberikan input dalam proses perencanaan (metode konstruksi,

pengalaman dan keahliannya) sehingga tercapai optimasi desain dan

desain dapat diterapkan secara langsung di lapangan.

− Konstruksi dapat dilakukan sebelum desain sepenuhnya selesai 100%.

− Waktu persiapan (untuk pelelangan) lebih singkat karena hanya

menggunakan satu pelelangan untuk pengadaan penyedia jasa

konsultasi dan kontraktor.

b. Nilai proyek yang lebih pasti.

− Dengan hanya menggunakan satu kontrak, claim dan change order

akibat design defect dapat dihindari.

− Resiko dan tanggung jawab perencanaan terbagi antara penyedia jasa

dan pemilik proyek.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

126

Universitas Indonesia

− Pemeliharaan jalan selama periode tertentu menjadi tanggung jawab

penuh penyedia jasa.

c. Terjadinya efisiensi biaya konstruksi karena adanya ruang bagi penyedia

jasa untuk memilih teknologi konstruksi selama dapat memenuhi

spesifikasi kinerja yang disyaratkan.

d. Terciptanya inovasi karena yang disyaratkan dalam spesifikasi hanyalah

kinerja jalan.

e. Mengurangi beban kerja Pemilik Proyek karena persiapan pelelangan

hanya satu kali untuk kontrak perencanaan, pembangunan dan

pemeliharaan selama beberapa tahun (tahun jamak).

f. Terjaminnya tingkat layanan jalan selama umur rencananya sesuai dengan

spesifikasi kinerja yang ditetapkan.

2. Natalya Stankevich, Navaid Qureshi and Cesar Queiroz, “Performance-based

Contracting for Preservation and Improvement of Road Assets”, The World

Bank, Washington DC, 2005

Pengelola jalan berkeinginan adanya suatu pendekatan tentang kontrak

berbasis kinerja dikarenakan beberapa hal sebagai berikut :

a. mengurangi biaya pengelolaan dan pemeliharaan aset jalan;

b. memberikan pendapatan yang lebih bagi pengelola jalan;

c. memiliki kemampuan untuk mengelola jaringan jalan raya dengan lebih

sedikit sumber daya manusia;

d. adanya kepuasan dari pengguna jalan mengenai pelayanan dan kondisi

jalan; dan

e. kondisi keuangan yang stabil.

3. World Bank, Practical Implementation Issues When Introducing OPRC”,

Serbia, 2006.

Alasan penerapan PBC pada proyek jalan raya adalah sebagai berikut:

a. Pengurangan administrasi (Reduced administration: less effort to measure

works).

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

127

Universitas Indonesia

b. Menghindari terjadinya klaim dan amandemen kontrak akibat terjadinya

peningkatan kuantitas aktifitas (Avoid frequent claims and contract

amendments to increase quantities of activities).

c. Fokus dari owner adalah pembayaran berdasarkan indikator kinerja (Client

focus: pay on the basis of user-related performance indicators).

d. Tanggung jawab yang lebih dari pihak kontraktor melalui insiatif dan

inovasi (More responsibility to contractors stimulates initiative and

innovation).

4. Zietlow Gunter, “Impelemting Performance-based Road Management and

Maintanance Contract in Developing Countries, German, 2004.

Alasan penerapan PBC pada proyek jalan raya adalah sebagai berikut:

a. Pengurangan biaya pemeliharaan melalui penarapan teknologi dan

prosedur kerja yang effisien dan effektif (reduce maintenance costs

through the application of more effective and efficient technologies and

work procedures).

b. Adanya transparasi bagi pengguna jalan, pengelola, dan kontraktor

(provide transparency for road users, road administrations and contractors)

c. Meningkatnya control dan mendorong meningkatknya satandar kualitas

(improve control and enforcement of quality standards) and

d. Meningkatnya kondisi jalan (improve overall road conditions).

5. Mehmet Egemen Ozbek, “Development of Performance Based Road

Maintanance Contract , Virginia, 2004.

Alasan penarapan PBC pada proyek jalan raya adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan kontraktor untuk menyelenggarakan proyek sesuai dengan

kemampuan terbaik mereka.

b. Memaksimalkan adanya inovasi.

c. Resiko yang terjadi selama proyek berlangsung menjadi tanggung jawab

pihak kontraktor sebagai pihak yang memiliki kontrol penuh dalam

pelaksanaan proyek.

d. Pengeluaran biaya yang lebih effektif.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

128

Universitas Indonesia

e. Terbangunnya hubungan yang baik antara kontraktor dan owner melalui

kontrak jangka panjang.

f. Mengurangi dampak negative dari proyek jalan raya melalui:

berkurangnya waktu konstruksi.

g. Frekuensi pengawasan yang berkurang dapat mengurangi sumber daya

(biaya dan manusia) yang harus dikelurakan oleh owner.

6. Zietlow Gunter, “Performance-Based Road Management and Maintanance

Contract – Worldwide Experience, Tanzania, 2007.

Alasan penerapan PBC pada proyek pemeliharaan jalan dari sudut

pandang pihak-pihak yang terlibat dalam proyek adalah sebagai berikut:

a. Pengelola Jalan:

− Berkurangnya beban kerja;

− Membantu terjaminnya pendanaan jangka panjang;

− Adanya transparansi dan pertanggungjawaban yang lebih baik;

− Berkurangnya biaya pemeliharaan;

− Meningkatnya control dan mendorong meningkatknya standar kualitas.

− Menghindari terjadinya klaim dan amandemen kontrak akibat

meningkatnya kuantitas pekerjaan kontraktor.

− Berkurangnya perbaikan jalan.

− Berkurangnya resiko.

b. Pengguna jalan

− Tersedianya kondisi jalan yang baik dan aman;

− Berkurangnya biaya pengguna jalan.

c. Kontraktor

− Meningkatnya keuntungan;

− Terjaminnya ketersediaan pekerjaan melalui kontrak jangka panjang;

Dari hasil kajian alasan penerapan PBC dalam penanganan pemeliharaan jalan

dapat dikelompokkan aspek-aspek yang menjadi alasan penerpan PBC, seperti

pada tabel 5.11.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

129

Universitas Indonesia

Tabel 5. 11 Aspek Alasan Penerapan PBC pada Pengelolaan Pemeliharaan Jalan

No. Aspek Uraian

1. Sumber daya Manusia Berkurangnya SDM yang dibutuhkan, melalui: berkurangnya staff administrasi karena pelaksanaan pengadaan hanya satu kali.

2. Biaya

a. Berkurangnya biaya, melalui: - Keuntungan yang diberikan dengan adanya inovasi dan

produktifitas tinggi; - Berkurangnya pengeluaran administrative dan biaya

overhead melalui bentuk kontrak yang lebih baik dan berkurangnya pihak administrasi dan pengawasan.

b. Pengeluaran yang pasti dari pihak pengelola jalan karena kontraktor dibayar dengan harga tetap, sehingga pengelola jalan memiliki kontraol yang penuh terhadap pengeluaran tanpa varias pengeluaran yang tidak diharapkan.

c. Terjaminnya pendanaan multi-years. d. Meningkatnya keuntungan kontraktor.

3. Kepuasan Meningkatnya kepuasan pengguna jalan dengan terjaminya kondisi jalan dan berkurangnya biaya pengeluaran pengguna jalan.

4. Waktu Berkurangnya waktu pelaksanaan konstruksi melalui inovasi dan teknologi yang diajukan oleh kontraktor.

5. Inovasi dan Teknologi Memungkinkan adanya inovasi dan teknologi melalui spesifikasi teknis yang output-oriented.

6. Resiko Berkurangya resiko pengelola jalan

7. Legal Menghidari terjadinya klaim dan amandemen kontrak akibat adanya penambagan atau perubahan pekerjaan.

5.4 PEMBUKTIAN HIPOTESA

Berdasarkan kerangkan pemikiran yang telah dikembangkan pada Sub Bab

2.5, hipotesa penelitian dalam rangka penyusunan tesis ini adalah:

a. Penerapan KBK dapat meningkatkan effektifitas pemeliharaan jalan.

b. Terdapatnya kendala dalam penerapan KBK pada pemeliharaan jalan.

Berdasakan hasil analisa diperoleh hasil yang menjadi pembuktian hipotesa

seperti yang terlihat pada tabel 5.12.

Tabel 5. 12 Pembuktian Hipotesa

No. Hipotesa Hasil Analisa

1. Penerapan KBK dapat meningkatkan effektifitas pemeliharaan jalan

Pemeliharaan jalan menjadi lebih effektif ditinjau dari sudut pandang: − Biaya; − Waktu; − SDM; − Inovasi dan teknologi.

2. Terdapatnya kendala dalam penerapan KBK pada pemeliharaan jalan

Terdapat kendala dalam peneraan KBK pada pemeliharaan jalan: − Aspek Resiko; − Aspek Teknis; dan − Aspek Organisasi.

Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009