bab 3 obyek penelitian 3.1 “basement (music and …thesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-2-00933-mc...

17
BAB 3 OBYEK PENELITIAN 3.1 “Basement (Music and Recording Studio)” Sound Production House 3.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan Organisasi ini pertama kali berdiri dengan nama Studio Lain (Music and Recording) pada tahun 2004. Studio tersebut didirikan di daerah Pangkalan Jati oleh pemiliknya yaitu Bayu Djoyo Gondokusumo bersama partner nya yaitu Wisnu. Awal tahun 2006 organisasi ini pindah ke Cinere dan merubah nama menjadi Lain Music Studio. Pada tahun 2007, setelah sempat mendirikan Q Studio di daerah Fatmawati yang fokus untuk studio rekaman, akhirnya pemilik dan parter nya memutuskan untuk membuat menggabungkan konsep Lain dan Q Studio dan membangun Sound Production House bernama Basement (Music and Studio Recording) di daerah Cilandak yang berdiri sampai saat ini Berikut adalah logo yang digunakan oleh perusahaan ini: Gambar 3.1.1 Logo “Lain Music Studio” (2006)

Upload: phambao

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 3

OBYEK PENELITIAN

3.1 “Basement (Music and Recording Studio)” Sound Production House

3.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan

Organisasi ini pertama kali berdiri dengan nama Studio Lain (Music and

Recording) pada tahun 2004. Studio tersebut didirikan di daerah Pangkalan Jati

oleh pemiliknya yaitu Bayu Djoyo Gondokusumo bersama partner nya yaitu

Wisnu. Awal tahun 2006 organisasi ini pindah ke Cinere dan merubah nama

menjadi Lain Music Studio. Pada tahun 2007, setelah sempat mendirikan Q Studio

di daerah Fatmawati yang fokus untuk studio rekaman, akhirnya pemilik dan

parter nya memutuskan untuk membuat menggabungkan konsep Lain dan Q

Studio dan membangun Sound Production House bernama Basement (Music and

Studio Recording) di daerah Cilandak yang berdiri sampai saat ini

Berikut adalah logo yang digunakan oleh perusahaan ini:

Gambar 3.1.1 Logo “Lain Music Studio” (2006)

Gambar 3.1.2 Logo “Basement (Music and Recording Studio)”

(2007-2012)

Gambar 3.1.3 Logo Singkat “Basement (Music and Recording Studio)”

(2007-2012)

3.1.2 Profil Perusahaan

Basement Music and Recording Studio merupakan sebuah rumah produksi

suara yang berpengalaman dalam memproduksi karya suara yang berkualitas.

Nama Basement sendiri memiliki arti bahwa studio ini merupakan dasar yang kuat

bagi keberhasilan dan kepuasan yang akan diraih, baik dari hasil karya suara yang

dihasilkan, lingkungan, ataupun dari berbagai kesempatan serta relasi yang

diciptakan oleh tempat ini. Basement memiliki konsep yang santai dan

kekeluargaan sehingga setiap orang datang dari kalangan biasa ataupun

profesional dapat saling berbagi informasi.

Perusahaan ini memiliki dua studio musik dan satu studio rekaman. Di

bidang music production, Basement melayani proses rekaman beragam musik dan

jenis rekaman, mulai dari perekaman instrumen, vokal, pembuatan demo, mixing

dan mastering dengan standar demo ataupun standar edar, hingga pembuatan mini

album dan album.

Selain bergerak di bidang jasa pelayanan di bindang produksi musik bagi

para musisi, penyewaan studio musik dan sound system, Basement juga melayani

sound production lainnya yang dibutuhkan oleh media massa ataupun suatu

organisasi, dari proses perekaman hingga pengemasan yang bersih dari noise dan

sesuai dengan konsep yang diinginkan oleh orang yang melakukan proses

perekaman ataupun konsep yang diinginkan oleh media massa atau perusahaan

yang menugasinya. Oleh karena beragamnya kebutuhan client, Basement hingga

saat ini melayani berbagai jenis sound production yang dibutuhkan oleh berbagai

media massa dan perusahaan, seperti:

1. Jingle

Jingle merupakan logo berupa audio bagi suatu produk, perusahaan, atau

event. Oleh karena itu, jingle mencirikan hal yang sama dengan logo visual

yang diperlihatkan kepada khalayak. Durasi jingle hanya sebentar dan memuat

nama dari suatu produk, perusahaan, atau event yang bersangkutan, serta

beberapa kalimat yang sangat mencirikan hal tersebut, biasanya diiringi oleh

musik yang sesuai sebagai backsound yang berfungsi untuk menarik perhatian

pendengar.

2. Layanan perekaman Voice Over

Voice over merupakan rekaman yang hanya berisikan suara si perekam.

Perekaman ini dilakukan biasanya untuk pesan yang berdurasi lama atau

pesan berisikan informasi yang padat, sehingga pesan tersebut dapat

disampaikan dengan lebih rapi dan bebas dari noise. Beberapa bentuk voice

over yang diproduksi oleh Basement seperti:

a. Percakapan (dubbing) untuk film dan pertunjukan

b. Program radio

c. E-Learning

d. Pelatihan perusahaan

3. Iklan

Untuk meletakkan iklan pada spot media massa diperlukan iklan yang

berkualitas dan berdurasi sesuai dengan perencanaan penempatan spot iklan

tersebut. Perekaman voice over untuk iklan di Basement selama ini ditujukan

untuk iklan komersial yang akan disiarkan di radio dan televisi, serta iklan

non-komersial berbagai perusahaan dan organisasi yang ditujukan bagi

karyawan internal.

3.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi

menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu

dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam

struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa

melapor kepada siapa.(organisasi.org) Hal tersebut diperjelas dengan adanya

empat elemen yang terdapat di dalam sebuah struktur organisasi, yaitu:

1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja

2. Adanya standardisasi kegiatan kerja

3. Adanya koordinasi kegiatan kerja

4. Besaran seluruh organisasi

Sebuah organisasi perusahaan memerlukan pengetahuan dan kerjasama

organisasi yang baik untuk dapat berkompetisi. Menjaga hubungan vertikal dan

horizontal dari sebuah struktur organisasi sangat dipentingkan. Semua posisi di

sebuah organisasi saling mendukung dan memiliki kepentingan serta tujuan yang

sama. (Grana, 2003) Di dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa

berlangsungnya proses interaksi dan pengetahuan yang cukup di dalam sebuah

organisasi perusahaan dapat membentuk sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan

internalisasi yang baik bagi berjalannya sistem yang berlaku di perusahaan.

Basement mempunyai struktur organisasi yang sederhana dan tidak rumit,

dikarenakan oleh pekerjaan yang ada di dalam perusahaan ini dapat dikerjakan

oleh orang-orang yang tidak terlalu banyak jumlahnya. Struktur perusahaan yang

berlaku saat ini adalah sebagai berikut:

Berikut adalah penjelasan dari struktur organisasi tersebut:

1. Sebagai seorang owner, Bayu merupakan pemilik dan penggerak utama dari

Basement. Oleh karena banyaknya link yang dimiliki dan merupakan orang

yang terlama di perusahaan ini, maka Bayu juga memerankan posisi sebagai

Public Relation.

2. Partner kerja disini merupakan seseorang yang turut bekerja sama dalam

banyak hal serta memberikan modal dan fasilitas bagi perusahaan ini.

3. Operational Manager di perusahaan ini merupakan seseorang yang

menjembatani hubungan pemilik dengan pekerja lainnya dan juga para

Owner: Bayu Partner: Wisnu

Oprational Manager: Yudhi

Sound Engineer: Karis

Studio Operator : Isak

Audio Operator: Mike

Gambar 3.1.3.1 Struktur Organisasi Rumah Produksi Suara

“Basement (Music and Recording Studio)”

pelanggan. Posisi ini memiliki sejumlah pekerjaan dan tanggung jawab antara

lain:

a. Mengatur jadwal kegiatan yang berlangsung di perusahaan dan memantau

jalannya kegiatan tersebut.

b. Memberikan jobdesk kepada sound engineer, audio operator, dan studio

operator, serta mengawasi kegiatan mereka

c. Mencatat kegiatan, pesan atau saran dari pengguna studio, pengeluaran dan

pemasukan perusahaan, lalu melaporkannya kepada pemilik perusahaan.

4. Sound engineer berperan penting dalam menghasilkan karya yang baik. Proses

recording, sound editing, hingga mixing dan mastering menjadi tugas utama

dari sound engineer di Basement.

5. Audio operator bertugas untuk membantu Sound Engineer saat bekerja dan

harus mengerti tentang sound system serta pengaturannya karena juga akan

bertugas mengurus penyewaan sound system

6. Studio Operator mengurus penggunaan studio dan perawatan peralatannya serta

menjalani arahan dari Operaational Manager dan masukan dari Sound

Engineer

3.1.4 Visi dan Misi Perusahaan

Visi adalah pandangan jauh ke depan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan

atau organisasi tentang gambaran masa depan yang diinginkan. Sedangkan misi

adalah pernyataan tentang tujuan dan sasaran yang ingin dicapai secara lebih

terfokus.

Visi dari rumah produksi suara Basement Music and Recording Studio

adalah dapat menjadi dasar yang kuat bagi para musisi, pekerja media, dan

penikmat hasil karya suara di Indonesia untuk berkembang dan menghasilkan

karya terbaik. Sedangkan misi dari rumah prodksi suara Basement Music and

Studio Recording adalah:

1. Menjadi rumah produksi suara yang semakin berkualitas dan terpercaya bagi

masyarakat pada umumnya dan musisi pada khususnya

2. Memperluas target konsumen hingga tingkat nasional dan internasional

3.2 Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam pembuatan skripsi ini.

Riset kualiatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya

melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan

besarnya populasi atau sampling, sehingga bila data yang terkumpul sudah

mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari

sampling lainnya. Dalam metode kualitatif, yang paling ditekankan adalah kualitas

atau kedalaman persoalan dibahas, bukan kuantitas atau banyaknya data.

(Kriyantono, 2006).

Untuk melihat bagaimana peran Sound Engineer secara mendalam, penulis

menggunanakan jenis metode studi kasus dan memilih penelitian studi kasus yang

bersifat deskriptif. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai

sumber data yang bisa digunakan utuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan

secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program,

organisasi, atau peristiwa secara sistematis.

Oleh karena dalam penelitian ini memerlukan berbagai macam instrumen

pengumpulan data, periset dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi

partisipan, dan yang lainnya. (Kriyantono, 2006) Bersumber dari buku yang sama,

bahwa dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu

kelompok, atau suatu kejadian, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap

dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Untuk penelitian studi kasus ini,

penulis meneliti peran seorang Sound Engineer menggunakan metode

pengumpulan data wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi literatur,

lalu menguraikannya secara deskriptif, yang merupakan deskripsi detail mengenai

topik yang diteliti.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian, maka data yang penuli kumpulkan adalah

data kualitatif yang merupakan data yang berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat

narasi-narasi. Data ini berhubungan dengan kategorisasi dan karakteristik.

Berdasarkan sumbernya, data kualitatif dikelompokkan menjadi data historis, data

teks, data kasus, dan data pengalaman individu. (Kriyantono, 2006)

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data pengalaman individu dan

data hasil observasi penulis sebagai data kualitatif nya. Dari data kualittif tersebut

dapat diketahui data tentang motif menjadi seorang pekerja, dalam hal ini adalah

Sound Engineer, lalu kebiasaannya dalam melakukan pekerjaan, kebiasaan para

pelanggan, bagaimana perasaannya mengenai pekerjaan tersebut, bagaimana

proses pekerjaan tersebut dan hal-hal yang harus dilalui termasuk faktor luar yang

dapat mempengaruhi hasil karya, hingga berbagi saran, pendapat, dan definisi-

definisi menyangkut pekerjaan tersebut menurut pengalamannya.

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan

dalam mengumpulkan data. Berdasarkan penjabaran tentang data pengalaman

individu sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif

ini adalah melalui wawancara mendalam (depth interview) yang dilakukan kepada

Sound Engineer dari rumah produksi suara Basement yang bernama Kharisma,

diiringi dengan melakukan observasi di tempat yang sama dengan unit analisis nya

adalah organsasi tersebut dan melihat cara organisasi tersebut (khususnya

depatemen kerja Sound Engineerng) beraktivitas, serta melakukan studi literatur

terhadap hal terkait dengan objek penelitian.

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan secara lebih jelasnya

dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam (depth interview)

Merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara

langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap

dan mendalam. Wawancara mendalam ini biasanya dikombinasikan dengan

observasi partisipan. (Kriyantono, 2006) Untuk mendapatkan wawancara yang

mendalam, wawancara dibiarkan berjalan informal sehingga informal dapat

dengan bebas memberikan jawaban. Kriyantono dalam bukunya juga

mengatakan bahwa sebuah metode wawancara memiliki karakteristik untuk

digolongkan menjadi wawancara mendalam. Karakteristik dari wawancara

mendalam tersebut dan diterapkan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Menggunakan subjek yang sedikit atau bahkan satu atau dua orang saja.

Di dalam penelitian skripsi ini hanya menggunakan satu subjek yaitu

Sound Engineer dari rumah produksi suara Basement.

b. Menyediakan latar belakang secara detail mengenai alasan informan

memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terelaborasi elemen

dalam jawaban, yaitu opini, nilai-nilai (values), motivasi, pengalaman-

pengalaan, maupun perasaan informan.

c. Wawancara mendalam memperhatikan pesan verbal dan nonverbal yang

diberikan oleh informan.

Saat melakukan penelitian, selain mempehatikan, merekam, dan mencatat

jawaban verbal yang diberikan oleh Kharisma, penulis juga

memperhatikan respons nonverbal yang muncul, seperti saat informan

memberikan isyarat tidak nyaman setelah mengutarakan jawaban yang

berarti pesan yang sempat terucap harus di off-record. Off-record

permintaan untukk tidak memasukkan pesan yang terucap namun karena

alasan tertentu, tidak diinginkan oleh informan untuk direkam atau

disebarluaskan.

d. Wawancara mendalam biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan

berkali-kali. Bahkan bila perlu pewawancara turut melibatkan diri secara

dekat untuk mengetahui pola keseharian informan.

Dalam hal ini, penulis berada di unit kerja yang sama dengan informan

selama kurang lebih dua bulan. Selama rentan waktu itu, penulis

melakukan penelitian, wawancara, dan observasi terhadap informan dan

aktivitas yang dilakukannya di dalam perusahaan.

e. Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara atau

keakraban antara pewawancara dengan informan, sehingga wawancara

dapat berlangsung terus.

Dalam hal keakraban, penulis menjalin hubungan kerjasama yang baik

dengan informan sehingga bila penulis ingin mendapatkan jawaban yang

lebih lengkap atas pertanyaan yang sama, penulis dapat mengajukan

pertanyaan kembali. Hal ini juga berguna untuk menguji keyakinan

informan dalam menjawab pertanyaan.

2. Observasi

Metode observasi dalam hal ini diartikan sebagai kegiatan mengamati

secara langsung (tanpa mediator) suatu objek untuk melihat dengan dekat

kegiatan yang dilakukan oleh objek tersebut. (Kriyantono, 2006) Dijelaskan

juga oleh Rachmat Kriyantono dalam bukunya, bahwa dalam riset dikenal dua

jenis metode observasi yaitu observasi non-partisipan dan partisipan. Berikut

merupakan sebuah gambar yang dapat membantu memahami jenis observasi:

Gambar 3.3.1 Jenis-Jenis Observasi

(Wimmer and Dominic, 2000)

Overt

Covert

Observer Participant

1 2

3 4

a. Kuadran 1 disebut peneliti yang tampak (Overt-Observer). Penelitian ini

menrupakan jenis observasi dimana peneliti hanya sebagai pengamat

(Observer) dan kehadiran serta maksudnya dikethui oleh yang diteliti.

b. Kuadran 2 disebut partisipan yang tampak. (Overt-Participant) karena

peneliti tidak hanya mengamati namun juga berpartisipasi dalam aktivitas

yang diteliti. Jenis penelitian inilah yang penulis gunakan.

c. Kuadran 3 berisikan situasi dimana peneliti terbatas sebagai Observer

namu subjek yang diteliti tidak menyadari bahwa sedang diteliti

(covert/tertutup)

d. Kuadran 4 peneliti berperan sebagai partisipan namun subjek yang diteliti

juga tidak menyadari bahwa sedang diteliti.

Berdasarkan gambar dan penjelasan dari tabel tersebut maka dapat

diperjelas bahwa observasi partisipan merupakan metode observasi dimana

peneliti juga menjadi partisipan yang ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan

oleh yang diteliti, dan kehadirannya dapat diketahui atau tidak. Sedangkan

observasi non-partisipan adalah metode observasi yang perisetnya hanya

melakukan observasi danpa melakukan kativitas yang dilakukan oleh yang

diteliti, baik kehadirannya diketahui ataupun tidak.

Berdasarkan definisi tersebut, observasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah observasi partisipan dengan masuk ke dalam lingkungan kerja subjek

penelitian yaitu Sound Engineer di rumah produksi suara Basement, dan

melakukan aktivitas yang serupa sehingga dapat merasakan langsung profesi

yang diteliti. Penulis memilih untuk melakukan penelitian yang tampak (overt)

karena penulis juga perlu melakukan metode wawancara mendalam, informan

yang diteliti sadar akan adanya penelitian yang sedang berlangsung.

Tindakan yang dilakukan dalam observasi dan wawancara mendalam

dibedakan dalam tabel berikut (Berger, 2000 dalam Kriyantono, 2006) :

Dimensi Wawancara Observasi

Waktu Masa lampau dan sekarang

(past and present)

Sekarang dan sedang

berlangsung (present and in

progress)

Jenis

Data

Sikap (attitudes), motivasi

(motivation), dan pernyataan

verbal

Tindakan (actions), perilaku

(behavior), interaksi

(interactions), percakapan

(conversation), konteks (context)

Metode Bertanya (asking), mendengar

(hearing), dan memeriksa

(probing)

Mengamati (seeing), dan

mendengarkan (hearing)

Tabel 3.3.1 Perbedaan Wawancara dan Observasi oleh Berger

Metode pengambilan data lainnya adalah studi literatur, yang merupakan

studi pencarian data di berbagai sumber untuk mendukung penelitian atau

memperkuat pernyataan informan. Studi literatur bertujuan untuk mendapatkan

informasi yang mendukung konsep penelitian serta dapat memberikan latar

belakang terhadap permasalahan yang diteliti. Penulis melakukan studi literatur

dengan mencari data di berbagai sumber buku dan sumber tertulis lainnya, serta

menggunakan jaringan internet untuk memperoleh data dari berbagai situs yang

ada.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam metode observasi adalah dengan

membuat kategori-kategori tertentu dengan Filling System (Wimmer & Dominic):

Tindakan (actions), perilaku (behavior), interaksi (interactions), percakapan

(conversation). Setelah itu penulis memperkuat hasil tersebut dengan hasil analisis

data wawancara mendalam dan bantuan dari teori yang didapat dari studi literatur.

Metode analisis data wawancara mendalam yang dilakukan oleh penulis

adalah membuat pengkodingan (analisis) hasil wawancara. Pengkodingan tediri

atas tiga tahapan, yaitu:

1. Pengkodingan Terbuka (Open Coding)

Dalam tahap ini tidak hanya sekedar membuat transkrip wawancara

dengan meringkas hasil wawancara, melainkan mulai menemukan kata kunci

dengan metode reduksi data. Mereduksi data berarti membuat rangkuman,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema

dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. (Patilima, 2005)

2. Pengkodingan Terporos (Axial Coding)

Merupakan pembuatan prosedur penempatan data kembali dengan cara

membuat kaitan antar kategori dari hasil wawancara dengan menggunakan

kata kunci yang sudah dipilih sesuai topik oleh penulis. Dalam pembuatan

kategori, kategori mencangkup semua transkrip wawancara dan tidak ada

tumpang tindih antar kategori

3. Pengkodean Terpilih (Selective Coding)

Dalam pengkodingan ini dilakukan penyederhanaan data dengan

menggabungkan semua kategori sehingga menghasilkan suatu tema yang

menyimpulkan tujuan dari penelitian ini.

3.5 Validitas Data

Untuk melakukan metode analisis data yang membandingkan, mencocokkan,

atau menguatkan metode satu dan lainnya, penulis menggunakan Analisis

Triangulasi, yang melakukan analisis jawaban wawancara mendalam informan

dengan meneliti kebenarannya dengan sumber data yang lainnya. Bersumber

kepada buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Dwidjowinoto dalam Kriyantono,

2006:72), berikut adalah analisis triangulasi yang dilakukan penulis dalam

penelitian ini:

1. Triangulasi Sumber

Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Dalam hal ini peneliti

membandingkan dan menggabungkan hasil wawancara mendalam yang

dilakukan kepada Sound Engineer dan Owner Basement, serta

mengaitkannya dengan hasil observasi.

2. Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Dalam

landasan teori, penulis menjabarkan lebih dari satu teori yang dipergunakan

untuk mendukung penelitian ini.

3.6 Permasalahan yang Dibahas

Rumah produksi suara memiliki tenaga ahli untuk mengoperasikan fasilitas

yang ada dan memproduksi suara yang berkualitas yang akan berpengaruh pada

keberhasilan perusahaan. Basement memiliki seorang Sound Engineer yang

melakukan tugas tersebut. Maka hal permasalahan yang akan dibahas adalah

sebagai berikut:

1. Definisi dan peran yang dimainkan seorang Sound Engineer

2. Tugas yang dilakukan oleh Sound Engineer

3. Produksi yang dihasilkan oleh Sound Engineer bagi perusahaan

4. Perbedaan kualitas hasil produksi

5. Pengaruh kinerja Sound Engineer terhadap perusahaan