bab 2 tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Gambut
Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah
organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan
ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (taksonomi tanah) tanah
gambut disebut histosols. Dalam sistem klasifikasi lama, tanah gambut disebut dengan
organosols yaitu tanah yang tersusun dari bahan tanah organik. (Soil Survery Staff
1998).
Gambut adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian
diuraikan oleh bakteri anaerob dan aerob menjadi komponen yang lebih stabil. Selain
zat organik yang membentuk gambut terdapat juga zat anorganik dalam jumlah yang
kecil. Di lingkungan pengendapannya gambut ini selalu dalam keadaan jenuh air
(lebih dari 90 %) (Sukandarrumidi,1995).
Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau
dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Intensitas warna yang tinggi(berwarna merah kecoklatan)
2. pH yang rendah
Universitas Sumatera Utara
3. Kandungan zat organic yang tinggi Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi
yang rendah.Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari
tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk
asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi
bahan organik seperti daun pohon atau kayu (Kusnaedi,2006).
8
Gambar 2.1 Model Struktur Asam Humus (Stevenson 1982)
Adanya ion besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida
mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.
Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (missal lipid,
asam amino, karbohidrat) dan substansi humus (merupakan senyawa amorf dengan
berat molekul tinggi, warna coklat sampai hitam). Substansi humus dibedakan
menjadi :
1. Humic Acid (Asam humus) : warna gelap, amorf, dapat dieksraksi (larut) dengan
basa kuat, garam netral, tidak larut dalam asam, mengandung gugus fungsional
Universitas Sumatera Utara
asam seperti fenolik dan karboksilik, aktif dalam reaksi kimia, berat molekul ( BM
20.000-1.360.000).
2. Fulvic acid (Asam Fulfat); dapat diekstraksi dengan basa kuat, gugus fungsional
asam, larut juga dalam asam ,mengandung gugus fungsional basa, aktif dalam
reaksi kimia BM 275-2110.
3. Humin; tidak larut asam dan basa, BM terbesar, tidak aktif, warna paling gelap.
Gambar 2.2. Model Struktur Asam Fulvat (Buffle 1977)
Tabel 2.1 Kandungan Unsur Mikro Tanah Gambut Di Sumatera Utara
Nama Unsur
Kandungan Unsur(kg/h)pada kedalaman 0-25 cm
Kandungan Unsur(kg/h)pada kedalaman 80-100 cm
Co 0,1-0,2 0,05-0,1
Cu 0,8-8 0,2-0,8
Fe 143-175 67-122
Mn 4,1-25 1,1-1,7
Mo 0,6-1 0,3-0,6
Zn 2,8-4,4 1,8-4,8
Sumber : Wahyunto, dkk. 2004
Universitas Sumatera Utara
2.2 Warna
2.2.1 Pengertian Zat Warna
Warna merupakan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air,
disamping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam
berat. Warna air limbah menunjukkan kualitasnya, air limbah yang baru akan
berwarna abu-abu, dan air limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna gelap
(Mahida, 1984). Warna tertentu dapat menunjukkan adanya logam berat yang
terkandung dalam air buangan.
Yang dimaksud zat warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam
bentuk larutan, sehingga penampanya berwarna. Warna air limbah dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu warna sejati dan warna semu. Warna yang disebabkan oleh warna
organik yang mudah larut dan beberapa ion logam disebut warna sejati, jika air
tersebut mengandung kekeruhan atau adanya bahan tersuspensi dan juga oleh
penyebab warna sejati, maka warna tersebut dikatakan warna semu (Chatib, 1998).
Dan juga karena adanya bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk bersifat koloid.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Black dan Cristman (1979) ditemukan bahwa
organik di dalam air limbah adalah koloid yang bermuatan negatif.
Zat warna adalah suatu senyawa yang kompleks yang dapat dipertahankan di
dalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat organik
yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai pembawa
warna dan Auxochrome sebagai pengikat antara warna dan serat. Chromogen adalah
Universitas Sumatera Utara
senyawa aromatik yang berisi Crhomopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari
radikal kimia, seperti kelompok azo (N=N). Agar warna dapat masuk dengan baik ke
kedalam bahan yang akan diberi warna, maka diperlukan bahan dari Auxochrome,
yaitu radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, misalnya kelompok pembentuk
garam –NH atau OH (Wardhana, 1995).
Kecerahan dipengaruhi oleh warna air, semakin dalam penetrasi sinar matahari
dapat menembus lapisan air, semakin produktif pula perairan tersebut. Hal ini seiring
dengan banyaknya fitoplankton di perairan tersebut. Kekeruhan ialah suatu istilah
yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan di dalam air yang disebabkan
oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan sangat berhubungan erat dengan warna
perairan, sedangkan konsentrasinya sangat mempengaruhi kecerahan dengan cara
membatasi transmisi sinar matahari kedalamnya.
Akibat biologis dari kekeruhan adalah menurunnya aktifitas fotosintesa
tumbuhan, karena, fotosintesis secara langsung tergantung pada cahaya. Kekeruhan
merupakan salah satu faktor penting yang menyangkut produktifitas perairan, serta
aliran energi.
Warna yang timbul pada perairan disebabkan oleh buangan industri di hulu
sungai atau dapat juga berasal dari bahan hancuran sisi-sisi tumbuhan oleh bakteri.
Santaniello (1971) menyatakan bahwa industri-industri yang mengeluarkan warna
adalah industri kertas dan pulp, tekstil, petrokomia, dan kimia, air yang digunakan
oleh masyarakat umum diijinkan dengan kriteria bahwa air tersebut mengandung tidak
lebih dari 75 unit warna (standar kobal-platinum), sedangkan yang disarankan tidak
Universitas Sumatera Utara
lebih dari 10 warna. Hal ini penting mengingat zat-zat warna banyak mengandung
logam-logam berat yang bersifat toksis.Dismping bersifat toksis, fotosintesis juga
terhambat di perairan yang mengandung 50 warna.
2.2.2 Penggolongan Zat Warna
Jenis zat warna ada dua, yaitu:
a. Zat Warna Alam
Zat warna alam adalah zat warna yang berasal dari alam, baik yang berasal dari
tanaman, hewan, maupun bahan metal. Tumbuhan-tumbuhan penghasil zat pewarna
alami yang tumbuh di Indonesia kurang lebih sebanyak 150 jenis tanaman, tetapi yang
paling efektif untuk dapat digunakan menjadi powder maupun dalam bentuk pasta hanya
beberapa jenis saja.
Zat warna dari tumbuhan yang biasanya digunakan antara lain: indigofer
(warnabiru), Sp Bixa orrellana (warna orange purple), Morinda citrifolia (warna kuning).
b. Zat warna yang berasal dari hewan
Jenis hewan yang biasa dijadikan zat warna antara lain: Kerang (Tyran purple),
Insekta (Ceochikal), dan Insekta warna merah .
Karena air gambut merupakan air berwarna alami maka salah satu proses
pengolahannya dapat dilakukan dengan adsorpsi atau penyerapan.Adsorpsi adalah proses
penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat lain.Daya
adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan zat padat dengan jumlah yang
sama.Adsorpsi ini merupakan fenomena fisika dimana partikel-partikel bahan yang
Universitas Sumatera Utara
diadsorpsi tertarik pada permukaan fase padat yang bertindak sebagai adsorben.
Ditinjau dari segi derajat adsorpsi dari suatu jenis adsorban pada umumnya mengikuti
aturan sebagai berikut :
1. Adsorpsi berlangsung sedikit terhadap semua senyawa organic,kecuali senyawa
halogen.
2. Adsorpsi berlangsung baik terhadap semua senyawa halogen dan senyawa alifatik.
3. Adsorpsi berlangsung sangat baik terhadap semua senyawa aromatic.
4. Makin banyak kandungan inti benzennya semakin baik adsorpsinya.
Berdasarkan kriteria tersebut maka pengolahan air berwarna(air gambut) dapat
dilakukan dengan proses adsorpsi, karena asam humus merupakan senyawa yang
mengandung gugus aromatic. (Fitria, 2008).
2.3 Mangan (Mn)
Logam Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memilki lambang
Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh. Logam
mangan memiliki energi ionisasi 7,21 g/cm3, titik leburnya sekitar 1) 1246 717,
3KJ/mol, 2)1509 KJ/mol, 3) 3248 KJ/mol. Logam mangan memiliki jari-jari atom
1,35 Ao,logam ini bersifat paramagnetik.
2.3.1 Fungsi Mangan.
Fungsi utama dalam tubuh : Komponen enzim
2.3.2 Absorbsi dan Metabolisme
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan mangan oleh manusia terutama terjadi melalui makanan, seperti
bayam, teh dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung konsentrasi
tertinggi adalah biji-bijian dan beras, kacang kedelai, telur, kacang-kacangan, minyak
zaitun, kacang hijau dan tiram. Setelah penyerapan dalam tubuh manusia mangan
akan diangkut melalui darah ke hati, ginjal, pankreas dan kelenjar endokrin.
2.3.3 Kebutuhan dan sumber Mangan (Mn).
Sumber makanan utama :Gandum, buah-buahan yg dikeringkan. Kebutuhan Harian Dewasa :Dibutuhkan 3,5 miligram
2.3.4 Akibat defisiensi Mangan .
Kekurangan mangan pada manusia dapat menyebabkan Penurunan
berat badan, iritasi kulit, mual & muntah, perubahan warna rambut ,
pertumbuhan rambut yang lambat.
2.3.5 Akibat Kelebihan Mangan.
Mangan (Mn) mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga
berdampak menimbulkan lemah pada kaki, otot muka kusam, dan dampak lanjutan
bagi manusia yang keracunan Mn, bicaranya lambat dan hyperrefleks.
Efek mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala
keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf. Ketika orang-orang
yang terkena mangan untuk jangka waktu lama mereka menjadi impoten.
Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti,
skizofrenia kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia. karena merupakan
Universitas Sumatera Utara
elemen penting bagi kesehatan manusia kekurangan mangan juga dapat menyebabkan
efek kesehatan. Ini adalah efek berikut: 1). Kegemukan , 2). Gula,3). Pembekuan
Darah,4). Masalah kulit,5). Menurunkan kadar kolesterol,6). Gangguan Skeleton ,7).
Kelahiran cacat,8). Perubahan warna rambut,9). Gejala Neurological.
Mangan kronis dapat mengakibatkan keracunan dari lama menghirup debu dan
asap. Sistem saraf pusat adalah situs utama kerusakan dari penyakit, yang dapat
mengakibatkan cacat permanen. Gejala termasuk kelembekan, kantuk, kelemahan,
gangguan emosi, gaya berjalan spastik, berulang kram kaki, dan kelumpuhan. Insiden
tinggi pneumonia dan infeksi saluran pernapasan atas lainnya telah ditemukan pada
pekerja yang terkena debu atau asap dari senyawa mangan.
2.4 Zinkum (Zn)
Zinkum (seng) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30,
dan massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan
dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain
kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.
Dalam industri seng mempunyai arti penting : 1). melapisi besi atau baja untuk
mencegah proses karat, 2). digunakan untuk bahan batere, 3). Seng dan aliasenya
digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk , 4). seng
dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen
dalam cat dan tinta, 5). seng dalam bentuk sulfida digunakan untuk industri tabung
Universitas Sumatera Utara
televisi dan lampu pendar, 6). seng dalam bentuk klorida digunakan untuk pengawetan
kayu.
Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai plat seng yang
digunakan sebagai bahan bangunan. Seng telah diketahui sejak tahun 1934 sebagai
elemen penting bagi kehidupan hewan (tikus) dan defisiensi seng pada manusia baru
diketahui sekitar tahun 1961. Pada waktu itu diketahui adanya keterkaitan antara
kekurangan seng dalam konsumsi sehari-hari dengan gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual. Gangguan lainnya yang berkaitan dengan defisiensi seng, adanya
hambatan penyembuhan luka, gangguan fungsi pengecap dan gangguan nafsu makan.
Gejala ini berangsur-angsur hilang bila dalam menu sehari-hari diberikan makanan
yang mengandung seng.
Meski di Indonesia penelitian- penelitian tentang seng ( Zn ) belum banyak
dilakukan, hal ini bukan berarti defisiensi seng tidak ada. Justru peluang terjadinya
defisiensi seng di Indonesia diperkirakan lebih besar mengingat menu masyarakat
Indonesia, terutama pada golongan sosial ekonomi rendah, umumnya rendah protein
hewani padahal jenis protein ini banyak mengandung seng. Sebaliknya menu
masyarakat Indonesia relatif tinggi fitat dan serat yang menghambat absorbsi seng,
seperti kebiasaan minum teh setiap hari, bahkan pada golongan masyarakat tertentu
mengkonsumsi teh kental. Selain itu juga banyak mengkonsumsi kacang-kacangan
dan serelia, termasuk hasil olahannya. Bahan makanan ini banyak mengandung fitat
Universitas Sumatera Utara
atau tannin . Sehingga potensi kekurangan zat seng ( Zn ) ini pada masyarakat
Indonesia cukup tinggi karena penyerapan zat seng ( Zn ) akan terganggu.
2.4.1 Fungsi Zinkum( Zn )
Zinkum adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan
manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme.
Tubuh manusia dewasa mengandung 2 - 2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah
tersebut berada dalam tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi
tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis
dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut.
Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan
dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng serum berikatan
dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah terdapat
900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90 – 130 mg seng.
Seng terlibat pada lebih dari 90 enzim yang hubungannya denga metabolisme
karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis
heme, transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi-reaksi lain. Pengaruh yang paling
nyata adalah dalam metabolisme, fungsi dan pemeliharaan kulit, pankreas dan organ-
organ reproduksi pria, terutama pada perubahan testosteron menjadi
dehidrotestosteron yang aktif. Dalam pankreas, seng ada hubungannya dengan
banyaknya sekresi protease yang dibutuhkan untuk pencernaan . Juga ada
Universitas Sumatera Utara
hubungannya dengan insulin, walaupun tidak memegang peranan secara langsung
terhadap aktivitas insulin.
2.4.2 Absorbsi dan Metabolisme
Proses absorbsi seng menyerupai absorbsi besi dalam tubuh, dimana untuk
absorbsi membutuhkan alat angkut, proses ini terjadi dalam usus halus (duodenum),
seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa ke hati.
Kelebihan seng disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein, lainnya dibawa ke
pankreas dan jaringan tubuh yang lain. Di dalam pankreas seng digunakan untuk
membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran
cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari
makanan dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas.
Absorbsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding
saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, dalam sel dinding saluran cerna sebagian
diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorbsi berkurang.
Banyaknya seng yang diabsorbsi berkisar antara 15-40%. Absorbsi seng dipengaruhi
oleh status seng tubuh. Jika lebih banyak seng yang dibutuhkan, lebih banyak pula
jumlah seng yang diabsorbsi. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses.
Disamping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti
jaringan kulit, sel dinding usus halus, cairan haid dan sperma.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Kebutuhan dan Sumber Seng ( Zn )
Kebutuhan seng sangat bervariasi tergantung fisiologik, patologik, dan menu
sehari-hari. Pada orang dewasa sehat, jumlah seng yang hilang melalui urin, feses,
kulit, semen, rambut dan kuku adalah 2,6 mg/hari. Dengan asumsi bahwa daya serap
usus terhadap seng hanya sekitar 25% dan adanya variasi individual, maka jumlah
kecukupan seng yang dianjurkan adalah 15 mg/hari. Widya Karya Pangan dan Gizi
tahun 1998 menetapkan angka kecukupan seng untuk Indonesia sebagai berikut:
a. Bayi : 3 – 5 mg.
b. 1 – 9 tahun : 8 – 10 mg.
c. 10 - > 60 tahun : 15 mg ( baik pria maupun wanita )
d. Ibu hamil : + 5 mg
e. Ibu menyusui : + 10 mg
Umumnya seng diperoleh dari bahan makanan asal hewani seperti daging,
hati, dan ayam. Bahan makanan asal hewani yang diperoleh dari laut seperti tiram,
kerang dan ikan haring mengandung seng dalam jumlah sangat tinggi. Sebaliknya
kadar seng dalam bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan dan padi-padian
selain ditemukan rendah, juga mengandung zat fitat yang menghambat absorbsi seng (
Zn ). Kadar seng ( Zn ) pada buah-buahan juga rendah. Data dari berbagai negara
menunjukan bahwa kandungan seng ( Zn ) dalam makanan sehari-hari sangat rendah.
Meskipun di Indonesia belum mencantumkan kadar seng ( Zn ) dalam Daftar
Universitas Sumatera Utara
Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes RI, namun
bila dilihat dari pola menu masyarakat pada umumnya , diperkirakan kandungan seng
( Zn ) dalam makanan sehari-hari juga rendah. Apabila masukan makanan rendah
seng tersebut berkurang, maka masukan seng ( Zn ) makin berkurang dan ada
kemungkinan tidak mencukupi kebutuhan.
2.4.4 Akibat Defisiensi Seng ( Zn )
Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada anak dan
remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan
keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya makanan penduduk sedikit
mengandung daging, ayam dan ikan yang merupakan sumber utama seng dan tinggi
konsumsi serat dan fitat. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka
pada keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim - seng berperan akan
terganggu. Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu
hamil dan menyusui serta orang tua. Manifestasi klinis defisiensi seng pada manusia,
dapat terlihat sebagai berikut :
1. Kecepatan pertumbuhan menurun,
2. Nafsu makan dan masukan makanan menurun,
3. Lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan,
4. Gangguan sistem kekebalan tubuh,
5. Perlambatan pematangan seksual dan impotensi
6. Fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap,
7. Hambatan penyembuhan luka, dekubitus, lukabakar,
Universitas Sumatera Utara
8. Perubahan tingkah laku,
9. Gangguan perkembangan fetus.
2.4.5 Akibat Kelebihan Seng ( Zn )
Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi
tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,
mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya
aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan
reproduksi. Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan
yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng ( Zn ) ( Almatsier, 2001 ).
2.5 Magnesium (Mg)
Magnesium adalah logam alkali tanah yang tidak terdapat bebas dialam
melainkan dalam bentuk senyawa. Nomor massa dan nomor atom magnesium adalah
24,31 dan 12. Magnesium (Mg) adalah kation kedua terbanyak di intrasel setelah
kalium. Pada tubuh dewasa sehat ada 21–28 g Mg, 99% tersebar di kompartemen
intrasel dan hanya 1 % di cairan ekstrasel. Mg dibagi lagi ke dalam tiga kompartemen
utama tubuh: kira-kira 65% berada pada fase mineral rangka, 34% di ruang intrasel,
dan hanya 1% di dalam cairan ekstrasel . Usus halus adalah tempat utama penyerapan
Mg, sedangkan ekskresi sebagian besar melalui ginjal. Mg serum terdapat dalam 3
Universitas Sumatera Utara
bentuk: fraksi yang berikatan dengan protein (25% berikatan dengan albumin dan 8%
dengan globulin), fraksi khelasi (12%), dan fraksi ion yang aktif metabolik (Mg++:
55%). Kadar Mg dalam plasma orang sehat sangat konstan, dengan kisaran kadar
serum total 0,75–0,96 mmol/L, dan rata-rata 0,85 mmol/L.
2.5.1 Fungsi magnesium.
Magnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh.
Magnesium berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologic termasuk
metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat, serta dalam
sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel jaringan
lunak.Di dalam sel ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf,
kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan
dengan kalsium.kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigi.
2.5.2 Absorbsi dan Metabolisme.
Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan
secara difusi pasif. Di dalam darah magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas.
Keseimbangan magnesium dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi
magnesium melalui urin. Eksresi magnesium meningkat oleh adanya hormone
tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium . eksresi
magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap
. resorpsi tubula ginjal.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Kebutuhan dan sumber magnesium
Kebutuhan mineral magnesium sekitar 300 – 400 mg setiap hari,
dimana tingkatannya berbeda tergantung pada jenis kelamin dan usia.
Kebutuhan dari magnesium meningkat sehubungan dengan umur dan tingkat
tekanan hidup. Magnesium mengendalikan kontraksi otot, metabolisme
protein, diantara tugas vital lainnya. Sumber utama magnesium adalah sayur
hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya
serta cokelat merupakan sumber magnesium yang baik.
2.5.4 Akibat defisiensi magnesium
Di lain pihak, defisiensi magnesium pada pasien rawat-inap ternyata lebih lazim
daripada yang diduga sebelumnya. Kira-kira 10% pasien yang masuk rumah sakit
besar di kota mengalami hipomagnesemia, dan kekerapan ini bisa setinggi 65% pada
unit rawat intensif . Jadi, anggapan sebelumnya bahwa magnesium harus disediakan di
cairan rumatan hanya setelah masa rawat memanjang (misal > 7 hari) mungkin tidak
berlaku lagi. Sebaliknya magnesium dan mikromineral lain serta trace element harus
diberikan dini mengingat seringnya penyakit-penyakit “boros magnesium” seperti,
penyakit saluran cerna (diare akut dan kronik, enteritis regional, kolitis ulseratif,
malabsorpsi dll), obat-obat “boros magnesium” (diuretik, aminoglikosida, cisplatin)
dan kelainan endokrin (diabetes, hiperparatiroid,hipertiroid).
Universitas Sumatera Utara
Diabetes militus mungkin merupakan penyakit yang tersering berkaitan
dengan defisiensi Mg. Sampai 39 persen penderita diabetes rawat jalan telah
dilaporkan hipomagnesemia. Pada ketoasidosis berat, Mg bisa terbuang ke dalam
urin selama asidosis. Kadar Mg mungkin normal atau tinggi akibat deplesi volume;
namun, terapi cairan dan insulin menghasilkan penurunan ke kisaran subnormal.
Insulin telah ditunjukkan menyebabkan perpindahan Mg ke dalam jaringan lunak.
Kekurangan insulin pada diabetes tipe 1 bisa mengakibatkan penurunan Mgintrasel.
Walaupun disimpulkan bahwa hipomagnesemia disebabkan oleh diabetes dan
bukan kebalikannya, defisiensi Mg juga bisa mempengaruhi onset penyakit ini. Defisit
Mg mengganggu reaksi enzimatik yang menggunakan atau memproduksi adenosine
triphosphate (ATP), yang memodifikasi kaskad enzimatik pada metabolisme
karbohidrat, sehingga memicu DM. Defisiensi Mg dapat menghasilkan kelainan
dalam aktivitas tirosin-kinase pada reseptor insulin. Kejadian ini terkait dengan
timbulnya resistensi insulin dan penurunan utilisasi
glukosa oleh sel.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3.Deplesi Magnesium Pada Penyakit Saluran Cerna.
Kandungan Mg dalam cairan saluran cerna atas adalah kira-kira 1 mEq/L.
Muntah-muntah dan sedot lambung dapat memperberat deplesi Mg. Kandungan Mg
pada cairan diare dan drainase fistula jauh lebih tinggi ( sampai 15 mEq/L).
Akibatnya, deplesi Mg banyak dijumpai pada diare akut dan kronik, enteritis regional,
kolitis ulseratif, fistula usus dan empedu. Sindrom absorpsi yang disebabkan
nontropical sprue, trauma radiasi akibat terapi untuk penyakit seperti karsinoma
serviks, dan limfangiektasi usus bisa mengakibatkan defisiensi Mg. Kondisi-kondisi
lain yang mengakibatkan deplesi magnesium meliputi steatorea, pankreatitis
hemoragik akut atau edematosa, dan reseksi usus halus.
Magnesium bersama-sama dengan mikromineral lain seperti kalsium, fosfat,
dan zinc harus diberikan pada pasien rawat-inap dengan kelainan endokrin dan
saluran cerna. Pasien dengan asupan oral tidak akurat harus dikelola dengan cairan
parenteral yang sesuai mengandung unsur-unsur ini di samping glukosa dan asam
amino (misal Aminofluid . Tujuan terapi cairan rumatan adalah: 1) mencegah
Universitas Sumatera Utara
dehidrasi dan gangguan elektrolit 2) mencegah defisiensi mikromineral 3) mencegah
dan mengatasi ketoasidosis 4) meminimalkan degradasi protein dan 5) akhirnya,
diindikasikan untuk mempercepat penyembuhan. ( [email protected], Jakarta, 29
Nov 2009).
2.5.5 Akibat kelebihan magnesium.
Akibat kelebihan magnesium belum diketahui secara pasti. Kelebihan
magnesium terjadi pada penyakit gagal ginjal.
2.6 Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel
halus dalam air menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada
bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat dua penghantar arus listrik searah yang
disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit. Apabila
dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik
searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit,
yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang di reduksi
dan ion negative (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang
dioksidasi. Sehingga membentuk flok yang mampu mengikat kontaminan dan
partikel-partikel dalam limbah.
2.6.1 Flokulasi
Flokulasi adalah penggabungan dari partikel-partikel hasil koagulasi menjadi
partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,
Universitas Sumatera Utara
dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti
flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang
mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar
partikel dapat terjadi (Sutrisno,1987).
Proses Flokulasi
Terdapat 3 (tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu:
tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi dan tahap pemisahan flok dengan
cairan.
1. Tahap pembentukan inti Endapan
Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara
koagulan dengan pollutan yang ada dalam air. Agar penggabungan dapat berlangsung
diperlukan pengadukan dan pengaturan pH. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60
s/d 100 rpm selama 1 s/d 3 menit ; pengaturan pH tergantung dari jenis koagulan yang
digunakan misalnya :
Tawas pH 6 s/d 8
Ferro Sulfat pH 8 s/d 11
Ferri Sulfat pH 5 s/d 9
2. Tahap Flokulasi
Pada tahap ini terjadi penggabungan inti-inti endapan, sehingga menjadi molekul
yang lebih besar. Pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40
s/d 50 rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat dapat terbentuknyaflok dapat
ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit.Polielektrolit digunakan secara luas,
Universitas Sumatera Utara
baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air limbah industry.
Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik dan anionik,
biasanya bersifat larut dalam air.
Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah volume lumpur
yang terbentuk relative lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan
warna dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur.
3. Tahap Pemisahan flok dengan Cairan
Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dari cairannya, yaitu dengan
cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan
cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan Bila flok yang
terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil
dengan menggunakan skimmer
Gambar 2.4. Proses Flokulasi
Universitas Sumatera Utara
Zat-zat kimia yang digunakan untuk mendestabilkan partikel koloid disebut
dengan koagulan. Koagulan yang paling sering digunakan adalah alumunium sulfat.
Jika senyawa ini dimasukkan ke dalam air akan terionisasi membentuk Al3+ dan SO42-
yang dapat menetralkan muatan koloid.
Al2(SO4)3 → 2 Al3+ + 3SO42-
H2O → H + + OH-
2Al3+ + 6 OH- → 2 Al(OH)3 (Laing D.1973).
Mekanisme yang terjadi pada proses flokulasi dengan koagulannya adalah sebagai
berikut :
1. Adsorpsi flokulan (polimer) pada permukaan partikel koloid sehingga terbentuk
lapisan flokulan. Dalam hal ini terjadi destabilisasi muatan elektron negatif
partikel koloid oleh muatan positif hasil hidrolisa flokulan sehingga terjadi
penggumpalan yang tidak stabil, proses ini disebut adsorpsi koagulasi.
2. Gumpalan (partikel-partikel) yang tidak stabil ini akan membentuk flok yang lebih
besar, sehingga akibat dari tubrukan partikel-partikel dengan bantuan pengadukan,
sehingga menjadi stabil dan mudah mengendap (terflokulasi).
(Nainggolan,J.W.1997)
Reaksi koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida,
Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel - partikel kotoran
sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat
mengendap.
Reaksi Pada Katoda
Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan hanya
kation saja.
1. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali tanah, ion
logam Al3+ dan ion Mg2+, maka ion-ion logam alkali ini tidak dapat direduksi
dari larutan.Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk
gas Hidrogen (H2) pada katoda.
2 H2O + 2e ==> 2 OH- + H2
2. Jika larutan mengandung asam, maka ion H+ dari asam akan direduksi menjadi
gas hydrogen pada katoda.
2 H+ + 2e ==> H2
3. Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi
menjadi logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan pada permukaan
batang katoda.
Universitas Sumatera Utara
Fe2+ + 2e ==> Fe
Mn2+ + 2 e ==> Mn (Suaib,1994).
Reaksi pada Anoda
1. Elektroda pada anoda, elektrodanya dioksidasi menjadi ionnya.
Contoh : Al ==> Al3+ + 3 e
Zn ==> Zn2+ + 2 e
2. Dalam system elektrokimia dengan anoda terbuat dari alumunium,
beberapa kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut;
Anoda Al ==> Al3+ + 3e
Katoda : 2 H2O + 2 e ==> H2 + 2OH
a. 2 H+ + 2e ==> H2
b. O2 + 4 H+ + 4e ==> 2 H2O
2.6.2 Proses Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang pendek.
Elektrokoagulasi merupakan suatu proses yang melewatkan arus listrik ke dalam air.
Itu dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat efektif untuk
pemindahan bahan pengkontaminasi di dalam air. Proses ini dapat mengurangi lebih
dari 99% kation logam berat. Pada dasarnya sebuah elektroda logam akan teroksidasi
Universitas Sumatera Utara
dari logam M menjadi kation (Mn+). Selanjutnya, air akan direduksi menjadi gas
hidrogen dan ion hidroksil (OH). Elektrokoagulasi ini dikenal sebagai reaksi in situ
kation logam.
Gambar 2.5. Prinsif Kerja Elektrokoagulasi.
Interaksi yang terjadi dalam larutan :
1. Migrasi menuju muatan elektroda yang berlawanan (elektroporesis) dan netralisasi
muatan.
2. Kation atau ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor.
3. Interaksi kation logam dengan OH- membentuk sebuah hidroksida, dengan sifat
adsorpsi yang tinggi selanjutnya berikatan dengan pollutan (bridge coagulation).
4. Senyawa hidroksida yang terbentuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar
.
5. Oksidasi pollutan sehingga sifat toksiknya berkurang.
Universitas Sumatera Utara
6. Sesudah flok terjadi,gas H2 membantu Flotasi dengan membawa pollutan
kelapisan buih flok di permukaan cairan. (Holt,P.2006).
Gambar 2.6. Interaksi Dalam Proses Elektrokoagulasi 2.6.3 Keuntungan Elektrokoagulasi
Eletrokoagulasi menggunakan peralatan yang sederhana dan mudah
dioperasikan. Pengolahan air limbah dengan elektrokoagulasi menghasilkan air yang
bersih, warna dan baunya berkurang. Endapan yang terbentuk dari proses
elektrokoagulasi lebih mudah dipisahkan dari air. Flok-flok yang dibentuk dengan
elektrokoagulasi memiliki persamaan dengan flok-flok kimia. Hasil elektrokoagulasi
dapat menurunkan total padatan terlarut. Proses elektrokoagulasi dapat memindahkan
partikel-partikel koloid yang lebih kecil. Proses elektrokoagulasi dapat diatur arus
listriknya.
Universitas Sumatera Utara
2.6.4 Kerugian Elektrokoagulasi
Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi.
Penggunaan arus listrik yang mahal. Pada berbagai sistem elektrokoagulasi, lapisan
oksida dapat membentuk katoda dan pengaturan unit elektrokoagulasi kurang efisien.
(http://en.wikipedia.org./wiki/elektrocoagulation,2008).
Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi.
Penggunaan arus listrik yang mahal. Pada berbagai sistem elektrokoagulasi, lapisan
oksida dapat membentuk katoda dan pengaturan unit elektrokoagulasi kurang efisien.
kurang efisien. kurang kurang kurang .
(http://en.wikipedia.org./wiki/elektrocoagulation,2008).
2.7 Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA )
Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh ( 1955 ) metoda spektrofotometer serapan
atom ( SSA ) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai saat ini telah
digunakan untuk mendeteksi ( menganalisa ) hampir keseluruhan unsur – unsur logam
yang terdapat di dalam jadwal berkala unsur ( sistem periodik unsur ). Metoda SSA
digunakan untuk menganalisis sampel yang terdapat di dalam bentuk bahan – bahan
biologi, pertanian, makanan dan minuman, air tanah, pupuk, besi baja dan juga bahan
– bahan pencemar lingkungan. Pada tahun terakhir ini alat SSA semakin sensitive dan
canggih dan dapat digabungkan dengan computer dalam pengolahan datanya.
Investasi besar dalam peralatan – peralatan seperti SSA amat penting dalam
Universitas Sumatera Utara
menunjang misi laboratorium. Maka pemanfaatannya bergantung pada kemampuan
sumber daya manusia, seperti kemampuan pemahaman teori dasar, spectrum aplikasi,
ketertelusuran metoda analisis yang disyaratkan pada SNI 19 – 17025 – 2000 .
Spektrofotometer Serapan Atom adalah metoda analisis yang berdasarkan
pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap atom bebas . Analisis menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat
peka, teliti dan cepat, pengerjaannya relative sederhana serta tidak perlu dilakukan
pemisahan unsur logam dalam pelaksanaannya.
Analisis Spektrofotometer Serapan Atom yang didasarkan pada proses
penyerapan energi radiasi dari sumber nyala atom – atom yang berada pada tingkat
energi dasar. Komponen – komponen utama yang menyusun Spektrofotometer
Serapan Atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detector, dan
penampilan data
2.7.1 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom
Prinsip utama untuk pengukuran penyerapan atom adalah pelemahan radiasi .
latar belakang spesifik untuk elemen tertentu karena penyerapan yang dialami oleh
sampel dalam atomisasi. Perbandingan antara radiasi awal dan dilemahkan satu
memberikan informasi mengenai konsentrasi dari unsur dalam sampel dianalisis.
Komponen utama spektrometer serapan atom adalah:
1. Sumber radiasi khusus untuk unsur-unsur tertentu (lampu dengan katoda yang
kosong atau tanpa elektrode).
2. Kompartemen sampel, dengan unit atomising (grafit burner)
Universitas Sumatera Utara
3. Monochromator
4. Photo-detektor
5. Komputer untuk kontrol peralatan dan analisis data.
Sumber radiasi spektrometer serapan atom harus berisi elemen yang diukur
dalam sampel. Ada akan digunakan lampu dengan katoda kosong, membangun dari
atau diisi dengan elemen tertentu atau lampu tanpa elektrodasilinder kaca yang berisi
beberapa miligram dari unsur ini. Sumber radiasi memancarkan energi radiasi khusus
untuk unsur tertentu, yang melintasi komponen sampel. Di sini radiasi dilemahkan
karena penyerapan oleh atomisasi sampel. Sinyal yang diterima dari foto-detektor
yang diperkuat dan diproses untuk penentuan nilai dan ditampilkan pada layar
komputer atau, akhirnya,dicetak di atas kertas.
Gambar. 2. 7. Skematis ringkas dari alat SSA
Universitas Sumatera Utara