bab 2 t cs'sps

24
BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teoritis Medis 2.1 Defenisi Defenisi gastritis menurut para ahli, Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding lambung merah, bengkak, berdarah, dan berparut ( Arief Mansjoer,1999 ). Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri ( Charlene J,2001 ). Menurut Hirlan (2007) secara sederhana, gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang bersifat akut dan kronik. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan lokalatau menyeluruh pada mukosa lambungyang berkembang bila mekanisme proteksi mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis dibedakan oleh dua jenis yaitu : a. Gastritis akut b. Gastritis kronik 2.2 Anatomi Fisiologi a. Anatomi

Upload: heri-damanik

Post on 12-Jul-2015

268 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 t cs'sps

BAB 2

LANDASAN TEORITIS

A. Landasan Teoritis Medis

2.1 Defenisi

Defenisi gastritis menurut para ahli,

Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding lambung merah, bengkak,

berdarah, dan berparut ( Arief Mansjoer,1999 ).

Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan

berkembang dipenuhi bakteri ( Charlene J,2001 ).

Menurut Hirlan (2007) secara sederhana, gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan

submukosa lambung yang bersifat akut dan kronik.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan lokalatau

menyeluruh pada mukosa lambungyang berkembang bila mekanisme proteksi mukosa dipenuhi

dengan bakteri atau bahan iritan lain.

Gastritis dibedakan oleh dua jenis yaitu :

a. Gastritis akut

b. Gastritis kronik

2.2 Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Page 2: Bab 2 t cs'sps

1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari bagian dalam dan bagian

luar. Bagian dalam meliputi rongga mulut, palatum dan mandibularis. Sedangkan bagian

luar yaitu gusi, bibir, gigi dan pipi.

2. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, juga

merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan yang letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung.

3. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ±

25 cm.

4. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah

gaster, yang berfungsi untuk mencerna makanan yang dikonsumsi.

5. Usus halus adalah saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan arbsopsi hasil

pencernaan.

6. Usus besar memiliki panjang ± 1,5m dengan lebar 5 - 6 cm yang berfungsi menyerap air

dari makanan.

7. Rektum merupakan penghubung intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga

pelvis didepan os sakrum dan os koksigis.

Seluruh saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membaran mukosa), dari bibir sampai

ujung akhir esofagus ditambah lapisan – lapisan epitalium.

Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat – zat sederhana

yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan

terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan

pencernaan.Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus.Menyaring dan bekerja atas satu

jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya.

Ptialin (Amilase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung sedangkan pepsin

hanya atas protein satu jenis cairan pencernaan misalnya cairan pankreas, dapat mengandung

beberapa enzim dan setiap enzim bekerja atas satu jenis makanan.

Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan gugusan kimia terhadap zat lain

tanpa enzim itu sendiri mengalami perubahan. Untuk dapat bekerja secara baik, berbagai

enzim tergantung adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar alkali yang tepat. (

Evelyn C, 2009 ).

b. Fisiologi

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan

mencium makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makan merangsang isi

lambung karena syaraf bekerja menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan

dinding lambung melepas hormon yang disebut sekresi getah lambung.Getah lambung

dihalangi oleh syaraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan seperti marah dan

rasa takut.

Page 3: Bab 2 t cs'sps

Lambung berfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan

oleh peristaltik lambung dan getah lambung.

Getah cerna lambung yang dihasilkan oleh oleh lambung, yaitu :

1. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)

2. Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan

desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsin.

3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari

karsinogen (karsinogen dan protein susu).

4. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang

merangsang sekresi getah lambung. ( Syaifuddin,2006 )

2.3 Etiologi

a. Gastritis akut

1. Obat analgesik – anti inflamsi terutama aspirin

2. Bahan kimia seperti Lysol

3. Merokok

4. Alkohol

5. Stress fisis (combustin, sepsis, trauma, gagal ginjal)

6. Refluks usus – lambung

7. Bakteri

8. Makanan berbumbu

9. Terlambat makan

b. Gastritis kronik

Belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum

alkohol berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis kronik) dapat terjadi juga pada

klien dengan anemiaperniosa, patogenesis berkaitan dengan mekanisme imunologik. Gastritis

kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan kanker. (Mansjoer Arief, 2007)

Page 4: Bab 2 t cs'sps

2.4 Patofisiologi

H.Pylori

Stress Obat analgesik, bahan kimia, H.Pylori

merokok, alkohol

rangsangan saraf simpatis peningkatan sekresi mukus menyerang sel permukaan

nervus vagus gaster vasodilatasi mukosa gaster respon kronis pada gaster

peningkatan HCl lambung elastisitas lambung menurun

mual, muntah, anorexia kaku pada lambung

resiko tinggi kekurangan nyeri

volume cairan ansietas

nyeri sel mukosa lapisan lambung (hilang)

perubahan kesehatan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa

ketidaktahuan dalam pengobatan/penyakit perdarahan

kurang pengetahuan hipovolemia

resti kerusakan perfusi jaringan

Page 5: Bab 2 t cs'sps

2.5 Manifestasi Klinis

a. Perasaan penuh pada abdomen

b. Anorexia, nausea

c. Distress epigastrik yang tidak nyata

d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptic

e. Keluhan – keluhan anemia

f. Hematemesis dan melena pada gastritis kronis

2.6 Komplikasi

a. Gastritis akut

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena

2. Ulkus pepticum

3. Syock hemoragik

b. Gastritis kronik

1. Perforasi

2. Gangguan penyerapan vitamin B12

3. Anemia

4. Ulkus pepticum

5. Kanker lambung

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

a) Laboratorium hematologi dan biokimia terdapat peningkatan hitung jenis leukosit LED

pada serangan berat

b) Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi adanya komplikasi

Page 6: Bab 2 t cs'sps

c) Analis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit walaupun tanpa perdarahan rectum,

dan adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi dan infeksi

d) Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon dan gambaran perforasi pada kasus

colitis yang fulminen

2.8 Penatalaksanaan Medis

a) Gastritis akut

1. Instruksikan klien untuk menghindari alkohol

2. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan

3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral

4. Bila peradarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragik saluran

gastrointestinal

5. Untuk menetralisir asam digunakan jus lemon encer atau cuka encer

6. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat perforasi

7. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus

b) Gastritis kronik

1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makanan lunak diberikan sedikit tapi

lebih sering

2. Mengurangi stress

3. H. Pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin ¼, amoxilin) dan gram bismuth

(peptobismol)

Page 7: Bab 2 t cs'sps

B. Landasan Teoritis Keperawatan Keluarga

2.1 Defenisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan keluarga, masyarakat yang

ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, sehat

sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sasarannya.

Menurut Depkes RI (1998), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu

atap dalam keadaan saling bergantung.

Baylon dan Maglaya (1989), Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan

lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Sri Setyowati, 2008 ).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan dan adopsi. Mereka berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai

peran masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Arita

Muwarni,Skep.Ns, 2008).

Page 8: Bab 2 t cs'sps

Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah :

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinanatau

adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memerhatikan

satu sama lain

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran

sosial yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik

d. Mempunyai tujuan mencipyakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan

perkembangan fisik, psikologis dan sosial para anggotanya

2.2 Ciri – ciri Keluarga Indonesia

Adapun ciri – ciri keluarga Indonesia yaitu :

a. Suami sebagai pengambil keputusan

b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

c. Berbentuk monogram

d. Bertanggung jawab

e. Pengambilan keputusan

f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa

g. Ikatan kekeluargaan sangat erat

h. Mempunyai semangat gotong royong

Page 9: Bab 2 t cs'sps

2.3 Tipe/Bentuk Keluarga

a. Keluarga Inti ( Nuclear Family )

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi,dsb.

c. Keluarga Berantai (Serial Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan

merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga Duda/Janda (Single Family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga Berkomposisi (Composive)

Adalah keluarga yang berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation)

Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended Family) karena

masyarakat Indonesiayang terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat

istiadat yang sangat kuat.

2.4 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Page 10: Bab 2 t cs'sps

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dan ayah dari anak – anak, berperan sebagi pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan anak

Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spritual (Arita Muwarni,Skep.Ns).

2.5 Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

A. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan

2. Memelihara dan membesarkan anak

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4. Memelihara dan merawat anggota keluarganya

Page 11: Bab 2 t cs'sps

B. Fungsi Psikologis

1. Memberi kasih sayang dan rasa aman

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3. Membina kedewasaan, kepribadian anggota keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

C. Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak

2. Memebentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

3. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

D. Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan

datang misalnya pendidikan anak – anak, jaminan hari tua, dsb.

E. Fungsi Pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk membagikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk

perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya

Page 12: Bab 2 t cs'sps

2.6 Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan ( Ruth B.Freeman,2005 )

Adapun alasan keluarga sebagai unit pelayanan yaitu :

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut

kehidupan bermasyarakat.

b. Keluarga sebagai unit kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau

memperbaiki masalah – masalah kesehatan dalam kelompoknya

c. Masalah – masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota

keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga

tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para

anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya

kesehatan masyarakat.

2.7 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

Freeman membagi 5 tugas yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

Page 13: Bab 2 t cs'sps

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak

dapat membantunya karena cacat dan karena usianya yang terlalu muda

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan lembaga –

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan

yang ada. (H.Zardin Ali,2010)

C. Landasan Teoritis Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan adalah metode rasional, sistematis dalam merencanakan dan memberikan

asuhan keperawatan dalam proses keperawatan ini ada 5 tahap, yaitu :

2.1 Pengkajian Keluarga

Pengkajian adalah pengumpulan, validasi dan organisasi data tentang kesehatan klien yaitu

data fisik, emosional, perkembangan, sosial intelektual dan spritual klienyang diperoleh dari

sumber – sumber yang berbeda yang merupakan dasar untuk kegiatan dan keputusan yang

diambil untuk tahap berikutnya.

Pengumpulan data dasar untuk perawat kesehatan keluarga yaitu :

Struktur dan sifat keluarga, data anggota keluarga yang hidup dan yang mati, genogram, data

kesehatan keluarga, kebutuhan hidup sehari – hari, faktor sosial budaya, ekonomi, faktor

lingkungan fisiologis, derajat kesehatan masalah kesehatan spesifik.

Untuk mengukur keadaan pasien/keluarga maka digunakan norma – norma kesehatan

pribadi maupun sosial dan kesanggupannya mengatasi masalah. Dibawah ini akan disebutkan

sifat – sifat keluarga dinamika atau tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa

Page 14: Bab 2 t cs'sps

perkembangan keluarga yang merupakan tahap penjajakan kedua pada tipologi masalah

keperawatan dalm keluarga yaitu :

a. Ketidaksanggupan mengenal masalah disebabkan oleh :

1. Ketidaktahuan tentang fakta

2. Sifat dan falsafah hidup

b. Ketidaksanggupan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

disebabkan karena :

1. Tidak mengerti mengenai sifat, beratnya dan luasnya masalah

2. Masalah tidak begitu menonjol

3. Kurang pengetahuan mengenai berbagai jalan keluar yang dapat digunakan

4. Rasa takut akibat tindakan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, fisik dan

psikologis

c. Ketidakmampuan merawat/menolong anggota keluarga yang sakit karena :

1. Tidak mengetahui keadaan penyakit ( sifat, penyebaran, kompliksai, progonosis

dan perawatan, pertumbuhan dan perkembangan anak )

2. Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan prosedur

perawatan/pengobatan

d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang bila mempengaruhi kesehatan

dan pengembangan pribadi anggota keluarga karena :

1. Sumber – sumber keluarga tidak seimbang/tidak cukup :

- Keuangan

- Tanggung jawab/wewenang anggota keluarga

- Fisik (isi rumah yang tidak teratur)

Page 15: Bab 2 t cs'sps

2. Kurang dapat meliputi keuangan / manfaat memelihara lingkungan dimasa yang

akan datang

3. Ketidaktahuan tentang pentingnya hygienisanitasi

4. Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit

e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk memelihara kesehatan

karena :

a. Ketidaktahuan atau sadar bahwa fasilitas kesehatan tersedia

b. Tidak memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses yang menghasilkan pernyataan diagnostik

keperawatan atau gangguan status kesehatan klien baik aktual maupun potensial.

Penetapan diagnosa keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor

potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatannya, formula perumusan diagnosa keperawatan keluarga adalah problem, etiologi dan

sistem (PES) :

a. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga atau keluarga (individu)

b. Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah

dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil

keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Page 16: Bab 2 t cs'sps

c. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung yang mendukung masalah

dan penyebab.

Adapun diagnosa keperawatan yang timbul dari penyakit gastritis sebagai berikut :

1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi

yang in adekuat

3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan

kehilangan cairan berlebih karena muntah

4. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit

5. Ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan

Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan

dengan menggunakan cara sebagai berikut :

Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga Scoring Baylon ( Baylon&

Maglaya)

NO Kriteria Bobot

1.

2.

Sifat masalah

Skala :

- Ancaman kesehatan

- Tidak / kurang sehat

- Krisis

Kemungkinan masalah untuk dapat diubah.

2

3

1

1

2

Page 17: Bab 2 t cs'sps

3.

4.

Skala :

- Dengan mudah

- Hanya sebagian

- Tidak dapat

Potensi masalah untuk dapat dicegah

Skala :

- Tinggi

- Cukup

- Rendah

Menonjolnya masalah

Skala :

- Masalah berat segera ditangani

- Masalah tidak perlu segera ditangani

- Masalah tidak perlu dirasakan

2

1

0

3

2

1

2

1

0

1

1

Skoring :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dilakukan bobot

Skor bobot

Angka tertinggi

3. Jumlah skor untuk semua kriteria dengan skor tertinggi adalah 5 (lima) sama dengan

seluruh bobot

Page 18: Bab 2 t cs'sps

2.3 perencanaan

Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan langkah berikutnya adalah perumusan

rencana Asuhan Keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah/diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.

Syarat rencana Asuhan Keperawatan :

a. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan masalah yang telah disusun dfengan

jelas dan benar

b. Rencana tersebut harus realistis dan dapat dilaksanakan ( ada sarana metodologi dan

sumber daya manusia )

c. Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijakan pemerintah dan institusi

layanan kesehatan tersebut

d. Rencana asuhan keperawatan harus dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga

sebagai objek dan subjek pelayanan

e. Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain agar dapat

berkesinambungan dengan mudah dievaluasi

f. Rencana asuhan keperawatan dengan mudah difokuskan pada tindakan yang dapat

dicegah / meringankan masalah yang dihadapi

g. Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan pada proses sistematis

h. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang dan masa lalu

i. Rencana asuhan keperawatan terkait masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang

telah diidentifikasi sebelumnya

j. Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan

Page 19: Bab 2 t cs'sps

k. Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus –

menerus

Adapun intervensi yang dilakukan adalah :

1. Diagnosa 1 : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

Tujuan :Nyeri dapat berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala

nyeri menunjukkan angka 0.

I/ :Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri

R/ : Dapat membantu melokalisasi nyeri

I/ : Observasi TTV

R/ : Mengontrol keadaan pasien

I/ : Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

R/ : Untuk meningkatkan relaksasi

I/ :Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam

R/ : Meminimalisasi nyeri

I/ :Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi

nyeri.

R/ : Membantu mempercepat pengobatan

2. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan nutrisi yang adekuat

Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi.

Kriteria Hasil :Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan

muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.

Page 20: Bab 2 t cs'sps

I/ : Kaji intake makanan

R/ : Pemasukan dan pengeluaran harus seimbang

I/ : Timbang BB secara teratur

R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet

I/ : Berikan perawatan oral secara teratur

R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan

I/ : Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

R/ : Makanan mempunyai efek penetralisir asam

I/ : Berikan makanan dalam keadaan hangat

R/ : Mengurangi distress saluran cerna

I/ : Auskultasi bising usus

R/ : Mengontrol bising usus

I/ : Kaji makanan yang disukai

R/ : Meningkatkan nafsu makan

3. Diagnosa 3 : resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup

dan kehilangan cairan berlebih karena muntah.

Tujuan :Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.

Kriteria Hasil :Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,

pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.

I/ : Kaji tanda dan gejala dehidrasi

Page 21: Bab 2 t cs'sps

R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebiahan

I/ : Observasi TTV

R/ : Mengontrol keadaan pasien

I/ : Ukur intake dan out

R/ : Menghitung balance cairan

I/ : Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml

R/ : Memenuhi cairan

I/ : Observasi kulit dan membran mukosa

R/ : Mengetahui cairan yang hilang

I/ : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

R/ : Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan

4. Diagnosa 4 : kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit

Tujuan :Kurang pengetahuan teratasi.

Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

perawatan, pencegahan dan pengobatan.

I/ : Kaji tingkat pengetahuan klien

R/ : Mengetahui tingkat pengetahuan klien

I/ : Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit

R/ : Membantu pengobatan klien

I/ : Beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya

R/ : Menambah wawasan keluarga maupun klien tentang pengobatan

I/ : Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien

R/ : Mempercepat pemulihan

Page 22: Bab 2 t cs'sps

5. Diagnosa 5 : ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan

Tujuan : Rileks dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani

Kriteria Hasil : Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif

I/ : awasi respon fisiologis, misalnya : takipnea, pusing, sakit kepala

R/ : indikasi derajat takut yang dialami pasien

I/ : berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan

R/ : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas

I/ : berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat

R/ : memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan relaksasi

I/ : tunjukkan teknik relaksasi, misalnya : nafas dalam

R/ : belajar untuk rileks dalam membantu menurunkan takut dan ansietas

I/ : dorong dan dukung pasien dalam evaluasi pola hidup

R/ : perubahan mungkin perlu untuk menghindari berulangnya kondisi ulkus

2.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam kegiatan

selama tahap pelaksanaan, perawat merumuskan, mengumpulkan datadan validasi rencana

asuhan keperawatan.

2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah mengkaji respon klien terhadap intervensi keperawatan dan

selanjutnya membandingkan respon dengan standart yang telah ditentukan sebelumnya.Kegiatan

evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkan respon

Page 23: Bab 2 t cs'sps

keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan pencapaian tujuan

keperawatan.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional

S : hal – hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan, misalnya keluarga mengatakan nyerinya berkurang

O : hal – hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif, setelah dilakukan intervensi

keperawatan, misalnya berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan

A : analisa dari yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis

P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga

Hasil evaluasi yang didapat pada teoritis adalah :

- Nyeri berkurang

- Nutrisi yang adekuat

- Keseimbangan haluaran dan masukan cairan

- Kurang pengetahuan sudah teratasi

- Ansietas menurun

Page 24: Bab 2 t cs'sps