bab 2 kajian literatur dan teoritislib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-t 24966-dinamika...

21
13 BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem Moneter Standar Emas Standar emas merupakan turunan dari standard uang yang berbasis komoditas. Standar ini muncul sebagai rancangan sistem moneter di dunia dari tahun 1880 sampai 1914. Dikatakan bahwa Inggris merupakan Negara pertama yang mengadopsi standard emas pada tahun 1717, yang kemudian diikuti oleh negara- negara lain selama dua abad kemudian. Pada tahun 1870an, hampir seluruh negara meninggalkan system bimetal dan beralih kepada emas. Ekonom klasik memandang tingkat harga dalam sebuah perekonomian tertutup dibawah standard emas sebagai sesuatu hal yang ditentukan oleh marginal cost dari usaha memproduksi emas. Nassau Senior (1840) mengatakan bahwa nilai tukar dari emas yang disandarkan pada berbagai komoditas (harga sesungguhnya) akan selalu sama dengan opportunity cost dari produksi emas itu sendiri. Mill (1848) mengatakan bahwa hal tersebut akan bertahan dalam jangka panjang. Pada jangka pendek, tingkat harga ditentukan oleh teori kuantitas dari uang, yaitu interaksi dari seberapa banyak uang ditawarkan (uang saat itu adalah koin emas dan notes dari Bank of England) dan seberapa besar uang tersebut dipinta, pada berbagai besaran transaksi. Ekonom neoklasik Marshall (1871) dan Fisher (1911) memandang tingkat harga ditentukan oleh teori kuantitas uang baik pada jangka panjang atau pendek. Mereka memandang standard emas sebagai sejenis rancangan institusi yang menentukan jumlah penawaran dari uang. Bagi mereka penawaran uang dalam sistem standar cadangan emas bergantung pada persediaan emas moneter, yang nantinya ditentukan oleh hubungan antara harga riil dari emas dengan produksi Universitas Indonesia Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

13

BAB 2

KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS

2.1 Sistem Moneter Internasional

2.1.1 Sistem Moneter Standar Emas

Standar emas merupakan turunan dari standard uang yang berbasis komoditas.

Standar ini muncul sebagai rancangan sistem moneter di dunia dari tahun 1880

sampai 1914. Dikatakan bahwa Inggris merupakan Negara pertama yang

mengadopsi standard emas pada tahun 1717, yang kemudian diikuti oleh negara-

negara lain selama dua abad kemudian. Pada tahun 1870an, hampir seluruh negara

meninggalkan system bimetal dan beralih kepada emas.

Ekonom klasik memandang tingkat harga dalam sebuah perekonomian tertutup

dibawah standard emas sebagai sesuatu hal yang ditentukan oleh marginal cost

dari usaha memproduksi emas. Nassau Senior (1840) mengatakan bahwa nilai

tukar dari emas yang disandarkan pada berbagai komoditas (harga sesungguhnya)

akan selalu sama dengan opportunity cost dari produksi emas itu sendiri. Mill

(1848) mengatakan bahwa hal tersebut akan bertahan dalam jangka panjang. Pada

jangka pendek, tingkat harga ditentukan oleh teori kuantitas dari uang, yaitu

interaksi dari seberapa banyak uang ditawarkan (uang saat itu adalah koin emas

dan notes dari Bank of England) dan seberapa besar uang tersebut dipinta, pada

berbagai besaran transaksi.

Ekonom neoklasik Marshall (1871) dan Fisher (1911) memandang tingkat harga

ditentukan oleh teori kuantitas uang baik pada jangka panjang atau pendek.

Mereka memandang standard emas sebagai sejenis rancangan institusi yang

menentukan jumlah penawaran dari uang. Bagi mereka penawaran uang dalam

sistem standar cadangan emas bergantung pada persediaan emas moneter, yang

nantinya ditentukan oleh hubungan antara harga riil dari emas dengan produksi

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 2: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

14

emas pada satu sisi, dan harga riil dari emas dengan permintaan non-moneter dari

emas pada sisi yang lain.

Pada teori modern dari standar emas (Niehans, Barro, dan McCallum), tingkat

harga ditentukan dari interaksi mutual pada pasar uang dan pasar komoditas.

Kondisi permintaan dan penawaran di pasar komoditas menentukan harga riil dari

emas dan, pada tingkat harga nominal yang tetap, tingkat harga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran dari persediaan moneter.

Standar emas mempunyai mekanisme penyesuaian mandiri dimana shock

terhadap penawaran dari atau permintain dari emas moneter, yang nantinya akan

menghasilkan perubahan dalam tingkat harga, adalah kebalikan dari perubahan

produksi emas dan perpindahan antara kepemilikan emas secara moneter dan non-

moneter. Shock terhadap permintaan dari emas moneter seperti peningkatan

produksi pada sector non-emas di perekonomian, atau perningkatan dari banyakny

negara yang tergabung dalam standar emas, akan mempunyai efek deflationary.

Hal ini akan mengoffset sebagaimana penurunan pada tingkat harga akan

menaikan harga riil emas, sehingga memacu produksi emas dan perpindahan dari

kepemilikan emas non-moneter kepada emas moneter. Dengan kata lain, dalam

sistem standar emas, kita akan mendapati kestabilan harga dalam jangka panjang,

walaupun tingkat harga tersebut mungkin akan berubah naik atau turun setahap

demi setahap dalam beberapa tahun.

2.1.2 Bretton Woods Sistem

Sistem Bretton Woods merupakan eksperimen terkini dunia yang menggunakan

rejim tingkat nilai tukar yang tetap. Sistem ini diperkenalkan pada tahun 1944,

setelah empat puluh empat delegasi dari berbagai negara berkumpul di tempat

yang dikenal sebagai Bretton Woods, sampai akhirnya sistem ini diakhiri oleh

Richard Nixon selaku presiden Amerika Serikat pada waktu itu di tahun 1971.

Pada masa tersebut terlihat sebagai masa keemasan dari kestabilan nilai tukar dan

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 3: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

15

pertumbuhan ekonomi yang pesat. Nilai tukar dari berbagai industri utama di tiap

negara tetap bertahan pada tingkat yang sama selama periode yang cukup panjang.

Inflasi yang dialami termasuk kategaro sedang dengan standar yang ada.

Pendapatan nasional dari negara-negara G7 meningkat sangat pesat daripada

periode-periode sebelumnya.

Perancang dari sistem Bretton Wood menginginkan sebuah perangkat rancangan

moneter yang dapat menggabungkan keuntungan dari standar emas klasik (yaitu

kestabilan dari nilai tukar) dengan keuntungan dari nilai tukar mengambang (yaitu

kebebasan untuk mencapai kebijakan full employment secara nasional). Mereka

menghindari kelemahan yang ada pada floating rates dan kelamahan pada nilai

tukar yang tetap dari standar emas. Sebagai konsekuensinya, mereka merancang

suatu sistem peg yang dapat disesuaikan dari paritas namun hanya dapat dirubah

manakala terjadi ketidakseimbangan yang fundamental.

2.1.3 Sistem Moneter Pasca Bretton Woods

Sistem moneter fiat merupakan evolusi sejarah dari barter kepada uang komoditas

menuju uang fiat. Sekitar tahun 1960an, analis telah menyadari masalah struktural

pada sistem Bretton Woods. Salah satu dari masalah ini (yaitu usaha untuk

membuat suatu batasan terhadap harga relatif emas) mempunyai potensi

mematikan konvertibilitas dari emas kepada dollar pada tingkat harga resmi di

pasar swasta. Masalah potensial ini akan muncul manakala permintaan

masyarakat terhadap emas meningkat dengan cepat daripada persediaan emas

baru, ini merupakan masalah klasik dalam sistem standar emas.

Satu alternatif dari keruntuhan sistem Bretton Woods, yaitu model yang dikenal

sebagai imported credibility. Dalam sistem moneter fiat, sebuah bank sentral yang

diatur oleh gubernur konservatif (Rogoff, 1985) berusaha mencapai hasil yang

mirip dengan sistem pada standard komoditas, karena seorang banker yang

independen dan konservatif merupakan hal yang eksogenus, layaknya aturan

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 4: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

16

konvertibilitas dalam sistem standard komoditas. Posisi dan perilaku dari banker

sentral yang konsevatif ini tidak dapat dipengaruhi oleh preferensi baik dari

otoritas publik taupun fiskal. Model imported credibility ini berbasis pada

preposisi dimana dengan mematok nilai dari uang nasional kepada nilai tukar

yang diatur oleh bankir sentral, negara akan mengimpor kredibilitas bankir tadi

dan mengambil keuntungan dalam peraturan yang telah disepakati.

2.2 Teori Kuantitas Uang

Hubungan teoritis antara money supply dan variable makroekonomi lainnya

seperti output dan tingkat harga dapat ditunjukkan dengan menggunakan teori

kuantitas uang (quantity theory) yang dibangun oleh Fisher.

M V P Y× = ×

(2.1)

Dimana M merupakan nominal dari money supply, V (velocity) adalah kecepatan

peredaran uang, P adalah price level, dan Y adalah real income.

Menurut quantity theory, kecepatan peredaran uang adalah tetap atau dengan kata

lain stabil dan merupakan fungsi terprediksi dari tingkat bunga. Sehingga,

perubahan dalam money supply akan berujung pada perubahan dalam nominal

income (PY) pada jangka pendek. Dalam jangka panjang, karena real income

ditentukan oleh sisi supply dari ekonomi, pertambahan pada money supply akan

hanya akan berdampak pada price level yang lebih tinggi. Ibrahim (2006)

mengungkapkan bahwa persamaan ini merupakan sentral dari argument monetaris

yang berpendapat bahwa money supply merupakan faktor utama yang

diperhitungkan dalam fluktuasi ekonomi pada jangka pendek dan merupakan

penyebab dari inflasi dalam jangka panjang.

Berdasarkan pemikiran dan dengan premis bahwa agen ekonomi pada dasarnya

tidak menghiraukan kerja dari sistem perekonomian, monetaris menganjurkan

kebijakan moneter yang pasti dan merekomendasikan pertumbuhan money supply

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 5: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

17

yang tetap sebagai cara untuk memastikan stabilitas moneter. Secara implisit

dalam rekomendasi ini bahwa otoritas moneter dapat mengendalikan tingkat dari

money supply. Dengan menggunakan instrumen kebijakan yang bermacam-

macam untuk menentukan tingkat yang dikehendaki serta memastikan

pertumbuhan money supply yang tetap, stabilitas harga dan stabilitas ekonomi

dapat dicapai.1

2.3 Reserve Requirement dan Penciptaan Uang

Penciptaan uang sejarahnya diawali pada masa penggunaan uang emas. Pada

masa tersebut, masyarakat yang memiliki uang emas menyimpan uangnya pada

pandai besi (goldsmiths) agar aman. Pada saat menerima emas, pandai besi

menyerahkan bukti kepemilikan emas kepada penyimpan emas. Selanjutnya bukti

kepemilikan itu berharga dalam proses transaksi berdasarkan nilai emas yang

disimpannya. Untuk mengambil kembali emas yang disimpan, para pemilik bukti

dapat menunjukkan bukti tersebut untuk ditukarkan dengan emas yang disimpan

di pandai besi.

Pada masa diatas, semua bukti transaksi yang beredar bernilai sama dengan emas

yang disimpan pada pandai besi. Ketika pandai besi menerima simpanan emas

sebanyak 100 gram, maka jumlah bukti kepemilikan yang dikeluarkannya akan

sama jumlahnya dengan 100 gram emas. Dalam perjalanannya, pandai besi

memperhatikan bahwa selama beberapa periode penyimpanan emas, hanya 10%

dari total emas yang disimpan diambil kembali oleh pemiliknya. Dengan kata lain

secara empiris, hanya 10% dari simpanan emas yang dikonversi oleh pemiliknya.

Berdasarkan pengalaman itu, pandai besi mencoba mencari peluang dengan

menerbitkan bukti kepemilikan baru (yang sesungguhnya tidak bernilai emas).

Jumlah bukti kepemilikan baru yang akan diterbitkan tidak boleh menjadikan nilai

simpanan emas yang sudah ada lebih kecil dari 10%. Sehingga, jika ada deposan

1 Ibrahim, Mansor H., Monetary Dinamic and Gold Dinar: An Empirical Perspektive, J.KAU: Islamic Econ., Vol. 19, No. 2, pp: 3-20, 2006

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 6: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

18

emas yang mengkonversi (rata-rata 10%) emasnya, akan selalu dapat dipenuhi.

Dengan pemikiran pandai besi diatas, maka jumlah bukti kepemilikan yang

beredar akan bertambah. Pertambahan bukti yang beredar tersebut marupakan

cikal bakal dari proses penciptaan uang.

Pada praktek moderennya, bank sentral mensyaratkan setiap bank yang beroperasi

menyediakan dan menyimpan sebagian kecil dana yang disetorkan deposan

sebagai cadangan. Cadangan tersebut dikenal dengan istilah Fractional Reserve

Requirement (FRR). Cadangan sebagian yang dipersyaratkan ini diperlukan untuk

memenuhi kondisi normal permintaan dari para deposan yang menarik tabungan

atau depositonya. Proses penciptaan uang dalam perekonomian moderen

kemudian dicerminkan oleh neraca pada Bank Sentral.

Besarnya jumlah cadangan umumnya jauh dibawah 100 persen. itulah kenapa

disebut sebagian kecil (fractional). Jika bank sentral mensyaratkan besarnya FRR

10 persen, maka untuk besaran deposit Rp.100 juta, maka perlu menyediakan

paling tidak cadangan sebesar Rp.10 juta.2

Dengan aturan seperti itu, bank dapat leluasa meminjamkan 90 persen bagian

lainnya kepada nasabah atau para deposannya yang membutuhkan. Mekanisme

FRR ini menjadikan bank secara langsung sebagai agen yang turun

mempengaruhi suplai uang (money supply). Dengan demikian penciptaan uang

tidak hanya dilakukan oleh bank sentral saja (uang kartal) melaikan semua bank

berkontribusi dalam mencetak dan menggandakan uang kertas (fiat money).3

Berikut adalah penjelasan mengenai proses penciptaan uang yang dilakukan oleh

perbankan. Katakanlah sebuah bank menerima tabungan sebesar Rp1000.000,-

dari seorang nasabah. Pada saat bank sentral menetapkan kebijakan cadangan

minimum sebesar 10 persen, bank menyimpan Rp.100.000,- dari titipan nasabah

2 Riawan Amin, Satanic Finance,, 2007, hal. 3.Ibid.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 7: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

19

tersebut. Berarti masih tersisa Rp.900.000,- lagi yang dapat dialokasikan untuk

proses operasi kredit aktif bank tersebut. Berdasarkan teori penciptaan uang, maka

Rp.1.000.000 uang simpanan nasabah, dapat menciptakan (menggandakan)

maksimal uang baru senilai Rp.10.000.000,-. Jumlah uang dari proses penciptaan

uang tersebut didapat dari perhitungan jumlah simpanan deposan dibagi dengan

cadangan 10 persen,

( )1D RFRR

=

(2.2)

Dimana,

D = perubahan jumlah uang

FRR = required reserve ratio

R = simpanan nasabah

2.4 Sistem Moneter Dalam Pandangan Islam

Islam telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan pertukaran

dengan mempergunakan apa saja yang dia sukai. Hanya saja, pertukaran barang

dengan satuan uang tertentu itu telah ditunjukkan oleh Islam satu sistem moneter.

Dan Islam telah menetapkan bagi kaum muslimin kepada jenis tertentu yaitu emas

dan perak" (An Nidzam Al Iqtishadi fil Islam, hal 263). Kesimpulan ini

berdasarkan beberapa alasan berikut:

1. Islam mengharamkan menimbun (al kanz) emas dan perak Larangan pada ayat

di atas tertuju pada penimbunan emas dan perak, sebagai emas dan perak, dan

sebagai mata uang dan alat tukar.

2. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum-hukum yang baku,

seperti diyat dalam pembunuhan sebesar 1000 dinar dan batasan bagi potong

tangan atas pencurian atas harta yang mencapai ¼ dinar.

3. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang, dan

menjadikan hanya emas dan perak sajalah sebagai standar uang. Dimana

standar barang dan jasa akan dikembalikan kepada standar tersebut.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 8: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

20

4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, maka Allah telah mewajibkan

zakat tersebut untuk emas dan perak, kemudian Allah menentukan nishab

zakat tersebut dengan nishab emas dan perak.

5. Ketika Islam menetapkan hukum pertukaran uang (sharf), Islam menetapkan

uang dalam bentuk emas dan perak. Sharf adalah menukarkan atau membeli

uang dengan uang, baik dalam jenis yang sama seperti membeli emas dengan

emas atau perak dengan perak, maupun antar jenis yang berbeda seperti

membeli emas dengan perak.

Dengan dasar-dasar hukum tersebut, nyatalah bahwa sistem moneter bukanlah

wilayah ilmu pengetahuan dan teknologi (madaniyah) yang bersifat umum

(universal). Melainkan ia adalah bagian dari sebuah pandangan hidup (hadlarah)

dan ideologi (mabda). Dalam Islam biasa disebut sebagai masalah aqidah dan

syariat. Fakta menunjukkan bahwa sistem moneter adalah bukan ilmu

pengetahuan yang umum milik semua umat, melainkan bersumber dari aqidah dan

syariat tertentu. Sebagai contoh "bunga" merupakan problem moneter dalam

sistem Kapitalis, namun menurut sistem Islam "bunga" bukanlah problem

moneter, sebab membungakan uang adalah perbuatan riba yang haram hukumnya.

Maka sistem moneter kapitalis tidak boleh diterapkan dalam masyarakat Islam.

2.4.1 Sistem Moneter Fiat dan Riba

Sistem moneter yang ada sekarang ini adalah sistem moneter yang menngunakan

uang kertas. Uang kertas sendiri semata-mata adalah lambang, yang mewakili

uang hutang (promissory note) atau dapat pula diartikan sebagai IOU –I Owe You-

(Saya Hutang Kamu). Hutang yang menuntut bayaran lebihan atau tambahan.

Maka dengan demikian uang kertas dapat dikatakan mengandung unsur riba.

Uang kertas riba oleh para ahli ekonomi Islam di duga merupakan salah satu

ciptaan manusia yang membawa bencana, celaka, kezaliman dan malapetaka

kepada seisi bumi ini.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 9: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

21

Dari segi sejarah uang kertas telah melalui beberapa tahap perubahan dan sedang

melanjutkan evolusinya. Bersalin dari kertas ke suatu bentuk elektronik yang

merupakan unit ‘uang andaian’ (hypothetical money). Sebenarnya, sepanjang

catatan sejarah, emas dan perak merupakan uang sejagat yang digunakan untuk

berjual-beli di Eropa, di benua Afrika, di bumi Cina dan kepulauan Nusantara.

Namun, pada masa Zaman Kegelapan Eropa, uang kertas mulai digunakan

sebagai nota pertukaran (bill of exchange) di antara pedagang-pedagang di

bandar-bandar yang berlainan.

Riba dari segi bahasa berarti kelebihan atau tambahan. Pengharaman riba

menunjukkan bahwa Islam melarang perbuatan zhalim antara dua belah pihak,

tidak boleh menzhalimi dan tidak boleh dizhaimi.4 Akibatnya, semua uang yang

beredar mengandung kelebihan atau tambahan padanya, yang akhirnya

menyebabkan uang itu susut nilai. Kondisi ini dikenal sebagai inflasi ini

terkandung dalam sistem keuangan riba.

Inflasi tidak lain dan tidak bukan adalah invisible tax dan perampokan yang diatur

oleh undang-undang. Bank selalu menciptakan lebih banyak uang dari masyarakat

melalui kelebihan atau tambahan bayaran atas kelebihan hutang dari apa yang

dipinjamkan. Akibatnya terjadi pinjaman yang berkelanjutan untuk menerbitkan

lebih banyak lagi uang. Pertumbuhan kredit ini tidak hanya mencerminkan

pertumbuhan kekayaan yang sejati, namun juga membesarkan inflasi karena

barang dan jasa-jasa mengalami ‘monetization’. Dimana semuanya dinilai dengan

uang kertas yang tidak menentu. Dengan pertumbuhan semu ini, keseluruhan

sistem keuangan riba akan runtuh.

Setiap kali pinjaman dikeluarkan, lebih banyak uang perlu dicari, dan

dipinjamkan. Berdampak kepada harga barang dan jasa-jasa naik, dan ini

mendorong kenaikan gaji agar dapat mendapatkan lebih banyak uang untuk

4 Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani Press, 1997.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 10: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

22

meningkatkan kemampuan membeli barang-barang yang telah melambung

harganya itu. sehingga, putaran inflasi terjadi akibat terlalu banyaknya uang

menghambat barang dan jasa-jasa yang sedikit. Hal ini disebabkan oleh

penggandaan uang terus menerus. Uangnya tetap sama, hanya nilainya saja yang

turun karena jumlahnya dalam peredaran berlipat-ganda.

Para pakar ekonomi Kapitalis zaman klasiklah yang telah memberi landasan pada

sistem ekonomi Kapitalis modern mengenai keberadaan suku bunga/riba. Adam

Smith dan Ricardo, misalnya menganggap bahwa bunga/riba itu seperti ganti rugi

yang diberikan oleh si peminjam kepada pemilik uang atas keuntungan yang

mungkin diperolehnya dari pemakaian uang tersebut. Dengan demikian, bunga

uang/riba itu adalah hadiah atau balas jasa yang diberikan kepada seseorang

karena dia telah bersedia menunda pemenuhan kebutuhannya.

Sedangkan menurut Marshall, bunga uang dilihat dari aspek penawaran

merupakan balas jasa terhadap pengorbanan bagi kesediaan seseorang untuk

menyimpan sebagian pendapatannya ataupun jerih-payahnya melakukan

penungguan (Principle of Economic, Marshall, hal 534). Lebih lanjut Marshall

menambahkan bahwa besarnya tingkat suku bunga/riba terletak pada titik potong

antara grafik permintaan dan persediaan jumlah tabungan. Apabila jumlah

tabungan amat banyak sementara permintaan merosot tentu saja akan menurunkan

tingkat suku bunga. Sebaliknya jika tingkat permintaan tinggi sedangkan jumlah

tabungan sedikit akan mengatrol tingkat suku bunga.

Teori ini secara langsung menjelaskan bahwa tingkat permintaan, yang biasanya

berbentuk aktivitas ekonomi riil dan relevan dengan tingkat penanaman modal

amat berkait erat satu dengan yang lain. Artinya tingkat suku bunga berhubungan

dengan jumlah tabungan dan aktivitas penanaman modal (usaha ekonomi riil).

Tingkat suku bunga yang tinggi diyakini oleh sebagian masyarakat akan mampu

memacu aktifitas ekonomi karena tersedianya dana yang melimpah.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 11: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

23

Pendapat-pendapat semacam ini, oleh sebagian pakar ekonomi Kapitalis sendiri

telah dibantah, dan pada intinya dijelaskan sebagai berikut:

1. Teori bunga di atas oleh Keynes dikritik habis. Ia mengungkapkan bahwa

bunga bukanlah hadiah atas kesediaan orang untuk menyimpan uangnya.

Sebab setiap orang bisa saja menabung tanpa meminjamkan uangnya untuk

memperoleh bunga uang, sementara yang dipahami selama ini bahwasanya

setiap orang hanya dapat memperoleh bunga dengan meminjamkan lagi uang

tabungannya itu. Malah Keynes menyimpulkan bahwa suku bunga itu

hanyalah pengaruh angan-angan manusia saja (highly conventional), dan

setiap suku bunga uang terpaksa diterima oleh masyarakat, yang dalam

pandangan orang kebanyakan terlihat menyenangkan.

2. Adapun hubungan tingkat suku bunga dengan struktur permodalan yang ada,

Keynes mengatakan bahwa suku bunga di dalam suatu masyarakat yang

berjalan normal akan sama dengan nol (tidak ada bunga), dan ia amat yakin

bahwa manusia bisa memperoleh uang dengan jalan berusaha.

3. Dalam situasi resesi ekonomi atau pada saat terjadi economic boom fenomena

bertambahnya penanaman modal dalam jumlah yang sama dengan tabungan

masyarakat (karena tingkat suku bunga yang tinggi), adalah anggapan yang

salah dan keliru. Sebagaimana yang kita rasakan pada saat resesi, meski bunga

bank digenjot habis setinggi-tingginya dan berhasil mengumpulkan dana

masyarakat puluhan triliun rupiah, tetap saja usaha dan penanaman modal

dalam sektor ekonomi riil lumpuh.

4. Dilihat secara umum seseorang yang menambah jumlah tabungan atau

depositonya –menurut Keynes—pada dasarnya akan mengurangi jumlah

tabungan orang lain. Pengalaman selama Perang Dunia ke-II di AS saja

terbukti bahwa pertumbuhan tabungan masyarakat justru lebih tinggi dengan

bunga rendah (1%), dibandingkan dengan sebelumnya yang tingkat bunganya

lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tabungan tidak ditentukan

oleh besarnya tingkat suku bunga, akan tetapi ditentukan oleh tingkat

penanaman modal (aktifitas ekonomi riil). Begitu pula kita dapat melihat

fenomena antara negara-negara industri (yang tingkat suku bunganya rendah)

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 12: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

24

dan jumlah tabungan masyarakatnya besar dengan negara-negara miskin yang

memiliki tingkat suku bunga amat tinggi, akan tetapi jumlah tabungannya

tetap rendah.

2.5 Penelitian Terdahulu

2.5.1 Sistem Moneter Fiat dan Berbasis Emas dalam Penelitian Empirik

Barro (1999) melakukan riset mengenai bagaimana uang ditentukan dalam sistem

standard emas dan komoditas sejenisnya (bimetallism, symmetallism, commodity-

reserve currency). Karena "Bank Central " mendukung harga dengan komoditas

seperti emas dalam sistem moneternya, penentuan tingkat harga relatif dilakukan

oleh cadangan emas yang dimilikinya. Dengan pemikiran seperti ini, tingkat harga

absolut menjadi kuantitas penentu yang mempengaruhi analisis penawaran dan

permintaan, seperti praktik penggunaan emas untuk komoditas produksi dan

kegunaan emas selain untuk kebutuhan moneter.

Walaupun perubahan rasio dari uang dan komoditas pendukung nya atau

pergeseran dalam kecepatan peredaran uang (velocity) dapat mempengaruhi

tingkat harga, sistem tersebut memiliki nilai penahan harga untuk tetap stabil

dengan cadangan emas yang dimilikinya. Dalam pandangannya, dengan

menggunakan kerangka berfikir teori kuantitas uang, maka sistem uang fiat jika

dibandingan dengan sistem uang tetap (cadangan emas) akan memiliki tingkat

ketidakstabilan harga yang lebih besar.

Bordo, Dittmar &Gavin (2000) meneliti karakter stabilisasi harga pada berbagai

rejim moneter, sebagian dengan sistem commodity money dan sebagian lainnya

dengan mata uang kertas/fiat. Mereka menggunakan model dynamic stochastic

general equilibrium untuk menganalisa dinamika harga. Model ini menggunakan

dua sektor ekonomi dalam mengevaluasi kandungan dari data time series yang

berhubungan dengan berbagai alternative rejim moneter. Melalui model tersebut

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 13: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

25

mereka berpendapat bahwa pure inflation target lebih menghasilkan kestabilan

harga dalam jangka pendek daripada dengan menggunakan standard emas.

Mereka juga berpendapat bahwa bank sentral yang memperhatikan sebagian pada

tingkat harga dapat pula memperhatikan sektor riil tanpa mengorbankan

kestabilan harga. Mereka pada kesimpulannya mengatakan bahwa keuntungan

dari standar emas adalah sistem ini menggunakan mekanisme market-driven

untuk memastikan stabilitas pada jangka panjang.

Kerugiaan dari sistem emas ini adalah besarnya dana untuk bahan tersebut dan

membuat tingkat harga agregat bergantung pada real shocks. Namun, standar

emas sudah lama dipandang lebih baik dalam menjaga stabilitas harga daripada

rejim fiat. Mereka berpendapat bahwa rejim fiat yang berbasis pada credible

nominal anchor mempunyai keuntungan dalam kestabilan harga layaknya yg

terjadi pada standar emas, tentunya dengan ketiadaan biaya bahan dan variabilitas

jangka pendek yang dihasilkan oleh rejim standar emas.

Rolnick & Weber (1998) melakukan penelitian untuk mengungkapkan adanya

perbedaan pada hubungan antara uang dan inflasi dan hubungan antara uang dan

output dalam perekonomian yang menggunakan rejim dengan standar komoditas

dan perekonomian yang beroperasi pada rejim standar fiat. Mereka melakukan

penelitian dengan basis data historis uang, harga, dan output dari lima belas

negara yang menerapkan kedua standar moneter tersebut.

Mereka menemukan bahwa dalam rejim standar fiat, rata-rata pertumbuhan dari

berbagai aggregat moneter lebih berkorelasi dengan inflasi dan saling berkorelasi

diantara mereka daripada ketika berada pada rejim standar komoditas. Mereka

juga mendapati bahwa pertumbuhan uang dan inflasi pada rejim tersebut lebih

tinggi. Sebaliknya, mereka tidak menemukan bahwa pertumbuhan uang lebih

berkorelasi dengan pertumbuhan output pada setiap rejim standar. Mereka pun

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 14: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

26

tidak menemukan bahwa pertumbuhan output dalam rejim standar itu fiat lebih

besar.

Tulisan klasik dari Sims (1980) mengemukakan bahwa ketika data bulanan dari

produksi, harga, dan stok uang diinterpretasikan dengan vector autoregression,

sebagaimana yang dihasilkan oleh respon dinamika dalam “surpise” setiap

variable tadi, akan muncul kemiripan dinamika pada saat masa perang dan masa

pasca perang. Tetapi besaran dari “surprise” tersebut lebih besar pada saat periode

perang.

Lebih jauh, Sims berpendapat bahwa stok uang muncul sebagai penyebab

hubungan dalam kedua periode dan berperan dari adanya variasi pada produksi

yang terjadi periode sebelumnya. Ketika tingkat bunga diikutsertakan dalam

vector autoregression, kemiripan dinamika yang mengesankan antara dua periode

ini terjadi, namun peran utama dari stok uang yang mengkagetkan ini hilang pada

periode pasca perang.

Sims berpendapat bahwa walaupun ada penjelasan potensial dari monetaris

terhadap observasi tersebut, tidak satu pun dari penjelasan tersebut cocok dengan

dinamika yang diperkirakan. Penjelasan secara non monetaris dari dinamika ini,

yang berlandaskan pada peran dari perilaku harapan investasi, terlihat lebih cocok

dengan estimasi dinamika. Penjelasan ini, yang konsisten dengan peran pasif dari

uang, dapat menunjukkan pada berbagai observasi hubungan pasca perang dengan

stok uang dan pendapatan, akan munculnya keraguan terhadap interpretasi

monetaris bahkan pada data saat perang terjadi.

Bordo pada tahun (1993) melakukan penelitian terhadap performa dari rejim

moneter alternatif. Penelitiannya dapat menjadi landasan mengapa sebagian rejim

lebih sukses ketimbang rejim yang lain. Bordo berpendapat berdasarkan bukti-

bukti statistik, bahwa rejim Bretton Woods pada tahun 1959 sampai 1970, sejauh

ini, merupakan rejim terbaik berdasarkan hampir seluruh kriteria yang ia buat.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 15: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

27

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa performa dari rejim pada pasca perang dunia

kedua lebih superior dari performa rejim selama abad terakhir ini. Ia berpendapat

bahwa standard emas klasik walaupun mempunyai kelemahan dalam hal

menstabilkan variabel riil, namun performanya merupakan yang terbaik dalam

persistensi inflasi dan integrasi pasar keuangan, sebagai bukti dari kesuksesan

emas sebagai landasan nilai nomina.

2.5.2 Sistem Moneter Alternatif Dalam Pandangan Islam

Meera (2002) bersandar pada cara pandang monetaris yang berargumen bahwa

money supply merupakan akar dari penyebab ketidakstabilan. Namun,

pandangannya menyimpang dari monetaris dengan menyatakan bahwa dengan

tingkat bunga yang positif, money supply akan tumbuh sebagai mustinya. Selain

itu, money supply tidak terkendalikan dalam jangka panjang. Dibawah regim fiat,

fractional reserve banking dan sistem berlandaskan tingkat suku bunga, money

supply mempunyai kecenderungan untuk berkembang walaupun tidak ada

kebijakan ekspansi yang dilakukan.

Hal ini berarti, karena kecepatan perputaran dan real output adalah tetap, price

level akan bertambah terus menerus. Dalam sistem fiat, pemerintah mempunyai

kecenderungan untuk mengintervensi pasar dengan mengendalikan harga dari

barang-barang, terutama bahan makanan dasar, sebagai respon terhadap

pertambahan harga yang terjadi. Hasil dari pengendalian harga ini adalah

pertambahan pada money supply akan berdampak pada pasar lain terutama pasar

aset keuangan, membuat bubble pada harga aset tersebut.

Ibrahim (2006) atau Choudhury (2004),5 dengan berlandaskan teori kuantitas

uang yang sederhana, memiliki pandangan yang selaras dengan hasil dari Meera.

5 Choudhury, M.A. (2004) “Micro-Money and Real Economy Relationship in the 100 Per Cent Reserve Requirement Monetary System”, Review of Islamic Economics, 8: 35-54.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 16: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

28

Mereka bersandar pada bingkai pemikiran untuk membuat kesimpulan yang

berseberangan dengan sistem moneter secara fiat. Dalam penelitiannya, Ibrahim

menemukan gambaran yang jelas mengenai hubungan antara money supply dan

variable makro ekonomi lainnya dan pembuktian mengenai setiap ekspansi money

supply menimbulkan inflasi. Hasil lain yang berhasil diemukannya adalah

interaksi antara money supply – interest rate and money supply – stock price

adalah tidak stabil. Senada dengan Meera, Ibrahim menemukan bahwa setiap

ekspansi money supply berpotensi melahirkan asset price bubbles. Penelitiannya

juga menemukan, money supply akan bereaksi secara positif terhadap peningkatan

real output. Dengan kondisi money supply seperti temuan dalam penelitiannya,

Akhirnya, Meera, Ibrahim dan Choudhury beranggapan bahwa argument untuk

kembali menggunakan gold dinar perlu untuk dibenarkan. Walaupun Ibrahim

menambahkan dengan pertimbangan apakah mungkin saat dapat diterapkan

dengan kondisi politik dan standar moneter internasional yang pada saat ini

berlaku. Mereka mendukung pandangan para Dinaris yang secara garis besar

menggambarkan berbagai pola kausal yang melibatkan interaksi antara money

supply, price level, output dan harga aset lainnya. Hal ini dapat ditunjukan melalui

tiga hubungan kausal:

a. Apabila jumlah uang beredar (M) naik, maka tingkat harga (P) akan naik

b. Apabila jumlah uang beredar (M) naik, akan mempengaruhi output (Y)

c. Apabila jumlah uang beredar (M) naik, maka tingkat suku bunga (r) akan

turun

d. Apabila jumlah uang beredar (M) naik, maka harga aset (A) akan naik

Dinaris berpandangan, sebagai mana tersebut pada poin a, terdapat hubungan

kausal yang terjadi dari money supply kepada price level. Untuk mendapatkan

nilai real output, pola kausal dari money terhadap output tidak jelas. Mereka

mengacu pada quantity theory dari uang dengan full employment level of output

dalam argumennya, mereka mengemukakan bahwa resesi dapat terpicu oleh

kontrasi moneter. Kemudian, karena money supply dapat tumbuh secara mandiri,

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 17: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

29

seharusnya tidak ada hubungan kausal yang terjadi dari real output terhadap

money supply atau terlebih lagi pada price level terhadap money supply. Ketika

Meera (2002) menerima proposisi monetaris bahwa inflasi merupakan fenomena

moneter, hal ini bukan merupakan ketidakkonsitenan dari pandangannya

sebelumnya. Menurutnya, hubungan kausal seharusnya tidak muncul bila

pemerintah mengintervensi dengan cara mengendalikan harga.

Efek ketidakstabilan dari perubahan money supply dapat direpresentasikan dengan

b dan c. Seperti yang telah dinyatakan oleh Meera (2002), pertambahan yang terus

menerus dari money supply akan menghasilkan penurunan tingkat suku bunga

setelah full employment dari tingkat output tercapai. Kemudian selama tingkat

bunga tetap positif, money supply akan terus bertambah secara mandiri. Terlebih

lagi, pengurangan pada tingkat bunga lebih lanjut akan memicu aktivitas

peminjaman oleh bank-bank. Seiring peminjaman bank berkembang, begitu pula

money supply. Berdasarkan hal ini, walaupun mekanisme sebelumnya

menyarankan adanya pertambahan mandiri dalam money supply pada tingkat

bunga yang positif, dua hal ini menyarankan secara jelas umpan balik kausalitas

dari tingkat bunga terhadap money supply. Dan umpan balik kausalitas ini memicu

ketidakstabilan. Ketiga hubungan kausal ini disebutkan dalam Meera (2002).

Pertambahan pada money supply akan berujung pada pengurangan tingkat bunga.

Hal ini akan menggiring pada ekspansi dari money supply. Sebagai mana

disebutkan pada a, akan terdapat tekanan yang terus menerus pada price level.

Karena harga dari barang-barang esensi dikendalikan, pertambahan pada money

supply akan menimbulkan price bubble pada aset sebagaimana yang disebutkan

dalam c, menggarisbawahi sumber ketidakstabilan yang kedua. Aktivitas

spekulatif akan menimbulkan lebih banyak lagi penciptaan money supply melalui

kontrak peminjaman bank dalam rangka mengkapitalisasi ekspektasi pertambahan

pada harga aset. Namun kemudian, ketika bank meminjam kontrak, bubble dari

harga aset akan timbul dan tingkat bunga akan meningkat dan menimbulkan resesi

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 18: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

30

ekonomi. Penurunan ini disebabkan oleh kontraksi moneter melalui krisis dalam

pasar aset keuangan.

Atas landasan hubungan kausal diatas, memberikan fakta bahwa Dinaris

memandang fluktuasi dalam money supply sebagai penyebab utama dari fluktuasi

dari variabel lain. Dengan kata lain, fluktuasi dalam variabel sebagai real output

(terutama pada saat penurunan ekonomi), tingkat harga, tingkat bunga, dan harga

set diperhitungakan sebagian besar melalui variasi dalam money supply, membuat

money supply sebagai variabel penyebab utama. Kemudian, bila ada hubungan

umpan balik dari terutama tingkat bunga dan harga saham terhadap money supply,

polanya menyebabkan ketidakstabilan.

Namun, bila ada usaha untuk menuju kestabilan, dengan kebijakan moneter,

misalnya pengurangan dalam money supply untuk menahan penurunan tingkat

bunga atau peningkatan harga aset, argumen Dinaris ini menjadi lemah. Terlebih

lagi, Meera (2002) menyebutkan umpan balik kausal dari real output terhadap

money supply. Keberadaan dari hubungan kausal dari real output kepada money

supply dapat melemahkan sekali argument Dinaris bahwa segalanya terjadi akibat

sistem moneter fiat. Lebih spesifik, bila money supply bereaksi untuk

mengakomodir ekspansi dalam aktivitas riil, menyebabkan Gold Dinar menjadi

tidak nyata. Alasannya adalah, tidak seperti uang fiat, emas tidak dapat dengan

mudah bertambah sesuai keinginan. Ketidakfleksibelan dari emas dalam

menyesuaikan ekspansi output yang timbul dari sumber lain seperti dorongan

produktivitas, mungkin tidak memfasilitasi ekspansi output pada awalnya.

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 19: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

31

2.5.3 Penerapan Simulasi Impuls Response Function dan Variance

Decompositions dengan Pendekatan VAR

Model-model ekonometri terdiri dari model dengan satu persamaan dan multi

persamaan, biasanya berbentuk model struktural. Artinya, model yang dibangun,

hubungan antar variabelnya mengacu pada suatu teori. Demikian pula bentuk

fungsionalnya. Pengestimasian model struktural dapat digunakan untuk mengetes

suatu teori. Model dinamik juga mengacu pada suatu teori yang baku.

Konsekuensinya, dalam membangun model ekonometri, pemodel harus yakin

bahwa spesifikasi model yang ditawarkan dipandu oleh suatu teori.

Akan tetapi, kadang-kadang teori (ekonomi) tidak dapat secara tepat mengarahkan

kepada spesifikasi yang tepat. Seringkali, ada beberapa teori yang saling berbeda

dalam menjelaskan suatu fenomena. Sebagai akibatnya, banyak pemodel yang

mendasarkan pada data dalam menentukan struktur dinamik modelnya. VAR

merupakan teknik yang dapat menjawab tantangan ini. VAR juga merupakan

model yang dapat menduga sistem dinamis ‘tanpa menggunakan sudut pandang

teoritikal’ dan menduga sitem dinamis ‘ menggunakan variabel-variabel (eksogen)

dengan lag’.

Seperti halnya Ibrahim (2006), Selover (1996) dan Sims (1980) untuk menguji

dinamika moneter, mereka meneliti dengan menggunakan impuls response

function dan variance decompositions pendekatan Vector Autoregression (VAR).

Didahului dengan pengujian adanya unit root dan uji kointegrasi untuk

menyelidiki karakteristik dari seperangkat variabel yang akan diuji. Melalui

pendekatan tersebut, diharapkan akan ditemukan pola hubungan empiris dalam

data dan juga informasi mengenai hubungan kausal diantara variabel-variabel

yang diujikan. Spesifikasi model VAR sebagai berikut:

01

p

t k tk

k tX A A X −=

e= + +∑

(2.4)

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 20: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

32

Dimana, Xt adalah (n x 1) variable vektor, A0 adalah (n x 1) konstanta vektor, Ak

adalah (n x n) koefisien matrix, et adalah (n x 1) vector of error terms, dan p

adalah orde dari autoregressive.

Pada model diatas biasanya interpretasinya didasarkan oleh adanya moving

average dalam pola datanya. Jika persamaan disubstitusikan menjadi persamaan

moving average, maka modelnya menjadi:

0t k t k

kB B e

=

= +∑X −

(2.5)

Jadi, Xt adalah ekspresi dari kombinasi linier penemuan masa lalu dan saat ini.

Berdasarkan persamaan diatas, variance decompositions dan impulse-response

functions merupakan simulasi yang dapat menilai dynamic causal antara money

supply dan variable makro ekonomi lainnya. Dengan menggunakan kedua

pendekatan diatas, diharapkan dapat diketahui besaran dan arah respon yang

dihasilkan akibat shock yang terjadi.

Hubungan antara co-integration dan error correction models, untuk pertama kali

di ajukan oleh Engle-Granger (1983), penelitian yang dilakukan oleh Egle-

Granger ini merupakan pengembangan untuk membangun prosedur estimasi,

pengujian dan contoh-contoh pengujian empiris. Dasar pemikiran dalam

penelitian mereka adalah: jika dalam tiap elemen dari vektor pada data time series

mencapai stasioner setelah proses differencing, tetapi memiliki kombinasi yang

linear α` x1, yang stasioner, maka time series x1 dapat dikatakan terkointegrasi

vektor α`. Akan terdapat beberapa jenis co-integrating vectors yang dapat

dibentuk menjadi matrix. Dengan menginterpretasikan α` x1= 0 dalam jangka

panjang, co-integration berimplikasi bahwa deviasi dari equilibrium adalah

stasioner, dengan varians yang terbatas (finite variance), meskipun seriesnya

secara individu tidak stasioner dan memiliki varians yang tidak terbatas (infinite

variance).

Universitas Indonesia

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

Page 21: BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN TEORITISlib.ui.ac.id/file?file=digital/117224-T 24966-dinamika moneter... · KAJIAN LITERATUR DAN TEORITIS 2.1 Sistem Moneter Internasional 2.1.1 Sistem

33

Universitas Indonesia

Simulasi pada variance decompositions dan impulse-response functions yang

dilakukan oleh Selover (1996) dan Ibrahim (2006) menggunakan data dengan

natural logaritma masing-masing variabel untuk menunjukkan proporsi

pengaruhnya, kecuali pada variabel dalam satuan prosentase. Ketika dilakukan

pengujian unit sebagian variabel yang akan diujikan memiliki unit root (tidak

stasioner) pada tingkat levelnya. Dilanjutkan dengan uji kointegrasi, ditemukan

adanya kointegrasi dalam seperangkat variabel yang akan diujikan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan jangka panjang pada

variabel-variabel dalam model. Dengan merujuk pada Selover (1996, hal.580) dan

granger (1987) yang mengungkapkan bahwa apabila dalam perangkat variabel

tidak mengandung unit root dan atau ada kointegrasi pada dalam modelnya, maka

simulai impuls response function dan variance decomposition dapat dilakukan

pada data dalam orde levelnya. Walaupun argumen tersebut tidak didukung

sepenuhnya oleh Sims (1980) yang beranggapan bahwa menggunakan data yang

tdak stasioner dalam penelitian akan menghasilkan hasil penelitian yang tidak

valid.

Dilenkapi oleh Hidayat (2007) yang melakukan analisis efektifitas kebijakan

mekanisme transmisi kebijakan moneter sebagai implikasi adanya risk premium

pada pasar valuta asing dengan metode Vector Autoregression (VAR). Untuk

tujuan penelitiannya, Hidayat menggunakan impuls respon function dan variance

decompositions untuk menemukan perbedaan dalam kecepatan penyesuaian

variabel nilai tukar akibat shock (kejutan) kebijakan moneter. Selain itu, kedua

alat tersebut juga merupakan alat untuk menentukan size of shock kebijakan

moneter terhadap output dan inflasi, dengan membandingkan ada atau tidaknya

risk premium.

Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008