bab 2 landasan teori 2.1 kerangka teori 2.1.1 komunikasithesis.binus.ac.id/asli/bab2/2011-2-00557-mc...

39
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Pada bab ini penulis akan menggunakan konsep-konsep yang berkaitan dengan rumusan masalah pokok penelitan, serta teori dan berbagai pendapat para ahli yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai bahan pendukung. 2.1.1 Komunikasi Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah kominikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. (Wiryanto;2004;4) Sejak lahir, kita sudah berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Mereka yang mengenalkan kepada kita lambing-lambang komunikasi. Sejak dini pula kita diperdengarkan suara, ditunjukan gerak-gerik, diperlihatkaan mimik untuk menunjukan rasa senang maupun sedih. Apa yang dilakukan orang tua dan kita ketika kecil hingga sekarang dikenal sebagai proses komunikasi. Terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum berarti memahami komunikasi. Menurut Porter dan samovar, memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimumkan hasil-hasil dari kejadian tersebut (Mulyana, 2009;10) 17

Upload: nguyenanh

Post on 01-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

 

17

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

Pada bab ini penulis akan menggunakan konsep-konsep yang berkaitan dengan

rumusan masalah pokok penelitan, serta teori dan berbagai pendapat para ahli yang

berkaitan dengan masalah penelitian sebagai bahan pendukung.

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

kominikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang

berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum

atau bersama-sama. (Wiryanto;2004;4)

Sejak lahir, kita sudah berkomunikasi dengan orang-orang terdekat. Mereka yang

mengenalkan kepada kita lambing-lambang komunikasi. Sejak dini pula kita

diperdengarkan suara, ditunjukan gerak-gerik, diperlihatkaan mimik untuk menunjukan

rasa senang maupun sedih. Apa yang dilakukan orang tua dan kita ketika kecil hingga

sekarang dikenal sebagai proses komunikasi.

Terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum berarti memahami komunikasi.

Menurut Porter dan samovar, memahami komunikasi manusia berarti memahami apa

yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, dan akhirnya apa yang

dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimumkan hasil-hasil dari kejadian

tersebut (Mulyana, 2009;10) 17 

 

 

18

Di manapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, selalu membutuhkan

komunikasi dengan orang lain. Bukan hanya para professional yang membutuhkan

komunikasi seperti dosen, pengacara, politisi, pendakwah yang harus terampil dalam

berkomunikasi, namun hampir semua jabatan. Banyak orang yang tidak mampu

mepertahankan profesinya, apapun profesinya disebabkan oleh mereka tidak terampil

dalam berkomunikasi.

Proses komunikasi yang melibatkan minimal dua orang sebagai komunikator dan

sebagai komunikan, dewasa ini didukung oleh perkembangan teknologi.

Berkembangnya media cetak dan elektronik memudahkan seseorang untuk

menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain.

Mengungkapkan apa yang kita rasakan, menggambarkan apa yang kita lihat,

menyanyikan apa yang kita dengar, merasakan apa yang kita sentuh merupakan bagian

dari komunikasi itu sendiri.

2.1.2 Definisi Komunikasi

Dalam buku Ilmu Komunikasi Deddy Mulyana (Mulyana, 2005;62), ada

dijabarkan definisi komunikasi oleh Bernard Barelson dan Gary . Teiner, mereka

mengatakan ”komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan

sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

Sedangkan menurut pendapat Raymond, komunikasi adalah suatu proses menyortir,

memilih dan mengirimkan simbol-simbil sedemikian rupa sehingga membantu

 

 

19

pendengar membangkitkan makana atau respons dari pirkirannya yang serupa dengan

yang dimaksudkan komunikator.

Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan

suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi

di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi

tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses

mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.

2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Berdasarkan pandangan Lasswell, komunikasi mempunyai lima unsur yang

saling bergantung satu sama lain, yaitu:

1. Sumber (Source)

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi. Untuk menyampaikan apa yang ingin diutarakan baik berasal

dari perasaannya atau pikiran, sumber harus mengubah perasaan atau pikiran

tersebut dalam bentuk simbol verbal atau nonverbal yang dapat dipahami oleh

penerima pesan. Pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi,

pola pikir dan perasaan sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan

tersebut.

2. Pesan

Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan

merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaam,

 

 

20

nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen,

diantaranya makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan

bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata(bahasa), yang

dapat merepresentasikan objek, gagasan, dan perasaan, baik ucapan taupun

tulisan.

3. Saluran atau Media

Saluran atau media merupakan alat atau wahana yang digunakan oleh sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerimannya. Pada dasarnya saluran

komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita

bisa juga menggunakan kelima indra untuk menerima pesan dari orang

lain.Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat

media cetak (surat kabar, majalah), atau menggunakan media elekrtronik

(radio,televisi). Pengirim pesan akan memilih saluran-saluran itu, bergantung

pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan lumlah penerima pesan yang

dihadapi.

4. Penerima (Receiver)

Penerima adalah orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan

pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan

perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat

simbol verbal dan nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia

pahami. Proses ini disebut penyandi-balik (decoding)

 

 

21

5. Efek

Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,

misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,

perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan,

perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan

menjadi bersedia membelinya, atau tidak bersedia memilih partai politik tertentu

menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu) (Mulyana,2005;63-65)

Menurut kesimpulan penulis, kelima unsur komunikasi diatas saling

terintegrasi, jika salah satu unsur diatas tidak berjalan baik maka proses

komunikasi akan terganggu. Begitu pula dangan keberadaan unsur tersebut,

apabila salah satu diantaranya dihilangkan maka proses tersebut bukanlah proses

komunikasi.

2.1.4 Komunikasi Massa

Komunikasi massa lahir dari komunikasi yang dilakukan oleh manusia sehingga

merupakan tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan

penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.

Menurut Steven A. Chafee, komunikasi massa memiliki efek-efek berikut terhadap

individu:

1. Efek ekonomis: menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh: dengan adanya industri media massa membuka lowongan pekerjaan)

2. Efek sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.

 

 

22

3. Efek penjadwalan kegiatan

4. Efek penyaluran/ penghilang perasaan

5. Efek perasaan terhadap jenis media

Gerbner (1967) menulis ( Rakhmat, 2003; 188) “mass communication is the

technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly

shared continuous flow of massage in industrial societies”(Komunikasi massa adalah

produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang

kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri)

Hal ini juga diperkuat oleh Cangara (2008;34) yang mengatakan bahwa

komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunkasi yang berlangsung

dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayaknya yang

sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar

dan film.

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi massa adalah proses

dimana komunikator melakukan pendistribusian pesan secara konsisten dan terus

menerus yang dilakukan oleh komunikator yang melembaga, melalui alat-alat mekanis

seperti radio, televisi, surat kabar dan film untuk mempengaruhi khalayaknya yang besar

dan berbeda- beda.

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah

memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun

elekronik. Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikasi massa itu

 

 

23

melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks

(Ardianto dkk, 2007; 7)

Pengaruh atau efek adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat

penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang kita inginkan.

Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude)

dan perilaku (behavior). (Cangara, 2008;147)

Sehingga dapat penulis simpulkan bahawa setiap peristiwa komunikasi memiliki

efek kepada komunikannya, begitu juga dengan komunikasi massa dimana sifat

pesannya terbuka karena jumlah khalayak pada komunikasi massa relatif banyak dan

tidak terbatas sehingga efek yang akan terjadi bisa dalam bentuk pengetahuan, sika

maupun perilaku.

2.1.5 Unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa mempunyai unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source),

pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect).

1. Unsur Who (Sumber atau Komunikator)

Unsur utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi

atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi

(institutionallized person). Yang dimaksud dengan institutionallized

(lembaga atau organisasi) adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio,

televisi, studio film, penerbit buku atau majalah. Adapun yang dimaksud

dengan person adalah redaktur surat kabar. Melalui tajuk rencana

 

 

24

menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia

memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara

tanpa fasilitas.

Menurut Rusdi (Wiryanto,2004:71) sebagai instirusi kapitalis,

media massa berusaha mencari keuntungan (profit). Apa yang dilakukan

media, baik dengan membeli produk jadi maupun memproduksi produk

sendiri, kemudian dujual kepada khalayak, hasilnya untuk membeli

produk lain lagi, tujuannya adalah memperoleh keuntungan, Artinya,

media membeli atau mengeluarkan uang untuk memproduksi isu,

kemudian dijual kepada khalayak. Tujuannya untuk memperoleh rating

khalayak dalam derajad tertentu.

2. Unsur Says what (Pesan)

Organisasi memiliki rasio keluaran tinggi yang didasarkan pada masuknya. Oleh

sebab itu, organisasi sanggup melakukan encode ribuan atau jutaan pesan yang sama

pada saat yang bersamaan. Jadi, pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam

jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audience yang sangat banyak.

Charles Wright memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa sebagai

berikut:

1) Publicly

Pesan-pesan komunikasi masas pada umumnya tidak ditujukan kepada

orang per orang secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka, untuk umum

 

 

25

atau publik. Semua anggota mengetahui bahwa orang lain juga menerima

pesan yang sama, dan disampaikan secara publicly.

2) Rapid

Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audience yang

luas dalam waktu yang singkat serta simultan. Pesan-pesan tersebut dibuat

secara massal, tidak seperti fine art yang dapat dinikmati berabad-abad.

3) Transient

Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi

kebutuhan segera, dikonsumsi ”sekali pakai” dan bukan untuk tujuan yang

bersifat permanen. Namun, untuk buku-buku perpustakaan, film, transkripsi-

transkripsi radio, dan rekaman audio visual merupakan pengecualian. Pada

umumnya, pesan-pesan komunikasi massa adalah pesan-pesan yang

expendable. Karena itu, isi media cenderung dirancang secara timely,

supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.

3. Unsur In which Channel (Saluran atau Media)

Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk

menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Tanpa saluran tersebut pesan

yang dikomunikasikan tidak dapat menyebar secara cepat, luas dan simultan.

Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, majalah, radio,

film, televisi, dan online. Saluran yang dimaksudkan di sini bukanlah aspek-

aspek teknis media, melainkan aspek psikologis sosialnya. Ciri-ciri dari masing

 

 

26

media adalah membawakan pesan komunikasi, fungsi, dan peranannya dalam

kehidupan sosial, psikologis masyarakat, serta efek yang ditimbulkannya.

4. Unsur To Whom (Penerima atau Mass Audience)

Unsur to Whom adalah yang menyangkut sasaran-sasaran komunikasi

massa. Ia adalah orang yang membaca surat kabar, yang membuat halaman-

halaman majalah, yang sedang mendengarkan radio, yang sedang menikmati film

di bioskop dan orang yang sedang browsing internet. Menurut charles Wright,

mass audience memiliki karakteristik-karakteristik, sebagai berikut:

1. Large

Berapa besarnya massa audience adalah relatif. Ia bisa menyebar dalam

berbagai lokasi. Ukuran untuk large biasanya menggunakan prinsip bahwa

pihak komunikator pada dasarnya tidak dapat mengadakan interaksi secara

tatap muka dengan khalayak. Prinsip ini penting, sebab yang dimaksud

dengan mass audience adalah perorangan-perorangan yang tidak terikat oleh

tempat yang sama.

2. Heterogen

Komunikasi massa tidak ditujukan kepada audience tertentu yang

ekslusif, melainkan untuk sasaran-sasaran yang menduduki berbagai posisi,

seperti orang-orang dari berbagai tingkat umur, jenis kelamin, pendidikan,

tempat tinggal, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa heterogen adalah

semua lapisan masyarakat dengan berbagai keragamannya.

 

 

27

3. Anonim

Anonim berarti bahwa anggota-anggota dari mass audience umumnya

tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikatornya (vice versa).

Anggota-anggota dari suatu mass audience dapat mengelompok berdasarkan

kepentingan yang sama, minat yang sama, pendapat yang sama, dan

kesamaan lain yang berhubungan dengan jenis-jenis pesan media yang

diterima.

Anita Taylor dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa khalayak

mempunyai peranan aktif dalam memilih pesan komunikasi yang diinginkan.

Taylor dan kawan-kawan berpendapat bahwa komunikan akan melakukan

pemilihan pesan yang diterima dari media massa melalui mekanisme

pemilihan berikut:

1. Pemilihan terpaan (selective selection exposure) merupakan kecenderungan yang hanya memperhatikan pesan-pesan yang konsisten atau sesuai dengan sikap dan kepentingannya.

2. Pemilihan perhatian (selective attention)merupakan kecenderungan yang hanya memperhatikan pesan-pesan yang menarik dan sensasional sesuai kebutuhannya.

3. Pemilihan persepsi (selective perception) merupakanan kecenderungan yang hanya bersedia menginterpretasikan pesan-pesan yang konsisten atau sesuai dengan sikap, dan keyakinannya.

4. Pemilihan ingatan (selective retention) merupakan kecenderunga yang hanya mau mengingat kembali mengenai pesan-pesan yang sesuai dengan sikap dan keyakinannya.

(Wiryanto,2004:76)

 

 

28

5. Unsur Whith What Effect (Unsur Efek atau Akibat)

Unsur ini sesungguhnya ”lekat” pada unsur audience. Efek adalah

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan

pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ini kedalam

tiga kategori, yaitu perubahan dan ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata.

(Wiryanto,2004:77) Ketiga jenis perubahan itu biasanya tidak selalu berlangsung secara

berurutan. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan

sikap diawalai dengan perubahan pengetahuan.

Kesimpulan yang dapat diambil penulis mengenai unsur komunikasi yang telah

dipaparkan diatas adalah bahwa komunikasi massa digerakan oleh 5 unsur utama yang

terdiri dari Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With what Effect?. Untur

tersebut mempunyai berbagai hambatan yang dapat mempengaruhi kualitas transfering

informasi kepada khalayak. Dengan meningkaTKan kualitas dari unsur komunikasi

massa, akan berimbas pada pengetahuan penerima pesan.

2.1.6 Karakteristik Media Massa

Karakteristik media massa menurut Cangara ialah sebagai berikut”

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang

yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunitas yang dilakukan kurang memungkinkan

terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Seandainya terjadi reaksi atau umpan

balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

 

 

29

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia

memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang

disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan

semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja

tanpa mengenal usia jenis kelamin, dan suku bangsa.( Cangara, 2008;126-127)

2.1.7 Lambang Komunikasi

Manusia didorong oleh naluri untuk menikmati kebahagiaan dan berusaha

mewujudkan konsepsi kebahagiaannya. Keseluruhan hal yang dapat memberikan

kebahagiann kepada kita disebut konsepsi kebahagiaan. Konsepsi kebahagiaan mengenai

hal tertentu yang akan diwujudkannya merupakan motif komunikasi.

Hasil penggunaan akal dan budi ini tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba,

abstrak. Tidak dapat ditangkap oleh panca indra manusia. Bagaimana komunikan dapat

mengetahui isi pernyataan komunikator yang tidak dapat dilihat, diraba dan abstrak itu?

Komunikator hendaklah memberikan wujud yang dapat dilihat atau diraba atau disentuh

atau menyentuh panca indra komunikan.

Yang berfungsi untuk mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang abstrak

menjadi konkrit adalah lambang komunikasi. Fungsi lambang adalah mewujudkan isi

pernyataan dari bentuknya yang abstrak menjadi konkrit.

 

 

30

Menurut Hoeta Soehoet lambang komunikasi diartikan sebagai tanda yang mengandung arti yang digunakan dalam proses komunikasi. Lambang komunikasi ini dibagi dua menurut jumlah manusia yang menggunakannya yaitu lambang komunikasi umum dan lambang komunikasi khusus. Lambang komunikasi umum dibagi 4 golongan menurut bentuk perwujudannya yaitu:

1. Lambang komunikasi mimik 2. Lambang komunikasi gerak-gerik 3. Lambang komunikasi suara 4. Lambang komunikasi bahasa

(Hoeta Soehoet, 2002;36-27)

Lambang komunikasi bahasa dapat dibagi lagi menjadi bahasa tulisan (dicetak)

dan bahasa lisan. Lambang komunikasi bahasa merupakan lambang komunikasi yang

paling sempurna dibanding ketiga lambang lainnya. Hal ini disebabkan lambang

komunikasi bahasa lebih mudah mewujudkan isi pernyataan manusia. Dengan

menggunakan bahasa, manusia dapat menyampaikan berbagai macam isi pernyataan.

Di samping lambang komunikasi umum, ada juga lambang komunikasi yang

biasa digunakan oleh manusia yaitu lambang komunikasi khusus. Lambang komunikasi

khusus digunakan manusia untuk mewujudkan motif komunikasinya. Misalnya dalam

sebuah produksi film maka disamping lambang komunikasi umum (mimik, gerak-gerik,

suara dan bahasa) juga menggunakan lambang komunikasi khusus seperti pakaian, tata

rias pemain, dokorasi, aneka warna, tata lampu, dan lainnya.

 

 

31

Ada beberapa lambang komunikasi mimik yang mewujudkan isi pernyataan tertentu,

misalnya:

1. Mata terbelalak dan mulut terbuka mewujudkan isi pernyataan terkejut atau marah.

2. Mata menyipit dan dahi dikernyitkan mewujudkan isi pernyataan terkejut atau marah.

3. Mata melotot mewujudkan isi pernyataan marah.

Pengemis menggunakan lambang komunikasi umum dan lambang komunikasi

khusus. Lambang komunikasi khusus yaitu pakaiannya (kostum untuk pemain

sandiwara/film) dan lambang komunikasi umum seperti gerak-gerik (menadahkan

tangan), mimik yang meminta belas kasihan, serta bahasa lisan yang semuannya

mengandung isi pernyataan. Orang lain tanpa mendengar bahasa lisannya sudah tahu

bahwa isi pernyataannya meminta diberi sesuatu.

Penulis menarik kesimpulan bahwa isi pernyataan berbentuk abstrak, tidak dapat

dilihat diraba atau disentuh. Karena itu isi pernyataan dapat menyentuk atau disentuh

panca indra komunikan, haruslah diberi bentuk yang konkrit. Yang berfungsi untuk

mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang abstrak menjadi konkrit adalah

lambang komunikasi. Lambang komunikasi dibagi menjadi dua menurut manusia yang

menggunakannya yaitu lambang komunikasi umum dan komunikasi khusus. Lambang

komunikasi umum terdiri dari mimik, gerak-gerik, suara dan bahasa. Lambang

komunikasi merupakan elemen penting dalam proses memahami isi suatu program

acara, khususnya bagi anak-anak.

 

 

32

2.1.8 Televisi

Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio

diketemukan dengan karakternya yang sepesifik yaitu audio visual atau peletak dasar

utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman tahun (1884) dan diberi

nama Jantra Nipkow (Dedy Iskandar Muda, 2004:4)

Sedangkan Efendy mengatakan, televisi adalah media komunikasi jarak jauh

dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara

elektromagnetik tanpa kawat. Kata televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang

berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan (2005;361)

Dari beberapa pendapat mengenai televisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

televisi adalah alat komunikasi jarak jauh tanpa dibatasi ruang, yang mampu

menayangkan suara sekaligus gambar bergerak melalui udara secara elektromagnetik.

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat

informatif, pendidikan, dan hiburan bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi

yaitu perpaduan antara radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di

rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, jika tidak terdapat unsur radio dan

tidak dapat melihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi jika tidak ada

unsur film.

Suatu program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh penonton, karena

dipancarkan oleh pemancar, jika pemancarnya tidak berfungsi optimal.

 

 

33

Televisi melahirkan suasana tertentu. Para pemirsanya dapat menyaksikan sambil

duduk bersantai maupun tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Proses penyampaian

pesan ini seolah-olah terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan.

Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dipahami karena didukung oleh

kejelasan secara audio dan terlihat secara visual.

Selain televisi memiliki audio dan visual, televisi juga memiliki fungsi sebagai

berikut menurut Kuswandi:

1. Fungsi Pendidikan

Televisi memiliki fungsi yang sangat penting, salah satu diantaranya

adalah fungsi pendidikan. Fungsi pendidikan berarti mendidik, agar dapat

memberikan suatu pedoman yang baik kepada pemirsanya yaitu dengan

menyajikan program-program televisi yang membangun minat belajar dan

mempunyai unsur edukatif.

2. Fungsi Hiburan

Disamping memiliki fungsi pendidikan, televisi juga memiliki fungsi

hiburan. Fungsi hiburan disini artinya menghibur para penonton agar merasa

senang untuk menyaksikan program-program televisi yang ditayangkan dan

bersifat unsur hiburan.

 

 

34

Adapun juga fungsi televisi sebagai berikut menurut Kuswandi, Wawan:

1. Fungsi Penerapan (The Information Function)

Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat

memuaskan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun

televisi menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata atau berita yang

dibacakan oleh penyiar dilengkapi gambar-gambar yang sudah faktual.

2. Fungsi Pendidikan (The Education Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang menyiarkan

acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar. Sesuai dengan

makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.

Stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandung

pendidikan.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagian besar dari alokasi waktu massa siaran diisi oleh acara-acara hiburan,

oleh karena itu pada televisi data yang ditampilkan merupakan gambar hidup beserta

suarannya bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati oleh khalayak.

(http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=KolomFeature&id=113; tanggal

3Maret 2011; pukul 00.45 WIB)

 

 

35

Televisi memiliki kelebihan dan kelemahan, Kelebihan dari televisi itu sendiri

sebagai berikut:

1. Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang

pengelihatan dan pendengaran manusia.

2. Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya, atau yang

langka.

3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.

4. Dapat dikatakan ”meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.

5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi, dan proses dengan baik.

6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, foto,

dan gambar dengan baik.

7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak menyebarluaskannya

dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan.

8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.

9. Membangkitkan perasaan intim atau media personal.

 

 

36

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Teori S-O-R (Stimulus – Organism – Respons)

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak

mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-

Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu

manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,

kognisi afeksi dan konasi.(Effendy, 2003, p. 254)

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang

terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau

S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-

reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,

simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara

tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika

orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika

tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model

inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu

Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh

berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat

memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai

jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan

menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.

 

 

37

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur

dalam model ini adalah ;

• Pesan (stimulus, S)

• Komunikan (organism, O)

• Efek (Response, R)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya

jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat

Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru

ada tiga variabel penting yaitu :

• Perhatian

• Pengertian

• penerimaan. 

Hosland (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada

hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

• Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak

efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus

 

 

38

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

efektif.

• Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

• Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

• Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan

perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya

apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang

diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,

faktor reinforcement memegang peranan penting.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima

atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah

yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan

menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,

 

 

39

kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku

seseorang, kelompok atau masyarakat.

”Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan

menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh

komunikan” (Effendy, 2003, p.255) Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Teori S-O-R

Sumbar:Effendy,2003, p. 255

2.2.2 Sumber Arti dan Perkembangan Konsep bagi Anak-Anak

Apabila anak-anak memperoleh arti baru dari sumber baru, mereka

menambahkannya pada arti lama yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan

untuk mendapatkan arti tersebut bergantung pada kematangan. Karena kematangan

Respons

Stimulus Organism

• Perhatian

• Pengertian

• Penerimaan

 

 

40

dapat diramalkan, meskipun terdapat perbedaan individual, ada kemungkinan untuk

mengetahui pada kira-kira usia berapa sumber arti yang baru akan berguna. Pola ini

dapat didapat melalui:

1. Eksplorasi Dengan Indera

Sebagaimana dijelaskan oleh Eckerman dan Rheingold ”Melalui

eksplorasi, bayi belajar tentang dunia manusia maupun benda”. Setelah

dilahirkan, bayi mulai melihat, mendengar, mengecap, mencium dan menyentuh

segala sesuatu dalam jangkauan mereka. Dengan demikian, mereka belajar

menangkap arti yang diamati sebelumnya. Begitulah bayi mengenal benda asing

dari yang tidak dikenal menjadi dikenal.

2. Manipulasi Motorik

Bila koordinasi motorik sudah cukup berkembang sehingga balita dapat

memegang benda, maka bayi akan mulai mengenal sifat kehalusan, kelembutan,

dan kehangatan. Kemudian menimbulkan rasa ingin tahu mereka ”Usia

bertanya” mulai sekitar tahun ketiga dan mencapai puncaknya sekitar tahun

keenam. Tetapi anak-anak melanjutkan metode ini untuk memperoleh informasi

sepanjang hidup mereka.

3. Media Massa Bergambar

Apa yang tampak dalam media massa bergambar, terutama komik, film

dan televisi menjadi dasar bagi banyak konsep anak. Bila para guru atau polisi

secara tetap digambarkan dengan cara tertentu, anak-anak akan berpikir bahwa

 

 

41

semua guru atau semua polisi mempunyai ciri yang ada dalam gambar. Ini adalah

salah satu cara bagaimana stereotip berkembang.

Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Pengembangan Anak ” Film

pendidikan dan acara televisi yang mendidik berguna untuk mengembangkan

konsep yang realistis. (Elizabeth B.Hurlock, 2009;45) Kesimpulan yang dapat

diambil penulis bahwa kebanyakan media massa bergambar mengandung unsur

tidak realistis, walaupun condong ke kenyataan. Oleh sebab itu anak mungkin

mengembangkan konsep yang tidak realistis.

4. Membaca

Sebelum anak-anak belajar membaca, perbendaharaan arti mereka

bertambah besar lewat gambar-gambar cerita yang dibicarakan, atau dongeng-

dongeng. Bahkan ceritera sederhanapun memperkenalkan arti baru. Pengamatan

gambar dengan cermat dapat memungkinkan anak-anak memperoleh informasi

mengenai orang, benda dan situasi yang sebelumnya tidak dimengerti.

2.2.3 Acara Anak

Sebagai media massa, tayangan televisi memungkinkan bisa ditonton anak-

anak termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa. Saat ini setiap

stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak. Walaupun acara

khusus anak tersebut masih sangat minim.

Melihat kejadian-kejadian di masyarakat akhir-akhir ini; terutama yang

berhubungan dengan masalah dekadensi moral (seperti amuk massa, tawuran,

 

 

42

perkelahian, perampokan narkoba dan berbagai tindak kekerasan lainnya), membuat

kita tersentak dan menyadari bahwa selama ini kita mengalami kesalahan dalam

menerapkan strategi pembangunan. Pembangunan yang hanya mengutamakan

kemajuan fisik semata-mata ternyata tidaklah cukup tanpa diimbangi pembangunan

di bidang mental-psikologis, yaitu pembentukan sikap/prilaku warga masyarakat

(peserta didik) agar menjadi manusia yang berbudi luhur (berakhlaq mulia)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YLKI) menunjukkan persentase acara yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil hanya 2,7-4,5%. Yang lebih mengkhawatirkan ternyata persentase kecil inipun materinya sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan anak-anak (http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=73963, tanggal 26 Februari 2011, pukul 17.12 WIB)

Televisi adalah media yang potensial sekali tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak. Sebagai media audio visual TV mampu merebut 94 % saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau, secara umum orang akan ingat 85 % dari apa yang mereka lihat di TV, setelah 3 jam kemudian dan 65 % setelah 3 hari kemudian. ( http://gumuxranger.web.id/documents/pengaruh_televisi_pada_perilaku_anak.html, tanggal 26 Februari 2011, pukul 12.55 WIB)

Jika kita perhatikan dalam film kartun yang bertemakan kepahlawanan

misalnya, pemecahan masalah tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan

mudah melalui tindakan kekerasan. Cara-cara seperti ini relatif sama dilakukan oleh

musuhnya (tokoh antagonis). Ini berarti tersirat pesan bahwa kekerasan harus dibalas

dengan kekerasan, begitu pula kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui

cara-cara yang sama.

 

 

43

Perbedaan budaya, ideologi, dan agama negara produsen film dengan negara

kita jelas akan mewarnai terhadap subtansi film tersebut. Karena film dimanapun

tidak sekedar tontonan belaka, ia dapat membawa ideologi, nilai, dan budaya

masyarakatnya. Tetapi keberanian yang dibutuhkan rakyat Indonesia dan anak Jepang

jelas berbeda, paling tidak dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam keseharian masyarakat kita mensyaratkan keberanian ‘apa adanya’

tanpa tersembunyi dibalik kecanggihan teknologi. Sehingga diharapkan akan

tertanam sikap berani dalam berkreasi sesuai dengan lingkungan di sekitarnya.

Sebaliknya keberanian di Jepang dalam lingkungan masyarakatnya sudah ditunjang

dengan teknologi yang canggih. Kondisi ini apabila dipandang sama, dihkawatirkan

akan melahirkan generasi yang cengeng dan mudah menyerah. Begitu pula aspek-

aspek lain masih banyak yang kurang sesuai dengan kondisi sosial budaya dan alam

Indonesia.

Penulis menarik benang merah, bahwa program anak-anak memang

diharapkan dapat menanamkan nilai, norma, krativitas, dan kecerdasan yang

‘membumi’ atau sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Hal ini pada akhirnya

diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan jati diri dan

budaya bangsa Indonesia, sehingga mereka menjadi bangga sebagai warga negara

Indonesia.

 

 

44

2.2.4 Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) yaitu:

”Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.

Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa

pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang

lain. Sehubungan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh penulis, pengaruh

merupakan bentuk hubungan sebab-akibat antar variabel.

Dalam hal ini acara ”Bonar Sang Pendongeng: akan memberikan pengaruh

terhadap siswa kelas 4, SD Negeri Sukabumi Utara 05 Pagi - 06 Pagi, Kebon Jeruk,

Jakarta Barat

2.2.5 Dongeng

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah

nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung

makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan

dunia khayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan

secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Dapat disimpulkan bahwa terkadang kisah dongeng bisa membawa

pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng

tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah dongeng yang sering diangkat

 

 

45

menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi

dongeng modern.

2.2.6 Cerita Rakyat Indonesia

Cerita Rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki

setiap bangsa. Jika digali dengan sungguh-sungguh, negeri kita sebenarnya berlimpah

ruah cerita rakyat yang menarik. Bahkan sudah banyak yang menulis ulang dengan cara

mereka masing-masing.

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu. (Artikel “Memahami Cerita Rakyat Indonesia”, http://indonesiatera.com; tanggal 28 Februari 2011; pukul 00.10 WIB)

Mengenal cerita rakyat adalah bagian dari mengenal sejarah dan budaya suatu

bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang terjadinya berbagai hal,

seperti terjadinya alam semesta. Adapun tokoh-tokoh dalam cerita rakyat biasanya

ditampilkan dalam berbagai wujud, baik berupa binatang, manusia maupun dewa, yang

kesemuanya disifatkan seperti manusia

Saat ini, cerita-cerita rakyat tidak hanya merupakan cerita yang dikisahkan secara

lisan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi telah

banyak dipublikasikan secara tertulis melalui berbagai media.

Kesimpulannya Cerita rakyat sangat digemari oleh warga masyarakat karena

dapat dijadikan sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat jenaka. Oleh karena

 

 

46

itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral dan

hiburan bagi masyarakat.

Menurut Emeis, cerita rakyat adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan

sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Sedangkan menurut William

R. Bascom, cerita rakyat adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite,

yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, cerita

rakyat adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung

sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian

(http://www.adicita.com/artikel/detail/id/202/Pengertian-Legenda-Cerita-Rakyat ;

tanggal 28 Februari 2011; pukul 00.25 WIB)

Kesimpulan yang didapat dari pernyataan tokoh-tokoh diatas, cerita rakyat

Indonesia adalah cerita yang bersifat sejarah, khayalan, bisa juga dianggap benar terjadi,

mengandung hal yang ajaib dan menandakan kesaktian, disampaikan dari bebagai

belahan Indonesia dari Sabang hingga Merauke.

 

 

47

2.2.7 Minat Umum Pada Masa Kanak-Kanak

Setiap minat merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan anak, walaupun

kebutuhan ini bisa tidak segera terlihat bagi orang dewasa. Minat juga bisa padam

apabila tidak disalurkan. Misalnya lingkungan tempat anak hidup terbatas untuk

kesempatan bermain dengan anak lainnya, maka minat terhadap teman bermain mulai

berkurang dan minat lain akan menggantikannya. Ciri-ciri minat anak diantaranya ialah:

1. Minat untuk tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Artinya

minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental.

2. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Artinya anak-anak tidak dapat mempunyai

minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.

3. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Artinya, kesempatan untuk belajar

bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi

bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak sebagian besar terbatas pada

rumah, minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkup social,

maka mereka akan semakin tertarik pada sesuatu yang berasal dari luar rumah.

4. Perkembangan minat mungkin terbatas. Artinya, Ketidak mampuan fisik dan mental

serta pengalaman social yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik

misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman

sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

5. Minat dipengaruhi budaya. Sebab anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua,

gurum dan orang dewasa lain untuk belajar mengenal apa saja yang oleh kelompok

 

 

48

budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka dianggap minat yang sesuai dan

mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi

mereka oleh kelompok budaya mereka.

6. Minat berbobot emosional. Bobot emosional-aspek afektif-dari minat menentukan

kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot

emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

7. Minat itu egosentris. Misalnya minat anak laki-laki pada matematik, sering

berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika disekolah akan

merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di

dunia usaha.

 

 

49

2.2.8 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan

ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003)

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan

penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-

beda.

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang

tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui terse

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

yang lain.

 

 

50

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

(Notoatmodjo,2003:3)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

 

 

51

2.2.9. Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.

Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini

murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang

memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke

sekolah menengah pertama (atau sederajat).

Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga

negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar

(atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak

diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri

(SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan

Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan

Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang

standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit

pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

2.3 Oprasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep merupakan perwujudan kongkrit konsep dalam

penelitia, sesuatu konsep yang mengandung kejelasan dan ketegasan mengenai

deskriptor (aspek-aspek yang terkandung atau tercakup) dan indikator (tanda-tanda

 

 

52

keberagaman atau variabilitas) konsep yang akan diteliti itu, yang terukur (bisa dan

mudah diukur).

Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan diatas oleh penulis, maka penulis

memahami operasionalisasi konsep adalah:

Tabel 1

Tabel Opersionalisasi Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Pengaruh Tayangan Bonar Sang

Pendongeng Minat Menonton

Dimensi Indikator Dimensi Indikator 1. Kejelasan

2. Memberikan kemudahan dan suasana gembira

3. Waktu dan tempat mendongeng yang kondusif

4. Menarik minat

1) Suara Irgi Fahrezi jelas

2) Suara dalam dialog drama jelas

1) Ucapan Irgi Fahrezi ramah dan lembut.

2) Keakraban yang terjalin sangat terlihat

1) Pemilihan jam tayang Bonar Sang Pendongeng

2)Suasana tempat mendengar dongeng yang aman dan nyaman.

1) Memberikan pengetahuan baru tentang budaya

1. Menjadi prioritas acara yang ditunggu

2. Pengetahuan tentang Bonar Sang Pendongeng

3. Rasa penasaran

4. Pengaruh cerita membentuk watak,

1)Anak-anak lebih memilih Bonar Sang Pendongeng sebagai acara yang yang ditunggu-tunggu

1)Pemirsa anak-anak mengetahui cerita yang tayang pada 2 episode terakhir

2)Pemirsa anak-anak mengetahui siapa yang menjadi pembawa acara

1)Ada rasa penasaran pada tema cerita mendatang

1) Anak-anak mengetahui dan menghindari

 

 

53

5. Penampilan materi yang relevan

6. Melibatkan sisi emosional positif

7. Eksplorasi dengan indera

daerah Indonesia

2) Anak-anak berminat sekali untuk menyaksikan.

3) Segmen acara tidak membosankan dan selalu menarik

1) Gambaran cerita melalui drama jelas dan dapat diterima

2) Kak Irgi menyampaikan dengan ekspresif dalam mendeskripsikan cerita.

3)Penjelasan disertai pesan-pesan mengenai hal yang baik dan buruk kepada anak-anak.

1) Anak-anak menjadi tertantang dan tertarik untuk melakukan tindakan positif yang disampaikan dalam dongeng.

1)Penjelasan dengan drama cerita agar lebih merangsang indera pengelihatan

kepercayaan dan perbuatan anak

5. Mengidolakan sesuatu dalam acara Bonar Sang Pendongeng

6. Menjadi rutinitas yang direncanakan

7. Kesesuaian acara

perbuatan buruk dalam cerita

2)Anak-anak mengetahui dan melaksanakan perbuatan baik dalam cerita yang harus ditiru

1) Menyukai dan mencoba mengikuti perilaku dalam tokoh cerita dongeng.

2) Menyukai bintang tamu yang dihadirkan dalam acara

3) Mengidolakan pembawa acara Irgi Fahrezi

1. Acara yang tayang hanya 1 kali dalam seminggu membuat anak-anak tidak mau melewatkannya setiap minggu

.

1. Bonar Sang Pendongeng cocok untuk mengisi waktu anak-anak disiang hari.

2Bonar Sang Pendongeng berisi

 

 

54

8. Daya tarik pendukung acara

9. Cerita dapat memberikan kesan

1) Artis cilik turut meningkatkan ketertarikan

1) Dengan cerita yang disajikan, Adik-adik mendapat kesan terhadap baik dan buruk

8. Menyukai setidaknya 2 dari 3 jenis dongeng (dongeng fabel, dongeng rakyat, dan dongeng agama)

hiburan dan pengetahuan yang sesuai untuk anak-anak

1) Adik-adik menyukai tokoh dongeng hewan seperti anjing, burung, kucing, sapi, rusa, kancil, gajah

2. Adik-adik menyukai cerita yang menceritakan tentang asal usul suatu daerah, atau asal usul suatu kebudayaan.

3. Adik-adik menyukai cerita yang berisi tentang ajaran agama.

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiono, penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitan yang

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak merumuskan

hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis (2008;93)

Berdasarkan pernyataan Sugiyono, penulis membuat hipotesis dari penelitian

yang diteliti bersifat kuantitatif, dirumuskan hipotesis:

 

 

55

Ho: Tidak ada pengaruh dari acara ”Bonar Sang Pendongeng” terhadap minat menonton

anak-anak Kelas 4, SD Negeri Sukabumi Utara 05 Pagi - 06 Pagi, Kebon Jeruk, Jakarta

Barat.

H1Ada pengaruh dari acara “Bonar Sang Pendongeng” terhadap minat menonton anak-

anak Kelas 4, SD Negeri Sukabumi Utara 05 Pagi - 06 Pagi, Kebon Jeruk, Jakarta Barat