bab 3 metodologi penelitian 3.1. umum - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/128423-t...

12
17 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Pada Bab sebelumnya juga telah diuraikan beberapa tinjuaun literatur mengenai hubungan faktor-faktor seperti Fixed Tangible Assets, Profitabilitas, pertumhuhan (Growth) dan Ukuran (Size) perusahaan terhadap jumlah hutang perusahaan yang diproxykan dengan Debt to Total Equity Ratio. Dari tinjauan pustaka tersebut, faktor-faktor Fixed Tangible Assets dan tingkat profitabilitas berpengaruh negatif terhadap hutang sedangkan pertumbuhan (growth) dan ukuran (Size) perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang perusahaan. Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh faktor-faktor Fixed Tangible Assets, Profitabilitas, pertumbuhan (Growth) dan Ukuran (Size) perusahaan secara bersama-sama terhadap jumlah hutang perusahaan. 3.2. Objek Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur ini diambil dari kategori manufacturing menurut Indonesian Capital Market Directory 2008. Industri manufacturing ini terbagi lagi ke dalam beberapa sub bidang industri, yang meliputi: 1. Makanan dan Minuman (Food and Beverages) 2. Perusahaan tembakau (Tobacco Manufacturers) 3. Produk tekstil (Textile Mill Products) 4. Produk tekstil lainnya (Apparel and Other Textile Products) 5. Produk kayu (Lumber and Wood Products) 6. Produk kertas (Paper and Allied Products) 7. Produk kimia dan sejenisnya (Chemical and Allied Products) 8. Produk bahan perekat (Adhesive) 9. Produk plastik dan gelas (Plastics and Glass Products) 10. Semen (Cement) 11. Produk logam dan sejenisnya (Metal and Allied Products) Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

Upload: trankien

Post on 18-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

17 

Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Umum

Pada Bab sebelumnya juga telah diuraikan beberapa tinjuaun literatur

mengenai hubungan faktor-faktor seperti Fixed Tangible Assets, Profitabilitas,

pertumhuhan (Growth) dan Ukuran (Size) perusahaan terhadap jumlah hutang

perusahaan yang diproxykan dengan Debt to Total Equity Ratio. Dari tinjauan

pustaka tersebut, faktor-faktor Fixed Tangible Assets dan tingkat profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap hutang sedangkan pertumbuhan (growth) dan

ukuran (Size) perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang perusahaan.

Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh faktor-faktor Fixed

Tangible Assets, Profitabilitas, pertumbuhan (Growth) dan Ukuran (Size)

perusahaan secara bersama-sama terhadap jumlah hutang perusahaan.

3.2. Objek Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur ini diambil dari kategori

manufacturing menurut Indonesian Capital Market Directory 2008. Industri

manufacturing ini terbagi lagi ke dalam beberapa sub bidang industri, yang

meliputi:

1. Makanan dan Minuman (Food and Beverages)

2. Perusahaan tembakau (Tobacco Manufacturers)

3. Produk tekstil (Textile Mill Products)

4. Produk tekstil lainnya (Apparel and Other Textile Products)

5. Produk kayu (Lumber and Wood Products)

6. Produk kertas (Paper and Allied Products)

7. Produk kimia dan sejenisnya (Chemical and Allied Products)

8. Produk bahan perekat (Adhesive)

9. Produk plastik dan gelas (Plastics and Glass Products)

10. Semen (Cement)

11. Produk logam dan sejenisnya (Metal and Allied Products)

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

18 

 

Universitas Indonesia

12. Produk logam difabrikasi (Fabricated Metal Products)

13. Produk kompor, tanah liat, gelas dan beton (Stone, Clay, Glass, and

Concrete Products)

14. Produk kabel (Cable)

15. Peralatan listrik dan kantor (Electronic and Office Equipment)

16. Produk Otomotif dan sejenisnya (Automotive and Allied Products)

17. Produk Peralatan Fotografi (Photographic Equipment)

18. Farmasi (Pharmaceuticals)

19. Barang-barang Konsumer (Consumer Goods)

Perincian nama-nama perusahaan (emiten) yang menjadi sampel penelitian dapat

dilihat di lampiran 1.

Penelitian ini tidak menggunakan sampel perusahaan di sektor keuangan

seperti perbankan dan asuransi karena struktur laporan keuangannya berbeda

dengan laporan keuangan perusahaan non keuangan. Perusahaan manufaktur pada

umumnya mempunyai tingkat aktiva tetap (Tangible Assets) yang tinggi sehingga

sangat sesuai untuk pengujian salah satu faktor penentu hutang yaitu Aktiva

Tetap. Alasan lain adalah masalah struktur modal yang dianalisis dalam teori

capital structure tidak relevan untuk perusahaan yang bergerak di bidang

keuangan. Penggunaan sampel perusahaan manufaktur ini juga sama dengan

metodologi di penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Rajan

dan Zingales (1995) dan Padron, et al. (2005).

3.3. Pengumpulan sampel

Yang dijadikan populasi data dari penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut

kategori manufaktur yang ada di Indonesian Capital Market Directory 2008.

Penentuan sampel perusahaan dilakukan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan harus sudah tercatat di BEI dari tahun 2003.

2. Perusahaan yang dipilih harus memiliki semua data yang digunakan

sebagai variabel bebas dalam penelitian ini yaitu mempunyai harga saham

individual, mempunyai laba bersih, dan mempunyai fixed tangible assets,

dan penjualan.

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

19 

 

Universitas Indonesia

3. Perusahaan yang memiliki Price to Book Value (PBV) (sebagai salah satu

proxy pengukuran variabel bebas) negatif akan dikeluarkan dari sampel.

4. Ketersediaan data keuangan pada program OSIRIS, website www.bei.co.id

ataupun di www.yahoofinance.com.

Data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini seperti Total Long

Term Liabilities, Total Liabilities, Fixed Tangible Assets, Total Assets, Total

Equity, Sales, Net Income, jumlah saham beredar, dan nilai saham individual

diambil dari data sekunder yang tedapat di program OSIRIS serta website

www.bei.co.id.

3.4. Hipotesis

Berdasarkan literatur di bab bahwa yang ingin diteliti adalah pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap Long Term Debt dan terhadap Total Debt maka

diperlukan dua persamaan atau model penelitian. Menurut Titman dan Wessel

(1988) beberapa teori struktur modal mempunyai implikasi yang berbeda untuk

jenis-jenis hutang yang berbeda. Selain itu, menurut Chung (1993) faktor-faktor

yang mempengaruhi struktur hutang mempunyai pengaruh yang berbeda-beda

terhadap hutang jangka panjang dan jangka pendek. Chung dalam penelitiannya

tersebut juga menggunakan Long-term debt ratio dan Total debt ratio. Hipotesis

yang dilakukan bersifat uji satu sisi (one sided) karena hipotesis dinyatakan dalam

hubungan yang positif (upper test) atau negatif (lower test) sehingga nantinya

dalam penentuan signifikansi, nilai p-value akan dibagi dua. Hipotesis untuk

kedua model atau persamaan tersebut disajikan sebagai berikut:

3.4.1. Pengaruh Fixed Tangbile Assets terhadap Hutang

Perusahaan dengan tingkat Tangible Assets yang tinggi cenderung tidak

mempunyai masalah asymmetric information, sehingga dapat menerbitkan saham

pada harga wajar dan mereka tidak perlu meminjam untuk pendanaan investasi

baru (Harris dan Raviv, 1991). Keadaaan sebaliknya berlaku untuk perusahaan

dengan tingkat tangible assets yang rendah.

Hipotesis 1 : Fixed Tangbile Assets berpengaruh negatif terhadap hutang

perusahaan

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

20 

 

Universitas Indonesia

3.4.2. Pengaruh Profitabilitas terhadap hutang

Laba ditahan adalah pilihan pendanaan terbaik bagi perusahaan. Jenis

sumber pendanaan ini tidak menimbulkan asymmetric information dan dapat

digunakan segera untuk proyek baru sedangkan perusahaan yang berlaba rendah

menggunakan lebih banyak hutang pada saat dana internal mereka tidak

mencukupi (Myers, 1984).

Hipotesis 2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap hutang perusahaan

3.4.3. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap hutang

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan dana

besar untuk investasi yang tinggi. Perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan

dana internal yang biasanya masih rendah karena perusahaan masih dalam fase

pertumbuhan (Fama dan French, 2002). Perusahaan biasanya menerbitkan hutang

atau meminjam untuk menutupi keterbatasan dana internal tersebut.

Hipotesis 3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang

perusahaan

3.4.4. Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap hutang

Perusahaan besar mempunyai arus kas yang lebih stabil atau kurang

bergejolak dan dapat mengeksploitasi economies of scale dalam operasi

perusahaannya (Graham et al., 1998; Gaud et al, 2005). Perusahaan besar

mempunyai kelebihan dibandingkan perusahaan yang lebih kecil dalam memasuki

pasar uang dan dapat meminjam dalam kondisi yang lebih baik karena reputasinya

yang baik (Ferri dan Jones, 1979; Wiwattanakantang, 1999). Perusahaan kecil

membayar lebih mahal daripada perusahaan besar dalam mengeluarkan ekuitas

baru dan dalam menerbitkan hutang jangka panjangnya. Ini berarti juga bahwa

perusahaan kecil tidak menyukai hutang jangka panjang karena tingginya biaya

yang berkaitan dengan penerbitan hutang. Perusahaan yang lebih kecil juga

menghadapi biaya untuk memperoleh dana eksternal yang lebih tinggi karena

masalah asymmetric information.

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

21 

 

Universitas Indonesia

Hipotesis 4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang

perusahaan

3.5. Definisi dan pengukuran sampel

3.5.1. Variabel Terikat - Tingkat Hutang Perusahaan

Dalam penelitian ini, ada dua variabel terikat yang digunakan untuk

mewakili tingkat hutang perusahaan yaitu Total hutang (Total pinjaman jangka

pendek dan panjang) dibagi dengan total ekuitas atau Total Liabilities to Total

Equity (TD) dan Hutang Jangka panjang dibagi dengan total ekuitas atau Long

Term Liabilities to Total Equity (LTD). Proxy ini juga dipakai oleh Titman dan

Wessel (1988) dalam salah satu penelitiannya mengenai “The Determinant of

Capital Structure Choice”. Proxy ini dipakai dengan rumusan sebagai berikut:

1. Total Debt to Equity Ratio = Total Debt

Total Equity

2. Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt

Total Equity

3.5.2. Variabel Bebas

3.5.2.1. Aktiva Tetap (Fixed Tangible Assets)

Sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16, yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), aktiva tetap adalah:

“Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan

dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak

dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”

Menurut Smith et al, 1995, 12e:

“Tangible noncurrent operating assets include land, buildings, and

equipment used in revenue-producing activities.”

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

22 

 

Universitas Indonesia

Sesuai dengan Rajan dan Zingales (1995), penulis menggunakan Fixed

Asset to Total Assets Ratio sebagai indikator untuk mengukur Fixed Tangible

Assets (TA) yang dihitung dengan rumusan sebagai berikut:

Data Fixed Assets (setelah dikurangi akumulasi penyusutan) dan Total

Assets diperoleh dari Neraca perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel

penelitian.

3.5.2.2. Profitabilitas (Profitability)

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba dan merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen

dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan. (White, Sondhi, Fied, 2003).

Banyak sekali indikator profitabilitas (PRF) yang digunakan dalam bidang

akuntansi dan investasi antara lain Return on Sales, Return on Investment (ROI),

dan Return on Assets (ROA). Return on Investment (ROI) mengukur hubungan

antara laba dan investasi yang diperlukan untuk menghasilkan laba tersebut.

Banyak diversifikasi pengukuran atas investasi yang menghasilkan beberapa

bentuk ROI, yaitu Return on Assets (ROA), Return on Total Capital (ROTC), dan

Return on Equity (ROE).

Dalam literatur, banyak proxy yang digunakan sebagai indikator untuk

mengukur tingkat profitabilitas yaitu Operating Income over Sales Ratio dan

Operating Income over Total Assets Ratio (Titman dan Wesels, 1988), Return on

Assets (ROA) (Wiwattanakantang, 1999), Return on Total Assets yang dihitung

sebagai rasio Eanings Before Interest and Tax (EBIT) terhadap Total Assets

(Rajan and Zingales, 1995; Ooi, 1999; Ozkan, 2001; Gaud et al., 2005).

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan Return on Equity (ROE)

sebagai ukuran dari tingkat profitabilitas. ROE merupakan nilai perbandingan laba

bersih setelah pajak dan bunga terhadap nilai buku ekuitas perusahaan

(Damodaran, 2002). Jumlah ekuitas dalam struktur modal, yang adalah fungsi dari

tingkat di mana perusahaan dibiayai oleh hutang dan Laba Bersih telah dikurangi

AssetsTotalAssetsFixed

=

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

23 

 

Universitas Indonesia

dengan jumlah beban bunga yang perusahaan harus bayar atas hutangnya (Wild,

Subramanyam, dan Halsey, 2007, ed. 9). Untuk mendapatkan ROE yang harus

diketahui adalah nilai laba bersih dan nilai ekuitas perusahaan karena nilai rasio

tersebut didapat dari membagi antara laba bersih dengan nilai ekuitas perusahaan

(Bodie, et al., 2008). ROE ini dirumuskan sebagai berikut:

3.5.2.3. Pertumbuhan (Growth)

Banyak indikator yang dipakai oleh para peneliti sebelumnya untuk

menggambarkan tingkat pertumbuhan ini. Ada yang menggunakan Capital

Expenditure over Total Assets (CE/TA) atau persentase perubahan dalam total

aktiva (Titman dan Wessel, 1988; Almazan dan Molina, 2005), rasio market value

dari common stocks terhadap total liabilities (Padron et al. 2005), rasio biaya iklan

terhadap penjualan (Graham, 2000), biaya research and development terhadap

penjualan (Graham, 2000), rasio assets market value terhadap assets book value

(Myers, 1977; Rajan and Zingales, 1995;Wiwattanakantang, 1999; Ozkan, 2001,

Gaud et al., 2005) atau Market to Book Value atau Price to Book Value (Medeiros

dan Daher, 2004). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Price to Book

Value sebagai proxy untuk menggambarkan tingkat pertumbuhan (GROWTH).

Nilai Price to Book ratio dihitung dengan cara membagi harga pasar per

lembar saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Damodaran, 2002). Nilai

buku ekuitas diperoleh dari membagi nilai ekuitas perusahaan dengan jumlah

saham beredar. Nilai PVB perusahaan ini penulis peroleh dengan cara menghitung

secara manual tiap perusahaan yang dijadikan sampel dengan rumusan:

PBV = Year End Market Price

Nilai buku Ekuitas

3.5.2.4. Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan merupakan representasi dari nilai aktiva perusahaan,

jumlah penjualan atau nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Sebagai indikator dari

ukuran perusahaan, banyak dipakai natural logarithm of Sales (LnS) (Titman dan

Weseel, 1988; Rajan dan Zingales, 1995; Wiwattanakantang, 1999; Graham,

EquityTotalIncomeNet

= ROE

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

24 

 

Universitas Indonesia

2000; Ozkan, 2001; Medeiros dan Daher, 2004; Gaud et al., 2005), quit rates

(QR) (Titman dan Wessel, 1988); natural logarithm of total assets (Padron et al.,

2005), average value of total assets (Chung,1993), total assets at book value

(Scott and Martin, 1975), the market value of the firm (Graham, 2000). Penulis

menggunakan natural logarithm of Sales (LnS) sebagai proxy dari ukuran

perusahaan (SIZE).

3.6. Model penelitian

Penelitian bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh faktor-faktor

yaitu tingkat fixed tangible assets, tingkat profitabilitas, tingkat pertumbuhan

perusahaan (growth), dan ukuran perusahaan (size) terhadap struktur hutang, baik

hutang jangka panjang ataupun total hutang pada perusahaan di dalam industri

manufaktur yang telah terdaftar di BEI tahun 2003 sampai 2007.

Pendekatan untuk menguji faktor-faktor tersebut di atas terhadap hutang

dilakukan dengan pengujian empiris pada pengaruh fixed tangible assets,

probabilitas, pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (size)

terhadap hutang jangka panjang dan total hutang perusahaan. Persamaan regresi

berganda dapat dituliskan sebagai berikut:

Model1

LTDit = α + β1TAit + β2PRFit + β3GROWTHit + β4SIZEit + εit

Model 2

TDit = α + β1TAit + β2PRFit + β3GROWTHit + β4SIZEit + εit

Keterangan:

α dan β = Konstanta dan koefisien regresi

LTDit = Long Term Debt to Total Equity Ratio untuk individu

tertentu (i) pada tahun tertentu (t)

TDit = Total Debt to Total Equity Ratio untuk individu tertentu (i)

pada tahun tertentu (t)

i = 1, 2, 3, 4, ...,151

t = Tahun 2003, 2004, 2005, 2006, 2007

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

25 

 

Universitas Indonesia

TA = Fixed Tangible Assets

PRF = Tingkat Profitabilitas (Profitability)

GROWTH = Tingkat Pertumbuhan

SIZE = Ukuran atau skala Perusahaan

ε = random error

3.7. Teknik estimasi parameter dengan data panel

Data keuangan yang dikumpulkan dari 151 perusahaan manufaktur yang

menjadi sampel penelitian ini dikumpulkan secara cross section dan diikuti pada

periode 5 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2007 ini dikenal dengan nama

data panel. Masalah yang timbul ketika menggunakan data ini dalam

mengestimasi sebuah hubungan, adalah menjelaskan secara spesifik suatu model

yang akan mengakomodir perbedaan prilaku antar individu (cross sectional units)

dan menjelaskan juga perbedaan antar prilaku sepanjang waktu pengamatan untuk

sautu individu tertentu (Judge et al., 2nd ed., 1984).

Dengan menggunakan data panel, dapat dilihat bagaimana pertumbuhan

variabel bebas dari waktu ke waktu selama 5 tahun pengamatan tersebut. Kondisi

antara suatu tahun dengan tahun lainnya sangat mungkin berbeda. Dengan

menggunakan data panel, maka peneliti dapat melihat fluktuasi TA, PRF,

GROWTH, dan SIZE 151 perusahaan manufaktur tersebut dari tahun 2003

sampai 2007.

Karena data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data

time series, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak (Nachrowi dan Usman,

2006). Hal ini bisa merupakan keuntungan karena data yang banyak tetapi model

yang menggunakan data ini menjadi lebih kompleks karena parameternya banyak.

Menurut Nachrowi dan Usman, 2006, untuk mengestimasi parameter

model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu:

1. Ordinary Least Square

Teknik ini sama dengan membuat regresi dengan data cross section atau

time series. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi, data

cross-section digabungkan dengan data time-series (pool data). Kemudian

data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

26 

 

Universitas Indonesia

akan digunakan untuk mengestimasi model dengan metode Ordinary Least

Square.

2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan

model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan

kata lain, intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu.

Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model

tersebut.

3. Model Efek Random (Random Effect)

Pada Model Efek Random, perbedaan antar individu atau waktu

diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error

mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.

Judge et al. (1984) melakukan observasi mengenai bagaimana cara

memilih antara Metode Efek Tetap (Fixed Effect Model) atau MET dan Metode

Efek Random (Random Effect Model) atau MER. Kriteria penentuan antara dua

model tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah unit cross section

atau individu) kecil, maka ada sedikit perbedaan pada nilai parameter yang

diduga dengan MET dan MER sehingga pemilihan model di sini lebih

berdasarkan kenyamanan penghitungan saja. Pada keadaan ini, MET lebih

disukai.

2. Jika N besar dan T kecil, pendugaan (estimate) yang diperoleh dari kedua

model tersebut akan berbeda secara signifikan. Pada MER β1i = β1 + εi, di

mana εi adalah komponen random cross section, sedangkan dalam MET β1i

adalah tetap dan tidak acak. Pada kasus yang terakhir, kesimpulan statistik

mempunyai syarat pada unit cross section yang diobservasi. Hal ini tepat

jika ada keyakinan bahwa individu atau unit cross section tidak merupakan

pengambilan acak dari sampel yang lebih besar. Dalam hal tersebut, MET

lebih tepat. Jika unit cross section dianggap merupakan penarikan acak,

maka MER yang lebih tepat karena dalam hal ini kesimpulan statistik

tidak bersyarat.

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

27 

 

Universitas Indonesia

3. Jika komponen error individu εi dan satu regressor atau lebih saling

berkorelasi, maka estimator MER akan bias, sedangkan MET tidak.

4. Jika N besar dan T kecil, dan jika asumsi-asumsi MER berlaku, estimator

MER lebih efisien daripada estimator MET.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, Metode yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalalah regresi Ordinary Least Square dan Model Efek Tetap

dengan pertimbangan bahwa sampel yang digunakan tidak diambil secara acak

dan penulis mengakui adanya variasi perbedaan individu dan waktu sehingga

intercept tiap individu berbeda-beda. Kemudian akan dilakukan pengujian formal

dari kedua model tersebut dengan menggunakan restricted F test untuk

memutuskan model mana yang paling sesuai untuk menjelaskan dengan baik

tujuan penelitian ini dari hasil (output) nya masing-masing.

Kelebihan Model Efek Tetap selain dapat membedakan efek individual

dan efek waktu adalah MET juga tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen

error tidak berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi

(Nachrowi dan Usman, 2006). Mengingat bahwa MET tidak membutuhkan

asumsi terbebasnya model dari serial korelasi, maka uji tentang otokorelasi dapat

diabaikan.

Mengingat data kita juga merupakan data cross section, maka dicurigai

memang terdapat heteroskedastisitas. Pada program Eviews ini tersedia fasilitas

pendeteksian dan cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini yaitu dengan

pilihan “White Heteros-cedasticity Consistence Variance”. Jika pada output

setelah menggunakan pilihan tadi, terdapat perubahan di mana variabel bebas

telah signifikan secara statistik dibandingkan hasil sebelum menggunakan “White

Heteros-cedasticity Consistence Variance” maka dapat dikatakan bahwa model

awal memang terdapat heteroskedastisitas. Perubahan output yang terjadi

diakibatkan telah dikonsistensikannya varian error.

3.8. Prosedur pengolahan data

Prosedur pengolahan data bertujuan untuk melakukan pengujian empiris

pada persamaan regresi dan hipotesis. Langkah utama yang dilakukan dalam

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.

28 

 

Universitas Indonesia

pengujian hipotesis ini adalah menguji hubungan atau korelasi antara variabel

bebas dan variabel-variabel terikat.

Prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengkonversi data-data sekunder berupa data-data laporan keuangan

sebagai variabel bebas dan terikat dengan program Microsoft Excel.

2. Pengujian ada atau tidaknya Multikolinearitas terhadap sampel dilakukan

dengan program SPSS 17.0.

3. Pengolahan data dengan persamaan regresi berganda yang dilakukan

menggunakan program Eviews versi 5.0

4. Dalam pengolahan data, semua variabel dimasukkan secara bersamaan

dengan tujuan untuk melihat bagaimana kontribusi masing-masing

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.

5. Mencari hasil regresi terbaik dari kedua model (Ordinary Least Square

dan Model Efek Tetap) di atas yang dapat menjelaskan hubungan antara

seluruh regresi dengan variabel terikatnya.

6. Melakukan analisa hasil output program Eviews.

Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.