bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2011-2-00001-pl...

26
8 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel - variabel tersebut adalah Motivasi dan Prestasi 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin movere, berarti menimbulkan pergerakan. Motivasi didefiniskan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1994 dalam Dwiwandono, 2006). Berikut ini penjabaran beberapa pengertian motivasi: Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang mengarahkan kegiatanya (Gage & Berliner, 1992). Motivasi mengacu pada adanya kekuatan pendorong dan penarik dalam diri yang dapat menghasilkan perilaku yang bersemangat dan mengarahkan pada tujuan tertentu (Morgan, King, Weisz & Schopler, 1986). Menurut Santrock, (2008) motivasi adalah mengapa individu bertingkah laku, berfikir, dan memiliki perasaan dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada arah dari tingkah laku. Motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah dan dapat dipertahankan. Dari

Upload: lymien

Post on 12-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

8  

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

dalam penelitian ini. Variabel - variabel tersebut adalah Motivasi dan Prestasi

2.1 Motivasi

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin movere, berarti menimbulkan

pergerakan. Motivasi didefiniskan sebagai kekuatan psikologis yang

menggerakan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1994

dalam Dwiwandono, 2006). Berikut ini penjabaran beberapa pengertian

motivasi:

Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa

yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang mengarahkan

kegiatanya (Gage & Berliner, 1992). Motivasi mengacu pada adanya

kekuatan pendorong dan penarik dalam diri yang dapat menghasilkan

perilaku yang bersemangat dan mengarahkan pada tujuan tertentu

(Morgan, King, Weisz & Schopler, 1986).

Menurut Santrock, (2008) motivasi adalah mengapa individu

bertingkah laku, berfikir, dan memiliki perasaan dengan cara yang mereka

lakukan, dengan penekanan pada arah dari tingkah laku. Motivasi melibatkan

proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan

perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang

mengandung energi, memiliki arah dan dapat dipertahankan. Dari

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

9  

pernyataan diatas, motivasi menjelaskan perilaku sesorang yang meliputi

keinginan (want), kebutuhan (need), hasrat (desire), tujuan (goal), dan

penghindaran (avoid), sehingga motivasi dikatakan sebagai prediksi perilaku

(prediction of behavior) (Morgan, King, Weisz & Schopler, 1986).

Motivasi merupakan suatu proses, yang tidak dapat diamati secara

langsung. Proses yang dapat diamati adalah perilaku individunya, seperti

pemeliharaan tugas-tugas, usaha yang dilakukan, ketekunan, dan suatu

perwujudan dari perasaan atau pikiran ke dalam wujud kata-kata

(verbalization). Sebagai suatu proses, motivasi berasal dari pembelajaran

bagaimana individu menghadapi sebuah kesulitan, menghadapi berbagai

masalah, kegagalan-kegagalan, dan kemunduran, guna mengejar tujuan

yang tertinggal dan dilakukan berulangkali. Motivasi mencakup aktivitas fisik

dan mental, dimana dalam aktifitas fisik diperlukan suatu usaha dan

ketekunan, sedangkan dalam aktifitas mental diperlukan tindakan kognisi

sebagai perencanaan, pengulangan, organisasi, pembuatan keputusan, dan

pemecahan masalah (Pintrich & Schunk, 1996).

Motivasi memegang peran penting dalam dunia pendidikan dan

proses belajar mengajar, karena motivasi mempengaruhi perilaku seseorang

yang meliputi apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar. Siswa yang

termotivasi kuat memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Siswa tersebut menunjukan minat, perhatian, dan semangat dalam

melakukan aktivitas belajar, berusaha untuk berhasil, menekuni tugas, dan

menggunakan strategi-strategi belajar yang efektif (Pintrich & Schunk, 1996).

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

10  

2.1.2 Perspektif Motivasi

Beberapa perspektif yang dapat mempengaruhi munculnya motivasi

melibatkan empat perspektif yaitu perspektif Ilmu perilaku, humanistis,

kognitif dan sosial (Santrock, 2009).

1. Perspektif Ilmu Perilaku

Perspektif ilmu perilaku, menekankan pada pemberian penghargaan

dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi

seseorang. Adanya Insentif adalah stimulus, baik kejadian positif atau negatif

yang dapat memotivasi seseorang. Penggunaan insentif, menekankan

bahwa insentif dapat menambah minat atau rangsangan serta mengarahkan

perhatian seseorang pada perilaku yang tepat dan menjauhi perilaku yang

tidak tepat (Emmer, Everison, & Worsham, 2006 dalam Santrock, 2009).

Insentif dapat dilakukan dengan memberikan pengakuan kepada

siswa, Sebagai contoh: dengan memamerkan hasil kerja mereka,

memberikan mereka sertifikat prestasi, menempatkan mereka pada daftar

nama kehormatan dan secara verbal menyebutkan pencapaian mereka.

Insentif lainya dapat dengan mengizinkan mereka melakukan sesuatu yang

istimewa yang mereka sukai, sebagai penghargaan atas kerja keras mereka

yang baik.

2. Perspektif Humanistis

Menekankan pada kebebasan untuk meraih nasib mereka sendiri.

Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan bahwa

kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat

dipuaskan. Menurut hirarki kebutuhan Maslow, Kebutuhan individu harus

dipuaskan dalam urutan berikut: 1. fisiologis: rasa lapar, haus, tidur 2. rasa

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

11  

aman seperti perlindungan dari perang dan kriminal 3. cinta dan rasa

memiliki seperti keamanan, afeksi, dan perhatian dari orang lain 4. harga diri

seperti merasa senang terhadap diri sendri dan hirarki yang tertinggi yaitu 5.

aktualisasi diri seperti mewujudkan potensi diri. Jadi, dalam pandangan

Maslow siswa harus memuaskan kebutuhan mereka agar mereka dapat

berprestasi (Maslow, 1971 dalam Santrock, 2009).

3. Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran

mengarahkan motivasi seseorang. Hal ini berfokus pada gagasan-gagasan

pada motivasi internal siswa untuk berprestasi. Seperti contoh adanya

persepsi mengenai penyebab keberhasilan atau kegagalan, khususnya

persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting dalam prestasi dan

keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan secara efektif.

Pespektif kognitif menekankan pada pentingnya penetapan tujuan,

perencanaan, dan pemantauan kamajuan menuju suatu sasaran (Lepper,

Corpus, & Iyenger, 2005; Schunk & Zimmerman, 2006 dalam Santrock,

2009).

4. Perspektif Sosial

Adanya kebutuhan akan afiliasi yang merupakan motif untuk

terhubung secara aman dengan orang lain. Kebutuhan akan afiliasi tercermin

dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman sebaya,

sahabat, kasih sayang mereka kepada orang tua dan keinginan mereka

untuk memiliki hubungan positif dengan guru mereka. Siswa yang berada di

sekolah dengan hubungan interpersonal yang penuh perhatian dan

dukungan, mempunyai sikap dan nilai akademis yang positif dan merasa

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

12  

lebih puas terhadap sekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002 dalam Santrock,

2009). Salah satu faktor penting dalam motivasi dan prestasi siswa adalah

persepsi mereka tentang hubungan positif mereka dengan guru (McCombs &

Quiat, 2001 dalam Santrock, 2009).

2.1.3 Jenis Motivasi

Motivasi dibedakan atas dua jenis, yakni motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik (Winkel, 1996):

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan suatu tindakan

(Sprinthall & Sprinthall, 1990). Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal

untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan untuk diri

sendiri). Disebut sebagai motivasi intrinsik karena merupakan perasaan

dari dalam yang sangat efektif, kompeten, menganggap dirinya

mengetahui apa yang dia inginkan dan penentuan terhadap nasib diri

sendiri (Morgan, Kinf, Weisz & Schopler, 1986). Individu yang termotivasi

secara intrinsik, melakukan suatu aktivitas karena keinginannya sendiri,

sehingga dari aktivitas tersebut ia akan memperoleh kepuasan (Pintrich &

Schunk, 1996).

Motivasi Intrinsik dapat terlihat saat seseorang bekerja dengan

mudah karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri untuk

menyelesaikan tugas dengan baik, diluar konteks apakah ada imbalan

atau nilai yang didapatkan atau tidak ada (Pintrich & Schunk, 1996).

Individu dengan motivasi belajar intrinsik tidak membutuhkan hadiah atau

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

13  

hukuman untuk membuat mereka belajar, karena aktivitas belajar itu

sendiri sudah menyenangkan untuk mereka dan mereka menikmati akan

tugasnya untuk belajar, sehingga mereka merasa sudah memperoleh

pencapaian dari prestasinya (Woolfolk, 2005).

Sumber motivasi intrinsik meliput faktor-faktor internal, seperti

minat (interest), kebutuhan (needs), kenikmatan (enjoyment), dan rasa

ingin tahu (curiosity). Individu yang termotivasi secara intrinsik,

cenderung memilih tugas yang cukup sulit dan menantang karena

mereka yakin mereka dapat mengerjakanya lebih baik (Woolfolk, 2005).

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) adalah hal atau keadaan

yang datang dari luar diri siswa yang juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah, peraturan atau

tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterusnya

(Sprinthall & Sprinthall, 1990).

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan

sesuatu yang lain (sebuah cara untuk mencapai suatu tujuan). Motivasi

ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti pemberian

penghargaan dan hukuman. Hamalik, (2005) menyatakan motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar

situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah dan medali.

Sedangkan yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan hukuman.

Individu dengan motivasi belajar yang ekstrinsik, tidak terlalu tertarik

pada aktivitas itu sendiri, melainkan hanya peduli pada apa yang dapat

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

14  

diperoleh (imbalan/keuntungan) dari aktivitas itu (Woolfolk, 2005).

Sehubungan dengan aktivitas yang dilakukan seseorang, motivasi

ekstrinsik seringkali menjadi pengarahan tujuan (goal directed) dan

prioritas suatu tujuan (goal oriented), karena individu yang bersangkutan

terdorong oleh hal-hal di luar dirinya, seperti reward atau punishment

(Pintrich & Schunk, 1996).

Individu termotivasi melakukan suatu aktivitas demi alasan

tertentu, karena motivasi intrinsik ini bersumber pada faktor-faktor

eksternal, seperti imbalan, pujian (reward), tekanan sosial (social

pressure), atau penghindaran diri dari hukuman (punishment) (Woolfolk,

2005).

Seseorang dengan kecenderungan motivasi ekstrinsik, bukanlah

semata-mata bentuk motivasi yang berasal dari luar diri siswa, misalnya

dari orang tua, guru atau teman saja tetapi, motivasi ini berawal dari

suatu kebutuhan yang dihayati oleh diri sendiri, walaupun bisa saja orang

lain memegang peranan dalam menumbuhkan motivasi itu. Maka yang

khas pada motivasi ekstrinsik bukanlah pada ada atau tidak adanya

pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi

pada dasarnya hanya dapat dipenuhi melalui belajar atau sebetulnya

juga dapat dipenuhi dengan cara lainya (Winkel, 1996).

Bentuk dukungan dari luar seperti orang tua, guru dan teman

sangat berpengaruh besar terhadap motivasi sesorang untuk berprestasi,

telah ditemukan penelitian bahwa guru memiliki hubungan kuat dengan

prestasi (r = 0,561, p = 0,035). Hal ini dikarenakan guru mengajarkan

siswanya sehari-hari dan mereka menyiapkan bahan ajaran sebelum

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

15  

mengajar di kelas sehingga secara tidak langsung guru berperan dalam

pencapaian prestasi siswa. Hal ini juga diikuti oleh lingkungan

pertemanan yang memiliki hubungan positif dengan prestasi siswa (r, =.

471 p = 0,045) dari data penelitian, siswa dapat membentuk kelompok-

kelompok diskusi dengan teman mereka, sehingga saling membantu

dalam memecahkan masalah dalam belajar. Oleh karena itu, penelitian

menunjukkan bahwa orang tua, guru, dan teman secara signifikan

berkorelasi dengan prestasi siswa. (Yahaya N, Yahaya ,Ramli, Hasyim &

Zakariya, 2010). Penjelasan diatas, memperlihatkan bahwa penelitian

tersebut memiliki hubungan yang positif dan memperoleh nilai signifikansi

yang baik.

Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan dalam dunia pendidikan

ataupun sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya

menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan siswanya, sehingga

dengan adanya pemberian motivasi secara eksternal dapat menjadikan

alternatif untuk menarik minat siswa agar berkeinginan untuk belajar dan

berprestasi.

Dari penjelasan mengenai jenis motivasi diatas, pada penelitian

ini peneliti memfokuskan pada teori motivasi dari Woolfolk, (2005).

Woolfolk mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik meliputi: minat

(interest), kebutuhan (needs), kenikmatan (enjoyment), dan rasa ingin

tahu (curiosity). Sementara motivasi ekstrinsik meliputi: imbalan

(insentive), pujian (reward), tekanan sosial (social pressure) atau

penghindaran diri dari hukuman (punishment). Penjabaran dimensi

motivasi adalah sebagai berikut:

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

16  

Tabel 2.1.3.1: Dimensi Motivasi Intrinsik

Dimensi Definisi

Minat (interest)

Minat adalah perasaan senang saat melakukan

kegiatan yang dihadapi tanpa pengaruh dari

orang lain. Rasa senang tersebut timbul dari

dalam diri sendiri.

Kebutuhan (needs)

Kebutuhan adalah keinginan untuk mencapai

sesuatu. Serta melakukan atas keinginan

mereka sendiri yang merupakan kebutuhan

mereka.

Kenikmatan

(enjoyment)

Kenikmatan adalah perasaan menikmati dan

bahagia yang mendalam. Ketika siswa merasa

tertantang dan merasa bahwa mereka

mempunyai keterampilan tingkat tinggi.

Rasa ingin tahu

(curiosity)

Rasa ingin tahu adalah ketertarikan terhadap

suatu hal dalam lingkungan fisik yang menarik

perhatian kita.

Tabel 2.1.3.2: Dimensi Motivasi Ekstrinsik

Dimensi Definisi

Imbalan (insentive)

Imbalan adalah pemberian pengakuan kepada

sesorang baik berupa kehormatan, memamerkan

hasil kerja yang baik, memberikan mereka sertifikat

prestasi dan secara verbal menyebutkan

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

17  

pencapaian mereka.

Pujian (reward)

Pujian adalah pemberian penghargaan secara

verbal mengenai kemampuan seseorang yang

menguasai sesuatu. Serta adanya pengharapan

dari kemampuan tersebut.

Tekanan sosial

(social pressure)

atau Penghindaran

diri dari hukuman

(punishment)

Tekanan Sosial adalah adanya tekanan dalam diri

yang bersumber dari lingkungan seperti orang tua,

teman dan lain sebagainya.

Penghindaran diri dari hukuman adalah bentuk

reinforcement negatif yang diberikan dengan

harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan

berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk

hukuman yang diberikan kepada siswa adalah

hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari

artikel, mengarang dan lain sebagainya.

2.1.4 Hubungan Antara Motivasi Ekstrinsik Dengan Motivasi Intrinsik

Dalam berbagai aspek, motivasi ekstrinsik dan intrinsik saling

berkaitan. Sehingga dapat saja saling memperkuat atau melemahkan

(Wigfield 1992 dalam Santrock, 2009). Adapun hubungan antara motivasi

ekstrinsik dengan intrinsik menurut Santrock, (2009) sebagai berikut:

1. Dalam motivasi ekstrinsik, ketika sebuah penghargaan yang diberikan

kepada siswa yang menguasi suatu kemampuan, perasaan kompetensi

siswa kemungkinan akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan motivasi

intrinsik siswa. Tetapi umpan balik negatif atau kritik yang membawa

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

18  

informasi bahwa siswa tidak kompeten, dapat melemahkan motivasi intrinsik,

khususnya jika mereka meragukan kemampuan mereka sendiri untuk

menjadi kompeten dalam prestasi.

2. Penghargaan ekstrinsik dapat berguna mengubah perilaku, akan tetapi

dalam sejumlah situasi, penghargaan juga dapat melemahkan pembelajaran.

Dalam satu studi, siswa yang telah mempunyai minat yang kuat dalam seni

dan tidak mengharapkan penghargaan, menghabiskan waktu lebih lama

untuk dapat berkreasi dan mengekspresikan minat tersebut dibandingkan

siswa yang juga telah mempunyai minat kuat dalam seni, tetapi mengetahui

bahwa mereka akan diberi penghargaan untuk hasil karyanya.

3. Penghargaan nyata berupa bintang, emas atau uang yang diberikan secara

tidak terduga sesuai pada kinerja dan terselesaikanya tugas dengan baik,

dapat mempertahankan motivasi intrinsik.

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

McClelland, (1996) dalam Woolfolk, (2005) menjelaskan mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi, yakni:

1. Harapan orang tua terhadap anaknya

Orang tua yang mengharapkan anaknya berjuang guna mencapai

sukses, akan memotivasi anak tersebut bertingkah laku yang

mengarah pada pencapaian prestasi.

2. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan

Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang,

menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendah-nya

kecenderungan untuk berprestasi. Hal ini biasanya dipelajari pada

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

19  

masa kanak-kanak awal, melalui interaksi dengan orang tua dan

orang lain yang dianggap penting (significant others).

3. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan

Bila dibesarkan pada budaya yang menekankan pada pentingnya

keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan konpetitif, serta situasi yang

selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara

mandiri tanpa ada rasa takut gagal. Maka dalam diri seseorang akan

berkembang hasrat ber-prestasi yang tinggi.

4. Peniruan tingkah laku (modeling)

Melalui pengamatan dalam belajar (observational learning), anak

mengambil atau meniru berbagai karakteristik dari model, termasuk

dalam kebutuhan berprestasi bila model tersebut memiliki motivasi

dalam derajat tertentu.

2.2 Prestasi

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda ‘prestatie’, yang bila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.

Berikut ini beberapa definisi prestasi:

Prestasi adalah perilaku yang berorientasi pada tugas yang memungkinkan

kinerja individu untuk dievaluasi menurut beberapa kriteria internal maupun

eksternal yang melibatkan individu dalam bersaing dengan orang lain dan memiliki

standar keunggulan (Smith, 1969; Spence & Helmreich, 1983 dalam Morgan dkk,

1986).

Prestasi adalah suatu keinginan untuk meraih keberhasilan dengan syarat

tinggi (McClelland 1979, dalam Risdar Kahar, Hirmaningsih, & Mukhlis, 2008).

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

20  

Prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi

seseorang didalam satu atau lebih, baik dalam pekerjaan atau belajar. Dalam kamus

populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1994 dalam

Risdar Kahar, Hirmaningsih, & Mukhlis, 2008).

Jadi, prestasi merupakan perilaku dengan tingkatan tertentu yang

berorientasi kepada tugas yang berupa keahlian individu dalam menghadapi

berbagai persaingan, guna mencapai standar keunggulan. Selain itu pula, prestasi

merupakan tingkat kemampuan aktual yang dapat diukur, baik berupa penguasaan

ilmu pengetahuan, sikap, maupun keterampilan tertentu yang dicapai seseorang

sebagai hasil pembelajaran disekolah (Gage & Berliner, 1992).

Menurut (McClelland 1979 dalam Risdar Kahar, Hirmaningsih, & Mukhlis,

2008) pada dasarnya dalam diri setiap orang terdapat kebutuhan untuk melakukan

perbuatan dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Kebutuhan ini disebut

kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) dan mendorong individu untuk

melakukan perbuatan sebaik mungkin. Dengan demikian, setiap manusia memiliki

kualitas tingkatan motivasi berprestasi yang berbeda satu dengan yang lainya.

Motivasi yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi

berprestasi, dimana seseorang berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu

kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal (McClelland & Atkinson,

2003 dalam Risdar Kahar, Hirmaningsih, & Mukhlis, 2008). Motivasi berprestasi

adalah suatu usaha untuk mencapai sukses, yang bertujuan untuk berhasil dalam

kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan (McClelland & Atkinson, 2003 dalam

Risdar Kahar, Hirmaningsih, & Mukhlis, 2008).

Menurut (Heckhausen, 2003 dalam Risdar Kahar, Hirmaningsih, & Mukhlis,

2008) motivasi berprestasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

21  

mempertahankan kacakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan

suatu ukuran keunggulan yang digunakan sebagai pembanding dan dapat diamati.

Beberapa hal yang dapat diamati dari seseorang yang termotivasi untuk berprestasi

seperti:

1) Memiliki keyakinan dan kepercayaan dalam menghadapi tugas yang

berhubungan dengan prestasi.

2) Mempunyai sifat yang lebih berorientasi kedepan, dan lebih dapat

menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan

(reward) pada waktu kemudian.

3) Memilih tugas yang kesukaranya sedang.

4) Tidak suka membuang-buang waktu.

5) Dalam mencari pasangan lebih suka memilih orang yang mempunyai

kemampuan dari pada orang yang simpatik.

6) Lebih tangguh dalam mengerjakan suatu tugas.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka penelitian dapat

menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah usaha yang mendorong siswa

untuk berhasil dalam meningkatkan dan mempertahankan kecakapan pribadi di

segala bidang, termasuk bidang akademis dengan standard keunggulan.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

Suatu prestasi dapat muncul oleh beberapa proses yaitu intrinsic dan

extrinsic motivation, attribution, mastery motivation, self efficacy, goal setting,

planning, self monitoring dan expectation (Santrock, 2008). Proses tersebut

sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seseorang. Setiap siswa

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

22  

mencapai suatu prestasi dikarenakan didukung oleh beberapa hal. Hal

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi menjadi dua

golongan yakni, faktor internal; yang berasal dari dalam diri individu dan

faktor eksternal; yang berasal dari luar diri individu.

Menurut (Gage & Berliner, 1992) banyak faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar, namun peneliti membatasinya dalam prestasi siswa secara

akademis yaitu:

a. Faktor Internal

(1) Intelegensi

Intelegensi memiliki peranan yang besar terhadap tinggi rendahnya

prestasi yang dicapai oleh siswa. Siswa dengan tingkat intelegensi tinggi

lebih mudah untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan tingkat

intelegensi rendah. Namun, tidak selalu taraf intelegensi sejalan dengan

keberhasilan prestasi. Adakalanya siswa dengan taraf intelegensi tinggi

memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan demikian, keberhasilan

dalam pendidikan tidak saja ditentukan oleh faktor intelegensi, namun

juga ditentukan oleh faktor lain.

(2) Bakat Khusus

Bakat khusus merupakan kemampuan yang menonjol dalam bidang

pembelajaran tertentu. Merupakan sesuatu yang dibentuk dalam kurun

waktu yang cukup panjang dalam rentang kehidupan dan merupakan

perpaduan dari taraf intelegensi secara umum, komponen intelegensi

tertentu, pengaruh pendidikan dalam keluarga dan disekolah, serta minat

dari individu itu sendiri. Gage & Berliner, (1992) menyatakan bahwa

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

23  

bakat dapat dijadikan sebagai predikor perilaku dan prestasi belajar

individu di masa mendatang.

(3) Motivasi

Motivasi belajar merupakan suatu keinginan dalam diri individu yang

mendorong serta mengarahkannya untuk melakukan sesuatu kegiatan

belajar demi tercapainya tujuan dan kesuksesan yang diinginkan.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah

seseorang akan mendapatkan pengetahuan, pemahaman, serta

keterampilan yang diinginkan.

(4) Sikap

Sikap memegang peran dalam pengambilan keputusan dan tindakan.

Siswa yang memandang bahwa sekolah atau bidang studi tertentu

merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi dirinya, maka ia akan

memiliki sikap positif. Sebaliknya, bila ia memandang semua itu sebagai

sesuatu yang tidak berguna, maka ia akan memiliki sikap yang negatif.

(5) Minat

Minat sebagai suatu perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu

kegiatan. Bila seseorang siswa merasa tertarik pada suatu bidang atau

pokok bahasan tertentu, maka ia akan senang mempelajari materi atau

pembelajaran yang diberikan. (Winkel, 1988 dalam Gage & Berliner,

1992).

(6) Kondisi Fisik

Kondisi fisik dapat menentukan (mendukung atau menghambat)

keberhasilan individu dalam belajar guna mencapai prestasi. Kondisi

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

24  

kesehatan yang selalu mengganggu atau adanya gangguan pada alat

indra, dapat mengganggu kegiatan belajar individu.

(7) Perhatian

Bila seseorang anak perhatiannya tertuju pada apa yang diterangkan

gurunya dengan baik, maka ia dapat memahami hampir semua konsep

yang diterangkan. Sama halnya dengan mambaca buku di tengah

keramaian. Bila perhatian kita tertuju dengan baik pada buku yang

dibaca, maka kita dapat mengabaikan suara-suara yang ada.

b. Faktor Eksternal

(1) Lingkungan Rumah

Pola asuh orang tua, status sosial ekonomi orang tua, dan lingkungan

sosial budaya, sangat menentukan dalam keberhasilan mencapai

prestasi.

(2) Lingkungan Tempat Proses Belajar

Prasarana dan sarana yang dimiliki tempat proses pembelajaran,

dalam hal ini biasanya sekolah atau rumah memegang peranan penting

dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Selain itu pula,

keterampilan dan semangat guru dan orang tua dalam mengajar dan

membimbing turut menentukan prestasi belajar siswa (Cole & Chan,

1878 dalam Gage & Berliner, 1992).

(3) Faktor Situasional

Faktor situasional adalah suatu keadaan yang timbul dan

mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran, namun tidak menjadi

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

25  

tanggung jawab langsung dari pendidik atau siswa (Winkel dalam Gage &

Berliner, 1992). Keadaan yang termasuk dalam faktor situasional antara

lain seperti keadaan politik ekonomi, sosial budaya, politik, keadaan

musim dan iklim, alokasi waktu, dan sebaginya. Faktor-faktor ini tidak

berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

2.3 Remaja

2.3.1 Karakteristik Remaja Akhir

Definisi tentang masa remaja memerlukan pertimbangan mengenai

usia dan pengaruh faktor sejarah. Remaja diartikan sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis dan sosial emosional (Santrock, 2003). Masa

remaja dimulai kira-kira usia 10 tahun sampai 13 tahun dan berakhir antara

usia 18 tahun dan 22 tahun (Santrock, 2003). Banyak ahli perkembangan

yang menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa

remaja akhir menunjuk pada kira-kira setelah usia 15 tahun hingga 22 tahun.

Minat pada karir, pacaran, dan eksploitasi identitas seringkali lebih nyata

dalam masa remaja akhir ketimbang dalam masa remaja awal (Santrock,

2003).

Remaja merupakan salah satu tahap dalam rentang kehidupan

manusia. Remaja berada pada tahap identity versus identity confusion.

Identity versus identity confusion adalah tahap perkembangan yang dialami

individu selama masa remaja. Pada tahap ini, individu dihadapkan pada

pertanyaan siapa mereka, mereka ini sebenarnya apa, dan kemana arah

tujuan hidup mereka. Pada tahap ini banyak peran baru yang menyangkut

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

26  

tanggung jawab, baik tanggung jawab pekerjaan, tugas sekolah, karir

maupun asmara (Santrock, 2003).

Pembentukan identitas tidak terjadi secara teratur. Pada batasan

tertentu, pembentukan identitas meliputi komitmen terhadap suatu arah,

ideologi, dan orientasi seksual. Selama bertahun-tahun keputusan yang

diambil pada masa remaja, membentuk inti dari individu sebagai manusia

yang disebut identitas (Santrock, 2003).

Pada usia 11 hingga 18 tahun, remaja ada dalam tahap tentatif dari

perkembangan karir, dimana mengarahkan pada tahap pengambilan

keputusan yang realistis. Kemajuan remaja terlihat mulai dari mengevaluasi

minat mereka (usia 11 hingga 12 tahun), lalu mengevaluasi kemampuan

mereka (usia 13-14 tahun), sampai mengevaluasi nilai mereka (usia 15

hingga 16 tahun). Pemikiran telah berubah dari yang kurang subjektif hingga

pilihan karir yang lebih realistik pada usia 17 dan 18 tahun (Ginzberg, 1991

dalam Santrock, 2009).

2.3.2 Hubungan Motivasi Dengan Prestasi Remaja

Motivasi berprestasi adalah kebutuhan diri sendiri untuk berprestasi,

di luar keinginan untuk mendapatkan imbalan secara eksternal (McClelland,

Atkinson, Clark & Lowell dalam Elliott, Kratochwill, Cook & Travers, 2000).

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi selalu berkeinginan

mengerjakan tugas-tugasnya, mereka yakin bahwa mereka dapat

menyelesaikan dengan upaya yang keras dan keteguhan (Eccles dalam

Elliott, Kratochwill, Cook & Travers, 2000 dalam Santrock, 2009).

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

27  

Remaja adalah masa yang penting dalam hal prestasi (Henderson &

Dweck dalam Santrock, 2003). Tekanan sosial dan akademis mendorong

remaja kepada beragam peran yang mesti mereka bawakan. Peran yang

menuntut tanggung jawab yang besar. Prestasi menjadi hal yang sangat

penting bagi remaja karena remaja mulai menyadari bahwa pada saat inilah

mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Mereka

mulai melihat kesuksesan atau kegagalan masa kini untuk meramalkan

keberhasilan di kehidupan mereka nanti sebagai orang dewasa. Dengan

meningkatnya tekanan tersebut pada remaja, mereka seringkali memiliki

ambisi pada bidang tertentu untuk menghadapi pencapaian prestasi dibidang

lain, seperti ketika prestasi akademik justru menimbulkan penolakan sosial

(Ishiyama & Chasbassol, 1993 dalam Santrock, 2003).

Remaja dalam perkembanganya dituntut untuk berprestasi dimana

kesuksesan dinilai penting. Individu untuk mencapai kesuksesan dituntut

untuk bersaing, ingin menang, memiliki motivasi untuk melakukan yang

terbaik dan mengusahakan apapun untuk mengatasi masalah dan tekun

mengatasi rintangan. Kita dapat melihat dari berbagai “Potret Remaja”

mengenai betapa pentingnya orientasi berprestasi pada remaja dari berbagai

latar belakang yang berbeda (Santrock, 2008).

Remaja bisa menyesuaikan diri dengan efektif atau tidak pada dunia

akademis dan tekanan dari lingkungan, banyak ditentukan oleh faktor

motivasi dan psikologis. Prestasi remaja tidak hanya ditentukan oleh

kemampuan intelektual saja, tetapi juga kemampuan yang lain seperti contoh

siswa yang cerdas, dipandang siswa yang lebih tekun dalam membuat tugas,

lebih yakin dengan kemampuan mereka sendiri untuk dapat memecahkan

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

28  

masalah dan menjadi siswa berprestasi, tetapi seringkali siswa cerdas juga

memperlihatkan kecenderungan motivasi yang adaptif misalnya siswa yang

cerdas memperlihatkan kecenderungan berprestasi yang kurang misalkan

lebih mudah putus asa dan tidak yakin dengan kemampuan akademisnya

sendiri, sehingga cenderung menjadi siswa yang berprestasi rendah

(Santrock, 2008). Oleh karena itu, faktor motivasi dan pembentukan

psikologis masa remaja merupakan hal yang saling berhubungan. Sehingga

pada faktor ini merupakan suatu yang penting dalam hubungannya dengan

pencapaian prestasi siswa.

2.4 Homeschooling

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menyebut homeschooling

adalah sekolah rumah, kadangkala juga diterjemahkan dengan istilah sekolah

mandiri. Homeschooling merupakan salah satu alternatif dan buah dari pencarian

sistem pendidikan alternatif yang paling sesuai untuk anak. Homeschooling

termasuk model pendidikan yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah.

(Sumardiono, 2007). Mendefinisikan mengenai apa yang dimaksud dengan

homeschooling, tidak mudah untuk melakukannya karena tidak ada sebuah definisi

tunggal mengenai homeschooling karena model pendidikan yang dikembangkan di

dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi (Sumardiono, 2007).

Pendidikan homeschooling sangat beragam dan bervariasi ditandai dengan

beberapa metode pembelajaran di homeschooling.

Menteri Pendidikan Nasional menyatakan, terdapat beberapa metode untuk

pembelajaran di homeschooling (Akuntono, 2011 dalam Kompas, 2011).

Pembelajaran di homeschooling memiliki tiga metode yaitu pertama adalah

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

29  

homeschooling tunggal atau komunitas. Pada metode ini, siswa belajar seperti

pendidikan formal tetapi dengan dengan waktu belajar yang fleksibel. Kedua

homeschooling majemuk atau tutorial, dimana para orang tua mengundang tenaga

pengajar yang ahli untuk mengajarkan berbagai hal kepada anak-anaknya. Hal ini

dilakukan karena orang tua tidak memiliki cukup waktu karena terlalu sibuk bekerja

atau pun karena orang tua tidak merasa percaya diri dengan kemampuan mereka

untuk mengajar anaknya di homeschooling. Ketiga, homeschooling asosiasi atau

mandiri, dimana jenis ini memayungi dua jenis homeschooling lainnya. Para orang

tua diberikan kebebasan untuk mengajarkan anaknya dan mereka (orangtua) juga

diberikan advokasi untuk terjun langsung serta bertanggungjawab penuh atas

pendidikan anaknya (Hughes, 2011 dalam Kompas, 2011).

Masyarakat dan para orang tua masih merasa khawatir untuk menerapkan

homeschooling kepada anak-anaknya dikarenakan ijazah seperti apa yang akan

diperoleh anak mereka bila masuk dalam homeschooling. Menurut Mendiknas, para

orang tua tidak perlu khawatir, anak-anak homeschooling dapat menggunakan jalur

ujian paket A, B dan paket C untuk memperoleh ijazah guna melanjutkan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi, dimungkinkan juga anak-anak homeschooling dapat ikut

bergabung dengan pendidikan formal (Akuntono, 2011 dalam Kompas, 2011).

Homeschooling memiliki persamaan-persamaan dengan sekolah lainnya,

antara lain sama-sama bertujuan untuk mengantarkan anak-anak pada pencapaian

terbaik dan merupakan sarana untuk mengantarkan anak-anak pada tujuan

pendidikan (Sumardiono, 2007). Dilihat dari sistem pembelajaran, homeschooling

dan sekolah memiliki perbedaan-perbedaan. Pada sistem sekolah, tanggung jawab

pendidikan anak didelegasikan orang tua kepada guru dan sekolah, peran orang tua

dan keluarga cukup minim karena sistem pendidikan dijalankan oleh sekolah dan

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

30  

guru, di sekolah sistem yang ada sudah mapan, sistem di sekolah telah

terstandarisasi untuk memenuhi kebutuhan anak, dan pada sekolah jadwal belajar

telah ditentukan. Sedangkan pada homeschooling tanggung jawab pendidikan anak

sepenuhnya di tangan orang tua, peran orang tua sangat vital untuk menentukan

keberhasilan pendidikan anak, dibutuhkan komitmen dan kreativitas orang tua untuk

melaksanakan model pembelajaran homeschooling, sistem pembelajaran

disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga serta jadwal belajar dapat

fleksible tergantung kesepakatan orang tua dan anak (Sumardiono, 2007).

Melihat adanya kesamaan dan perbedaan antara homeschooling dan

sekolah, dapat dilihat bahwa homeschooling dan sekolah memiliki kekurangan dan

kelebihan. Kelebihan homeschooling adalah customized, sesuai dengan kebutuhan

anak dan kondisi keluarga. Sedangkan kekurangan homeschooling adalah

membutuhkan komitmen dan keterlibatan yang tinggi dari orang tua serta memiliki

kompleksitas yang lebih tinggi karena orang tua bertanggung jawab atas semua

proses pendidikan anak, anak homeschooling tidak terekspos dengan pergaulan

yang heterogen secara sosial karena itu, ada resiko kurangnya kemampuan siswa

bekerja dalam tim, organisasi, kepemimpinan, dan perlindungan orang tua dapat

memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan

masalah yang kompleks yang tidak dapat terprediksi (Sumardiono, 2007).

Terlepas dari kekurangan maupun kelebihannya, homeschooling terus

berkembang dengan berbagai alasan yaitu semakin banyak orang tua memilih anak-

anak mereka masuk homeschooling dikarenakan kekhawatiran tentang keamanan,

tingginya biaya pendidikan swasta, dan keinginan orang tua untuk menanamkan

nilai-nilai moral dan agama secara mandiri (Alam, 2011). Menurut Mendiknas, biaya

homeschooling yang masih dapat dijangkau, serta anak menderita sakit ataupun

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

31  

ada masalah-masalah tertentu yang membuat anak-anak memang harus menjalani

pendidikan secara homeschooling (Kompas, 2011).

Selain itu, dengan homeschooling orang tua dapat memperkuat ikatan

antara anggota keluarga sehingga orang tua dapat melawan modernisasi dan

dampak lingkungan yang negatif pada anak mereka, seperti pengaruh obat-obatan

terlarang dan juga merokok. Selain alasan tersebut diatas, homeschooling diminati

karena adanya kenangan yang tidak menyenangkan semenjak anak mereka

sekolah di sekolah formal seperti dengan guru ataupun dengan teman (Mayberry

dan Knowles, 1989 dalam Arai, 2000). Homeschooling diminati juga karena adanya

penelitian yang mengatakan bahwa orang tua mengganggap sekolah hanyalah

membuang buang waktu dan banyak dari orang tua juga memiliki pengalaman

positif dari belajar di luar sekolah sehingga mereka ingin menerapkan pengalaman

tersebut kepada anak-anak mereka (Knowles, 1991 dalam Arai, 2000).

2.5 Kerangka Befikir Dan Hipotesis

2.5.1 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah uraian pemikiran yang terstruktur dengan

benar. Kerangka berfikir peneliti dalam membuat penelitian ini bermula dari

ketertarikan peneliti dalam dunia pendidikan. Pendidikan dianggap suatu hal

yang penting bagi pencapaian seseorang baik dalam prestasi maupun

pekerjaan. Indonesia juga mementingkan pendidikan, terbukti dengan

dibutuhkannya sumber daya manusia yang berkualitas dengan standard

kelulusan minimal sarjana. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan

kemampuan, meningkatkan mutu bangsa, menjadikan SDM berkualitas,

terampil dan potensial. Pendidikan di Indonesia memiliki dua jenis yaitu

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

32  

pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah

pendidikan yang dilakukan didalam sekolah dengan pendidikan secara

umum. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan

di luar sekolah. Salah satu sekolah non formal adalah homeschooling.

Homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain sekolah. Model

pendidikan ini memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian. Salah satu

keuntungan homeschooling adalah waktu belajar anak lebih fleksibel,

kedekatan dengan keluarga, terhindar dari pengaruh buruk lingkungan

negatif dan sebagainya.

Homeschooling memfasilitasi siswa dengan jenjang sekolah dasar

hingga sekolah menangah atas. Pada tahap sekolah menengah atas, siswa

homeschooling berada pada tahap remaja. Tahap remaja merupakan tahap

yang penting dalam pendidikan, karena remaja memiliki tuntutan lingkungan

untuk dapat berprestasi lebih baik. Prestasi merupakan hal yang penting

dalam dunia pendidikan. Prestasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain dipengaruhi oleh faktor: intrinsic dan extrinsic motivation,

attribution, mastery motivation, self efficacy, goal setting, planning, self

monitoring dan expectation (Santrock, 2008). Dari beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi, peneliti memfokuskan penelitian pada faktor

motivasi. Menurut Woolfolk, (2005) motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dari penjelasan diatas, maka akan diteliti

hubungan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan prestasi

siswa SMA homeschooling Windsor. Peneliti juga mencantumkan bagan

kerangka berfikir dalam lampiran penelitian.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00001-PL 2.pdfPada Bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

33  

2.5.2 Hipotesis

Agar dapat menjawab masalah penelitian, maka peneliti harus

menyusun suatu hipotesis. Hipotesis ini nantinya akan mengarahkan

penelitian. Maka, dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis sebagai

berikut:

Ha 1 : Terdapat hubungan antara motivasi intrinsik dengan prestasi siswa

SMA homeschooling Windsor.

Ha 2 : Terdapat hubungan antara motivasi ekstrinsik dengan prestasi siswa

SMA homeschooling Windsor.

Ho 1 : Tidak terdapat hubungan antara motivasi intrinsik dengan prestasi

siswa SMA homeschooling Windsor.

Ho 2 : Tidak terdapat hubungan antara motivasi ekstrinsik dengan prestasi

siswa SMA homeschooling Windsor.