bab 3 lingkungan dan budaya organisasi.docx

46
PENGANTAR MANAJEMEN - PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN - LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI - TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN DAFTAR ISI Daftar isi.........................................i BAB I Perkembangam Ilmu Manajemen .................1 A. Pengertian.......................................1 B. Funsi Ilmu Manajemen............................2 C. Teori Manajemen.................................4 D. Kritik Terhadap Manajemen Konvensional...........9 BAB II Lingkungan dan Budaya Organisasi............11 A. Pentingnya Lingkungan Organisasi.................11 B. Lingkungan Organisasi...........................11 C. Lingkungan Internasional dalam Kegiatan Bisnis. .20 D. Budaya organisasi................................22 BAB III Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen. .27 Tanggung jawab Sosial (CSR) A. Defenisi........................................ 27 B. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung jawab Sosial 29 C. Strategi Pengolahan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 29 D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan........30 Etika Dalam Manajemen Bisnis A. Defenisi........................................ 32 B. Bidang Dasar Etika Manajerial...................32

Upload: ismii-liklik-nurkholidah

Post on 25-Oct-2015

1.719 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI , TUGAS PELAJARAN PENGANTAR MANAJEMEN

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

PENGANTAR MANAJEMEN - PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN - LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI - TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN

DAFTAR ISI

Daftar isi..........................................................................................................i

BAB I Perkembangam Ilmu Manajemen ........................................................1

A.    Pengertian.........................................................................................................1

B.     Funsi Ilmu Manajemen....................................................................................2

C.     Teori Manajemen.............................................................................................4

D.    Kritik Terhadap Manajemen Konvensional.....................................................9

BAB II Lingkungan dan Budaya Organisasi....................................................11

A.    Pentingnya Lingkungan Organisasi..................................................................11

B.     Lingkungan Organisasi....................................................................................11

C.     Lingkungan Internasional dalam Kegiatan Bisnis...........................................20

D.    Budaya organisasi.............................................................................................22

BAB III Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen..................................27

  Tanggung jawab Sosial (CSR)

A.      Defenisi.............................................................................................................27

B.       Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung jawab Sosial................................29

C.       Strategi Pengolahan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan...............................29

D.      Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan...................................................30

  Etika Dalam Manajemen Bisnis

A.      Defenisi.............................................................................................................32

B.       Bidang Dasar Etika Manajerial........................................................................32

C.       Nilai Personal Sebagai Standar Etika...............................................................33

D.      Relativisme Moral............................................................................................34

E.       Pendekatan Etika..............................................................................................34

F.        Upaya perwujudan dan Peningkatan Etika Manajemen..................................35

Daftar Pustaka................................................................................................36

Page 2: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

BAB I

Perkembangan Ilmu Manajemen

A.   Pengertian

Pengendalian Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang

mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia

(1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang

berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa

Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang

berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1]

Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi Ménagement, yang

memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

Menurut Mary Parker Follet ilmu manajemen adalah suatu pengetahuan yang

mempelajari seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary

ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan

organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanak an apa saja yang pelu

dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran

(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan

perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa

Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.

Profesor Oei liang lee Mendefenisikan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni

merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasikan serta mengawasi tenaga

manusia dengan bantuan alatpalat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan

sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau

menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu (Prajudi Atmosudirdjo,1982 :

124)

Page 3: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindsakan-tindakan:

Perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan

sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (George R. Terry, Ph.D, 1986:4)

Manajemen dapat didefinisikan sebagai ‘kemampuan atau ketrampilan untuk

memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang

lain’. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana

utama administrasi (Sondang P. Siagian. 1997 : 5)

Sedangkan Stoner, berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan-pengawasan dari suatu organisasi dan dari

sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasiyang telah ditetapkan.

B.   Fungsi ilmu Manajemen

  Fungsi ilmu manajemen menurut beberapa penulis antara lain untuk mempelajari tentang:

-          Ernest Dale : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Innovating, Representing dan

Controlling.

-          Oey Liang Lee : Planning, Organizing, Directing, Coordinating, Controlling.

-          James Stoner : Planning, Organizing, Leading, Controlling.

-          Henry Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.

-          Lindal F. Urwich : Forescating, Planning, Organizing, Commanding, Cordinating,

Controlling.

-          Dr. SP. Siagian MPA : Planning, Organizing, Motivating, Controlling.

-          Prayudi Atmosudirjo : Planning, Organizing, Directing/ Actuating, Controlling.

-          DR. Winardi SE : Planning, Organizing, Coordinating, Actuating, Leading, Communicating,

Controlling.

-          The Liang Gie : Planning, Decision Making, Directing, Coordinating, Controlling,

Improving.

  Pada hakekatnya fungsi-fungsi di atas dapat dikombinasikan menjadi 10 fungsi yaitu :

1.      Forecasting (ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan

yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.

2.      Planning (perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai

hasil yang diharapkan.

Page 4: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

3.      Organizing (organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, temasuk

dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.

4.      Staffing atau Assembling Resources (penyusunan personalia) yaitu penyusunan personalia

sejak dari penarikan tenaga kerja baru. latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar

setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.

5.      Directing atau Commanding (pengarah atau mengkomando) yaitu usaha memberi bimbingan

saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan (delegasi

wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

6.      Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

7.      Coordinating (koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi

kekacauan dan saling melempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan, menyatu-

padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.

8.      Motivating (motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan

agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.

9.      Controlling (pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin

bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.

10.  Reporting (pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.

C.   Teori Manajemen

1.      Teori Manajemen Kuno

Sampai dengan tingkat tertentu, manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.

Sebagai contoh, bangsa Mesir bisa membuat piramida. Bangunan yang cukup kompleks yang

hanya bisa diselesaikan dengan koordinasi yang baik. Kekaisaran Romawi mengembangkan

struktur organisasi yang jelas, dan sangat membantu komunikasi dan pengendalian.

Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi

kejadian semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari

manajemen. Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”. Pada akhir

abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius. Pada

Page 5: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

waktu industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi

perusahaan raksasa.

Robert Owen (1771-1858) berkesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu

(reformer). Beliau melihat peranan pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset

perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan

yang signifikan. Ia juga memperbaiki kondisi pekerjanya, dengan mendirikan perumahan

(tempat tinggal) yang lebih baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana pekerjanya tidak

kesusahan dan dapat membeli kebutuhan dengan harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja

dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.

Owen berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber

daya manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu

Owen juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara

seperti itu manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat.

2.      Teori Manajemen Ilmiah

  Federick Winslow Taylor (1856-1915) disebut sebagai bapak manajemen ilmiah. Taylor

memfokuskan perhatiannya pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (time and motion study);

dari sini ia mengembangkan analisis kerja. Taylor kemudian memperkenalkan sistem

pembayaran differential (differential rate).

Manajemen Taylor didasarkan pada langkah atau prinsip sebagai berikut :

a. Mengambangkan Ilmu untuk setiap elemen pekerjaan, untuk menggantikan pikiran yang

didasari tanpa ilmu.

b. Memilih karyawan secara ilmiah, dan melatih mereka untuk melakukan pekerjaan seperti

yang ditentukan pada langkah-1.

c. Mengawasi karyawan secara ilmiah, untuk memastikan mereka mengikuti metode yang

telah ditentukan.

d. Kerjasama antara manajemen dengan pekerja ditingkatkan. Persahabatan antara keduanya

juga ditingkatkan

  Frank B. Gilberth (1868-1924) dan Lillian Gilberth (1887-1972)

Keduanya adalah suami istri yang mempunyai minat yangsama terhadap manajemen.

Menurut Frank pergerakan yang dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat

kerja akan naik karena bermanfaat secara fisik pada karyawan. Sedang Lilian memberikan

kontribusi pada lapangan psikologi industri dan manajemen personalia. Beliau percaya bahwa

Page 6: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu pekerja mencapai potensi penuhnya sebagai

seorang manusia. Keduanya mengembangkan rencana promosi tiga tahap, yaitu :

a.       Menyiapkan Promosi

b.      Melatih Calon Pengganti

c.       Melakukan Pekerjaan

Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil

menyiapkan promosi karir, dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan

menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti

mengajari dalon pengganti.

  Henry L. Gantt (1861-1919)

Gantt melakukan perbaikan metode sistem penggajian Taylor (differential system)

karena menurutnya metode tersebut kurang memotivasi kerja. Sistem Pengawasan

(supervisor) diterapkannya sebagai upaya untuk memacu semangat kerja karyawan.

Disamping itu Gantt juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka yang awalnya

merupakan ide Owen. Gantt chart (bagan Gantt) kemudian populer dan gigunakan untuk

perencanaan, yaitu mencatat scedul (jadwal) pekerja tertentu.

3.      Teori Manajemen Organisasi

  Henry Fayol (1841-1925)

Henry Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran

manajemen klasik karena upaya “mensistematisir” studi manajerial. Menurut Fayol, praktek

manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan

dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon

manajer.

Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4

fungsi manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4)

Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan. Manajemen

bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.

  Max Weber (1864-1920)

Max Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori

birokrasi. Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan aturan

Page 7: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

jelas untuk anggota organisasi tersebut. Organisasi yang ideal adalah birokrasi dimana

aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebut dengan jelas.

Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional yang dapat dipakai untuk mendesain struktur

organisasi yang jelas.

Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang

cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban,

tidak reponsif terhadap perubahan.

  Mary Parker Follet (1868-1933)

Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan

elemen manusia dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian

muncul dalam teori perilaku dan hubungan manusia. Follet percaya bahwa seseorang akan

menjadi manusia sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota suatu kelompok.

Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan pekerja mempunyai kepentingan

yang sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama.

Selanjutnya Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi dimana

seseorang dikendalikan oleh tiga hal, yaitu :

a. Pengendalian diri (dari orang tersebut)

b. Pengendalian kelompok (dari kelompok)

c. Pengendalian bersama (dari orang tersebut dan dari kelompok)

  Chester I Barnard (1886-1961)

Bernard mengambangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang

keorganisasi formal (seperti perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat

dicapai sendiri. Pada waktu mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan

berusaha mencapai tujuannya sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila

keseimbangan tujuan organisasi dengan tujuan anggotanya dapat terjaga.

Bernard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat

dijaga apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone of acceptance), dimana

pekerja akan menerima instruksi atasannya tanpa mempertanyakan otoritas manajemen.

4.      Teori Manajemen Kontemporer

Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan

tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung

mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan

Page 8: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap

berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian berikut ini akan membicarakan

pendekatan baru dalam manajemen :

a.       Pendekatan Sistem

Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.

Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-

bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan

lingkungan.

Pada proses selanjutnya pendekatan inilah yang selama ini digunakan dalam sistem

manajemen pendidikan di indonesia. Sebelum munculnya sistem pendekatan-pendekatan

yang baru.

b.      Pendekatan Situasional (Contingency)

Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi

yang melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum tentu

efektif apabila digunakan di situasi lainnya. Tugas manajer adalah mencari teknik yang

paling baik untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu

yang tertentu.

Pendekatan situasional memberikan “resep praktis” terhadap persoalan manajemen.

Tidak mengherankan jika pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti

yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa

kompleksitas situasi manajerial, membuat manajer fleksibel atau sensitif dalam memilih

teknik-teknik manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang ada.

Namun pendekatan ini dalam perkembangannya dikritik karena tidak menawarkan

sesuatu yang baru. Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin

manajemen baru, yang mempunyai batas-batas yang jelas.

c.       Pendekatan Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation)

Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen

ilmiah. Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif,

dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat

dikembangkan lebih lanjut. Tokoh yang dapat disebut mewakili aliran ini adalah W. Edwadr

Page 9: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

Deming, yang mengembangkan prinsip-prinsip manajemen seperti Fayol yang berfokus pada

kualitas kerja dan hubungan antar karyawan.

Dalam perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan

sebagai aliran manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup populer baik

dilingkungan akademis maupun praktis. Ide-ide pendekatan tersebut banyak mempengaruhi

praktek manajemen saat ini.

D.   Kritik Terhadap Teori Manajemen Konvensional

Teori manajemen konvensional telah mengalami evolusi dari abad ke-19 sampai

sekarang ini. Akan tetapi, sesempurna apa pun sebuah teori dan konsep manajemen, manjadi

tidak layak (reliable) untuk diterapkan terus-menerus apabila dalam praktiknya lebih

menguntungkansatu pihak saja, misalnya. Sementara dalam sebuah industry terdapat

beberapa pihak yang berkepentingan, shareholder maupun stakeholder. Maka, perlu

pemikiran kritis dalam menyikapi berbagai konsep yang ditawarkan dalam dunia baratkarena

sebagian besar teori tersebut berasal dari sana. Oleh karena konsepmanajemen berkembang

sesuai dengan perkembangan masusia serta aktivitasnya, maka kita tidak boleh terbelenggu

dengan teori yang telah ada. Kita sudah seharusnya mengembangkan teori manajemen yang

sesuai hidup dan tidak menzalimi pihak lain.

Teori ini konsen terhadap sisi sosial dan memperlakukan kru secara baik, dan

menganggapnya sebagai factor penggerak utama bagi peningkatan produktivitas. Akan tetapi,

teori ini juga mengabaikan fungsi pengorganisasian resmi, kompetensi teknis, serta nilai-nilai

ekonomi yang merupakan factor penting dalam manajemen. Teori ini juga bersifat parsial

meski manajemen memperlakukan kru dengan baik dan mengakui sisi kemanusiannya, tetapi

tidak ada keselarasan dengan kepentingan krunya. Teori ini hanya memperhatikanindividu

dalam manajemen dan tidak membahas factor lingkungan yang saling mempengaruhi.

- Kritik Terhadap Teori weber

Weber memandang bahwa sistem birokrasi dan keputusan dibangun dengan

rasionalitas. Oleh karena itu, kru harus menaati keputusan tersebut. Namun teori ini tidak

memberikan kebebesan gerak kepada kru karena dibatasi dan diatur oleh manajemen. Teori

ini juga mengemukakan bahwa kekuasaan resmi sebagai penggerak utama untuk

mengarahkan aktivitas kru. Minusnya, sisi kemanusiaan kru dan kopetensi teknis untuk

memotivasi produktivitas kru terabaikan.

Page 10: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

BAB II

Lingkungan dan Budaya Organisasi

A.   Pentingnya Lingkungan Organisasi

Para manajer perusahaan melaksanakan aktivitas manajemen seperti perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia, penggerakan, dan pengawasan dengan

menggunakan sumber daya-sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuannya.

Disamping itu manajer harus memperhitungkan faktor-faktor luar (external factor) organisasi

seperti anggota-anggota masyarakat di luar organisasinya, dan kebutuhan akan sumber daya

manusia, teknologi, dan lain sebagainya. Faktor luar organisasi ini mempunyai kekuatan dan

tekanan untuk mempengaruhi kegiatan organisasi. Berhasil tidaknya organisasi dipengaruhi

oleh faktor-faktor luar.

Faktor luar dimaksudkan disini adalah faktor luar organisasi dalam dan luar negeri

(international factor). Faktor international sangat besar pengaruhnya sebagai faktor luar, ini

berkaitan dengan perusahaan yang menggunakan input dari luar negeri dan pasar luar negeri.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam mengatasi faktor luar tersebut.

Pertama, perusahaan harus dapat melihat ketersediaan sumber daya-sumber daya sebagai

input seperti bahan baku tenaga kerja, modal dan metode. Semua input ini akan dirubah atau

ditransformasikan menjadi barang atau jasa. Kedua, perusahaan perlu memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan berbagai pihak, seperti karyawan, konsumen, pemasok, pemerintah,

Page 11: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

pemegang saham, dan masyarakat lainnya. Ketiga, perusahaan perlu memperhatikan faktor

luar lainnya, seperti ekonomi politik, teknologi dan sosial.

B.   Lingkungan Organisasi

Organisasi dalam menjalankan aktivitasnya untuk mencapai tujuan tidak terlepas dari

lingkungan eksternal (external environment). Organisasi merupakan suatu wadah untuk

memproses masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan faktor-faktor

produksi atau sumber daya-sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, uang dan energy

yang diproses dalam organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Ketersediaan sumber

daya seperti bahan baku, tenaga kerja, uang dan energi yang diproses dalam organisasi untuk

menghasilkan barang atau jasa. Ketersediaan sumber daya-sumber daya tersebut dapat

diperoleh dari luar organisasi itu sendiri (self sufficient) maupun berdiri sendiri (self

contained). Organisasi berfungsi sebagai transformasi dari input menjadi output. Dalam

proses ini input dan output merupakan lingkungan luar dari organisasi.

1.      Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal atau lingkungan yang berada di luar organisasi saling

mempertukarkan sumber dayanya dengan organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain.

Organisasi mendapatkan input (bahan baku, uang, tenaga kerja) dari lingkungan eksternal,

kemudian ditransformasikan menjadi produk dan jasa sebagai output bagi lingkungan

eksternal. Definisi lingkungan eksternal adalah sebagi berikut:

• Lingkungan eksternal adalah semua kejadian di luar perusahaan yang memiliki

potensi untuk mempengaruhi perusahaan (Chuck Williams, 2001:51).

• Lingkungan eksternal terdiri dari unsur-unsur di luar perusahaan yang sebagian besar

tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer (T.Hani

Handoko, 1999:62).

• Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar suatu organisasi,

yang relevan pada kegiatan organisasi itu (James A.F. Stoner,1996:66)

Lingkungan eksternal juga dapat dibagi menjadi dua unsur, antara lain:

         Menurut James A.F. Stoner:

Page 12: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

a. Unsur-unsur tindakan langsung (direct action)

b. Unsur-unsur tindakan tak langsung (indirect action)

         Menurut T. Hani Handoko:

a. Lingkungan ekstern mikro

b. Lingkungan ekstern makro

         Menurut Chuck Williams:

a. Lingkungan khusus

b. Lingkungan umum

c. Lingkungan yang berubah

Dari ketiga pendapat tersebut sebenarnya mempunyai pengertian yang sama dalam

pembagiannya, hanya Chuck Williams yang menambahkannya dengan point ketiga

‘lingkungan yang berubah’. Jadi, lingkungan eksternal itu terbagi menjadi:

a. Lingkungan ekstern mikro (unsur-unsur tindakan langsung atau lingkungan khusus)

b. Lingkungan ekstern makro (unsur-unsur tindakan tak langsung atau lingkungan

umum)

Lingkungan Ekstern Mikro

Lingkungan ekstern mikro terdiri dari:

1.      Pelanggan (customers)

Pelanggan membeli produk barang dan jasa. Perusahaan tidak dapat hidup tanpa

dukungan pelanggan. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan usahanya suatu

perusahaan perlu mengamati perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Pengamatan reaktif dan proaktif merupakan strategi dalam mengamati kebutuhan dan

keinginan pelanggan. Pengamatan reaktif adalah memusatkan perhatian pada kecendrungan

dan masalah pelanggan setelah kejadian, misalnya mendengarkan keluhan pelanggan.

Pengamatan proaktif terhadap pelanggan adalah dengan memperkirakan kejadian,

kecendrungan, dan masalah sebelum hal itu terjadi (sebelum pelanggan mengeluh).

2.      Pesaing (Competitors)

Page 13: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

Pesaing adalah perusahaan di dalam industri yang sama dan menjual produk atau jasa

kepada pelanggan. Seringkali perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung

pada apakah perusahaan melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing lain. Karena

itu, perusahaan harus melakukan analisis bersaing, yaitu menentukan siapa pesaingnya,

mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhitungkan kekuatan dan kelemahan pesaing.

3.      Pemasok (suppliers)

Pemasok adalah perusahaan yang menyediakan bahan baku, tenaga kerja, keuangan

dan sumber informasi kepada perusahaan lain. Terdapat hubungan saling ketergantungan

antara pemasok dan perusahaan. Ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah

pentingnya produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai

pengganti. Ketergantungan pemasok pada perusahaan adalah suatu tingkat dimana

perusahaan pembeli sebagai pelanggan bagi pemasok dan sulitnya menjual produk kepada

pembeli lain.

4.      Perwakilan-perwakilan Pemerintah

Hubungan organisasi dalam perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakin

kompleks. Peraturan-peraturan industri yang ditetapkan oleh perwakilan pemerintah ini harus

ditaati oleh organisasi dalam operasinya, prosedur perijinan, dan pembatasan-pembatasan

lainnya untuk melindungi masyarakat.

5.      Lembaga Keuangan

Organisasi-organisasi tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangan, seperti

bank-bank komersial, bank-bank instansi, dan perusahaan-perusahaan asuransi termasuk

pasar modal. Lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjaga dan

memperluas kegiatan-kegiatannya seperti pendanaan untuk membangun fasilitas baru dan

membeli peralatan baru, serta pembelanjaan operasi-operasinya.

6.      Partner Strategis

Partner strategis adalah perusahaan lain yang menjalankan bisnis berbeda dengan

perusahaan kita, tetapi secara bersama-sama bisa menjadi mitra kita dalam menjalankan

bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Dalam istilah biologi dikenal dengan

sebutan simbiosis mutualisme.

Page 14: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

7.      Regulator (Pembuat Undang-Undang)

Regulator adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam menciptakan keadaan dan

kegiatan bisnis yang fair dan aman bagi semua pihak yang ingin menjalankan bisnis dengan

membuat aturan-aturan main yang dapat disepakatinoleh semua pihak di masyarakat.

Regulator dapat berasal dari pemerintah atau dari institusi dan lembaga yang disepakati

seperti OPEC yang dibentuk oleh negara-negara anggotanya untuk menyepakati dan

menjalankan aturan main dalam perdagangan dunia.

8.      Masyarakat Umum

Masyarakat umum adalah keseluruhan pihak yang tidak termasuk kedalam

lingkungan-lingkungan yang disebutkan di atas. Masyarakat umum ini dapat dibagi dua :

         Pertama, masyarakat umum yang menjadi pihak yang terkait langsung dengan kegiatan

bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahaan, seperti pelanggan, masyarakat sekitar

perusahaan, dan sebagainya.

         Kedua, masyarakat umum yang tidak terkait dengan kegiatan perusahaan. Untuk kelompok

ini, perusahaan tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang dilakukannya. Akan tetapi

masyarakat ini dapat menjadi peluang di masa yang akan datang untuk dijadikan sasaran

perluasan pasar.

Lingkungan Ekstern Makro

Lingkungan ekstern makro terdiri dari:

1.      Ekonomi

Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi sebagian besar organisasi yang

beroperasi di dalamnya. Pada suatu keadaan perekonomian yang sedang tumbuh, secara

umum kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli suatu produk atau jasa meningkat.

Akan tetapi, kondisi perekonomian seperti itu tidak menjamin bahwa suatu perusahaan juga

bertumbuh, hanya menyediakan lingkungan yang mendorong terjadinya pertumbuhan usaha.

Dalam keadaan perekonomian yang lesu, daya beli masyarakat yang menurun, membuat

pertumbuhan usaha menjadi sulit. Sehingga para manajer perusahaan harus selalu

mengantisipasi variable-variabel ekonomi seperti kecendrungan inflasi, tingkat suku bunga,

kebijakan fiscal dan moneter, dan harga-harga yang ditetapkan oleh pesaing.

2.      Teknologi

Page 15: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

Teknologi adalah pengetahuan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk

mengubah bentuk masukan (input) menjadi keluaran (output). Sehingga perubahan dalam

teknologi dapat membantu perusahaan menyediakan produk yang lebih baik atau

menghasilkan produknya dengan lebih efisien. Akan tetapi prubahan teknologi juga dapat

memberikan suatu ancaman bagi perusahaan-perusahaan tradisional. Contohnya perusahaan

fotocopy pada awalnya memberi ancaman bagi perusahaan kertas karbon.

3.      Politik Hukum

Komponen politik/hukum adalah undang-undang, peraturan, dan keputusan

pemerintah yang mengatur perilaku usaha. Komponen politik/hukum ini dalam suatu periode

waktu tertentu akan menentukan operasi perusahaan. Sehingga manajer tidak mungkin

mengabaikan iklim politik dan hukum-hukum maupun peraturan yang ada di suatu negara,

seperti perlakuan yang adil dalam pembayaran gaji harus sesuai dengan upah minimum yang

ditetapkan pemerintah.

4.      Sosial Budaya

Komponen sosial budaya merujuk kepada karakteristik demografi serta perilaku,

sikap, dan norma-norma umum dari penduduk dalam suatu masyarakat tertentu. Pertama,

perubahan karakteristik demografi seperti, jumlah penduduk dengan keterampilan khusus,

pertumbuhan atau pengurangan dari golongan populasi tertentu, mempengaruhi cara

perusahaan menjalankan usahanya. Kedua, perubahan sosial budaya dalam perilaku, sikap,

dan norma-norma juga mempengaruhi permintaan akan produk dan jasa suatu usaha.

Lingkungan yang Berubah

Setelah membahas komponen-komponen lingkungan eksternal di atas, di sini akan

dibahas mengenai perubahan-perubahan lingkungan dan bagaimana cara memanfaatkan

lingkungan yang berubah.

Perubahan lingkungan adalah angka kecepatan dari perubahan lingkungan umum dan

lingkungan khusus perusahaan. Perubahan ini terdiri dari perubahan yang stabil, dimana

angka perubahannya lambat, dan perubahan dinamis, dimana angka perubahan lingkungan

adalah cepat. Perusahaan biasanya mengalami baik perubahan stabil maupun perubahan

dinamis.

Page 16: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

Kompleksitas Lingkungan adalah jumlah faktor-faktor eksternal di dalam lingkungan

yang mempengaruhi organisasi. Lingkungan sederhana hanya memiliki sedikit faktor

lingkungan, sedangkan lingkungan kompleks mempunyai banyak faktor lingkungan.

Pengamatan terhadap perubahan dan kompleksitas lingkungan membuat para manajer

dapat memanfaatkan lingkungan yang berubah dengan tiga langkah yaitu:

a.       Pengamatan Lingkungan

Pengamatan lingkungan adalah meneliti lingkungan terhadap kejadian atau masalah

penting yang mungkin dapat mempengaruhi suatu organisasi.

b.      Menerjemahkan faktor-faktor Lingkungan

Setelah mengamati, kemudian manajer menentukan kejadian dan masalah lingkungan

apa yang bermanfaat bagi organisasi. Biasanya manajer menerjemahkan kejadian dan

masalah sebagai ancaman atau kesempatan. Jika menerjemahkan sebagai ancaman, maka ia

akan berusaha melakukan suatu langkah-langkah untuk melindungi perushaan. Jika manajer

menerjemahkannya sebagai kesempatan, maka mereka akan memanfaatkan kejadian tersebut

dengan mempertimbangkan strategi alternatif untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

c.       Menghadapi ancaman dan kesempatan

Setelah pengamatan dan menerjemahkannya sebagai ancaman dan kesempatan, maka

manajer melakukan suatu peta keterkaitan (cognitive maps), merangkum hubungan yang

didasari antara faktor-faktor lingkungan dan kemungkinan tindakan organisasi. Dari berbekal

informasi yang dirangkum tersebut maka manajer dapat mengambil tindakan untuk

mengurangi dampak dari ancaman dan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan

keuntungan.

2.      Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah kejadian dan kecenderungan dalam suatu organisasi yang

mempengaruhi manajemen, karyawan, dan budaya organisasi. Yang termasuk ke dalam

lingkungan internal organisasi adalah pemilik organisasi (owner), pengelola organisasi, para

staff, anggota, atau para pekerja (employees), serta lingkungan fisik organisasi.

1) Pemilik organisasi (Owners)

Para pemilik organisasi adalah mereka yang secara historis maupun hukum

dinyatakan sebagai pemilik akibat adalanya penyertaan modal, ide, ataupun berdasarkan

ketentuan lainnya dinyatakan sebagai pemilik organisasi misalnya adalah para pemegang

Page 17: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

saham, anggota (koperasi), atau juga individu jika perusahaan tersebut bersifat individudari

segi kepemilikan.

2) Tim Manajemen (Board of Management or Directors)

Tim manajemen adalah orang-orang yang menurut para pemilik

organisasi/perusahaan dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam

aktivitasnya sehari-hari untuk suatu periode tertentu. Orang-orang ini bekerja secara

profesional berdasarkan tugasnya masing-masing, dan dalam periode tertentu harus

melaporkan setiap kegiatanya kepada para pemilik perusahaan.

3) Para Anggota atau Para Pekerja (Employees)

Para pekerja dalam sebuah organisasi merupakan unsur sumber daya menusia (SDM)

yang sangat dominan dalam sebuah organisasi, karena biasanya jumlahnya merupakan yang

paling besar dalam sebuah organisasi. Para pekerja inilah yang sehari-hari bergelut dalam

aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena tingginya peranpara pekerja, maka mereka

merupakan aset bagi organisasi/perusahaan.

4) Lingkungan Fisik Organisasi (Physical Work Environtment)

Lingkungan fisik organisasi adalah sumber daya selain manusia yang dimiliki

perusahaan dan menjadi faktor pendukung berjalannya sebuah aktifitas organisasi atau

perusahaan seperti sumber daya uang (financial resources), sumber daya alam (natural

resources), dan sumber daya informasi (informational resources).

C.   Lingkungan Internasional dalam Kegiatan Bisnis

1.      Lingkungan Internasional

Lingkungan yang lebih luas dari Negara yang pada praktiknya memengaryhi kegiatan,

terutama jika perusahaan melakukan kegiatan bisnis Internasional, Yaitu transaksi bisnis

yang melibatkan lebih dari satu Negara dan lingkungan Internasional ini juga peluang

sekaligus ancaman.

Apalagi dengan adanya Globalisasi. Globalisasi pada prinsifnya merupakan sebuah

proses untuk menjadikan dunia ini menjadi satu. Konsekuensi logis dari globalisasi, setiap

Negara aka lebih mudah untuk berintraksi satu sama lain. Interaksi ini dapat berupa transaksi

Page 18: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

jual beli yang lebih mudah, termasuk persaingan yang sangat ketat dari dalam maupun dari

luar negeri. Contonya Perusahaan makanan McDonald bersaing dengan A & W.

Suatu perusahaan perlu memahami benar factor internasional ini, terutama jika perusahaan

tersebut berharap untuk dapat terus bertahan dalam jangka panjang, di mana perubahan ke

arah kompetisi global akan semakin dirasakan sebagai sebuah kanyataan yang tidak dapat

ditolak.

2. Berbagai Kegiatan Bisnis

a. Ekspor- impor

Ekspor (Kegiatan menghasilkan barang dan jasa yang kemudian menjualnya ke

Negara lain), Impor (Kegiatan yang mendatangkan/ membeli barang dan jasa dari Negara

lain). Banyaknya kendaraan bermerk seperti Toyota, BMW, Mazda,Ford atau Mercedes

merupakan aktivitas impor yang dilakukan oleh Negara kita. Sebaliknya adanya pengiriman

TKI ke Arab, Malaysia, Singapur, serta adanya kerajinan rotan di Eropa adalah contoh bentuk

kegiatan Ekspor oleh Negara kita.

b. Lisensi (Licencing)

Sebuah kesepakatan/ perjanjian dimana perusahaan membolehkan perusahaan lain

menggunakan merek, teknologi, hak paten, atau aset lainya. Sebagai konpensasinya,

perusahaan yang menggunakan hak perusahaan lian biasanya diharuskan membayar hak

lisensi berupa sejumlah uang sebagai kesepakatan yang di buat.

c. Partner Strategis ( International Strategic Alliance)

Bentuk kerjasama antara perusahaan secara Internasional untuk dapat melaksanakan

bisnis yang saling menguntungkan. Salah satu spesifik dari partner strategis adalah Joint

Ventura (Kerja sama bisnis dimana perusahaa yang berpartner melakukan pembagian

kepemilikan dalam menjalankan sebuah bisnis). Contohnya McDonald, KFC dan A & W.

d. Investasi langsung (Direct investment)

Bentuk kegiatan bisnis Internasional di mana sebuah perusahaan membeli sebagian/

keseluruhan asset atau melakukan investasi disebuah perusahaan. Contohnya, Pembelian

sebagian saham INDOSAT oleh perusahaan Singapura, FreePort di Papua.

3. Faktor-Faktor Terkait Dalam Bisnis Internasional

Page 19: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

a. Kontrol dalam Perdagangan Internasional

Antisipasi Negara pada sebuah perusahaan agar tetap berdiri dengan kebijakan-

kebijakan. Contoh kebijakan : QUOTA ( pembatasan jumlah barang yang diperjual belikan

secara Internasional), TARIFF (Pembebanan pajak kepada setiap barang yang diekspor

maupun diimpor).

b. Komunitas Ekonomi Internasional

Kelompok yang terdiri dari berbagai Negara yang bersepakat untuk mengurangi

kendala-kendala dalam perdagangan Internasional. Contoh NAFTA (Nort American Free

Trade Agreement), AFTA ( Asia-Pasifik Free Trade Area), Kesatuan Eropa (European

Union). Adanya komunitas ekonomi ini akan memberikan kekuatan ekonomi yang sangat

signifikan bagi negara-negara anggota di setiap komunitas tersebut, yaitu dengan adanya

kemudahan yang lebih baik dari pada sebelumnya, dan komunitas ini juga menjadi kekuatan

dalam menghadapi ekonomi lain diluar kelompok tersebut.

c. Perbedaan Budaya Antar Negara

Budaya dalam Organisasi merupakan Nilai-nilai dan norma yang dianut oleh

Organisasi dan membantu anggotanya memahami bagaimana sebenarnya sebuah organisasi

bisnis berjalan, dan apa yang penting dan tidak penting bagi Organisasi bisnis dikaitkan

dengan lingkungan sekitarnya. Dalam dunia Internasional perusahaan perlu memahami

adanya perbedaan disetiap lingkungan, agar dapat memahami yang sebenarnya dianut oleh

masyarakat setempat dimana perusahaan berinteraksi dan bagaimana cara beradaptasinya.

D.   BUDAYA ORGANISASI

1.      Pengertian Budaya Organisasi

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli:

a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya

organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi

dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.

b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya

organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu

yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.

c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut

oleh anggota-anggota organisasi itu.

Page 20: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi

untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi

dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus

diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam

mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai

organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan

berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam

penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang

kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

2.      Arti Penting dan Peranan Budaya Organisasi

Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai

yang mengikat semua individu dalam sebuah organisasi seharusnya nementukan batas-batas

normatif perilaku angoota organisasi.

Secara spesifik, peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan rasa

memiliki terhadap organisasi, menciptakan jatidiri anggota organisasi, menciptakan

keterikatan emosional antara organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya,

membantu menciptakan stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola

pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam

keseharian. Dengan demikian budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap perilaku

para anggotanya.

         Sepuluh karakteristik yang menggambarkan esensi budaya organisasi, menurut Dharma,

2004:

1) Identitas anggota, dimana karyawan lebihmengidentifikasi organisasi secara

menyeluruh

2) penekanaan kelompok, dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari

pada individu

3) Fokus orang, dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan

oleh karyawan dalam organisasi

4) Penyatuan unit, dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang

terkoordinasi atau bebas

5) Pengendalian, dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk

mengawasi dan mengendalikan karyawan

Page 21: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

6) Toleransi resiko, dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil

resiko

7) Kriteria ganjaran, dimana ganjaran seperti peringatan, pembayaran dan promosi lebih

dialokasikan menurut kinerja karyawan dari pada senioritas, favoritisme atau faktor non-

kinerja lainnya

8) Toleransi konflik, dimana karyawan didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan

kritik secara terbuka

9) Orientasi sarana tujuan, dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari pada

teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut

10) Fokus pada sistem terbuka, dimana organisasi memonitor dan merespons perubahan dalam

lingkungan eksternal.

Gambaran karateristik tersebut akan memberikan gambaran mengenai budaya yang

dianut. Gambaran ini menjadi landasan untuk menyamakan pemahaman bahwa anggota

organisasi merasa memiliki organisasinya dan mendorong anggota organisasi agar

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut organisasi.

3.      Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya

organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengaruh umum dari luar yang luas

Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan

oleh organisasi.

b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat

Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya

kesopansantunan dan kebersihan.

c. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi

Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah

eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang

berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi

tumbuhnya budaya organisasi.

4.      Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

Page 22: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.

b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada

kepentingan diri individual seseorang.

d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan

memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.

e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk

sikap serta perilaku karyawan.

5.      Ciri-ciri Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:

1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan

mengambil resiko.

2) Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan,

analisis dan perhatian terhadap detail.

3) Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan

proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.

4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-

orang di dalam organisasi itu.

5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.

6) Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.

7) Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh

gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan

pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan

diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

Page 23: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

BAB III

Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

A.   Definisi

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat

didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal

perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan,

norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial

lainnya.

Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen

perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan

karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya,

dengan tujuan peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002). Sedangkan menurut

Commission of The European Communities 2001, mendefinisikan CSR sebagai aktifitas

yang berhubungan dengan kebijakan kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan

penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi

dengan stakeholder.

Menurut Carrol tanggung jawab sosial, dari sudut pandang strategisnya bahwa suatu

perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya bagi masyarakat

dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan tanggung jawabnya,

masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk membatasi otonomi bisnis.

Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung jawab

yakni :

1.      Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi

masyarakat.

Page 24: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

2.      Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan oleh

pemerintah.

3.      Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan umum

mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.

4.      Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat

sukarela.

Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai

sebagai tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung jawab dasar

terpenuhi maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya yakni dalam hal etika

dan kebebasan memilih.

Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab sosial,

yaitu sebagai berikut :

1.      Model Pemegang saham (Shareholder)

Pandangan tentang tanggung jawab social yang menyebutkan bahwa sasaran

organisasi yang utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi manfaat para pemegang

saham. Lebih spesifik lagi, apabila keuntungan meningkat, maka nilai saham perusahaan

yang dimiliki oleh pemegang saham akan meningkat juga.

2.      Model Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)

Teori tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa tanggung jawab

manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya

memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai pihak yang

berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).

B. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan CSR

sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :

1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang

berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik

oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.

2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-

pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan

Page 25: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena

tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.

4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder

untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja

dalam pengambilan keputusan manajemen.

C. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

1. Strategi Reaktif

Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial

cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab social. Contohnya,

perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu yang

menghubungkan konsumsi rokok dengan peluang penyakit kanker. Akan tetapi, karena

adanya peraturan pemerintah unuk mencantumkan bahaya rokok setiap iklan, maka hal

tersebut dilakukan oleh perusahaan rokok.

2. Strategi Defensif

Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait

dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau

menolak tanggung jawab sosial .Perusahaan yang menghindarkan diri dari tanggung jawab

limbah saja berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk mempertahankan diri dari

tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak hanya perusahaannya saja yang membuang

limbah ke sungai ketika lokasi perusahaan tersebut beroperasi, terdapat juga prusahaan lain

yang beroperasi.

3. Strategi Akomodatif

Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan

dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal

tersebut.Tindakan seperti ini terkait dengan strategi akomodatif dalam tanggung jawab

sosial.contoh lainnya,perusahaan perusahaan besar pada era orde baru dituntut untuk

memberikan pinjaman kredit lunak kepada para pengusaha kecil, bukan disebabkan karena

Page 26: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

adanya kesadaran perusahaan, akan tetapi sebagai langakah akomodatif yang diambil setelah

pemerintah menuntut para korporat untuk lebih memperhatikan pengusaha kecil.

4. Strategi Proaktif

Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung

jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif

terhadap perusahaan akan terbangun.Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima oleh

masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan pelanggan, justru akan

berpotensi untuk menambah jumlah pelanggan akibat citra positif yang

disandangnya.Langkah yang dapat diambil oleh perusahaan adalah dengan mengambil

inisiatif dalam tanggung jawab sosial, misalnya dengan membuat khusus penanganan limbah,

keterlibatan dalam setiap kegiatan sosial lingkungan masyarakat atau dengan membarikan

pelatihan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan masyarakat.

D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

1. Manfaat bagi Perusahaan

Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan perushaan

dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif di masyarakat. Selain

membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat

membantu dalam mewujudkan keadaan lebih baik di masa yang akan datang.

Akibatnya ,perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang positif setiap kali

menawarkan sesuatu kepada masyarakat. Perusahaan tidak saja dianggap sekedar

menawarkan produk untuk dibeli masyarakat, tetapi juga dianggap menawarkan sesuatu yang

membawa perbaikan masyarakat.

2. Manfaat bagi Masyarakat

Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan

perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution. Artinya terdapat kerjasama yang

saling menguntungkan ke dua pihak. Hubungan bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan

antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan

dalam membangun masyarakat lingkungan kebih baik. Tidak hanya di sector perekonomian,

tetapi juga dlam sektor sosial, pembangunan dan lain-lain.

3. Manfaat bagi Pemerintah

Page 27: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung

jawab sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang

menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan memberikan

sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legtimasi

untuk mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih baikakan mendapatkan partner

dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat

dilaksanakan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.

Etika dalam Manajemen Bisnis

A.   Definisi

Etika didefinisikan sebagai konsensus mengenai standar perilaku yang diterima untuk

suatu pekerjaan, perdagangan atau profesi. Sedangkan menurut Griffin, Etika adalah

pandangan, keyakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah.

Etika Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi

kriteria etika. Selain etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni ajaran-ajaran

perilaku personal berdasarkan agama atau filosofi. Salah satu penyebab perilaku tidak etis

adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi seluruh dunia mengenai perilaku para pelaku

bisnis. Sedangkan norma dan nilai-nilai budaya berbeda-beda untuk setiap negara dan bahkan

antara daerah geografis dan kelompok-kelompok etnis dalam suatu negara.

Selain faktor-faktor situasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervise dan budaya

organisasi, perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap perkembangan moral dan cirri-

ciri keprobadian lainnya. Sama seperti hirarki kebutuhan Maslow, perkembangan moral

terbentuk dari keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai-nilai universal.

B.   Bidang Dasar Etika Manajerial

Etika manajemen berbicara mengenai nilai-nilai yang dianut oleh organisasi

sehubungan dengan kegiatan bisnis yang dijalankannya. Walau etika dapat mempengaruhi

pekerjaan manajerial dengan banyak cara, ada 3 bidang dasar yang menjadi perhatian khusus

dari etika manajerial :

1. Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawan mereka.

Upah dan kondisi kerja merupakan bidang yang memungkinkan menimbulkan

kontroversi. Fakta bahwa manajer membayar seorang karyawan lebih sedikit daripada yang

Page 28: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

layak diterima karena manajer tahu bahwa karyawan tersebut tidak mungkin keluar atau tidak

mau mengambil resiko kehilangan pekerjaannya jika protes, mungkin dianggap tidak etis.

Terakhir, setiap organisasi diwajibkan melindungi kebebasan pribadi kayawannya.

2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi

Sejumlah persoalan etika juga berakar dari bagaimana karyawan memperlakukan

organisai mereka. Konflik kepentingan muncul ketika suatu keputusan secara potensial

menguntungkan individu tetapi mungkin merugikan organisasi. Untuk menjaga praktik

seperti ini sebagian besar perusahaan melarang pembeli mereka untuk menerima hadiah dari

pemasok. Mengungkapkan rahasia perusahaan juga jelas tidak etis.

Karyawan yang bekerja di bisnis yang sangat kompetitif seperti elektronik, software,

pakaian, mungkin tergoda untuk menjual informasi mengenai rencana perusahaan kepada

competitor. Kejujuran juga masalah yang sering muncul termasuk menggunakan telepon

perusahaan untuk membuat panggilan interlokal pribadi, mencuri perlengkapan kantor, dan

menambahkan pengeluaran.

3. Bagaimana karyawan dan perusahaan memperlakukan agen ekonomi lain.

Agen-agen ekonomi yang berkepentingan : konsumen, competitor, pemegang saham,

pemasok, dealer dan serikat tenaga kerja. Perilaku antara organisai dan agen-agen tsb yang

rentan terhadap ambiguitas etika termasuk iklan, promosi, pengungkapan financial,

pemesanan dan pembelian, pengiriman dan permohonan permintaan, penawaran dan

perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.

C.   Nilai Personal sebagai standar Etika

1.      Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang mempengaruhi cara

pandang, cara berfikir dan perilaku dari seseorang.

2.      Nilai Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang, cara pikir, dan

keyakinan yang dipegang oleh seseorangsehubungan dengan segala kegiatan yang

dilakukannya .

3.      Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal pada dasarnya

merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang

didorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai instrumental adalah pandangan dan

cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan diterima oleh semua pihak

sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan dan dijalankan.

Page 29: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

D.   Relativisme Moral

Relativisme Moral mengatakan bahwa moral bersifat relative pada beberapa pribadi,

sosial atau standar budaya, dan tidak ada standar yang lebih baik dibanding standar lainnya.

Ada empat tipe relativisme :

1. Naïve Relativism, yakni keyakinan bahwa semua keputusan moral adalah sangat pribadi

dan individu memiliki hak untuk menjalani hidupnya.

2. Role Relativism, yakni melakukan peran sosial disertai dengan kewajiban hanya pada peran

tersebut.

3. Social Group Relativism, yakni kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal yang

menyertai norma-norma suatu kelompok.

4. Cultural Relativism, yakni bahwa moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam

masyarakat tertentu.

E.   Pendekatan Etika

Ada tiga pendekatan dasar terhadap perilaku etis :

1. Pendekatan Utilitarian : tindakan dan perencanaan harus dinilai berdasarkan akibat dari

tindakan tersebut.

2. Pendekatan hak-hak individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar yang

harus dihormati dalam semua keputusan.

3. Pendekatan Peradilan : pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar, adil dan

tidak bias dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual dan bagi

kelompok.

         Berikut adalah contoh dari tindakan tidak etis atau tidak legal dalam sebuah manajemen

perusahaan :

- Pengawasan Kualitas atau Quality Control

- Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi

- Konflik Kepentingan

- Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia

- Penyelewengan dalam pencatatan keuangan

- Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan

- Pemecatan tenaga kerja

- Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis

Page 30: BAB 3 LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI.docx

- Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur

F. Upaya Perwujudan dan Peningkatan Etika Manajemen

- Pelatihan etika

- Advokasi etika

- Kode Etik

- Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan

Dari berbagai pendekatan manajemen, dapat disimpulkan ada dua aliran manajemen, yaitu

manajemen yang lebih berorientasi kepada tugas untuk meningkatkan produksi sebanyak-

banyaknya dan manajemen yang berorientasi kepada manusia sebagai pelaksana tugas untuk

meningkatkan hubungan manusiawi sebaik-baiknya.

Daftar Pustaka

Husaini Usman. 2009. Manajemen: Teori Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Riawan, Amin, dan tim FEBS FEUI. 2012. Menggagas Manajemen Syariah. Jakarta:

Salemba Empat.

Swastha, basu, dan Ibnu Sukotjo. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Cetakan Kesepuluh.

Yogyakarta: Penerbit Liberty

Heizer, jay, dan Barry Render. 2006. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba

Empat.

Sukwiyati, dkk. 2009. Ekonomi 3. Jakarta: Yudhistira.

http://www.google.com/

http://fachmieloebiez.blogspot.com/2013/05/pengantar-manajemen-perkembangan-ilmu.html