bab 4 analisis fasies sedimentasi dan … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur...

15
23 BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C 4.1. Analisis Litofasies dan Fasies Sedimentasi 4.1.1. Analisis Litofasies berdasarkan Data Batuan inti Litofasies adalah suatu tubuh batuan yang memiliki karakteristik litologi yang sama secara fisik, biologi, maupun kimia. Analisis fasies dan lingkungan pengendapan diperlukan untuk menentukan pola sedimentasi dan persebaran dari batupasir pada interval penelitian. Dalam penelitian ini analisis litofasies dan lingkungan pengendapan dilakukan berdasarkan data batuan inti. Data batuan ini yang digunakan pada penelitian ini didapatkan sumur FY-119, FY-223, dan FY-264. Berdasarkan data batuan inti, secara umum penulis membagi litofasies batupasir pada daerah penelitian menjadi 5 litofasies yang dapat dibedakan berdasarkan struktur dan tekstur pada batuan. 1. Conglomeratic Coarse - Sandstone Berdasarkan data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY- 264 pada dengan interval kedalaman 4929-4923 ft (Gambar 4.1.1.). Litofasies ini dicirikan berdasarkan sturuktur sedimen berupa bioturbasi dan fragmen berukuran pasir sangat kasar sampai kerikil. Bioturbasi dengan persentase 25% mengindikasikan bahwa masih ada aktivitas organisme pada lingkungan pengendapan litofasies ini. Pada litofasies ini ditemukan erosional surface dengan kenampakan rip-up clast yang mengindikasikan adanya proses penggerusan yang terjadi pada lingkungan channel. Batupasir yang menjadi kontak erosi merupakan batupasir dengan semen karbonatan. Hal ini dapat terjadi karena pada saat penggerusan akibat erosi terjadi proses sementasi kembali. Litofasies ini mengandung sedikit sekali glaukonit yang

Upload: ngodien

Post on 02-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

23

BAB 4

ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI

BATUPASIR C

4.1. Analisis Litofasies dan Fasies Sedimentasi

4.1.1. Analisis Litofasies berdasarkan Data Batuan inti

Litofasies adalah suatu tubuh batuan yang memiliki karakteristik litologi yang

sama secara fisik, biologi, maupun kimia. Analisis fasies dan lingkungan

pengendapan diperlukan untuk menentukan pola sedimentasi dan persebaran dari

batupasir pada interval penelitian.

Dalam penelitian ini analisis litofasies dan lingkungan pengendapan dilakukan

berdasarkan data batuan inti. Data batuan ini yang digunakan pada penelitian ini

didapatkan sumur FY-119, FY-223, dan FY-264. Berdasarkan data batuan inti, secara

umum penulis membagi litofasies batupasir pada daerah penelitian menjadi 5

litofasies yang dapat dibedakan berdasarkan struktur dan tekstur pada batuan.

1. Conglomeratic Coarse - Sandstone

Berdasarkan data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-

264 pada dengan interval kedalaman 4929-4923 ft (Gambar 4.1.1.). Litofasies

ini dicirikan berdasarkan sturuktur sedimen berupa bioturbasi dan fragmen

berukuran pasir sangat kasar sampai kerikil. Bioturbasi dengan persentase

25% mengindikasikan bahwa masih ada aktivitas organisme pada lingkungan

pengendapan litofasies ini. Pada litofasies ini ditemukan erosional surface

dengan kenampakan rip-up clast yang mengindikasikan adanya proses

penggerusan yang terjadi pada lingkungan channel. Batupasir yang menjadi

kontak erosi merupakan batupasir dengan semen karbonatan. Hal ini dapat

terjadi karena pada saat penggerusan akibat erosi terjadi proses sementasi

kembali. Litofasies ini mengandung sedikit sekali glaukonit yang

Page 2: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

24

mengindikasikan sangat sedikit pengaruh air laut dalam proses pengendapan

litofasies ini.

Gambar 4.1.1. Foto Conglomeratic Coarse – Sandstone pada batuan inti.

2. Flaser-bedded Medium Sandstone

Berdasarkan data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-

119, FY-223, dan FY-264 pada interval kedalaman 4869–4866 ft, 4937,5-

4928 ft, dan 4946-4947 ft (Gambar 4.1.2.). Litofasies ini dicirikan berdasarkan

struktur sedimen berupa ripple dan flaser serta fragmen berukuran pasir

sedang. Bioturbasi dengan persentase 25% mengindikasikan bahwa masih ada

aktivitas organisme pada lingkungan pengendapan litofasies ini. Struktur

ripple, flaser, dan clay doublette disebabkan oleh arus pasang-surut air laut.

Fragmen yang berukuran sedang mengindikasikan bahwa litofasies ini

diendapkan dengan energi pengendapan yang sedang. Pada litofasies ini

ditemukan mineral glaukonit yang mencirikan lingkungan laut. Pada litofasies

ini ditemukan bidang erosi dengan kenampakan rip-up clast yang

mengindikasikan adanya proses penggerusan yang terjadi pada lingkungan

channel.

FY-264 4925,8 ft

4926,8 ft

Batupasir warna abu-abu, bioturbasi 25%, sedikit

skolithos dan ophiomorpha, mud drapes, fragmen

berukuran pasir kasar-kerikil, matriks berukuran pasir

halus, semen karbonatan pada bidang erosi ,ukuran

butir menyudut-menyudut tanggung, sorting buruk,

porositas buruk, kompak, kontak erosional dengan

kenampakan rip-up clast dan bioturbasi glossifungites.

Page 3: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

25

Gambar 4.1.2. Foto Flaser-bedded Medium Sandstone pada batuan inti.

3. Bioturbated – Medium Sandstone

Berdasarkan data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-

119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

ft, dan 4923-4884 ft (Gambar 4.1.3.). Litofasies ini dicirikan berdasarkan

struktur sedimen berupa bioturbasi yang intensif dan fragmen berukuran pasir

sedang. Struktur mud drapes mencirikan adanya pengaruh pasang-surut air

laut. Struktur bioturbasi yang intensif mengindikasikan bahwa litofasies ini

diendapkan pada lingkungan pengendapan dengan aktivitas organisme yang

tinggi. Secara umum pada litofasies ini ditemukan skolithos dan ophiomorpha

yang cukup banyak dan sedikit ditemukan planolites. Ukuran fragmen berupa

pasir sedang mengindikasikan bahwa litofasies ini diendapkan pada energi

pengendapan yang sedang.

Pada litofasies ini, matriks lempung dan mineral glaukonit pada sumur

FY-119 lebih banyak dibanding sumur FY-223 dan FY-264. Hal ini

mengindikasikan bahwa sumur FY-119 lebih dekat dengan laut. Persentase

bioturbasi pada sumur FY-119 lebih tinggi dibanding dengan sumur FY-223

dan FY-264. Persentase bioturbasi sumur FY-119 lebih tinggi dibanding

FY-119

4960 ft

4960,5 ft

4931 ft

4932 ft

FY-223

Batupasir warna abu-abu kecoklatan, bioturbasi 25% berupa

skolithos dan ophiomorpha, struktur ripple, flaser, dan clay

doublette, fragmen berukuran pasir sedang, matriks lempung,

bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung, sorting

buruk, porositas sedang, kompak, mengandung sedikit glaukonit.

FY-264

4946 ft

4947 ft

Page 4: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

26

dengan sumur FY-223 dan FY-264. Skolithos yang ditemukan di sumur FY-

119 lebih sedikit dibanding dengan FY-223 dan FY-264.

Gambar 4.1.3. Foto Bioturbated – Medium Sandstone pada batuan inti.

4. Bioturbated – Very Fine Sandstone

Berdasarkan data batuan ini, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-

119, FY-223, dan FY-264 interval kedalaman 4842-4826 ft, 4880-4862 ft, dan

4886-4859 ft (Gambar 4.1.4.). Litofasies ini dicirikan berdasarkan struktur

sedimen berupa bioturbasi yang cukup intensif dan fragmen berukuran pasir

sangat halus. Struktur bioturbasi yang cukup tinggi mengindikasikan bahwa

litofasies ini diendapkan pada lingkungan pengendapan dengan aktivitas

organisme yang cukup tinggi. Secara umum pada litofasies ini ditemukan

bioturbasi ophiomorpha yang cukup banyak dan sedikit skolithos. Hal ini

mengindikasikan bahwa secara umum litofasies ini diendapkan pada energi

pengendapan yang sedang. Selain itu, ukuran fragmen berupa pasir sangat

halus juga mengindikasikan energi pengendapan yang sangat rendah pada

daerah ini. Litofasies ini mengandung sedikit glaukonit yang mengindikasikan

adanya sedikit pengaruh laut pada pengendapan litofasies ini. Pada litofasies

4846 ft

4846,5 ft

4910,5 ft

ft

4911,5

ft

FY-119 FY-223 FY-264

4901,5 ft

ft

4902,5 ft

ft

Batupasir warna abu-abu kecoklatan, mud drapes, bioturbasi 70% berupa

planolites, skolithos dan ophiomorpha, fragmen berukuran pasir sedang, matriks

lempung, bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung, sorting sedang-

buruk, porositas buruk, kompak, mengandung glaukonit.

Page 5: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

27

ini ditemukan kenampakan rip-up clast yang mengindikasikan adanya proeses

erosi. Selain itu ditemukan bioturbasi glossifungites pada bidang erosional

yang menandakan adanya gap waktu pengendapan.

Persentase bioturbasi sumur FY-119 lebih tinggi dibanding dengan

sumur FY-223 dan FY-264. Skolithos yang ditemukan di sumur FY-119 lebih

sedikit dibanding dengan FY-223 dan FY-264.

Gambar 4.1.4. Foto Bioturbated – Very Fine Sandstone pada batuan inti.

5. Bioturbated – Fine Sandstone

Berdasarkan data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-

119, FY-223, dan FY-264 dengan interval kedalaman 4822,5-4803 ft, 4862-

4858 ft, dan 4859-4850 ft (Gambar 4.1.5.). Litofasies ini dicirikan berdasarkan

struktur sedimen berupa bioturbasi intensif dan fragmen berukuran pasir halus.

Mud drapes mencirikan adanya pengaruh pasang-surut air laut. Struktur

bioturbasi yang cukup intensif mengindikasikan bahwa litofasies ini

diendapkan pada lingkungan pengendapan dengan aktivitas organisme yang

cukup. Ukuran fragmen berupa pasir halus mengindikasikan bahwa litofasies

ini diendapkan pada energi pengendapan yang rendah. Litofasies ini

FY-119 FY-223 FY-264

4779 ft

4780 ft

4862 ft

4663 ft

4905 ft

4905,5 ft

ft

Batupasir warna abu-abu kecoklatan, bioturbasi 40% berupa planolites, skolithos

dan ophiomorpha, fragmen berukuran pasir sangat halus, matriks lempung cukup

banyak, ukuran butir membundar tanggung, sorting sedang, porositas sedang,

kompak, mengandung mineral glaukonit, kontak erosional dengan kenampakan

rip-up clast.

Page 6: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

28

mengandung sedikit glaukonit yang mengindikasikan adanya sedikit pengaruh

laut pada pengendapan litofasies ini.

Gambar 4.1.5. Foto Bioturbated – Fine Sandstone pada batuan inti.

4866 ft

4867 ft

4855 ft

4856 ft

4802 ft

4803 ft

FY-119 FY-264

Batupasir warna abu-abu, mud drapes, bioturbasi 30% berupa skolithos

dan ophiomorpha, fragmen berukuran pasir halus, matriks berukuran

lempung, bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung,

porositas sedang, sorting sedang-buruk, kompak, mengandung mineral

sedikit glaukonit.

FY-223

Page 7: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

29

Gambar 4.1.6. Deskripsi dan analisis litofasies berdasarkan data batuan inti Sumur FY-119 (kiri) dan lokasi sumur batuan inti (kanan).

Page 8: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

30

Gambar 4.1.7. Deskripsi dan analisis litofasies berdasarkan data batuan inti Sumur FY-223.

Page 9: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

31

Gambar 4.1.8. Deskripsi dan analisis litofasies berdasarkan data batuan inti Sumur FY-264.

Page 10: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

32

4.1.2. Analisis Fasies Sedimentasi

Penulis melakukan analisis fasies sedimentasi berdasarkan analisis litofasies dan pola

log gamma ray. Litofasies mencerminkan mekanisme pengendapan tertentu. Litofasies

dijadikan acuan dalam penentuan lingkungan pengendapan pada interval penelitian.

Berdasarkan analisis pada batuan inti, penulis menginterpretasikan bahwa lingkungan

pengendapan pada daerah penelitian adalah tide dominated delta. Penulis menggunakan

model tide dominated delta dalam penentuan fasies sedimentasi (Gambar 4.1.9).

Gambar 4.1.9. Model Tide Dominated Delta (modifikasi Emery dan Myers, 1996)

Berdasarkan analisis litofasies, penulis membagi daerah penelitian menjadi 3 asosiasi

fasies yaitu Fasies Tidal Channel, Fasies Tidal Ridge, dan Fasies Tidal Sand Flat (Gambar

4.1.10).

1. Fasies Tidal Channel

Fasies Tidal Channel dicirikan dengan asosiasi litofasies berupa flaser-bedded -

medium sandstone, conglomeratic coarse - sandstone, dan bioturbated - medium

sandstone. Selain itu, fasies ini dicirikan dengan pola log blocky dan bell. Fasies ini

diendapkan dengan energi pengendapan yang tinggi pada lingkungan tidal channel.

Bagian bawah fasies ini dibatasi dengan bidang erosi.

Daerah Penelitian

Page 11: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

33

2. Fasies Tidal Ridge

Fasies Tidal Ridge dicirikan dengan asosiasi litofasies berupa bioturbated - medium

sandstone dan pola log funnel dan irregular. Fasies ini diendapkan pada lingkungan

tidal bar.

3. Fasies Tidal Sand Flat

Fasies Tidal Sand Flat dicirikan dengan asosiasi litofasies berupa bioturbated – fine

sandstone dan pola log irregular. Fasies ini diendapkan dengan energi pengendapan

yang rendah pada lingkungan tidal sand flat. Bagian bawah fasies ini dibatasi dengan

bidang erosi.

1,5 km 2 km

Gambar 4.1.10. Fasies sedimentasi berdasarkan data batuan inti dan pola log sumur.

4.1.3. Korelasi Detail

Data yang digunakan dalam detail berupa data log gamma ray sebanyak 24 sumur.

Korelasi dilakukan pada pada 10 lintasan terdiri 5 Lintasan berarah NW-SE dan 5 lintasan

berarah NW-SE. Korelasi pada lintasan berarah NW-SE dapat melihatkan perubahan

Page 12: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

34

sedimentasi sedangkan korelasi pada lintasan berarah NW-SE digunakan untuk melihat

geometri dari akomomodasi pengendapan.

Log gamma ray mencerminkan variasi dalam suatu suksesi ukuran butir (Selley, 1978

dalam Walker, 1992). Bentuk dari pola log gamma ray dapat digunakan sebagai interpretasi

awal . Rider (2000) membagi pola log menjadi beberapa jenis yaitu cylindrical, blocky,

funnel, bell, symmetrical, serrated. Jenis pola log sinar gamma ini dapat dijadikan sebagai

interpretasi awal dalam menentukan fasies sedimentasi. Selain menggunakan pendekatan

elektrofasies, penulis juga menggunakan analisis batuan inti sebagai acuan (Gambar 4.1.10.).

Penulis menggunakan marker waktu berupa flooding surface dan erosional surface

dalam melakukan korelasi untuk pembagian fasies pengendendapan. Berdasarkan korelasi

pada tiap sumur, penulis membagi interval penelitan menjadi 6 fasies sedimentasi yaitu

Fasies Tidal Channel 1, Tidal Ridge 1, Tidal Sand Flat 1, Tidal Channel 2, Tidal Ridge 2, dan

Tidal Sand Flat 2. Berikut adalah salah satu korelasi berarah NW-SE yang melewati 6 sumur

pada daerah penelitian (Gambar 4.1.11).

Gambar 4.1.11. Korelasi sumur pada salah satu lintasan berarah NW-SE.

Page 13: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

35

4.1.4. Evolusi Lingkungan Pengendapan

Berdasarkan suksesi vertikal dan karakter dari tiap fasies sedimentasi , lingkungan

pengendapan pada interval penelitian masih dalam satu lingkungan pengendapan. Fasies

batupasir pada interval penelitian diendapkan pada lingkungan tide dominated delta. Pada

interval penelitian terjadi 2 kali siklus pengendapan yang relatif sama. Secara regional,

Formasi Bekasap Interval C diendapkan secara selaras diatas Formasi Bangko. Pengendapan

akhir dari Formasi Bangko terjadi pada saat kenaikan muka air laut maksimum. Penurunan

muka air laut secara drastis menyebabkan perubahan lingkungan pengendapan dari shallow

marine menjadi intertidal. Pada lingkungan intertidal ini mulai diendapkan Formasi Bekasap

C. Pengendapan Formasi Bekasap Interval C diawali dengan fasa transgresi dan mulai

diendapkan Fasies Tidal Channel 1. Batupasir Fasies Tidal Channel 1 diendapkan pada

lingkungan tidal channel kemudian terjadi pengendapan secara progradasi dan dilanjutkan

dengan pegendapan Fasies Tidal Ridge 1 pada lingkungan tidal ridge. Pengendapan secara

progradasi terus terjadi dan pengaruh pasang surut air laut cukup besar menyebabkan

terjadinya pengendapan Fasies Tidal Sand Flat 1 pada lingkungan tidal sand flat. Kemudian

terjadi penurunan muka airlaut yang menyebabkan terjadinya erosi dan diendapkan kembali

Fasies Tidal Channel 2 pada lingkungan tidal channel kemudian terjadi pengendapan secara

progradasi dan diendapkan Fasies Tidal Ridge 2 pada lingkungan tidal ridge. Pengendapan

Bekasap Interval C diakhiri dengan pengendapan Fasies Tidal Sand Flat 2 pada lingkungan

tidal sand flat.

4.2. Analisis Petrofisika

Analisis petrofisika dimaksudkan untuk menentukan karakteristik dan kualitas dari

batuan. Karakteristik dan kualitas reservoir ditentukan oleh beberapa parameter fisik. Dalam

penelitian ini, penulis melakukan beberapa analisis petrofisika berupa Vshale, porositas,

porositas efektif, permeabilitas, dan saturasi air.

4.2.1. Vshale

Vshale adalah volume shale dalam sebuah reservoir. Penulis menggunakan data log

gamma ray untuk melakukan perhitungan Vshale. Rumus perhitungan Vshale yang penulis

gunakan adalah rumus persamaan linear.

Page 14: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

36

Perhitungan Vshale yang digunakan adalah:

Keterangan : Vshale = jumlah kandungan lempung (v/v)

GR = Bacaan log Gamma Ray (API)

GRmax = Bacaan log Gamma Ray paling rendah

GRmin = Bacaan log Gamma Ray paling tinggi

Perhitungan Vshale pada interval penelitian menghasilkan sebuah histogram frekuensi

dari Vshale pada seluruh sumur. Berdasarkan histogram Vshale pada interval penelitian,

didapatkan nilai rata-rata Vshale sebesar 0,4 (Gambar 4.2.1.).

Gambar 4.2.1. Histogram frekuensi Vshale seluruh sumur.

4.2.2. Porositas Total

Porositas total adalah perbandingan antara volume pori dengan volume seluruh batuan.

Penulis menggunakan data log RHOB (densitas) untuk melakukan perhitungan porositas.

Berdasarkan kumpulan jenis data log, sumur FY-232 dan FY-330 tidak memiliki data log

RHOB. Sebelum melakukan perhitungan porositas, penulis melakukan sintetik data RHOB.

Penulis mendapatkan sintetik data RHOB dengan proses regresi antara data log gamma ray

dan data log RHOB pada sumur FY-119. Berdasarkan crossplot dari kedua data ini,

Page 15: BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN … data batuan inti, litofasies ini dijumpai pada sumur FY-119, FY-223, dan FY-264 denganinterval kedalaman 4866-4842 ft, 4916-4890

37

didapatkan garis regresi dan persamaannya. Persamaan ini digunakan pada sumur yang tidak

memilki data RHOB (Gambar 4.2.2.).

Gambar 4.2.2. Persamaan regresi data RHOB Sumur FY-119.

Setelah melakukan sintetik RHOB dan semua sumur telah memiliki data RHOB,

penulis dapat melakukan perhitungan porositas total di interval penelitian. Perhitungan

porositas total dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan : RHOB = Bacaan log densitas (gr/cc) PHIT = Porositas total (v/v) = Massa jenis matriks batuan PHID = Porositas Densitas (v/v) = Massa jenis fluida

Rumus ini digunakan dengan asumsi batupasir pada daerah penelitian adalah

batupasir dengan nilai densitas batupasir bersih (clean sand) 2,65. Perhitungan porositas total

dalam penelitian menghasilkan sebuah histogram frekuensi porositas total seluruh sumur.

Rata-rata dari porositas total pada interval penelitian adalah 0,14 (Gambar 4.2.3.).