bab 4 hasil dan pembahasan 4.1 inventarisasi dan analisis · bergaya arsitektur islam. bangunan...

59
17 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis Bab ini memaparkan hasil pengumpulan data yang disertai dengan analisisnya. Data primer dan data sekunder diperoleh dengan cara survei lapangan, wawancara dengan instansi terkait, penelusuran internet, serta studi pustaka. Data yang terkumpul dibedakan menjadi beberapa subdata. Data yang telah diperoleh dianalisis. Analisis ini merupakan tahapan untuk mencari potensi dan kendala pada tapak yang berhubungan dengan tujuan penelitian, yaitu perancangan Kompleks Masjid Raya Bogor berbasis ekoarsitektur. Analisis yang dilakukan ini dipandang dari segi bidang Arsitektur dan Arsitektur Lanskap yang meliputi analisis tapak dan bangunan masjidnya untuk aktivitas beribadat dan rekreasi yang bernilai ekoarsitektur bagi lingkungan perkotaan. Lampiran 1 menyajikan peta inventarisasi Kawasan Masjid Raya Bogor. Hasil analisis atas potensi dan kendala tapak dilihat pada Lampiran 2. Detil inventarisasi dan analisis tapak disampaikan berikut ini. 4.1.1 Lokasi, Batas, dan Aksesibilitas Tapak Tapak penelitian adalah di Kompleks Masjid Raya Bogor, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur. Desain hanya dilakukan pada Kompleks Masjid Raya Bogor dan sebagian Jalan Pajajaran yang terkait dengan kawasan ini, dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Jalan Sambu di sebelah utara; b. Markaz Islam Bogor di sebelah selatan; c. Jalan Riau dan kawasan permukiman di sebelah barat; d. Jalan Raya Pajajaran dan kawasan pertokoan di sebelah timur. Tapak yang didesain tersebut berupa kawasan masjid yang meliputi bangunan masjid dan plaza, masing-masing sebagai zona inti dan zona pendukung. Zona inti adalah kawasan perencanaan yang diutamakan pengembangannya. Zona pendukung meliputi bangunan lembaga keislaman, jalur sirkulasi, tempat parkir, jalan raya, dan pedestrian. Aksesibilitas menuju Kompleks Masjid Raya Bogor tergolong mudah karena berada di pusat Kota Bogor yang strategis, dapat ditempuh dengan berbagai transportasi umum dan pribadi maupun dengan berjalan kaki.

Upload: truongliem

Post on 20-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Inventarisasi dan Analisis

Bab ini memaparkan hasil pengumpulan data yang disertai dengan

analisisnya. Data primer dan data sekunder diperoleh dengan cara survei

lapangan, wawancara dengan instansi terkait, penelusuran internet, serta studi

pustaka. Data yang terkumpul dibedakan menjadi beberapa subdata.

Data yang telah diperoleh dianalisis. Analisis ini merupakan tahapan untuk

mencari potensi dan kendala pada tapak yang berhubungan dengan tujuan

penelitian, yaitu perancangan Kompleks Masjid Raya Bogor berbasis

ekoarsitektur. Analisis yang dilakukan ini dipandang dari segi bidang Arsitektur

dan Arsitektur Lanskap yang meliputi analisis tapak dan bangunan masjidnya

untuk aktivitas beribadat dan rekreasi yang bernilai ekoarsitektur bagi lingkungan

perkotaan. Lampiran 1 menyajikan peta inventarisasi Kawasan Masjid Raya

Bogor. Hasil analisis atas potensi dan kendala tapak dilihat pada Lampiran 2.

Detil inventarisasi dan analisis tapak disampaikan berikut ini.

4.1.1 Lokasi, Batas, dan Aksesibilitas Tapak

Tapak penelitian adalah di Kompleks Masjid Raya Bogor, Kelurahan

Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur. Desain hanya dilakukan pada Kompleks

Masjid Raya Bogor dan sebagian Jalan Pajajaran yang terkait dengan kawasan

ini, dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Jalan Sambu di sebelah utara;

b. Markaz Islam Bogor di sebelah selatan;

c. Jalan Riau dan kawasan permukiman di sebelah barat;

d. Jalan Raya Pajajaran dan kawasan pertokoan di sebelah timur.

Tapak yang didesain tersebut berupa kawasan masjid yang meliputi

bangunan masjid dan plaza, masing-masing sebagai zona inti dan zona

pendukung. Zona inti adalah kawasan perencanaan yang diutamakan

pengembangannya. Zona pendukung meliputi bangunan lembaga keislaman, jalur

sirkulasi, tempat parkir, jalan raya, dan pedestrian.

Aksesibilitas menuju Kompleks Masjid Raya Bogor tergolong mudah

karena berada di pusat Kota Bogor yang strategis, dapat ditempuh dengan

berbagai transportasi umum dan pribadi maupun dengan berjalan kaki.

Page 2: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

18

Transportasi umum dapat berupa bus bertujuan di Terminal Baranangsiang, ojek,

dan angkutan perkotaan (Angkot 09 dari Sukasari, Angkot 03 dari bubulak,

Angkot 01 dari Ciawi, Angkot 06 dari Ciheuleut, dan Angkot 11 dari Pajajaran

Indah), sedangkan transportasi pribadi dapat berupa mobil dan sepeda motor.

Letak kawasan yang strategis dan aksesibilitas menuju kawasan yang

mudah ini merupakan potensi karena besarnya jumlah pengunjung yang datang

pada kawasan. Dengan demikian, peluang pengembangan kawasan sangat

diperlukan untuk meningkatkan citra Kota Bogor mengingat banyaknya aktivitas

warga dalam kota dan dari luar kota.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan yang berada di Kompleks Masjid Raya Bogor sebagian

besar merupakan perkerasan bangunan dan plaza serta sebagian kecil untuk lahan

terbuka hijau (Gambar 4). Pemerintah Kota Bogor menetapkan kawasan di

sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor sebagai pusat pengembangan Islam di

wilayah kota Bogor.

Dalam rencana pengembangan luas Kompleks Masjid Raya Bogor adalah

8.165 m2. Dengan total luas tanah bangunan dan plaza 3.427 m

2 (termasuk

Markaz Islam Bogor), luas area untuk penghijauan 1908,18 m2 dan sisa luas tanah

sebesar 2829,82 m2 akan dibuat perkerasan untuk tempat parkir dan jalur aspal.

Dengan kata lain, sebesar 76,6 persen dari seluruh luas Kompleks Masjid Raya

Bogor adalah perkerasan dan hanya ada 23,37 persen untuk lahan terbuka hijau.

Tata guna lahan yang didominasi dengan perkerasan menyebabkan kawasan ini

terasa panas pada siang hari dan berkesan masif. Daerah pendukung kawasan ini,

antara lain, adalah jalan raya dan pedestrian di sebelah barat dan utara, tetapi

penggunaannya tidak optimal karena sepanjang pedestrian pada kawasan sekitar

Kompleks Masjid Raya Bogor dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Pedagang

memanfaatkan pedestrian di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor

dengan alasan lebih ramai pembeli.

Page 3: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

19

Page 4: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

20

4.1.3 Iklim

Iklim merupakan faktor-faktor tidak tetap yang saling berhubungan yang

meliputi suhu, radiasi matahari, curah hujan, serta kelembaban udara. Rancangan

sebaiknya disesuaikan dengan kondisi iklim yang sudah ada dengan mengambil

aspek-aspek yang menguntungkan dan mengendalikan aspek-aspek yang

merugikan. Kondisi iklim terutama iklim mikro turut menentukan tingkat

kenyamanan bagi pengguna masjid. Oleh karena itu, pengendalian terhadap iklim

mikro sangat penting. Iklim pada Kompleks Masjid Raya Bogor termasuk ke

dalam iklim kota karena iklim alami sudah dipengaruhi oleh struktur bangunan

dan aktivitas perkotaan.

Kota Bogor terkenal dengan sebutan kota hujan. Hal tersebut

menggambarkan kondisi iklim lokal Bogor secara keseluruhan. Kondisi iklim

tersebut dapat dilihat secara numerik pada Tabel 2.

Tabel 2. Kondisi Iklim Kota Bogor pada Tahun 2008

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga

Bulan

Suhu

Hari Hujan Kelembaban

Nisbi (%)

Curah

Hujan

(mm) Maksimum Minimum

Januari 30,7 23,1 16 80,7 339

Februari 28,2 22,3 16 87 324

Maret 30,4 22,4 25 83,7 653

April 30,8 22,4 22 80,7 506

Mei 31,7 22,4 17 75,3 222

Juni 31,5 22,2 13 75,7 128

Juli 32,2 21,3 8 71 78

Agustus 31,4 21,9 13 77,7 151

September 32,3 22,2 15 71,3 474

Oktober 31,8 21,1 18 77 334

November 30,9 20,2 20 78 543

Desember 29,9 19,8 24 81 300

Jumlah 371,8 261,3 207 939 4052

Rata-rata 31 21,8 17 78,3 337,7

Page 5: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

21

Pada kolom curah hujan dapat terlihat bahwa curah hujan Kota Bogor rata-

rata pada bulan Maret tahun 2008 dapat mencapai 653 mm, sedangkan hari hujan

selama tahun 2008 mencapai 207 hari. Dengan kata lain, lebih dari setengah tahun

hujan turun. Hujan dapat menyebabkan struktur bangunan mudah mengalami

kerusakan ataupun penurunan kualitas material bangunan sehingga diperlukan

alat/upaya untuk mengantisipasi tingginya curah hujan agar tidak merusak struktur

bangunan.

Roof garden merupakan instrumen yang tepat untuk Kompleks Masjid

Raya Bogor, mengingat sebagian besar lahannya berupa struktur bangunan beton.

Roof garden berfungsi untuk nengendalikan kerusakan dan penurunan kualitas

material akibat tingginya curah hujan agar struktur bangunan lebih awet sekaligus

menambah nilai estetika dan mempertahankan kenyamanan termal.

Iklim mikro di Kompleks Masjid Raya Bogor cenderung kurang nyaman

pada siang hari karena kurangnya vegetasi dan struktur bangunan yang terlalu

masif terutama pada bagian plaza masjid sehingga pada siang hari terik matahari

langsung tidak terhalang. Oleh karena itu, suhu udaranya tinggi pada waktu-waktu

tertentu yang berdampak pada minimnya aktivitas di daerah plaza.

Posisi Kompleks Masjid Raya Bogor berada di antara lintasan matahari

dan angin karena letak gedung yang berorientasi timur dan barat, serta tegak lurus

terhadap arah angin yang dominan pada daerah tropis, yaitu angin yang bergerak

dari tenggara ke timur laut pada musim kemarau dan dari timur laut ke tenggara

pada musim hujan. Posisi yang demikian merupakan potensi yang baik untuk

desain dengan konsep ekoarsitektur.

4.1.4 Kondisi Fisik dan Land Use Kawasan Masjid Raya Bogor

Kondisi fisik yang diamati dan dianalisis untuk proses perancangan

meliputi Kompleks Masjid Raya Bogor, yang terdiri dari bangunan masjid utama,

plaza masjid, koridor masjid, kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor, taman

masjid, tempat parkir, dan perkerasan pada halaman masjid. Selain Kompleks

Masjid Raya Bogor, area pendukung, seperti pedestrian, jalan raya, dan Markaz

Islam Bogor yang berhubungan dengan Masjid Raya Bogor menjadi area yang

tidak dapat dipisahkan sebagai objek yang diamati dan dianalisis untuk proses

perancangan.

Page 6: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

22

4.1.4.1 Bangunan Masjid Utama

Bangunan masjid utama terdiri dari ruang utama, pelataran berupa teras

masjid, kantor Dewan Keluarga Masjid (DKM), dan pada lantai bawah dari

bangunan masjid terdapat taman kanak-kanak (TK) Ibnu Hajar. Ruang utama

masjid seluas 449,3 m2 digunakan sebagai ruang untuk salat, dan acara pengajian

rutin sebagai pusat aktivitas keagamaan.

Pelataran masjid merupakan ruang pendukung yang mengitari ruang utama

masjid. Luas pelataran masjid adalah 657,7 m2. Fasilitas pada pelataran masjid

adalah teras masjid yang digunakan pengguna (user) untuk istirahat dan sering

digunakan sebagai tempat berbuka puasa pada hari Senin dan Kamis. Kegiatan

buka puasa bersama juga rutin dilaksanakan setiap hari pada bulan Ramadhan.

Pada pelataran masjid juga tersedia papan informasi kegiatan keislaman dan

terdapat tempat penitipan barang. Kantor Dewan Keluarga Masjid (DKM) berada

tepat di utara ruang utama masjid yang juga merupakan stasiun radio Wadah

Dakwah Islam (WADI Fm) dengan luas 84,4 m2.

Gaya arsitektur pada bangunan masjid pada saat ini mengadopsi bentuk

arsitektur pagoda pada atapnya dengan bentuk limas segi empat yang bertingkat

yang merupakan akulturasi bentuk arsitektur Hindu (gambar 5). Bentuk

arsitektural masjid pada saat ini dinilai belum sesuai dengan kesatuan tema antara

bangunan masjid, plaza, koridor masjid, dan kantor BAZ Kota Bogor yang

bergaya arsitektur Islam.

Bangunan Masjid Raya Bogor

Gambar 5 Bangunan Masjid Raya Bogor

Page 7: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

23

4.1.4.2 Plaza Masjid

Di sebelah selatan bangunan utama masjid terdapat plaza. Pada area plaza

jarang terdapat aktivitas user di tengah plaza terutama pada siang hari, kegiatan

user umumnya hanya berada di pinggir plaza pada sore hari antara pukul 15.30

dan pukul 18.00 WIB. Aktivitas terbanyak pada hari Jumat antara pukul 09.30 dan

pukul 12.00 WIB karena banyaknya orang yang beristirahat sambil menunggu

waktu salat Jumat.

Pada daerah plaza tidak terdapat fasilitas drainase sehingga jika terjadi

hujan terdapat genangan pada beberapa titik dan berakibat pada penurunan

kualitas keramik pada plaza dengan ciri warna yang memudar selain akibat dari

terik matahari langsung (Gambar 6). Plaza bergaya Islam dicirikan adanya motif

dari keramik berbentuk bintang segi delapan di tengah-tengah plaza.

Gambar 6 Kondisi Area Plaza Masjid

4.1.4.3 Koridor Masjid

Di sebelah barat plaza terdapat koridor masjid (Gambar 7) sepanjang 33,5

m dan lebar 3,4 m yang menghubungkan masjid dengan kantor BAZ Kota Bogor

dan tempat wudhu di bawahnya. Aktivitas pengunjung pada area ini cukup tinggi

karena di tempat ini pengunjung dapat mengakses pemandangan Gunung Salak,

Umumnya, aktivitas yang dilakukan adalah duduk sambil menikmati Gunung

Salak, bercengkrama, dan bersantai.

Page 8: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

24

Gambar 7 Area Koridor Masjid

Atap koridor menyatu dengan bangunan kantor BAZ dan bangunan

masjid. Corak arsitektur Islam terlihat dari motif ukiran berupa barisan bintang

persegi delapan pada atapnya dan jajaran pilar yang mencirikan bangunan bergaya

Islam.

4.1.4.4 Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor

Kantor BAZ (Gambar 8) dengan luas 144 m2

dengan dua lantai berada di

selatan koridor. Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan

koridor dan plaza dengan konsep bangunan bergaya Islam, yang dicirikan oleh

menara adzan, desain jajaran pilar-pilar pada dindingnya, lengkungan setengah

lingkaran sebagai fentilasinya, serta adanya kubah kecil di ujung menara yang

memperkuat karakter dari bangunan Islam. Gedung ini berfungsi sebagai pusat

administrasi zakat di Kota Bogor.

Gambar 8 Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor

Page 9: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

25

4.1.4.5 Area Ground floor

Tepat di bawah kantor BAZ terdapat tempat wudhu yang berhubungan

langsung dengan tempat parkir sepeda motor dan mobil. Tempat parkir berada

tepat di barat tempat wudhu dan tepat di bawah plaza yang berfungsi juga sebagai

atap tempat parkir seluas 760 m2. Tempat parkir ini hanya mampu menampung 13

unit mobil dan 60 unit sepeda motor. Fasilitas tempat parkir di area ground floor

masih belum mampu menampung jumlah mobil terutama pada hari Jumat. Tempat

wudhu dan tempat parkir termasuk dalam area ground floor (Gambar 9).

Tempat Whudu Masjid Raya Tempat Parkir Kendaraan

Gambar 9 Area Ground floor

4.1.4.6 Taman dan Taman Kanak-kanak (TK Ibnu Hajar)

Di dalam Kompeks Masjid Raya Bogor terdapat taman, tepatnya di utara

masjid (Gambar 10). Kondisi taman kurang teratur dan tidak tepat guna

mengingat fasilitas yang ada kurang mampu mengakomodasi pengunjung.

Kondisi taman pada malam hari sangat gelap karena minimnya penerangan yang

disediakan. Fasilitas yang tersedia di area taman adalah children playground yang

biasa digunakan sebagai tempat bermain murid taman kanak-kanak yang berlokasi

di bawah bangunan masjid.

Page 10: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

26

Taman Masjid Halaman TK Ibnu Hajar

TK Ibnu Hajar Children Playground

Gambar 10 Area di Utara Bangunan Masjid

4.1.4.7 Welcome Area

Di bagian timur taman terdapat toilet umum dan berbatasan langsung

dengan pagar masjid dan pedestrian (Gambar 11). Toilet umum tersebut tidak

tepat guna karena posisinya di depan masjid. Terdapat perkerasan di antara bagian

selatan kamar mandi umum dan bagian barat bangunan masjid. Perkerasan ini

dibuat dengan bahan paving block dan merupakan bekas tempat parkir sebelum

dibangun tempat parkir pada ground floor (Gambar 11). Kondisinya masih cukup

baik, tetapi cukup gelap pada malam hari karena kurangnya penerangan.

Toilet Perkerasan

Gambar 11 Area di Sebelah Timur Bangunan Masjid

Page 11: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

27

Pintu masuk utama terdapat di sebelah timur, berhubungan langsung

dengan Jalan Raya Pajajaran dan pedestrian dengan gapura sebagai gerbang dan

terdapat pos keamanan di sebelah utara gapura (Gambar 12). Kondisi gapura

masih cukup baik sehingga perlu dipertahankan, tetapi pos keamanan yang

merangkap kios dinilai tidak tepat guna penempatannya.

Gapura Masjid Pos Keamanan

Gambar 12 Area Pintu Masuk Utama

4.1.4.8 Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung

Selain kompleks masjid, kawasan di sekitar Kompleks Masjid Raya

Bogor juga didukung oleh infrastruktur dan fasilitas pendukung, seperti pedestrian

dan jalan raya di sekitarnya. Fasilitas pendukung tidak dapat dipisahkan dengan

Kompleks Masjid Raya Bogor karena kualitas desain dan fisiknya akan

berpengaruh pada kualitas desain Kompleks Masjid Raya itu sendiri.

4.1.4.8.1 Pedestrian

Di sebelah timur plaza terdapat pedestrian dengan lebar 2,5 m2

yang

menggunakan material paving block, kondisi paving block pada pedestrian banyak

yang rusak terutama di bagian selatan masjid (Gambar 13). Hal ini disebabkan

oleh permukaan pedestrian yang tidak memiliki daerah resapan air sehingga

genangan air mampu merusak lapisan permukaan paving dalam jangka waktu

yang lama.

Selain kondisi fisiknya yang kurang baik, sepanjang pedestrian dipenuhi

oleh pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan secara bergantian siang dan malam

(Gambar 13). Kebanyakan pedagang kaki lima berupa tenda warung makan dan

Page 12: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

28

gerobak kios yang menjajakan makanan ringan, permen, dan rokok. Kegiatan

pedagang kaki lima ini menyebabkan penyempitan pedestrian karena hanya

menyisakan sedikit ruang untuk pejalan kaki. Aktivitas manusia yang

menggunakan pedestrian cukup tinggi antara pukul 06.00 dan pukul 22.00 WIB.

Paving Pedestrian yang Rusak Penyempitan Pedestrian oleh PKL

Gambar 13 Kondisi Pedestrian

4.1.4.8.2 Jalan Raya Pajajaran

Jalan Raya Pajajaran (Gambar 14) merupakan jalan nasional dengan fungsi

jalan sebagai jalan arteri sekunder yang terhubung dari Warung Jambu sampai

dengan daerah Sukasari. Jalan Raya Pajajaran merupakan bagian penting pada

kawasan di sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor dan merupakan akses utama

menuju Kompleks Masjid Raya Bogor.

Jalan Raya Pajajaran memiliki lebar 14 m, masing-masing 6 m pada kedua

ruas jalan dan sekat pembatas berupa lahan terbuka hijau selebar 2 m. Kondisi

pencahayaan pada malam hari di sepanjang jalan ini dinilai masih rendah akibat

terdapat banyak lampu jalan yang tidak berfungsi karena rusak dan tertutupi oleh

kanopi pohon. Aktivitas kendaraan bermotor di jalan raya ini sangat ramai mulai

pukul 05.00 pagi sampai dengan pukul 22.00 WIB. Aktivitas akan meningkat

pada akhir pekan dan hari libur.

Page 13: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

29

Gambar 14 Kondisi Jalan Raya Pajajaran

4.1.4.8.3 Markaz Islam Bogor

Di bagian ujung selatan Masjid Raya Bogor terdapat Markaz Islam Bogor

(Gambar 15) yang merupakan Pusat Pengembangan Islam Kota Bogor (PPIB).

Tempat ini digunakan sebagai tempat seminar ataupun diskusi Islam dan juga

dapat disewa sebagai tempat resepsi pernikahan pada lantai atas, sebutan gedung

ini sebelum bernama Markaz Islam Bogor adalah gedung PPIB, sedangkan pada

lantai dasar digunakan sebagai kantor. Kondisi fisik pada bagian belakang dan

samping Markaz Islam Bogor terasa kurang terawat dan kurang tertata rapi

sehingga diperlukan penataan lanskapnya.

Gedung Markaz Islam Bogor Sisi utara Markaz Islam Bogor

Gambar 15 Kondisi Markaz Islam Bogor

4.1.5 Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan di seluruh kawasan Masjid Raya Bogor perlu

dianalisis untuk menjadi pertimbangan teknis dalam perancangan terutama dalam

usaha peningkatan kenyamanan, keamanan, dan kualitas estetika bagi pengunjung.

Page 14: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

30

Kualitas lingkungan ini dibagi menjadi lima aspek, yaitu kualitas visual, kualitas

udara, kualitas suara, kualitas keamanan, kualitas penerangan, dan kualitas iklim

mikro.

4.1.5.1 Kualitas Visual

Secara umum kualitas visual dapat dikategorikan menjadi kualitas visual

yang baik (good view) dan kualitas visual yang buruk (bad view). Di daerah

sekitar Masjid Raya Bogor terdapat lokasi dengan view yang baik, tetapi banyak

juga ditemukan kualitas visual yang buruk yang disebabkan oleh penyalahgunaan

lahan dan penempatan infrastruktur yang tidak tepat guna. Kualitas visual yang

baik dapat dilihat dari koridor masjid ke arah barat, yang memungkinkan

pengunjung dapat mengakses view Gunung Salak (Gambar 16). Meskipun

demikian jika pengunjung mengarahkan pandangannya ke bagian barat, kualitas

visual yang berupa atap rumah di sebelah batas halaman belakang masjid ini

tergolong jelek.

Gambar 16 View Gunung Salak

Sebagian besar penyalahgunaan lahan berakibat pada kualitas visual yang

buruk (bad view) di bagian timur dan utara (Gambar 17). Penyalahgunaan lahan

oleh pedagang kaki lima yang berjualan di atas pedestrian sekitar Kompleks

Masjid Raya Bogor berakibat pada terganggunya kualitas visual masjid dan

menutupi lanskap kompleks masjid sehingga kurang jelas terlihat dari jalan raya.

Selain itu, buruknya kualitas visual pada bagian timur dan utara masjid diperparah

Page 15: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

31

juga oleh sampah yang kerap berserakan dan saluran drainase terbuka yang kotor

akibat aktivitas pedagang kaki lima, serta adanya tempat penitipan gerobak.

View Sebelah Timur Masjid View Sebelah Utara Masjid

Gambar 17 Bad View Akibat Pedagang Kaki Lima

Toilet Umum Penitipan Gerobak

Gambar 18 Bad View Akibat Penempatan Fasilitas yang Tidak Tepat

Selain penyalahgunaan lahan, penempatan fasilitas yang tidak tepat juga

berakibat pada rendahnya kualitas visual pada tapak (Gambar 18). Penempatan

toilet umum di depan halaman masjid menjadi salah satu penyebab rendahnya

kualitas visual. Gambar 19 menyajikan posisi kualitas visual yang baik dan yang

buruk di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor.

Page 16: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

32

Page 17: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

33

4.1.5.2 Kualitas Udara

Aspek kualitas lingkungan yang lain berupa kualitas udara. Kualitas udara

pada Kompleks Masjid Raya Bogor tidak terlalu baik. Hal ini disebabkan oleh

tingginya polusi kendaraan bermotor di jalan raya, terutama dari arah timur

masjid, sedangkan kualitas udara di bagian utara masjid cukup baik karena adanya

taman yang dipenuhi vegetasi.

4.1.5.3 Kualitas Suara

Aspek berikutnya adalah kualitas suara pada Kompleks Masjid Raya

Bogor. Di beberapa lokasi terutama lokasi yang padat kendaraan, kualitas

suaranya sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya bising dari mesin

kendaraan dan suara klakson mobil yang hampir terdengar setiap saat. Sumber

kebisingan berupa bunyi kalkson berasal dari sebelah timur kompleks masjid,

terutama di persimpangan jalan Pajajaran dan jalan Sambu karena sering terjadi

kemacetan angkot yang transit.

Kualitas suara yang baik dapat dinikmati di bagian barat masjid sekitar

koridor dan bagian utara masjid karena adanya vegetasi tempat tinggal satwa,

seperti burung gereja dan beberapa jenis serangga. Selain vegetasi atap masjid

juga menjadi sarang bagi burung gereja. Kualitas suara yang baik adalah potensi

pada tapak yang perlu dipertahankan, dan ditingkatkan.

4.1.5.4 Kualitas Keamanan

Keamanan di lingkungan kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor

memiliki kualitas yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pedagang kaki lima

yang sukar dikontrol di sepanjang pedestrian yang menyebabkan penyempitan

jalan bagi pejalan kaki. Di samping itu, di samping pedestrian terdapat saluran

drainase terbuka yang dapat membahayakan terutama pada malam hari karena

kurangnya pencahayaan. Tidak adanya jembatan penyeberangan dengan lalu lintas

yang padat juga dinilai dapat membahayakan pejalan kaki yang menyeberang di

sekitar kawasan Kompleks Masjid Raya Bogor. Bahkan, kerusakan pada lantai

pedestrian pun berpotensi membahayakan pejalan kaki di atasnya, terutama di

malam hari.

Page 18: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

34

4.1.5.4 Kualitas Penerangan

Kualitas penerangan berhubungan langsung dengan kualitas visual dan

kualitas keamanan pada malam hari. Berdasarkan Gambar 20 dapat dilihat bahwa

secara umum kualitas penerangan pada Kompleks Masjid Raya Bogor masih

rendah karena fasilitas penerangan di dalam kompleks masjid dirasa sangat

kurang secara keseluruhan, terutama di area taman masjid, bagian timur masjid,

dan bagian belakang gedung Markaz Islam Bogor.

Plaza Masjid Gedung BAZ

Taman Masjid

Gambar 20 Kondisi Penerangan di Dalam Kompleks Masjid

Selain kualitas penerangan di dalam kompleks masjid yang rendah,

penerangan di luar kompleks masjid (Gambar 21) juga dinilai masih rendah

karena banyaknya lampu jalan di sepanjang Jalan Pajajaran yang tidak berfungsi

dan tertutupi oleh kanopi pohon. Selain itu, di sepanjang pedestrian juga tidak

terdapat fasilitas penerangan. Penerangan hanya berasal dari lampu kendaraan dan

lampu yang disediakan oleh pedagang kaki lima.

Page 19: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

35

Jalan Raya Pajajaran Pedestrian

Gambar 21 Kualitas Penerangan Malam di Kawasan Sekitar Kompleks Masjid

Raya Bogor

4.1.5.5 Kualitas Iklim Mikro

Aspek kualitas lingkungan yang lain adalah kualitas iklim mikro. Iklim

mikro di Kompleks Masjid Raya Bogor berkaitan dengan kenyamanan bagi

pengunjung dalam melakukan aktivitas. Keadaan hawa dan cuaca yang dingin

dapat mengakibatkan manusia kedinginan, bahkan sakit. Sebaliknya, iklim yang

panas juga mengakibatkan gangguan keseimbangan termal dalam tubuh manusia.

Beberapa lokasi pada tapak memiliki kualitas kenyamanan yang rendah

karena kurangnya vegetasi, terutama vegetasi pohon peneduh. Kualitas

lingkungan pada tapak dapat menjadi potensi sekaligus kendala pada tapak.

Kondisi lingkungan yang baik dapat menjadi potensi yang dapat memberikan

kenyamanan, keamanan, dan rasa keindahan pada pengunjung. Kondisi

lingkungan tapak yang buruk dapat mengurangi tiga komponen tersebut. Sebagai

akibatnya, aktivitas pengunjung menjadi terganggu sehingga perlu dicari

solusinya.

Kualitas iklim mikro yang buruk terdapat di sekitar plaza karena sama

sekali tidak terdapat vegetasi dan tidak ternaungi sehingga terik matahari langsung

terasa pada siang hari. Meskipun demikian, kualitas iklim mikro yang baik dapat

dirasakan di seputar taman di sebelah utara masjid. Hal ini terjadi karena adanya

tanaman peneduh vegetasi lainnya sehingga udara di tempat ini terasa cukup

sejuk.

Page 20: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

36

4.1.6 Tata Hijau

Tata hijau (Gambar 22) pada Kompleks Masjid Raya Bogor masih dirasa

kurang karena sebagian besar lanskapnya berupa perkerasan, lahan terbuka hijau

yang tersedia hanya 23,37 persen dan terpusat di utara masjid. Usaha

pemeliharaan tata hijau pada kawasan ini juga kurang karena penataannya tidak

teratur.

Page 21: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

37

Penataan tata hijau pada jalan raya di kawasan sekitar Kompleks Masjid

Raya Bogor sudah cukup baik, terutama yang terletak di tengah jalan Pajajaran

yang menjadi pemisah kedua ruas jalur. Namun, jarak tanam pohon masih belum

teratur dan konsisten. Rata-rata pohon besar ditanam dengan jarak tanam 5 m, ini

dinilai terlalu rapat karena kanopi pohon menutupi lampu jalan yang berakibat

terganggunya penerangan malam hari.

Jenis tanaman yang ditanam di Kompleks Masjid Raya Bogor adalah

beringin (Ficus benyamina), pinus (Pinus mercusii), kayu manis (Cinamomun

iners), jambu laut (Eugenia grandis), salam (Eugenia polyantha), kubis pohon

(Andira inermis), mahoni (Sweitenia mahagoni), teh-tehan (Acalypha

macrophylla), palem ekor tupai (Arundinaria pumila), jakaranda (Jacaranda

acutifolia), tanjung (Mimusops elengi), dan kersen (Prunus cerasus). Jenis pohon

yang ditanam di sekitar jalan raya adalah gamal (Gliricidia sepium), kubis pohon

(Andira inermis), dan angsana (Pterocarpus indicus).

4.1.7 Karakter Arsitektur

Karakter bangunan Islam pada Kompleks Masjid Raya Bogor baru terlihat

pada bagian plaza, koridor, dan gedung BAZ Kota Bogor, tetapi masih belum

terlihat secara utuh dari bangunan masjidnya sendiri. Namun, pemerintah Kota

Bogor berencana untuk merenovasi bangunan masjid sesuai dengan karakter

arsitektur Islam.

Kompleks Masjid Raya Bogor merupakan kawasan yang perlu

memunculkan karakter Islam karena nilai ruangnya sebagai pusat kegiatan

keislaman di Kota Bogor. Karakter Islam ini dapat dimunculkan dengan mencari

karakter khusus pada bangunan Islam.

Karakter bangunan Islam menonjolkan facade bangunan yang

mewah`dengan menggunakan pilar-pilar, bukaan arch, dan atap berbentuk dome.

Facade bangunan Islam banyak didekorasi dengan berbagai macam pola

geometris sebagai simbol keseimbangan, unity, serta tauhid. Dekorasi juga dapat

berupa kaligrafi tulisan Arab yang merupakan modifikasi tulisan Allah, Nabi

Muhammad Saw, ataupun ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, terdapat karakter kuat

pada bangunan dan lanskap pada arsitektur Islam, yaitu penggunaan pola

geometris dan atap berupa dome.

Page 22: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

38

4.1.8 Data Sosial

Data sosial diperlukan untuk mengetahui permintaan (demand), keinginan,

aktivitas, dan persep+si pengunjung agar sesuai dengan usaha perancangan dan

penyediaan suplai elemen lanskap dan bangunan. Selain itu, juga bermanfaat

untuk mengetahui dan menentukan jenis dan elemen lanskap yang diperlukan

untuk mengakomodasi keperluan pengunjung. Data sosial pengunjung yang

diperlukan, antara lain, mengenai aktivitas pengunjung, jenis penggunaan tapak,

serta karakteristik dan intensitas pengunjung.

Berdasarkan survei yang dilakukan, aktivitas pengunjung di Kompleks

Masjid Raya Bogor ramai pada sore hari mulai pukul 15.30 (waktu Ashar) dan

terus meningkat sampai pukul 18.30 WIB (waktu Maghrib). Intensitas terbanyak

pengunjung terjadi pada waktu salat Maghrib karena bertepatan dengan jam

pulang kantor. Intensitas pengunjung paling ramai terjadi pada hari Jumat mulai

pukul 09.00 pagi sampai dengan pukul 12.30 WIB. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya pengunjung yang menunggu waktu salat Jumat dan adanya aktivitas

pasar kaget sejak pagi hari sampai dengan selesainya salat Jumat. Meskipun

demikian, di luar jam yang telah disebutkan, aktivitas pengunjung selalu ada

setiap saat mulai dari waktu subuh sampai dengan malam hari pukul 22.00 WIB.

Pengunjung berasal dari berbagai golongan umur dan kalangan mulai dari anak-

anak, siswa SMP, SMA, mahasiswa, pekerja, warga sekitar, pengunjung dari luar

kota, pegawai negeri sipil (PNS), dan pedagang.

Kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan selalu diadakan oleh Dewan

Keluarga Masjid (DKM) yang mampu menarik pengunjung, antara lain pengajian

yang dilakukan setiap sore mulai pukul 17.00 WIB sampai datangnya waktu salat

Maghrib; buka puasa bersama yang rutin dilakukan setiap hari Senin dan Kamis,

serta sebulan penuh pada bulan Ramadhan; kegiatan tabligh akbar pada peringatan

hari besar Islam. Selain kegiatan keagamaan, di Kompleks Masjid Raya Bogor

juga sering diadakan acara sosial yang menarik banyak pengunjung seperti bazar,

pemeriksaan kesehatan gratis, dan pembagian sembako gratis.

Zona inti Masjid Raya Bogor adalah bangunan masjid yang digunakan

sebagai tempat ibadah umat Islam sehingga aktivitas dan tujuan utama

pengunjung adalah untuk beribadah terutama ibadah salat. Akan tetapi, di luar

Page 23: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

39

waktu salat bangunan masjid digunakan untuk aktivitas dakwah, seperti pengajian

dan kegiatan keagamaan lain, yang disiarkan langsung melalui stasiun Wadi Fm.

Selain di dalam masjid, aktivitas pengunjung juga terlihat di pelataran

masjid yang digunakan untuk beristirahat sambil duduk dan ada juga yang sambil

berbaring. Aktivitas terbanyak selain di dalam masjid juga terlihat di sepanjang

koridor masjid, yaitu bersosialisasi atau sekedar menikmati view Gunung Salak.

Aktivitas pengunjung sangat minim di daerah pelataran plaza karena

tempat ini tidak memiliki fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan

pengunjung. Perkerasan yang masif di pelataran plaza menimbulkan rasa

kepanasan bagi penggunanya, khususnya bagi jamaah jumat yang tidak

mendapatkan tempat di dalam masjid. Aktivitas hanya terlihat di pinggir plaza

pada sore hari, yaitu kegiatan duduk-duduk saja dan sesekali ada juga yang

berjalan melewati plaza. Dengan demikian, diperlukan adanya fasilitas yang

mampu mengakomodasi kegiatan pengunjung.

Pada area taman masjid hanya ada aktivitas dari murid TK Ibnu Hajar di

daerah halaman TK dan children playgroud. Aktivitas tersebut hanya pada waktu

jam sekolah sejak pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB, sedangkan di

luar waktu jam sekolah fasilitas taman tidak digunakan pengunjung, kecuali hanya

digunakan sebagai jalur memotong menuju permukiman oleh masyarakat

setempat dengan berjalan kaki.

Aktivitas di luar kompleks masjid, antara lain, di Jalan Raya Pajajaran,

hanya berupa lalu lintas kendaraan bermotor dan kegiatan orang menyeberang

jalan melalui zebra cross. Akan tetapi, aktivitas melalui zebra cross dinilai masih

belum efektif karena volume kendaraan yang tinggi dapat membahayakan bagi

penyeberang jalan. Kondisi sirkulasi kendaraan dan manusia dapat dilihat pada

Gambar 23.

Aktivitas di sepanjang jalur pedestrian didominasi oleh aktivitas pedagang

kaki lima. Aktivitas pedagang kaki lima ini dinilai sangat mengganggu pejalan

kaki karena sebagian besar jalur ini digunakan untuk berjualan dan hanya

menyisakan sedikit ruang bagi pejalan kaki. Aktivitas pedagang kaki lima akan

meningkat pada hari Jumat dengan adanya pasar kaget pada pukul 09.00 sampai

pukul 12.00 WIB.

Page 24: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

40

Page 25: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

41

4.2 Sintesis

Sintesis adalah salah satu tahapan dalam perancangan. Pada tahapan ini

dilakukan pencarian alternatif-alternatif dari solusi permasalahan atau

pemanfaatan potensi yang telah dikemukakan pada tahap inventarisasi dan analisis

tapak. Alternatif solusi tersebut dipilih yang paling sesuai untuk diterapkan

berdasarkan pertimbangan semua data tapak yang ada sehingga, rencana

pengembangan kawasan dan penerapan teknologi terbaik dapat dilaksanakan.

Secara ringkas, hasil sintesis yang diuraikan berikut ini disajikan dalam Lampiran

2. Penyajiannya sesuai dengan butir-butir analisis dari setiap objek pada tapak

yang dipelajari.

4.2.1 Aksesibilitas Tapak

Aksesibilitas menuju kawasan yang mudah dan strategis merupakan

potensi besarnya jumlah pengunjung yang datang di Kompleks Masjid Raya

Bogor. Oleh sebab itu, perancangan Kompleks Masjid Raya Bogor ini perlu

mempertimbangkan jumlah dan intensitas pengunjung, serta fasilitas yang

diperlukan untuk mengakomodasi keperluan pengunjung. Hal ini diperlukan untuk

memaksimalkan fungsi dari fasilitas yang telah tersedia dan menghindari

penyalahgunaan ruang.

4.2.2 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di Kompleks Masjid Raya Bogor berbeda-beda. Sebagian

besar merupakan perkerasan berupa struktur bangunan dan hanya sebagian kecil

berupa lahan terbuka hijau. Tata guna lahan yang didominasi oleh perkerasan

menyebabkan kawasan ini terasa panas pada siang hari dan berkesan masif.

Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan suatu bentuk rancangan yang

dapat memperlunak kemasifan dari struktur bangunan dan bersinergi dengan

konsep arsitektur Islam. Penempatan roof garden merupakan instrumen yang tepat

dan efektif untuk memperlunak suasana yang masif pada struktur bangunan

karena menambah lahan hijau pada Kompleks Masjid Raya Bogor tanpa harus

memperluas wilayah untuk lahan terbuka hijau.

Page 26: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

42

4.2.3 Iklim

Iklim di Kompleks Masjid Raya Bogor termasuk dalam iklim tropis yang

memiliki suhu, curah hujan, dan kelembaban yang relatif tinggi. Hal ini

menyebabkan perlunya pertimbangan terhadap pemilihan bahan elemen lanskap

dan material dalam proses perancangan agar dapat mendukung kenyamanan dan

keamanan pengunjung dalam beraktivitas.

Elemen lanskap ini terdiri dari elemen soft material dan hard material.

Pemilihan bahan elemen tersebut dapat ditentukan dari warna, tekstur, bobot

material, dan daya tahannya dari elemen hard material serta bentuk morfologi,

fungsi, bobot, dan bentuk arsitektural dari soft material.

Kendala yang disebabkan oleh komponen iklim pada tapak berasal dari

komponen curah hujan yang tinggi di Kota Bogor dan kelembaban yang tinggi di

daerah tropis pada umumnya. Hal ini dapat mempercepat penurunan kualitas

material bangunan, tetapi dapat diatasi dengan pembuatan saluran drainase yang

baik, penggunaan paving dengan daya infiltrasi yang tinggi, serta pemilihan

vegetasi yang mampu menahan curah hujan, antara lain, tanaman berkanopi yang

dapat mengurangi air hujan yang jatuh sebanyak 20 persen, yaitu tanaman conifer.

Dalam mengatasi tingginya curah hujan, selain pemilihan elemen yang

yang tepat, juga diperlukan penerapan teknologi yang tepat guna demi terciptanya

kualitas tapak yang estetis dan fungsional.

Komponen iklim mikro yang menjadi kendala lainnya adalah suhu udara.

Secara umum tapak memiliki suhu udara yang tidak terlalu panas. Berdasarkan

pengamatan suhu udara rata rata pada tapak adalah 25,30 pada siang hari dan 23,8

0

pada malam hari, suhu udara akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

disebabkan oleh berkurangnya ruang terbuka hijau akibat pembangunan.

Suhu udara yang tinggi terjadi pada bulan-bulan tertentu saja. Namun,

tetap diperlukan penanganan terhadap tingginya temperatur terutama pada area

plaza masjid, agar kenyaman pengunjung tetap terjamin. Usaha untuk

mengendalikan suhu , antara lain, dengan menempatkan vegetasi peneduh dengan

kriteria vegetasi bertajuk lebar, pemilihan bahan dan warna yang mampu

menyerap panas, serta metode pemasangan struktur perkerasan harus

memperhatikan sistem drainase dan aerasi.

Page 27: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

43

Potensi iklim yang harus dimaksimalkan pada tapak adalah potensi

pergerakan angin. Standar kenyamanan ruang luar, misalnya pada tempat duduk-

duduk, kecepatan angin tidak lebih dari 14 km/jam. Keadaan ideal bagi

kenyamanan manusia adalah udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa

angin kencang. Kondisi angin sepoi-sepoi yang nyaman berkisar antara 1,0-6

km/jam. Kecepatan angin rata-rata di daerah Baranangsiang adalah 2,2 knot dan

masih termasuk kondisi sepoi-sepoi.

Posisi bangunan masjid tegak lurus terhadap arah pergerakan angin dan

lintasan matahari merupakan keuntungan bagi pencahayaan siang hari dan aliran

udara yang baik. Pengaruh angin dan lintasan matahari terhadap bangunan dapat

dimanfaatkan dengan gedung yang dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup

diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Udara yang bergerak

menghasilkan penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi

proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia. Dengan demikian,

angin juga dapat digunakan untuk mengatur udara di dalam ruangan.

4.2.4 Kondisi Fisik dan Land Use Kawasan Masjid Raya Bogor

Kompleks Masjid Raya Bogor berlokasi di kawasan yang cukup padat

kendaraan dan lalu lalang orang. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam

kegiatan beribadah. Selain sebagai tempat beribadah, kawasan ini digunakan

sebagai pusat kegiatan keislaman dan tempat transit untuk beristirahat.

Pemerintah Kota Bogor menetapkan kawasan di sekitar Kompleks Masjid

Raya Bogor sebagai pusat kegiatan keislaman di Kota Bogor. Hal ini perlu

ditunjang oleh desain fasilitas dan karakter bangunan yang mendukung identitas

tapak (identity by design) pada kawasan ini sebagai pusat kegiatan keislaman di

Kota Bogor.

4.2.4.1 Bangunan Masjid Utama

Bangunan masjid utama merupakan zona inti pada kawasan ini. Bangunan

ini perlu direnovasi karena pada beberapa tempat sudah mengalami penurunan

kualitas material bangunan dan juga kerusakan, sebagai contoh, pilar pada masjid

sebelah timur banyak yang retak, yang pada beberapa tempat kerusakannya cukup

parah. Selain itu, bagian langit-langit masjid kualitasnya sudah kurang baik.

Page 28: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

44

Kerusakan dan penurunan kualitas bangunan berakibat pada penurunan nilai

estetika dan tingkat keamanan pengunjung.

Penempatan kubah pada atap masjid dapat dijadikan ciri arsitektur Islam

dan sebagai identitas bangunan masjid. Pemerintah Kota Bogor telah

merencanakan renovasi bangunan Masjid Raya Bogor untuk periode mendatang

dan menunjuk PT Wastu Graha Kencana sebagai konsultan pelaksananya.

Dalam rencana desain yang telah dibuat, luas area bangunan untuk masjid

tidak berubah, yaitu seluas 1383 m2, dibuat dengan dua lantai, dan beratap beton.

Pada bagian atap beton terdapat ruang seluas 332,67 m2

pada atap lantai satu dan

ruang seluas 590,74 m2

pada atap lantai dua yang dapat dimanfaatkan sebagai

ruang untuk roof garden untuk menambah fungsi ekologi dan estetika dari

bangunan dengan mempertimbangkan beban struktural dan pemilihan tanaman

yang tepat.

4.2.4.2 Plaza Masjid

Konstruksi pada plaza dinilai belum optimal, hal ini terlihat dengan adanya

genangan air hujan pada beberapa titik plaza sesaat setelah hujan karena air tidak

langsung hilang, hal sebagai indikasi sistem drainase yang kurang maksimal yang

menyangkut kemiringan dan saluran drainase pada plaza.

Selain permasalahan sistem drainase, pengendalian suhu pada plaza juga

dirasakan cukup diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dan

mempertahankan keawetan material keramik pada plaza, mengingat kondisi plaza

yang terbuka dengan menerima radiasi panas matahari langsung terutama pada

musim kemarau.

Di sekitar plaza pada Kompleks Masjid Raya Bogor perlu ditambah

dengan elemen soft material berupa vegetasi peneduh untuk melunakan kesan

masif dan monoton, selain itu berfungsi untuk mengurangi radiasi panas matahari

yang mampu meningkatkan kenyamanan pengunjung dan menhindari kerusakan

material keramik akibat panas matahari. Rusaknya material keramik akibat radiasi

panas matahari bisa berdampak pada penurunan kualitas warna keramik, dan

mampu menyebabkan keramik retak atau pecah dalam jangka waktu tertentu hal

ini diakibatkan panas matahari membuat partikel keramik memuai, sehingga

saling menekan satu sama lainnya, oleh karena itu pada konstruksi plaza

diperlukan ruang untuk memfasilitasi pemuain partikel keramik.

Page 29: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

45

4.2.4.3 Koridor Masjid

Atap pada bagian koridor masjid seluas 154,6 m2 dapat dimanfaatkan

sebagai atap bertanaman untuk menambah kualitas visual dan fungsi ekologi.

Ditinjau dari segi arsitekturnya, bagian koridor sudah sesuai dengan konsep

arsitektur Islam dengan ciri penggunaan pilar dan corak motif atap yang geometris

sehingga perlu dipertahankan.

4.2.4.4 Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor

Atap pada gedung BAZ seluas 143 m2 yang berupa atap beton datar dapat

dimanfaatkan sebagai roof garden untuk fungsi ekoarsitektur dan menambah

fungsi estetika dengan menggunakan tanaman semak berbunga. Bangunan ini

sudah sesuai dengan konsep arsitektur Islam karena menggunakan pilar, corak

motif atap yang geometris, dan bentuk bangunannya yang menyerupai menara

adzan dimana terdapat kubah di atasnya. Gedung BAZ memperkuat identitas

kawasan Islami sehingga perlu untuk dipertahankan.

4.2.4.5 Area Ground floor

Penempatan tempat wudhu dan kamar kecil pada area ini dinilai sudah

tepat karena lokasinya tertutup dan cukup luas sehingga tidak menyebabkan

antrian orang untuk berwudhu. Luas area pada tempat parkir dirasa masih kurang

besar karena hanya mampu menampung paling banyak 13 unit mobil sehingga

tidak mampu mengakomodasi kebutuhan parkir kendaraan pada hari Jumat sebab

pada hari Jumat terjadi lonjakan pengunjung yang ingin melaksanakan solat

Jumat. Solusinya harus ada penambahan area parkir pada kawasan masjid dan

penambahan jalur untuk memisahkan jalur masuk dan keluar kendaraan.

4.2.4.6 Taman dan Taman Kanak-Kanak (TK Ibnu Hajar)

Dalam rencana pengembangan Kompleks Masjid Raya Bogor oleh

Pemerintah Kota Bogor, penempatan taman di belakang masjid akan dihilangkan

menjadi jalur sirkulasi kendaraan keluar tapak. Dengan adanya jalur sirkulasi

berupa perkerasan, di kawasan masjid diperlukan fasilitas pengganti taman

sebagai area rekreasi dan penyedia vegetasi untuk menyamankan iklim mikro

pada Kompleks Masjid Raya Bogor.

Page 30: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

46

Pada dasarnya penempatan taman di belakang masjid memang dirasa

kurang tepat karena posisisnya yang tersembunyi sehingga kualitas keamanan

taman juga rendah. Solusi untuk relokasi taman yang terbaik adalah

menempatkannya di depan masjid yang strategis sebagai area rekreasi. Dalam hal

ini area plaza merupakan lokasi yang tepat digunakan sebagai taman.

TK Ibnu Hajar yang berada di bawah mesjid sebaiknya direlokasi di

tempat lain yang lebih terbuka. Hal ini disebabkan pada lokasi yang ada saat ini,

bangunan TK tersebut terdapat di bawah bangunan masjid, cukup lembab, dan

kurang fentilasi udara sehingga dinilai kurang baik bagi kenyamanan dan

kesehatan. Namun, dengan kondisi vegetasi yang tumbuh pada saat ini, jika

lahannya tidak terpakai untuk jalan keluar kendaraan dari tempat parkir bawah

tanah, taman bermain TK Ibnu Hajar dapat didesain berisikan jenis-jenis

permainan asli Indonesia. Oleh karena itu, konsep taman bermain tempat ini dapat

dibangun di lahan relokasi.

4.2.4.7 Welcome Area

Selain relokasi taman masjid dalam rencana pengembangan Kompleks

Masjid Raya Bogor oleh Pemerintah Kota Bogor juga akan memperbaiki zonasi

tapak yang ada saat ini, yaitu akan menghilangkan fasilitas toilet umum pada area

welcome area menjadi tempat parkir mengingat masih kurangnya fasilitas untuk

tempat parkir saat ini. Kebijakan untuk menghilangkan toilet umum pada zona

welcome area dinilai sudah tepat karena penempatan toilet umum pada lokasi ini

menyebabkan penurunan kualitas visual tapak dan nilai kepantasan.

Dengan adanya fasilitas tempat parkir di masa datang, diperlukan adanya

vegetasi peneduh pada area parkir untuk menaungi kendaraan dari terik matahari.

Gapura yang ada pada welcome area saat ini tidak berada pada posisi yang tepat

karena letaknya tidak pada pintu masuk sirkulasi kendaraan. Oleh sebab itu,

sebaiknya posisi gapura diperlebar sampai dengan jalur pintu masuk utama.

4.2.4.8 Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung

Selain pada kompleks masjid, pemecahan masalah dan solusi juga

diperlukan pada infrastruktur dan fasilitas pendukung pada kawasan di sekitar

Kompleks Masjid Raya Bogor. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik dan

desainnya yang akan mempengaruhi kualitas desain rancangan yang akan dibuat.

Page 31: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

47

4.2.4.8.1 Pedestrian

Aktivitas pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian di kawasan sekitar

Kompleks Masjid Raya Bogor menjadi permasalahan utama yang perlu dicarikan

solusinya. Aktivitas pedagang kaki lima ini berakibat pada penyempitan jalur

pedestrian yang mengganggu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dan juga

mengakibatkan penurunan kualitas visual kawasan masjid karena menyebabkan

kawasan ini terlihat kotor. Oleh karena itu, diperlukan penertiban pedagang kaki

lima dengan merelokasi kegiatan mereka ke tempat lain.

Permasalahan lain pada jalur pedestrian ini adalah paving pada pedestrian

banyak yang sudah mengalami kerusakan akibat kegiatan pedagang kaki lima dan

sistem infiltrasi air yang kurang lancar pada tapak yang mengakibatkan penurunan

kualitas paving. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan perbaikan dan

sistem pemasangan paving dengan daya infiltrasi yang tinggi, dengan pemilihan

bahan yang tepat dan memperbaiki sistem drainasenya.

Saluran drainase terbuka pada sisi barat pedestrian perlu ditutup bagian

permukaannya tanpa mengganggu fungsinya karena saluran drainase terbuka

dapat mengganggu keamanan pejalan kaki. Standar untuk lebar pedestrian ini

sebaiknya mengikuti keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993

yang menyebutkan persyaratan ukuran lebar trotoar atau jalur pedestrian

berdasarkan lokasi (Tabel 3).

Tabel 3 Persyaratan Ukuran Lebar Trotoar atau Jalur Pedestrian Berdasarkan

Lokasi

Lokasi Trotoar Lebar Trotoar Minimum

Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima 4 meter

Daerah perkantoran utama 3 meter

Daerah Industri :

Jalan primer 3 meter

Jalan akses 4 meter

Di wilayah pemukiman

Jalan primer 2,75 meter

Jalan sekunder 2 meter

Sumber: Menteri Perhubungan (1993)

Page 32: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

48

4.2.4.8.2 Jalan Raya Pajajaran

Fungsi Jalan Raya Pajajaran sebagai jalan arteri dengan lalu lintas yang

padat belum diimbangi dengan fasilitas yang memadai, terutama fasilitas

keamanan bagi pejalan kaki yang berlalu lalang menyeberang keluar masuk

Kompleks Masjid Raya Bogor. Fasilitas zebra cross yang tersedia belum cukup

memberikan jaminan keamanan bagi penyeberang jalan karena posisi zebra cross

tidak pada jarak pandang yang cukup bagi pengendara, ditambah pula dengan

tidak adanya rambu lalu-lintas sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya

kecelakaan.

Penempatan Zebra cross harus ditempatkan di lokasi dengan arus lalu

lintas, kecepatan lalu lintas, dan arus pejalan kaki yang relatif rendah agar tidak

mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan bermotor. Alternatif lain untuk

penyeberangan jalan adalah dengan menyediakan jembatan penyeberangan bagi

pejalan kaki karena lebih aman bagi pejalan kaki tersebut.

4.2.4.8.3 Markaz Islam Bogor

Kurang termanfaatkannya lahan di bagian samping dan belakang gedung

ini dinilai perlu diatasi dengan penataan lanskapnya, terutama penempatan

vegetasi untuk mengisi kekosongan lahan. Penataan lanskap tersebut akan

meningkatkan nilai estetika dan kenyamanan.

4.2.5 Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan tapak yang tinggi dapat menjadi potensi untuk

kegiatan pengunjung. Akan tetapi, beberapa kualitas lingkungan yang buruk perlu

dicarikan solusi dan alternatifnya untuk menunjang aktivitas pengunjung,

terutama dalam beribadah dan rekreasi, agar identitas tapak tampak sebagai pusat

kegiatan keislaman di Kota Bogor.

4.2.5.1 Kualitas Visual

Koridor masjid memiliki potensi pemandangan yang baik (good view).

Pemandangan Gunung Salak jelas terlihat dari area ini sehingga berakibat pada

tingginya aktivitas pengujung. Namun, tingginya aktivitas pengunjung yang

duduk-duduk dapat mengganggu fungsi awal dari koridor itu sendiri, yaitu sebagai

jalur sirkulasi manusia yang berlalu-lalang dari area ground floor ke masjid atau

Page 33: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

49

sebaliknya. Solusinya adalah harus disediakan fasilitas lain yang mampu

memecah distribusi kegiatan pengunjung di area ini, yaitu dengan memberikan

fasilitas tempat duduk pada area plaza. Upaya ini diharapkan mampu

mengakomodasi kegiatan pengunjung untuk menikmati pemandangan Gunung

Salak sebagai bentuk rekreasi tanpa mengganggu sirkulasi manusia di area

koridor.

Kualitas visual yang buruk (bad view) pada tapak terlihat di bagian barat

dan utara akibat adanya aktivitas pedagang kaki lima. Untuk mengatasi bad view

di sebelah barat dan utara Kompleks Masjid Raya dinilai perlu adanya tindakan

penertiban pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian pada kawasan ini dan perlu

merelokasi tempat penitipan gerobak ke tempat lain. Selain tindakan penertiban

dan relokasi gerobak pedagang kaki lima, juga diperlukan penataan lanskap

kompleks masjid dengan menempatkan tanaman dengan fungsi screening untuk

menutup view di sebelah barat Kompleks Masjid Raya Bogor, terutama di lahan

bagian barat plaza.

Permasalahan bad view tidak hanya diakibatkan oleh aktivitas pedagang

kaki lima, tetapi juga diakibatkan oleh penempatan fasilitas toilet yang tidak

sesuai. Rencana Pemerintah Kota Bogor untuk menghilangkan toilet umum di

daerah dekat welcome area adalah keputusan yang tepat dan perlu didukung.

4.2.5.2 Kualitas Udara

Tingginya tingkat polusi udara di lingkungan perkotaan terutama di pusat

kota seperti daerah Baranangsiang, Kota Bogor, memerlukan adanya penataan dan

rekayasa tapak yang sesuai untuk meminimalkan dampak negatif dari tingginya

tingkat polusi tersebut.

Solusi untuk permasalahan kualitas yang buruk di Kompleks Masjid Raya

Bogor adalah dengan menempatkan vegetasi pada lanskapnya untuk menyerap

CO2. Akan tetapi, kawasan ini tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk lahan

terbuka hijau karena didominasi oleh perkerasan bangunan.

Selain dengan memaksimalkan lahan terbuka hijau yang tersedia,

kurangnya lahan terbuka hijau di kawasan ini dapat diatasi dengan penanaman

pada atap bangunan (green roof). Atap bertanaman dapat memperbaiki kualitas

udara secara langsung dengan cara menyaring dan mengikat partikel debu yang

berterbangan di udara dengan daun dan dahannya (Feriadi dan Frick, 2008).

Page 34: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

50

Menurut US Environment Protection Agency (2006), 1 m2

atap bertanaman

rumput dapat mengikat 0,2 kg partikel udara per tahun. Berdasarkan penelitian di

Frankfurt, Jerman, kawasan perkotaan yang tidak ditanami vegetasi mempunyai

kadar polusi udara yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10.000 sampai 20.000 partikel

debu per liter udara, dibandingkan dengan kawasan yang mempunyai vegetasi,

yaitu hanya 3.000 partikel debu per liter udara meskipun di wilayah yang sama.

4.2.5.3 Kualitas Suara

Kompleks Masjid Raya Bogor memiliki kualitas suara yang sangat rendah.

Hal ini disebabkan oleh adanya suara bising dari mesin kendaraan dan suara

klakson kendaraan yang setiap saat terdengar karena letak kompleks masjid

berdekatan dengan jalan raya yang ramai. Guna mengatasi permasalahan tersebut,

diperlukan penanaman pohon yang mampu menyerap suara bising di sekitar

kompleks masjid dan sepanjang jalur jalan raya pada kawasan ini. Upaya

penanaman pohon untuk menyerap suara bising dirasakan masih belum cukup,

mengingat tingginya aktivitas di Jalan Raya Pajajaran dan sedikitnya ruang yang

tersedia di Kompleks Masjid Raya untuk lahan terbuka hijau.

Atap bertanaman (green roof) adalah instrumen yang tepat untuk

mengurangi kebisingan pada Kompleks Masjid Raya Bogor. Lapisan tanah

cenderung untuk meredam frekuensi rendah, sedangkan vegetasi mampu meredam

frekuensi yang tinggi. Walaupun demikian, kemampuan atap bertanaman

meredam kebisingan sangat dipengaruhi oleh kebocoran suara melalui lubang atap

seperti lubang skylight dan atrium.

4.2.5.4 Kualitas Keamanan

Kualitas keamanan di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor

terutama di Jalan Raya Pajajaran dan pedestrian, dinilai masih rendah khususnya

bagi pejalan kaki. Solusi bagi rendahnya kualitas keamanan di jalan raya sekitar

kawasan ini adalah dengan menempatkan jembatan penyeberangan bagi pejalan

kaki dan penempatan rambu lalu lintas. Adanya aktivitas pedagang kaki lima dan

drainase terbuka di sepanjang pedestrian juga berakibat pada rendahnya tingkat

keamanan tapak karena hanya menyisakan sedikit ruang bagi pejalan kaki. Oleh

karena itu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan menertibkan pedagang kaki

lima dan menutup permukaan saluran drainase tanpa menghilangkan fungsinya

Page 35: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

51

sebagai saluran sirkulasi air. Selain itu, minimnya titik lampu juga berakibat pada

rendahnya kualitas keamanan pada malam hari sehingga diperlukan penambahan

fasilitas penerangan yang cukup di sekitar kawasan ini demi keamanan dan

kenyamanan pejalan kaki dan pengendara.

4.2.5.5 Kualitas Penerangan

Secara keseluruhan kualitas penerangan di Kompleks Masjid Raya Bogor

masih sangat rendah terutama di luar bangunan masjid. Hal ini dikarenakan

minimnya fasilitas penerangan yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan

penambahan dan perbaikan fasilitas penerangan lampu jalan di sepanjang jalan

raya dan jalur sirkulasi kendaraan serta penempatan lampu taman di area plaza

dan sepanjang pedestrian. Selain itu, untuk menambah estetika pada malam hari

(night view), bangunan masjid dan kantor BAZ juga perlu menggunakan lampu

sorot yang mengarah pada atap dan kubahnya.

4.2.5.6 Kualitas Iklim Mikro

Permasalahan iklim mikro di lingkungan perkotaan seperti halnya di

Kompleks Masjid Raya Bogor yang memiliki struktur bangunan dan perkerasan

yang mendominasi dan hanya sedikit ruang terbuka hijau berakibat pada

penurunan kenyamanan termal bagi pengunjung. Kondisi demikian dapat diatasi

dengan penempatan roof garden pada area plaza serta memanfaatkan ruang pada

atap beton sebagai lahan untuk vegetasi (green roof). Menurut Feriadi dan Frick

(2008), hasil penelitian di Jepang memperlihatkan adanya pengaruh positif dari

atap bertanaman terhadap bangunan melalui kemampuannya untuk memberikan

perlindungan dari panas matahari dan meningkatkan kualitas udara dari

lingkungan sekitarnya. Atap bertanaman dapat mengurangi panas akibat

pemantulan kembali (re-radiation) dan hanya sekitar 20 persen dari energi

matahari yang jatuh pada permukaan daun pepohonan yang akan dipantulkan

kembali.

Penghijauan pada atap bangunan tinggi dapat menciptakan keuntungan.

Keuntungan tersebut dapat diukur secara kuantitatif, seperti keuntungan finansial

yang diukur dengan uang, dan keuntungan kualitatif, seperti keuntungan dari

aspek lingkungan, sosial, dan estetika.

Page 36: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

52

4.2.6 Tata Hijau

Perkerasan dan atap bangunan yang terdapat di Kompleks Masjid Raya

Bogor memiliki potensi digunakan sebagai area penanaman. Area yng berpotensi

untuk digunakan sebagai roff garden mencakup atap pada bangunan masjid, atap

koridor dan atap pada bangunan kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor.

Pada area plaza tidak diperlukan penambahan vegetasi mengingat fungsi

plaza sebagai perluasan area masjid jika terjadi lonjakan pengunjung pada saat

shalat jumat, hari besar Islam, maupun untuk kegiatan keislaman dan kegiatan

sosial diluar masjid. Namun demikian kenyamanan pengunjung di area plaza

harus tetap diperhatikan, dengan menempatkan pohon pelindung di area sekitar

plaza dirasa mampu meningkatkan kenyamanan pengunjung, mengingat fungsi

pohon pelindung dapat menghalau panas matahari secara langsung.

Di lokasi dengan tata hijau yang buruk, sebaiknya dilakukan revegetasi

untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Menurut Simonds (1983), secara

umum masing-masing tanaman yang digunakan harus mempunyai tujuan dan

seluruhnya dapat memberikan kontribusi fungsi dan nilai estetis bagi lanskap.

Dalam perancangan tata hijau ini, jenis vegetasi yang diperlukan adalah

vegetasi yang dapat memberikan keteduhan, vegetasi yang dapat menyerap polusi

udara dan suara, serta vegetasi dengan tinggi tertentu yang dapat mendukung

keamanan lingkungan, kenyamanan pengunjung beraktivitas, dan nilai estetika

yang kesemuanya dapat mendukung tema Islam yang ingin ditampilkan pada

Kompleks Masjid Raya Bogor. Penanaman vegetasi ini dapat dilakukan dengan

memanfaatkan ruang pada atap dengan alasan sedikitnya ruang penanaman di

tanah untuk lahan terbuka hijau di Kompleks Masjid Raya Bogor dan

memanfaatkan lahan kosong yang tersedia secara optimal untuk penanaman.

Penanaman vegetasi pada atap selain untuk tujuan fungsi ekologi dan

estetika pada kompleks masjid, juga diperlukan untuk menambah ketahanan

struktur bangunan atap dari terpaan panas matahari dan air hujan. Dalam jangka

panjang keberadaan roof garden mampu menghemat biaya pendingin ruangan,

dan biaya perbaikan atap masjid.

Page 37: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

53

4.2.7 Karakter Arsitektur

Secara umum karakter ruang dalam rencana pengembangan Kompleks

Masjid Raya Bogor sudah sesuai dengan tema arsitektur bangunan Islam. Akan

tetapi, saat ini terdapat ketidakserasian tema antara bangunan masjid utama

dengan fasilitas plaza, koridor, dan gedung BAZ Kota Bogor. Karakter bangunan

masjid merupakan bentuk akulturasi dari arsitektur bangunan pagoda dengan atap

bertingkat.

Guna menyesuaikan tema ruang, diperlukan rekonstruksi bangunan masjid

dengan konsep arsitektur Islam serta penempatan kubah pada atapnya sebagai

bagian identitas bangunan Islam.

Solusi untuk kesesuian arsitektur bangunan ada pada rencana

pembangunan masjid selanjutnya. Pada bangunan masjid akan terjadi perubahan

bentuk arsitektur secara keseluruhan, bentukan masjid akan dibuat dengan konsep

bangunan Asia barat dengan pola hypostyle, yaitu pola bangunan dengan

dikelilingi serambi beratap yang ditopang dengan deretan tiang. Arsitektur

bangunan akan menyatu dengan plaza, pada arsitektur Islam keberadaan plaza

atau pelataran terbuka merupakan salah satu ciri dari bangunan Islam yang disebut

shahn.

Secara keseluruhan arsitektur bangunan masjid, koridor, plaza, dan gedung

Badan Amil Zakat (BAZ) pada rencana pembangunan selanjutnya akan

mengadopsi karakter arsitektur asli asia barat yang dikenal dengan gaya

arabesque. Gaya arsitektur arabesque adalah gaya bangunan masjid yang paling

familiar dan disukai dunia muslim sejak zaman Nabi Muhammad sampai dengan

saat ini.

Karakter arsitektur Islam harus didukung dengan penataan lanskap atau

taman yang sesuai antara kebutuhan estetika masjid dan kebutuhan ekologis untuk

kenyamanan pengunjung dengan pemilihan tanaman yang tepat, dan penambahan

elemen pendukung ekoarsitektur seperti roof garden akan mampu memperkuat

identitas lanskap yang asri dan islami pada kompleks Masjid Raya Bogor.

Page 38: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

54

4.3 Konsep Perancangan

Bab ini akan membahas mengenai konsep yang digunakan dalam

perancangan. Konsep rancangan berbasis ekoarsitektur merupakan konsep dasar

mengenai jenis, fungsi, desain, dan tema pada kawasan ini. Konsep desain

ekoarsitektur ini mendasari konsep umum perancangan. Konsep umum

perancangan merupakan dasar pengembangan bentuk arsitektural elemen lanskap

yang mencakup bentuk bangunan serta dekorasi elemen lanskap yang dirancang.

Konsep umum perancangan ini dijabarkan lagi dalam konsep ekoarsitektur,

arsitektur masjid, pedestrian walk, tata hijau, irigasi, tempat parkir, penerangan

malam, dan program informasi.

4.3.1 Konsep Ekoarsitektur

Dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat mengenai perlunya

menjaga kelestarian alam agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari,

desain bangunan dengan konsep ekoarsitektur telah menjadi sebuah

kecenderungan (trend) dalam bidang arsitektur. Hal ini akan bermanfaat untuk

mengatasi berbagai isu lingkungan belakangan ini dan telah menjadi rekomendasi

pemerintah di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan lain-lain,

mengingat kondisi bumi saat ini sudah mengkhawatirkan akibat pemanasan

global.

Konsep ekoarsitektur dirancang untuk menampilkan suatu kawasan yang

bersinergi antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan, khususnya di

daerah perkotaan, seperti daerah Baranangsiang, Kota Bogor, yang didominasi

oleh struktur bangunan. Perancangan akan terfokus pada pemanfaatan ruang

perkerasan untuk atap bertanaman dan pemanfaatan ruang terbuka yang tersedia

secara optimal dan tepat guna pada lanskapnya. Konsep ekoarsitektur yang

dirancang akan disesuaikan dengan tema arsitektur Islam sehingga tidak

menghilangkan identitas kawasan ini sebagai kawasan islami.

Pemilihan elemen pada lanskap dirancang untuk mendukung fungsi

ekoarsitektur dan pembentuk identitas kawasan islami, seperti pemilihan fasilitas

penerangan, warna, pola, dekorasi, pemilihan vegetasi (Lampiran 4), sampai pada

penerapan teknologi yang efisien dan fungsional. Elemen-elemen tersebut

dirancang untuk aktivitas pengunjung pada siang dan malam hari.

Page 39: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

55

4.3.2 Konsep Arsitektur Masjid

Konsep untuk gaya arsitektur masjid pada kawasan ini adalah arsitektur

bergaya Islam dengan menonjolkan facade bangunan yang mewah dan

menggunakan pilar-pilar, bukaan arch, serta atap berbentuk dome. Pada area plaza

akan dibuat taman atap dengan pola geometris dan formal yang mengadopsi

desain taman Asia Barat.

Untuk menunjang fungsi ekoarsitektur dan estetika, atap bangunan masjid,

koridor, dan kantor BAZ akan dimanfaatkan sebagai green roof. Green roof akan

menggunakan vegetasi jenis palem dan semak berbunga agar sesuai dengan tema

taman Asia Barat.

6.3 Konsep Pedestrian Walk

Pedestrian walk pada kawasan ini diperlukan baik untuk menunjang

kegiatan pengunjung maupun sebagai jalur lalu sirkulasi umum untuk pejalan kaki

di daerah Baranangsiang. Lebar jalan minimal 2 m serta bendungan (dam)

menutup saluran drainase terbuka dengan plat baja berongga untuk mendukung

kegiatan tersebut.

Pedestrian walk berupa grass floor, yaitu lantai dengan paving berbahan

batu andesit yang diberi space berupa penanaman rumput. Space atau jarak antar

paving berfungsi untuk mempercepat proses infiltrasi air pada jalur ini sehingga

akan lebih cepat kering jika terkena air hujan. Infiltrasi air yang lebih tinggi akan

meningkatkan kualitas keamanan pada pedestrian karena paving terhindar dari

keadaan yang licin. Pemilihan paving berbahan andesit karena dinilai tidak mudah

berlumut dan relatif lebih awet. Pada Kompleks Masjid Raya Bogor pola paving

sengaja dibuat berbeda untuk memperkuat identitas tapak dan menciptakan unity.

Pada sepanjang jalur pedestrian walk dilengkapi dengan berbagai street

furniture, seperti lampu taman, pagar, serta signage. Street furniture tersebut

digunakan untuk menunjang aktivitas pengunjung dan pejalan kaki sepanjang

jalur pedestrian walk.

4.3.4 Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau tapak mengikuti hasil sintesis, yakni vegetasi yang

diperlukan terbagi menjadi beberapa macam. Vegetasi tersebut ditanam dengan

memanfaatkan ruang pada atap dan di atas permukaan tanah. Penanaman pohon di

Page 40: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

56

atap masjid menggunakan bak beton yang diberi sekat dengan mempertimbangkan

struktur atap bangunan.

4.3.4.1 Konsep Roof Garden

Konsep roof garden merupakan bagian dari konsep tata hijau pada

Kompleks Masjid Raya Bogor. Pada bagian atap masjid, koridor, dan atap gedung

BAZ konsep rancangan berupa atap bertanaman ekstensif, yaitu atap bertanaman

yang direncanakan bukan untuk dipakai secara umum, melainkan dibangun

semata-mata untuk keperluan estetika dan ekoarsitektur saja. Pada atap

bertanaman ekstensif, tanaman ditanam pada bak beton yang diberi sekat. Jenis

tata hijau ini menggunakan bobot yang ringan, yaitu 50-150 kg/m2, dengan lapisan

tanah yang tipis.

Jenis vegetasi yang ditanam pada atap bertanaman ekstensif ini adalah

tanaman semak atau perdu berbunga yang mudah dirawat dan mudah untuk

tumbuh kembali (Tabel 4). Selain itu, juga akan ditempatkan palem dengan tinggi

maksimal 2 m.

Pertimbangan-pertimbangan untuk desain roof garden atau atap

bertanaman selain bentukan pola dan pemilihan tanaman pada atap bangunan dan

plaza adalah sebagai berikut:

1) Angin dan pergerakan udara

Orientasi bangunan ditempatkan ditempatkan diantara lintasan matahari

dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari Timur ke Barat dan

terletak tegak lurus terhadap arah angin, dengan menerapkan ventilasi silang, dan

menempatkan pohon peneduh tanpa menghalangi pergerakan udara.

2) Beban struktural

Bobot pada atap bertanaman ekstensif 50-150 kg/m2. Untuk bahan beton

bertulang pada plaza dan bangunan, bobot lazimnya adalah 24 kN/m3. Bobot ini

dapat bervariasi bergantung pada apakah struktur beton ini dalam keadaan basah

atau kering. Beban hidup yang diperhitungkan untuk penggunaan adalah sekitar

1,5 kN/m3 denah. Berat dari tanah yang basah mencapai sekitar 22 kN/m

3. Tanah

pada atap bertanaman ini beratnya bervariasi bergantung pada ketebalan lapisan

tanah yang dipakai. Sebagai gambaran umum, kedalaman lapisan tanah ini

berkisar 0,3-0,5 m untuk jenis taman yang ditanami oleh rumput dan perdu dan

berkisar 1-1,5 m untuk pohon pelindung yang berukuran kecil dan sedang.

Page 41: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

57

3) Aspek konstruksi dan susunannya

Atap pelat beton bertulang dibangun dengan plesteran finishing semen;

lapisan kedap air menggunakan bahan geotexstile agar tahan pula terhadap akar

tanaman; lapisan drainase menggunakan modular versicell berbahan

polypropylene; lapisan penyaring; lapisan media tanam menggunakan campuran

humus dan kompos dengan komposisi 40 persen serta pasir dengan komposisi 60

persen; vegetasi (tanaman/pepohonan) menggunakan jenis groundcover, semak,

dan pohon dengan spesifikasi tinggi tidak lebih dari 8 m.

4) Pelapisan kedap air

Beton yang digunakan untuk atap pada dasarnya tidak kedap air sehingga

diperlukan suatu lapisan guna menutupi permukaan beton tersebut dengan lapisan

kedap air (water proofing) agar beton terhindar dari keretakan dan kebocoran.

5) Saluran pengeluaran air

Permukaan atap harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah lubang

saluran sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Kemiringan untuk roof garden

Cukup dibuat 3 persen ke arah saluran drainase.

6) Penjangkaran (pengikatan)

Pohon mungkin perlu diikatkan langsung pada struktur atap beton untuk

memastikan kestabilan pohon terutama pada saat angin bertiup kencang dan hujan

deras. Spesifikasi dan jumlah jangkar yang diperlukan bergantung pada besarnya

pohon yang akan diikat. Jangkar pengikat ini dapat dicor pada saat atap beton

dibuat atau dapat pula dibuat kemudian dengan cara mengebor dan mengecor

kembali pelat beton yang ada.

Page 42: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

58

Tabel 4 Jenis dan Fungsi Vegetasi

Jenis Vegetasi Nama Lokal Nama Latin Fungsi

Pohon Glirisidia Glirisidia sepium Peneduh dan

pengarah

Flamboyan Delonix regia Peneduh dan estetika

Ekaliptus Eucalyptus deglupta Pembatas dan

estetika

Damar Agathis damara Screening dan

peredam bising

Batai laut Pelthoporum

pterocarpum

Peneduh dan estetika

Ki hujan Samanea saman Peneduh

Cemara sinensis

Juniperus chinensis Pengarah, peredam

polusi suara, dan

penyaring polusi

suara

Glodogan tiang Polyalthea longifolia Pengarah

Cemara tretes Cupressus

sempervirens

Screening, pengarah,

estetika

Palem

Palem mini Phoenix robelinii Estetika

Kurma

Palem kenari

Phoenix dactylifera

Phoenix canariensis

Estetika, pengarah

Estetika, pengarah

Tanaman semak, dan

tanaman merambat

Sambang darah Excoecaria

cochinchinensis

Estetika, pengikat

partikel debu

Akar dani Quisqualis indica Estetika, tanaman

aromatik, dan

shadowing untuk

atap

Thunbergia Thunbergia sp. Estetika, pengikat

partikel debu, dan

shadowing untuk

atap

Kock’s Bauhinia Bouhinia kockkiana Estetika, pengikat

partikel debu, dan

shadowing untuk

atap

Ground cover

Rumput

Spathiphyllum

Axonopus compresus

Spathiphyllum sp.

Penyerap panas,

estetika, penahan

rembesan air pada

atap, dan pengikat

partikel debu

estetika

Page 43: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

59

4.3.4.2 Konsep Penanaman pada Lahan Terbuka

Elemen vegetasi merupakan unsur yang dominan pada lahan terbuka.

Lahan terbuka ditanami vegetasi yang berbeda-beda, sesuai dengan fungsinya.

4.3.4.2.1 Vegetasi Peneduh

Vegetasi peneduh merupakan vegetasi dengan tujuan memberi keteduhan

untuk meningkatkan kenyamanan beraktivitas dan beribadah dengan karakter

berupa vegetasi berbentuk dome. Vegetasi ini ditanam di area parkir outdoor

sebelah timur masjid dan pada jalur sirkulasi manusia pada pedestrian walk dan

sepanjang Jalan Raya Pajajaran.

4.3.4.2.2 Vegetasi dengan Fungsi Screening

Vegetasi dengan fungsi screening merupakan vegetasi dengan tujuan

menutupi bad view dan menyerap polusi udara dan suara, dengan karakter

vegetasi berdaun indah, serta arsitektur tajuk (canopy) berbentuk kolumnar atau

kerucut. Vegetasi ini ditanam di sebelah utara dan timur masjid, yaitu daerah yang

berbatasan dengan Jalan Sambu dan Jalan Raya Pajajaran.

4.3.4.2.3 Vegetasi Pengarah

Vegetasi pengarah merupakan vegetasi dengan tujuan mengarahkan

sirkulasi kendaraan dan manusia, dengan arsitektur tajuk berbentuk kerucut atau

menyerupai bentuk tiang memanjang seperti palem raja dan glodogan tiang.

Vegetasi ini ditanam pada jalur sirkulasi kendaraan di dalam kompleks masjid.

4.3.4.2.4 Vegetasi Pembatas

Vegetasi pembatas merupakan vegetasi dengan tujuan memberi batas

tapak sebagai orientasi bagi pengunjung, dengan arsitektur tajuk columnar atau

kerucut. Vegetasi ini ditanam pada perbatasan wilayah kompleks masjid terutama

di sebelah selatan gedung Markaz Islam Bogor dan sebelah utara masjid yang

berbatasan dengan Jalan Sambu.

Vegetasi-vegetasi yang telah dijelaskan di atas memiliki jenis, jarak tanam,

dan jumlah vegetasi yang berbeda-beda. Jenis, jarak tanam, dan jumlah vegetasi

dari masing-masing vegetasi di atas terdapat pada Tabel 5.

Page 44: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

60

Tabel 5 Jenis, Jarak Tanam, dan Jumlah Vegetasi untuk Lahan Terbuka

Jenis Vegetasi Nama Lokal Nama Latin Jarak Tanam

antar Pohon (m)

Jumlah

Pohon Glirisidia Glirisidia sepium 12 11 Phn

Flamboyan Delonix regia - 1 Phn

Ekaliptus Eucalyptus

deglupta

5 31 Phn

Damar Agathis damara 5 10 Phn

Batai laut Pelthoporum

pterocarpum

10 13 Phn

Ki hujan Samanea saman - 1 Phn

Cemara sinensis Juniperus

chinensis

3 40 Phn

Glodogan tiang Polyalthea

longifolia

8 8 Phn

Cemara tretes

Palem mini

Cupressus

sempervirens

Phoenix robelinii

3

-

26 Phn

7 Phn

Palem Palem kenari Phoenix

canariensis

5 5 Phn

Kurma Phoenix

dactylifera

- 2 Phn

Tanaman

merambat

berbunga

Sambang darah Excoecaria

cochinchinensis

0,5 70 Pl

Akar dani Quisqualis indica 0,5 70 Pl

Thunbergia Thunbergia sp. 0,5 212 Pl

Kock’s Bauhinia Bouhinia

kockkiana

0,5 212 Pl

Ground cover

Rumput

Spathiphyllum

Axonopus

compresus

Spathiphyllum sp.

- 600 m2

260 m2

Keterangan

Phn : pohon

Pl : polibag

4.3.5 Konsep Irigasi

Irigasi adalah sesuatu yang penting untuk menjaga kondisi lanskap agar

fungsi lanskap tetap optimal dan terjaga kualitas estetikanya. Walaupun Kota

Bogor memiliki intensitas hujan yang tinggi, namun penerapan sistem irigasi tetap

Page 45: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

61

diperlukan untuk mencegah kondisi tanaman menjadi layu atau kering karena

terik matahari, terutama pada area atap bertanaman karena ketebalan lapisan tanah

yang digunakan pada atap bertanaman lebih dangkal jika dibandingkan dengan

tanah asli dan tidak adanya tanah permukaan (top soil) sehingga jumlah air yang

disimpan oleh tanaman juga menjadi terbatas.

Penyaluran air pada atap bertanaman sangat penting. Setinggi lapisan

penyaluran air (5-10 cm), air dapat dibendung sebagai cadangan bagi tanaman.

Penggunaan sistem irigasi tetes (drip irigation) adalah sistem yang sesuai untuk

atap bertanaman. Tanaman semak dan perdu menggunakan drip irigation dengan

sistem emitter berupa tabung berbentuk menyerupai paku yang dibenamkan

(tubing stake) (Gambar 24), sedangkan pohon pada atap bertanaman

menggunakan sistem tetes berupa tabung melingkar yang mengelilingi batang

pohon (Gambar 25). Untuk irigasi pohon-pohon yang ditanam di tanah, cukup

dengan memanfaatkan curah hujan atau dengan penyiraman manual jika

diperlukan.

Gambar 24 Irigasi Tetes Pancang Benam

Page 46: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

62

Gambar 25 Sistem Irigasi Tetes Melingkar pada Pohon

4.3.6 Konsep Tempat Parkir

Untuk memenuhi kebutuhan ruang parkir yang tinggi, perlu adanya

penambahan ruang parkir di Kompleks Masjid Raya Bogor. Penambahan ruang

parkir khusus untuk mobil akan ditempatkan di sebelah timur masjid,

menggantikan posisi toilet umum yang ada saat ini. Tempat parkir dibuat

memanjang, untuk masing-masing mobil diberi space area 2,5 x 4,3 m dengan

total luas area parkir 321 m2, dan posisi tempat parkir mengapit jalan sirkulasi

dengan lebar 3,4 m.

4.3.7 Konsep Penerangan Malam

Penerangan harus senantiasa dilihat dari sisi kualitas dan kuantitasnya.

Pencahayaan yang akan dibuat bukanlah sekedar menyediakan lampu dan

terangnya, tetapi lebih kepada pembentuk suasana yang nyaman dan

menyenangkan bagi pengunjung. Jadi, pencahayaan bukan hanya sekedar masalah

praktis untuk kebutuhan keamanan dan kenyamanan, tetapi juga estetis. Oleh

karena itu, diperlukan pemilihan bentuk, jenis, dan warna lampu serta peletakan

yang sesuai. Konsep pencahayaan untuk lanskap dibedakan menurut

peletakannya, yaitu sebagai berikut.

Page 47: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

63

1) Sumber cahaya di atas mata manusia (moon lighting)

Penerapan konsep moon lighting akan diterapkan pada penempatan lampu

jalan di sepanjang Jalan Raya Pajajaran (Gambar 26), di sebagian tempat di

belakang masjid, dan di taman.

Gambar 26 Simulasi Pencahayaan di Jalan Raya

2) Sumber pencahayaan di bawah mata manusia

Penerapan konsep pencahayaan di bawah mata manusia dapat berupa up

lighting atau untuk keperluan shadowing. Konsep penerangan up lighting

digunakan untuk membentuk aksen pada kubah masjid dengan efek kulit kerang

(scalopping). Teknik pencahayaannya diarahkan langsung ke kubah menggunakan

lampu sorot yang diletakkan di bawahnya dengan kemiringan yang disesuaikan

(Gambar 27). Selain digunakan untuk memberi aksen pada kubah, up lighting juga

digunakan pada beberapa tanaman peneduh untuk menonjolkan karakter batang

pohon untuk keperluan estetika. Penempatan lampu pathway dilakukan di

pedestrian (Gambar 28) untuk fungsi keamanan dan membentuk axis.

Page 48: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

64

Gambar 27 Simulasi Pencahayaan pada Kubah Masjid

Gambar 28 Simulasi Pencahayaan pada Pedestrian

6.8 Konsep Program Informasi

Dengan cukup banyaknya fasilitas di Masjid Raya Bogor sebagai

penunjang kegiatan keislaman, dirasa perlu menambahkan papan penunjuk

(interpretasi) untuk memudahkan pengunjung mengidentifikasi fasilitas yang

terdapat di Kompleks Masjid Raya Bogor.

Page 49: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

65

4.4 Rancangan

Bab ini membahas mengenai hasil dari proses perancangan yang telah

dilakukan. Perancangan ini merupakan pengembangan dari konsep yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pembahasannya meliputi jenis, letak bangunan, dan letak

elemen lanskap. Rancangan ini mengacu pada pengembangan desain yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk dilaksanakan pada masa datang.

Perancangan ini dilakukan per segmen yang ditujukan untuk memudahkan

pemahaman hasil rancangan serta disesuaikan dengan karakteristik setiap segmen

dan pengembangan yang ingin ditampilkan pada setiap lokasi. Perancangan per

segmen tersebut dapat dilihat pada Gambar 29. Berdasarkan Gambar 29, terdapat

perancangan per segmen. Pembagian segmennya dapat dilihat pada Tabel 6.

Keterangan Gambar :

A. Bangunan Masjid, Koridor,dan Gedung BAZ

B. Plaza

C. Area Sebelah Barat dan Utara Masjid

D. Area Sebelah Timur Masjid

E. Area Sebelah Timur Plaza

F. Area Sebelah Selatan Plaza, Markaz Islam Bogor

G. Pedestrian

H. Jalan Raya Pajajaran

Gambar 29 Segmen Daerah Perancangan

Page 50: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

66

Tabel 6 Pembagian Segmen yang Ingin Ditampilkan di Setiap Lokasi

Segmen Lokasi Karakter Pengembangan

A Bangunan Masjid

Koridor

Gedung BAZ

Ruang pada atap tidak

dimanfaatkan secara

optimal, desain masjid

tidak berkubah

Ruang atap dimanfaatkan

untuk atap bertanaman,

menggunakan desain

bangunan masjid berkubah,

karakter bangunan Islam.

B Plaza Sistem drainase kurang

optimal

Instalasi keramik plaza

menggunakan sistem

interlock VerciPave dan

menambah saluran drainase

C Bagian sebelah barat

dan utara masjid

Kurang terawat, penataan

lanskap tidak teratur

Sirkulasi keluar kendaraan

dari ground floor,

penggunaan vegetasi

pengarah

D Bagian timur masjid Penempatan fasilitas toilet

yang kurang tepat

Fasilitas tempat parkir mobil

yang dilengkapi pohon

peneduh

E Area sebelah timur

plaza

Lahan terbuka hijau

kurang tertata rapi

Tanaman pengarah untuk

sirkulasi kendaraan

F Bagian selatan plaza,

sekitar gedung

Markaz Islam Bogor

Lahan terbuka hijau

kurang tertata rapi

Lanskap yang nyaman, dan

tertata

G Pedestrian Penuh pedagang kaki lima

(PKL), sebagian paving

rusak

Pedestrian berkonsep grass

floor, saluran drainase

tertutup

H Jalan Raya Pajajaran Ramai, fasilitas

penyeberangan kurang

memadai

Fasilitas jembatan

penyeberangan, penataan

pohon yang ada saat ini

4.4.1 Rancangan Segmen A ( Bangunan Masjid, Koridor, dan Gedung BAZ)

Dalam rencana rekonstruksi bangunan masjid yang telah dilakukan

Pemerintah Kota Bogor, bangunan masjid akan diubah dengan gaya arsitektur

Islam dengan atap berkubah. Rancangan untuk bangunan masjid, koridor, dan

gedung BAZ dalam skripsi ini hanya akan menambahkan fasilitas atap

bertanaman untuk mengisi ruang atap yang tidak termanfaatkan.

Atap bertanaman pada bangunan masjid, koridor, dan gedung BAZ dibuat

dengan tujuan estetika dan fungsi ekoarsitektur. Teknik pembuatannya adalah

dengan menambahkan dinding beton bertulang setinggi 60 cm dengan tebal 5 cm

pada sisi depan dan belakang sehingga membentuk ruang berupa bak beton.

Media tanam yang digunakan adalah campuran bahan organik humus dan kompos

sebanyak 40 persen dari total volume media tanam dan pasir nonorganik sebanyak

60 persen dari total volume media tanam. Komposisi bahan organik dibuat lebih

Page 51: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

67

sedikit dengan pertimbangan bahan organik mudah menyusut karena proses

pelapukannya lebih cepat. Bahan organik diperlukan karena kemampuannya

menyerap air lebih baik dari bahan nonorganik.

Pada bagian atas media tanam diberikan mulsa berupa jerami yang

terpotong pendek. Pemulsaan bertujuan mengurangi panas berlebihan serta

penguapan air dari media tanam, erosi, dan tumbuhnya ilalang. Selain itu,

pembusukan mulsa dapat mengganti zat organik yang hilang dari media tanam.

Pada lapisan bawah media tanam diletakkan geotextile fibre fabric sebagai

saringan agar media tanam di atasnya tidak ikut turun bersama aliran air.

Pada lapisan di bawah geotextile diletakkan lapisan penyaluran air dengan

menggunakan VerciCell tipe 3050 berbahan polypropylene, penggunaan bahan ini

dinilai lebih unggul jika dibandingkan dengan menggunakan batu kerikil yang

biasa digunakan pada teknik konvensional. Keunggulannya, antara lain, sebagai

berikut:

1) memiliki bobot yang ringan;

2) cepat mengalirkan air berlebih;

3) mampu mempertahankan kelembaban tanah saat kekurangan air;

4) mampu melindungi lapisan kedap air (water proofing membrane);

5) mudah dalam pemasangannya karena berupa modul rakitan;

6) tidak mengalami pelapukan karena tahan terhadap sifat kimia tanah dan

bakteri;

7) dapat berfungsi sebagai bantalan penahan beban dari beban di atasnya.

Untuk menghindari kerusakan mekanis atap yang diakibatkan oleh

rembesan air (water absorption) dari atap bertanaman, bagian atas atap beton

perlu dilapisi oleh lapisan kedap air (water proofing membrane). Lapisan kedap

air tersebut berupa membran aspal (elastomerbitumen) dengan ketentuan minimal

3 kg/m2.

Segmen A membutuhkan soft dan hard material. Tabel 7 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen A.

Page 52: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

68

Tabel 7 Hard Material dan Soft Material Segmen A

No. Jenis Fasilitas*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Kubah masjid utama d = 17,5 m dan t = 11 m 1 buah

2.

3.

Kubah masjid pendukung

Bak beton untuk tanaman

merambat dan semak

p x l x t = 132 m x 0,55 m x 0,6 m 1 buah

p x l x t = 12,0 m x 0,55 m x 0,6 m

p x l x t = 4,0 m x 4,0 m x 0,5 m

1 buah

2 buah

p x l x t = 48 m x 0,55 m x 0,6 m 1 buah

p x l x t = 64 m x 0,55 m x 0,6 m 2 buah

p x l x t = 9,8 m x 0,55 m x 0,6 m 4 buah

4. Bak beton untuk pohon p x l x t = 1 m x 1 m x 0,75 m 3 buah

5. Sekat beton kecil bentuk “L” p x l x t = 0,5 m x 0,175 m x 0,4 m 212 buah

6. Sekat beton besar bentuk “L” p x l x t = 0,5 m x 0,175 m x 0,6 m 212 buah

7. Pasir nonorganik - 100,45 m2

8. Campuran humus dan kompos - 67 m2

9. Geotextile fiber fabric - 749 m2

10. VersiCell 3050 modules

polypropilene

- 749 m2

11. Water proofing membrane - 749 m2

12. Lampu sorot (up light) p x t = 0,31 m x 0,1 m 12 buah

Soft Material

1. Akar dani Quisqualis indica 70 Pl

2. Thunbergia Thunbergia sp. 212 Pl

3. Kock’s Bauhinia Bouhinia kockkiana 212 Pl

4. Sambang darah Excoecaria cochinchinensis 70 Pl

5. Phoenix Phoenix robelinii 12 Phn

6. Rumput Axonopus compresus 600 m2

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

Pl : polibag t : tinggi ** untuk soft material

p : panjang d : diameter

4.4.2 Rancangan Segmen B (Plaza)

Pemasangan paving di area ini dibuat berbeda, yaitu dengan tidak

menyemen paving di atas beton, paving dipasang menggunakan modul VerciPave

di atas permukaan beton yang telah dilapisi water proofing membrane (Lampiran

23). Penggunaan modul VerciPave ini bertujuan menghindari genangan pada

lantai plaza karena air yang jatuh pada lantai akan langsung turun ke saluran

Page 53: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

69

drainase melalui celah antar keramik. Dengan demikian, lantai plaza akan lebih

awet karena terhindar dari kerusakan mekanis akibat air hujan dan terhindar dari

keadaan lantai licin yang mampu mengurangi kualitas keamanan. Dengan

tersedianya ruang aerasi di bawah permukaan lantai, penggunaan modul

VerciPave ini mampu mengurangi suhu panas akibat radiasi panas matahari pada

permukaan lantai sehingga memberikan kenyamanan termal bagi pengunjung.

Tabel 8 menyajikan bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan

spesifikasi hard material yang dibutuhkan oleh Segmen B.

Tabel 8 Hard Material Segmen B

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Keramik p x l x t = 0,3 m x 0,3 m x 0,02 m 2425 buah

(202 lusin)

VersiPave module

d = 162 mm dan t = 80 mm

4852 buah

(405 lusin)

Water proofing membrane - 242,42 m2

Keterangan

p : panjang l : lebar L = luas

t : tinggi

d : diameter

4.4.3 Rancangan Segmen C (Sebelah Barat dan Utara Masjid)

Pada sebelah barat dan utara masjid direncanakan pembuatan perkerasan

untuk sirkulasi manusia sebagai akses untuk TK Ibnu Hazar, di sebelah utara

Masjid sirkulasi berupa ramp karena adanya perbedaan ketinggian level tanah,

pemilihan sistem ramp dinilai lebih aman dibandingkan menggunakan dengan

tangga terutama bagi anak-anak. Jalur sirkulasi ini dibuat dengan beton bertulang

dengan finishing keramik outdor dengan lebar 3,875 m dan panjang 35 m.

Pada sisi jalur ini ditanam pohon ekaliptus (Eucalyptus deglupta) dan

palem kenari (Phoenix canariensis) sebagai tanaman pengarah ,serta fasilitas

penerangan jalan berupa lampu pathway. Pada sisi sebelah barat selain ditanam

pohon pengarah, juga ditanam pohon untuk fungsi screening, yaitu untuk

menutupi bad view dan meredam suara bising.

Page 54: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

70

Segmen C membutuhkan soft dan hard material. Tabel 9 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen C.

Tabel 9 Hard Material dan Soft Material Segmen C

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 2 buah

2. Lampu sorot p x l = 0,1 m x 0,31 m 4 buah

3. Lampu pathway p x l = 1 m x 0,15 m 12 buah

Soft Material

1. Ekaliptus Eucalyptus deglupta 26 Phn

2.

3.

Palem Kenari

Cemara tretes

Phoenix canariensis

Cupressus sempervirens

4 Phn

26 Phn

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

p : panjang ** untuk soft material

4.4.4 Rancangan Segmen D (Area Sebelah Timur Masjid)

Kebutuhan ruang parkir kendaraan terutama kendaraan roda empat dirasa

masih kurang. Untuk mengatasi permasalahan ini, pada sisi timur masjid akan

dibuat tempat parkir terbuka khusus mobil dengan kapasitas 25 mobil. Lahan

parkir dibagi menjadi dua ruas dengan jalan sirkulasi kendaraan sebagai

pemisahnya. Untuk setiap mobil disediakan ruang space area 2,5 x 4,3 m dengan

total luas area parkir 321 m2. Lantai tempat parkir berupa beton yang dilapisi

aspal. Sebagai vegetasi peneduh digunakan pohon batai laut (Pelthoporum

pterocarpum) dengan pertimbangan tajuknya berbentuk dome dan kerapatan

daunnya yang padat sehingga mampu menaungi kendaraan dari panas matahari.

Selain itu, tanaman ini merupakan pohon berbunga kuning yang cocok untuk

menambah estetika tempat parkir. Untuk fungsi peneduh pada bagian ruas lain

juga ditanam pohon flamboyan (Delonix regia) dengan bunga berwarna merah.

Segmen D membutuhkan soft dan hard material. Tabel 10 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen D.

Page 55: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

71

Tabel 10 Hard Material dan Soft Material Segmen D

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 7 buah

2.

3.

Tempat parkir

Lampu sorot

-

p x l = 0,1 m x 0,31 m

321 m2

2 buah

Soft Material

1. Flamboyan Delonix regia 1 Phn

2. Batai laut Pelthoporum pterocarpum 6 Phn

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

p : panjang ** untuk soft material

4.4.5 Rancangan Segmen E (Area Sebelah Timur Masjid)

Area ini dirancang sebagai welcome area. Gapura masjid akan

dipertahankan, sedangkan untuk penataan lanskapnya dilakukan penanaman

tanaman pengarah menggunakan glodogan tiang (Polyanthea longifolia) dan

palem kenari (Phoenix canariensis) yang mengarahkan kendaraan ke area ground

floor. Untuk sirkulasi manusia disediakan pintu masuk melalui plaza dari

pedestrian.

Segmen E membutuhkan soft dan hard material. Tabel 11 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen E.

Tabel 11 Hard Material dan Soft Material Segmen E

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 4 buah

2. Lampu sorot p x l = 0,1 m x 0,31 m 3 buah

Soft Material

1. Glodogan tiang Polyalthia longifolia 5 Phn

2. Palem kenari Phoenix canariensis 3 Phn

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

p : panjang ** untuk soft material

Page 56: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

72

4.4.6 Rancangan Segmen F (Area Sebelah Selatan Plaza)

Penataan lanskap untuk lahan ini dengan menanam tanaman pembatas

pada area belakang (sebelah Barat gedung Markaz Islam Bogor) dengan

menggunakan pohon glodogan tiang (Polyanthia longifolia). Selain itu, glodogan

tiang juga digunakan sebagai tanaman pengarah di bagian depan gedung Markaz

Islam Bogor. Untuk fungsi screening, ditanam Agathis dammara pada area

sebelah Utara Markaz Islam Bogor. Untuk fungsi penerangan, diletakkan lampu

taman di bagian belakang dan di sisi Utara Markaz Islam Bogor, sedangkan

bagian depan masjid selain menggunakan lampu taman juga menggunakan lampu

pathway sebagai pengarah.

Segmen F membutuhkan soft dan hard material. Tabel 12 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen F.

Tabel 12 Hard Material dan Soft Material Segmen F

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 8 buah

2. Lampu pathway p x l = 1 m x 0,15 m 3 buah

Soft Material

1. Glodogan tiang Polyalthia longifolia 3 Phn

2. Cemara tretes Cupressus sempervirens 9 Phn

3. Ekaliptus Eucalyptus camaldulensis 5 Phn

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

p : panjang ** untuk soft material

4.4.7 Rancangan Segmen G (Pedestrian Line)

Batas area untuk rancangan pedestrian hanya di wilayah sekitar Masjid

Raya Bogor, yaitu pedestrian sepanjang 130 m mulai dari pedestrian di depan

Gedung Markaz Islam Bogor sampai pada pedestrian di bagian ujung utara masjid

yang dibatasi oleh jalan Sambu. Pedestrian akan dibuat dengan konsep grass

floor, yaitu lantai dengan paving berbahan batu andesit yang diberi space berupa

penanaman rumput. Konsep grass floor dibuat dengan pertimbangan daya

infiltrasi air akan lebih cepat dengan grass floor jika dibandingkan dengan

Page 57: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

73

menggunakan paving block. Lebar pedestrian walk yng direncanakan adalah 2,5

m dan menutup saluran drainase terbuka dengan plat baja berongga.

Untuk fasilitas penerangan pada sepanjang jalur ini akan ditempatkan

lampu pathway untuk pengarah bagi pejalan kaki dan bagi pengendara. Pada area

ini juga akan disediakan signage penunjuk arah masuk kompleks masjid sebagai

orientasi tapak. Sebagai pemisah antara jalan raya dan pedestrian ditanam

tanaman pembatas, yaitu Juniperus chinensis. Penggunaan tanaman ini yang

selain berfungsi sebagai pembatas, juga berfungsi untuk menyaring polusi udara

dan polusi suara yang berasal dari jalan raya.

Segmen G membutuhkan soft dan hard material. Tabel 13 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen G.

Tabel 13 Hard Material dan Soft Material Segmen G

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Lantai andesit p x l = 1 m x 1 m 216 buah

2. Lampu pathway p x l = 1 m x 0,15 m 17 buah

3. Pagar p x l x t = 120 m x 0,15 m x 1,4 m 120 m

4. Signage p x l = 1,45 m x 0,5 m 1 buah

Soft Material

1. Rumput Axonopus compresus 24 m2

2. Cemara sinensis Juniperus chinensis 40 Phn

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

p : panjang t : tinggi ** untuk soft material

4.4.8 Rancangan Segmen H (Jalan Raya Pajajaran)

Rancangan pada area ini berupa penataan lanskap jalan, yaitu penataan

jarak antar-pohon, penempatan fasilitas penerangan, dan penambahan fasilitas

jembatan penyeberangan. Seperti halnya pedestrian, batas area untuk rancangan

lanskap jalan hanya di wilayah sekitar Masjid Raya Bogor, yaitu jalan raya

sepanjang 130 m mulai dari depan Gedung Markaz Islam Bogor sampai pada

bagian ujung utara masjid yang dibatasi oleh jalan Sambu.

Page 58: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

74

Rancangan lanskap pada median jalan selebar 2 m tetap mempertahankan

pohon yang kini ada, yaitu Gliricidia cepium dengan jarak tanam yang tepat, dan

menempatkan fasilitas penerangan dengan jarak yang tepat dengan

mempertimbangkan radius penerangannya.

Segmen H membutuhkan soft dan hard material. Tabel 14 menyajikan

bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan

soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen H.

Tabel 14 Hard Material dan Soft Material Segmen H

No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah

Hard Material

1. Lampu jalan p x l = 9 m x 4 m 11 buah

2. Jembatan penyeberangan p x l = 21,5 m x 1,5 m 1 buah

Soft Material

1. Glirisidia Glirisidia sepium 11 buah

Keterangan

Phn : pohon l : lebar * untuk hard material

p : panjang t : tinggi ** untuk soft material

4.4.9 Detil Konstruksi

Detil konstruksi ini dicantumkan untuk mempermudah dalam pembuatan

elemen lanskap yang telah dirancang. Detil konstruksi ini mencakup gambar

tampak depan, tampak atas, potongan, dimensi elemen lanskap, dan bahan yang

digunakan. Elemen yang ditampilkan pada detil konstruksi adalah penanaman

pohon pada atap (Lampiran 12), penanaman semak pada atap (Lampiran 13),

penanaman semak pada atap koridor (Lampiran 14), penanaman pohon, semak,

dan groundcover (Lampiran 15), penanaman rumput (Lampiran 16), pedestrian

(Lampiran 17), lampu taman, lampu jalan, lampu pathway (Lampiran 18), lampu

taman (Lampiran 19), lampu jalan (Lampiran 20), ruang pompa (Lampiran 21),

signage (Lampiran 22).

Page 59: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi dan Analisis · bergaya arsitektur Islam. Bangunan Masjid Raya Bogor ... Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan koridor

75

4.4.10 Perhitungan Kekuatan Konstruksi untuk Menahan Beban

Atap bertanaman atau roof garden dianalisis dengan cara membandingkan

dimensi kolom beton minimum untuk menahan beban tambahan akibat

penempatan atap bertanaman dengan dimensi beton dalam perancangan.

Perhitungan kelayakan beban pada bangunan masjid berdasarkan dimensi kolom

terdapat pada Lampiran 26.