laporan praktek kerja lapangan pabrik kelapa sawit pabatu

Download Laporan Praktek Kerja Lapangan Pabrik Kelapa Sawit Pabatu

If you can't read please download the document

Upload: harrisons

Post on 13-Jan-2016

2.139 views

Category:

Documents


90 download

DESCRIPTION

Neraca massa, neraca energi

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah yang harus diambil

    mahasiswa dalam penyelesaian studi di jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

    Universitas Sumatera Utara, yang bertujuan agar mahasiswa yang bersangkutan

    agar dapat memahami dan mengerti bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya.

    Melalui kerja praktek, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan teori-teori

    ilmiah yang diperoleh di bangku kuliah yang berguna untuk memecahkan masalah

    yang ada di lapangan serta memperoleh pengalaman yang berguna dalam

    perwujudan pola kerja yang akan dihadapi.

    Perusahaan yang dipilih untuk melaksanakan Kerja Praktek adalah Pabrik

    Kelapa Sawit (PKS) Kebun Pabatu PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

    1.2 Tujuan Kerja Praktek

    Pelaksanaan Kerja Praktek bertujuan untuk :

    Untuk mengetahui proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO dan

    Kernel Inti.

    Sebagai langkah awal pengenalan akan dunia kerja.

    Agar mahasiswa mampu membandingkan teori yang diperoleh selama di

    bangku perkuliahan dengan penerapannya di lapangan.

    Memahami struktur produksi pengolahan kelapa sawit.

    Melatih disiplin dan tanggung jawab dalam menghadapi setiap persoalan

    yang ada.

    Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung neraca kesetimbangan

    yang ada di pabrik PKS.

    Sebagai gambaran umum dalam penyusunan tugas akhir nantinya.

    Untuk mengetahui pola penanganan masalah (trouble shooting) yang

    terjadi di pabrik PKS.

  • 2

    1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek

    Adapun ruang linkup perusahaan yang dipelajari penulis adalah sebagai

    berikut :

    Proses produksi/pengolahan.

    Utilitas.

    Bahan baku.

    Laboratorium.

    1.4 Manfaat Kerja Praktek

    Kerja Praktek yang dilakukan mahasiswa memberikan manfaat yang baik

    bagi mahasiswa itu sendiri, Fakultas dan Perusahaan, seperti :

    1.4.1 Bagi Mahasiswa

    Untuk mengamati dan memahami proses pengolahan yang baik secara

    bertahap sehingga dihasilkan produk minyak kelapa sawit kasar (CPO)

    bermutu tinggi.

    Mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah di

    perusahaan.

    Melatih keterampilan dan keahlian dalam melakukan pekerjaan atau

    kegiatan di lapangan.

    Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan.

    1.4.2 Bagi Fakultas

    Menjalin kerja sama antara Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

    Universitas Sumatera Utara dengan perusahaan dimana mahasiswa

    melakukan Kerja Praktek.

    Mengetahui sejauh mana kurikulum serta mata kuliah yang diterapkan

    dapat membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

    dihadapi.

    1.4.3 Bagi Perusahaan

    Memperjelas peranan Teknik Kimia dalam industri kelapa sawit.

    Memberikan masukan/saran kepada perusahaan tentang teknik pengolahan

    yang lebih menguntungkan.

  • 3

    BAB II

    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    2.1 Sejarah singkat perusahaan

    Kebun Pabatu merupakan salah satu unit PTP. Nusantara IV (Persero)

    yang berkantor pusat di Medan, Sumatera Utara, yang bergerak di bidang usaha

    perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit

    kasar (CPO) dan minyak inti sawit (PKO).

    Awalnya Kebun Pabatu merupakan perkebunan tembakau di bawah

    kekuasaan Belanda Bandar Oile Colture Maschapay/BOCM. Pada tahun 1968-

    1978 berubah menjadi PTP-VI. Tahun 1978-1996 hingga sesuai dengan PP No.

    9/1996 berubah menjadi PTP. Nusantara IV (Persero).

    2.2 Lokasi Perusahaan

    PTP. Nusantara IV Kebun Pabatu terletak di Kecamatan Tebing Tinggi,

    Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan jarak 87 Km dari

    kota Medan, 7 Km dari kota Tebing tinggi dan 40 Km dari Kota Pematang

    Siantar. Kebun Pabatu terletak pada lintang 3 10 3 LU dan 69 12 BT,

    sedang kan letak geografis dari perusahaan ini dibatasi oleh :

    Sebelah Utara : Kota Tebing Tinggi

    Sebelah Selatan : PT Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para.

    Sebelah Timur : PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Dolok Ilir, Kebun

    sibulan dan Kebun Bah Hilang.

    Sebelah Barat : PT Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela.

    2.3 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi merupakan landasan pokok perusahaan. Perusahaan

    yang baik memiliki struktur organisasi yang baik pula, sehingga sistem

    operasional dapat terlaksana dengan lancar dan mempermudah koordinasi serta

    pengawasan terhadap setiap kegiatan.

  • 4

    Organisasi yang terdapat di PTP. Nusantara IV (Persero) Kebun Pabatu ini

    dipimpin oleh seorang Manager Unit dan dibantu oleh beberapa staf yang di

    dalamnya telah terlihat batasan pertanggungjawaban dari setiap bidang pekerjaan

    tersebut, di samping itu ditunjukkan hubungan antara satu seksi dengan seksi

    lainnya melalui fungsi masing-masing. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

    gambar 2.1.

    Adapun visi dan misi PTP. Nusantara IV (Persero) Kebun Pabatu adalah

    Visi

    Membuka lapangan kerja seluas-luasnya

    Mengelola Sumber Daya Alam

    Mengurangi Tenaga Pengangguran

    Misi

    Merupakan sumber devisa Negara

    Meningkatkan kesejahteraan karyawan

    Memanfaatkan Sumber Daya Manusia

    2.4 Tugas dan Jabatan

    2.4.1 Manager Unit

    Tugas Utama

    Memimpin dan mengelola seluruh sektor produksi dan pemakaian biaya

    yang ada di perusahaan (kebun) yang berpedoman pada kebijakan

    perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

    Hubungan Organisatoris

    o Bertanggung jawab kepada Direksi.

    o Membawahi langsung :

    Kepala Dinas Tanaman

    Kepala Dinas Teknik

    Kepala Dinas Pengolahan

    Kepala Dinas Tata Usaha

    Asst. Afdeling.

  • 5

    2.4.2 Kepala Dinas Teknik (KDT)

    Tugas Utama:

    Membantu manager unit dalam bidang teknik di pabrik.

    Hubungan Organisatoris :

    o Bertanggung jawab kepada manager unit.

    o Membawahi langsung :

    Asst. Bengkel umum/reparasi.

    Asst. Bengkel Motor.

    Asst. Listrik dan Bangunan.

    Tugas Pokok :

    Mengkoordinasikan segala kegiatan dibidang teknik.

    Menyusun, merencanakan, dan mengarahkan kegiatan-kegiatan di bidang

    teknik.

    Menandatangani dan mengecek formulir dari tiap-tiap bagian teknik.

    Tanggung jawab :

    Memberikan segala informasi pada Bidang Teknik kepada Manager Unit.

    Kelancaran operasi pabrik, transportasi, listrik, dan bangunan.

    Biaya-biaya operasi bengkel motor, bengkel umum, listrik dan bangunan.

    2.4.3 Kepala Dinas Pengolahan (KDP)

    Tugas utama :

    Membantu manager unit dalam bidang proses pengolahan pabrik.

    Hubungan Organisatoris :

    o Bertanggungjawab kepada manager unit.

    o Membawahi langsung Asst. Jaga.

    Tugas pokok :

    Merencanakan, mengkoordinasi, mengarahkan serta mengawasi kegiatan-

    kegiatan pengolahan dan laboratorium.

    Menandatangani dan mengecek formulir dan laporan sesuai dengan sistem

    dan prosedur yang berlaku.

  • 6

    Melaporkan data dan kegiatan bagian pengolahan dan laboratorium kepada

    administrator.

    Tanggung jawab :

    Pencapaian target-target serta kelancaran pengolahan minyak kelapa sawit.

    Biaya-biaya bagi kelancaran pengolahan.

    2.4.4 Kepala Dinas Tata Usaha (KDTU)

    Tugas utama :

    Membantu unit dalam memimpin seluruh kegiatan administrator

    perusahaan.

    Hubungan Organisatoris :

    o Bertanggung jawab kepada manager unit

    o Asst. Gudang

    Tugas Pokok :

    Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan bagian administrasi.

    Mengawasi pemakaian dan penggunaan alat kantor.

    Mengkoordinasikan segala pembayaran dan penyediaan barang.

    Mengawasi seluruh kegiatan administrasi perusahaan.

    Tanggung jawab :

    Kelancaran kegiatan administrasi.

    Tugas-tugas yang didelegasikan.

    Biaya-biaya perkantoran.

    2.4.5 Asist SDM dan Umum

    Tugas Utama :

    Membantu manager unit dalam meneliti penerimaan tenaga kerja

    Hubungan Organisator:

    o Bertanggung jawab kepada Manager Unit

    Tugas Pokok :

    Mengawasi dan memilih penerimaan tenaga kerja dan berpedoman kepada

    standard yang telah ditetapkan oleh direksi

  • 7

    Melaksanakan kegiatan yang diprogram oleh pemerintah setelah

    mendapatkan persetujuan direksi

    Membina hubungan baik dengan pemerintah dan masyarakat disekitar

    lokasi perusahaan

    Mengkoordinasikan kegiatan dalam peningkatan kesejahteraan karyawan

    Memberikan informasi kepada administrator dalam bidang produktivitas

    kerja.

    Tanggung jawab :

    Pencapaian target dan kelancaran kerja

    Informasi yang diberikan.

    2.4.6 Perwira Pengamanan

    Tugas Utama:

    Membantu manager Unit dalam memimpin bidang keamanan

    Hubungan Organisatoris:

    o Bertanggung jawab kepada Manager Unit

    Tugas Pokok :

    Pengawasan pengamanan informasi dan inventaris perusahaan

    Memelihara dan menjaga karyawan dalam menjalankan tugasnya.

    Tanggung jawab :

    Keamanan perusahaan

    Informasi yang diberikan dan tugas yang didelegasikan

    2.4.7 Asst Afdeling

    Tugas Utama :

    Membantu asst kepala dalam memimpin kegiatan di Afdeling

    Hubungan Organisatoris:

    o Bertanggung jawab kepada dinas tanaman

    Tugas Pokok :

    Mengawasi hasil panen agar jangan sampai tertinggal di lapangan yang

    dibantu oleh mandor

  • 8

    Memimpin segala kegiatan di afdeling yang berpedoman pada petunjuk

    kepala dinas tanaman dan manager unit.

    Melaporkan kegiatan di afdeling kepada kepala dinas pengolahan.

    Menjamin suasana kerja yang kondusif di afdeling.

    Tanggung jawab :

    Pencapaian target beserta kelancaran panen.

    Tugas-tugas yang didelegasikan.

    Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memanen.

    2.4.8 Asist Jaga

    Tugas utama :

    Membantu kepala dinas pengolahan dalam mengawasi kegiatan pabrik.

    Hubungan organisatoris :

    o Bertanggung jawab kepada kepala dinas pengolahan.

    Tugas pokok :

    Mengawasi seluruh kegiatan proses produksi di pabrik.

    Mengawasi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan dengan

    berpedoman kepada ketentuan yang diberikan oleh direksi.

    Memberikan data dan kegiatan proses produksi kepada kepala dinas

    pengolahan.

    Tanggung jawab :

    Kelancaran pekerjaan di pabrik.

    Tugas-tugas yang didelegasikan.

    Informasi yang diberikan.

    2.4.9 Asist Bengkel Umum

    Tugas utama :

    Membantu kepala dinas teknik dalam memimpin bagian reparasi alat-alat

    pabrik.

    Hubungan Organisatoris :

    o Bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik.

  • 9

    Tugas pokok :

    Pemeliharaan dan perbaikan alat-alat yang ada di pabrik agar tetap dalam

    kondisi baik.

    Mengkoordinasikan segala kegiatan reparasi di pabrik.

    Merencanakan dan mengarahkan serta mengkoordinasikan kegiatan bagian

    reparasi.

    Tanggung jawab :

    Pencapaian target-target kondisi dan kondisi alat-alat operasi.

    Biaya operasi.

    Tugas-tugas yang didelegasikan.

    2.4.10 Asist Bengkel Motor

    Tugas utama :

    Membantu kepala dinas teknik dalam memimpin kegiatan bengkel motor.

    Hubungan Organisatoris :

    o Bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik.

    Tugas pokok :

    Mengawasi alat pengangkutan kendaraan bermotor.

    Mengkoordinasikan segala perbaikan kendaraan bermotor yang rusak.

    Memberikan informasi kepada kepala dinas teknik.

    Tanggung jawab :

    Kelancaran beroperasinya alat transportasi perusahaan.

    Biaya-biaya operasi bengkel motor.

    2.5 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

    2.5.1 Karyawan

    Seluruh karyawan PTP. Nusantara IV Pabatu (Persero) pada umumnya

    merupakan karyawan pelaksana yang terdiri dari :

    Afdeling Rayon A dari afd II, afd III, afd IV, afd V

    Afdeling Rayon B dari afd I, afd V, afd VII, afd VIII, afd IX

  • 10

    Bagian Teknik terdiri dari PPISA, PPISB, KDP, PKS, B. umum, B. listrik,

    B. Motor, Transport

    Bagian Umum terdiri dari Dinas TU, SDM & Umum, Dinas Tanaman,

    Gudang, PAM

    2.5.2 Jadwal Kerja

    Unit Kebun Pabatu beroperasi selama enam hari/minggu, dengan jam kerja

    dua puluh jam per hari dengan empat jam untuk reparasi untuk proses pengolahan.

    Untuk itu waktu kerja bagi pekerja dalam proses pengolahan dibagi menjadi dua

    shift secara bergantian, yaitu :

    o Pagi dari pukul 06.30 s/d 16.30 wib

    o Sore dari pukul 16.30 sampai selesai

    disamping itu ada juga jam dinas kantor dibagian umum yaitu jam 06.30 s/d 15.00

    wib dan waktu istirahat/ wolon dari pukul 09.30 s/d 10.30 wib, sedangkan hari

    minggu libur. Jumlah jam dinas kerja adalah 40 jam dalam satu minggu, 7 jam

    dalam satu hari.

  • 12

    BAB III

    PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

    3.1. Proses Pengolahan

    Pengolahan TBS di PKS dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit dari

    daging buah (Mesocarp) dan Inti sawit (Kernel) dari biji (Nut). Untuk mendapat

    mutu minyak yang baik yaitu bermula dari lapangan, sedangkan proses

    pengolahan hanya dapat menigkatkan kualitas dan menekan sekecil mungkin

    kehilangan (losses) selama proses serta tidak dapat memproduksi minyak lebih

    dari apa yang dikandung TBS. (Fauzi, Y., 2008)

    Mutu dan Rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh fraksi panen (derajat

    kematangan), kegiatan pengutipan brondolan dan perlakuan terhadap TBS.

    Perlakuan TBS mulai dari panen, pengangkutan dan pengolahan akan menentukan

    kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan. PKS Pabatu memiliki kapasitas

    olah 30 Ton/jam.

    3.1.1. Stasiun Penerimaan Bahan Baku

    3.1.1.1 Jembatan Timbang (Weigh Bridge)

    Setiap Truk yang mengangkut TBS ditimbang terlebih dahulu di jembatan

    timbang untuk memperoleh berat isi kotor (bruto) dan sesudah dibongkar/kosong

    (tarra). Selisih antara bruto dengan tarra adalah jumlah bersih (netto) TBS yang

    diterima di PKS.

    Pada saat penimbangan, supir tidak dibenarkan berada dalam truk. Kapasitas

    timbangan yang dipakai maksimal 30 ton. Timbangan yang digunakan adalah

    timbangan manual dan digital. Selain TBS, pada jembatan timbang PKS Pabatu

    dilakukan juga penimbangan terhadap pengiriman CPO dan janjangan kosong.

    Jembatan timbang juga bertujuan untuk pengawasan pengolahan, Rendemen,

    kapasitas olah dan sekaligus data untuk produksi tanaman.

  • 13

    3.1.1.2 Sortasi TBS

    Sortasi TBS dilakukan di lantai Loading Ramp. Mutu hasil olah sangat

    dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen. Sortasi TBS sebagai alat untuk

    menilai mutu panen dari pihak Kebun yang mengolah buah dengan menentukan

    satu Truk/lebih yang dianggap mewakili setiap Afdeling/Kebun pengirim. Untuk

    pengiriman TBS dari pihak ke III, maka sortasi dilakukan terhadap semua Truk.

    Tabel 3.1 Kriteria Kematangan TBS

    Fraksi Derajat kematangan

    Buah luar membrondol

    Komposisi panen ideal

    00 Sangat mentah Tidak ada Tidak boleh ada 0 Mentah 0 - 12,5% Tidak boleh ada 1 Kurang matang 12,5 - 25% Max. 20% 2&3 Matang 25 - 75% Min. 68%

    4&5 Lewat matang 75-100% buah dalam

    membrondol Max. 12%

    Buah yang disortasi dituang di lantai Loading Ramp, dipilih atas dasar

    sesuai norma fraksi. (Naibaho, P. M)

    3.1.1.3 Loading Ramp

    Selesai ditimbang TBS dibawa ke lantai Loading Ramp dan dituang ke tiap

    pintu (bays) Loading Ramp. TBS yang akan diproses dimasukkan ke Lori yang

    berkapasitas 2,5 Ton TBS dengan cara membuka pintu yang diatur dengan sistem

    pintu hidraulik. Lantai Loading Ramp dibuat miring dan berkisi-kisi sehingga saat

    pembongkaran TBS dari Truk maupun pemasukan TBS ke Lori, sebagian besar

    kotoran tersaring melalui kisi-kisi tersebut. (Fauzi, Y., 2008)

    PKS Pabatu memiliki 1 Unit Loading Ramp. Yang berisi 14 pintu, dimana 1

    pintu (bays) berkapasitas 5 ton TBS.

    Fungsi Loading Ramp, antara lain untuk :

    1. Tempat menampung TBS dari Kebun sebelum diolah.

    2. Mempermudah pemasukan TBS ke Lori.

    3. Mengurangi kadar kotoran.

  • 14

    3.1.1.4 Lori TBS dan Sistem Transfer

    Lori merupakan tempat untuk merebus TBS. Jumlah Lori yang mencukupi

    merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar kapasitas rebusan tercapai. Lori

    yang dipergunakan adalah ukuran berat 2,5 Ton. Lori yang mengalami masalah

    pada bagian seksinya dapat menyebabkan terjadinya Lori anjlok, akibatnya akan

    mengganggu kelancaran proses produksi. Pemeliharaan terhadap roda Lori secara

    rutin merupakan faktor penting dalam mengantisipasi terjadinya Lori anjlok.

    Selain itu juga sambungan antar Lori harus diperhatikan karena apabila Lori

    tertinggal didalam rebusan maka akan mengakibat waktu untuk menarik Lori

    keluar dari rebusan akan bertambah. Perawatan terhadap seksi Lori akan

    membantu kelancaran proses pengolahan. Dengan adanya Lori yang anjlok dan

    jumlah Lori yang kurang dalam proses pengisian dan pengeluaran buah dari

    rebusan sudah pasti mengakibatkan kerugian (kekurangan buah terebus) sebagai

    umpan bagi Stasiun Press, sehingga kontinuitas tidak lagi terjaga.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan Lori, antara lain :

    1. Pengisian buah yang padat pada tiap sudut Lori, agar mencapai kapasitas.

    2. Roda Lori agar tetap dapat berjalan lancar.

    3. Pengait Lori.

    Sistem transfer Lori digunakan untuk memindahkan jalur gerakan Lori

    mulai dari Loading Ramp sampai ke Stasiun Sterilizer. Peralatan yang digunakan

    pada umumnya adalah Transfer Carriage dan Kapstan. Lori tersebut ditarik oleh

    Kapstan menggunakan tali manila.

    3.1.2. Stasiun Sterilizer

    Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus

    TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah uap kering (saturated

    steam) dengan tekanan 2,8 - 3,0 Kg/cm2 dan suhu 90-105oC yang diinjeksi dari

    BPV untuk mencapai suatu kondisi tertentu pada buah yang dapat digunakan

    untuk pencapaian tujuan proses berikutnya.

  • 15

    Metode proses perebusan yang ada, antara lain :

    1. Proses perebusan dengan satu puncak.

    2. Proses perebusan dengan dua puncak.

    3. Proses perebusan dengan tiga puncak.

    Dari ketiga proses perebusan tersebut yang sebaiknya digunakan adalah

    proses perebusan tiga puncak.

    PKS Pabatu terdapat 3 Unit Stasiun rebusan/Sterilizer (isi 10 Lori per

    Sterilizer) menggunakan proses perebusan tiga puncak dengan sistem

    penginjeksian dan pembuangan steam diatur secara otomatis.

    Tujuan perebusan, antara lain untuk :

    1. Menghentikan aktifitas enzim

    2. Menurunkan kadar air

    3. Melepaskan serat dan biji

    4. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

    5. Menguraikan zat-zat lendir dari daging buah

    CFB atau ketersediaan buah terebus yang menjadi kapasitas Stasiun rebusan

    (Ton/jam) yang dapat mempengaruhi kapasitas Stasiun berikutnya.

    Rumus untuk perhitungan CFB

    CFB = s

    60K x x ln x

    Keterangan :

    n : Jumlah Sterilizer yang digunakan.

    l : Jumlah Lori dalam satu rebusan.

    K : Kapasitas satu Lori (Ton).

    s : Siklus proses perebusan yang digunakan (menit).

    Siklus perebusan adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS,

    ditambah dengan waktu untuk memasukkan dan mengeluarkan Lori ke Sterilizer.

    Sterilisasi dilakukan dengan sistem tiga puncak, dimana dua puncak sebelumya

    digunakan untuk pembebasan udara disekeliling tandan dan puncak terakhir

    digunakan untuk mematangkan serta melunakkan daging buah. (Naibaho, P. M)

  • 16

    Waktu yang digunakan untuk sterilisasi adalah 90 menit, sedangkan waktu

    siklus perebusan 105 menit.

    Tahapan yang biasa dilakukan dalam perebusan tiga puncak, antara lain :

    1. Persiapan sterilisasi

    Setelah Lori dimasukkan ke dalam Sterilizer, pintu ditutup, kemudian kran

    inlet steam, exhaust, dan kondensat ditutup.

    2. Deaerasi/pembuangan udara

    Inlet steam dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara yang ada di

    dalam Sterilizer selama 2,5 menit.

    3. Puncak I

    Kran kondensat dan exhaust ditutup kemudian inlet steam dibuka sampai

    mencapai tekanan 0,8 - 1,0 Kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam

    ditutup sedangkan kran kondensat dibuka hingga tekanan mencapai 0 Kg/cm2.

    4. Puncak II

    Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan

    1,5 - 2,0 Kg/cm2. Setelah mencapai tekanan 1,5 - 2,0 Kg/cm2 kran inlet steam

    ditutup sedangkan kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0 Kg/cm2.

    5. Puncak III

    Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan

    2,8 - 3,0 Kg/cm2. Setelah mencapai tekanan tersebut, semua kran ditutup dan

    ditahan selama 45 - 55 menit, kemudian kran exhaust dibuka dan setelah

    mencapai tekanan 1,0 Kg/cm2, kran kondensat dibuka hingga mencapai

    tekanan 0 Kg/cm2.

    6. Pengeluaran Lori

    Pintu Sterilizer dibuka dan Lori dikeluarkan dengan menggunakan bantuan

    Capstan dan tali manila.

  • 17

    Waktu Perebusan 90-95 menit, yaitu terdiri dari:

    Deaerasi = 2,5 menit

    Pemasukan uap dan pembuangan pada puncak I dan II = 25,0 menit

    Penahanan tekanan 2,8 3,0 Kg/cm2 = 55,0 menit

    Pembuangan uap akhir = 7,5 menit

    = 90 menit

    Tujuan perebusan tiga puncak, antar lain untuk :

    1. Tahap 1, penguapan air dari tandan buah (air kondensat).

    2. Tahap 2, untuk pematangan dan melunakkan daging buah.

    3. Tahap 3, untuk memperoleh hasil rebusan buah yang sempurna, mengingat

    kerapatan brondolan dalam tandan buah semakin padat.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perebusan, antara lain :

    a. Perebusan terlalu lama dari waktunya

    1. Warna minyak yang diperoleh terlalu tua.

    2. Buah semakin kering sehingga kandungan minyak berkurang.

    3. Losses minyak pada air kondensat bertambah.

    b. Perebusan yang kurang dari waktunya

    1. Brondolan sukar lepas dari tandan.

    2. Kehilangan brondolan di janjangan kosong semakin bertambah.

    3. Buah yang kurang matang memerlukan perebusan ulang.

    4. Pelumatan dalam Digester tidak sempurna, sehingga sebagian daging buah

    tidak lepas dari biji sehingga losses minyak pada ampas dan biji bertambah

    karena pengepresan lebih sulit.

    5. Inti kurang lekang dari cangkangnya.

    6. Nut tidak bersih.

    7. ALB tinggi karena enzim tidak mati.

  • 18

    3.1.3. Stasiun Penebah (Thresher)

    3.1.3.1 Hoisting Crane

    Hoisting Crane adalah alat untuk mengangkat dan menurunkan Lori serta

    menuangkan isi Lori ke Bunch Feeder. PKS Pabatu memiliki 2 Unit Hoisting

    Crane, sedangkan yang 1 Unit Hoisting Crane berfungsi sebagai cadangan.

    Yang harus diperhatikan dalam pengoperasian Hoisting Crane, antara lain

    pengangkatan lori, penuangan ke bunch feeder dan peletakan kembali lori ke rel.

    3.1.3.2 Bunch Feeder

    Bunch Feeder berfungsi sebagai tempat pengumpan Auto Feeder yang

    menghantarkan buah masuk ke Stripper Drum agar proses pemipilan berjalan

    sempurna. Kapasitas Bunch Feeder 30 Ton TBS/jam, sedangkan daya hantar

    Auto Feeder dengan kecepatan putaran 6 rpm.

    Penumpukan buah yang terlalu banyak pada Bunch Feeder mengakibatkan

    losses pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan

    buah ke Stasiun Thresher. Bunch Feeder yang digunakan pada PKS Pabatu

    adalah Automatic Feeder.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengumpanan, antara lain :

    1. Kecepatan putaran Auto Feeder.

    2. Ketinggian tumpukan di Bunch Feeder.

    3. Pengoperasian Hoisting Crane.

    3.1.3.3 Stripper Drum

    Stripper Drum berfungsi untuk memisahkan brondolan dari janjangannya

    dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke

    Horizontal Empty Bunch dan brondolan akan jatuh melalui kisi-kisi ke Stripper

    Drum. PKS Pabatu menggunakan 2 Unit Thresher, sedangkan yang 1 Unit

    Thresher sebagai cadangan.

  • 19

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja di Stasiun Thresher,

    antara lain :

    1. Feeding, yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (jumlah umpan ke Stasiun

    Thresher).

    2. Kecepatan Stripper Drum.

    Kecepatan yang digunakan adalah 24 rpm. Jika putaran terlalu lambat maka

    antara satu tandan dengan tandan lainnya akan berbenturan sehingga beban

    Stripper Drum semakin berat dan terjadi losses. Kecepatan putaran merupakan

    cara untuk mengangkat buah, dan saat buah jatuh ada gaya untuk

    menggulingkan tandan selama proses berputar-putar searah dan kecepatan

    putaran tandan lebih cepat dari putaran ditahan oleh Stripper Drum sehingga

    terjadi pelepasan buah.

    3. Kebersihan kisi-kisi tempat keluarnya berondolan.

    4. Sudut pengarah, berfungsi mengarahkan janjangan agar tidak ada beban di

    dalam Stripper Drum.

    Hal-hal yang menyebabkan hasil pembrondolan kurang sempurna, antara

    lain :

    1. Tandan buah kurang masak dalam perebusan.

    2. Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak

    dapat mencapai bagian dalam tandan.

    3.1.3.4 Horizontal Empty Bunch, Inclined Empty Bunch dan Bunch Hopper

    Janjangan kosong akan terdorong keluar dari Stripper Drum ke Horizontal

    Empty Bunch, kemudian ke Inclined Empty Bunch untuk selanjutnya dibawa ke

    Bunch Hopper sebagai penampungan sebelum dibawa ke lapangan. Janjangan

    kosong dapat digunakan sebagai mulsa (pupuk) di Kebun dan bahan bakar untuk

    Power Plant.

  • 20

    3.1.3.5 Conveyor Under Thresher, Bottom Cross Fruit Conveyor dan Fruit

    Elevator

    Brondolan yang telah lepas dari janjangannya keluar dari Stripper Drum

    melalui kisi-kisi, kemudian masuk Conveyor Under Thresher ke Bottom Cross

    Fruit Conveyor. Dari Bottom Cross Fruit Conveyor dituang ke Fruit Elevator,

    selanjutnya dinaikkan ke Top Fruit Cross Conveyor kemudian didistribusikan

    oleh Fruit Distributing Conveyor ke masing-masing Digester.

    3.1.3.6 Top Fruit Cross Conveyor dan Fruit Distributing Conveyor

    Fruit Distributing Conveyor berfungsi penghantar brondolan dari Top Fruit

    Cross Conveyor sekaligus mendistribusikan brondolan ke dalam Digester yang

    dioperasikan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja Fruit Distributing Conveyor, antara

    lain :

    1. Jumlah Digester dan Screw Press yang dipakai.

    2. Banyaknya feeding.

    3. Jarak antara diameter Screw dengan dinding.

    3.1.4. Stasiun Press

    Pada Stasiun ini terjadi pemisahan daging buah (Mesocarp) dengan biji

    (Nut) dan proses pengambilan minyak kasar dari daging buah.

    3.1.4.1 Digester

    Digester adalah ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, as pemutar

    yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Jumlah pisau pengaduk dalam 1

    Unit Digester terdiri dari 4 pasang pisau pengaduk yang bertingkat dan 1 pasang

    pisau pelempar. Letak pisau-pisau ini dibuat bersilangan antara pasangan yang

    satu dengan yang lain agar daya adukan cukup besar dan sempurna. Untuk start

    up awal Digester diisi kemudian diputar selama 15 - 20 menit selanjutnya

    line press dibuka. (Pahan, I., 2008.)

  • 21

    Dalam ketel adukan buah sawit dilumat dengan pisau-pisau pengaduk yang

    berputar pada as sehingga daging buah pecah dan terlepas dari biji. Air delusi

    ditambahkan pada Chute. Penambahan air delusi 15 - 20% dari TBS yang diolah.

    PKS Pabatu memiliki 4 Unit Digester untuk masing-masing line dengan kapasitas

    10 Ton/Unit.

    Fungsi Digester, antara lain untuk :

    1. Melumatkan daging buah.

    2. Memisahkan daging buah dengan biji.

    3. Mempersiapkan Feeding Press.

    4. Mempermudah proses di Press.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja Digester, antara lain :

    1. Jarak ujung pisau digester dengan dinding < 15 mm

    2. Level volume buah dalam Digester, minimal berisi dari volume

    Digester (pisau bagian atas tertutup oleh berondolan).

    3. Temperatur, dijaga pada suhu 90 - 95 oC untuk mempermudah proses

    pemisahan minyak dengan air. Dipasang pipa injeksi di bottom plate

    dengan pemanasan langsung pada mantel (jacket)

    4. Kematangan buah yang sudah direbus.

    3.1.4.2 Screw Press

    Screw Press berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari daging buah dengan

    cara pengepresan. Feeding dari Digester dialirkan ke Screw Press melalui Chute.

    Oleh tekanan Screw yang ditahan oleh Cone, daging buah diperas sehingga

    melalui lubang-lubang seicher minyak dipisahkan dari serabut dan biji.

    Tekanan Cone yang rendah mengakibatkan losses minyak pada fibre tinggi,

    tetapi persentase biji pecah kecil dan ampas yang dihasilkan basah sehingga

    mengganggu proses kerja Boiler. Sebaliknya, tekanan Cone yang terlalu tinggi

    mengakibatkan persentase biji pecah tinggi tetapi losses minyak pada fibre

    rendah. Press yang digunakan di PKS Pabatu berjumlah 4 buah Screw Press.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja Screw Press, antara lain :

  • 22

    1. Kondisi Screw Press.

    2. Kemasakan buah yang direbus.

    3. Kebersihan pada Press.

    4. Air delusi, yang berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan minyak

    dan air. Jika air delusi terlalu sedikit, minyak yang dihasilkan lebih murni,

    tetapi losses minyak tinggi. Temperatur air delusi harus dijaga 90 - 95 oC.

    Penambahan air delusi 15 - 20% dari TBS yang diolah.

    Hal-hal yang harus diperhatikan kerja Screw Press, antara lain :

    1. Kapasitas olah 10 -12 ton TBS/jam/unit

    2. Tekanan hidrolik pada akumulator 30 50 bar (menyesuaikan kemasakan

    buah).

    Hal-hal yang menyebabkan pengepresan kurang sempurna adalah :

    1. Buah kurang matang.

    2. Pengadukan tidak sempurna.

    3. Screw sudah aus.

    Akibat ketidaksempurnaan pengepresan dapat menimbulkan :

    1. Kehilangan minyak pada ampas meningkat.

    2. Kehilangan minyak dalam biji meningkat.

    3. Inti pecah meningkat.

    3.1.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Klarifikasi)

    3.1.5.1 Proses Pemurnian Minyak

    Minyak kasar (crude oil) yang keluar dari Screw Press masih mengandung

    kotoran, pasir, cairan dan benda kasar lainnya. Oleh karena itu harus dilakukan

    pemurnian untuk mengurangi kandungan yang tidak sesuai ketentuan norma.

    Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan

    kotoran serta unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan agar

    kehilangan minyak seminimal mungkin. Proses pemisahan ini dimaksudkan

    untuk memisahkan minyak, air dan kotoran, seperti pasir dan lumpur dengan

    sistem sentrifius dan pengendapan. (Tim Penulis, P. S., 1993)

  • 23

    Stasiun pemurnian terdiri dari beberapa proses, antara lain :

    3.1.5.1.1 Sand Trap Tank

    Sand Trap Tank berfungsi untuk menangkap pasir. Adanya pasir

    mempengaruhi proses kerja di High Speed Separator, karena dapat merusak

    nozzle dan piringan (disk).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja Sand Trap Tank, antara

    lain :

    1. Temperatur

    Temperatur pada Sand Trap Tank harus mencapai 90 - 95 oC dengan

    memakai steam injection, karena kalau terlalu dingin pada saat dilakukan

    Spui, maka NOS yang dikeluarkan akan terlihat sangat kental dan masih

    banyak mengandung minyak.

    2. Spui

    Dilakukan setiap pagi sebelum olah /sesuai kebutuhan. Pada saat Spui

    harus diperhatikan jangan sampai minyak terikut bersama NOS. PKS

    Pabatu menggunakan 1 Unit Sand Trap Tank.. Di dalam Sand Trap Tank

    terdapat sekat/buffle yang fungsinya untuk mengarahkan aliran minyak

    kasar ke dasar tangki sehingga memungkinkan pasir yang terdapat pada

    minyak kasar mengendap. (Heurn,V., 1985)

    3.1.5.1.2 Vibro Separator

    Alat ini berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut yang dapat

    mengganggu proses pemisahan minyak. Getaran dari Vibro Separator

    dikontrol melalui penyetelan pada bandul/pemberat yang diikat pada

    elektromotor. Getaran yang kurang dapat menyebabkan pemisahan minyak

    dengan sludge tidak effektif. Kontrol kebersihan Vibro Separator harus

    dilakukan secara rutin, agar padatan yang terbuang dari hasil penyaringan

    Vibro Separator tidak menumpuk. PKS Pabatu memiliki 2 Unit Vibro

    Separator setelah Sand Trap Tank.

    Vibro Separator terdiri dari 2 lapisan saringan, antara lain :

    a. Lapisan saringan I, berukuran 30 mesh.

  • 24

    b. Lapisan saringan II, berukuran 40 mesh.

    Kotoran dari Vibro Separator selanjutnya dikirim lagi ke Bottom Cross

    Fruit Conveyor untuk diolah kembali di dalam Stasiun Press.

    3.1.5.1.3 Bak Raw Oil (Bak RO)

    Bak RO merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan dari

    Vibro Separator untuk selanjutnya dikirim ke CST

    Fungsi Bak RO, antara lain untuk :

    Menurunkan NOS (non oil solid).

    Menambah panas/temperatur. Pemanasan dilakukan dengan steam

    injection dan pipa uap spiral sehingga mencapai suhu 90 - 95 oC.

    Komposisi cairan Minyak : Air : NOS = 60 : 25 : 15

    Agar NOS dapat turun, Bak RO dilengkapi dengan sekat/buffle. PKS

    Pabatu menggunakan 1 Unit Bak RO dengan dasar tangki berbentuk

    segi empat dan dilengkapi pompa untuk mengirim ke CST. Untuk

    menjaga kebersihan dalam tangki harus dilakukan spui setiap pagi

    sebelum olah atau disesuaikan dengan kondisi.

    3.1.5.1.4 Continuous Settling Tank (CST)

    Continuous Settling Tank (CST) berfungsi untuk memisahkan minyak, air,

    dan NOS secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Panas yang

    diberikan menyebabkan viskositas/kekentalan menurun dan perbedaan berat

    jenis larutan semakin besar, sehingga terjadi pemisahan larutan dimana lapisan

    minyak naik ke atas (Bj < 1 Kg/cm2), sludge di tengah (Bj = 1 Kg/cm2), serta

    pasir dan kotoran lainnya (Bj > 1 Kg/cm2) di bagian bawah.

    Minyak hasil pemisahan secara gravitasi pada CST dialirkan ke dalam Oil

    Tank, sedangkan sludge dialirkan ke dalam Sludge Tank melalui Drab Tank.

    Untuk mendapatkan kandungan NOS pada under flow seminimal mungkin

    maka harus dilakukan Spui secara rutin, yaitu setiap 6 jam sekali atau

    disesuaikan dengan kondisi.

    Ketebalan lapisan minyak pada CST dapat mempengaruhi kandungan

    minyak pada sludge di under flow. Sebaiknya ketebalan lapisan minyak dalam

    CST adalah min. 50 cm baru dilakukan pengutipan minyak melalui Skimmer

  • 25

    yang ketinggiannya bisa dinaikkan dan diturunkan sesuai dengan ketinggian

    hasil minyak di dalam CST

    Agitator pada CST berfungsi untuk membantu mempercepat pemisahan

    minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong

    lapisan minyak dengan sludge. Temperatur yang cukup 90 - 95 oC akan

    memudahkan proses pemisahan. Temperatur dicapai dengan menggunakan

    steam injection dan steam spiral. Steam injection dilakukan pada saat awal

    pengolahan, setelah pengolahan berjalan normal pemanasan dilakukan dengan

    steam spiral.( Pahan, I., 2008.)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja CST, antara lain :

    1. Temperatur.

    2. Agitator.

    3. Kualitas feeding.

    4. Spui.

    3.1.5.1.5 Oil Tank

    Oil Tank berfungsi untuk pengendapan kotoran dan sebagai bak

    penampungan sebelum minyak masuk ke Oil Purifier. Di dalam Oil Tank

    minyak dipanaskan dengan steam spiral untuk mendapatkan suhu 90 - 95 oC.

    Kebersihan tangki harus dijaga karena akan mempengaruhi mutu kadar kotoran

    dalam minyak, yaitu dengan cara melakukan Spui secara rutin setiap 1 jam

    sekali atau disesuaikan dengan kondisi. (Heurn,V., 1985)

    Norma yang diharapkan dari hasil perlakuan pada alat Oil Tank adalah :

    1. Kadar air : max. 0,4 0,80 %.

    2. Kadar kotoran : max. 0,20 0,40 %.

    3.1.5.1.6 Oil Purifier

    Oil Purifier yang digunakan pada PKS Pabatu berjumlah 4 Unit. Alat ini

    berfungsi untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak dengan

    menggunakan prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya

    sentrifugal vertical dengan kecepatan putaran 5000 - 6000 rpm, maka kotoran

    dan air yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada pada bagian

    luar. Minyak yang berada di bagian tengah dialirkan ke Vacuum Dryer,

  • 26

    sedangkan kotoran dan air dikeluarkan dari Oil Purifier setiap 1 jam sekali

    dengan sistem back wash/self cleaning. Pada unit ini air hanya berfungsi

    sebagai pencuci alat.

    Norma yang diharapkan dari hasil perlakuan pada alat Oil Tank adalah :

    3. Kadar air : max. 0,3 0,40 %.

    4. Kadar kotoran : max. 0,10 0,30 %.

    3.1.5.1.7 Vacuum Dryer

    Vacuum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak

    produksi. Ujung pipa yang masuk ke dalam Vacuum Dryer dibuat sempit

    berbentuk nozzle-nozzle sehingga, minyak tersedot dan mengabut di dalam

    Vacuum Dryer. Temperatur minyak dibuat 90 - 95 oC supaya kadar air cepat

    menguap dan uap air tersebut akan terhisap oleh Vacuum Pump selanjutnya

    terdorong keluar ke Hot Well Water Tank yang digunakan di PKS Pabatu 1

    Unit. Tekanan Vacuum Dryer berkisar antara 600 - 700 mmHg. Minyak yang

    telah bersih selanjutnya dipompakan ke Storage Tank.( Pahan, I., 2008).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi Vacuum Dryer, antara lain :

    1. Kebocoran-kebocoran, sehingga udara masuk ke dalam vacuum

    2. Kuantitas dan kualitas feeding.

    3. Kondisi nozzle.

    4. Tekanan vacuum yang kurang.

    3.1.5.1.8 Penimbunan Minyak (Oil Storage)

    Oil Storage berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi yang

    dihasilkan sebelum dikirim ke pihak/tempat lain. Minyak dalam tangki ini

    dipanaskan melalui pipa spiral agar suhu tetap terjaga 90 95C guna

    menghindari kenaikan asam lemak bebas. (Tim Penulis, P. S., 1993)

    Hal-hal yang harus diperhatikan di Oil Storage, antar lain :

    1. Kebersihan tangki harus dibersihkan secara rutin.

    2. Suhu dijaga pada 90 - 95 C.

    3. Kondisi steam spiral harus diperiksa secara rutin, karena kebocoran

    steam spiral mengakibatkan kadar air pada CPO meningkat.

  • 27

    3.1.5.2 Proses Pengambilan Minyak dari Sludge Hasil CST

    3.1.5.2.1 Drab Tank

    Tempat pengumpulan sludge sementara dari CST sebelum dikirim ke

    Sludge Tank

    3.1.5.2.2 Sludge Tank

    Sludge Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge

    yang masih mengandung minyak 9 - 14% pada suhu 90 - 95 C sebelum

    diolah lagi untuk mendapatkan minyak. Kebersihan dalam tangki harus dijaga

    karena akan mempengaruhi persentase NOS dalam sludge, sehingga harus

    dilakukan Spui secara rutin, yaitu setiap 4 jam sekali atau disesuaikan dengan

    kondisi. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam injection untuk

    mendapatkan temperatur 90 - 95 oC.

    3.1.5.2.3 Pre-Cleaner

    Pre-Cleaner berfungsi untuk menangkap pasir yang terkandung dalam

    sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya, yaitu pada Brush Strainer.

    Pada bagian atas alat ini berbentuk silinder dan bagian bawah berbentuk

    kerucut. Prinsip pemisahan pasir pada Pre-Cleaner adalah akibat gaya

    sentrifugal, akibat putaran tersebut pasir turun untuk dibuang sedangkan cairan

    bergerak ke atas dan keluar melalui poros. Sludge yang masuk kebagian

    silinder akan berputar oleh putaran silinder tersebut, pasir dan kotoran halus

    akan terdorong kebagian tengah silinder dan turun dengan cepat kebagian

    kerucut untuk dibuang ke parit. Sedangkan sludge yang bersih bergerak ke atas

    dan keluar melalui poros. Pre Cleaner yang terdapat di PKS Pabatu ada 2

    unit. 1 beroperasi dan yang satu lagi untuk cadangan.

    3.1.5.2.4 Saringan Berputar ( Brush Strainer)

    Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada dalam

    cairan sebelum diolah ke dalam sludge separator. Alat ini terdiri dari tabung

    silinder yang berlubang-lubang halus dengan sikat-sikat yang berputar bersama

  • 28

    poros ditengahtengah silinder tersebut. Cairan yang telah disaring keluar dari

    bagian atas menuju Buffer Tank, sedangkan serabut atau sampah dibuang dari

    bagian bawah.

    3.1.5.2.5 Buffer Tank

    Buffer Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum

    didistribusikan ke High Speed Separator dengan memanfaatkan gaya gravitasi,

    karena posisi Buffer Tank berada di atas High Speed Separator, sehingga tidak

    memerlukan pompa. Tangki ini memiliki 3 buah pipa. Pipa satu terdapat di

    bawah tangki untuk menyalurkan sludge ke sludge tank, pipa dua terletak

    dibagian tengah mengantarkan sludge ke sludge separator dan pipa tiga

    terletak dibagian atas tangki untuk menjaga aliran yang masuk ke sludge yang

    berlebih ke sludge tank. PKS Pabatu menggunakan 1 Unit Buffer Tank yang

    dilengkapi dengan steam injection. Temperatur tangki dijaga pada suhu 90 - 95

    C dan dijaga dari adanya kebocoran-kebocoran.

    3.1.5.2.6 High Speed Separator

    High Speed Separator berfungsi untuk mengutip minyak yang masih

    terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal horizontal dengan

    menggunakan air sekitar 10 15 %, dimana minyak dialirkan melalui nozzle

    sehingga air dan NOS dengan berat jenis yang lebih besar akan masuk ke

    bagian dalam dan minyak dengan berat jenis yang lebih kecil akan terlempar

    ke bagian luar. Selanjutnya kotoran sludge akan menempel pada piringan/ bowl

    sehingga untuk membuang kotoran tersebut harus dilakukan pencucian dengan

    cara pembongkaran alat. Sedangkan minyak yang keluar akan menuju ke

    tangki pengutipan minyak .(Tim Penulis, P. S., 1993).

    Dalam prosesnya, sludge ditambahkan air panas suhu 90 - 95 oC dari Hot

    Water Tank untuk memudahkan pemisahan minyak dari NOS. PKS Sei

    Mangkei mempunyai 4 Unit High Speed Sepataror.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam High Speed Separator, antara lain :

    1. Kualitas feeding.

  • 29

    2. Balance water.

    3. Kebersihan nozzle ( agar minyak dengan mudah keluar)

    4. Pelumasan dan pendinginan bearing.

    3.1.5.2.7 Tangki Pengutipan Minyak

    Kadar minyak yang masih terkandung dari Spui tangki-tangki tersebut

    dipisahkan dengan cara memanfaatkan perbedaan berat jenis antara minyak,

    pasir dan NOS. Untuk mempercepat pemisahannya, temperatur harus dijaga

    pada suhu 90 - 95 C dengan cara steam injection dan penambahan air panas.

    Pengutipan minyak dilakukan menggunakan talang, minyak yang berada di

    bagian atas dialirkan menuju Sludge Fit Tank untuk dipompakan ke CST.

    Sedangkan endapan/sludge dibuang ke parit menuju Fat-fit.

    Tangki pengutipan minyak hasil spui dari :

    1. CST.

    2. Sludge Tank.

    3. Oil Tank.

    4. Buffer Tank.

    3.1.5.2.8 Bottom Tank

    Bottom Tank digunakan untuk menampung hasil pengutipan minyak dari

    High Speed Separator dan oil tank untuk dipompakan kembali ke CST.

    3.1.5.2.9 Fat-fit

    Hasil buangan dari High Speed Separator serta Spui/back wash dari Unit

    klarifikasi dan dari air kondensat Sterilizer masih mengandung minyak,

    sehingga seluruhnya ditampung dan dialirkan ke Stasiun Fat-fit. Fat-fit

    difungsikan sebagai tempat proses pengutipan minyak terakhir sebelum di

    buang ke limbah. Kadar minyak yang masih terkandung dalam bak ini adalah

    0,07 %. Pemisahan antara minyak dengan air dan kotoran dilakukan dengan

    injection steam sehingga akan terjadi pemisahan (minyak akan naik ke atas )

    karena perbedaan berat jenis.

  • 30

    Endapan yang berasal dari strainer, pre cleaner dan sludge separator

    akan ditampung dalam fat fit , disini lumpur akan diencerkan dengan air

    dingin sehingga terpisah antara lumpur pekat dengan lumpur encer. Minyak

    yang diperoleh melalui pengutipan dari fat-fit akan di recycle ke Sand Trap

    Tank, sedangkan lumpur pekat dialirkan ke tempat pengolahan limbah.

    3.1.6. Stasiun Kernel

    Campuran ampas (fibre) dan biji (Nut) yang keluar dari Screw Press diproses

    kembali di Stasiun Kernel untuk menghasilkan :

    Cangkang (shell) dan fibre yang digunakan sebagai bahan bakar Boiler.

    Kernel (Inti Sawit) sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan.

    3.1.6.1 Cake Breaker Conveyor

    Cake Breaker Conveyor (CBC) terdiri dari satu talang yang mempunyai

    dinding rangkap. Di tengah talang terdapat as screw yang mempunyai pisau-

    pisau pemecah (screw blade). Di dalam conveyor, Press Cake diaduk-aduk

    sehingga ampas yang lebih ringan akan mudah dipisahkan dari biji.

    CBC berfungsi, untuk :

    1. Menghantarkan ampas dan biji dari Press ke Depericarper.

    2. Memecahkan gumpalan cake dari Stasiun Press ke Depericarper.

    3.1.6.2 Depericarper

    Depericarper adalah suatu tromol tegak dan panjang yang di ujungnya

    terdapat Blower pengisap serta Fibre Cyclone. Dari CBC, Press Cake jatuh di

    Depericarper, kemudian ampas (fibre) terhisap ke Fibre Cyclone kemudian

    diangkut oleh Horizontal/Inclined Fuel Distribution Boiler sebagai bahan

    bakar Boiler, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke Nut Polishing Drum.

    Dengan demikian, Depericarper berfungsi memisahkan fibre dengan Nut.

    Efektivitas kerja dari Depericarper adalah banyaknya fibre yang terikut pada

    Nut yang masuk ke Nut Polishing Drum. (Tim Penulis, P. S., 1993)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja Depericarper, antara

    lain :

  • 31

    1. Kualitas umpan.

    2. Kecepatan putaran Fan.

    3. Air Lock pada Fibre Cyclone.

    4. Kondisi Fan.

    5. Kebersihan.

    3.1.6.3 Nut Polishing Drum

    Nut Polishing Drum adalah suatu Drum yang berputar yang mempunyai

    plat-plat pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam dan pada

    as-nya. Di ujung Nut Polishing Drum terdapat lubang-lubang penyaring

    sebagai tempat keluarnya Nut yang kemudian jatuh ke Nut Conveyor dan

    dihisap ke Nut Transport Fan. Biji yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk

    ke dalam Nut Polishing Drum dan karena putarannya tersebut, biji-biji akan

    dipolish untuk melepaskan serat-serat yang masih tinggal pada biji oleh plat-

    plat yang ada pada dinding dan as-nya.

    Nut Polishing Drum berfungsi untuk :

    1. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat.

    2. Membawa Nut dari Depericarper ke Nut Transport Fan.

    3. Memisahkan Nut dari sampah.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Nut Polishing Drum,

    antara lain:

    1. Kondisi plat pengarah/pengangkat.

    2. Kecepatan putaran Nut Polishing Drum.

    3. Kebersihan.

    3.1.6.4 Destoner

    Nut Transport Fan berfungsi untuk menghantarkan Nut dari Nut Polishing

    Drum ke Nut Silo. Nut Transport Fan dilengkapi dengan Cyclone dan Blower

    untuk menghisap Nut. Nut yang jatuh diatur lajunya dengan menggunakan Air

    Lock, sehingga Nut tidak jatuh sekaligus.

  • 32

    3.1.6.5 Nut Grading Drum

    Nut Grading Drum berfungsi untuk memisahkan antara Nut dari ukuran

    fraksi kecil dan besar sebelum masuk ke Nut Silo.

    3.1.6.6 Nut Silo

    Nut Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara Nut sebelum

    diolah pada Ripple Mill. Kebersihan pada Nut Silo harus diperhatikan karena

    mempengaruhi terhadap output Nut Silo, agar Nut yang terolah sesuai dengan

    aturan FIFO (First In First Out).

    3.1.6.7 Ripple Mill

    Ripple Mill berfungsi untuk memecah Nut, memisahkan cangkang dan

    Inti dengan cara menjepit Nut diantara ripple plate dan rotor. PKS Pabatu

    menggunakan 2 Unit Ripple Mill dimana 1 digunakan untuk memecahkan biji

    yang berukuran besar dan yang satu lagi untuk yang kecil

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja Ripple Mill, antara lain :

    1. Kualitas dan kuantitas umpan.

    2. Kondisi ripple plate dan rotor bar.

    3. Jarak antara ripple plate dan rotor.

    4. Kecepatan putaran Ripple Mill

    Kualitas umpan dipengaruhi oleh :

    1. Kekoplakan Nut, kalau Nut tidak koplak maka banyak Inti yang lengket

    pada cangkang.

    2. Ukuran Nut.

    3. Kadar air yang terkandung dalam Nut.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi Inti pecah keluar dari Ripple Mill,

    antara lain :

    1. Umpan yang terlalu banyak (berlebihan).

    2. Persentase Nut pecah pada umpan besar.

  • 33

    3.1.6.8 Light Tenera Dust Separation

    Light Tenera Dust Separation (LTDS) berfungsi untuk memisahkan

    serabut halus, cangkang dan Inti sebagai bahan bakar Boiler. Sistem pemisahan

    yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga Blower hisap dust

    separator dengan adjustmen damper untuk menentukan kualitas hasil yang

    dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih

    besar akan terhisap ke atas dan dialirkan ke Boiler. Campuran Inti dan

    cangkang yang tidak terpisah karena memiliki berat yang hampir sama

    dialirkan ke Hydrocyclone untuk dilakukan proses pemisahannya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi kerja LTDS, antara lain :

    1. Hisapan (Damper, Air lock dan Blower).

    2. Kualitas dan kuantitas umpan. (Heurn,V., 1985)

    PKS Pabatu menggunakan 2 LTDS yaitu LTDS I menghisap serabut atau

    cangkang yang halus, sedangkan LTDS II menghisap cangkang yang lebih

    kasar dengan luas penampang yang lebih besar. Keduanya dirangkai secara

    seri.

    3.1.6.9 Hydrocyclone

    Fungsi dari Hydrocyclone adalah untuk memisahkan cangkang dan Inti

    sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan

    berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya sentrifugal.

    Hydrocyclone terdiri dari :

    1. Bak air penampung creaked mixture yang terdiri dari beberapa sekat

    2. Tabung pemisah yang dilengkapi dengan pompa pengutip dank onus di

    bawahnya

    3. Pompa pompa

    4. Dewatering drum untuk inti dan cangkang

    Creaked mixture yang keluar dari kolom pemisah masuk ke dalam bak air

    sekat pertama dan dihisap dengan pompa dan masuk ke dalam tabung pemisah

    I. Dengan adanya gaya sentrifugal benda-benda ringan (inti)naik kebagian atas

    melalui vortex finder masuk ke dalam dewatering drum (inti), sedangkan yang

  • 34

    berat (cangkang) yang masih mengandung inti turun ke bawah melalui konus

    masuk ke dalam sekat kedua. Dari sekat kedua cangkang yang masih

    bercampur dengan inti oleh pompa dihisap dan masuk ke dalam tabung

    pemisah ke II. Inti naik ke atas, melalui vortex finder dikembalikan ke dalam

    air sekat I, sedangkan cangkang melalui konus masuk ke dalam bak air sekat

    III. Dengan bantuan pompa dari sekat ke III cangkang yang masih

    mengandung sebagian kecil inti dihisap dan masuk ke dalam tabung pemisah

    III, dimana inti naik dengan melalui vortex finder masuk ke dalam bak air sekat

    I, sedangkan cangkang melalui konus masuk ke dalam dewatering drum

    cangkang untuk dibuang airnya.

    Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pengoperasian Hydrocyclone,

    antara lain:

    1. Sampah sampah yang melekat pada dewatering drum segera

    dibersihkan

    2. Penambahan air dingin ke dalam bak dilakukan kontiniu agar

    permukaan air tetap pada batas yang ditentukan dan benda-benda

    melayang dapat keluar dari pipa over flow

    Jika persentase inti dalam cangkang terlalu tinggi, maka vortex finder

    diturunkan, sebaliknya apabila persentase inti dalam cangkang terlalu rendah

    vortex finder dinaikkan. (Naibaho, P. M)

    3.1.6.10 Kernel Drier

    Kernel Silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam

    Inti produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menginjeksikan udara panas

    ke Steam Heater. Suhu pengeringan dibagi atas 3 tingkatan, yaitu :

    1. Atas : 80C 2. Tengah : 70C 3. Bawah : 60C

  • 35

    Pemasakan dilakukan di dalam Kernel drier selama 10 jam. Kadar air

    Inti yang terlalu rendah dapat menyebabkan kadar Inti berubah warna terlalu

    besar. Sebaliknya, jika Inti kurang kering maka :

    1. Inti akan berjamur.

    2. Kadar ALB dalam minyak Inti tinggi.

    3. Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari Kernel Drier, antara

    lain :

    1. Temperatur.

    2. Waktu pemasakan.

    3. Kondisi dan kebersihan Heater.

    4. Suplai steam.

    5. Kondisi Blower/Fan.

    6. Kebersihan kisi-kisi dalam Kernel Silo.

    3.1.6.11 Kernel Bunker

    Kernel Bunker berfungsi sebagai tempat penyimpanan Inti produksi

    sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Bunker dilengkapi dengan Fan

    agar uap air yang terkandung dalam Inti dapat keluar dan tidak menyebabkan

    kondisi dalam Storage lembab, yang kemudian menyebabkan timbulnya jamur

    pada Inti.

  • 37

    BAB IV

    UTILITAS

    4.1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)

    Proses pengolahan air bertujuan untuk menjamin kualitas air sebelum

    digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Proses pengolahan air

    mencakup pengoperasian, penjernihan, penyaringan dan pelunakan.

    Proses pengolahan air menghasilkan air yang akan distribusikan untuk :

    Air Proses, yaitu air yang digunakan untuk kegiatan proses dan

    Laboratorium.

    Air Boiler, yaitu air yang digunakan untuk umpan Boiler.

    Proses pengolahan air terdiri dari :

    1. External Water Treatment.

    2. Internal Water Treatment.

    4.1.1. External Water Treatment

    Air PKS Pabatu berasal dari sungai yang masih mengandung zat-zat padat

    yang harus dibersihkan sebelum didemineralisasi dengan cara :

    1. Sedimentasi

    2. Flokulasi

    3. Koagulasi

    4. Filtrasi

    4.1.1.1.Sedimentasi

    Sedimentasi dilakukan dengan cara mengendapkan air di suatu bak yang

    diberi sekat/buffle dengan aliran over flow dan under flow dengan tujuan untuk

    menjebak zat padatan yang terbawa air sungai. PKS Pabatu menggunakan bak

    Water Settling Fit terdiri dari 5 sekat sebagai bak pengendapan dan

    dipompakan Water Tank II pada tower (bawah).

  • 38

    4.1.1.2 Flokulasi dan Koagulasi

    Dari Water Tank II air dialirkan ke Clarifier Tank dengan ditambahkan

    tawas dan soda ash, maka akan terjadi flokulasi dan koagulasi. Flokulasi adalah

    terbentuknya flok, sedangkan koagulasi adalah proses terjadinya flokulasi.

    Flokulasi dan koagulasi dilakukan dengan maksud agar zat padat dalam air

    yang melayang menjadi flok dan mengkoagulasi sehingga cukup berat dan

    mudah dipisahkan. Banyaknya penambahan zat kimia ditentukan dari analisa

    Laboratorium dan tergantung dari kualitas airnya. Karena kualitas air berubah-

    ubah maka harus dilakukan analisa secara periodik sehingga penggunaan bahan

    kimia bisa optimum.

    Desain Clarifier Tank berbentuk cone, pada dasarnya air dialirkan ke

    tengah Clarifier Tank dengan suatu effect cyclonic untuk memastikan bahan

    kimia bercampur dengan air, proses koagulasi mulai terjadi di bawah kerucut

    dan menurun akibat turunnya kecepatan air dan mengendap dan membentuk

    sludge blanket. Untuk mengurangi jumlah sludge blanket harus dilakukan blow

    down secara terkontrol. Hasil dari Clarifier Tank dialirkan ke Clarifier Water

    Basin. (Risza,S., 1994)

    4.1.1.3 Filtration

    Filtrasi dilakukan pada Sand Filter Tank dengan tujuan menghilangkan

    berbagai zat/material yang terbawa dari flokulasi dan koagulasi dengan cara

    menyaring melalui lapisan pasir dan batu apung. Secara berangsur-angsur pasir

    akan memadat sehingga membatasi aliran air. Jika tekanan air di inlet sand

    filter 1,5 bar di atas tekanan outlet sand filter maka harus dilakukan back wash.

    Back wash dilakukan dengan aliran dari bawah ke atas dengan tujuan untuk

    memecah kepadatan pasir dan membuang padatan yang menyumbat lapisan

    pasir.

    PKS Pabatu memiliki 2 Unit Sand Filter (penyaring pasir) type Vertical

    Pressure, tekanan air di peralatan ini adalah 3,5 Kg/cm3. Sand Filter berisi pasir

  • 39

    penyaring. Hasil filtrasi dari Sand Filter dipompakan ke processing Water Tank I

    yang berada pada tower (atas).

    4.1.1.4 Demineralitation

    Demineralisasi merupakan cara untuk memurnikan air dari mineral-

    mineralnya, terutama bila air banyak mengandung silika. Demineralisasi terdiri

    dari Anion Exchanger Tank dan Kation Exchanger Tank. Kation Exchanger

    Tank berfungsi untuk menukar mineral-mineral terhadap asam, sedangkan

    Anion Exchanger Tank berfungsi untuk menukar garam terhadap hidrolisis dan

    menahan silika. Air yang akan diolah masuk dari puncak dengan tekanan

    pompa masuk ke dalam distributor dan nozzles secara spray turun dan kontak

    dengan resin dan keluar dari dasar. Outlet air dari masing-masing exchanger

    harus dimonitor secara teratur, dan jika silika tinggi maka harus dilakukan

    regenerasi. Regenerasi kation dilakukan bila kadar hardness mencapai 5 ppm,

    sedangkan regenerasi anion dilakukan bila kadar silika mencapai 5 ppm.

    Tahapan regenerasi terdiri dari :

    1. Backwash.

    2. Injeksi bahan kimia.

    3. Slow rinse.

    4. Fast rinse.

    Back wash pada dasarnya adalah mengalirkan dari dasar ke atas, untuk

    memecah bad resin yang telah padat dan menghilangkan kotoran sebelum

    dilakukan regenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan menginjeksikan

    bahan kimia yaitu untuk Kation Exchanger Tank ditambahkan sulfurid acid

    (H2SO4), sedangkan untuk Anion Exchanger Tank ditambahkan caustic soda

    (NaOH). (Naibaho, P. M)

    Hal-hal yang harus diperhatikan agar proses regenerasi berjalan effektif

    dan efisien, antara lain :

    Konsentrasi bahan kimia yang diinjeksikan.

    Flow rate injeksi bahan kimia.

  • 40

    Setelah regenerasi, maka resin harus dibilas untuk membersihkan sisa-sisa

    bahan kimia regenerasi dengan aliran seperti operasi normal, yaitu fast rinse

    dan slow rinse.

    Masalah yang sering terjadi di Stasiun demineralisasi, antara lain :

    Resin loss : akibat nozzle longgar, patah dan sebagainya, sehingga saat

    back wash resin keluar dari Kation Exchanger Tank/Anion

    Exchanger Tank.

    Umur resin : 3 tahun atau tergantung pada kondisi air/penggunaan.

    4.1.1.5 Degasifier

    Degasifier berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen dalam air.

    4.1.1.6 Demin Tank

    Demin Tank berfungsi sebagai penampung air dari Anion Exchanger Tank

    yang akan dipompakan ke Daerator Tank.

    4.1.1.7 Daerator Tank

    Daerator Tank berfungsi untuk mengurangi gas yang terlarut dalam air

    (O2 dan CO2) dan memanaskan temperatur feed water. Hal ini dicapai melalui

    proses mekanis dan pemanasan menggunakan uap yang berada di dalam

    pressure daerator. Temperatur pada Daerator Tank diatas 100 C dan.

    Sebelum masuk ke feed pump diinjeksikan lagi BL 4818 ss, BL 2808 ss, BL

    3809 ss, BL 1807 ss.

    4.1.2 Internal Water Treatment

    Air yang keluar dari Daerator Tank sebelum diumpankan ke Boiler

    terlebih dahulu diinjeksikan bahan kimia yang berfungsi untuk menaikkan

    kualitas air Boiler agar tidak terjadi korosi dan kerak. Tujuan dari Internal

    Water Treatment adalah agar operasional Boiler bisa effektif dan effisien untuk

    menghindari pipa dan Drum supaya tidak terjadi :

    Korosi

    Scale (kerak)

  • 41

    4.1.2.1 Pengendalian Korosi

    Penyebab utama terjadinya korosi pada Boiler adalah pH dan oksigen. pH

    harus dipertahankan pada nilai 10,5 - 11,5 (ketentuan konsultan Water

    Treatment). Hal ini untuk memastikan lingkungan berada pada kondisi alkali

    (basa) dan melindungi lapisan magnetite. Untuk mempertahankan pH bahan

    kimia yang diinjeksikan adalah caustic soda. Oksigen dikurangi dengan proses

    deaerasi yang effektif, dan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

    oksigen adalah sulphite.

    Jenis-jenis korosi yang sering terjadi, antara lain :

    General Corrotion

    Korosi terjadi karena pH air Boiler terlalu rendah (asam).

    Oxygen Pitting

    Penembusan metal akibat adanya oksigen dalam air umpan Boiler.

    Caustic Embrittlement (keretakan caustic)

    Terjadi karena kandungan caustic dan umumnya terjadi pada Boiler yang

    sudah tua, yang memiliki Drum yang dipaku keling, dimana ada celah di

    daerah paku keling dan sambungan akibat tekanan. Tetapi untuk Boiler

    yang di las, kerusakan ini jarang terjadi.

    Fatique Corrotion

    Hal-hal yang bisa berdampak korosi. (Heurn,V., 1985)

    Kerusakan jenis dapat terjadi dengan 2 mekanisme, yaitu :

    Tekanan siklus, akibat proses pemanasan/pendinginan yang terlalu cepat

    yang terpusat pada titik dimana korosi telah terjadi.

    Kerusakan yang terjadi pada permukaan metal yang terlindungi dengan

    lapisan pencegah oksida dan tekanan siklus. Kerusakan ini biasanya

    melintang dan lebar mulai dari tabung sebelah dalam dan meluas ke

    sekelilingnya. (Naibaho, P. M)

  • 42

    Bahan kimia untuk mengendalikan korosi, antara lain :

    Alkalinity dan pH Control

    Berfungsi untuk menjaga tingkat alkalinity yang sesuai dan mencegah

    korosi, juga menjamin reaksi kimia pada program Water Treatment. Alkalinity

    ini sangat penting untuk mengendapkan pembentukan material sludge dan

    menjaga silika dalam keadaan solid untuk menghindari terbentuknya formasi

    kerak silika kompleks.

    Sulphite

    Proses deaerasi yang effektif akan mengurangi oksigen sehingga mudah

    ditangani oleh sulphite. Jika sulphite digunakan akan mempengaruhi TDS, oleh

    karena itu harus dikontrol dengan blowdown.

    4.2 Boiler

    Boiler adalah alat untuk menghasilkan uap dengan bahan bakar fibre dan

    shell. PKS Pabatu memiliki 2 Unit Boiler Takuma type, dengan spesifikasi :

    a. Kapasitas 15 - 18 Ton uap/jam.

    b. Tekanan kerja 20 Kg/cm2.

    c. Tekanan max. 24 Kg/cm2.

    d. Suhu 300 400C

    Bagian-bagian Boiler :

    a. Ruang bakar

    b. Drum atas

    c. Pipa Super Heater

    d. Drum bawah

    e. Pembuangan abu/ash hopper

    f. Cerobong asap/chimney

    g. Safety valve

    h. Shoot blower

    Faktor-faktor yang harus diperhatikan , antara lain :

    a. Jaga tekanan steam pada tekanan kerja (19 - 20 Kg/cm2).

    b. Lakukan blow down sesuai rekomendasi dari hasil analisa Laboratorium.

  • 43

    c. Pastikan Feeding (bahan bakar) harus stabil.

    d. Pastikan safety valve berfungsi dengan baik

    e. Pembukaan kran induk secara perlahan-lahan pada waktu start.

    f. Periksa ruang bakar, jangan sampai bahan bakar menumpuk dengan cara

    mengorek kerak dari ruang bakar secara manual.

    Penjagaan Boiler saat operasi :

    Setelah Boiler beroperasi maka secara keseluruhan dapat diopersikan

    secara ideal, karena steam yang dihasilkan Boiler selain untuk pembangkit

    energi Turbin juga sebagai pembangkit temperatur proses pengolahan.

    4.3. Power Plant

    Untuk mensuplai arus listrik di PKS Pabatu menggunakan 2 macam

    pembangkit, yaitu Turbin Dresser Rand dan Turbin Kuhnle Koop Kausch.

    4.3.1 Turbin

    Turbin merupakan alat untuk mengubah energi dari steam menjadi energi

    mekanis (putaran) untuk membangkitkan energi listrik melalui alternator.Uap

    dihasilkan oleh boiler mempunyai tekanan yang tinggi digunakan untuk

    memutar wheel turbin, wheel akan memutar as, sehingga as di dalam generator

    berputar. Akibat adanya putaran as di dalam kumparan, maka terciptalah energi

    induksi listrik. Pembangkit turbin menghasilkan listrik yang akan digunakan

    untuk memenuhi seluruh kebutuhan energy listrik di pabrik. (Risza,S., 1994)

    4.3.2 Genset

    Genset energy (Diesel Engine) diperlukan pada saat start awal proses dan

    juga pada saat tenaga yang dihasilkan Turbin tidak mencukupi untuk proses

    pengolahan. Pada saat tenaga yang dihasilkan Turbin berkurang, maka Genset

    diparalel dengan Turbin. Genset juga diperlukan untuk menggantikan peran

    Turbin pada saat tidak mengolah.

  • 44

    4.3.3 Back Pressure Vessel

    Steam keluaran dari Turbin dimanfaatkan untuk proses pengolahan, untuk

    itu Back Pressure Vessel (BPV) digunakan untuk menampung dan

    mendistribusikan uap ke Stasiun yang membutuhkan. Tekanan steam yang

    digunakan dalam proses pengolahan adalah 2,8 - 3,0 Kg/cm2, oleh karena itu

    jika steam di BPV kurang maka steam dikirim langsung dari pipa induk Boiler

    melalui kran bypass.

    Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain :

    a. Jaga tekanan BPV pada 2,8 - 3,0 Kg/cm2.

    b. Buang uap jika tekanan melebihi 3,1 Kg/cm2.

    4.4 Pengolahan Limbah (Effluent Treatment)

    Limbah merupakan hasil samping dari proses pengolahan pabrik. Pada

    PKS Pabatu dihasilkan limbah yang berbentuk padatan, gas dan air. Limbah

    yang berbentuk padatan dihasilkan dari janjang kosong merupakan hasil

    pemisahan buah dari tandan pada proses di thresher. Limbah yang berbentuk

    padatan diangkut ke afdeling untuk digunakan sebagai pupuk tanaman kelapa

    sawit dan bahan bakar Power Plant pada Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS),

    limbah padat lainnya (fibre dan shell) untuk bahan bakar boiler. Limbah gas

    berupa asap dari mesin yang dibuang ke udara bebas melalui cerobong asap

    tinggi. Sedangkan limbah cair hasil buangan pabrik terlebih dahulu diolah

    menggunakan sistem pengolahan limbah secara aerob dengan menggunakan

    kolam-kolam aerasi.

    Oleh karena itu limbah cair dari PKS Pabatu mempunyai spesifikasi,

    sebagai berikut :

    BOD = 100 ppm.

    COD = 350 ppm.

    Suspended solid = 250 ppm.

    Total solid = 1500 ppm.

    pH = 6-7

  • 45

    Oil Grease = 25 ppm

    N2 = 50 ppm

    Tabel 4.1 Masa tinggal, kapasitas dan kedalaman kolam pada limbah

    No Nama Kolam Masa Tinggal Kapasitas Kedalaman

    1 Cooling Pond 7 2,260 3,50

    2 Seeding Pond 9 2,970 5,00

    3 Primary Pond 43 17,200 5,00

    4 Secondary 43 17,200 5,00

    5 Aerobic Pond 20 8,460 3,00

    6 Final Pond 8 3,060 4,50

    Pengendalian limbah cair dilakukan secara biologis melalui proses

    berikut:

    4.4.1 Bak Fat Fit

    Limbah dari pabrik dialirkan ke Fat fit untuk memisahkan minyak.

    Minyak dipompakan ke sand trap tank sedangkan limbahnya dialirkan ke bak

    batu. Kadar minyak dalam fat fit 0,6 1,0 %

    4.4.2 Bak Batu

    Bak batu merupakan kolam terakhir tempat penampungan air limbah yang

    banyak mengandung minyak

    4.4.3 Kolom Pendinginan (Cooling Pond)

    Pada kolam ini terjadi penurunan suhu hingga 40 45C sebelum

    dialirkan ke kolam pengasaman agar bakteri dapat berkembang biak. Limbah

    yang dihasilkan bersifat asam dengan pH 4 6 dan suhu 30 40C. Hal ini

    dilakukan karena pada suhu diatas 30C bakteri pengurai akan mati sebagian.

  • 46

    4.4.4 Kolam Pembiakan (Seeding Pond)

    Sebagai prakondisi bagi limbah sebelum masuk ke kolam anaerobic.

    Untuk menanggulangi limbah secara biologis dengan menggunakan bakteri

    totamci. Bakteri ini merubah senyawa kompleks menjadi VFA. Perkembangan

    bakteri ini dengan munculnya gelembung-gelembung gas (sekitar 2 4 hari),

    bakteri tersebut dimasukkan ke dalam bak kolam pembiakan yang sebelumnya

    telah diisi limbah matang kemudian dialirkan ke kolam anaerobic pertama.

    4.4.5 Kolam Anaerobic Primer (Primary Anaerobic Pond)

    Bakteri yang aktif akan membentuk asam organic dan gas CO2 dari

    senyawa organic kompleks. Perubahan yang terjadi dalam kolam adalah zat

    organik diubah menjadi asam organic dan alcohol yang mudah menguap.

    4.4.6 Kolam Anaerobic Secondary (Secondary Anaerobic Pond)

    Untuk menonaktifkan bakteri dari kolam anaerobic dan merupakan

    prakondisi proses aerobic. Proses yang terjadi adalah mengubah bahan organic

    dalam limbah cair menjadi CH4 dan CO2 tanpa ada oksigen. Agar proses

    pembusukan anaerobik dapat berfungsi dengan baik kadang-kadang

    ditambahkan nitrogen dan phosphor.

    4.4.7 Kolam Aerobik (Aerobic Pond)

    Untuk kolam penampungan air limbah yang sudah dirombah senyawanya.

    Pada kolam ini bereaksi mikroba dan ganggang, hal ini merupakan proses

    oksigen yang dibutuhkan. Kolam aerobic dibuat agak dangkal agar sinar

    matahari sampai ke dasar kolam sehingga sinar matahari dapat dipergunakan

    oleh ganggang pada proses fotosintesis.

    4.4.8 Kolam Terakhir (Final Pond)

    Untuk kolam penampungan air limbah yang terakhir. Pada kolam ini

    pencemaran air dianggap tidak ada lagi minyak dan dapat langsung dibuang ke

    sungai dan merupakan tempat menentukan mutu limbah.

  • 47

    BAB V

    ANALISA LABORATORIUM

    5.1 Analisa Mutu Produksi

    Setiap hari diadakan analisa mutu produksi untuk mengetahui kualitas

    bahan kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sudah sesuai norma

    (standard yang diharapkan).

    5.1.1 Analisa Mutu Minyak Produksi

    5.1.1.1 Kadar Air

    Prinsip:

    Zat menguap pada minyak adalah jumlah zat bahan yang menguap pada

    suhu 105 C termasuk di dalamnya air serta dinyatakan sebagai berkurangnya

    berat apabila contoh dipanaskan pada suhu tersebut.

    %100A

    B-Aair Kadar =

    Dimana:

    A = Berat sampel minyak sebelum dikeringkan

    B = Berat sampel minyak sesudah dikeringkan

    PKS Pabatu telah dilengkapi alat analisa kadar air otomatis dengan alat

    ukur kadar air (Sartorius), proses analisanya adalah :

    a. Masukkan sample ke dalam cawan.

    b. Hidupkan alat, tentukan suhunya.

    c. Masukkan sample (berat sample diabaikan), lalu tutup sehingga bunyi

    tit yang menandakan proses telah berjalan.

    d. Setelah bunyi tit sebanyak 3 kali, keluarkan sample.

    e. Angka kadar air tampak pada display.

  • 48

    5.1.1.2 Kadar Kotoran

    Prinsip :

    Kadar kotoran ditentukan dengan memakai n-hexan kemudian larutan

    disaring dengan media pengering dan dicuci dengan pelarut tersebut

    dikeringkan lalu ditimbang.

    %100C

    B-AkotoranKadar =

    Dimana :

    A = Berat kertas saring + kotoran

    B = Berat kertas saring

    C = Berat contoh

    5.1.1.3 Kadar ALB

    Prinsip :

    Penentuan kadar ALB dari triglyceride untuk minyak. Nabati dan lemak

    adalah dengan melarutkan lemak tersebut dalam pelarut organik yang sesuai

    dan menetralkan larutan dengan alkali dengan indikator Phenolphthalein

    Prosedur kerja:

    1. Timbang dengan teliti 3 g memakai neraca analitis 4 desimal ke

    dalam Erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya.

    2. Tambahkan alkohol 50 ml kemudian n-hexane 25 ml, tambahkan 3

    tetes indikator PP dan netralkan dengan KOH hingga warna merah

    jambu

    3. Digabungkan antara alkohol netral tersebut ke dalam Erlenmeyer yang

    berisi contoh minyak, kemudian titrasi dalam larutan KOH sampai

    berubah menjadi warna merah kuning

    %100contohberat

    256KOH N x KOH mlALBKadar =

    x

  • 49

    5.1.1.4 Loses minyak

    Prosedur Kerja :

    1. Masing masing contoh diambil beratnya sekitar 10 g

    2. Keringkan dalam oven pemanas dengan temperatur 1050C selama 3

    jam. Dinginkan contoh dalam desikator hingga berat contoh konstan.

    Timbang masing-masing contoh dan masukkan ke timble. Timbang

    berat labu kosong

    3. Masukkan timbel ke dalam ekstraktor dan sambungkan dengan soxlet

    ekstraksi dengan larutan n-hexan selama 5-6 jam

    4. Keringkan labu yang berisi minyak dalam oven selama 60 menit,

    keluarkan dan dikeringkan dalam desikator selama 30 menit

    5. Timbang labu yang berisi minyak. Berat labu yang berisi minyak

    dikurang berat labu kosong adalah berat minyak

    %100contohBerat min

    MinyakKadar =yakBerat

    5.1.2 Analisa Mutu Inti Produksi

    5.1.2.1 Kadar Air

    Cara analisa sama seperti analisa kadar air minyak sawit. Hanya saja untuk

    Inti sawit sample dirajang-rajang sekecil mungkin dan diblender sampai halus.

    5.1.2.2 Kadar Kotoran

    Prinsip:

    Kadar kotoran ini merupakan cangkang gabungan dari biji utuh, biji

    setengah pecah, cangkang dan sampah. Kadar kotoran yang terdapat dalam inti

    sawit dapat ditentukan dengan cara menimbang jumlah kotoran yang sudah

    dipisahkan dari kernel

    %100kotoranBerat

    kotoranKadar =contohBerat

  • 50

    5.1.2.3 Kadar Minyak

    Prinsip :

    Minyak diekstraksi dengan n-hexane dan minyak yang tertarik ditimbang

    dan dibandingkan dengan berat contoh.

    %100contohBerat minyak Berat

    intiminyak Kadar =

    5.1.2.4 Kadar ALB

    Prinsip :

    Minyak yang telah diekstraksi dari inti sawit ditentukan ALBnya dengan

    larutan KOH dan indikator PP

    %100contohBerat

    20KOH N25/001ALBKadar

    =

    xKOHml

    5.1.2.5 Losses Inti

    Prosedur Kerja :

    1. Masing masing contoh diambil beratnya sekitar 500 g

    2. Contoh dipisahkan berdasarkan :

    a. Inti utuh

    b. Inti pecah

    c. Biji utuh

    d. Biji pecah

    3. Ditimbang berat masing-masing dan dibagi berat semula

    Losses Inti = %100xContohBerat

    Inti lBerat tota

  • 51

    BAB VI

    KESIMPULAN dan SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Dari hasil Kerja Praktek di Pabrik Kelapa Sawit Pabatu dapat diambil

    kesimpulan :

    1. PKS Pabatu mempunyai kapasitas olah 30 Ton TBS/jam dan produk akhir

    berupa Crude palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO)

    2. Rendemen minyak yang diperoleh tergantung kepada TBS yang dipasok

    oleh Kebun seinduk dan pihak ketiga. Oleh karena itu, dilakukan analisa

    tandan/material balance untuk menentukan Rendemen potensi TBS dari

    setiap Kebun.

    3. Waktu yang diperlukan untuk satu siklus perebusan (Sterilizer) amat

    dipengaruhi oleh kondisi buah (buah menginap atau buah segar) dan

    kondisi rebusan itu sendiri.

    4. Proses pengolahan Kelapa Sawit merupakan mata rantai ataupun proses

    yang berkelanjutan antara satu dengan yang lainnya, sehingga apabila

    salah satu rusak (kurang baik prosesnya) akan menghambat proses di

    Stasiun yang lainnya.

    5. Persentase dari proses pengutipan minyak di saluran Fat-fit akhir

    merupakan standar untuk melihat efektifitas kinerja mesin-mesin

    pengolahan baik dari operasional Sterilizer maupun mesin-mesin/peralatan

    sampai ke Stasiun klarifikasi.

    6.2 Saran

    Setelah mengikuti dan mengamati jalannya proses pengolahan saran yang

    dapat diberikan antara lain :

    1. Untuk meningkatkan Rendemen dan mengurangi losses produksi

    sebaiknya persyaratan tangkai panjang maksimum 2,5 cm dilakukan

    dengan ketat kepada pemasok TBS.

  • 52

    2. Kotoran baik berupa benda keras ataupun potongan tangkai panjang TBS

    jangan sampai terikut sampai ke proses pengolahan.

    3. Perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap bentuk desain tangki sebaiknya

    dasar tangki didesain berbentuk konus (seperti cyclone), kegunaannya

    dapat mengurangi losses minyak pada saat spui. Contohnya : Bak RO,

    Buffer Tank.

    4. Pengecekan terhadap suhu steam dan air delusi.

    5. Pengontrolan semua peralatan sebelum dimulai operasi pengolahan, untuk

    menghindari terjadinya shutdown.

    6. Kebocoran pada packing di pintu rebusan dan kurangnya suplai steam dari

    inlet dan exhaust valve akan menyebabkan hasil rebusan yang tidak

    sempurna. Dengan perawatan pada pipa-pipa rebusan dan pemasangan

    packing yang tepat dan terencana dapat meningkatkan efisiensi dan

    menurunkan losses di rebusan.

    7. Pipa induk kondensat sebaiknya dibuat satu per satu, agar ketika terjadi

    kerusakan pipa kondensat induk dari sterilizer yang satu, maka sterilizer

    yang lain dapat dipergunakan

    8. Adanya vibro separator untuk sludge, sebaiknya dilakukan sebelum masuk

    ke sludge tank

    9. Kebersihan Pabrik hendaknya selalu dijaga agar menambah kenyamanan

    dalam bekerja.

    10. Pengisian TBS yang berlebihan (> 2,5 Ton) akan menyebabkan proses

    perebusan menjadi tidak sempurna.

    11. Penyediaan bahan bakar Boiler PKS sebaiknya dilakukan secara otomatis

    untuk menghindari terjadinya kecelakaan terhadap pekerja

    12. Di dalam boiler sebaiknya adanya conveyor, sehingga ketika pembersihan

    bahan bakar tidak perlu di keluarkan

    13. Pada laboratorium destilasi/penyulingan sebaiknya dilakukan pemanasan

    berdasarkan titik didih, sehingga terpisah antara n-hexane dan alkohol.

  • 53

    DAFTAR PUSTAKA

    Fauzi, Y., 2008. Kelapa Sawit.Cetakan Keduapuluh tiga. Jakarta : Penebar

    Swadaya.

    Heurn,V., 1985. Kelapa Sawit.Jilid 2 A.Terjemahan Haryono Semangan dan Aziz

    Lahija. Yogyakarta : Lembaga Pendidikan Perkebunan.

    Naibaho, P. M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat

    Penelitian Kelapa Sawit.

    Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Keenam. Jakarta :

    Penebar Swadaya.

    Risza,S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta :

    Kanisius.

    Tim Penulis, P. S., 1993. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan

    Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya.

  • 54

    LAMPIRAN A

    TUGAS KHUSUS

    PERHITUNGAN NERACA MASSA

    Kapasitas Pengolahan : 30 ton TBS / Jam

    Basis perhitungan : 1 Jam operasi

    Satuan Massa : Kilogram (kg)

    L.A.1 Sterilizer

    Tandan Buah Segar (TBS) dari lori dimasukkan kedalam rebusan atau

    sterilizer. Dalam sterilizer TBS direbus untuk proses sterilisasi sebelum diproses

    menjadi minyak. Temperatur perebusan 90oC -105oC, lama perebusan 100 menit

    dan tekanan 2,8 - 3,0 Kg/cm2 . ( PTPN IV, 2010)

    Kebutuhan steam 60 % (0,6 ton uap / TBS). (PT. Andalas Steel, 2001).

    Exause steam 15,35 % dan kondensat yang dibuang 60,05 %, sedangkan

    TBS yang masak 84,6 % dari jumlah umpan yang direbus.

  • 55

    Neraca Massa :

    Neraca Massa Bahan Masuk

    Alur 1 :

    TBS = 100 % x 30.000 kg / jam = 30.000 kg / jam

    Alur 2 :

    Steam = 60 % x 30.000 kg / jam = 18.000 kg / jam

    Neraca Bahan Keluar

    Alur 3 :

    Kondensat = 60,02 % x 30.000 kg / jam = 18.015 kg / jam

    Minyak = 0,50 % x 18.015 kg / jam = 90,075 kg / jam

    Kotoran = 6,01 % x 18.015 kg / jam = 1082,7 kg / jam

    Air = 93,49 % x 18.015 kg / jam = 16842,225 kg / jam

    Alur 4 :

    Exause Steam = 15,35 % x 30.000 kg / jam = 4.605 kg / jam

    Alur 5 :

    Tandan Rebus = 84,6 % x 30.000 kg / jam = 25.380 kg / jam

    Tabel LA.1 Neraca Massa pada Sterilizer Masuk (kg / jam) Keluar (kg / jam)

    Komposisi Alur 1 Alur 2 Alur 3 Alur 4 Alur 5

    Minyak - - 90,075 - - Air - - 16842,225 - - Kotoran - - 1082,7 - - TBS 30.000 - - - - Tandan rebus - - - - 25.380 Steam - 18.000 - - - Ex.Steam - - - 4.605 - Jumlah 30.000 18.000 18.015 4.605 25.380 Total 48.000 48.000

  • 56

    L.A.2 Stripping

    TBS yang sudah masak / tandan rebus diumpankan ke Stripping untuk

    memisahkan brondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan

    membanting serta mendorong janjang kosong ke Horizontal Empty Bunch dan

    brondolan akan jatuh melalui kisi-kisi ke Stripper Drum. ( PTPN IV, 2010)

    Persentase tandan kosong 25,43 % dan brondolan 74,7 %.

    Neraca Massa :

    Neraca Massa Bahan Masuk

    Alur 5 :

    Tandan Rebus = 84,6 % x 30.000 kg/jam = 25.380 kg/jam

    Neraca Bahan Keluar

    Alur 6 :

    Tandan Kosong = 25,43 % x 25.380 kg/jam = 6.454,134 kg/jam

    Minyak = 2,7 % x 6.454,134 kg/jam = 174,262 kg/jam

    Kotoran = 32,39 % x 6.454,134 kg/jam = 2.090,494 kg/jam

    Air = 64,91 % x 6.454,134 kg/jam = 4.189,378 kg/jam

    Alur 7 :

    Brondolan = 74,57 % x 25.380 kg/jam = 18.925,866 kg/jam

    Daging Buah = 65,44 % x 18.925,866 kg/jam= 12.385,087 kg/jam

    Biji = 34,56 % x 18.925,866 kg/jam= 6.540,779 kg/jam

  • 57

    Tabel LA.2 Neraca Massa pada Stripping

    Masuk (kg / jam) Keluar (kg / jam) Komposisi

    Alur 5 Alur 6 Alur 7 Minyak - 174,262 - Air - 2.090,494 - Kotoran - 4.189,378 - Daging Buah - - 12.385,087 Biji - - 6.540,779 Tandan rebus 25.380 - - Jumlah 25.380 6.454,134 18.925,866 Total 25.380 25.380

    L.A.3 Digester

    Brondolan dari stripping diumpankan ke Digester dengan Fruit

    Distributing Conveyor Dalam Digester brondolan dilumat dengan pisau-pisau

    pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah pecah dan terlepas dari

    biji. ( PTPN IV, 2010).

    Neraca Massa :

    Neraca Massa Bahan Masuk

    Alur 7 :

    Brondolan = 74,57 % x 25.380 kg/jam = 18.925,866 kg/jam

    Daging Buah = 65,44 % x 18.925,866 kg/jam = 12.385,087 kg/jam

    Biji = 34,56 % x 18.925,866 kg/jam = 6.540,779 kg/jam

    Neraca Bahan Keluar

    Alur 8 :

    Daging buah terpisah dari Biji = 100 % x 18.925,866 kg/jam= 18.925,866 kg/jam

    Minyak = 59,10 % x 18.925,866 kg / jam = 11.185,187kg/jam

    Kotoran = 12,58 % x 18.925,866 kg / jam = 2.380,874 kg/jam

  • 58

    Air = 28,32 % x 18.925,866 kg / jam = 5.359,805 kg/jam

    Tabel LA.3 Neraca Massa pada Digester Masuk (kg / jam) Keluar (kg / jam)

    Komposisi Alur 7 Alur 8

    Minyak - 11.185,187 Air - 5.359,805 Kotoran - 2.380,874 Daging buah 12.385,087 - Biji 6.540,779 - Jumlah 18.925,866 18.925,866 Total 18.925,866 18.925,866

    L.A.4 Pressing

    Massa yang keluar dari Digester di umpankan ke dalam alat pengempa /

    Screw Press melalui Chute. Oleh tekanan Screw yang ditahan oleh Cone, daging

    buah diperas sehingga melalui lubang-lubang seicher minyak dipisahkan dari

    serabut dan biji.Dengan penambahan air panas 20 % dari jumlah massa yang

    akan di press. Hasil pressan minyak kasar 50,1 % dan ampas press 49,9 %.

  • 59

    Neraca Massa :

    Neraca Massa Bahan Masuk

    Alur 8 :

    Daging buah terpisah dari Biji = 100 % x 18.925,866 kg/jam =18.925,866 kg/jam

    Minyak = 59,10 % x 18.925,866 kg/jam =11.185,187 kg/jam

    Kotoran = 12,58 % x 18.925,866 kg/jam = 2.380,874 kg/jam

    Air = 28,32 % x 18.925,866 kg/jam = 5.359,805 kg/jam

    Alur 9 :

    F9 Air = 20 % x 18.925,866 kg/jam =3.785,1732 kg/jam

    Neraca Bahan Keluar

    Jumlah umpan masuk = F8 + F9 = (18.925,866 + 3.785,1732 ) kg/jam

    = 22.711,0392 kg/jam

    Alur 10 :

    F10 = 49,9 % x 22.711,0392 kg/jam =11.332,809 kg/jam

    Minyak = 3,53 % x 11.332,809 kg/jam = 400,05 kg/jam

    Kotoran = 62,13 % x 11.332,809 kg/jam =7.041,072 kg/jam

    Air = 34,34 % x 11.332,809 kg/jam = 3.891,687 kg/jam

    Alur 11

    F11 = 50,1 % x 22.711,0392 kg/jam =11.378,2302kg/jam

    Minyak = 55,57 % x 11.378,2302 kg/jam = 6.322,883 kg/jam

    Kotoran = 23,63 % x 11.378,2302 kg/jam = 2.688,676 kg/jam

    Air = 18,66 % x 11.378,2302 kg/jam = 2.123,1778 kg/jam

    ALB = 2,14 % x 11.378,2302 kg/jam = 243,4934 kg/jam

  • 60

    Tabel LA.4 Neraca Massa pada Pressing Masuk (kg / jam) Keluar (kg / jam)

    Komposisi Alur 8 Alur 9 Alur 10 Alur 11

    Minyak 11.185,187 - 400,05 6.322,883 Air 5.359,805 3.785,1732 3.891,687 2.123,1778 Kotoran 2.380,874 - 7.041,072 2.688,676 ALB - - - 243,4934 Jumlah 18.925,866 3,785.1732 11.332,809 11.378,2302 Total 22.711,0392 22.711,0392

    L.A.5 Depericarper

    Ampas beserta biji yang keluar dari presan dialirkan ke Depericarper

    dengan menggunakan cake breaker conveyor (CBC) untuk memisahkan ampas

    dengan biji. Komposisi ampas 57,3 % dan biji 42,7 %.

    Neraca Massa :

    Neraca Massa Bahan Masuk

    Alur 10 :

    F10 = 49,9 % x 22.711,0392 kg/jam = 11.332,809 kg/jam

    Minyak = 3,53 % x 11.332,809 kg /jam = 400,05 kg/jam

    Kotoran = 62,13 %x 11.332,809 kg / jam = 7.041,072 kg/jam

    Air = 34,34 % x 11.332,809 kg / jam = 3.891,687 kg/jam

    Neraca Bahan Keluar

    Alur 12

    F12 = 57,3 % x 11.332,809 kg/jam = 6.493,6996 kg/jam

  • 61

    Biji = 2 % x 6.493,6996 kg/jam = 129,874 kg/jam

    Inti = 3 % x 6.493,6996 kg/jam = 194,811 kg/jam

    Ampas = 95 % x 6.493,6996 kg/jam = 6169,0146 kg/jam

    Alur 13

    F13 = 42,7 % x 11.332,809 kg/jam = 4.839,1094 kg/jam

    Biji = 88 % x 4.839,1094 kg/jam = 4.258,4163 kg/jam

    Inti = 3,25 % x 4.839,1094 kg/jam = 157,271 kg/jam

    Ampas = 8,75 % x 4.839,1094 kg / jam = 423,4221kg/jam

    Tabel LA.5 Neraca Massa pada Depericarper Masuk (kg / jam) Keluar (kg / jam)

    Komposisi Alur 10 Alur 12 Alur 13

    Minyak 400,05 - - Air 3891,687 - - Kotoran 7041,072 - - Biji - 129,874 4258,4163 Inti - 194,811 157,271 Ampas - 6.169,0146 423,4221 Jumlah 11.332,809 6.493,6996 4.839,1094 Total 11.332,809 11.332,809

    L.A.6 Destroner

    Biji yang dari Depericarper masuk ke polishing drum untuk dialirkan ke

    destroner. Disi kembali terjadi pemisahan antara biji dan ampas. Komposisi

    ampas 8 % dan biji 92 %.

  • 62

    Neraca Massa :

    Neraca Massa Bahan Masuk

    Alur 13

    F13 = 42,7 % x 11.332,809 kg/jam = 4.839,1094 kg/jam

    Biji = 88 % x 4.839,1094 kg/jam = 4.258,4163 kg/jam

    Inti = 3,25 % x 4.839,1094 kg/jam = 157,271 kg/jam

    Ampas = 8,75 % x 4.839,1094 kg/jam = 423,4221 kg/jam

    Neraca Bahan Keluar

    Alur 14

    F14 = 8 % x 4.839,1094 kg/jam = 387,128752 kg/jam

    Inti = 1,8 % x 387,124752 kg/jam = 6,96832 kg/jam

    Ampas = 98,2 % x 387,124752 kg/jam = 380,160432 kg/jam

    Alur 15

    F15 = 92 % x 4.839,1094 kg/jam =4.451,980648kg/jam

    Biji = 91 % x 4.451,980