bab 2 (bagian utama)

23
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Selepas perang kemerdekaan dan di awal pemerintahan Republik Indonesia, situasi di ladang- ladang minyak peninggalan Belanda demikian kacaunya. Di Sumatera Utara misalnya, banyak perusahaan-perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut. Untuk menghentikan kekacauan itu, pemerintah menugaskan Angkatan Darat (AD) untuk mengatasinya. Selanjutnya AD mendirikan PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara (Persero) untuk mengelola ladang-ladang minyak dan gas tersebut. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat Permina pada 10 Desember 1957. Namun sebagai tindak lanjut kebijakan bahwa yang berhak melakukan eksplorasi migas di Indonesia adalah negara maka pada 1960, PT Permina direstrukturisasi menjadi PN Permina. Pada 20 Agustus 1968 Presiden mengeluarkan satu dekrit yang isinya berupa perintah untuk mengabungkan PN Permina yang bergerak di bidang produksi dengan PN Pertamina yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu II-1

Upload: david-ignatius

Post on 11-Aug-2015

157 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KP pt Dirgantara indonesia bab2 dari 4 bab

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 (Bagian Utama)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Selepas perang kemerdekaan dan di awal pemerintahan Republik

Indonesia, situasi di ladang-ladang minyak peninggalan Belanda demikian

kacaunya. Di Sumatera Utara misalnya, banyak perusahaan-perusahaan kecil

saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut. Untuk menghentikan

kekacauan itu, pemerintah menugaskan Angkatan Darat (AD) untuk

mengatasinya. Selanjutnya AD mendirikan PT Eksploitasi Tambang Minyak

Sumatera Utara (Persero) untuk mengelola ladang-ladang minyak dan gas

tersebut.

Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Perusahaan

Minyak Nasional, disingkat Permina pada 10 Desember 1957. Namun sebagai

tindak lanjut kebijakan bahwa yang berhak melakukan eksplorasi migas di

Indonesia adalah negara maka pada 1960, PT Permina direstrukturisasi menjadi

PN Permina.

Pada 20 Agustus 1968 Presiden mengeluarkan satu dekrit yang isinya

berupa perintah untuk mengabungkan PN Permina yang bergerak di bidang

produksi dengan PN Pertamina yang bergerak di bidang pemasaran guna

menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas.

Perusahaan gabungan itu dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

(Pertamina).

Selanjutnya, untuk memberi dukungan kepada perusahaan yang masih

muda ini, pemerintah menerbitkan UU no. 8 Tahun 1971, yang menempatkan

Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik negara, yang bertugas

melaksanakan pengusahaan migas termasuk menyediakan dan melayani

kebutuhan BBM & gas bumi di Indonesia. Di samping itu di sisi hulu migas,

Pertamina ditugaskan untuk mengelola dan mengolah ladang-ladang minyak di

seluruh wilayah Indonesia melalui berbagai mekanisme kerja sama dengan

berbagai perusahaan minyak dan gas dunia maupun nasional.

II-1

Page 2: BAB 2 (Bagian Utama)

II-2

Selanjutnya untuk mengoptimalkan kegiatan pengelolaan hasil

produksi gas Pertamina, pada 1989 dibentuklah Divisi Utilisasi Gas Pertamina

yang bertugas menangani usaha gas di Pertamina. 

Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri

minyak dan gas nasional maupun global, pemerintah menerapkan UU No 22

Tahun 2001. Pasca penerapan UU tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang

sama dengan perusahaan minyak lainnya. Pada 17 September 2003 Pertamina

berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) berdasarkan PP No. 31 tahun

2003. Ini merupakan konsekuensi dari pemberlakuan UU No.22/2001.

UU tersebut, antara lain, juga mengharuskan pemisahan antara

kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu. Maka Pertamina pun mengubah pola

kegiatan usaha gas dari yang selama ini terintegrasi dalam kegiatan Direktorat

Hulu melalui Divisi Utilisasi Gas, menjadi entitas bisnis terpisah dengan

membentuk anak perusahaan yang diberi nama PT Pertamina Gas. Dengan

demikian, khususnya dibidang gas, Pertamina dapat lebih fokus dan

memaksimalkan operasinya melalui PT Pertamina Gas.

PT Pertamina Gas secara resmi didirikan pada 23 Februari 2007. Anak

perusahaan Pertamina yang berada di bawah naungan Direktorat Hulu Pertamina

ini bergerak dalam usaha niaga, transportasi, distribusi, pemrosesan dan bisnis

lainnya yang terkait dengan gas alam dan produk turunannya.

Tahun-tahun penting dalam perjalanan sejarah perusahaan adalah sebagai berikut:

1957 Pendirian PT Perusahaan Minyak Nasional (PERMINA)

1960    PT Permina berubah menjadi PN Permina

1968     PN Permina bergabung dengan PN Pertamin menjadi PN Pertamina

1989      Pembentukan Divisi Utilisasi Gas Hulu di Pertamina

2001 Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi

2003      Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero)

2007     Pendirian PT Pertamina Gas

Page 3: BAB 2 (Bagian Utama)

II-3

PT. Pertamina Gas bergerak di bidang transportasi, niaga dan

pemrosesan gas. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina Gas telah memiliki

jaringan pipa yang terletak di Sumatera Bagian Utara (SBU), Sumatera Bagian

Tengah (SBT), Sumatera Bagian Selatan (SBS), Jawa Bagian Barat (JBB), Jawa

Bagian Timur (JBT) dan Kalimantan Timur. Salah satu contoh sistem jaringan

pipa yang terdapat di PT. Pertamina Gas Area JBB Tegalgede – Cikarang terlihat

pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Jaringan Pipa Pertagas SKG Tegalgede

Pada Januari 2009 PT. Pertamina Gas mendapatkan Izin Transportasi

dan pada Februari 2009 PT. Pertamina Gas memperoleh Hak Khusus dari BPH

Migas untuk pengangkutan gas bumi melalui pipa di 43 ruas transmisi. Keluarnya

Izin Transportasi dan Hak Khusus itu melengkapi terbitnya Izin Niaga pada

September 2008. Dengan izin usaha dan hak khusus tersebut, PT. Pertamina Gas

telah memiliki landasan regulasi untuk menjadi pemain utama dalam bisnis gas di

Indonesia.

Pada awalnya, pipa penyalur gas berdiameter 24 inci sepanjang 220

km milik Pertamina dimaksudkan untuk menyalurkan Gas Bumi dari Lapangan

Gas Lepas Pantai Arjuna, memasok proses reduksi bijih besi dan pembangkit

listrik Pabrik Baja PT. Krakatau Steel.

Page 4: BAB 2 (Bagian Utama)

II-4

Berdasarkan UU MIGAS No. 22 Tahun 2001, TMT 1 Maret 2007

Transmisi Gas berubah menjadi Area Jawa Bagian Barat yang merupakan salah

satu unit Operasi PT. Pertamina Gas.

2.2 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan

Wilayah operasi PT. Pertamina Gas Stasiun Kompresor Gas Tegal

Gede berada diantara 2 distrik, yaitu distrik Cilamaya dan distrik Bitung seperti

terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Wilayah operasi PT. Pertamina Gas distrik Tegalgede

Secara lengkapnya jalur kegiatan operasi penyaluran gas beserta jalur

pipa dari sumber ke konsumen terlampir di lampiran 1...

2.2.1 Transportasi Gas

Berbekal penetapan Tarif dan Hak Khusus dari BPH Migas, PT

Pertamina Gas melakukan kegiatan transportasi gas melalui 43 ruas pipa transmisi

sepanjang 32.647,70 km yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa

Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Untuk itu, PT. Pertamina Gas sebagai

operator akan membuat pengaturan akses (access arrangement) bagi pengguna

bersama jaringan pipanya.

Pengaturan akses yang harus disetujui BPH MIGAS meliputi panduan

manajemen serta aturan teknis dan hukum yang harus dipenuhi oleh shipper agar

Page 5: BAB 2 (Bagian Utama)

II-5

bisa memanfaatkan jaringan pipa tersebut. Perusahaan juga melakukan kegiatan

transportasi minyak berdasarkan Izin Usaha Transportasi Minyak dari Direktorat

Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas).

2.2.2 Niaga Gas

Sebagai anak perusahaan PT. Pertamina (Persero), PT. Pertamina Gas

terus berupaya mengembangkan tingkat penyediaan gas untuk konsumen. Salah

satu pendorong perkembangan usaha penyediaan gas PT. Pertamina Gas adalah

dengan diterbitkannya Izin Usaha Niaga pada Oktober 2008 oleh PT. Pertamina

Gas oleh Ditjen Migas dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM). Izin tersebut memungkinkan perusahaan untuk bergerak maju.

Berbekal dengan izin tersebut PT. Pertamina Gas untuk terus bergerak

maju dengan berupaya menjaga tingkat penyediaan gas yang aman untuk

konsumen maupun untuk memperluas pasar. Berbagai Perjanjian Jual Beli Gas

(PJBG) terus dilakukan dengan sejumlah kontraktor, yaitu Production Sharing

Contract (PSC), Joint Operating Body (JOB) dan Technical Assistance Contract

(TAC).

2.2.3 Pemrosesan Gas

Selain bisnis transportasi gas dan niaga gas, pengembangan usaha PT.

Pertamina Gas di bidang pemrosesan gas terus diupayakan dengan pabrik

pengolahan gas melalui kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satu upaya

tersebut adalah rencana pembangunan proyek pembangkit Natural Gas Liquid

(NGL) di Sumatera Selatan. Dalam proyek tersebut PT. Pertamina Gas bekerja

sama dengan EP dengan membentuk sebuah perusahaan yang dinamakan EP –

Pertamina Gas. Proyek ini diprediksi akan selesai pada tahun 2013.

2.3 Sistem Manajemen

Dalam menjalankan aktivitasnya, PT.Pertamina Gas berinteraksi

secara kelembagaan dengan pihak-pihak lain yang terkait (stakeholder) dengan

perusahaan, yang seringkali terjadi benturan kepentingan antara pemegang saham

dengan pihak-pihak lain tadi. Disinilah manajemen mengupayakan perlunya

keseimbangan perlakuan yang dimaksudkan agar perusahaan mampu

Page 6: BAB 2 (Bagian Utama)

II-6

mempertahankan eksistensinya dan bermanfaat bagi seluruh entitas masyarakat.

Dalam konteks itulah, tata kelola perusahaan (corporate governance) dijalankan,

karena ia mengatur aspek-aspek yang terkait dengan keseimbangan internal dan

eksternal. Corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunkan

untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan kegiatan perusahaan.

Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas

perusahaan, agar dapat mewujudkan value bagi pemegang saham dalam jangka

panjang dengan tetap mempertahankan kepentingan stakeholder lainnya.

Good Corporate Governance (GCG) pada tataran PT. Pertamina Gas

didefinisikan sebagai pola pikir, pola tindak, dan pola kerja di seluruh jajaran

fungsi perusahaan, guna menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien, dalam

pengelolaan sumber daya dan usaha serta meningkatkan tanggung jawab

manajemen pada pemegang saham dan stakeholder lainnya.

Adapun tujuan penerapan GCG di PT. Pertamina Gas adalah dimaksudkan untuk :

1. Memaksimalkan value perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan

prinsip-prinsip transparansi , kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.

2. Terlaksananya pengelolaan perusahaan secara profesional dan mandiri.

3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh organ perusahaan yang

didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

4. Terlaksananya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) terhadap stakeholder.

5. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya di bidang

energi dan petrokimia.

Prinsip-prinsip GCG yang dijalankan PT. Pertamina Gas adalah :

1. Transparansi

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai

perusahaan.

Page 7: BAB 2 (Bagian Utama)

II-7

2. Kemandirian

Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang kuat.

3. Akuntabilitas

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan efisien.

4. Pertanggungjawaban

Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

berdasarkan perjanjian dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Guna memenuhi ketentuan dalam Anggaran Dasar Perusahaan

maupun Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Direksi menyampaikan laporan

tahunan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang di dalamnya

terdapat laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.

Untuk itu, Pemegang Saham melalui Dewan Komisaris menunjuk auditor

eksternal independen untuk melakukan audit terhadap perusahaan.

2.4 Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan

PT. Pertamina Gas senantiasa menjaga komitmen dan kebijakan

perusahaan dalam seluruh aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan

Lingkungan (K3LL). PT. Pertamina Gas menjalankan seluruh kegiatan usahanya

dengan selalu mengutamakan prioritas terhadap upaya-upaya pencegahan dan

penanggulangan terjadinya insiden yang merugikan guna meminimalisir risiko

operasi serta peningkatan keandalan, efisiensi dan produktivitas perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasinya.

Komitmen tersebut adalah :

1. Memberikan keteladanan dalam menjalankan aspek K3LL dan

menjadikannya sebagai budaya perusahaan.

Page 8: BAB 2 (Bagian Utama)

II-8

2. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan standarisasi K3LL yang

berlaku serta menjalankan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan

3. Mencegah dan menanggulangi terjadinya insiden melalui pembinaan dan

penerapan teknologi tepat guna sejak tahap perencanaan hingga pasca

operasi.

4. Menerapkan Sistem Manajemen K3LL dan pengelolaan aspek K3LL di

seluruh kegiatan operasi secara konsisten dan konsekuen.

5. Menciptakan dan memelihara harmonisasi hubungan dengan stakeholder di

sekitar kegiatan usaha untuk membangun kemitraan yang saling

menguntungkan.

Dalam mencapai tujuan PT. Pertamina Gas menuju World Class Operation,

Quality Management & K3LL senantiasa mengupayakan :

1. Meningkatkan produksi, efektifitas dan efisiensi gas di wilayah kerja yang

dikuasai, tercapainya Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan

Lingkungan setara world class serta berkualitas sehingga menghasilkan

kepuasan pelanggan dan citra perusahaan yang baik secara terus menerus.

2. Ukuran hasil dan proses pengoperasian aset dalam hal K3LL setara dengan

standar internasional yaitu pencapaian angka nihil kecelakaan kerja (zero

accident), kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja dan

kegagalan operasi lainnya.

Page 9: BAB 2 (Bagian Utama)

II-9

2.5 Struktur Organisasi

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina Gas SKG Tegalgede

Kepala Distrik Stasiun Kompresor Gas (SKG) bertanggung jawab atas

semua hal yang menyangkut kegiatan di SKG dari mulai operasi, pemeliharaan,

Health Safety Environment (HSE) dan laboratorium gas. Seperti yang tercantum

pada gambar 2.3 Struktur Organisasi Distrik Tegal Gede, Kepala Distrik dibantu

oleh Pengawas HSE, Pengawas Utama Operasi, Pengawas Pemeliharaan Stasiun

dan Pengawas Laboratorium MIGAS.

Pengawas Utama Operasi bertanggung jawab atas berlangsungnya

kegiatan operasi di SKG dan membawahi Pengawas Operasi Pipeline dan Meter

dan Pengawas Operasi Stasiun Kompresor yang masing-masing memiliki tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing.

Page 10: BAB 2 (Bagian Utama)

II-10

2.6 Fasilitas Perusahaan

PT. Pertamina Gas dalam menjalankan kegiatan operasinya tidak

lepas dari komponen-komponen penunjang operasi. Guna keberhasilan,

kelancaran dan keamanan dalam melaksanakan kegiatan operasi, PT. Pertamina

Gas memiliki komponen utama dalam menjalankan operasinya. Disamping itu,

PT. Pertamina Gas memiliki seperangkat komponen laboratorium sebagai

penunjang untuk analisis kualitas gas yang didistribusikan dan memiliki peralatan

penunjang keselamatan yang tentunya sangat vital peranannya dalam

menganstisipasi segala kecelakaan yang terjadi.

2.6.1 Komponen Utama

Komponen-komponen ini peranannya sangat vital dalam

berlangsungnya kegiatan operasi di SKG karena komponen ini merupakan

komponen-komponen utama dalam pendistribusian gas alam ke konsumen.

Komponen utama operasi SKG terdiri dari Generator Set, Gas Turbine, Boost

Compressor dan Air Compressor dengan spesifikasi yang dibutuhkan seperti

gambar di bawah ini :

1. Generator Set

Salah satu contoh generator set yang dimiliki oleh SKG Tegalgede

adalah Genset Merk Caterpillar dengan kapasitas 650 KVH seperti yang

terlihat pada gambar 2.4. SKG Tegalgede memilki 3 buah generator set.

Namun saat operasi berlangsung, hanya satu saja yang beroperasi dan

sisanya disiapkan dalam keadaan stand by.

Page 11: BAB 2 (Bagian Utama)

II-11

Gambar 2.4 Generator Set

2. Air Compressor

Salah satu contoh air compressor yang digunakan di SKG Tegalgede

adalah kompresor torak dengan merk Ingersoll Rand dengan kapasitas 125

psig seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Tipe kompresor yang digunakan

adalah tipe reciprocating displacement compressor. Fungsi kompresor ini

adalah sebagai penggerak yang mengatur buka dan tutupnya valve yang

terdapat pada yard valve.

Gambar 2.5 Instrument Air Compressor

Page 12: BAB 2 (Bagian Utama)

II-12

3. Turbin Compressor

Unit yang berperan penting dalam jalannya kegiatan operasi di

SKG Tegaldede adalah Gas Turbine Set Compressor. SKG Tegalgede

memiliki 5 unit turbin gas dan boost compressor merk Solar Turbine

dengan kapasitas tiap-tiap boost compressor sebesar 75 MMscf. Biasanya

tiap harinya 2 unit turbine compressor beroperasi, sedangkan tiga

diantaranya disiapkan dalam keadaan stand by. Salah satu contoh turbin

gas dan boost compressor yang terdapat di SKG Tegalgede-Cikarang

terlihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Turbin Gas dan Boost Compressor

2.6.2 Peralatan Laboratorium

Dalam kegiatan pendistribusian dan pemrosesan gas, PT. Pertamina

Gas selalu memperhatikan kualitas gas yang didistribusikannya. Maka

daripada itu, PT. Pertamina Gas memiliki laboratorium gas sebagai tempat

untuk menganalisis komposisi gas yang didistribusikan dari shipper

menuju offtaker. Laboratorium gas yang terdapat di SKG Tegalgede ini

merupakan satu-satunya laboratorium gas yang dimilki PT. Pertamina Gas

di Area Jawa Bagian Barat (JBB). Dalam tiap minggunya laboratorium gas

Page 13: BAB 2 (Bagian Utama)

II-13

yang ada di SKG Tegalgede menerima sekitar 65-70 sampel gas baik dari

seluruh SKG di JBB maupun dari pihak-pihak yang membutuhkan jasa

analisa gas. Laboratorium PT. Pertamina Gas menggunakan Gas

Chromathograph guna menganalisis kualitas gas berdasarkan komposisi

yang terdapat pada gas alam tersebut. Selain Gas Chromathograph, Dew

Point Tester Manual juga digunakan untuk mengukur kadar pengembunan

yang terdapat di gas.

1. Gas Chromatograph

Salah satu contoh alat gas cromatograph yang terdapat di

laboratorium PT. Pertamina Gas distrik Tegalgede-Cikarang dapat dilihat

pada gambar 2.7. Laboratorium di SKG Tegalgede memiliki 4 buah Gas

Cromatograph dengan Merk Agilent Technologies tipe 6890 N. Akan

tetapi, hanya tiga buah yang dapat dioperasikan karena satu buah masih

dalam proses instalasi.

Gambar 2.7. Gas Chromatograph

2. Dew Point Tester Manual

Di laboratorium PT. Pertamina Gas distrik Tegalgede-Cikarang

terdapat juga 1 unit dew point tester gas dengan merk SHAW tipe RED

(Range 0-1000 ppm/ ± 50 lbs) seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.8

Page 14: BAB 2 (Bagian Utama)

II-14

Gambar 2.8 Dew Point Tester

2.6.3 Peralatan Penunjang Keselamatan

Dalam menjaga komitmen dan kebijakan aspek Kesehatan,

Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) maka PT. Pertamina Gas

dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya selalu memberikan prioritas

terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan terjadinya insiden yang

merugikan guna meminimalkan resiko operasi serta peningkatan keandalan,

efisiensi dan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, peralatan penunjang

keselamatan diharuskan tersedia dan berfungsi dengan baik. Peralatan penunjang

keamanan yang tersedia di PT. Pertamina Gas seperti yang terlihat pada gambar

2.9 adalah sebagai berikut :

1. Fire Diesel Pump

2. Fire Electric Pump

3. Gas Detector Unit

4. Flame Detector

5. Water Pond

6. Backup water pond

7. CCTV

Page 15: BAB 2 (Bagian Utama)

II-15

Gambar 2.9 Peralatan Penunjang Keselamatan

2.6.4 Main Office

PT. Pertamina Gas distrik Tegalgede-Cikarang memiliki sebuah

gedung Main Office yang merupakan tempat utama yang menunjang kegiatan

kerja & operasi sehari-hari. Adapun ruangan yang terdapat pada gedung main

office ini diantaranya :

1. Control Room

2. Ruang Rapat

3. Ruang Administrasi

4. Ruangan Kepala Distrik dan Pengawas

5. Ruangan Instrumen Peralatan Mekanik & Elektrik

6. Ruangan Operasi Pipeline & Meter

7. Mushola

8. Toilet

PERALATAN PENUNJANG

KESELAMATAN

FLAME DETECTOR

WATER POND

FIRE DIESEL PUMP

FIRE ELECTRIC PUMP

GAS DETECTOR UNIT BACKUP WATERPONDCCTV

Page 16: BAB 2 (Bagian Utama)

II-16

2.6.5 Bengkel

Dalam proses pengoperasian unit utama di PT. Pertamina Gas distrik

Tegalgede-Cikarang tentunya sering terjadi kerusakan beberapa komponen.

Bengkel di distrik Tegalgede yang terlihat pada gambar 2.9 berfungsi sebagai

tempat berlangsungnya proses perbaikan beberapa komponen yang mengalami

kerusakan dan sebagai yang memfasilitasi apabila adanya komponen-komponen

pendukung yang dapat diproduksi, contohnya pembentukan ulir pipa berukuran

kecil (tubing). Adapun beberapa alat yang terdapat di bengkel, yaitu diantaranya :

1. Mesin Las Listrik

2. Mesin Las Argon

3. Threading Machine

4. Mesin Bor

5. Ragum

6. Mesin Gerinda Potong

7. Compressor

2.6.6 Fire Station

Dalam menjaga komitmen Kesehatan Keselamatan Kerja dan

Lindungan Lingkungan (K3LL), PT. Pertamina Gas distrik Tegalgede memiliki

fasilitas fire station guna melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan

insiden yang membahayakan keselamatan kerja khususnya bahaya kebakaran.

Oleh karena itu, fire station merupakan fasilitas yang wajib tersedia di lingkungan

PT. Pertamina Gas yang notabene merupakan lingkungan dengan resiko bahaya

kebakaran sangat tinggi. Adapun beberapa unit yang terdapat di dalam fire station

diantaranya adalah fire jeep, fire truck, APAR dll.