bab 3 analsis lingkungan pengendapan dan evaluasi · pdf fileanalsis lingkungan pengendapan...

33
25 BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO “B” Untuk melakukan analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dibutuhkan data batuan inti (core) dan juga melihat pola log sumur pada zona reservoir tersebut (elektrofasies). Lalu, untuk mengetahui persebaran dari ketebalan gross sand dan NES pada reservoir ini langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu QC (Quality Control) data dan memindahkan data ke dalam workstation, perhitungan Vsh, perhitungan porositas total dan porositas efektif, perhitungan permeabilitas, dan perhitungan Sw. Dengan begitu dapat diketahui reservoir mana yang paling berprospek. Kemudian, agar cadangan minyak pada lapangan Dahlia ini dapat diketahui, dibutuhkan data peta struktur bawah permukaan yang kemudian dilakukan perhitungan OOIP dengan menggunakan rumus: OOIP : Original Oil in Place (bbl) Vb : volume batupasir yang terisi minyak Sw : saturasi air Φ : porositas FVF : Formation Volume Factor 3.1 Analisis Lingkungan Pengendapan Pada Formasi Bangko “B” Analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dapat membantu untuk menentukan kualitas suatu reservoir. Sebab, setiap lingkungan pengendapan akan membentuk karakteristik reservoir yang berbeda – beda, baik dari sifat fisik, geometri, dan penyebaran tubuh batuan. Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis lingkungan pengendapan reservoir melalui pendekatan pada data batuan inti dan melihat pola log yang ada pada kurva GR (elektrofasies). Hal ini disebabkan karena data batuan inti yang ada jumlahnya sangat terbatas, sehingga dilakukan pendekatan dengan cara lain. Kurva log GR yang memiliki data

Upload: hacong

Post on 07-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

25

BAB 3

ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI

RESERVOIR FORMASI BANGKO “B”

Untuk melakukan analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dibutuhkan data

batuan inti (core) dan juga melihat pola log sumur pada zona reservoir tersebut

(elektrofasies). Lalu, untuk mengetahui persebaran dari ketebalan gross sand dan NES pada

reservoir ini langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu QC (Quality Control) data dan

memindahkan data ke dalam workstation, perhitungan Vsh, perhitungan porositas total dan

porositas efektif, perhitungan permeabilitas, dan perhitungan Sw. Dengan begitu dapat

diketahui reservoir mana yang paling berprospek. Kemudian, agar cadangan minyak pada

lapangan Dahlia ini dapat diketahui, dibutuhkan data peta struktur bawah permukaan yang

kemudian dilakukan perhitungan OOIP dengan menggunakan rumus:

OOIP : Original Oil in Place (bbl)

Vb : volume batupasir yang terisi minyak

Sw : saturasi air

Φ : porositas

FVF : Formation Volume Factor

3.1 Analisis Lingkungan Pengendapan Pada Formasi Bangko “B”

Analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dapat membantu untuk menentukan

kualitas suatu reservoir. Sebab, setiap lingkungan pengendapan akan membentuk

karakteristik reservoir yang berbeda – beda, baik dari sifat fisik, geometri, dan penyebaran

tubuh batuan.

Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis lingkungan pengendapan reservoir

melalui pendekatan pada data batuan inti dan melihat pola log yang ada pada kurva GR

(elektrofasies). Hal ini disebabkan karena data batuan inti yang ada jumlahnya sangat

terbatas, sehingga dilakukan pendekatan dengan cara lain. Kurva log GR yang memiliki data

Page 2: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

26

batuan inti akan dijadikan acuan untuk penentuan lingkungan pengendapan pada lapangan

Dahlia ini.

Lapangan Dahlia memiliki data batuan inti pada sumur DHL-12 interval 955-973 ft

dan sumur DHL-16 interval 970-989 ft.

Deskripsi Data Batuan Inti DHL-12

955-962 ft

Gambar 3.1. Foto batuan inti sumur DHL-12 pada interval 955-962 feet

Batupasir, berwarna abu - abu terang hingga kecoklatan, semen karbonatan,ukuran butir

sangat halus, bentuk butir membundar - membundar tanggung, kemas tertutup, pemilahan

baik, terdapat bioturbasi Ophiomorpha, porositas baik, terdapat mud drapes, glaukonit

setempat.

962-967 ft

Gambar 3.2. Foto batuan inti sumur DHL-12 pada interval 962-967 feet

955 ft

956 ft

962.5 ft

963.5 ft

Page 3: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

27

Batupasir, berwarna abu - abu terang - kecoklatan, semen karbonatan, ukuran butir sangat

halus, bentuk butir membundar - membundar tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, ada

bioturbasi, porositas baik, terdapat laminasi silang-siur, terdapat mud drapes.

967-973 ft

Gambar 3.3. Foto batuan inti sumur DHL-12 pada interval 967-973 ft

Batupasir, berwarna abu - abu gelap, semen karbonatan, ukuran butir halus, bentuk butir

membundar-membundar tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, terdapat bioturbasi,

terdapat glaukonit setempat, porositas baik, terdapat mud drapes.

969 ft

970 ft

Page 4: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

28

Gambar 3.4. Deskripsi dan interpretasi dari data batuan inti sumur DHL-12 beserta foto batuan inti dan log GR.

Page 5: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

29

Deskripsi Data Batuan Inti DHL-16

970-975 ft

Gambar 3.5. Foto batuan inti sumur DHL-16 pada interval 970-975 feet.

Batupasir, berwarna abu - abu hingga kecoklatan, semen non karbonatan, ukuran butir halus,

bentuk butir membundar-membundar tanggung, kemas tertutup, pemilahan baik, fragmen

litik berwarna hitam, terdapat laminasi silang-siur, glaukonit setempat, porositas baik.

975-978 ft

Gambar 3.6. Foto batuan inti sumur DHL-16 pada interval 975-978 feet.

Batupasir, warna abu - abu terang, semen karbonatan, ukuran butir sedang, bentuk butir

membundar tanggung-menyudut tanggung, pemilahan sedang, kemas tertutup, glaukonit

setempat, kompak, ada bioturbasi setempat, porositas baik.

972 ft

973 ft

975 ft

976 ft

Page 6: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

30

978-982 ft

Gambar 3.7. Foto batuan inti sumur DHL-16 pada interval 978-982 feet.

Batupasir, warna coklat gelap-abu, semen karbonatan, ukuran butir kasar, bentuk butir

membundar tanggung-menyudut tanggung, pemilahan sedang-buruk, kemas terbuka,

glaukonit setempat, kompak, mud drapes setempat, ada bioturbasi planolites, porositas

sedang.

982-989 ft

Gambar 3.8. Foto batuan inti sumur DHL-16 pada interval 982-989 feet.

Batupasir, warna abu-abu hingga coklat, semen non-karbonatan, ukuran butir kasar, bentuk

butir membundar tanggung-menyudut tanggung, pemilahan sedang-buruk,kemas tertutup,

glaukonit setempat, mud drapes setempat, ada bioturbasi, porositas sedang.

978 ft

979 ft

982 ft

983 ft

Page 7: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

31

Gambar 3.9. Deskripsi dan interpretasi dari data batuan inti sumur DHL-16 beserta foto batuan inti dan log GR

Page 8: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

32

Analisis Data Batuan Inti DHL-12 dan DHL-16

Berdasarkan deskripsi data batuan inti, terdapat empat buah asosiasi fasies penyusun

reservoir Formasi Bangko “B”, yakni fasies Batupasir Kasar-bioturbasi, fasies Batupasir

Sedang-bioturbasi, fasies Batupasir Halus-bioturbasi dan fasies Batupasir Halus-laminasi

silang-siur. Terdapat struktur sedimen berupa laminasi silang-siur, yang mengindikasikan

daerah ini merupakan daerah yang mengalami perubahan arus (bukan arus tenang). Selain itu,

terdapat pula flaser dan mud drapes. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh pasang-surut

pada fasies – fasies tersebut saat proses pengendapan sedang berlangsung. Diinterpretasikan

bahwa lingkungan pengendapan reservoir ini sebagai Estuarine Channel yang memiliki arus

traksi. Mud drapes yang terdapat pada batuan inti mengindikasikan terdapatnya pengaruh

arus pasang-surut pada proses pengendapan berlangsung. Terlihat pola perubahan ukuran

butir yang menghalus ke atas (fining upward succession) pada data batuan inti. Berdasarkan

data log sinar Gamma, terlihat pola log yang cenderung blocky (cylindrical GR) pada Formasi

Bangko “B” ini pada setiap sumurnya. Karakter ini akan digunakan sebagai dasar pendekatan

elektrofasies pada sumur – sumur yang tidak memiliki data batuan inti.

Gambar 3.10. Bentuk – bentuk elektrofasies dan interpretasi lingkungan pengendapannya (Rider,

2000).

Pola log tersebut diasosiasikan salah satunya yaitu estuarine channel. Kemudian,

penulis juga melakukan korelasi antar log yang berarah timurlaut-baratdaya (Gambar 3.11.).

Page 9: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

33

Penulis menggunakan marker top formasi dalam korelasi untuk pembagian waktu.

Berdasarkan korelasi yang sudah dilakukan, terlihat bentukan channel pada korelasi tersebut.

Gambar 3.11. Korelasi sumur pada salah satu lintarasan berarah Timurlaut-Baratdaya.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa reservoir Formasi Bangko “B” diendapkan pada

lingkungan Lower Estuarine/Marine Energy Dominated Estuarine dengan sub-lingkungan

pengendapan yaitu Lower Eestuarine Channel.

Page 10: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

34

Gambar 3.12. Model lingkungan pengendapan Estuarine (Dalrymple, 1992).

Estuarine Channel

Page 11: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

35

3.2 Evaluasi Formasi Reservoir pada Lapangan Dahlia

Sebelum dilakukan analisis petrofisika dari lapangan Dahlia ini, terlebih dahulu

dilakukan pengumpulan data – data yang mendukung. Data – data yang diperlukan

diantaranya yaitu data log header (kepala log) dari marked log, data kurva log sumur, dan

data seismik.

3.2.1 Data Log Header (Kepala Log)

Log header merupakan salah satu bagian dari lembaran log yang sangat penting untuk

analisis log yang berhubungan dengan pengambilan data log pada suatu sumur. Contoh data –

data yang terdapat pada log header yaitu lokasi koordinat lokasi pemboran, ukuran bit (bit

size), interval bawah log (bottom-logged interval), kedalaman pemboran (depth-driller),

resistivitas lumpur (Rm), resistivitas filtrat lumpur (Rmf), resistivitas mudcake (Rmc), suhu

lubang bor (BHT), densitas, viskositas, dll. Keterangan Log Header pada lapangan Dahlia

dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 12: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

38

Well Name Logging

Date

Depth

Driller

(ft)

Depth

Logger

(ft)

Btm.

Log

Interv

al (ft)

Top Log

Interval

(ft)

Bit

Size

(inch)

Rm

Rmf Rmc GL DF KB Den

sitity

Vis

cos

ity

Surface

Temper

ature

(degF)

BHT

(deg

F)

Dahlia-2 06/08/1972 1384 1384 1383 363 9 5/8” 3.85 4.93 1.23 132 145 146 10.4 42 95 124

Dahlia-3 07/02/1974 1155 1155 1154 342 9 5/8” 4.47 4.18 4.43 119 131 130 9.76 35 95 118

Dahlia-4 10/02/1974 1056 1057 1056 342 9 5/8” 4.20 4.87 5.84 107 119 120 10.8 38 95 105

Dahlia-5 06/06/1974 1105 1106 1105 321 9 5/8” 3.63 4.08 4.38 112 124 125 10.7 37 95 121

Dahlia-6 08/06/1974 1160 1161 1160 323 9 5/8” 2.19 2.64 3.91 110 122 123 10.7 39 95 128

Dahlia-7 11/06/1974 1184 1155 1154 331 9 5/8” 6.70 6.35 6.71 156 168 169 10.6 37 95 120

Dahlia-8 22/11/1975 1240 1240 1239 338 9 5/8” 4.04 4.37 1.70 115 127 128 10.6 39 95 126

Dahlia-9 19/12/1976 1041 1035 1034 346 9 5/8” 1.76 1.64 2.14 122 134 135 10.2 42 95 115

Dahlia-10 27/04/1980 1042 1044 1029 274 9 5/8” 4.12 4.63 4.02 143 153 154 9.6 46 95 118

Dahlia-11 26/11/1980 1095 1098 1084 100 9 7/8” 5.63 6.05 3.66 122 133 134 9.7 39 95 120

Dahlia-12 27/11/1981 1200 1202 1188 309 9 7/8” 3.22 3.29 2.07 131 143 144 9.5 40 95 120

Dahlia-13 23/10/1983 1070 1070 1057 50 9.875 3.20 3.50 3.00 120 132 133 9.5 38 95 118

Dahlia-14 23/10/1983 1145 1146 1133 50 9.875 3.10 2.60 2.80 146 158 159 9.5 39 95 118

Dahlia-15 26/10/1983 1070 1072 1058 276 9.875 3.40 3.60 3.80 110 123 124 9.9 40 95 118

Dahlia-16 29/10/1983 1140 1140 1139 279 9.875 3.10 3.00 2.80 119 131 132 9.4 39 95 118

Dahlia-17 15/05/1987 1130 1133 1118 300 13.75 3.36 3.66 2.95 135 150 151 10.7 44 95 125

Dahlia-18 21/05/1987 1050 1053 1038 275 13.75 3.45 4.39 5.45 123 138 139 10.2 44 95 125

Dahlia-19 03/05/1988 1100 1099 1084 284 13.75 4.22 5.55 4.04 133 149 150 9.5 41 95 120

Page 13: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

39

Tabel 3.1 Rincian data – data dari kepala log (Log Header).

Dahlia-20 08/05/1988 1145 1145 1130 285 13.75 4.63 5.42 2.27 131 146 147 9.2 40 95 112

Dahlia-22 12/11/1998 1144 1143 1135 256 8.50 1.96 2.02 2.02 113 130 131 9.2 46 95 120

Page 14: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

38

3.2.2 Data Kurva Log

Data kurva log merupakan salah satu data terpenting dalam analisis petrofisika karena

data – data inilah yang meliputi parameter – parameter sifat fisik batuan yang diidentifikasi

sebagai reservoir. Data – data kurva log ada bermacam – macam tergantung dari alat log yang

digunakan dalam pemboran, diantaranya yaitu log GR, log SP, log Caliper, log RHOB, log

NPHI, log resistivitas yang terdiri dari LLD, LLS, dan MSFL. Berikut ini adalah gambar dari

data kurva log.

Gambar 3.13. Contoh kurva log pada sumur Dahlia.

Pada lapangan Dahlia ini, terdapat 30 buah log sumur, namun yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 20 log sumur dikarenakan keterbatasan data yang bisa untuk diakses,

yaitu DHL-2, DHL-3, DHL-4, DHL-5, DHL-6, DHL-7, DHL-8, DHL-9, DHL-10, DHL-11,

DHL-12, DHL-13, DHL-14, DHL-15, DHL-16, DHL-17, DHL-18, DHL-19, DHL-20, dan

DHL-22. Penelitian ini terdiri dari Formasi Telisa 600, Formasi Telisa Reservoir Equiv,

GR

LLD

SP

LLS RHOB

NPHI

Interval

Studi

Page 15: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

39

Formasi Bekasap “A”, Formasi Bangko, dan Formasi Bangko “B”. Namun, penelitian

difokuskan pada Formasi Bangko “B”. Data log yang digunakan adalah marked log yang

kemudian data – data yang ada dipindahkan ke dalam workstation untuk dilakukan analisis

petrofisika.

Tetapi, tidak semua sumur pada Lapangan Dahlia ini yang memiliki data kurva log

yang lengkap dan baik. Oleh karena itu, untuk melengkapi data kurva yang sangat diperlukan,

seperti kurva RHOB, maka perlu dibuat kurva sintetiknya pada sumur – sumur yang tidak

memiliki data – data tersebut. Sintetik ini dibuat berdasarkan kurva log pada suatu sumur

yang dipercaya memiliki data yang akurat dibandingkan sumur – sumur lainnya. Pada

lapangan Dahlia ini, sumur DHL-22 yang memiliki data – data paling lengkap dan memiliki

nilai CALI (Caliper) yang rendah (bukan bad hole) sehingga dapat dijadikan patokan untuk

membuat kurva sintetik tersebut. Selain itu, sumur ini pula yang dibor paling baru, sehingga

penulis mengasumsikan teknologi yang digunakan pada sumur inilah yang paling baru

dibandingkan sumur – sumur lainnnya. Dengan begitu, keakuratan data pada sumur ini dapat

dipercaya.

Data kurva sintetik yang dibuat pada penelitian ini adalah data kurva RHOB. Kurva

RHOB sangat diperlukan saat analisis petrofisika untuk menghitung porositas. Kurva sintetik

dibuat dengan cara membuat regresi dari plot silang antara kurva RHOB (sumbu-Y) dengan

kurva sinar Gamma (sumbu-X). Berikut adalah hasil regresinya:

Gambar 3.14. Hasil regresi plot silang antara kurva RHOB dengan log GR.

Page 16: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

40

Dari hasil regresi, didapat rumus sintetik RHOB:

RHOB = (1.6175 + 0.005041 x (GR))

Kemudian, dibuatlah kurva RHOB berdasarkan rumus diatas pada sumur – sumur

yang tidak memiliki data kurva RHOB, yaitu sumur DHL-5, DHL-6, DHL-10, dan DHL-18.

Nilai RHOB sintetik tersebut memang tidak akurat 100%, terdapat perbedaan nilai sekitar 0,2

(G/C3), namun memiliki kualitas yang cukup baik. Hal tersebut sudah dibuktikan salah

satunya pada sumur DHL-15. Terdapat pola log yang cenderung sama antara kurva RHOB

yang didapat dari tool asli dengan kurva RHOB sintetik.

Gambar 3.15. Contoh perbandingan antara RHOB sintetik dengan RHOB yang berasal dari tool asli.

RHOB sintetik

RHOB yang berasal dari tool asli

0,2

Page 17: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

41

3.2.3 Korelasi

Setelah seluruh data terkumpul dan dilakukan QC (Quality Control), maka

dilakukanlah korelasi. Korelasi merupakan suatu metoda yang berguna untuk membedakan

unit stratigrafi yang ekivalen dalam segi waktu, umur, dan posisi stratigrafi (Tearpock dan

Bische, 1991). Sehingga, dengan melakukan korelasi dapat diketahui perubahan – perubahan

yang terjadi di suatu tempat pada interval tertentu. Dalam penelitian ini, korelasi yang dibuat

merupakan korelasi litostratigrafi. Data yang digunakan dalam melakukan korelasi adalah

data log Gamma Ray Normalization (GRN). Penulis melakukan korelasi pada batas marker

yang merupakan marker dari top suatu formasi pada marked log yang dihubungkan dengan

top formasi yang lain. Tidak dilakukan korelasi secara sekuen stratigrafi dikarenakan setiap

bentuk kurva pada lapangan Dahlia ini cenderung memiliki pola log yang hampir sama dan

juga berdasarkan geologi regional Cekungan Sumatra Tengah kemenerusan pasir antar log

baik dan tidak terdapat kompleksitas pada stratigrafi.

Gambar 3.16. Peta lintasan korelasi Lapangan Dahlia.

Korelasi dilakukan pada setiap sumur yang terdapat beberapa formasi, yaitu Formasi

Telisa 600, Formasi Telisa Reservoir Equiv, Formasi Bekasap “A”, Formasi Bangko, dan

Formasi Bangko “B”. Pada korelasi ini, datum yang digunakan adalah top marker formasi,

karena keberadaan dari top formasi ini penyebarannya sangat luas dan terdapat di semua

Page 18: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

42

sumur. Korelasi stratigrafi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan enam lintasan,

yaitu dua korelasi yang menunjukkan penampang baratlaut – tenggara (NW-SE) dan empat

korelasi yang menunjukkan penampang timurlaut – baratdaya (NE-SW). Penampang

baratlaut – tenggara ini dilakukan agar dapat memberikan gambaran arah pengendapan

menuju basinward, sedangkan penampang baratlaut-tenggara dibuat untuk melihat gambaran

geometri dari reservoir lapangan Dahlia ini (tegak lurus dengan arah pengendapan).

Gambar 3.17. Korelasi sumur pada penampang A-A’.

3.2.4 Pemetaan Ketebalan Gross Sand dan NES (Net Effective Sand)

Sebelum dilakukannya analisis Gross Sand, NES, dan Net Pay, terlebih dahulu

dihitung nilai Vshale. Shale merupakan terminologi yang digunakan pada analisis petrofisika

untuk mengidentifikasi batuan berbutir halus seperti batupasir sangat halus, batulanau, dan

batulempung. Vshale mengidentifikasi kualitas suatu reservoir, apabila nilai Vshale pada

suatu reservoir rendah, maka reservoir tersebut akan semakin bersih. Sehingga akan semakin

mudah fluida untuk bergerak mengisi pori – pori yang ada. Sebaliknya, apabila nilai Vshale

semakin tinggi, maka reservoir tersebut akan semakin buruk karena akan semakin kecil

Page 19: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

43

porositas yang dimiliki. Rumus Vshale yang digunakan pada lapangan Dahlia ini adalah

rumus Vshale linear, yaitu:

Keterangan : Vsh = Volume Shale (jumlah kandungan lempung) (v/v)

GRlog = Gamma Ray yang terbaca pada kurva (API)

GRmin = Gamma Ray yang bernilai paling rendah

GRmax = Gamma Ray yang bernilai paling tinggi

Setelah dilakukan perhitungan dan analisis, lapangan Dahlia ini memiliki nilai sand

baseline 45.702 GAPI dan shale baseline 177.767 GAPI dilihat dari tren kurva GR pada

setiap sumurnya.

Setelah mendapatkan nilai baseline, maka dapat ditarik suatu garis batas yang

memisahkan antara shale dan sand yang disebut sebagai cut off. Cut off ini diambil

berdasarkan data histogram Sinar Gamma, kemudian ditarik garis yang terletak diantara

kedua puncak dari Sinar Gamma tersebut. Penarikan garis ini dilakukan dengan cara menarik

garis tengah diantara sand baseline dan shale baseline, lalu dilakukan kontrol terhadap layout

– layout sumur yang ada. Nilai cut off Vshale pada lapangan Dahlia ini setelah dilakukan

analisis adalah sebesar 0.6. Jadi, data yang memiliki nilai Vshale lebih dari atau sama dengan

0.6, maka data tersebut akan dianggap shale, sebaliknya bila ada data yang memiliki nilai

Vshale dibawah 0.6, maka data tersebut akan dianggap sebagai sand. Dari data – data inilah,

dapat dibuat peta gross sand pada lapangan Dahlia.

Page 20: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

44

Gambar 3.18. Nilai cut off Vshale pada Lapangan Dahlia.

Berikut ini adalah peta gross sand yang dihasilkan pada lapangan Da

Gambar 3.19. Peta ketebalan gross sand Formasi Bangko “B.

Page 21: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

45

Setelah didapat peta ketebalan gross sand, maka dapat dicari nilai NES (Net Effective

Sand) yang merupakan nilai porositas efektif. Porositas efektif adalah porositas batuan total

dikurangi kandungan Vshale. NES merupakan bagian dari gross sand namun yang memiliki

nilai porositas efektif yang cenderung tinggi. Sebab, tidak semua sand pada gross sand yang

memiliki nilai porositas efektif tinggi, terkadang masih ada sand yang memiliki nilai

porositas efektif yang hanya sedikit. Untuk itulah perlu ditarik cut off untuk menentukan zona

– zona yang memiliki ketebalan NES. Porositas total pada penelitian ini didapat dari rumus:

Keterangan : RHOB = Bacaan log densitas (gr/cc) PHIT = Porositas total (v/v)

= Massa jenis matriks batuan PHID = Porositas Densitas (v/v)

= Massa jenis fluida

Rumus ini digunakan dengan asumsi batupasir pada daerah penelitian adalah

batupasir dengan nilai densitas batupasir bersih (clean sand) 2,65. Sedangkan, untuk

menghitung nilai porositas efektif, digunakan rumus:

Keterangan : PHIE = Porositas Efektif (v/v)

PHIT = Porositas Total (v/v)

Vsh = Jumlah kandungan lempung (v/v)

Pada penelitian ini, penulis mendapatkan data rutin batuan inti yang berupa angka –

angka pada sumur DHL-2, DHL-3, dan DHL-16 meliputi porositas total, porositas efekif, dan

permeabilitas. Angka – angka dari data ini merupakan nilai yang keakuratannya paling tinggi.

Sehingga penulis menggunakan data ini sebagai kontrol untuk interpretasi yang akan

dilakukan. Penulis mencoba membandingkan nilai porositas total dan porositas efektif hasil

perhitungan dengan porositas total dan porositas efektif berdasarkan data rutin batuan inti.

Page 22: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

46

Gambar 3.20. Perbandingan antara kurva porositas hasil analisis dengan porositas dari data

rutin batuan inti.

Dari kurva diatas, terlihat sedikit perbedaan nilai porositas pada kedalaman –

kedalaman tertentu sekitar ±0,12. Namun, secara umum kurva tersebut memiliki pola log

yang cenderung sama. Sehingga penulis menganggap bahwa porositas hasil analisis sudah

memiliki keakuratan data yang cukup baik.

Setelah dilakukannya analisis porositas, tahap selanjutnya yaitu menghitung

permeabilitas. Kurva permeabilitas ini penting untuk diketahui agar dapat dilihat karakteristik

permeabilitas pada lapangan Dahlia. Bisa saja suatu batupasir memiliki porositas yang baik,

namun ternyata memiliki permeabilitas yang buruk. Sebab, permeabilitas tidak hanya

bergantung kepada porositas, tetapi juga kepada keseragaman butir, hubungan antar butir, dan

juga keterdapatan lempung. Terdapat tiga jenis geometri lempung yang menempel pada

kuarsa – kuarsa yang membentuk porositas batuan, yaitu pore-filling, pore-lining, dan pore-

bridging. Lempung inilah yang menyebabkan permeabilitas menjadi buruk. Pada penelitian

ini, perhitungan permeabilitas dilakukan dengan cara meregresi kurva plot silang antara

Kurva Porositas Total Hasil

Analisis

Kurva Porositas Total dari

data rutin batuan inti

Kurva Porositas Efektif

Hasil Analisis

Kurva Porositas Efektif

dari data rutin batuan

inti

Page 23: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

47

permeabilitas (sumbu-Y) dengan porositas efektif (sumbu-X) pada data rutin batuan inti. Data

– data dari batuan inti merupakan data yang kuantitatif, sehingga keakuratannya sangat

tinggi. Namun, tidak setiap sumur memiliki data batuan inti, hanya beberapa sumur saja yang

memiliki data batuan inti dalam interval tertentu. Oleh karena itulah dilakukan regresi agar

seluruh sumur pada lapangan Dahlia ini memiliki kurva log permeabilitas.

Pada lapangan Dahlia, terdapat tiga buah data rutin batuan inti, yaitu pada sumur

DHL-3 (interval 923-933 feet MD), DHL-12 (interval 955-973 feet MD), dan DHL-16

(interval 970-989 feet MD). Penulis menggunakan data rutin batuan inti pada sumur DHL-16

dengan pertimbangan bahwa sumur tersebut adalah sumur yang paling baru dibandingkan

dua sumur lainnya. Selain itu, data rutin batuan inti ini pula yang memiliki interval paling

besar. Berikut ini adalah hasil dari regresi antara permeabilitas data rutin batuan inti (sumbu-

Y) dengan porositas efektif (sumbu-X).

Gambar 3.21. Hasil regresi plot silang antara permeabilitas data rutin batuan inti dengan porositas

efektif.

Dari hasil regresi diatas, didapat rumus permeabilitas:

Page 24: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

48

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka kurva log permeabilitas dapat

diaplikasikan untuk setiap sumurnya. Untuk mengetahui kualitas keakuratan dari rumus

tersebut, dibandingkanlah kurva hasil rumus regresi dengan data rutin batuan inti yang ada.

Gambar 3.22. Contoh perbandingan antara kurva log permeabilitas hasil regresi dengan

kurva log permeabilitas yang berasal dari data rutin batuan inti.

Dari gambar diatas terlihat kemiripan pola log antara kurva log permeabilitas hasil

regresi dengan kurva log permeabilitas dari data rutin batuan inti. Sehingga, kurva log

permeabilitas hasil regresi ini dapat dipercaya keakuratannya dan memiliki kualitas yang baik

dan cocok untuk dilakukan pada semua sumur lapangan Dahlia. Selain melihat kecocokan

dengan dari data rutin batuan inti, pola log permeabilitas ini juga dikontrol berdasarkan data

log GR, resistivity, RHOB, NPHI, porositas total, dan porositas efektif.

Kemudian, dibuatlah garis cut off NES pada Lapangan Dahlia dengan melihat plot

silang antara permeabilitas data rutin batuan inti dengan porositas efektif (Gambar 3.21.).

Berdasarkan Bear (1972), batupasir bersih memiliki permeabilitas sebesar 10 milidarcy. Dari

Kurva permeabilitas hasil regresi

Kurva permeabilitas

dari data rutin batuan

Page 25: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

49

gradien plot silang tersebut, didapatlah garis cut off porositas efektif sebesar 15% atau 0.15.

Sehingga, bila terdapat data gross sand yang memiliki PHIE < 0.15, maka gross sand

tersebut tidak memiliki nilai NES, sebaliknya, bila data gross sand memiliki PHIE>0.15,

maka gross sand tersebut memiliki nilai NES.

Gambar 3.23. Nilai cut off PHIE (porositas efektif) pada lapangan Dahlia.

Gambar 3.24. Peta ketebalan Net Effective Sand (NES) Formasi Bangko “B”.

Page 26: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

50

3.2.5 Perhitungan Cadangan OOIP (Original Oil In Place) Pada Lapangan Dahlia

Untuk melakukan perhitungan cadangan hidrokarbon mula-mula (OOIP), dibutuhkan

data OWC (Oil Water Contact) dan peta struktur kedalaman. Data OWC diperoleh dari

pihak PT Chevron Pacific Indonesia berdasarkan data pemboran pada sumur DHL-3 pada

tahun 1974, yaitu pada kedalaman -890 ft. Penulis mengasumsikan bahwa nilai yang berada

diatas OWC dianggap seluruhnya minyak, sedangkan nilai yang berada dibawah OWC

dianggap seluruhnya adalah air. Sedangkan peta struktur kedalaman berasal dari data peta

struktur waktu (time structure map) saat surface yang dihasilkan belum tepat berada pada top

marker dari data log. Oleh karena itu, diperlukan pengikatan kembali antara hasil pick

seismik dengan korelasi log atau disebut autotie. Namun, penulis tidak melakukan autotie

pada penelitian ini, penulis mendapatkan data peta struktur kedalaman dari laporan internal

PT Chevron Pacific Indonesia. Sehingga, dengan adanya peta struktur kedalaman dapat

diketahui gambaran struktur dan keadaan morfologi bawah permukaan, sehingga dapat

diketahui volume batupasir yang terisi minyak (Vb) pada reservoir Formasi Bangko “B” pada

lapangan Dahlia ini. Berdasarkan peta struktur kedalaman yang penulis dapatkan, cebakan

minyak pada Lapangan Dahlia terdapat pada perangkap struktur antiklin.

Gambar 3.25. Peta struktur kedalaman top Formasi Bangko “B” Lapangan Dahlia.

Lalu, untuk mengetahui batas dari bawah (bottom) struktur dari Formasi Bangko “B”,

dibuatlah peta struktur kedalaman bottom. Bottom reservoir adalah pengurangan top Formasi

Bangko “B” dengan ketebalan reservoir. Ketebalan reservoir yang digunakan adalah

ketebalan net effective sand.

Page 27: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

51

Gambar 3.26. Peta struktur kedalaman bottom Formasi Bangko “B” Lapangan Dahlia.

Berdasarkan peta- peta struktur kedalaman diatas (Gambar 3.25 dan Gambar 3.26),

penulis menggunakan model antiklin dalam perhitungan volume hidrokarbon (Gambar

3.27).

Gambar 3.27. Model perhitungan volume reservoir dengan perangkap struktur antiklin.

Setelah memiliki data- data yang meliputi batas OWC, peta struktur kedalaman top

Formasi Bangko “B”, dan peta struktur kedalaman bottom Formasi Bangko “B” dapat

dilakukan pembuatan peta ketebalan net pay pada Formasi Bangko “B” ini. Dari peta net pay

inilah yang akan dihitung besarnya bulk volume pada daerah telitian. Peta net pay dibuat

dengan cara melakukan overlay antara peta ketebalan NES dengan peta struktur kedalaman

top dan bottom Formasi Bangko “B”. Dari peta struktur kedalaman top dan bottom Formasi

Bangko “B”, diambil garis OWC, lalu garis OWC top formasi merupakan kontur yang

Page 28: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

52

bernilai nol pada peta net pay. Nilai ketebalan NES yang berada diluar garis OWC, dianggap

tidak ada. Sedangkan nilai ketebalan NES yang berada di dalam garis OWC tetap memiliki

nilai NES yang sama seperti pada peta ketebalan NES. Jadi, sumur-sumur pada daerah

telitian yang terletak di luar garis OWC dianggap sebagai dry hole. Berikut ini adalah peta net

pay Formasi Bangko “B” pada daerah telitian.

Gambar 3.28. Peta ketebalan net pay Formasi Bangko “B” pada daerah telitian.

Dari peta net pay tersebut, akan dilakukan perhitungan bulk volume. Peta net pay

terdiri dari interval kontur 3 feet yang puncaknya pada ketebalan 39 feet. Hal ini

menyebabkan lapangan daerah telitian memiliki luas sebanyak 13 buah (A1-A13). Namun

ada beberapa kontur yang terdapat dua atau tiga buah yaitu kontur 30 sebanyak dua buah, dan

kontur 33 sebanyak tiga buah. Sehingga akan ada A10B, A11B, dan A11C. Berikut ini adalah

luas setiap kontur pada peta net pay diatas:

A0 = 2.416.000 m2 A7 = 2.071.000 m2 A11C = 12870 m2

A1 = 2.376.000 m2 A8 = 1.980.000 m2 A12 = 293.100 m2

A2 = 2.338.000 m2 A9 = 1.367.000 m2 A13 = 132.100 m2

A3 = 2.301.000 m2 A10 = 563.000 m2

A4 = 2.252.000 m2 A10B = 425.300 m2

Page 29: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

53

A5 = 2.210.000 m2 A11 = 442.900 m2

A6 = 2.146.000 m2 A11B = 122.500 m2

Kemudian dilakukan perhitungan volume, bila A1/A0 >0,5 , maka akan digunakan

rumus volume trapesium, sedangkan apabila A1/A0<0,5, maka akan digunakan rumus

volume piramid.

Keterangan: Vt = volume Trapesium; A0 = luas area pertama

Vp = volume piramid ; A1 = luas area kedua

h = interval kontur

Berikut ini adalah perhitungan bulk volume Formasi Bangko “B” pada daerah telitian:

Page 30: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

54

Maka, volume total sebesar 68.581.593 feet m2. Bila dikonversi menjadi acre feet dengan

mengalikan angka 2.471054 x 10-04 hasilnya yaitu sebesar 16.946,9 acre feet.

Untuk menghitung cadangan OOIP, dibutuhkan data saturasi air (Sw), porositas (Φ),

dan Formation Volume Factor (FVF). Perhitungan saturasi air (Sw) menggunakan rumus

Archie:

Page 31: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

55

Keterangan : Sw = Saturasi air m = Eksponen sementasi Φ = Porositas

n = Eksponen saturasi Rw = Resistivity formasi air

a = Faktor Turtuosity Rt = True Resistivty

Rumus Archie digunakan dengan asumsi reservoir berupa clean sand. Untuk nilai

eksponen saturasi menggunakan standar senilai 2. Faktor turtoisity senilai 1. Eksponen

sementasi sebesar 1,8 untuk reservoir batupasir. Nilai Rw didapatkan dari percobaan

laboratorium yang telah dilakukan sebelumnya. Nilai Rw pada lapangan Dahlia sebesar 1,76

ohmm pada temperature 77 °F. Nilai porositas total dan saturasi air yang digunakan dalam

perhitungan cadangan hidrokarbon mula – mula (OOIP) berupa nilai rata-rata. Nilai rata-rata

tidak dihitung berdasarkan jumlah seluruh data pada interval penelitian, namun hanya

dihitung pada interval Formasi Bangko “B” saja. Berdasarkan histogram frekuensi nilai

porositas total dan saturasi air (Gambar 3.37 dan Gambar 3.38), penulis mendapatkan nilai

rata-rata porositas total dan saturasi air sebesar 0,25 dan 0,36.

Gambar 3.29. Data frekuensi saturasi air pada Lapangan Dahlia pada interval Formasi Bangko “B”.

Page 32: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

56

Gambar 3.30. Data frekuensi porositas total pada Lapangan Dahlia pada interval Formasi Bangko

“B”.

Untuk nilai Formation Volume Factor, penulis mendapatkan datanya dari laporan

internal PT Chevron Pacific Indonesia tahun 2007, “Plan of Future Development of Dahlia

Field”, yaitu sebesar 1,1.

Tabel 3.2. Tabel properti reservoir Formasi Bangko “B”.

Reservoir Property Bangko B

Porosity, avg. % 25.0

FVF Oil RB/STB 1.100

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus OOIP, didapatkan jumlah

cadangan minyak mula-mula (Original Oil in Place) yaitu sebesar 19.123.489 barrels.

Page 33: BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI · PDF fileANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI ... dan juga melihat pola log sumur pada zona ... Well Name Logging

57

Berdasarkan data yang didapat dari petroleum engineer PT Chevron Pacific Indonesia, total

produksi minyak yang sudah dilakukan pada Lapangan Dahlia Formasi Bangko “B” hingga

Mei 2011 yaitu sebesar 4.766.800 barrels. Jadi, masih ada total cadangan minyak saat ini

(COIP) sekitar 14.356.698 barrels. Cadangan minyak yang tersisa masih cukup banyak,

sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat sumur baru guna peningkatan

produksi pada daerah telitian.