bab 4 akuntansi murabahah

23
Tugas Individu Ringkasan Akuntansi Bank DIBUAT OLEH DOSEN PEMBIMBING : STEI IQRA ANNISA UNIVERSITAS ABDURRAB JURUSAN EKONOMI ISLAM PEKANBARU-2011 1

Upload: imus

Post on 05-Jul-2015

706 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Makalah ini dibuat sebagai ringkasan murabahah yang saya dapat dari teman saya untuk referensi bacaan bagi rekan-rekan semuanya. terima kasih atas pesan, kritik dan sarannya...

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 Akuntansi Murabahah

Tugas Individu

Ringkasan Akuntansi Bank

DIBUAT OLEH

DOSEN PEMBIMBING :

STEI IQRA ANNISA UNIVERSITAS ABDURRABJURUSAN EKONOMI ISLAM

PEKANBARU-2011

AKUNTANSI MURABAHAH

1

Page 2: BAB 4 Akuntansi Murabahah

4.1 PENGANTAR

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Sedangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (Himpunan Fatwa, Edisi

kedua, hal 311) yang dimaksud dengan murabahah adalah menual suatu

barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan dalam :

1. Murabahah tana pesanan artinya ada yang beli atau tidak, bank syariah

menyediakan barang dan

2. Murabahah berdasarkan pesanan artinya bank syariah baru akan

melakukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan. Murabahah

berdasarkan dapat dikategorikan

Berdasarkan pesanan dapat dikategorikan dalam :

a. Sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut

mengikat untuk dibeli olen nasabah sebagai pemesan.

b. Sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah melakukan

pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli

barang tersebut.

Dalam Murabahah, rukun-rukunnya terdiri dari :

1. Ba’i = Penjual (pihak yang memiliki barang)

2. Msuytari = Pembeli (pihak yang akan membeli barang)

3. Mabi’ = Barang yag akan diperjualbelikan

4. Tsaman = Harga, dan

5. Ijab wabul = Pernyataan timbang terima

Syarat Murabahah (Syafi’i Antonio, Bank Syariah, hal 102) adalah :

1. Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3. Kontrak harus bebas dari riba

2

Page 3: BAB 4 Akuntansi Murabahah

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang

sesudah pembelian

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentangn MURABAHAH

sebagaimaa tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor

04/DSN-MUI/IV/2001 tertanggal 1 April 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi

Kedua, hal 25-29) sebagai berikut :

Pertama : ketentuan umum murabahah dalam bank syariah

1. Bank dan nasabah diperjualbelikan melaukan akd murabahah yang bebas

riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,

dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesanan)

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan

ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada

nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada

hangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah

barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Kedua : Ketentuan murabahah kepada nasabah bank.

3

Page 4: BAB 4 Akuntansi Murabahah

1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang

atau asset kepada bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli Bank

kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus

menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat,

kemudian kedua belah pihak harus membuat jual beli.

3. Dalam jual beli ini bank diperblehkan meminta nasabah untuk membayar

uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

4. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biara riil bank

harus dibayar dari uang muka tersebut.

5. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh

bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

6. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang

muka, maka :

a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal

membayar sisa harga.

b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjai milik bank maksimal

sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan

tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib

melunasi kekurangannya.

Ketiga : Jaminan dalam merubah

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan

nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual

kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap

berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berkahir,

ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya.

3. Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap

harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh

4

Page 5: BAB 4 Akuntansi Murabahah

memperlambat pembayaran angusaran atau meminta keruhian itu

diperhitungkan.

Kelima : Penundasan pembayaran dalam murabahah

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian hutangnya.

2. Jika nasababah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika

asalah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Bank Arbitrase Syariah setelah

tidak tercaai kesepakatan melalui musyawarah.

Keenam : bangkrut dalam murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gaga l menyelesaikan

hutannya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali,

atau berdasarkan kesepakatan.

4.2 STANDAR AKUNTANSI

Dalam PSAK nomor 5 tentang Akuntansi Bank Syariah dijelaskan

beberapa pernyataan yang berkaitan dengan Akuntansi Murabahah adalah

sebagai berikut :

4.2.1 Bank Sebagai Penjual

1. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengant ujuan untuk

dijual kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah

sebesar biaya perolehan (PSAK 59, Akuntansi Perbankan

Syariah, paragraf 61).

2. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai

berikut :

(a) Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan

mengikat :

(i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan

(ii) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak

atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui

sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva;

5

Page 6: BAB 4 Akuntansi Murabahah

(b) Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah

pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal

melakukan transaksi, maka aktiva murabahah :

(i) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih

yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya

perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian

(PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 62)

3. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurang

biaya perolehan aktiva murabahah. (PSAK 59, Akuntansi

Perbankan Syariah, paragraf 63).

4. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya

perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang

disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang

murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi,

yaitu jumlah piutang jatuh tempo dikurangi penyisihan piutang

diragukan. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 64)

5. Keuntungan murabahah diakui :

(a) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode

laporan keuangan yang sama; atau

(b) Selama peride akad secara proporsional, apabila akad

melampaui satu periode laporan keuangan (PSAK 59,

Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 65).

6. Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu

metode berikut :

(a) Jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian,

bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan

murabahah; atau

(b) Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian bank

terlebih dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari

nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan

6

Page 7: BAB 4 Akuntansi Murabahah

kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan (PSAK 59,

Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 66).

7. Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan

kewajibannya sesuai dengan akad. Pada saat diterima, denda

diakui sebagai bagian dana sosial (PSAK 59, Akuntansi

Perbankan Syariah, paragraf 67).

8. Pengakuan dan pengukuran urbun 9uang muak) adalah sebagai

berikut :

(a) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah

yang diterima bank pada saat diterima;

(b) Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui

sebagai pembayaran piutang, dan

(c) Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun

dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan

biaya-biaya yang telah dikeluarkan bank (PSAK 59,

Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 68)

4.3 PERLAKUAN AKUNTANSI DAN CONTOH KASUS

Untuk memberikan gambaran yang jelas transaksi murabahah ini dan

alur transaksinya dapat diberikan ulitrasi sebagai berikut :

4.3.1 Pengadaan barang (Assets/ Persediaan) Murabahah

Dalam kasus yang pertama, murabahah berdasarkan pesanan

bersifat mengikat, bank Islam tentu saja tidak akan memperoleh

7

Page 8: BAB 4 Akuntansi Murabahah

harga jual yang lebih rendah dari paa harga pokok penjualannya,

karena hal tersebut akan menjadikan kerugian. Dalam hal kasus yang

kedua, murabahah berdasarkan pesanan/ nasabah untuk mengambil

pesanan pembelian, maka bank Islam akan menghadapi resiko, yaitu

tidak dapat menjual barang-barang tersebut seharga yang menutupi

kelebihan biaya (cost) yang dikeluarkan.

Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah

Nasional, dalam transaksi murabahah, barang yang diperjualbelikan

sudah mejadi milik bank, artinya bahwa bank telah mengetahui

harga sebenarnya barang tersebut, termasuk potongan yang diterima

dari pemasok, dan harga tersebut harus diberitahukan kepada

pembeli. Jika bank syariah hendak mewakilkan kepada nasabah

untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah

harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank,

dengan kata lain bank syariah tidak diperkenankan untuk melakukan

akad murabahah tanpa ada barangnya, sehingga hal ini juga tidak

dapat dilakukan pembukuan.

Yang dilakukan dalam asset/ persediaan murabahah adalah

asset yang tujuannya untuk dijual kembali, sebesar harga

perolehannya.

Sehubungan transaksi murabahah ini, dalam PSAK 14 tentang

persediaan-persediaan dijelaskan bahwa yang dimaksud dalam

kegiatan usaha normal. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya

atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendaj (the lower of cost

andnet realizable value). Sedangkan Biaya persediaan harus meliputi

semua biata pembelia, biaya konversi dan biaya-biaya lain yang

timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat ang siap

untuk dijual atau dipakai (present location and condition).

4.3.2 Potongan harga dari pemasok

Pada dasarnya jual beli bank dengan nasabah dilakukan setelah

diperoleh kepastian harga pokok barang tersebut, termasuk potongan

8

Page 9: BAB 4 Akuntansi Murabahah

yang diperoleh dari pemasik, karena harga pokok ini harus

diberitahukan secara jujur kepada nasabah. Potongan pembelian dari

pemasik atas barang murabahah sebelum akad dilakukan diakui

sebagai pengurang biaya perolehan aktiva murabahah (pr 63).

Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan berkaitan dengan

potongan harga yang diterima dari pemasok sebagaimana tertuang

alam Fatwa nomor 16/DSN-MUI/IX/200 tertanggal 16 September

2000 tentang Diskon Dalam Murabahah, yang mengatur ketentuan

bahwa jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat potongan

harga dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah potongan

harga; karena itu, potongan harga adalah hak nasabah. Dilihat dari

segi bank syariah bahwa potongan harga tersebut mengurangi harga

pokok barang yang akan diperjualbelikan.

4.3.3 Uang Muka (Urbun)

Uang muka dalam murabahah dimaksudkan untuk bukti

keseriusan dalam pembelian barang tersebut. Uang muka tersebut

dapat dilakukan oleh pembelian barang tersebut. Uang muka tersebut

dapat dilakukan oleh bank kepada supplier maupun uang muka yang

diterima bank dari pembeli. Berkenan dengan itu, dalam hal bank

menerima uang muka dari pembeli, dalam perlakuan akuntansinya

diatur sebagai berikut : (pr 68).

(a) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah

yang diterima bank paa saat diterima.

(b) Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui

sebagai pembayaran piutang, dan

(c) Jika barang batal dibeli nasabah, maka urbun dikembalikan

kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang

telah dikeluarkan bank.

9

Page 10: BAB 4 Akuntansi Murabahah

4.3.4 Harga Jual dan Keuntungan Murabahah

Menurut aturan Syari’ah, penyelesaian piutang Murabahah

berdasarkan Pesanan tidak boleh dihubungkan dengan penyelesaian

barang yang dijual, apakah hasilnya penjualan tersebut negatif atau

positif. Hal ini karena ketika penjualan diselesaikan, hak kepemiikan

berpindah kepada nasabah dan nasabah mula-mula mempunyai

kepemilikan terhadap piutang. Oleh karena itu, jika pemesanan/

nasabah segera menjual asset atau pada waktu sebelum tanggal jatuh

tempo piutangnya ke bank, meskipun harga yang diperolehnya dua

kali cepat (double the price), dia tidak wajib untuk menyelesaikan

utangnya, kecuali asset itu sendiri dijaminkan sebagai kolateral

untuk utang tersebut. Demikian pula bila nilai asset berkurang, tidak

dibenarkan adanya penundaan terhadap penyelesaian piutang yang

sudah jatuh tempo.

Ada beberapa altenatif yang telah dikaj dalam pengukuran

piutang Murabahah pada akhir periode laporan keuang, yaitu :

a. Piutang, Murabahah (Murabahah Receivable) harus diukur

setara dengan nilai kasnya.

b. Piutang Murabahah (Murabahah receivable) harus diukur pada

nilai buku (jumlah yang diminta dari nasabah pada akhir

periode), tidak ada cadangan yang dilakukan untuk piutang

ragu-ragu. Kerugian yang berasal dari tidak tertagihnya piutang

diakui pada waktu terjadinya dan setelah mengecek kepastian

tidak tertagihnya piutang tersebut.

c. Piutang Murabahah (Murabahah Receivable) harus diukur pada

nilai bukunya mengurangi cadangan untuk pitang ragu-ragu.

Bank Islam juga harus membuat cadangan umum untuk resiko-

resiko investasi untuk menutup piutang Murabahah yang gagal,

tetapi tidak akan diidentifikasi seperti itu sampai suatu waktu di

masa yang akan datang.

d. Piutang Murabahah harus diukur pada nilai bukunya

mengurangi cadangan untuk piutang ragu-ragu. Bank Islam juga

10

Page 11: BAB 4 Akuntansi Murabahah

harus membuat cadangan umum untuk resiko-resiko investasi

untuk menutup piutang Murabahah yang gagal, tetapi tidak akan

diidentifikasi seperti itu sampai suatu waktu di masa yang akan

datang.

e. Piutang Murabahah harus diukur pada nilai ukunya dan bank

Islam menentukan metode penilaian, asalkan bank Islam

mengungkapkan metode tersebut di dalam kebijakan

akuntansinya.

Yang dipilih adalah alternatif pertama yaitu Piutang

Murabahah harus diukur pada akhir periode laporan keuangan pada

nilai setara kasnya, karena alternatif ini mengarah kepada aplikasi

konsep keyakinan yang memadai dan konsep matching pendapatan

dengan biaya-biaya.

Berkaitan dengan keuntungan murabahah ada beberaan

penelaan terhadap pengakuan keuntungan ada beberapa penelaan

terhadap pengakuan keuntungan penjualan dengan pembayaran

tangguh yang dilakukan dalam periode laporan keuangan sekarang

serta jumlah pembayarannya yang dilakukan satu kali dalam masa

periode laporan keuangan yang akand atang penelaan tersebut

adalah:

a. Pengakuan keuntungan pada waktu penjualan sehingga

dampaknya tersermin pada periode laporan keuangan sekarang.

b. Pengakuan keuntungan pada waktu menerima uang tunai

sehingga dampaknya tercermin didalam periode laporan

keuangan yang akan datang.

c. Mengalokasikan keuntungan pada periode laporan keuangan

transaksi.

Dalam transaksi murabahah, pembayaran barang dapat

dilakukan secara tunai dan dapat dilakukan dengan cara tunda/

tangguh atau mengangsur. Pembayaran harga jual barang yang

dilakukan dengan cara tangguh/ tunda tersebut yang dibukukan pada

perkiraan “Piutang Murabahah”.

11

Page 12: BAB 4 Akuntansi Murabahah

Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar

nilai perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada

akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang

di realisasikan sedangkan keuntungan yang ditangguhkan disajikan

sebagai pos lawan piutang murabahah.

4.3.5 Pembayaran Angsuran Murabahah

Cara pembayaran transaksi murabahah dapat dilakukan dengan

cara tunai maupun dengan cara angsuran, sesuai kesepakatan yang

dilakukan antara bank syariah dengan pembeli.

Bank Syariah harus membedakan pendapatan yang masih

dalam pengakuan saja (accrual basis) dan pendapatan yang lebih

terjadi aliran kas masuk (cash basis).

Pembayaran angsuran transaksi murabahah tidak selamanya

dilakukan secara kas atau ada aliran kas masuk, dan tidak jarang

pada tanggal jatuh tempo angsuran sampai dengan tutup buku

bulanan bank syariah, nasabah tidak melakukan pembayaran

angsuran.

4.3.6 Perubahan Kolektibilitas Murabahah

Apabila terjadi perubahan kolektibilitas dari performing ke non

performing, maka sisa saldo hutang nasabah harus dipindahkan dari

perkiraan Piutang Murabahah ke perkiraan Murabahah jatuh tempo.

Begitu juga margin yang belum diterima dari perkiraan margin

murabahah ditangguhkan keperkiraan margin murabahah

ditangguhkan jatuh tempo.

4.3.7 Pembayaran Pelunasan Awal

Dalam administrasi bank syariah, piutang murabahah

mengandung unsur harga pokok barang ditambah unsur marhin

murabahah yang belum direalisasi, piutang murabahah adalah

kewajiban dari pembeli untuk melakukan pembayaran.

12

Page 13: BAB 4 Akuntansi Murabahah

Pada dasarnya yang menjadi kewajiban dari nasabah adalah

sebesar saldo piutang yang belum dibayar dan bank syariah dapat

memberikan potongan pelunasan (musqasah) kepada nasabah yang

melakukan pembayaran pelunasan awal tersebut. Besarnya potongan

pembayaran pelunasan awal adalah hak bank syariah, sehingga

besarnya tidak harus sama dengan marhin murabahah yang belum

direalisasikan.

Dalam PSAK nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syarian, pada

butir6 dijelaskan bahwa potongan pelunasan dini diakui dengan

mengguankan salah satu metode berikut :

(a) Jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian

bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan

murabahah.

(b) Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian,

bank terlebih dulu menerima pelunasan piutang

pmurabahah dari nasabah, kemudian ban membayar

potongan pelunasan kepada nasabah dengan mengurangi

keuntungan murabahah.

4.3.8 Denda Murabahah

Jika nasabah yang berutang dianggap tidak mampu melunasi

uang dan gagal menyelesaikan utangnya, maka bank harus menunda

penagihan utang sampai dia menjadi mampu melunasinya. Seorang

yang mampu melunasi utang dilarang menunda penyelesaian

utangnya. Tetapi, jima pemesan pembelian menunda pembayaran,

pembeli bisa mengambil salah satu dari tindakan yang berikut ini :

1. Mengambil langkah-langkah kriminal yang perlu terhadap

seorang pemesan yang mengeluarkan cek yang tidak/

berare securities untuk jumlah utang, jika membuat

instrumen yang tidak sah dilarang oleh hukum.

13

Page 14: BAB 4 Akuntansi Murabahah

2. Mengambil langkah-langkah sipil yang diperlukan utnuk

memperoleh kembali utang dan mengklaim kerugian

keuangan yang benar terjadi akibat penundaan tersebut.

3. mengambil langkah-langkah sipil yang perlu untuk

memulihkan kerugian akibat hilangnya peluang karena

penundaan. Ini merupakan pandangan dari sebagian

Fuqoha modern.

4.3 PENGUNGKAPAN TRANSAKSI MURABAHAH

Dalam catatan laporan keuangan Bank Syariah mengungkapkan harus

saldo transaksi murabahah berdasarkan sifatnya, baik berupa pesanan

mengikat maupun tidak mengikat.

Semua perkiraan yang berkaitan dengan transaksi murabahah tersebut

dapat tergambar pada posisi neraca sebagai berikut :

Sedangkan Laporan Rugi bank Syariah dalam transaksi Murabahah ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

14

NERACA

Aktiva Per, 31 Agustus 2001

Uraian Jumlah

Page 15: BAB 4 Akuntansi Murabahah

LAPORAN LABA RUGI

Aktiva Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2001 Pasiva

Pendapatan Operasional Utama Bank Syariah

Pendapatan dari jual beli : 20.000

Murabahah xxxxx

Istisluna xxxxx xxxxx

Salam

Pendapatan dari bagi hasil

Mudharabahah

Musyarakah

xxxxx

xxxxx xxxxx

Pendapatan dari sewa xxxxx

Pendapatan operasi utama lainnya xxxxx

Hak pihak ketiga aas bagi hasil IIT

Pendapatan operasi lainnya (xxxxx)

Beban operasi lainnya

Beban umum dan administrasi (beban

muqasah)

Beban tenaga kerja

Dsb

7.500.000

Pendapatan non operasional (xxxxx)

Beban non operasional xxxxx

Dst. (xxxxx)

15