bab 2 qodlo' dan qodar

Upload: tohir-solehudin

Post on 06-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    1/13

    4

    BAB 2

    LANDASAN TEORITIS2.1. Iman Kepada Takdir (al-Qodar)

    Al-Qodar secara bahasa memiliki beberapa arti, diantaranya: qaddara al-

    amra, yang bermakna dabbarahu (mengaturnya). Juga bermakna qaddara al-

    syaia bi asy-syaiy, yang berarti qasahu (menganalogkannya). Arti lainnya adalah

    qaddara rizqahu yang berarti ja’alahu qalilan (menjadikan sedikit).

    Secara istilah al-Qodar (Takdir) adalah ketetapan Allah atas segala sesuatupada zaman azali. Yakni, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu yang akan

    terjadi, baik perbuatan maupun benda, Sebelum Allah menciptakan semuanya.

    Allah SWT berfirman:

                                                     

    “ Maka kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. kami Telah

    mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (QS.

    An-Naml [27]: 57).

    Maksudnya, Allah telah mencatatkan hal yang demikian itu dan

    menakdirkannya semenjak azali. Firman Allah SWT:

                                                                

           

    Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang Telah

    ditetapkan Allah untuk kami. dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allah

    orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At-Taubah [9]: 51).

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    2/13

    5

    Maksudnya, Allah telah menetapkan bagi manusia segala sesuatu

    semenjak azali sebelum manusia diciptakan. Firman Allah SWT:

                                                                

                         

    “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu

    sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami

    menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

    (QS. Al-Hadid [57]: 22).

    Maksudnya, tiada suatu bencana yang menimpa bumi dan diri manusia,

    kecuali telah tertulis dalam kitab al-Lauh al-Mahfuzh, yang juga berarti bahwa

    sesungguhnya Allah mengetahuinya sebelum menciptakannya.

    Ini adalah al-qadar  (takdir) yang wajib kita imani, baik atau buruknya

    berasal dari Allah; sebagaimana yang disebut dalam hadis yang mulia, yakni:

    ...dan engkau beriman kepada al-qadar (takdir), baik dan buruknya berasal dari

     Allah SWT. Jibril berkata, kamu benar. (HR. Muslim no. 9; Abu Dawud, no.

    4075; Ibnu Hibban, no. 173; dan Al-Baihaqi, no. 253).

    Seorang Muslim Muslim beriman dan yakin bahwa semua keadaan di

    dunia ini pasti diketahui oleh Allah SWT (karena memang Allah Maha

    Mengetahui sesuatu ( Al-‘Alim), baik kejadian yang telah, sedang maupun yang

    akan terjadi. Kejadian apapun bentuknya telah diketahui oleh Allah SWT dan

    dituliskan di  Lawh al-Mahfuzh (kitab induk dan gambaran umum luasnya ilmu

    Allah SWT).

    Inilah pengertian sederhana dari takdir yang telah dijelaskan oleh Quran

    dan hadis Rasulullah saw. Dengan kata lain takdir  adalah catatan (ilmu) Allah

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    3/13

    6

     yang menyeluruh tentang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan ‘segala

    sesuatu’, adalah termasuk benda-benda, manusia amal perbuatannya, makhluk 

    hidup lain, dll; semuanya telah tercatat atau diketahui oleh Allah SWT dan

    dituliskan di Lauhul Mahfuzh. Setiap Muslim wajib mengimani takdir karena

    merupakan bagian dari rukun iman.

    Seorang Muslim yang tidak meyakini takdir maka imannya cacat bahkan

    bisa murtad dari islam. Sebab, masalah ini telah tegas dijelaskan oleh nash al-

    Quran dan hadis Rasulullah saw., seperti ayat:

                               “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al  – 

    Qomar [54]: 49).

    Saat menafsirkan ayat ini Imam As-Suyuti menyatakan, kepercayaan yang

    dipegang oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah bahwa Allah SWT. Telah

    mentakdirkan segala sesuatu. Artinya, Dia telah mengetahui ukuran, kondisi,

    peraturan, dan waktunya, jauh sebelum sesuatu itu terjadi. Oleh karena itu, tidak 

    ada sesuatu kejadian di langit dan bumi kecuali seluruhnya muncul dari ilmu,

    qudrah (kekuasaan) dan iradah (kehendak) Allah SWT (Lihat: Tafsir Imam

    Qurthubi, XVII/148).

    Makna dari semua ini adalah Allah SWT telah mengetahui segala sesuatu

    tentang manusia sebelum ia diciptakan. Dia juga mengetahui ketetapan nasib

    seseorang di dunia ini maupun di akhirat kelak (bahagia atau celaka, sukses atau

    gagal, kaya atau miskin, umurnya, dsb).

    Pembahasan masalah takdir sebenarnya hanyalah pembahasan tentang

    kekuasaan Allah SWT. Takdir merupakan  Ilmu Allah dan kekhususan bagi-Nya

    (ilmu Allah mencakup segala sesuatu karena Allah memang bersifat Al-‘Alim) dan

    mustahil ada sesuatu yang tidak diketahui-Nya.

    Meskipun kita mengimani takdir (ilmu) Allah SWT, janganlah kita

    mencampuradukkan iman pada takdir  dengan amal perbuatan manusia, karena

    keduanya memang tidak ada hubungan sama sekali. Artinya, ilmu (takdir) Allah

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    4/13

    7

    tidak pernah memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu, juga tidak pernah

    memaksa seseorang untuk tidak berbuat sesuatu.

    Rasulullah saw. Telah melarang para sahabatnya mencampuradukkan

    pemahaman takdir dengan amal perbuatan manusia yang dapat menyebabkan

    manusia tidak mau berusaha. Harus dipahami bahwa ada perbedaan antara apa

     yang harus diyakini dan apa yang harus dikerjakan.

    Telah diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Ali bin Abi Thalib ra.:

     Rasulullah saw. Suatu hari pernah duduk-duduk (bersama para Sahabat). Di

    tangan beliau ada sepotong kayu. Lalu dengan kayu itu beliau menggores-gores

    (tanah). Kemudian beliau mengangkat kepala dan berkata, “Setiap kalian yang 

    bernyawa sudah ditetapkan tempatnya di surga atau di neraka. “Para Sahabat 

    terkejut, lalu bertanya, “Kalau demikian, ya Rasulullah, apa gunanya kita

    beramal? Apakah tidak lebih baik kita pasrah saja (pada takdir)?” Beliau

     Menjawab, “Jangan! Tetaplah beramal. Sebab, setiap orang akan dimudahkan

    oleh Allah jalan yang sudah ditentukan baginya. “Lalu Rasulullah membaca

    surat al-Lail ayat 5-10. (Imam an-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, XVI/196-

    197).

    Sesungguhnya Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dengan

    bekal akal, kekuatan, persiapan tenaga dan ilmu agar ia mampu membedakan

    mana yang salah dan mana yang benar sebagai standar perbuatannya. Dengan

    demikian, secara sukarela manusia akan memilih (tanpa adanya unsur paksaan)

    kehendaknya sendiri. Sebab, sesungguhnya takdir hanyalah  pemberitahuan

    tentang ilmu Allah yang sangat luas, meliputi segala sesuatu. Allah tidaklah

     pernah memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.

    (Lihat: Imam al-Khattabi dalam Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, hlm. 151).

    Tak ada seorang manusia pun yang tahu apa yang tertulis bagi dirinya di

     Lawh al-Mahfuzh. Karenanya, tidak bisa dibenarkan jika ada seseorang yang

     berkata. “Saya berbuat begini karena telah dituliskan oleh Allah SWT di Lawh al-

     Mahfuzh harus berbuat begini.“ Sebab, darimana ia tahu bahwa Allah telah

    menuliskan perbuatan tersebut baginya di Lawh al-Mahfuzh?

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    5/13

    8

    Sesungguhnya mengimani takdir dengan pemahaman yang benar pasti

    akan memberikan suatu kekuatan semangat juang yang luat biasa. Pemahaman

    yang utuh akan memberikan dorongan yang positif untuk meraih kehidupan

    bahagia yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam koridor syariah

    Islam. Selain itu, hal tersebut juga akan memberikan ketabahan dan keberanian

    dalam membela yang haq, berhati baja dalam merealisasikan hal-hal yang haq

    serta menetapi segala kewajiban yang dibebankan kepadanya. Tidak ada istilah

    lemah atau putus asa dalam kamus orang yang mengimani takdir dengan

    pemahaman yang benar. Ia akan menjadi orang yang bersyukur ketika langkah-

    langkahnya memberikan keberhasilan/kebaikan dan ia akan menjadi orang yang

    sabar ketika langkah-langkahnya tidak memberikan keberhasilan.

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    6/13

    9

    2.2. Masalah Qodlo’ dan Qodar

    2.2.1. Asal – usul munculnya masalah Qodlo’ dan Qodar

    Akhri Abad kedua Hijriah merupakan masa suburnya penaklukan

    wilayah-wilayah lain yang dilakukan oleh Khilafah Islamiyah di seluruh penjuru

    dunia. Banyak hal baru mulai ditemukan, termasuk usaha-usaha menerjemahkan

    paham-paham di luar Islam semisal filsafat (Yunani). Pada awalnya hanya

    semacam kebutuhan untuk menjawab dan berdebat dengan mereka setelah dari

    Pihak Nasrani terlebih dulu mempelajarinya untuk mempertahankan akidah

    mereka. Kaum Muslim tergerak untuk mendalami filsafat Yunani untuk 

    membantah masalah-masalah yang dilontarkan pihak Nasrani, terutama dalam

    masalah “ Kebebasan bertindak” ( free will). Permasalahan ini terus berkembang

    dan akhirnya muncullah beberapa aliran/pandangan di kalangan kaum Muslim

    sendiri terhadap permasalahan ini.

    Kaum Muslim terpecah ke dalam tiga golongan besar ketika mereka

    membahas amal/perbuatan manusia yang dikaitkan dengan asas taklif, pahala dan

    siksa. Terjadinya golongan-golongan tersebut disebabkan mereka menakwilkan

    beberapa nash ayat al-Quran tentang perbuatan manusia, juga karena ada nash dari

    ayat al-Quran yang menurut mereka menunjukan bahwa perbuatan manusia

    tergantung pada kehendak Allah. Golongan pertama dari kalangan Muktazilah,

    golongan kedua dari golongan Jabariah. Namun, ada golongan yang berada di

    tengah-tengah kedua golongan tersebut, yaitu dari kalangan Ahlussunnah.

    2.2.2 Dasar Pembahasan Masalah Qodlo’ dan Qodar

    Ketika kita membahas masalah Qodlo’ dan Qodar, maka harus dijelaskan

     bahwa yang dimaksud dengan Qodlo’ dan Qodar disini adalah:  perbuatan

    manusia dan khasiat berbagai benda. Sebab, masalah yang dibahas adalah

    perbuatan-perbuatan manusia, dan hal-hal yang lahir dari perbuatan tersebut,

    yakni berbagai khasiat yang ada pada sesuatu yang digunakan oleh manusia;

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    7/13

    10

    apakah semua itu (perbuatan dan khasiat) diciptakan dan diadakan oleh Allah ?

     Ataukah diciptakan oleh manusia ?

    Inilah yang menjadi dasar pembahasan masalah “qodlo’ dan qodar”, yaitu

    ‘perbuatan manusia’. Karena ‘perbuatan manusia’ merupakan hal yang dapat

    diindera bahkan dapat dirasakan, maka dalil-dalilnya pun bersifat ‘aqli. Dengan

    demikian, jelaslah permasalahan yang akan dibahas dalam tema ‘qodlo’ dan

    qodar’ ini. Hakikat perbuatan manusia dan kejadian-kejadian yang menimpa

    manusia.

    Sesungguhnya, jika kita meneliti suatu perbuatan/kejadian, yang dilakukan

    atau yang menimpa manusia, akan kita jumpai bahwa manusia itu hidup dan

    beraktivitas dalamn dua jenis perbuatan, yaitu:

    a. Perbuatan yang berada di bawah kontrol manusia, yang timbul karena

    semata-mata pilihan dan keinginannya sendiri.

    b. Perbuatan yang berada di luar kontrol manusia dan keinginan manusia.

    Pada bagian ini manusia berbuat atau terkena perbuatan yang berada di

    luar kemampuan dan kehendaknya. Manusia dipaksa menerimanya.

    Contoh perbuatan dan kejadian yang pertama mudah diketahui. Misal: kita

    mau duduk atau berjalan, makan-minum atau tidak, minum sirup atau khamir,

    berbakti atau durhaka kepada orangtua, belajar atau tidak dan lain-lain; seluruh

    perbuatan ini jelas dilakukan atas kesadaran dan kesukarelaan manusia, tanpa

    paksaan dari pihak manapun. Semuanya bisa dilakukan orang tersebut tanpa

    dipaksa oleh siapapun. Dalam melakukan perbutan tersebut, manusia kelak akan

    dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di akhirat. Perbuatan  – perbuatan ini

    diluar Qodlo’ dan Qodar.

    Pada jenis perbuatan yang kedua manusia tidak memiliki peran apapun

    atas kejadiannya. Manusia dipaksa untuk menerimanya, sukarela maupun

    terpaksa, karena memang berada di luar kekuasaan manusia. Jenis perbuatan dan

    kejadian-kejadian kedua ini terdiri dua bentuk.

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    8/13

    11

     Pertama: Kejadian yang ditentukan oleh ‘nizham al-wujud’ (sunnatullah/ 

    hukum alam). Misal: ia lahir dari seorang Ibu dengan bentuk fisik dan warna kulit

    tertentu, hidup terikat dengan gravitasi bumi , ia tidak dapat terbang dan bernafas

    dalam air, dan sebagainya.

     Kedua: kejadian yang tidak ditentukan oleh hukum alam, namun tetap

    berada di luar kekuasaan manusia, seperti seseorang yang terjatuh dari atas

    tembok dan menimpa orang lain dan orang yang tertimpa tersebut meninggal, atau

    seperti halnya kecelakaan pesawat, kereta api dan mobil disebabkan karena

    kerusakan mendadak, baik yang berasal dari manusia atau yang malah di luar

    kemampuannya. Meskipun tidak ditentukan oleh hukum alam, semua kejadian itu

    tetap terjadi tanpa kehendak manusia dan berada di luar kekuasaannya.

    Segala perbuatan dan kejadian yang berada di luar kontrol manusia

    tersebut inilah yang dinamakan Qodlo’  ( Keputusan Allah ). Sebab, Allahlah

    yang meng-‘qodho’ (memutuskannya), terlepas apakah hal/keputusan itu menjadi

    kebaikan ( Qodl o’ yang baik ) atau keburukan ( Qodlo’ yang buruk ), menurut

    penafsiran manusia. Yang jelas, kebaikan/keburukan tersebut bukan menimpa kita

    karena adanya ‘hari baik, hari sial, memakai jimat/mantra dsb’. Semua itu

    diputuskan oleh Allah menimpa kita. Inilah Qodlo’  Allah SWT., dan tidak ada

    satu makhluk pun yang dapat menentukan hal ini selain Allah semata.

                                                                           

    “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal 

    (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia

    sendirilah mengetahuinya), Kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit 

    itu).” (QS. Al – An’am [6]: 2).

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    9/13

    12

    Oleh karena itu, seorang hamba tidak akan dihisab atas terjadinya

    kejadian-kejadian ini, meskipun kejadian tersebut mengandung manfaat atau

    kerugian, disukai atau dibenci oleh manusia. Manusia tidak akan dihisap atas

    kejadian ini karena manusia tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian tersebut,

     juga tidak tahu menahu mengenai kejadian tersebut, bagaimana hal tersebut bisa

    terjadi. Ia pun tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk menolak atau

    mendatangkannya.  Manusia hanya diwajibkan untuk beriman akan adanya

    qodlo’ , dan bahwa qodlo’ itu datang dari Al lah SWT, bukan dari yang lain.

    Berdasarkan hal ini, maka Qodlo’ adalah: perbuatan – perbuatan yang

    terjadi, atau menimpa pada manusia, dimana ia dipaksa tanpa mampu ia

    menolaknya.

    2.2.3 Memahami makna Qodar

    Adapun al-Qodar yang di-‘athaf -kan (disambungkan) dengan kata al-

    Qodlo’ di dalam pembahasan Qodlo’ dan Qodar, sebenarnya adalah khashiyyat al-

    asy- ya’  (potensi benda), seperti potensi membakar yang dimilik api, potensi

    terbakar pada manusia dan kayu, potensi memotong yang ada pada benda tajam,

    dan lain sebagainya.

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    10/13

    13

    Semua potensi semacam itu dan yang semisal, disebut dengan Qodar.

    Potensi – potensi ini berasal dari Allah. Dialah yang menciptakan (potensi-potensi

    itu) pada benda-benda. Allah Berfirman:

                                  

    “Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang

    menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk” (QS. Al-A’la: 2-3)

    Manusia tidak akan mampu melenyapkan potensi-potensi ini, akan

    tetapi, ia hanya bisa menggunakannya sesuai perintah dan larangan Allah SWT.

    Bila digunakan sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT, maka

    perbuatannya dinilai sebagai perbuatan yang baik. Akan tetapi, jika digunakan

    bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, perbuatannya dinilai sebagai

    perbuatan yang buruk.

    Potensi memotong pada pisau yang telah diciptakan Allah SWT, jika

    digunakan seorang muslim untuk membunuh kafir yang menjajah umat Islam, inimerupakan perbuatan yang baik, dan akan dibalas dengan pahala. Sebaliknya,

    apabila digunakan untuk membunuh seorang muslim tanpa alasan yang

    dibolehkan syariat, maka perbuatan itu akan dinilai buruk dan akan dibalas

    dengan siksa Neraka.

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    11/13

    14

    Jadi, Qodlo’ dan Qodar yang harus kita imani adalah  perbuatan-

     perbuatan yang terjadi, atau yang menimpa manusia tanpa ia bisa menolaknya,

    dan segala potensi yang ada pada benda (dimana Allah yang menciptakannya).

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    12/13

    15

    2.3. Hikmah Iman Qodlo’ dan Qodar

    Demikianlah pembahasan yang berkaitan dengan perbuatan dan

    kejadian yang terjadi di luar kontrol dan kemauan manusia. Adapun terkait

    dengan perbuatan dan kejadian yang berada di bawah kontrol dan kemauan

    manusia maka manusia berjalan ‘secara sukarela’ di atas nizham (peraturan) yang

    dipilihnya, baik itu syariah Allah atau syariah yang lainnya. Pada bagian inilah

    terjadi kejadian dan perbuatan yang berasal atau menimpa manusia disebabkan

    kehendaknya sendiri. Ia berjalan, makan, minum, dan berpergian kapan saja

    dikehendakinya. Ia membakar dengan api dan memotong dengan pisau apa saja

    yang dikehendakinya. Ia memuaskan keinginan seksuaknya atau keinginan

    memiliki barang, ataupun keinginan perutnya dengan cara apapun yang ia

    kehendaki. Ia ‘melakukannya’ dengan sukarela sebagaimana ia ‘tidak 

    melakukannya’ juga dengan sukarela. Karena itulah, manusia akan ditanya atas

    perbuatan-perbuatannya di dalam bagian ini.

    Jika terjadi suatu perbuatan atau kejadian, bukan khasiat-khasiat ini

    yang melakukan perbuatan, melainkan manusialah yang melakukan perbuatan

    dengan memanfaatkan khasiat-khasiat tersebut. Dorongan seksual yang terdapat

    pada gharizah an-naw memang mempunyai kecenderungan untuk kebaikan atau

    keburukan. Namun, manusialah yang menggunakan sesuai dengan pilihannya,

    berdasarkan peraturan yang dipilihnya.

    Hal ini karena Allah SWT telah menciptakan akal pada manusia. Pada

    akal ini diciptakan kemampuan memahami serta membeda-bedakan; mana yang

    baik (takwa), dan mana yang buruk, sebagaimana firman-Nya:

                                      

    “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

    ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams [91]: 8).

    Di sisi lain, Allah telah menunjukkan kepada manusia jalan baik dan buruk.

  • 8/17/2019 Bab 2 Qodlo' Dan Qodar

    13/13

    16

    Karena itu, jika manusia memuaskan panggilan gharizah dan

    kebutuhan jasmaninya sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT, berarti ia

    telah melakukan kebaikan dan berjalan di atas jalan takwa. Akan tetapi jika ia

    memenuhi panggilan gharizah dan kebutuhan jasmaninya seraya berpaling dari

    perintah Allah dan larangan-Nya, berarti ia telah melakukan perbuatan buruk dan

    berjalan di atas jalan kejahatan. Berdasarkan hal inilah manusia dihisab atas

    perbuatan-perbuatan yang berada pada kontrolnya, kemudian diberi pahala dan

    dosa, bergantung pada perbuatannya. Sebab, ia melakukan perbuatannya secara

    sukarela, tanpa ada paksaan sedikit pun. Qodar Allah pada benda dan manusia

    tidak pernah ‘memaksa’ manusia untuk berbuat sesuatu.

    Allah menjadikan akal sebagai sandaran pembebanan kewajiban

    syariah. Karenanya, Allah menyediakan pahala bagi perbuatan baik, sebab

    akalnya telah memilih untuk menjalani perintah Allah dan menjauhi larangan-

    Nya. Sebaliknya, atas perbuatan jahat, manusia disediakan siksaan, karena

    akalnya telah memilih untuk melanggar perintah dan larangan Allah, sebagaimana

    firman-Nya:

                               

    “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya”.

    (QS. Al – Mudatstsir [74]: 38)