bab 2 tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/45993/3/bab 2.pdf · diastolik 90 mmhg atau lebih, tanpa...

20
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Darah Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit (Wilson, 2006). Darah adalah cairan berwarna merah yang mengisi pembuluh darah dan terdiri dari sel sel darah dan cairan yang disebut plasma. Darah merupakan 8% BB total. Volume rata-rata : pria 5,5 L dan wanita 5 L. Terdiri dari 5% dalam bentuk plasma dan 3 % dalam sel darah. pH darah = 7,35 7,45 (Guyton dan Hall, 2014). 2.1.1 Fungsi darah : 1. Transport (utama) Gas pernafasan : O 2 , CO 2 Nutrisi, hormon, elektrolit. Metabolit 2. Proteksi Kelompok leukosit, komplemen, antibodi Clotting (koagulasi) 3. Homeostasis Keseimbangan asam basa Pengaturan suhu menghantarkan panas tubuh 2.1.2 Aliran darah Sirkulasi sistemik dimulai dari arteri secara progresif bercabang-cabang karena membawa darah dari jantung ke organ. Setiap organ terbentuk cabang arteri untuk menyalurkan darah. Setelah masuk ke organ maka arteri akan bercabang-cabang menjadi arteriol yang kemudian bercabang-cabang lagi menjadi

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Darah

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang

mengandung elektrolit (Wilson, 2006). Darah adalah cairan berwarna merah yang

mengisi pembuluh darah dan terdiri dari sel – sel darah dan cairan yang disebut

plasma. Darah merupakan 8% BB total. Volume rata-rata : pria 5,5 L dan wanita 5

L. Terdiri dari 5% dalam bentuk plasma dan 3 % dalam sel darah. pH darah =

7,35 – 7,45 (Guyton dan Hall, 2014).

2.1.1 Fungsi darah :

1. Transport (utama)

• Gas pernafasan : O2, CO2

• Nutrisi, hormon, elektrolit.

• Metabolit

2. Proteksi

• Kelompok leukosit, komplemen, antibodi

• Clotting (koagulasi)

3. Homeostasis

• Keseimbangan asam basa

• Pengaturan suhu menghantarkan panas tubuh

2.1.2 Aliran darah

Sirkulasi sistemik dimulai dari arteri secara progresif bercabang-cabang

karena membawa darah dari jantung ke organ. Setiap organ terbentuk cabang

arteri untuk menyalurkan darah. Setelah masuk ke organ maka arteri akan

bercabang-cabang menjadi arteriol yang kemudian bercabang-cabang lagi menjadi

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

6

anyaman kapiler yang luas. Kapiler-kapiler menyatu kembali untuk membentuk

venula, lalu menyatu menjadi vena-vena kecil yang keluar dari organ. Vena-vena

kecil progresif menyatu untuk membawa darah kembali ke jantung.

Sirkulasi paru dimulai saat darah yang mengandung CO2 yang berasal dari

vena cava inferior dan superior mengalir meninggalkan jantung melalui arteri

pulmonalis menuju paru-paru. Di dalam kapilaria paru-paru terjadi pertukaran gas

CO2 dan O2 kemudian darah akan keluar dari paru melalui vena pulmonalis dan

masuk ke atrium kiri. Darah mengalir dari atrium kiri melalui katub mitral ke

ventrikel kiri lalu keluar dari jantung melalui aorta dan dimulai sistem sirkulasi

sistemik. (Sherwood, 2016)

2.2 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang di butuhkan untuk

mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari tekanan darah akan

berubah-ubah sesuai dengan aktivitas tubuh. Latihan berat dan stres akan

meningkatkan tekanan darah. Penggolongan tekanan darah :

a. Tekanan darah normal

Seseorang memiliki tekanan darah normal bila catatan tekanan darah

sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg (Sherwood, 2016).

b. Tekanan darah rendah

Seseorang memiliki tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah

sistolik < 100 mmHg dan diastolik < 60 mmHg (Sherwood, 2016)

c. Tekanan darah tinggi

Seseorang memiliki tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah

sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (Sherwood, 2016).

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

7

Refleks baroreceptor yang mempengaruhi tekanan darah :

a. Pada stimulus parasimpatis akan menurunkan kecepatan jantung yang

menyebabkan curah jantung menurun sehingga menurunkan tekanan

darah. (Sherwood, 2016)

b. Stimulasi simpatis akan mempengaruhi :

Jantung meningkat kecepatannya sehingga curah jantung meningkat

dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu

mempengaruhi peningkatan kekuatan kontraksi jantung sehingga isi

sekuncup meningkat dan meningkatkan tekanan darah. (Sherwood,

2016)

Arteriole akan mengalami peningkatan vasokontriksi lalu

meningkatnya resistensi perifer total yang menyebabkan peningkatan

tekanan darah. (Sherwood, 2016)

Vena akan meningkat vasokontriksi, aliran balik vena akan

meningkat, sehingga isi sekuncup meningkat, curah jantung

meningkat dan menyebabkan. (Sherwood, 2016)

2.3 Hipertensi

Menurut International Society of nephrology tahun 2006 mendefinisikan

hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan

diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi

pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 )

Peningkatan tekanan darah atau hipertensi disebut juga “the silent disease”

karena tidak terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar (Gunawan, 2004).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

8

Tekanan darah tinggi keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal dalam jangka waktu lama. Indikatornya adalah diperiksa

dengan spygmomanometer. Berdasarkan JNC VII, orang dewasa di nyatakan

mengalami hipertensi apabila tekanan sistolik 140 mmHg dan distolik 90 mmHg

atau lebih (Davis, 2004).

Tabel 1.1 Tekanan Darah

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) <80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 ≥ 160 mmHg (atau) ≥100 mmHg

Sumber : JNC VII

2.3.1 Klasifikasi Hipertensi

a. Hipertensi menurut penggolongannya :

1. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)

Merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan

tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan

sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung

berkontraksi (denyut jantung).

2. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)

Merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan

tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara

tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang

melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

9

3. Hipertensi campuran

Merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

b. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan:

Pembagian hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer (esensial)

dan hipertensi sekunder. Dulunya tipe digunakan untuk menggambarkan

hipertensi bukan mengetahui patologinya. (Tanira, 2005)

1. Hipertensi Primer

Merupakan hipertensi dengan penyebab multifaktorial yang masing-

masing akan saling berinteraksi dan mengganggu homeostasis, sehingga

tekanan darah baik sistolik maupun diastolik akan mengalami peningkatan

(Williams, 2015). Memiliki kecenderungan genetik dan dipengaruhi oleh

obesitas, stres, merokok, konsumsi garam berlebih. Kejadian hipertensi

primer juga sangat dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Faktor keturunan

berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel

(Sherwood, 2016).

2. Hipertensi sekunder

Penyebab hipertensi ini adalah akibat gangguan sistem kardiovaskuler,

sistem renal, sistem endokrin, sistem neuron dan kehamilan (Davis,2004).

Selain itu penyebab hipertensi sekunder :

a. Penyempitan kongingental aorta

b. Penyakit ginjal

c. Gangguan endokrin misalnya syndroma chusing

d. Gangguan neurologis misalnya tumor otak

e. Pengobatan jenis stimulus simpatetik misalnya terapi pengganti estrogen

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

10

2.3.2 Gejala Hipertensi

Umumnya gejala hipertensi antara lain

a. Sakit Kepala

b. Mudah marah

c. Mimisan

d. Sukar tidur

e. Sesak nafas

f. Mudah lelah

g. Tengkuk terasa berat

h. Mata berkunang-kunang

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi hipertensi

1. Umur

Menurut Indonesian Society of hipertention tahun 2012 hipertensi sering

terjadi pada pria setelah 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah 45 tahun

(setelah menopouse). Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45

tahun dan hanya pada 20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal

ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan

seperti merokok (Dhianningtyas & Hendrati, 2006). Pada saat terjadi penambahan

usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko peningkatan penyakityang meliputi

kelainan syaraf, kelainan jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi

panca indera dan kelainan metabolism pada tubuh (Muniroh, 2007).

2. Obesitas

Untuk mengetahui seseorang memiliki berat badan yang berlebih atau tidak,

dapat dilihat dari perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hubungan tekanan

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

11

darah dengan berat badan, lebih nyata untuk tekanan sistolik daripada tekanan

diastolik (Suryati, 2005). Risiko hipertensi pada seseorang yang mengalami

obesitas adalah 2-6 kali lebih tinggi dibanding seseorang dengan berat badan

normal (Muniroh dan Wirjatmadi, 2007).

3. Aktifitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan meningkatkan kemungkinan

timbulnya obesitas. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih

keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,

makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. (Suyono, 2001)

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak

merokok, tidak minum alkohol, dan lebih sering berolahraga. Tingginya risiko

terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena

kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima

informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada

prilaku/pola hidup sehat. (Anggara dan Prayitno, 2013)

5. Merokok

Nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang

sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes,2007).

6. Konsumsi Natrium

Diet tinggi garam dapat memompa lebih keras untuk mendorong volume

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

12

darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang pada akhirnya

menyebabkan tekanan darah semakin meningkat (Anggara dan Prayitno, 2013).

7. Konsumsi Kalium

Banyak mengkonsumsi kalium akan meningkatkan konsentrasi di dalam

cairan intraseluler sehingga cenderung menaikkan cairan dibagian ekstraseluler

dan menurunkan tekanan darah. (Anggara dan Prayitno, 2013)

8. Pekerjaan

Pekerjaan berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak

bekerja aktifitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan kejadian

hipertensi (Anggara dan Prayitno, 2013)

9. Stres

Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin

dan memacu jantung lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah

meningkat. Jika stres berlangsung lebih lama, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organ atau perubahan patologis. Gejala

yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit gastritis. Diperkirakan

prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat

yang lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih disebabkan stres atau dan rasa

tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. ( Prasetyorini , 2012 )

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi

Peningkatan frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel yang

menyebabkan peningkatan aliran balik vena sehingga meningkatkan volume

sekuncup ( mekanisme Frank-Starling ). Begitu pula, peningkatan aktivitas

simpatis dari sistem saraf pusat dan/ atau peningkatan respon terhadap

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

13

katekolamin ( misal, akibat hormon kortisol atau tiroid ) dapat menyebabkan

peningkatan curah jantung. Vasokontriksi perifer yang luar biasa tinggi ( arteriol )

atau beberapa penyempitan pembuluh darah perifer lain, tetapi dapat juga akibat

peningkatan viskositas darah (peningkatan hematokrit). Vasokontriksi terutama

berasal dari 10 peningkatan aktivitas simpatis ( dari saraf atau medula adrenal ),

peningkatan respons terhadap katekolamin, atau peningkatan konsentrasi

angiotensin II. Mekanisme autoregulasi juga termasuk vasokontriksi. Selain itu,

mungkin terjadi hipertrofi otot vasokonstriktor. Akhirnya, hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan vaskuler yang akan meningkatkan TPR ( hipertensi

menetap ).

Semakin orang bertambah usia, fungsi tubuh akan semakin turun, sementara

jumlah lemak meningkat, yang sebagian besar di sebabkan oleh faktor endokrin.

(Silbernagl, 2007 ) Pada umur kurang dari 10 tahun akan terlihat penonjolan dan

garis lemak pada intima, kemudian dengan bertambahnya umur akan

meningkatkan kandungan lipid seperti esterkolesterol dan fosfolipid walaupun

dinding arteri tanpa penyakit. Pada dekade 3 mulai timbul plak fibrous yang

merupakan tanda dari aterosklerosis. Akibat dari penimbunan plak adalah

penyempitan lumen dan juga meningkatkan kekakuan pembuluh darah yang pada

akhirnya akan terjadi hipertensi. (Biermann,2000)

2.3.5 Diagnosis dan Gambaran Labolatorium

Evaluasi pada pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis

tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu, dan penyakit keluarga,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. (Yugiantoro, 2006)

Anamnesis meliputi :

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

14

a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

c. Faktor – faktor resiko

d. Gejala kerusakan organ

e. Pengobatan hipertensi sebelumnya.

f. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk evaluasi

adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya

hipertensi sekunder. Pengukuran tekanan darah :

a. Pengukuran rutin di kamar periksa.

b. Pengukuran 24 jam.

c. Pengukuran sendiri oleh pasien. (Yugiantoro, 2006)

Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya

kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya

hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala

pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :

a. Jantung : Pemeriksaan fisik, Foto polos dada, Elektrokardiografi,

Ekokardiografi

b. Pembuluh darah : Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure,

USG karotis, Fungsi endotel

c. Otak : Pemeriksaan neurologis, Diagnosis stroke ditegakkan dengan

menggunakan CT-scan atau MRI

d. Mata : Funduskopi

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

15

e. Fungsi ginjal

1. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-

makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin

2. Perkiraan laju filtrasi glomerulus. (Yugiantoro, 2006)

2.3.6 Terapi

a. Tindakan Umum

1. Menghilangkan stres

2. Diet

3. Latihan aerobik teratur

4. Mengurangi berat badan

5. Mengendalikan faktor resiko lainnya yang mendukung terjadinya

arterosklerosis. (Williams, 2015)

b. Terapi Farmakologi (Williams, 2015)

1. Diuretik

Tiazid adalah obat yang paling sering digunakan namun pada tahun

terakhir meningkatkan resistensi terhadap penggunaan rutin terjadi

terutama karena efek metabolitnya yang merugikan, yang melipti

hipoglikemi karena kehilangan kalium ginjal, hiperurikemia yang

disebabkan karena retensi asam urat, intoleransi karbohidrat, dan

hiperlipidemi. Diuretik yang lebih poten yaitu furosemid dan

bumetanid namun lama kerjanya pendek.

2. Anti-adrenergik

Obat yang bertindak secara sentral pada pusat vasomotor, pada neuron

perifer mengubah pelepasan katekolamin, atau dengan menghambat

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

16

tempat reseptor adrenergik pada jaringan target. Obat yang menonjol

kerja sentral adalah klonidin, metildopa, guanabenz, dan guafasin.

Obat yang bekerja pada ujung saraf adrenergik pasca-ganglionik

seperti reserpin. Obat yang menghambat norepinefrin pada reseptor

adrenergic-alfa adalah fentolamin dan fenoksibenzamin. Obat yang

menghambat reseptor beta-adrenergik pindolol, timolol maleate,

nadolol, metoprolol tartrate.

3. Vasodilator

Hidralazin adalah obat yang menyebabkan relaksasi langsung otot

polos vaskuler baik secara oral maupun pareteral. Namun obat ini

pada resistensi perifer sebagian ditolak oleh peningkatan refleks dalam

pembebasan simpatik yang meningkatkan denyut jantung dan curah

jantung.

Minoxidil lebih poten namun menimbulkan hipertrikosis.

Diazoksid terbatas pada keadaan akut menyebabkan retensi natrium.

4. Inhibitor ACE

Menginhibisi sekresi renin, obat tersebut meliputi klonidin, reserpin,

metil dopa dan penghambat beta. Kelompok obat kedua dapat

menghambat enzim pengubah angiotensin I menjadi angiotensin II.

Terutama Kaptopril mengubah produksi prostaglandin.

5. Antagonis saluran kalsium

Obat yang mengubah jalan masuk kalsium ke dalam sel dengan

menghambat aliran kalsium yang tergantung voltase, mengakibatkan

vasodilatasi dan pada kasus nifedipin dan nikardipin, biasanya efek

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

17

takikardi. Diltiazem dan Verapamil dapat memperlambat konduksi

atrioventrikel.

2.3.7 Komplikasi (Nuraini, 2015)

a. Otak

Stroke terjadi akibat hipertensi yang merusak target organ di otak.

Stroke dapat terjadi karena adanya pendarahan, tekanan intrakranial tinggi,

atau karena embolus. Ensefalopati juga dapat terjadi pada hipertensi

maligna atau hipertensi dengan onset cepat.

b. Kardiovaskuler

Salah satu komplikasi hipertensi yang mengenai kardio vaskuler

adalah infark miokard. Infark miokard dapat terjadi akibat arteri koroner

mengalami aterosklerosis atau terbentuk trombos yang menghambat aliran

darah yang melewati pembuluh darah.

c. Ginjal

Tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glumerulus dapat

menyebabkan penyakit ginjal kronis. Saat glumerulus rusak maka darah

akan mengalir ke unit fungsional ginjal yang menyebabkan nefron

terganggu dan menjadi hipoksia serta kematian ginjal.

d. Mata

Retinopati dapat terjasi akibat kerusakan pembuluh darah retina

karena tekanan darah tinggi. Selain retinopati, kerusakan lain yang dapat

ditimbulkan adalah iskemik optik neuropati akibat aliran darah yang buruk,

oklusi arteri dan vena akibat penyumbatan aliran darah. Manifestasi klinis

karena hipertensi maligna berupa double vision dan sudden vision loss.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

18

2.4 Stres Kerja

Stres adalah hal normal yang dialami manusia dan tidak dapat dihindari.

Namun stres dapat ditoleransi dalam waktu yang terbatas. Stres akan memiliki

pengaruh yang berbeda pada tiap idividu. (Widyasari, 2007)

Penilaian kognitif bersifat berbeda tiap individu dikarenakan banyak faktor.

Penilaian ini merubah cara seseorang menilai stres. Stres sebenarnya dapat diubah

menjadi suatu yang positif lewat cara pandang seseorang sehingga dapat

menghasilkan outcome yang lebih baik pada individu. (Widyasari, 2007)

Stres kerja adalah suatu kondisi yang mempengaruhi proses berfikir, emosi

dan ketegangan. Stres kerja akan mempengaruhi perilaku pada lingkungan. Stres

kerja dapat menyebabkan gejala fisik maupun mental yang mengganggu aktifitas

kerja. Orang yang mengalami stres biasanya mudah marah, agresif dan tidak

mudah rileks sehingga sering melarikan diri dengan merokok ataupun konsumsi

alkohol. (Astianto, 2014)

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stres Kerja

Stresor yang berhubungan dengan stres kerja (Collins, 2007):

1. Pekerjaan :

Terlalu banyak atau terlalu sedikit pekerjaan

Kondisi kerja fisik yang kurang baik

Tekanan waktu

Pembuatan keputusan, dan sebagainya.

2. Peranan dalam organisasi:

Konflik peran dan ambiguitas peranan

Tanggung jawab atas orang-orang

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

19

Tidak ada partisipasi dalam pembuatan keputusan, dan sebagainya.

3. Perkembangan karir:

Promosi yang berlebihan atau kurangnya promosi

Kurangnya keamanan kerja

Ambisi yang terhalang.

4. Stuktur dan iklim organisasi:

Kurangnya konsultasi yang efektif

Pembatasan terhadap prilaku

Politik kantor dan sebagainya

5. Hubungan dalam organisasi:

Hubungan yang kurang baik dengan atasan.

Rekan-rekan dan bawahan

Kesulitan dalam pendelegasian tanggung jawab

2.4.2 Gejala Stres Kerja

Gejala stres menurut (Strank, 2005) membagi gejala stres kerja menjadi

tiga aspek yaitu gejala fisik, mental, dan perilaku.

1. Fisik:

Jantung berdebar – debar.

Sesak napas, napas tersengal-sengal.

Muntah kering, mules, gangguan pencernaan, mau muntah.

Diare, konstipasi, gas dalam perut/ kembung, Sering buang air seni

Kekakuan otot umum terbesar rahang gigi geraham.

Mengepalkan tangan, bahu kaku, sakit dan linu otot, kram.

Gelisah, hiperaktif, menggigit kuku, gemetar.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

20

Lelah, capek, lesu, kelelahan, sulit tidur, merasa jemu, sakit kepala.

Berkeringat, khususnya telapak tangan dan bibir atau merasa gerah.

Tangan dan kaki dingin.

Makan terlalu banyak, kehilangan nafsu makan, senang/ kecanduan

merokok. Konsumsi alkohol meningkat, kehilangan gairah seks.

2. Mental

Cemas, jengkel, sedih, hampa, merasa tidak ada penolong atau

harapan, histeria, tidak percaya diri, merasa tidak mampu menangani,

khawatir, depresi.

Tidak sabar, gampang tersinggung dan jengkel, marah, bermusuhan,

agresif.

Frustasi, jenuh, tidak cukup, merasa bersalah, tertolak, terabaikan,

tidak aman, peka.

Hilang ketertarikan pada penampilan diri, kesehatan, diet, rendah diri,

dan kehilangan ketertarikan pada orang lain.

Sulit berpikir jelas, konsentrasi dan membuat keputusan, pelupa,

kurang kreatifitas, irrasional, menunda-nunda, sulit memulai

melakukan sesuatu, Mudah membuat kesalahan.

3. Perilaku : sering tergesa –gesa, mudah marah, tidak sabaran, cemas, sulit

tidur, minum terlalu banyak kafein, merokok, dan hiperaktif.

2.4.3 Dampak Stres Kerja

Menurut (Strank, 2005) dampak dari stres kerja :

Emosional : keletihan, kecemasan dan kurangnya motivasi Produktivitas

dalam pekerjaan menurun

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

21

Perilaku yaitu hubungan yang kurang baik antara rekan kerja

Psikologi : sakit kepala, sakit dan rasa nyeri umum, dan pusing

Produktivitas dalam pekerjaan menurun

Kurang tegas dalam pengambilan keputusan.

Sering tidak hadir dalam bekerja

Meningkatnya keluhan para klien

Meningkatnya kecelakaan

Kehilangan komitmen terhadap keberhasilan organisasi

Menurunnya prestasi tenaga kerja

2.5 Hubungan Stres Kerja dengan Hipertensi

Stres merupakan hasil interaksi individu dan lingkungan kerja yang dapat

memberikan tekanan fisiologis dan psikologis. Stres yang dialami individu berada

dibawah kontrol individu itu sendiri tergantung cara persepsinya (Munandar,

2010). Salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja adalah kelelahan kerja

yang ditandai dengan sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Apabila

tidak ada keseimbangan antara kerja fisik akan menyebabkan konsentrasi,

kemampuan dan efektivitas menurun (Anggraeni, 2008). Kelelahan bukan hanya

pada fisik tetapi juuga pada emosi yang kemudian menjadi sumber stres (Zagladi,

2005). Faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya stres adalah organisasi

dan kondisi lingkungan kerja (Febriana, 2013). Stres dapat merangsang kelenjar

anak ginjal melepas hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

dan kuat, hal ini menyebabkan tekanan darah meningkat. Terdapat korelasi

(Saleh, Basmanelly, dan Huriani, 2014). Stres akan meningkatkan aktivitas

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

22

simpatis dari sistem saraf pusat dapat menyebabkan peningkatan curah jantung.

Stres akan merangsang hypotalamic pituitary adrenal axis (HPA axis), dimana

stres kerja akan merangsang hipotalamus untuk merilis hormon

adrenocorticitropine hormone (ACTH). ACTH akan merangsang adrenal kortek,

sehingga adrenal kortek mengeluarkan hormon kortisol. Jika kadar hormon

kortisol dalam tubuh tinggi maka akan berdampak pada meningkatnya

kontraktilitas jantung dan berkorelasi dengan meningkatnya heart rate sehingga

tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung lebih lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organ atau perubahan

patologis. ( Prasetyorini , 2012 )

2.6 Guru

Guru merupakan seseorang yang mata pencahariannya dengan mengajar.

Mengajar adalah melati keterampilan, menyampaikan pengetahuan, membentuk

sikap dan memindahkan nilai-nilai. Mengajar merupakan pekerjaan yang tidak

ringan karena guru bukan hanya menyampaikan pelajaran di depan kelas tetapi

juga menyiapkan dan mendesain bahan ajar, memberikan tugas, menilai proses,

menilai hasil belajar dan merencanakan kegiatan lain. Guru di tuntut untuk

profesional, menerima tuntutan dari masyarakat, dan lingkungan kerja hal

tersebut menyebabkan timbulnya stres. (Dewi, 2007)

Pada guru sekolah dasar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik-

terpadu dengan kebijakan Kurikulum 2013 untuk meningkatkan mutu kelulusan.

Orientasi kurikulum 2013 untuk menyeimbangkan antara sikap, keterampilan, dan

pengetahuan (Madjid, 2014). Pembelajaran tematik terpadu meliputi mata

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

23

pelajaran : Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,

Matematika, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Jawa serta

Senibudaya dan Prakarya (Prastowo,2015). Guru yang mengajar tematik-terpadu

memiliki jam mengajar yang cukup lama tiap harinya dibandingkan dengan guru

yang mengajar mata pelajaran (olahraga, agama, bahasa inggris,dll). Selain itu

juga di kabupaten Blitar jumlah guru tidak seimbang dengan jumlah

siswa nya (Dinas Pendidikan Jawa Timur, 2015). Hal ini menyebabkan paparan

lingkungan kerja yang mempengaruhi akan tekanan darah akan berbeda pula

antara guru yang mengajar tematik dan mata pelajaran umum serta guru yang

masih honorer dengan guru yang sudah menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

2.7 Pencegahan hipertensi

a. Pengendalian stres yang paling efektif adalah individu harus dapat

berusaha sendiri mengurangi level stresnya dengan pengelolaan waktu,

latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial.

b. Pengendalian berat badan dengan mengurangi konsumsi makanan

berlemak dan mulai berolahraga dengan rutin.

c. Mengatur diet sehat dengan pengurangan asupan natrium kloride agar

pompa jantung baik.

d. Tidak mengkonsumsi alkohol alkohol dapat meningkatkan trigliserida

yang menyebabkan peningkatan kolesterol yang dapat menyebabkan

lemak menempel pada pembuluh darah.

e. Tidak merokok nikotin dan CO2 dapat merusak lapisan endotel.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/45993/3/BAB 2.pdf · diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 ) Peningkatan

24

f. Meningkatkan aktivitas fisik untuk menjaga berat badan agar tidak

timbul obesitas dan melatih kontraksi otot jantung.

g. Melakukan cek rutin tekanan darah untuk deteksi dini jika terdapat

gejala atau tanda hipertensi.

h. Puskesmas melakukan program pencegahan hipertensi dengan

membentuk kelompok dalam prolanis/PPHT, posyandu lansia dan

posbindu.

i. Melakukan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih)

1.8 PROLANIS

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas

Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas

hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Tujuannya Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai

kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke

Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap

penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat

mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Aktifitas dalam Prolanis meliputi

aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan

pemantauan status kesehatan. Sarannya Seluruh Peserta BPJS Kesehatan

penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi)