bab 2 tinjauan pustaka

46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Strategis 2.1.1 Penentuan Kawasan Strategis (Buku Tata Ruang) Perkembangan wilayah merupakan fungsi dari perubahan dinamis bak dari internal wilayah maupun kekuatan eksternal. Hal ini mendorong semua wilayah menyusun strategi pembangunan yang tepat, diantaranya dengan menetapkan kawasan strategis. Beberapa factor yang melatarbelakangi perlunya kawasan strategis diantaranya: 1)Faktor internal wilayah, meliputi perkembangan penduduk dan tingkat urbanisasi yang makin meningkat, proses produksi dan industrialisasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menuntut kebutuhan lahan, tingkat kemiskinan masih tinggi, dan perlunya pemerataan pembangunan wilayah, serta kerusakan lingkungan yang semakin meningkat. 2)Faktor eksternal, yang meliputi perubahan global, revolusi teknologi informasi serta leberalisai ekonomi dan perdagangan bebas menuntut perubahan manajemen dan peningkatan keunggulan dan daya saing wilayah. 3)Faktor politik, pertahanan dan keamanan berkaitan denag polisi geostrategic dan geopolitik Negara tehadap ancaman dan konflik dengan negra lain mengharuskan Negara menetapkan kawasan strategis pertahanan keamanan untuk menjaga keutuhan NKRI. 2.1.2 Batasan Dan Klarifikasi Kawasan Strategis Kawasan strategis adalah wilayah yang memiliki nilai strategis, penting dan prioritas dikarenakan memiliki pengaruh yang luas baik internal maupun eksternal bagi perkembangan wilayah tersebut. UU no 26 tahun 2007 membagi kawasan strategis berdasarkan luas wwilayah cakupan pengaruhnya, yaitu kawasan strategis nasional, provinsi, kabupaten kota. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang behasil guna, berdaya guna, dan berkelanjutan.

Upload: christian-william-m

Post on 07-Apr-2016

24 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Kawasan Strategis2.1.1 Penentuan Kawasan Strategis (Buku Tata Ruang)

Perkembangan wilayah merupakan fungsi dari perubahan dinamis bak dari internal wilayah maupun kekuatan eksternal. Hal ini mendorong semua wilayah menyusun strategi pembangunan yang tepat, diantaranya dengan menetapkan kawasan strategis. Beberapa factor yang melatarbelakangi perlunya kawasan strategis diantaranya:1) Faktor internal wilayah, meliputi perkembangan penduduk dan tingkat

urbanisasi yang makin meningkat, proses produksi dan industrialisasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menuntut kebutuhan lahan, tingkat kemiskinan masih tinggi, dan perlunya pemerataan pembangunan wilayah, serta kerusakan lingkungan yang semakin meningkat.

2) Faktor eksternal, yang meliputi perubahan global, revolusi teknologi informasi serta leberalisai ekonomi dan perdagangan bebas menuntut perubahan manajemen dan peningkatan keunggulan dan daya saing wilayah.

3) Faktor politik, pertahanan dan keamanan berkaitan denag polisi geostrategic dan geopolitik Negara tehadap ancaman dan konflik dengan negra lain mengharuskan Negara menetapkan kawasan strategis pertahanan keamanan untuk menjaga keutuhan NKRI.

2.1.2 Batasan Dan Klarifikasi Kawasan StrategisKawasan strategis adalah wilayah yang memiliki nilai strategis,

penting dan prioritas dikarenakan memiliki pengaruh yang luas baik internal maupun eksternal bagi perkembangan wilayah tersebut. UU no 26 tahun 2007 membagi kawasan strategis berdasarkan luas wwilayah cakupan pengaruhnya, yaitu kawasan strategis nasional, provinsi, kabupaten kota. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang behasil guna, berdaya guna, dan berkelanjutan.

Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah administrative didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap kedaulatan Negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, social, budaya dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan Negara, pertahanan, keamanan lebih ditunjukan bagi penentapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, social, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk kawasan strategis nasional, provinsi, kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

Tabel 1. Batasan dan Klasifikasi Kawasan Strategis.No Kawasan

Strategis / KS (prioritas)

Wilayah Pengaruh

Komponen Pengaruh

1. KS Nasional Nasional Kedaulatan Negara, pertahanan, Dan keamanan

Page 2: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Negara, ekonomi, social, budaya, Dan/atau lingkungan, warisan dunia, (world herritage)

2 KS Provinsi Provinsi Ekonomi, social, budaya, dan/atau lingkungan.

3 KS Kabupaten-Kota Kabupaten-Kota

Ekonomi, social, budaya, dan/atau lingkungan.

(Sumber: Lutfi, 2013)

UU Nomor 26 Tahun 2007 memnbuat lima jenis kawasan strategis, berdasarkan pertimbangan kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, social, budaya, pendayahgunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. 1) Kawasan strategis pertahanan dan keamanan, terdiri atas (a)

kawasan perbatasan Negara, termasuk pulau kecil terdepan, Dan (b)kawasan latihan militer.

2) Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, terdiri atas, (a) kawasan metropolitan, (b) kawasan ekonomi khusus, (c) kawasan pengembangan ekonomi terpadu, (d) kawasan tertinggal, serta (e) kawasan perdangangan dan pelabuhan bebas.

3) Kawasan strategis social dan budaya, terdiri atas, (a) kawasan adat tertentu, (b) kawasan konservasi warisan budaya, temasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia, seperti kompleks candi borobudur Dan komplek candi prambanan.

4) Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, terdiri atas (a) kawasan pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta (b) kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir, (c) kawasan operasional pemanfaatan teknologi, dirgantara.

5) Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, terdiri atas: (a) kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, seperti taman nasional, (b) daerah aliran sungai Dan hutan lindung, (c) lingkungan kritis, (d) konservasi keanakaragaman hayati.

2.1.3 Kriteria dan penentuan kawasan strategisNilai strategis suatu kawasan baik tingkat nasional, provinsi,

maupun kabupaten/kota ditentukan berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan. PP No 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah nasional memberikan rincian tentang kriteria penentuan kawasan strategis, yaitu:a. Strategis pertahanan Dan keamanan:

1. Diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan Negara berdasarkan geostrategic nasional;

2. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan laiinya, gudang amunisi, daerah uji coba system persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

3. Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga dan/atau laut lepas.

Page 3: Bab 2 Tinjauan Pustaka

b. Strategis Ekonomi1. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;2. Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional;3. Memiliki potensi ekspor;4. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

ekonomi;5. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;6. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional

dalam rangka mewujudkan ketahanan panga nasional;7. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energy

dalam rangka mewujudkan ketahanan energy nasional; atau8. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

c. Strategis social budaya1. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

atau budaya nasional;2. Merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta

jadi diri bangsa;3. Merupakan asset nasional atau internasional yang harus dilindungi

dan dilestarikan;4. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; 5. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau 6. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik social skala nasional.

d. Strategis sumberdaya alam Dan teknologi1. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

2. Memiliki sumber daya alam strategis nasional;3. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

antariksa;4. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom Dan nuklir;

atau5. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

e. Strategis lingkungan hidup1. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;2. Merupakan asset nasional berupa kawasan lindung yang

ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

3. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian Negara;

4. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

Berdasarkan batasan tersebut di atas penerapan kawasan strategis ditujukan untuk menjaga keutuhan NKRI, perkembangan perekonomian Negara dan wilayah yang semakin baik, integrasi social yang semakin kuat dan pemanfaatan sumberdaya dan teknologi yang memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Sebagai bentuk operasionalisasi dari amana UU nomor 26 tahun 2007, dalam PP nomor 26 tahun 2008 telah ditetapkan beberapa kawasan strategis nasional sebagai berikut. (lihat tabel 1) :

Page 4: Bab 2 Tinjauan Pustaka
Page 5: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Tabel 2. Penentuan Kawasan Strategis Nasional dan Tipe-Tipenya

No Kawasan strategis dan tipe Nama kawasan strategis1. KAWASAN STRATEGIS EKONOMI

Kawasan ekonomi terpadu (KAPET)2) 1. KAPET Banda Aceh Darussalam2. KAPET Bima-NTB3. KAPET Mbay-NTT4. KAPET Khatulistiwa-Kalimantan Barat5. KAPET DAS Kahayan Kapuas Dan Barito- Kalimantan Tengah 6. KAPET Batu licin, Kalimantan Selatan7. KAPET Samarinda, Sanga-sanga, Muara Jawa, Dan Balik papan,

Kalimantan Timur8. KAPET Manado-Bitung, Sulawesi Utara9. KAPET Batui, Sulawesi Tengah10. KAPET Parepare, Sulawesi Selatan11. KAPET Buton, Kolaka, Dan Kendari, Sulawesi Tenggara12. KAPET Seram, Maluku13. KAPET Biak, Papua

Kawasan Perkotaan (KP) Metropolitan 1) 1. KP Medan-Binjai-DeliSerdang-Karo (Mebidangro), Sumatera Utara2. KP Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu (DKI Jakarta,

Banten, Dan Jawa Barat)3. KP Cekungan Bandung, Jawa Barat4. KP Kendal-Demak-Ungaran-Salatiga-Semarang-Purwodadi (kedung

sepur), Jawa Tengah)5. KP Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan

(Gerbangkertosusila) Jawa Timur6. KP Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (sarbagita), Bali7. KP Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar (Mamminasata), Sulawesi

SelatanKawasan Strategis lain (Kawasan Perdagangan bebas Dan Pelabuhan Bebas)2)

1. Kawasan Industri Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam2. Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Sabang,

Nanggroe Aceh Darussalam3. Kawasan Batam, Bintan, Dan Karimun, Kepulauan Riau4. Kawasan Selat Sunda (Provinsi Lampung Dan Banten)

2. KAWASAN STRATEGIS LINGKUNGAN

Page 6: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Taman Nasional1) 1. Kawasan Ekosisistem Leuser (Nanggroe Aceh Darussalam)2. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi

Sumatera Barat, Bengkulu, Dan Sumatera Selatan)3. Kawasan Taman Nasional Berbak (Jambi)4. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (jambi Dan riau) 5. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Jambi)6. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (Jawa Tengah Dan DIY)7. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (Banten)8. Kawasan Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Barat)9. Kawasan Gunung Rinjani (NTB)10. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Kalimantan Barat)11. Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (Kalimatan Tengah)12. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai Dan Rawa Tinondo

(Sulawesi Tenggara)13. Kawasan Taman Nasional Lorentz (Papua)

DAS Dan Hutan Lindung1) 1. Kawasan Danau Toba Dan Sekitarnya (SUMUT)2. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Riau Dan SUMBAR)3. Kawasan Hutan lindung Mahato (Riau)4. Kawasan Konservasi Dan Wisata DAS Tondano (SULUT)

Kawasan Lindung Kritis1) 1. Kawasan Pangandaran-Kalipuncang-Segara anakan-Nusakambangan (Pacangsanak) (JABAR Dan JATENG)

2. Kawasan kritis lingkungan Balingarah (SULTENG)3. Kawasan kritis lingkungan buol-lambunu (SULTENG)

Konservasi Keanekaragaman hayati1) 1. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat (Papua Barat)

2. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni (Papua)3. KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA

Social Budaya1) 1. Kawasan Poso Dan Sekitarnya-SULTENG2. Kawasan Toraja Dan Sekitarnya-SULSEL

Warisan Budaya2) 1. Kawasan Borobudur Dan Sekitarnya (JATENG)2. Kawasan Candi Prambanan (JATENG)

4. KAWASAN STRATEGIS PENGGUNAAN SDA DAN TEKNOLOGIPertambangan2) 1. Kawasan Soroako Dan Sekitarnya (SULSEL)

2. Kawasan Timika (PAPUA)Kelautan 1. Kawasan Laut Banda (Maluku)

Page 7: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Instalasi-Stasiun Pengamat Bumi-Dirgantara2) 1. Kawasan Instalansi Lingkungan Dan Cuaca (DKI Jakarta)2. Kawasan Fasilitas Pengelolahan Data Dan Satelit (DKI Jakarta)3. Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca Dan Lingkungan (Papua)4. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro (Jawa Barat)5. Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare ( SULSEL)6. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang (SUMBAT)7. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk (JABAR)8. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari (JABAR)9. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek (JATIM)10. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak (KALTIM)11. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk (JABAR)12. Kawasan Stasiun Telecomand (JABAR)13. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana

Peluncur Satelit (Papua)5.KAWASAN STRATEGIS PERTAHANAN DAN KEAMANANPerbatasan Darat2) 1. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Malaysia (KALBAR,

KALTIM, KALUT)2. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Timor Leste (NTT)3. Kawasan Perbatasan Darat RI Dan Jantung Kalimantan (Heart of

Borneo) (KALBAR, KALTIM, KALTENG)4. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Papua Nugini (Papua)

Perbatasan Laut2) 1. Kawasan Perbatasan Laut RI dengan Negara Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau Dan Kepulauan Riau) termasuk 20 pulau kecil terluar.

2. Kawasan Perbatasan Laut RItermasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo Dan Berhala) dengan Negara India/Thailand/Malaysia (Provinsi NAD Dan SUMUT)

3. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, Dan Mangudu) dengan Timor Leste/Australia ( Provinsi NTT)

4. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar dengan Negara Malaysia Dan Philipina (Provinsi KALTIM, SULTENG, SULUT)

5. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar dengan Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku Dan Papua)

6. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau

Page 8: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, Dan Liki) dengan Negara pulau (Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, Dan Papua)

7. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 19 pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi NAD, SUMUT, SUMBAR, Bengkulu, Lampung, Banten, JABAR, JATENG, JATIM, Dan NTB.

Sumber: PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalKeterangan: 1=revitalisasi kawasan, 2=pengembangan kawasan

Page 9: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Dalam rangka pengembangan kawasan strategis ekonomi khususnya percepatan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pemerintahan melalui UU No 39 Tahun 2009 menetapkan UU tentang kawasan ekonomi khusus (KEK), yang merupakan suatu kawasan yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipat gandakan (multiplier) pertumbuhan ekonomi nasional, serta memberikan dampak yang besar pada peningkatan lapangan kerja dalam negeri. Pengembangan KEK dilaksanakan dengan fungsi untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energy, transportasi, maritime, perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lainnya. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategic serta berfungsi untunk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Kondisi geografis yang berdekatan dengan Negara tetangga memberikan peluang yang besar bagi kawasan strategis ekonomi, kawasan perbatasan, dan KEK untuk memperkuat jalinan kerjasama yang saling menguntungkan, misalnya melalui pelaksanaan kerjasama ekonomi su-regional (KERS) seperti Brunei-Indonesia-Malaysia-Philipin East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT), Dan Australia-Indonesia Development Area (AIDA), serta kerjasama perbatasa seperti Forum Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (SOSEK MALINDO).

Selain kawasan strategis nasional, sesuai dengan hirarkinya masing-masing provinsi dan kabupaten-kota juga dapat menentukan kawasan strategisnya di dalam wilayahnya. Factor terpenting dalam penetapan kawasan strategis adalah kebijakan politik dan besarnya pengaruh atau dampak kawasan tersebut terhadap kondisi internal wilayah (intra region) maupun wilayah sekitarnya (interregion)serta kegiatan lainnya terutama:a) Mempunyai pengaruh yang besar terhadap upaya pengembangan tata

ruang wilayah sekitarnya;b) Mempunyai dampak penting, baik terhadap kegiatan lainnya (multiplier

effect) c) Merupakan factor pendorong bagi peningkatan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat serta pemerataan perkembangan wilayah.

Jenis dan luas pengaruh kawasan strategis bervariasi menurut jenis dan tujuan pengembangan. Beberapa aspek dampak pengaruh dan dampak penting yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kawasan strategis untuk masing-masing tipe dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 3 indicator-indikator dalam penetapan kawasan strategisNO Tipe

Kawasan Strategis

Indikator Pertimbangan (Pengaruh/Dampak) Bentuk Kawasan

1 Pertahanan Dan Keamanan

1) Geostrategis (posisi georafis Dan politik)

2) Geopolitik

1) Kawasan perbatasan (darat Dan laut)

2) Pulau-pulau kecil

Page 10: Bab 2 Tinjauan Pustaka

3) Pertahanan Dan keamanan

4) Strategis militer

terluar3) Kawasan basis

militer4) Kawasan latihan5) Kawasan nuklir6) Kawasan ujicoba

senjata2 Ekonomi 1) Potensi ekonomi

2) Geoekonomi3) Konsentrasi pasar4) Infrastruktur5) Industrialisasi Dan

urbanisasi6) Keuntungan Dan

daya saing wilayah7) Produkasi Dan

eksport8) Peran sebagai

prime mover (pusat pertumbuhan)

9) Peran bagi daerah sekitarnya

10) Kesejahteraan masyarakat

1) Metropolitan2) Kawasan ekonomi

terpadu (KAPET)3) Perkotaan4) Kawasan industri5) Kawasan tumbuh

cepat6) Kawasan ekonomi

khusus

3 Lingkungan 1) Perlindungan lingkungan (fungsi lindung)

2) Kritis lingkungan3) Daerah aliran

sungai4) Daya dukung

lingkungan5) Keanekaragaman

hayati (flora fauna)6) Peran dalam

perubahan iklim7) Konflik lingkungan

1) Kawasan lindung mutlak

2) Kawasan hutan lindung

3) Taman nasional, suaka alam, cagar alam, dan sejenisnya

4) DAS dan sub DAS kritis

5) Kawasan keanekaragaman hayati

6) Cagar alam geologi

4 Social budaya

1) Warisan budaya (heritage)

2) Keunikan adat istiadat budaya Dan kelangkaan

3) Pelestarian budaya

4) Keanekaragaman budaya

5) Konflik budaya

1) Kawasan warisan budaya (heritage)

2) Kawasan adat istiadat khusus

3) Kawasan cagar budaya

5 Sumber daya alam

1) Nilai strategis sumber daya alam

1) Kawasan pertambangan

Page 11: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Dan teknologi

(regional, nasional, Dan global)

2) Potensi konflik sumberdaya alam

3) Nilai strategis teknologi (ekonomi Dan hankam)

4) Nilai strategis ilmu pengetahuan Dan teknologi (IPTEK)

strategis2) Kawasan stasiun

pengamatan bumi dirgantara Dan laut

3) Kawasan cagar IPTEK.

2.1.4 Tahapan Penetapan Kawasan Strategis Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, kawasan strategis merupakan

bagian integral dan utuh dari keberadaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi dan Kabupaten. Dengan demikian penetapan RTRW sekaligus (otomatis) akan disertai dengan penetapan kawasan strategis. Pemerintahan pusat/provinsi/kabupaten memiliki wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis yag meliputi:a. Penetapan kawasan strategis;

Penetapan kawasan strategis menjadi bagian dari penetapan RTRW yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah dan peraturan daerah (provinsi Dan kabupaten)

b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis;Perencanaan tata ruang kawasan stategis merupakan perencanaan tingkat rinci yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan hirarki perencanaannya. Perencanaan rinci setingkat dengan rencana detil kawasan strategis.

c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis;Pemerintahan pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten) sesuai dengan kewenangannya dalam pemanfaatan kawasan strategis. Kawasan strategis nasional pemanfaatannya menjadi wewenang pemerintah pusat, sedangkan kawasan strategis daerah ditangani oleh pemerintah daerah.

d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategisPemerintah pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten) sesuai dengan kewenangannya melakukan pengendalian pemanfaatan kawasan strategis. Pengendalian kawasan strategis nasional dilakukan oleh pemerintaah pusat, sedangkan kawasan strategis daerah ditangani oleh pemerintah daerah.

Meskipun dalam penetapan kawasan strategis masing-masing pemerintahan pusat dan daerah memiliki kewenangan tersendiri, namun dalam melakukan perencanaan-pemanfaatan dan pengendalian kawasan strategis harus terintegrasi dan melakukan kerjasama (sinkronisasi, koordinasi) dikarenakan wilayahnya terdapat di masing-masing tingkatan.

2.1.5 Penetapan Kawasan Strategis Nasionala. Kriteria Kawasan Strategis Nasional

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

1. pertahanan dan keamanan; 2. pertumbuhan ekonomi; 3. sosial dan budaya; 4. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau 5. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Page 12: Bab 2 Tinjauan Pustaka

b. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria: 1. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategi nasional; 2. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

3. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

c. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: 1. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; 2. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional; 3. memiliki potensi ekspor; 4. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 5. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; 6. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; 7. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau 8. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

d. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria:

1. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional;

2. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;

3. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan;

4. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; 5. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau 6. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

e. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:

1. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

2. memiliki sumber daya alam strategis nasional; 3. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; 4. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau 5. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

f. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:

1. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; 2. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

3. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

4. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; 5. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

Page 13: Bab 2 Tinjauan Pustaka

6. rawan bencana alam nasional; atau 7. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak

luas terhadap kelangsungan kehidupan.

2.1.6 Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kabupatena. Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:

1. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan;

2. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten;

3. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;

4. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki: potensi ekonomi cepat tumbuh; sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; potensi ekspor; dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

ekonomi; kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan; fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi; atau kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di

dalam wilayah kabupaten; 5. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan: tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; tempat perlindungan peninggalan budaya; tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman

budaya; atau tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

6. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain: fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi berdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir;

sumber daya alam strategis; fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologi

kedirgantaraan; fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

7. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti: tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

Page 14: Bab 2 Tinjauan Pustaka

kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

kawasan rawan bencana alam; atau kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai

dengan kepentingan pembangunan wilayah kabupaten; Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa

terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

2.1.7 Penetapan Kawasan Strategis Wilayah KotaKawasan strategis kota ditetapkan dengan kriteria: 1. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi

yang ada di wilayah kota; 2. Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional

dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan yang jelas.

3. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki: potensi ekonomi cepat tumbuh; sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; potensi ekspor; dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi; 4. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

kepentingan sosial budaya seperti: tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; tempat perlindungan peninggalan budaya; tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman

budaya; tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial; hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jatidiri

maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota; dan/atau kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan

pembangunan kota. 5. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain: kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam

Page 15: Bab 2 Tinjauan Pustaka

strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir; memiliki sumber daya alam strategis;

memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

6. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti: tempat perlindungan keanekaragaman hayati; kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora

dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup;

kawasan rawan bencana alam; dan/atau kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. 7. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai

dengan kepentingan pembangunan wilayah kota.

2.2 KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUHKawasan strategis cepat tumbuh dapat dipilih apabila memenuhi kriteria:1. Komitmen politik kepala daerah dan DPRD provinsi/kabupaten/kota untuk

melaksanakan pengembangan kawasan secara berkelanjutan;2. Potensi yang besar ditinjau dari dukungan ketersediaan sumberdaya alam

yang meliputi sektor dan produk-produk unggulan yang dapat diperbaharui, kesesuaian lahan, dan ketersedian pencadangan lahan bagi pengembangan investasi, khususnya dalam mendorong industri pengolahan di dalam negeri berbahan baku lokal sebagai potensi penggerak pengembangan perekonomian kawasan secara berkelanjutan;

3. Potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang relatif memadai seperti jalan, jembatan, air bersih, listrik, bahan bakar, dan telekomunikasi; serta sarana penunjang, seperti alat angkutan/transportasi, gudang, pendingin (coldstorage), peralatan pengolahan dan distribusi, sesuai kebutuhan pengembangan bisnis sektor dan produk unggulan di kawasan;

4. Keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan, dan pusat pertumbuhan dengan daerah tertinggal di sekitarnya dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi;

5. Kelembagaan pengelolaan kawasan, serta pengelolaan bisnis sektor dan produk unggulan kawasan, yang didukung dengan sistem dan mekanisme pengelolaan pembangunan tahunan secara hirakhis fungsional mulai dari tingkat pusat, tingkat provinsi, dan kabupaten/kota; dan

6. Dukungan tenaga kerja terampil dan terdidik dalam mengelola bisnis sektor dan produk unggulan kawasan.

2.2.1 STRATEGI PENGEMBANGAN DAN MANAJEMEN KAWASAN CEPAT TUMBUH. Oleh : Bambang Tata Samiadji

Sudah menjadi fenomena umum bahwa pertumbuhan kawasan tidak ada yang sama atau merata. Pertumbuhan kawasan selalu

Page 16: Bab 2 Tinjauan Pustaka

menunjukkan adanya corak dimana lokasi-lokasi tertentu tumbuh cepat, tumbuh secara pelan, tumbuh sangat lambat atau stagnan, Dan malah ada yang cenderung merosot atau “deterioration”. Walaupun corak pertumbuhan kawasan-kawasan itu berbeda-berbeda, namun saling berkaitan Dan bermitra secara keruangan (spatial interaction)

Untuk itu patut di duga bahwa masing-masing kawasan saling menarik (pull) Dan mendorong (push) satu sama lain. Pada gilirannya, kawasan yang memiliki keunggulan akan menjadi kawasan yang lebih cepat tumbuh dibanding kawasan-kawasan mitranya. Di sinilah perlunya strategi untuk tetap menjaga posisioning pertumbuhan kawasan-kawasan yang cepat tumbuh agar tetap tumbuh dalam hubungan ruang yang komplementer dengan kawasan-kawasan lainnya.

Kawasan cepat tumbuh (KCT) selalu berbasis ekonomi Dan kota merupakan simpul basis ekonomi atau kutub (bagian penting) bagi KCT. Sejauh ini belum ada KCT tanpa atribut kota di dalamnya. Dengan demikian kota menjadi tumpuan bagi berlangsungnya KCT. Namun demikian tidak semua kota menjadi simpul pertumbuhan kawasan, dan kiranya hanya beberapa simpul atau kota-kota tertentu yang mampu me- “leverage” pertumbuhan KCT. Pada umumnya kota demikian itu mempunyai keunggulan, yaitu

“Comparative Advantages” atau keunggulan alamiah – utamanya keunggulan lokasi (yang strategis); Dan “competitive advantages” atau keunggulan buata ang diciptakan. Terbukti sejauh ini bahwa kawasan metropolitan sebagai KCT mempunyai keunggulan lokasi Dan keunggulan kelengkapan prasarana yang mendorong semakin cepatnya tumbuh suatu kawasan.

Potensi Kawasan Cepat Tumbuh (KCT)Kawasan cepat tumbuh (KCT) mudah dikenali dengan indicator

pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih tinggi bahkan diatas pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Kalau pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Kalau pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional sekitar 5-7% pertahun, maka KCT diperkirakan bisa tumbuh lebih dari 7% pertahun, atau bis sekitar 9% pertahun bersama dengan pertumbuhan ekonomi kota-kotanya bisa sampai 11% pertahun. Kawasan-kawasan ini umumnya membentuk struktur metropolitan yang kita kenal selama ini seperti: metropolitan Jakarta, metropolitan bandung, metropolitan Surabaya, metropolitan medan, Dan metropolitan Makassar serta beberapa metropolitan lainnya. Umumnya KCT-KCT tersebut berada di jawa yang memang sudah sejak lama sudah tumbuh cepat. Namun belakangan juga telah muncul KCT-KCT baru diluar jawa seperti KCT Batam, KCT samarinda-Balikpapan, dan KCT Banjarmasin. Ada kemungkinan kawasan-kawasan lain diluar Jawa pada masa mendatang menjadi KCT-KCT baru yang kompetitif. Perkembangan ini akan tegantung pada pengungkitan (Leveraging) “Comparative Advantages” Dan “Competitive Advantages” dri kota-kota bersangkutan.

Sebagai basis Dan simpul kegiatan ekonomi, KCT dengan kota-kota utamanya mempunyai peran penting bagi perekonomian Negara antara lain sekitar 14 KCT metropolitan, atau hanya sekitar 3% dari seluruh kota-kota di Indonesia telah mampu menyumbang sekitar 30% dari produk domestic bruto (PDB) Nasional. Selain itu, KCT Metropolitan juga mempunyai peranan penting sebagai sumber penerimaan fiskal nasional (APBN). Seperti diketahui bahwa 80% dari APBN berasal dari pajak Dan sekitar 70% berasal pajak badan, pajak pribadi, PPN, pajak

Page 17: Bab 2 Tinjauan Pustaka

final yang kesemuanya bersumber di perkotaan. Diperkirakan 50% dari APBN disumbang oleh ke-14 KCT-KCT Metropolitan.

Berdasarkan kenyataan diatas, KCT merupakan kunci atau andalan keekonomian nasional Dan oleh karenanya KCT-KCT harus terus ditumbuhkan demi pertumbuhan ekonomi nasional. Ekonomi nasional yang kuat akan menjamin kestabilan politik Dan memberi kesempatan bagi tumbuhnya sector lain yang pada gilirannya pula mampu mengangkat kesejahteraan social bersama. Hal ini sesuai dengan visi rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJP-N) demi tercapainnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas Dan bersinambungan sehingga pendapatan perkapita nasional setara dengan Negara-negara maju lainnya. (Lampiran UU No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang)

Namun tak dapat disangkal bahwa kemumpunian pertumbuha KCT yang mampu mengangkat perekonomian nasional itu tak bebas dari rundung permasalahan. Diantaranya tingginya pertumbuhan penduduk terutama akibat migrasi (urbanisasi) seiring dengan pertumbuhan ekonomi kota. Bertambahnya penduduk sebenarnya mampu mendorong percepatan pertumbuhan lebih melesat bila kualitas sumber daya manusia itu mampuni, tetapi sebaliknya akan memburuk Dan menuju kritis bila sebagian besar kualitas penduduk non-trampil Dan parasitis. Bertumbuhnya jumlah penduduk yang non-trampil Dan parasitis ini memungkinkan potensi kota sebagai basis pertumbuhan ekonomi akan tergerus Dan muncul persoalan-persoalan seperti kemiskinan kota. Kesemrawutan mobilitas penduduk, rendahnya pelayan kepada masyarakat.

dan kerusakan lingkungan sebagai akibat daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan yang tak ditingkatkan.

Persoalan lain akibat semakin bertumbuhnya KCT adalah ketimpangan antar daerah dimana disat pihak KCT semakin melaju, tetapi kawasan-kawasan lain semakin tertinggal. Ketimpangan yang semakin melebar akan menciptakan mobilitas penduduk ke KCT-KCT. Akibat lebih jauh pertumbuhan KCT menjadi sosok kawasan obesitas dan invaliditas yang pada gilirannya bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional itu sendiri.

Persoalan baru yang secara tak langsung sebagi akibat dari butir 1 dan 2 tersebut bahwa KCT seringkali mendorong semakin membesarnya emisi karbon dikota-kota KCT yang ada. Dampaknya akan mengganggu lingkungan melalui perubahan cuaca yang ekstrem di KCT sendiri maupun kawasan-kawasan lainnya.

Berdasarkan kajian potensi KCT tersebut telah memberi sinyal bahwa KCT memiliki dua sisi, yaitu sisi berjasa sebagai pendorong ekonomi nasional maupu sumbangan yang besar terhadap kemampuan fiskal Negara dan daerah, tetapi sekaligus juga sisi yang semakin meningkatnya persoalan-persoalan kritis yang bisa meluas.

Strategi PengembanganSesuai dengan tujuan nasional jangka panjang untuk menjaga

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan bersinambung, maka strategi pengembangan bisa ditawarkan sebagai berikut :1. Pengembangan KCT diseluruh Indonesia sebagai bagian dari Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sehingga KCT menjadi bagian dari pembentukan struktur wilayah nasional yang harmonis dan pemanfaatan ruang yang optimal sesuai dengan potensi KCT. Boleh jadi KCT menjadi

Page 18: Bab 2 Tinjauan Pustaka

bagian dari pengembangan kawasan strategis disamping kawasan – kawasan strategis yang lain ada.

2. Menjaga dan semakin memantapkan laju pertumbuhan pada masing-masing KCT maupun kerja sama antar KCT membentuk jaringan KCT bersinerji mutalistis dalam rangka “forward looking” pengembangan produk-produk ekonomi unggulan.

3. Mendorong pengembangan ekonomi KCT dengan memanfaatkan basis kawasan-kawasan belakang (hinter land) sebagai basis rantai pasokan (supply chain). Dengan demikian pengembangan KCT tidak berjalan sendiri maju kedepan, tetapi juga mampu menarik kawasan-kawasan belakang untuk ikut maju. Dengan demikian percepatan pertumbuhan KCT tidak meninggalkan posisi kawasan mitra dibelakang tetapi juga mampu memacu tumbuhnya KCT-KCT baru dan perluasan jaringan KCT pada masa lebih lanjut.

4. Mengawal pertumbuhan KCT dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan menahan sebsar mungkin kegiatan-kegiatan pelepasan karbon hasil residu kegiatan ekonomi KCT. Hal ini untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan produktivitas dengan pelestarian lingkungan KCT, khususnya dilingkungan perkotaannya.

Melalui keempat strategi tersebut, maka implikasi kemungkinan perkembangannya antara lain sebagai berikut :

1. Pertumbuhan KCT akan tetap berlangsung dengan kinerja yang lebih produktif sehingga pertumbuhan itu mampu mendorong pertumbuhan lainnya serta mampu menyerap kelebihan tenaga kerja dan mengurangi jumlah kemiskinan, khususnya kemiskinan diperkotaan yang terus bertambah. Implikasi lain yang tak kalah pentingnya bahwa pendorong pertumbuhan KCT langsung akan mengangkat laju pertumbuhan ekonomi nasional dan sekaligus bagi pemerintah maupun pemerintahan daerah bersangkutan.

2. Pertumbuhan KCT bisa mendorong terbentuknya struktur tata ruang nasional yang lebih hierarki dan efisiensi sehingga lebih mudah pengendaliannya menuju sistem tata ruang yang lebih kokh, dinamis dan seimbang antar kawasan.

3. Pertumbuhan KCT akan banyak menuntut perubuhan paradigma pembangunan kawasan yang boleh jadi munculnya banyak inisiatif pengembangan seperti perlibatan swasta dan masyarakat dalam proses pembangunan kawasan, reformasi birokrasi pemerintahan yang lebih fokus, perhatian lebih serius pada masalah lingkungan khususnya dampak perubahan iklim, dan terobosan skim pembiayaan untuk mendanai berbagai kebutuhan percepatan KCT.

4. Munculnya masalah Ikutan berupa krisis akibat tingginya kenutuha KCT, khususnya krisis energi yang bakal muncul dan marjinalisasi kelompok tertentu, yaitu kelompok tradisional yang non terampil atau “outsider” dalam mekanisme percepatan KCT.

Mengingat KCT merupakan fenomena pertumbuhankawasan dan “exist” bagi pertumbuhan ekonomi nasional termasuk daerah serta handal sebagai “prime mover” bagi pembentukan struktur pengembangan wilayah. Namun dipihak lain bisa berpotensi mencuatkan permasalahan baru yang serius, maka perlu antisipasi berupa langkah kelola yang eefektif bagi percepatan pengembangan KCT. Langah kelola ini juga untuk mengeliminir dampak-dampak yang tidak diinginkan. Langah-langkah tersebu diantaranya:

1. Manajemen KCT

Page 19: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Perkembangan KCT merupakan ranah publik dan dengan demikian merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengelolanya melalui sistem kelembagaan. Tata kelola yang perlu dilakukan tidak harus terbentuknya lembaga baru khusus menangani percepatan KCT, tetapi setidaknya melalui 3 pendekatan yaitu, regulasi, kebijakan fiskal, dan bantuan teknis.

2. RegulasiYaitu kebijakan pengembangan KCT melalui penetapan peraturan

perundangan. Hal yang dibutuhkan bahwa KCT adalah bagian integral dari penataan ruang nasional. Oleh karena itu langkah yang perlu dilakukan adalah:

Pertama perlu penetapan KCT sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dengan ketetapan ini, maka ada landasan bagi Pemerintah untuk melakukan langkah-langkah pengelolaan percepatan KCT. Penetapam KCT sebagai Kawasan Startegis Nasional perlu dirumuskan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) sebagai implementasi Kawasan Strategis Nasional yang didefinisikan dalam PP Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN.

Kedua, setelah penetapan KCT sebagai Kawasan Strategis, maka dirumuskan lebih fokus dalam suatu perencanaan strategis dan pelaksanaannya. Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan bersangkutan. Oleh karenanya perlu ditetapkan secara tegas dalam Instruksi Presiden (Inpres) tentang pengembangan KCT-KCT masa depan. Dalam Inpres ini tentukan juga memasukkan aspek-aspek lingkungan (khususnya soal berkaitan dengan emisi korban) dan efisiensi pemanfaatan energi sebagaimana bagian dari strategi.

Ketiga, di tingkat daerah perlu melengkapi langkah-langkah nasional tersebut diantaranya, penetapan Peraturan Daerah (perda) atau setidaknya Peraturan Kepala Daerah terkait dengan Perpres dan Inpres yang ada.

3. Kebijakan FiskalYaitu langkah-langkah fiskal atau penganggaran dari APBN di tingkat

nasional dan APBD ditingkat daerah. Langkah-langkah fiskal ini landasannya adalah regulasi yang ditetapkan di atas dan perundangan yang berlaku, antara lain UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan perundangan tentang Desentralisasi Fiskal yang ada (UU Nomor 33 tahun 2004 yang sebentar lagi akan direvisi). Kebijakan fiskal yang perlu dilakukan yaitu:

Pemerintah menganggarkan belanja operasional maupun belanja modal guna memfasilitasi pengembangan di KCT-KCT yang ditetapkan . Dana-dana ini biasanya dikelola oleh kementerian atau lembaga terkait untuk dikelola langsung maupun diperbantukan ke daerah-daerah KCT selain tetap melanjutkan transfer ke daerah oleh Kementerian Keuangan dalam rangka desentralisasi fiskal. Kebijakan Fiskal melalui langkah-langkah penganggaran ini sangat penting dan terbukti sangat efektif.

Walaupun kebijakan fiskal cukup efektif sebagai stimulus pengembangan kawasan, bagaimanapun kapasitas fiskal sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan yang sangat besar bagi pengembangan KCT khususnya kebutuhan investasi. Untuk itu perlu ditetapkan strategi pengelolaan yang fokus terhadap penggalangan dana dari pihak swasta dan masyarakat sendiri sesuai dengan peraturan dan perundangan. Strategi pengelolaan dengan melibatkan swasta dan masyarakat juga terbukti ampuh dan pada kenyataanya peran mereka justru lebih dominan dalam

Page 20: Bab 2 Tinjauan Pustaka

pembangunan ekonomi kawasan selama ini, termasuk juga pelibatan swasta dalam pembangunan infrastruktur.

Pemerintah daerah juga menetapkan program – program strategis bagi KCT di daerahnya khususnya dalam investasi. Kegiatan investasi ini selain bisa dilakukan secara rutin melalui Belanja Modal, juga perlu dikembangkannya skim pembiayaan seperti pinjaman daerah baik pinjaman dari Pemerintah, dari daerah lain, ataupun dari masyarakata berupa Obligasi Daerah.

4. Bantuan TeknikBantuan Teknik adalah personal tenaga ahli yang diperbantukan

kepada kementerian/lembaga ataupun kepada daerah. Bantuan ini biasanya didanai oleh Pemerintah dan bisa juga bantuan dari Negara Donor (Development Partner) berupa technical Assistance. Tugas utama dari personel tenaga ahli ini kecuali membantu secara teknis kepada kementerian/lembaga ataupun daerah, adalah membantu memecahkan masalah atau hambatan – hambatan di KCT dan pembinaan “Capacity Building” di Pemerintah maupun pemerintah daerah. Dalam prakteknya, bantuan Teknis dari Pemerintah itu tidak harus selalu ada. Oleh karenanya keberadaanya harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

5. Peranan “Stakeholder”Walaupun pengembangan KCT merupakan ranah publik yang

ditangani langsung oleh Pemerintah, yang berkepentingan tidak hanya Pemerintah sendiri, tetapi juga seluruh masyarakat baik masyarakat pengusaha atau swasta juga masyarakat umumnya yang selama ini menjadi subjek pembangunan itu sendiri. Untuk itu perlu ada dua hal prinsip yaitu : (1) Keterbukaan dan Transparansi dari Pemerintah, dan (2) Partisipasi masyarakat dan swasta dalam pengembangan KCT.

Keterbukaan yang dilakukan oleh Pemerintah utamanya adalah informasi secara terbuka dan langsung kepada masyarakat tentang rencana, program (dan pendanaan), target (output) dan efek (outcome) – nya pengembangan KCT serta siapa saja yang terlibat langsung dalam pengembangannya. Begitu juga perkembangannya yang secara kuartalan juga disampaikan agar semua pihak mengetahui dan bisa memberi penilaian baik berupa kesetujuannya, masukan - masukannya, termasuk juga kritikan yang diperlukan. Distribusi informasi tersebut dilakukan dengan teknologi yang ada dan mudah diakses oleh masyarakat baik berupa media cetak maupun elektronik.

Sedangkan partisipasi masyarakat bisa dilakukan melalui format yang sudah ada baik dalam proses penganggaran seperti Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang lebih terarah, juga peningkatan Kerja Sama Pemerintah – Swasta – Masyarakat (Public Private Partnership) untuk lebih dimasyaratkan dan dikembangkan peluang sebesar – besarnya. Namun diakui bahwa partisipasi masyarakat khususnya dalam skala perencanaan yang luas seperti KCT ini tidak bisa seintensif skala perencanaan kecil seperti pemukiman yang langsung terkait dengan kepentingannya. Oleh karenanya Pemerintah bersama dengan pemerintah daerah yang harus aktif dan tidak menunggu inisiatif masyarakat untuk berpartisipasi.

Di antara “stakeholder” lainnya, peranan pemerintah daerah adalah yang sangat utama karena menyangkut daerah otonomnya dan manfaat serta dampak pengembangan KCT ada di daerah bersangkutan. Kepentingan daerah ini tidak sendiri, tetapi terkait dengan daerah – daerah mitra maupun

Page 21: Bab 2 Tinjauan Pustaka

daerah – daerah burit (hinterland). Oleh karenanya kerja sama antar daerah (inter – regional cooperation) adalah keharusan sebagaimana diatur dalam PP nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.

RangkumanKawasan Cepat Tumbuh (KCT) adalah kenyataan sebagai

fenomena dalam perkembangan wilayah. Pengaruh ekonomi KCT sangat besar baik kepada keenokomian nasional, keekonomian masyarakat, bahkan punya pengaruh signifikan terhadap kapasitas fiskal nasional. Sesuai dengan rencana jangka panjang nasional untuk peningkatan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan, maka KCT perlu tetap dikembangkan dan lebih ditumbuhkan. Namun KCT juga melahirkan banyak dampak utamanya urbanisasi, ketimpangan antar daerah, dan juga aspek lingkungan bila tidak dikelola secara strategis dan sistematis.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka KCT selayaknya ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional secara lebih legalistik melalui penetapan peraturan perundangan yang kemudian diikuti dengan berbagai komitmen oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, khususnya pihak swasta di bidang investasi.

2.3 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUPMenurut UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, daya dukung lingkungan hidup diartikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Undang-undang sebelumnya, yaitu UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Lingkungan hidup, membedakan daya dukung lingkungan menjadi daya dukung alam,daya tampung lingkungan binaan dan daya tampung lingkungan sosial.1. Daya dukung alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap

unsur dan sumbernya untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara berkelanjutan.

2. Daya tampung lingkungan binaan adalah kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memenuhi perikehidupan penduduk.

3. Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda untuk hidup bersama-sama sebagai satu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib, dan aman.

a. Pentingnya Daya Dukung Lingkungan dalam PembangunanWilayah sebagai “living systems” merefleksikan adanya

keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan. Dengan demikian, perubahan dalam ruang wilayah akan menyebabkan perubahan pada kualitas lingkungan baik positif maupun negatif. Padahal lingkungan hidup secara alamiah memiliki daya dukung yang terbatas (carrying capacity). Oleh karena itu perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan komponen lingkungan dalam aspek pembangunan.

Pembangunan adalah optimasi, interdependensi dan interaksi antara komponen pembangunan, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, tata nilai masyarakat, dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam kenyataannya, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tuntutan kebutuhan manusia menyebabkan manusia mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kemampuan daya dukungnya, akibatnya terjadi penurunan kualitas lingkungan. Disamping itu,

Page 22: Bab 2 Tinjauan Pustaka

kerusakan juga merupakan akibat dari sistem pengaturan penggunaan sumberdaya alam yang belumn memadai.

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam mensyaratkan diketahuinya kemampuan daya dukung lingkungan saat ini, melalui suatu analisis perlu diduga kapan dan seberapa jauh kemampuan daya dukung tersebut dapat ditingkatkan. Selain itu pemahaman tentang variasi keruangan dan faktor determinan sangat membantu dalam merumuskan kebijakan pembangunan.

Dinamika daya dukung wilayah merupakan fungsi keseimbangan dari sumberdaya wilayah dengan jumlah penduduk pada tingkat hidup layak dengan segala implikasinya. Akibat luasnya pengertian daya dukung wilayah, maka dalam tulisan ini pengertian daya dukung wilayah menjadi enam konsep, yaitu :

1. Konsep ekonomi, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam mendukung penduduknya untuk hidup pada tingkat yang layak, di atas garis kemiskinan. Secara operasional diindikasikan dengan jumlah penduduk miskin.

2. Konsep sosial, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam mendukung penduduknya untuk dapat terpenuhi kebutuhan – kebutuhan sosialnya seperti beribadah, pendidikan, dan kesehatan, berbelanja, dan lain sebagainya.

3. Konsep pangan, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan atau mencukupi kebutuhan pangan dari daerahnya sendiri (swasembada)

4. Konsep papan (permukiman), daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan atau mencukupi kebutuhan lahan untuk permukiman dan permukiman itu sendiri.\

5. Konsep lingkungan, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan lingkungan yang baik tanpa merusak lingkungan bagi penduduk yang tinggal. Secara operasional diindikasikan dengan dinamika tekanan penduduk terhadap lahan pertanian.

6. Konsep mobilitas, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan kebebasan dan ruang gerak yang baik kepada penduduknya untuk melakukan mobilitas.

7. Konsep tata ruang, daya dukung wilayah adalah kemampuan wilayah dalam memberikan pola keseimbangan peruntukan fungsi wilayah antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.

b. Beberapa indikator daya dukung lingkungan hidup : KEPADATAN PENDUDUK DAN KEPADATAN AGRARIS

- Kepadatan PendudukKP= JP/LWKeterangan :KP= Kepadatan penduduk (orang/ha)JP = Jumlah penduduk (orang)LW= Luas wilayah (ha)

- Kepadatan agraris (Kasar)KAk = JP/LPKeterangan :KAK = kepadatan penduduk agraris kasar (orang/ha)JP = jumlah penduduk (orang)

Page 23: Bab 2 Tinjauan Pustaka

L = luas lahan pertanian yang dapat diusahakan (arable-land) (ha)

- Kepadatan agraris ( Halus)KAK = JPP/LPKeterangan :KAK = kepadatan penduduk agraris halus (orang/ha)JPP = jumlah penduduk petani (orang)L = luas lahan pertanian yang dapat diusahakan (arable-land) (ha)

Konsep kepadatan penduduk dibangun atas dasar pengertian penduduk dan pengertian lahan. Pengertian penduduk mencakup keseluruhan penduduk (total penduduk), ataupun dibatasi pada penduduk yang hidupnya tergantung pada pertanian (petani dan keluarganya) di suatu wilayah. Lahan terdiri dari lahan yang dapat diusahakan (arable land atau cultivable land) dan lahan yang tidak dapat diusahakan (non-arable land).

DAYA TAMPUNG WILAYAHA = L/PKeterangan :A = Daya dukung lahanL = Luas lahan (ha)P = Populasi Penduduk (jiwa)

Apabila nilai daya dukung lahan (A) tersebut melebihi nilai konsumsi lahan yang ditentukan (standar Yeates) maka dikatakan populasi penduduk pada wilayah tersebut sudah melebihi daya dukung lingkungannya (di luar ambang batas). Nilai daya dukung lahan yang ditunjukkan dengan konsumsi lahan per kapita untuk berbagai ukuran populasi kota menurut Yeates (1980) sebagai berikut :

Tabel 4 Konsumsi lahan per kapitaNo Populasi Penduduk (jiwa) Konsumsi lahan (ha/jiwa)12345678

10.00025.00050.000100.000250.000500.0001.000.0002.000.000

0,1000,0910,0860,0760,0700,0660,0610,057

Sumber : Yeates, 1980

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK LAHAN PERTANIAN

τ¿Lp/PdKFM /Pr

τ = Daya dukung wilayah pertanianLp = Luas panen (ha)Pd = Jumlah penduduk (jiwa)KFM = Kebutuhan fisik minimum (kg/kapita/tahun)

Page 24: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Pr = Produksi lahan rata – rata per hektar (kg/ha)

1. τ < 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu melaksanakan swasembada pangan, atau dapat diartikan bahwa jumlah penduduknya telah melebihi jumlah optimal.2. τ > 1, berarti wilayah tersebut mampu melaksanakan swasembada pangan, dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk optimal.3. τ = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung lingkungan optimal.

Daya dukung wilayah untuk lahan pertanian adalah kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi beras guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk setempat untuk hidup sejahtera atau mencapai kondisi swasembada beras. Konsep yang digunakan untuk memahami ambang batas kritis daya dukung ini adalah adanya jumlah populasi yang terbatas dan dapat didukung tanpa menurunkan derajad lingkungan yang alami sehingga ekosistem dapat terpelihara. Secara khusus, kemampuan daya dukung pada sektor pertanian diperoleh dari perbandingan antara lahan yang tersedia dengan jumlah petani, sehingga data yang perlu diketahui adalah luas lahan panen, jumlah penduduk, kebutuhan fisik minimum, dan produksi lahan rata-rata per hektar.

DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERMUKIMANDaya dukung wilayah untuk permukiman, dapat diartikan sebagai

kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan permukiman guna menampung jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tinggal secara layak.

Tabel 5 Kebutuhan Ruang per Kapita menurut Lokasi Geografis (Zona Kawasan)Lokasi Geografis (Perdesaan-perkotaan)

Tingkat kepadatan Lingkungan Jumlah rumah/ha

a = Kebutuhan ruang/kapita (m2/kapita)

Zona Lindung Kepadatan 0 jiwa/ha Jumlah rumah 0 unit/ha 0 m2/kapitaZona Perdesaan Kepadatan lebih kecil dari

50 jiwa/haJumlah rumah paling banyak 15 unit/ha atau luas rata-rata tiap rumah maksimal 666 m2

133 m2/kapita

Zona Pinggiran Kota

Kepadatan antara 51 samapai dengan 100 jiwa/ha

Jumlah rumah paling banyak 25 unit/ha atau luas rata-rata tiap rumah maksimal 400 m2

80 m2/kapita

Zona Perkotaan Kepadatan antara 101 sampai dengan 300 jiwa/ha

Jumlah rumah paling banyak 75 unit/ha atau luas rata-rata tiap rumah maksimal 133 m2

26 m2/kapita

Zona Pusat Kota Kepadatan antara 301 sampai dengan 500jiwa/ha

Jumlah rumah paling banyak 125 unit/ha atau luas rata-rata tiap rumah maksimal 80 m2

16 m2/kapita

Zona Pusat Kota Kepadatan lebih besar Jumlah rumah paling banyak 6,6 m2/kapita

Page 25: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Metropolitan dari 501 jiwa/ha 300 unit/ha atau luas rata-rata tiap rumah maksimal 33 m2

Zona Preservasi Sesuai dengan ketentuan yang berlaku daerah masing-masing

Sumber: Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.11/PERMEN/M/2008Keterangan : Kebutuhan ruang/kapita menggunakan asumsi 5 orang/rumah

DDPm = LPm/JP

aKeterangan :DDPm = Daya Dukung PermukimanLPm = Luas Permukiman (ha)JP = Jumlah Penduduka = Koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m2 / kapita)

1. Apabila DDPm > 1, artinya bahwa daya dukung permukiman tinggi, masih mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) dalam wilayah tersebut.

2. Apabila DDPm = 1, bermakna bahwa daya dukung permukiman optimal, terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim dengan luas wilayah yang ada.

3. Apabila DDPm = 1, berarti bahwa daya dukung permukiman rendah, tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim dalam wilayah tersebut.

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK FUNGSI LINDUNGDaya dukung untuk fungsi lindung merupakan kemampuan suatu

kawasan dengan berbagai aktivitas penggunaan lahan di dalamnya untuk menjaga kesimbangan ekosistem (kawasan lindung) pada suatu luasan wilayah tertentu. Tabel 6 Penggunaan Lahan dan Nilai Koefisien Lindung

No. Penggunaan Lahan Koefisien Lindung

No. Penggunaan Lahan Koefisien Lindung

1 Cagar alam 1,00 9 Perkebunan rakyat 0,422 Suaka margasatwa 1,00 10 Persawahan 0,463 Taman wisata 1,00 11 Ladang/tegalan 0,214 Taman buru 0,82 12 Padang rumput 0,285 Hutan lindung 1,00 13 Danau/tambak 0,986 Hutan cadangan 0,61 14 Tanaman kayu 0,377 Hutan produksi 0,68 15 Pemukiman 0,188 Perkebunan besar 0,54 16 Tanah Kosong 0,01Sumber: Rusthon (1993)

Berdasarkan tabel di atas, dengan menggunakan data penggunaan lahan atau tutupan lahan (land cover), dapat dirumuskan perhitungan daya dukung wilayah lindung dengan formulasi sebagai berikut:DDL = ⅀ ¿¿

Page 26: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Keterangan : DDL = Daya Dukung Fungsi LingkunganLgl1 = Luas guna lahan jenis 1 (ha)a 1 = koefisien lindung untuk guna lahan 1LW = luasan wilayah (ha)

DAYA DUKUNG EKONOMI WILAYAHCloud ( dalam soerjani, 2008) memberikan ilistrasi daya dukung

lingkungan dengan memformulasikan hubungan sumber daya alam, jumlah penduduk, dan kualitas hidup.

Rkh=( jumlah semberdaya alam yang dapat dikelola)jumlah penduduk x konsumsi per kapita

Dengan menggunakan asumsi bahwa output sumber daya alam secara ekonomi direpresentasikan dalam Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka dapat disusun daya dukung ekonomi suatu wilayah, yaitu:

DDE = PDRB totJP X K

Keterangan:DDE = Daya dukung ekonomi wilayahPDRBtot = Produk Domestik Regional Bruto (Rp)JP = Jumlah penduduk (jiwa)K = Konsumsi penduduk per kapita (Rp)

Kisaran nilai DEE adalah:1. Apabila DDE > 1, berarti bahwa potensi sumber data dan ekonomi

wilayah masih memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan dan konsumsi penduduk dalam batas minimal (KFM atau garis kemiskinan) atau tingkat sejahtera dan kualitas hidup makin baik.

2. Apabila DDE < 1, berarti bahwa berdasarkan kemampuan ekonomi wilayah, di wilayah tersebut sudah tidak mampu mendukung penduduk dalam batas sejahtera.

3. Apabila DDE = 1, berarti terdapat keseimbangan antara kemampuan ekonomi wilayah dengan tingkat konsumsi atau kebutuhan penduduk. Namun, kondisi seperti ini harus diwaspadai oleh tebatasnya kemampuan ekonomi wilayah dan meningkatnya penduduk dan kebutuhannya.

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DENGAN BATAS AMBANGDaya dukung lingkungan berbasis ambang batas dimaksudkan

untuk membandingkan antara kebutuhan guna lahan dengan kondisi lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan binaan. Dalam kasus pengembangan kota, metode ini bertujuan mempelajari dampak pertumbuhan penduduk dan sistem perkotaan terhadap lingkungan. Kapasiatas ambang batas sebagai dasar untuk membatasi rekomendasi pertumbuhan.

Secara umum terdapat tiga faktor yang menjadi penentu keterbatasan ambang batas perluasan kota, yaitu:1. Limitasi lingkungan alam2. Limitasi penggunaan lahan3. Limitasi lingkungan binaan

Page 27: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Pengembangan wilayah berbasisi daya dukung atau ambang batas ini dapat diformulasikan secara kuantitatif sebagai berikut:WB = (LW – Lm)Lm = (La – Lb – Li)Katerangan:WB = Wilayah bisa dikembangkanLW = Luas wilayah (km2)Lm = Limitasi atau batas ambang, yaitu wilayah yang beresiko untuk dikembangkan (km2)La = Limitasi alam, yaitu areal lindung dan rawan bencana serta kondisi tanah dan hidrologi yang tidak sesuai (km2)Lb = Limitasi binaan, yaitu areal penggunaan lahan untuk budidaya non pertanian (km2)Li = Limitasi infrastruktur dan utilitas, yaitu areal yang telah digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan utilitas wilayah (km2)

DAYA DUKUNG SUMBERDAYA LAHANMenurut McCall dalam Riyadi dan Bratakusumah (2004:178),

daya dukung lahan merupakan penggunaan tanah dan data populasi yang sistematis. Dimana seluruh aktifitas manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup membutuhkan ruang sehingga ketersediaan lahan berpengaruh besar terhadap aktivitas manusia. Demikian juga besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah tersebut untuk mendukung penduduknya sehingga mempengaruhi suatu  standar hidup yang layak. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa paling tidak ada 2 variabel pokok yang harus diketahui secara pasti untuk melakukan analisis daya dukung lahan, yaitu:1)        Potensi lahan yang tersedia, termasuk  luas lahan.2)        Jumlah penduduk.

Faktor-Faktor Penentu Daya Dukung LahanMenurut Riyadi dan Bratakusumah (2004:183), terdapat lima faktor yang menentukan daya dukung lahan pada suatu daerah yaitu:1. Total area lahan pertanian, adalah jumlah lahan yang digunakan

untuk kegiatan pertanian yang ada dalam suatu wilayah atau kelurahan.

2. Frekuensi panen/hektar/tahun, adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan hasil panen baik dalam kurung waktu relatif pendek, maupun panjang tergantung umur tanaman.

3. Jumlah  Kepala  Keluarga (Rumah Tangga), yaitu sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur atau dengan kata lain banyaknya orang/manusia yang menempati sebuah rumah dalam suatu daerah atau kelurahan tertentu.

4. Persentase Jumlah PendudukBertambahnya jumlah penduduk berarti bertambah pula tenaga kerja, yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan perbaikan teknologi maupun menghasilkan keluaran (output). Jadi pertumbuhan penduduk berakibat pada memburuknya kualitas lingkungan melalui hubungan antara pertumbuhan jumlah dan tersedianya tenaga kerja yang produktif.

5. Ukuran rata-rata lahan pertanian yang dimiliki petani.

Page 28: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Faktor-faktor penghambat daya dukung lahan1. Masalah internal merupakan sejumlah masalah yang terjadi pada

lahan pertanian seperti kecilnya area lahan, dan nutrisi lahan yang terbatas.

2. Masalah eksternal merupakan masalah di luar lahan seperti kondisi alam, yakni pencemaran lingkungan, bencana alam, dan pengaruh iklim  yang tidak stabil. Pencemaran lingkungan berkaitan dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh populasi sehingga dapat menggangu daya dukung lahan. Bencana alam berupa goncangan yang terjadi pada alam yang berpengaruh pada rendahnya daya dukung lahan seperti erosi, banjir, atau badai. Pengaruh iklim yang tidak stabil yakni perubahan iklim secara mendadak sehingga dapat mengganggu hasil produksi pertanian.

Adapun formulasi unutuk mengukur kemampuan lahan:

IKLw=LWk1−40,3 x LW

Keterangan:IKLw = indeks kemampuan lahan wilayahLWk1-4 = luas wilayah yang memiliki kemampuan lahan I-IVLW = luas wilayah0,3 = koefisien minimal 30% fungsi lindung suatu wilayah (untuk wilayah berkembang), sedangkan untuk wilayah belum berkembang dapat menggunakan indeks 0,4 atau yang lebih besar lagi.

Kisaran nilai indeks kemampuan lahan wilayah, adalah:1. Apabila IKLw > 1, berarti bahwa wilayah memiliki kemampuan

mengembangkan potensi lahanya lebih optimal khususnya untuk berbagai ragam kawasan budidaya, dengan tetap terjaga keseimbangan lingkungan.

2. Apabila IKLw < 1, berarti bahwa wilayah lebih banyak memiliki fungsi lndung, khususnya perlindungan terhadap tata air dan gangguan dari persoalan banjir, erosi, sedimentasi, serta kekurangan air.

DAYA DUKUNG SUMBERDAYA AIRDaya dukung sumberdaya air pada dasarnya mengadopsi istilah

daya dukung lingkungan sebagai kemampuan lingkungan atau suatu wilayah dalam memenuhi kebutuhan air bagi populasi didalamnya dengan mempertimbangkan potensi ketersedian sumberdaya air yang tersedia.

DDA = PSAKA

Keterangan:DDA = Daya dukung sumberdaya airPSA = Potensi sumberdaya airKA = Kebutuhan air

Berdasarkan formulasi tersebut, maka bisa diartikan:1. Apabila DDA > 1, terjadi surplus air, air masih mampu mendukung

populasi yang ada.2. Apabila DDA < 1, terjadi defisit air dan daya dukung air terlampaui.

KESERASIAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN

Page 29: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Z – scorei= (Xi−X)Sd

KeteranganZ – scorei = Nilai Z – score untuk variabel atau paramater i. Rentang nilai Z – score adalah negatif (di bawah rata – rata) dan positif (di atas rata – rata), setelah dibobot dengan standar deviasiXi = Data mentah dari variabel pengamatan iX = Rata – rata data variabel pengamatanSd = Standar deviasi

DAN SEBAGAINYA

2.4 Kawasan Peri UrbanIstilah peri urban merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Inggris. Istilah peri merupakan kata sifat yang bermakna pinggiran atau sekitar dari suatu objek tertentu. Sementara istilah urban merupakan istilah yang berarti sifat kekotaan atau sesuatu yang berkenaan dengan kota. Penggabungan dari kedua istilah tersebut yaitu peri dan urban akan membentuk kata sifat baruyang secara harafiah berarti sifat kekotaan dan sekitar, sehingga apabila ditamabah dengan kata region, maka kata peri urban region mempunyai makna sebagai suatu wilayah yang berada disekitar perkotaan.

Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal ini dikarenakan pengkaburan makna sekitar perkotaan, yang berarti memiliki makna sifat kekotaan dan sifat kedesaan. Pengidentifikasian kawasan peri urban sangat sulit jika dilihat dari dimensi non-fisikal, oleh karena itu pada tahap pengenalan kawasan peri urban hanya didasarkan pada istilah kedesaan maupun kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk pemanfaatan lahan non-agrarisversus penggunaan lahan agraris.. dari sisi ini wilayah perkotaan merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan non-agraris, sedangkan wilayah kedesaan adalah wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris.

Dari segi sosial-ekonomi pengidentifikasian kawasan peri urban ini sedikit berbeda dengan pengidentifikasian secara fisikal, karena pengidentifikasian segi ini menyangkut perilaku sosial maupun ekonomi masyarakat. Secara ilmiah penentuan batasan kawasan peri urban ini sanagt sulit, namun McGee (1994:13) mengemukakan bahwa “batas terluar dari kawasan peri urban ini adalah tempat dimana orang masih maumenglaju untuk bekerja/melakukan kegiatan kekota”. Hal seperti ini terjadi juga di daearah administratif Jogjakarta. Pagi hari orang akan melakukan perjalanan dari kawasan pedesaan ke kawasan perkotaan, dan sebaliknya di sore hari, orang akan melakukan perjalanan pulang dari kawasan perkotaan ke kawasan pedesaaan. Dengan demikian dari waktu kewaktu kawasan peri urban ini akan semakin meluas baik ditinjau dari segi fisikal morfologis maupun dari segi sosial ekonomi. Hal inilah yang terjadi pada kawasan jalan Palagan tentara Pelajar saat ini. Fenomena seperti ini didasarkan pada kenyataan bahwa moda transportasi saat ini selalu bertambah canggih dengan kemampuan jangkau yang semakin jauh ditambah penyingkatan waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan.

Page 30: Bab 2 Tinjauan Pustaka

Batasan fisikal morfologis kawasan peri urban mengisyaratkan adanya kecendrungan semakin luasnya kawasan peri urban ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan dilapangan bahwa pertambahan penduduk dan kegiatannya selalu diikuti dengan tuntutan peningkatan ruang yang akan dimanfaatkan, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun untuk tempat kegiatan lainnya. Perkembangan sarana dan prasarana transportasi memegang peranan yang sangat signifikan atas perkembangan kawasan peri urban.

Pertambahan volume dan frekuensi kegiatan yang ada juga akan diikuti dengan tuntutan penyediaan ruang yang brfungsi untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan baru tersebut. Dan seperti yang kita ketahui bersama bahwa runag terbuka yanag berda dikawasan dalam kota semakin menyusut, maka tidak semua pertambahan tuntutan akan ruang baik untuk pemukiman maupun kegiatan-kegiatan lainnyadapat diakomodasikan, sehingga penambahan pemukiman dan ruang kegiatan-kegitana lainnya tersebut dilaksanakan diluar kawasan perkotaaan yang sudah terbangun , atau dilahan-lahan terbuka yang masih berupa lahan pertanian yang letaknya tidak jauh dari kawasan perkotaan. Disinilah latar belakang terjadi perembetan kenampakan fisikal kekotaan kearah luar terjadi yang dikenal dengan urban sprawl.

Proses urban Sprawl ini mengakibatkan bertambah luasnya lahan kekotaan terbangun (urban built-up land) dan dari sinilah kawasan peri urban dikenali. Menurut Andreas (1942) pengertian kawasan peri urban adalah suatu zona yang didalamnya terdapat percampuran antara struktur lahan kedesaan dan lahan kekotaan ( the intermingling zone of characteristically urban land use structure). Sedangkan Pryor merumuskan definisinya tentang pencitraan kawasan peri urban adalah sebagai berikut : The rural urban fringe is the zone of transition in land use, social and demographic characteristics, lying between (a) the continuously bult-up urban and suburban areas of the central city,and (b) the rural hinterland, characterized by the almost absence of non-farm dwellings, occupations and land use, and of urban and rural social orientation an incomplete range and penetration of urban utility services; uncoordinated zoning or planning regulation; areal extension beyond although contiguous with the political boundary of the cental city; and unactual and potential increase density, with the current density above that surrounding rural districts but lower than the central city. These characteristics may differ both zonally and sectorally, and will be modified through time.

Secara komprehansif, definisi tersebut dapat diungkapkan bahwa kawasan peri urban atau rural urban fringe merupakan zona peralihan pemanfaatan lahan, peralihan karakteristik social dan peralihan karakteristik demografis yang terletak antara:

a. Wilayah kekotaan terbangun yang menyatu dengan permukiman kekotaan utamanya dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pusat kota, dan

b. Daerah buriloka (hinterland) kedesaannya yang diciri khasi oleh nyaris langkanya tempat tinggal penduduk bukan petani, mata pencaharian bukan kedesaan dan pemanfaatan lahan bukan kedesaan.

Didalamnya terdapat percampuran orientasi sosial ekonomi kedesaan dan kekotaan dan mulai terjadi penetrasi utilitas dan fasilitas kekotaan serta dicirikhas oleh adanya aplikasi peraturan zoning dan

Page 31: Bab 2 Tinjauan Pustaka

perencanaan yang tidak terkoordinasi dengan baik. Sementara itu perkembangan fisikal kekotaan telah melampaui batas-batas administrasi kota dan di wilayah tersebut sangat potensial terjadinya kenaikan kepadatan penduduk yang signifikan dan menciptakan kepadatan yang lebih tinggi dari rerata kepadatan penduduk di daerak kedesaan di sekitarnya, namun masih lebih rendah dari rerata kepadatan penduduk dibagian dalam kota.

Melihat dari beberapa definisi diatas, maka batasan fisikal dari kawasan peri urban masih kabur, namun menekankan pada performa pemanfaatan lahan, maka batasan dari segi ini tidk jauh pergeserannya dari batasan kawasan peri urban dari segi ekonomi. (dari buku Deterrminasi kawasan peri-urban. Hadai Sabari Yunus.)

Tabel 7 Karakteristik peri urban

Kondisi fisik1. Karakteristik Pemanfaatan Lahan

2. 2. Orientasi Fungsi Bangunan3. 3. Karakteristik sirkulasi

Kondisi social 1. Perspektif keterampilan2. Perspektif mobilitas penduduk

Kondisi ekonomi

1. Perspektif mata pencarian penduduk asli

2. Perspektif mata pencarian penduduk pendatang

Di sekeliling pusat suatu kota terdapat wilayah dengan macam-macam tata guna lahan, terutama untuk perumahan penduduk. Pertumbuhan kota keluar melahirkan wilayah pinggiran kota yang disebut suburbia (periurban). Di negara-negara barat dalam abad ke-21 ini pertumbuhan suburbia amat mencolok.

Whynne Hammond mengemukakan lima alasan tumbuhnya pinggiran kota, sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan transportasi kota. Tersedianya trem, bus kota dan kereta api dibawah tanah ( khususnya di negeri barat dan juga di Jepang). Memudahkan orang bertempat tinggal jauh dari tempat kerjanya. Apalagi setelah kendaraan bermotor mudah dimiliki, terjadilah ‘suburban explosion’. Dimasa lampau perumahan penduduk terutama berderet di sepanjang jalan raya atau rel kereta api, akan tetapi sekarang lahan-lahan kosong di pinggiran kota yang semula pedesaan menjadi kawasan perumahan.

2. Pertumbuhan penduduk.Ramainya suburbia dengan manusia baru disebabkan oleh dua hal, yaitu: berpindahnya sebagian penduduk dari bagian pusat kota ke bagian tepi-tepinya, masuknya penduduk dari pedesaaan.

3. Meningkatnya taraf hidup masyarakat. Bertambahnya kemakmuran secara pribadi memungkinkan orang untuk mendapatkan perumahan lebih baik, entah dengan menyewa atau memiliki sendiri. Bersama dengan mengecilnya jumlah anggota keluarga, ikut mengurangi kepadatan penduduk dan juga memencarkannya dengan mudah.

4. Gerakan pendirian bangunan pada masyarakat. Pemerintah membantu mereka yang ingin memiliki rumah sendiri melalui pemberian kredit lewat jasa suatu bank yang ditunjuk.

5. Dorongan dari hakikat manusia sendiri. Suburbia pernah dijuluki " collective attempt at private living" akan tetapi kebenarannya hanya berlaku di negara-negara tertentu, misalnya di Inggris, Amerika serikat, dan wilayah-wilayah lain

Page 32: Bab 2 Tinjauan Pustaka

dimana pengaruh Inggris pernah kuat. Hal itu disebabkan barangkali karena bangsa anglo-saxon, melebihi bangsa lain dalam hal ingin bertempat tinggal di rumah-rumah yang longgar dikelilingi oleh halaman atau kebun luas. Dikebanyakan negara Eropa sebaliknya seperti di Perancis, juga di Australia, gaya hidup di kawasan suburban belum berkembang benar dan orang cenderung tinggal di gedung-gedung flat yang tinggi dan menjadi apartemen untuk ditempati sendirian atau bersama keluarga.

Apakah ciri-ciri yang khas dari suburbia ? yang paling mudah dilihat adalah: makin jauh lokasinya dari pusat kota, makin baru perubahannya dan makin kurang padat penghuninya.

Ciri khas permasalahan di kawasan ini adalah:- kawasan pinggir kota cenderung mempunyai keterbatasan infrastruktur dan

fasilitas sosial karena sifatnya yang jauh dari pusat pertumbuhan atau kota- kawasan pinggir kota mempunyai kesenjangan pada dirinya (hampir pada

semua aspek) karena terdapat kawasan ‘lama’ dan kawasan ‘baru’- kawasan pinggir kota kental dengan jenis permasalahan yang bersifat lintas

batas administrasi

Tiga ciri khas permasalahan tersebut diatas selalu disertai dengan cerita ‘peminggiran’ (marjinalisasi) terhadap suatu pihak; terutama terhadap pihak yang tidak mempunyai sumber daya uang. Kehidupan bertani sudah tidak ekonomis lagi, perubahan penggunaan lahan menjadi non-pertanian mungkin menyengsarakan, peluang kerja yang sulit digapai dsb. Terdapat cerita kemiskinan dan pemiskinan golongan masyarakat tertentu yang bersanding dengan cerita pembangunan kawasan baru (perumahan, hyperstore dsj; cerminan total semangat globalisasi).

Dapat disimpulkan bahwa suburbia dibangun tanpa rencana dalam situasi peralihan, tata guna lahan ditangani secara semrawut, meski status resminya rural tetapi nyatanya campuran rural-urban. Berbarengan dengan bertambahnya penduduk dan beranekaragamnya mata pencaharian, menjadi dominanlah penduduk suburbia yang non-agraris kerjanya dan menjadi pelaju (ulang-alik) ke kota. Namun ada suburbia yang tetap bereksistensi rural murni, sehingga oleh Spectorsky disebut ‘exurbia’, karena letaknya di luar kota atau di luar suburbia. Exurbia ini di kemudian hari juga beralih strukturnya kearah urban dan lenyap pula ruralitasnya.