bab 2 tinjauan pustaka 2.1 pabrik kelapa sawit

23
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit mengolah tandan buah segar (TBS) proses pengolahan dengan menggunakan alat dan mesin yang setiap alur proses nya memakai sistem kutip pisah agar didapati hasil berupa Crude Palm Oil (CPO), semakin banyak CPO yang di hasilkan makan semakin bagus selain itu juga tetap mementingkan kualitas dari CPO tersebut. (Pardamean, 2008) Proses pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung.Adapun stasiun pengolahan di PKS sebagai berikut: a. Penerimaan buah b. Perebusan (Sterillizer) c. Pemipilan d. Pengepressan (Kempa) e. Pemurnian f. Pemisahan biji dan kernel Untuk stasiun pendukung sebagai berikut: a. Pembangkit tenaga b. Laboratorium c. Pengolahan air Adapun bahan baku atau TBS haruslah sesuai kriteria matang panen bukan buah yang mentah atau buah batu apalagi buah busuk karna akan sangat berpengaruh pada jumlah dan kualitas CPO yang akan dikasilkan, misalnya buah mentah yang di olah akan sulit pada saat pemipilan terjadilah USB yang mengakibatkan losses dan banyak contoh lainnya. Meskipun memakai teknologi yang canggih bila TBS yang di olah tidak sesuai kriteria matang panen maka akan tetap berpengaruh pada hasil akhir proses pengolahan tersebut. (Pardamean, 2008) 6

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pabrik Kelapa SawitPabrik kelapa sawit mengolah tandan buah segar (TBS) proses

pengolahan dengan menggunakan alat dan mesin yang setiap

alur proses nya memakai sistem kutip pisah agar didapati

hasil berupa Crude Palm Oil (CPO), semakin banyak CPO yang

di hasilkan makan semakin bagus selain itu juga tetap

mementingkan kualitas dari CPO tersebut. (Pardamean, 2008)Proses pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan

Palm Kernel Oil (PKO) umumnya terdiri dari stasiun utama dan

stasiun pendukung.Adapun stasiun pengolahan di PKS sebagai

berikut:a. Penerimaan buah b. Perebusan (Sterillizer)c. Pemipiland. Pengepressan (Kempa) e. Pemurnianf. Pemisahan biji dan kernel

Untuk stasiun pendukung sebagai berikut:

a. Pembangkit tenagab. Laboratoriumc. Pengolahan air

Adapun bahan baku atau TBS haruslah sesuai kriteria matang

panen bukan buah yang mentah atau buah batu apalagi buah

busuk karna akan sangat berpengaruh pada jumlah dan

kualitas CPO yang akan dikasilkan, misalnya buah mentah

yang di olah akan sulit pada saat pemipilan terjadilah USB

yang mengakibatkan losses dan banyak contoh lainnya.

Meskipun memakai teknologi yang canggih bila TBS yang di

olah tidak sesuai kriteria matang panen maka akan tetap

berpengaruh pada hasil akhir proses pengolahan tersebut.

(Pardamean, 2008)

6

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

2.2 Sortasi Buah

Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu

diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena

itu, perlu dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap

kebun dengan menentukan truk yang dianggap mewakili

seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari

kebun pihak ketiga. Sortasi juga dilakukan dengan

memperhatikan fraksi-fraksi TBS.

Standar kriteria mutu TBS berikut ditentukan berdasarkan

fraksi:

Tabel 2.2.1 Spesifikasi Fraksi TBS

Fraksi Kematanga

n

Buah Luar

Memberondol Fraksi

00

Sangat

Mentah

Tidak Ada

Fraksi

0

Mentah 1-12,5%

Fraksi

1

Kurang

Matang

12,5-25%

Fraksi

2

Matang 25-50%

Fraksi

3

Matang 50-75%

Fraksi

4

Lewat 75-100%

(Sumber : Naibaho, l996)

2.3 Proses Sterilisasi Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah

proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan

berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

perebusan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

7

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

1. Untuk menurunkan kadar air dalam buah.

2. Untuk membantu melepaskan butir-butir buah dari

tandannya.

3. Untuk memecahkan emulsi minyak dalam daging buah.

4. Untuk mematikan enzim-enzim lipase penyebab kenaikan

ALB.

5. Untuk persiapan proses pengempaan dengan melunakkan

buah dan melepaskan mesocarp dari nut.

6. Untuk mempersiapkan dalam proses pengolahan biji

dengan membantu melepaskan kernel dari cangkang dan

membantu cangkang agar mudah pecah.

7. Untuk mengkoagulasi unsur-unsur putih telur.

(Naibaho,1996)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan

dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan

oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer, sterilizer yang

banyak dilakukan digunakan pada umumnya yaitu bejana

tekan horizontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27

ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan

uap pada tempratur sekitar 135o C dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm2

selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara

bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang

optimal. (Pahan, 2006)

Pola Perebusan yang umumnya di gunakan ada dua yaitu

double peak (dua puncak) atau triple peak ( tiga puncak).

Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan dari jumlah

pembukaan berlangsung yang diatur secara manual atau

8

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

otomatis. Waktu perebusan triple peak berlangsung 80-85

menit. (secara rinci lihat tabel) (Pardamean, 2008)

Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2

dan waktu antara 80 - 90 menit merupakan yang paling

optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang

memuaskan. Selain itu pada proses perebusan juga perlu

dilakukan pengursan udara agar udara bisa keluar dan

digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Pengurasan

udara dilakukan pada saat awal proses perebusan, dimana

uap dimasukkan melalui kran pemasukan (inlet valve),

sedangkan krann pengeluaran dibiarkan terbuka. Pengurasan

lainnya dilakukan pada saat tekanan pada puncak pertama

pada tekanan 2,3 bar dan pada puncak kedua dengan tekanan

2,5 bar.Setelah pengurasan pada puncak kedua selesai,uap

dimasukkan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar dan di

pertahankan terus beberapa lama sesuai kebutuhan. (Pahan,

2006)

Tabel 2.3.1 Tahapan proses perebusan

ProsesPerebusan

In-Let

Condensate

Exhaust

Waktu(Menit

)

TargetTekanan Uap

Kg/Cm2

BuangUdara I

Buka Buka Tutup 5 – 5 0 – 0,5

NaikTekanan I

Buka Tutup Tutup 6 – 6 1,5 –2,0

Buang Air Tutup Buka Tutup 1 -1 0,8 –1,2

Afblas I(buang air,

steam)

Tutup Buka Buka 2 – 2 0

Buangudara II

Buka Buka Tutup 1 – 1 0 – 0,5

Naik Buka Tutup Tutup 6 – 6 2,0 –

9

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

tekanan II 2,5Buang Air Tutup Buka Tutup 1 – 1 1,5 –

1,2Afblas II Tutup Buka Buka 2 – 2 0,5 – 0

Naiktekanan III(1)/tahan

Buka Tutup Tutup 18 –19

2,8

BuangUdara III

Buka Buka Tutup 1 – 1 2,6 –2,7

NaaikTekanan III(2)/ tahan

Buka Tutup Tutup 19 –20

2,8

BuangUdara IV

Buka Buka Tutup 1 – 1 2,6 –2,7

Naiktekanan III(3)/ tahan

Buka Tutup Tutup 19 –21

2,8

Buang Air Tutup Buka Tutup 5 – 6 1,2 –0,8

Afblas III Tutup Buka Buka 3 – 3 0JumlahWaktu

Merebus :

90 –95

Sumber : Standard Operasional Prosedur PT.AsamJawa

Dari pegalaman diketahui bahwa untuk merebus dengan

tekanan uap 3 bar (3,06 kg/cm2) selama 25 menit akan

memberikan hasil yang sama seperti merebus dengan

tekanan uap 1,5 bar selama 55 menit.Bisa dilihat bahwa

Semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula

waktu perebusan.Tekanan tinggi denan sendirinya

memberikan temperatur yang tinggi. Namun temperatur yang

terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan inti sawit.

Gambar 2.1 Kurva Perebusan

10

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

Sumber: PPKS,2009

2.3.1Tujuan Sterilisasi

Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, proses

pertama yang dilakukan adalah merebus TBS dalam ketel

rebusan ( Steriliser ) dengan tujuan :

a. Menghentikan Aktifitas Enzim

Untuk mengurangi aktifitas enzim selama pengangkutan sa

mpai di PKS perlu diusahakan agar memarnya buah dalam

persentase yang relatif kecil. Enzym itu tetap aktif dalam

buah sebelum dihentikan dengan proses secara fisika. Cara

fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat

mendegradasi protein. Enzim pada umumnya tidak aktif

lagi pada suhu 50°C. Oleh sebab itu rebusan pada suhu

120°C akan menghentikan kegiatan enzim.(Sinuhaji,2009)

b. Melepaskan Brondolan dari Spikelet

Kandungan Minyak dan inti sawit yang terdapat dalam

buah, akan lebih mudah di ekstraksi bila buah telah

dilepaskan dari spikeletnya. Buah dapat terlepas dari

spikelet melalui cara hidrolisa. Hidrolisa dapat terjadi

dengan proses kimia dan kimia fisika serta reaksi biokimia.

Hidrolisa dengan reaksi biokimia telah terjadi sejak di

lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai

dengan buah yang membrondol. Reaksi hidrolisa dapat

11

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh

pemanasan.

Panas uap tersebut dapat meresap ke dalam buah karena

adanya tekanan. Hidrolisa dalam tangkai tidak seluruhnya

menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu

dilanjutkan dengan proses pemipilan pada “Thresher”.

(Sinuhaji,2009)

c. Menurunkan Kadar Air

Sterilisasi atau Perbusan buah dapat membantu penurunan

kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan.

Penurunan kandungan air buah menyebabkan buah

menyusut sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada

perikarp (dinding buah) yang mempermudah proses penge-

press-an.

Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan

akan menyebabkan serat menjadi mudah lepas ikatannya

antara serat yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, air

yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata

biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji akan

lebih mudah.(Sinuhaji,2009)

d. Memecahkan Emulsi

Minyak didalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih

mudah keluar dari sel jika berobah dari fase emulsi menjadi

minyak. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan

pemanasan, yang menyebabkan bergabungnya tiap fraksi

yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan,

akibatnya minyak dan air terpisah. Peristiwa ini akan

mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap

yang sempurna pada perikarp, terutama pada buah yang

paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi

12

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

minyak. Pemecahan emulsi yang dimulai dari proses

perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari

air dan bahan padat lainnya di stasiun klarifikasi.

(Naibaho,1996)

e. Melepaskan Serat dan Biji

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan

kesulitan pelepasan serat dari biji oleh Polishing Drum,

yang pada akhirnya akan menyebabkan pemecahan biji

lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang

cukup baik akan membantu proses hidrolisis. Apabila serat

tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan

menahan minyak. Jika biji tersebut dipukul dalam alat

pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji

tidak pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah

pecahan besar yang tidak dikehendaki.(Naibaho,1996)

f. Membantu Proses Pelepasan Inti dari Cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji

hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15% akan

menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap,

maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan

membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga

pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian

juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses

pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang

mengandung kotoran lebih kecil. (Naibaho,1996)

2.4 Pengangkutan Buah Rebus

Buah rebus yang keluar dari rebusan segera akan diproses

lanjut dalam alat Thresher. Lori yang berisi TBS hasil rebusan,

13

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

ditarik keluar dari bejana sterliser dengan tali yg terhubung

dengan capstand.

Cara penghantaran TBS hasil rebusan ke alat bantingan

(thresher) dapat dilakukan dengan Hoisting crane, TBS hasil

rebusan yang telah ditarik keluar dari sterilizer diangkut

keatas dengan “hoisting crane”, untuk kemudian dituang

dengan cara memutar lori pada titik sumbunya. Buah akan

jatuh ke mulut Bunch Hopper yang dilengkapi dengan pipa

penyangga sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan

proses pemipilan. Interval pengangkutan buah ke mulut

Bunch Hopper dilakukan secara kontinu, berdasarkan pada

kapasitas olah dan kapasitas alat.(Risza,1994)

2.5 Pemipilan Buah (Threshing)

Alat pemipil buah ataupun dikenal dengan nama thresher

berperan untuk memisahkan brondolan dari tandan yang

telah direbus. Buah yang telah direbus menunjukkan

brondolan masih berada diantara bulir, sehingga perlu

dilepaskan. TBS hasil perebusan jika tidak diproses lanjut

dengan cara pemipilan yang baik akan menyebabkan

brondolan yang masih melekat pada bulir tidak terlepas atau

disebut Unstriped Bunch (USB), dan angka kehilangan minyak

pada proses ini termasuk yang paling tinggi. Sebaliknya

keberhasilan pemipilan juga sangat tergantung dari hasil

proses perebusan yang baik. Oleh sebab itu perlu dilakukan

pengawasan yang ketat dalam proses perebusan dan

pemipilan. Perlu ditambahkan bahwa di banyak pabrik,

14

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

seringkali ditempatkan seorang Bunch Inspector yang

bertugas memeriksa USB untuk kemudian USB ini di

kembalikan ke steriliser untuk di proses ulang (Recycle)

(Pahan,2006)

Alat pemipil buah yaitu : Rotary drum stripper, pemipilan buah

dilakukan dengan threshing machine dengan membanting

buah dalam drum berputar. Tandan bergerak keatas searah

dengan putaran tromol, kemudian tanadan jatuh dan

terbanting, buah lepas dari spiklet. Kecepatan putaran tromol

mempengaruhi efisiensi pemipilan. Putaran yang terlalu cepat

menyebabkan tandan seolah-olah lengket di dinding drum.

Putaran yang baik ialah apabila tandan jatuh di sumbu dan

jatuh lagi pada dasar drum. Rotary Drum terdiri dari alat drum

berputar dengan panjang 4 – 6 M dan diameter 2,1 M, yang

digerakkan dengan electromotor. Drum tersebut memiliki as

yang dapat berperan sebagai bantingan buah agar buah lepas

dari tandannya. Rotary drum stripper merupakan tipe yang

paling banyak digunakan di pabrik kelapa sawit yang

berkapasitas diatas 15 ton TBS/jam ke atas.(Risza,1994)

TBS (Tandan Buah Segar) berikut lori yang telah direbus

dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil

(Threser) dengan bantuan Hoisting Crane atau Transfer

Carrige. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada

sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga

membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan

brondolan terlepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari

pemipil, dipasang batang-batang besi peranatara sehingga

membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar

dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil

15

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

dan ditampung oleh sebuah Screw Conveyor untuk di kirim ke

bagian Digesting dan Pressing (Pahan, 2006).

Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang

melekat dalam tandan kosong (Katte Koppen). Keadaan Katte

Koppen dapat disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:

a. Adanya buah sakit (abnormal) dari kebun.

b. Waktu perebusan terlalu singkat.

c. Proses bantingan tidak tepat.

d. Adanya buah mentah dari kebun.

2.6 Rototherm Recorder

Rototherm recorder telah menjadi standar pengukuran yang

akurat dan dapat diandalkan di berbagai industri, salah satu

industri yang menggunakan rototherm recorder adalah pabrik

kelapa sawit. Rototherm digunakan sebagai alat pengukur

tekanan uap yang masuk pada rebusan. Rototherm

menggambarkan uap yang masuk ketika merebus dalam

bentuk grafik. Apabila steam yang masuk tidak tercapai dapat

dilihat pada rototherm recorder tersebut.

Ada beberapa area atau proses yang menggunakan rototherm

recorder untuk membantu mengetahui performance dari

proses pengolahan minyak kelapa sawit, yaitu :

a. Boiler b. BPV (Back Pressure Vessel)c. Sterilizer (Perebusan)

Kelebihan dari rothoterm recorder di pabrik

kelapa sawit :

a. Terbukti efektif dan sederhana (simple)

16

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

b. Bisa dipakai untuk mengukur tekanan, suhu,

dan steam flowc. Mudah dalam pemasangan dan perawatan

d. Memiliki hardcopy sebagai bukti performance

untuk evaluasi dari proses

(www.rototherm.co.uk).

Gambar 2.6 Grafik Rothorterm

2.7 Sterilization Intensity Index (SII)Sterilization intensity index adalah konversi dari luas area

yang berada dibawah kurva sterilisasi yang diperolah dari

normal perekam grafik tekanan dan waktu yang dihitung

dalam satuan berat (gram). Sterilization Intensity index

pertama kali diteliti oleh Koh Heng Fui dan Choii Siew Yuen

pada tahun 1989 dengan judul “A Study on the

Quantificaton of the Sterilization of Oil Palm Fresh Fruit

Bunches and its Relationship with Fruitlet Loss”.

Sterilisasi intensity index diteliti dengan tujuan untuk

menentukan apakah mungkin menggunakan area dibawah

kurva sterilisasi yang diperoleh dari normal perekam grafik

17

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

tekanan dan waktu sebagai ukuran kinerja sterilisasi. Menurut

hasil dari penelitian Koh Heng Fui dan Choii siew yuen (1989)

menunjukkan bahwa sterilisasi puncak ke dua dapat dilihat

oleh arae dibawah grafik sterilasi tekanan dan waktu.

Sayangnya, rendah nya hubungan korelasi dengan kehilangan

buah mungkin menghalangi penggunaan index SII secara

kuantitatif. Meskipun demikian bisa menjadi indikator yang

berguna untuk kinerja sterilisasi pada muatan TBS dan

kemungkinan besarnya kehilangan buah, selain hanya

menggunakan grafik waktu dan tekanan secara kualitatif. Alat yang digunakan untuk memantau kinerja sterilizer adalah

kertas grafik tekanan waktu melingkar yang diukur pada

setiap interval 1 psi dari 0 sampai 40 psi dalam sumbu

vertikal dengan sekala waktu ±12 jam. Dengan demikian

kertas grafik yang digunakan terdiri dari 48 strip dan 12

trapesium dengan berbagai ukuran. Pada umum nya puncak

sterilisasi berkisar dari satu sampai tiga strip dengan tekanan

40 psi.Untuk mendapatkan sterlization intensity index psi-h/g, hal

yang pertama dilakukan mengkuantifikasi kertas grafik

dengan mengunakan tiga strip standar yang terpisah yang

terdiri dari, puncak pertama ( 0,5 h x 40 psi ), puncak kedua

( 1h x 40 psi ) dan puncak ketiga ( 1,5 x 40 psi ), kemudian

dibagi dengan berat jam/puncak tekanan kertas grafik

rebusan yang telah ditimbang. Sedangkan untuk

mendapatkan Sterilisasi Intensity Index psi-h, hasil dari rata

rata psi h/g dikalikan dengan berat area tekanan dan waktu

perebusan pada kertas grafik ( Koh dan Choii,1989 ).Sterilization intensity index adalah konversi dari luas area

yang berada di bawah tekanan grafik yang berdasarkan

catatan waktu dan tekanan yang dihitung dalam satuan berat.

18

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

Sterilization intensity index merupakan sebuah tolak ukur

performa dari rebusan. Sterilization intensity index akan

menjadi tolak ukur bagi performa rebusan yang dapat

dikorelasikan dengan USB yang terjadi di pabrik kelapa sawit

(Koh dan Choii, 1989).

2.8 Gravimetri Gravimetri adalah sebuah metode yang digunakan untuk

menaksir luas daun dengan cara membandingkan bobot

replika/pola daun yag digunakan pada kertas polos dengan

bobot kertas konversi 10 x 10 cm² dikalikan luas kertas

konverssi itu sendiri. perbandingan berat (gravimetri). Ini

dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang

akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan

replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari

kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. (Irwan dan

Wicaksono, 2017).

2.9 Persamaan Regresi Linier

Istilah Regresi Linier pertama kali dalam konsep Statistik

digunakan oleh Sir Francis Galton. Galton memperkenalkan

kata Regresi sebagai nama proses umum untuk memprediksi

satu variabel dengan menggunakan variabel lainnya. Regresi

Linier Sederhana adalah suatu gambaran antara dua variabel

yang menggunakan sebaran titik dan estimasi kurva linear

yang diperoleh dari pergerakan titik satu ke titik lainnya (I

Made, 2016).

Cara lain untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel,yaitu melalui metode persamaan linier. Bentuk umum

persamaan linier sederhana yang menunjukkan hubungan

19

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

antara dua variabel,yaitu variabel X sebagai variabel

Independent dan variabel Y sebagai variabel dependen

adalah:

Y = a + bX

menunjukkan bahwa: Y = variabel Dependen

a = intersep (titik potong kurva terhadap

sumbu Y) b = kemiringan (slope) kurva linear X = variabel Independen

Y = variabel Dependena = intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)b = kemiringan (slope) kurva linearX = variabel Independen

Persamaan Y= a + bX dapat digunakan untuk memperediksi

nilai Y jika nilai a,b, dan X diketahui. Nilai a merupakan nilai

Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertical Y. Nilai

b adalah kemiringan (slope) kurva linier yang menunjukkan

besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat dari perubahan

setiap unit nilai X.

Persamaan Y= a + bX merupakan model matematic

deterministic,sebab apabila nilai variabel X diketahui, maka

nilai variabel Y dapat ditentukan tanpa mengandung factor

kesalahan. Persamaan Y= a + bX merupakan persamaan

yang akan digunakan untuk perkiraan nilai Y pada tingkat X

tertentu.

20

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

Dikatakan faktor X dan Y memiliki hubungan sangat erat bila

r (rho) mendekati +1, korelasi memiliki kecenderungan

positif bila setiap pertambahan faktor X menyebabkan

pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif

bila setiap pertambahan menyebabkan pengurangan faktor

Y

Manfaat analisis regresi dalam penelitian adalah:

a. Model regresi dapat digunakan untuk mengukur keeratan

hubungan antara variabel dependen (tidak bebas) dan

variabel independen (bebas).

b. Model regresi dapat digunakan untuk mengetahui

pengaruh suatu atau beberapa variabel independen

terhadap variabel dependen (respon).

c. Model regresi berguna untuk memprediksi pengaruh suatu

atau beberapa variabel independen terhadap variabel

dependen (respon).

2.10 Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kuat/tidaknya

hubungan linier antara dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan

dengan huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r

yang mendekati -1 atau +1 menunjukkkan hubungan yang kuat antara dua

variabel tersebut dan r yang mendekati 0 mengindisikan lemahnya hubungan

antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif)

memberikan informasi mengenai arah hubungan antara dau variabel

tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua variabel tersebut memiliki

hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan

dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif)

21

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

artinya korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan

peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y (I Made, 2016).

2.11 Diagram Scatter

Diagram Scatter atau diagram pencar adalah gambaran

yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara

pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan

hubungan antara dua variabel tersebut yang sering

diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Scatter diagram juga

dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel

dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain (I

Made, 2016).

Pada umumnya, bila berbicara tentang hubungan antara dua

macam data, ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :a. Hubungan penyebab dan akibat nyab. Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab yang

lainc. Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab. Secara grafis, jika digambarkan “akibat pada sumbu vertikal

dan “penyebab” sumbu horizontal, maka didapat sebuah

peta yang disebut dengan diagram scatter.

2.11.1 Langkah-Langkah Membuat Diagram Scatter

a. Pengumpulan dataLakukan pengumpulan sepasang data X dan Y yang akan di

pelajari hubungannya masukkanlah data tersebut kedalam

sebuah tabelb. Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumbu HorizontalTentukan nilai maksimum dan niali minimum dari kedua data

variabel X dan Y tersebut kemudain buatlah sumbu Vertikal

dan sumbu Horizontal beserta skalanya sesuai dengan

maksimum dan nilai minimum yang didapat.

22

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

c. Penebaran DataTebar data kedalam kertas yang telah dibuat pada langkah

pembuatan sumbu Vertical dan Sumbu Horizontal.

d. Pemberian InformasiBeri informasi yang secukupnya untuk Diagram Scaterr

tersebut seperti:1. Judul Grafik2. Banyaknya pasangan data3. Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan

Horizontal

2.11.2 Pola Diagram Scatter

Terdapat 3 pola dalam Diagram Scatter yaitu:

a. Pola Positif Diagram ScatterYaitu pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi positif

diantara variabel X dan varabel Y dimana nilai-nilai besar

dari variabel X berhubungan dengan nilai-nilai besarnya

variabel Y, sedangkan nilai-nilai kecil variabel X

berhubungan dengan nilai-nilai kecil variabel Y.

b. Pola Negatif Diagram ScatterYaitu pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi

negative di antara variabel X dan variabel Y dimana nilai-

nilai besar variabel X berhubungan dengan nilai-nilai kecil

variabel Y sedangkan nilai-nilai kecil variabel X berhubungan

dengan nilai-nilai besar variabel X.

c. Pola Tidak Memiliki Hubungan (Tidak Berkorelasi)Yaitu pola yang berkemungkinan tidak memiliki hubungan

karena tidak ada kecenderungan nilai-nilai tertentu pada

variabel X terhadap nilai-nilai tertentu pada variabel Y.

2.12 Diagram Sebab Akibat (Diagram Tulang Ikan)

23

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

Diagram sebab akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru

Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan

diagram Ishikawa. Diagram sebab Akibat menggambarkan

garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan

antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram fishbone memang digunakan untuk mempengaruhi

akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil suatu

tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari

beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah

inipun berasal dari berbagai sumber misalnya metode kerja,

bahan pengukuran, karyawan, lingkungan dan seterusnya.

Contoh Diagram Sebab Akibat dapat dilihat pada gambar

2.11

Gambar 2.11 Diagram Sebab Akibat

Selain digunakan untuk mencari penyebab utama suatu

masalah, diagram Sebab Akibat juga dapat digunakan untuk

mencari penyebab minor yang merupakan penyebab dari

bagian utamanya. Penerapan diagram sebab akibat lain

misalnya dalam menghitung banyaknya penyebab

kesalahan yang mengakibatkan terjadinya suatu masalah,

menganalisa penyeberan pada masing-masing penyebab

masalah, dan menganalisa proses ( Purba, 2008).

24

Lingkungan

Metode

Problem

Mesin/Peralatan

Manusia

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

2.13 Losses Brondolan Di Tandan Kosong Kelapa Sawit

Pengamatan ini dimulai dengan melakukan penelitian

terhadap data operasional mesin pada sterilizer (rebusan) dan

operasional pada mesin thresher. Karena titik terjadinya

Losses pada USB kelapa sawit kemungkinan besar disebabkan

kurangnya perlakuan dan penerapan SOP (Standart

Oprasional Prosedur). Tinggi brondolan yang masih melekat

pada tandan kosong perlu mendapat perhatian karena akan

menjadi penyebab losses yang tidak dapat dikutip kembali.

Losses brondolan di tandan kosong kelapa sawit merupakan

kehilangan yang terjadi ketika proses pengolahan yang

berupa brondolan yang masih terdapat di tandan kosong

kelapa sawit akibat dari proses pemipilan yang tidak

sempurna. (Khairani; 2008)

Beberapa jenis-jenis losses yaitu:

1. Losses wajar

Losses wajar adalah kehilangan yang terjadi karena

pengutipan minyak dan inti tidak mungkin dapat dilakukan

secara maksimal dapat terkutip secara sempurna, tentunya

ada efesiensi pengutipan yang telah ditetapkan.

2. Losses tidak wajar Losses tidak wajar adalah kehilangan yang terjadi

deisebabkan terjadinya sesuatu yang kurang tepat dalam

proses pengolahan. Baik yaitu susatu yang disengaja

maupun tidak disengaja.

3. Losses jinak Losses jinak adalah kehilangan yang sudah dikenal dan

diketahui dan biasanya dapat dikenalikan, yaitu losses

25

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

yang sudah dikenal dan terdaftar didalam daftar laporan

laboratorium di pabrik kelapa sawit.4. Losse liar

Losses liar adalah kehilangan yang tidak dikenal dalam

daftar losses tetapi kehilangan ini sering terjadi dan

merupakan losse yang tidak dapat dikendalikan.5. Losses insidentil

Losses insidentil adalah kehilangan yang terjadi secara

tiba-tiba pada saat proses pengolahan berjalan dan losses

ini tidak berlangsung terus menerus. Selain itu masih

banyak juga jenis jenis losses yang lain terjadi pada proses

pengolahan di PKS. (Dharma, 2007)

Pandangan Umum Tentang Kehilangan Produksi (Losses)

Tujuan utama pabrik pengolahan kelapa sawit adalah

mengutip minyak sebanyak-banyaknya untuk mencapai

rendemen yang diinginkan. Rendemen dengan kehilangan

produksi memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga

menimbulkan pemikiran bila losses rendah maka rendemen

akan tinggi. Meskipun banyaknya losses yang terdapat di

pabrik kelapa sawit, namun yang selalu dikontrol angkanya

adalah losses minyak dan losses inti. Namun apabila

dilakukan peninjauan ulang oleh mesin-mesin yang

berpotensi menciptakan losses, kemungkinan kita dapat

melakukan pencegahan atau melakukan pengutipan lagi

minyak yang masih terkandung didalamnya. Kurangnya

perawatan pada mesin atau spare part mesin sudah

melewati life timenya juga merupakan penyebab losses

tinggi. Maka dari itu perawata bekala harus dilakukan

untuk memperpanjang kinerja mesin. Proses pengolahan

Tandan Buah Segar (TBS) di PKS dilakukan secara

26

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

bertahap, dan tahapan untuk memisahkan antara tandan

dan buah dilakukan di stasiun penebahan (thresher).

Penebahan dilakukan dengan membanting buah dalam

drum. Kecepatan putaran thresher ini sangat

mempengaruhi lossis (kehilangan ) pada USB

(Unstripbunch). Mengukur keefektifan thresher dapat

dilihat dari Unstripbunch (USB). USB merupakan salah satu

sumber lossis yang terjadi di PKS sebagai akibat ketidak

efektifan thresher. (Darma,2007)

2.13.1. Unstripped Bunch (USB)

USB (Unstripped Bunch) merupakan proses pembrondolan

buah dari tandan yang tidak sempurna karena masih ada

yang berada di tandan kosong setelah mengalami proses

pemipilan di Thresher. Hal ini bisa saja terjadi karena

proses buah mentah (fraksi 00) serta buah sakit atau buah

batu yang sering juga disebut buah balen.(Khairani,2008)

USB (Unstripped Bunch) juga merupakan jumlah

persentase tandan kosong yang masih terdapat

berondolan setelah mengalami proses pemipilan di

Thresher. Hal ini bisa saja terjadi karena proses buah

mentah (fraksi 00) serta buah sakit atau buah batu yang

sering juga disebut buah balen.

Hal-hal yang menyebabkan hasil pembrondolan kurang

sempurna, antara lain :

1. Tandan buah kurang masak dalam perebusan.

2. Buah mentah banyak di olah.

3. Banyaknya TBR (tandan buah rebus) masuk ke dalam

thereser.

27

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit

4. Putaran thereser terlalu cepat atau terlalu lama.

5. Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan

padat sehingga uap tidak dapat mencapai bagian dalam

tandan.

6. Pengeluaran udara (isolator panas) kurang sempurna

dalam Sterilizer.

28