bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2006-2-01327-mtif-bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar
2.1.1 Pengertian Pasar
Pasar adalah sebuah tempat umum yang melayani transaksi jual - beli. Di dalam
Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992 tentang pengurusan
pasar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang ditetapkan dalam Bab I Pasal 1 pengertian
pasar adalah suatu tempat transaksi jual beli umum milik Pemerintah Daerah, tempat
pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa (LDKI
JAKARTA, 1993, p3). Dalam ilmu ekonomi, pasar adalah tempat transaksi jual – beli
yang tidak selalunya memerlukan lokasi fisik. Pasar yang dimaksud bisa merujuk
kepada suatu negara tempat suatu barang dijual dan dipasarkan. Contohnya adalah pasar
valuta asing. (www.pasarjaya.com, 2005, p1)
2.1.2 Jenis – jenis pasar
Ada beberapa jenis pasar, antara lain : pasar tradisional, pasar modern, dan pasar
ekonomi. Pasar tradisional biasanya terdiri dari kios-kios yang dibuka oleh penjual dan
kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan. Bahan-bahan
makanan tersebut bisa berupa ikan, sayur-sayuran, telur, daging dan lain-lain. Selain itu,
ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih
banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. (www.pasarjaya.com, 2005, p1)
9
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini
berada dalam bangunan dan barang-barang yang dijual biasanya adalah barang tahan
lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket.
Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992
tentang pengurusan pasar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang ditetapkan dalam Bab
III Pasal 7, maka pasar diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu menurut sifat kegiatan dan
jenis dagangannya, menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat potensi pasar, dan
menurut waktu kegiatan. (LDKI JAKARTA, 1993, p4)
2.1.2.1 Pasar Menurut Sifat Kegiatan dan Jenis Dagangan
Yang termasuk ke dalam jenis pasar menurut sifat kegiatan dan jenis
dagangannya yaitu : (LDKI JAKARTA, 1993, p12)
1. Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah
kecil, misalnya : per ikat, per butir, per buah, per ekor, per kilo dan lain –
lain.
2. Pasar grosir, ialah pasar yang menjual berbagi jenis barang dalam jumlah
besar, misalnya : per kuintal, per ton, per bal, per gross, per lusin, dan lain
lain.
3. Pasar induk, ialah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, tempat
pelelangan, tempat penyimpanan, tempat penyaluran barang kebutuhan sehari
– hari antara lain :
a. Pasar Induk sayur mayur dan buah – buahan.
b. Pasar Induk Beras dan lain – lain.
10
4. Pasar khusus, ialah pasar yang memperjualbelikan jenis barang tertentu,
misalnya :
a. Suku cadang.
b. Alat – alat teknik.
c. Ikan.
d. Ayam.
e. Burung dan lain – lain.
2.1.2.2 Pasar Menurut Ruang Lingkup Pelayanan dan Tingkat Potensi Pasar
Yang dimaksud dengan potensi pasar adalah tingkat kesanggupan dan kekuatan
ekonomi pasar yang diukur dari pendapatan pasar dan keramaian pasar.(LDKI
JAKARTA, 1993, p13) Atas dasar potensi pasar dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
a. Pasar teladan.
b. Pasar maju.
c. Pasar berkembang.
d. Pasar tumbuh.
Yang termasuk ke dalam jenis pasar menurut ruang lingkup pelayanannya yaitu :
1. Pasar lingkungan, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi satu
lingkungan pemukiman disekitar pasar tersebut dan jenis barang yang
diperdagangkan terutama kebutuhan sehari – hari.
2. Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi
beberapa lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih
lengkap dari pada pasar lingkungan.
11
3. Pasar kota, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah
kota tempat barang – barang yang diperjualbelikan lengkap.
4. Pasar regional, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi
kawasan jakarta dan sekitarnya.
2.1.2.3 Pasar Menurut Ruang Waktu Kegiatan
Yang termasuk ke dalam jenis pasar menurut waktu kegiatan yaitu :
(LDKI JAKARTA, 1993, p12)
1. Pasar siang, ialah pasar yang kegiatannya antara pukul 05.00 s.d 18.00 WIB.
2. Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s.d 05.00
WIB
3. Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.
2.2 Manajemen (Pengelolaan)
Manajemen atau pengelolaan adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua
sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.
(Manajemen Jilid 1,1996,p7)
2.2.1 Pengelolaan Pasar Tradisional
Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992
tentang pengurusan pasar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka hak dan kewajiban
pengelolaan pasar yang diberikan kepada pengelola pasar dalam hal ini adalah PD. Pasar
Jaya menyangkut beberapa hal pengelolaan, antara lain pengelolaan tentang semua hal
12
yang berkaitan dengan pemakaian tempat, fasilitas, biaya tempat usaha yang dikelola
oleh PD. Pasar Jaya. Selain itu, pengelolaan pasar pun menyangkut hal pembinaan
pemakai tempat usaha dalam hal ini adalah pedagang ekonomi lemah.
2.2.2 Kebijakan Manajemen
Kebijakan manajemen merupakan sebuah kebijakan atau keputusan yang diambil
oleh pemimpin suatu manajemen terhadap semua hal yang berkaitan dengan manajemen
tersebut. Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992
tentang pengurusan pasar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, wewenang pengambilan
kebijakan manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan pasar diberikan kepada para
Direksi PD. Pasar Jaya.
2.3 Analisis Profil
2.3.1 Model Umum Analisis Profil
Pada dasarnya analisis profil (profile analysis) berkaitan dengan situasi di mana
sekumpulan perlakuan (uji – uji, pertanyaan – pertanyaan, dan sebagainya) diberikan
kepada dua atau lebih kelompok kemudian diamati respons yang terjadi. Dalam analisis
profil diasumsikan bahwa respons dari kelompok – kelompok bersifat bebas, tetapi
semua respons harus dinyatakan dalam satuan yang sama agar dapat diperbandingkan
atau dijumlahkan. (Gazpers, 1992, p552)
Bayangkan bahwa p buah respons berukuran sama (diukur dalam satuan yang
sama) telah dikumpulkan dari unit – unit penarikan contoh (sampling units) yang bebas,
dikelompokkan berdasarkan k perlakuan atau kondisi percobaan. Misalkan bahwa data
pengamatan disusun seperti dalam Tabel 2.1
13
Tabel 2.1 Daftar Pengamatan Profil
Respons Perlakuan
1 . . . . p
Total unit
1
Y111
. . . .
Yn111
. . . .
. . . .
. . . .
Y11p
. . . .
Yn11p
R11
. . . .
Rn11
Total T11 . . . . T1p C1
… . . . . . . . . . . . . . . . .
k
Y1k1
. . . .
Ynk k1
. . . .
. . . .
. . . .
Y1kp
. . . .
Ynk kp
R1k
. . . .
Rnk k
Total Tk1 . . . . Tkp Ck
Total jendral G1 . . . . Gp G
Sumber : Buku Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahun 1992
Catatan :
P buah respons harus diukur dalam satuan (unit) yang sama agar mereka
dapat dijumlahkan.
Dari daftar pengamatan profil (Tabel 2.1) dapat dirumuskan bentuk
umum model profil, sebagai berikut:
Yijh = τ jh + ε ijh
i = 1, 2, . . , nj
j = 1, 2, . . , k
k = 1, 2, . . , p . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
14
di mana :
Yijh = nilai pengamatan ke-i pada respons ke-h di bawah perlakuan ke-j.
τ jh = pengaruh dari perlakuan ke-j terhadap respons ke-h.
ε ijh = pengaruh galat (error) yang timbul pada respons ke-h dari unit penarikan
contoh (sampling units) ke-ij (pengamatan ke-i dari perlakuan ke-j).
Asumsi yang paling mendasar dari model analisis profil (Rumus 2.1)
adalah nilai – nilai galat memiliki distribusi multi-normal dengan vektor nilai
rata – rata nol dan matriks peragam Σ .
2.3.2 Analisis Profil Dua Kelompok
Berikut ini akan dikemukakan konsep dasar analisis profil dengan membatasi
terhadap dua kelompok. Bayangkan bahwa kita memiliki dua kelompok (populasi)
dengan nilai rata – rata respons U1 dan U2. Untuk memudahkan penjelasan, bayangkan
saja bahwa dalam kasus ini p = banyaknya respons = 4 yang merupakan respons dari 4
perlakuan yang diberikan pada kelompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian, kita
mempunyai vektor nilai rata – rata respons berikut :
1U′ = [ u11 , u12 , u13 , u14 ]
2U′ = [ u21 , u22 , u23 , u24 ]
Karena semua respons diukur dalam satuan yang sama, maka kita boleh
menggambarkan nilai rata – rata respons itu pada salib sumbu dengan mendefinisikan
sumbu Y sebagai rata – rata respons dan sumbu X sebagai perlakuan yang
dicobakan/diberikan. Grafik tentang nilai rata – rata respons dan perlakuan yang
diberikan menggambarkan profil dari masing – masing kelompok. Misalkan bahwa
15
profil kelompok 1 tampak seperti dalam Gambar 2.1 dan profil kelompok 2 seperti
dalam Gambar 2.2, untuk kasus p = banyaknya respons = 4
.
Gambar 2.1 Profil Kelompok 1 (p=4)
Sumber : Buku Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahun 1992
Gambar 2.2 Profil Kelompok 2 (p=4)
Sumber : Buku Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahun 1992
Garis patah dalam Gambar 2.1 menunjukkan profil untuk kelompok 1 sedangkan
garis patah dalam Gambar 2.2 menunjukkan profil untuk kelompok 2. Oleh karena profil
untuk kelompok 1 dan profil untuk kelompok 2 dibangun berdasarkan skala pengukuran
yang sama, maka pada dasarnya kedua profil itu dapat dipetakan ke dalam sebuah grafik
seperti tampak dalam Gambar 2.3
0 1 2 3 4
Perlakuan
Rat
a - r
ata
resp
ons
0 1 2 3 4
Perlakuan
Rat
a - r
ata
resp
ons
16
Selanjutnya pusatkan perhatikan pada Gambar 2.3 yang memuat profil kelompok
1 dan profil kelompok 2. Jika kita ingin menguji apakah vektor nilai rata – rata respons
dari kelompok 1 sama dengan kelompok 2, jadi U1 = U2 ; maka pada dasarnya kita dapat
melakukan analisis profil dalam Gambar 2.3, karena profil – profil itu dibangun
berdasarkan nilai rata – rata respons dan perlakuan yang dicobakan. Jika kita
merumuskan hipotesis H0 : U1 = U2 yang berimplikasi bahwa perlakuan yang dicobakan
mempunyai pengaruh (rata –rata) yang sama pada dua kelompok (populasi), maka dalam
bentuk analisis profil terhadap Gambar 2.3, kita dapat merumuskan tiga pertanyaan
spesifik berikut :
1. Apakah profil – profil itu sejajar (parallel) ?.
Gambar 2.3 Profil Kelompok 1 dan 2 (p = 4)
Sumber : Buku Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Vincent Gaspersz tahun 1992
2. Jika diasumsikan profil – profil itu sejajar, apakah mereka berimpit
(coincident) ?.
3. Jika diasumsikan profil – profil itu berimpit, apakah semua nilai rata – rata
respons mempunyai besaran yang sama ?. Pertanyaan ini identik dengan
apakah profil –profil itu sejajar tehadap sumbu datar (sumbuX) ?.
0 1 2 3 4
Perlakuan
Rat
a - r
ata
resp
ons
17
Dalam kasus Gambar 2.3, di mana p = 4, maka pertanyaan nomor 1 dalam
analisis profil yaitu apakah profil – profil itu sejajar ?. Akan sama saja dengan rumusan
hipotesis nol berikut :
H01 = ⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
1413
1312
1211
u - u u - u u - u
= ⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
2423
2322
2221
u - u u- u
u - u
Dengan demikian pertanyaan nomor 1 dalam analisis profil dapat dirumuskan ke
dalam H01 serta menanyakan apakah H01 dapat diterima ?. Berdasarkan kenyataan ini,
maka jawaban terhadap pertanyaan nomor 1 akan diperoleh melalui pengujian hipotesis
H01.
Secara umum, apabila kita memiliki p buah respons pengamatan, maka untuk
kasus dua kelompok dapat dirumuskan H01 sebagai berikut :
H01 =
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
1p1 - 1.p
1312
1211
u - u
u - u u - u
. . .. . . . . . . . . . . . .
=
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
2p1 - 2.p
2322
2221
u - u
u - u u - u
. . .. . . . . . . . . . . . .
Kita dapat merumuskan H01 dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu :
H01 : CU1 = CU2 atau C (U1 – U2) = 0
dimana C merupakan matriks pembanding yang didefinisikan sebagai berikut :
) p x ) 1 - p ( (C =
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−
−−
10.....0000.......................00.....011000.....0011
18
U1 =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
1p
12
11
u
u u
..
..
U2 =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
2p
22
21
u
u u
..
..
Untuk kasus p = 4, maka dapat dirumuskan :
H01 : CU1 = CU2 atau CU1 – CU2 = 0 atau C(U1 – U2) = 0
di mana :
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
−=
110001100011
C4 x 3
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
24
23
22
21
2
u u u u
U
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
14
13
12
11
1
u u u u
U
Untuk menguji H01, maka dipergunakan uji T2 Hotelling yang dirumuskan
sebagai berikut :
T2 = (21
21
n nnn+
) ( )x - x 21′ C′ (CS2 C′ )-1 C( 21 x - x ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.2)
Selanjutnya kita menentukan besaran F berikut :
F = 1)- (p 2) - n n(
p - n n
21
21
++ T2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
Kaidah keputusan pengujian H01 adalah :
Jika F⎩⎨⎧>≤
+==
== +
01p - n n v1; - p v;
01 p - nn v1;- p v;
H tolak maka , FH terimamaka,F
2121
2121
α
α. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
dimana p = banyaknya respons pengamatan, n1 = ukuran contoh kelompok 1, dan n2 =
ukuran contoh kelompok 2. Jika H01 diterima, maka menunjukkan bahwa profil – profil
19
itu sejajar, sebaliknya apabila H01 ditolak, maka menunjukkan bahwa profil – profil itu
tidak sejajar. Jika sejajar, maka berimplikasi : u1h – u1,h – 1 = u2h – u2,h – 1 untuk h = 1, 2,
…, p.
Selanjutnya apabila profil itu sejajar (parallel), maka ingin diketahui apakah
mereka berimpit ?.
Profil – profil akan berimpit hanya jika tinggi total u11 + u12 + … + u1p = j′U1
sama dengan tinggi total u21 + u22 + … + u2p = j′U2, dimana didefinisikan j′ = [1, 1, …..
, 1], yang merupakan vektor satuan.
Dengan demikian dapat dirumuskan : H02 : j′U1 = j′U2
Pengujian terhadap hipotesis H02 dilakukan dengan menggunakan uji T2-
Hotelling yang dirumuskan sebagai berikut :
T2 = j′ )x - x(jjSj)n1
n1( )x - x( 2121
-12
21
′⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡′+
=
2
2
21
21
jSj )n1
n1(
)x x(j
⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
′+
−′ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
Kaidah keputusan untuk pengujian hipotesis H02 adalah :
Jika T2
⎩⎨⎧>≤
+==
== +
02p - n n v1; v;
02 p - nn v1; v;
H tolak maka , FH terimamaka,F
2121
2121
α
α. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
Apabila H02 diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa profil – profil itu
berimpit, sebaliknya apabila H02 ditolak, maka menunjukkan bahwa profil – profil itu
tidak berimpit.
20
Selang kepercayaan )1( α− 100% bagi parameter ) U- (U j 21′ dapat ditentukan,
sebagai berikut :
αα
α
- 1
jSj)1/n n/1( t )x x(j
) U- (U j
jSj)1/n n/1( t- )x x(j
P2
212 - n n/2;21
21
2212 - n n/2;21
21
21
=
⎪⎪⎩
⎪⎪⎨
⎧
⎪⎪⎭
⎪⎪⎬
⎫
′++−′
<′<
′+−′
+
+
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.7)
Untuk profil – profil yang berimpit, maka x11, x12, … , x1n1 dan x21, x22, … , x2n2
merupakan semua nilai pengamatan dari populasi normal yang sama. Langkah terakhir
dalam analisis profil adalah melihat jika total nilai rata – rata dari kedua kelompok
adalah sama (kesamaan taraf profil), apakah semua nilai rata – rata respons itu memiliki
besaran yang sama ?. Dengan demikian, di bawah asumsi kesejajaran profil – profil,
dirumuskan hipotesisi H03 berikut:
H03 : C (U1 + U2) = 0
dimana C merupakan matriks pembanding (contrast matrix) yang telah didefinisikan di
depan.
Untuk menguji hipotesis H03 perlu dihitung vektor nilai rata – rata bersama,
sebagai berikut :
221
21
21
1
21
2i
n
1 i1i
n
1 i
x n n
n x n n
n
n n
x x x
21
++
+=
+
Σ+Σ= ==
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)
Selanjutnya digunakan statistik T2 – Hotelling yang dirumuskan sebagai berikut :
x C )C(CS C x )n (n T -1221
2 ′′′+= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . (2.9)
Kemudian dihitung besaran F, sebagai berikut :
21
F = 1)- (p 2) - n n(
p - n n
21
21
++ T2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.10)
Kaidah keputusan pengujian hipotesis H03 adalah :
Jika F⎩⎨⎧>≤
+==
== +
03p - n n v1; - p v;
03 p - nn v1;- p v;
H tolak maka , FH terimamaka,F
2121
2121
α
α. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(2.11)
Jika H03 diterima berarti semua nilai rata – rata respons dari kedua kelompok
adalah sama, yang berarti identik dengan profil – profil itu sejajar terhadap sumbu datar
(sumbu X), sebaliknya apabila H03 ditolak berarti tidak semua nilai rata – rata respons
dari kedua kelompok adalah sama yang berarti pengaruh perlakuan yang dicobakan tidak
semuanya sama.
Dalam setiap pengujian profil, kita membutuhkan matriks peragam gabungan S2,
yang merupakan penduga tak bias bagi matriks peragam populasi Σ , yang dapat
dihitung sebagai berikut :
2 - n nS 1) - (n S 1) - (n S
21
22
212
12
++
= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.12)
Di mana S21 dan S2
2 masing – masing adalah matriks peragam contoh dari kelompok 1
dan kelompok 2, sedangkan n1 adalah ukuran contoh kelompok 1 dan n2 adalah ukuran
contoh kelompok 2.
Secara umum, apabila kita memiliki k buah kelompok dengan masing – masing
ukuran contoh kelompok adalah n1 , n2 , … ,nk , serta matriks peragam contoh kelompok
adalah S21 , S2
2, . . ., S2k , maka dengan asumsi bahwa matriks peragam populasi adalah
sama untuk semua kelompok, kita dapat menentukan matriks peragam gabungan
berdasarkan pendugaan berikut :
22
k - n . . . n n)S 1 - (n . . S 1) - (n S 1) - (n S
k21
k2
k22
212
12
++++++
= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.13)
2.3.3 Contoh Penerapan Analisis Profil
Untuk menerapkan analisis profil dalam kasus dua kelompok, maka diberikan
contoh penerapan pada pengujian terhadap dua kelompok orang yang didefinisikan
sebagai kelompok usia kurang dari 60 tahun dan kelompok usia lebih dari 60 tahun.
Kelompok usia lebih dari 60 tahun terdiri dari 12 orang sedangkan kelompok usia
kurang dari 60 tahun terdiri dari 37 orang. Variabel uji yang diberikan terdiri dari empat
macam yang berkaitan dengan (1) informasi, (2) kesamaan/keserupaan, (3) aritmetika,
dan (4) penyelesaian gambar. Respons diukur dalam satu satuan pengukuran. Hasil
percobaan menghasilkan nilai rata – rata respons terhadap keempat macam uji serta
matriks peragam gabungan S2, sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tabel rata – rata perlakuan terhadap dua kelompok usia
Kelompok Variabel Uji (x) Usia < 60 tahun
(n1 = 37) Usia >60 tahun
(n2 = 12) Informasi (x1) Kesamaan (x2) Aritmetika (x3) Penyelesaian gambar (x4)
12.57 9.57 11.49 7.97
8.75 5.33 8.50 4.75
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
8085.56170.25532.23830.36170.25744.113830.71489.75532.23830.75318.134042.93830.31489.74042.92553.11
S2
23
Apabila nilai rata – rata respons dari keempat macam uji itu digambarkan, maka
akan memperlihatkan profil – profil dari kelompok tidak pikun (kelompok 1) dan
kelompok pikun (kelompok 2), seperti tampak dalam gambar 2.4
Gambar 2.4 Profil Hasil Uji untuk Contoh Kelompok 1 dan Kelompok 2
Langkah – langkah dalam analisis profil dapat diikuti sebagai berikut :
1. Pengujian kesejajaran profil – profil :
Untuk menguji kesejajaran profil – profil, maka dirumuskan hipotesis berikut :
H01 = ⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
1413
1312
1211
u - u u - u u - u
= ⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
2423
2322
2221
u - u u- u
u - u
Hipotesis H01 dapat dinyatakan secara lebih singkat, sebagai berikut :
H01 : CU1 = CU2 atau C ( U1 – U2 ) = 0
Dimana :
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
−=
110001100011
C
1U′= [ u11 , u12 , u13 , u14 ]
8,75 8,5
4,75
12,57
9,57
7,97
5,33
11,49
456789
10111213
1 2 3 4
Perlakuan (Variabel uji)
Rat
a - r
ata
Skor
(Res
pons
)
24
2U′ = [ u21 , u22 , u23 , u24 ]
Pengujian H01 menggunakan uji T2 – Hotelling (lihat rumus 2.2), untuk itu perlu
dilakukan beberapa perhitungan berikut :
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−−−−−
=′
14.1212.406.112.434.1090.306.190.35.99
CCS2
Catatan :
C adalah matriks pembanding, sedangkan S2 adalah matriks peragam gabungan.
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡=′ −
1113.00686.00644.00686.01705.01232.00644.01232.00.2585
)C(CS 12
22.399.224.482.3
75.450.833.575.8
7.9711.499.57
12.57
x - x 21
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
−
−=−
23.025.142.0
)xx( C 21
Dengan demikian apabila diselesaikan akan diperoleh :
T2 = (21
21
n nnn+
) ( )x - x 21′ C′ (CS2 C′ )-1 C( 21 x - x )
= [ ] 46.123.0
25.142.0
1113.00686.00644.00686.01705.01232.00644.01232.02585.0
23.025.142.0 49
)12)(37(=
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
−
−
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡−−
Selanjutnya dihitung besaran F, sebagai berikut :
F = 1)- (p 2) - n n(
p - n n
21
21
++ T2 =
1)- (4 2) - 12 37( 4) - 12 (37
++ (1.46) = 0.47
25
Sesuai dengan kaidah keputusan 2.4, maka kita menerima H01, karena F =
0.47 < F0.05 ; 3 ; 45 = 2.48 ; dengan demikian disimpulkan bahwa pada dasarnya
profil populasi orang usia kurang dari 60 tahun (populasi kelompok 1) sejajar
dengan profil populasi orang usia lebih dari 60 tahun (populasi kelompok 2).
2. Pengujian keberimpitan profil – profil.
Selanjutnya apabila profil – profil itu sejajar, maka kita ingin mengetahui
apakah profil – profil itu berimpit ?. Berdasarkan gambar 2.4, kita melihat bahwa
kedua profil kelompok 1 dan kelompok 2 tidak berimpit, namun kita ingin
membuktikan secara statistika apakah benar kedua profil itu dalam populasi tidak
berimpit ataukah pada dasarnya kedua profil dalam populasi itu berimpit
sehingga ketidakberimpitan profil – profil dalam gambar 2.4, semata – mata
karena kesalahan penarikan contoh. Ingat bahwa profil – profil dalam gambar 2.4
merupakan profil – profil dari contoh kelompok 1 dan contoh kelompok 2, yang
dipergunakan sebagai penduga bagi profil populasi.
Uji keberimpitan profil – profil dapat dilakukan dengan merumuskan
hipotesis H02, sebagai berikut :
H02 : 2h
4
1h1h
4
1huu ΣΣ
==
=
Hipotesis H02 dapat dirumuskan secara lebih singkat dalam bentuk notasi
matriks, sebagai berikut :
H02 : j′U1 = j′U2
di mana :
26
[ ][ ][ ]242322212
141312111
uuuuUuuuuU
1111j
=′=′
=′
Pengujian hipotesis H02 dapat menggunakan uji T2-Hotelling. Untuk itu
perlu dilakukan beberapa perhitungan berikut :
[ ] 27.14
3.222.994.243.82
1111)xx(j 21 =
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=−′
[ ] 107.1486
1111
5.80852.61702.55323.38302.617011.57447.38307.14892.55327.383013.53189.40423.38307.14899.404211.2553
1111jSj 2 =
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=′
Berdasarkan rumus 2.5, maka dapat diselesaikan :
T2 = j′ )x - x(jjSj)n1
n1( )x - x( 2121
-12
21
′⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡′+
= (14.27) (11.824958)-1 (14.27) = 17.22
Sesuai dengan kaidah keputusan 2.6, maka kita menolak H02 karena T2 =
17.22 > F0.01 ; 1 ; 45 = 7.23 (berdasarkan transformasi linear). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa taraf (level) dari profil – profil adalah berbeda sangat
nyata pada α = 0.01, jadi kedua profil itu tidak berimpit.
Dengan menggunakan rumus 2.7 dapat dibuatkan selang kepercayaan
99% bagi parameter j′ (U1 – U2), yang apabila diselesaikan akan diperoleh hasil:
P(5.98 < j′ (U1 – U2) < 22.56) = 0.99
Catatan :
T0.01 / 2 ; 47 = 2.411 (berdasarkan interpolasi linear).
27
Oleh karena selang kepercayaan 99% bagi parameter j’ (U1 – U2) tidak
mengandung nilai nol, maka hal ini menunjukkan bahwa kedua profil yang diuji
tidak berimpit. Hasil pengujian kedua profil berdasarkan hipotesis H02
menunjukkan bahwa kedua profil itu tidak berimpit, hal ini berarti taraf dari
kedua profil itu berbeda. Jadi total nilai rata – rata respons dari kelompok 1
berbeda dengan kelompok 2.
3. Pengujian Kesejajaran profil – profil terhadap sumbu datar (x).
Langkah terakhir dalam analisis profil adalah menguji kesamaan nilai rata
– rata respons dari kedua kelompok yang diamati. Untuk itu, dirumuskan
hipotesis H03 sebagai berikut :
H03 : j4
2
1jj3
2
1jj2
2
1jj2
2
1juuuu ΣΣΣΣ
====
===
Hipotesis H03 dapat dirumuskan secara lebih singkat menggunakan notasi
matriks, sebagai berikut :
H03 : C (U1 + U2) = 0
di mana :
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
−=
110001100011
C
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
++++
=+
2414
2313
2212
2111
21
u u u u u u u u
)UU(
Pengujian hipotesis H03 menggunakan uji T2-Hotelling. Untuk itu perlu
melakukan beberapa perhitungan berikut :
28
221
11
21
1 xnn
nxnn
nx+
++
=
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
+
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
=
18.776.1053.863.11
4.758.505.338.75
)49/12(
7.9711.499.57
12.57
)49/37(
[ ] [ ]58.323.23.10
100110011001
18.776.1053.811.63C x −=
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
−=′′
(CS C′ )-1 telah dihitung pada waktu menguji hipotesis H01, yaitu :
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡=′ −
1113.00686.00644.00686.01705.01232.00644.01232.00.2585
)C(CS 1
Apabila diselesaikan, maka akan diperoleh :
x C )C(CS C x )n (n T -1221
2 ′′′+=
[ ] 07.16658.323.2
3.10
0.11130.06860.06440.06860.17050.12320.06440.12320.2585
58.323.23.10 )1237( =⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡−
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡−+=
F = 1)- (p 2) - n n(
p - n n
21
21
++ T2 =
1)- (4 2) - 12 37( 4) - 12 (37
++ (166.07) = 53.00
Sesuai dengan kaidah keputusan 2.11, kita menolak H03 karena F = 53.00 > F0.01 ;
3 : 45 = 4.27 (berdasarkan interpolasi linear). Dengan demikian disimpulkan
bahwa profil – profil itu tidak sejajar terhadap sumbu datar (sumbu X), dan oleh
karena itu disimpulkan bahwa pengaruh perlakuan tidak sama semuanya.
Pengaruh keempat perlakuan uji yang diberikan dapat dibandingkan berdasarkan
selang kepercayaan serempak untuk beda (selisih) nilai rata – rata mereka.
29
2.4 Rekayasa Piranti Lunak
Sebuah teknologi yang meliputi sebuah proses, serangkaian metode, dan
seperangkat alat.(Pressman, 1997)
Karakteristik Perangkat Lunak :
1. Perangkat lunak dibangun dan dikembangkan, tidak dibuat dalam bentuk yang
klasik.
2. Perangkat lunak tidak pernah usang.
3. Sebagian besar perangkat lunak dibuat secara custom-built, serta tidak dapat
dirakit dari komponen yang sudah ada.
Elemen – elemen Perangkat Lunak :
a. Proses
Proses – proses membatasi kerangka kerja untuk serangkaian area proses
kunci yang harus dibangun demi kefektifan penyampaian teknologi pengembangan
perangkat lunak.
b. Metode
Metode – metode rekayasa perangkat lunak memberikan teknik untuk
membangun perangkat lunak. Metode – metode itu menyangkut serangkaian tugas
yang luas yang menyangkut analisis kebutuhan, konstruksi program, desain,
pengujian dan pemeliharaan.
c. Alat Bantu
Tool – tool rekayasa perangkat lunak memberikan topangan yang otomatis
ataupun semi otomatis pada proses – proses dan metode – metode yang ada. Ketika
tool – tool diintegrasikan sehingga informasi yang diciptakan oleh satu tool bisa
30
digunakan oleh yang lain, sistem untuk menopang perkembangan peramgkat lunak
yang disebut Computer-Aided Software Engineering (CASE).
Model Waterfall merupakan model proses dalam rekayasa piranti lunak yang
sering digunakan dalam penelitian skripsi. Model ini biasa disebut juga model ’air
terjun’. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan perangkat
lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada
seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan.
Urutan kerjanya disajikan dalam gambar di bawah :
Sumber : Buku Rekayasa Piranti Lunak, Roger S Pressman tahun 1990
Gambar 2.5 Model Waterfall dalam rekayasa piranti lunak
1. Analisis
Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya
pada perangkat lunak. Kebutuhan baik untuk sistem maupun perangkat lunak
didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan.
2. Desain
Proses desain menerjemahkan syarat / kebutuhan ke dalam sebuah
representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai
pemunculan kode.
3. Pengkodean dan Pengembangan
1
2
3
4
5
31
Desain harus dapat diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang bisa
dibaca.
4. Implementasi dan Pengujian.
Sekali kode dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus
pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan sudah
diuji.
5. Pemeliharaan.
Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada
pelanggan. Pemeliharaan perangkat lunak mengaplikasikan lagi setiap fase program
sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi.
2.5 State Transition Diagram (STD)
State Transition Diagram merupakan sebuah modelling tool yang digunakan
untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD
merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan pada
waktu tertentu.(Universitas Bina Nusantara, 2000)
Komponen-komponen utama adalah : (Universitas Bina Nusantara, 2000)
1. State, disimbolkan dengan
State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan
dilakukan. Ada dua jenis state yaitu : state awal dan state akhir. State akhir dapat
berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari satu.
2. Arrow, disimbolkan dengan
32
Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan
ekspresi aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi
terjadi.
3. Condition dan Action, disimbolkan dengan
Condition
Action
Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action.
Condition adalah suatu event pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh
sistem, sedangkan action adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state
atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau
tampilan. (Jeffrey. A, 1996, p364)
State 1 State 2