bab 2 landasan teori 2.1 te o ri um um 2.1.1...

46
11 BAB 2 LANDASAN TEO RI 2.1 Te o ri Umum 2.1.1 Evaluasi Menurut Husein Umar (2008, p36), Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p970), Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi mengenai hasil penilaian atas permasalahan yang ditemukan. 2.1.2 Pengendalian 2.1.2.1 Pengertian Pengendalian Menurut Richard E. Cascarino (2007, p57), “Control: any action taken by management to enhance the likelihood that established objective and goals will be achieved. It results from management’s planning, organizing, and directing, and the many variants (e.g., m anagem ent control, internal con trol, etc.) can be in copora ted within the g eneric term.” Ini berarti bahwa pengendalian adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen untuk meningkatkan lingkungan dalam upaya mencapai tujuan. Dihasilkan dari perencanaan manajemen, pengorganisasian dan kepemimpinan, dan yang lainnya (seperti pengendalian manajemen, pengendalian internal, dan lain-lain).

Upload: tranhanh

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

11  

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Evaluasi

Menurut Husein Umar (2008, p36), Evaluasi adalah suatu proses untuk

menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai,

bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui

apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah

dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin d iperoleh.

Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p970), Evaluasi adalah suatu proses

untuk menyediakan informasi mengenai hasil penilaian atas permasalahan yang

ditemukan.

2.1.2 Pengendalian

2.1.2.1 Pengertian Pengendalian

Menurut Richard E. Cascarino (2007, p57), “Control: any action taken by

management to enhance the likelihood that established objective and goals will be

achieved. It results from management’s planning, organizing, and directing, and the

many variants (e.g., m anagem ent control, internal con trol, etc.) can be incopora ted

within the generic term.” Ini berarti bahwa pengendalian adalah suatu tindakan yang

diambil oleh manajemen untuk meningkatkan lingkungan dalam upaya mencapai

tujuan. Dihasilkan dari perencanaan manajemen, pengorgan isasian dan

kepemimpinan, dan yang lainnya (seperti pengendalian manajemen, pengendalian

internal, dan lain-lain).

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

12  

  

2.1.2.2 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut M ardi (2011, p61), Pengendalian internal adalah suatu sistem yang

meliputi struktur organisasi beserta semua mekanisme dan ukuran-ukuran yang

dipatuhi bersama untuk menjaga seluruh harta kekayaan organisasi dari berbagai

arah.

Menurut Randal J. Elder et.al (2010, p321), “Internal control is a process

designed to provide reasonab le assurance regarding the achievem ent of

management’s objectives in the following categories: reliability o f financial

reporting, effectiveness and efficiency of operations, and compliance with app licable

laws and regulations.” In i berarti bahwa pengendalian internal adalah suatu proses

yang dirancang untuk member ikan keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan

manajemen dalam kategori berikut: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan

efisiensi operasi, dan kepatuhan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

2.1.2.3 Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Richard E. Cascarino (2007, p59), Overall internal control

objectives in detail are:

1. Reliab ility and Integrity o f Inform ation

“If management cannot trust the reliability and integrity of the in form ation held

and processed with in the IS, then all information must be deem ed suspect and, in

som e cases, this may be more detrimental to the organ ization than a loss of

information system s.”

2. Com pliance with Policies, Plans, Procedures, Laws, and Regula tion

“Laws and Regulation are imposed externally and must be com plied with.

Inadequate in form ation systems m ay lead to the organization inadvertently

breach ing the laws of the coun try with result of losses in terms of fines, penalties,

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

13  

  

and possibly imprisonment for corporate officers. The organ iza tion’s in ternal

policies, plans, and procedures are designed to ensures planned, systematic, and

orderly operation. From time to tim e the m anager may be required to evaluate

the adequancy of such policies, plans, and procedures since the nature of the

business m ay have changed, risk may have to be reassessed and control

objectives re-prioritized.”

3. Safeguard ing of Assets

“Loss of assets is typically one of the m ost visible risk an organiza tion can face

and typica lly these lead to the im plementation of the m ost visible controls, such

as locks on dors, safes, security guards and so forth. In an IS-dependent

organization asset con tro l m ay also include non-tangibles such as dua l custody,

segregation of duties, and computer authentica tion techniques. Few

organizations would be in position to declare the inform ation held as a corporate

asset on the balance sheet. Nevertheless, the corpora te information warehause

may be the largest asset the organization can claim if leveraged appropriately. In

addition, fo r m any organizations the financial records held within the computer

the com puter systems are indeed actual assets in that, for exam ple, the total va lue

of inventory is comm only taken to be wha tever the computer system says the

inventory value is. Sim ilarly, debtors and creditors valuations are largerly based

upon the inform ation contained with in the appropriate com puter system s.”

4. Effectiveness and Efficiency of Operations

“Effectiveness involves the achievem ent of established ob jectives and should be

the ultimate focus of all operations and controls. Many inform ation systems, at

the tim e of the original design, were focused upon ach ieving the corporate

objectives. Over time these objectives m ay have changed and the information

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

14  

  

system may becom e counter-productive to achieving those objectives. Computer

systems therefore required constan t m onitoring as to their alignment with

corporate strategic directions and intent.”

Jadi, secara keseluruhan tujuan pengendalian internal secara rinci diantaranya:

1. Keandalan dan Integr itas Informasi

“Jika manajemen tidak dapat mempercayai keandalan dan integritas informasi

yang dimiliki dan dip roses dalam SI, maka semua informasi harus bisa diduga

dan, dalam beberapa kasus, in i mungkin lebih membahayakan organisasi

daripada kehilangan sistem informasi.”

2. Kepatuhan dengan Kebijakan, Rencana, Prosedur, Hukum, dan Peraturan

“Hukum dan Peraturan yang dipaksakan secara eksternal dan harus dipenuhi.

Sistem informasi yang tidak memadai dapat menyebabkan organ isasi tidak

sengaja melanggar hukum negara dengan hasil kerugian dalam hal denda,

hukuman, dan mungkin penjara untuk pejabat perusahaan. Kebijakan internal

organisasi, rencana, dan p rosedur yang dirancang untuk memastikan operasi yang

direncanakan, sistematis, dan teratur. Dari waktu ke waktu manajer mungkin

diperlukan untuk mengevaluasi keb ijakan, rencana, dan p rosedur karena sifat

bisnis mungkin telah berubah, risiko mungkin harus ditinjau kembali dan tujuan

pengendalian diprioritaskan kembali.”

3. Melindungi Aset

“Hilangnya aset umumnya adalah salah satu risiko paling nyata dalam organisasi

yang dapat dihadapi dan biasanya ini menyebabkan pelaksanaan kontrol yang

paling terlihat, seperti kunci p intu, lemari besi, penjaga keamanan dan sebagainya.

Dalam kontrol aset SI, termasuk didalamnya bukti non-fisik seperti tahanan

ganda, pemisahan tugas, dan teknik otentikasi komputer. Beberapa organisasi

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

15  

  

akan berada dalam posisi untuk menyatakan informasi yang dipegang sebagai

aset perusahaan pada neraca. Namun demikian, gudang informasi perusahaan

dapat menjadi aset terbesar organisasi yang dapat diklaim jika pengaruhnya tepat.

Selain itu, bagi banyak organisasi catatan keuangan yang dimiliki dalam

komputer sistem komputer memang aset yang sebenarnya, misalnya, total nilai

persediaan umumnya diambil untuk menjadi apapun yang sistem komputer

katakan berkaitan dengan nilai persediaan. Demik ian pula, debitur dan kred itur

melakukan penilaian berdasarkan informasi yang terkandung dalam sistem

komputer yang sesuai.”

4. Efektivitas dan Efisiensi Operasi

“Efektivitas terlibat dalam pencapaian tujuan yang ditetapkandan harus menjadi

fokus utama dari semua operasi dan kontrol. Banyak sistem informasi, pada saat

desain asli, yang berfokus pada pencapaian tujuan perusahaan. Seiring waktu,

tujuan tersebut mungkin telah berubah dan sistem informasi dapat menjadi

kontra-produktif untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu diperlukan

sistem komputer pemantauan konstan untuk keselarasan mereka dengan arah

strategis perusahaan dan niat.”

2.1.2.4 Tipe Pengendalian Internal

Menurut Richard E. Cascar ino (2007, p61), Type of internal control are

classified into 5 types, namely:

1. Preventative Controls

“Which occur before the fact but can never be 100% effective and therefore

cannot be who lly relied upon. These cou ld include controls such as restriction on

users, requ irem ent for password, and separate au thoriza tion of transaction.”

2. Detective Con trols

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

16  

  

“Which detect irregularities a fter occurrence and m ay be cheaper than checking

every transaction with a preventative control. Such controls cou ld include

effective use of aud it trails and the use of exeption reports.”

3. Corrective Con tro ls

“Ensures the correction of problem identified by detective controls and norm aly

require human intervention within the IS. Control in th is area may include such

processes as disaster recovery plan and transaction reversal capab ilities.

Corrective control are them selves high ly error-prone because they occur in

unusual circum stances and typically require are human decision to be made, and

an action decided upon and implemented. At each stage in the process a

subsequent error will have a multiplier effect and may compound the original

mistake.”

4. Directive Controls

“Are designed to produce positive resu lt and encourage acceptabel behavior.

They do not them selves prevent undersirable behavior and are normally used

where there is human discetion in a situation. Thus, in forming all u sers of

personal computers that it is their responsib ility to ensure adequa te back ups are

taken and stored appropriately does not, of itself, enforce compliance.

Nevertheless, such a directives control can be m onitored and action taken where

the control is breached.”

5. Compensating Con tro ls

“Can be seen to exist where a weakness in one control may be com pensated by a

contro l elsewhere. There are used to lim it risk exposesure and may trap unwary

evaluator. This is particularly true where the aud itor are faced with complex

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

17  

  

integrated systems and the con tro l structures involves a mixture of system -driven

and human controls scattered over a variety of operational areas.”

Jadi, tipe pengendalian internal diklasifikasikan dalam 5 tipe yaitu:

1. Pencegahan Kontrol

“Yang terjadi sebelum fakta tetap i tidak pernah dapat 100% efektif dan karena itu

tidak dapat sepenuhnya diandalkan. Ini dapat mencakup kontrol seperti

pembatasan pada pengguna, kebutuhan untuk password, dan otorisasi terp isah

dari transaksi.”

2. Detektif Kontrol

“Yang mendeteksi peny impangan setelah kejadian dan mungkin lebih murah

daripada memeriksa setiap transaksi dengan kontrol pencegahan. Kontrol tersebut

dapat mencakup penggunaan efektif dari jejak audit dan penggunaan laporan

pengecualian.”

3. Kontrol korektif

“M emastikan koreksi dari masalah yang diidentifikasi oleh kontrol detektif dan

secara normal membutuhkan intervensi manusia dalam SI. Kontrol di daerah ini

dapat mencakup p roses seperti rencana pemulihan bencana dan kemampuan

transaksi pembalikan. Kontrol koreksi itu sendiri sangat rawan kesalahan karena

mereka terjadi dalam keadaan yang tidak biasa dan biasanya membutuhkan

keputusan manusia yang harus dibuat, dan tindakan d iputuskan dan dilaksanakan.

Pada setiap tahap dalam proses kesalahan berikutnya akan memilik i efek

multip lier dan mungkin sejenis dengan kesalahan yang asli.”

4. Petunjuk Kontrol

“Apakah yang dirancang untuk menghasilkan hasil yang positif dan mendorong

perilaku yang dapat diterima. Mereka tidak sendiri mencegah perilaku yang tidak

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

18  

  

diinginkan dan biasanya digunakan dimana ada kebijakan manusia dalam suatu

situasi. Jadi, menginformasikan kepada semua pengguna komputer p ribadi yang

mereka pertanggungjawabkan untuk memastikan back up memadai yang d iambil

dan disimpan tidak tepat, dengan sendirinya, menegakkan kepatuhan. Namun

demikian, seperti kontrol arahan dapat dipantau dan tindakan yang diambil di

mana kontrol dilanggar.”

5. Kompensasi Kontrol

“Dapat dilihat di mana ada kelemahan di satu kontrol mungkin dikompensasi

oleh kontrol di tempat lain. Ada digunakan untuk membatasi pemaparan risiko

dan mewaspadai perangkap evaluator. Hal ini terutama berlaku dimana aud itor

dihadapkan dengan sistem terintegrasi yang kompleks dan struktur kontrol

melibatkan campuran kontrol pengendali sistem dan manusia tersebar d i berbagai

wilayah operasional.”

2.1.3 Sistem

2.1.3.1 Pengertian Sistem

Menurut M ardi (2011, p3), Sistem merupakan suatu kesatuan yang memiliki

tujuan bersama dan memiliki bagian-bagian yang saling berintegrasi satu sama lain.

Sebuah sistem harus memiliki dua kegiatan; pertama, adanya masukan (inpu t) yang

merupakan sebagai sumber tenaga untuk dapat beroperasinya sebuah sistem; kedua,

adanya kegiatan operasional (p roses) yang mengubah masukan menjadi keluaran

(output) berupa hasil operasi (tujuan/sasaran /target pengoperasian suatu sistem).

Menurut Ralph M. Stair dan George W. Reynolds (2010, p8), “System is a set

of elem ents or components that in teract to accom plish goals.” Ini berarti bahwa

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

19  

  

sistem adalah seperangkat unsur atau komponen yang saling berinteraksi untuk

mencapai suatu tujuan.

Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p24), “A system

is defined as a set of interrela ted com ponents, with a clearly defined boundary,

working together to achieve a common set of objectives by accepting inputs and

producing ou tputs in an organized transform ation process.” Ini berarti bahwa

sebuah sistem didefinisikan sebagai satu set komponen yang saling terkait, dengan

batasan yang jelas, bekerja sama untuk mencapai seperangkat tujuan dengan

menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang

terorganisasi.

Menurut Brian K. Williams dan Stacey C. Sawyer (2010, p492), “A system is

defined as a collection of rela ted com ponents that interact to perform a task in order

to accomplish a goa l.” Ini berarti bahwa sebuah sistem didefin isikan sebagai

kumpulan komponen terkait yang berinteraksi untuk melakukan tugas dalam rangka

untuk mencapai tujuan.

2.1.3.2 Fungsi Dasar Sistem

Menurut James A. O’Brien dan George M . M arakas (2008, p24), Systems

have three basic functions:

1. Input invo lves cap turing and assem bling elem ents that enter the system to be

processed. For example, raw materials, energy, da ta, and hum an effort m ust be

secured and organized for processing.

2. Processing involves transformation processes that convert input into output.

Example are a manufacturing process, the human breathing process, or

mathem atical calcu lations.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

20  

  

3. Output involves transferring elem ents that have been produced by a

transformation process to their ultimate destination. For example, finished

products, hum an services, and m anagement inform ation m ust be transm itted to

their human users.

Jadi, sistem mempunyai tiga fungsi dasar:

1. Input meliputi pengumpulan dan penyusunan elemen yang memasuki sistem

untuk dip roses. Sebagai contoh, bahan baku, energi, data, dan usaha manusia

harus dijamin dan diatur untuk pemrosesan.

2. Pemrosesan meliputi proses transformasi yang mengkonversi input menjadi

output. Contohnya adalah p roses manufaktur, p roses pernapasan manusia, atau

perhitungan matematis.

3. Output yang meliputi pemindahan elemen-elemen yang telah dihasilkan o leh

proses transformasi ke tempat tujuan akhir. Sebagai contoh, p roduk jadi,

pelayanan manusia, dan manajemen informasi harus ditransmisikan ke pengguna

manusianya.

2.1.4 Inform asi

2.1.4.1 Pengertian Informasi

Menurut Mardi (2011, p4), Informasi adalah hasil p roses atau hasil

pengelolahan data, meliputi hasil gabungan, analisis, peny impulan dan pengelolahan

sistem informasi komputerisasi.

Menurut Ralph M. Stair dan George W. Reynolds (2010, p5), “Inform ation is

a collection of facts organ ized in such a way tha t they have additional value beyond

the value of the ind ividua l facts.” In i berarti bahwa informasi bukan hanya kumpulan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

21  

  

dari fakta yang terorgan isir tetapi juga memiliki nilai tambah di luar nilai fakta

individu.

2.1.4.2 Kualitas Informasi yang Baik

Menurut Brian K. Williams dan Stacey C. Sawyer (2010, p425), In general,

all information to support intelligent decision m aking within an organization m ust be

as follows:

1. Correct and verifiable: This m eans information must be accurate and checkable.

2. Com plete yet concise: Complete means information must be include a ll relevant

data, concise m eans it includes only relevan t data.

3. Cost effective: This m eans the inform ation is efficien tly obta ined and

understandable.

4. Current: Current means tim ely yet also time sensitive, based on historical,

present, or future information needs.

5. Accessible: Th is m eans the inform ation is qu ickly and easily obtained.

Jadi, secara umum, semua informasi untuk mendukung pengambilan

keputusan yang cerdas dalam sebuah organisasi harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Benar dan dapat diverifikasi: Ini berarti informasi harus akurat dan dapat

diperiksa.

2. Lengkap namun ringkas: Lengkap berarti informasi harus mencakup semua data

yang relevan, singkat berarti hanya mencakup data yang relevan.

3. Biaya yang efektif: Ini berarti informasi dapat diperoleh dan dimengerti secara

efisien.

4. Saat in i: Saat ini berarti secara tepat waktu namun juga sensitif, berdasarkan

sejarah, kebutuhan informasi saat ini atau masa depan.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

22  

  

5. Diakses: Ini berarti informasi yang cepat dan mudah diperoleh.

2.1.5 Sistem Inform asi

2.1.5.1 Pengertian Sistem Informasi

Menurut R. Djunaedy Sakam dan Mellia Liyanthy (2007, p103), Sistem

informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas

sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk

menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi

keluaran pada user.

Menurut Ralph M. Stair dan George W. Reynolds (2010, p10), “Information

system is a set of interrelated elem ents or components that collect ( input),

manipulate (process), store, and dissem inate (output) data and inform ation, and

provide a corrective reaction ( feedback m echanism) to meet an objectives.” Ini

berarti bahwa sistem informasi merupakan pembuktian dari adanya relasi antara

komponen input, p roses dan output serta penyebarluasan informasi untuk kemudian

member ikan reaksi korektif sebagai bentuk umpan balik guna memenuhi suatu

tujuan.

Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p29),

“Inform ation system is a system that accepts data resources as input and processes

them into information products as ou tput.” Ini berarti bahwa sistem informasi adalah

suatu sistem yang mener ima sumber daya data sebagai input dan memprosesnya ke

dalam produk informasi sebagai output.

2.1.5.2 Komponen Sistem Informasi

Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p29), Information

system model expresses a fundam ental concep tual framework for the major

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

23  

  

com ponents and activities of information system s. An in form ation system depends on

the resources of people (end users and IS specialists), hardware (machines and

media), software (program s and procedures), data (data and knowledge bases), and

networks (communications media and network support) to perform input, processing,

output storage, and control activities that convert data resources in to information

products.

This information system m odel highlights the rela tionships among the

com ponents and activities of inform ation systems. It provides a framework that

emphasizes four major concepts that can be app lied to all types o f information

systems:

1. Peoples, hardware, software, data and networks are the five basic resources of

information system s.

2. People resources include end users and IS specialists, hardware resources

consist of machines and media, software resources include both programs and

procedures, data resources can include data and knowledge bases, and network

resources include com munication media and networks.

3. Data resources are transformed by information processing activities into a

variety of information products for end users.

4. Information processing consists of the system activities of input, p rocessing,

output, storage, and control.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

24  

  

Gambar 2.1 Component o f an Information System

Sumber: James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008)

Jadi, model sistem informasi menyatakan suatu kerangka konsep tual

mendasar untuk komponen utama dan kegiatan sistem informasi. Sebuah sistem

informasi bergantung pada sumber daya dari orang (pengguna akhir dan ahli SI),

perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan p rosedur), data

(data dan basis pengetahuan), dan jar ingan (media komunikasi dan dukungan

jaringan) untuk melakukan input, pemrosesan, penyimpanan output, dan

mengendalikan kegiatan yang mengkonversi sumber daya data ke dalam produk

informasi.

Model sistem informasi menekankan hubungan antara komponen-komponen

dan kegiatan sistem informasi. Ini menyediakan kerangka kerja yang menekankan

empat konsep utama yang dapat diterapkan pada semua jenis sistem informasi:

1. Orang, perangkat keras, perangkat lunak, data dan jaringan adalah lima sumber

daya dasar sistem informasi.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

25  

  

2. Sumber daya orang mencakup pengguna akhir dan ah li SI, sumber daya

perangkat keras terdiri dari mesin dan media, sumber daya perangkat lunak

mencakup program dan p rosedur, sumber daya data dapat mencakup data dan

basis pengetahuan, dan sumber daya jar ingan meliputi media komunikasi dan

jaringan.

3. Sumber daya data diubah dengan kegiatan pengolahan informasi menjadi

berbagai p roduk informasi untuk pengguna akhir.

4. Pengolahan informasi terdiri dari kegiatan sistem input, pemrosesan, output,

penyimpanan dan pengendalian.

2.1.5.3 Kerangka Kerja Pengetahuan Sistem Informasi

Menurut James A. O’Brien dan George M. M arakas (2008, p8), The

fram ework outlines of the major areas of inform ation systems knowledge needed by

business professionals:

1. Foundation concepts

Fundam ental behavioral, technical, business, and m anagerial concepts about the

com ponents and ro les of in form ation systems. Exam ples include basic

information system concep ts derived from general systems theory, or com petitive

strategy concepts used to develop business applica tions of information

technology for com petitive advan tage.

2. Information techno logies

Major concepts, developm ents, and m anagem ent issues in information

technology – that is, hardware, software, networks, data m anagem ent, and m any

Internet-based technolog ies.

3. Business applications

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

26  

  

The major uses of information systems for the operations, management, and

com petitive advantage of a business.

4. Development processes

How business professionals and information specialists plan, develop, and

implem ent information system s to meet business opportunities.

5. Management challenges

The challenges of effectively and ethically managing information technology at

the end user, enterprise, and g lobal levels o f business.

Gam bar 2.2 Information System Knowlegde Framework

For Business Professiona ls

Sumber: James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008)

Jadi, secara garis besar, kerangka ker ja pada bidang utama pengetahuan

sistem informasi yang dibutuhkan oleh para p rofesional bisnis:

1. Konsep landasan

Perilaku dasar, teknis, bisnis, dan konsep manajerial tentang komponen dan peran

sistem informasi. Contohnya meliputi konsep sistem informasi dasar yang berasal

dari teori sistem umum, atau konsep strategi kompetitif yang digunakan untuk

mengembangkan aplikasi bisnis teknologi informasi untuk keunggu lan kompetitif.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

27  

  

2. Teknologi informasi

Konsep utama, perkembangan, dan isu-isu manajemen dalam teknologi informasi

- yaitu, perangkat keras, perangkat lunak, jar ingan, manajemen data, dan banyak

teknologi berbasis internet.

3. Aplikasi bisnis

Kegunaan utama sistem informasi untuk operasi, manajemen, dan keunggu lan

bisnis kompetitif.

4. Proses pengembangan

Bagaimana profesional bisnis dan ahli informasi merencanakan, mengembangkan,

dan mengimplementasikan sistem informasi untuk memenuh i peluang bisnis.

5. Tantangan manajemen

Tantangan secara efektif dan etis mengelola teknologi informasi pada pengguna

akhir, perusahaan, dan tingkat bisnis global.

2.1.5.4 Fungsi Sistem Inform asi

Menurut James A. O’Brien dan George M. Marakas (2008, p23), Successful

management of inform ation systems and technologies presents m ajor cha llenges to

business m anagers and professionals. Thus, the information system s function

represents:

1. A m ajor functional area of business equally as important to business success as

the functions of accounting, finance, operations m anagement, m arketing, and

hum an resources m anagement.

2. An important contributor to operationa l efficiency, employee productivity and

morale, and custom er service and satisfaction.

3. A m ajor source o f inform ation and support needed to prom ote effective decision

making by managers and business pro fessionals.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

28  

  

4. A vital ingredient in develop ing com petitive products and services that give an

organization a strategic advantage in the global marketp lace.

5. A dynamic, rewarding, and challeng ing career opportunity for m illions of m en

and women.

6. A key com ponent of the resources, infrastructure, and capabilities of today’s

networked business enterprises.

Jadi, keberhasilan pengelo laan sistem informasi dan teknologi menimbulkan

tantangan besar bagi professional dan manajer bisnis. Dengan demikian, fungsi

sistem informasi merupakan:

1. Sebuah area fungsional utama dar i bisnis yang sama penting untuk keberhasilan

bisnis sebagai fungsi akuntansi, keuangan, manajemen operasi, pemasaran, dan

manajemen sumber daya manusia.

2. Sebuah kontributor penting untuk efisiensi operasional, p roduktivitas karyawan

dan moral, dan kepuasan dan layanan pelanggan.

3. Sebuah sumber informasi utama dan dukungan yang d iperlukan untuk

mendorong pengambilan keputusan yang efektif o leh para manajer dan

profesional bisnis.

4. Unsur penting dalam mengembangkan p roduk yang kompetitif dan layanan yang

member ikan keuntungan strategis bagi organisasi d i dalam pasar global.

5. Sebuah dinamik, bermanfaat, dan menantang kesempatan karir bagi jutaan p ria

dan wanita.

6. Sebuah komponen kunci dari sumber daya, infrastruktur, dan kemampuan

jaringan bisnis perusahaan saat ini.

2.1.6 Pengendalian Sistem Inform asi

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

29  

  

Menurut James A. O’Brian dan George M. Marakas (2008, p526),

“Inform ation system controls are m ethods and devices that attempt to ensure the

accuracy, validity, and propriety o f in formation system activities. In formation system

contro ls m ust be developed to ensure proper data entry, processing techniques,

storage methods, and information output. Thus, IS controls are designed to m onitor

and maintain the qua lity and security of the input, processing, output, and storage

activities o f any in form ation system.” Ini berarti bahwa pengendalian sistem

informasi adalah metode dan perangkat yang berupaya untuk memastikan

keakuratan, validitas, dan kepatutan kegiatan sistem informasi. Pengendalian sistem

informasi harus dikembangkan untuk memastikan entri data yang tepat, teknik

pengolahan, metode peny impanan, dan output informasi. Jadi, pengendalian sistem

informasi d irancang untuk memantau dan menjaga kualitas dan keamanan dari input,

proses, output, dan kegiatan peny impanan dari setiap sistem informasi.

2.1.7 Evaluasi Pengendalian Sistem Informasi

2.1.7.1 Pengertian Evaluasi Pengendalian Sistem Inform asi

Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p971), Evaluasi pengendalian sistem

informasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi mengenai hasil

penilaian atas permasalahan yang d itemukan untuk melakukan pencegahan,

pendeteksian, atau perbaikan kelemahan terhadap serangkaian komponen-komponen

yang bekerja sama untuk mengumpulkan, mengo lah, menyimpan dan

mendistribusikan informasi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan

tertentu.

2.1.7.2 Tahapan Evaluasi Pengendalian Sistem Informasi

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

30  

  

Berikut adalah tahapan evaluasi pengendalian sistem informasi (Hari

Setiabudi et.al, 2010, p971):

1. Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi sistem informasi adalah

merencanakan evaluasi, mengevaluasi bukti-bukti pendukung, dan

mengkomunikasikan hasil evaluasi. Tujuan perencanaan evaluasi adalah untuk

menetapkan mengapa, bagaimana, kapan, dan oleh siapa proses evaluasi akan

dilaksanakan. Langkah-langkah dalam perencanaan audit adalah: (1) menetapkan

ruang lingkup dan tujuan evaluasi; (2) mengorganisir tim pengevaluasi; (3)

mengembangkan pengetahuan tentang operasional bisnis; (4) mengidentifikasi

faktor risiko; (5) menyiapkan p rogram audit; (6) mengumpulkan bukti-bukti

pendukung.

2. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti pendukung antara lain:

(1) observasi, mengamati kegiatan operasional; (2) mereview dokumentasi; (3)

berdiskusi dengan para karyawan mengenai pekerjaan mereka dan bagaimana

untuk melaksanakan p rosedur tertentu; (4) kuesioner untuk mengumpulkan data

mengenai sistem; (5) pemeriksaan fisik terhadap jumlah dan kondisi tangible

asset. Dalam mengevaluasi bukti-bukti pendukung, auditor mengevaluasi bukti

pendukung yang dikumpulkan dengan dasar tujuan evaluasi dan memutuskan

apakah bukti tersebut mendukung kesimpulan atau tidak. Auditor juga menilai

kualitas pengendalian internal, menilai reliab ilitas informasi yang didapat,

menilai kinerja operasi, menentukan kebutuhan untuk menambah bukti,

menentukan faktor risiko, menentukan faktor materialitas, dan

mendokumentasikan temuan-temuan. Tahapan terakhir yaitu

mengkomunikasikan hasil evaluasi. Tim evaluasi menyiapkan laporan tertulis

yang meringkas temuan-temuan dan rekomendasi dengan referensi untuk

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

31  

  

mendukung bukti hasil evaluasi dalam lembar kerja. Laporan ini disajikan untuk

manajemen dan p ihak lain yang terkait.

2.1.8 Standar Evaluasi

2.1.8.1 Pengertian CobIT

Menurut Hari Setiabudi et.al (2010, p971), CobIT adalah sekumpulan

dokumentasi best practices untuk IT Governance yang dapat membantu auditor,

pengguna (user), dan manajemen untuk menjembatani gap antara risiko bisnis,

kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis TI. CobIT bermanfaat bagi aud itor

karena merupakan teknik yang dapat membantu dalam identifikasi IT contro l issues.

CobIT berguna para IT user karena memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem

aplikasi yang d ipergunakan. Sedangkan para manajer memperoleh manfaat dalam

keputusan investasi di bidang TI serta infrastrukturnya, menyusun strategic IT plan,

menentukan informasi arsitektur, dan keputusan atas procurem ent

(pengadaan /pembelian) mesin. Disamping itu, dengan keterandalan sistem informasi

yang ada pada perusahaan diharapkan berbagai keputusan bisnis dapat didasarkan

atas informasi yang ada. Berdasarkan CobIT 4.1, CobIT meliputi control objectives,

contro l practices, audit gu idelines, m anagem ent guidelines.

1. Control Objectives

Level tertinggi dan secara umum memberikan pernyataan pengendalian minimal

yang terbaik. CobIT menganggap desain dan implementasi pengendalian aplikasi

otomatis menjadi tanggung jawab TI, mencakup bagian akuisisi dan

implementasi, berdasarkan kebutuhan bisnis yang ditetapkan dalam standar

CobIT.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

32  

  

Control Objectives terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi yang

tercermin dalam 4 domain, yaitu planning and organiza tion, acqu isition and

implem entation, delivery and support, monitoring and evaluation.

a. Planning and Organiza tion

Domain ini meliputi strategi dan taktik yang berkonsentrasi pada identifikasi

cara TI bisa menjadi kontribusi terbaik untuk mencapai tujuan bisnis.

Selanjutnya, realisasi v isi strategi perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan

diatur dalam pandangan yang berbeda. akhirnya, suatu organisasi yang

Sebenarnya akan baik apabila prasarana teknologi d iletakkan pada tempatnya.

Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan dan organisasi adalah: PO1

mendefinisikan rencana TI strategis, PO2 mendef inisikan arsitektur informasi,

PO3 menentukan arah teknologi, PO4 mendefinisikan p roses, organisasi dan

hubungan TI, PO5 mengatur investasi TI, PO6 mengkomunikasikan tujuan

dan arahan manajemen, PO7 mengatur SDM (Sumber Daya M anusia) di

bidang TI, PO8 mengatur kualitas, PO9 menilai dan mengatur risiko TI,

PO10 mengatur p royek.

b. Acquisition and Im plementation

Strategi TI, solusi TI perlu untuk diidentifikasi, d ikembangkan atau diperoleh

seperti halnya sistem yang terintegrasi dan diterapkan ke dalam proses bisnis.

Perubahan dan pemeliharaan sistem yang sedang berjalan mencakup area

untuk membuat solusi yang selanjutnya digunakan untuk memenuhi tujuan

bisnis. Hal-hal yang diperhatikan dalam perolehan dan implementasi adalah:

A11 mengidentifikasi solusi otomatis, A12 memperoleh dan merawat

software ap likasi, A13 memperoleh dan merawat infrastruktur teknologi, A14

memungkinkan operasi dan penggunaan, A15 memperoleh sumber daya TI,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

33  

  

A16 mengatur perubahan, dan A17 meng-in sta ll dan mengaku isisi solusi dan

perubahan.

c. Delivery and Support

Daerah in i memiliki kaitan dengan penyampaian dalam penyerahan

kebutuhan layanan, manajemen keamanan, layanan pendukung untuk

pengguna dan manajemen data serta fasilitas operasional. Hal-hal yang

diperbaiki dalam pengiriman dan pendukung adalah: DS1 mendefinisikan dan

mengatur tingkat layanan, DS2 mengatur layanan p ihak ketiga, DS3

mengatur kinerja dan kapasitas, DS4 memastikan pelayanan berkelanjutan,

DS5 memastikan keamanan sistem, DS6 mengidentifikasi dan

mengalokasikan biaya, DS7 mendid ik dan melatih pemakai, DS8 mengatur

service desk dan peristiwa, DS9 mengatur konfigurasi, DS10 mengatur

masalah, DS11 mengatur data, DS12 mengatur lingkungan fisik, DS13

mengatur operasi.

d. Monitoring and Evaluation

Yaitu semua p roses TI yang perlu dinilai secara teratur agar kualitas dan

kelengkapannya berdasarkan pada syarat kontrol. Hal-hal yang diperhatikan

dalam pemantauan dan evaluasi adalah : ME1 memonitor dan mengevaluasi

kinerja TI, ME2 memonitor dan mengevaluasi pengendalian internal, M E3

memastikan kepatuhan pada peraturan, M E4 menyediakan penguasaan TI.

2. Control Practices

Prinsip – prinsip pengerjaan dan bagaimana mengimplementasikan pedoman

untuk tujuan pengendalian.

3. Audit Guidelines

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

34  

  

Pedoman untuk setiap lingkup control mengenai bagaimana untuk memperoleh

pengertian, mengevaluasi setiap pengendalian, mengakses ketaatan, dan

mengukur risiko pengendalian yang sedang dicari untuk membantu para auditor

dalam memberikan saran perbaikan.

4. Management Guidelines

Pedoman mengenai bagaimana mengakses dan meningkatkan kinerja proses TI,

menggunakan maturity model, matriks, dan CSF (Critical Success Factor). Berisi

arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang harus

dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1)

sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan

sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya; (2) apa saja indikator untuk suatu

kinerja yang bagus?; (3) apa saja faktor atau kondisi yang harus dicip takan agar

dapat mencapai sukses (critical success factors); (4) apa saja risiko-risiko yang

timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang d itentukan; (5) bagaimana

dengan perusahaan lainnya – apa yang mereka lakukan; (6) bagaimana Anda

mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya.

CobIT framework memasukkan juga hal-hal seperti model Maturity, Critical

Success Fram ework (CSF), Key Goals Indicators (KGI), dan Key Performance

Indicators (KPI).

1. Maturity Models

Untuk memetakan status maturity p roses-p roses TI (dalam skala 0 – 5)

dibandingkan dengan the best in the class in the Industry dan juga International

best practices. Skala tersebut yaitu (1) Skala 0 – Non-existent, karena perusahaan

tidak menyadari pentingnya membuat perencanaan strategis di bidang teknologi

informasi, dalam skala ini penting untuk dilakukan evaluasi pengendalian dan

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

35  

  

dijadikan sebagai temuan yang penting; (2) Skala 1 – In itia l/Ad Hoc, adanya

fakta-fakta bahwa perusahaan telah menyadari akan pentingnya pembuatan

perencanaan strategis di bidang teknologi informasi. Namun, tidak ada proses

yang distandarisasi; perencanaan, perancangan dan manajemen masih belum

terorganisir dengan baik. Dalam skala in i keperluan untuk dijadikan temuan tidak

diutamakan, karena tingkat kemungkinan terjadinya risiko tidak sebesar skala nol;

(3) Skala 2 – Repeatable but In tuitive, perusahaan telah menetapkan p rosedur

untuk dipatuhi oleh karyawan, namun belum dikomunikasikan dan belum adanya

pemberian latihan formal kepada setiap karyawan mengenai p rosedur; dan

tanggung jawab diber ikan sepenuhnya kepada individu seh ingga pember ian

kepercayaan sepenuhnya kemungkinan dapat terjadi penyalahgunaan; (4) Skala 3

– Defined, seluruh p roses telah didokumentasikan dan telah dikomunikasikan,

serta dilaksanakan berdasarkan metode pengembangan sistem komputerisasi

yang baik, namun belum ada proses evaluasi terhadap sistem tersebut, sehingga

masih ada kemungkinan terjadinya peny impangan; (5) Skala 4 – Manage and

Measureable, Proses komputerisasi telah dapat dimonitor dan dievaluasi dengan

baik, manajemen p royek pengembangan sistem komputerisasi sudah dijalankan

dengan lebih terorganisir ; (6) Skala 5 – Optimised, Best Practices (Pedoman

Terbaik) telah diikuti dan diotomatisasi pada sistem berdasarkan p roses yang

terencana, terorganisir dan menggunakan metodologi yang tepat.

2. Critical Success Factors (CSFs)

Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan kontrol atas proses

TI.

3. Key Goal Indicators (KGIs)

Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan business requ irem ents.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

36  

  

4. Key Performance Indicators (KPIs)

Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan process goals.

2.1.8.2 Kriteria Kerja C obIT

Kriteria kerja CobIT terdiri dari: (1) efektivitas (effectiveness), dalam

memperoleh informasi harus relevan dan terkait dengan proses bisnis, serta

disampaikan dengan tepat waktu, benar, konsisten, dan dapat dimanfaatkan; (2)

efisiensi (efficiency), menekankan pada provision o f Information yang optimal

(paling produktif dan ekonomis) dalam menggunakan sumber daya; (3) kerahasiaan

(confidentiality), memfokuskan pada proteksi terhadap informasi yang penting dari

orang yang tidak memilik i hak otorisasi; (4) integritas (integrity), berkaitan dengan

keakuratan dan kelengkapan informasi, sebagai kebenaran yang sesuai dengan

harapan dan nilai bisnis; (5) ketersediaan (ava ilib ility), berkaitan dengan

ketersediaan informasi yang dibutuhkan oleh bisnis pada saat sekarang dan akan

datang; (6) kepatuhan (compliance), menekankan pada ketaatan perusahaan terhadap

hukum, peraturan, dan kontrak yang telah dibuat; (7) keandalan (reliability),

berkaitan dengan kesesuaian informasi bagi manajemen dalam mengoperasikan

perusahaan dan penyusunan laporan keuangan.

2.1.8.3 The CobIT Maturity Level

Menurut Andrea Pederiva (2003), The CobIT Maturity Model is in an IT

governance tool used to m easure how well developed the m anagem ent processes are

with respect to interna l controls. The maturity m odel allows an organization to grade

itself from nonexisten t (0) to optim ized (5).

A fundamental feature of the maturity m odel is that it a llows an organ iza tion

to m easure as-is Maturity Levels, and define to-be Maturity Levels as well as gaps to

fill. As a result, an organization can d iscover practical improvements to the system of

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

37  

  

internal controls o f IT. However, Maturity Levels are not a goa l, but rather they are

a m eans to eva luate the adequacy o f the interna l controls with respect to company

business objectives.

To arrange the questionnaire, the Maturity Level descriptions of the COBIT

Maturity Model were studied. It was concluded that the descriptions of the Maturity

Levels could be viewed as sets of “atomic” statements. Each Maturity Level

descrip tion is a sta tem ent that can be either true or false, o r either partially true or

partially false. The examination resulted in the rea lization that a com pliance va lue

could be com puted for the Maturity Level by co llecting and then combining a

com pliance value for each statem ent.

The questionnaire is in tended to capture the compliance of an IT

organization under investiga tion to the d iverse scenarios describ ing each Maturity

Level. Based on the questionnaire resu lts, an algorithm com putes a “compliance”

vector tha t describes the com pliance of the organization to every scenario. Then, it

uses the vector to compute the Maturity Level as a weighted average of the

organization’s com pliance with respect to each scenario.

When the questionna ire is complete, each Maturity Level will have a set of

statements, each with its own com pliance value of 0, 0.33, 0.66 or 1.

Gambar 2.3 Compliance Level Numeric Values

Sumber : Andrea Peder iva (2003)

Because o f its construction criteria, the questionnaire is aligned com pletely

with the maturity m odel and fairly detailed with respect to the m aturity requirements.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

38  

  

This has proven to be useful to support subsequen t discussions a imed at identifying

the key points tha t were enabling or preventing the organization to reach a given

Maturity Level. The experience also suggested that to explo it the benefits of the

Maturity Level paradigm, it appears useful to allow a com pany to grade itself in the

full range from 0 to 5 rather than having to choose a position in the coarse grid (0, 1,

2, ... 5).

Further work m ust be done to assemble a strictly increm ental approach to the

measurement of the Maturity Level, a s required by the COBIT Maturity Model.

However, for comparison purposes, the m ethod presented here proved to be efficient,

provid ing strong results and facilita ting the subsequent discussions on the use of the

COBIT Maturity Model as an effective m anagem ent tool.

Jadi, Model Kematangan COBIT adalah alat dalam tata kelola TI yang

digunakan untuk mengukur seberapa baik mengembangkan p roses manajemen

sehubungan dengan pengendalian internal. Model kematangan memungkinkan suatu

organisasi untuk kelas itu sendiri dar i tidak ada (0) untuk dioptimalkan (5).

Sebuah fitur mendasar dari model kematangan yang memungkinkan

organisasi untuk mengukur apa adanya tingkat kematangan, dan mendefin isikan

tingkat kematangan to-be serta untuk mengisi kesenjangan. Akibatnya, organisasi

dapat menemukan perbaikan praktis untuk sistem pengendalian internal TI. Namun,

tingkat kematangan bukan lah tujuan, melainkan adalah suatu alat untuk

mengevaluasi kecukupan pengendalian internal sehubungan dengan tujuan bisnis

perusahaan.

Untuk mengatur kuesioner, deskripsi tingkat kematangan dari COBIT

Maturity Model perlu dipelajari. Disimpulkan bahwa deskripsi dari tingkat

kematangan bisa dilihat sebagai set pernyataan "atom". Setiap penjelasan tingkat

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

39  

  

kedewasaan merupakan pernyataan yang dapat benar atau salah, atau baik sebagian

benar atau sebagian salah. Pemeriksaan mengakibatkan realisasi bahwa nilai

kepatuhan dapat dihitung untuk tingkat kematangan dengan mengumpulkan dan

kemudian menggabungkan nilai kepatuhan untuk setiap pernyataan.

Kuesioner ini d imaksudkan untuk menangkap kepatuhan organisasi TI yang

diperiksa untuk beragam skenario yang menggambarkan tingkat kematangan masing-

masing. Berdasarkan hasil kuesioner, algoritma menghitung "kepatuhan" vektor yang

menggambarkan kepatuhan organisasi untuk setiap skenario. Kemudian,

menggunakan vektor untuk menghitung tingkat kematangan sebagai rata-rata

tertimbang kepatuhan organisasi sehubungan dengan masing-masing skenario.

Ketika kuesioner selesai, masing-masing tingkat kematangan akan memiliki

satu set pernyataan, masing-masing dengan n ilai kepatuhan sendiri 0, 0,33, 0,66 atau

1.

Karena kriteria konstruksi, kuesioner benar-benar sejajar dengan model

kematangan dan cukup rinci sehubungan dengan persyaratan kematangan. Hal ini

telah terbukti berguna untuk mendukung d iskusi selanjutnya yang bertujuan untuk

mengidentifikasi poin-poin penting yang memungkinkan atau mencegah organisasi

untuk mencapai tingkat kematangan tertentu. Pengalaman juga menun jukkan bahwa

untuk mengeksploitasi manfaat dari paradigma tingkat kematangan, tampaknya

berguna untuk memungkinkan perusahaan untuk kelas d irinya dalam serangkaian

penuh dari 0 hingga 5 daripada harus memilih posisi dalam kisi-kisi kasar (0, 1, 2 , ...

5).

Pekerjaan leb ih lanjut harus dilakukan untuk merakit sebuah pendekatan

tambahan yang tegas untuk pengukuran tingkat kematangan, seperti yang

dipersyaratkan oleh COBIT Maturity M odel. Namun, untuk tujuan perbandingan,

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

40  

  

metode yang disajikan di sini terbukti menjadi efisien, memberikan hasil yang kuat

dan memfasilitasi diskusi berikutnya pada penggunaan COBIT M aturity Model

sebagai alat manajemen yang efektif.

2.1.9 Rich Picture

Menurut M athiassen di Henny Hendarti (2008, p65), Rich picture adalah

suatu gambar informal yang mempresentasikan situasi tampilan user dari suatu

sistem.

2.1.10 Identifikasi Event

Menurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p24), terdapat

beberapa pedoman dalam mengidentifikasi event. Pedoman-pedoman tersebut

diantaranya:

1. Kenali event pertama dalam proses yang timbul ketika seseorang atau

departemen dalam organisasi bertanggung jawab terhadap sebuah aktivitas.

2. Acuhkan aktivitas yang tidak dibutuhkan partisipasinya oleh seorang agen

internal.

3. Kenali sebuah event baru ketika tanggung jawab diberikan dar i satu agen internal

ke agen yang lain.

4. Kenali sebuah event baru ketika suatu p roses telah diganggu dan dilanjutkan ke

depannya oleh agen internal yang sama. Setelah gangguan, seseorang di luar

organisasi atau p roses dapat mengulang proses. Secara alternatif, p roses dapat

berlanjut pada jadwal yang sama.

5. Menggunakan nama even t dan deskripsi yang meref leksikan sifat yang luas dari

event.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

41  

  

Berikut ini adalah tabel yang digunakan untuk mengidentifikasi event:

Tabel 2.1 Identifikasi Event

Event

Interna l Agen t

Assuming

Responb ility

Starts When Activities in

the Event

Sumber : Jones dan Rama (2005)

Dari defin isi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa even t merupakan tabel

yang mencatat semua aktivitas dalam proses bisnis.

2.1.11 Workflow Tabel

Menurut Frederick L. Jones dan R ama Dasaratha V. di Henny Hendarti (2008,

p65), Workflow tabel adalah sebuah tabel dengan dua kolom yang

mengidentifikasikan semua aktor dan aktifitas yang dilakukan di dalam sebuah

proses.

2.1.12 Activity Diagram

2.1.12.1 Pengertian Activity Diagram

M enurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p68), “Activity

Diagram is a diagram that shows the sequence of activities in process.” Hal ini

berarti Activity Diagram merupakan sebuah diagram yang menampilkan urutan

aktivitas dalam proses.

2.1.12.2 Klasifikasi Activity Diagram

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

42  

  

M enurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p80), Activity

Diagram dibagi atas dua jenis, yakni Overview Activity Diagram dan Detailed

Activity Diagram.

1. Overview Activity Diagram

Menurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p79), “The overview

diagram presents a high-level view of the business process by docum enting the

key even ts, the sequences of these events, and the information flows am ong these

events.” Hal ini berarti overview diagram menyajikan suatu pandangan tingkat

tinggi dari proses bisnis dengan mendokumentasikan kejad ian-kejadian penting,

urutan kejadian-kejad ian, dan aliran informasi antar kejadian.

Langkah – langkah membuat Overview Activity Diagram:

a. Membaca uraian narasi dan mengidentifikasikan kejadian penting.

b. Membubuhi keterangan pada narasi agar lebih jelas menunjukkan batasan

kejadian dan nama-nama kejadian.

c. Menunjukkan agen internal yang bertanggung jawab yang terlibat didalam

proses bisnis dengan menggunakan swim lane.

d. Membuat diagram untuk masing-masing kejadian.

e. Menggambar dokumen yang dibuat dan digunakan di dalam proses bisnis.

Tunjukkan arus informasi dar i kejadian ke dokumen, dan sebaliknya.

f. Menggambar tabel (file) yang d ibuat dan d igunakan di dalam proses bisnis.

Tunjukkan arus informasi dar i kejadian ke tabel dan sebaliknya.

2. Deta iled Activity Diagram

Menurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p80), “The Detailed

Diagram is similar to a map of a city or town. It provides a more detailed

representa tion of the activities associa ted with one or two events shown on

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

43  

  

overview diagram .” Hal ini berarti Detailed Activity Diagram sama dengan peta

dari sebuah kota. Diagram in i menyediakan suatu penyajian yang lebih detail dari

aktivitas yang berhubungan dengan satu atau dua kejadian yang ditunjukkan pada

overview activity diagram .

Langkah-langkah untuk membuat Detailed Activity Diagram:

a. Tambah penjelasan naratif untuk menunjukkan aktivitas.

b. Buatlah tabel arus kerja.

c. Identifikasikan diagram terperinci yang diperlukan.

d. Untuk setiap detailed activity diagram , lakukan beberapa langkah

pendahuluan sebagai berikut:

1. Buatlah swimlane untuk agen-agen yang terlibat pada satu atau beberapa

kejadian yang ditunjukkan pada detailed diagram.

2. Tambahkan segi empat panjang untuk setiap aktivitas di dalam kejad ian

yang didokumentasikan pada detailed diagram tersebut.

3. Gunakan segi empat panjang untuk setiap aktivitas di dalam kejad ian

yang di dokumentasikan pada detailed activity diagram .

4. Atur dokumen yang dibuat atau d igunakan oleh aktivitas-aktivitas di

dalam d iagram itu.

5. Gunakan garis putus-putus untuk menghubungkan aktivitas dan dokumen.

6. Dokumentasikan setiap tabel yang dibuat, di modifikasi, atau digunakan

oleh aktivitas dalam diagram yang ada dalam ko lom komputer.

7. Gunakan garis putus-putus untuk menghubungkan aktivitas dan tabel.

2.1.12.3 Simbol Activity Diagram

M enurut Frederick L. Jones dan Rama Dasaratha V. (2005, p88), Simbol-

simbol pada Activity Diagram adalah sebagai berikut:

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

44  

  

1. Lingkaran penuh, memulai p roses dalam suatu diagram aktivitas.

2. Segi empat panjang, kejadian, aktivitas, atau pemicu.

3. Garis tidak terputus digunakan untuk menunjukkan urutan dari satu kejadian atau

aktivitas ke yang berikutnya.

4. Garis putus-putus dengan panah digunakan untuk menunjukkan aliran informasi

antar kejadian.

5. Dokumen digunakan untuk menun jukkan dokumen sumber atau laporan.

6. Berlian digunakan untuk menunjukkan sebuah cabang.

7. Tabel digunakan untuk menunjukkan suatu file komputer dari mana data bisa

dibaca atau direkam selama kejadian bisnis.

8. Catatan digunakan untuk memberikan acuan bagi pembaca pada diagram atau

dokumen lain untuk perinciannya.

9. Simbol mata banteng menunjukkan akhir dar i p roses.

2.1.13 Topologi

2.1.13.1 Pengertian Topologi

M enurut Jonathan Lukas (2006, p144), Topologi saluran adalah:

1. Pengaturan peletakan node dalam jar ingan dan cara aksesnya (interconnection).

2. Pengaturan ini berhubungan erat dengan media pengirim yang digunakan.

2.1.13.2 Jenis Topologi

M enurut Jonathan Lukas (2006, p144), Jenis – jenis topologi ada 4:

1. Star

Dalam topologi Star, sebuah terminal pusat bertindak sebagai pengatur dan

pengendali semua komunikasi data yang terjadi. Terminal-terminal lain

terhubung padanya dan pengiriman data dari satu terminal ke terminal lainnya

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

45  

  

melalui terminal pusat. Terminal pusat akan menyediakan jalur komunikasi

Khusus pada dua terminal yang akan berkomunikasi.

Keuntungan:

a. Keterandalan terbesar di antara topologi yang lain.

b. Mudah dikembangkan.

c. Keamanan data tinggi.

d. Kemudahan akses ke jaringan LAN lain.

Kerugian:

a. Lalu lintas yang padat dapat menyebabkan jaringan lambat.

b. Jaringan tergantung pada terminal pusat (dapat berupa komputer PC,

miniframe atau m ainframe), yang merupakan bagian paling bertanggung

jawab terhadap pengaturan arah semua informasi ke terminal yang

dikehendak i.

2. Ring

LAN dengan topologi ini mir ip dengan topologi titik ke titik tetapi semua

terminal saling dihubungkan sehingga menyerupai lingkaran. Setiap informasi

yang diperoleh, diperiksa alamatnya oleh terminal yang d ilewatinya. Jika bukan

untuknya, informasi d iputar lagi sampai menemukan alamat yang benar. Setiap

terminal dalam LAN saling bergantungan, sehingga jika terjadi kerusakan pada

satu terminal, seluruh LAN akan terganggu.

Keuntungan:

a. Laju data tinggi.

b. Dapat melayani lalu lintas data yang padat.

c. Tidak diperlukan host, relatif lebih murah.

d. Dapat melayani berbagai jenis mesin pengirim.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

46  

  

e. Komunikasi antar terminal mudah.

f. Waktu yang diperlukan untuk mengakses data op timal.

Kerugian:

a. Penambahan atau pengurangan terminal sangat sukar.

b. Kerusakan pada media pengirim dapat menghentikan kerja seluruh jaringan.

c. Harus ada kemampuan untuk mendeteksi kesalahan dan metode

pengisolasian kesalahan.

d. Kerusakan pada salah satu terminal mengakibatkan kelumpuhan jar ingan.

e. Tidak kondusif untuk pengiriman suara, v ideo, dan data.

3. Bus

Pada topologi Bus, semua terminal terhubung ke jalur komunikasi. Informasi

yang hendak dikirimkan melewati semua terminal pada jalur tersebut. Jika alamat

terminal sesuai dengan alamat pada informasi yang dikir im, maka informasi

tersebut akan diterima dan dip roses. Jika tidak, informasi tersebut akan diabaikan

terminal yang d ilewatinya.

Keuntungan:

a. Kemampuan pengembangan tinggi.

b. Jarak LAN tidak terbatas.

c. Keterandalan jaringan tinggi.

d. Kecepatan pengiriman tinggi.

e. Jumlah terminal dapat ditambah atau dikurangi tanpa mengganggu operasi

yang telah berjalan.

f. Tidak diperlukan pengendali pusat.

g. Kondusif untuk konfigurasi jar ingan pada gedung bertingkat.

Kerugian:

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

47  

  

a. Jika tingkat lalu lintas terlalu tinggi dapat terjadi kongesti (kemacetan).

b. Diperlukan repea ter untuk menguatkan sinyal pada pemasangan jarak jauh.

c. Operasional jaringan LAN tergantung pada setiap terminal.

4. Mesh

Mesh adalah jen is topologi yang merupakan campuran dari berbagai jenis

topologi-topologi yang ada (disesuaikan dengan kebutuhan). Digunakan pada

network/jaringan yang tidak memiliki terlalu banyak node di dalamnya. Ini

disebabkan karena setiap station dihubungkan dengan station yang lain.

Pendekatan dengan menggunakan jaringan in i dibutuhkan bagi sistem yang

membutuhkan koneksitas yang tinggi. Jaringan in i menghasilkan respon waktu

yang sangat cepat. Station-station tidak membutuhkan protocol tambahan, karena

tidak ada fungsi switchingnya.

Bagaimanapun, network dengan jar ingan mesh cukup mahal, karena dengan

setiap kali penambahan suatu station, line komunikasinya harus menjangkau

setiap station yang ada dalam jaringan tersebut. Karena alas an in ilah, jaringan

mesh jarang digunakan.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Rekam Medis (RM)

2.2.1.1 Pengertian Rekam Medis (RM)

Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p65), secara sederhana dapat

dikatakan bahwa RM adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil amnesis,

pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari

waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan ataupun gambar, dan belakangan ini dapat

pula berupa rekaman elektronik, seperti com puter, m icrofilm , dan rekaman suara.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

48  

  

Dalam Permenkes No. 749a/M enkes/Per.XII/1989 tentang RM , disebut

pengertian RM adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada

sarana pelayanan kesehatan.

2.2.1.2 Isi Rekam Medis (RM)

Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p66), di rumah sakit didapat

dua jenis RM, yaitu:

1. RM untuk pasien rawat jalan

2. RM untuk pasien rawat inap

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, RM memiliki

informasi pasien, antara lain:

1. Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa).

2. Riwayat penyakit (amnesis) tentang:

a. Keluhan utama

b. Riwayat sekarang

c. Riwayat penyakit yang pernah diderita

d. Riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan

3. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen,

scanning, MRI, dan lain- lain.

4. Diagnosis dan /atau diagnosis band ing.

5. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang

berwenang.

Untuk pasien rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang terdapat

dalam rawat jalan, dengan tambahan:

1. Persetujuan tindakan medik

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

49  

  

2. Catatan konsultasi

3. Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya

4. Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan

5. Resume akhir dan evaluasi pengobatan

2.2.1.3 Resum e Akhir

Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p66), Dari beberapa

kewajiban dokter atas RM pada pasien rawat inap , ada satu hal yang perlu

diperhatikan khusus, yaitu pembuatan resume akhir atau evaluasi pengobatan.

Resume ini dibuat segera setelah pasien dipulangkan.

Isi resume harus singkat, menjelaskan informasi penting tentang penyakit,

pemeriksaan yang dilakukan dan pengobatannya. Isinya antara lain menjelaskan:

1. Mengapa pasien masuk rumah sakit (amnesis).

2. Hasil penting pemeriksaan fisik d iagnostik, laboratorium, ront gen, dan lain- lain.

3. Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksanakan.

4. Keadaan pasien waktu keluar (perlu berobat jalan, mampu untuk bekerja, dan

lain-lain).

5. Anjuran pengobatan dan perawatan (nama obat dan dosisnya, tindakan

pengobatan lain, d irujuk ke mana, perjan jian untuk dating lagi, dan lain-lain).

Tujuan pembuatan resume ini adalah :

1. Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta

bahan yang berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien untuk dirawat

kembali.

2. Bahan penilaian staf medik rumah sakit.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

50  

  

3. Untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perseorangan tentang

perawatan seorang pasien. M isalnya dari perusahaan Asuransi (setelah

persetujuan Direktur).

4. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim dan

dokter konsultan. Untuk pasien yang meninggal dibuat laporan sebab kematian.

2.2.1.4 Kegunaan Rekam Medis (RM)

Bila ditelusuri lebih jauh, RM mempunyai aspek hukum kedisp linan dan etik

petugas kesehatan, kerahasiaan, keuangan, mutu serta manajemen rumah sakit dan

audit medik.

Secara umum, kegunaan RM adalah (Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 2009,

p67):

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut

ambil bagian dalam member i pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien.

Dengan membaca RM , dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam

merawat pasien (misalnya, pada pasien rawat bersama atau dalam konsultasi)

dapat mengetahui penyakit, perkembangan penyakit, terap i yang diberikan, dan

lain-lain tanpa harus berjumpa satu sama lain. Ini tentu merupakan sarana

komunikasi yang efisien.

2. Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan

kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi sesama dokter

ditulis agar rencana pengobatan dan perawatan dapat dilaksanakan.

3. Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien berkunjung/d irawat di rumah sakit. Bila suatu waktu

diperlukan bukti bahwa pasien pernah dirawat atau jenis pelayanan yang

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

51  

  

diberikan serta perkembangan penyakit selama dirawat, tentu data dari RM dapat

mengungkapkan dengan jelas.

4. Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan

kepada pasien. Baik buruknya pelayanan yang diberikan tercermin dari catatan

yang ditulis atau data yang didapati dalam RM. Hal ini tentu dapat dipakai

sebagai bahan studi ataupun evaluasi dari pelayanan yang diberikan.

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan

tenaga kesehatan lainnya. Bila timbul permasalahan (tuntutan) dari pasien kepada

dokter maupun rumah sakit, data dan keterangan yang diambil dari RM tentu

dapat diterima semua pihak. Di sinilah akan terungkap aspek hukum dari RM

tersebut. Bila catatan dan data terisi lengkap, RM akan menolong semua yang

terlibat. Sebaliknya, bila catatan yang ada hanya sekedarnya saja, apalagi kosong

pasti akan merugikan dokter dan rumah sakit. Penjelasan yang bagaimanapun

baiknya tanpa bukti tertulis, pasti sulit dipercaya.

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian

dan pendidikan. Setiap penelitian yang melibatkan data klinik pasien hanya dapat

dipergunakan b ila telah direncanakan terleb ih dahulu. Oleh karena itu, RM di

rumah sakit pendidikan b iasanya tersusun lebih rinci karena ser ing digunakan

untuk bahan penelitian.

7. Sebagai dasar d i dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.

Bila pasien mau d ipulangkan, bagian admin istrasi keuangan cukup melihat RM,

dan segala b iaya yang harus dibayar pasien/keluarga dapat ditentukan.

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan

pertanggungjawaban dan laporan. Data dan informasi yang didapat dari RM

sebagai bahan dokumentasi, bila d iperlukan dapat digunakan sebagai dasar untuk

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

52  

  

pertanggungjawaban atau laporan kepada p ihak yang memerlukan masa

mendatang.

Untuk memudahkan mengingat begitu banyak kegunaan (value) dar i RM,

kalangan RM memendekannya dalam mneumonik CI.ALFREDS yang berarti

mempunyai nilai: Comm unication, Information, Adm inistration, Legal, Finansial,

Research, Education, Documentation dan Statistic.

2.2.1.5 Persetujuan Tindakan Medik

Menurut Abdul Bari Saifuddin (2006, p45), Persetujuan tindakan medik

(inform ed consent) adalah adanya persetujuan dari pasien mengenai tindakan medik

yang akan dilakukan terhadap dirinya. Persetujuan diberikan setelah pasien tersebut

diberikan penjelasan yang lengkap dan ob jektif tentang diagnosa penyakit, upaya

penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan d ilakukan.

Beberapa unsur pokok yang harus diperhatikan di dalam proses pembuatan

persetujuan, meliputi:

1. Pihak yang menyampaikan penjelasan, dimana p ihak tersebut meliputi klinisi

atau dokter yang akan melakukan tindakan.

2. Penjelasan yang harus disampaikan

Penjelasan yang diber ikan harus berk isar pada lima pokok yaitu:

a. Penjelasan tentang tujuan tindakan medik yang dilakukan (purpose of

medical procedures).

b. Penjelasan tentang tata cara tindakan yang dilakukan (contem plated m edical

procedures).

c. Penjelasan tentang risiko yang mungkin atau akan dihadapi (risk inherent

such m edical procedures).

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

53  

  

d. Penjelasan tentang tindakan medik alternatif dan r isiko serta masing-masing

tindakan (alternative m edical procedures and risk).

e. Penjelasan tentang tindakan progrosis apabila tindakan tersebut dilakukan

atau tidak dilakukan (prognosis with and without medical procedures).

Prinsip Dasar Persetujuan tindakan medik :

1. Prinsip bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab

pasien tersebut.

2. Prinsip bahwa tindakan medik (sebagai upaya terap i) merupakan upaya yang

tidak wajib diterima seseorang atau pasien yang bersangkutan.

3. Prinsip bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan

berhasil guna apabila terjalin ker jasama yang baik antara dosen dan pasien.

2.2.1.6 Lampiran Rekam Medis (RM)

Pernyataan IDI Tentang Rekam Medis/Kesehatan (Medical Record)

(Lampiran SK PB IDI No. 315/PB/A.4/88)

1. Rekam medis kesehatan adalah rekam dalam bentuk tulisan atau gambaran

aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medis/kesehatan

kepada seorang pasien.

2. Rekam medis/kesehatan meliputi: identitas lengkap pasien, catatan tentang

penyakit (diagnosis, terap i, pengamatan perjalanan penyakit), catatan dari p ihak

ketiga, hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, pemeriksaan USG, dan

lain-lain serta resume.

3. Rekam medis/kesehatan harus d ibuat segera dan dilengkapi seluruhnya paling

lambat 48 jam setelah pasien pulang atau meninggal.

4. Perintah dokter melalui telepon untuk suatu tindakan medis, harus diterima o leh

perawat senior. Perawat senior yang bersangkutan harus membaca ulang

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

54  

  

catatannya tentang perintah tersebut dan dokter yang bersangkutan

mendengarkan pembacaan ulang itu dengan seksama serta mengoreksi b ila ada

kesalahan. Dalam waktu paling lambat 24 jam, dokter yang member i perintah

harus menandatangan i catatan tersebut.

5. Perubahan terhadap rekam medis/kesehatan harus dilakukan dalam lembar

khusus yang harus dijadikan satu dengan dokumen untuk rekam medis/kesehatan

lainnya.

6. Rekam medis/kesehatan harus ada untuk mempertahankan kualitas pelayanan

professional yang tinggi, untuk melengkapi kebutuhan informasi locum tennens,

untuk kepentingan dokter pengganti yang meneruskan perawatan pasien, untuk

referensi masa depan, serta diperlukan karena adanya hak untuk melihat dari

pasien.

7. Berdasarkan butir 6 di atas, rekam medis/kesehatan wajib ada d i rumah sakit,

Puskesmas atau balai kesehatan dan p raktik dokter pribadi atau praktik

berkelompok.

8. Berkas rekam medis/kesehatan adalah milik rumah sakit, fasilitas kesehatan lain

atau dokter p raktik p ribadi/kelompok. Oleh karena itu, rekam medis/kesehatan

hanya boleh disimpan di rumah sak it, fasilitas kesehatan lainnya dan dokter

praktik pribadi/kelompok.

9. Pasien adalah pemilik kandungan isi rekam medis/kesehatan yang bersangkutan,

maka dalam hal pasien tersebut menginginkannya dokter yang merawat harus

mengutarakannya baik secara lisan maupun tertulis.

10. Pemaparan isi kandungan rekam medis/kesehatan hanya boleh dilakukan oleh

dokter yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien yang bersangkutan. Dan

hal ini hanya boleh dilakukan untuk (1) pasien yang bersangkutan, (2) atau

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

55  

  

kepada konsumen, atau (3) untuk kepentingan pengadilan. Untuk rumah sakit

permintaan pemaparan ini untuk kepentingan pengadilan harus ditujukan kepada

kepala rumah sakit.

11. Lama peny impanan berkas rekam medis/kesehatan adalah lima tahun dari tanggal

terakhir pasien berobat atau dirawat, dan selama lima tahun itu pasien yang

bersangkutan tidak berkunjung lagi untuk berobat. Lama penyimpanan berkas

rekam medis/kesehatan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat khusus dapat

ditetapkan lain.

12. Setelah batas waktu tersebut pada butir 11 dilampaui, berkas rekam

medis/kesehatan dapat dimusnahkan.

13. Rekam medis/kesehatan adalah berkas yang perlu dirahasiakan. Oleh karena itu,

sifat kerahasiaan ini perlu selalu dijaga oleh setiap petugas yang ikut menangani

rekam medis/kesehatan.

2.2.2 Rumah Sakit

2.2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Azrul Azwar (2010, p88), Rumah Sakit adalah suatu organ isasi yang

melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang

permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang dider ita oleh pasien.

Menurut Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2009, p66), Rumah Sakit adalah

tempat berkumpul sebagian besar tenaga kesehatan dalam menjalankan p rofesinya,

seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterap is, dan ahli

rekam medik.

2.2.2.2 Jenis Rum ah Sakit

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasilibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00347-ka 2.pdf · 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Te o ri Um um 2.1.1 Evaluasi Menurut

56  

  

Menurut Azrul Azwar (2010, p93), Rumah Sakit dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis yaitu:

1. Menurut pemilik

Menurut pemiliknya, Rumah Sakit dapat dibedakan atas dua macam yakni

Rumah Sakit Pemerintah (Government hosp ital) dan Rumah Sakit Swasta

(private hospital).

2. Menurut filosofi yang dianut

Menurut filosofi yang dianut, Rumah Sakit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

Rumah Sak it yang tidak mencari keuntungan (non-profit) dan Rumah Sakit yang

mencar i keuntungan (p rofit hosp ital).

3. Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan

Menurut jenis pelayanan kesehatan yang d iselenggarakan, Rumah Sakit dapat

dibedakan men jadi dua macam, yaitu Rumah Sakit Umum (general hospital) jika

semua jen is pelayanan kesehatan diselenggarakan serta Rumah Sak it Khusus

(specialty hosp ital).

4. Menurut lokasi Rumah Sakit

Menurut lokasi Rumah Sakit, Rumah Sakit dapat dibedakan atas beberapa

macam yang semuanya tergantung dari pembagian sistem pemerintahan yang

dianut.