bab 4 hasil dan pembahasan 4.1 inventarisasi dan analisis · bergaya arsitektur islam. bangunan...
TRANSCRIPT
17
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Inventarisasi dan Analisis
Bab ini memaparkan hasil pengumpulan data yang disertai dengan
analisisnya. Data primer dan data sekunder diperoleh dengan cara survei
lapangan, wawancara dengan instansi terkait, penelusuran internet, serta studi
pustaka. Data yang terkumpul dibedakan menjadi beberapa subdata.
Data yang telah diperoleh dianalisis. Analisis ini merupakan tahapan untuk
mencari potensi dan kendala pada tapak yang berhubungan dengan tujuan
penelitian, yaitu perancangan Kompleks Masjid Raya Bogor berbasis
ekoarsitektur. Analisis yang dilakukan ini dipandang dari segi bidang Arsitektur
dan Arsitektur Lanskap yang meliputi analisis tapak dan bangunan masjidnya
untuk aktivitas beribadat dan rekreasi yang bernilai ekoarsitektur bagi lingkungan
perkotaan. Lampiran 1 menyajikan peta inventarisasi Kawasan Masjid Raya
Bogor. Hasil analisis atas potensi dan kendala tapak dilihat pada Lampiran 2.
Detil inventarisasi dan analisis tapak disampaikan berikut ini.
4.1.1 Lokasi, Batas, dan Aksesibilitas Tapak
Tapak penelitian adalah di Kompleks Masjid Raya Bogor, Kelurahan
Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur. Desain hanya dilakukan pada Kompleks
Masjid Raya Bogor dan sebagian Jalan Pajajaran yang terkait dengan kawasan
ini, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Jalan Sambu di sebelah utara;
b. Markaz Islam Bogor di sebelah selatan;
c. Jalan Riau dan kawasan permukiman di sebelah barat;
d. Jalan Raya Pajajaran dan kawasan pertokoan di sebelah timur.
Tapak yang didesain tersebut berupa kawasan masjid yang meliputi
bangunan masjid dan plaza, masing-masing sebagai zona inti dan zona
pendukung. Zona inti adalah kawasan perencanaan yang diutamakan
pengembangannya. Zona pendukung meliputi bangunan lembaga keislaman, jalur
sirkulasi, tempat parkir, jalan raya, dan pedestrian.
Aksesibilitas menuju Kompleks Masjid Raya Bogor tergolong mudah
karena berada di pusat Kota Bogor yang strategis, dapat ditempuh dengan
berbagai transportasi umum dan pribadi maupun dengan berjalan kaki.
18
Transportasi umum dapat berupa bus bertujuan di Terminal Baranangsiang, ojek,
dan angkutan perkotaan (Angkot 09 dari Sukasari, Angkot 03 dari bubulak,
Angkot 01 dari Ciawi, Angkot 06 dari Ciheuleut, dan Angkot 11 dari Pajajaran
Indah), sedangkan transportasi pribadi dapat berupa mobil dan sepeda motor.
Letak kawasan yang strategis dan aksesibilitas menuju kawasan yang
mudah ini merupakan potensi karena besarnya jumlah pengunjung yang datang
pada kawasan. Dengan demikian, peluang pengembangan kawasan sangat
diperlukan untuk meningkatkan citra Kota Bogor mengingat banyaknya aktivitas
warga dalam kota dan dari luar kota.
4.1.2 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan yang berada di Kompleks Masjid Raya Bogor sebagian
besar merupakan perkerasan bangunan dan plaza serta sebagian kecil untuk lahan
terbuka hijau (Gambar 4). Pemerintah Kota Bogor menetapkan kawasan di
sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor sebagai pusat pengembangan Islam di
wilayah kota Bogor.
Dalam rencana pengembangan luas Kompleks Masjid Raya Bogor adalah
8.165 m2. Dengan total luas tanah bangunan dan plaza 3.427 m
2 (termasuk
Markaz Islam Bogor), luas area untuk penghijauan 1908,18 m2 dan sisa luas tanah
sebesar 2829,82 m2 akan dibuat perkerasan untuk tempat parkir dan jalur aspal.
Dengan kata lain, sebesar 76,6 persen dari seluruh luas Kompleks Masjid Raya
Bogor adalah perkerasan dan hanya ada 23,37 persen untuk lahan terbuka hijau.
Tata guna lahan yang didominasi dengan perkerasan menyebabkan kawasan ini
terasa panas pada siang hari dan berkesan masif. Daerah pendukung kawasan ini,
antara lain, adalah jalan raya dan pedestrian di sebelah barat dan utara, tetapi
penggunaannya tidak optimal karena sepanjang pedestrian pada kawasan sekitar
Kompleks Masjid Raya Bogor dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Pedagang
memanfaatkan pedestrian di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor
dengan alasan lebih ramai pembeli.
19
20
4.1.3 Iklim
Iklim merupakan faktor-faktor tidak tetap yang saling berhubungan yang
meliputi suhu, radiasi matahari, curah hujan, serta kelembaban udara. Rancangan
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi iklim yang sudah ada dengan mengambil
aspek-aspek yang menguntungkan dan mengendalikan aspek-aspek yang
merugikan. Kondisi iklim terutama iklim mikro turut menentukan tingkat
kenyamanan bagi pengguna masjid. Oleh karena itu, pengendalian terhadap iklim
mikro sangat penting. Iklim pada Kompleks Masjid Raya Bogor termasuk ke
dalam iklim kota karena iklim alami sudah dipengaruhi oleh struktur bangunan
dan aktivitas perkotaan.
Kota Bogor terkenal dengan sebutan kota hujan. Hal tersebut
menggambarkan kondisi iklim lokal Bogor secara keseluruhan. Kondisi iklim
tersebut dapat dilihat secara numerik pada Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi Iklim Kota Bogor pada Tahun 2008
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga
Bulan
Suhu
Hari Hujan Kelembaban
Nisbi (%)
Curah
Hujan
(mm) Maksimum Minimum
Januari 30,7 23,1 16 80,7 339
Februari 28,2 22,3 16 87 324
Maret 30,4 22,4 25 83,7 653
April 30,8 22,4 22 80,7 506
Mei 31,7 22,4 17 75,3 222
Juni 31,5 22,2 13 75,7 128
Juli 32,2 21,3 8 71 78
Agustus 31,4 21,9 13 77,7 151
September 32,3 22,2 15 71,3 474
Oktober 31,8 21,1 18 77 334
November 30,9 20,2 20 78 543
Desember 29,9 19,8 24 81 300
Jumlah 371,8 261,3 207 939 4052
Rata-rata 31 21,8 17 78,3 337,7
21
Pada kolom curah hujan dapat terlihat bahwa curah hujan Kota Bogor rata-
rata pada bulan Maret tahun 2008 dapat mencapai 653 mm, sedangkan hari hujan
selama tahun 2008 mencapai 207 hari. Dengan kata lain, lebih dari setengah tahun
hujan turun. Hujan dapat menyebabkan struktur bangunan mudah mengalami
kerusakan ataupun penurunan kualitas material bangunan sehingga diperlukan
alat/upaya untuk mengantisipasi tingginya curah hujan agar tidak merusak struktur
bangunan.
Roof garden merupakan instrumen yang tepat untuk Kompleks Masjid
Raya Bogor, mengingat sebagian besar lahannya berupa struktur bangunan beton.
Roof garden berfungsi untuk nengendalikan kerusakan dan penurunan kualitas
material akibat tingginya curah hujan agar struktur bangunan lebih awet sekaligus
menambah nilai estetika dan mempertahankan kenyamanan termal.
Iklim mikro di Kompleks Masjid Raya Bogor cenderung kurang nyaman
pada siang hari karena kurangnya vegetasi dan struktur bangunan yang terlalu
masif terutama pada bagian plaza masjid sehingga pada siang hari terik matahari
langsung tidak terhalang. Oleh karena itu, suhu udaranya tinggi pada waktu-waktu
tertentu yang berdampak pada minimnya aktivitas di daerah plaza.
Posisi Kompleks Masjid Raya Bogor berada di antara lintasan matahari
dan angin karena letak gedung yang berorientasi timur dan barat, serta tegak lurus
terhadap arah angin yang dominan pada daerah tropis, yaitu angin yang bergerak
dari tenggara ke timur laut pada musim kemarau dan dari timur laut ke tenggara
pada musim hujan. Posisi yang demikian merupakan potensi yang baik untuk
desain dengan konsep ekoarsitektur.
4.1.4 Kondisi Fisik dan Land Use Kawasan Masjid Raya Bogor
Kondisi fisik yang diamati dan dianalisis untuk proses perancangan
meliputi Kompleks Masjid Raya Bogor, yang terdiri dari bangunan masjid utama,
plaza masjid, koridor masjid, kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor, taman
masjid, tempat parkir, dan perkerasan pada halaman masjid. Selain Kompleks
Masjid Raya Bogor, area pendukung, seperti pedestrian, jalan raya, dan Markaz
Islam Bogor yang berhubungan dengan Masjid Raya Bogor menjadi area yang
tidak dapat dipisahkan sebagai objek yang diamati dan dianalisis untuk proses
perancangan.
22
4.1.4.1 Bangunan Masjid Utama
Bangunan masjid utama terdiri dari ruang utama, pelataran berupa teras
masjid, kantor Dewan Keluarga Masjid (DKM), dan pada lantai bawah dari
bangunan masjid terdapat taman kanak-kanak (TK) Ibnu Hajar. Ruang utama
masjid seluas 449,3 m2 digunakan sebagai ruang untuk salat, dan acara pengajian
rutin sebagai pusat aktivitas keagamaan.
Pelataran masjid merupakan ruang pendukung yang mengitari ruang utama
masjid. Luas pelataran masjid adalah 657,7 m2. Fasilitas pada pelataran masjid
adalah teras masjid yang digunakan pengguna (user) untuk istirahat dan sering
digunakan sebagai tempat berbuka puasa pada hari Senin dan Kamis. Kegiatan
buka puasa bersama juga rutin dilaksanakan setiap hari pada bulan Ramadhan.
Pada pelataran masjid juga tersedia papan informasi kegiatan keislaman dan
terdapat tempat penitipan barang. Kantor Dewan Keluarga Masjid (DKM) berada
tepat di utara ruang utama masjid yang juga merupakan stasiun radio Wadah
Dakwah Islam (WADI Fm) dengan luas 84,4 m2.
Gaya arsitektur pada bangunan masjid pada saat ini mengadopsi bentuk
arsitektur pagoda pada atapnya dengan bentuk limas segi empat yang bertingkat
yang merupakan akulturasi bentuk arsitektur Hindu (gambar 5). Bentuk
arsitektural masjid pada saat ini dinilai belum sesuai dengan kesatuan tema antara
bangunan masjid, plaza, koridor masjid, dan kantor BAZ Kota Bogor yang
bergaya arsitektur Islam.
Bangunan Masjid Raya Bogor
Gambar 5 Bangunan Masjid Raya Bogor
23
4.1.4.2 Plaza Masjid
Di sebelah selatan bangunan utama masjid terdapat plaza. Pada area plaza
jarang terdapat aktivitas user di tengah plaza terutama pada siang hari, kegiatan
user umumnya hanya berada di pinggir plaza pada sore hari antara pukul 15.30
dan pukul 18.00 WIB. Aktivitas terbanyak pada hari Jumat antara pukul 09.30 dan
pukul 12.00 WIB karena banyaknya orang yang beristirahat sambil menunggu
waktu salat Jumat.
Pada daerah plaza tidak terdapat fasilitas drainase sehingga jika terjadi
hujan terdapat genangan pada beberapa titik dan berakibat pada penurunan
kualitas keramik pada plaza dengan ciri warna yang memudar selain akibat dari
terik matahari langsung (Gambar 6). Plaza bergaya Islam dicirikan adanya motif
dari keramik berbentuk bintang segi delapan di tengah-tengah plaza.
Gambar 6 Kondisi Area Plaza Masjid
4.1.4.3 Koridor Masjid
Di sebelah barat plaza terdapat koridor masjid (Gambar 7) sepanjang 33,5
m dan lebar 3,4 m yang menghubungkan masjid dengan kantor BAZ Kota Bogor
dan tempat wudhu di bawahnya. Aktivitas pengunjung pada area ini cukup tinggi
karena di tempat ini pengunjung dapat mengakses pemandangan Gunung Salak,
Umumnya, aktivitas yang dilakukan adalah duduk sambil menikmati Gunung
Salak, bercengkrama, dan bersantai.
24
Gambar 7 Area Koridor Masjid
Atap koridor menyatu dengan bangunan kantor BAZ dan bangunan
masjid. Corak arsitektur Islam terlihat dari motif ukiran berupa barisan bintang
persegi delapan pada atapnya dan jajaran pilar yang mencirikan bangunan bergaya
Islam.
4.1.4.4 Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor
Kantor BAZ (Gambar 8) dengan luas 144 m2
dengan dua lantai berada di
selatan koridor. Bangunan ini memiliki kesatuan desain yang serasi dengan
koridor dan plaza dengan konsep bangunan bergaya Islam, yang dicirikan oleh
menara adzan, desain jajaran pilar-pilar pada dindingnya, lengkungan setengah
lingkaran sebagai fentilasinya, serta adanya kubah kecil di ujung menara yang
memperkuat karakter dari bangunan Islam. Gedung ini berfungsi sebagai pusat
administrasi zakat di Kota Bogor.
Gambar 8 Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor
25
4.1.4.5 Area Ground floor
Tepat di bawah kantor BAZ terdapat tempat wudhu yang berhubungan
langsung dengan tempat parkir sepeda motor dan mobil. Tempat parkir berada
tepat di barat tempat wudhu dan tepat di bawah plaza yang berfungsi juga sebagai
atap tempat parkir seluas 760 m2. Tempat parkir ini hanya mampu menampung 13
unit mobil dan 60 unit sepeda motor. Fasilitas tempat parkir di area ground floor
masih belum mampu menampung jumlah mobil terutama pada hari Jumat. Tempat
wudhu dan tempat parkir termasuk dalam area ground floor (Gambar 9).
Tempat Whudu Masjid Raya Tempat Parkir Kendaraan
Gambar 9 Area Ground floor
4.1.4.6 Taman dan Taman Kanak-kanak (TK Ibnu Hajar)
Di dalam Kompeks Masjid Raya Bogor terdapat taman, tepatnya di utara
masjid (Gambar 10). Kondisi taman kurang teratur dan tidak tepat guna
mengingat fasilitas yang ada kurang mampu mengakomodasi pengunjung.
Kondisi taman pada malam hari sangat gelap karena minimnya penerangan yang
disediakan. Fasilitas yang tersedia di area taman adalah children playground yang
biasa digunakan sebagai tempat bermain murid taman kanak-kanak yang berlokasi
di bawah bangunan masjid.
26
Taman Masjid Halaman TK Ibnu Hajar
TK Ibnu Hajar Children Playground
Gambar 10 Area di Utara Bangunan Masjid
4.1.4.7 Welcome Area
Di bagian timur taman terdapat toilet umum dan berbatasan langsung
dengan pagar masjid dan pedestrian (Gambar 11). Toilet umum tersebut tidak
tepat guna karena posisinya di depan masjid. Terdapat perkerasan di antara bagian
selatan kamar mandi umum dan bagian barat bangunan masjid. Perkerasan ini
dibuat dengan bahan paving block dan merupakan bekas tempat parkir sebelum
dibangun tempat parkir pada ground floor (Gambar 11). Kondisinya masih cukup
baik, tetapi cukup gelap pada malam hari karena kurangnya penerangan.
Toilet Perkerasan
Gambar 11 Area di Sebelah Timur Bangunan Masjid
27
Pintu masuk utama terdapat di sebelah timur, berhubungan langsung
dengan Jalan Raya Pajajaran dan pedestrian dengan gapura sebagai gerbang dan
terdapat pos keamanan di sebelah utara gapura (Gambar 12). Kondisi gapura
masih cukup baik sehingga perlu dipertahankan, tetapi pos keamanan yang
merangkap kios dinilai tidak tepat guna penempatannya.
Gapura Masjid Pos Keamanan
Gambar 12 Area Pintu Masuk Utama
4.1.4.8 Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung
Selain kompleks masjid, kawasan di sekitar Kompleks Masjid Raya
Bogor juga didukung oleh infrastruktur dan fasilitas pendukung, seperti pedestrian
dan jalan raya di sekitarnya. Fasilitas pendukung tidak dapat dipisahkan dengan
Kompleks Masjid Raya Bogor karena kualitas desain dan fisiknya akan
berpengaruh pada kualitas desain Kompleks Masjid Raya itu sendiri.
4.1.4.8.1 Pedestrian
Di sebelah timur plaza terdapat pedestrian dengan lebar 2,5 m2
yang
menggunakan material paving block, kondisi paving block pada pedestrian banyak
yang rusak terutama di bagian selatan masjid (Gambar 13). Hal ini disebabkan
oleh permukaan pedestrian yang tidak memiliki daerah resapan air sehingga
genangan air mampu merusak lapisan permukaan paving dalam jangka waktu
yang lama.
Selain kondisi fisiknya yang kurang baik, sepanjang pedestrian dipenuhi
oleh pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan secara bergantian siang dan malam
(Gambar 13). Kebanyakan pedagang kaki lima berupa tenda warung makan dan
28
gerobak kios yang menjajakan makanan ringan, permen, dan rokok. Kegiatan
pedagang kaki lima ini menyebabkan penyempitan pedestrian karena hanya
menyisakan sedikit ruang untuk pejalan kaki. Aktivitas manusia yang
menggunakan pedestrian cukup tinggi antara pukul 06.00 dan pukul 22.00 WIB.
Paving Pedestrian yang Rusak Penyempitan Pedestrian oleh PKL
Gambar 13 Kondisi Pedestrian
4.1.4.8.2 Jalan Raya Pajajaran
Jalan Raya Pajajaran (Gambar 14) merupakan jalan nasional dengan fungsi
jalan sebagai jalan arteri sekunder yang terhubung dari Warung Jambu sampai
dengan daerah Sukasari. Jalan Raya Pajajaran merupakan bagian penting pada
kawasan di sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor dan merupakan akses utama
menuju Kompleks Masjid Raya Bogor.
Jalan Raya Pajajaran memiliki lebar 14 m, masing-masing 6 m pada kedua
ruas jalan dan sekat pembatas berupa lahan terbuka hijau selebar 2 m. Kondisi
pencahayaan pada malam hari di sepanjang jalan ini dinilai masih rendah akibat
terdapat banyak lampu jalan yang tidak berfungsi karena rusak dan tertutupi oleh
kanopi pohon. Aktivitas kendaraan bermotor di jalan raya ini sangat ramai mulai
pukul 05.00 pagi sampai dengan pukul 22.00 WIB. Aktivitas akan meningkat
pada akhir pekan dan hari libur.
29
Gambar 14 Kondisi Jalan Raya Pajajaran
4.1.4.8.3 Markaz Islam Bogor
Di bagian ujung selatan Masjid Raya Bogor terdapat Markaz Islam Bogor
(Gambar 15) yang merupakan Pusat Pengembangan Islam Kota Bogor (PPIB).
Tempat ini digunakan sebagai tempat seminar ataupun diskusi Islam dan juga
dapat disewa sebagai tempat resepsi pernikahan pada lantai atas, sebutan gedung
ini sebelum bernama Markaz Islam Bogor adalah gedung PPIB, sedangkan pada
lantai dasar digunakan sebagai kantor. Kondisi fisik pada bagian belakang dan
samping Markaz Islam Bogor terasa kurang terawat dan kurang tertata rapi
sehingga diperlukan penataan lanskapnya.
Gedung Markaz Islam Bogor Sisi utara Markaz Islam Bogor
Gambar 15 Kondisi Markaz Islam Bogor
4.1.5 Kualitas Lingkungan
Kualitas lingkungan di seluruh kawasan Masjid Raya Bogor perlu
dianalisis untuk menjadi pertimbangan teknis dalam perancangan terutama dalam
usaha peningkatan kenyamanan, keamanan, dan kualitas estetika bagi pengunjung.
30
Kualitas lingkungan ini dibagi menjadi lima aspek, yaitu kualitas visual, kualitas
udara, kualitas suara, kualitas keamanan, kualitas penerangan, dan kualitas iklim
mikro.
4.1.5.1 Kualitas Visual
Secara umum kualitas visual dapat dikategorikan menjadi kualitas visual
yang baik (good view) dan kualitas visual yang buruk (bad view). Di daerah
sekitar Masjid Raya Bogor terdapat lokasi dengan view yang baik, tetapi banyak
juga ditemukan kualitas visual yang buruk yang disebabkan oleh penyalahgunaan
lahan dan penempatan infrastruktur yang tidak tepat guna. Kualitas visual yang
baik dapat dilihat dari koridor masjid ke arah barat, yang memungkinkan
pengunjung dapat mengakses view Gunung Salak (Gambar 16). Meskipun
demikian jika pengunjung mengarahkan pandangannya ke bagian barat, kualitas
visual yang berupa atap rumah di sebelah batas halaman belakang masjid ini
tergolong jelek.
Gambar 16 View Gunung Salak
Sebagian besar penyalahgunaan lahan berakibat pada kualitas visual yang
buruk (bad view) di bagian timur dan utara (Gambar 17). Penyalahgunaan lahan
oleh pedagang kaki lima yang berjualan di atas pedestrian sekitar Kompleks
Masjid Raya Bogor berakibat pada terganggunya kualitas visual masjid dan
menutupi lanskap kompleks masjid sehingga kurang jelas terlihat dari jalan raya.
Selain itu, buruknya kualitas visual pada bagian timur dan utara masjid diperparah
31
juga oleh sampah yang kerap berserakan dan saluran drainase terbuka yang kotor
akibat aktivitas pedagang kaki lima, serta adanya tempat penitipan gerobak.
View Sebelah Timur Masjid View Sebelah Utara Masjid
Gambar 17 Bad View Akibat Pedagang Kaki Lima
Toilet Umum Penitipan Gerobak
Gambar 18 Bad View Akibat Penempatan Fasilitas yang Tidak Tepat
Selain penyalahgunaan lahan, penempatan fasilitas yang tidak tepat juga
berakibat pada rendahnya kualitas visual pada tapak (Gambar 18). Penempatan
toilet umum di depan halaman masjid menjadi salah satu penyebab rendahnya
kualitas visual. Gambar 19 menyajikan posisi kualitas visual yang baik dan yang
buruk di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor.
32
33
4.1.5.2 Kualitas Udara
Aspek kualitas lingkungan yang lain berupa kualitas udara. Kualitas udara
pada Kompleks Masjid Raya Bogor tidak terlalu baik. Hal ini disebabkan oleh
tingginya polusi kendaraan bermotor di jalan raya, terutama dari arah timur
masjid, sedangkan kualitas udara di bagian utara masjid cukup baik karena adanya
taman yang dipenuhi vegetasi.
4.1.5.3 Kualitas Suara
Aspek berikutnya adalah kualitas suara pada Kompleks Masjid Raya
Bogor. Di beberapa lokasi terutama lokasi yang padat kendaraan, kualitas
suaranya sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya bising dari mesin
kendaraan dan suara klakson mobil yang hampir terdengar setiap saat. Sumber
kebisingan berupa bunyi kalkson berasal dari sebelah timur kompleks masjid,
terutama di persimpangan jalan Pajajaran dan jalan Sambu karena sering terjadi
kemacetan angkot yang transit.
Kualitas suara yang baik dapat dinikmati di bagian barat masjid sekitar
koridor dan bagian utara masjid karena adanya vegetasi tempat tinggal satwa,
seperti burung gereja dan beberapa jenis serangga. Selain vegetasi atap masjid
juga menjadi sarang bagi burung gereja. Kualitas suara yang baik adalah potensi
pada tapak yang perlu dipertahankan, dan ditingkatkan.
4.1.5.4 Kualitas Keamanan
Keamanan di lingkungan kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor
memiliki kualitas yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pedagang kaki lima
yang sukar dikontrol di sepanjang pedestrian yang menyebabkan penyempitan
jalan bagi pejalan kaki. Di samping itu, di samping pedestrian terdapat saluran
drainase terbuka yang dapat membahayakan terutama pada malam hari karena
kurangnya pencahayaan. Tidak adanya jembatan penyeberangan dengan lalu lintas
yang padat juga dinilai dapat membahayakan pejalan kaki yang menyeberang di
sekitar kawasan Kompleks Masjid Raya Bogor. Bahkan, kerusakan pada lantai
pedestrian pun berpotensi membahayakan pejalan kaki di atasnya, terutama di
malam hari.
34
4.1.5.4 Kualitas Penerangan
Kualitas penerangan berhubungan langsung dengan kualitas visual dan
kualitas keamanan pada malam hari. Berdasarkan Gambar 20 dapat dilihat bahwa
secara umum kualitas penerangan pada Kompleks Masjid Raya Bogor masih
rendah karena fasilitas penerangan di dalam kompleks masjid dirasa sangat
kurang secara keseluruhan, terutama di area taman masjid, bagian timur masjid,
dan bagian belakang gedung Markaz Islam Bogor.
Plaza Masjid Gedung BAZ
Taman Masjid
Gambar 20 Kondisi Penerangan di Dalam Kompleks Masjid
Selain kualitas penerangan di dalam kompleks masjid yang rendah,
penerangan di luar kompleks masjid (Gambar 21) juga dinilai masih rendah
karena banyaknya lampu jalan di sepanjang Jalan Pajajaran yang tidak berfungsi
dan tertutupi oleh kanopi pohon. Selain itu, di sepanjang pedestrian juga tidak
terdapat fasilitas penerangan. Penerangan hanya berasal dari lampu kendaraan dan
lampu yang disediakan oleh pedagang kaki lima.
35
Jalan Raya Pajajaran Pedestrian
Gambar 21 Kualitas Penerangan Malam di Kawasan Sekitar Kompleks Masjid
Raya Bogor
4.1.5.5 Kualitas Iklim Mikro
Aspek kualitas lingkungan yang lain adalah kualitas iklim mikro. Iklim
mikro di Kompleks Masjid Raya Bogor berkaitan dengan kenyamanan bagi
pengunjung dalam melakukan aktivitas. Keadaan hawa dan cuaca yang dingin
dapat mengakibatkan manusia kedinginan, bahkan sakit. Sebaliknya, iklim yang
panas juga mengakibatkan gangguan keseimbangan termal dalam tubuh manusia.
Beberapa lokasi pada tapak memiliki kualitas kenyamanan yang rendah
karena kurangnya vegetasi, terutama vegetasi pohon peneduh. Kualitas
lingkungan pada tapak dapat menjadi potensi sekaligus kendala pada tapak.
Kondisi lingkungan yang baik dapat menjadi potensi yang dapat memberikan
kenyamanan, keamanan, dan rasa keindahan pada pengunjung. Kondisi
lingkungan tapak yang buruk dapat mengurangi tiga komponen tersebut. Sebagai
akibatnya, aktivitas pengunjung menjadi terganggu sehingga perlu dicari
solusinya.
Kualitas iklim mikro yang buruk terdapat di sekitar plaza karena sama
sekali tidak terdapat vegetasi dan tidak ternaungi sehingga terik matahari langsung
terasa pada siang hari. Meskipun demikian, kualitas iklim mikro yang baik dapat
dirasakan di seputar taman di sebelah utara masjid. Hal ini terjadi karena adanya
tanaman peneduh vegetasi lainnya sehingga udara di tempat ini terasa cukup
sejuk.
36
4.1.6 Tata Hijau
Tata hijau (Gambar 22) pada Kompleks Masjid Raya Bogor masih dirasa
kurang karena sebagian besar lanskapnya berupa perkerasan, lahan terbuka hijau
yang tersedia hanya 23,37 persen dan terpusat di utara masjid. Usaha
pemeliharaan tata hijau pada kawasan ini juga kurang karena penataannya tidak
teratur.
37
Penataan tata hijau pada jalan raya di kawasan sekitar Kompleks Masjid
Raya Bogor sudah cukup baik, terutama yang terletak di tengah jalan Pajajaran
yang menjadi pemisah kedua ruas jalur. Namun, jarak tanam pohon masih belum
teratur dan konsisten. Rata-rata pohon besar ditanam dengan jarak tanam 5 m, ini
dinilai terlalu rapat karena kanopi pohon menutupi lampu jalan yang berakibat
terganggunya penerangan malam hari.
Jenis tanaman yang ditanam di Kompleks Masjid Raya Bogor adalah
beringin (Ficus benyamina), pinus (Pinus mercusii), kayu manis (Cinamomun
iners), jambu laut (Eugenia grandis), salam (Eugenia polyantha), kubis pohon
(Andira inermis), mahoni (Sweitenia mahagoni), teh-tehan (Acalypha
macrophylla), palem ekor tupai (Arundinaria pumila), jakaranda (Jacaranda
acutifolia), tanjung (Mimusops elengi), dan kersen (Prunus cerasus). Jenis pohon
yang ditanam di sekitar jalan raya adalah gamal (Gliricidia sepium), kubis pohon
(Andira inermis), dan angsana (Pterocarpus indicus).
4.1.7 Karakter Arsitektur
Karakter bangunan Islam pada Kompleks Masjid Raya Bogor baru terlihat
pada bagian plaza, koridor, dan gedung BAZ Kota Bogor, tetapi masih belum
terlihat secara utuh dari bangunan masjidnya sendiri. Namun, pemerintah Kota
Bogor berencana untuk merenovasi bangunan masjid sesuai dengan karakter
arsitektur Islam.
Kompleks Masjid Raya Bogor merupakan kawasan yang perlu
memunculkan karakter Islam karena nilai ruangnya sebagai pusat kegiatan
keislaman di Kota Bogor. Karakter Islam ini dapat dimunculkan dengan mencari
karakter khusus pada bangunan Islam.
Karakter bangunan Islam menonjolkan facade bangunan yang
mewah`dengan menggunakan pilar-pilar, bukaan arch, dan atap berbentuk dome.
Facade bangunan Islam banyak didekorasi dengan berbagai macam pola
geometris sebagai simbol keseimbangan, unity, serta tauhid. Dekorasi juga dapat
berupa kaligrafi tulisan Arab yang merupakan modifikasi tulisan Allah, Nabi
Muhammad Saw, ataupun ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, terdapat karakter kuat
pada bangunan dan lanskap pada arsitektur Islam, yaitu penggunaan pola
geometris dan atap berupa dome.
38
4.1.8 Data Sosial
Data sosial diperlukan untuk mengetahui permintaan (demand), keinginan,
aktivitas, dan persep+si pengunjung agar sesuai dengan usaha perancangan dan
penyediaan suplai elemen lanskap dan bangunan. Selain itu, juga bermanfaat
untuk mengetahui dan menentukan jenis dan elemen lanskap yang diperlukan
untuk mengakomodasi keperluan pengunjung. Data sosial pengunjung yang
diperlukan, antara lain, mengenai aktivitas pengunjung, jenis penggunaan tapak,
serta karakteristik dan intensitas pengunjung.
Berdasarkan survei yang dilakukan, aktivitas pengunjung di Kompleks
Masjid Raya Bogor ramai pada sore hari mulai pukul 15.30 (waktu Ashar) dan
terus meningkat sampai pukul 18.30 WIB (waktu Maghrib). Intensitas terbanyak
pengunjung terjadi pada waktu salat Maghrib karena bertepatan dengan jam
pulang kantor. Intensitas pengunjung paling ramai terjadi pada hari Jumat mulai
pukul 09.00 pagi sampai dengan pukul 12.30 WIB. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya pengunjung yang menunggu waktu salat Jumat dan adanya aktivitas
pasar kaget sejak pagi hari sampai dengan selesainya salat Jumat. Meskipun
demikian, di luar jam yang telah disebutkan, aktivitas pengunjung selalu ada
setiap saat mulai dari waktu subuh sampai dengan malam hari pukul 22.00 WIB.
Pengunjung berasal dari berbagai golongan umur dan kalangan mulai dari anak-
anak, siswa SMP, SMA, mahasiswa, pekerja, warga sekitar, pengunjung dari luar
kota, pegawai negeri sipil (PNS), dan pedagang.
Kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan selalu diadakan oleh Dewan
Keluarga Masjid (DKM) yang mampu menarik pengunjung, antara lain pengajian
yang dilakukan setiap sore mulai pukul 17.00 WIB sampai datangnya waktu salat
Maghrib; buka puasa bersama yang rutin dilakukan setiap hari Senin dan Kamis,
serta sebulan penuh pada bulan Ramadhan; kegiatan tabligh akbar pada peringatan
hari besar Islam. Selain kegiatan keagamaan, di Kompleks Masjid Raya Bogor
juga sering diadakan acara sosial yang menarik banyak pengunjung seperti bazar,
pemeriksaan kesehatan gratis, dan pembagian sembako gratis.
Zona inti Masjid Raya Bogor adalah bangunan masjid yang digunakan
sebagai tempat ibadah umat Islam sehingga aktivitas dan tujuan utama
pengunjung adalah untuk beribadah terutama ibadah salat. Akan tetapi, di luar
39
waktu salat bangunan masjid digunakan untuk aktivitas dakwah, seperti pengajian
dan kegiatan keagamaan lain, yang disiarkan langsung melalui stasiun Wadi Fm.
Selain di dalam masjid, aktivitas pengunjung juga terlihat di pelataran
masjid yang digunakan untuk beristirahat sambil duduk dan ada juga yang sambil
berbaring. Aktivitas terbanyak selain di dalam masjid juga terlihat di sepanjang
koridor masjid, yaitu bersosialisasi atau sekedar menikmati view Gunung Salak.
Aktivitas pengunjung sangat minim di daerah pelataran plaza karena
tempat ini tidak memiliki fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan
pengunjung. Perkerasan yang masif di pelataran plaza menimbulkan rasa
kepanasan bagi penggunanya, khususnya bagi jamaah jumat yang tidak
mendapatkan tempat di dalam masjid. Aktivitas hanya terlihat di pinggir plaza
pada sore hari, yaitu kegiatan duduk-duduk saja dan sesekali ada juga yang
berjalan melewati plaza. Dengan demikian, diperlukan adanya fasilitas yang
mampu mengakomodasi kegiatan pengunjung.
Pada area taman masjid hanya ada aktivitas dari murid TK Ibnu Hajar di
daerah halaman TK dan children playgroud. Aktivitas tersebut hanya pada waktu
jam sekolah sejak pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB, sedangkan di
luar waktu jam sekolah fasilitas taman tidak digunakan pengunjung, kecuali hanya
digunakan sebagai jalur memotong menuju permukiman oleh masyarakat
setempat dengan berjalan kaki.
Aktivitas di luar kompleks masjid, antara lain, di Jalan Raya Pajajaran,
hanya berupa lalu lintas kendaraan bermotor dan kegiatan orang menyeberang
jalan melalui zebra cross. Akan tetapi, aktivitas melalui zebra cross dinilai masih
belum efektif karena volume kendaraan yang tinggi dapat membahayakan bagi
penyeberang jalan. Kondisi sirkulasi kendaraan dan manusia dapat dilihat pada
Gambar 23.
Aktivitas di sepanjang jalur pedestrian didominasi oleh aktivitas pedagang
kaki lima. Aktivitas pedagang kaki lima ini dinilai sangat mengganggu pejalan
kaki karena sebagian besar jalur ini digunakan untuk berjualan dan hanya
menyisakan sedikit ruang bagi pejalan kaki. Aktivitas pedagang kaki lima akan
meningkat pada hari Jumat dengan adanya pasar kaget pada pukul 09.00 sampai
pukul 12.00 WIB.
40
41
4.2 Sintesis
Sintesis adalah salah satu tahapan dalam perancangan. Pada tahapan ini
dilakukan pencarian alternatif-alternatif dari solusi permasalahan atau
pemanfaatan potensi yang telah dikemukakan pada tahap inventarisasi dan analisis
tapak. Alternatif solusi tersebut dipilih yang paling sesuai untuk diterapkan
berdasarkan pertimbangan semua data tapak yang ada sehingga, rencana
pengembangan kawasan dan penerapan teknologi terbaik dapat dilaksanakan.
Secara ringkas, hasil sintesis yang diuraikan berikut ini disajikan dalam Lampiran
2. Penyajiannya sesuai dengan butir-butir analisis dari setiap objek pada tapak
yang dipelajari.
4.2.1 Aksesibilitas Tapak
Aksesibilitas menuju kawasan yang mudah dan strategis merupakan
potensi besarnya jumlah pengunjung yang datang di Kompleks Masjid Raya
Bogor. Oleh sebab itu, perancangan Kompleks Masjid Raya Bogor ini perlu
mempertimbangkan jumlah dan intensitas pengunjung, serta fasilitas yang
diperlukan untuk mengakomodasi keperluan pengunjung. Hal ini diperlukan untuk
memaksimalkan fungsi dari fasilitas yang telah tersedia dan menghindari
penyalahgunaan ruang.
4.2.2 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di Kompleks Masjid Raya Bogor berbeda-beda. Sebagian
besar merupakan perkerasan berupa struktur bangunan dan hanya sebagian kecil
berupa lahan terbuka hijau. Tata guna lahan yang didominasi oleh perkerasan
menyebabkan kawasan ini terasa panas pada siang hari dan berkesan masif.
Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan suatu bentuk rancangan yang
dapat memperlunak kemasifan dari struktur bangunan dan bersinergi dengan
konsep arsitektur Islam. Penempatan roof garden merupakan instrumen yang tepat
dan efektif untuk memperlunak suasana yang masif pada struktur bangunan
karena menambah lahan hijau pada Kompleks Masjid Raya Bogor tanpa harus
memperluas wilayah untuk lahan terbuka hijau.
42
4.2.3 Iklim
Iklim di Kompleks Masjid Raya Bogor termasuk dalam iklim tropis yang
memiliki suhu, curah hujan, dan kelembaban yang relatif tinggi. Hal ini
menyebabkan perlunya pertimbangan terhadap pemilihan bahan elemen lanskap
dan material dalam proses perancangan agar dapat mendukung kenyamanan dan
keamanan pengunjung dalam beraktivitas.
Elemen lanskap ini terdiri dari elemen soft material dan hard material.
Pemilihan bahan elemen tersebut dapat ditentukan dari warna, tekstur, bobot
material, dan daya tahannya dari elemen hard material serta bentuk morfologi,
fungsi, bobot, dan bentuk arsitektural dari soft material.
Kendala yang disebabkan oleh komponen iklim pada tapak berasal dari
komponen curah hujan yang tinggi di Kota Bogor dan kelembaban yang tinggi di
daerah tropis pada umumnya. Hal ini dapat mempercepat penurunan kualitas
material bangunan, tetapi dapat diatasi dengan pembuatan saluran drainase yang
baik, penggunaan paving dengan daya infiltrasi yang tinggi, serta pemilihan
vegetasi yang mampu menahan curah hujan, antara lain, tanaman berkanopi yang
dapat mengurangi air hujan yang jatuh sebanyak 20 persen, yaitu tanaman conifer.
Dalam mengatasi tingginya curah hujan, selain pemilihan elemen yang
yang tepat, juga diperlukan penerapan teknologi yang tepat guna demi terciptanya
kualitas tapak yang estetis dan fungsional.
Komponen iklim mikro yang menjadi kendala lainnya adalah suhu udara.
Secara umum tapak memiliki suhu udara yang tidak terlalu panas. Berdasarkan
pengamatan suhu udara rata rata pada tapak adalah 25,30 pada siang hari dan 23,8
0
pada malam hari, suhu udara akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya ruang terbuka hijau akibat pembangunan.
Suhu udara yang tinggi terjadi pada bulan-bulan tertentu saja. Namun,
tetap diperlukan penanganan terhadap tingginya temperatur terutama pada area
plaza masjid, agar kenyaman pengunjung tetap terjamin. Usaha untuk
mengendalikan suhu , antara lain, dengan menempatkan vegetasi peneduh dengan
kriteria vegetasi bertajuk lebar, pemilihan bahan dan warna yang mampu
menyerap panas, serta metode pemasangan struktur perkerasan harus
memperhatikan sistem drainase dan aerasi.
43
Potensi iklim yang harus dimaksimalkan pada tapak adalah potensi
pergerakan angin. Standar kenyamanan ruang luar, misalnya pada tempat duduk-
duduk, kecepatan angin tidak lebih dari 14 km/jam. Keadaan ideal bagi
kenyamanan manusia adalah udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa
angin kencang. Kondisi angin sepoi-sepoi yang nyaman berkisar antara 1,0-6
km/jam. Kecepatan angin rata-rata di daerah Baranangsiang adalah 2,2 knot dan
masih termasuk kondisi sepoi-sepoi.
Posisi bangunan masjid tegak lurus terhadap arah pergerakan angin dan
lintasan matahari merupakan keuntungan bagi pencahayaan siang hari dan aliran
udara yang baik. Pengaruh angin dan lintasan matahari terhadap bangunan dapat
dimanfaatkan dengan gedung yang dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup
diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Udara yang bergerak
menghasilkan penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi
proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia. Dengan demikian,
angin juga dapat digunakan untuk mengatur udara di dalam ruangan.
4.2.4 Kondisi Fisik dan Land Use Kawasan Masjid Raya Bogor
Kompleks Masjid Raya Bogor berlokasi di kawasan yang cukup padat
kendaraan dan lalu lalang orang. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam
kegiatan beribadah. Selain sebagai tempat beribadah, kawasan ini digunakan
sebagai pusat kegiatan keislaman dan tempat transit untuk beristirahat.
Pemerintah Kota Bogor menetapkan kawasan di sekitar Kompleks Masjid
Raya Bogor sebagai pusat kegiatan keislaman di Kota Bogor. Hal ini perlu
ditunjang oleh desain fasilitas dan karakter bangunan yang mendukung identitas
tapak (identity by design) pada kawasan ini sebagai pusat kegiatan keislaman di
Kota Bogor.
4.2.4.1 Bangunan Masjid Utama
Bangunan masjid utama merupakan zona inti pada kawasan ini. Bangunan
ini perlu direnovasi karena pada beberapa tempat sudah mengalami penurunan
kualitas material bangunan dan juga kerusakan, sebagai contoh, pilar pada masjid
sebelah timur banyak yang retak, yang pada beberapa tempat kerusakannya cukup
parah. Selain itu, bagian langit-langit masjid kualitasnya sudah kurang baik.
44
Kerusakan dan penurunan kualitas bangunan berakibat pada penurunan nilai
estetika dan tingkat keamanan pengunjung.
Penempatan kubah pada atap masjid dapat dijadikan ciri arsitektur Islam
dan sebagai identitas bangunan masjid. Pemerintah Kota Bogor telah
merencanakan renovasi bangunan Masjid Raya Bogor untuk periode mendatang
dan menunjuk PT Wastu Graha Kencana sebagai konsultan pelaksananya.
Dalam rencana desain yang telah dibuat, luas area bangunan untuk masjid
tidak berubah, yaitu seluas 1383 m2, dibuat dengan dua lantai, dan beratap beton.
Pada bagian atap beton terdapat ruang seluas 332,67 m2
pada atap lantai satu dan
ruang seluas 590,74 m2
pada atap lantai dua yang dapat dimanfaatkan sebagai
ruang untuk roof garden untuk menambah fungsi ekologi dan estetika dari
bangunan dengan mempertimbangkan beban struktural dan pemilihan tanaman
yang tepat.
4.2.4.2 Plaza Masjid
Konstruksi pada plaza dinilai belum optimal, hal ini terlihat dengan adanya
genangan air hujan pada beberapa titik plaza sesaat setelah hujan karena air tidak
langsung hilang, hal sebagai indikasi sistem drainase yang kurang maksimal yang
menyangkut kemiringan dan saluran drainase pada plaza.
Selain permasalahan sistem drainase, pengendalian suhu pada plaza juga
dirasakan cukup diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dan
mempertahankan keawetan material keramik pada plaza, mengingat kondisi plaza
yang terbuka dengan menerima radiasi panas matahari langsung terutama pada
musim kemarau.
Di sekitar plaza pada Kompleks Masjid Raya Bogor perlu ditambah
dengan elemen soft material berupa vegetasi peneduh untuk melunakan kesan
masif dan monoton, selain itu berfungsi untuk mengurangi radiasi panas matahari
yang mampu meningkatkan kenyamanan pengunjung dan menhindari kerusakan
material keramik akibat panas matahari. Rusaknya material keramik akibat radiasi
panas matahari bisa berdampak pada penurunan kualitas warna keramik, dan
mampu menyebabkan keramik retak atau pecah dalam jangka waktu tertentu hal
ini diakibatkan panas matahari membuat partikel keramik memuai, sehingga
saling menekan satu sama lainnya, oleh karena itu pada konstruksi plaza
diperlukan ruang untuk memfasilitasi pemuain partikel keramik.
45
4.2.4.3 Koridor Masjid
Atap pada bagian koridor masjid seluas 154,6 m2 dapat dimanfaatkan
sebagai atap bertanaman untuk menambah kualitas visual dan fungsi ekologi.
Ditinjau dari segi arsitekturnya, bagian koridor sudah sesuai dengan konsep
arsitektur Islam dengan ciri penggunaan pilar dan corak motif atap yang geometris
sehingga perlu dipertahankan.
4.2.4.4 Kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor
Atap pada gedung BAZ seluas 143 m2 yang berupa atap beton datar dapat
dimanfaatkan sebagai roof garden untuk fungsi ekoarsitektur dan menambah
fungsi estetika dengan menggunakan tanaman semak berbunga. Bangunan ini
sudah sesuai dengan konsep arsitektur Islam karena menggunakan pilar, corak
motif atap yang geometris, dan bentuk bangunannya yang menyerupai menara
adzan dimana terdapat kubah di atasnya. Gedung BAZ memperkuat identitas
kawasan Islami sehingga perlu untuk dipertahankan.
4.2.4.5 Area Ground floor
Penempatan tempat wudhu dan kamar kecil pada area ini dinilai sudah
tepat karena lokasinya tertutup dan cukup luas sehingga tidak menyebabkan
antrian orang untuk berwudhu. Luas area pada tempat parkir dirasa masih kurang
besar karena hanya mampu menampung paling banyak 13 unit mobil sehingga
tidak mampu mengakomodasi kebutuhan parkir kendaraan pada hari Jumat sebab
pada hari Jumat terjadi lonjakan pengunjung yang ingin melaksanakan solat
Jumat. Solusinya harus ada penambahan area parkir pada kawasan masjid dan
penambahan jalur untuk memisahkan jalur masuk dan keluar kendaraan.
4.2.4.6 Taman dan Taman Kanak-Kanak (TK Ibnu Hajar)
Dalam rencana pengembangan Kompleks Masjid Raya Bogor oleh
Pemerintah Kota Bogor, penempatan taman di belakang masjid akan dihilangkan
menjadi jalur sirkulasi kendaraan keluar tapak. Dengan adanya jalur sirkulasi
berupa perkerasan, di kawasan masjid diperlukan fasilitas pengganti taman
sebagai area rekreasi dan penyedia vegetasi untuk menyamankan iklim mikro
pada Kompleks Masjid Raya Bogor.
46
Pada dasarnya penempatan taman di belakang masjid memang dirasa
kurang tepat karena posisisnya yang tersembunyi sehingga kualitas keamanan
taman juga rendah. Solusi untuk relokasi taman yang terbaik adalah
menempatkannya di depan masjid yang strategis sebagai area rekreasi. Dalam hal
ini area plaza merupakan lokasi yang tepat digunakan sebagai taman.
TK Ibnu Hajar yang berada di bawah mesjid sebaiknya direlokasi di
tempat lain yang lebih terbuka. Hal ini disebabkan pada lokasi yang ada saat ini,
bangunan TK tersebut terdapat di bawah bangunan masjid, cukup lembab, dan
kurang fentilasi udara sehingga dinilai kurang baik bagi kenyamanan dan
kesehatan. Namun, dengan kondisi vegetasi yang tumbuh pada saat ini, jika
lahannya tidak terpakai untuk jalan keluar kendaraan dari tempat parkir bawah
tanah, taman bermain TK Ibnu Hajar dapat didesain berisikan jenis-jenis
permainan asli Indonesia. Oleh karena itu, konsep taman bermain tempat ini dapat
dibangun di lahan relokasi.
4.2.4.7 Welcome Area
Selain relokasi taman masjid dalam rencana pengembangan Kompleks
Masjid Raya Bogor oleh Pemerintah Kota Bogor juga akan memperbaiki zonasi
tapak yang ada saat ini, yaitu akan menghilangkan fasilitas toilet umum pada area
welcome area menjadi tempat parkir mengingat masih kurangnya fasilitas untuk
tempat parkir saat ini. Kebijakan untuk menghilangkan toilet umum pada zona
welcome area dinilai sudah tepat karena penempatan toilet umum pada lokasi ini
menyebabkan penurunan kualitas visual tapak dan nilai kepantasan.
Dengan adanya fasilitas tempat parkir di masa datang, diperlukan adanya
vegetasi peneduh pada area parkir untuk menaungi kendaraan dari terik matahari.
Gapura yang ada pada welcome area saat ini tidak berada pada posisi yang tepat
karena letaknya tidak pada pintu masuk sirkulasi kendaraan. Oleh sebab itu,
sebaiknya posisi gapura diperlebar sampai dengan jalur pintu masuk utama.
4.2.4.8 Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung
Selain pada kompleks masjid, pemecahan masalah dan solusi juga
diperlukan pada infrastruktur dan fasilitas pendukung pada kawasan di sekitar
Kompleks Masjid Raya Bogor. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik dan
desainnya yang akan mempengaruhi kualitas desain rancangan yang akan dibuat.
47
4.2.4.8.1 Pedestrian
Aktivitas pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian di kawasan sekitar
Kompleks Masjid Raya Bogor menjadi permasalahan utama yang perlu dicarikan
solusinya. Aktivitas pedagang kaki lima ini berakibat pada penyempitan jalur
pedestrian yang mengganggu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dan juga
mengakibatkan penurunan kualitas visual kawasan masjid karena menyebabkan
kawasan ini terlihat kotor. Oleh karena itu, diperlukan penertiban pedagang kaki
lima dengan merelokasi kegiatan mereka ke tempat lain.
Permasalahan lain pada jalur pedestrian ini adalah paving pada pedestrian
banyak yang sudah mengalami kerusakan akibat kegiatan pedagang kaki lima dan
sistem infiltrasi air yang kurang lancar pada tapak yang mengakibatkan penurunan
kualitas paving. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan perbaikan dan
sistem pemasangan paving dengan daya infiltrasi yang tinggi, dengan pemilihan
bahan yang tepat dan memperbaiki sistem drainasenya.
Saluran drainase terbuka pada sisi barat pedestrian perlu ditutup bagian
permukaannya tanpa mengganggu fungsinya karena saluran drainase terbuka
dapat mengganggu keamanan pejalan kaki. Standar untuk lebar pedestrian ini
sebaiknya mengikuti keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993
yang menyebutkan persyaratan ukuran lebar trotoar atau jalur pedestrian
berdasarkan lokasi (Tabel 3).
Tabel 3 Persyaratan Ukuran Lebar Trotoar atau Jalur Pedestrian Berdasarkan
Lokasi
Lokasi Trotoar Lebar Trotoar Minimum
Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima 4 meter
Daerah perkantoran utama 3 meter
Daerah Industri :
Jalan primer 3 meter
Jalan akses 4 meter
Di wilayah pemukiman
Jalan primer 2,75 meter
Jalan sekunder 2 meter
Sumber: Menteri Perhubungan (1993)
48
4.2.4.8.2 Jalan Raya Pajajaran
Fungsi Jalan Raya Pajajaran sebagai jalan arteri dengan lalu lintas yang
padat belum diimbangi dengan fasilitas yang memadai, terutama fasilitas
keamanan bagi pejalan kaki yang berlalu lalang menyeberang keluar masuk
Kompleks Masjid Raya Bogor. Fasilitas zebra cross yang tersedia belum cukup
memberikan jaminan keamanan bagi penyeberang jalan karena posisi zebra cross
tidak pada jarak pandang yang cukup bagi pengendara, ditambah pula dengan
tidak adanya rambu lalu-lintas sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya
kecelakaan.
Penempatan Zebra cross harus ditempatkan di lokasi dengan arus lalu
lintas, kecepatan lalu lintas, dan arus pejalan kaki yang relatif rendah agar tidak
mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan bermotor. Alternatif lain untuk
penyeberangan jalan adalah dengan menyediakan jembatan penyeberangan bagi
pejalan kaki karena lebih aman bagi pejalan kaki tersebut.
4.2.4.8.3 Markaz Islam Bogor
Kurang termanfaatkannya lahan di bagian samping dan belakang gedung
ini dinilai perlu diatasi dengan penataan lanskapnya, terutama penempatan
vegetasi untuk mengisi kekosongan lahan. Penataan lanskap tersebut akan
meningkatkan nilai estetika dan kenyamanan.
4.2.5 Kualitas Lingkungan
Kualitas lingkungan tapak yang tinggi dapat menjadi potensi untuk
kegiatan pengunjung. Akan tetapi, beberapa kualitas lingkungan yang buruk perlu
dicarikan solusi dan alternatifnya untuk menunjang aktivitas pengunjung,
terutama dalam beribadah dan rekreasi, agar identitas tapak tampak sebagai pusat
kegiatan keislaman di Kota Bogor.
4.2.5.1 Kualitas Visual
Koridor masjid memiliki potensi pemandangan yang baik (good view).
Pemandangan Gunung Salak jelas terlihat dari area ini sehingga berakibat pada
tingginya aktivitas pengujung. Namun, tingginya aktivitas pengunjung yang
duduk-duduk dapat mengganggu fungsi awal dari koridor itu sendiri, yaitu sebagai
jalur sirkulasi manusia yang berlalu-lalang dari area ground floor ke masjid atau
49
sebaliknya. Solusinya adalah harus disediakan fasilitas lain yang mampu
memecah distribusi kegiatan pengunjung di area ini, yaitu dengan memberikan
fasilitas tempat duduk pada area plaza. Upaya ini diharapkan mampu
mengakomodasi kegiatan pengunjung untuk menikmati pemandangan Gunung
Salak sebagai bentuk rekreasi tanpa mengganggu sirkulasi manusia di area
koridor.
Kualitas visual yang buruk (bad view) pada tapak terlihat di bagian barat
dan utara akibat adanya aktivitas pedagang kaki lima. Untuk mengatasi bad view
di sebelah barat dan utara Kompleks Masjid Raya dinilai perlu adanya tindakan
penertiban pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian pada kawasan ini dan perlu
merelokasi tempat penitipan gerobak ke tempat lain. Selain tindakan penertiban
dan relokasi gerobak pedagang kaki lima, juga diperlukan penataan lanskap
kompleks masjid dengan menempatkan tanaman dengan fungsi screening untuk
menutup view di sebelah barat Kompleks Masjid Raya Bogor, terutama di lahan
bagian barat plaza.
Permasalahan bad view tidak hanya diakibatkan oleh aktivitas pedagang
kaki lima, tetapi juga diakibatkan oleh penempatan fasilitas toilet yang tidak
sesuai. Rencana Pemerintah Kota Bogor untuk menghilangkan toilet umum di
daerah dekat welcome area adalah keputusan yang tepat dan perlu didukung.
4.2.5.2 Kualitas Udara
Tingginya tingkat polusi udara di lingkungan perkotaan terutama di pusat
kota seperti daerah Baranangsiang, Kota Bogor, memerlukan adanya penataan dan
rekayasa tapak yang sesuai untuk meminimalkan dampak negatif dari tingginya
tingkat polusi tersebut.
Solusi untuk permasalahan kualitas yang buruk di Kompleks Masjid Raya
Bogor adalah dengan menempatkan vegetasi pada lanskapnya untuk menyerap
CO2. Akan tetapi, kawasan ini tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk lahan
terbuka hijau karena didominasi oleh perkerasan bangunan.
Selain dengan memaksimalkan lahan terbuka hijau yang tersedia,
kurangnya lahan terbuka hijau di kawasan ini dapat diatasi dengan penanaman
pada atap bangunan (green roof). Atap bertanaman dapat memperbaiki kualitas
udara secara langsung dengan cara menyaring dan mengikat partikel debu yang
berterbangan di udara dengan daun dan dahannya (Feriadi dan Frick, 2008).
50
Menurut US Environment Protection Agency (2006), 1 m2
atap bertanaman
rumput dapat mengikat 0,2 kg partikel udara per tahun. Berdasarkan penelitian di
Frankfurt, Jerman, kawasan perkotaan yang tidak ditanami vegetasi mempunyai
kadar polusi udara yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10.000 sampai 20.000 partikel
debu per liter udara, dibandingkan dengan kawasan yang mempunyai vegetasi,
yaitu hanya 3.000 partikel debu per liter udara meskipun di wilayah yang sama.
4.2.5.3 Kualitas Suara
Kompleks Masjid Raya Bogor memiliki kualitas suara yang sangat rendah.
Hal ini disebabkan oleh adanya suara bising dari mesin kendaraan dan suara
klakson kendaraan yang setiap saat terdengar karena letak kompleks masjid
berdekatan dengan jalan raya yang ramai. Guna mengatasi permasalahan tersebut,
diperlukan penanaman pohon yang mampu menyerap suara bising di sekitar
kompleks masjid dan sepanjang jalur jalan raya pada kawasan ini. Upaya
penanaman pohon untuk menyerap suara bising dirasakan masih belum cukup,
mengingat tingginya aktivitas di Jalan Raya Pajajaran dan sedikitnya ruang yang
tersedia di Kompleks Masjid Raya untuk lahan terbuka hijau.
Atap bertanaman (green roof) adalah instrumen yang tepat untuk
mengurangi kebisingan pada Kompleks Masjid Raya Bogor. Lapisan tanah
cenderung untuk meredam frekuensi rendah, sedangkan vegetasi mampu meredam
frekuensi yang tinggi. Walaupun demikian, kemampuan atap bertanaman
meredam kebisingan sangat dipengaruhi oleh kebocoran suara melalui lubang atap
seperti lubang skylight dan atrium.
4.2.5.4 Kualitas Keamanan
Kualitas keamanan di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor
terutama di Jalan Raya Pajajaran dan pedestrian, dinilai masih rendah khususnya
bagi pejalan kaki. Solusi bagi rendahnya kualitas keamanan di jalan raya sekitar
kawasan ini adalah dengan menempatkan jembatan penyeberangan bagi pejalan
kaki dan penempatan rambu lalu lintas. Adanya aktivitas pedagang kaki lima dan
drainase terbuka di sepanjang pedestrian juga berakibat pada rendahnya tingkat
keamanan tapak karena hanya menyisakan sedikit ruang bagi pejalan kaki. Oleh
karena itu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan menertibkan pedagang kaki
lima dan menutup permukaan saluran drainase tanpa menghilangkan fungsinya
51
sebagai saluran sirkulasi air. Selain itu, minimnya titik lampu juga berakibat pada
rendahnya kualitas keamanan pada malam hari sehingga diperlukan penambahan
fasilitas penerangan yang cukup di sekitar kawasan ini demi keamanan dan
kenyamanan pejalan kaki dan pengendara.
4.2.5.5 Kualitas Penerangan
Secara keseluruhan kualitas penerangan di Kompleks Masjid Raya Bogor
masih sangat rendah terutama di luar bangunan masjid. Hal ini dikarenakan
minimnya fasilitas penerangan yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan
penambahan dan perbaikan fasilitas penerangan lampu jalan di sepanjang jalan
raya dan jalur sirkulasi kendaraan serta penempatan lampu taman di area plaza
dan sepanjang pedestrian. Selain itu, untuk menambah estetika pada malam hari
(night view), bangunan masjid dan kantor BAZ juga perlu menggunakan lampu
sorot yang mengarah pada atap dan kubahnya.
4.2.5.6 Kualitas Iklim Mikro
Permasalahan iklim mikro di lingkungan perkotaan seperti halnya di
Kompleks Masjid Raya Bogor yang memiliki struktur bangunan dan perkerasan
yang mendominasi dan hanya sedikit ruang terbuka hijau berakibat pada
penurunan kenyamanan termal bagi pengunjung. Kondisi demikian dapat diatasi
dengan penempatan roof garden pada area plaza serta memanfaatkan ruang pada
atap beton sebagai lahan untuk vegetasi (green roof). Menurut Feriadi dan Frick
(2008), hasil penelitian di Jepang memperlihatkan adanya pengaruh positif dari
atap bertanaman terhadap bangunan melalui kemampuannya untuk memberikan
perlindungan dari panas matahari dan meningkatkan kualitas udara dari
lingkungan sekitarnya. Atap bertanaman dapat mengurangi panas akibat
pemantulan kembali (re-radiation) dan hanya sekitar 20 persen dari energi
matahari yang jatuh pada permukaan daun pepohonan yang akan dipantulkan
kembali.
Penghijauan pada atap bangunan tinggi dapat menciptakan keuntungan.
Keuntungan tersebut dapat diukur secara kuantitatif, seperti keuntungan finansial
yang diukur dengan uang, dan keuntungan kualitatif, seperti keuntungan dari
aspek lingkungan, sosial, dan estetika.
52
4.2.6 Tata Hijau
Perkerasan dan atap bangunan yang terdapat di Kompleks Masjid Raya
Bogor memiliki potensi digunakan sebagai area penanaman. Area yng berpotensi
untuk digunakan sebagai roff garden mencakup atap pada bangunan masjid, atap
koridor dan atap pada bangunan kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor.
Pada area plaza tidak diperlukan penambahan vegetasi mengingat fungsi
plaza sebagai perluasan area masjid jika terjadi lonjakan pengunjung pada saat
shalat jumat, hari besar Islam, maupun untuk kegiatan keislaman dan kegiatan
sosial diluar masjid. Namun demikian kenyamanan pengunjung di area plaza
harus tetap diperhatikan, dengan menempatkan pohon pelindung di area sekitar
plaza dirasa mampu meningkatkan kenyamanan pengunjung, mengingat fungsi
pohon pelindung dapat menghalau panas matahari secara langsung.
Di lokasi dengan tata hijau yang buruk, sebaiknya dilakukan revegetasi
untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Menurut Simonds (1983), secara
umum masing-masing tanaman yang digunakan harus mempunyai tujuan dan
seluruhnya dapat memberikan kontribusi fungsi dan nilai estetis bagi lanskap.
Dalam perancangan tata hijau ini, jenis vegetasi yang diperlukan adalah
vegetasi yang dapat memberikan keteduhan, vegetasi yang dapat menyerap polusi
udara dan suara, serta vegetasi dengan tinggi tertentu yang dapat mendukung
keamanan lingkungan, kenyamanan pengunjung beraktivitas, dan nilai estetika
yang kesemuanya dapat mendukung tema Islam yang ingin ditampilkan pada
Kompleks Masjid Raya Bogor. Penanaman vegetasi ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ruang pada atap dengan alasan sedikitnya ruang penanaman di
tanah untuk lahan terbuka hijau di Kompleks Masjid Raya Bogor dan
memanfaatkan lahan kosong yang tersedia secara optimal untuk penanaman.
Penanaman vegetasi pada atap selain untuk tujuan fungsi ekologi dan
estetika pada kompleks masjid, juga diperlukan untuk menambah ketahanan
struktur bangunan atap dari terpaan panas matahari dan air hujan. Dalam jangka
panjang keberadaan roof garden mampu menghemat biaya pendingin ruangan,
dan biaya perbaikan atap masjid.
53
4.2.7 Karakter Arsitektur
Secara umum karakter ruang dalam rencana pengembangan Kompleks
Masjid Raya Bogor sudah sesuai dengan tema arsitektur bangunan Islam. Akan
tetapi, saat ini terdapat ketidakserasian tema antara bangunan masjid utama
dengan fasilitas plaza, koridor, dan gedung BAZ Kota Bogor. Karakter bangunan
masjid merupakan bentuk akulturasi dari arsitektur bangunan pagoda dengan atap
bertingkat.
Guna menyesuaikan tema ruang, diperlukan rekonstruksi bangunan masjid
dengan konsep arsitektur Islam serta penempatan kubah pada atapnya sebagai
bagian identitas bangunan Islam.
Solusi untuk kesesuian arsitektur bangunan ada pada rencana
pembangunan masjid selanjutnya. Pada bangunan masjid akan terjadi perubahan
bentuk arsitektur secara keseluruhan, bentukan masjid akan dibuat dengan konsep
bangunan Asia barat dengan pola hypostyle, yaitu pola bangunan dengan
dikelilingi serambi beratap yang ditopang dengan deretan tiang. Arsitektur
bangunan akan menyatu dengan plaza, pada arsitektur Islam keberadaan plaza
atau pelataran terbuka merupakan salah satu ciri dari bangunan Islam yang disebut
shahn.
Secara keseluruhan arsitektur bangunan masjid, koridor, plaza, dan gedung
Badan Amil Zakat (BAZ) pada rencana pembangunan selanjutnya akan
mengadopsi karakter arsitektur asli asia barat yang dikenal dengan gaya
arabesque. Gaya arsitektur arabesque adalah gaya bangunan masjid yang paling
familiar dan disukai dunia muslim sejak zaman Nabi Muhammad sampai dengan
saat ini.
Karakter arsitektur Islam harus didukung dengan penataan lanskap atau
taman yang sesuai antara kebutuhan estetika masjid dan kebutuhan ekologis untuk
kenyamanan pengunjung dengan pemilihan tanaman yang tepat, dan penambahan
elemen pendukung ekoarsitektur seperti roof garden akan mampu memperkuat
identitas lanskap yang asri dan islami pada kompleks Masjid Raya Bogor.
54
4.3 Konsep Perancangan
Bab ini akan membahas mengenai konsep yang digunakan dalam
perancangan. Konsep rancangan berbasis ekoarsitektur merupakan konsep dasar
mengenai jenis, fungsi, desain, dan tema pada kawasan ini. Konsep desain
ekoarsitektur ini mendasari konsep umum perancangan. Konsep umum
perancangan merupakan dasar pengembangan bentuk arsitektural elemen lanskap
yang mencakup bentuk bangunan serta dekorasi elemen lanskap yang dirancang.
Konsep umum perancangan ini dijabarkan lagi dalam konsep ekoarsitektur,
arsitektur masjid, pedestrian walk, tata hijau, irigasi, tempat parkir, penerangan
malam, dan program informasi.
4.3.1 Konsep Ekoarsitektur
Dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat mengenai perlunya
menjaga kelestarian alam agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari,
desain bangunan dengan konsep ekoarsitektur telah menjadi sebuah
kecenderungan (trend) dalam bidang arsitektur. Hal ini akan bermanfaat untuk
mengatasi berbagai isu lingkungan belakangan ini dan telah menjadi rekomendasi
pemerintah di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan lain-lain,
mengingat kondisi bumi saat ini sudah mengkhawatirkan akibat pemanasan
global.
Konsep ekoarsitektur dirancang untuk menampilkan suatu kawasan yang
bersinergi antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan, khususnya di
daerah perkotaan, seperti daerah Baranangsiang, Kota Bogor, yang didominasi
oleh struktur bangunan. Perancangan akan terfokus pada pemanfaatan ruang
perkerasan untuk atap bertanaman dan pemanfaatan ruang terbuka yang tersedia
secara optimal dan tepat guna pada lanskapnya. Konsep ekoarsitektur yang
dirancang akan disesuaikan dengan tema arsitektur Islam sehingga tidak
menghilangkan identitas kawasan ini sebagai kawasan islami.
Pemilihan elemen pada lanskap dirancang untuk mendukung fungsi
ekoarsitektur dan pembentuk identitas kawasan islami, seperti pemilihan fasilitas
penerangan, warna, pola, dekorasi, pemilihan vegetasi (Lampiran 4), sampai pada
penerapan teknologi yang efisien dan fungsional. Elemen-elemen tersebut
dirancang untuk aktivitas pengunjung pada siang dan malam hari.
55
4.3.2 Konsep Arsitektur Masjid
Konsep untuk gaya arsitektur masjid pada kawasan ini adalah arsitektur
bergaya Islam dengan menonjolkan facade bangunan yang mewah dan
menggunakan pilar-pilar, bukaan arch, serta atap berbentuk dome. Pada area plaza
akan dibuat taman atap dengan pola geometris dan formal yang mengadopsi
desain taman Asia Barat.
Untuk menunjang fungsi ekoarsitektur dan estetika, atap bangunan masjid,
koridor, dan kantor BAZ akan dimanfaatkan sebagai green roof. Green roof akan
menggunakan vegetasi jenis palem dan semak berbunga agar sesuai dengan tema
taman Asia Barat.
6.3 Konsep Pedestrian Walk
Pedestrian walk pada kawasan ini diperlukan baik untuk menunjang
kegiatan pengunjung maupun sebagai jalur lalu sirkulasi umum untuk pejalan kaki
di daerah Baranangsiang. Lebar jalan minimal 2 m serta bendungan (dam)
menutup saluran drainase terbuka dengan plat baja berongga untuk mendukung
kegiatan tersebut.
Pedestrian walk berupa grass floor, yaitu lantai dengan paving berbahan
batu andesit yang diberi space berupa penanaman rumput. Space atau jarak antar
paving berfungsi untuk mempercepat proses infiltrasi air pada jalur ini sehingga
akan lebih cepat kering jika terkena air hujan. Infiltrasi air yang lebih tinggi akan
meningkatkan kualitas keamanan pada pedestrian karena paving terhindar dari
keadaan yang licin. Pemilihan paving berbahan andesit karena dinilai tidak mudah
berlumut dan relatif lebih awet. Pada Kompleks Masjid Raya Bogor pola paving
sengaja dibuat berbeda untuk memperkuat identitas tapak dan menciptakan unity.
Pada sepanjang jalur pedestrian walk dilengkapi dengan berbagai street
furniture, seperti lampu taman, pagar, serta signage. Street furniture tersebut
digunakan untuk menunjang aktivitas pengunjung dan pejalan kaki sepanjang
jalur pedestrian walk.
4.3.4 Konsep Tata Hijau
Konsep tata hijau tapak mengikuti hasil sintesis, yakni vegetasi yang
diperlukan terbagi menjadi beberapa macam. Vegetasi tersebut ditanam dengan
memanfaatkan ruang pada atap dan di atas permukaan tanah. Penanaman pohon di
56
atap masjid menggunakan bak beton yang diberi sekat dengan mempertimbangkan
struktur atap bangunan.
4.3.4.1 Konsep Roof Garden
Konsep roof garden merupakan bagian dari konsep tata hijau pada
Kompleks Masjid Raya Bogor. Pada bagian atap masjid, koridor, dan atap gedung
BAZ konsep rancangan berupa atap bertanaman ekstensif, yaitu atap bertanaman
yang direncanakan bukan untuk dipakai secara umum, melainkan dibangun
semata-mata untuk keperluan estetika dan ekoarsitektur saja. Pada atap
bertanaman ekstensif, tanaman ditanam pada bak beton yang diberi sekat. Jenis
tata hijau ini menggunakan bobot yang ringan, yaitu 50-150 kg/m2, dengan lapisan
tanah yang tipis.
Jenis vegetasi yang ditanam pada atap bertanaman ekstensif ini adalah
tanaman semak atau perdu berbunga yang mudah dirawat dan mudah untuk
tumbuh kembali (Tabel 4). Selain itu, juga akan ditempatkan palem dengan tinggi
maksimal 2 m.
Pertimbangan-pertimbangan untuk desain roof garden atau atap
bertanaman selain bentukan pola dan pemilihan tanaman pada atap bangunan dan
plaza adalah sebagai berikut:
1) Angin dan pergerakan udara
Orientasi bangunan ditempatkan ditempatkan diantara lintasan matahari
dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari Timur ke Barat dan
terletak tegak lurus terhadap arah angin, dengan menerapkan ventilasi silang, dan
menempatkan pohon peneduh tanpa menghalangi pergerakan udara.
2) Beban struktural
Bobot pada atap bertanaman ekstensif 50-150 kg/m2. Untuk bahan beton
bertulang pada plaza dan bangunan, bobot lazimnya adalah 24 kN/m3. Bobot ini
dapat bervariasi bergantung pada apakah struktur beton ini dalam keadaan basah
atau kering. Beban hidup yang diperhitungkan untuk penggunaan adalah sekitar
1,5 kN/m3 denah. Berat dari tanah yang basah mencapai sekitar 22 kN/m
3. Tanah
pada atap bertanaman ini beratnya bervariasi bergantung pada ketebalan lapisan
tanah yang dipakai. Sebagai gambaran umum, kedalaman lapisan tanah ini
berkisar 0,3-0,5 m untuk jenis taman yang ditanami oleh rumput dan perdu dan
berkisar 1-1,5 m untuk pohon pelindung yang berukuran kecil dan sedang.
57
3) Aspek konstruksi dan susunannya
Atap pelat beton bertulang dibangun dengan plesteran finishing semen;
lapisan kedap air menggunakan bahan geotexstile agar tahan pula terhadap akar
tanaman; lapisan drainase menggunakan modular versicell berbahan
polypropylene; lapisan penyaring; lapisan media tanam menggunakan campuran
humus dan kompos dengan komposisi 40 persen serta pasir dengan komposisi 60
persen; vegetasi (tanaman/pepohonan) menggunakan jenis groundcover, semak,
dan pohon dengan spesifikasi tinggi tidak lebih dari 8 m.
4) Pelapisan kedap air
Beton yang digunakan untuk atap pada dasarnya tidak kedap air sehingga
diperlukan suatu lapisan guna menutupi permukaan beton tersebut dengan lapisan
kedap air (water proofing) agar beton terhindar dari keretakan dan kebocoran.
5) Saluran pengeluaran air
Permukaan atap harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah lubang
saluran sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Kemiringan untuk roof garden
Cukup dibuat 3 persen ke arah saluran drainase.
6) Penjangkaran (pengikatan)
Pohon mungkin perlu diikatkan langsung pada struktur atap beton untuk
memastikan kestabilan pohon terutama pada saat angin bertiup kencang dan hujan
deras. Spesifikasi dan jumlah jangkar yang diperlukan bergantung pada besarnya
pohon yang akan diikat. Jangkar pengikat ini dapat dicor pada saat atap beton
dibuat atau dapat pula dibuat kemudian dengan cara mengebor dan mengecor
kembali pelat beton yang ada.
58
Tabel 4 Jenis dan Fungsi Vegetasi
Jenis Vegetasi Nama Lokal Nama Latin Fungsi
Pohon Glirisidia Glirisidia sepium Peneduh dan
pengarah
Flamboyan Delonix regia Peneduh dan estetika
Ekaliptus Eucalyptus deglupta Pembatas dan
estetika
Damar Agathis damara Screening dan
peredam bising
Batai laut Pelthoporum
pterocarpum
Peneduh dan estetika
Ki hujan Samanea saman Peneduh
Cemara sinensis
Juniperus chinensis Pengarah, peredam
polusi suara, dan
penyaring polusi
suara
Glodogan tiang Polyalthea longifolia Pengarah
Cemara tretes Cupressus
sempervirens
Screening, pengarah,
estetika
Palem
Palem mini Phoenix robelinii Estetika
Kurma
Palem kenari
Phoenix dactylifera
Phoenix canariensis
Estetika, pengarah
Estetika, pengarah
Tanaman semak, dan
tanaman merambat
Sambang darah Excoecaria
cochinchinensis
Estetika, pengikat
partikel debu
Akar dani Quisqualis indica Estetika, tanaman
aromatik, dan
shadowing untuk
atap
Thunbergia Thunbergia sp. Estetika, pengikat
partikel debu, dan
shadowing untuk
atap
Kock’s Bauhinia Bouhinia kockkiana Estetika, pengikat
partikel debu, dan
shadowing untuk
atap
Ground cover
Rumput
Spathiphyllum
Axonopus compresus
Spathiphyllum sp.
Penyerap panas,
estetika, penahan
rembesan air pada
atap, dan pengikat
partikel debu
estetika
59
4.3.4.2 Konsep Penanaman pada Lahan Terbuka
Elemen vegetasi merupakan unsur yang dominan pada lahan terbuka.
Lahan terbuka ditanami vegetasi yang berbeda-beda, sesuai dengan fungsinya.
4.3.4.2.1 Vegetasi Peneduh
Vegetasi peneduh merupakan vegetasi dengan tujuan memberi keteduhan
untuk meningkatkan kenyamanan beraktivitas dan beribadah dengan karakter
berupa vegetasi berbentuk dome. Vegetasi ini ditanam di area parkir outdoor
sebelah timur masjid dan pada jalur sirkulasi manusia pada pedestrian walk dan
sepanjang Jalan Raya Pajajaran.
4.3.4.2.2 Vegetasi dengan Fungsi Screening
Vegetasi dengan fungsi screening merupakan vegetasi dengan tujuan
menutupi bad view dan menyerap polusi udara dan suara, dengan karakter
vegetasi berdaun indah, serta arsitektur tajuk (canopy) berbentuk kolumnar atau
kerucut. Vegetasi ini ditanam di sebelah utara dan timur masjid, yaitu daerah yang
berbatasan dengan Jalan Sambu dan Jalan Raya Pajajaran.
4.3.4.2.3 Vegetasi Pengarah
Vegetasi pengarah merupakan vegetasi dengan tujuan mengarahkan
sirkulasi kendaraan dan manusia, dengan arsitektur tajuk berbentuk kerucut atau
menyerupai bentuk tiang memanjang seperti palem raja dan glodogan tiang.
Vegetasi ini ditanam pada jalur sirkulasi kendaraan di dalam kompleks masjid.
4.3.4.2.4 Vegetasi Pembatas
Vegetasi pembatas merupakan vegetasi dengan tujuan memberi batas
tapak sebagai orientasi bagi pengunjung, dengan arsitektur tajuk columnar atau
kerucut. Vegetasi ini ditanam pada perbatasan wilayah kompleks masjid terutama
di sebelah selatan gedung Markaz Islam Bogor dan sebelah utara masjid yang
berbatasan dengan Jalan Sambu.
Vegetasi-vegetasi yang telah dijelaskan di atas memiliki jenis, jarak tanam,
dan jumlah vegetasi yang berbeda-beda. Jenis, jarak tanam, dan jumlah vegetasi
dari masing-masing vegetasi di atas terdapat pada Tabel 5.
60
Tabel 5 Jenis, Jarak Tanam, dan Jumlah Vegetasi untuk Lahan Terbuka
Jenis Vegetasi Nama Lokal Nama Latin Jarak Tanam
antar Pohon (m)
Jumlah
Pohon Glirisidia Glirisidia sepium 12 11 Phn
Flamboyan Delonix regia - 1 Phn
Ekaliptus Eucalyptus
deglupta
5 31 Phn
Damar Agathis damara 5 10 Phn
Batai laut Pelthoporum
pterocarpum
10 13 Phn
Ki hujan Samanea saman - 1 Phn
Cemara sinensis Juniperus
chinensis
3 40 Phn
Glodogan tiang Polyalthea
longifolia
8 8 Phn
Cemara tretes
Palem mini
Cupressus
sempervirens
Phoenix robelinii
3
-
26 Phn
7 Phn
Palem Palem kenari Phoenix
canariensis
5 5 Phn
Kurma Phoenix
dactylifera
- 2 Phn
Tanaman
merambat
berbunga
Sambang darah Excoecaria
cochinchinensis
0,5 70 Pl
Akar dani Quisqualis indica 0,5 70 Pl
Thunbergia Thunbergia sp. 0,5 212 Pl
Kock’s Bauhinia Bouhinia
kockkiana
0,5 212 Pl
Ground cover
Rumput
Spathiphyllum
Axonopus
compresus
Spathiphyllum sp.
- 600 m2
260 m2
Keterangan
Phn : pohon
Pl : polibag
4.3.5 Konsep Irigasi
Irigasi adalah sesuatu yang penting untuk menjaga kondisi lanskap agar
fungsi lanskap tetap optimal dan terjaga kualitas estetikanya. Walaupun Kota
Bogor memiliki intensitas hujan yang tinggi, namun penerapan sistem irigasi tetap
61
diperlukan untuk mencegah kondisi tanaman menjadi layu atau kering karena
terik matahari, terutama pada area atap bertanaman karena ketebalan lapisan tanah
yang digunakan pada atap bertanaman lebih dangkal jika dibandingkan dengan
tanah asli dan tidak adanya tanah permukaan (top soil) sehingga jumlah air yang
disimpan oleh tanaman juga menjadi terbatas.
Penyaluran air pada atap bertanaman sangat penting. Setinggi lapisan
penyaluran air (5-10 cm), air dapat dibendung sebagai cadangan bagi tanaman.
Penggunaan sistem irigasi tetes (drip irigation) adalah sistem yang sesuai untuk
atap bertanaman. Tanaman semak dan perdu menggunakan drip irigation dengan
sistem emitter berupa tabung berbentuk menyerupai paku yang dibenamkan
(tubing stake) (Gambar 24), sedangkan pohon pada atap bertanaman
menggunakan sistem tetes berupa tabung melingkar yang mengelilingi batang
pohon (Gambar 25). Untuk irigasi pohon-pohon yang ditanam di tanah, cukup
dengan memanfaatkan curah hujan atau dengan penyiraman manual jika
diperlukan.
Gambar 24 Irigasi Tetes Pancang Benam
62
Gambar 25 Sistem Irigasi Tetes Melingkar pada Pohon
4.3.6 Konsep Tempat Parkir
Untuk memenuhi kebutuhan ruang parkir yang tinggi, perlu adanya
penambahan ruang parkir di Kompleks Masjid Raya Bogor. Penambahan ruang
parkir khusus untuk mobil akan ditempatkan di sebelah timur masjid,
menggantikan posisi toilet umum yang ada saat ini. Tempat parkir dibuat
memanjang, untuk masing-masing mobil diberi space area 2,5 x 4,3 m dengan
total luas area parkir 321 m2, dan posisi tempat parkir mengapit jalan sirkulasi
dengan lebar 3,4 m.
4.3.7 Konsep Penerangan Malam
Penerangan harus senantiasa dilihat dari sisi kualitas dan kuantitasnya.
Pencahayaan yang akan dibuat bukanlah sekedar menyediakan lampu dan
terangnya, tetapi lebih kepada pembentuk suasana yang nyaman dan
menyenangkan bagi pengunjung. Jadi, pencahayaan bukan hanya sekedar masalah
praktis untuk kebutuhan keamanan dan kenyamanan, tetapi juga estetis. Oleh
karena itu, diperlukan pemilihan bentuk, jenis, dan warna lampu serta peletakan
yang sesuai. Konsep pencahayaan untuk lanskap dibedakan menurut
peletakannya, yaitu sebagai berikut.
63
1) Sumber cahaya di atas mata manusia (moon lighting)
Penerapan konsep moon lighting akan diterapkan pada penempatan lampu
jalan di sepanjang Jalan Raya Pajajaran (Gambar 26), di sebagian tempat di
belakang masjid, dan di taman.
Gambar 26 Simulasi Pencahayaan di Jalan Raya
2) Sumber pencahayaan di bawah mata manusia
Penerapan konsep pencahayaan di bawah mata manusia dapat berupa up
lighting atau untuk keperluan shadowing. Konsep penerangan up lighting
digunakan untuk membentuk aksen pada kubah masjid dengan efek kulit kerang
(scalopping). Teknik pencahayaannya diarahkan langsung ke kubah menggunakan
lampu sorot yang diletakkan di bawahnya dengan kemiringan yang disesuaikan
(Gambar 27). Selain digunakan untuk memberi aksen pada kubah, up lighting juga
digunakan pada beberapa tanaman peneduh untuk menonjolkan karakter batang
pohon untuk keperluan estetika. Penempatan lampu pathway dilakukan di
pedestrian (Gambar 28) untuk fungsi keamanan dan membentuk axis.
64
Gambar 27 Simulasi Pencahayaan pada Kubah Masjid
Gambar 28 Simulasi Pencahayaan pada Pedestrian
6.8 Konsep Program Informasi
Dengan cukup banyaknya fasilitas di Masjid Raya Bogor sebagai
penunjang kegiatan keislaman, dirasa perlu menambahkan papan penunjuk
(interpretasi) untuk memudahkan pengunjung mengidentifikasi fasilitas yang
terdapat di Kompleks Masjid Raya Bogor.
65
4.4 Rancangan
Bab ini membahas mengenai hasil dari proses perancangan yang telah
dilakukan. Perancangan ini merupakan pengembangan dari konsep yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pembahasannya meliputi jenis, letak bangunan, dan letak
elemen lanskap. Rancangan ini mengacu pada pengembangan desain yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk dilaksanakan pada masa datang.
Perancangan ini dilakukan per segmen yang ditujukan untuk memudahkan
pemahaman hasil rancangan serta disesuaikan dengan karakteristik setiap segmen
dan pengembangan yang ingin ditampilkan pada setiap lokasi. Perancangan per
segmen tersebut dapat dilihat pada Gambar 29. Berdasarkan Gambar 29, terdapat
perancangan per segmen. Pembagian segmennya dapat dilihat pada Tabel 6.
Keterangan Gambar :
A. Bangunan Masjid, Koridor,dan Gedung BAZ
B. Plaza
C. Area Sebelah Barat dan Utara Masjid
D. Area Sebelah Timur Masjid
E. Area Sebelah Timur Plaza
F. Area Sebelah Selatan Plaza, Markaz Islam Bogor
G. Pedestrian
H. Jalan Raya Pajajaran
Gambar 29 Segmen Daerah Perancangan
66
Tabel 6 Pembagian Segmen yang Ingin Ditampilkan di Setiap Lokasi
Segmen Lokasi Karakter Pengembangan
A Bangunan Masjid
Koridor
Gedung BAZ
Ruang pada atap tidak
dimanfaatkan secara
optimal, desain masjid
tidak berkubah
Ruang atap dimanfaatkan
untuk atap bertanaman,
menggunakan desain
bangunan masjid berkubah,
karakter bangunan Islam.
B Plaza Sistem drainase kurang
optimal
Instalasi keramik plaza
menggunakan sistem
interlock VerciPave dan
menambah saluran drainase
C Bagian sebelah barat
dan utara masjid
Kurang terawat, penataan
lanskap tidak teratur
Sirkulasi keluar kendaraan
dari ground floor,
penggunaan vegetasi
pengarah
D Bagian timur masjid Penempatan fasilitas toilet
yang kurang tepat
Fasilitas tempat parkir mobil
yang dilengkapi pohon
peneduh
E Area sebelah timur
plaza
Lahan terbuka hijau
kurang tertata rapi
Tanaman pengarah untuk
sirkulasi kendaraan
F Bagian selatan plaza,
sekitar gedung
Markaz Islam Bogor
Lahan terbuka hijau
kurang tertata rapi
Lanskap yang nyaman, dan
tertata
G Pedestrian Penuh pedagang kaki lima
(PKL), sebagian paving
rusak
Pedestrian berkonsep grass
floor, saluran drainase
tertutup
H Jalan Raya Pajajaran Ramai, fasilitas
penyeberangan kurang
memadai
Fasilitas jembatan
penyeberangan, penataan
pohon yang ada saat ini
4.4.1 Rancangan Segmen A ( Bangunan Masjid, Koridor, dan Gedung BAZ)
Dalam rencana rekonstruksi bangunan masjid yang telah dilakukan
Pemerintah Kota Bogor, bangunan masjid akan diubah dengan gaya arsitektur
Islam dengan atap berkubah. Rancangan untuk bangunan masjid, koridor, dan
gedung BAZ dalam skripsi ini hanya akan menambahkan fasilitas atap
bertanaman untuk mengisi ruang atap yang tidak termanfaatkan.
Atap bertanaman pada bangunan masjid, koridor, dan gedung BAZ dibuat
dengan tujuan estetika dan fungsi ekoarsitektur. Teknik pembuatannya adalah
dengan menambahkan dinding beton bertulang setinggi 60 cm dengan tebal 5 cm
pada sisi depan dan belakang sehingga membentuk ruang berupa bak beton.
Media tanam yang digunakan adalah campuran bahan organik humus dan kompos
sebanyak 40 persen dari total volume media tanam dan pasir nonorganik sebanyak
60 persen dari total volume media tanam. Komposisi bahan organik dibuat lebih
67
sedikit dengan pertimbangan bahan organik mudah menyusut karena proses
pelapukannya lebih cepat. Bahan organik diperlukan karena kemampuannya
menyerap air lebih baik dari bahan nonorganik.
Pada bagian atas media tanam diberikan mulsa berupa jerami yang
terpotong pendek. Pemulsaan bertujuan mengurangi panas berlebihan serta
penguapan air dari media tanam, erosi, dan tumbuhnya ilalang. Selain itu,
pembusukan mulsa dapat mengganti zat organik yang hilang dari media tanam.
Pada lapisan bawah media tanam diletakkan geotextile fibre fabric sebagai
saringan agar media tanam di atasnya tidak ikut turun bersama aliran air.
Pada lapisan di bawah geotextile diletakkan lapisan penyaluran air dengan
menggunakan VerciCell tipe 3050 berbahan polypropylene, penggunaan bahan ini
dinilai lebih unggul jika dibandingkan dengan menggunakan batu kerikil yang
biasa digunakan pada teknik konvensional. Keunggulannya, antara lain, sebagai
berikut:
1) memiliki bobot yang ringan;
2) cepat mengalirkan air berlebih;
3) mampu mempertahankan kelembaban tanah saat kekurangan air;
4) mampu melindungi lapisan kedap air (water proofing membrane);
5) mudah dalam pemasangannya karena berupa modul rakitan;
6) tidak mengalami pelapukan karena tahan terhadap sifat kimia tanah dan
bakteri;
7) dapat berfungsi sebagai bantalan penahan beban dari beban di atasnya.
Untuk menghindari kerusakan mekanis atap yang diakibatkan oleh
rembesan air (water absorption) dari atap bertanaman, bagian atas atap beton
perlu dilapisi oleh lapisan kedap air (water proofing membrane). Lapisan kedap
air tersebut berupa membran aspal (elastomerbitumen) dengan ketentuan minimal
3 kg/m2.
Segmen A membutuhkan soft dan hard material. Tabel 7 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen A.
68
Tabel 7 Hard Material dan Soft Material Segmen A
No. Jenis Fasilitas*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Kubah masjid utama d = 17,5 m dan t = 11 m 1 buah
2.
3.
Kubah masjid pendukung
Bak beton untuk tanaman
merambat dan semak
p x l x t = 132 m x 0,55 m x 0,6 m 1 buah
p x l x t = 12,0 m x 0,55 m x 0,6 m
p x l x t = 4,0 m x 4,0 m x 0,5 m
1 buah
2 buah
p x l x t = 48 m x 0,55 m x 0,6 m 1 buah
p x l x t = 64 m x 0,55 m x 0,6 m 2 buah
p x l x t = 9,8 m x 0,55 m x 0,6 m 4 buah
4. Bak beton untuk pohon p x l x t = 1 m x 1 m x 0,75 m 3 buah
5. Sekat beton kecil bentuk “L” p x l x t = 0,5 m x 0,175 m x 0,4 m 212 buah
6. Sekat beton besar bentuk “L” p x l x t = 0,5 m x 0,175 m x 0,6 m 212 buah
7. Pasir nonorganik - 100,45 m2
8. Campuran humus dan kompos - 67 m2
9. Geotextile fiber fabric - 749 m2
10. VersiCell 3050 modules
polypropilene
- 749 m2
11. Water proofing membrane - 749 m2
12. Lampu sorot (up light) p x t = 0,31 m x 0,1 m 12 buah
Soft Material
1. Akar dani Quisqualis indica 70 Pl
2. Thunbergia Thunbergia sp. 212 Pl
3. Kock’s Bauhinia Bouhinia kockkiana 212 Pl
4. Sambang darah Excoecaria cochinchinensis 70 Pl
5. Phoenix Phoenix robelinii 12 Phn
6. Rumput Axonopus compresus 600 m2
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
Pl : polibag t : tinggi ** untuk soft material
p : panjang d : diameter
4.4.2 Rancangan Segmen B (Plaza)
Pemasangan paving di area ini dibuat berbeda, yaitu dengan tidak
menyemen paving di atas beton, paving dipasang menggunakan modul VerciPave
di atas permukaan beton yang telah dilapisi water proofing membrane (Lampiran
23). Penggunaan modul VerciPave ini bertujuan menghindari genangan pada
lantai plaza karena air yang jatuh pada lantai akan langsung turun ke saluran
69
drainase melalui celah antar keramik. Dengan demikian, lantai plaza akan lebih
awet karena terhindar dari kerusakan mekanis akibat air hujan dan terhindar dari
keadaan lantai licin yang mampu mengurangi kualitas keamanan. Dengan
tersedianya ruang aerasi di bawah permukaan lantai, penggunaan modul
VerciPave ini mampu mengurangi suhu panas akibat radiasi panas matahari pada
permukaan lantai sehingga memberikan kenyamanan termal bagi pengunjung.
Tabel 8 menyajikan bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan
spesifikasi hard material yang dibutuhkan oleh Segmen B.
Tabel 8 Hard Material Segmen B
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Keramik p x l x t = 0,3 m x 0,3 m x 0,02 m 2425 buah
(202 lusin)
VersiPave module
d = 162 mm dan t = 80 mm
4852 buah
(405 lusin)
Water proofing membrane - 242,42 m2
Keterangan
p : panjang l : lebar L = luas
t : tinggi
d : diameter
4.4.3 Rancangan Segmen C (Sebelah Barat dan Utara Masjid)
Pada sebelah barat dan utara masjid direncanakan pembuatan perkerasan
untuk sirkulasi manusia sebagai akses untuk TK Ibnu Hazar, di sebelah utara
Masjid sirkulasi berupa ramp karena adanya perbedaan ketinggian level tanah,
pemilihan sistem ramp dinilai lebih aman dibandingkan menggunakan dengan
tangga terutama bagi anak-anak. Jalur sirkulasi ini dibuat dengan beton bertulang
dengan finishing keramik outdor dengan lebar 3,875 m dan panjang 35 m.
Pada sisi jalur ini ditanam pohon ekaliptus (Eucalyptus deglupta) dan
palem kenari (Phoenix canariensis) sebagai tanaman pengarah ,serta fasilitas
penerangan jalan berupa lampu pathway. Pada sisi sebelah barat selain ditanam
pohon pengarah, juga ditanam pohon untuk fungsi screening, yaitu untuk
menutupi bad view dan meredam suara bising.
70
Segmen C membutuhkan soft dan hard material. Tabel 9 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen C.
Tabel 9 Hard Material dan Soft Material Segmen C
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 2 buah
2. Lampu sorot p x l = 0,1 m x 0,31 m 4 buah
3. Lampu pathway p x l = 1 m x 0,15 m 12 buah
Soft Material
1. Ekaliptus Eucalyptus deglupta 26 Phn
2.
3.
Palem Kenari
Cemara tretes
Phoenix canariensis
Cupressus sempervirens
4 Phn
26 Phn
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
p : panjang ** untuk soft material
4.4.4 Rancangan Segmen D (Area Sebelah Timur Masjid)
Kebutuhan ruang parkir kendaraan terutama kendaraan roda empat dirasa
masih kurang. Untuk mengatasi permasalahan ini, pada sisi timur masjid akan
dibuat tempat parkir terbuka khusus mobil dengan kapasitas 25 mobil. Lahan
parkir dibagi menjadi dua ruas dengan jalan sirkulasi kendaraan sebagai
pemisahnya. Untuk setiap mobil disediakan ruang space area 2,5 x 4,3 m dengan
total luas area parkir 321 m2. Lantai tempat parkir berupa beton yang dilapisi
aspal. Sebagai vegetasi peneduh digunakan pohon batai laut (Pelthoporum
pterocarpum) dengan pertimbangan tajuknya berbentuk dome dan kerapatan
daunnya yang padat sehingga mampu menaungi kendaraan dari panas matahari.
Selain itu, tanaman ini merupakan pohon berbunga kuning yang cocok untuk
menambah estetika tempat parkir. Untuk fungsi peneduh pada bagian ruas lain
juga ditanam pohon flamboyan (Delonix regia) dengan bunga berwarna merah.
Segmen D membutuhkan soft dan hard material. Tabel 10 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen D.
71
Tabel 10 Hard Material dan Soft Material Segmen D
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 7 buah
2.
3.
Tempat parkir
Lampu sorot
-
p x l = 0,1 m x 0,31 m
321 m2
2 buah
Soft Material
1. Flamboyan Delonix regia 1 Phn
2. Batai laut Pelthoporum pterocarpum 6 Phn
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
p : panjang ** untuk soft material
4.4.5 Rancangan Segmen E (Area Sebelah Timur Masjid)
Area ini dirancang sebagai welcome area. Gapura masjid akan
dipertahankan, sedangkan untuk penataan lanskapnya dilakukan penanaman
tanaman pengarah menggunakan glodogan tiang (Polyanthea longifolia) dan
palem kenari (Phoenix canariensis) yang mengarahkan kendaraan ke area ground
floor. Untuk sirkulasi manusia disediakan pintu masuk melalui plaza dari
pedestrian.
Segmen E membutuhkan soft dan hard material. Tabel 11 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen E.
Tabel 11 Hard Material dan Soft Material Segmen E
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 4 buah
2. Lampu sorot p x l = 0,1 m x 0,31 m 3 buah
Soft Material
1. Glodogan tiang Polyalthia longifolia 5 Phn
2. Palem kenari Phoenix canariensis 3 Phn
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
p : panjang ** untuk soft material
72
4.4.6 Rancangan Segmen F (Area Sebelah Selatan Plaza)
Penataan lanskap untuk lahan ini dengan menanam tanaman pembatas
pada area belakang (sebelah Barat gedung Markaz Islam Bogor) dengan
menggunakan pohon glodogan tiang (Polyanthia longifolia). Selain itu, glodogan
tiang juga digunakan sebagai tanaman pengarah di bagian depan gedung Markaz
Islam Bogor. Untuk fungsi screening, ditanam Agathis dammara pada area
sebelah Utara Markaz Islam Bogor. Untuk fungsi penerangan, diletakkan lampu
taman di bagian belakang dan di sisi Utara Markaz Islam Bogor, sedangkan
bagian depan masjid selain menggunakan lampu taman juga menggunakan lampu
pathway sebagai pengarah.
Segmen F membutuhkan soft dan hard material. Tabel 12 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen F.
Tabel 12 Hard Material dan Soft Material Segmen F
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Lampu taman p x l = 5 m x 0,52 m 8 buah
2. Lampu pathway p x l = 1 m x 0,15 m 3 buah
Soft Material
1. Glodogan tiang Polyalthia longifolia 3 Phn
2. Cemara tretes Cupressus sempervirens 9 Phn
3. Ekaliptus Eucalyptus camaldulensis 5 Phn
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
p : panjang ** untuk soft material
4.4.7 Rancangan Segmen G (Pedestrian Line)
Batas area untuk rancangan pedestrian hanya di wilayah sekitar Masjid
Raya Bogor, yaitu pedestrian sepanjang 130 m mulai dari pedestrian di depan
Gedung Markaz Islam Bogor sampai pada pedestrian di bagian ujung utara masjid
yang dibatasi oleh jalan Sambu. Pedestrian akan dibuat dengan konsep grass
floor, yaitu lantai dengan paving berbahan batu andesit yang diberi space berupa
penanaman rumput. Konsep grass floor dibuat dengan pertimbangan daya
infiltrasi air akan lebih cepat dengan grass floor jika dibandingkan dengan
73
menggunakan paving block. Lebar pedestrian walk yng direncanakan adalah 2,5
m dan menutup saluran drainase terbuka dengan plat baja berongga.
Untuk fasilitas penerangan pada sepanjang jalur ini akan ditempatkan
lampu pathway untuk pengarah bagi pejalan kaki dan bagi pengendara. Pada area
ini juga akan disediakan signage penunjuk arah masuk kompleks masjid sebagai
orientasi tapak. Sebagai pemisah antara jalan raya dan pedestrian ditanam
tanaman pembatas, yaitu Juniperus chinensis. Penggunaan tanaman ini yang
selain berfungsi sebagai pembatas, juga berfungsi untuk menyaring polusi udara
dan polusi suara yang berasal dari jalan raya.
Segmen G membutuhkan soft dan hard material. Tabel 13 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen G.
Tabel 13 Hard Material dan Soft Material Segmen G
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Lantai andesit p x l = 1 m x 1 m 216 buah
2. Lampu pathway p x l = 1 m x 0,15 m 17 buah
3. Pagar p x l x t = 120 m x 0,15 m x 1,4 m 120 m
4. Signage p x l = 1,45 m x 0,5 m 1 buah
Soft Material
1. Rumput Axonopus compresus 24 m2
2. Cemara sinensis Juniperus chinensis 40 Phn
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
p : panjang t : tinggi ** untuk soft material
4.4.8 Rancangan Segmen H (Jalan Raya Pajajaran)
Rancangan pada area ini berupa penataan lanskap jalan, yaitu penataan
jarak antar-pohon, penempatan fasilitas penerangan, dan penambahan fasilitas
jembatan penyeberangan. Seperti halnya pedestrian, batas area untuk rancangan
lanskap jalan hanya di wilayah sekitar Masjid Raya Bogor, yaitu jalan raya
sepanjang 130 m mulai dari depan Gedung Markaz Islam Bogor sampai pada
bagian ujung utara masjid yang dibatasi oleh jalan Sambu.
74
Rancangan lanskap pada median jalan selebar 2 m tetap mempertahankan
pohon yang kini ada, yaitu Gliricidia cepium dengan jarak tanam yang tepat, dan
menempatkan fasilitas penerangan dengan jarak yang tepat dengan
mempertimbangkan radius penerangannya.
Segmen H membutuhkan soft dan hard material. Tabel 14 menyajikan
bahan-bahan yang diperlukan, berikut jumlah dan spesifikasinya sesuai dengan
soft dan hard material yang dibutuhkan oleh Segmen H.
Tabel 14 Hard Material dan Soft Material Segmen H
No. Jenis Fasilita*/Nama Lokal** Dimensi*/Nama Latin** Jumlah
Hard Material
1. Lampu jalan p x l = 9 m x 4 m 11 buah
2. Jembatan penyeberangan p x l = 21,5 m x 1,5 m 1 buah
Soft Material
1. Glirisidia Glirisidia sepium 11 buah
Keterangan
Phn : pohon l : lebar * untuk hard material
p : panjang t : tinggi ** untuk soft material
4.4.9 Detil Konstruksi
Detil konstruksi ini dicantumkan untuk mempermudah dalam pembuatan
elemen lanskap yang telah dirancang. Detil konstruksi ini mencakup gambar
tampak depan, tampak atas, potongan, dimensi elemen lanskap, dan bahan yang
digunakan. Elemen yang ditampilkan pada detil konstruksi adalah penanaman
pohon pada atap (Lampiran 12), penanaman semak pada atap (Lampiran 13),
penanaman semak pada atap koridor (Lampiran 14), penanaman pohon, semak,
dan groundcover (Lampiran 15), penanaman rumput (Lampiran 16), pedestrian
(Lampiran 17), lampu taman, lampu jalan, lampu pathway (Lampiran 18), lampu
taman (Lampiran 19), lampu jalan (Lampiran 20), ruang pompa (Lampiran 21),
signage (Lampiran 22).
75
4.4.10 Perhitungan Kekuatan Konstruksi untuk Menahan Beban
Atap bertanaman atau roof garden dianalisis dengan cara membandingkan
dimensi kolom beton minimum untuk menahan beban tambahan akibat
penempatan atap bertanaman dengan dimensi beton dalam perancangan.
Perhitungan kelayakan beban pada bangunan masjid berdasarkan dimensi kolom
terdapat pada Lampiran 26.