bab 4 hasil dan pembahasan 4.1 4.1.1 letak geografis ...€¦ · hasil dan pembahasan . ... seperti...

15
11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Pada bagian ini disajikan tentang gambaran umum tempat penelitian meliputi letak geografis tempat penelitian dan keadaan umum tempat penelitian. 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Kelurahan Kutowinangun terletak di wilayah Kecamatan Tingkir, Salatiga. Kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang - Sebelah Selatan : Kelurahan Gendongan, Kecamatan Tingkir - Sebelah Barat : Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga - Sebelah Timur : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir Kelurahan Kutowinangun memiliki luas wilayah 293,750 ha dengan rincian : tanah sawah sebesar 49,172 ha, tanah kering sebesar 225,009 ha, dan lainya sebesar 6,884 ha. Kelurahan tersebut terdiri dari 153 RT dan 14 lingkungan/RW. Adapun lingkungan/RW yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Lingkungan Kelurahan Kutowinangun Lingkungan/RW Nama Lingkungan Jumlah RT RW I Kaliyoso 10 RW II Kaliyoso 14 RW III Kaliyoso 16 RW IV Pancuran 18 RW V Ngentak 16 RW VI Benoyo 15 RW VII Canden 11 RW VIII Butuh 12 RW IX Nanggulan 6 RW X Blondo Celong 5 RW XI Karang Duwet 13 RW XII Karang Duwet 4 RW XIII Karang Duwet 7 RW XIV Karang Duwet 6 Sumber : Data Potensi Kecamatan Tingkir 2013 4.1.2 Keadaan Umum Tempat Peneltian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga, dengan memilih Lingkungan Karangduwet (RW XI) dan Lingkungan Canden (RW VII). Berikut gambaran penjualan sayuran di tempat penelitian :

Upload: others

Post on 18-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

    Pada bagian ini disajikan tentang gambaran umum tempat penelitian meliputi letak

    geografis tempat penelitian dan keadaan umum tempat penelitian.

    4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian

    Kelurahan Kutowinangun terletak di wilayah Kecamatan Tingkir, Salatiga.

    Kelurahan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

    - Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang

    - Sebelah Selatan : Kelurahan Gendongan, Kecamatan Tingkir

    - Sebelah Barat : Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga

    - Sebelah Timur : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir

    Kelurahan Kutowinangun memiliki luas wilayah 293,750 ha dengan rincian : tanah

    sawah sebesar 49,172 ha, tanah kering sebesar 225,009 ha, dan lainya sebesar 6,884

    ha. Kelurahan tersebut terdiri dari 153 RT dan 14 lingkungan/RW. Adapun

    lingkungan/RW yang dimaksud adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Lingkungan Kelurahan Kutowinangun

    Lingkungan/RW Nama Lingkungan Jumlah RT

    RW I Kaliyoso 10

    RW II Kaliyoso 14

    RW III Kaliyoso 16

    RW IV Pancuran 18

    RW V Ngentak 16

    RW VI Benoyo 15

    RW VII Canden 11

    RW VIII Butuh 12

    RW IX Nanggulan 6

    RW X Blondo Celong 5

    RW XI Karang Duwet 13

    RW XII Karang Duwet 4

    RW XIII Karang Duwet 7

    RW XIV Karang Duwet 6

    Sumber : Data Potensi Kecamatan Tingkir 2013

    4.1.2 Keadaan Umum Tempat Peneltian

    Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir,

    Salatiga, dengan memilih Lingkungan Karangduwet (RW XI) dan Lingkungan Canden

    (RW VII). Berikut gambaran penjualan sayuran di tempat penelitian :

  • 12

    1. KPTT (Kursus Pertanian Taman Tani) di Lingkungan Karangduwet

    KPTT memiliki kebun budidaya yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu kebun

    atas dan kebun bawah. Kebun atas untuk budidaya sayuran, jamur, tanaman

    hias, pembibitan dan beberapa hewan ternak. Sedangkan kebun bawah untuk

    budidaya sayuran. KPTT mempunyai sebuah tempat penjualan produk yang

    buka pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai dari jam 08.00-15.00

    untuk memasarkan produk hasil pertaniannya, seperti : susu, telur (ayam dan

    itik), jamur, buah-buahan (pepaya, pisang, salak, alpukat), dan sayuran organik.

    Harga sayuran organik ditawarkan sesuai dengan usahatani yang dilakukan,

    dan relatif lebih mahal daripada sayuran nonorganik. Jika terdapat siswa

    magang (PKL), mereka membantu dalam penjualan sayuran organik dengan

    cara berkeliling di rumah penduduk.

    2. Warung Sayuran Nonorganik di Lingkungan Karangduwet dan Canden

    Sayuran nonorganik yang dipasarkan bukan dari hasil budidaya sendiri,

    melainkan dibeli dari pasar pagi (Jendral Sudirman) dan Pasar Blauran. Harga

    sayuran nonorganik di kedua warung tersebut lebih murah daripada sayuran

    organik. Warung sayuran nonorganik di Lingkungan Karangduwet dan Canden

    buka setiap hari mulai dari sekitar jam 06.00-17.00. Selain memasarkan

    sayuran nonorganik, kedua warung tersebut juga menjual bahan pangan yang

    lain seperti : tahu, tempe, pindang, bandeng, dan lain-lain.

    4.2 Gambaran Umum Sampel Konsumen

    Jumlah sampel konsumen yang diambil sebanyak 35 sampel memutuskan untuk

    membeli sayuran organik, dan 35 sampel memutuskan untuk membeli sayuran

    nonorganik. Berikut gambaran pembelian sayuran yang dilakukan oleh konsumen :

    1. Membeli Sayuran Organik

    Di Kelurahan Kutowinangun terdapat KPTT yang telah dipercaya konsumen

    dengan produk sayuran organik. Pada umumnya, konsumen sayuran organik

    memiliki motivasi pembelian yang tinggi terhadap sayuran organik, meskipun

    memang belum bisa secara berkala (kontinyu) untuk membeli dan

    mengkonsumsinya. Untuk mendapatkan sayuran organik, konsumen yang telah

    menjadi pelanggan di KPTT dapat menghubungi karyawan KPTT yang

    bertugas di tempat penjualan produk untuk memesan sayuran yang tersedia,

  • 13

    yang kemudian konsumen tersebut datang untuk mengambil pesanan. Beberapa

    konsumen ada yang menggunakan kendaraan pribadi, adapula yang berjalan

    kaki mengingat jarak tempuhnya yang dekat. Jika sayuran yang mereka cari

    tidak tersedia, mereka memiliki alternatif membeli sayuran organik di tempat

    lain seperti di Trukajaya dan supermarket.

    2. Membeli Sayuran Nonorganik

    Konsumen sayuran nonorganik cenderung memiliki pendapat bahwa sayuran,

    baik yang organik maupun nonorganik merupakan salah satu bahan pangan

    yang harus dikonsumsi setiap harinya. Mereka lebih memilih kemudahan

    dalam mendapatkan sayuran, dengan harga yang lebih murah. Konsumen

    cenderung berjalan kaki untuk membeli sayuran nonorganik di tempat

    langganan mereka (warung Karangduwet dan Canden), beberapa ada yang

    menggunakan kendaraan pribadi. Jika sayuran yang mereka cari tidak tersedia,

    mereka memiliki alternatif membeli sayuran dari pedagang sayuran keliling

    dan pergi ke pasar.

    Sedangkan berikut ini merupakan gambaran umum sampel konsumen yang

    mengarah pada hasil penarikan sampel meliputi usia, jumlah pendapatan keluarga per

    bulan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan formal, intensitas berhubungan

    dengan kelompok acuan dan motivasi pembelian.

    4.2.1 Usia

    Usia responden yang dimaksud dalam hal ini adalah usia pada saat penelitian

    ini dilakukan. Usia responden tersebar dalam berbagai golongan, yaitu antara 21

    sampai 71 tahun. Distribusi responden menurut usia dapat dilihat pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia

    Kelompok Usia

    (tahun)

    Responden Keputusan Pembelian

    Jumlah

    (orang) (%)

    Sayuran

    Nonorganik (%)

    Sayuran

    Organik (%)

    ≤ 25 3 4,28 3 8,57 0 0

    26 – 35 15 21,43 6 17,14 9 25,71

    36 – 45 22 31,43 10 28,57 12 34,29

    46 – 55 21 30,00 11 31,43 10 28,57

    56 – 65 8 11,43 5 14,29 3 8,57

    > 65 1 1,43 0 0 1 2,86

    Jumlah 70 100 35 100 35 100

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

  • 14

    Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak pertama

    terdapat pada kelompok usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 22 orang (31,43%), dan

    jumlah responden terbanyak kedua terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun yaitu

    sebanyak 21 orang (30,00%), dengan perbedaan jumlah yang tidak terlalu jauh.

    Responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik penyebarannya

    merata mulai dari golongan usia ≤ 25 tahun sampai golongan usia 56-65 tahun, dan

    tidak ada responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik pada

    golongan usia > 65 tahun. Sebaliknya, responden yang memutuskan untuk membeli

    sayuran organik penyebarannya merata mulai dari golongan usia 26-35 tahun sampai

    > 65 tahun, dan tidak ada responden yang memutuskan untuk membeli sayuran

    organik pada golongan usia ≤ 25 tahun.

    4.2.2 Jumlah Pendapatan Keluarga per bulan

    Jumlah pendapatan keluarga (rumah tangga) per bulan sampel sangat

    bervariasi, mulai dari Rp 500.000,- sampai dengan yang tertinggi adalah Rp

    6.500.000,- per bulan. Distribusi sampel menurut jumlah pendapatan keluarga per

    bulan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

    Tabel 4.3 Distribusi Sampel Menurut Jumlah Pendapatan Keluarga per bulan

    Kelompok Jumlah

    Pendapatan (Rp)

    Rata-Rata

    Pendapatan

    (Rp)

    Sampel Keputusan Pembelian

    Jumlah

    (orang) (%)

    Sayuran

    Nonorganik (%)

    Sayuran

    Organik (%)

    500.000 – 1.500.000 1.123.437,50 32 45,71 25 71,43 7 20,00

    1.500.001 – 2.500.000 2.202.941,17 17 24,29 6 17,14 11 31,43

    2.500.001 – 3.500.000 3.020.000,00 5 7,14 4 11,43 1 2,86

    3.500.001 – 4.500.000 4.050.000,00 6 8,57 0 0,00 6 17,14

    4.500.001 – 5.500.000 5.000.000,00 4 5,71 0 0,00 4 11,43

    5.600.001 – 6.500.000 6.141.666,66 6 8,57 0 0,00 6 17,14

    Jumlah 70 100 35 100 35 100

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

    Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak yang memutuskan untuk

    membeli sayuran nonorganik terdapat pada kelompok jumlah pendapatan keluarga Rp

    500.000,- sampai Rp 1.500.000,- per bulan, yaitu sebanyak 25 orang (71,43%), dan

    tidak ada sampel yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik masuk ke

    dalam kelompok jumlah pendapatan keluarga ≥ Rp 3.500.001 per bulan. Sebaliknya,

    sampel yang memutuskan untuk membeli sayuran organik penyebarannya merata

    dalam semua kelompok jumlah pendapatan. Sampel terbanyak yang memutuskan

    untuk membeli sayuran organik adalah sampel pada kelompok jumlah pendapatan

  • 15

    keluarga Rp 1.500.001,- sampai Rp 2.500.000,- per bulan, yaitu sebanyak 11 orang

    (31,43%).

    4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

    Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah anggota keluarga

    dalam satu rumah yang masih menjadi tanggungan sampel. Jumlah tanggungan

    keluarga sampel berkisar antara 2 sampai 7 orang. Jumlah sampel terbanyak terdapat

    dalam kelompok jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang yaitu sebanyak 35 (50%),

    dengan 19 sampel (54,29%) memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik, dan 16

    sampel (45,71%) memutuskan untuk membeli sayuran organik.

    Sampel yang mempunyai tanggungan keluarga mulai dari 2-5 orang cenderung

    memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik. Akan tetapi perbedaan jumlah antara

    sampel yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik dengan sampel yang

    memutuskan untuk membeli sayuran organik tidak terlalu jauh. Pada kelompok jumlah

    tanggungan keluarga 6-7 orang, tidak ada sampel yang memutuskan untuk membeli

    sayuran nonorganik, melainkah terdapat 4 sampel (11,43%) yang memutuskan untuk

    membeli sayuran organik. Distribusi sampel menurut jumlah tanggungan keluarga

    dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

    Tabel 4.4 Distribusi Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga

    Jumlah Tanggungan

    Keluarga (jiwa)

    Sampel Keputusan Pembelian

    Jumlah

    (orang) (%)

    Sayuran

    Nonorganik (%)

    Sayuran

    Organik (%)

    2 – 3 31 44,29 16 45,71 15 42,86

    4 – 5 35 50,00 19 54,29 16 45,71

    6 – 7 4 5,71 0 0 4 11,43

    Jumlah 70 100 35 100 35 100

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

    4.2.4 Tingkat Pendidikan Formal

    Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah

    tingkat pendidikan formal. Distribusi responden menurut waktu menempuh pendidikan

    formal dapat dilihat pada tabel 4.5.

  • 16

    Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Waktu Menempuh Pendidikan Formal.

    Waktu Menempuh

    Pendidikan Formal

    (tahun)

    Responden Keputusan Pembelian

    Jumlah

    (orang) (%)

    Sayuran

    Nonorganik (%)

    Sayuran

    Organik (%)

    0 1 1,43 1 2,86 0 0,00

    1 – 6 10 14,29 7 20,00 3 8,57

    7 – 9 19 27,14 15 42,86 4 11,43

    10 – 12 24 34,29 10 28,57 14 40,00

    > 12 16 22,85 2 5,71 14 40,00

    Jumlah 70 100 35 100 35 100

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

    Tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 70 responden, diperoleh sebanyak 24

    responden menempuh pendidikan setingkat SLTA (34,29%), 19 responden menempuh

    pendidikan setingkat SLTP (27,14%), 16 responden menempuh pendidikan setingkat

    akademi/perguruan tinggi, dan hanya 1 responden yang tidak pernah sekolah (1,43%).

    Dari 35 responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik, jumlah

    responden terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan SLTP (7-9 tahun) yaitu

    sebanyak 15 orang (42,86%). Sedangkan dari 35 responden yang memutuskan untuk

    membeli sayuran organik, jumlah responden terbanyak terdapat pada kelompok tingkat

    pendidikan SLTA (10-12 tahun) dan akademi/perguruan tinggi (>12 tahun), yang

    keduanya memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing 14 orang (40%).

    4.2.5 Intensitas Berhubungan dengan Kelompok Acuan

    Kelompok acuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota keluarga

    dan teman dari responden, yang memberikan informasi mengenai sayuran organik dan

    memberi saran untuk membelinya. Skala intensitas berhubungan dengan kelompok

    acuan mengenai sayuran organik mulai dari tidak pernah sampai sangat sering.

    Distribusi responden menurut jumlah skor variabel intensitas berhubungan dengan

    kelompok acuan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

    Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Jumlah Skor Intensitas Berhubungan dengan

    Kelompok Acuan

    Variabel Skor

    Jawaban

    Responden Keputusan Pembelian

    Jumlah

    (orang) (%)

    Sayuran

    Nonorganik (%)

    Sayuran

    Organik (%)

    Intensitas

    Berhubungan dengan

    Kelompok Acuan

    4 – 7 41 58,57 28 80,00 13 37,14

    8 – 11 16 22,86 5 14,29 11 31,43

    12 – 15 11 15,71 2 5,71 9 25,71

    16 – 20 2 2,86 0 0,00 2 5,71

    Jumlah 70 100 35 100 35 100

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

  • 17

    Tabel 4.6 menunjukan bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok

    jumlah skor 4-7, dengan sebanyak 28 responden (80,00%) memutuskan untuk membeli

    sayuran nonorganik, dan sebanyak 13 responden (37,14%) memutuskan untuk

    membeli sayuran organik. Responden yang memutuskan untuk membeli sayuran

    organik penyebarannnnya merata di semua kelompok jumlah skor. Terdapat 2

    responden (5,71%) yang memutuskan untuk membeli sayuran organik dengan jumlah

    skor tertinggi yaitu 16-20, dan tidak ada responden dalam jumlah skor tersebut yang

    memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik. Responden yang mempunyai jumlah

    skor yang tinggi cenderung memutuskan untuk membeli sayuran organik.

    4.2.6 Motivasi Pembelian

    Indikator untuk motivasi pembelian meliputi kebiasaan konsumsi keluarga,

    kebiasaan membeli di lokasi yang dipilih, meningkatkan kesehatan, dan mendapatkan

    manfaat (nutrisi) yang lebih. Skala jawaban untuk motivasi pembelian sayuran mulai

    dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

    Hasil penelitian menunjukan tidak ada responden baik yang memutuskan untuk

    membeli sayuran nonorganik maupun yang memutuskan untuk membeli sayuran

    organik masuk ke dalam kelompok jumlah skor 4-7 dan 8-11. Responden terbanyak

    yang cenderung memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik terdapat pada

    kelompok jumlah skor 12-15, yaitu 18 orang (51,43%). Sedangkan responden

    terbanyak yang cenderung memutuskan untuk membeli sayuran organik terdapat pada

    kelompok jumlah skor yang tinggi yaitu pada jumlah skor 16-20, sebanyak 24 orang

    (68,57%). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4.7 mengenai distribusi

    responden menurut jumlah skor variabel motivasi (alasan) pembelian.

    Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Jumlah Skor Motivasi (Alasan) Pembelian

    Variabel Skor

    Jawaban

    Responden Keputusan Pembelian

    Jumlah

    (orang) (%)

    Sayuran

    Nonorganik (%)

    Sayuran

    Organik (%)

    Motivasi (Alasan)

    Pembelian

    4 – 7 0 0,00 0 0,00 0 0,00

    8 – 11 0 0,00 0 0,00 0 0,00

    12 – 15 29 41,43 18 51,43 11 31,43

    16 – 20 41 58,57 17 48,57 24 68,57

    Jumlah 70 100 35 100 35 100

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

  • 18

    4.3 Hasil Komputasi

    Hasil analisis memperoleh gambaran mengenai keputusan konsumen dalam

    melakukan pembelian sayuran organik. Dari hasil analisis dan pengujian komputasi

    diperoleh nilai koefisien regresi parsial dan nilai signifikansinya, sehingga dapat

    disimpulkan apakah Ho diterima atau ditolak. Dapat dilihat pada Tabel 4.8 mengenai

    pengujian hipotesis dengan regresi linier berganda logistik dan nilai signifikansinya.

    Tabel 4.8 Hasil Pengujian Komputasi

    No Variabel Nilai Parameter

    Dugaan Signifikansi

    Nilai Odds

    Ratio Keterangan

    1 X1_Usia 0,062 0,180 1,063 Tidak Signifikan

    2 X2_JmlPendptnKel 0,001 0,010* 1,001 Signifikan

    3 X3_JmlTanggnKel 0,352 0,297 1,421 Tidak Signifikan

    4 X4_TngktPendknFrml 0,377 0,043* 1,458 Signifikan

    5 X5_IntensBerhub 0,486 0,001* 1,627 Signifikan

    6 X6_MotivasiPemb 0,471 0,045* 1,601 Signifikan

    Konstan -21,946 0,002 0,000

    Keterangan : (*) parameter dugaan signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

    Sumber : Analisis Data Primer 2014

    Hasil pengujian komputasi yang ditampilkan pada Tabel 4.8 terlihat variabel-

    variabel bebas (Xi) yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y) adalah

    jumlah pendapatan per bulan (X2), tingkat pendidikan formal (X4), intensitas

    berhubungan dengan kelompok acuan (X5) dan motivasi pembelian (X6). Sedangkan

    variabel-variabel bebas (Xi) yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y)

    adalah usia (X1) dan jumlah tanggungan keluarga (X3).

    4.3.1 Uji Validitas dan Realibilitas

    Dari hasil pengujian, menunjukan setiap butir pertanyaan variabel intensitas

    berhubungan dengan kelompok acuan (X5) dan variabel motivasi pembelian (X6)

    mempunyai nilai r hitung > r tabel. Maka dapat dikatakan valid.

    Dari hasil pengujian Cronbach’s Alpha, nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel

    intensitas berhubungan dengan kelompok acuan (X5) > 0,60. Maka dapat dikatakan

    reliabel. Sedangkan nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel motivasi pembelian (X6) <

    0,60, maka dapat disimpulkan cukup reliabel untuk suatu tujuan penelitian.

    4.3.2 Uji Multikolinieritas

    Dari hasil pengujian menunjukan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas

    tidak lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.

  • 19

    4.3.3 Pengujian Secara Keseluruhan ( Overall Test)

    Dari hasil analisis overall test didapat nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000

    (Model) dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak.

    Sehingga, dapat dinyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat minimal

    satu variabel bebas (Xi) yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y), dan model

    regresi logistik ini dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

    4.3.4 Pengujian Secara Individu (Partial Test)

    Dari tabel Nilai Statistik Uji Wald, diketahui bahwa terdapat 4 variabel bebas

    yang memiliki nilai statistik Wald (W2) > nilai Chi-square tabel (3,84), dan nilai

    signifikansinya < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Ho : ditolak atau variabel tersebut

    berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y (keputusan pembelian). Variabel-

    variabel bebas tersebut adalah jumlah pendapatan per bulan (X2), tingkat pendidikan

    formal (X4), intensitas berhubungan dengan kelompok acuan (X5) dan motivasi

    pembelian (X6). Sedangkan variabel usia (X1) dan jumlah tanggungan keluarga (X3)

    memiliki nilai statistik Wald (W2) < nilai Chi-square tabel (3,84), dan nilai

    signifikansinya > 0,05, sehingga Ho : diterima. Artinya, variabel usia (X1) dan jumlah

    tanggungan keluarga (X3) secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan

    pembelian sayuran.

    4.3.5 Uji Kesesuaian dan Kelayakan (Goodness Of Fit)

    Untuk melakukan uji kelayakan model regresi logistik pada penelitian ini,

    digunakan beberapa uji statistik yaitu Hosmer and Lemeshow Test, Nagelkerke R

    Square dan Classification plot.

    1. Uji Hosmer Lemeshow

    Hasil uji Hosmer and Lemeshow Test menunjukan nilai signifikansi 0,937 yang

    nilainya jauh di atas 0,05. Maka keputusan Ho : diterima pada tingkat kepercayaan

    95%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik yang

    digunakan telah cukup mampu menjelaskan data.

    2. Uji Nagelkerke R Square

    Berdasarkan hasil model summary, nilai Nagelkerke R square adalah sebesar

    0,738. Artinya, kontribusi variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat

    (dependent) adalah sebesar 73,8%.

  • 20

    3. Uji Classification plot

    Adapun tabel Classification plot dapat ditunjukkan bahwa model regresi

    logistik yang digunakan telah cukup baik, karena mampu menebak dengan benar

    87,1% kondisi yang terjadi. Artinya, dari 70 observasi, ada 61 observasi yang tepat

    pengklasifikasiannya oleh model regresi logistik. Sehingga model ini sudah cukup

    layak digunakan.

    4.4 Pembahasan

    4.4.1 Pengaruh Usia (X1) Terhadap Keputusan Konsumen dalam Membeli

    Sayuran Organik

    Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi

    sebesar 0,180 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, maka

    usia (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen dalam membeli

    sayuran organik pada tingkat kepercayaan 95%.

    Tidak adanya pengaruh secara nyata usia terhadap keputusan konsumen dalam

    membeli sayuran organik, karena alasan yang pertama, responden pada penelitian ini

    baik yang memiliki rentang usia muda maupun tua memiliki kesadaran untuk menjaga

    kesehatan dengan mengkonsumsi sayuran, mengingat sayuran merupakan salah satu

    bahan pangan yang harus dikonsumsi oleh setiap tingkatan umur untuk memelihara

    fungsi tubuh secara sehat. Alasan yang kedua, lokasi penjualan sayuran organik dan

    nonorganik dekat dengan rumah penduduk, sehingga tidak menutup kemungkinan

    dalam satu lokasi terdapat banyak tingkatan usia (muda sampai tua) yang membeli

    sayuran tersebut, baik organik maupun nonorganik.

    4.4.2 Pengaruh Jumlah Pendapatan Keluarga per Bulan (X2) Terhadap

    Keputusan Konsumen dalam Membeli Sayuran Organik

    Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi

    sebesar 0,010 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, maka

    jumlah pendapatan keluarga (X2) berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen

    dalam membeli sayuran organik pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai parameter

    dugaan (B) sebesar 0,001, dan nilai odds ratio (Exp B) sebesar 1,001. Hal ini

    menunjukan terdapat kecenderungan yang kuat bahwa semakin tinggi jumlah

    pendapatan keluarga (X2), maka semakin tinggi peluang konsumen untuk memutuskan

  • 21

    membeli sayuran organik. Keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik lebih

    banyak terjadi pada konsumen yang memiliki jumlah pendapatan keluarga yang lebih

    tinggi, dengan nilai odds ratio sebesar 1,001, yang berarti bahwa peluang keputusan

    konsumen dalam membeli sayuran organik lebih tinggi 1,001% dibandingkan dengan

    konsumen yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik jika jumlah

    pendapatannya meningkat 1%.

    Terdapat pengaruh secara nyata jumlah pendapatan keluarga per bulan terhadap

    keputusan pembelian sayuran organik, karena konsumen yang memiliki jumlah

    pendapatan keluarga yang lebih tinggi akan mampu untuk memenuhi kebutuhan yang

    lebih baik, yaitu dalam hal ini adalah membeli sayuran organik sebagai salah satu

    bahan pangan yang bermutu baik. Jika mengacu pada tabel 4.3, menunjukan bahwa

    sampel yang memutuskan untuk membeli sayuran organik penyebarannya merata pada

    semua kelompok jumlah pendapatan, dan cenderung memiliki jumlah pendapatan yang

    lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampel yang memutuskan untuk membeli

    sayuran nonorganik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono, 2005 dalam Fazrina,

    dkk (2013) yang mengemukakan bahwa pendapatan yang tinggi memungkinkan orang

    untuk melaksanakan kegiatan atau kebutuhan lainnya yang lebih baik karena cukupnya

    dana yang mereka miliki. Dan pendapat Suhardjo, dkk 1989 dalam Fazrina, dkk

    (2013), bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang berhubungan dengan

    kualitas makanan.

    4.4.3 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) Terhadap Keputusan

    Konsumen dalam Membeli Sayuran Organik

    Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi

    sebesar 0,297 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, maka

    jumlah tanggungan keluarga (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan

    konsumen dalam membeli sayuran organik pada tingkat kepercayaan 95%.

    Tidak adanya pengaruh secara nyata jumlah tanggungan keluarga terhadap

    keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik, karena dalam penelitian ini,

    baik sampel yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak atau sedikit umumnya

    melakukan pembelian sayuran (dalam memenuhi konsumsi sayuran untuk keluarga)

    dengan jumlah pembelian yang tidak jauh berbeda, yaitu membeli sayuran antara 1

    sampai 2 jenis sayuran di setiap melakukan pembelian 2 sampai 3 hari sekali (contoh :

  • 22

    membeli sayuran jenis daun dan biji, membeli sayuran jenis buah dan bunga), dan

    mengkonsumsi sayuran tersebut hampir setiap hari. Umumnya, sayuran yang sering

    mereka beli dan konsumsi merupakan sayuran jenis daun (seperti sawi bakso, sawi

    sendok, daun singkong, kangkung, bayam, adas, kenikir, kubis, selobor, dan lain-lain),

    dan membelinya sebanyak 1 sampai 2 ikat di setiap melakukan pembelian, dimana

    sayuran tersebut mudah didapat dan banyak tersedia baik itu di tempat penjualan

    sayuran organik maupun nonorganik.

    4.4.4 Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal (X4) Terhadap Keputusan

    Konsumen dalam Membeli Sayuran Organik

    Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi

    sebesar 0,043 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, maka

    tingkat pendidikan formal (X4) berpengaruh secara nyata terhadap keputusan

    konsumen dalam membeli sayuran organik pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai

    parameter dugaan (B) sebesar 0,377, dan nilai odds ratio (Exp B) sebesar 1,458. Hal

    ini menunjukan terdapat kecenderungan yang kuat bahwa semakin tinggi tingkat

    pendidikan formal, maka semakin tinggi peluang konsumen untuk memutuskan

    membeli sayuran organik. Keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik lebih

    banyak terjadi pada konsumen yang memiliki tingkat pendidikan formal yang lebih

    tinggi, dengan nilai odds ratio sebesar 1,458, yang berarti bahwa peluang keputusan

    konsumen dalam membeli sayuran organik lebih tinggi 1,458% dibandingkan dengan

    konsumen yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik jika tingkat

    pendidikan formal meningkat 1%.

    Mengacu pada tabel 4.5 menunjukan bahwa responden terbanyak yang

    memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik adalah responden yang menempuh

    pendidikan setingkat SLTP, sedangkan responden terbanyak yang memutuskan untuk

    membeli sayuran organik adalah responden yang menempuh pendidikan setingkat

    SLTA dan akademi/perguruan tinggi. Terdapat pengaruh secara nyata tingkat

    pendidikan formal terhadap keputusan pembelian sayuran organik, karena tingkat

    pendidikan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pola pikir

    seseorang, yang kemudian akan mempengaruhi dalam pemilihan produk. Responden

    yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mempunyai ilmu pengetahuan dan

    wawasan yang luas, serta memiliki pemahaman yang lebih baik dalam menerima

  • 23

    informasi mengenai sayuran organik. Mereka lebih berorientasi pada cara hidup yang

    lebih sehat dengan cara mengkonsumsi sayuran organik. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Sumarwan, 1993 dalam Nugroho (2009) bahwa makin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang, maka makin mudah ia dapat menerima informasi dan inovasi

    baru yang dapat merubah pola konsumsinya.

    4.4.5 Pengaruh Intensitas Berhubungan dengan Kelompok Acuan (X5)

    Terhadap Keputusan Konsumen dalam Membeli Sayuran Organik

    Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi

    sebesar 0,001 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, maka

    intensitas berhubungan dengan kelompok acuan (X5) berpengaruh secara nyata

    terhadap keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik pada tingkat

    kepercayaan 95%. Nilai parameter dugaan (B) sebesar 0,486, dan nilai odds ratio (Exp

    B) sebesar 1,627. Hal ini berarti jika intensitas berhubungan dengan kelompok acuan

    (mengenai sayuran organik) semakin tinggi, maka peluang konsumen untuk

    memutuskan membeli sayuran organik akan semakin tinggi pula. Keputusan konsumen

    dalam membeli sayuran organik lebih banyak terjadi pada konsumen yang intensitas

    berhubungan dengan kelompok acuannya lebih tinggi, dengan nilai odds ratio sebesar

    1,627, yang berarti bahwa peluang keputusan konsumen dalam membeli sayuran

    organik lebih tinggi 1,627% dibandingkan dengan konsumen yang memutuskan untuk

    membeli sayuran nonorganik jika intensitas berhubungan dengan kelompok acuan

    meningkat 1%.

    Terdapat pengaruh secara nyata intensitas berhubungan dengan kelompok

    acuan terhadap keputusan pembelian sayuran organik, karena kelompok acuan yang

    meliputi keluarga dan teman ini telah memberikan secara langsung informasi, pendapat

    dan saran untuk membeli sayuran organik mulai dari harga, manfaat dan kelebihan,

    dan lokasi penjualan, sehingga responden dapat terpengaruh untuk membelinya. Dalam

    penelitian ini, responden lebih intensif mendapat informasi mengenai sayuran organik

    dari teman daripada anggota keluarga. Sedangkan anggota keluarga responden lebih

    intensif memberi saran kepada responden untuk membeli sayuran organik.

    Mengacu pada tabel 4.6, responden yang memutuskan untuk membeli sayuran

    organik cenderung mempunyai jumlah skor yang lebih tinggi (lebih intensif

    mendapatkan informasi, pendapat dan saran untuk membeli sayuran organik)

  • 24

    dibandingkan responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik.

    Semakin tinggi intensitas berhubungan dengan kelompok acuan mengenai sayuran

    organik, maka semakin tinggi pula responden untuk terpengaruh membeli dan

    mengkonsumsinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dasipah, dkk (2010) bahwa

    kelompok acuan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh langsung

    terhadap seseorang untuk memilih suatu produk, dalam hal ini adalah sayuran organik.

    4.4.6 Pengaruh Motivasi Pembelian (X6) Terhadap Keputusan Konsumen

    dalam Membeli Sayuran Organik

    Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi

    sebesar 0,045 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, maka

    motivasi pembelian (X6) berpengaruh secara nyata terhadap keputusan konsumen

    dalam membeli sayuran organik pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai parameter

    dugaan (B) sebesar 0,471, dan nilai odds ratio (Exp B) sebesar 1,601. Hal ini berarti

    jika motivasi pembelian sayuran organik semakin tinggi, maka peluang konsumen

    untuk memutuskan membeli sayuran organik akan semakin tinggi pula. Keputusan

    konsumen dalam membeli sayuran organik lebih banyak terjadi pada konsumen yang

    memiliki motivasi pembelian sayuran organik yang lebih tinggi, dengan nilai odds

    ratio sebesar 1,601, yang berarti bahwa peluang keputusan konsumen dalam membeli

    sayuran organik lebih tinggi 1,601% dibandingkan dengan konsumen yang

    memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik jika motivasi pembelian sayuran

    organik meningkat 1%.

    Terdapat pengaruh secara nyata motivasi pembelian terhadap keputusan

    pembelian sayuran organik, karena motivasi pembelian yang meliputi kebiasaan

    konsumsi keluarga, kebiasaan membeli di lokasi yang dipilih, meningkatkan

    kesehatan, dan mendapatkan manfaat (nutrisi) yang lebih, merupakan salah satu faktor

    yang mendorong konsumen untuk memutuskan membeli sayuran organik. Jika

    seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap produk tertentu, maka seseorang

    itu akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut, dalam penelitian ini

    yang dimaksud menguasai adalah memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi

    sayuran organik.

    Mengacu pada tabel 4.7, responden yang cenderung memutuskan untuk

    membeli sayuran organik mempunyai jumlah skor yang lebih tinggi dibandingkan

  • 25

    responden yang memutuskan untuk membeli sayuran nonorganik. Tidak ada responden

    baik yang memutuskan untuk membeli sayuran organik maupun nonorganik yang

    memiliki jumlah skor yang rendah antara 4-11. Menurut konsumen sayuran

    nonorganik, semua orang ingin meningkatkan kesehatan dengan asupan gizi yang

    cukup terutama untuk sayuran. Selain itu, sayuran yang mereka beli akan tetap dicuci

    bersih sebelum dimasak atau dikonsumsi langsung. Sehingga menurut sebagian dari

    mereka, sama saja jika membeli sayuran nonorganik atau organik, dan mereka lebih

    memilih lokasi penjualan sayuran nonorganik yang sudah menjadi langganan mereka.

    Sedangkan bagi konsumen sayuran organik, mereka lebih meyakini bahwa sayuran

    yang mereka beli lebih sehat, lebih aman dikonsumsi karena terbebas dari pestisida

    kimia meskipun nantinya tetap akan dicuci bersih, serta sayuran organik lebih banyak

    mengandung nutrisi. Oleh karena tidak menggunakan pestisida kimia, rasa dari

    sayuran organik dirasa konsumen lebih enak, renyah dan lebih berserat dibandingkan

    sayuran nonorganik meskipun pada umumnya tampilan sayuran organik tidak secantik

    sayuran nonorganik. Mengkonsumsi sayuran organik juga menjadi kebiasaan

    konsumsi keluarga, meskipun belum bisa sepenuhnya dilakukan secara berkala

    (kontinyu). Responden sebagai konsumen sayuran organik juga memilih lokasi

    penjualan yang sudah menjadi langganan mereka, yaitu KPTT.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2008) yang mendefinisikan motivasi

    konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan

    individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Selain itu

    menurut Muhaimin (2010), bahwa semakin tinggi pengetahuan konsumen mengenai

    manfaat produk dan kandungan gizinya, maka semakin tinggi pengaruh konsumen

    untuk membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. Produk yang dimaksud dalam hal

    ini adalah sayuran organik.