pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai

35
Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk terhadap Biodiversitas Tanah The Effect of Utilization of Palm Oil Mill Effluent as Fertilizer to Soil Biodiversity Retno Widhiastuti1, Dwi Suryanto1, Mukhlis2, Hesti Wahyuningsih1 Staf Pengajar FMIPA – Biologi USU Staf Pengajar FP – Ilmu Tanah USU Diterima 26 September 2005/Disetujui 1 Februari 2006 1) 2) Abstract The aim of the research is to evaluate effect of Palm Oil Mill Effluent (POME) as fertilizer based on soil biodiversity. The research was conducted at Palm Oil Estate of PT Tapian Nadenggan SMART Group, Langga Payung, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, from March to September 2004. Ecological methods of Muller and Dumbois (1974) and Krebs (1989) were used to

Upload: parno-madania

Post on 24-Jun-2015

637 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit sebagai

Pupuk terhadap Biodiversitas Tanah

The Effect of Utilization of Palm Oil Mill Effluent as Fertilizer to Soil Biodiversity

Retno Widhiastuti1, Dwi Suryanto1, Mukhlis2, Hesti Wahyuningsih1

Staf Pengajar FMIPA – Biologi USU

Staf Pengajar FP – Ilmu Tanah USU

Diterima 26 September 2005/Disetujui 1 Februari 2006

1)

2)

Abstract

The aim of the research is to evaluate effect of Palm Oil Mill Effluent (POME) as fertilizer

based on soil biodiversity. The research was conducted at Palm Oil Estate of PT Tapian Nadenggan

SMART Group, Langga Payung, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, from March to

September 2004. Ecological methods of Muller and Dumbois (1974) and Krebs (1989) were used to

analyze soil biodiversity. Randomized Complete Block Design with 4 treatments was utilized to

statistically analyzed soil physic and chemical properties (Gomez and Gomez, 1994). The treatments

were area without application of POME (B0), area with application of POME since 1990–2004

(B1), area with application of POME since 1991–2004 (B2), and area with application of POME

since 1992–2004 (B3). The result showed that POME could be a good fertilizer by increasing soil

Page 2: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

physic and chemical properties, soil biodiversity and total bacteria. It could also reduce seed in the

area of application.

Keyword: POME, biodiversity, environment

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik

pengolahan kelapa sawit (LPKS) sebagai pupuk terhadap biodiversitas tanah agar dapat

membuktikan bahwa pemanfaatan LPKS tidak mencemari lingkungan. Penelitian dilakukan

di perkebunan kelapa sawit PT Tapian Nadenggan SMART Group, Langga Payung,

Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada bulan Maret sampai dengan September

2004. Metoda analisis biodiversitas yang digunakan adalah metoda ekologi dari Muller dan

Dumbois (1974) dan Krebs (1989), sedangkan untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

digunakan rancangan acak kelompok non faktorial menurut Gomez and Gomez (1994)

dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut adalah: B0 = areal perkebunan tanpa

aplikasi LPKS, B1 = areal perkebunan dengan aplikasi LPKS tahun 1990–2004 (14 tahun),

B2 = areal perkebunan dengan aplikasi LPKS tahun 1991–2004 (13 tahun), dan B3 = areal

perkebunan dengan aplikasi LPKS tahun 1992–2004 (12 tahun). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemanfaatan LPKS dapat berfungsi sebagai pupuk organik dengan

meningkatkan sifat fisik–kimia tanah, biodiversitas tanah, menurunkan kehadiran gulma

penting pada perkebunan kelapa sawit, dan meningkatkan total bakteri tanah.

Kata kunci: LPKS, biodiversitas, lingkungan

Pendahuluan

Laju perkembangan industri kelapa

Page 3: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

sawit di Indonesia semakin pesat, baik

peningkatan luas lahan kelapa sawit maupun

peningkatan jumlah pabrik pengolahan

kelapa sawit. Peningkatan luas lahan kelapa

sawit akan memerlukan jumlah pupuk

untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit,

sedangkan peningkatan pabrik pengolahan

kelapa sawit akan meningkatkan kerusakan

lingkungan terutama lingkungan perairan

1

karena limbah cair pabrik pengolahan kelapa

sawit (LPKS) selalu dibuang ke sungai.

Limbah pabrik pengolahan kelapa

sawit mempunyai kandungan hara yang

dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan kelapa

sawit, sehingga untuk menghindari pencemaran

lingkungan dan untuk mengatasi kebutuhan

pupuk, limbah PKS memungkinkan untuk

dimanfaatkan pada lahan perkebunan kelapa

sawit.

Menurut Loebis dan Tobing (1989)

limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit

mengandung unsur hara yang tinggi seperti

Page 4: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair

tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai

sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, di

samping memberikan kelembaban tanah,

juga dapat meningkatkan sifat fisik–kimia

tanah, serta dapat meningkatkan status hara

tanah.

Berdasarkan hal tersebut penelitian

ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh

pemanfaatan LPKS sebagai pupuk terhadap

biodiversitas tanah agar dapat membuktikan

bahwa pemanfaatan LPKS tidak mencemari

lingkungan.

Bahan dan Metoda

Penelitian dilakukan di perkebunan

kelapa sawit PT Tapian Nadenggan SMART

Group, Langga Payung, Kabupaten Labuhan

Batu, Sumatera Utara yang sejak tahun

1990 telah mengaplikasikan LPKS-nya ke

areal perkebunan. Aplikasi LPKS ke areal

perkebunan diambil dari kolam anaerob

dengan sistem flat beds. Aplikasi LPKS

secara flat beds, yaitu aplikasi limbah cair

Page 5: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

dengan teknik parit bersekat. Pembuatan

konstruksi dibuat di gawangan mati, di

antara baris pohon yang dihubungkan

dengan saluran parit dengan kemiringan

tertentu. Limbah cair dipompakan dari

kolam limbah ke bak penampungan (bak

distribusi) yang berada di areal paling atas,

setelah itu dialirkan ke masing-masing flat

beds hingga flat beds terakhir.

Sifat kimia LPKS yang diaplikasikan

ke lahan perkebunan kelapa sawit dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan sifat kimia LPKS

yang

diaplikasikan

ke

lahan

perkebunan kelapa sawit

No.

1.

2.

3.

4.

Page 6: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

5.

6.

7.

8.

Parameter

pH

BOD (ppm)

COD (ppm)

N total (ppm)

P (ppm)

K (ppm)

Mg (ppm)

Minyak

Nilai BOD limbah PKS yang

diaplikasikan sebesar 1798,5 ppm. Nilai BOD

tersebut di bawah nilai BOD pada standardisasi

pengolahan limbah PKS untuk aplikasi

lahan menurut Peraturan Menteri Pertanian

tahun 1995, yaitu sebesar < 3500 ppm. Hal

ini karena aplikasi limbah PKS di PT

Tapian Nadenggan telah dilakukan sejak

tahun 1990 sebelum ada peraturan maupun

petunjuk teknis dari pemerintah. Adanya

Page 7: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

kekhawatiran akan mencemari lingkungan

sehingga BOD limbah yang diaplikasikan ke

lahan relatif kecil.

Penelitian dilakukan pada bulan

Maret sampai dengan September 2004.

Rancangan penelitian untuk pengamatan

sifat fisik–kimia tanah menggunakan rancangan

acak kelompok menurut Gomez dan Gomez

(1994), dengan 4 perlakuan aplikasi limbah

sebagai pupuk, yaitu: B0 tanpa aplikasi

LPKS, B1 aplikasi LPKS tahun 1990–2004,

B2 aplikasi LPKS tahun 1991–2004, B3

aplikasi LPKS tahun 1992–2004. Ulangan

sebanyak 5 kali. Untuk penelitian biodiversitas

tanah (tumbuhan penutup tanah, makrofauna,

dan mesofauna tanah) dilakukan dengan

metoda ekologi dari Muller and Dumbois

(1974) dan Krebs (1989). Mikrobiologi

tanah dilakukan dengan metoda Most

Probable Number (Anas, 1989) dan (Bibiana,

dan Hastowo, 1994).

Hasil

6,6

1798,5

Page 8: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

2941

196

19,5

267

61

103

Retno Widhiastuti, Dwi Suryanto, Mukhlis, Hesti Wahyuningsih: Pengaruh Pemanfaatan

Limbah Cair Pabrik

Analisis laboratorium dilakukan di

Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium

Ekologi FMIPA, dan Laboratorium Kimia

Tanah Fakultas Pertanian USU, Medan.

Analisis data tumbuhan penutup

tanah dihitung dengan cara: data yang

diperoleh dihitung kerapatan, frekuensi

dengan rumus dari Muller and Dumbois

(1974) sebagai berikut:

Kerapatan relatif (KR) =

Frekuensi relatif (FR) =

Jumlah individu

suatu jenis

Page 9: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Jumlah individu

semua jenis

Jumlah sampel plot

pengambilan tiap jenis

Jumlah plot pengambilan

semua jenis

X 100 %

X 100 %

Untuk mengetahui peranan jenis

vegetasi dicari indeks nilai penting, dengan

rumus INP = KR + FR.

Analisis makrofauna dan mesofauna

tanah dihitung dengan cara: data yang

diperoleh dihitung kerapatan, frekuensi

dengan rumus dari Krebs (1989) sebagai

berikut:

Kerapatan relatif (KR) =

Page 10: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Frekuensi relatif (FR) =

Jumlah individu

suatu jenis

Jumlah individu

semua jenis

Jumlah sampel ditemukan

suatu jenis

Jumlah seluruh

sampel

X 100 %

X 100 %

Untuk mengetahui makrofauna dan

mesofauna yang dominan, dilakukan uji

index dominance dari Krebs (1989), sebagai

berikut:

C = ∑ (ni/N) 2

Keterangan:

Page 11: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

C: indeks of dominan

ni: individu jenis ke i

N: individu seluruh jenis

Untuk mengetahui keanekaraga-

man jenis biota tanah dilakukan dengan

perhitungan sebagai berikut:

s

H’ = - ∑ pi ln pi

i-j

Keterangan:

H’ = indeks diversitas

S = jumlah spesies taksa

pi = ni/N

ni = individu dalam takson ke i

N = individu total semua takson

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Aplikasi Limbah PKS terhadap

Sifat Fisik dan Kimia Tanah

LPKS yang diaplikasikan ke tanah

pada lahan perkebunan kelapa sawit (Tabel

2), ternyata berfungsi sebagai bahan pupuk

organik. Hal ini terlihat oleh meningkatnya

Page 12: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

pH, kadar bahan organik, N total, P

tersedia, K dan Mg tukar tanah setelah

diaplikasi LPKS selama 12 tahun (B3), 13

tahun (B2), dan 14 tahun (B1).

Tabel 2. Pengaruh aplikasi LPKS terhadap sifat kimia tanah

C organik

N total

Rasio C/N

P tersedia

(%)

(%)

(ppm)

B0

5,39 bB

1,50 cC

0,158 cC

9,498 b

7,778 dD

B1

5,73 bB

1,80 bAB

0,164 cC

10,964 a

Page 13: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

151,256 cC

B2

5,64 bB

2,12 aA

0,192 aA

11,022 a

196,564 bB

6,25 aA

1.69 bB

0,176 bB

9,574 b

224,778 aA

B3

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

dan P 0,01 (A, B, C, D).

Perlakuan

pH tanah

K tukar

Mg Tukar

(me/100)

(me/100)

0,098 cC

Page 14: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

0,326 dD

0,900 aA

1,336 bB

0,576 bB

1,254 cC

0,962 aA

2,536 aA

nyata pada P 0,05 (a, b, c,d)

Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 41 • No. 1 • Maret 2006

Tabel 3. Pengaruh aplikasi LPKS terhadap permeabelitas, porositas, dan kadar air tanah

Perlakuan

B0

B1

B2

B3

Permeabilitas, Porositas, dan Kadar Air

Tanah

Aplikasi limbah cair PKS ke tanah

selama 12, 13, dan 14 tahun hanya

menunjukkan pengaruh kepada permeabilitas

Page 15: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

tanah. Sebagaimana Tabel 3 menunjukkan

bahwa permeabilitas tanah menurun akibat

aplikasi limbah. Penurunan permeabilitas

tanah ini disebabkan karena pada bahan

limbah masih terkandung minyak/lemak

yang dapat mengakibatkan sifat hidrofobik

pada tanah.

Aplikasi limbah cair PKS tidak

berpengaruh terhadap porositas dan kadar

air tanah, namun ada kecenderungan makin

lama limbah PKS diaplikasikan porositas

dan kadar air makin meningkat.

Pengaruh Aplikasi Limbah PKS terhadap

Biodiversitas Tanah

1. Tumbuhan Penutup Tanah

Tumbuhan penutup tanah yang

ditemukan pada lokasi penelitian terdiri

dari 19 famili dengan jumlah spesies 46

spesies. Jumlah spesies yang ditemukan pada

semua komunitas berbeda-beda. Hal ini

banyak faktor yang menentukan. Dapat dari

pengaruh sifat penyebaran tumbuhan tersebut,

faktor lingkungan fisik–kimia tanah, dan

fisik–kimia limbah cair PKS, maupun campur

Page 16: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

tangan manusia pada lokasi perkebunan.

Kerapatan Relatif Tumbuhan Penutup

Tanah

Kerapatan relatif tumbuhan penutup

tanah pada lahan tanpa aplikasi limbah

PKS (B0) adalah Borreria laevis sebesar

27,89%; pada lahan aplikasi limbah sejak

tahun 1990 (B1) adalah Ageratum conyzoides

sebesar 17,30%; pada lahan aplikasi limbah

Permeabilitas

(cm/jam)

16,302 a

4,956 b

5,522 b

5,258 b

Porositas

(%)

49,886 a

53,888 a

52,680 a

51,322 a

Page 17: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Kadar Air

(%)

22,818 a

25,598 a

25,486 a

22,326 a

sejak tahun 1992 (B2) adalah Diodia sarmentosa

sebesar 20,16%; dan pada pada lahan

aplikasi limbah sejak tahun 1992 (B2) adalah

Ageratum conyzoides sebesar 33,07%.

Frekuensi Relatif Tumbuhan Penutup

Tanah

Frekuensi relatif tumbuhan penutup

tanah pada lahan perkebunan kelapa sawit

tanpa aplikasi limbah (B0) adalah Axonopus

compressus sebesar 9,76%; pada lahan

aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1)

adalah Peperomia pelucida sebesar 8,26%;

pada lahan aplikasi limbah sejak tahun

1992 (B2) adalah Peperomia pellucida dan

Diodia sarmentosa, masing-masing sebesar

9,17%; dan pada pada lahan aplikasi limbah

sejak tahun 1992 (B3) adalah Ageratum

Page 18: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

conyzoides dan Diodia sarmentosa sebesar

8,26%.

Indeks Nilai Penting Tumbuhan Penutup

Tanah

Indeks nilai penting tumbuhan

penutup tanah menggambarkan besarnya

peranan suatu jenis tumbuhan di dalam

suatu komunitas. Indeks nilai penting

tertinggi tumbuhan penutup tanah pada

komunitas B0 adalah Axonopus compressus

sebesar 36,20%; pada komunitas B1 adalah

Peperomia pelucida sebesar 25,05%; pada

komunitas B2 adalah Diodia sarmentosa

sebesar 29,33%, dan pada komunitas B3

adalah Ageratum conyzoides sebesar 41,34%.

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan

(1985) ada tujuh jenis gulma penting pada

perkebunan kelapa sawit, yaitu: Axonopus

compressus, Cyclosorus aridus, Cyrtococcum

patens, Imperata cylindrica, Mikania micrantha,

Retno Widhiastuti, Dwi Suryanto, Mukhlis, Hesti Wahyuningsih: Pengaruh Pemanfaatan

Limbah Cair Pabrik

Page 19: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Ottochloa arnottiana, Panicum repens, dan

Paspalum conjugatum. Dengan demikian

pada lokasi penelitian didapatkan lima jenis

gulma penting, yaitu: Mikania micrantha,

Axonopus compressus, Paspalum conjugatum,

Ottochloa arnottiana, dan Cyclosorus aridus.

Pada lahan tanpa aplikasi limbah

PKS (komunitas B0) terdapat jenis tumbuhan

penutup tanah yang merupakan gulma

penting dan merupakan populasi tertinggi

lahan tersebut, yaitu Axonopus compressus,

sedangkan pada lahan dengan aplikasi limbah

PKS walaupun terdapat jenis-jenis gulma

penting namun jumlahnya relatif kecil. Jadi

lamanya pemberian limbah cair PKS akan

menurunkan jumlah individu gulma

penting, karena adanya peningkatan jumlah

individu dari spesies Ageratum conyzoides,

Eupatorium riparium, Peperomia pellucida,

Borreria laevis, dan Diodia sarmentosa.

Indeks Diversitas (Keanekaragaman)

Tumbuhan Penutup Tanah

Indeks keanekaragaman tumbuhan

penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 4

Page 20: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

berikut ini.

Tabel 4. Indeks keanekaragaman

penutup tanah

Komunitas

B0

B1

B2

B3

Pada komunitas yang diberi aplikasi

limbah ada kecenderungan indeks keaneka-

ragamannya meningkat, walaupun pada

komunitas B3 lebih kecil daripada B0, hal

ini karena keanekaragaman spesies tidak

hanya merupakan fungsi dari jumlah spesies,

tetapi juga fungsi dari kemerataan distribusi

kelimpahan dari spesies itu dalam komunitasnya.

Dengan demikian komposisi jenis, jumlah

individu yang ditemukan, kerapatan relatif

dan frekuensi relatif, dapat menentukan

besarnya keanekaragaman jenis.

tumbuhan

Page 21: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Indeks Diversitas

2,2367

2,5922

2,4331

2,1481

2. Makrofauna Tanah

Makrofauna tanah yang ditemukan

pada lokasi penelitian terdiri dari 5 klas,

12 ordo, 28 famili dengan 34 genus. Klas

makrofauna yang didapatkan di areal

penelitian adalah: Arachnida (bangsa laba-

laba), Chilopoda (lipan), Oligochaeta

(cacing), Gastropoda (siput), dan Insecta

(serangga). Makrofauna tanah yang ditemukan

dalam jumlah besar adalah dari kelompok

serangga, yang terdiri dari delapan ordo,

yaitu: Blattaria, Coleoptera, Hemiptera,

Hymenoptera, Isoptera, Orthoptera, dan

Neuroptera. Dari spesies-spesies yang

diperoleh di lokasi penelitian ada spesies

yang merupakan hama bagi tanaman kelapa

sawit, yaitu spesies: Oryctes rhinoceros. Spesies

Oryctes rhinoceros bukan makrofauna tanah

Page 22: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

obligat, pada bentuk yang dewasa tidak lagi

hidup di tanah tetapi menjadi hama pada

tanaman sawit. Spesies tersebut ditemukan

hanya pada lahan tanpa aplikasi limbah

PKS. Dengan demikian ada kemungkinan

limbah cair PKS yang diaplikasikan ke

lahan dapat mengurangi kehadiran hama

tersebut.

Kepadatan Relatif MakrofaunaTanah

Kepadatan relatif makrofauna tanah

tertinggi pada lahan tanpa aplikasi limbah

(B0) adalah Amaurobius sp., sebesar 13,79%;

pada aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1)

adalah Amaurobius sp., dan Selenopsis germinata,

masing-masing 13,79% dan 8,69%; pada B2

adalah Forticula sp., sebesar 10,60%; dan

pada B3 adalah Lumbricus sp. dan

Crematogaster sp. sebesar 13,04%.

Frekuensi Relatif Makrofauna Tanah

Frekuensi relatif makrofauna tanah

tertinggi pada lahan tanpa aplikasi limbah

(B0) adalah Amaurobius sp., sebesar

14,299%; pada aplikasi limbah sejak tahun

Page 23: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

1990 (B1) adalah Phyta sp. sebesar 8,77%;

pada B2 adalah Phyta sp., Forticula sp.

masing-masing 7,55%; dan pada B3 adalah

Amaurobius sp. sebesar 8,89%. Jadi Amaurobius sp.

Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 41 • No. 1 • Maret 2006

merupakan jenis makrofauna yang sering

didapatkan baik pada lahan yang diberi

aplikasi linbah cair PKS maupun yang tidak

diberi aplikasi.

Dominansi Relatif MakrofaunaTanah

Dominansi relatif tertinggi pada

lahan tanpa aplikasi limbah (B0) adalah

Amaurobius sp., sebesar 0,0196%; pada

aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1)

adalah Selenopsis germinata sebesar 0,0093%;

ada B2 adalah Forticula sp. sebesar 0,0112%;

dan pada B3 adalah Crematogaster sp.

sebesar 8,89%.

Indeks Diversitas (Keanekaragaman)

Makrofauna Tanah

Indeks keanekaragaman makro-

Page 24: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

fauna tanah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Indeks keanekaragaman makrofauna

tanah

Komunitas

B0

B1

B2

B3

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa

ada kecenderungan makin lama limbah

PKS diberikan keanekaragaman makrofauna

makin meningkat.

3. Mesofauna Tanah

Mesofauna tanah yang ditemukan

pada lokasi penelitian terdiri dari 14 ordo,

26 famili dengan 33 genus.

Kepadatan Relatif Mesofauna Tanah

Kepadatan relatif mesofauna tanah

tertinggi pada lahan tanpa aplikasi limbah

(B0) adalah Porcellio sebesar 13,99%; pada

Page 25: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Tabel 7. Jumlah sel bakteri dari contoh tanah

Indeks Diversitas

2,7891

3,0785

2,9701

2,9592

aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1)

adalah Macrotermes sebesar 9,09%; pada B2

adalah Tegenaria sebesar 10,49%; dan pada

B3 adalah Macrotermes sebesar 11,96%.

Frekuensi Relatif Mesofauna Tanah

Frekuensi relatif mesofauna tanah

tertinggi pada lahan tanpa aplikasi limbah

(B0) adalah Tegenaria sebesar 10,64%; pada

aplikasi limbah sejak tahun 1990 (B1)

adalah Phyta sebesar 6,38%; pada B2 adalah

Dynastis sebesar 6,67%; dan pada B3 adalah

Phyta sebesar 7,41%. Dengan demikian,

genus Phyta merupakan mesofauna yang sering

ada pada lahan yang diberi aplikasi limbah

cair PKS.

Page 26: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Dominansi Relatif MesofaunaTanah

Dominansi relatif tertinggi pada

lahan tanpa aplikasi limbah (B0) adalah

Porcellio, sebesar 0,0196%; pada aplikasi

limbah sejak tahun 1990 (B1) adalah

Macrotermes sebesar 0,0080%; pada B2

adalah Tegenaria sebesar 0,0112%; dan pada

B3 adalah Macrotermes sebesar 0,0143%.

Indeks Diversitas (Keanekaragaman)

MesofaunaTanah

Indeks keanekaragaman mesofauna

tanah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Indeks

tanah

keanekaragaman

Komunitas

B0

B1

B2

B3

Page 27: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

mesofauna

Indeks Diversitas

2,7805

3,0159

2,9990

2,9316

Pada Tabel 6 ada kecenderungan

makin lama limbah PKS diberikan indeks

keanekaragaman mesofauna makin meningkat.

Total bakteri

56.5 105

5

71 10

97 105

99.5 105

Page 28: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Bakteri pembentuk spora

29.5 105

5

4.5 10

3 105

3.5 105

Enterobacteriaceae

25 105

10.5 10

7 105

19.5 105

5

E. coli

Page 29: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

2 105

Tak terdeteksi

Tak terdeteksi

Tak terdeteksi

Retno Widhiastuti, Dwi Suryanto, Mukhlis, Hesti Wahyuningsih: Pengaruh Pemanfaatan

Limbah Cair Pabrik

4. Mikroba Tanah

Jumlah total sel bakteri yang

ditemukan pada masing-masing lokasi

perlakuan bervariasi, demikian juga jumlah

sel bakteri pembentuk spora, dan kelompok

Enterobacteriaceae (Tabel 7). Secara umum

jumlah total sel bakteri paling tinggi

berturut-turut ditemukan di lokasi, B1, B2,

dan B3. Hal ini mengindikasikan bahwa

praktik aplikasi limbah kelapa sawit memberikan

kontribusi terhadap kesuburan flora tanah.

Rao (1994) menyebutkan tanah yang subur

memiliki kandungan sel bakteri ≤ 106

Page 30: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

sel/gram tanah.

Tekanan lingkungan terhadap flora

tanah terlihat lebih kecil di lokasi aplikasi

dibandingkan dengan lokasi tanpa aplikasi.

Besarnya jumlah sel bakteri pembentuk

spora mungkin mengindikasikan hal ini.

Spora merupakan salah satu cara bakteri

untuk bertahan dalam kondisi yang tidak

menyenangkan. Kelompok ini yang secara

umum diwakili kelompok bakteri tanah

seperti Bacillus dan Clostridium lebih mampu

bertahan dibandingkan dengan kelompok

bakteri yang tidak membentuk spora dalam

menghadapi tekanan lingkungan. Hal ini

juga merupakan alasan kelompok bakteri

pembentuk spora tidak terdeteksi keberadaannya

dalam air.

Lebih tingginya jumlah total sel

bakteri pada lokasi aplikasi mengindikasikan

bahwa aplikasi ini telah menyediakan cukup

nutrisi berupa senyawa karbon sederhana

monosakarida, asam amino, dan asam lemak

yang secara umum lebih mudah dimetabolisme

kelompok bakteri dibandingkan senyawa

kompleksnya seperti selulosa atau amilum,

Page 31: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

protein, dan lemak (Donelly, 1978).

Di semua lokasi ditemukan kelompok

bakteri Enterobacteriaceae. Menurut Suryanto

dan Suwanto, 2003) kelompok bakteri

tersebut sering merupakan kelompok

bakteri penyebab penyakit, namun tidak

sedikit yang terlibat dalam perputaran unsur

hara seperti C, N, dan P. Bakteri seperti

Klebsiella pneumonia diketahui mampu

berperan dalam perputaran unsur N di alam,

sedangkan Serratia marcescens mampu

merombak senyawa hidrokarbon aromatik.

Kelompok Escherichia coli merupakan salah

satu kelompok Enterobacteriaceae yang

dapat menyebabkan penyakit.

1. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan

kelapa sawit dapat dijadikan pupuk,

karena pemberian limbah cair pabrik

pengolahan kelapa sawit pada lahan

perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan

sifat fisik–kimia tanah.

2. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan

kelapa sawit dapat meningkatkan biodiversitas

Page 32: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

tumbuhan penutup tanah dan menurunkan

kehadiran gulma penting pada perkebunan

kelapa sawit.

3. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan

kelapa sawit dapat meningkatkan biodiversitas

makrofauna dan mesofauna tanah.

4. Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan

kelapa sawit dapat meningkatkan total

bakteri tanah, namun menurunkan bakteri

Enterobacteriaceae yang sering merupakan

kelompok bakteri penyebab penyakit.

Adianto, 1986. Biologi Pertanian. Penerbit

Alumni. Bandung.

Bibiana, W. L. dan Hastowo, S. 1994.

Analisis Mikroba di Laboratorium.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Danielson, R. E. and P. L. Sutherland.

1986. Porosity. Methods of Soil

Analysis, Part I. Physical and

Mineralogical

Methods

Second

Page 33: Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai

Edition. Arnold Klute, Editor.

American Society of Agronomy, Inc.

Soil Science Society of America, Inc.

Madison, Wisconsin USA.

Gomez, A. K. and A. A. Gomez. 1994.

Statistical Prosedure for Agricultural.

Research. Terjemahan. Syamsudin, E.

dan S. B. Yustika (1995). Prosedur

Statistik Untuk Penelitian Pertanian.

Penerbit Universitas Indonesia Press.

Jakarta 698 hal.

Kesimpulan

Daftar Pustaka