bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

26
Sumber : Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI. BAB II BAHASAN 2.1 Infeksi Puerperalis Pengertian Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi luka jalan lahir pascapersalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernapasan, malria, dan tifus. Joseph dan Nugroho (2010) dan Prawirohardjo (2006) memberikan definisi mengenai infeksi nifas yaitu infeksi bakteri pada dan melalui traktus genitalia yang terjadi sesudah melahirkan , ditandai kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Kenaikan

Upload: friska-danastri

Post on 07-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

komplikasi nifaskomplikasi nifaskomplikasi nifaskomplikasi nifaskomplikasi nifaskomplikasi nifaskomplikasi nifaskomplikasi nifas

TRANSCRIPT

Page 1: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

Sumber :

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI.

BAB II

BAHASAN

2.1 Infeksi Puerperalis

Pengertian

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa

nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi luka

jalan lahir pascapersalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam

dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam dalam nifas

merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam masa nifas sering juga

disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam

nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan

pernapasan, malria, dan tifus.

Joseph dan Nugroho (2010) dan Prawirohardjo (2006) memberikan definisi

mengenai infeksi nifas yaitu infeksi bakteri pada dan melalui traktus genitalia yang

terjadi sesudah melahirkan , ditandai kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2

hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas

jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Prawirohardjo, 2006).

Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38oC atau lebih, yang terjadi selam 2 hari

berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesuda terjadi 24 jam pascapersalinan dalam

10 hari pertama masa nifas. Kejadian infeksi masa nifas berkurang antara lain karena

adanya antibiotik, berkurangnya operasi yang merupakan trauma yang berat,

pembatasan lamanya persalinan, asepsis, transfuse darah, dan bertamban baiknya

kesehatan umum (kebersihan, gizi, dan lain-lain).

Penyebab

Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar

(eksogen) atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen). Mikroorganisme endogen

lebih sering menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab

ialah golongan streptococcus, basil coli, dan stafilococcus. Akan tetapi, kadang-

Page 2: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

kadang mikroorganisme lain memegang peranan, seperti: Clostridium welchii,

Gonococcus, Salmonella typhii, atau Clostridium tetanii.

Cara terjadinya infeksi

1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan

dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam

uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang

dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman.

2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang

bersal dari hidung atau tenggorokan dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Oleh

karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekera di kamar bersalin harus

ditutupdengan masker dan penderita infeksi saluran pernapasan dilarang

memasuki kamar bersalin.

3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen yang berasal sari

penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa

oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain alat-alat yang

suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau

pada waktu nifas.

4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali

apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

5. Infeksi intrapartum sudah dapat menimbulkan gejala-gejala pada waktu

berlangsungnya persalinan.

Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah

lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala

yangmungkin uncul adalah kenikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan

takikardi, denyut jantung janin juga dapat meningkat. Air ketuban biasanya menjadi

keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum, kuman-kuman memasuki dinding uterus

pada waktu persalinan, dan dengan melewati amniom dapat menimbulkan infeksi

pula pada janin. Prognosis infeksi intrapartum sangat tergantung dari jrnis kuman,

lamanya infeksi berlangsung, dan dapat tidaknya persalinan berlangsung tanpa

banyak perlukaan jalan lahir.

Faktor predisposisi

Situasi berikut merupakan predisposisi infeksi masa nifas pada wanita.

1. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban.

2. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan.

Page 3: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

3. Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah

ketuban.

4. Teknik aseptic tidak sempurna.

5. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan.

6. Manipulasi intrauteri (misalnya: eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual).

7. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak

diperbaiki.

8. Hematoma.

9. Hemoragi, khususnya kehilangan darah lebih dari 1000 ml.

10. Pelahiran operatif, terutama persalinan melalui SC.

11. Retensi sisa plasenta atau membrane janin.

12. Perawatan perineum tidak memadai.

13. Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani (misalnya: vaginosis

bakteri, klamidia, gonorrhea).

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan suhu tubuh,

malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi

dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorim dan

sensitifitas pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi serta

kolaborasi dengan dokter.

Penanganan

Penanganan umum menurut Prawirohardjo (2006) antara lain:

a. Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi, dan masalah dalam proses

persalinan yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa

nifas.

b. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi

nifas

c. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang

dikenali pada saat kehamilan taupun persalinan

d. Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui

e. Beri acatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala

yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.

f. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang

mengalami infeksi pada saat persalinan

Page 4: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

g. Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.

h. Beri infus heparin, obati dengan antibiotika dan berikan terapi suportif dan

observasi

i. Berikan terapi suportif (hepatoprotektor) dan observasi

Jenis-jenis Infeksi Puerperalis

Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih

umum terjadi setelah pelahiran SC daripada pelahiran per vaginam, adanya laserasi

atau trauma jaringan dalam saluran genetalia dapat terkena infeksi setelah mehirkan.

Selain itu, juga terdapat penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi local dan

menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan limfatik sehingga mengakibatkan infeksi

bakteri di tempat yang lebih jauh. Area perluasan infeksi puerperium meliputi

selulitis panggul, salpingitis, ooforitis, peritonitis, tromboflebitis panggul dan/atau

femoral, dan bakteremia.

Berikut ini jenis-jenis infeksi puerperalis.

1. Endometritis

Pengertian dan Penyebab

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman yang memasuki

endometrium, biasanya melalui luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu

singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Leukosit-leukosit segera

membuat pagar pertahanan dan keluarlah serum yang mengndung zat anti,

sedangkan otot-otot berkontraksi dengan kuat, rupanya dengan maksud menutup

aliran darah dan limfe. Ada kalanya endometritis menghalangi involusi (Krisnadi,

2005). Pada infeksi dengan kuman yang tidak terlalu pathogen, radang terbatas

pada endometrium.

Tanda dan Gejala

Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita,

serta derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum

dan bersifat naik turun (remittens). His lebih nyeri dari biasa dan lebih lama

dirasakan. Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau cokelat, serta berbau.

Lokia yang berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering

terdapat subinvolusi. Leukosit naik antara 15.000-30.000/mm3. Sakit kepala,

kurang tidur, dan kurang nafsu makan dapt mengganggu penderita. Tanda dan

gejala endometritis adalah sebagai berikut.

Page 5: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40oC, bergantung pada keparahan

infeksi.

2. Takikardi.

3. Menggigil dengan infeksi berat.

4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.

5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.

6. Subinvolusio.

7. Lokia sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak sedap, lokia seropurelenta.

8. Variabel awitan bergantung pada organism, dengan streptococcus grup B

muncul lebih awal.

9. Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositosis puerperium

fisiologis.

Penanganan

Penanganan dengan obat antimikroba spectrum luas termasuk sefalosporin

(misalnya: sefoxitin, cefotetan) dan penisilin spectrum luas, atau inhibitor

kombinasi penicillin/betalaktamase (Augmentin, Unasyn). Kombinasi klindamisin

dan gentamisin juga dapat digunakan, seperti metronidazoljka ibu tidak menyusui.

Endometritis ringan dapat ditangani dengan terapi oral meskipun infeksi yang

lebih serius emerlukan hospitalisais untuk terapi intravena.

Penyebaran endometritis, jika tidak ditangani, dapat menyebabkan salpingitis,

tromboflebitis septic, peritonitis, dan fasilitas nekrotikans. Setiap dugaan adanya

infeksi memburuk, gejala yang tidak dapat dijelaskan, atau nyeri akut memerlukan

konsultasi dokter dan rujukan.

Jika infeksi tidak meluas, maka suhu turun secara berangsur-angsur dan turun

pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tetapi bayi boleh terus menyusu

pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lokia, pasien boleh diletakkan dengan

letak fowler dan dibei juga uterustonika. Selain itu, pasien juga disuruh minum

banyak.

2. Parametritis

Pengertian

Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa

cara: penyebaran melalui limfedari luka serviks yang terinfeksi atau dari

endometritis, penyebaran langsung dari luka pada serviks yang eluas sampai ke

dasar ligamentum, serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat

Page 6: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke

semua jurusan.

Penyebab

Menurut Mochtar (1998) parametritis dapat terjadi dengan 3 cara yaitu:

a. Melalui robekan serviks yang dalam

b. Penjalaran endometritis atau luka serviks yang terinfeksi melalui saluran getah

bening

c. Sebagai lanjutan tromboflebitis pelvika

Tanda dan Gejala

Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas

ligamentum inguinalis atau pada fossa iliaka. Parametritis ringan dapat

menyebabkan suhu yang meninggi salam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih

dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri dan kanan dan nyeri pada pemeriksaan

dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada

perkembangan proses peradangan lebih lanjut, gejala-gejala parametritis akan

menjadi lebih jelas.

Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah

uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang pangguldapat meluas

ke berbagai jurusan. Pada bagian tengah jaringan yang meradang tersebut dapat

tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi

naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan

perut nyeri. Pada dua pertiga kasus tidak terjadi pembentukan abses dan suhu

menurun dalam beberapa minggu. Tumor disebelah uterus mengecil sedikit

demisedikit dan akhirnya terdapat parametrium yag kaku. Jika terjadi abses, cairan

abses selalumencari jalan ke rongga perut sehingga menyebabkan peritonitis, ke

rektum, atau ke kandung kemih.

3. Infeksi Trauma Vulva, Perinium, Vagina, dan Serviks

Penyebab

Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi

kurang baik (Prawirohardjo, 2006).

Tanda dan Gejala

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-

kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya

tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka

Page 7: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa

naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.

Tanda dan gejala infeksi episiotomy,laserasi, atau trauma lain meliputi sebagai

berikut.

1. Nyeri lokal.

2. Disuria.

3. Suhu derajat rendah-jarang di atas 38,3oC.

4. Edema.

5. Sisi jahitan merah dan inflamasi.

6. Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan.

7. Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi.

Penanganan

Jahitan episiotomi dan laserasi yang tampak sebaiknya diperiksa secara rutin.

Penanganan jahitan yang terinfeksi meliputi membuang semua jahitan, membuka,

mendebridemen, membersihkan luka, dan memberikan obar antimikroba spectrum

luas. Selain episiotomy atau laserasi, trauma dapat meliputi memar, abrasi (tanda-

tanda gesekan) yang terlalu kecil untuk dijahit, dan pembentukan hematoma. Hal

ini jua disebabkan oleh objek asing, seperti spons kassa yang tertinggal dalam

vagina karena kurang hati-hati.

Penanganan spesifik pada infeksi luka perineum dan luka abdominal menurut

Prawirohardjo (2006) yaitu:

1) Membedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma, dan

wound cellulitis.

a) Wound abcess, wound seroma, dan wound hematomaI suatu pengerasan

yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serousatau kemerahan dan

tidak ada / sedikit erithema sekitar luka.

b) Wound cellulitis didapatkan eritema dan edema meuluas mulai dari tempat

insisi dan melebar.

2) Bila didapatkan pus dan cairan pada luka, buka, dan lakukan pengeluaran.

3) Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridement

4) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika

5) Bila infeksi relative superficial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam

dan metronidazol 500 mg per oral 3x/hari selama 5 hari

Page 8: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

6) Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri

penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin inj 1 g 4x/hari) ditambah

dengan gentamisisn 5 mg/kg berat badan perhari IV sekali ditambah dengan

metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. bila

ada jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2-4 minggu

setelah infeksi membaik.

7) Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering

diganti.

4. Salpingitis (salfingo-ooforitis)

Salpingitis adalah peradangan pada adnekssa. Kadang-kadang walaupun

jarang infeksi menjalar sampai ke tuba fallopi, bahkan ke ovarium. Disini terjadi

salpingitis dan/atau ooforitis yang sukar dipisahkan dari pelvio peritonitis. Diagnosis

dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadi

piosalfing (Mochtar, 1998). Sering disebabkan oleh gonore, biasanya terjadi pada

minggu ke-2. Pasien demam menggigil dan nyeri pada perut bagian bawah biasanya

kiri dan kanan. Salpingitis dapat sembuh dalam 2 minggu, tetapi dapat mengakibatkan

kemandulan (Krisnadi, 2005).

5. Septikemia dan Pyemia

Ini merupakan infeksi yang umum disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat

pathogen, biasanya streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat

berbahaya dan tergolong 50% penyebab kematian karena infeksi nifas.

a. Septikemia

Pada infeksi ini, kuman-kuman dari uterus langsun masuk ke dalam peredaran

darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya Septikemia dapat

dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.

Gejala yang muncul dari pasien, antara lain:

1. Permulaan penderita sudah sakit dan lemah

2. Sampai hari ke-3 postpartum, suhu meningkat dengan cepat dan menggigil

3. Selanjutnya suhu berkisar antara 39o-40o C, keadaan umum memburuk, nadi

menjadi cepat (140-160 kali/menit)

b. Pyemia

Pada Pyemia, terdapat trombophlebitis dahulupada vena-vena di uterus dan

sinu-sinus pada bekas implantasi plasenta. Trombophlebitis ini menjalar ke vena

uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovary. Dari tempat-tempat thrombus ini,

Page 9: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

embolus kecil yang berisi kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk

ke dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat

lain, diantaranya paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, yang dapat

mengakibatkan terjadinya abses-absesdi tempat tersebut.

Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut:

1. Perut nyeri

2. Yang khas adalah sehu berulang-ulang meningkat dengan cepat disertai

menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.

3. Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat dilepaskannya embolus

dari Trombophlebitis pelvika.

4. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni, dan

pleuritis.

6. Sepsis Puerperalis

Pengertian

Terjadi kalau setelah persalinan ada sarang sepsis dalam badan yang secara

terus-menerus atau periodic melepaskan mikroorganisme pathogen ke dalam

peredaran darah (Krisnadi, 2005).

Pada sepsis ini dibedakan menjadi:

1) Port d’entrée: biasanya bekas insersi placenta

2) Sarang sepsis primer: tomboplebitis pada vena uterine atau vena ovarika

3) Sarang sepsis sekunder (metastasis): misalnya di paru sebagai abses paru atau pada

katup jantung sebagai endokarditis ulserosa septika. dasamping itu, dapat terjadi

abses di ginjal, di hati, limpa, dan otak (Krisnadi, 2005).

Tanda dan Gejala

Suhu tinggi (40°C atau lebih, biasanya remittens), menggigil, keadaan umum

memburuk (nadi kecil dan tinggi, nafas cepat, dan gelisah), dan Hb menurun

karena hemolisis dan lekositosis (Krisnadi, 2005).

7. Peritonitis

Pengertian

Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke peritoneum

hingga terjadi peritonitis atau ke parametrium menyebabkan parametritis. Jika

peritonitis ini terbatas pada rongga panggul disebut pelveo peritonitis, sedangkan

jika seluruh peritoneum meradang kita mengahadapi peritonitis umum. Prognosis

peritonitis umum jauh lebih buruk dari pelveo peritonitis (Krisnadi, 2005).

Page 10: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

Tanda dan Gejala

Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi, demam menggigil, nadi

tinggi dan kecil, perut kembung (kadang-kadang ada diare), muntah, pasien

gelisah dan mata cekung dan sebelum mati ada delirium dan koma (Krisnadi,

2005).

Penanganan

Dalam Prawihardjo (2006) penanganan dibedakan berdasarkan penyebaran

atau keparahan akibat peritonitis dijelaskan sebagai berikut:

Abses pelvis

1) Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan

kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi Fowler.

2) Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi.

Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/kg berat

badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. lanjutkan

antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam

Peritonitis

1) Lakukan nasogastric sunction

2) Berikan infus (NaCl atau Ringer Laktat)

3) Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam. Ampisilin 2 gr IV,

kemudian 1 gr selama 6 jam, ditambah gentamisisn 5mg/kg berat badan IV dosis

tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.

4) Laparatomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)

2.2 Infeksi saluran kemih

Pengertian

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini

dihubungan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat

persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuan dari perineum, atau

kateterisasi yang sering.

Infeksi Traktus Urinarius ( ITU ) adalah masuknya kuman atau bibit penyakit

dimana pada urin yang diperiksa ditemukan mikroorganisme lebih dari 10.000 per ml.

Urine yang diperiksa harus bersih, segar, dan di ambil dari aliran tengah (midstream)

atau diambil dengan fungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih

dari normal ini disebut dengan bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai

Page 11: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala

yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2006).

Penyebab

Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram negatif,

terutama Eskerisia koli, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari

kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif

infeksi saluran kencing.

Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi

saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine

(Bakteriuria).

Salah satu penyebaranya organismenya dapat melalui :

1.      penggunaan kateter dalam jangka pendek

2.      penggunaan kateter yang lebih lama  

3.      Terlalu lama menahan kencing

4.      Kurang minum

5.      Penggunaan toilet yang tidak bersih

6.      Kebiasaan cebok yang salah

Tanda dan Gejala

Sistitis biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih (disuria), sering

berkemih, dan tidak dapat ditahan demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi

urine pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya infeksi.

Pielonefritid memberikan gejala yang lebih berat, demam, menggigil, serta

perasaan mual dan muntah, selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria.

Jenis-jenis infeksi

Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian :

1.    Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)

Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air seni

“mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama

seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2-10%.

Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan

peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature, gangguan

pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan

bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang

dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.

Page 12: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian :

Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari

Sulfonamid

Cephalosporin

Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari

2. Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)

a. Sistitis

Adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian atas

saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan masa

nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan kuman-kuman yang lain. Faktor

predisposisi lain adalah uretra yang pendek, adanya sisa air kemih yang

tertinggal disamping penggunaan kateter yang sering dipakai untuk ginekologi

atau persalinan, sehingga kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada

di uretra distal yang masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak

menggunakan katetr bila tidak perlu.

Gejala :

Disuria (kencing sakit) terutama pada akhir berkemih

Sering berkemih pada bagian atas simfisis

Sering tidak dapat menahan untuk berkemih

Air kemih kadang-kadang terasa panas

Gejala Sistemik :

Suhu badan meningkat (Demam)

Nyeri pinggang

Sisitis dapat diobati dengan :

Sulfonamid

Ampisilin

Eritromisin

Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan dan

pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk

mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (dengan

jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan

makin bertambah.

Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat, berikan

antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis ataupun cara

Page 13: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan

Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.

b. Pielonefritis Akuta

Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi pada

1%-2% kehamilan terutama pada trimester III dan permulaan masa nifas.

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Stafilokokkus aureus,

Basillus proteus, dan Pseudomonas aeruginosa. Predisposisinya antara lain

penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau

kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih

karena trauma persalinan, dan luka pada jalan lahir. Penderita yang menderita

pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada sebelum

kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.

Gejala penyakitnya :

Mual dan muntah

Nyeri pinggang

Demam tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan

sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.

Keluhan sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)

Nafsu makan berkurang

Kadang – kadang diare

Jumlah urin sangat berkurang (Oliguria)

Pengobatan Pielonefritis dengan cara :

Penderita harus dirawat

Istirahat berbaring

diberi cukup cairan infuse RL

antibiotika (Ampisilin, Sulfonamid)

Observasi persalinan preterm

Biasanya pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang penyakit ini

dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan

penderita harus diawasi akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi

ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan,

sedangkan pada hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau

persalinan prematur.

c. Gagal Ginjal

Page 14: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

Gagal ginjal adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu

dengan ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakibat

azotemia progresif serta kenaikan ureum dan kreatinin darah. ( Imam Parsoedi

dan Ag. Soewito : ilmu penyakit dalam).

Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom

ginjal idiopatik postpartum. Penanggulangannya diberi cairan infus atau

tranfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan

hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan

hemodialisis secara teratur atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang

tetap gagal.

Penanganan

Antibiotik yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide,

trimetoprim, sulfametoksasol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan

resistensi microbial terhadap golongan penisilin.

Pielonefritis membutuhkan penanganan yang lebih awal, pemberian dosis

awal antibiotik yang tinggi melalui intravena, misalnya sefalosporin 3-6 gr/hari

dengan atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya dilakukan kultur urine.

2.3 Mastitis

Pengertian

Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap wanita,

mastitis semata-mata merupakan komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis harus

dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudaraakibat pembesaran awal

karena air susu masuk ke dalam payudara.

Penyebab

Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara (misalnya glandular, jaringan ikat,

areola, lemak) oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara.

Organisme yang umum termasuk S. aureus, streptococci, dan H. parainfluenzae.

Cedera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar,

pembesaran payudara, statis ASI dalam duktus, atau pecahnya atau fisura puting susu.

Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut.

1. Tangan ibu.

2. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi.

3. Bayi.

Page 15: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

4. Duktus laktiferus.

5. Darah sirkulasi.

6. Stress dan keletihan telah dikaitkan dengan mastitis. Hal ini masuk akal karena

stress dan keletihan dapat menyebabkan kecerobohan dalam teknik penanganan,

terutama saat mencuci tangan, atau melewatkan waktu menyusui, yang dapat

menyebabkan pembesaran dan statis.

Tanda dan gejala

Selain pembesaran besar, precursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada

sebelum akhir minggu pertama pascapartum. Setelah masa itu, wanita mungkin

mengalami gejala-gejala berikut ini.

1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.

2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.

Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual

mastitis meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5-40oC).

2. Peningkatan kecepatan nadi.

3. Menggigil.

4. Malaise umum, sakit kepala.

5. Nyeri hhebat, bengkak, inflamsi, area payudara keras.

Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% resiko tebentuknya abses.

Tanda dan gejala abses meliputi hal-hal berikut ini.

1. Discharge puting susu purulenta

2. Demam remitten (suhu naik turun) disertai menggigil.

3. Pembengkakan payudara dan sangat nyeri, massa besar dank eras dengan area

kulit berwarna berfluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses

berisi pus.

Penanganan

Penanganan terbaik mastitis adalah pencegahan. Pencegahan dilakukan

dengan mencuci tangan mengunakan sabun antibakteri secara cermat, pencegahan

pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering, posisi bayi yang tepat pada

payudara, penyangga payudara yang baik tanpa konstriksi, membersihkan hanya

dengan air dan tanpa agen pengering, observasi bayi setiap hari terhadap adanya

infeksi kulit atau tali pusat, dan menghindari kontak dekat dengan orang yang

diketahui menderita infeksi atau lesi stafilococcus.

Page 16: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

Puting susu yang pecah atau fisura dapat menjadi jalan masuk terjadinya

infeksi S. aureus. Pengolesan beberasa tetes susu di area puting susu pada akhir

menyuui dapat meningkatkan penyembuhan, pertimbangkan untuk melakuakan kultur

air susu jika terjadi fisura dalam persisten, dan profilaksis dengan antibiotik topikal

atau sistemik jika sesuai.

Jika didua mastitis, intervensi dini dapat mencegah perburukan. Intervensi

meliputi beberapa tindakan hygiene dan kenyamanan.

1. Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat.

2. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara.

3. Kompres hangat pada area yang terkena.

4. Masase area saat meyusui unutk memfasilitasi aliran air susu.

5. Peningkatan asupan cairan.

6. Istirahat.

7. Membantu ibu menetukan prioritas untuk mengurangu stress dan keletihan dalam

kehidupannya.

8. Suportif, pemeliharaan perawaan ibu.

2.4 Galaktokel  

Pengertian

Galaktokel merupakan massa berisi susu yang tersumbat apada duktus

laktiferus. Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang

hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti

kanker.Galaktokel dapat terjadi  pada ibu yang baru/ sedang menyusui. Diagnostik

bandingnya adalah kista berisi cairan, fibrioadenoma dan kanker payudara.

Tanda dan Gejala

Terdapat massa (benjolan) yang nyeri tekan dan padat. Biasanya galaktokel

tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah

digerakkan.

Penyebab

1. Air susu mengental, sehingga menyumbat lumen ssaluran, hal ini terjadi akibat air

susu jarang dikeluarkan.

2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar

3. Ibu berhenti menyusui

4. Penggunaan alat kontrasepsi oral atau galaktorea

Page 17: bab 2 komplikasi nifas terbaru.docx

Penanganan

1. Payudara dikompres dengan air hangat setelah itu bayi disusui

2. Payudara dipijat(massage), setelah itu bayi disusui

3. Bayi disusui lebih sering

4. Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat

5. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan

tindakan apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel

menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi

jarum halus.