bab 2 landasan teori menurut satzinger, jackson, dan …

24
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi 2.1.1. Pengertian Sistem Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 6), sistem adalah sekumpulan komponen terhubung yang berfungsi bersama untuk memperoleh sejumlah hasil tertentu. Sebuah sistem terdiri dari gabungan subsistem yang jangkauan atau ruang lingkupnya lebih kecil, tapi juga merupakan bagian dari sebuah supersistem yang lebih besar. 2.1.2. Pengertian Data dan Informasi Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer. (2012: 7) mendefinisikan data sebagai fakta-fakta mentah yang berhubungan atau menggambarkan sebuah kejadian. Data akan berguna bila diaplikasikan dengan serangkaian peraturan atau pengetahuan yang memungkinkan untuk mengubah data tersebut menjadi informasi. Sedangkan, menurut Laudon dan Laudon (2010: 46), data merupakan aliran fakta-fakta mentah mengenai suatu kejadian sebelum diolah menjadi sesuatu yang dapat dimengerti dan digunakan. Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012: 7), informasi adalah data yang telah diproses menjadi output yang berguna dan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan dapat memicu aksi, juga dapat digunakan sebagai alat pemandu untuk mengambil keputusan. Laudon dan Laudon (2010: 46) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah dibentuk dan diolah menjadi bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan oleh manusia. 2.1.3. Pengertian Sistem Informasi Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 7), sistem informasi merupakan sekumpulan komponen terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai keluaran informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Salah satu masalah yang paling banyak diangkat untuk diselesaikan dengan sistem informasi adalah tugas bisnis.

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Informasi

2.1.1. Pengertian Sistem

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 6), sistem adalah sekumpulan komponen

terhubung yang berfungsi bersama untuk memperoleh sejumlah hasil tertentu. Sebuah sistem

terdiri dari gabungan subsistem yang jangkauan atau ruang lingkupnya lebih kecil, tapi juga

merupakan bagian dari sebuah supersistem yang lebih besar.

2.1.2. Pengertian Data dan Informasi

Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer. (2012: 7) mendefinisikan data sebagai

fakta-fakta mentah yang berhubungan atau menggambarkan sebuah kejadian. Data akan

berguna bila diaplikasikan dengan serangkaian peraturan atau pengetahuan yang

memungkinkan untuk mengubah data tersebut menjadi informasi. Sedangkan, menurut

Laudon dan Laudon (2010: 46), data merupakan aliran fakta-fakta mentah mengenai suatu

kejadian sebelum diolah menjadi sesuatu yang dapat dimengerti dan digunakan.

Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012: 7), informasi adalah data

yang telah diproses menjadi output yang berguna dan dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan dan dapat memicu aksi, juga dapat digunakan sebagai alat pemandu untuk

mengambil keputusan. Laudon dan Laudon (2010: 46) menyatakan bahwa informasi adalah

data yang telah dibentuk dan diolah menjadi bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan

oleh manusia.

2.1.3. Pengertian Sistem Informasi

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 7), sistem informasi merupakan

sekumpulan komponen terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan

menyediakan sebagai keluaran informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah

masalah. Salah satu masalah yang paling banyak diangkat untuk diselesaikan dengan sistem

informasi adalah tugas bisnis.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

8

2.1.4. Tipe-tipe Sistem Informasi

Tipe-tipe sistem informasi menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 9) ada lima dan

dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 2.1 Tipe-tipe Sistem Informasi

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 9)

2.2. Sistem Pendukung Keputusan

2.2.1. Keputusan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keputusan adalah perihal yg berkaitan dng

putusan; segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dsb.);

ketetapan; sikap terakhir (langkah yg harus dijalankan).

2.2.2. Jenis-jenis Keputusan

Menurut Laudon dan Laudon (2010: 478), keputusan ada tiga jenis, yaitu:

1. Keputusan tidak terstruktur

Untuk jenis keputusan ini, pembuat keputusan harus menyediakan penilaian,

evaluasi, dan visi untuk menyelesaikan masalah. Keputusan-keputusan tersebut penting,

tidak teratur, dan tak ada prosedur pasti dalam pembuatan keputusannya.

Economic and Competitive Data

Transaction Data

Transaction Data

Decision Support System (DSS)

Excecutive Information System

(EIS)

Management Information

System (MIS)

Communication and Office Support

System

Transaction Processing

System (TPS)

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

9

2. Keputusan Semiterstruktur

Keputusan semi terstruktur memiliki karakteristik yang berada di tengah-tengah

keputusan tidak terstruktur dan keputusan terstruktur. Hanya sebagian dari keputusan

tersebut memiliki jawaban yang jelas dan terdapat prosedur penyelesaiannya.

3. Keputusan Terstruktur

Keputusan terstruktur bersifat berulang dan rutin, serta terdapat prosedur yang jelas

dalam menyelesaikannya.

2.2.3. Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Turban dan Aronson (2011: 41), pengambilan keputusan merupakan proses

pemilihan beberapa tindakan alternatif untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Melihat dari

tugas bagian manajerial yang melibatkan perencanaan, dan untuk merencanakan sesuatu

dibutuhkan keputusan, disimpulkan dalam satu perusahaan bahwa pembuat keputusan adalah

tingkat manajerial ke atas.

Menurut Turban dan Aronson (2011: 8), para manajer biasanya mengambil keputusan

dengan mengikuti proses yang terdiri dari empat langkah, yaitu:

1. Definisikan masalah (misal: situasi keputusan yang mungkin menghadapi kesulitan atau

yang memiliki peluang).

2. Bangun model yang mendeskripsikan masalah sebenarnya atau dalam dunia nyata.

3. Identifikasikan solusi yang memungkinkan pada masalah yang dimodelkan dan evaluasi

solusi tersebut.

4. Bandingkan, pilih, dan rekomendasikan solusi potensial bagi masalah tersebut.

2.2.4. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban dan Aronson (2011: 75), Decision Support System (DSS) atau Sistem

Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung pembuat

keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur dan terstruktur.

SPK berfungsi sebagai tambahan atau pendukung bagi pembuat keputusan, dapat

memperluas pengetahuan dan kemungkinan, namun tidak menggantikan penilaian. Sistem ini

ditujukan untuk keputusan yang membutuhkan penilaian dan keputusan yang dapat diolah

dengan algoritma atau secara teknis.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

10

2.2.5. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban dan Aronson (2011: 77), karakteristik yang menyatakan suatu sistem

merupakan SPK ada 14. Karakteristik dan kemampuan inti SPK teringkas dalam gambar

berikut ini:

Gambar 2.2 Karakteristik dan Kemampuan Inti SPK

Sumber: Turban dan Aronson (2011: 77)

2.2.6. Klasifikasi Sistem Pendukung Keputusan

Klasifikasi SPK bermacam-macam sesuai dengan tujuan dan strukturnya. Menurut

Turban dan Aronson (2011: 79-81), Klasifikasi SPK termasuk dalam beberapa kategori di

bawah ini.

1. Communications-driven and group DSS

SPK yang termasuk jenis ini adalah SPK yang menggunakan komputer, kolaborasi,

dan teknologi komunikasi untuk mendukung tugas kelompok yang dapat melibatkan

maupun tak melibatkan pengambilan keputusan.

2. Data-driven DSS

SPK jenis ini terutama berhubungan dengan data, memprosesnya menjadi

informasi, dan menuajikannya untuk pengambil keputusan. Dalam SPK jenis ini,

organisasi database memiliki peranan besar dalam struktur SPK.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

11

3. Document-driven DSS

SPK ini bergantung pada knowledge coding dan analisis. SPK jenis ini juga

memiliki penekanan yang minimal terhadap pemanfaatan model matematis. Tujuan

utama document-driven DSS ini adalah untuk menyediakan penunjang dalam mengambil

keputusan dengan menggunakan dokumen dalam berbagai bentuk, yaitu: lisan, tertulis,

dan multimedia.

4. Knowledge-deiven DSS, data mining, and management applications

SPK jenis ini melibatkan aplikasi teknologi pengetahuan untuk membahas

kebutuhan-kebutuhan dalam penunjang keputusan.

5. Model-driven DSS

Penekanan utamanya adalah menciptakan satu atau lebih optimisasi atau model

simulasi yang biasanya menyertakan aktivitas penting dalam formulasi model,

pemeliharaan model, manajemen model dalam lingkungan komputasi terdistribusi, dan

what-if analyses. Fokus dari sistem ini adalah menggunakan model-model untuk

mengoptimalkan satu atau lebih tujuan (misalnya keuntungan).

Selain kelima kategori tersebut, terdapat juga compound DSS. SPK ini terdiri dari dua

atau lebih dari kategori-kategori yang telah disebutkan sebelumnya.

Tabel 2.1 Tabel Kategori Decision Support System

Orien-

tasi

Kategori Tipe

Orientasi

Tipe

Task

Pengguna Pola yang

Digunakan

Waktu

Data Sistem

penyim-

panan

data

Akses data Operasi-

onal

Personil

non-

manajer

Pencarian

sederhana

Tidak

teratur

Sistem

analisis

data

Analisis ad

hoc dari data

files

Analisis

Operasi-

onal

Staf analis

atau

personil

manajerial

Manipulasi dan

tampilan data

Tidak

teratur

atau

periodik

Data

atau

model

Sistem

informasi

analisis

Analisis ad

hoc yang

melibatkan

lebih dari

Analisis,

perenca-

naan

Staf analis Pemrograman

laporan khusus,

mengembangkan

model-model

Tidak

teratur,

sesuai

permin-

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

12

satu database

dan model-

model kecil

kecil taan

Model Model

akuntansi

Perhitungan

dasar yang

memperkirak

an hasil

mendatang

dengan dasar

definisi

akuntansi

Perenca-

naan,

anggaran

Staf analis

atau

manajer

Memasukkan

perkiraan

aktivitas;

menerima hasil

moneter yang

diperkirakan

sebagai keluaran

(output)

Periodik

Model

represen-

tasional

Memperki-

rakan

konsekuensi

dari aksi-aksi

tertentu

Perenca-

naan,

anggaran

Staf analis Memasukkan

keputusan yang

memungkinan;

menerima hasil

yang

diperkirakan

sebagai output

Periodik

atau

analisis

tidak

beraturan

(ad hoc)

Model

optimisasi

Memperhi-

tungkan

solusi

optimal dari

kombinasi

masalah

Perenca-

naan,

alokasi

sumber

daya

Staf analis Batasan input

dan tujuan;

menerima

jawaban

Periodik

atau

analisis

tidak

beraturan

(ad hoc)

Model

perusulan

Melakukan

perhitungkan

yang

menghasil-

kan

keputusan

yang

diusulkan

Operasi-

onal

Personil

non-

manajer

Memasukkan

deskripsi

terstruktur dari

situasi

keputusan;

menerima

keputusan yang

diusulkan

sebagai output

Harian

atau

periodik

Sumber: Turban dan Aronson (2011)

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

13

2.2.7. Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Dalam bukunya, Turban dan Aronson (2011: 85-88) menyatakan bahwa sebuah SPK

dapat terdiri dari empat buah komponen, yaitu:

1. Subsistem Manajemen Data

Termasuk basis data yang berisi data-data relevant untuk situasi yang terjadi dan

dikelola dalam sebuah piranti lunak yang disebut database management system (DBMS).

Subsistem ini adalah bagian yang menangani semua penyimpanan maupun pengelolaan

data dalam SPK.

2. Subsistem Manajemen Model

Subsistem Manajemen Model adalah sebuah paket piranti lunak yang meliputi

model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang

menyediakan kemampuan analitis bagi sistem dan manajemen piranti lunak yang layak.

Piranti lunaknya sering disebut model database management system (MBMS).

3. Subsistem Antarmuka

Subsistem antarmuka berfungsi sebagai penghubung pengguna dengan sistem.

Pengguna dapat berkomunikasi dan memberi perintah pada sistem dengan menggunakan

komponan-komponen yang disediakan pada antarmuka.

4. Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan

Subsistem ini dapat berdiri sebagai komponen sendiri atau mendukung komponen

lain. Fungsinya adalah untuk menyediakan intelijen untuk kepentingan sang pengambil

keputusan.

Sebuah SPK harus memiliki tiga komponen utama, yaitu DBMS, MBMS, dam

antarmuka. Subsistem manajemen berbasis pengetahuan merukapan pilihan opsional.

2.2.8. Analisis dan Perancangan Sistem Pendukung Keputusan

2.2.8.1. Analisis Sistem dan Perancangan Sistem

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 4) mendefinisikan analisis sistem sebagai sebuah

kegiatan yang dilakukan untuk mencari pengertian dan detil spesifik mengenai hal-hal yang

harus dilakukan oleh sistem informasi.

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 4) pun mendefinisikan perancangan sistem sebagai

sebuah proses spesifikasi detil mengenai cara implementasi komponen-komponen sistem

informasi.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

14

2.2.8.2. Konsep Object Oriented Analysis and Design

Ketika semua jenis obyek melakukan pekerjaan di dalam sebuah sistem serta

memperlihatkan interaksi pengguna yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, maka

konsep tersebut dinamakan Object Oriented Analysis and Design (OOAD) atau analisis dan

perancangan berorientasi obyek (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005: 60).

2.2.8.2.1. Objects, Attributes, Methods

Satzinger, Jackson, Burd (2005: 60) menuliskan bahwa obyek sebagai suatu hal dalam

sistem komputer dapat merespon pesan. Dua karakteristik dari obyek yaitu state dan behavior.

State atau disebut juga attribute atau field digunakan untuk menyimpan informasi obyek.

Behavior digunakan untuk menentukan tindakan (method) yang dilakukan obyek.

Atribut merupakan karakteristik obyek yang memiliki nilai-nilai, seperti ukuran, bentuk,

warna, lokasi, dan teks suatu tombol (button) atau label, sebagai contoh (Satzinger, Jackson,

Burd, 2005: 62).

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 62), methods merupakan tingkah laku atau

operasi yang mendeskripsikan hal-hal yang dapat dilakukan obyek.

User interface object didefinisikan oleh Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 62)

sebagai sebuah obyek yang dapat digunakan untuk berinteraksi oleh pengguna menggunakan

sistem, seperti button, menu item, text box, atau label.

2.2.8.2.2. Class, Superclass, dan Subclass

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 63) mendefinisikan bahwa class adalah suatu jenis

atau klasifikasi terhadap obyek yang memiliki kesamaan. Class bukanlah sebuah obyek yang

real, melainkan lebih mengarah kepada konsep obyek. Atribut dan metode ditentukan ketika

mendefinisikan sebuah kelas.

Superclass atau disebut juga kelas induk, menurut Satzinger, Jackson, dan Burd

(2005:67), merupakan kelas umum dalam suatu hirarki atau spesialisasi, yang dapat diperluas

oleh sebuah subclass.

Subclass atau disebut juga kelas anak, adalah kelas khusus dalam suatu hirarki

generalisasi atau spesialisasi, yang berisi atribut dan metode tambahan yang membedakannya

dari kelas yang lebih umum (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005: 67).

2.2.8.2.3. Encapsulation, Inheritance, dan Polymorphism

Encapsulation ialah penggabungan atribut dan metode ke dalam sebuah unit dan

menyembunyikan struktur internal dari obyek (Satzinger, Jackson, dan Burd 2005: 66).

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

15

Tujuan dari enkapsulasi adalah agar informasi tidak dapat diakses sembarangan karena

informasi data obyek tersebut tidak dapat terlihat dari luar.

Inheritance, menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 66), merupakan suatu konsep

bahwa satu kelas obyek berbagi beberapa karakteristik dengan kelas lainnya. Inheritance

dilakukan dengan mendefinisikan kelas baru, namun dengan penurunan sifat dari kelas lain.

Pada inheritance, atribut dan metode diwariskan pada kelas turunan atau kelas anak

(subclass).

Polymorphism, menurut, merupakan karakteristik dari obyek. Polymorphism ini

memungkinkan obyek dapat merespon pesan yang sama dengan cara yang berbeda (Satzinger,

Jackson, dan Burd 2005: 67). Polymorphism dilakukan dengan penggunaan nama yang sama

dengan implementasi yang berbeda.

2.2.8.2.4. Unified Modeling Language (UML)

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 48), Unified Modeling Language adalah

suatu standar model konstruksi dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk

pengembangan berorientasi obyek. Model yang digunakan dalam pengembangan sistem

meliputi representasi input, output, proses, data, obyek, interaksi obyek, lokasi, jaringan, dan

perlatan. Model ini akan direpresentasikan dalam bentuk diagram yang dirancang sesuai

notasi yang telah didefinisikan oleh unified modeling language. Contoh model-model

komponen sistem yang menggunakan unified modeling language antara lain use case

diagram, class diagram, activity diagram, sequence diagram, communication diagram, dan

package diagram.

Unified Process (UP) ialah metodologi yang digunakan dalam mengembangkan sistem

berorientasi obyek. Ada enam disiplin utama yang digunakan dalam pengembangan UP.

Keenam disiplin tersebut adalah business modeling, requirements, design, implementation,

testing, dan deployment (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2006: 55). Dalam pengembangan

sistem, diperlukan pemahaman lingkungan bisnis (business modeling), pendefinisian

kebutuhan (requirements), perancangan solusi untuk porsi sistem yang memenuhi kebutuhan

atau permintaan (design), penulisan dan integrasi kode komputer agar porsi sistem bekerja

(implementation), dan menempatkan sistem yang telah diselesaikan dan diuji kedalam operasi

bagi pengguna (deployment).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

16

2.2.8.3. Alat Bantu Perancangan Sistem Pendukung Keputusan

2.2.8.3.1. Activity Diagram

Activity diagram merupakan sebuah diagram alur yang mendeskripsikan aktivitas

pengguna atau sistem, orang yang melakukan setiap aktivitas, kemudian alur aktivitas tersebut

harus secara berurutan (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005: 144).

2.2.8.3.2. Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 309), class diagram adalah penggambaran

dari struktur obyek suatu sistem atau menunjukkan obyek class yang dimiliki oleh suatu

sistem serta hubungan struktur yang berada diantara mereka.

2.2.8.3.3. Use Case Diagram

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 52) mendefinisikan use case sebagai suatu aktivitas

yang dilakukan sistem, biasanya aktivitas tersebut terjadi akibat adanya respon dari

permintaan user.

2.2.8.3.4. Use Case Description

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 220), use case description merupakan deskripsi

yang akan mendaftar detil-detil proses dari sebuah use case. Terdapat tiga jenis use case

description, yaitu:

1. Brief Description

Merupakan jenis deskripsi yang paling sederhana yang berupa penjelasan singkat

dari sebuah use case. Biasanya dapat digunakan pada use case yang amat sederhana yang

hanya memiliki satu skenario.

2. Intermediate Description

Merupakan pengembangan dari brief description yang mengikutsertakan aliran

internal aktivitas dalam use case. Intermediate description berisi mengenai alur utama

(main flow) dan kondisi pengecualian (exception condition). Main flow mendaftar

tahapan alur-alur yang terdapat dalam use case, sedangkan exception condition

menjelaskan mengenai kondisi-kondisi yang perlu diantisipasi dari pengecualian tertentu

yang mungkin muncul.

3. Fully Developed Description

Deskripsi jenis ini merupakan metode deskripsi paling formal dalam dokumentasi

use case. Dengan menggunakan fully developed description, pihak-pihak yang terkait

dengan perancangan akan memperoleh kemungkinan lebih besar untuk mengerti secara

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

17

sepenuhnya mengenai proses bisnis dan cara sistem mendukung proses tersebut. Elemen-

elemen dalam fully developed use case description adalah:

• Nama use case (use case name): nama use case yang dijelaskan.

• Skenario (scenario): skenario terjadinya use case tersebut.

• Kejadian pemicu (triggering event): kejadian yang memicu terjadinya

porses use case tersebut.

• Deskripsi singkat(brief description): penjelasan singkat mengenai use case

terkait.

• Aktor (actors): aktor-aktor yang terlibat dalam proses use case terkait.

• Use case yang berhubungan (related use cases): use case lain yang

memiliki hubungan dengan use case yang dijelaskan. Biasanya yang bersifat

<<includes>> atau <<extends>>.

• Pihak yang terkait (stakeholders): yaitu pihak-pihak yang akan berhubungan

atau menggunakan hasil dari use case tersebut.

• Kondisi awal (preconditios): kondisi-kondisi yang harus terpenuhi sebelum

use case dapat berjalan seperti kondisi dalam database, hubungan yang

harus ada, atau value tertentu yang sudah harus ada, dll.

• Kondisi akhir (postconditions): kondisi-kondisi yang akan terjadi saat

proses use case selesai.

• Aliran kejadian (flow of events): daftar aliran kejadian aktor dan sistem yang

dituliskan secara berurutan.

• Kondisi pengecualian (exception conditions): kondisi-kondisi yang perlu

diantisipasi dari pengecualian tertentu yang mungkin muncul.

4. Activity Diagram Description

Activity diagram adalah cara lain untuk memberi deskripsi pada sebuab use case.

Diagram ini dapat dipakai karena sifatnya yang visual dan menjelaskan peran dengan

baik sehingga dapat membantu pengguna maupun pengembang (developer) dalam

mendokumentasikan use case.

2.2.8.3.5. User Interface

User interface merupakan bagian dari sistem informasi yang berhadapan langsung

dengan pengguna. User interface membutuhkan interaksi pengguna untuk membuat input dan

output (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005:442). Terdapat tiga aspek dalam user interface

yaitu: fisik, persepsi, dan konseptual. Pada aspek fisik dapat disentuh secara langsung atau

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

18

fisikal oleh pengguna. Contohnya mouse, keyboard, touch screen, keypad, dan dokumen yang

dicetak. Aspek persepsi seperti menu, windows, kotak dialog, tombol, garis, bentuk, suara,

dan sebagainya. Aspek konseptual adalah fungsi logis dari sistem, seperti menghapus, meng-

update, mencetak, double-click, dan select-click-drag-drop.

2.3. Implementasi

Implementasi dilakukan setelah program selesai dan sudah dilakukan pengujian. Fokus

dari Implementasi proyek adalah untuk meng-install atau mengantarkan hal penting dari

proyek tersebut yang tidak lain adalah berupa sistem informasi yang telah dirancang, dibuat,

dan diuji (Marchewka, 2010: 364).

Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk merencanakan implementasi adalah

dengan menggunakan gantt chart. Penggunaan gantt chart membantu visualisasi rencana

waktu dan kegiatan dan dapat dibandingkan dengan realisasi rencana tersebut (Marchewka,

2010: 182).

Tabel 2.2 Contoh Gantt Chartt Perencanaan Implementasi

Tugas Kegiatan Waktu (dapat dalam satuan hari, minggu, bulan, dll)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A B C D E

Sumber: Marchewka (2010: 183)

2.4. Pasar Modal

2.4.1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011: 1), pasar modal merupakan pasar atau

tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan. Instrumen-instrumen keuangan

tersebut dapat berupa instrumen keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham),

instrumen derivarif, dan lainnya. Pasar modal juga merupakan sarana pendanaan bagi

perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintah, dan sebagai sarana bagai kegiatan

berinvestasi. Instrumen yang diperdagangkan ini disebut Efek.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

19

2.4.2. Manfaat Keberadaan Pasar Modal

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011: 2-3), beberapa manfaat keberadaan pasar

modal adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus

memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya

diversifikasi.

3) Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

4) Memungkinkan Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat

menengah.

5) Memungkinkan kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan iklim usaha

yang sehat.

6) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

7) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

8) Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang

bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

9) Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses control sosial.

10) Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan

manajemen professional.

11) Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.

2.4.3. Efek yang Diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2011: 5), efek-efek yang telah

diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia adalah:

• Saham (stock)

• Saham Preferen (preffered stock)

• Obligasi (bond)

• Obligasi Konversi (convertible bond)

• Right (right)

• Waran (warrant)

• Reksa dana

• Kontrak Berjangka Index Saham (Index Futures)

• Kotrak Opsi Saham (Single Stock Option)

• Surat Utang Negara (SUN)

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

20

• Instrumen Syariah (obligasi syariah, reksa dana syariah)

2.5. Reksa dana

2.5.1. Pengertian Reksa Dana

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011: 165) reksa dana adalah salah satu alternatif

investasi bagi masyarakat investor, khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki

banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang

memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki

waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu reksa dana juga diharapkan dapat

meningkatkan peran pasar investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 ayat 27

didefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana

dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer

investasi (fund manager).

Reksa dana dalam istilah internasionalnya disebut dengan mutual funds (terjemahan

literal: dana bersama). Menurut Bodie et al. (2009: G-8) adalah suatu badan usaha yang

mengumpulkan dan mengelola dana milik lebih dari satu investor.

Pengembalian reksa dana pada investor adalah sebuah fungsi langsung dari

pendapatan dan capital gain (atau loss) dari portovolio investasi reksa dana tersebut (Macey,

2011).

2.5.2. Manfaat Reksa Dana bagi Investor

Beberapa manfaat reksa dana bagi investor seperti yang dipaparkan oleh Darmadji dan

Fakhruddin (2011: 166-167) antara lain:

• Walaupun investor tidak memiliki dana yang cukup besar, ia tetap dapat melakukan

diversifikasi investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil risiko.

• Mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal.

• Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi melalui reksa dana, investor tidak perlu

memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dikerjakan oleh manajer

investasi.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

21

2.5.3. Risiko Reksa Dana bagi Investor

Selain memiliki manfaat atau keuntungan, Darmadji dan Fakhruddin (2011: 167)

mengatakan bahwa reksa dana pun memiliki risiko tersendiri, yaitu:

• Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat

berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut.

• Risiko Likuiditas

Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika sebagian

besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang

dipegangnya. Manajer investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas penjualan

kembali tersebut.

• Risiko Wanprestasi

Merupakan risiko terburuk dari reksa dana. Risiko ini dapat timbul ketika

perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar

ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana,

pialang, Bank Kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan

penurunan NAB (Nilai Aset Bersih) reksa dana.

2.5.4. Jenis-jenis Reksa Dana

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011: 168-170), dilihat dari bentuknya, reksa

dana dapat dibedakan menjadi:

1) Reksa dana berbentuk Perseroan (corporate type)

2) Reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (contractual type)

Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:

1) Reksa dana Bersifat Tertutup (Closed-End-Fund)

2) Reksa dana Bersifat Terbuka (Open-End-Fund)

Bila dilihat dari portfolio investasinya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:

1) Reksa dana Pasar Uang (Money Market Funds)

2) Reksa dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

3) Reksa dana Saham (Equity Funds)

4) Reksa dana Campuran (Discretionary Funds)

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

22

Sedangkan, dilihat dari tujuan investasinya, reksa dana dapat dibedakan atas:

1) Growth Fund

2) Income Fund

3) Safety Fund

2.5.5. Nilai Aset Bersih

Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) menurut Hirt dan Block (2008:

440) jumlah nilai aset atau aktiva terbaru yang dimiliki sebuah dana dikurangi dengan

kewajiban-kewajiban yang ada kemudian dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang beredar.

NAB merupakan alat ukur kinerja sebuah reksa dana.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi dan mengumpulkan dana

dari banyak investor tentu memerlukan cara untuk memisahkan klaim aset-aset di antara para

investor. Untuk menghitung tingkat pengembalian reksa dana ini maka diperlukan

penghitungan NAB.

Cara menghitung NAB dan NAB per Unit Penyertaan adalah:

2.6. Manajemen Investasi

2.6.1. Pengertian Investasi

Bodie et al. (2009: 1) menuliskan bahwa investasi adalah sebuah komitment sekarang

dari uang atau sumber daya lain dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan

datang.

Pengertian investasi menurut Hirt dan Block (2008: 5) tidak jauh berbeda. Investasi

adalan sebuh komitmen dari dana masa sekarang dengan antisipasi bahwa sang pemegang

akan menerima aliran dana yang lebih besar di masa depan.

Menurut Hirt dan Block, investasi terbagi menjadi dua bentuk yaitu aset finasial dan

aset nyata. Aset finansial adalah aset-aset berbentuk surat berharga seperti saham dan

obligasi, dan sejenisnya. Aset nyata contohnya berupa tanah, bangunan, mesin, dan lain-lain.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

23

2.6.2. Pengertian Manajemen Investasi

Menurut Manurung (2008: 101) manajemen atau pengelolaan investasi adalah sebuah

proses mengelola uang. Proses ini sering juga disebut pengelolaan atau portofolio. Menurut

Bodie et al. (2009: G-9), manajemen portofolio adalah proses mengombinasikan sekuritas

dalam sebuah portofolio yang dibentuk berdasarkan preferensi dan kebutuhan investor,

mengawasi portofolio tersebut, dan melakukan evaluasi terhadap performanya. Untuk

menciptakan portofolio yang optimum, tidak akan berhasil bila dengan hanya menyatukan

sekuritas dengan tingkat pengembalian yang diharapkan yang tinggi.

Brown dan Reilly (2009: 35) mengatakan bahwa proses mengelola portofolio investasi

tidak akan pernah berhenti. Ketika dana yang ada sudah diinvestasikan sesuai rencana, tugas

yang sesungguhnya dimulai saat melakukan evaluasi performa dan membarui portofolio

sesuai dengan perubahan lingkungan (pasar) dan sesuai dengan kebutuhan investor.

2.6.3. Proses Manajemen Investasi

Proses manajemen investasi menurut adalah Brown dan Reilly (2008: 35) dengan

tahapan-tahapan yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Proses Manajemen Investasi

Sumber: Brown dan Reilly (2008: 35)

Pembentukan kebijakan investasi

Meneliti keadaan keuangan kini dan masa yang akan datang, ekonomi, politik, dan sosial

Mengimplementasikan rencana dengan membentuk portofolio

Mengawasi, membarui sesuai kebutuhan investor, keadaan lingkungan, mengukur dan mengevaluasi

kinerja portofolio

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

24

2.6.4. Teori Portofolio

Teori Portofolio adalah teori yang berhubungan dengan pemilihan portofolio yang dapat

memaksimalkan pengembalian yang diharapkan sesuai dengan tingkat risiko yang dapat

diterima. Hirt dan Block (2008: 200) menyimpulkan sebuah portofolio yang optimum terdiri

dari kombinasi investasi yang masing-masing memiliki karakteristik risiko-pengembalian

individual yang diinginkan.

2.6.5. Menghitung Tingkat Pengembalian yang Didapat

Untuk menghitung tingkat pengembalian investasi masa lampau, ada berbagai cara yang

dapat dihitung. Namun, menurut Brown dan Reily (2009. 10), cara yang paling sering

digunakan adalah:

Atau

Ri = tingkat pengembalian investasi i

2.6.6. Mengukur Tingkat Pengembalian yang Diharapkan

Menurut Brown dan Reily (2009: 10), untuk menghitung tingkat pengembalian yang

diharapkan dari sebuah aset, digunakan rumus sebagai berikut:

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

25

Keterangan:

E(Ri) = pengembalian yang diharapkan dari aset i

Pi = probablilitas aset i

Ri = pengembalian yang memungkinkan dari aset i

Brown dan Reily (2009: 183-184) menuliskan bahwa tingkat pengembalian yang

diharapkan dari suatu portofolio adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang

diharapkan milik aset individu dalam portofolio.

Di mana:

Wi = bobot aset dalam portofolio atau persentase portofolio dalam aset i

Ri = tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset i

2.6.7. Mengukur Risiko Portofolio

Seperti tertulis dalam oleh Brown dan Reily (2009: 184), pengukuran risiko dalam

investasi biasanya menggunakan varians dan standar deviasi. Untuk menghitung varians dan

standar deviasi portofolio, diperlukan perhitungan varians aset individu dan kovarians antara

dua aset terlebih dahulu.

Cara menghitung varians dari aset individu adalah:

Di mana:

Ri = tingkat pengembalian yang memungkinkan dari aset i

R(Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset i

Pi = probabilitas dari tingkat pengembalian yang memungkinkan dari Ri

Standar deviasi merupakan akar dari varians, sehingga bila diterjemahkan menjadi

rumus menjadi:

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

26

Sementara, untuk menghitung kovarians atau hubungan pergerakan antara dua aset

adalah:

Sedangkan standar deviasi portofolio adalah:

Di mana:

σport = standar deviasi portofolio

wi = bobot aset individu dalam portofolio

= varians dari tingkat pengembalian aset i

Covij = kovarians antara tingkat pengembalian i dan j (Covij= riσiσj)

2.6.8. Capital Asset Pricing Model

Capital Asset Pricing Model memungkinkan investor untuk menentukan tingkat

pengembalian untuk aset-aset berisiko. Teori portfolio memiliki fleksibilitas dan framework

yang tepat dalam perkembangan asset pricing (Yu, 2012). Menurut Brown dan Reilly (2008:

206), yang memungkinkan perkembangan CAPM adalah konsep aset bebas risiko.

Menurut Brown dan Reily (2009: 15), Real Risk Free Rate (RFR) atau suku bunga

bebas risiko adalah tingkat suku bunga dasar dengan asumsi bahwa tidak ada inflasi maupun

ketidakpastian akan aliran-aliran di masa yang akan datang.

Menurut Brown dan Reily (2009: 17), Risk Premium atau premium risiko adalah

kenaikan dalam tingkat pengembalian dengan pengembalian dari suku bunga bebas risiko.

Dari definisi tersebut maka disimpulkan bahwa:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

27

Di mana:

RP = risk premium (premium risiko)

RFR = risk-free rate (tingkat suku bunga bebas risiko)

E( ) = expected return of market (return atau pengembalian pasar yang

diharapkan)

Dengan memperhitungkan aset bebas risiko, maka perhitungan pengembalian yang

diharapkan menjadi sebagai berikut:

Di mana:

E(R) = expected return (return atau pengembalian yang diharapkan)

β = beta saham

Bila diintegrasikan dengan pemium risiko, maka perhitungan pengembalian yang

diharapkan dalam CAPM menjadi:

Beta sendiri merupakan pengukuran risiko sistematik. Cederburg dan Doherty (2013)

menyatakan estimasi beta mempunyai isi prediktif yang penting untuk pengembalian saham

pada masa yang akan datang.

2.6.9. Evaluasi Performa Portofolio

Evaluasi performa portofolio dilakukan untuk mengukur kinerja portofolio investasi

yang telah dibentuk. Cara paling dasar adalah untuk menghitung pengembalian historis,

namun risiko pun perlu dipertimbangkan (Brown dan Reilly, 2009: 937-938).

2.6.10. Growth Stock dan Value Stock

Saham-saham dengan tingkat pengembalian yang diharapkan lebih tinggi dari saham-

saham serupa dengan karakteristik risiko yang sama dikelompokkan sebagai growth stock.

Penyebab terjadinya hal ini adalah karena pasar yang menilainya terlalu rendah dibandingkan

dengan saham-saham lainnya (Brown dan Reilly, 2009: 454).

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

28

Ada pula saham-saham yang dinilai lebih rendah selain karena alasan mengenai potensi

pertumbuhan pendapatan. Biasanya para analis menilai saham-saham tersebut dengan price-

earning ratio atau price-book value ratio yang rendah. Saham-saham seperti ini disebut value

stock (Brown dan Reilly, 2009: 456).

2.6.11. Analisis Teknis

Analisis teknis adalah analisis yang bersifat teknik (berbasiskan rumus atau hitungan

teknis) yang digunakan dalam investasi. Analisis teknis ini biasanya didasari oleh satu asumsi

yang paling besar, yaitu tren (Kirkpatrick II dan Dahlquist, 2011: 9).

2.6.11.1. Relative Strength Index

Relative Strength Index (RSI) diformulasikan oleh J. Welles Wilder pada Juni 1981.

Perhitungan RSI didasarkan dari kekuatan sebuah issue terhadap perubahan harga masa

lalunya dengan membandingkan hari-hari gain dan loss (Kirkpatrick II dan Dahlquist, 2011:

434-437).

Di mana RS adalah relative strength dan cara menghitungnya adalah:

Bila hasil yang keluar menunjukkan angka di bawah 30, maka saham tersebut dikatakan

telah mencapai titik oversell sehingga merupakan saat yang baik untuk membeli saham.

Namun, sebaliknya bila angka yang keluar menunjukkan angka di atas 70, maka saham

tersebut dikatakan mencapai titik overbought sehingga merupakan saat yang baik untuk

menjualnya.

2.6.11.2. Moving Average Concergence Divergence

Moving Average Concergence Divergence merupakan perpaduan dari dua buah

Exponential Moving Average (EMA) dengan hari yang berbeda. MACD amat berguna pada

trending market karena sifat ketidakterbatasannya (Kirkpatrick II dan Dahlquist, 2011: 432-

433).

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

29

Konsepnya standarnya yaitu dengan mengurangkan EMA 12 hari (fastEMA) dengan

EMA 26 hari (slowEMA). Lalu ditambahkanlan garis sinyal dengan EMA 9 hari (signalEMA).

Namun, penggunaan hari yang diinginkan tidaklah harus 12, 26, dan 9. Pengguna indikator

dapat menyesuaikannya dengan penggunaan hari lain sesuai dengan strateginya.

Weight adalah smoothing constant yang nilainya tetap. Cara mendapatkan weight

adalah:

2.7. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah kerangka berpikir

sederhana yang menggambarkan langkah-langkah penelitian secara singkat.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI Menurut Satzinger, Jackson, dan …

30

Mengumpulkan data dan

informasi mengenai bahan atau

acuan referensi mengenai teori

yang bersangkutan

Memilih dan

memproses teori

yang akan

digunakan

Mengumpulkan

data mengenai

perusahaan

beserta prosedur

berjalan

Melakukan analisis

mengenai

prosedur berjalan

Menggambarkan

proses berjalan

dengan activity

diagram

Menjelaskan mengenai

langkah-langkah pembentukan

dan pembaruan portofolio serta

bentuk portofolio yang

digunakan

Mengidentifikasi kelemahan

atau masalah yang ada

Mencari solusi

guna menangani

kelemahan atau

masalah yang ada

Merancang sistem

pendukung

keputusan dengan

alat bantu diagram

Mengemukakan

simpulan dan

saran

Gambar 2.4 Kerangka Pikir