bab 4 : keuangan daerah - bi.go.id · bab 4 keuangan daerah 40 kajian ekonomi regional prov....

18
BAB 4 KEUANGAN DAERAH BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 39 BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya persentase realisasi dimaksud lebih disebabkan oleh menurunnya realisasi Belanja Langsung terutama Belanja Modal. Sementara untuk realisasi penerimaan APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan terutama Dana Perimbangan. Pada triwulan I-2012, kenaikan penerimaan kurang diimbangi oleh penyerapan belanja Pemerintah Provinsi sehingga mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan I-2012, persentase realisasi pendapatan meningkat pada Dana Perimbangan dan Pendapatan lain-lain sementara untuk Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan I-2012 sebesar Rp 271,09 Miliar dengan capaian 29,75% dari target anggaran APBD 2012. Capaian tersebut meningkat apabila dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp 161,09 Miliar dengan capaian 25,30% dari target anggaran APBD 2011. Realisasi DAU dan DAK lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan I-2012, realisasi DAU telah mencapai 33,33% sementara Dana Bagi Hasil Bukan Pajak realisasinya mencapai 28,07%. Pendapatan Asli Daerah pada triwulan I-2012 mengalami penurunan, karena Pemerintah Provinsi selama semester I-2012 menerapkan kebijakan pembebasan BBN (Bea Balik Nama) dan Pajak kendaraan selama setahun untuk mobil/motor dari luar wilayah yang melakukan mutasi ke nomor polisi Gorontalo. Melalui penerapan kebijakan tersebut, tercatat realisasi penghimpunan pajak hanya mencapai 24,65% dari target anggaran 2012 sementara untuk periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 31,48%. Hasil liaison Bank Indonesia yang dilakukan kepada dealer utama kendaraan bermotor di Gorontalo menyatakan bahwa angka penjualan mobil/motor di showroom mengalami penurunan selama kebijakan tersebut dijalankan. Namun pengiriman kendaraan bermotor terutama mobil yang berasal dari luar Provinsi Gorontalo seperti dari Surabaya, Jakarta dan Manado justru mengalami peningkatan. Hal tersebut cenderung menarik perhatian masyarakat mengingat harga perolehan yang lebih rendah serta insentif pembebasan pajak kendaraan selama setahun yang cukup menguntungkan.

Upload: dohuong

Post on 20-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 39

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012

cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya

persentase realisasi dimaksud lebih disebabkan oleh menurunnya realisasi Belanja

Langsung terutama Belanja Modal. Sementara untuk realisasi penerimaan APBD

Pemerintah Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan terutama Dana Perimbangan. Pada

triwulan I-2012, kenaikan penerimaan kurang diimbangi oleh penyerapan belanja

Pemerintah Provinsi sehingga mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang

beredar di masyarakat.

4.1 PENDAPATAN DAERAH

Pada triwulan I-2012, persentase realisasi pendapatan meningkat pada Dana

Perimbangan dan Pendapatan lain-lain sementara untuk Pendapatan Asli Daerah

mengalami penurunan.

Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan I-2012 sebesar Rp 271,09 Miliar

dengan capaian 29,75% dari target anggaran APBD 2012. Capaian tersebut meningkat

apabila dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp 161,09 Miliar dengan

capaian 25,30% dari target anggaran APBD 2011.

Realisasi DAU dan DAK lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan

I-2012, realisasi DAU telah mencapai 33,33% sementara Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

realisasinya mencapai 28,07%.

Pendapatan Asli Daerah pada triwulan I-2012 mengalami penurunan, karena

Pemerintah Provinsi selama semester I-2012 menerapkan kebijakan pembebasan BBN

(Bea Balik Nama) dan Pajak kendaraan selama setahun untuk mobil/motor dari luar wilayah

yang melakukan mutasi ke nomor polisi Gorontalo. Melalui penerapan kebijakan tersebut,

tercatat realisasi penghimpunan pajak hanya mencapai 24,65% dari target anggaran 2012

sementara untuk periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 31,48%. Hasil liaison

Bank Indonesia yang dilakukan kepada dealer utama kendaraan bermotor di Gorontalo

menyatakan bahwa angka penjualan mobil/motor di showroom mengalami penurunan

selama kebijakan tersebut dijalankan. Namun pengiriman kendaraan bermotor terutama

mobil yang berasal dari luar Provinsi Gorontalo seperti dari Surabaya, Jakarta dan Manado

justru mengalami peningkatan. Hal tersebut cenderung menarik perhatian masyarakat

mengingat harga perolehan yang lebih rendah serta insentif pembebasan pajak kendaraan

selama setahun yang cukup menguntungkan.

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD

triwulan I-2012 sebesar 73,89% lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan pada

triwulan I-2011 sebesar 76,84%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD tercatat

14,38% menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,15%.

Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)

4.2 BELANJA DAERAH

Menurunnya penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi triwulan I-2012

terutama pada Belanja Langsung. Penyerapan hampir seluruh komponen penyusun Pos

Belanja Langsung mengalami penurunan persentase realisasi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Pada triwulan laporan, tercatat Rp 147,07 Miliar dana APBD telah dibelanjakan

dengan persentase realisasi mencapai 15,67%, lebih rendah dibandingkan penyerapan

belanja triwulan I-2011 yang mencapai Rp 118,21 Miliar (17,62%).

Pada Pos Belanja Langsung, penyerapan anggaran tercatat sebesar Rp 40,54 Miliar

atau sebesar 8,59% dari target anggaran 2012. Kondisi tersebut lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 59,90 Miliar atau sebesar 16,67% dari

target anggaran. Penurunan persentase realisasi terbesar terjadi pada Belanja Modal yang

Nominal Pencapaian

(%)Nominal

Pencapaian

(%)

Pendapatan Asli Daerah 122.766.740.520 37.290.174.669 30,37 161.639.396.184 39.066.992.323 24,17

Pajak daerah 110.427.278.321 34.761.990.594 31,48 150.012.733.985 36.985.596.579 24,65

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550.000.000 - - - - -

Retribusi Daerah - - - 100.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.789.462.199 2.528.184.075 21,44 11.526.662.199 2.081.395.744 18,06

Dana Perimbangan 513.873.300.000 123.789.631.179 24,09 630.131.540.835 200.778.207.044 31,86

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24.698.000.000 92.944.179 0,38 23.983.008.835 6.731.439.044 28,07

Dana Alokasi Umum 461.118.100.000 115.279.527.000 25,00 582.140.302.000 194.046.768.000 33,33

Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000 8.417.160.000 30,00 24.008.230.000 - -

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 17.090.100 - 121.630.890.000 31.862.468.000 26,20

Jumlah Pendapatan 636.640.040.520 161.096.895.948 25,30 913.401.827.019 271.707.667.367 29,75

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

I-2012

APBD 2011 Pendapatan Daerah APBDP 2012

I-2011

Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi

(%)

Pendapatan Asli Daerah 122.766.740.520 37.290.174.669 23,15 161.639.396.184 39.066.992.323 14,38

Pajak daerah 110.427.278.321 34.761.990.594 21,58 150.012.733.985 36.985.596.579 13,61

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550.000.000 - - - - -

Retribusi Daerah - - - 100.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.789.462.199 2.528.184.075 1,57 11.526.662.199 2.081.395.744 0,77

Dana Perimbangan 513.873.300.000 123.789.631.179 76,84 630.131.540.835 200.778.207.044 73,89

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24.698.000.000 92.944.179 0,06 23.983.008.835 6.731.439.044 2,48

Dana Alokasi Umum 461.118.100.000 115.279.527.000 71,56 582.140.302.000 194.046.768.000 71,42

Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000 8.417.160.000 5,22 24.008.230.000 - -

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 17.090.100 0,01 121.630.890.000 31.862.468.000 11,73

Jumlah Pendapatan 636.640.040.520 161.096.895.948 100,00 913.401.827.019 271.707.667.367 100,00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

I-2012

APBD 2011 Pendapatan Daerah APBDP 2012

I-2011

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 41

realisasinya hanya mencapai Rp 4,36 Miliar atau hanya sebesar 2,9% dari target anggaran.

Kondisi ini terjadi karena realisasi pelaksanaan proyek infrastruktur belum berjalan optimal

sehingga penyerapan anggaran terhambat.

Sementara Belanja Tidak Langsung, realisasi persentase penyerapannya meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat penyerapan Belanja Tidak

Langsung sebesar Rp 106,52 Miliar atau sebesar 22,84% dari target anggaran 2012.

Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp 58,31 Miliar atau sebesar 18,71% dari target anggaran 2012.

Peningkatan penyerapan belanja terbesar terjadi pada Belanja Pegawai dan Belanja Hibah.

Tabel 4.3

Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2012 lebih diarahkan pada kepentingan

konsumsi sementara untuk kegiatan investasi relatif minimal. Pada triwulan laporan,

komposisi belanja konsumsi mencapai 97,02% sementara untuk belanja investasi hanya

mencapai 2,99%. Kondisi tersebut jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya dimana 15,24% anggaran direalisasikan untuk kepentingan investasi.

Keterlambatan proses tender dinilai sebagai salah satu pendorong lambatnya belanja

investasi Pemerintah Provinsi.

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Nominal Pencapaian

(%)Nominal

Pencapaian

(%)

Belanja Tidak Langsung 311.594.816.664,00 58.313.381.818,00 18,71 466.387.095.206,40 106.525.837.505,00 22,84

Belanja Pegawai 203.973.905.336,00 43.793.743.505,00 21,47 241.569.991.136,40 50.089.873.831,00 20,74

Belanja Subsidi 3.200.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 41.750.000.000,00 4.155.000.000,00 9,95 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 29,70

Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000,00 1.904.236.853,00 31,74 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 18,93

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328,00 6.770.300.610,00 15,33 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 22,63

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000,00 1.618.100.850,00 21,57 15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 9,72

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 72.000.000,00 1,44 5.000.000.000,00 - -

Belanja Langsung 359.456.670.266,00 59.901.325.113,00 16,66 472.014.731.812,80 40.543.312.895,09 8,59

Belanja Pegawai 30.439.242.880,00 3.000.205.194,00 9,86 36.893.361.512,00 3.268.830.827,00 8,86

Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944,00 38.883.455.672,00 17,96 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 11,37

Belanja Modal 112.527.955.442,00 18.017.664.247,00 16,01 145.704.204.801,00 4.361.332.810,00 2,99

Jumlah Belanja 671.051.486.930,00 118.214.706.931,00 17,62 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 15,67

I-2012

APBD 2011 Belanja Daerah APBDP 2012

I-2011

Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi

(%)

Belanja Tidak Langsung 311.594.816.664,00 58.313.381.818,00 49,33 466.387.095.206,40 106.525.837.505,00 72,43

Belanja Pegawai 203.973.905.336,00 43.793.743.505,00 37,05 241.569.991.136,40 50.089.873.831,00 34,06

Belanja Subsidi 3.200.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 41.750.000.000,00 4.155.000.000,00 3,51 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 28,24

Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000,00 1.904.236.853,00 1,61 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,72

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328,00 6.770.300.610,00 5,73 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 8,41

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000,00 1.618.100.850,00 1,37 15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 1,01

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 72.000.000,00 0,06 5.000.000.000,00 - -

Belanja Langsung 359.456.670.266,00 59.901.325.113,00 50,67 472.014.731.812,80 40.543.312.895,09 27,57

Belanja Pegawai 30.439.242.880,00 3.000.205.194,00 2,54 36.893.361.512,00 3.268.830.827,00 2,22

Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944,00 38.883.455.672,00 32,89 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 22,38

Belanja Modal 112.527.955.442,00 18.017.664.247,00 15,24 145.704.204.801,00 4.361.332.810,00 2,97

Jumlah Belanja 671.051.486.930,00 118.214.706.931,00 100,00 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 100,00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

I-2012

APBD 2011 Belanja Daerah APBDP 2012

I-2011

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA

4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN

UANG BEREDAR

Realisasi anggaran konsumsi pemerintah pada triwulan I-2012 memberikan pangsa

5.73%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,18%. Pangsa konsumsi

pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I-2011 terutama

untuk belanja rutin.

Stimulus fiskal untuk kepentingan investasi masih sangat kecil, hal ini dikarenakan

pelaksanaan proyek investasi belum berjalan secara optimal. Sementara apabila dilihat dari

sisi anggaran masih terdapat surplus penerimaan sebesar Rp 124 Miliar dimana surplus

tersebut lebih disebabkan karena realisasi belanja modal masih dibawah target anggaran.

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo

sampai dengan akhir triwulan I-2012 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena

realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD.

Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 558.523.531.488 100.197.042.684 4,64 792.697.622.218 142.707.817.590 5,73

Belanja Pegawai 234.413.148.216 46.793.948.699 2,17 278.463.352.648 53.358.704.658 2,14

Belanja Subsidi 3.200.000.000 - - 4.500.000.000 - -

Belanja Hibah 41.750.000.000 4.155.000.000 0,19 139.830.890.000 41.526.260.236 1,67

Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000 1.904.236.853 0,09 5.600.000.000 1.060.000.000 0,04

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328 6.770.300.610 0,31 54.676.214.070 12.371.034.144 0,50

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000 1.618.100.850 0,07 15.210.000.000 1.478.669.294 0,06

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000 72.000.000 0,00 5.000.000.000 - -

Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944 38.883.455.672 1,80 289.417.165.500 32.913.149.258 1,32

Pembentukan Modal Tetap Bruto 112.527.955.442 18.017.664.247 0,83 145.704.204.801 4.361.332.810 0,18

Belanja Modal 112.527.955.442 18.017.664.247 0,83 145.704.204.801 4.361.332.810 0,18

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

APBDP 2012 I-2011

Belanja Daerah APBD 2011 I-2012

Nominal %PDRB Realisasi %PDRB

Pendapatan 636.640.040.520,00 161.096.895.948,26 7,46 913.401.827.019,20 271.707.667.366,64 10,91

Pendapatan Asli Daerah 122.766.740.520,00 37.290.174.669,26 1,73 161.639.396.184,20 39.066.992.322,64 1,57

Dana Perimbangan 513.873.300.000,00 123.789.631.179,00 5,73 630.131.540.835,00 200.778.207.044,00 8,06

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24.698.000.000,00 92.944.179,00 0,00 23.983.008.835,00 6.731.439.044,00 0,27

Dana Alokasi Umum 461.118.100.000,00 115.279.527.000,00 5,34 582.140.302.000,00 194.046.768.000,00 7,79

Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000,00 8.417.160.000,00 0,39 24.008.230.000,00 - -

Dana Darurat - -

Dana Penyesuaian - 17.090.100,00 0,00 121.630.890.000,00 31.862.468.000,00 1,28

Belanja 671.051.486.930,00 118.214.706.931,00 5,47 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 5,90

Belanja Pegawai 234.413.148.216,00 46.793.948.699,00 2,17 278.463.352.648,40 53.358.704.658,00 2,14

Belanja Subsidi 3.200.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 41.750.000.000,00 4.155.000.000,00 0,19 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 1,67

Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000,00 1.904.236.853,00 0,09 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,04

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328,00 6.770.300.610,00 0,31 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 0,50

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000,00 1.618.100.850,00 0,07 15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 0,06

Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 72.000.000,00 0,00 5.000.000.000,00 - -

Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944,00 38.883.455.672,00 1,80 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 1,32

Belanja Modal 112.527.955.442 18.017.664.247 0,83 145.704.204.801 4.361.332.810 0,18

Surplus/Defisit (34.411.446.410) 42.882.189.017 1,99 (25.000.000.000) 124.638.516.967 5,00

Pembiayaan Netto (34.411.446.410) - - (25.000.000.000) - -

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

*) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

APBDP 2012 I-2011

APBD 2011 APBDI-2012

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 43

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2012 diwarnai oleh

net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Pada triwulan laporan juga sudah

terdapat temuan uang palsu sebanyak enam lembar uang kertas. Sementara itu, sistem

pembayaran non tunai transaksi kliring dan transaksi RTGS mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan volume transaksi dalam sistem pembayaran

tersebut diperkirakan akibat dari menurunnya transaksi ekonomi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang merupakan siklus awal tahun.

5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2012 mengalami net inflow

sebesar Rp 218,21 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan

lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.1 Grafik 5.2

Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan

Kondisi net inflow pada triwulan laporan didominasi pada bulan Januari yang

mencapai Rp171,39 miliar. Net inflow yang terjadi pada bulan Januari 2012 merupakan arus

balik aliran uang kartal pasca akhir tahun 2011. Net inflow tersebut juga menggambarkan

lambatnya aktivitas ekonomi pada awal tahun karena minimnya kegiatan-kegiatan (event)

daerah yang masih belum berjalan.

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR

Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan I-2012

sebesar Rp90,26 miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp72,48

miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp90,25 miliar untuk uang kertas

dan Rp18,92 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas

titipan pada triwulan laporan sebesar Rp18,92 miliar. Pecahan uang kertas sebesar

Rp2000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak

350.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki

tingkat kelusuhan sebanyak 120.000 lembar.

Tabel 5.1

Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu)

Sumber : Bank Indonesia

5.1.3 UANG PALSU

Tabel 5.2

Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo

Sumber: Bank Indonesia

Pada periode Januari – Maret 2012, telah teridentifikasi enam lembar uang palsu

yaitu uang kertas pecahan Rp50.000 tahun emisi 2005. Sementara itu, belum terdapat

temuan uang palsu untuk pecahan lainnya.

Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh

Uang Kertas 100,000 60,400,000 7,500,000 67,900,000 35,900,000 1,000,000 36,900,000 38,800,000 6,000,000 44,800,000

50,000 51,900,000 7,000,000 58,900,000 15,000,000 2,000,000 17,000,000 35,000,000 9,000,000 44,000,000

20,000 4,500,000 4,200,000 8,700,000 6,240,000 900,000 7,140,000 5,160,000 1,200,000 6,360,000

10,000 5,400,000 2,000,000 7,400,000 5,420,000 1,000,000 6,420,000 4,850,000 1,000,000 5,850,000

5,000 2,880,000 2,300,000 5,180,000 4,515,000 250,000 4,765,000 2,030,000 900,000 2,930,000

2,000 3,320,000 1,300,000 4,620,000 4,962,000 600,000 5,562,000 4,404,000 700,000 5,104,000

1,000 16,000 400,000 416,000 422,000 135,000 557,000 5,000 120,000 125,000

Total 128,416,000 24,700,000 153,116,000 72,459,000 5,885,000 78,344,000 90,249,000 18,920,000 109,169,000

Uang Logam 500 25,000 25,000 20,000 5,000

100 -

50 2,000 2,000 2,000

Total 27,000 27,000 20,000 - 20,000 7,000 - 7,000

TOTAL UANG 128,443,000 24,700,000 153,143,000 72,479,000 5,885,000 78,364,000 90,256,000 18,920,000 109,176,000

Jenis Pecahan (Rp)Tw. I 2012

Jumlah (ribu)Tw. IV 2011

Jumlah (ribu)Tw. III 2011

Jumlah (ribu)

Pecahan / Tahun Emisi Temuan Uang Palsu

100.000 / 2004 0

100.000 / 1999 0

50.000 / 2005 6

50.000 / 1999 0

50.000 / 1993 0

20.000 / 2004 0

10.000 / 2005 0

Jumlah 6

Periode Jan-Maret 2012

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 45

5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO

Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan

sebesar Rp396,15 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 5,12% (q.t.q) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 4,43% (q.t.q).

Adapun jumlah warkat sebanyak 17.673 lembar dengan pertumbuhan sebesar 1.12% (q.t.q).

Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2012

sebesar Rp6,29 miliar atau mengalami kontraksi 3,58% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian

jumlah warkat sebanyak 281 lembar atau tumbuh sebesar 2,72% (q.t.q).

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.3 Grafik 5.4 Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari

Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan

nominal warkat yang dikliringkan pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 1,57% lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,27%. Sementara itu, rata-rata rasio warkat

Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan pada

triwulan laporan tercatat sebesar 1,16% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 0,08%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.5

Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)

Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke

Gorontalo) selama triwulan I-2012 secara nominal sebesar Rp472 miliar atau terkontraksi

32,17% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 7,26% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi

RTGS rata-rata per bulan selama triwulan I-2012 tercatat sebanyak 1.208 transaksi atau

mengalami kontraksi secara triwulanan sebesar 22,55% (q.t.q). Perlambatan perkembangan

transaksi RTGS diperkirakan karena pergerakan aktivitas ekonomi pada triwulan laporan

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Siklus pada awal tahun ditandai dengan

lesunya transaksi RTGS dibandingkan akhir tahun. Diperkirakan transaksi-transaksi besar

yang menggunakan fasilitas RTGS diantaranya transaksi untuk proyek pembangunan

infrastruktur pemerintah belum direalisasikan pada awal tahun.

Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Januari 155 574 360 474 515 1048

Februari 166 490 268 470 434 960

Maret 175 701 373 703 548 1404

Rata-rata tw I-11 165 588 334 549 499 1137

Pertumbuhan (qtq) -27.42% -35.28% -20.54% -39.63% -22.96% -37.45%

April 196 725 267 611 464 1336

Mei 165 715 353 635 518 1350

Juni 216 796 365 710 581 1506

Rata-rata tw II-11 192 745 328 652 521 1397

Pertumbuhan (qtq) 16.26% 26.69% -1.57% 18.76% 4.34% 22.86%

Juli 241 874 440 801 681 1675

Agustus 228 899 517 785 745 1684

September 192 772 327 563 519 1335

Rata-rata tw III-11 220 848 428 716 648 1565

Pertumbuhan (qtq) 14.54% 13.82% 30.27% 9.87% 24.46% 11.98%

Oktober 244 844 396 687 640 1531

November 273 884 387 624 659 1508

Desember 327 954 460 685 787 1639

Rata-rata tw IV-11 281 894 414 665 695 1559

Pertumbuhan (qtq) 27.60% 5.38% -3.21% -7.12% 7.26% -0.34%

Januari 206 667 154 441 360 1108

Februari 182 609 260 421 442 1030

Maret 238 913 375 572 613 1485

Rata-rata tw I-12 209 730 263 478 472 1208

Pertumbuhan (qtq) -25.73% -18.38% -36.55% -28.16% -32.17% -22.55%

Bulan

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I -2012 47

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Gorontalo menunjukkan tendensi penurunan

sebagaimana tercermin dari salah satu indikatornya yaitu pengangguran. Tingkat

pengangguran terbuka tercatat mengalami peningkatan dari 4,26% pada bulan Agustus

2011 menjadi 4.81% pada Februari 2012.

6.1. PENGANGGURAN

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo berdasarkan

data Februari 2012 tercatat sebanyak 471.128 jiwa atau meningkat dibanding angkatan

kerja pada periode Agustus 2011 sebesar 465.027 jiwa. Peningkatan jumlah angkatan kerja

tersebut bersumber dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari

2012 mencapai 448.489 jiwa atau naik 3.279 jiwa dibanding posisi Agustus 2011 yang

tercatat sebanyak 445.210 jiwa. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Gorontalo pada Februari 2012 tercatat sebanyak 4,81%, mengalami peningkatan

dibandingkan data Agustus 2011 sebesar 4,26%. Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari 64,12% pada Agustus 2011 menjadi 64,36% pada

Februari 2012. Kenaikan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan

jumlah penduduk Angkatan Kerja (1,31%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan penduduk Bukan Angkatan Kerja (0,26%).

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Gorontalo

Dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja pada

sektor pertanian yaitu sebanyak 168.806 orang (Februari 2012) atau sekitar 36,52% dari

total jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 3,04% jika dibandingkan

Februari Agustus Februari

2011 2011 2012

Bekerja 437,459 445,210 448,489

Pengangguran 21,120 19,817 22,639

Angkatan Kerja 458,579 465,027 471,128

Sekolah 71,393 33,142 73,060

Mengurus Rumah Tangga 162,649 171,804 160,867

Lainnya 24,979 55,270 26,966

Bukan Angkatan Kerja 259,021 260,216 260,893

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4.61 4.26 4.81

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63.90 64.12 64.36

Jenis Kegiatan

BAB 6 KESEJAHTERAAN

48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

dengan Agustus 2011. Di sisi lain, terjadi shifting tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor

jasa kemasyarakatan yang ditandai oleh peningkatan persentase sebesar 0,38% dari jumlah

penduduk yang menggeluti sektor tersebut jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2011.

Sementara itu pada sektor perdagangan, menempati posisi ketiga dengan persentase

sebesar 13,62% pada Februari 2012.

Tabel 6.2.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011 – Februari 2012

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

6.2 KEMISKINAN

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo berdasarkan data September 2011

tercatat sebanyak 192.396 jiwa atau 18,02% dari jumlah penduduk Gorontalo. Jumlah

tersebut mengalami penurunan sebesar 0,73% dibandingkan posisi Maret 2011 yang

tercatat sebesar 198.270 jiwa (18,75% dari jumlah penduduk Gorontalo). Penurunan jumlah

penduduk miskin terbesar terjadi di perkotaan yang mencapai 4.538 jiwa atau 1,31%,

sedangkan di pedesaan penurunan hanya sebesar 1.336 jiwa atau 0,44%. Sementara itu

garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2011 sebesar Rp.195.685 per

kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp.8.470 perkapita per bulan

dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp.187.215 per kapita per

bulan.

Grafik 6.1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2011

Grafik 6.2

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Pertanian 179,933 41.13 158,973 35.71 163,806 36.52

Industri 40,584 9.28 44,015 9.89 37,619 8.39

Perdagangan 64,022 14.63 65,851 14.79 61,079 13.62

Jasa Kemasyarakatan 87,087 19.91 91,393 20.53 91,741 20.46

Lainnya 40,322 9.22 84,978 19.09 94,244 21.01

Total 437,459 100 445,210 100 448,489 100

Februari 2011 Agustus 2011 Februari 2012Lapangan Pekerjaan Utama

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I -2012 49

Tabel 6.3.

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)

Tabel 6.4

Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Menurut Wilayah Tahun 2012

Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2011, persentase penduduk miskin di

Provinsi Gorontalo terbesar masih berada di wilayah pedesaan yaitu sebanyak 92,33%,

selebihnya 7,67% tinggal di wilayah perkotaan. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut,

diharapkan pembangunan infrastruktur dan program pengembangan wilayah pedesaan

dapat lebih dioptimalkan.

6.3. RASIO GINI

Rasio gini Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dalam 3 (tiga) tahun terakhir

ini. Pada tahun 2007, indeks gini tercatat 0,39 meningkat dibandingkan tahun 2005 yang lalu

sebesar 0,36. Kondisi tersebut menunjukkan kesenjangan pendapatan antar lapisan

penduduk semakin meningkat. Berdasarkan komposisi pendapatan penduduk, terlihat

bahwa persentase 20% penduduk berpenghasilan tinggi justru semakin meningkat dari

44,38% pada tahun 2005 menjadi 47,67% pada tahun 2007. Begitu pula 40% penduduk

dengan pendapatan rendah, mengalami peningkatan persentase pendapatan dari 19.87%

pada tahun 2005 menjadi 28.64% pada tahun 2007. Sementara itu, 40% penduduk dengan

pendapatan sedang justru mengalami penurunan persentase, dari 35,75% di tahun 2005

menjadi 33.69 di tahun 2007. Hal inilah yang menyebabkan “jurang” kesenjangan

kesejahteraan antar penduduk semakin lebar.

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS

Provinsi Gorontalo

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS

Provinsi Gorontalo

Maret 2011

September 2011

Perubahan

Periode

18.75 198,270.00

18.02

-0.73

192,396.00

(5,874.00)

Indikator

Persentase Penduduk

Miskin (%)

Jumlah Penduduk Miskin

(Jiwa)

Perkotaan

Pedesaan

Total

183,637 192,274

187,215 195,685

Uraian

Garis Kemiskinan (Rp)

Maret 2011 September 2011

194,161 202,305

BAB 6 KESEJAHTERAAN

50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

Komponen Pembentuk IPM 2002 2004 2005 2006 2007

Angka Harapan Hidup (tahun) 64.20 64.50 65.40 65.60 66.19

Angka Melek Huruf (%) 95.20 94.70 95.00 95.70 95.70

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6.50 6.80 6.80 6.80 6.91

Rata-rata Pengeluaran Riil (ribuan Rp) 573.30 585.90 607.80 608.65 615.94

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64.13 65.4 67.5 68.01 68.98

Tabel 6.5

Rasio Gini Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

6.4. IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 tercatat

sebesar 68,98, meningkat 0,97 poin dibandingkan IPM tahun 2006 sebesar 68,01.

Peningkatan ini ditunjang oleh kenaikan Angka Harapan Hidup dari 65,60 tahun pada tahun

2006 menjadi 66,19 tahun pada tahun 2007. Sementara itu, rata-rata lama sekolah

mengalami kenaikan dari 6,80 tahun menjadi 6,91 tahun dan rata-rata pengeluaran riil juga

mengalami kenaikan dari Rp.608,65 ribu menjadi Rp.615,94 ribu pada periode pengukuran

yang sama. Peningkatan tersebut, salah satunya dipicu oleh kenaikan Upah Minimum

Provinsi (UMP) Gorontalo yang dilakukan secara berkala.

Tabel 6.6

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

Di sisi lain, ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan

dan pembangunan infrastruktur yang terjadi sejak awal pemekaran wilayah menyebabkan

perbedaan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara Provinsi dengan

Kota/Kabupaten di Gorontalo. Angka IPM tertinggi sebesar 71,64 dimiliki oleh Kota

Gorontalo, sedangkan IPM terendah sebesar 67,24 tercatat Kabupaten Boalemo (data

tahun 2007).

40%

populasi

dengan

pendapatan

rendah

40%

populasi

dengan

pendapatan

sedang

20%

populasi

dengan

pendapatan

tinggi

Gini Ratio

40%

populasi

dengan

pendapatan

rendah

40%

populasi

dengan

pendapatan

sedang

20%

populasi

dengan

pendapatan

tinggi

Gini Ratio

Gorontalo 19.87 35.75 44.38 0.36 28.64 33.69 47.67 0.39

Provinsi

20072005

BAB 6 KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I -2012 51

BOKS 4 : MENGGUGAH KEMANDIRIAN MELALUI PELATIHAN WIRAUSAHA MUDA

MAHASISWA

80 pemuda-pemudi Gorontalo antusias mengikuti kegiatan Pelatihan Wirausaha

Muda. Pelatihan yang dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo itu

bertujuan untuk menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswa yang pada gilirannya

dapat membentuk pengusaha-pengusaha baru yang ikut memberikan andil dalam

pertumbuhan ekonomi Gorontalo.

Pelatihan wirausaha muda berlangsung selama sembilan hari mulai tanggal 10

hingga 20 April 2012. Dalam pelatihan tersebut, dibagi dua kelompok besar yang masing-

masing berjumlah 40 orang dengan beragam latar belakang pendidikan dan usaha yang

akan digeluti. Berbagai materi seperti kiat memulai usaha, bagaimana membaca peluang

dan memahami lingkungan usaha, etika bisnis hingga membuat dan mempresentasikan

proposal usaha diusung guna memberikan pembekalan kepada peserta sebelum terjun ke

dunia nyata.

Pola pelatihan pun dibuat semenarik mungkin, dengan mengkombinasikan sistem

klasikal, dinamika kelompok serta praktek kunjungan lapangan ke sentra-sentra usaha. Hal

ini dilakukan agar para peserta tidak merasa jenuh dan senantiasa antusias dalam mengikuti

pelatihan. Pengusaha lokal pun digandeng untuk menyampaikan success story-nya masing-

masing. Disamping itu instansi teknis pemerintahan seperti Dinas Koperasi Perindustrian

dan Perdagangan serta Badan Investasi Daerah juga diundang untuk memaparkan

kebijakan pemerintah daerah khususnya terkait pengembangan sektor riil dan UMKM.

Sebagai upaya mendukung program financial inclusion, dalam pelatihan tersebut

juga dilibatkan perbankan Gorontalo yang memberikan informasi mengenai produk-produk

dana maupun pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha dalam

mendukung pengembangan usahanya ke depan. Materi yang disampaikan perbankan

memberikan warna tersendiri bagi para peserta, karena dengan hadirnya perbankan dapat

membuka sekat-sekat birokrasi yag selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat.

Pelatihan yang berjalan selama sembilan hari tersebut ditutup oleh Kepala

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo. Dalam sambutannya, Wahyu Purnama A

menyampaikan harapannya agar para peserta dapat mengambil intisari dari seluruh materi

yang telah diberikan. Wahyu juga berharap agar pelatihan ini menjadi cikal bakal terciptanya

kemandirian berusaha yang pada akhirnya akan dapat menekan angka pengangguran di

Provinsi Gorontalo. “Ketika kemandirian tercipta, tingkat pengangguran tergerus dan

kesejahteraan masyarakat pun terwujud”, imbuh Wahyu menutup sambutan.

BAB 6 KESEJAHTERAAN

52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 53

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2012 diperkirakan lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi

menurunnya produksi pertanian selama triwulan II-2012 setelah mengalami puncak masa

panen pada triwulan I-2012. Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2012 diproyeksikan pada

kisaran 6,50% ± 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya Peningkatan inflasi

tersebut tak lepas dari merangkak naiknya komoditas core inflation seiring dengan tingginya

permintaan ekonomi daerah yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Aktivitas

usaha perbankan diindikasikan mengalami peningkatan, pada triwulan II-2012 yang

diperkirakan bersumber dari menguatnya aktivitas ekonomi masyarakat.

7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL

Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2012

Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2012 diperkirakan tumbuh 7,6 – 8,1 %

y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011 (8,42% y.o.y). Setelah

memasuki masa panen pada triwulan I-2012, perkembangan produksi pertanian akan

kembali menurun. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, luas tanam

periode Januari-Februari yang akan dipanen April-Mei relatif lebih rendah dibandingkan

panen triwulan I-2012 baik untuk komoditas jagung maupun padi. Mulai melambatnya

kinerja pertanian ditunjukkan pula oleh tingkat NTP yang mulai menurun pada bulan April

2012. Pertumbuhan NTP terkontraksi sebesar 1,37% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

kondisi Januari – Maret 2012.

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

Grafik 7.2 Grafik 7.3 Perkembangan Luas Tanam Padi Perkembangan Luas Tanam Jagung

Sampai dengan akhir tahun 2012, secara kumulatif tahunan perkembangan

pertanian padi diperkirakan akan menurun namun untuk pertanian jagung diperkirakan akan

lebih baik dibandingkan tahun 2011. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM I-2012

memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2012 sebesar 291.893 ton atau tumbuh 6,56 %

(y.oy) melambat dibandingkan produksi padi tahun 2011 sebesar 273.921 ton (tumbuh

8,03% y.o.y) sementara produksi jagung tahun 2012 diperkirakan mencapai 698.888 ton

atau tumbuh 15,37% (y.o.y) dibandingkan produksi jagung tahun 2011 sebesar 605.871 ton.

Cuaca dan iklim diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong.

Grafik 7.4 Grafik 7.5 Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Tendensi Konsumen BPS Gorontalo

Sementara itu kinerja konsumsi juga diperkirakan melemah. Survei Konsumen

Bank Indonesia memperkirakan bahwa ekspektasi konsumsi berada pada level optimis

namun relatif lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011. Sementara hasil perkiraan Indeks

Tendensi Konsumen BPS Gorontalo turut mengkonfirmasi hal dimaksud, dimana perkiraan

nilai ITK di Provinsi Gorontalo pada Triwulan II‐2011 sebesar 107,59, artinya kondisi

ekonomi konsumen triwulan yang akan datang diperkirakan akan menurun (ITK TW I-2011 =

108.12).

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 55

Sementara itu kinerja dunia usaha selain sektor pertanian diperkirakan masih

tumbuh lebih baik. Hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia Gorontalo triwulan IV-

2011 mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan II-2011 berada

pada level optimis 19,59. Sektor-sektor yang diperkirakan memberikan dukungan pada

pertumbuhan adalah sektor PHR dan sektor angkutan

7.2 OUTLOOK INFLASI

Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo

Realisasi inflasi Gorontalo Triwulan-I 2012 sebesar 5,90% (yoy) berada pada batas

atas proyeksi sebelumnya pada kisaran 5,00% ± 1% (yoy). Peningkatan inflasi tersebut tak

lepas dari merangkak naiknya komoditas core inflation seiring dengan tingginya permintaan

ekonomi daerah yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai.

Pada Triwulan-II 2012, inflasi Gorontalo diproyeksikan berada pada kisaran 6,50% ±

1% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi diperkirakan akibat

dari mulai naiknya harga komoditas bumbu-bumbuan karena berkurangnya stok. Di sisi lain,

ketidakpastian kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi diperkirakan

dapat mendorong kenaikan ekspektasi inflasi. Hasil Rapat Paripurna DPR tanggal 30 Maret

2012 memberi keputusan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah agar

menyesuaikan harga BBM apabila harga minyak mentah mengalami kenaikan atau

penurunan sebesar 15% dalam waktu 6 bulan berjalan dibandingkan asumsi harga ICP

dalam APBN-P 2012 (USD105/barrel). Dengan mempertimbangkan harga ICP pada bulan

Maret 2012 yang mencapai sekitar USD128/barrel, dan jika pada April rata-rata ICP

bertahan di USD135/barrel, maka rata-rata ICP 6 bulan terakhir dapat mencapai

USD120,79/barrel (akan dilakukan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi).

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012| BANK INDONESIA

Perkembangan ini tetap membuka peluang yang cukup besar adanya kenaikan harga BBM

pada Mei 2012. Apabila kebijakan ini diimplementasikan pada triwulan II-2012, tidak

menutup kemungkinan realisasi inflasi akan jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi

sebelumnya.

7.3 PROSPEK PERBANKAN

Aktivitas usaha perbankan diindikasikan mengalami peningkatan, pada triwulan II-

2012 yang diperkirakan bersumber dari menguatnya aktivitas ekonomi masyarakat.

Meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat disinyalir karena menguatnya permintaan

domestic maupun realisasi proyek pemerintah yang bersumber dari APBN dan APBD yang

kecenderungannya dimulai pada triwulan II.Kondisi tersebut memberikan peluang ekspansi

penyaluran kredit perbankan pada triwulan mendatang.

Sementara itu, suku bunga perbankan gorontalo diperkirakan masih akan berada

pada level stabil seiring dengan penetapan BI Rate di kisaran 5,75% (Maret 2012) dan

himbauan Bank Indonesia untuk mendukung perkembangan sektor riil melalui penurunan

suku bunga kredit. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2012

mengkonfirmasi kondisi usaha sector keuangan dalam keadaan yang relative stabil, dimana

persentase responden yang menjawab ekspektasi usaha pada sector tersebut relative

tetap/stabil pada triwulan II-2012 mencapai 100%.

Sumber: Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.7

Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan

Meningkat Tetap Menurun

Triwulan I-11 10.00 50.00 40.00

Triwulan II-11 30.00 70.00 0.00

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Ja

wa

ba

n R

es

po

nd

en

(%

)