bab 2 dasar teori - · pdf filedasar teori 2.1 global positioning system (gps) ... yaitu...

Download BAB 2 DASAR TEORI - · PDF fileDASAR TEORI 2.1 Global Positioning System (GPS) ... yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui

If you can't read please download the document

Upload: lyhanh

Post on 05-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB 2

    DASAR TEORI

    2.1 Global Positioning System (GPS)

    2.1.1 Konsep Penentuan Posisi Dengan GPS

    GPS (Global Positioning System) merupakan sistem satelit navigasi dan penentuan

    posisi menggunakan satelit. GPS dapat digunakan oleh banyak pengguna sekaligus

    dalam segala cuaca. GPS didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga

    dimensi yang teliti serta informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.

    Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space

    segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen kontrol (control system

    segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan

    segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat

    penerima dan pengolah sinyal dan data GPS [Abidin, 2006].

    Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang)

    dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS

    yang koordinatnya telah diketahui. Pada pengamatan dengan GPS, yang bisa diukur

    hanyalah jarak antara pengamat dengan satelit dan bukan vektornya. Penentuan

    posisi pengamat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit

    sekaligus secara simultan (tidak hanya terhadap satu satelit). Prinsip penentuan posisi

    dengan GPS dapat diimplementasikan dalam bentuk beberapa metode penentuan

    posisi [Abidin, 2006].

  • 8

    Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tiga dimensi (X, Y, Z atau L, B, h)

    yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984. Dengan GPS,

    titik yang akan ditentukan posisinya dapat berupa titik yang diam (static positioning)

    maupun bergerak (kinematic positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan

    menggunakan satu receiver GPS terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode

    absolute positioning ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya

    (stasiun referensi) dengan menggunakan metode differential positioning yang

    menggunakan minimal dua receiver GPS. Di samping itu, GPS dapat memberikan

    posisi secara instan (real-time) ataupun sesudah pengamatan setelah data

    pengamatannya diproses secara lebih ekstensif (post processing) yang biasanya

    dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik [Abidin, 2006].

    2.1.2 Pseudorange dan Carrier Phase

    Ada dua kode pseudo-random noise (PRN) yang dikirimkan oleh satelit GPS dan

    digunakan sebagai penginformasi jarak, yaitu kode-P (P = Precise atau Private) dan

    kode-C/A (C/A = Coarse Acquisition atau Clear Access). Setiap satelit GPS

    mempunyai struktur kode yang unik dan berbeda dengan satelit-satelit GPS lainnya.

    Hal ini memungkinkan receiver GPS mengenali dan membedakan sinyal-sinyal yang

    datang dari satelit-satelit GPS yang berbeda. Dengan mengamati kode-P (Y) atau

    kode-C/A jarak dari pengamat ke satelit dapat ditentukan. Prinsip pengukuran jarak

    yang digunakan adalah dengan membandingkan kode yang diterima dari satelit

    dengan kode replika yang diformulasikan di dalam receiver [Abidin, 2006].

    Gambar 2.1 Prinsip penentuan jarak (pseudorange) dengan kode [Abidin, 2006]

  • 9

    Pada sinyal GPS terdapat dua gelombang pembawa (carrier wave) yang digunakan

    dalam membawa kode-kode. Gelombang pembawa tersebut meliputi L1 dan L2.

    Gelombang L1 membawa kode-kode P (Y) dan C/A beserta pesan navigasi,

    sedangkan gelombang L2 membawa kode P (Y) dan pesan navigasi. Pada awalnya

    sinyal L1 dan L2 didesain hanya untuk membawa data kode dan pesan navigasi dari

    satelit ke pengamat, tetapi pada saat ini data fase dari sinyal-sinyal tersebut juga

    digunakan untuk menentukan jarak dari pengamat ke sateli GPS. Untuk aplikasi-

    aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi, data fase lebih baik digunakan

    daripada data kode. Dalam pengukuran fase, saat receiver GPS dihidupkan (t0) hanya

    dapat mengukur fraksi dari satu gelombang (0 sampai 360). Selanjutnya, receiver

    tersebut mengamati zero crossing dari sinyal (dari ke +, atau dari + ke -) atau

    dengan kata lain mengamati jumlah setengah ataupun satu gelombang penuh yang

    diterima setelah pengukuran fraksi gelombang tersebut [Abidin, 2006].

    Pada suatu epok pengukuran tertentu (ti), receiver GPS hanya dapat merekam fraksi

    fase GPS yang diukur pada epok tersebut ditambah sejumlah gelombang penuh yang

    terhitung sejak epok awal t0 sampai epok pengukuran ti. Oleh karena itu, hasil ukuran

    fase sinyal GPS (dalam unit jarak) bukanlah merupakan jarak absolut dari pengamat

    ke satelit seperti halnya pseudorange, tetapi merupakan jarak yang ambiguous

    [Abidin, 2006].

    Gambar 2.2 Penetuan jarak ke satelit dengan data ukuran fase [Abidin, 2006]

  • 10

    Pada gambar 2.2 dapat dilihat bahwa untuk mengubah data fase menjadi data jarak,

    ambiguitas fase (cycle ambiguity) N harus ditentukan terlebih dahulu nilainya.

    Seandainya nilai ambiguitas fase dapat ditentukan secara benar, maka jarak fase

    tersebut akan menjadi ukuran jarak yang sangat teliti (tingkat presisi dalam orde mm)

    dan dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang

    tinggi (orde mm cm). Tetapi perlu ditekankan bahwa penentuan nilai ambiguitas

    fase yang benar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah [Abidin, 2006].

    2.1.3 Broadcast Ephemeris

    Disamping berisi kode-kode, sinyal GPS juga berisi pesan navigasi (navigation

    message) yang berisi informasi tentang koefisien koreksi jam satelit, parameter orbit,

    almanak satelit, UTC, parameter koreksi ionosfer, serta informasi spesial lainnya

    seperti status konstelasi dan kesehatan satelit. Pesan navigasi tersebut ditentukan oleh

    segmen kontrol dan dikirimkan (broadcast) ke pengguna menggunakan satelit GPS.

    Salah satu informasi yang terkandung dalam pesan navigasi GPS adalah ephemeris

    (orbit) satelit yang biasa disebut broadcast ephemeris [Abidin, 2006].

    Broadcast ephemeris ditentukan oleh sistem kontrol GPS dalam dua tahap [Seeber,

    1993]. Pada tahap pertama, ephemeris referensi ditentukan berdasarkan data

    pengamatan GPS (pseudorange dan fase) selama 7 hari dari semua stasiun monitor

    (proses off-line), dengan menggunakan program perhitungan orbit yang canggih.

    Pada tahap kedua yang merupakan proses on-line, perbedaan-perbedaan antara hasil

    pengamatan yang terbaru dari stasiun monitor dengan ephemeris referensi

    diturunkan, dan kemudian diproses dengan menggunakan metode kalman filtering

    untuk mempredisksi besarnya koreksi-koreksi bagi ephemeris referensi [Abidin,

    2006].

  • 11

    Dalam broadcast ephemeris, informasi tentang posisi satelit tidak diberikan langsung

    dalam bentuk koordinat, tetapi dalam bentuk elemen-elemen keplerian dari orbit GPS

    yang dapat digunakan untuk menghitung posisi satelit dari waktu ke waktu. Pada

    dasarnya, broadcast ephemeris berisi parameter waktu, parameter orbit satelit, dan

    parameter pertubasi dari orbit satelit. Parameter waktu terdiri dari 6 parameter, yaitu

    referensi untuk parameter ephemeris, waktu referensi untuk parameter jam satelit, 3

    koefisien untuk koreksi jam satelit, dan IOD (Issue of Data). Parameter satelit terdiri

    dari 6 parameter, yaitu akar dari sumbu panjang ellips, eksentrisitas, inklinasi, right

    ascension of the ascending node, argument of perigee, dan anomali menengah.

    Parameter pertubasi dari orbit satelit terdiri dari 9 parameter. Dari parameter-

    parameter yang diberikan oleh broadcast ephemeris, selanjutnya dapat ditentukan

    koordinat satelit pada setiap epok pengamatan [Abidin, 2006].

    2.1.4 Precise Ephemeris

    Informasi orbit pada precise ephemeris berdasar kepada data pengamatan satelit GPS

    yang diambil oleh tracking station (jaringan penjejak satelit) secara kontinyu. Semua

    tracking station telah memiliki koordinat dalam sistem koordinat geosentrik yang

    terikat bumi, sehingga koordinat suatu satelit dapat dihitung dari banyak tracking

    station yang melihat satelit tersebut. Data ini kemudian dihitung lalu disajikan dalam

    format file SP3 dimana interval epok dalam file tersebut adalah setiap 15 menit

    dengan informasi berupa posisi satelit dalam sistem koordinat yang geosentrik terikat

    bumi beserta kecepatannya, serta koreksi jam satelit. Precise ephemeris ini

    menggunakan sistem referensi ITRF (International Terrestrial Reference Frame).

    Badan yang menghasilkan precise ephemeris antara lain IGS (International GNSS

    Service), IAG (International Association of Geodesy), NGS (U.S.National Geodetic

    Survey). Pelayanan IGS ini dilakukan oleh jaringan global stasiun-stasiun penjejak

    yang secara kontinyu mengoperasikan receiver dua frekuensi [Abidin, 2006].

  • 12

    Untuk keperluan realtime maka bisa menggunakan produk ultra rapid untuk

    mendapatkan parameter orbit dari estimasi prediksi untuk informasi pada waktu yang

    dibutuhkan. IGS hasil prediksi tersebut mempunyai tingkat keakurasian ~10 cm.

    Berdasarkan waktu ketersediaanya, informasi orbit terbagi menjadi beberapa jenis.

    Berikut adalah tabel perbandingan ketelitian dari informasi satelit :

    Tabel 2.1 Estimasi kualitas informasi orbit [Dach, Rolf et al., 2007]

    Jenis Orbit Akurasi Ketersediaan Keberadaan Data

    Broadcast Orbits ~ 2 m Realtime Broadcast message

    CODE Ultra Rapid

    Orbits < 10 cm Realtime CODE via FTP

    CODE Rapid Orbits