bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00449-ti bab 2.pdf ·...

50
20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisa Kerja dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Langkah awal yang perlu diambil dalam analisa operasi kerja adalah dengan mendapatkan seluruh data yang berhubungan dengan seluruh kegiatan operasi, fasilitas yang dipergunakan untuk pelaksanaan kerja, waktu penyelesaian untuk masing-masing elemen kerja, gerakan perpindahan atau transportasi, aktivasi inspeksi, dan lain-lain aktivitas yang bisa tercakup dalam aliran proses. (Wignjosoebroto, 1995, p96) 2.1.1 Identifikasi Maksud dan Tujuan Operasi Kerja Banyak contoh pekerjaan atau proses yang seharusnya tidak cukup sekedar disederhanakan gerakan kerjanya akan tetapi harus dihilangkan sama sekali. Apabila suatu pekerjaan atau elemen pekerjaan dapat dihilangkan maka tidak perlu lagi pembiayaan untuk pelaksanaannya. Penyederhanaan operasi kerja dalam hal ini dapat dilakukan melalui: 1. Perancangan komponen benda kerja Suatu desain benda kerja memiliki kaitan erat dengan proses manufacturing yang harus berlangsung untuk merealisir benda kerja tersebut, sehingga cukup beralasan pada saat merancang suatu benda

Upload: vutu

Post on 03-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

20 

 

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analisa Kerja dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Langkah awal yang perlu diambil dalam analisa operasi kerja adalah

dengan mendapatkan seluruh data yang berhubungan dengan seluruh

kegiatan operasi, fasilitas yang dipergunakan untuk pelaksanaan kerja, waktu

penyelesaian untuk masing-masing elemen kerja, gerakan perpindahan atau

transportasi, aktivasi inspeksi, dan lain-lain aktivitas yang bisa tercakup

dalam aliran proses. (Wignjosoebroto, 1995, p96)

2.1.1 Identifikasi Maksud dan Tujuan Operasi Kerja

Banyak contoh pekerjaan atau proses yang seharusnya tidak cukup

sekedar disederhanakan gerakan kerjanya akan tetapi harus dihilangkan

sama sekali. Apabila suatu pekerjaan atau elemen pekerjaan dapat

dihilangkan maka tidak perlu lagi pembiayaan untuk pelaksanaannya.

Penyederhanaan operasi kerja dalam hal ini dapat dilakukan melalui:

1. Perancangan komponen benda kerja

Suatu desain benda kerja memiliki kaitan erat dengan proses

manufacturing yang harus berlangsung untuk merealisir benda kerja

tersebut, sehingga cukup beralasan pada saat merancang suatu benda

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

21 

 

kerja harus dipikirkan juga untuk mencari cara termurah atau termudah

didalam proses manufacturingnya. Untuk memperbaiki rancangan

produk maka bisa diperhatikan langkah-langkah seperti:

• Mengurangi jumlah komponen atau bagian yang tidak signifikan dan

mempengaruhi fungsi produk secara keseluruhan.

• Mengurangi jumlah operasi kerja terutama yang berkaitan dengan

proses pemindahan bahan.

• Menggunakan komponen-komponen produk yang standard dengan

toleransi dan spesifikasi teknis yang dipilih secara tetap.

• Desain harus dipikirkan tidak saja dari aspek estetika tapi juga yang

lebih penting adalah kemudahan-kemudahan untuk pembuatannya

baik untuk proses permesinan ataupun perakitan.

2. Pemilihan bahan baku

Kemampuan untuk memilih dan menggunakan material yang tepat

sangat mutlak untuk dilakukan. Ada enam pertimbangan yang harus

dibuat sehubungan dengan pemilihan material produk, yaitu:

• Pilih dan dapatkan material yang tidak terlalu mahal.

• Pilih dan dapatkan material yang mudah untuk diproses.

• Gunakan material seefisien mungkin dengan mempertimbangkan

bahwa sebagian besar material yang akan dikontribusikan untuk

finished product dan bukan scrap.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

22 

 

• Apabila dimungkinkan maka gunakan material bekas atau sisa.

• Pergunakan supplies material dan perkakas secara ekonomis.

• Material yang dipakai dalam hal ini haruslah mengikuti spesifikasi

standard yang umum digunakan.

3. Penetapan proses manufacturing

Untuk memperbaiki proses manufacturing yang akan dilaksanakan,

maka pengamatan diarahkan ke hal-hal berikut:

• Apabila akan merubah suatu operasi kerja maka harus pula

diperhatikan efeknya terhadap operasi lain.

• Mekanisasi setiap manual operation yang kemungkinannya bisa

dilakukan.

• Pergunakan fasilitas dan peralatan kerja yang lebih efisien didalam

proses yang akan dilakukan.

• Operasi fasilitas kerja yang ada secara efektif sesuai dengan

spesifikasinya yang dimiliki seperti halnya memilih pemakanan

(feeds) dan kecepatan potong (cutting speed).

4. Perencanaan proses set-up mesin dan perkakas

Untuk mempercepat proses persiapan (setting-up) dapat dengan

mengaplikasikan “group technology” dimana dilakukan dengan

mengelompokkan bermacam-macam komponen kedalam group produk

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

23 

 

yang memiliki bentuk yang sama dan langkah-langkah operasi kerja

yang sama.

5. Perbaikan kondisi lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja yang ideal diharapkan mampu memberikan

kondisi-kondisi kerja

seperti:

• Memperbaiki safety record

• Mengurangi absensi dan ketidak-disiplinan kerja lainnya

• Meningkatkan moral kerja karyawan

• Meningkatkan produktivitas kerja

Untuk maksud-maksud memperbaiki kondisi lingkungan kerja ini maka

bisa dilaksanakan antara lain dengan jalan sebagai berikut:

• Memperbaiki cahaya penerangan dilingkungan kerja.

• Mengontrol temperatur ruangan dan juga derajat kelembapannya.

• Memberi ventilasi yang cukup.

• Mengontrol suara yang timbul dengan jalan menekan kebisingan.

• Menciptakan area kerja yang rapi, bersih, tertib dan lain-lain.

• Segera membuang sisa-sisa material (geram), scrap, dan lain-lain dan

material ataupun output kerja lain yang membahayakan seperti debu,

gas , uap, dan lain-lain.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

24 

 

• Menyediakan perlengkapan dan petunjuk-petunjuk untuk

keselamatan kerja.

• Mengadakan program P3K secara seksama untuk mengatasi keadaan

darurat.

• Mepertimbangkan segala aspek ergonomis dan prinsip-prinsip dari

kerja fisik.

6. Perencanaan proses pemindahan bahan (Material Handling)

Pemindahan bahan adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dihindari

dalam suatu proses produksi. Untuk itu desain dari proses material

handling haruslah direncanakan secara tepat dan teliti. Kebaikan dari

perencanaan material handling yang benar adalah antara lain:

• Mengurangi biaya pemindahan bahan

• Menambah kapasitas produksi yang dihasilkan

• Memperbaiki kondisi kerja

• Memperlancar proses distribusi material maupun produk jadi

Analisa dari material handling ini akan bermanfaat proses penyusunan

tata mesin ataupun fasilitas produksi yang lain, karena hal ini akan

mampu mengurangi terjadinya bottle-necks ataupun interupsi-interupsi

dalam bentuk apapun terhadap aliran proses produksi yang sedang

berlangsung. Disamping itu, diusahakan pula untuk mengurangi material

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

25 

 

handling dengan jalan menghindari terjadinya arus kerja bolak-balik

(back tracking) yang tidak bermanfaat.

Proses telaah metode prinsipnya akan menitik-beratkan pada studi

tentang gerakan-gerakan kerja yang dihasilkan oleh pekerja untuk

menyelesaikan pekerjaan. Dari hasil studi ini diharapkan akan dihasilkan

gerakan-gerakan standart untuk menyelesaikan pekerjaan, yaitu

rangkaian gerakan kerja yang efektif dan efisien. Untuk mencapai

maksud ini maka terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi pekerjaan

yang memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara ekonomis.

Hal ini selanjutnya disebut sebagai studi ekonomi gerakan.

Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik maka perlu diperhatikan

faktor yang mempengaruhi, yaitu :

• Penggunaan badan atau anggota tubuh manusia serta gerakan-

gerakannya.

• Pengaturan letak area kerja.

• Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja.

Secara umum didalam usaha mengembangkan metode kerja dan gerakan

kerja ekonomis maka beberapa hal tersebut ini bisa dilaksanakan antara

lain sebagai berikut:

• Hilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak perlu yang justru

memboroskan tenaga.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

26 

 

• Kombinasikan beberapa aktivitas menjadi aktivitas yang

memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan.

• Kurangi faktor kelelahan dengan memberi waktu istirahat dan waktu

longgar lainnya yang cukup.

• Perbaiki pengaturan tempat kerja dan disain dari fasilitas/peralatan

kerja yang ada. (Wignjosoebroto, 1995, p96)

2.1.2 Aplikasi Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan (Motion Economy)

Didalam menganalisa dan mengevaluasi metoda kerja guna memperoleh

metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-

prinsip ekonomi gerakan (the principles of motion economy). Prinsip

ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan

kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk

kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu

stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya.

1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan

badan/anggota tubuh manusia.

• Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi

keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja.

• Bila mungkin kedua tangan harus memulai dan menyelesaikan

gerakannya dalam waktu yang bersamaan.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

27 

 

• Kedua tangan jangan menganggur pada waktu yang bersamaan

kecuali sewaktu istirahat.

• Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah.

• Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya bagian-bagian tubuh

yang memang diperlukan sajalah yang bekerja agar tidak terjadi

penghamburan tenaga dan kelelahan yang tidak perlu.

• Hindari gerakan patah-patah karena akan cepat menimbulkan

kelelahan.

• Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas

pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus.

2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung.

• Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus

disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan

kebiasaan tetap (gerak rutin).

• Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah

dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mancari-

cari.

• Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga

memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

28 

 

• Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dan lain-lain) harus sesuai

dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan

kegiatannya dengan mudah dan nyaman.

• Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan,

ventilasi udara, dan lain-lain yang berkaitan dengan persyaratan

ergonomis harus pula diperhatikan benar-benar sehingga dapat

diperoleh area kerja yang lebih baik.

3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja

yang diperhitungkan.

• Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal

tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.

• Usaha menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan

berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang

berlainan.

• Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan

cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat

diperlukan tanpa harus bersusah payah mencari-cari. Desain

peralatan juga dibuat sedemikian rupa agar memberi kenyamanan

genggaman tangan saat digunakan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

29 

 

• Jika tiap jari melakukan gerakan tertentu maka beban untuk masing-

masing jari tersebut harus dibagi seimbang sesuai energi dan

kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing jari.

Dalam bukunya “Motion and Time Study:Improving Productivity”

(Englewood cliffs. N.J : Prentice Hall Inc.. 1994), Marvin E. Mundel

membahas dan mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip ekonomi

gerakan tersebut sebagai berikut:

1. Eliminasi kegiatan

• Eliminasi semua kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan,

langkah-langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak

berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan, tangan,

dll).

• Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan.

• Eliminasi penggunaan tangan (baik satu atau keduanya) sebagai

“holding device”.

• Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dan

lain-lain.

• Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan

statis atau fixed position.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

30 

 

• Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay

time) dengan membuat perencanaan atau penjadwalan kerja

sebaik-baiknya.

2. Kombinasi gerakan atau aktivasi kerja

• Gantikan atau kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang

berlangsung pendek atau terputus-putus dan cenderung berubah-

ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu, tidak patah-

patah serta cenderung membentuk sebuah kurva.

• Kombinasikan beberapa aktivitas atau fungsi yang mampu

ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain

yang “multi purpose”.

• Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja

antara kedua tangan.

3. Penyederhanaan kegiatan

• Laksanakan setiap aktivitas atau kegiatan kerja dengan prinsip

kebutuhan energi otot yang digunakan minimal.

• Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja dengan

meletekkannya dalam tempat yang tidak berubah-ubah.

• Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang

normal.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

31 

 

• Sesuaikan letak dari gandles, pedals, levers, buttons, dan lain lain

dengan memperhatikan dimensi tubuh manusia (antropometri)

dan kekuatan otot yang dibutuhkan. (Wignjosoebroto, 1995,

p100)

2.2 Studi Gerakan Untuk Menganalisa Metode Kerja yang Efektif dan

Efisien

Studi gerakan (Motion Study) adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi ini

ingin diperoleh gerakan-gerakan standard untuk penyelesaian suatu

pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan-gerakan yang efektif dan efisien. Studi

mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang

menitikberatkan pada penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

Studi gerakan umumnya dikasifikasikan kedalam dua macam studi, yaitu

Visual Motion Study dan Micromotion Study. Untuk Micromotion study

dalam pelaksanaannya akan membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi

(sekitar 4 kali lipat dibandingkan Visual Motion Study, biasanya

dipergunakaan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung cepat dan

berulang-ulang. (Wignjosoebroto, 1995, p106)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

32 

 

2.2.1 Gerakan-gerakan Therbligs

Frank dan Lilian Gilbreth telah berhasil menciptakan symbol atau kode

dari gerakan-gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIGS.

Mereka menguraikan gerakan-gerakan ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs,

yaitu :

1. Mencari (Search)

Mencari adalah elemen dasar gerakan untuk menentukan lokasi suatu

objek. Gerakan dimulai dari saat mata bergerak mencari objek dan

berakhir bila objek telah ditemukan. Elemen ini sedapat mungkin

dieliminir, misalnya dengan cara meletakan material atau peralatan kerja

pada lokasi yang tetap sehingga proses kerja mencari dapat dihindari.

2. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu

objek diantara dua atau lebih objek yang sama lainnya. Elemen gerakan

ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak memilih dan

berakhir bila objek yang dikehendaki sudah ditemukan. Elemen ini

biasanya biasanya mengikuti langsung elemen mencari (Search).

Biasanya pula setelah gerakan memilih dilakukan akan diikuti oleh

gerakan memeriksa (inspections).

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

33 

 

3. Memegang (Grasp)

Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan

menutup jari-jari tangan objek yang dikehendaki dalam suatu operasi

kerja. Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau

(Search) dan dilanjutkan dengan gerakan membawa (move).

4. Menjangkau/Membawa Tanpa Beban (Transport Empty)

Menjangkau adalah elemen gerak Therbligs yang menggambarkan

gerakan tangan berpindah tempat -tanpa beban atau hambatan- baik

gerakan menuju atau menjauhi objek atau lokasi tujuan lainnya dan

berakhir segera disaat tangan berhenti bergerak setelah mencapai objek

tujuannya. Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas

(release) dan diikuti oleh gerakan memegang (grasp).

5. Membawa Dengan Beban (Transport Loaded)

Elemen gerakan membawa adalah juga merupakan gerak perpindahan

tangan, hanya saja disini tangan bergerak dalam kondisi membawa beban

(objek). Elemen gerakan ini diawali dan diakhiri pada saat yang sama

dengan elemen gerakan menjangkau (reach) dan tangan dalam kondisi

membawa beban (objek). Elemen gerakan membawa biasanya didahului

oleh elemen gerakan memegang (grasp) dan dilanjutkan oleh elemen

gerakan melepas (release) atau mengarahkan (position).

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

34 

 

6. Memegang Untuk Memakai (Hold)

Elemen gerakan ini terjadi bilamana tangan memegang objek tanpa

menggerakkan objek tersebut. Perbedaannya dengan elemen gerakan

memegang (grasp) tangan memegang objek dan dilanjutkan dengan

gerakan membawa (move), sedangkan elemen gerakan memegang untuk

memakai (Hold) tidak demikian halnya elemen gerakan ini terjadi

dimana tangan yang satu melakukan gerakan kerja memegang dan

mengontrol objek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap

objek tersebut. Elemen ini berawal pada saat satu tangan memegang dan

memakai (mengendalikan) objek dan berakhir begitu tangan yang

lainnya selesai melakukan kerja terhadap objek tersebut.

7. Melepas (Release Load)

Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan

kembali terhadap objek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian

elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari

objek yang dibawa dan berakhir secara begitu semua jari jelas tidak

menyentuh atau memegang objek lagi. Elemen gerak ini biasanya

didahului oleh gerakan menjangkau (reach).

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

35 

 

8. Mengarahkan (Position)

Mengarahkan elemen gerak Therblig yang terdiri dari menempatkan

objek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya

didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit

(assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan

memegang/mengontrol objek tersebut kearah lokasi yang dituju dan

berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas atau memakai dimulai.

9. Mengarahkan Awal (Pre-Position)

Elemen gerakan mengarahkan awal adalah elemen kerja Therblig yang

mengarahkan objek pada suatu tempat sementara sehingga pada saat

kerja mengarahkan objek benar-benar dilakukan maka objek tersebut

dengan mudah akan bisa dipegang dan dibawa ke arah tujuan yang

dikehendaki.elemen ini sering terjadi bersamaan dengan gerakan

lain,diantaranya membawa (move) dan melepas (release).

10. Memeriksa (Inspect)

Elemen ini termasuk langkah kerja untuk menjamin bahwa objek telah

memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja

dilaksanakan pengecekan secara rutin oleh operator selama kerja

dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama

proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

36 

 

memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan

benda kerja, dan lainnya.

11. Merakit (Assemble)

Merakit adalah elemen Therblig untuk menghubungkan 2 objek atau

lebih menjadi satu kesatuan. Merakit biasanya akan didahului oleh

gerakan Therblig yang lain bisa berupa elemen gerakan mengarahkan

(position) atau membawa (move) dan diikuti oleh gerakan melepas

(release). Pekerjaan merakit dimulai di saat objek sudah siap

dipasangakn dengan objek lainnya dan berakhir segera begitu objek-

objek tersebut sudah tergabung sempurna.

12. Mengurai Rakit (Diassembly)

Elemen gerak ini merupakan kebalikan dari elemen merakit (assemble).

Disini dilakukan gerakan memisahkan atau menguraikan dua objek yang

tergabung satu menjadi objek-objek terpisah. Gerakan mengurai rakit

biasanya diawali oleh elemen memegang (grasp) dan dilanjutkan dengan

membawa (move) atau melepas (release). Gerakan ini dimulai pada saat

pemegangan atas objek telah selesai yang dilanjutkan dengan usaha

memisahkan dan berakhir disaat objek telah terurai sempurna.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

37 

 

13. Memakai (Use)

Memakai adalah elemen gerak dimana salah satu atau kedua tangan

digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat atau objek untuk

tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung.

14. Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)

Kondisi kelambatan kerja disini adalah diakibatkan oleh hal-hal yang

diluar kontrol dari operator dan merupakan interupsi terhadap proses

kerja yang sedang berlangsung. Kondisi ini menimbulkan terjadinya

waktu menganggur (idle time) selama siklus kerja berlangsung baik yang

dialami satu atau kedua tangan operator.

15. Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay)

Setiap waktu menganggur (idle time) yang terjadi pada siklus kerja yang

berlangsung merupakan tanggung jawab operator –baik secara sengaja

atau tidak sengaja- akan diklasifikasikan sebagai kelambatan yang bisa

dihindarkan. Contoh seperti mengobrol, merokok, mondar-mandir, dan

lain-lain.

16. Merencanakan (Plan)

Elemen ini merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak

bekerja dan memikir untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang

harus dilakukan selanjutnya. Biasanya sering dijumpai pada pekerja-

pekerja baru.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

38 

 

17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah (Rest To Overcome Fatigue)

Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung

secara periodik. Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi

badan dari kelelahan fisik akibat kerja berbeda-beda, tergantung individu

pekerjanya.

Berikut adalah gerakan-gerakan Therbligs yang efektif :

• Physical Basic Divisions

o Menjangkau (Reach)

o Membawa (Move)

o Melepas (Release)

o Memegang (Grasp)

o Mengarahkan Awal (Pre-Position)

• Objective Basic Divisions

o Memakai (Use)

o Merakit (Assemble)

o Mengurai rakit (Diassemble)

Berikut adalah gerakan-gerakan Therbligs yang tidak efektif :

• Mental atau Semi-Mental Basic Divisions

o Mencari (Search)

o Memilih (Select)

o Mengarahkan (Position)

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

39 

 

o Memeriksa (Inspect)

o Merencanakan (Plan)

• Delay

o Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)

o Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay)

o Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah (Rest To Overcome Fatigue)

o Memegang Untuk Memakai (Hold)

(Wignjosoebroto, 1995, p107)

2.2.2 Analisa Gerakan Kerja Dengan Rekaman Film (Micromotion Study)

Aktivitas micro-motion study mengharuskan untuk merekan setiap

gerakan kerja yang ada secara detail dan memberi kemungkinan-

kemungkinan analisa setiap gerakan-gerakan kerja yang ada secara detail

dan memberi kemungkinan-kemungkinan analisa setiap gerakan yang ada

secara lebih baik dibandingkan dengan Visual motion study.

Langkah-langkah yang dikerjakan dalam micro-motion study ini terdiri

dari:

• Merekam gerakan-gerakan kerja dari suatu siklus kerja dengan menaruh

jam besar (micro chronometer) dibelakang operator yang diamati.

• Gambar film akan menjadi rekaman yang permanent yang bisa dianalisa

setiap saat dan berulang-ulang sesuai dengan yang dikehendaki.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

40 

 

• Membuat kesimpulan dari analisa gerakan yang telah diamati dari

rekaman film dan menggambarkannya dalam peta SIMO (Simultaneous

Motion Chart) yang menunjukkan gerakan-gerakan tangan kanan dan

tangan kiri.

• Menetapkan alternatif gerakan kerja yang lebih baik dengan jalan

memperbaiki metode kerja yang ada sesuai dengan prinsip-prinsip

ekonomi gerakan (Motion economy).

Dengan demikian jelas bahwa dari aktivitas micro-motion study

diharapkan akan mampu membantu didalam usaha mencari alternatif metode

kerja yang lebih baik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sekaligus

mengetahui waktu dan tiap-tiap gerakan kerja tersebut. Secara umum

kegiatan ini juga memberi manfaat antara lain:

• Untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek yang berlanggung

secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual.

• Untuk meneliti aktivitas-aktivitas yang menghasilkan jumlah output

yang besar.

• Untuk meneliti aktivitas-aktivitas yang pelaksanaannya dilaksanakan

oleh sebuah operator. (Wignjosoebroto, 1995, p119)

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

41 

 

2.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah peta kerja setempat yang

bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia di dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. (Wignjosoebroto, 1995, p150)

Terdapat beberapa prinsip-pronsip dalam pembuatan Peta Tangan Kiri

dan Tangan Kanan, yaitu:

1. Lembar kertas dibagi menjadi tiga bagian “kepala”, yaitu bagian yang

memuat bagan tentang stasiun kerja, dan bagian-bagian “badan”.

2. Pada bagian “kepala” di bagian paling atas ditulis “PETA TANGAN

KIRI DAN TANGAN KANAN”. Setelah itu identifikasi semua masalah

yang berkaitan dengan pekerjaan yang dianalisa, seperti: nama

pekerjaan, nama departemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan,

nama pembuat peta, dan tanggal dipetakan.

3. Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari stasiun kerja

yang memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan. Sketsa ini digambarkan

dengan memperhatikan skala, sesuai dengan tempat kerja sebenarnya.

Sketsa ini penting untuk menunjukkan kondisi saat dilakukan studi

terhadap pekerjaan tersebut.

4. Bagian bagan dibagi dalam 2 pihak. Sebelah kiri kertas digunakan untuk

menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

42 

 

sebelah kanan kertas digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang

dilakukan tangan kanan pekerja.

5. Langkah selanjutnya, kita perhatikan urutan-urutan gerakan yang

dilaksanakan operator. Kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi

elemen-elemen gerakan yang biasanya dibagi kedalam 17 elemen

gerakan yang diusulkan Frank Lilian Gilberth.

6. Untuk tidak membingungkan maka penggambaran dilakukan satu per

satu. Setelah pemetaan gerakan tangan kanan (misal) dilaksanakan

secara penuh per siklus kerja, kemudian dilanjutkan dengan pemetaan

secara lengkap gerakan yang dilakukan oleh tangan lain (tangan kiri).

7. Setelah semua gerakan tangan kiri dan tangan kanan selesai dipetakan

untuk satu siklus kerja maka satu kesimpulan umum (summary) perlu

dibuat pada bagian terbawah dari peta kerja ini, yaitu yang menunjukkan

total siklus waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kerja, jumlah

produk persiklus kerja, dan total waktu penyelesaian kerja perunit

produk. Jumlah total waktu kerja tangan kiri dan tangan kana haruslah

sama. (Sutalaksana, 1979, p47) (Wignjosoebroto, 1995, p150)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

43 

 

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan pada dasarnya berguna untuk

memperbaiki suatu stasiun kerja, sebagaimana peta kerja lainnya, peta kerja

ini mempunyai kegunaan khusus, yaitu:

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

Dengan bantuan studi gerakana dan prinsip-prinsip ekonomi gerakan

maka dapat diurai suatu pekerjaan lengkap menjadi elemen-elemen

gerakan yang terperinci.

2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan

tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.

Keadaan ini juga bisa dicapai dengan bantuan studi gerakan dan prinsip-

prinsip ekonomi gerakan.

3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

Tata letak tempat kerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi

lamanya waktu penyelesaian. Percobaan dengan mengubah-ubah tata

letak peralatan selain dapat menentukan tata letak yang baik ditinjau dari

waktu dan jarak, juga kita bisa menemukan urutan-urutan pengerjaan

yang baik dengan prinsip ekonomi gerakan.

4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara kerja yang ideal.

Peta kerja ini berfungsi sebagai penuntun terutama bagi pekerja-pekerja

baru, sehingga akan mempercepat proses belajar. (Sutalaksana, 1979,

p46)

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

44 

 

2.4 Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement – MTM)

Pengukuran waktu metoda (MTM) adalah suatu sistem penetapan awal

waktu baku yang dikembangkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari

suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini

didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau

metode kerja (manual operation) kedalam gerakan-gerakan dasar yang

diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan

standar waktu dari masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam

gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-masing yang ada. (Sutalaksana,

1979, p175) (Wignjosoebroto, 1995, p251)

2.4.1 Gerakan-gerakan dasar pada pengukuran waktu metode (MTM)

1. Menjangkau (Reach)

Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila maksud

utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu

tempat tujuan tertentu. Disini terdapat 5 kelas menjangkau, yaitu:

• Menjangkau Kelas A:

Adalah gerakan menjangkau kearah suatu tempat yang pasti, atau ke

suatu objek di tangan lain.

• Menjangkau Kelas B:

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

45 

 

Adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang tempatnya

berada pada jarak “kira-kira” tapi tertentu dan diketahui lokasinya.

• Menjangkau Kelas C:

Adalah gerakan menjangkau kearah suatu objek yang bercampur

aduk dengan banyak objek lain.

• Menjangkau Kelas D:

Adalah gerakan menjangkau kearah suatu objek yang kecil sehingga

diperlukan suatu alat pemegang khusus.

• Menjangkau Kelas E:

Adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang tempatnya

tidak pasti.

2. Mengangkut (Move)

Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan

maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu lokasi ke lokasi

tujuan tertentu. Disini terdapat 3 kelas mengangkut, yaitu:

• Mengangkut Kelas A:

Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek dari

satu tangan ke tangan yang lain atau berhenti karena suatu sebab.

• Mengangkut Kelas B:

Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek ke

suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau mendekati.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

46 

 

• Mengangkut Kelas C:

Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek ke

suatu sasaran yang letaknya sudah tertentu /tetap.

3. Memutar (Turn)

Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik

dalam keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan disini berputar

pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan

yang ada.

4. Menekan (Apply Pressure)

Disini memberikan siklus waktu penuh dari komponen-komponen yang

berkaitan dengan gerakan-gerakan yang lainnya.

5. Memegang (Grasp)

Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk menguasai/mengontrol sebuah atau beberapa objek baik

dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan

gerakan dasar berikutnya.

6. Mengarahkan (Position)

Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk

menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu objek dengan

objek lainnya.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

47 

 

7. Melepas (Release)

Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas

suatu objek oleh jari atau tangan. Ada 2 klasifikasi melepas ialah gerakan

melepas normal, yaitu secara sederhana jari-jari tangan bergerak

membuka dan yang kedua gerakan melepas sentuhan, yaitu dimulai dan

diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau dimulai tanpa ada

waktu idle sesaat pun.

8. Melepas Rakitan (Disassemble or Disengage)

Lepas rakit adalah elemen gerakan dasar yang digunakan untuk

memisahkan kontak antara satu objek dengan objek lainnya. Dua hal

yang mempengaruhinya adalah mudah-sulitnya dipindahkan serta

mudah-sulitnya dipegang.

9. Gerakan Mata (Eye Times)

Gerakan mata untuk focus (Eye Focus Time) akan memerlukan waktu

untuk melakukan gerakan fokus pada suatu objek dan melihatnya pada

waktu yang cukup lama guna menentukan karakteristik-karakteristik dari

objek tersebut. Gerak perpindahan mata (Eye Travel Time) dipengaruhi

oleh jarak diantara objek-objek yang harus dilihat dengan jalan

menggerakkan mata.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

48 

 

10. Gerakan Anggota Badan, Kaki, dan Telapak Tangan (Body, Leg, Foot)

Gerakan-gerakan anggota badan lainnya adalah gerakan kaki, telapak

kaki serta bagian-bagian tubuh lainnya seperti lutut, pinggang, dan

lainnya. (Sutalaksana, 1979, p175) (Wignjosoebroto, 1995, p251)

2.4.2 Tabel-Tabel MTM

Tabel-tabel MTM adalah tabel-tabel berisi ukuran-ukuran serta nilai

waktu dengan satuan TMU (1 TMU = 0.036 detik). Untuk tabel-tabel MTM

yang kami gunakan dalam perhitungan, dapat dilihat dalam lampiran.

2.5 Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP)

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP)

dikembangkan oleh Thomas L.Saaty dari Wharton School of Business pada

tahun 1970an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam

memilih alternative yang paling disukai (Saaty, 1983). Dengan

menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu

kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat

diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan

tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat

proses pengambilan keputusannya.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

49 

 

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks

yang tidak terstruktu, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta

menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable

diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut

secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai

pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk untuk menetapkan

variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi

hasil pada sistem tersebut.

Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai

diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level

pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif.

AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari

suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria)

secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise

comparisons). Dr, Thomas L. Saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan

cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan/pairwise,

menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif

dari setiap kriteria dan alternatif. (Marimin, 2004, p76)

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

50 

 

2.5.1 Model Keputusan Dengan AHP

AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses

pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga

mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan

keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan

menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan

mudah.

Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi

penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal

ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus

distruktur ulang.

Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan

mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah :

• Kesatuan:

AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes

untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.

• Kompleksitas:

AHP memadukan ancangan dedukatif dan ancaman berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

51 

 

• Saling Ketergantungan:

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam

suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

• Penyusunan Hierarki:

AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah

elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan

mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

• Pengukuran:

AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu

metode untuk menetapkan prioritas.

• Konsistensi:

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.

• Sintesis:

AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

• Tawar-menawar:

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor

sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik

berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

52 

 

• Penilaian dan Konsesus:

AHP tidak memaksakan konsesus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang

representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

• Pengulangan Proses:

AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu

persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui

pengulangan. (Marimin, 2004, p77)

2.5.2 Prinsip Kerja AHP

Berikut adalah ide dasar dari prinsip-prinsip kerja dalam

mengaplikasikan AHP:

1. Penyusunan Hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya,

yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.

Diagram berikut mempresentasikan keputusan untuk memilih

agroindustri, dengan menggunakan AHP. Adapun kriteria untuk

membuat keputusan tersebut adalah bahan baku, pemasaran dan

teknologi proses, beserta dengan subkriteria yang terkait dengan masing-

masing kriteria tersebut. Alternatif yang tersedia dalam membuat

keputusan terlihat pada level yang paling bawah.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

53 

 

Gambar 2.1 Contoh Struktur Hierarki dalam AHP

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

2. Penilaian Kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.

Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah

skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi

pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel 2.1 Tabel Nilai dan Definisi Pendapat Kualitatif

Nilai Keterangan

1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B

3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, dan 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Majemuk – Marimin)

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

54 

 

Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai

perbandingan B dengan A.

3. Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudiandiolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh

alternatif.

Baik kriteria kualitatif, maupun criteria kuantitatif, dapat dibandingkan

sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan

bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi

matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. (Marimin, 2004, p78)

2.5.3 Contoh Aplikasi

Berikut adalah contoh aplikasi AHP. Untuk melihat prinsip kerja AHP,

perhatikan contoh yang sering ditemui yaitu proses memilih komoditi

agroindustri yang ingin dikembangkan. (Marimin, 2004, p79)

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

55 

 

2.5.3.1 Perumusan Masalah

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka perlu dilakukan 3 langkah

berikut:

1. Penentuan sasaran yang ingin dicapai: memilih komoditi agroindustri.

2. Penentuan criteria pemilihan: bahan baku, pemasaran, dan teknologi

proses.

3. Penentuan alternative pilihan: Industri minyak kelapa sawit, Industri

pengolahan coklat, karet, dan teh.

Informasi mengenai sasaran, kriteria, dan alternatif tersebut kemudian

disusun dalam bentuk diagram seperti terlihat pada gambar berikut:

(Marimin, 2004, p80)

Gambar 2.2 Gambar Hubungan Sasaran, Kriteria, dan Alternatif dalam AHP

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

56 

 

2.5.3.2 Pembobotan Kriteria

Dari ketiga kriteria tersebut: bahan baku, pemasaran, dan teknologi

proses, perlu ditentukan tingkat kepentingannya. Hal ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara, misalnya:

• Menentukan bobot secara sembarang.

• Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria.

Misalnya bila dianggap bahan baku merupakan kriteria paling penting,

maka berikan nilai 100, kemudian pemasaran dengan nilai 75 dan

terakhir teknologi proses dengan nilai 25.

• Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan

(pairwise comparisons), tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria

relatif terhadap criteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.

Misalnya hasil perbandingan berpasangan untuk contoh diatas adalah:

(Marimin, 2004, p80)

Tabel 2.2 Tabel Contoh Perbandingan Berpasangan

Bahan Baku Pemasaran Teknologi

Proses Bahan Baku 1/1 1/2 3/1

Pemasaran 2/1 1/1 4/1

Teknologi Proses 1/3 1/4 1/1

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

57 

 

2.5.3.3 Penyelesaian dengan Manipulasi Matriks

Matriks diatas akan diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu

dengan jalan menentukan nilai eigen (eigenvector). Prosedur untuk

mendapatkan nilai eigen adalah:

1. Kuadratkan matriks tersebut.

2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi.

3. Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan

berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu.

Penyelesaian untuk contoh diatas (misalnya dengan syarat nilai eigen

sudah tidak berubah sampai 4 angka di belakang koma):

• Ubah matriks menjadi bilangan decimal:

1.000 0.500 3.0002.000 1.000 4.0000.333 0.250 1.000

• Iterasi ke-1:

Kuadratkan matriks di atas:

1.000 0.500 3.0002.000 1.000 4.0000.333 0.250 1.000

1.000 0.500 3.0002.000 1.000 4.0000.333 0.250 1.000

= 3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.000 14.000011.666 0.6667 3.0000

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

58 

 

Jumlahkan nilai setiap baris matriks dan hitung nilai hasil

normalisasinya:

Jumlah Baris Hasil Normalisasi 3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.0000 14.00001.1666 0.6667 3.0000

12.750022.33334.8333

12.7500/39.9166 = 0.319422.3333/39.9166 = 0.55954.8333/39.9166 = 0.1211

Jumlah 39.9166 1.0000

• Iterasi ke-2:

Kuadratkan kembali matriks diatas:

3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.0000 14.00001.1666 0.6667 3.0000

3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.0000 14.00001.1666 0.6667 3.0000

= 27.6658 15.8330 72.498448.3311 27.6662 126.664210.5547 6.0414 24.6653

Jumlahkan setiap baris matriks dan hitung nilai hasil normalisasinya:

Jumlah Baris Hasil Normalisasi 27.6658 15.8330 72.498448.3311 27.6662 126.664210.5547 6.0414 24.6653

115.9967202.661544.2614

0.31960.5584 0.1220

Jumlah 362.9196 1.0000

Hitung perbedaan nilai eigen sebelum dan sesudah nilai eigen sekarang: 0.3194 - 0.3196 = -0.00020.5595 - 0.5584 = 0.0011

0.1211 - 0.1220 = -0.0009

Terlihat bahwa perbedaan tersebut tidak terlalu besar sampai dengan

4 desimal.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

59 

 

• Iterasi ke-3:

Bila dilakukan iterasi satu kali lagi, maka syarat akan terpenuhi (nilai

eigen sudah tidak berbeda sampai 4 desimal). Jadi nilai eigen yang

diperoleh adalah: 0.3196, 0.5584, 0.1220

Apakah makna dari nilai eigen diatas?

Berikut ini adalah matriks berpasangan beserta dengan nilai eigennya:

Tabel 2.3 Tabel Matriks Berpasangan dengan Nilai Eigen-nya

Bahan Baku Pemasaran Teknologi

Proses Nilai Eigen

Bahan Baku 1.000 0.500 3.000 0.3196

Pemasaran 2.000 1.000 4.000 0.5584

Teknologi Proses 0.333 0.250 1.000 0.122

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Berdasarkan nilai eigen maka diketahui bahwa kriteria yang paling

penting adalah pemasaran, kemudian, bahan baku, dan terakhir adalah

teknologi proses.

Hasil diagram hierarki beserta nilai bobot criteria yang telah diperoleh

dapat dilihat sebagai berikut: (Marimin, 2004, p81)

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

60 

 

Memilih komoditi Agroindustri

1.000

Pemasaran0.5584

Teknologi Proses0.1220

Bahan Baku0.3196

Minyak SawitCokelatKaretTeh

Minyak SawitCokelatKaretTeh

Minyak SawitCokelatKaretTeh

Sasaran

 Gambar 2.3 Hasil Perhitungan Bobot Kriteria

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

2.5.3.4 Pembobotan Alternatif

Susunlah matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap

criteria, misalnya untuk kriteria bahan baku adalah:

Tabel 2.4 Tabel Matriks Kriteria Bahan Baku

Minyak Sawit Cokelat Karet Teh

Minyak Sawit 1/1 1/4 4/1 1/6

Cokelat 4/1 1/1 4/1 1/4

Karet 1/4 1/4 1/1 1/5

Teh 6/1 4/1 5/1 1/1

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

61 

 

Misalnya untuk kriteria pemasaran adalah:

Tabel 2.5 Tabel Matriks Kriteria Pemasaran

Minyak Sawit Cokelat Karet Teh

Minyak Sawit 1/1 2/1 5/1 1/1

Cokelat 1/2 1/1 3/1 2/1

Karet 1/5 1/3 1/1 1/5

Teh 1/1 1/2 4/1 1/1

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Dengan menghitung nilai eigen alternative dari kedua kriteria di atas

(dengan cara yang sama seperti menghitung nilai eigen kriteria) maka

diperoleh:

Tabel 2.6 Tabel Nilai Eigen Bahan Baku

Ranking Nilai Eigen Bahan Baku

3 Industri Pengolahan Minyak Sawit 0.1160 2 Industri Pengolahan Cokelat 0.2427 4 Industri Pengolahan Karet 0.0600 1 Industri Pengolahan The 0.5770

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Tabel 2.7 Tabel Nilai Eigen Pemasaran

Ranking Nilai Eigen Pemasaran

1 Industri Pengolahan Minyak Sawit 0.3790 2 Industri Pengolahan Cokelat 0.2900 3 Industri Pengolahan Karet 0.0740 4 Industri Pengolahan Teh 0.2570

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

62 

 

Pembobotan Teknologi Proses

Untuk kriteria teknologi proses, tidak digunakan matriks perbandingan

berpasangan, tetapi digunakan data kuantitatif, yaitu efisiensi penggunaan

bahan baku (bahan baku yang hilang).

Tabel 2.8 Tabel Penggunaan Bahan Baku Bahan Baku (kg/hari) Ranking

Minyak Sawit 34 34/113 = 0.3010 Cokelat 27 27/113 = 0.2390 Karet 24 24/113 = 0.2120 Teh 28 28/113 = 0.2480

Jumlah 113 1.000 (Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Diagram bertingkat beserta seluruh nilai bobot yang diperoleh dapat

dilihat pada gambar berikut:

 Gambar 2.3 Hasil Perhitungan Bobot Kriteria

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

63 

 

Dari hasil analisis diatas, maka jawaban dapat diperoleh dengan jalan

mengalikan matriks nilai eigen dari alternatif dengan matriks bobot kriteria:

Tabel 2.9 Tabel Penggunaan Bahan Baku

Bahan Baku Pemasaran Teknologi

Proses Bobot

Kriteria Minyak Sawit 0.1160 0.3790 0.3010 0.3196

Cokelat 0.2470 0.2900 0.2390 0.5584

Karet 0.0600 0.0740 0.2120 0.1220

The 0.5770 0.2570 0.2480

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Hasilnya:

Minyak Sawit : 0.3060

Coklat : 0.2720

Karet : 0.0940

Teh : 0.3280

Jadi, ranking yang diperoleh:

Teh : 0.3280

Minyak Sawit : 0.3060

Coklat : 0.2720

Karet : 0.0940

(Marimin, 2004, p83)

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

64 

 

2.5.3.5 Penyelesaian dengan Persamaan Matematik

Ada 3 langkah untuk menentukan besarnya bobot yang dimulai dari

kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus umu, seperti

berikut ini:

1. Langkah 1:

Wi/Wj = aij (i,j = 1,2,…,n)

Wi = bobot input dalam baris

Wj = bobot input dalam lajur

2. Langkah 2:

Wi = aij wj (i,j = 1,2,…,n)

Untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk:

Wi = ∑=

=n

ijjij niwa

n),...,2,1(1

Wj = rataan dari aij wj,…, ain wn

3. Langkah 3:

Bila perkiraan aij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah Wi/Wj.

Jika n juga berubah maka n diubah menjadi λmaks sehingga diperoleh:

∑=

==n

ijjij

nimaks

Wi wa ),...,2,1(1λ

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

65 

 

Pengolahan Horisontal

Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen

keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty

(1983) adalah sebagai berikut:

a. Perkalian baris (z) dengan rumus:

n ijj

i aZ π1=

=

b. Perhitungan vector prioritas atau vector eigen

∑= =

==n

iij

a

j

nij

n

j

a

aeVP

1 1

1

1

π

π eVPi adalah elemen vector prioritas ke-i

c. Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = aij x VP dengan VA = (Vai)

VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)

∑=

=n

iijan

il1

max VBi untuk i= 1,2,…,n

VA = VB = Vektor antara

d. Perhitungan indeks konsistensi (CI)

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban

yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

66 

 

Rumusnya sebagai berikut:

1−−

=n

nmaksCI λ

Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau

tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR≤0.1.

Rumus CR adalah sebagai berikut:

RICICR =

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh

Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini:

Tabel 2.10 Tabel Nilai Random Indeks N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56

(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Pengolahan vertikal

Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam

hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai

prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama,

maka:

NPpq = ∑=

s

t 1

NPHpq (t,q-1) x NPTt(q-1)

Untuk p = 1,2,…,r

T = 1,2,…,s

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

67 

 

Dimana:

NPpq = nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap

sasaran utama.

NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q

NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1

(Marimin, 2004, p86)

2.5.3.6 Consistency Ratio (CR)

Consistency Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk

memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan

konsekuen atau tidak.

Penentuan parameter ini dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut,

misalnya akan menghitung CR untuk kriteria bahan baku pada contoh

berikut: (menggunakan Tabel 2.4)

Dari nilai faktor (nilai eigen) alternatif pada kriteria bahan baku adalah:

• Minyak sawit : 0.1160

• Coklat : 0.2470

• Karet : 0.0600

• Teh : 0.5770

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

68 

 

Weight Sum Vector dapat dihitung dengan jalan mengalikan ke dua

matriks tersebut:

Tabel Hasil Weight Sum Vector 1/1 ¼ 4/1 1/6

x

0.1160

=

0.5139 4/1 1/1 4/1 ¼ 0.2470 1.0953 ¼ ¼ 1/1 1/5 0.0600 0.2662

6/1 4/1 5/1 1/1 0.5770 2.5610 (Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)

Kemudian dihitung Consistency Vector dengan jalan menentukan nilai

rata-rata dari Weight Sum Vector:

0.5139/0.1160 = 4.4303

1.0953/0.2470 = 4.4342

0.2662/0.0600 = 4.4358

2.5610/0.5770 = 4.4385

Nilai rata-rata dari Consistency Vector adalah:

p = (4.4303+4.4342+4.4358+4.4385)/4 = 4.4347

Nilai Consistency Index dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

CI = (p-n)/(n-1) ; n: banyaknya alternatif

= (4.4347-4)/(4/1)

= 0.1449

Untuk menghitung Consistency Ratio, dibutuhkan nilai RI, yaitu indeks

random yang didapat dari tabel Oarkridge (CR=CI/RI). Untuk n=4, nilai RI

adalah 0.90. Jadi nilai CR pada kriteria bahan baku adalah: 0.1449/0.90 =

0.1610.

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00449-TI Bab 2.pdf · Ada enam pertimbangan yang harus dibuat ... standard yang umum digunakan. 3. Penetapan

69 

 

Seharusnya nilai CR tidak lebih dari 0.10 jika penilaian kriteria telah

dilakukan dengan konsisten. Untuk contoh diatas masih terdapat agak

ketidakkonsistenan dalam melakukan penilaian sehingga untuk kasus krusial

masih perlu revisi penilaian. (Marimin, 2004, p88)

2.5.3.7 Penggabungan Pendapat Responden

Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu

responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan

alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya

pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu.

Pendapat yang konisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-

rata geometrik.

1==

iXin n

GX π

X G = rata-rata geometrik

n = jumlah responden

Xi = penilaian oleh responden ke-i

Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur

AHP yang telah diuraikan sebelumnya. (Marimin, 2004, p89)