bab 2 tujuan kebijakan

Upload: helmatovich

Post on 10-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tujuan dan kebijakan pembangunan provinsi papua barat

TRANSCRIPT

BABTUJUAN, KEBIJAKANDAN STRATEGI PENATAAN RUANGPROVINSI PAPUA BARAT

2

2.1Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat

Penataan ruang Provinsi Papua Barat mengacu pada arah pembangunan daerah jangka panjang serta permasalahan yang ada. Tujuan pengembangan tata ruang Provinsi Papua Barat pada dasarnya bertitik tolak dari tujuan pengembangan wilayah secara umum, yaitu:1. Pemerataan pertumbuhan di semua kabupaten/kota untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui berbagai sektor pembangunan.2. Mempercepat tingkat pertumbuhan wilayah provinsi untuk menekan tingkat ketimpangan inter-regional.Untuk mendukung tujuan pembangunan jangka panjang tersebut melalui pendekatan spasial, maka hal di atas perlu dirumuskan kembali sebagai tujuan pengembangan tata ruang.Tujuan perencanaan tata ruang wilayah Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut:1. Terwujudnya keterpaduan antara perencanaan tata ruang nasional, provinsi dengan kabupaten/kota dan antar kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.2. Terwujudnya sinkronisasi antara rencana tata ruang wilayah dengan rencana sektoral.3. Terwujudnya pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.4. Terwujudnya keseimbangan dan pemerataan pertumbuhan antar wilayah.5. Terwujudnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan ruang.6. Terwujudnya keseimbangan dan keserasian lingkungan antara kawasan lindung dan kawasan budidaya, menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang-ruang atau bagian-bagian wilayah Provinsi Papua Barat.7. Terwujudnya keselarasan antara RTRWP Papua Barat dengan RTRW provinsi yang berbatasan, yakni Provinsi Papua, Maluku dan Maluku Utara;8. Terwujudnya pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

2.2Kebijakan Penataan Ruang

2.2.1Konsep Kebijakan Penataan Ruang

Konsep struktur tata ruang wilayah adalah suatu arah/ pendekatan pengembangan seluruh sistem kegiatan dalam ruang wilayah provinsi, serta pengaturan keterkaitan antar elemen tersebut, sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah. Penyusunan konsep tata ruang itu sendiri didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan terhadap kondisi fisik wilayah, permasalahan, potensi dan peluang pengembangan wilayah yang dapat mendorong perwujudan pencapaian tujuan pengembangan tata ruang. Konsep pengembangan tata ruang wilayah Provinsi Papua Barat dirumuskan baik dalam lingkup antar wilayah (eksternal) maupun intra wilayah (internal).2.2.1.1Konsep Pengembangan Wilayah Eksternal

Konsep pengembangan dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu wilayah (Papua Barat) untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya. Jadi pengembangan harus dipandang sebagai suatu proses dimana terdapat saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisa dengan seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan taraf hidup kesejateraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Wilayah pengembangan merupakan perwilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan yang terdiri dari pertumbuhan, penguatan keterkaitan, keberimbangan, kemandirian, dan keberlanjutan. Dalam lingkup antarwilayah (eksternal), konsep struktur tata ruang yang dituju adalah terbentuknya struktur tata ruang Provinsi Papua Barat yang terintegrasi dengan pengembangan kabupaten/kota yang berada di dalam wilayah Provinsi Papua Barat serta pengembangan wilayah sekitarnya. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagaii pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memilikii hubungan fungsional. Perumusan konsep struktur tata ruang dalam lingkup eksternal ini didasarkan pada pertimbangan:1. Kondisi geografis Provinsi Papua Barat yang merupakan wilayah dataran, pesisir dan pulau-pulau kecil.2. Secara regional Provinsi Papua Barat memiliki keterkaitan dengan wilayah sekitarnya karena posisi dan fungsi yang strategis.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka konsep penataan ruang antar wilayah Provinsi Papua Barat akan diarahkan kepada:1. Meningkatkan keterkaitan ekonomi dan ruang antara Provinsi Papua Barat dengan wilayah luar provinsi, khususnya provinsi tetangga, yaitu Provinsi Papua, Maluku dan Maluku Utara.2. Pengembangan kota-kota pelayanan dan ibukota kabupaten yang berkedudukan cukup strategis dan memiliki peran sebagai pintu keluar-masuk (multi-gate) dalam menciptakan hubungan/ keterkaitan ekonomi dan spasial dengan daerah luarnya.3. Pengembangan sistem transportasi yang diprioritaskan dan diarahkan untuk keterkaitan antar pusat-pusat pengembangan, baik transportasi darat, laut, maupun udara.

2.2.1.2Konsep Pengembangan Wilayah Internal

Konsep StrukturRuangDalam lingkup internal, perumusan konsep struktur tata ruang Provinsi Papua Barat didasarkan pada pertimbangan:(a). Potensi sumberdaya alam dan laut yang berlimpah yang merupakan peluang bagi pengembangan wilayah ini.(b). Kondisi alam Provinsi Papua Barat yang merupakan wilayah daratan yang bergunung-gunung, kualitas sumberdaya air yang belum termanfaatkan dengan baik serta adanya beberapa kawasan yang rawan bencana dapat menjadi kendala dalam pengembangan wilayah.(c). Persiapan sosial perlu dilakukan dalam meminimalisasi konflik sosial dalam pemanfaatan ruang.(d). Akses antar kabupaten masih bertumpu pada angkutan laut dan udara, dan pelayanan angkutan darat yang masih perlu ditingkatkan.(e). Adanya kesenjangan ekonomi antara pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah belakangnya dan kawasan-kawasan pulau-pulau kecil yang relatif masih terbelakang (khususnya yang masih sulit dijangkau).(f). Fungsi utama kota-kota terutama sebagai simpul jasa distribusi pemasaran, perhubungan, perdagangan, pusat kegiatan industri dan pusat komunikasi.Dengan dasar pertimbangan di atas, maka untuk mewujudkan struktur tata ruang Provinsi Papua Barat dapat dilakukan secara bertahap. Konsep struktur tata ruang Provinsi Papua Barat secara internal meliputi:(a). Langkah awal adalah dengan memperkuat arahan struktur pemanfaatan ruang pada wilayah pesisir dan pantai, serta memperkuat struktur dan implikasi ruang kota-kota pelayanan dan ibukota kabupaten yang menjadi orientasi pertumbuhan. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan kegiatan perekonomian dan keterkaitannya melalui prasarana transportasi.(b). Sementara itu juga dilakukan pengembangan kota-kota yang hierarkinya lebih rendah agar dapat berfungsi sebagai pendukung pusat-pusat orientasi ini.Konsep Pola RuangKondisi fisik wilayah Provinsi Papua Barat yang terdiri dari wilayah daratan yang membentang luas yang terdiri dari daratan tinggi pegunungan, dataran rendah yang terdiri dari ekosistem lahan basah, lahan kering, dan pesisir pantai serta gugusan pulau-pulau kecil menyebabkan wilayah ini membutuhkan konsep struktur tata ruang dengan pendekatan spasial. Mengingat kondisi morfologi wilayah demikian, maka pengembangan struktur tata ruang wilayah Provinsi Papua Barat dilakukan dengan konsep pendekatan berdasarkan kesamaan kondisi geografis, morfologi wilayah, ekosistem sungai, ekosistem pulau dan lautan, sosial budaya (kependudukan), transportasi, potensi sumberdaya alam, dan perekonomian. Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengoptimalkan pengembangan wilayah-wilayah di Provinsi Papua Barat sesuai dengan karakteristik geografis wilayah.Pendekatan wilayah pulau dan pesisir beorientasi pada pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdapat di bagian pesisir Utara, Selatan dan Barat Provinsi Papua Barat serta Samudera Pasifik, Laut Seram, Laut Arafuru, Teluk Bintuni, dan Teluk Cendrawasih. Wilayah pesisir dan pulau-pulau ini juga memiliki peran yang penting dan keterkaitan dengan kegiatan fungsional lain seperti budidaya perikanan (tambak, rumput laut), penangkapan ikan, lindung pantai dan laut (mangrove, terumbu karang, ikan hias), pariwisata, pelabuhan dan lainnya. Dalam pendekatan ini dapat dilakukan penetapan fungsi kawasan (zonasi) pada daerah pesisir dan laut untuk fungsi budidaya maupun fungsi lindung di tingkat kabupaten dan kota.Pendekatan ini masih cukup efektif untuk dilakukan dalam pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Papua Barat dan diharapkan dapat mengatur kegiatan pemanfaatan ruang dan kegiatan pengendaliaan ruang yang diharapkan mengurangi bahkan menghindarkan perubahan fungsi lahan yang dapat menganggu fungsi kelestarian lingkungan hidup.Konsep Pengembangan Tata Ruang Wilayah LautanKebijakan pembangunan ekonomi dalam tujuan penataan ruang adalah pembangunan ekonomi yang memanfaatkan ruang (ruang darat, ruang laut dan ruang udara) secara serasi, selaras dan seimbang, sehingga tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan sebesar-besarnya dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan tanpa kecuali.Konsep pembangunan wilayah laut untuk aktivitas sektor-sektor ekonomi secara serasi dan seimbang, serta sedapat mungkin menghindari konflik pemanfaatan ruang antar sektor dan kerusakan lingkungan, serta sebesar-besarnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan potensi wilayah pesisir dan laut yang sangat besar di Provinsi Papua Barat, maka konsep pengembangan tata ruang wilayah laut mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Persiapan sosial perlu dilakukan dalam meminimalisasi konflik sosial dalam pemanfaatan ruang.2. Kegiatan ekonomi harus memperhatikan kelestarian kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.3. Kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut harus berjalan serasi dengan kegiatan perikanan/nelayan. Apabila potensi sumberdaya perikanan tangkap ataupun perikanan budidaya besar, maka harus diupayakan pembagian ruang yang seimbang dan tidak terjadi konflik antara satu dengan yang lainnya. Pemetaan zona adat yang dikendalikan oleh norma adat, contohnya melalui Sasi perlu diupayakan untuk dapat mengendalikan volume pengambilan ikan. Kegiatan pariwisata dapat berjalan serasi dengan kegiatan perikanan dengan adanya pengaturan kelembagaan, sehingga limbah kegiatan pariwisata tidak merusak sumberdaya perikanan, dan kegiatan perikanan dapat menjadi atraksi dan pemandangan khas bagi para wisatawan.4. Kegiatan penangkapan ikan maupun budidaya perairan dilakukan tanpa atau seminimal mungkin merusak potensi ekologi seperti terumbu karang, mangrove, ataupun kegiatan pariwisata lainnya. Apabila kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung.5. Kegiatan pemanfaatan ruang untuk eksploitasi sumberdaya mineral pada daerah yang memiliki kandungan sumberdaya mineral harus dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan yang matang akan dampak lingkungan dan terhadap kegiatan sektor ekonomi lainnya, khususnya yang sangat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pariwisata, pertanian dan perikanan.

2.2.2Kebijakan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua

2.2.2.1Kebijakan Struktur Ruang

Kebijakan struktur ruang wilayah Provinsi Papua Barat meliputi:a) Kebijakan pengembangan struktur ruang yang selaras dengan rencana tata ruang nasional, meliputi: Penetapan PKN, PKW dan PKL serta fungsi-fungsi kotanya sesuai dengan kondisi dan kebijakan yang berlaku. Menetapkan satuan wilayah pembangunan (SWP) sesuai dengan karakteristik dan kriteria pengembangan wilayah.b) Kebijakan pengembangansistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan, meliputi: Mengembangkan prasarana dan sarana sosial dasar dan ekonomi perkotaan dan perdesaan. Mengembangkan prasarana transportasi, energi, sumberdaya air dengan teknologi tepat guna di pedesaan. Pengembangan komoditas produk-pertanian perdesaan.c) Kebijakan pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang meliputi jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air dalam upaya meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan, meliputi: Mengembangkan prasarana dan sarana dasar sebagai penunjang kegiatan ekonomi. Pengembangan jaringan jalan sebagai upaya pembukaan wilayah-wilayah yang terisolasi. Pengembangan pelabuhan sebagai upaya untuk mendorong perekonomian dan mobilitas barang dan penumpang. Pengembangan bandar udara perintis bagi kepentingan pembukaan isolasi wilayah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat. Pengembangan energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat terutama di wilayah terpencil. Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air dalam mendukung kebutuhan masyarakat dan pertanian. Pengembangan sistem telekomunikasi yang murah, terjangkau dan dapat diandalkan.

2.2.2.2Kebijakan Pola Ruang

Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Provinsi Papua Barat meliputi:a) Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi: Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.b) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi: Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.c) Kebijakan pengembangan kawasan, meliputi: Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya. Pengembangan kawasan andalan dan strategis. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan.2.2.3Kebijakan Pemanfaatan Ruang

Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan pola tata ruang tersebut di atas, yaitu:(a). Menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program berdasarkan persoalan mendesak yang harus ditangani, serta antisipasi dan arahan pengembangan masa mendatang.(b). Mendorong kemitraan dan kerja sama dengan swasta dan masyarakat dalam penyediaan pelayanan wilayah baik perkotaan maupun perdesaan sert asistem pusat-pusat pelayanan.(c). Menyusun mekanisme dan perangkat insentif untuk mendorong pengembangan kegiatan yang sesuai dengan rencana tata ruang.(d). Menyusun mekanisme dan perangkat disinsenitf untuk mengendalikan perkembangan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.2.2.4Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang juga diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan pola tata ruang tersebut di atas, yaitu:(a). Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu kepada RTRW Provisi beserta indikasi arahan peraturan zonasi yang berlaku, dengan memperhatikan ketentuan, standar teknis, kelengkapan prasarana, kualitas ruang, dan standar kinerja kegiatan yang ditetapkan.(b). Kebijakan pengendalian pemanfaatan ini meliputi kebijakan mekanisme perizinan, pengawasan dan penertiban serta pengenaan sanksi.2.3Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat

2.3.1Strategi Pengembangan Struktur Ruang

1. Strategi pengembangan strukturruang wilayah. Kebijakan pengembangan struktur ruang yang selaras dengan rencana tata ruang nasional, meliputi:(a). Strategi untuk memantapkan PKN, PKW dan PKL serta fungsi-fungsi kotanya sesuai dengan kondisi dan kebijakan yang berlaku: Memantapkan Kota/Kabupaten Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai pintu masuk Provinsi Papua Barat yaitu kota yang menjadi pusat pertumbuhan utama dari wilayah provinsi yang akan berfungsi sebagai pusat kegiatan industri, pusat perdagangan, permukiman dan berfungsi sebagai pintu gerbang pertukaran (perdagangan), pusat transportasi antar wilayah dan internal wilayah serta pemasaran antar wilayah dan wilayah lain dan dalam beberapa keadaan untuk internasional. Memantapkan kota/kabupaten yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yakni Manokwari, Fakfak dan Ayamaru agar pengembangan fungsinya terkait dengan sistem kota diProvinsi Papua Barat dan wilayah Indonesia Bagian Timur. Memantapkankota-kota PKN dan PKW yang merupakanpusat-pusat regional sebagai pusat koleksi dan distribusi dalam wilayahnya, juga dalam hubungannya dengan wilayah luar. Memantapkan kota/kabupaten yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kota/kabupaten yang berfungsi sebagai pusat produksi, pusat jasa, agro industri, distribusi produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan dengan skala pelayanan intra regional. Meningkatkan aksesibilitas kota-kota pusat regional dalam lingkup intra regional dan inter-regional melalui pengembangan sistem transportasi darat, laut dan udara yang terpadu. Mempercepat pengembangan sistem prasarana wilayah darat, laut, danudarauntuk meningkatkan aksesibilitas antara kota-kota sebagai pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya serta antar kota yang sesuai dengan arahan struktur dan pola untuk meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa serta fungsi pelayanan sosial masyarakat; Mengembangkan sistem prasarana transportasi darat, laut, udara sesuai dengan arahan struktur dan pola ruang; Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terpencil dan terisolir; Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta jaringan tenaga listrik; Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air.(b). Strategi untuk menetapkan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sesuai dengan karakteristik dan kriteria pengembangan wilayah: Meningkatkan keterkaitan antara pusat-pusat pelayanan (perkotaan dan perdesaan) denganhinterland di dalam setiap SWP. Mendorong pengembangan SWP berbasiskan pada sumberdaya alam, deliniasi ekoregion, sistem kota-kota dan sistem transportasi wilayah. Meningkatkan penyediaansarana dan prasarana wilayah dalam menunjang pengembangan SWP dan pengembangan pusat-pusat hierarki serta fungsi-fungsi pelayanan.2. Kebijakan sistem pusat permukiman perdesaan, daerah terpencil, dan perkotaan, meliputi :(a). Strategi dalam mengembangkan prasarana dan sarana sosial dasar dan ekonomi perdesaan. Membangun prasarana sosial yang merata dan sesuai hierarki fungsi pelayanan di seluruh bagian wilayah, terutama di wilayah yang sulit terakses meliputi wilayah pegunungan, pulau-pulau kecil, dan rawa. Membangun prasarana ekonomi berskala lokal di wilayah yang sulit terakses transportasi. Mempercepat pengembangan prasarana ekonomi skala regional di pusat-pusat pelayanan ekonomi (perkotaan). Mempercepat pembukaan akses jalur transportasi untuk sarana dasar sosial dan ekonomi perdesaan ke pusat-pusat pelayanan sosial dan ekonomi (perkotaan). Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi perkotaan sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, budaya.(b). Strategi dalam mengembangkan prasarana dan sarana sosial dan ekonomi perkotaan. Mengembangkan sarana dan prasarana untuk menunjang fungsii perkotaan sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, budaya.(c). Strategi dalam mengembangkan prasarana transportasi, energi, sumberdaya air pedesaan. Mengembangkan teknologi tepat guna dalam penyediaan prasarana energi dan sumberdaya air perdesaan. Membangun sarana dan prasarana transportasi terpadu perdesaan. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar transportasi, energi dan sumberdaya air guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat dan membuka keterisolasian wilayah.(d). Strategi dalam mengembangkan komoditas produk-pertanian perdesaan. Mengembangkan berbagai komoditas unggulan pertanian perdesaan. Mengembangkan R&D (Research and Development) produk-produk pertanian. Mengembangkan ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia usaha kecil dan menengah guna meningkatkan daya saing produk dengan kebijakan yang kondusif dan perencanaan pembangunan daerah berbasis sumberdaya lokal.3. Strategi dalam pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang meliputi jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air dalam upaya meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan.(a). Strategi dalam mengembangkan prasarana dan sarana dasar sebagai penunjang kegiatan ekonomi adalah: Mengembangkan sistem prasarana utama wilayah yang terdiri dari sistem jaringan transportasi darat multi moda untuk meningkatkan aksesibilitas antara kota-kota sebagai pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya serta antar kota sesuai dengan fungsinya.Perkembangan wilayah Provinsi Papua Barat yang relatif rendah tidak terlepas dari keterbatasan perhubungan darat. Pengembangan jaringan jalan antar kota maupun antar kota-kota dengan daerah belakangnya didalam sistem kota yang direncanakan untuk mendukung peningkatan jalur distribusi barang dan jasa. Pengembangan jejaring infrastruktur transportasi wilayah yang selain memperhatikan arahan struktur ruang wilayah dan pola pemanfaatan ruang yang ingin dicapai, juga bertujuan meratakan dan menyeimbangkan pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi yang telah tercipta sekaligus sebagai development control mechanism untuk mendorong terciptanya functional linkages antar kawasan dan sub-wilayah. Strategi Pengembangan jaringan infrastruktur wilayah mencakup: Pengembangan panjang & lebar jalan untuk daerah-daerah yang belum terlayani jaringan transportasi darat. Peningkatan kualitas jalan dan upaya pengelolaannya. Peningkatan hubungan antar wilayah dengan peningkatan perhubungan transportasi udara dan laut. Peningkatan pelayanan dermaga dan pelabuhan sebagai entry point masuknya barang, jasa dan orang ke wilayah Papua Barat. Pengaturanangkutan barang dan pergudangan.Pengembangan tata ruang di wilayah Provinsi Papua Barat dilakukan dengan menjadikan infrastruktur sebagal alat development control. Hal ini berarti bahwa pembangunan tata ruang didahului dengan penyediaan infrastruktur terlebih dahulu. Pembangunan infrastruktur memperhatikan arahan struktur ruang wilayah dan pola pemanfaatan yang ingin dicapai. Selain itu pembangunan infrastruktur bertujuan untuk meratakan dan menyeimbangkan pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi. Infrastruktur disediakan di daerah-daerah yang selama ini masih terisolasi. Pembangunan infrastruktur mendorong pada terciptanya functional linkages antar kawasan dan sub-wilayah.(b) Strategi dalam pengembangan jaringan jalan sebagai upaya pembukaan wilayah-wilayahyang terisolasi: Memprioritaskan pembukaan pembangunan jalur transportasi ke wilayah-wilayah terisolasi. Menyelesaikan konflik pemanfaatan lahan untuk jalur transportasi (pemetaan batas-batas ulayat).(c) Strategi dalam pengembangan pelabuhan sebagai upaya untuk mendorong perekonomian dan mobilitas barang dan penumpang dengan mengembangkan fasilitas yang memenuhi kriteria standar jenis pelabuhan.(d) Strategi dalam pengembangan bandar udara perintis bagi kepentingan pembukaan isolasi wilayah dengan membangun bandar udara perintis dan rute rute perintis yang berfungsi menghubungkan daerah terpencil dan pedalaman serta daerah yang sukar terhubungi oleh moda transportasi lain.(e) Strategi dalam pengembangan energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat terutama di wilayah terpencil dengan mengembangkan energi terbarukan (matahari, air) pada daerah-daerah yang sulit terjangkau oleh pelayanan.(f) Strategi dalam mengembangkan dan pemanfaatan sumberdaya air dalam mendukung kebutuhan masyarakat dan pertanian dengan mengembangkan sistem prasarana pengairan untuk menunjang pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah. Pengembangan sistem prasarana pengairan perlu diarahkan pada wilayah-wilayah potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah.(g) Strategi dalam pengembangan sistem telekomunikasi yang murah, terjangkau dan dapat diandalkan dengan: Membangun sistem jaringan telekomunikasi untuk melayani PKN, PKW, PKSN, PKL dan kawasan strategis, sehingga meningkatkan kemudahan pelayanan telekomunikasi bagi dunia usaha dan masyarakat. Membangun sistem jaringan telekomunikasi pada kawasan yang tersebar dan terpencil, terutama pada kawasan perbatasan dan kawasan rawanbencana.

2.3.2Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Provinsi Papua Barat meliputi:1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung, meliputi:(a). Strategi dalam pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup: Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut dan disesuaikan dengan kondisi ekosistemnya (kerentanannya). Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Penyebaran informasi kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan lindung dan budidaya, serta syarat-syarat pelaksanaan kegiatan budidaya di dalam kawasan lindung. Penyelesaian deliniasi batas-batas kawasan lindung berdasarkan ketentuan/peraturan yang ada. Penyelesaian permasalahan tumpang tindih dan konflik penggunaan tanah berdasarkan ketentuan/peraturan yang ada. Penyelesaian atau penanganan berbagai kegiatan budidaya yang terdapat di dalam kawasan lindung melalui upaya konservasi/rehabilitasi tanah, pembatasan kegiatan secara enclave, pembebasan/pencabutan hak atas tanah, pemindahan kegiatan penduduk yang mengganggu secara bertahap keluar kawasan lindung.(b). Strategi dalam pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkankerusakan lingkungan hidup: Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.2. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya, meliputi:(a). Strategi dalam perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya: Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis wilayah untuk pemanfaatan sumberdaya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah. Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya. Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi.(b). Strategi dalam pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan: Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana. Mengembangkan kawasan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan. Membatasi kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayananan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan sekitarnya. Mengembangkan kegiatan budi daya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.3. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis, meliputi:Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya.

Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan.A. Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas/ StrategisRencana strategis operasionalisasi RTRW Papua Barat adalah strategi penanganan komponen penunjang pengembangan. Komponen penunjang pengembangan adalah faktor yang mampu menjadi alat untuk pengembangan bagian wilayah di luar komponen ketataruangan. Komponen penunjang pengembangan lebih bersifat sektoral. Oleh karena itu komponen penunjang pengembangan bisa menjadi titik masuk ataupun alat ungkit (multiplier effect) bagi terwujudnya sasaran ketataruangan antara lain distribusi penyebaran dan pertumbuhan bagian wilayah. Adapun pengembangan kawasan prioritas/strategis adalah sebagai berikut:Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:a. Menetapkan kawasan strategis yang berfungsi lindung.b. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.c. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.d. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya.e. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun.f. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis.B. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis NasionalKawasan Andalan Bintuni, Fakfak (Bomberai) dan sekitarnya, Sorong dan sekitarnya, Raja Ampat-Bintuni1. Mempercepat penyediaan prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut dan bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi dan air baku serta fasilitas penunjang kegiatan ekonomi di setiap kawasan andalan dan membangun kerjasama dengan pihak swasta.2. Meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah daerah sebagai fasilitator dalam pengembangan kawasan andalan.3. Menyiapkan peraturan pendukung.4. Memperluas akses pasar.5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat mengenai rencana pengembangan investasi pada kawasan andalan, dan turut melibatkan masyarakat dalam pengelolaan jenis investasinya.6. Mempertahankan daya dukung lingkungan pada masing-masing kawasan andalan, terutama pada kawasan andalan yang rentan lingkungan, yakni Teluk Bintuni dan Raja Ampat.

Strategi pengembangan Kawasan Strategis Sosial dan Budaya, yakni Kawasan Pegunungan Arfak, dan Pulau Mansinam:1. Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap nilai sosial budaya yang mencerminkan jati diri daerah.2. Mengembangkan penerapan nilai sosial budaya daerah dalam kehidupan masyarakat.3. Meningkatkan upaya pelestarian nilai sosial budaya daerah dan situs warisan budaya daerah.4. Melindungi aset dan nilai sosial budaya daerah dari kemerosotan dan kepunahan; dan5. Menghindari konflik antar suku.Strategi pengembangan Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, yakni Kabupaten Manokwari (Pegunungan Tamrau Selatan, Suaka Margasatwa Mubrani Kaironi, Suaka Margasatwa Sidei Wibain, Pegunungan Arfak), Kabupaten Tambrauw (Pegunungan Tamrau Selatan, Pegunungan Tamrau Utara, Suaka Margasatwa Jamursba - Mandi), Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegunungan Arfak, Pegunungan Tamrau Selatan), Kabupaten Manokwari Selatan (Pegunungan Arfak), Teluk Wondama (Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih, Pegunungan Wondiwoi), Kabupaten Teluk Bintuni (Kawasan Teluk Bintuni sebagai Tempat Perlindungan Ekosistem Mangrove, Pegunungan Wagura - Kote), Kabupaten Fakfak (Pegunungan Fakfak dan Pegunungan Kumawa), Kabupaten Kaimana (Pegunungan Kumawa, Teluk Triton), dan Kawasan Perairan Kepulauan Raja Ampat (Perlindungan Ekosistem Laut dan Terumbu Karang).1. Menetapkan kawasan strategis provinsi yang berfungsi lindung.2. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.3. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.4. Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya intensif.5. Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis provinsi yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun.6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan lindung yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi.Kawasan Strategis Nasional: Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat, Kawasan Konservasi Mangrove Bintuni dan Kawasan Perbatasan Pulau terluar Pulau Fani1. Melestarikan fungsi dan kemampuan sumber alam hayati dan non hayati pada Kawasan Raja Ampat.2. Meningkatkan pelestarian fungsi ekosistem dan mengendalikan kerusakan lingkungan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut pada Kawasan Strategis Nasional.3. Membangun prasarana dan sarana yang diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategis nasional di Pulau Fani.4. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan pada Kawasan Perbatasan (Pulau Fani) dan Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Raja AmpatdanTelukBintuni).C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Tertinggal Untuk Mengurangi Kesenjangan Tingkat Perkembangan Antar Kawasan;Strategi pengembangan kawasan tertinggal meliputi:a. Memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan.b. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah.c. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;d. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dane. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

2.3.3Strategi Pengembangan Sektoral

Konsep pengembangan wilayah Papua Barat perlu diikuti dengan strategi untuk dapat mengimplementasikan konsep yang telah disusun. Strategi tersebut antara lain berupa strategi sektoral. Rincian dari strategi sektoral yang perlu ditempuh untuk mencapai visi dan konsep pengembangan Papua Barat adalah sebagai berikut:A. Strategi Sektor PrimerStrategi pada sektor primer adalah strategi pada sektor pertanian dan pertambangan. Sektor-sektor yang terutama berorientasi pada kegiatan ekstraktif atau memanfaatkan langsung dari alam. Sektor primer juga merupakan sektor andalan di Papua Barat.Strategi pada sektor ini adalah sebagai berikut: Pengembangan sektor perikanan tangkap di wilayah pesisir yang berorientasi pada pengembangan sektor perikanan dan kelautan yang berkelanjutan. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berfokus kepada sektor-sektor unggulan yaitu sektor kehutanan dan perikanan tangkap serta pertambangan dan penggalian. Pengembangan wilayah pesisir utara Provinsi Papua Barat dengan memperhatikan hak eksklusif pengelolaan perikanan tangkap: ZEE 200 mil laut, kawasan pengelolaan tingkat provinsi 12 mil laut, dan kawasan pengelolaan tingkat kabupaten/kota 4 mil laut melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah administrasi.B. Strategi Sektor SekunderSektor sekunder adalah sektor-sektor yang bergerak pada bidang manufaktur dan infrastruktur seperti sektor industri pengolahan, konstruksi, listrik, air, gas dan air minum. Sektor ini penting, karena menjadi kunci ke arah peningkatan ekonomi wilayah Papua Barat. Sektor ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan pada sektor primer yang bersifat ekstraktif.Strategi pada sektor ini adalah sebagai berikut: Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berfokus kepada sektor-sektor unggulan yaitu konstruksi. Pengembangan jejaring infrastruktur transportasi wilayah yang selain memperhatikan arahan struktur ruang wilayah dan pola pemanfaatan ruang yang ingin dicapai, juga bertujuan meratakan dan menyeimbangkan pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi yang telah tercipta sekaligus sebagai development control mechanism untuk mendorong terciptanya functional linkages antar kawasan dan sub-wilayah.C. Strategi Sektor TersierSektor tersier merupakan sektor-sektor yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat kekotaan seperti kegiatan-kegiatan jasa dan perdagangan. Sektor ini penting karena daerah-daerah dengan dominasi kegiatan sektor tersier dapat menjadi penggerak kegiatan ekonomi untuk daerah yang lebih luas. Daerah-daerah dengan fungsi sektor tersier juga akan menangkap komoditi-komoditi yang akan dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan pada sektor primer dan sekunder.Strategi-strategi pada sektor tersier adalah sebagai berikut: Pengembangan kerjasama antar kabupaten/kota dengan provinsi sebagai koordinator dan mediasi untuk penetapan kawasan-kawasan andalan dan pengembangan ekonomi terpadu yang berbasiskan pada komoditas-komoditas unggulan (perikanan, pertambangan, dll). Pengembangan pusat-pusat permukiman yang memadukan antara kawasan unggulan/strategis dengan fungsi perumahan dalam bentuk modifikasi agropolitan ataupun growth pole/growth center dimana kawasan unggulan/strategis menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi subwilayah yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi perumahan/permukiman. Pengembangan pusat-pusat permukiman yang berbasiskan pada industri dengan komponen utama komoditas unggulan setempat yang didukung oleh sentra-sentra inkubasi bisnis pada masing-masing wilayah yang memiliki jenjang layanan regional (disesuaikan dengan arahan struktur ruang wilayah) yang dapat mendorong perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah. Pengembangan pusat-pusat kegiatan ekonomi yang berbasiskan pada komoditas unggulan setempat dan mempergunakan teknologi tepat guna sebagai basis pengolahan kegiatan industri setempat. Pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat setempat, terutama yang ada di wilayah pesisir melalui penguatan modal dengan skema bapak asuh (industri besar membina industri kecil dan menengah melalui pola functional linkages dan rantai tata produksi dan niaga yang menguntungkan kedua belah pihak).

Rencana Tata Ruang WilayahProvinsi Papua Barat 2013-2033

227