bab 2 landasan teori 2.1 kerangka teori 2.1.1 komunikasithesis.binus.ac.id/asli/bab2/2011-2-00557-mc...
TRANSCRIPT
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
Pada bab ini penulis akan menggunakan konsep-konsep yang berkaitan dengan
rumusan masalah pokok penelitan, serta teori dan berbagai pendapat para ahli yang
berkaitan dengan masalah penelitian sebagai bahan pendukung.
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
kominikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum
atau bersama-sama. (Wiryanto;2004;4)
Sejak lahir, kita sudah berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Mereka yang
mengenalkan kepada kita lambing-lambang komunikasi. Sejak dini pula kita
diperdengarkan suara, ditunjukan gerak-gerik, diperlihatkaan mimik untuk menunjukan
rasa senang maupun sedih. Apa yang dilakukan orang tua dan kita ketika kecil hingga
sekarang dikenal sebagai proses komunikasi.
Terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum berarti memahami komunikasi.
Menurut Porter dan samovar, memahami komunikasi manusia berarti memahami apa
yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, dan akhirnya apa yang
dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimumkan hasil-hasil dari kejadian
tersebut (Mulyana, 2009;10) 17
18
Di manapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, selalu membutuhkan
komunikasi dengan orang lain. Bukan hanya para professional yang membutuhkan
komunikasi seperti dosen, pengacara, politisi, pendakwah yang harus terampil dalam
berkomunikasi, namun hampir semua jabatan. Banyak orang yang tidak mampu
mepertahankan profesinya, apapun profesinya disebabkan oleh mereka tidak terampil
dalam berkomunikasi.
Proses komunikasi yang melibatkan minimal dua orang sebagai komunikator dan
sebagai komunikan, dewasa ini didukung oleh perkembangan teknologi.
Berkembangnya media cetak dan elektronik memudahkan seseorang untuk
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain.
Mengungkapkan apa yang kita rasakan, menggambarkan apa yang kita lihat,
menyanyikan apa yang kita dengar, merasakan apa yang kita sentuh merupakan bagian
dari komunikasi itu sendiri.
2.1.2 Definisi Komunikasi
Dalam buku Ilmu Komunikasi Deddy Mulyana (Mulyana, 2005;62), ada
dijabarkan definisi komunikasi oleh Bernard Barelson dan Gary . Teiner, mereka
mengatakan ”komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan
sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
Sedangkan menurut pendapat Raymond, komunikasi adalah suatu proses menyortir,
memilih dan mengirimkan simbol-simbil sedemikian rupa sehingga membantu
19
pendengar membangkitkan makana atau respons dari pirkirannya yang serupa dengan
yang dimaksudkan komunikator.
Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan
suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi
di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi
tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses
mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi
Berdasarkan pandangan Lasswell, komunikasi mempunyai lima unsur yang
saling bergantung satu sama lain, yaitu:
1. Sumber (Source)
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Untuk menyampaikan apa yang ingin diutarakan baik berasal
dari perasaannya atau pikiran, sumber harus mengubah perasaan atau pikiran
tersebut dalam bentuk simbol verbal atau nonverbal yang dapat dipahami oleh
penerima pesan. Pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi,
pola pikir dan perasaan sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan
tersebut.
2. Pesan
Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaam,
20
nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen,
diantaranya makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan
bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata(bahasa), yang
dapat merepresentasikan objek, gagasan, dan perasaan, baik ucapan taupun
tulisan.
3. Saluran atau Media
Saluran atau media merupakan alat atau wahana yang digunakan oleh sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerimannya. Pada dasarnya saluran
komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita
bisa juga menggunakan kelima indra untuk menerima pesan dari orang
lain.Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat
media cetak (surat kabar, majalah), atau menggunakan media elekrtronik
(radio,televisi). Pengirim pesan akan memilih saluran-saluran itu, bergantung
pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan lumlah penerima pesan yang
dihadapi.
4. Penerima (Receiver)
Penerima adalah orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan
pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan
perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat
simbol verbal dan nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia
pahami. Proses ini disebut penyandi-balik (decoding)
21
5. Efek
Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,
misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,
perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan,
perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan
menjadi bersedia membelinya, atau tidak bersedia memilih partai politik tertentu
menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu) (Mulyana,2005;63-65)
Menurut kesimpulan penulis, kelima unsur komunikasi diatas saling
terintegrasi, jika salah satu unsur diatas tidak berjalan baik maka proses
komunikasi akan terganggu. Begitu pula dangan keberadaan unsur tersebut,
apabila salah satu diantaranya dihilangkan maka proses tersebut bukanlah proses
komunikasi.
2.1.4 Komunikasi Massa
Komunikasi massa lahir dari komunikasi yang dilakukan oleh manusia sehingga
merupakan tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan
penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.
Menurut Steven A. Chafee, komunikasi massa memiliki efek-efek berikut terhadap
individu:
1. Efek ekonomis: menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh: dengan adanya industri media massa membuka lowongan pekerjaan)
2. Efek sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.
22
3. Efek penjadwalan kegiatan
4. Efek penyaluran/ penghilang perasaan
5. Efek perasaan terhadap jenis media
Gerbner (1967) menulis ( Rakhmat, 2003; 188) “mass communication is the
technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly
shared continuous flow of massage in industrial societies”(Komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri)
Hal ini juga diperkuat oleh Cangara (2008;34) yang mengatakan bahwa
komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunkasi yang berlangsung
dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayaknya yang
sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar
dan film.
Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi massa adalah proses
dimana komunikator melakukan pendistribusian pesan secara konsisten dan terus
menerus yang dilakukan oleh komunikator yang melembaga, melalui alat-alat mekanis
seperti radio, televisi, surat kabar dan film untuk mempengaruhi khalayaknya yang besar
dan berbeda- beda.
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah
memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun
elekronik. Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikasi massa itu
23
melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks
(Ardianto dkk, 2007; 7)
Pengaruh atau efek adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat
penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang kita inginkan.
Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude)
dan perilaku (behavior). (Cangara, 2008;147)
Sehingga dapat penulis simpulkan bahawa setiap peristiwa komunikasi memiliki
efek kepada komunikannya, begitu juga dengan komunikasi massa dimana sifat
pesannya terbuka karena jumlah khalayak pada komunikasi massa relatif banyak dan
tidak terbatas sehingga efek yang akan terjadi bisa dalam bentuk pengetahuan, sika
maupun perilaku.
2.1.5 Unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source),
pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect).
1. Unsur Who (Sumber atau Komunikator)
Unsur utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi
atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi
(institutionallized person). Yang dimaksud dengan institutionallized
(lembaga atau organisasi) adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio,
televisi, studio film, penerbit buku atau majalah. Adapun yang dimaksud
dengan person adalah redaktur surat kabar. Melalui tajuk rencana
24
menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia
memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara
tanpa fasilitas.
Menurut Rusdi (Wiryanto,2004:71) sebagai instirusi kapitalis,
media massa berusaha mencari keuntungan (profit). Apa yang dilakukan
media, baik dengan membeli produk jadi maupun memproduksi produk
sendiri, kemudian dujual kepada khalayak, hasilnya untuk membeli
produk lain lagi, tujuannya adalah memperoleh keuntungan, Artinya,
media membeli atau mengeluarkan uang untuk memproduksi isu,
kemudian dijual kepada khalayak. Tujuannya untuk memperoleh rating
khalayak dalam derajad tertentu.
2. Unsur Says what (Pesan)
Organisasi memiliki rasio keluaran tinggi yang didasarkan pada masuknya. Oleh
sebab itu, organisasi sanggup melakukan encode ribuan atau jutaan pesan yang sama
pada saat yang bersamaan. Jadi, pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam
jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audience yang sangat banyak.
Charles Wright memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa sebagai
berikut:
1) Publicly
Pesan-pesan komunikasi masas pada umumnya tidak ditujukan kepada
orang per orang secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka, untuk umum
25
atau publik. Semua anggota mengetahui bahwa orang lain juga menerima
pesan yang sama, dan disampaikan secara publicly.
2) Rapid
Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audience yang
luas dalam waktu yang singkat serta simultan. Pesan-pesan tersebut dibuat
secara massal, tidak seperti fine art yang dapat dinikmati berabad-abad.
3) Transient
Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi
kebutuhan segera, dikonsumsi ”sekali pakai” dan bukan untuk tujuan yang
bersifat permanen. Namun, untuk buku-buku perpustakaan, film, transkripsi-
transkripsi radio, dan rekaman audio visual merupakan pengecualian. Pada
umumnya, pesan-pesan komunikasi massa adalah pesan-pesan yang
expendable. Karena itu, isi media cenderung dirancang secara timely,
supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.
3. Unsur In which Channel (Saluran atau Media)
Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk
menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Tanpa saluran tersebut pesan
yang dikomunikasikan tidak dapat menyebar secara cepat, luas dan simultan.
Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, majalah, radio,
film, televisi, dan online. Saluran yang dimaksudkan di sini bukanlah aspek-
aspek teknis media, melainkan aspek psikologis sosialnya. Ciri-ciri dari masing
26
media adalah membawakan pesan komunikasi, fungsi, dan peranannya dalam
kehidupan sosial, psikologis masyarakat, serta efek yang ditimbulkannya.
4. Unsur To Whom (Penerima atau Mass Audience)
Unsur to Whom adalah yang menyangkut sasaran-sasaran komunikasi
massa. Ia adalah orang yang membaca surat kabar, yang membuat halaman-
halaman majalah, yang sedang mendengarkan radio, yang sedang menikmati film
di bioskop dan orang yang sedang browsing internet. Menurut charles Wright,
mass audience memiliki karakteristik-karakteristik, sebagai berikut:
1. Large
Berapa besarnya massa audience adalah relatif. Ia bisa menyebar dalam
berbagai lokasi. Ukuran untuk large biasanya menggunakan prinsip bahwa
pihak komunikator pada dasarnya tidak dapat mengadakan interaksi secara
tatap muka dengan khalayak. Prinsip ini penting, sebab yang dimaksud
dengan mass audience adalah perorangan-perorangan yang tidak terikat oleh
tempat yang sama.
2. Heterogen
Komunikasi massa tidak ditujukan kepada audience tertentu yang
ekslusif, melainkan untuk sasaran-sasaran yang menduduki berbagai posisi,
seperti orang-orang dari berbagai tingkat umur, jenis kelamin, pendidikan,
tempat tinggal, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa heterogen adalah
semua lapisan masyarakat dengan berbagai keragamannya.
27
3. Anonim
Anonim berarti bahwa anggota-anggota dari mass audience umumnya
tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikatornya (vice versa).
Anggota-anggota dari suatu mass audience dapat mengelompok berdasarkan
kepentingan yang sama, minat yang sama, pendapat yang sama, dan
kesamaan lain yang berhubungan dengan jenis-jenis pesan media yang
diterima.
Anita Taylor dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa khalayak
mempunyai peranan aktif dalam memilih pesan komunikasi yang diinginkan.
Taylor dan kawan-kawan berpendapat bahwa komunikan akan melakukan
pemilihan pesan yang diterima dari media massa melalui mekanisme
pemilihan berikut:
1. Pemilihan terpaan (selective selection exposure) merupakan kecenderungan yang hanya memperhatikan pesan-pesan yang konsisten atau sesuai dengan sikap dan kepentingannya.
2. Pemilihan perhatian (selective attention)merupakan kecenderungan yang hanya memperhatikan pesan-pesan yang menarik dan sensasional sesuai kebutuhannya.
3. Pemilihan persepsi (selective perception) merupakanan kecenderungan yang hanya bersedia menginterpretasikan pesan-pesan yang konsisten atau sesuai dengan sikap, dan keyakinannya.
4. Pemilihan ingatan (selective retention) merupakan kecenderunga yang hanya mau mengingat kembali mengenai pesan-pesan yang sesuai dengan sikap dan keyakinannya.
(Wiryanto,2004:76)
28
5. Unsur Whith What Effect (Unsur Efek atau Akibat)
Unsur ini sesungguhnya ”lekat” pada unsur audience. Efek adalah
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan
pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ini kedalam
tiga kategori, yaitu perubahan dan ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata.
(Wiryanto,2004:77) Ketiga jenis perubahan itu biasanya tidak selalu berlangsung secara
berurutan. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan
sikap diawalai dengan perubahan pengetahuan.
Kesimpulan yang dapat diambil penulis mengenai unsur komunikasi yang telah
dipaparkan diatas adalah bahwa komunikasi massa digerakan oleh 5 unsur utama yang
terdiri dari Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With what Effect?. Untur
tersebut mempunyai berbagai hambatan yang dapat mempengaruhi kualitas transfering
informasi kepada khalayak. Dengan meningkaTKan kualitas dari unsur komunikasi
massa, akan berimbas pada pengetahuan penerima pesan.
2.1.6 Karakteristik Media Massa
Karakteristik media massa menurut Cangara ialah sebagai berikut”
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang
yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunitas yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Seandainya terjadi reaksi atau umpan
balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
29
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia
memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang
disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja
tanpa mengenal usia jenis kelamin, dan suku bangsa.( Cangara, 2008;126-127)
2.1.7 Lambang Komunikasi
Manusia didorong oleh naluri untuk menikmati kebahagiaan dan berusaha
mewujudkan konsepsi kebahagiaannya. Keseluruhan hal yang dapat memberikan
kebahagiann kepada kita disebut konsepsi kebahagiaan. Konsepsi kebahagiaan mengenai
hal tertentu yang akan diwujudkannya merupakan motif komunikasi.
Hasil penggunaan akal dan budi ini tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba,
abstrak. Tidak dapat ditangkap oleh panca indra manusia. Bagaimana komunikan dapat
mengetahui isi pernyataan komunikator yang tidak dapat dilihat, diraba dan abstrak itu?
Komunikator hendaklah memberikan wujud yang dapat dilihat atau diraba atau disentuh
atau menyentuh panca indra komunikan.
Yang berfungsi untuk mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang abstrak
menjadi konkrit adalah lambang komunikasi. Fungsi lambang adalah mewujudkan isi
pernyataan dari bentuknya yang abstrak menjadi konkrit.
30
Menurut Hoeta Soehoet lambang komunikasi diartikan sebagai tanda yang mengandung arti yang digunakan dalam proses komunikasi. Lambang komunikasi ini dibagi dua menurut jumlah manusia yang menggunakannya yaitu lambang komunikasi umum dan lambang komunikasi khusus. Lambang komunikasi umum dibagi 4 golongan menurut bentuk perwujudannya yaitu:
1. Lambang komunikasi mimik 2. Lambang komunikasi gerak-gerik 3. Lambang komunikasi suara 4. Lambang komunikasi bahasa
(Hoeta Soehoet, 2002;36-27)
Lambang komunikasi bahasa dapat dibagi lagi menjadi bahasa tulisan (dicetak)
dan bahasa lisan. Lambang komunikasi bahasa merupakan lambang komunikasi yang
paling sempurna dibanding ketiga lambang lainnya. Hal ini disebabkan lambang
komunikasi bahasa lebih mudah mewujudkan isi pernyataan manusia. Dengan
menggunakan bahasa, manusia dapat menyampaikan berbagai macam isi pernyataan.
Di samping lambang komunikasi umum, ada juga lambang komunikasi yang
biasa digunakan oleh manusia yaitu lambang komunikasi khusus. Lambang komunikasi
khusus digunakan manusia untuk mewujudkan motif komunikasinya. Misalnya dalam
sebuah produksi film maka disamping lambang komunikasi umum (mimik, gerak-gerik,
suara dan bahasa) juga menggunakan lambang komunikasi khusus seperti pakaian, tata
rias pemain, dokorasi, aneka warna, tata lampu, dan lainnya.
31
Ada beberapa lambang komunikasi mimik yang mewujudkan isi pernyataan tertentu,
misalnya:
1. Mata terbelalak dan mulut terbuka mewujudkan isi pernyataan terkejut atau marah.
2. Mata menyipit dan dahi dikernyitkan mewujudkan isi pernyataan terkejut atau marah.
3. Mata melotot mewujudkan isi pernyataan marah.
Pengemis menggunakan lambang komunikasi umum dan lambang komunikasi
khusus. Lambang komunikasi khusus yaitu pakaiannya (kostum untuk pemain
sandiwara/film) dan lambang komunikasi umum seperti gerak-gerik (menadahkan
tangan), mimik yang meminta belas kasihan, serta bahasa lisan yang semuannya
mengandung isi pernyataan. Orang lain tanpa mendengar bahasa lisannya sudah tahu
bahwa isi pernyataannya meminta diberi sesuatu.
Penulis menarik kesimpulan bahwa isi pernyataan berbentuk abstrak, tidak dapat
dilihat diraba atau disentuh. Karena itu isi pernyataan dapat menyentuk atau disentuh
panca indra komunikan, haruslah diberi bentuk yang konkrit. Yang berfungsi untuk
mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang abstrak menjadi konkrit adalah
lambang komunikasi. Lambang komunikasi dibagi menjadi dua menurut manusia yang
menggunakannya yaitu lambang komunikasi umum dan komunikasi khusus. Lambang
komunikasi umum terdiri dari mimik, gerak-gerik, suara dan bahasa. Lambang
komunikasi merupakan elemen penting dalam proses memahami isi suatu program
acara, khususnya bagi anak-anak.
32
2.1.8 Televisi
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio
diketemukan dengan karakternya yang sepesifik yaitu audio visual atau peletak dasar
utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman tahun (1884) dan diberi
nama Jantra Nipkow (Dedy Iskandar Muda, 2004:4)
Sedangkan Efendy mengatakan, televisi adalah media komunikasi jarak jauh
dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara
elektromagnetik tanpa kawat. Kata televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang
berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan (2005;361)
Dari beberapa pendapat mengenai televisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
televisi adalah alat komunikasi jarak jauh tanpa dibatasi ruang, yang mampu
menayangkan suara sekaligus gambar bergerak melalui udara secara elektromagnetik.
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat
informatif, pendidikan, dan hiburan bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi
yaitu perpaduan antara radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di
rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, jika tidak terdapat unsur radio dan
tidak dapat melihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi jika tidak ada
unsur film.
Suatu program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh penonton, karena
dipancarkan oleh pemancar, jika pemancarnya tidak berfungsi optimal.
33
Televisi melahirkan suasana tertentu. Para pemirsanya dapat menyaksikan sambil
duduk bersantai maupun tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Proses penyampaian
pesan ini seolah-olah terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan.
Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dipahami karena didukung oleh
kejelasan secara audio dan terlihat secara visual.
Selain televisi memiliki audio dan visual, televisi juga memiliki fungsi sebagai
berikut menurut Kuswandi:
1. Fungsi Pendidikan
Televisi memiliki fungsi yang sangat penting, salah satu diantaranya
adalah fungsi pendidikan. Fungsi pendidikan berarti mendidik, agar dapat
memberikan suatu pedoman yang baik kepada pemirsanya yaitu dengan
menyajikan program-program televisi yang membangun minat belajar dan
mempunyai unsur edukatif.
2. Fungsi Hiburan
Disamping memiliki fungsi pendidikan, televisi juga memiliki fungsi
hiburan. Fungsi hiburan disini artinya menghibur para penonton agar merasa
senang untuk menyaksikan program-program televisi yang ditayangkan dan
bersifat unsur hiburan.
34
Adapun juga fungsi televisi sebagai berikut menurut Kuswandi, Wawan:
1. Fungsi Penerapan (The Information Function)
Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat
memuaskan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun
televisi menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata atau berita yang
dibacakan oleh penyiar dilengkapi gambar-gambar yang sudah faktual.
2. Fungsi Pendidikan (The Education Function)
Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang menyiarkan
acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar. Sesuai dengan
makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.
Stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandung
pendidikan.
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)
Sebagian besar dari alokasi waktu massa siaran diisi oleh acara-acara hiburan,
oleh karena itu pada televisi data yang ditampilkan merupakan gambar hidup beserta
suarannya bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati oleh khalayak.
(http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=KolomFeature&id=113; tanggal
3Maret 2011; pukul 00.45 WIB)
35
Televisi memiliki kelebihan dan kelemahan, Kelebihan dari televisi itu sendiri
sebagai berikut:
1. Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang
pengelihatan dan pendengaran manusia.
2. Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya, atau yang
langka.
3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
4. Dapat dikatakan ”meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.
5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi, dan proses dengan baik.
6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, foto,
dan gambar dengan baik.
7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak menyebarluaskannya
dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan.
8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
9. Membangkitkan perasaan intim atau media personal.
36
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Teori S-O-R (Stimulus – Organism – Respons)
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak
mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-
Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,
kognisi afeksi dan konasi.(Effendy, 2003, p. 254)
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang
terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau
S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-
reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,
simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara
tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika
orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika
tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model
inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu
Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh
berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat
memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai
jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan
menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.
37
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
dalam model ini adalah ;
• Pesan (stimulus, S)
• Komunikan (organism, O)
• Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya
jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat
Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru
ada tiga variabel penting yaitu :
• Perhatian
• Pengertian
• penerimaan.
Hosland (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
• Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
38
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
• Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
• Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
• Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima
atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah
yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
39
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat.
”Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan
menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh
komunikan” (Effendy, 2003, p.255) Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Teori S-O-R
Sumbar:Effendy,2003, p. 255
2.2.2 Sumber Arti dan Perkembangan Konsep bagi Anak-Anak
Apabila anak-anak memperoleh arti baru dari sumber baru, mereka
menambahkannya pada arti lama yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan
untuk mendapatkan arti tersebut bergantung pada kematangan. Karena kematangan
Respons
Stimulus Organism
• Perhatian
• Pengertian
• Penerimaan
40
dapat diramalkan, meskipun terdapat perbedaan individual, ada kemungkinan untuk
mengetahui pada kira-kira usia berapa sumber arti yang baru akan berguna. Pola ini
dapat didapat melalui:
1. Eksplorasi Dengan Indera
Sebagaimana dijelaskan oleh Eckerman dan Rheingold ”Melalui
eksplorasi, bayi belajar tentang dunia manusia maupun benda”. Setelah
dilahirkan, bayi mulai melihat, mendengar, mengecap, mencium dan menyentuh
segala sesuatu dalam jangkauan mereka. Dengan demikian, mereka belajar
menangkap arti yang diamati sebelumnya. Begitulah bayi mengenal benda asing
dari yang tidak dikenal menjadi dikenal.
2. Manipulasi Motorik
Bila koordinasi motorik sudah cukup berkembang sehingga balita dapat
memegang benda, maka bayi akan mulai mengenal sifat kehalusan, kelembutan,
dan kehangatan. Kemudian menimbulkan rasa ingin tahu mereka ”Usia
bertanya” mulai sekitar tahun ketiga dan mencapai puncaknya sekitar tahun
keenam. Tetapi anak-anak melanjutkan metode ini untuk memperoleh informasi
sepanjang hidup mereka.
3. Media Massa Bergambar
Apa yang tampak dalam media massa bergambar, terutama komik, film
dan televisi menjadi dasar bagi banyak konsep anak. Bila para guru atau polisi
secara tetap digambarkan dengan cara tertentu, anak-anak akan berpikir bahwa
41
semua guru atau semua polisi mempunyai ciri yang ada dalam gambar. Ini adalah
salah satu cara bagaimana stereotip berkembang.
Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Pengembangan Anak ” Film
pendidikan dan acara televisi yang mendidik berguna untuk mengembangkan
konsep yang realistis. (Elizabeth B.Hurlock, 2009;45) Kesimpulan yang dapat
diambil penulis bahwa kebanyakan media massa bergambar mengandung unsur
tidak realistis, walaupun condong ke kenyataan. Oleh sebab itu anak mungkin
mengembangkan konsep yang tidak realistis.
4. Membaca
Sebelum anak-anak belajar membaca, perbendaharaan arti mereka
bertambah besar lewat gambar-gambar cerita yang dibicarakan, atau dongeng-
dongeng. Bahkan ceritera sederhanapun memperkenalkan arti baru. Pengamatan
gambar dengan cermat dapat memungkinkan anak-anak memperoleh informasi
mengenai orang, benda dan situasi yang sebelumnya tidak dimengerti.
2.2.3 Acara Anak
Sebagai media massa, tayangan televisi memungkinkan bisa ditonton anak-
anak termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa. Saat ini setiap
stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak. Walaupun acara
khusus anak tersebut masih sangat minim.
Melihat kejadian-kejadian di masyarakat akhir-akhir ini; terutama yang
berhubungan dengan masalah dekadensi moral (seperti amuk massa, tawuran,
42
perkelahian, perampokan narkoba dan berbagai tindak kekerasan lainnya), membuat
kita tersentak dan menyadari bahwa selama ini kita mengalami kesalahan dalam
menerapkan strategi pembangunan. Pembangunan yang hanya mengutamakan
kemajuan fisik semata-mata ternyata tidaklah cukup tanpa diimbangi pembangunan
di bidang mental-psikologis, yaitu pembentukan sikap/prilaku warga masyarakat
(peserta didik) agar menjadi manusia yang berbudi luhur (berakhlaq mulia)
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YLKI) menunjukkan persentase acara yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil hanya 2,7-4,5%. Yang lebih mengkhawatirkan ternyata persentase kecil inipun materinya sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan anak-anak (http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=73963, tanggal 26 Februari 2011, pukul 17.12 WIB)
Televisi adalah media yang potensial sekali tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak. Sebagai media audio visual TV mampu merebut 94 % saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau, secara umum orang akan ingat 85 % dari apa yang mereka lihat di TV, setelah 3 jam kemudian dan 65 % setelah 3 hari kemudian. ( http://gumuxranger.web.id/documents/pengaruh_televisi_pada_perilaku_anak.html, tanggal 26 Februari 2011, pukul 12.55 WIB)
Jika kita perhatikan dalam film kartun yang bertemakan kepahlawanan
misalnya, pemecahan masalah tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan
mudah melalui tindakan kekerasan. Cara-cara seperti ini relatif sama dilakukan oleh
musuhnya (tokoh antagonis). Ini berarti tersirat pesan bahwa kekerasan harus dibalas
dengan kekerasan, begitu pula kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui
cara-cara yang sama.
43
Perbedaan budaya, ideologi, dan agama negara produsen film dengan negara
kita jelas akan mewarnai terhadap subtansi film tersebut. Karena film dimanapun
tidak sekedar tontonan belaka, ia dapat membawa ideologi, nilai, dan budaya
masyarakatnya. Tetapi keberanian yang dibutuhkan rakyat Indonesia dan anak Jepang
jelas berbeda, paling tidak dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam keseharian masyarakat kita mensyaratkan keberanian ‘apa adanya’
tanpa tersembunyi dibalik kecanggihan teknologi. Sehingga diharapkan akan
tertanam sikap berani dalam berkreasi sesuai dengan lingkungan di sekitarnya.
Sebaliknya keberanian di Jepang dalam lingkungan masyarakatnya sudah ditunjang
dengan teknologi yang canggih. Kondisi ini apabila dipandang sama, dihkawatirkan
akan melahirkan generasi yang cengeng dan mudah menyerah. Begitu pula aspek-
aspek lain masih banyak yang kurang sesuai dengan kondisi sosial budaya dan alam
Indonesia.
Penulis menarik benang merah, bahwa program anak-anak memang
diharapkan dapat menanamkan nilai, norma, krativitas, dan kecerdasan yang
‘membumi’ atau sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Hal ini pada akhirnya
diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan jati diri dan
budaya bangsa Indonesia, sehingga mereka menjadi bangga sebagai warga negara
Indonesia.
44
2.2.4 Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) yaitu:
”Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.
Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa
pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang
lain. Sehubungan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh penulis, pengaruh
merupakan bentuk hubungan sebab-akibat antar variabel.
Dalam hal ini acara ”Bonar Sang Pendongeng: akan memberikan pengaruh
terhadap siswa kelas 4, SD Negeri Sukabumi Utara 05 Pagi - 06 Pagi, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat
2.2.5 Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah
nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung
makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan
dunia khayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Dapat disimpulkan bahwa terkadang kisah dongeng bisa membawa
pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng
tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah dongeng yang sering diangkat
45
menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi
dongeng modern.
2.2.6 Cerita Rakyat Indonesia
Cerita Rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki
setiap bangsa. Jika digali dengan sungguh-sungguh, negeri kita sebenarnya berlimpah
ruah cerita rakyat yang menarik. Bahkan sudah banyak yang menulis ulang dengan cara
mereka masing-masing.
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu. (Artikel “Memahami Cerita Rakyat Indonesia”, http://indonesiatera.com; tanggal 28 Februari 2011; pukul 00.10 WIB)
Mengenal cerita rakyat adalah bagian dari mengenal sejarah dan budaya suatu
bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang terjadinya berbagai hal,
seperti terjadinya alam semesta. Adapun tokoh-tokoh dalam cerita rakyat biasanya
ditampilkan dalam berbagai wujud, baik berupa binatang, manusia maupun dewa, yang
kesemuanya disifatkan seperti manusia
Saat ini, cerita-cerita rakyat tidak hanya merupakan cerita yang dikisahkan secara
lisan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi telah
banyak dipublikasikan secara tertulis melalui berbagai media.
Kesimpulannya Cerita rakyat sangat digemari oleh warga masyarakat karena
dapat dijadikan sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat jenaka. Oleh karena
46
itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral dan
hiburan bagi masyarakat.
Menurut Emeis, cerita rakyat adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan
sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Sedangkan menurut William
R. Bascom, cerita rakyat adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite,
yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, cerita
rakyat adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung
sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian
(http://www.adicita.com/artikel/detail/id/202/Pengertian-Legenda-Cerita-Rakyat ;
tanggal 28 Februari 2011; pukul 00.25 WIB)
Kesimpulan yang didapat dari pernyataan tokoh-tokoh diatas, cerita rakyat
Indonesia adalah cerita yang bersifat sejarah, khayalan, bisa juga dianggap benar terjadi,
mengandung hal yang ajaib dan menandakan kesaktian, disampaikan dari bebagai
belahan Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
47
2.2.7 Minat Umum Pada Masa Kanak-Kanak
Setiap minat merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan anak, walaupun
kebutuhan ini bisa tidak segera terlihat bagi orang dewasa. Minat juga bisa padam
apabila tidak disalurkan. Misalnya lingkungan tempat anak hidup terbatas untuk
kesempatan bermain dengan anak lainnya, maka minat terhadap teman bermain mulai
berkurang dan minat lain akan menggantikannya. Ciri-ciri minat anak diantaranya ialah:
1. Minat untuk tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Artinya
minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental.
2. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Artinya anak-anak tidak dapat mempunyai
minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.
3. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Artinya, kesempatan untuk belajar
bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi
bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak sebagian besar terbatas pada
rumah, minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkup social,
maka mereka akan semakin tertarik pada sesuatu yang berasal dari luar rumah.
4. Perkembangan minat mungkin terbatas. Artinya, Ketidak mampuan fisik dan mental
serta pengalaman social yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik
misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman
sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.
5. Minat dipengaruhi budaya. Sebab anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua,
gurum dan orang dewasa lain untuk belajar mengenal apa saja yang oleh kelompok
48
budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka dianggap minat yang sesuai dan
mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi
mereka oleh kelompok budaya mereka.
6. Minat berbobot emosional. Bobot emosional-aspek afektif-dari minat menentukan
kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot
emosional yang menyenangkan memperkuatnya.
7. Minat itu egosentris. Misalnya minat anak laki-laki pada matematik, sering
berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika disekolah akan
merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di
dunia usaha.
49
2.2.8 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan
ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003)
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-
beda.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang
tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui terse
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain.
50
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
(Notoatmodjo,2003:3)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
51
2.2.9. Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.
Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini
murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang
memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke
sekolah menengah pertama (atau sederajat).
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga
negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar
(atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak
diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri
(SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan
Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan
Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang
standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit
pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
2.3 Oprasionalisasi Konsep
Operasionalisasi konsep merupakan perwujudan kongkrit konsep dalam
penelitia, sesuatu konsep yang mengandung kejelasan dan ketegasan mengenai
deskriptor (aspek-aspek yang terkandung atau tercakup) dan indikator (tanda-tanda
52
keberagaman atau variabilitas) konsep yang akan diteliti itu, yang terukur (bisa dan
mudah diukur).
Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan diatas oleh penulis, maka penulis
memahami operasionalisasi konsep adalah:
Tabel 1
Tabel Opersionalisasi Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat Pengaruh Tayangan Bonar Sang
Pendongeng Minat Menonton
Dimensi Indikator Dimensi Indikator 1. Kejelasan
2. Memberikan kemudahan dan suasana gembira
3. Waktu dan tempat mendongeng yang kondusif
4. Menarik minat
1) Suara Irgi Fahrezi jelas
2) Suara dalam dialog drama jelas
1) Ucapan Irgi Fahrezi ramah dan lembut.
2) Keakraban yang terjalin sangat terlihat
1) Pemilihan jam tayang Bonar Sang Pendongeng
2)Suasana tempat mendengar dongeng yang aman dan nyaman.
1) Memberikan pengetahuan baru tentang budaya
1. Menjadi prioritas acara yang ditunggu
2. Pengetahuan tentang Bonar Sang Pendongeng
3. Rasa penasaran
4. Pengaruh cerita membentuk watak,
1)Anak-anak lebih memilih Bonar Sang Pendongeng sebagai acara yang yang ditunggu-tunggu
1)Pemirsa anak-anak mengetahui cerita yang tayang pada 2 episode terakhir
2)Pemirsa anak-anak mengetahui siapa yang menjadi pembawa acara
1)Ada rasa penasaran pada tema cerita mendatang
1) Anak-anak mengetahui dan menghindari
53
5. Penampilan materi yang relevan
6. Melibatkan sisi emosional positif
7. Eksplorasi dengan indera
daerah Indonesia
2) Anak-anak berminat sekali untuk menyaksikan.
3) Segmen acara tidak membosankan dan selalu menarik
1) Gambaran cerita melalui drama jelas dan dapat diterima
2) Kak Irgi menyampaikan dengan ekspresif dalam mendeskripsikan cerita.
3)Penjelasan disertai pesan-pesan mengenai hal yang baik dan buruk kepada anak-anak.
1) Anak-anak menjadi tertantang dan tertarik untuk melakukan tindakan positif yang disampaikan dalam dongeng.
1)Penjelasan dengan drama cerita agar lebih merangsang indera pengelihatan
kepercayaan dan perbuatan anak
5. Mengidolakan sesuatu dalam acara Bonar Sang Pendongeng
6. Menjadi rutinitas yang direncanakan
7. Kesesuaian acara
perbuatan buruk dalam cerita
2)Anak-anak mengetahui dan melaksanakan perbuatan baik dalam cerita yang harus ditiru
1) Menyukai dan mencoba mengikuti perilaku dalam tokoh cerita dongeng.
2) Menyukai bintang tamu yang dihadirkan dalam acara
3) Mengidolakan pembawa acara Irgi Fahrezi
1. Acara yang tayang hanya 1 kali dalam seminggu membuat anak-anak tidak mau melewatkannya setiap minggu
.
1. Bonar Sang Pendongeng cocok untuk mengisi waktu anak-anak disiang hari.
2Bonar Sang Pendongeng berisi
54
8. Daya tarik pendukung acara
9. Cerita dapat memberikan kesan
1) Artis cilik turut meningkatkan ketertarikan
1) Dengan cerita yang disajikan, Adik-adik mendapat kesan terhadap baik dan buruk
8. Menyukai setidaknya 2 dari 3 jenis dongeng (dongeng fabel, dongeng rakyat, dan dongeng agama)
hiburan dan pengetahuan yang sesuai untuk anak-anak
1) Adik-adik menyukai tokoh dongeng hewan seperti anjing, burung, kucing, sapi, rusa, kancil, gajah
2. Adik-adik menyukai cerita yang menceritakan tentang asal usul suatu daerah, atau asal usul suatu kebudayaan.
3. Adik-adik menyukai cerita yang berisi tentang ajaran agama.
2.4 Hipotesis
Menurut Sugiono, penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitan yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak merumuskan
hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis (2008;93)
Berdasarkan pernyataan Sugiyono, penulis membuat hipotesis dari penelitian
yang diteliti bersifat kuantitatif, dirumuskan hipotesis:
55
Ho: Tidak ada pengaruh dari acara ”Bonar Sang Pendongeng” terhadap minat menonton
anak-anak Kelas 4, SD Negeri Sukabumi Utara 05 Pagi - 06 Pagi, Kebon Jeruk, Jakarta
Barat.
H1Ada pengaruh dari acara “Bonar Sang Pendongeng” terhadap minat menonton anak-
anak Kelas 4, SD Negeri Sukabumi Utara 05 Pagi - 06 Pagi, Kebon Jeruk, Jakarta Barat