bab 2 kerangka pemikiran -...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kerangka Konsep Dasar
Berdasarkan identifikasi masalah yang terdapat pada bab 1 latar belakang,
penulis akan menjelaskan beberapa teori yang berhubungan dengan judul penelitian
yaitu peranan public relations dalam mempertahankan citra pasca menghadapi krisis
perusahaan pada PT. Garuda Indonesia Tbk. Berikut adalah teori yang terdapat dalam
identifikasi masalah pokok tersebut :
2.1.1 Komunikasi
Kata komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi dalam Ruslan, (2008:
81) yaitu berasal dari perkataan bahasa Latin: communicatio yang berarti
“pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Dengan demikian maka secara garis
besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan
makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator
(penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Proses komunikasi dapat
diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim
pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan.
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan, tujuannya untuk
memberikan pesan dari narasumber (komunikator) kepada publik (komunikan).
12
Dalam proses ini terjadilah interaksi yang memungkinkan adanya reaksi umpan
balik dari komunikan. Komunikasi erat kaitannya dengan public relations,
karena dalam kegiatan public relations PT Garuda Indonesia Tbk, komunikasi
merupakan sarana dalam penyampaian pesan dari perusahaan melalui public
relations (komunikator) kepada publiknya (komunikan).
Menurut Robert D. Ross dalam Ruslan (2008: 83) mengatakan, “bahwa
komunikasi merupakan alat yang terpenting dalam fungsi public relations.
Publik mengakui dan menghargai suatu kinerja yang baik dalam kegiatan
komunikasi secara efektif, dan sekaligus kinerja yang baik tersebut untuk
menarik perhatian publik serta tujuan penting yang lainnya dari fungsi public
relations”.
Dalam hal tersebut komunikasi memang merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk fungsi public relations. Publik bisa menilai dan mengakui
kinerja yang baik melalui komunikasi yang efektif. Oleh karena itu seorang
public relations harus mampu berkomunikasi secara efektif agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh publik. Berdasarkan pengertian
yang dijelaskan di atas, penulis dapat membuat berpendapat bahwa komunikasi
itu memerlukan komunikator dan komunikan serta pesan yang akan
disampaikan. Dengan demikian proses yang terjadi antara komunikator dan
komunikan dapat dijelaskan melalui model komunikasi yang menjelaskan
tentang proses kegiatan komunikasi yang terjadi diantara komunikator yaitu
public relations PT Garuda Indonesia Tbk dengan publiknya (komunikan) yang
memberikan penilaian tentang citra perusahaan pasca krisis yang terjadi.
13 2.1.2 Public Relations
2.1.2.1 Pengertian Public Relations
Menurut Cutlip dkk seperti dikutip oleh Krisyantono (2008: 5)
menyatakan “Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan
publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”.
Istilah public relations sering diartikan menjadi “Hubungan Masyarakat
(Humas)”. Sebenarnya penggunaan istilah Hubungan Masyarakat ini tidak tepat.
Arti kata “public” dalam public relations berbeda dengan kata “masyarakat”
dalam Hubungan Masyarakat. Istilah masyarakat terlalu luas, sedangkan public
hanyalah bagian dari masyarakat yang luas itu. Publik merupakan sekumpulan
orang atau kelompok dalam masyarakat yang memiliki kepentingan atau
perhatian yang sama terhadap suatu hal (Krisyantono, 2008: 3). Dengan
demikian hubungan yang terjadi antara publik dengan perusahaan dapat terjalin
agar perusahaan itu sukses..
Definisi yang dikutip dari Harlow dalam (Nova, 2009: 35)
menyatakan, “Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas yang
membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling
pengertian, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya
membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi dan merespon
pendapat umum, mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen
dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan
14
memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan
awal untuk membantu mengantisipasi krisis, dan menggunakan riset serta
komunikasi yang logis dan etis sebagai sarana utamanya”.
Konsep public relations menurut Rumanti (2002: 32) ”Pada dasarnya
public relations adalah usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara
organisasi atau perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui
proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang
sangat berguna sebagai input bagi organisasi/perusahaan yang bersangkutan.”
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dipahami bahwa public relations adalah
salah satu usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi
dengan publik. Usaha tersebut dilakukan melalui proses timbal balik yang
efeknya dapat menciptakan opini publik, sehingga berguna sebagai masukan bagi
organisasi yang bersangkutan. Menurut penulis definisi tersebut mengandung
pengertian bahwa public relations adalah salah satu bentuk spesialisasi
komunikasi yang dapat menumbuhkan rasa saling pengertian. Sehingga
terbentuk kerja sama di antara perusahaan dengan semua publik yang
berkepentingan. Berkaitan dengan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan,
bahwa publik diharapkan mampu bekerja sama dengan perusahaan untuk
memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan publik. Publik
juga dapat membantu manajemen dalam membangun dan mempertahankan citra
perusahaan dan dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis. Dikaitkan
dengan masalah dalam penelitian ini, Public Relations merupakan fungsi
manajemen PT Garuda Indonesia Tbk yang dapat mengatasi publiknya ketika
sedang mengalami krisis.
15 2.1.2.2 Peranan Public Relations
Pembahasan mengenai peranan public relations ini akan lebih lengkap
jika dapat mengetahui definisinya. Peranan public relations dalam suatu
organisasi dapat dibagi menjadi empat kategori menurut Dozier & Broom seperti
dikutip oleh Ruslan (2008: 20-22) yaitu:
1. Pertama peranan public relations sebagai Penasehat Ahli (Expert prescriber).
Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian
masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).
2. Kedua peranan public relations sebagai Fasilitator Komunikasi
(Communication fasilitator).
Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikasi atau mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan
dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu
menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak
publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta
saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang
baik dari kedua belah pihak.
3. Ketiga peranan public relations sebagai Fasilitator Proses Pemecahan
Masalah (Problem solving process fasilitator)
Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan public relations ini
merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
16
pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan
eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi
secara rasional dan profesional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang
terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikordinir praktisi ahli PR dengan
melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk
membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau
mengatasi persoalan krisis tertentu.
4. Keempat peranan public relations sebagai Teknisi Komunikasi
(Communication technician)
Berbeda dengan tiga peranan praktisi PR profesional sebelumnya terkait erat
dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan communication
technician ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya
menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of
communication in organization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung
dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi
, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan
dengan bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan
media komumikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu
departemen dengan lainnya (employee relations and communication media
model).
Berikut adalah penjelasan dari keempat hal di atas, public relations yang
berperan sebagai penasehat ahli mampu memberikan solusi dari suatu krisis yang
terjadi. PT Garuda Indonesia Tbk yang mengalami krisis pada saat itu, segera
17
menjalani perannya dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan publiknya.
Publik di saat seperti itu pasti memerlukan peran public relations karena
dianggap menjadi sumber yang terpercaya dalam memberikan informasi
mengenai perusahaan. Tanpa adanya keahlian dari public relations perusahaan
pun akan sulit dalam menjangkau publiknya. Public relations yang mampu
mencarikan solusi ketika ada masalah maka citra perusahaan pun akan tetap baik
di mata publiknya.
Kemudian peran public relations sebagai perantara antara perusahaan
dengan publiknya. Public relations perusahaan berusaha untuk menjadi
mediator atau penengah antara perusahaan dengan publiknya. Pada PT Garuda
Indonesia Tbk public relations menjadi penghubung perusahaan ketika
menyampaikan informasi terhadap publiknya. Informasi yang akan diberikan
kepada publik ini merupakan pemberitahuan secara resmi dari perusahaan.
Ketika public relations menyampaikan informasi maka akan terjadi reaksi
timbal balik dari publik, reaksi publik dapat berupa reaksi positif ataupun negatif.
Public relations harus mampu mengatasi reaksi positif dan negatif agar kedua
belah pihak dapat mengerti dengan jelas.
Perusahaan maskapai pernerbangan pasti pernah mengalami kejadian
krisis, seperti pada PT Garuda Indonesia Tbk. Peranan public relations sangat
dibutuhkan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Walaupun tidak berkerja
secara sendirian, public relations merupakan citra dari sebuah perusahaan,
maksudnya adalah apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh public relations
tentang perusahaan merupakan gambaran dari perusahaan tersebut. Maka dari
18
itulah diperlukan kerja sama tim agar persoalan dapat dengan lancar diatasi dan
kejadian krisis tersebut tidak akan memberikan dampak terhadap citra
perusahaan.
Peranan public relations dalam bidang ini biasanya ditekankan pada
komunikasi jurnalistik, maksudnya adalah mengenai kemampuan menulis,
pengeditan, produksi audio visual, grafis dan produksi pesan yang digunakan
dalam melaksanakan program public relations. Beberapa contohnya adalah;
menulis pers release, feature, newslater, pengembangan isi web organisasi, dan
menangani kontak media. Peran ini lebih mengutamakan kepentingan publik
untuk menerima informasi, dan juga menjalin hubungan baik dengan media.
2.1.2.3 Aktivitas Public Relations
Mengacu pada pendapat Nova (2009: 38) menyatakan aktivitas public
relations adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways traffic
communication) antara lembaga dengan publik yang bertujuan untuk
menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapai nya suatu tujuan
tertentu ,kebijakan, kegiatan produksi , demi kemajuan lembaga atau citra positif
lembaga bersangkutan.
Untuk menggapai citra positif bagi perusahaan, public relations bekerja
dalam kegiatan yang dilakukan. Dalam suatu kegiatan atau aktivitas public
relations sudah pasti mempunyai sasaran dalam menjalankan tugasnya. Aktivitas
yang dilakukan oleh public relations PT Garuda Indonesia Tbk mempunyai
sasaran-sasaran untuk memenuhi kepentingannya.
19
Agar lebih jelas lagi penjelasan mengenai sasaran kegiatan public
relations, penulis telah memberikan penjelasan sebagai berikut:
Sasaran tersebut dijelaskan dalam kutipan menurut H.Fayol dalam Nova (2009:
43) yaitu :
1) Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and
image).
a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif
b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai
pihak.
2) Menghadapi krisis (facing of crisis)
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan
membentuk manajemen krisis dan Public Relations recovery of image yang
bertugas memperbaiki lost of image and damage.
3) Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)
a. Mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik.
b. Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti anti merokok dan
menghindari obat-obatan terlarang.
20 2.2 Kerangka Konsep Khusus
Sesuai dengan judul penelitian yang akan penulis teliti, yaitu Peranan Public
Relations Dalam Mempertahankan Citra Pasca Menghadapi Krisis Perusahaan Pada PT.
Garuda Indonesia Tbk, berikut adalah teori-teori yang berhubungan dengan dengan
topik yang akan dibahas sesuai dengan judul tersebut :
2.2.1 Krisis
2.2.1.1 Pengertian Krisis
Terkait dengan penelitian yang penulis akan bahas yaitu tentang peranan
public relations dalam mempertahankan citra pasca menghadapi krisis perusahaan
pada PT Garuda Indonesia Tbk. Perusahaan maskapai penerbangan ini telah
mengalami krisis yang terjadi pada tanggal 7 maret 2007 lalu, yaitu sebuah
kecelakaan pesawat. Dalam hal ini penulis ingin membahas lebih dalam lagi
mengenai krisis. Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis, yang berarti
“keputusan” (Nova, 2009: 54). Krisis merupakan suatu masa kritis yang hampir
bisa dipastikan dialami oleh semua perusahaan (Kusumastuti, 2009: 153).
Mengutip pendapat dari Seth Oyer, Ph.D, Public Relations Journal Vol. 4,
No. 3, Summer 2010, “Crises occur for a myriad of reasons but all of them
potentially threaten the trust shared between an organization and its publics. Even
when an organization has properly planned for an unexpected crisis, effects on
public trust are still vague at best. Progress has been made, however, in
distinguishing different types of crises. Coombs & Holladay (2002) identified three
21
crisis attribution clusters helpful in explicating crisis types: accident clusters,
intentional clusters, and victim clusters.” (2010, p 2)
Menurut penulis krisis merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diduga
sebelumnya, karena datang dengan tiba-tiba. Krisis ini dapat mengakibatkan
dampak positif dan negatif bagi perusahaan, seperti kejadian kecelakaan pesawat
Garuda Indonesia yang dapat menimbulkan berbagai opini dari publik yang
mengakibatkan citra perusahaan menjadi buruk.
Tidak semua krisis adalah krisis public relations. Dikatakan public
relations apabila krisis yang terjadi mengakibatkan rusaknya citra dan reputasi
perusahaan, organisasi atau citra seseorang dimata publik (Nova,2009: 2). Krisis
public relations adalah peristiwa atau rumor , atau informasi yang membawa
pengaruh buruk terhadap reputasi, citra dan kredibilitas perusahaan. Krisis juga
dianggap sebagai “turning point in history life” , yaitu sebagai titik balik dalam
kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, kearah negatif
maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok
masyarakat, atau suatu bangsa (Nova, 2009: 54-55).
22
Gambar 2.1 : Bagan Krisis PR
Type of Crisis 1. Natural Disaster
Crisis 2. Industrial Accidents
Crisis 3. Product Failure
Crisis 4. Public Perception
Crisis 5. Industrial Relation Stimulate
Crisis Extensive Affect your reputation, 6. Bisiness Management
Crisis -News Public image, or credibility in 7. Criminal Events
Crisis -Media negative way 8. Management Turnover
Crisis Coverage 9. Hostile Takeover
Crisis
Sumber (Nova, 2009: 166)
Dalam krisis, public relations media adalah faktor penting yang dapat
mentransformasi krisis internal menjadi krisis public relations. Lebih jelas nya
dapat dilihat bagan yang ada di atas. Salah satu contoh krisis internal yang
kemudian berubah menjadi krisis public relations adalah kejadian yang terjadi
pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan rute penerbangan Jakarta-
Yogyakarta pada tanggal 7 Maret 2007. Maka dari itu diperlukan langkah-
langkah untuk mengatasi krisis public relations, langkah-langkah tersebut yang
penulis kutip dari (Nova, 2009: 172-175) adalah:
1. Perusahaan yang sedang mengalami krisis sebaiknya cepat memberi respon
kepada publik.
2. Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur karena publik akan lebih
23
mudah memaafkan kesalahan apabila perusahaan itu jujur daripada
perusahaan tersebut berbohong.
3. Penting bagi perusahaan untuk selalu informatif karena seperti juga
masyarakat, media akan menciptakan cerita versi mereka sendiri apabila
perusahaan tidak memberikan informasi yang mereka perlukan. Rumor atau
gossip bisa menyebabkan kehancuran yang lebih fatal, jadi lebih baik
perusahaan mengatakan yang sebenarnya.
4. Penting untuk memperlihatkan kepada publik anda peduli karena publik akan
memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis
5. Memelihara hubungan baik. Ini penting karena perusahaan bisa mempelajari
banyak pendapat masyarakat dengan mendengarkan.
Di era informasi dan transparasi dunia saat ini, kecepatan informasi yang
luar biasa merupakan tantangan bagi setiap perusahaan untuk memiliki
kemampuan dan melakukan solusi krisis public relations secara efektif dan
professional. Sebagai objek penelitian, akan diteliti peranan public relations
dalam PT Garuda Indonesia Tbk ketika mengatasi krisis dan tetap
mempertahankan citra perusahaan agar tetap positif di mata publik nya. PT
Garuda Indonesia Tbk merupakan perusahaan maskapai penerbangan nasional
Indonesia yang sudah terkenal professional cukup berpengalaman.
2.2.1.2 Penyelesaian Krisis
Krisis memang merupakan suatu situasi yang bersifat kejutan. Untuk
menyelesaikan krisis diperlukan manajemen krisis untuk penyelesaiannya. Untuk
24
menyelesaikan krisis, manajemen harus memiliki crisis management plans yang
didesain secara teliti untuk menghadapi berbagai level krisis yang mungkin
terjadi, oleh karena itu jika terjadi kondisi kritis, perusahaan dapat
mendefinisikan dan merespon dengan baik (Nova, 2009: 146).
Gambar 2.2 : Crisis as a trigger for change
Sumber (Nova, 2009: 147)
Gambar di atas menunjukan bagaimana mengidentifikasi siklus krisis, dimulai
dengan:
1) persiapan menghadapi krisis (prepared for crisis)
2) Penyelesaian krisis (crisis resolution)
3) Mengambil pelajaran dari krisis (consolidation of learning)
Initiation of change
Communication for change
Consolidation of learning
Preparedness for crisis
Crisis resolution
25
4) Mengkomunikasikan kepada publik (communication for change)
5) Berkomitmen untuk melakukan perbaikan dimasa datang (initiation of
change) (dalam Nova, 2009: 146-147).
2.2.2 Citra
2.2.2.1 Pengertian Citra
Pengertian teori citra menurut beberapa ahli yang penulis kutip adalah sebagai
berikut:
Citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam benak publik tentang
perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan menyangkut
pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau
perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. Pada akhirnya persepsi
akan mempengaruhi sikap publik,apakah mendukung, netral atau memusuhi
(Krisyantono, 2008: 9-10).
Citra adalah cerminan dari identitas sebuah perusahaan. Identitas sebuah
perusahaan adalah manifestasi actual dari realita perusahaan seperti nama baik
perusahaan. Dengan kata lain, citra adalah organisasi sebagaimana terlihat dari
sudut pandang publiknya (Argenti, 2010: 78).
Mengacu kepada pendapat Ruslan (2008: 76) perusahaan yang tengah
mengalami “krisis kepercayaan” dari publik atau masyarakat umum, maka akan
membawa dampak negatif terhadap citranya. Bahkan akan terjadi penurunan
citra sampai pada titik yang paling rendah (lost of image)”. Pada pengalaman
26
praktik Humas/PR di lapangan, begitu citra dan kepercayaan masyarakat sudah
terganggu atau mengalami suatu krisis, maka pihak pejabat Humas/ PR tersebut
akan menghadapi risiko yang cukup berat.
Menurut penulis citra merupakan suatu pandangan atau suatu penilaian
terhadap suatu perusahaan, yang dilihat dari sudut pandang opini publik
Penilaian yang diberikan oleh publik dapat berbentuk penilaian positif dan juga
negatif. Perusahaan yang mengalami krisis pasti akan berdampak buruk atau
publik akan menilai negatif terhadap citra perusahaan tersebut. Publik sangat
berpengaruh dalam penilaian suatu citra perusahaan.
Pada PT Garuda Indonesia Tbk sebagai perusahaan maskapai
penerbangan yang sahamnya sebagian milik Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bertanggung jawab atas citra perusahaan dan juga citra negara di
mata publik. Kejadian-kejadian krisis memang tidak ingin sampai kejadian,
namun kejadian krisis yang tidak disengaja dan tidak dapat diduga-duga.
Peristiwa accident GA-200 tujuan Yogyakarta pada tanggal 7 maret yang
memakan korban meninggal, peristiwa ini sudah pasti akan terekam oleh media.
Mengutip pendapat dari Peter M. Smudde and Jeffrey L. Courtright,
Public Relations Journal Vol. 2, No. 1, Winter 2008, ,,,,,“The context of an
image repair opportunity includes the specific matter thatneeds attention and the
surrounding environment that an organization faces. The statement about the
opportunity defines it in sufficient detail. The opportunity itself affects the
organization in a negative way. Practitioners must apply sufficient research
27
about the opportunity and its effects on the organization and its environment to
define the rhetorical context. In particular, the strategies of accusation identified
by Benoit and others would be helpful in recognizing the constraints that any
kategoria might pose. The applications of IRT in the literature attest to the many
times when immediate mortification (accompanied by corrective action and
perhaps compensation) might be the best strategy (rather than denial, bolstering,
etc.). The statement about the opportunity should also summarize anyone
involved in the plan’s success and draw attention to any special considerations
(e.g. resources, bureaucracy, or politics) for the public relations team’s
organizing processes. Media coverage prior to and during the beginnings of a
crisis should be taken into account as well.” (2008, p 7)
Media akan memberikan berita yang kemudian akan muncul berbagai
opini publik mengenai peristiwa tersebut. Maka peristiwa tersebut akan
berdampak dengan citra suatu perusahaan yaitu PT Garuda Indonesia Tbk.
Mengenai citra pada suatu lembaga/organisasi dan bentuk pelayanan jasa dan
lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas (public relations) dalam sistem
informasi terbuka pada era globalisasi serba kompetitif tersebut, intinya tidak
terlepas dari bentuk kualitas jasa pelayanan yang telah diberikan, nilai
kepercayaan dan merupakan “amanah” dari publiknya, serta goodwill (kemauan
baik) yang ditampilkan oleh lembaga/perusahaan bersangkutan (Ruslan, 2008:
77).
28
2.2.2.2 Jenis-jenis Citra
Menurut Frank Jefkins dalam Ruslan (2008: 77-79) menyatakan, ada beberapa
jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat (public
relations), dan dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai berikut:
a. Citra cermin (mirror image)
Pengertian disini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan
bersangkutan terutama para pimpinannya yang selalu merasa dalam posisi
baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tentang
tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara
yang diharapkan dengan kenyataan citra di lapangan, bias terjadi justru
mencerminkan “citra” negatifnya yang muncul.
b. Citra kini (current image)
Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang
perusahan/organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan produknya.
Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya, sehingga
dalam posisi tersebut pihak humas/public relations akan menghadapi risiko
yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice), dan
hingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding) yang menyebabkan citra
kini yang ditanggapi secara tidak adil bahkan kesan yang negatif
diperolehnya.
29
c. Citra keinginan (wish image)
Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak
manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan
tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan
kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau
masyarakat umum.
d. Citra perusahaan (corporate image)
Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan
utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang
positif, lebih dikenal serta diterima oleh publilknya, mungkin tentang
sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing,
dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) sebagainya.
Dalam hal ini pihak Humas /PR berupaya atau bahkan ikut bertanggung
jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi
harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetisi di pasar
bursa saham. Citra perusahaan (corporate image) bukan hanya dilakukan
seorang public relations sendirian, tapi perilaku seluruh unsur perusahaan
(karyawan,manajer dan lainnya) ikut andil dalam pembentukan citra ini , baik
disadari atau tidak.
e. Citra serbaneka (multiple image)
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan diatas, misalnya
bagaimana pihak Humas/PR-nya akan menampilkan pengenalan (awareness)
30
terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform)
para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para
profesionalnya. Semua itu kemudian diunifikasikan atau diidentikkan ke
dalam suatu citra serbaneka (multiple image) yang diintegrasikan terhadap
citra perusahaan (corporate image).
f. Citra penampilan (performance image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja
atau penampilan diri (performance image) para professional pada perusahaan
bersangkutan. Misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas
pelayanannya, menyambut telepon, tamu dan pelanggan serta publiknya, harus
serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin
masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan
orang. Misalnya, dalam hal mengangkat secara langsung telepon yang sedang
berdering tersebut dianggap sebagai tindakan interupsi, termasuk si penerima
telepon masuk tidak menyebut identitas nama pribadi atau perusahaan
bersangkutan merupakan tindakan kurang bersahabat dan melanggar etika.
Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai citra perusahaan.
Pada perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk citra perusahaan merupakan
sesuatu yang penting dan harus dijaga. Maka dari itu penulis ingin melakukan
penelitian bagaimana PT Garuda Indonesia Tbk mampu atau tidak dalam
mempertahankan citra pasca terjadinya kecelakaan pesawat yang menelan
korban jiwa tersebut .
31
Menurut John Nimpoeno dalam Ardianto (2010: 100-101), pembentukan
citra dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Pembentukan Citra
Pengalaman
CITRA
Kognisi
Stimulus Persepsi Sikap(Afeksi) Respons
Motivasi
Sumber (Ardianto, 2010: 101)
- Stimulus : Rangsangan (kesan lembaga yang diterima dari luar untuk
membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima
informasi dari langganan).
- Persepsi : (1) Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang langsung
dikaitkan dengan suatu pemahaman, (2) pembentukan makna pada stimulus
indrawi (sensor stimulus).
- Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan, ide dan
konsep.
- Motivasi : Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan
32
tertentu , dan sedapat mungkin menjadi kondisi kepuasan maksimal bagi
individu setiap saat.
- Sikap : Hasil evaluasi negatif atau positif terhadap konsekuensi-konsekuensi
penggunaan suatu objek.
- Tindakan : Akibat atau respons individu sebagai organism terhadap
rangsangan-rangsangan yang berasal dari dalam dirinya maupun lingkungan
- Respons/ Tingkah Laku : Tindakan-tindakan seseorang sebagai reaksi tehadap
rangsangan atau stimulus (Ardianto, 2010: 101).
Dengan gambaran mengenai pembentukan citra di atas penulis dapat
menyimpulkan pembentukan citra merupakan suatu proses yang saling
berkaitan yaitu ketika ada pemberitaan atau rangsangan dari luar yang
kemudian akan menimbulkan suatu persepsi. Persepsi ini berasal dari
pemikiran publik mengenai suatu pengamatan dari dalam dirinya sendiri.
Persepsi yang kemudian mempengaruhi kognisi dan motivasi yang
mengakibatkan timbul nya sikap dari publik. Sikap ini penilaian yang dapat
berupa positif dan negatif lalu akan menjadi munculnya suatu tindakan yang
berasal dalam diri publik.
Tindakan berupa rangsangan dari diri publiknya sendiri maupun adanya
pengaruh dari lingkungan. Dari beberapa proses tersebut kemudian dapat
menghasilkan sebuah respon yang merupakan tindakan dari publik sebagai
reaksi dari rangsangan. Penelitian yang penulis ingin teliti dapat menggunakan
33
cara pandang yang dilakukan oleh John Nimpoeno seperti di atas untuk
mengetahui seberapa besar pengaruhnya suatu pemberitaan mengenai krisis
yang mempengaruhi citra PT Garuda Indonesia Tbk ketika mengalami
accident.
2.2.3 Teori Lasswell
Harold D. Lasswell (dalam Soedarsono, 2008: 37-38) mengatakan, bahwa
hal yang tepat untuk menggambarkan efektivitas kegiatan komunikasi adalah
dengan menjawab who (siapa), says what (mengatakan apa), in which channel
(dengan saluran yang mana), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan
efek apa). Formula tersebut kemudian dikenal dengan Formula Lasswell yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 : Model Lasswell
Sumber (Soedarsono, 2009: 38)
Pada penelitian ini suatu proses komunikasi memang sangat berkaitan
dengan kegiatan yang dilakukan public relations. Public Relations pada PT
Garuda Indonesia Tbk menggunakan kelima unsur di atas dalam berinteraksi
dengan publiknya ketika memberikan keterangan mengenai masalah kecelakaan
(krisis) yang terjadi. Public relations berperan sebagai komunikator atau sumber,
sedangkan publik sebagai penerima pesan. Kemudian efek yang ditimbulkan saat
Who?
communicator
Says what?
Message
In which Channel?
Medium
To whom?
Receiver
With What Effect?
Effect
34
menerima pesan yang disampaikan melalui media yang akan berdampak pada
citra perusahaan.
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.5 : Kerangka Pikir
Komunikasi
Public Relations
Peranan PR
1. Penasehat Ahli
2. Fasilitator Komunikasi
3. Fasilitator Proses
Pemecahan Masalah
4. Teknisi Komunikasi
Citra Perusahaan
Mempertahankan
Tidak Mempertahankan
Feedback
35
Gambar di atas merupakan kompilasi antara pemikiran penulis dengan
berbagai sumber yang penulis kutip dari Ruslan (2008: 20-22, 81) dan
Krisyantono (2008: 5, 9-10). Berdasarkan kerangka pikir yang dibuat oleh
penulis, dijelaskan komunikasi merupakan cara yang digunakan oleh public
relations dalam menyampaikan pesan kepada publiknya yaitu dengan cara
memanfaatkan peranan public relations tersebut. Penulis menganalisis sejauh
mana peranan public relations PT. Garuda Indonesia Tbk dalam
mempertahankan citra perusahaaan pasca terjadinya krisis kecelakaan pesawat
pada tahun 2007.