laporan pengendapan kimia dasar
DESCRIPTION
mengenai laporan kimia dasar 1 tentang kimiaTRANSCRIPT
Laporan Pengendapan
I. Judul Percobaan : Titrasi Pengendapan dan Aplikasi
II. Tanggal Percobaan : 21 November 2011
III. Selesai Percobaan : 21 November 2011
IV Tujuan Percobaan : 1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan AgNO dengan NaCl
2. Menentukan kadar Cl- dalam air laut
V. Dasar Teori
Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik, dalam
penentuan gravimetric dan dalam pemisahan sample menjadi komponen-komponennya.
Pengendapan merupakan sebuah taknik dasar yang sangat penting dalam banyak prosedur
analitik.
Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam
analisis titrimetrik seperti titrasi-titrasi yang terlibat dalam reaksi redoks atau asam basa.
Contoh dari titrasi pengendapan dibatasi pada yang melibatka pngendapan dari ion perak
dengan anion-anion seperti halogen atau tiosinat. Penggunaan reaksi semacam ini terbats
karena kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi dari
larutan encer dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi
dan tingkat pengendapan menjadi lambat.
Dasar reaksi titrasi pengendapan ialah terjadinya endapan pada reaksi antara zat analit
dengan penitrasi, misalnya :
Ag+ + X- → AgX(g) dimana X = halogen
Ag+ + CrO4- → Ag2CrO4(s) merah bata
Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana
kelebihan ion Ag+ akan bereaksi dengan CrO4- membentuk perak kromat yang berwarna
merah bata (Cara Mohr).
Pada titik ekivalen :
Ekivalen Ag+ = Ekivalen Cl-
Ada beberapa cara unuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi
pengendapan :
1. Dengan pembentukan endapan berwarna ( Cara Mohr )
2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut ( Cara Volhard )
3. Dengan indikator adsorpsi ( Cara Fajans )
1. CARA MOHR
Indikator K2CrO4, titran adalah AgNO3. Terutama untuk menentukan garam klorida
dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah
ditambah larutan NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa
(antara 6 dan 10).Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titrant
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir karena
warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi :
Ag+ + Cl- AgCl
Sedang pada titik akhir, titrant juga bereaksi menurut reaksi :
2Ag+ + CrO4- Ag2CrO4
Konsentrasi CrO4- yang ditambahkan sebagai sebagai indikator tidak boleh sembarang, tetapi
harus dihitung berdasar Ksp AgCl dan Ksp Ag2CrO4.
2.CARA VOLHARD
Indikator Fe3+ titrant KSCN atau NH4SCN. Untuk menentukan garam perak dengan
titrasi langsung, atau garam–garam khlorida, bromida, iodida, tiosianat, dengan titrasi
kembali setelah ditambah larutan baku AgNO3 berlebih. juga untuk anion-anion lain yang
lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi dengan usaha khusus. pH harus cukup rendah, kira-kira
0,3 M H+, agar Fe3+ tidak terhidrolisa.
3.CARA FAJANS
Indikatornya ialah salah satu indikator adsorpsi menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+, pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai.
Faktor yang perlu di pertimbangkan dalam memilih sebuah indikator adsorpsi yang
cocok untuk sebuah titrasi pengendapan. Faktor-faktor ini dirangkum di bawah ini :
1. AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-partikel besar pada
titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan secara drastis permukaan yang tersedia
untuk adsorpsi dari indikator.
2. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik ekivalen dan meningkat
secara cepat pada titik ekivalen.
3. Ph dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indikator
asam lemah atau basa lemah tersedia cukup.
4. Amat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan
sebagai titran.
Jadi dalam tiga cara tersebut titrant masing-masing tertentu, indicator dan Ph untuk
cara Mohr dan Volhart tertentu, sedang dalam cara Fajans indikator tidak harus tertentu dan
Ph disesuaikan dengan indikator.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut :
1. Temperatur. Semakin meningkat temperatur, maka meningkat pula kelarutannya.
2. Pemilihan Pelarutan. Garam anorganik lebih dapat larut dalam air dari pada dalam larutan
organik, kelarutan dalam air lebih besar dari pada dalam larutan organik.
3. Efek ion-sekutu. Dengan adanya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapan
bisa jadi lebih besar dari pada tetapan kelarutan produk.
4. Efek aktivitas.
5. Efek Ph.
6. Efek hidrolisis.
7. Hidroksida metal.
8. Efek pembentukan kompleks.
VI. Alat dan Bahan
Alat – alat
1. Labu Ukur 100 mL 1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
3. Buret 1 buah
4. Spatula 1 buah
5. Pipet Gondok 10 ml 1 buah
6. Gelas Ukur 2 buah
7. Pipet tetes 6 buah
Bahan
1. NaCl
2. Air suling
3. AgNO3
4. Indikator metyl jingga
5. Air Laut
VII. CARA KERJA
Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl sebagai baku
NaCl
Ditimbang 0,062 g Dipindahkan dalam labu ukur 100 ml Dilarutkan dengan air suling Diencerkan sampai tanda batasHasil Hasil
Dipipet sebanyak 25 mL dengan pipet seukuran Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100ml Ditambah 10 ml air suling Ditambah 5 tetes indikator K2CrO4
Buret Dibilas dan diiisi dengan AgNO3
AgNO3 dalam buretDigunakan untuk titran
Ditritasi sambil terus dikocok Titrasi dihentikan saat terjadi endapan merah bataHasil
Dibaca dan dicatat angka pada buret saat awal dan akhir titrasi Dicatat volume larutan AgNO3 yang digunkan dalam titrasi Dihitung konsentrasi AgNO3
Hasil
Penentuan Kadar Cl- Dalam Air LautAir laut
Diukur massanya dengan neraca analitis Diukur volumenya Dicari massa jenisnyaHasil
Dipipet 10 ml diencerkan dalam labu ukur 100 ml
Hasil Dipipet 10 ml Diencerkan dalam labu ukur 100 mlHasil
Diambil 10 ml Ditambahkan 5 tetes K2CrO4 5 %
Hasil
Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bataHasil *percobaan dilakukan 3 kali*percobaan dilakukan 3 kali
VIII. Hasil Pengamatan
Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai bakuNo. perc. Alur Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi1. dipindahkan
dalam labu ukur 100 ml diencerkan samapi tanda batas dengan air suling.
Larutan Baku dipipet 10 ml ditambahkan 10 ml air suling ditambah ± 1 ml indikator K2CrO4
larutan baku dalam erlenmeyer dititrasi dengan AgNO3 dalam buret
HasilNaCl ± 0,062 g
NaCl : serbuk putih
indikator K2CrO4 : kuning
AgNO3 : jernih tak berwarna
Larutan Baku : jernih tak berwarna
Larutan Baku + indikator K2CrO4
: kuning jernih
larutan setelah dititrasi : Merah bata dan ada endapan.
V AgNO3 :V1 = 7,7 mlV2 = 8,0 mlV3 = 8,1 ml
Di lampiran
No. perc. Alur Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi1. Air laut
Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata
Hasil Dipipet 10 ml diencerkan dalam labu ukur 100 ml
Diambil 10 ml Ditambahkan 5 tetes K2CrO4 5 %
Hasil Hasil Hasil
Dipipet 10 ml diencerkan dalam labu ukur 100 ml
Diukur massanya dengan neraca analitis Diukur volumenya Dicari massa jenisnya
Hasil
Air laut : jernih, tak berwarna
AgNO3 : Jernih tak berwarna
larutan baku : jernih tak berwarna
larutan baku + indikator : kuning
larutan setelah titrasi : merah bata dan terdapat endapan.
v AgNO3
v1 = 1,6 mlv2 : 1,9 mlv3 : 2,0 ml
Di lampiran
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Standarisasi larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl
Dalam suatu proses standardisasi suatu larutan diperlukan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya terlebih dahulu. Larutan yang diketahui konsentrasinya ini disebut
larutan baku. Pada standardisasi AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl sebagai baku,
langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang NaCl yang berbentuk serbuk berwarrna
putih sebanyak ± 0,062 gram. Kemudian kita membuat larutan baku dari zat NaCl yang telah
ditimbang yaitu dengan memindahkannya pada labu ukur 100 ml dan ditambahkan dengan air
suling dan dikocok agar NaClterlarut sempurna. Setelah itu baru diencerkan dengan
menambahkan air suling sampai tanda batas pada labu ukur. Dalam penambahan air suling
tidak boleh melebihi tanda batas karena jika telah melebihi tanda batas maka dianggap telah
gagal dalam pembuatan larutan baku. Dimana air suling dalam percobaan ini digunakan
sebagai pelarut karena sifatnya yang polar. Dari pembuatan larutan baku didapatkan
konsentrasi larutan baku NaCl adalah 0,0106 N. Dan reaksi yang terjadi adalah :
Setelah pembuatan larutan baku NaCl, langkah selanjutnya dilakukan titrasi NaCl
sebagai baku (analit) dengan larutan AgNO3 sebagai titran yang dicari
konsentrasinya.Larutan baku NaCl digunakan untuk menstandartkan larutan AgNO3 dengan
cara mengambil sebanyak 10 mL larutan baku (analit) dengan menggunakan pipet seukuran
(pipet gondok) agar larutan yang diambil tepat (valid) atau dengan kata lain untuk
meminimalisir kesalahan. Selain itu volume pipet gondok telah ditentukan dengan standar
ketelitian yang variabel dengan tingkat ketelitian pengukuran yang tinggise hingga
keakuratannya terjamin.Selanjutnya larutan baku yang telah dipipet dimasukkan dalam
erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan air suling sebanyak 10 mL yang bertujuan untuk
memperjelas pengamatan pada saat titrasi tanpa menggunakan pipet seukuran. Penambahan
air tidak dengan menggunakan pipet seukuran (tidak harus setepat pengambilan NaCl) namun
menggunakan gelas ukur karena tidak diperhitungkan nantinya konsentrasi air suling yang
diambil. Setelah itu, menyiapkan larutan AgNO3untuk distandarisasi yaitu dengan
memasukkan larutan AgNO3 (tiran) pada buret yang sebelumnya telah disiapkan dan telah
dibersihkan.
Ketika akan melakukan titrasi ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO45 % yang
berwarna kuning pada larutan baku yang ada pada erlenmeyer.Titrasi menggunakan perak
nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam yang sukar larut. Standarisasi larutan
AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang tergolong dalam presipitimetri jenis
argentometri.
Reaksi yang terjadi adalah :
Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida seperti NaCl dengan
AgNO3 sebagai pentitran dan K2CrO4 sebagai indikator. Ketika NaCl dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer dan ditambahkan indikator K2CrO4 yang kemudian dititrasi sedikit demi sedikit
dengan AgNO3 akan terbentuk endapan putih yang merupakan AgCl. Dan ketika NaCl sudah
habis bereaksi dengan AgNO3 sementara jumlah AgNO3 masih ada maka AgNO3 akan
bereaksi dengan indikator K2CrO4 yang berwarna krem. Dalam titrasi ini, perlu dilakukan
secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang
menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.
Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan dengan megukur volume
larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan.
Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna suspensi dari kuning
manjadi kuning-coklat. Perunbahan ini terjadi karena timbulnya Ag2CrO4 saat hampir
mencapai titik ekivalen, hampir semua ion Cl- berikatan manjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini adalah AgNO3 yang memiliki normalitas 0,100 N, adanya
indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir adalah
perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan Ag+. Pada analisa Cl- terjadi reaksi :
Ag+(aq) + Cl-
(aq) AgCl(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) Ag2 CrO4 (s)
Pengaturan pH sangat diperlukan agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi jadi
pengendalian pH sangat diperlukan untuk memberikan konsentrasi yang tepat dari anion
indikator tanpa mengendapkan zat yang tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka
akan tenrbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran
terlalu banyak terpakai. Dan reaksi yang akan terjadi adalah :
2Ag+(aq) + 2OH-
(aq) 2AgOH (s) Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah manjadi Cr2O7
-, reaksi yang akan
terjadi adalah :
2H+ + 2CrO4-2 Cr2O7
-2 + H2O
Reaksi inilah yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak menimbulkan
endapan atau sanagt terlambat.
Selama titrasi larutan harus diaduk atau digoyang secara baik bila tidak akan terjadi
kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan
dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya titik akhir manjadi tidak
tajam.
Titrasi dalam percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan dari percobaan kami
diperoleh V1AgNO3 sebanyak 7,7 mL, V2 AgNO3 sebanyak 8,0 mL, dan V3 AgNO3 sebanyak
8,1 mL. Sehingga diperoleh Normalitas AgNO3 0,0133 N melalui rumus N1.V1 = N2.V2(mek
HCl = mek AgNO3).
Kelemahan titrasi ini adalah jika terjadi kelebihan titran akan menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekivaklen tercapai, sehingga titik akhir titrasi tidak akurat. Selain
itu indikator kalium kromat juga harus dengan konsentrasi tertentu, jika kelebihan warna
kalium kromat akan menjadi kuning sehingga perubahan warna pada saat titik ekivalen sulit
dilihat karena kalium romat bereaksi dengan AgNO3 membentuk Ag2Cr2O4 yang berwarna
krem.
Menentukan kadar Cl- dalam air laut
Pada aplikasi titrasi pengendapan yaitu penentuan kadar Cl- dalam air laut, langkah
pertama yang dilakukan adalah dengan mengukur berat jenis air laut,yaitu dengan
menimbang piknomete rkosong dan juga menimbang piknometer yang sudah diisi dengan air
laut. Dari sini dapat dihitung massa jenis air laut. Yaitu dengan menggunakan rumus .
Dimana m (massa) diperoleh dengan mengurangi massa piknometter yang sudah diisi dengan
air laut dengan massa piknometer kosong. Sedangkan Volume diproleh dar ivolume
piknometer itu sendiri. Dan pada percobaan ini diperoleh massa jenis air laut adalah 1,0409
g/mL.Setelah itu, air laut dalam piknometer dipipet 10 mLdan diencerkan 1000 kali pada labu
ukur 100 mL.Kemudian dari larutan yang sudah diencerkan tersebut diambil 10 mL dengan
menggunakan pipet gondok, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambah 5 tetes
indicator K2CrO4 5 % sehingga larutan yang awalnya bening tak berwarna berubah menjadi
kuning bening. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 yang telah distandarisasi yaitu
0,0133 N.
Adanya indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan
titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir
adalah perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan Ag+. Pada analisa Cl-terjadi
reaksi :
Ag+(aq) + Cl-
(aq) AgCl(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) Ag2 CrO4 (s)
Titrasi dihentikan sampai terdapat endapan berwarna kemerah-merahan dimana
endapan tersebut adalah Ag2CrO4 yang merupakan reaksi antara indikator K2CrO4 dengan
AgNO3 pada titik akhir titrasi.Titrasi aplikasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan volume
AgNO3berturut-turut yang diperlukan adalah sebesar V1 = 1,6 mL; V2 = 1,9 mL; V3 = 2,0
mL, dan diperoleh kadar rata – rata Cl- dalam air laut adalah sebesar 8,2531 %.
X. DISKUSI
Dalam percobaan titrasi pengendapan ini adabeberapa kendala yang kami dapatkan,
yaitu pada saat melakukan aplikasi dar ititrasi pengendapan dalam menentukan kadar Cl -
dalam air laut. Dalam melakukan percobaan ini, air laut terlebih dahulu diencerkan 1000 kali
dengan menggunakan labu ukur 100 mL. Dan dalam pengenceran ini dapat diketahui bahwa
hanya beberapa tetessaja air laut yang ada dalam larutan baku karena telah diencerkan
sebanyak 1000 kali. Sehingga dalam penentuan kadarCl- dalam air laut pun tidak bias
diperoleh hasil yang maksimal.
XI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisis data serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Standarisasilarutan AgNO3denganlarutanNaCl
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa normalitas atau konsentrasi
AgNO3 (argentum nitrat) dapat diketahui melalui analisis menggunakan metode titrimetri,
titrasi argentometri dengan standar primer natrium klorida (NaCl) 0,0106 N yang melibatkan
K2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan perubahan warna menjadi endapan merah bata
pada titik ekivalen.
Konsentrasi dari AgNO3 dapat diketahui berdasarkan volume AgNO3 rata-rata yang
diperoleh dari titrasi dan dengan rumus N1.V1 = N2. V2(mek HCl = mek AgNO3) didapatkan
konsentrasi AgNO3 0,0133 N.
2. PenentuankadarCl- dalam air lautPenentuan kadarCl- dalam airlaut dapat dikeahui melalui analisi smenggunakan metode
titrasiar gentometri yang melibatkanK2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan perubahan
warna menjadi endapan merah bata pada titik ekivalen.
Perhitungan kadarCl- dalam sampel air lautanalisisdenganmenggunakan rumus persen
berat. Dan diperolehkadarCl- rata – rata adalahsebesar 8,2531 %.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta:
Buku kedokteran EGC.
Day, R.A. Underwood.A.L.1986. Quantitative Analysis. New York: Prentice Hall
(terjemahan oleh A. Hadyana P 1998). Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke-6) Jakarta :
Erlangga.
Tim DDKA. 2001. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Surabaya: Jurusan
Kimia FMIPA Unesa.
LAMPIRAN
1. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku
Diketahui : massa NaCl = 0,062 gram = 62 mg
v NaCl = 10 ml
v AgNO3= 7,7 ml ; 8 ml ; 8,1 ml
ditanya : [AgNo3] rata-rata.........?
jawab :
mmol NaCl = = 1,0609 mmol
M NaCl = = 0,0106 M
N NaCl = = = 0,0106 N
I. m.ek NaCl = m.ek AgNO3
0,0106N.10 ml = N AgNO3 . 7,7 ml
N AgNO3 = 0,0137 N
II. m.ek NaCl = m.ek AgNO3
0,0106 N . 10 ml = N AgNO3 . 8 ml
N AgNO3 = 0,0132 N
III. m.ek NaCl = m.ek AgNO3
0,0106 N . 10 ml = N AgNO3 . 8,1 ml
N AgNO3 = 0,0131 N
[AgNO3] rata-rata = = 0,0133 N
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
2. Penentuan Kadar Cl- Dalam Air Laut
Diketahui : massa air laut = 52,0485 gram
V air laut = 50 ml
V sampel = 10 ml
N AgNO3 = 0,0133 N
V AgNO3 = 1,6 ml ; 1,9 ml; 2 ml
ditanya : %Cl-............?
jawab :
ρ air laut = = 1,0409 g/ml
massa sampel = ρ . V sampel
= 1,0409 g/ml . 10 ml
= 10,04090 gram
I. m.ek Cl- = m.ek AgNO3
= 0,013 N . 1,6 ml
= 0,0213 m.ek
massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0213 m.ek . 35,5 mg / m.ek
= 0,7561 mg
massa Cl- dalam 1000 ml =
II. m.ek Cl- = m.ek AgNO3
= 0,013 N . 1,9 ml
= 0,0247 m.ek
massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0247 m.ek . 35,5 mg / m.ek
= 0,8768 mg
massa Cl- dalam 1000 ml =
III. m.ek Cl- = m.ek AgNO3
= 0,013 N . 2,0 ml
= 0,0266 m.ek
massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0266 m.ek . 35,5 mg / m.ek
= 0,9443 mg
massa Cl- dalam 1000 ml =
Kadar Cl- rata-rata = = 8,2531 %
REAKSI
3.
4.
5. 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) Ag2 CrO4 (s)
LAMPIRAN FOTO HASIL PERCOBAAN
1. StandarisasilarutanAgNO3dengan NaCl
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan :V1HCl : 3,0 mLV2HCl : 3,0 mLV3HCl : 3,0 mLHasilSetelahtitrasidarikirikekanan :V1AgNO3 : 7,7 mLV2AgNO3 : 8,0 mLV3AgNO3 : 8,1 mL
2. PenentuankadarCl-dalamair laut
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan :V1AgNO3 : 1,6 mLV2AgNO3 : 1,9 mLV3AgNO3 : 2,0mL