bab 2 tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/45993/3/bab 2.pdf · diastolik 90 mmhg atau lebih, tanpa...
TRANSCRIPT
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit (Wilson, 2006). Darah adalah cairan berwarna merah yang
mengisi pembuluh darah dan terdiri dari sel – sel darah dan cairan yang disebut
plasma. Darah merupakan 8% BB total. Volume rata-rata : pria 5,5 L dan wanita 5
L. Terdiri dari 5% dalam bentuk plasma dan 3 % dalam sel darah. pH darah =
7,35 – 7,45 (Guyton dan Hall, 2014).
2.1.1 Fungsi darah :
1. Transport (utama)
• Gas pernafasan : O2, CO2
• Nutrisi, hormon, elektrolit.
• Metabolit
2. Proteksi
• Kelompok leukosit, komplemen, antibodi
• Clotting (koagulasi)
3. Homeostasis
• Keseimbangan asam basa
• Pengaturan suhu menghantarkan panas tubuh
2.1.2 Aliran darah
Sirkulasi sistemik dimulai dari arteri secara progresif bercabang-cabang
karena membawa darah dari jantung ke organ. Setiap organ terbentuk cabang
arteri untuk menyalurkan darah. Setelah masuk ke organ maka arteri akan
bercabang-cabang menjadi arteriol yang kemudian bercabang-cabang lagi menjadi
6
anyaman kapiler yang luas. Kapiler-kapiler menyatu kembali untuk membentuk
venula, lalu menyatu menjadi vena-vena kecil yang keluar dari organ. Vena-vena
kecil progresif menyatu untuk membawa darah kembali ke jantung.
Sirkulasi paru dimulai saat darah yang mengandung CO2 yang berasal dari
vena cava inferior dan superior mengalir meninggalkan jantung melalui arteri
pulmonalis menuju paru-paru. Di dalam kapilaria paru-paru terjadi pertukaran gas
CO2 dan O2 kemudian darah akan keluar dari paru melalui vena pulmonalis dan
masuk ke atrium kiri. Darah mengalir dari atrium kiri melalui katub mitral ke
ventrikel kiri lalu keluar dari jantung melalui aorta dan dimulai sistem sirkulasi
sistemik. (Sherwood, 2016)
2.2 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang di butuhkan untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari tekanan darah akan
berubah-ubah sesuai dengan aktivitas tubuh. Latihan berat dan stres akan
meningkatkan tekanan darah. Penggolongan tekanan darah :
a. Tekanan darah normal
Seseorang memiliki tekanan darah normal bila catatan tekanan darah
sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg (Sherwood, 2016).
b. Tekanan darah rendah
Seseorang memiliki tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah
sistolik < 100 mmHg dan diastolik < 60 mmHg (Sherwood, 2016)
c. Tekanan darah tinggi
Seseorang memiliki tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (Sherwood, 2016).
7
Refleks baroreceptor yang mempengaruhi tekanan darah :
a. Pada stimulus parasimpatis akan menurunkan kecepatan jantung yang
menyebabkan curah jantung menurun sehingga menurunkan tekanan
darah. (Sherwood, 2016)
b. Stimulasi simpatis akan mempengaruhi :
Jantung meningkat kecepatannya sehingga curah jantung meningkat
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu
mempengaruhi peningkatan kekuatan kontraksi jantung sehingga isi
sekuncup meningkat dan meningkatkan tekanan darah. (Sherwood,
2016)
Arteriole akan mengalami peningkatan vasokontriksi lalu
meningkatnya resistensi perifer total yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah. (Sherwood, 2016)
Vena akan meningkat vasokontriksi, aliran balik vena akan
meningkat, sehingga isi sekuncup meningkat, curah jantung
meningkat dan menyebabkan. (Sherwood, 2016)
2.3 Hipertensi
Menurut International Society of nephrology tahun 2006 mendefinisikan
hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih, tanpa riwayat hipertensi dan obat antihipertensi
pada waktu kontrol. ( Chin, 2006 )
Peningkatan tekanan darah atau hipertensi disebut juga “the silent disease”
karena tidak terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar (Gunawan, 2004).
8
Tekanan darah tinggi keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal dalam jangka waktu lama. Indikatornya adalah diperiksa
dengan spygmomanometer. Berdasarkan JNC VII, orang dewasa di nyatakan
mengalami hipertensi apabila tekanan sistolik 140 mmHg dan distolik 90 mmHg
atau lebih (Davis, 2004).
Tabel 1.1 Tekanan Darah
Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) <80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg (atau) ≥100 mmHg
Sumber : JNC VII
2.3.1 Klasifikasi Hipertensi
a. Hipertensi menurut penggolongannya :
1. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan
sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung
berkontraksi (denyut jantung).
2. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
Merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara
tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang
melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
9
3. Hipertensi campuran
Merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
b. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan:
Pembagian hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer (esensial)
dan hipertensi sekunder. Dulunya tipe digunakan untuk menggambarkan
hipertensi bukan mengetahui patologinya. (Tanira, 2005)
1. Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi dengan penyebab multifaktorial yang masing-
masing akan saling berinteraksi dan mengganggu homeostasis, sehingga
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik akan mengalami peningkatan
(Williams, 2015). Memiliki kecenderungan genetik dan dipengaruhi oleh
obesitas, stres, merokok, konsumsi garam berlebih. Kejadian hipertensi
primer juga sangat dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Faktor keturunan
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel
(Sherwood, 2016).
2. Hipertensi sekunder
Penyebab hipertensi ini adalah akibat gangguan sistem kardiovaskuler,
sistem renal, sistem endokrin, sistem neuron dan kehamilan (Davis,2004).
Selain itu penyebab hipertensi sekunder :
a. Penyempitan kongingental aorta
b. Penyakit ginjal
c. Gangguan endokrin misalnya syndroma chusing
d. Gangguan neurologis misalnya tumor otak
e. Pengobatan jenis stimulus simpatetik misalnya terapi pengganti estrogen
10
2.3.2 Gejala Hipertensi
Umumnya gejala hipertensi antara lain
a. Sakit Kepala
b. Mudah marah
c. Mimisan
d. Sukar tidur
e. Sesak nafas
f. Mudah lelah
g. Tengkuk terasa berat
h. Mata berkunang-kunang
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi hipertensi
1. Umur
Menurut Indonesian Society of hipertention tahun 2012 hipertensi sering
terjadi pada pria setelah 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah 45 tahun
(setelah menopouse). Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45
tahun dan hanya pada 20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal
ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan
seperti merokok (Dhianningtyas & Hendrati, 2006). Pada saat terjadi penambahan
usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko peningkatan penyakityang meliputi
kelainan syaraf, kelainan jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi
panca indera dan kelainan metabolism pada tubuh (Muniroh, 2007).
2. Obesitas
Untuk mengetahui seseorang memiliki berat badan yang berlebih atau tidak,
dapat dilihat dari perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hubungan tekanan
11
darah dengan berat badan, lebih nyata untuk tekanan sistolik daripada tekanan
diastolik (Suryati, 2005). Risiko hipertensi pada seseorang yang mengalami
obesitas adalah 2-6 kali lebih tinggi dibanding seseorang dengan berat badan
normal (Muniroh dan Wirjatmadi, 2007).
3. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. (Suyono, 2001)
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak
merokok, tidak minum alkohol, dan lebih sering berolahraga. Tingginya risiko
terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena
kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima
informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada
prilaku/pola hidup sehat. (Anggara dan Prayitno, 2013)
5. Merokok
Nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang
sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes,2007).
6. Konsumsi Natrium
Diet tinggi garam dapat memompa lebih keras untuk mendorong volume
12
darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang pada akhirnya
menyebabkan tekanan darah semakin meningkat (Anggara dan Prayitno, 2013).
7. Konsumsi Kalium
Banyak mengkonsumsi kalium akan meningkatkan konsentrasi di dalam
cairan intraseluler sehingga cenderung menaikkan cairan dibagian ekstraseluler
dan menurunkan tekanan darah. (Anggara dan Prayitno, 2013)
8. Pekerjaan
Pekerjaan berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak
bekerja aktifitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan kejadian
hipertensi (Anggara dan Prayitno, 2013)
9. Stres
Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah
meningkat. Jika stres berlangsung lebih lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organ atau perubahan patologis. Gejala
yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit gastritis. Diperkirakan
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat
yang lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih disebabkan stres atau dan rasa
tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. ( Prasetyorini , 2012 )
2.3.4 Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan aliran balik vena sehingga meningkatkan volume
sekuncup ( mekanisme Frank-Starling ). Begitu pula, peningkatan aktivitas
simpatis dari sistem saraf pusat dan/ atau peningkatan respon terhadap
13
katekolamin ( misal, akibat hormon kortisol atau tiroid ) dapat menyebabkan
peningkatan curah jantung. Vasokontriksi perifer yang luar biasa tinggi ( arteriol )
atau beberapa penyempitan pembuluh darah perifer lain, tetapi dapat juga akibat
peningkatan viskositas darah (peningkatan hematokrit). Vasokontriksi terutama
berasal dari 10 peningkatan aktivitas simpatis ( dari saraf atau medula adrenal ),
peningkatan respons terhadap katekolamin, atau peningkatan konsentrasi
angiotensin II. Mekanisme autoregulasi juga termasuk vasokontriksi. Selain itu,
mungkin terjadi hipertrofi otot vasokonstriktor. Akhirnya, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan vaskuler yang akan meningkatkan TPR ( hipertensi
menetap ).
Semakin orang bertambah usia, fungsi tubuh akan semakin turun, sementara
jumlah lemak meningkat, yang sebagian besar di sebabkan oleh faktor endokrin.
(Silbernagl, 2007 ) Pada umur kurang dari 10 tahun akan terlihat penonjolan dan
garis lemak pada intima, kemudian dengan bertambahnya umur akan
meningkatkan kandungan lipid seperti esterkolesterol dan fosfolipid walaupun
dinding arteri tanpa penyakit. Pada dekade 3 mulai timbul plak fibrous yang
merupakan tanda dari aterosklerosis. Akibat dari penimbunan plak adalah
penyempitan lumen dan juga meningkatkan kekakuan pembuluh darah yang pada
akhirnya akan terjadi hipertensi. (Biermann,2000)
2.3.5 Diagnosis dan Gambaran Labolatorium
Evaluasi pada pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis
tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu, dan penyakit keluarga,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. (Yugiantoro, 2006)
Anamnesis meliputi :
14
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
c. Faktor – faktor resiko
d. Gejala kerusakan organ
e. Pengobatan hipertensi sebelumnya.
f. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk evaluasi
adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder. Pengukuran tekanan darah :
a. Pengukuran rutin di kamar periksa.
b. Pengukuran 24 jam.
c. Pengukuran sendiri oleh pasien. (Yugiantoro, 2006)
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya
kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya
hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala
pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :
a. Jantung : Pemeriksaan fisik, Foto polos dada, Elektrokardiografi,
Ekokardiografi
b. Pembuluh darah : Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure,
USG karotis, Fungsi endotel
c. Otak : Pemeriksaan neurologis, Diagnosis stroke ditegakkan dengan
menggunakan CT-scan atau MRI
d. Mata : Funduskopi
15
e. Fungsi ginjal
1. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
2. Perkiraan laju filtrasi glomerulus. (Yugiantoro, 2006)
2.3.6 Terapi
a. Tindakan Umum
1. Menghilangkan stres
2. Diet
3. Latihan aerobik teratur
4. Mengurangi berat badan
5. Mengendalikan faktor resiko lainnya yang mendukung terjadinya
arterosklerosis. (Williams, 2015)
b. Terapi Farmakologi (Williams, 2015)
1. Diuretik
Tiazid adalah obat yang paling sering digunakan namun pada tahun
terakhir meningkatkan resistensi terhadap penggunaan rutin terjadi
terutama karena efek metabolitnya yang merugikan, yang melipti
hipoglikemi karena kehilangan kalium ginjal, hiperurikemia yang
disebabkan karena retensi asam urat, intoleransi karbohidrat, dan
hiperlipidemi. Diuretik yang lebih poten yaitu furosemid dan
bumetanid namun lama kerjanya pendek.
2. Anti-adrenergik
Obat yang bertindak secara sentral pada pusat vasomotor, pada neuron
perifer mengubah pelepasan katekolamin, atau dengan menghambat
16
tempat reseptor adrenergik pada jaringan target. Obat yang menonjol
kerja sentral adalah klonidin, metildopa, guanabenz, dan guafasin.
Obat yang bekerja pada ujung saraf adrenergik pasca-ganglionik
seperti reserpin. Obat yang menghambat norepinefrin pada reseptor
adrenergic-alfa adalah fentolamin dan fenoksibenzamin. Obat yang
menghambat reseptor beta-adrenergik pindolol, timolol maleate,
nadolol, metoprolol tartrate.
3. Vasodilator
Hidralazin adalah obat yang menyebabkan relaksasi langsung otot
polos vaskuler baik secara oral maupun pareteral. Namun obat ini
pada resistensi perifer sebagian ditolak oleh peningkatan refleks dalam
pembebasan simpatik yang meningkatkan denyut jantung dan curah
jantung.
Minoxidil lebih poten namun menimbulkan hipertrikosis.
Diazoksid terbatas pada keadaan akut menyebabkan retensi natrium.
4. Inhibitor ACE
Menginhibisi sekresi renin, obat tersebut meliputi klonidin, reserpin,
metil dopa dan penghambat beta. Kelompok obat kedua dapat
menghambat enzim pengubah angiotensin I menjadi angiotensin II.
Terutama Kaptopril mengubah produksi prostaglandin.
5. Antagonis saluran kalsium
Obat yang mengubah jalan masuk kalsium ke dalam sel dengan
menghambat aliran kalsium yang tergantung voltase, mengakibatkan
vasodilatasi dan pada kasus nifedipin dan nikardipin, biasanya efek
17
takikardi. Diltiazem dan Verapamil dapat memperlambat konduksi
atrioventrikel.
2.3.7 Komplikasi (Nuraini, 2015)
a. Otak
Stroke terjadi akibat hipertensi yang merusak target organ di otak.
Stroke dapat terjadi karena adanya pendarahan, tekanan intrakranial tinggi,
atau karena embolus. Ensefalopati juga dapat terjadi pada hipertensi
maligna atau hipertensi dengan onset cepat.
b. Kardiovaskuler
Salah satu komplikasi hipertensi yang mengenai kardio vaskuler
adalah infark miokard. Infark miokard dapat terjadi akibat arteri koroner
mengalami aterosklerosis atau terbentuk trombos yang menghambat aliran
darah yang melewati pembuluh darah.
c. Ginjal
Tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glumerulus dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronis. Saat glumerulus rusak maka darah
akan mengalir ke unit fungsional ginjal yang menyebabkan nefron
terganggu dan menjadi hipoksia serta kematian ginjal.
d. Mata
Retinopati dapat terjasi akibat kerusakan pembuluh darah retina
karena tekanan darah tinggi. Selain retinopati, kerusakan lain yang dapat
ditimbulkan adalah iskemik optik neuropati akibat aliran darah yang buruk,
oklusi arteri dan vena akibat penyumbatan aliran darah. Manifestasi klinis
karena hipertensi maligna berupa double vision dan sudden vision loss.
18
2.4 Stres Kerja
Stres adalah hal normal yang dialami manusia dan tidak dapat dihindari.
Namun stres dapat ditoleransi dalam waktu yang terbatas. Stres akan memiliki
pengaruh yang berbeda pada tiap idividu. (Widyasari, 2007)
Penilaian kognitif bersifat berbeda tiap individu dikarenakan banyak faktor.
Penilaian ini merubah cara seseorang menilai stres. Stres sebenarnya dapat diubah
menjadi suatu yang positif lewat cara pandang seseorang sehingga dapat
menghasilkan outcome yang lebih baik pada individu. (Widyasari, 2007)
Stres kerja adalah suatu kondisi yang mempengaruhi proses berfikir, emosi
dan ketegangan. Stres kerja akan mempengaruhi perilaku pada lingkungan. Stres
kerja dapat menyebabkan gejala fisik maupun mental yang mengganggu aktifitas
kerja. Orang yang mengalami stres biasanya mudah marah, agresif dan tidak
mudah rileks sehingga sering melarikan diri dengan merokok ataupun konsumsi
alkohol. (Astianto, 2014)
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stres Kerja
Stresor yang berhubungan dengan stres kerja (Collins, 2007):
1. Pekerjaan :
Terlalu banyak atau terlalu sedikit pekerjaan
Kondisi kerja fisik yang kurang baik
Tekanan waktu
Pembuatan keputusan, dan sebagainya.
2. Peranan dalam organisasi:
Konflik peran dan ambiguitas peranan
Tanggung jawab atas orang-orang
19
Tidak ada partisipasi dalam pembuatan keputusan, dan sebagainya.
3. Perkembangan karir:
Promosi yang berlebihan atau kurangnya promosi
Kurangnya keamanan kerja
Ambisi yang terhalang.
4. Stuktur dan iklim organisasi:
Kurangnya konsultasi yang efektif
Pembatasan terhadap prilaku
Politik kantor dan sebagainya
5. Hubungan dalam organisasi:
Hubungan yang kurang baik dengan atasan.
Rekan-rekan dan bawahan
Kesulitan dalam pendelegasian tanggung jawab
2.4.2 Gejala Stres Kerja
Gejala stres menurut (Strank, 2005) membagi gejala stres kerja menjadi
tiga aspek yaitu gejala fisik, mental, dan perilaku.
1. Fisik:
Jantung berdebar – debar.
Sesak napas, napas tersengal-sengal.
Muntah kering, mules, gangguan pencernaan, mau muntah.
Diare, konstipasi, gas dalam perut/ kembung, Sering buang air seni
Kekakuan otot umum terbesar rahang gigi geraham.
Mengepalkan tangan, bahu kaku, sakit dan linu otot, kram.
Gelisah, hiperaktif, menggigit kuku, gemetar.
20
Lelah, capek, lesu, kelelahan, sulit tidur, merasa jemu, sakit kepala.
Berkeringat, khususnya telapak tangan dan bibir atau merasa gerah.
Tangan dan kaki dingin.
Makan terlalu banyak, kehilangan nafsu makan, senang/ kecanduan
merokok. Konsumsi alkohol meningkat, kehilangan gairah seks.
2. Mental
Cemas, jengkel, sedih, hampa, merasa tidak ada penolong atau
harapan, histeria, tidak percaya diri, merasa tidak mampu menangani,
khawatir, depresi.
Tidak sabar, gampang tersinggung dan jengkel, marah, bermusuhan,
agresif.
Frustasi, jenuh, tidak cukup, merasa bersalah, tertolak, terabaikan,
tidak aman, peka.
Hilang ketertarikan pada penampilan diri, kesehatan, diet, rendah diri,
dan kehilangan ketertarikan pada orang lain.
Sulit berpikir jelas, konsentrasi dan membuat keputusan, pelupa,
kurang kreatifitas, irrasional, menunda-nunda, sulit memulai
melakukan sesuatu, Mudah membuat kesalahan.
3. Perilaku : sering tergesa –gesa, mudah marah, tidak sabaran, cemas, sulit
tidur, minum terlalu banyak kafein, merokok, dan hiperaktif.
2.4.3 Dampak Stres Kerja
Menurut (Strank, 2005) dampak dari stres kerja :
Emosional : keletihan, kecemasan dan kurangnya motivasi Produktivitas
dalam pekerjaan menurun
21
Perilaku yaitu hubungan yang kurang baik antara rekan kerja
Psikologi : sakit kepala, sakit dan rasa nyeri umum, dan pusing
Produktivitas dalam pekerjaan menurun
Kurang tegas dalam pengambilan keputusan.
Sering tidak hadir dalam bekerja
Meningkatnya keluhan para klien
Meningkatnya kecelakaan
Kehilangan komitmen terhadap keberhasilan organisasi
Menurunnya prestasi tenaga kerja
2.5 Hubungan Stres Kerja dengan Hipertensi
Stres merupakan hasil interaksi individu dan lingkungan kerja yang dapat
memberikan tekanan fisiologis dan psikologis. Stres yang dialami individu berada
dibawah kontrol individu itu sendiri tergantung cara persepsinya (Munandar,
2010). Salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja adalah kelelahan kerja
yang ditandai dengan sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Apabila
tidak ada keseimbangan antara kerja fisik akan menyebabkan konsentrasi,
kemampuan dan efektivitas menurun (Anggraeni, 2008). Kelelahan bukan hanya
pada fisik tetapi juuga pada emosi yang kemudian menjadi sumber stres (Zagladi,
2005). Faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya stres adalah organisasi
dan kondisi lingkungan kerja (Febriana, 2013). Stres dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepas hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
dan kuat, hal ini menyebabkan tekanan darah meningkat. Terdapat korelasi
(Saleh, Basmanelly, dan Huriani, 2014). Stres akan meningkatkan aktivitas
22
simpatis dari sistem saraf pusat dapat menyebabkan peningkatan curah jantung.
Stres akan merangsang hypotalamic pituitary adrenal axis (HPA axis), dimana
stres kerja akan merangsang hipotalamus untuk merilis hormon
adrenocorticitropine hormone (ACTH). ACTH akan merangsang adrenal kortek,
sehingga adrenal kortek mengeluarkan hormon kortisol. Jika kadar hormon
kortisol dalam tubuh tinggi maka akan berdampak pada meningkatnya
kontraktilitas jantung dan berkorelasi dengan meningkatnya heart rate sehingga
tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung lebih lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organ atau perubahan
patologis. ( Prasetyorini , 2012 )
2.6 Guru
Guru merupakan seseorang yang mata pencahariannya dengan mengajar.
Mengajar adalah melati keterampilan, menyampaikan pengetahuan, membentuk
sikap dan memindahkan nilai-nilai. Mengajar merupakan pekerjaan yang tidak
ringan karena guru bukan hanya menyampaikan pelajaran di depan kelas tetapi
juga menyiapkan dan mendesain bahan ajar, memberikan tugas, menilai proses,
menilai hasil belajar dan merencanakan kegiatan lain. Guru di tuntut untuk
profesional, menerima tuntutan dari masyarakat, dan lingkungan kerja hal
tersebut menyebabkan timbulnya stres. (Dewi, 2007)
Pada guru sekolah dasar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik-
terpadu dengan kebijakan Kurikulum 2013 untuk meningkatkan mutu kelulusan.
Orientasi kurikulum 2013 untuk menyeimbangkan antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan (Madjid, 2014). Pembelajaran tematik terpadu meliputi mata
23
pelajaran : Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Matematika, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Jawa serta
Senibudaya dan Prakarya (Prastowo,2015). Guru yang mengajar tematik-terpadu
memiliki jam mengajar yang cukup lama tiap harinya dibandingkan dengan guru
yang mengajar mata pelajaran (olahraga, agama, bahasa inggris,dll). Selain itu
juga di kabupaten Blitar jumlah guru tidak seimbang dengan jumlah
siswa nya (Dinas Pendidikan Jawa Timur, 2015). Hal ini menyebabkan paparan
lingkungan kerja yang mempengaruhi akan tekanan darah akan berbeda pula
antara guru yang mengajar tematik dan mata pelajaran umum serta guru yang
masih honorer dengan guru yang sudah menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
2.7 Pencegahan hipertensi
a. Pengendalian stres yang paling efektif adalah individu harus dapat
berusaha sendiri mengurangi level stresnya dengan pengelolaan waktu,
latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial.
b. Pengendalian berat badan dengan mengurangi konsumsi makanan
berlemak dan mulai berolahraga dengan rutin.
c. Mengatur diet sehat dengan pengurangan asupan natrium kloride agar
pompa jantung baik.
d. Tidak mengkonsumsi alkohol alkohol dapat meningkatkan trigliserida
yang menyebabkan peningkatan kolesterol yang dapat menyebabkan
lemak menempel pada pembuluh darah.
e. Tidak merokok nikotin dan CO2 dapat merusak lapisan endotel.
24
f. Meningkatkan aktivitas fisik untuk menjaga berat badan agar tidak
timbul obesitas dan melatih kontraksi otot jantung.
g. Melakukan cek rutin tekanan darah untuk deteksi dini jika terdapat
gejala atau tanda hipertensi.
h. Puskesmas melakukan program pencegahan hipertensi dengan
membentuk kelompok dalam prolanis/PPHT, posyandu lansia dan
posbindu.
i. Melakukan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih)
1.8 PROLANIS
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas
Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi
peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Tujuannya Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai
kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap
penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat
mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Aktifitas dalam Prolanis meliputi
aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan
pemantauan status kesehatan. Sarannya Seluruh Peserta BPJS Kesehatan
penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi)