bab 4 mix design
DESCRIPTION
Mix Design : pada saat ini dalam bidang pembuatan bangunan banyak digunakan beton mutu tinggi, sehingga dituntut untuk dapat merancang perbandingan campuran lebih tepat sesuai dengan teori perancangan proporsi campuran adukan beton. Perencanaan adukan beton dimaksudkan untuk mendapatkan beton dengan tingkat mutu yang sebaik–baiknyaTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
BAB 4
MIX DESIGN
4.1 Dasar Teori
Pada saat ini dalam bidang pembuatan bangunan banyak digunakan beton mutu
tinggi, sehingga dituntut untuk dapat merancang perbandingan campuran lebih tepat
sesuai dengan teori perancangan proporsi campuran adukan beton. Perencanaan
adukan beton dimaksudkan untuk mendapatkan beton dengan tingkat mutu yang
sebaik–baiknya, yaitu :
a. Kuat tekannya tinggi
b. Mudah dikerjakan
c. Tahan lama(awet)
d. Murah
e. Tahan aus
Langkah-langkah pokok dalam pengerjaan berdasarkan cara Departemen Pekerjaan
Umum adalah :
a. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan
perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksudkan
dengan kuat tekan beton yang disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan
kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya 5% saja.
b. Penetapan nilai deviasi standar (s).
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran beton. Semakin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi
standarnya.Penetapan nilai deviasi standar berdasarkan pada hasil pengalaman
praktek pelaksana untuk pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan
bahan dasar yang sama pula.
Rumus yang digunakan untuk menghitung deviasi standar :
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
S=√∑i=1
n (x i−x− )2
n−1
dimana :
S = deviasi standar
x i = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (MPa)
x−
= kuat tekan beton rata-rata, menurut rumus : x−=∑i=1
n
x i
n (MPa)
n = jumlah nilai hasil uji yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil
uji adalah uji rata-rata dari 2 buah benda uji)
Data hasil uji akan digunakan jika pelaksana mempunyai catatan data hasil
pembuatan beton serupa pada masa lalu. Persyaratan jumlah data hasil uji minimum
30 buah. Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah, maka dilakukan koreksi
terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor pengali.
Tabel 4.1 Faktor Pengali Deviasi Standar
Jumlah Data 30 25 20 15 <15
Faktor Pengali 1,00 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh
Sumber :Kardiyono Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
Apabila pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton yang
memenuhi persyaratan (jumlah data <15), maka nilai margin diambil sebesar 12
Mpa.
c. Penghitungan nilai tambah (margin).
Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 MPa maka langsung ke (4).
Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar maka
digunakan rumus :
M = K x S
dimana :
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
M = nilai tambah (Mpa)
K = 1,64
S = deviasi standar
d. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan.
Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c+¿ M
dengan :
f’cr = kuat tekan rata-rata (Mpa)
f’c = kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
M = nilai tambah (Mpa)
e. Penetapan jenis semen Portland.
Menurut PBUI 1982 di Indonesia semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis,
yaitu : jenis I, II, III, IV, dan V.
f. Penetapan jenis agregat Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat
alami (tak dipecahkan) atau agregat jenis batu pecah (crushed agregate).
g. Penetapan faktor air semen.
Cara penetapan faktor air semenadalah :
1. Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder beton
yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air semen
dengan melihat grafik “Hubungan FAS dan Kuat Tekan Rata-Rata Silinder
Beton”.
2. Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar, dan kuat tekan rata-rata yang
direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai FAS dengan tabel berikut :
Tabel 4.2 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan FAS 0,5
Jenis
Semen
Jenis Agregat
Kasar
Umur (hari)
3 7 28 91
I, II, III Batu alami 17 23 33 40
Batu pecah 19 27 37 45
IV, V Batu alami 21 28 38 44
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Batu pecah 25 33 44 48
Sumber :Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
h. Penetapan faktor air semen maksimum.
Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak maka perlu ditetapkan nilai FAS
maksimum berdasarkan tabel 4.3. Jika nilai FAS maksimum ini lebih rendah
daripada nilai FAS langkah (7) maka nilai FAS inilah yang dipakai untuk
perhitungan selanjutnya.
Tabel 4.3 Faktor Air Semen Beton Bertulang dalam Air
Berhubungan Dengan Tipe SemenFaktor Air
Semen
Air Tawar Semua Tipe I–IV 0,5
Air Payau
Tipe I+ pozolan (15-40 %)
atau
Semen Portland Pozolan
Tipe II atau V
0,45
Air Laut Tipe II atau V 0,45
Sumber :Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Tabel 4.4 Persyaratan Faktor Air Semen Maksimum untuk Berbagai
Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Jenis Pembetonan Fas maksimum
Beton di dalam ruangan :
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan
oleh kondensasi atau uap korosi
0,66
0,52
Beton di luar bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
0,55
0,60
Jenis Pembetonan Fas maksimum
Beton yang masuk ke dalam tanah :
Mengalami keadaan basah dan kering berganti
– ganti
0,55
Sumber : Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
i. Penetapan nilai slump.
Nilai slump ditetapkan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan, maupun jenis strukturnya.
j. Penetapan besar butir agregat maksimum.
Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi :
1. Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan.
2. Sepertiga dari tebal plat
3. Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atauberkas-
berkas tulangan1.
k. Penetapan kadar air bebas.
Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut :
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
1. Agregat alami dan agregat dipecah yang dipergunakan nilai-nilai pada Tabel
di bawah ini.
Tabel 4.5 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3)
Slump (mm) Nilai Slump
Ukuran besar butir
agregat maks. (mm)Jenis Agregat 0 – 10 10 - 30 30 - 60 60 – 100
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber : Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
2. Agregat campuran (alami dan batu pecah) dihitung menurut rumus
berikut :
A = 0,67 Ah + 0,33Ak
dimana : A = jumlah air yang dibutuhkan
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halus
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasar
l. Berat semen yang diperlukan.
Berat semen permeter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air
(langkah 11) dengan FAS yang diperoleh pada langkah (7) dan (8).
m. Kebutuhan semen minimum.
Kebutuhan semen minimum ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan
akibat lingkungan khusus, misal lingkungan korosif, air payau, dan air laut.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Tabel 4.6 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan
Lingkungan Khusus.
Jenis Pembetonan Semen minimum (kg/m3)
Beton didalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosif
Beton diluar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami basah dan kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
tanah
Beton yang berhubungan dengan air
tawar/payau/laut
275
325
325
275
325
tabel 1.9
tabel 1.10
Sumber : Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Tabel 4.7 Kandungan Semen Minimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air
Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi sulfat (SO3)
Jenis Semen
Kandungan
semen min
(kg/m3)
Dalam TanahSO3
dalam
Ukuran maks
agregat
Total
SO3(%)
SO3
dalam
camp. air
tanah 2:1
(gr/L)
Air
tanah
(gr/L)
40
mm
20
mm
10
mm
<0.2 <1.0 <0.3Tipe I dengan/tanpa pozolan
(15-40%)280 300 350
0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2 Tipe I tanpa pozolan 290 330 380
Tipe I + pozolan
(15-40%)/semen portland
pozolan
270 310 360
Tipe II atau V 250 290 340
0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5
Tipe I + pozolan
(15-40%)/semen portland
pozolan
340 380 430
Tipe II atau V 290 330 380
1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420
>2.0 >5.6 >5.0Tipe II atau V dan lapisan
pelindung330 370 420
Sumber : Teknologi Beton ; Kardiyano Tjokrodimuljo
Tabel 4.8 Kandungan Semen Minimum untuk Beton Bertulang dalam Air
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Berhubungan
denganTipe Semen
Kandungan semen min.
Ukuran max agregat
(mm)
40 20
Air tawar Semua Tipe I – V 280 300
Air payauTipe I + pozolan (15-40%)/semen
portland pozolan340 380
Tipe II atau V 290 330
Air laut Tipe II atau V 330 370
Sumber : Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
n. Penyesuaian kebutuhan semen.
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (12) ternyata lebih
sedikit dari kebutuhan semen minimum (langkah 13) maka kebutuhan semen
minimumdipakai yang nilainya lebih besar.
o. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen.
Jika jumlah semen terjadi perubahan akibat langkah (14) maka nilai FAS
berubah. Dalam hal ini, dapat dilakukan dua cara berikut :
1. FAS dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air dengan jumlahsemen
minimum. Hal ini akan menurunkan FAS.
2. Jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen minimum dengan
faktor air semen. Hal ini akan menaikkan jumlah air.
p. Penentuan daerah gradasi agregat halus.
Berdasarkan gradasi hasil analisis ayakan agregat halus yang dipakai dapat
diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah didasarkan atas grafik
gradasi yang diberikan dalam tabel 4.9. Dengan tabel 4.9, agregat halus dapat
dimasukan menjadi salah satu dari 4 daerah, yaitu 1, 2, 3 atau 4.
Tabel 4.9 Batas Gradasi Pasir
Lubang ayakan (mm) Persen butir yang lewat ayakan
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
1 2 3 4
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Kardiyano Tjokrodimuljo, Teknologi Beton
q. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik.Pada
langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat
campuran.Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum
agregat kasar, nilai slump, fas, dan daerah gradasi agregat halus.
r. Berat jenis agregat campuran.
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus:
Bj campuran = P/100 x bj agregat halus + K/100 x bj agregat kasar
dengan :
Bj campuran = berat jenis agregat campuran
P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,6 untuk agregat
tak dipecah/alami dan 2,7 untuk agregat pecahan.
s. Penentuan berat jenis beton.
Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan air
tiap meter kubik beton pada langkah (11) maka dengan grafik
“ Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran, dan Berat Beton“
dapat diperkirakan berat jenis betonnya.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
t. Kebutuhan agregat campuran.
Kebutuhan ini dihitung dengan cara berat beton /m3 dikurangi kebutuhan air
semen.
u. Kebutuhan agregat halus yang diperlukan.
Kebutuhan agregat halus yang diperlukan berdasarkan hasil langkah (17) dan
langkah (20). Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan
kebutuhan agregat campuran dengan persentase berat agregat halusnya.
v. Kebutuhan agregat kasar yang diperlukan.
Kebutuhan agregat kasar yang diperlukan berdasar hasil langkah (20) dan
langkah (21). Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi
kebutuhan agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.
Pada perhitungan di atas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan
jenuh kering permukaan.Dalam kenyataan di lapangan yang pada umumnya keadaan
agregatnya tidak jenuh permukaan, maka harus dilakukan koreksi terhadap
kebutuhan bahannya.Koreksi harus selalu dilakukan minimal satu kali per hari.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
1. Air = A – [(Ah – A1) / 100 ] x B – [( Ak – A2 ) / 100 ] x C
2. Agregat Halus = B + [(Ah – A1) / 100 ] x B
3. Agregat Kasar = C + [(Ah – A2) / 100 ] x C
dengan : A = jumlah kebutuhan air (liter /m3)
B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = kadar air pada agregat halus jenuh kering permukaan (%)
A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering permukaan (%)
Cara Standar Departemen Pekerjaan Umum ini mempunyai kekurangan antara lain :
1. Jenis agregat hanya ditetapkan sebagai batu pecah dan alami saja. Pada
kenyataan di lapangan hal ini sangat sulit karena walaupun agregat alami tetapi
bentuk dan permukaannya tidak bulat atau halus. Kekasaran permukaan butiran
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
merupakan hal yang sulit diukur. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah air yang
diperlukan pada langkah (1).
2. Sulit mendapatkan hasil yang tepat dari diagram proporsi agregat halus terhadap
agregat total yang dipakai pada langkah (16).
3. Diagram hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan rata–rata silinder beton
tidak sama untuk berbagai jenis agregat.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Gambar 4.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Rata-rata Silinder Beton
(sebagai perkiraan nilai fas)
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Gambar 4.2 Grafik Mencari Faktor Air Semen dari Kuat Tekan Silinder
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Gambar 4.3.a Grafik Presentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan untuk
Ukuran Butir Maksimum 10 mm
Gambar 4.3.b Grafik Presentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
Ukuran Butir Maksimum 20 mm
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Gambar 4.3.c Grafik Presentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhanuntuk
Ukuran Butir Maksimum 40 mm
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Campuran,
dan Berat Beton
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
4.2 Tujuan
Untuk mendapatkan beton dengan kualitas dan kuantitas yang sebaik-baiknya.
4.3 Langkah Kerja
1. Tentukan kuat tekan beton yang diinginkan (fc’) sebesar 21 Mpa pada umur 28
hari.
2. Tetapkan nilai deviasi standar (s) sebesar 7 Mpa, karena tidak mempunyai data
pengalaman sebelumnya.
3. Menghitung nilai tambah (margin) dengan menggunakan rumus:
M = k.S
M = (1,64)x(7)
M = 11,48 Mpa
M = 12 Mpa
dimana: M = nilai tambah (MPa)
k = 1,64
S = deviasi standar
4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan, dengan rumus:
f’cr = f’c + M
f’cr = 21 + 12
f’cr = 33 Mpa
dimana: f’cr = kuat tekan rata-rata (MPa)
f’c = kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
M = nilai tambah (MPa)
5. Menetapkan jenis semen yang digunakan yaitu tipe I atau biasa.
6. Menetapkan jenis agregat jenis yang digunakan adalah batu pecah (crushed
agregate).
7. Menetapkan faktor air semen dengan berdasarkan jenis semen yang dipakai dan
kuat tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu dengan
melihat grafik “Hubungan FAS dan Kuat Tekan Rata-Rata Silinder Beton”
(Gambar 4.1) adalah sebesar 0,47.
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
8. Menetapkan faktor air semen maksimum berdasarkan tabel 4.3 yaitu sebesar 0,60
(non korosif). Dan FAS yang digunakan adalah yang terendah yaitu 0,47.
9. Nilai slumpnya sebesar 150 mm didapat dari percobaan yang telah dilakukan.
10. Menetapkan besar butir agregat maksimum yaitu sebesar 20 mm.
11. Menetapkan kebutuhan air berdasarkan tabel 4.5 yaitu sebesar 225 liter/m3.
12. Menentukan berat semen yang diperlukan dengan membagi jumlah air dengan
FAS yang diperoleh pada langkah di atas=
2250 ,47
=478 ,7 kgm3
= 479 kg / m3
13. Menentukan kebutuhan semen minimum berdasarkan tabel 4.6 yaitu sebesar 275
kg/m3. Maka kebutuhan semen yang digunakan adalah yang terbesar yaitub
sebesar 478,7 kg/m3.
14. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen yaitu sebesar 225 liter dan FAS =
0,47.
15. Menentukan daerah gradasi agregat halus yaitu jenis 2 (Tabel 4.9).
16. Membuat persentase pasir terhadap campuran yang dapat dibaca pada Gambar
7.10.B pada buku Ir. Kardiyono yaitu sebesar 37 %.
17. Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus:
= (P% x Bjag. halus) + (K% x Bjag. kasar)
= (37% x 2,6 ) + (63% x 2,5)
= 2,537 kg/m3
= 2,54 kg/m3
dengan: Bj campuran = berat jenis agregat campuran
P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
18. Dan tentukan berat jenis beton, dengan data berat jenis agregat dan kebutuhan
air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik “ Hubungan kandungan air,
berat jenis agregat campuran dan berat beton “. Dan didapatkan hasilnya 2280
kg/m3.
19. Menentukan kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi berat
beton /m3 dikurangi kebutuhan air semen.
Bj campuran
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Wpasir+kerikil = Wbhn – A – S
= 2280 – 225 – 479
= 1576 kg
20. Menghitung kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan
kebutuhan agregat campuran dengan persentase berat agregat halusnya
=( p100 ) .W pasir+ker ikil
¿(37100 ). 1576
= 583,12 kg
21. Menghitung agregat kasar dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran
dengan kebutuhan agregat halus.
= 63% . W pasir+kerikil
= 993 kg
22. Sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk membuat 1m3 beton dengan berat 2225
kg dibutuhkan:
a. Semen Portland = 479 kg
b. Pasir = 584 kg
c. Split SSD = 993 kg
d. Air = 225 liter
4.4 Hasil Perhitungan
Hasil Perhitungan Campuran Beton/Mix Design:
a. Kuat tekan beton yang disyaratkan 28 hari = 21 MPa
b. Standar deviasi (Sd) = 7 Mpa, karena tidak mempunyai data pengalaman
sebelumnya.
c. Nilai tambah (M) = 1,64 x 7 = 11,48 Mpa ≈ 12 MPa
d. f’cr = 21 + 12 = 33 MPa
e. Jenis semen = Tipe I / biasa
f. Jenis kerikil = batu pecah
g. FAS = 0,47
Wp
Wkerikil
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
h. FAS maksimal = 0,60 (non korosif)
Dipakai FAS rendah = 0,47
i. Nilai Slump = 150 mm
j. Ukuran maksimal kerikil = 20 mm
k. Kebutuhan air (Tabel 4.5) = 225 liter/m3
l. Kebutuhan semen =225
0 , 47=478 , 7 kg
m3
m. Kebutuhan semen minimum (Tabel 4.6) = 275 kg/m3
Dipakai semen = 478,7 kg/m3
n. Kebutuhan air = 225 liter, FAS = 0,47
o. Golongan pasir = 2 (Tabel 4.9)
p. Persentase pasir terhadap campuran (Kardiyono T Grafik 7.10 c) = 37%
q. BJcampuran = (37% x Bjag. halus) + (63% x Bjag. kasar)
= (37% x 2,6 ) + (63 % x 2,5)
= 2,537 kg/m3
= 2,54 kg/m3
r. Wbeton = 2280 kg (Kardiyono T Grafik 7.11)
s. Wpasir + kerikil = Wbeton – Wair – Wsemen
= 2280 – 225 – 479
= 1576 kg
t. Wpasir = (P/100) x Wpasir + kerikil
= (37/100) x 1576 kg
= 583,12 kg
= 584 kg
u. Wkerikil = 63% . Wpasir + kerikil
= 63% . 1576
= 993 kg
Rencana Campuran 1m3 beton (berat beton 2225 kg) dibutuhkan:
a. Semen Portland = 479 kg
b. Pasir = 584 kg
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
c. Split SSD = 993 kg
d. Air = 225 liter
Pengujian 4 buah sampel :
3 buah silinder dan 1 buah kubus
3 x benda uji silinder + 1 x benda uji kubus = 3 x 1/4 x π x (0,15)2 x 0,30 + s3
= 0,01928 m3
a. Semen = 479 kg/m3 x 0,01928 m3
= 9,23512 kg
b. Pasir = 584 kg/m3 x 0,01928 m3
= 11,25952 kg ≈ 11,3 kg
c. Split = 993 kg/m3 x 0,01928 m3
= 19,14504 kg ≈ 19,15 kg
d. Air = 225 lt/m3 x 0,01928 m3
= 4,338 lt ≈ 4,4 lt
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
Tabel 4.10 Formulir Rancangan Adukan Beton
No Uraian Nilai Ket.
1Kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28
hari21 MPa
-
2 Nilai tambah margin (m) 12 MPa -
3 Kuat tekan rata-rata yang direncanakan 33 MPa -
4 Jenis semen Tipe 1/biasa Ditetapkan
5 Jenis agregat kasar Batu pecah Ditetapkan
6 Faktor air semen 0,47 SK SNI
7 Nilai slump 150 mm Uji Slump
8 Ukuran maksimal butiran kerikil 20 mm Hasil uji
9 Kebutuhan air 225 lt/m3 Kardiyono T
10 Kebutuhan semen 479 kg/m3 -
11 Daerah agregat halus Zone II Hasil uji
12 Persen agregat halus terhadap campuran 37% SK SNI
13 Berat jenis agregat campuran 2,537 kg/m3 Hasil uji
14 Berat jenis campuran beton 2280 kg/m3 Kardiyono T
15 Kebutuhan agregat campuran 1576 kg/m3 -
16 Kebutuhan agregat halus 584kg/m3 -
17 Kebutuhan agregat kasar 993 kg/m3 -
4.5 Kesimpulan
Rencana Campuran 1m3 beton (berat beton 2280 kg) dibutuhkan:
a. Semen Portland = 479 kg
b. Pasir = 584 kg
c. Split SSD = 993 kg
d. Air = 225 liter Pengujian 4 buah sampel :
Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2015Bab 4 Mix DesignKelompok 2
3 buah silinder dan 1 buah kubus
3 x benda uji silinder + 1 x benda uji kubus = 3 x 1/4 x π x (0,15)2 x 0,30 + s3
= 0,01928 m3
a. Semen = 479 kg/m3 x 0,01928 m3
= 9,23512 kg
b. Pasir = 584 kg/m3 x 0,01928 m3
= 11,25952 kg ≈ 11,3 kg
c. Split = 993 kg/m3 x 0,01928 m3
= 19,14504 kg ≈ 19,15 kg
d. Air = 225 lt/m3 x 0,01928 m3
= 4,338 lt ≈ 4,4 lt