bab 2 tinjauan pustaka 2.1 pabrik kelapa sawit
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pabrik Kelapa SawitPabrik kelapa sawit mengolah tandan buah segar (TBS) proses
pengolahan dengan menggunakan alat dan mesin yang setiap
alur proses nya memakai sistem kutip pisah agar didapati
hasil berupa Crude Palm Oil (CPO), semakin banyak CPO yang
di hasilkan makan semakin bagus selain itu juga tetap
mementingkan kualitas dari CPO tersebut. (Pardamean, 2008)Proses pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan
Palm Kernel Oil (PKO) umumnya terdiri dari stasiun utama dan
stasiun pendukung.Adapun stasiun pengolahan di PKS sebagai
berikut:a. Penerimaan buah b. Perebusan (Sterillizer)c. Pemipiland. Pengepressan (Kempa) e. Pemurnianf. Pemisahan biji dan kernel
Untuk stasiun pendukung sebagai berikut:
a. Pembangkit tenagab. Laboratoriumc. Pengolahan air
Adapun bahan baku atau TBS haruslah sesuai kriteria matang
panen bukan buah yang mentah atau buah batu apalagi buah
busuk karna akan sangat berpengaruh pada jumlah dan
kualitas CPO yang akan dikasilkan, misalnya buah mentah
yang di olah akan sulit pada saat pemipilan terjadilah USB
yang mengakibatkan losses dan banyak contoh lainnya.
Meskipun memakai teknologi yang canggih bila TBS yang di
olah tidak sesuai kriteria matang panen maka akan tetap
berpengaruh pada hasil akhir proses pengolahan tersebut.
(Pardamean, 2008)
6
2.2 Sortasi Buah
Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu
diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena
itu, perlu dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap
kebun dengan menentukan truk yang dianggap mewakili
seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari
kebun pihak ketiga. Sortasi juga dilakukan dengan
memperhatikan fraksi-fraksi TBS.
Standar kriteria mutu TBS berikut ditentukan berdasarkan
fraksi:
Tabel 2.2.1 Spesifikasi Fraksi TBS
Fraksi Kematanga
n
Buah Luar
Memberondol Fraksi
00
Sangat
Mentah
Tidak Ada
Fraksi
0
Mentah 1-12,5%
Fraksi
1
Kurang
Matang
12,5-25%
Fraksi
2
Matang 25-50%
Fraksi
3
Matang 50-75%
Fraksi
4
Lewat 75-100%
(Sumber : Naibaho, l996)
2.3 Proses Sterilisasi Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah
proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan
berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses
perebusan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
7
1. Untuk menurunkan kadar air dalam buah.
2. Untuk membantu melepaskan butir-butir buah dari
tandannya.
3. Untuk memecahkan emulsi minyak dalam daging buah.
4. Untuk mematikan enzim-enzim lipase penyebab kenaikan
ALB.
5. Untuk persiapan proses pengempaan dengan melunakkan
buah dan melepaskan mesocarp dari nut.
6. Untuk mempersiapkan dalam proses pengolahan biji
dengan membantu melepaskan kernel dari cangkang dan
membantu cangkang agar mudah pecah.
7. Untuk mengkoagulasi unsur-unsur putih telur.
(Naibaho,1996)
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan
dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan
oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer, sterilizer yang
banyak dilakukan digunakan pada umumnya yaitu bejana
tekan horizontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27
ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan
uap pada tempratur sekitar 135o C dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm2
selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara
bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang
optimal. (Pahan, 2006)
Pola Perebusan yang umumnya di gunakan ada dua yaitu
double peak (dua puncak) atau triple peak ( tiga puncak).
Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan dari jumlah
pembukaan berlangsung yang diatur secara manual atau
8
otomatis. Waktu perebusan triple peak berlangsung 80-85
menit. (secara rinci lihat tabel) (Pardamean, 2008)
Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2
dan waktu antara 80 - 90 menit merupakan yang paling
optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang
memuaskan. Selain itu pada proses perebusan juga perlu
dilakukan pengursan udara agar udara bisa keluar dan
digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Pengurasan
udara dilakukan pada saat awal proses perebusan, dimana
uap dimasukkan melalui kran pemasukan (inlet valve),
sedangkan krann pengeluaran dibiarkan terbuka. Pengurasan
lainnya dilakukan pada saat tekanan pada puncak pertama
pada tekanan 2,3 bar dan pada puncak kedua dengan tekanan
2,5 bar.Setelah pengurasan pada puncak kedua selesai,uap
dimasukkan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar dan di
pertahankan terus beberapa lama sesuai kebutuhan. (Pahan,
2006)
Tabel 2.3.1 Tahapan proses perebusan
ProsesPerebusan
In-Let
Condensate
Exhaust
Waktu(Menit
)
TargetTekanan Uap
Kg/Cm2
BuangUdara I
Buka Buka Tutup 5 – 5 0 – 0,5
NaikTekanan I
Buka Tutup Tutup 6 – 6 1,5 –2,0
Buang Air Tutup Buka Tutup 1 -1 0,8 –1,2
Afblas I(buang air,
steam)
Tutup Buka Buka 2 – 2 0
Buangudara II
Buka Buka Tutup 1 – 1 0 – 0,5
Naik Buka Tutup Tutup 6 – 6 2,0 –
9
tekanan II 2,5Buang Air Tutup Buka Tutup 1 – 1 1,5 –
1,2Afblas II Tutup Buka Buka 2 – 2 0,5 – 0
Naiktekanan III(1)/tahan
Buka Tutup Tutup 18 –19
2,8
BuangUdara III
Buka Buka Tutup 1 – 1 2,6 –2,7
NaaikTekanan III(2)/ tahan
Buka Tutup Tutup 19 –20
2,8
BuangUdara IV
Buka Buka Tutup 1 – 1 2,6 –2,7
Naiktekanan III(3)/ tahan
Buka Tutup Tutup 19 –21
2,8
Buang Air Tutup Buka Tutup 5 – 6 1,2 –0,8
Afblas III Tutup Buka Buka 3 – 3 0JumlahWaktu
Merebus :
90 –95
Sumber : Standard Operasional Prosedur PT.AsamJawa
Dari pegalaman diketahui bahwa untuk merebus dengan
tekanan uap 3 bar (3,06 kg/cm2) selama 25 menit akan
memberikan hasil yang sama seperti merebus dengan
tekanan uap 1,5 bar selama 55 menit.Bisa dilihat bahwa
Semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula
waktu perebusan.Tekanan tinggi denan sendirinya
memberikan temperatur yang tinggi. Namun temperatur yang
terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan inti sawit.
Gambar 2.1 Kurva Perebusan
10
Sumber: PPKS,2009
2.3.1Tujuan Sterilisasi
Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, proses
pertama yang dilakukan adalah merebus TBS dalam ketel
rebusan ( Steriliser ) dengan tujuan :
a. Menghentikan Aktifitas Enzim
Untuk mengurangi aktifitas enzim selama pengangkutan sa
mpai di PKS perlu diusahakan agar memarnya buah dalam
persentase yang relatif kecil. Enzym itu tetap aktif dalam
buah sebelum dihentikan dengan proses secara fisika. Cara
fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat
mendegradasi protein. Enzim pada umumnya tidak aktif
lagi pada suhu 50°C. Oleh sebab itu rebusan pada suhu
120°C akan menghentikan kegiatan enzim.(Sinuhaji,2009)
b. Melepaskan Brondolan dari Spikelet
Kandungan Minyak dan inti sawit yang terdapat dalam
buah, akan lebih mudah di ekstraksi bila buah telah
dilepaskan dari spikeletnya. Buah dapat terlepas dari
spikelet melalui cara hidrolisa. Hidrolisa dapat terjadi
dengan proses kimia dan kimia fisika serta reaksi biokimia.
Hidrolisa dengan reaksi biokimia telah terjadi sejak di
lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai
dengan buah yang membrondol. Reaksi hidrolisa dapat
11
terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh
pemanasan.
Panas uap tersebut dapat meresap ke dalam buah karena
adanya tekanan. Hidrolisa dalam tangkai tidak seluruhnya
menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu
dilanjutkan dengan proses pemipilan pada “Thresher”.
(Sinuhaji,2009)
c. Menurunkan Kadar Air
Sterilisasi atau Perbusan buah dapat membantu penurunan
kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan.
Penurunan kandungan air buah menyebabkan buah
menyusut sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada
perikarp (dinding buah) yang mempermudah proses penge-
press-an.
Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan
akan menyebabkan serat menjadi mudah lepas ikatannya
antara serat yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, air
yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata
biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji akan
lebih mudah.(Sinuhaji,2009)
d. Memecahkan Emulsi
Minyak didalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih
mudah keluar dari sel jika berobah dari fase emulsi menjadi
minyak. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan
pemanasan, yang menyebabkan bergabungnya tiap fraksi
yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan,
akibatnya minyak dan air terpisah. Peristiwa ini akan
mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap
yang sempurna pada perikarp, terutama pada buah yang
paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi
12
minyak. Pemecahan emulsi yang dimulai dari proses
perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari
air dan bahan padat lainnya di stasiun klarifikasi.
(Naibaho,1996)
e. Melepaskan Serat dan Biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan
kesulitan pelepasan serat dari biji oleh Polishing Drum,
yang pada akhirnya akan menyebabkan pemecahan biji
lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang
cukup baik akan membantu proses hidrolisis. Apabila serat
tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan
menahan minyak. Jika biji tersebut dipukul dalam alat
pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji
tidak pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah
pecahan besar yang tidak dikehendaki.(Naibaho,1996)
f. Membantu Proses Pelepasan Inti dari Cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji
hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15% akan
menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap,
maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan
membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga
pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian
juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses
pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang
mengandung kotoran lebih kecil. (Naibaho,1996)
2.4 Pengangkutan Buah Rebus
Buah rebus yang keluar dari rebusan segera akan diproses
lanjut dalam alat Thresher. Lori yang berisi TBS hasil rebusan,
13
ditarik keluar dari bejana sterliser dengan tali yg terhubung
dengan capstand.
Cara penghantaran TBS hasil rebusan ke alat bantingan
(thresher) dapat dilakukan dengan Hoisting crane, TBS hasil
rebusan yang telah ditarik keluar dari sterilizer diangkut
keatas dengan “hoisting crane”, untuk kemudian dituang
dengan cara memutar lori pada titik sumbunya. Buah akan
jatuh ke mulut Bunch Hopper yang dilengkapi dengan pipa
penyangga sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan
proses pemipilan. Interval pengangkutan buah ke mulut
Bunch Hopper dilakukan secara kontinu, berdasarkan pada
kapasitas olah dan kapasitas alat.(Risza,1994)
2.5 Pemipilan Buah (Threshing)
Alat pemipil buah ataupun dikenal dengan nama thresher
berperan untuk memisahkan brondolan dari tandan yang
telah direbus. Buah yang telah direbus menunjukkan
brondolan masih berada diantara bulir, sehingga perlu
dilepaskan. TBS hasil perebusan jika tidak diproses lanjut
dengan cara pemipilan yang baik akan menyebabkan
brondolan yang masih melekat pada bulir tidak terlepas atau
disebut Unstriped Bunch (USB), dan angka kehilangan minyak
pada proses ini termasuk yang paling tinggi. Sebaliknya
keberhasilan pemipilan juga sangat tergantung dari hasil
proses perebusan yang baik. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pengawasan yang ketat dalam proses perebusan dan
pemipilan. Perlu ditambahkan bahwa di banyak pabrik,
14
seringkali ditempatkan seorang Bunch Inspector yang
bertugas memeriksa USB untuk kemudian USB ini di
kembalikan ke steriliser untuk di proses ulang (Recycle)
(Pahan,2006)
Alat pemipil buah yaitu : Rotary drum stripper, pemipilan buah
dilakukan dengan threshing machine dengan membanting
buah dalam drum berputar. Tandan bergerak keatas searah
dengan putaran tromol, kemudian tanadan jatuh dan
terbanting, buah lepas dari spiklet. Kecepatan putaran tromol
mempengaruhi efisiensi pemipilan. Putaran yang terlalu cepat
menyebabkan tandan seolah-olah lengket di dinding drum.
Putaran yang baik ialah apabila tandan jatuh di sumbu dan
jatuh lagi pada dasar drum. Rotary Drum terdiri dari alat drum
berputar dengan panjang 4 – 6 M dan diameter 2,1 M, yang
digerakkan dengan electromotor. Drum tersebut memiliki as
yang dapat berperan sebagai bantingan buah agar buah lepas
dari tandannya. Rotary drum stripper merupakan tipe yang
paling banyak digunakan di pabrik kelapa sawit yang
berkapasitas diatas 15 ton TBS/jam ke atas.(Risza,1994)
TBS (Tandan Buah Segar) berikut lori yang telah direbus
dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil
(Threser) dengan bantuan Hoisting Crane atau Transfer
Carrige. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada
sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga
membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan
brondolan terlepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari
pemipil, dipasang batang-batang besi peranatara sehingga
membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar
dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil
15
dan ditampung oleh sebuah Screw Conveyor untuk di kirim ke
bagian Digesting dan Pressing (Pahan, 2006).
Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang
melekat dalam tandan kosong (Katte Koppen). Keadaan Katte
Koppen dapat disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:
a. Adanya buah sakit (abnormal) dari kebun.
b. Waktu perebusan terlalu singkat.
c. Proses bantingan tidak tepat.
d. Adanya buah mentah dari kebun.
2.6 Rototherm Recorder
Rototherm recorder telah menjadi standar pengukuran yang
akurat dan dapat diandalkan di berbagai industri, salah satu
industri yang menggunakan rototherm recorder adalah pabrik
kelapa sawit. Rototherm digunakan sebagai alat pengukur
tekanan uap yang masuk pada rebusan. Rototherm
menggambarkan uap yang masuk ketika merebus dalam
bentuk grafik. Apabila steam yang masuk tidak tercapai dapat
dilihat pada rototherm recorder tersebut.
Ada beberapa area atau proses yang menggunakan rototherm
recorder untuk membantu mengetahui performance dari
proses pengolahan minyak kelapa sawit, yaitu :
a. Boiler b. BPV (Back Pressure Vessel)c. Sterilizer (Perebusan)
Kelebihan dari rothoterm recorder di pabrik
kelapa sawit :
a. Terbukti efektif dan sederhana (simple)
16
b. Bisa dipakai untuk mengukur tekanan, suhu,
dan steam flowc. Mudah dalam pemasangan dan perawatan
d. Memiliki hardcopy sebagai bukti performance
untuk evaluasi dari proses
(www.rototherm.co.uk).
Gambar 2.6 Grafik Rothorterm
2.7 Sterilization Intensity Index (SII)Sterilization intensity index adalah konversi dari luas area
yang berada dibawah kurva sterilisasi yang diperolah dari
normal perekam grafik tekanan dan waktu yang dihitung
dalam satuan berat (gram). Sterilization Intensity index
pertama kali diteliti oleh Koh Heng Fui dan Choii Siew Yuen
pada tahun 1989 dengan judul “A Study on the
Quantificaton of the Sterilization of Oil Palm Fresh Fruit
Bunches and its Relationship with Fruitlet Loss”.
Sterilisasi intensity index diteliti dengan tujuan untuk
menentukan apakah mungkin menggunakan area dibawah
kurva sterilisasi yang diperoleh dari normal perekam grafik
17
tekanan dan waktu sebagai ukuran kinerja sterilisasi. Menurut
hasil dari penelitian Koh Heng Fui dan Choii siew yuen (1989)
menunjukkan bahwa sterilisasi puncak ke dua dapat dilihat
oleh arae dibawah grafik sterilasi tekanan dan waktu.
Sayangnya, rendah nya hubungan korelasi dengan kehilangan
buah mungkin menghalangi penggunaan index SII secara
kuantitatif. Meskipun demikian bisa menjadi indikator yang
berguna untuk kinerja sterilisasi pada muatan TBS dan
kemungkinan besarnya kehilangan buah, selain hanya
menggunakan grafik waktu dan tekanan secara kualitatif. Alat yang digunakan untuk memantau kinerja sterilizer adalah
kertas grafik tekanan waktu melingkar yang diukur pada
setiap interval 1 psi dari 0 sampai 40 psi dalam sumbu
vertikal dengan sekala waktu ±12 jam. Dengan demikian
kertas grafik yang digunakan terdiri dari 48 strip dan 12
trapesium dengan berbagai ukuran. Pada umum nya puncak
sterilisasi berkisar dari satu sampai tiga strip dengan tekanan
40 psi.Untuk mendapatkan sterlization intensity index psi-h/g, hal
yang pertama dilakukan mengkuantifikasi kertas grafik
dengan mengunakan tiga strip standar yang terpisah yang
terdiri dari, puncak pertama ( 0,5 h x 40 psi ), puncak kedua
( 1h x 40 psi ) dan puncak ketiga ( 1,5 x 40 psi ), kemudian
dibagi dengan berat jam/puncak tekanan kertas grafik
rebusan yang telah ditimbang. Sedangkan untuk
mendapatkan Sterilisasi Intensity Index psi-h, hasil dari rata
rata psi h/g dikalikan dengan berat area tekanan dan waktu
perebusan pada kertas grafik ( Koh dan Choii,1989 ).Sterilization intensity index adalah konversi dari luas area
yang berada di bawah tekanan grafik yang berdasarkan
catatan waktu dan tekanan yang dihitung dalam satuan berat.
18
Sterilization intensity index merupakan sebuah tolak ukur
performa dari rebusan. Sterilization intensity index akan
menjadi tolak ukur bagi performa rebusan yang dapat
dikorelasikan dengan USB yang terjadi di pabrik kelapa sawit
(Koh dan Choii, 1989).
2.8 Gravimetri Gravimetri adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menaksir luas daun dengan cara membandingkan bobot
replika/pola daun yag digunakan pada kertas polos dengan
bobot kertas konversi 10 x 10 cm² dikalikan luas kertas
konverssi itu sendiri. perbandingan berat (gravimetri). Ini
dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang
akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan
replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari
kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. (Irwan dan
Wicaksono, 2017).
2.9 Persamaan Regresi Linier
Istilah Regresi Linier pertama kali dalam konsep Statistik
digunakan oleh Sir Francis Galton. Galton memperkenalkan
kata Regresi sebagai nama proses umum untuk memprediksi
satu variabel dengan menggunakan variabel lainnya. Regresi
Linier Sederhana adalah suatu gambaran antara dua variabel
yang menggunakan sebaran titik dan estimasi kurva linear
yang diperoleh dari pergerakan titik satu ke titik lainnya (I
Made, 2016).
Cara lain untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel,yaitu melalui metode persamaan linier. Bentuk umum
persamaan linier sederhana yang menunjukkan hubungan
19
antara dua variabel,yaitu variabel X sebagai variabel
Independent dan variabel Y sebagai variabel dependen
adalah:
Y = a + bX
menunjukkan bahwa: Y = variabel Dependen
a = intersep (titik potong kurva terhadap
sumbu Y) b = kemiringan (slope) kurva linear X = variabel Independen
Y = variabel Dependena = intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)b = kemiringan (slope) kurva linearX = variabel Independen
Persamaan Y= a + bX dapat digunakan untuk memperediksi
nilai Y jika nilai a,b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai
Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertical Y. Nilai
b adalah kemiringan (slope) kurva linier yang menunjukkan
besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat dari perubahan
setiap unit nilai X.
Persamaan Y= a + bX merupakan model matematic
deterministic,sebab apabila nilai variabel X diketahui, maka
nilai variabel Y dapat ditentukan tanpa mengandung factor
kesalahan. Persamaan Y= a + bX merupakan persamaan
yang akan digunakan untuk perkiraan nilai Y pada tingkat X
tertentu.
20
Dikatakan faktor X dan Y memiliki hubungan sangat erat bila
r (rho) mendekati +1, korelasi memiliki kecenderungan
positif bila setiap pertambahan faktor X menyebabkan
pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif
bila setiap pertambahan menyebabkan pengurangan faktor
Y
Manfaat analisis regresi dalam penelitian adalah:
a. Model regresi dapat digunakan untuk mengukur keeratan
hubungan antara variabel dependen (tidak bebas) dan
variabel independen (bebas).
b. Model regresi dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh suatu atau beberapa variabel independen
terhadap variabel dependen (respon).
c. Model regresi berguna untuk memprediksi pengaruh suatu
atau beberapa variabel independen terhadap variabel
dependen (respon).
2.10 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kuat/tidaknya
hubungan linier antara dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan
dengan huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r
yang mendekati -1 atau +1 menunjukkkan hubungan yang kuat antara dua
variabel tersebut dan r yang mendekati 0 mengindisikan lemahnya hubungan
antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif)
memberikan informasi mengenai arah hubungan antara dau variabel
tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua variabel tersebut memiliki
hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan
dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif)
21
artinya korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan
peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y (I Made, 2016).
2.11 Diagram Scatter
Diagram Scatter atau diagram pencar adalah gambaran
yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara
pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan
hubungan antara dua variabel tersebut yang sering
diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Scatter diagram juga
dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel
dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain (I
Made, 2016).
Pada umumnya, bila berbicara tentang hubungan antara dua
macam data, ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :a. Hubungan penyebab dan akibat nyab. Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab yang
lainc. Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab. Secara grafis, jika digambarkan “akibat pada sumbu vertikal
dan “penyebab” sumbu horizontal, maka didapat sebuah
peta yang disebut dengan diagram scatter.
2.11.1 Langkah-Langkah Membuat Diagram Scatter
a. Pengumpulan dataLakukan pengumpulan sepasang data X dan Y yang akan di
pelajari hubungannya masukkanlah data tersebut kedalam
sebuah tabelb. Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumbu HorizontalTentukan nilai maksimum dan niali minimum dari kedua data
variabel X dan Y tersebut kemudain buatlah sumbu Vertikal
dan sumbu Horizontal beserta skalanya sesuai dengan
maksimum dan nilai minimum yang didapat.
22
c. Penebaran DataTebar data kedalam kertas yang telah dibuat pada langkah
pembuatan sumbu Vertical dan Sumbu Horizontal.
d. Pemberian InformasiBeri informasi yang secukupnya untuk Diagram Scaterr
tersebut seperti:1. Judul Grafik2. Banyaknya pasangan data3. Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan
Horizontal
2.11.2 Pola Diagram Scatter
Terdapat 3 pola dalam Diagram Scatter yaitu:
a. Pola Positif Diagram ScatterYaitu pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi positif
diantara variabel X dan varabel Y dimana nilai-nilai besar
dari variabel X berhubungan dengan nilai-nilai besarnya
variabel Y, sedangkan nilai-nilai kecil variabel X
berhubungan dengan nilai-nilai kecil variabel Y.
b. Pola Negatif Diagram ScatterYaitu pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi
negative di antara variabel X dan variabel Y dimana nilai-
nilai besar variabel X berhubungan dengan nilai-nilai kecil
variabel Y sedangkan nilai-nilai kecil variabel X berhubungan
dengan nilai-nilai besar variabel X.
c. Pola Tidak Memiliki Hubungan (Tidak Berkorelasi)Yaitu pola yang berkemungkinan tidak memiliki hubungan
karena tidak ada kecenderungan nilai-nilai tertentu pada
variabel X terhadap nilai-nilai tertentu pada variabel Y.
2.12 Diagram Sebab Akibat (Diagram Tulang Ikan)
23
Diagram sebab akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru
Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan
diagram Ishikawa. Diagram sebab Akibat menggambarkan
garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan
antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram fishbone memang digunakan untuk mempengaruhi
akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil suatu
tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari
beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah
inipun berasal dari berbagai sumber misalnya metode kerja,
bahan pengukuran, karyawan, lingkungan dan seterusnya.
Contoh Diagram Sebab Akibat dapat dilihat pada gambar
2.11
Gambar 2.11 Diagram Sebab Akibat
Selain digunakan untuk mencari penyebab utama suatu
masalah, diagram Sebab Akibat juga dapat digunakan untuk
mencari penyebab minor yang merupakan penyebab dari
bagian utamanya. Penerapan diagram sebab akibat lain
misalnya dalam menghitung banyaknya penyebab
kesalahan yang mengakibatkan terjadinya suatu masalah,
menganalisa penyeberan pada masing-masing penyebab
masalah, dan menganalisa proses ( Purba, 2008).
24
Lingkungan
Metode
Problem
Mesin/Peralatan
Manusia
2.13 Losses Brondolan Di Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pengamatan ini dimulai dengan melakukan penelitian
terhadap data operasional mesin pada sterilizer (rebusan) dan
operasional pada mesin thresher. Karena titik terjadinya
Losses pada USB kelapa sawit kemungkinan besar disebabkan
kurangnya perlakuan dan penerapan SOP (Standart
Oprasional Prosedur). Tinggi brondolan yang masih melekat
pada tandan kosong perlu mendapat perhatian karena akan
menjadi penyebab losses yang tidak dapat dikutip kembali.
Losses brondolan di tandan kosong kelapa sawit merupakan
kehilangan yang terjadi ketika proses pengolahan yang
berupa brondolan yang masih terdapat di tandan kosong
kelapa sawit akibat dari proses pemipilan yang tidak
sempurna. (Khairani; 2008)
Beberapa jenis-jenis losses yaitu:
1. Losses wajar
Losses wajar adalah kehilangan yang terjadi karena
pengutipan minyak dan inti tidak mungkin dapat dilakukan
secara maksimal dapat terkutip secara sempurna, tentunya
ada efesiensi pengutipan yang telah ditetapkan.
2. Losses tidak wajar Losses tidak wajar adalah kehilangan yang terjadi
deisebabkan terjadinya sesuatu yang kurang tepat dalam
proses pengolahan. Baik yaitu susatu yang disengaja
maupun tidak disengaja.
3. Losses jinak Losses jinak adalah kehilangan yang sudah dikenal dan
diketahui dan biasanya dapat dikenalikan, yaitu losses
25
yang sudah dikenal dan terdaftar didalam daftar laporan
laboratorium di pabrik kelapa sawit.4. Losse liar
Losses liar adalah kehilangan yang tidak dikenal dalam
daftar losses tetapi kehilangan ini sering terjadi dan
merupakan losse yang tidak dapat dikendalikan.5. Losses insidentil
Losses insidentil adalah kehilangan yang terjadi secara
tiba-tiba pada saat proses pengolahan berjalan dan losses
ini tidak berlangsung terus menerus. Selain itu masih
banyak juga jenis jenis losses yang lain terjadi pada proses
pengolahan di PKS. (Dharma, 2007)
Pandangan Umum Tentang Kehilangan Produksi (Losses)
Tujuan utama pabrik pengolahan kelapa sawit adalah
mengutip minyak sebanyak-banyaknya untuk mencapai
rendemen yang diinginkan. Rendemen dengan kehilangan
produksi memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga
menimbulkan pemikiran bila losses rendah maka rendemen
akan tinggi. Meskipun banyaknya losses yang terdapat di
pabrik kelapa sawit, namun yang selalu dikontrol angkanya
adalah losses minyak dan losses inti. Namun apabila
dilakukan peninjauan ulang oleh mesin-mesin yang
berpotensi menciptakan losses, kemungkinan kita dapat
melakukan pencegahan atau melakukan pengutipan lagi
minyak yang masih terkandung didalamnya. Kurangnya
perawatan pada mesin atau spare part mesin sudah
melewati life timenya juga merupakan penyebab losses
tinggi. Maka dari itu perawata bekala harus dilakukan
untuk memperpanjang kinerja mesin. Proses pengolahan
Tandan Buah Segar (TBS) di PKS dilakukan secara
26
bertahap, dan tahapan untuk memisahkan antara tandan
dan buah dilakukan di stasiun penebahan (thresher).
Penebahan dilakukan dengan membanting buah dalam
drum. Kecepatan putaran thresher ini sangat
mempengaruhi lossis (kehilangan ) pada USB
(Unstripbunch). Mengukur keefektifan thresher dapat
dilihat dari Unstripbunch (USB). USB merupakan salah satu
sumber lossis yang terjadi di PKS sebagai akibat ketidak
efektifan thresher. (Darma,2007)
2.13.1. Unstripped Bunch (USB)
USB (Unstripped Bunch) merupakan proses pembrondolan
buah dari tandan yang tidak sempurna karena masih ada
yang berada di tandan kosong setelah mengalami proses
pemipilan di Thresher. Hal ini bisa saja terjadi karena
proses buah mentah (fraksi 00) serta buah sakit atau buah
batu yang sering juga disebut buah balen.(Khairani,2008)
USB (Unstripped Bunch) juga merupakan jumlah
persentase tandan kosong yang masih terdapat
berondolan setelah mengalami proses pemipilan di
Thresher. Hal ini bisa saja terjadi karena proses buah
mentah (fraksi 00) serta buah sakit atau buah batu yang
sering juga disebut buah balen.
Hal-hal yang menyebabkan hasil pembrondolan kurang
sempurna, antara lain :
1. Tandan buah kurang masak dalam perebusan.
2. Buah mentah banyak di olah.
3. Banyaknya TBR (tandan buah rebus) masuk ke dalam
thereser.
27
4. Putaran thereser terlalu cepat atau terlalu lama.
5. Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan
padat sehingga uap tidak dapat mencapai bagian dalam
tandan.
6. Pengeluaran udara (isolator panas) kurang sempurna
dalam Sterilizer.
28