makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

34
BAB I PENDAHULUAN Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Menurut (Sabiq, 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan (ruad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah) pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang-barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen. Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu aspek dalam muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar semua boleh kecuali yang dilarang. Kalau belum tahu mana yang dibolehkan dalam syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib mencari tahu sebagaimana sabda Rasulullah: 1

Upload: jiantari-se

Post on 07-Nov-2014

12.889 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

BAB I

PENDAHULUAN

Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling

rela. Menurut (Sabiq, 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan (ruad) yang

dapat dibenarkan (sesuai syariah) pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan

barang-barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan

uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen.

Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar

harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu

aspek dalam muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar

semua boleh kecuali yang dilarang. Kalau belum tahu mana yang dibolehkan dalam

syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib mencari tahu

sebagaimana sabda Rasulullah:

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Pertukaran uang dengan barang yang biasa kita kenal dengan jual beli dapat

dilakukan secara tunai atau dengan cara pembelian tangguh. Pertukaran barang

dengan barang, terlebih dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut

merupakan barang ribawi (secara kasat mata tidak dapat dibedakan) atau bukan.

Untuk pertukaran barang ribawi seperti emas dengan emas, perak dengan perak,

gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, anggur kering

dengan anggur kering, dan garam dengan garam maka pertukarannya agar sesuai

syariah harus dengan jumlah yang sama dan harus dari tangan ke tangan atau tunai,

1

Page 2: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

karena kelebihannya adalah riba. Untuk pertukaran mata uang yang berbeda harus

dilakukan secara tunai.

2

Page 3: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKAD MURABAHAH

Murabahah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat amanah.

Bentuk jual-beli ini berlandaskan pada sabda Rasulullah SAW dari Shuhaib ar

Rumy r.a.:

"Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai

(murabahah), muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur

tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjual-

belikan." (HR. Ibnu Majah)

Al Murabahah adalah kontrak jual-beli atas barang tertentu. Pada

transaksi jual-beli tersebut penjual harus menyebutkan dengan jelas barang

yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang haram. Demikian juga, harga

pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus

disebutkan dengan jelas.

Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara bank

selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk

membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari jual-beli yang disepakati

bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan rukun dan syarat

dalam fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan cara

3

Page 4: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga

jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang

disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh

bank.

Selama akad belum berakhir maka harga jual-beli tidak boleh berubah.

Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut menjadi batal. Cara

pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, bisa secara lumpsum

ataupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini

disebut juga bai' bi tsaman ajil. Dalam prak-teknya nasabah yang memesan

untuk membeli barang menunjuk pemasok yang telah diketahuinya

menyediakan barang dengan spesifikasi dan harga yang sesuai dengan

keinginannya. Atas dasar itu bank melakukan pembelian secara tunai dari

pemasok yang dikehendaki oleh nasabahnya, kemudian menjualnya secara

tangguh kepada nasabah yang bersangkutan. Melalui akad murabahah,

nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki

barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu.

Dengan kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank untuk

pengadaan barang tersebut.

Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah adalah sebagai

berikut:

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

4

Page 5: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan

ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada

nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada

jangka waktu tertentu yang telah disepaki.

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah

barang, secara prinsip menjadi milik bank.

5

Page 6: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

B. JENIS AKAD MURABAHAH

Secara singkat klasifikasi Akad Murabahah dapat digambarkan

sebagai berikut:

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan:

a. Murabahah berdasarkan Pesanan

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan

pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli Murabahah

berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli

untuk membeli barang yang dipesannya Dalam murabahah pesanan mengikat

pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang

6

Page 7: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami

penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai

tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.

murabahah pesanan mengikat; mengalami penurunan nilai karena

kerusakan sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai

tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan

mengurangi nilai akad.

Secara singkat Akad Murabahah berdasarkan pesanan dapat di

gambarkan sebagai berikut:

7

Page 8: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

b. Murabahah tanpa Pesanan

Dalam murabahah tanpa pesanan, penjual melakukan pembelian

barang tanpa memperhatikan ada pemesanan dari pembeli.

Secara singkat Akad Murabahah tanpa pesanan dapat digambarkan

sebagai berikut:

8

Page 9: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

C. Cara Pembayaran Murabahah

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.

Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada

saat barang diserahkan kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan

dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.

Secara singkat klasifikasi pembayaran Akad Murabahah dapat

digambarkan sebagai berikut:

9

Page 10: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

D. DASAR SYARIAH

SUMBER HUKUM AKAD MURABAHAH

Al-Quran

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan

(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela

diantaramu..” (QS 4:29)

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu..” (QS 5:1)

10

Page 11: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS

2:275)

“….dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka

berilah tangguh sampai ia berkelapangan.” (QS 2:280)

“…dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa…” (QS 5:2)

“Hai orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang

piutang untuk jangka waktu tertentu, tuliskanlah…” (QS 2:282)

Al-Hadis

Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “

Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR.

Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan Shahih menurut Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW bersabda , “Ada tiga hal yang mengandung

keberkahan:jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan

mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga

bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)

“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual

dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Dari Abu Hurairah)

11

Page 12: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya didunia.

Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah

senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong

saudaranya.” (HR. Muslim)

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR.

Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah

suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim)

“Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus

keberkahannya.” (HR. Al Bukhari)

RUKUN DAN KETENTUAN AKAD MURABAHAH

Rukun dan ketentuan Murabahah, yaitu:

1. Pelaku

2. Objek jual beli, harus memenuhi:

Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal

Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil

manfaatnya atau memiliki nilai, dan bukan merupakan

12

Page 13: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

barang-barang yang dilarang diperjualbelikan,

misalnya: jual beli yang kadaluwarsa.

Barang tersebut dimiliki oleh penjual

Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung

dengan kejadian tertentu dimasa depan.

Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan

dapat diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada

gharar (ketidakpastian).

Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan

kualitasnya dengan jelas, sehingga tidak ada gharar.

Harga barang tersebut jelas.

Barang yang diakadkan ada ditangan penjual.

3. Ijab Kabul

E. AKUNTANSI MURABAHAH (PSAK 102)

Akuntansi untuk Penjual

Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar

biaya perolehan. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah

sebagai berikut:

(a) jika murabahah pesanan mengikat:

o dinilai sebesar biaya perolehan; dan

13

Page 14: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

o jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak atau

kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan

nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset

(b) jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak

mengikat:

o dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang

dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

o jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya

perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

I. Potongan Pembelian Diskon

Potongan pembelian aset murabahah diakui sebagai berikut:

a) jika terjadi sebelum akad murabahah maka sebagai pengurang biaya

perolehan aset murabahah;

b) jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati

maka bagian yang menjadi hak nasabah:

dikembalikan kepada nasabah jika nasabah masih berada dalam

proses penyelesaian kewajiban; atau

kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah menyelesaikan

kewajiban;

14

Page 15: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang

menjadi bagian hak lembaga keuangan syariah diakui sebagai

tambahan keuntungan murabahah;

c) jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad

diakui sebagai pendapatan operasi lain

II. Jenis-jenis Potongan (Diskon)

Potongan yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:

potongan dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian

barang;

potongan biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka

pembelian barang; dan

komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan

pembelian barang

Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan

pembelian akan tereliminasi pada saat:

dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah

potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian; atau

dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak

dapat dijangkau oleh penjual

III. Denda

15

Page 16: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai

dengan yang diperjanjikan, penjual berhak mengenakan denda kecuali

jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu

melunasi disebabkan oleh force majeur

Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk

membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya

denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang

berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.

IV. Pengakuan Keuntungan

Keuntungan Murabahah diakui:

pada saat terjadinya akad murabahah jika dilakukan secara

tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah

tidak melebihi satu periode laporan keuangan; atau

selama periode akad secara proporsional, jika akad melampaui

satu periode laporan keuangan. Jika menerapkan pengakuan

keuntungan secara proporsional, maka jumlah keuntungan

yang diakui dalam setiap periode ditentukan dengan

mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang

yang jatuh tempo pada periode yang bersangkutan. Persentase

keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan

biaya perolehan aset murabahah. Alokasi keuntungan dengan

menggunakan metode didasarkan pada konsep nilai waktu dari

16

Page 17: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

uang (time value of money) tidak diperkenankan karena tidak

diakomodasikan dalam kerangka dasar

V. Potongan Pelunasan

Potongan pelunasan piutang Murabahah yang diberikan kepada

pembeli yang melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang

disepakati diakui dengan menggunakan salah satu metode berikut:

o jika diberikan pada saat penyelesaian maka penjual

mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah;

atau

o jika diberikan setelah penyelesaian maka penjual terlebih

dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari pembeli,

kemudian penjual membayar potongan pelunasan kepada

pembeli dengan mengurangi keuntungan Murabahah

VI. Potongan Angsuran

Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:

jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat

waktu diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah;

jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran

pembeli diakui sebagai beban

VII. Jaminan Uang Muka

17

Page 18: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang

murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari

penjual

Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti

komitmen pembelian sebelum akad disepakati

Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad

Murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka

dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan kerugian

sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari

kerugian maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.

Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:

uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar

jumlah yang diterima;

pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka

diakui sebagai pembayaran piutang; dan

jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka

dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan

biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual

Akuntansi untuk Pembeli akhir

Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai

hutang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang

wajib dibayarkan)

18

Page 19: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya

perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati

dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah

tangguhan.

Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional

dengan porsi hutang murabahah

Potongan pembelian yang diterima setelah akad murabahah,

potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah sebagai

pengurang beban murabahah tangguhan

Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban

sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian

Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang

diakui sebagai kerugian

I. Penyajian

Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan

kerugian piutang

Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra

account) piutang murabahah.

II. Pengungkapan

Lembaga keuangan syariah mengungkapkan hal-hal yang terkait

dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas, pada:

19

Page 20: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

harga perolehan aset murabahah;

janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan

sebagai kewajiban atau bukan; dan

pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan

Keuangan Syariah.

F. ILUSTRASI KASUS AKAD MURABAHAH

20

Page 21: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

BAB III

KESIMPULAN

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (Bai’

Mu’ajjal). Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal

adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang

tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pertukaran barang dengan

barang, terlebih dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan

barang ribawi/secara kasat mata tidak dapat dibedakan atau bukan. Jika pertukaran

barang ribawi harus dilakukan dengan jumlah yang sama dan harus dari tangan ke

tangan atau tunai.

Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan bayar dapat

dilakukan restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena lalai dapat dikenakan

denda. Denda tersebut akan dianggap sebagai dana kebajikan. Pembayaran uang

muka juga diperbolehkan.

Ada beberapa jenis akad murabahah seluruhnya halal asalkan memenuhi

rukun dan ketentuan syariah. Untuk biaya yang terkait dengan aset murabahah boleh

diperhitungkan sebagai beban asalkan itu adalah biaya langsung-menurut jumhur

21

Page 22: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

ulama-atau biaya tidak langsung yang memberi nilai tambah pada aset murabahah.

Pelaksanaan akuntansi untuk murabahah diatur dalam PSAK 102 dan Exposure Draft

PSAK 108.

DAFTAR PUSTAKA

Wasilah, Sri Nurhayati, AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA, Jakarta: Penerbit

Salemba Empat,

Searching Materi @ Google Mengenai “AKAD MURABAHAH”

22

Page 23: Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013

23