bagian utama

24
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pepaya termasuk tanaman dari keluarga Caricaceae dan genus Carica. Genus Carica kurang lebih memiliki 40 spesies, tetapi yang dapat dikonsumsi hanya tujuh spesies, di antaranya Carica papaya L. ( Budiyanti, 2005 ). Dalam kehidupan sehari- hari buah ini sangat dikenal oleh masyarakat sebagai ‘buah meja’ yang seringkali dihidangkan di meja makan sebagai buah pencuci mulut. Selain karena cita rasanya yang enak dan manis, buah ini juga cukup ekonomis, relatif tinggi kandungan vitamin dan nutrisinya serta dapat memperlancar pencernaan. Buah pepaya mengandung protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, air, dan kalori ( Rhukmana, 1995 ). Namun, selain buah bagian pepaya lainnya seperti daun juga memiliki kandungan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Rhukmana ( 1995 ) menambahkan, daun pepaya juga mengandung keseluruhan vitamin dan nutrisi penting yang juga terdapat dalam buah, bahkan dalam daun pepaya juga mengandung 2 gram lemak per 100 gram daun. Jika buah pepaya banyak digemari karena rasanya yang manis, rasa pahit daun pepaya membuat banyak orang tidak menyukainya. Padahal manfaatnya sangat banyak. Daun pepaya dapat dimanfaatkan untuk mengobati malaria, cacingan, flu, demam, penambah nafsu makan, melancarkan ASI, dan yang paling sering digunakan yakni untuk melunakkan daging ( Anonim, 2009a). Sejak dulu daun pepaya dipercaya dapat melunakkan daging karena kandungan enzim papain dalam getah yang dihasilkan baik pada daun, buah dan batang pepaya. Enzim papain mampu menghidrolisis kolagen dalam daging, sehingga bentuknya menjadi kendur dan memecah serat-serat daging sehingga daging akan lebih empuk, dan lebih mudah dicerna. Dengan membungkus daging dengan daun papaya selama beberapa jam dalam suhu kamar, atau daun pepaya dapat langsung digosokkan pada permukaan daging. Penggosokan daun pada daging dimaksudkan untuk mengeluarkan getah (lateks) yang terdapat pada daun agar keluar, kemudian masuk 1

Upload: ajeng-diajeng

Post on 19-Jun-2015

2.524 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

DISTRIBUSI SEL SEKRESIPADA DAUN PEPAYA (Carica papaya L.)VARIETAS PEPAYA GANTUNG DAN PEPAYA JINGGA

TRANSCRIPT

Page 1: BAGIAN UTAMA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pepaya termasuk tanaman dari keluarga Caricaceae dan genus Carica. Genus

Carica kurang lebih memiliki 40 spesies, tetapi yang dapat dikonsumsi hanya tujuh

spesies, di antaranya Carica papaya L. ( Budiyanti, 2005 ). Dalam kehidupan sehari-

hari buah ini sangat dikenal oleh masyarakat sebagai ‘buah meja’ yang seringkali

dihidangkan di meja makan sebagai buah pencuci mulut. Selain karena cita rasanya

yang enak dan manis, buah ini juga cukup ekonomis, relatif tinggi kandungan

vitamin dan nutrisinya serta dapat memperlancar pencernaan.

Buah pepaya mengandung protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin

A, vitamin B1, vitamin C, air, dan kalori ( Rhukmana, 1995 ). Namun, selain buah

bagian pepaya lainnya seperti daun juga memiliki kandungan vitamin yang

bermanfaat bagi tubuh. Rhukmana ( 1995 ) menambahkan, daun pepaya juga

mengandung keseluruhan vitamin dan nutrisi penting yang juga terdapat dalam buah,

bahkan dalam daun pepaya juga mengandung 2 gram lemak per 100 gram daun.

Jika buah pepaya banyak digemari karena rasanya yang manis, rasa pahit daun

pepaya membuat banyak orang tidak menyukainya. Padahal manfaatnya sangat

banyak. Daun pepaya dapat dimanfaatkan untuk mengobati malaria, cacingan, flu,

demam, penambah nafsu makan, melancarkan ASI, dan yang paling sering digunakan

yakni untuk melunakkan daging ( Anonim, 2009a).

Sejak dulu daun pepaya dipercaya dapat melunakkan daging karena kandungan

enzim papain dalam getah yang dihasilkan baik pada daun, buah dan batang pepaya.

Enzim papain mampu menghidrolisis kolagen dalam daging, sehingga bentuknya

menjadi kendur dan memecah serat-serat daging sehingga daging akan lebih empuk,

dan lebih mudah dicerna. Dengan membungkus daging dengan daun papaya selama

beberapa jam dalam suhu kamar, atau daun pepaya dapat langsung digosokkan pada

permukaan daging. Penggosokan daun pada daging dimaksudkan untuk

mengeluarkan getah (lateks) yang terdapat pada daun agar keluar, kemudian masuk

1

Page 2: BAGIAN UTAMA

dalam daging sehingga daging menjadi lebih lunak. ( Koswara, 2009 ; Anonim,

2009b ; Anonim, 2009c ).

Enzim papain disekresikan oleh sel sekresi khusus yang terdapat pada daun, buah

dan batang pepaya. Alat sekresi yang terdapat pada tumbuhan anggota Caricaceae

adalah saluran getah yang berupa buluh getah. Saluran ini merupakan sel atau

kumpulan sel yang berisi cairan yang berwarna putih seperti susu yang disebut lateks

atau getah ( Nugroho, 2002 ). Di dalam getah tersebutlah terdapat suatu enzim yang

disebut papain.

Carica papaya L. memiliki banyak varietas diantaranya varietas pepaya Gantung

dan pepaya Jingga. Sekarang ini jumlah pepaya gantung berkurang karena potensi

ekonominya dinilai lebih rendah dari pada pepaya jinggo yang memiliki rasa buah

lebih manis. Namun daun Pepaya Gantung telah diteliti dan terbukti dapat mematikan

cacing hati sapi secara in vitro dikarenakan kandungan papainnya ( Anonim, 2009d ;

Nuraini, 1990 ). Pemanfaatan papain pada daun papaya paling mudah dilakukan,

namun belum pernah dilakukan penelitian secara anatomi untuk mengetahui distribusi

serta kerapatan sel sekresi penghasil enzim tersebut pada daun papaya.

Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat diketahui bagaimana distribusi sel

sekret sehubungan dengan produksi papain pada daun Pepaya Gantung dan Pepaya

Jingga, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi Pepaya Gantung.

B. Perumusan Masalah

Maka berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang muncul

adalah bagaimana distribusi dan kerapatan sel sekresi penghasil enzim papain pada

daun Pepaya Gantung dan Pepaya Jingga sebagai upaya untuk meningkatkan nilai

ekonomi Pepaya Gantung.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai penelitian awal untuk mempelajari

distribusi sel sekresi penghasil enzim papain pada daun Pepaya Gantung dan Pepaya

Jingga, dengan preparasi daun menggunakan teknik freehand section.

2

Page 3: BAGIAN UTAMA

D. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai penelitian awal secara anatomi

mengenai distribusi sel sekresi penghasil enzim papain pada daun Pepaya Gantung

dan Pepaya Jingga yang belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan nilai ekonomi pepaya tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat

bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut mengenai kandungan papain pada kedua

varietas pepaya tersebut.

3

Page 4: BAGIAN UTAMA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Taksonomi Pepaya

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotiledoneae

Subkelas : Sympetalae

Ordo : Caricales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Species : Carica papaya L. (Rhukmana, 1995).

Gambar 1. Carica papaya L. ( Anonim, 2009e )

Carica papaya L. adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus

dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan

berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, bunga

hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan

4

Page 5: BAGIAN UTAMA

beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan

pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil

mahkota berbentuk terompet berwarna putih kekuningan, dengan tepi yang

bertaju lima, dan tabung yang panjang, langsing, taju berputar dalam kuncup,

kepala sari bertangkai pendek, dan duduk bunga betina kebanyakan berdiri

sendiri, daun mahkota lepas dan hampir lepas, putih kekuningan, bakal buah

beruncing satu, kepala putik lima duduk. Buah buni bulat telur memanjang, biji

banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, didalamnya berduri (Steenis,

1992).

Tanaman papaya dapat tumbuh baik pada tanah latasol dan tanah ringan

yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tata udara dan air tanah (aerasi

dan drainase) yang baik, dengan pH tanah sekitar 6-7. Tanaman papaya tidak

tahan pada air yang tergenang, karena menyebabkan gangguan proses metabolism

pertumbuhannya. Pada tanah yang kering, menyebabkan tanaman menjadi kerdil,

merana, bunga dan buahnya gugur, sehingga produksi buahnya rendah (sedikit)

(Tohir, 1984).

Hampir seluruh bagian dari tanaman papaya kecuali akar dan biji

mengandung papain tetapi penghasil getah terbanyak adalah buah yang belum

matang. Getah yang didapat dari buah berwarna putih karena tidak tercampur oleh

bahan lain ( Daryono dan Sabari, ( 1977 ), dalam Ferdani, 2002 ).

a. Pepaya Gantung

Varietas pepaya gantung merupakan pepaya jantan yang memiliki tangkai

bulir bunga yang panjang, sehingga buahnya nampak menggantung, memiliki

bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga

pertama terdapat pada pangkal tangkai.

Bunga pada ujung tangkai berupa bunga sempurna, berisi putik (sel

kelamin) betina di bagian bawah, dan kepala sari (sel kelamin) jantan di bagian

atas. Kalau menjadi buah, buahnya bertangkai panjang sampai harus berayun-

ayun karena menggantung. Papaya gantung ini tidak pernah dimakan sebagai

5

Page 6: BAGIAN UTAMA

buah meja pencuci mulut, tetapi disayur rebus seperti labu siam ketika masih

muda (Soeseno, 2008 ).

b. Pepaya Jingga

Varietas pepaya ini memiliki buah yang berwarna jingga, dan berasal dari

Yogyakarta. Ciri khas pepaya Jingga adalah kulit buahnya yang berwarna

kuning, serta baunya yang harum dan rasanya yang manis ( Soeseno, 2008 ).

Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa masing- masing varietas pepaya

memiliki ciri khas tertentu baik berdasarkan warna buah dan kulit buahnya, rasa

dan baunya, morfologi, serta asalnya. Namun, bagaimana dengan distribusi sel

sekresinya pada daun masih perlu kita pelajari.

2. Morfologi Daun Pepaya

Carica papaya L. merupakan tumbuhan dikotil yang struktur daunnya tersusun

atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut. Secara

anatomi, struktur daun pepaya yakni, tangkai daun yang berbentuk bulat

berongga, daunnya bentuknya bulat telur (ovatus), ujung runcing (acutus),

pangkal berbentuk jantung (cordatus), merupakan daun tunggal (folium simplex),

susunan tulang daun menjari (palminervis), tepi daun berlekuk menjari tidak

beraturan, tangkai daun bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm, permukaan

helaian daun licin (laevis), warna permukaan daun bagian atas hijau tua,

sedangkan bagian bawahnya hijau muda atau hijau keputih-putihan. Letak helaian

daun tersebar (folia sparsa), kadang-kadang terletak berhadapan, pada tiap tiga

lingkaran batang terdapat 8 daun, dan merupakan daun majemuk.

(Anonim,2009c).

6

Page 7: BAGIAN UTAMA

Gambar 2. Daun Carica papaya L ( Anonim, 2009e ).

Pada daun papaya terkandung alkaloid, dehidrokarpain, pesedokarpain,

flavonol, benzilglukosinolat, papain dan tannin.

Seratus gram daun mengandung 74 kalori, 77.5 g H2O, 7 g protein, 2 g lemak,

11.3 g karbohidrat total, 1.8 g serat, 2.2 g abu, 344 mg kalsium, 142 mg fosfor,

0.8 mg besi, 18 g natrium, 652 mg kalium, 11.565 µg beta karoten, 0.09 mg

thiamin, 0.48 mg riboflavin, 2.1 mg niasin, 140 mg asam askorbat dan 136 mg

vitamin E (Duke, 1983). Banyaknya kandungan nutrisi serta vitamin pada daun

pepaya membuktikan bahwa daun ini kaya manfaat.

3. Anatomi Daun Pepaya

Pepaya ( C. papaya L.) adalah tumbuhan anggota Dicotyledoneae dengan

tipe daun dorsiventral, yakni jaringan tiang ( palisade) hanya terdapat pada sisi

atas daun. Daun dorsiventral biasanya tumbuh secara horizontal, sehigga terdapat

perbedaan warna antara permukaan atas dan bawah daun, karena intensitas cahaya

matahari yang diterima berbeda. Secara umum daun tersusun oleh jaringan

pelindung ( epidermis dan derivatnya), jaringan dasar ( mesofil daun), jaringan

pengangkut, jaringan penguat, serta jaringan sekretori ( Nugroho dkk., 2002 ).

Anatomi daun pepaya tersusun atas satu lapis sel epidermis. Pada mesofil

berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Berkas

pengangkut pada daun membentuk bangunan kompleks yang disebut tulang daun.

Daun pepaya memiliki satu ibu tulang daun dan cabanr-cabangnya membentuk

jala. Fungsinya adalah menyalurkan hasil fotosintesis dan metabolism ke bagian

7

Page 8: BAGIAN UTAMA

tubuh daun lainnya. Dalam berkas pengankut, posisi xylem selalu berada di atas

floem ( xylem di sebelah dalam, dan floem di luar ). Di sekeliling berkas

pengangkut terdapat sarung berkas pengengkut. Jaringan penguat pada daunn

pepaya berupa kolenkim yang biasanya terletak dekat tulang daun yang besar, di

bawah epidermis. Jaringan sekretori berupa buluh-buluh getah atau kelenjar

getah, berupa masa sel-sel parenkim padat ( Nugroho dkk., 2002 ). Secara garis

besar struktur anatomi daun Dicotyledoneae adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Struktur Anatomi Daun Dicotyledoneae (Pandey, 1989 ).

4. Sel Sekresi

Pada tumbuhan terdapat struktur sekresi khusus yang berupa sel atau

sekelompok sel yang mensekresikan senyawa-senyawa tertentu. Senyawa-

senyawa tersebut tidak dikeluarkan oleh sel-sel yang bersangkutan. Ada beberapa

macam alat sekresi pada tumbuhan, yakni saluran getah, sel-sel resin dan minyak,

sel-sel lender, sel-sel zat penyamak, dan sel-sel mirosin.

Alat sekresi yang terdapat pada tumbuhan anggota Caricaceae adalah

saluran getah yang berupa buluh getah. Saluran ini merupakan sel atau kumpulan

sel yang berisi cairan yang berwarna putih seperti susu yang disebut lateks. Buluh

getah tersusun dari rangkaian sel yang satu sama lain saling berhubungan. Sel-

8

Page 9: BAGIAN UTAMA

selnya merupakan sel longitudinal yang dinding melintangnya memiliki lubang-

lbang kecil atau bahkan dinding selnya hilang sama sekali. Buluh getah ini

terkadang seperti jala ( Nugroho dkk., 2002 ).

Gambar 4. Sel sekresi pada daun Magnolia sp. yang berupa sel minyak

( Anonim, 2009f ).

Gambar 5. Sel sekresi pada kaktus Matucana grandiflora yang berupa sel

lendir ( Anonim, 2009f ).

5. Papain

Istilah papain telah diperkenalkan oleh Wurtz dan Bouchut pada tahun 1879,

yang dipergunakan untuk menjelaskan suatu prinsip proteolitik dalam getah

papaya. Sekarang istilah ini dipakai untuk papain yang telah dimurnikan maupun

9

Page 10: BAGIAN UTAMA

yang masih kasar ( Glazer& Smith, 1971 ; Kimmel& Smith, 1954; Winarno,

1983).

Sumber papain adalah getah tanaman papaya baik yang berada di daun,

batang, maupun buah. Namun secara praktis, getah dari buah lebih mudah

dipanen. Papain murni biasanya berbentuk kristal kasar, berwarna putih sampai

coklat muda dan bersifat agak hiogroskopis. Papain hasil pemurnian mudah larut

dalam air, gliserin, dan larutan alkoholik berkonsentrasi rendah, tetapi tidak larut

dalam klorofom dan eter ( Suhartono, 1992 ).

Manfaat getah pepaya untuk kesehatan dibuktikan Bouchut ( 1879 ), pada

penelitiannya secara ilmiah, yang menyatakan papain bersifat antitumor atau

kanker. Peran itu dimungkinkan oleh kandungan senyawa karpain, alkaloid

bercincin laktonat dengan tujuh kelompok rantai metilen. Dengan konfigurasi itu,

tak hanya tumor dan penyakit kulit yang disembuhkan, karpain ternyata juga

ampuh menghambat kinerja beberapa mikroorganisme yang menggangu fungsi

pencernaan, sehingga efektif untuk menekan penyebab tifus.

Lebih dari 50 asam amino terkandung dalam getah pepaya, antara lain asam

aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin,

leusin, tirosin, fenilalanin, histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein( Setiawan,

2006 ).

B. Hipotesis

Sumber papain adalah getah tanaman papaya baik yang berada di daun,

batang, maupun buah. Kandungan enzim papain pada daun papaya yang

dihasilkan oleh sel sekret mampu menghidrolisis kolagen dalam daging, membuat

teksturnya menjadi kendur dan memecah serat-serat daging sehingga daging

menjadi lebih empuk, dan lebih mudah dicerna. Kandungan papain pada daun

Pepaya Gantung terbukti dapat mematikan cacing hati sapi secara in vitro.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan jumlah

dan distribusi sel sekresi pada daun Pepaya Gantung dan Pepaya Jingga.

10

Page 11: BAGIAN UTAMA

III. METODE

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat segar ( freehand section

)adalah daun tanaman Carica papaya L. varietas Gantung dan Jingga dengan

variable umur daun, akuades, gliserin, dan wortel. Sedangkan bahan yang

digunakan pada pembuatan preparat awetan whole mount antara lain, formalin,

asam asetat glacial, alcohol 70%, larutan xilol, parafin, balsam kanada, dan

safranin. Sedangkan alat-alat yang diperlukan yaitu cawan petri, kuas, Rotatory

Microtome, cutter, hot plate, etiket tempel, dan kamera digital.

B. Cara Kerja

1. Pengambilan Organ Tanaman

Diambil daun tanaman Carica papaya L. varietas Gantung dan Jingga yang

akan diteliti dengan memotong bagian tangkai daunnya dengan 3 pengulangan

pada 3 pohon yang berbeda, masing- masing diambil daun pada duduk daun ke

tiga.

2. Pembuatan Preparat Segar ( freehand section )

Pembuatan preparat segar folium Carica papaya L. varietas Gantung dan

Jingga dilakukan dengan memotong bagian ibu tulang daun, secara freehand

section menggunakan silet pada jarak 4,5cm dari pusat. Pada masing- masing

daun dengan pengulangannya dibuat 2 irisan, sehingga diperoleh 6 preparat ibu

tulang daun untuk masing- masing varietas yang diteliti.

3. Pengamatan

Untuk preparat segar, preparat dapat segera diamati bagaimana distribusi sel

sekretnya di bawah mikroskop. Agar dapat terlihat jelas dapat diberi aquades atau

gliserin. Sedangkan pada pereparat awetan, harus menunggu proses fiksasi hingga

pewarnaan kurang lebih 7 hari baru bisa diamati. Pembuatan preparat awetan

11

Page 12: BAGIAN UTAMA

bertujuan mendukung hasil preparasi preparat segar yang bersifat tidak permanen,

sehingga masih dapat diamati dalam waktu yang lama.

4. Pemotretan

Setelah dilakukan pengamatan, preparat kemudian dipotret agar dapat dilihat

lebih jelas tanpa menggunakan mikroskop, dan hasil pemotretan tersebut harus

dapat dipertanggungjawabkan. Ukuran perbesaran kamera juga diperhitungkan .

C. Analisis Data

Preparat yang telah diamati jumlah sel secret per bidang pandang dan di ukur

diameter selnya menggunakan program autocad kemudian dianalisis secara

statistik perbedaan jumlah dan diameter sel pada pepaya varietas Gantung dan

Jingga menggunakan analisis T-test. Hasil uji statistik tersebut kemudian di

analisis signifikan atau tidak.

12

Page 13: BAGIAN UTAMA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Setelah pembuatan preparat dilakukan, selanjutnya preparat diamati secara

mikroskopis di bawah mikroskop dengan perbesaran (10x4) , (10x10) dan

(10x40). Preparat irisan ibu tulang daun pepaya varietas Gantung dan Jingga

dibandingkan jumlah sel sekret, pada bagian mana sel tersebut terdistribusi, serta

diameter selnya.

Pengamatan dilakukan terhadap semua perlakuan dan semua ulangan,

kemudian hasilnya dirata-rata untuk tiap perlakuan pada masing- masing varietas.

Angka yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistic dan hasilnya

ditampilkan dalam bentuk table sebagai berikut.

Tabel1. Hasil Ananlisis Ttest jumlah sel sekret pada ibu tulang daun pepaya varietas Gantung dan Jingga.

 

Jenis Pepaya N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean  

Pepaya Gantung 3 68.6667 3.21455 1.85592  

Jumlah Sel

Pepayaa Jinggo 3 67 3 1.73205  

              F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Equal variances assumed

0.136 0.731 0.657 4 0.547

Jumlah Sel

Equal variances not assumed

0.657 3.981 0.547

           

       

           

13

Page 14: BAGIAN UTAMA

Tabel 2. Hasil Ananlisis Ttest Diameter Sel Sekret pada Ibu Tulang Daun Pepaya Varietas Gantung dan Jingga  

Jenis Pepaya N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean  

Pepaya Gantung 3 6.58E+02 114.5178 66.1169  

DiameterSel

Pepaya Jingga 3 4.89E+02 28.0238 16.17955  

            F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Equal variances assumed

2.277 0.206 2.483 4 0.068

Diameter Sel

Equal variances not assumed

2.483 2.239 0.118

*HO= Variansi jumlah dan diameter sel pada papaya varietas Gantung dan Jingga

berbeda.

HI = Variansi jumlah dan diameter sel pada papaya varietas Gantung dan Jingga

sama.

Hasil t-test tidak signifikan, berdasarkan analisis Ttest SPSS, dapat dilihat dari

kolom sig. (2 tailed). Dikatakan signifikan jika nilai di kolom sig.(2-tailed) kurang

dari 0,05 karena arasnya 95%. Terlihat pada tabel hasil, pada jumlah sel nilai

signifikasi nya 0,547 sedangkan pada diameter sel nilai signifikasinya 0,068, berarti

lebih dari 0,05 sehingga tidak signifikan, berarti jumlah sel dan diameter sel antara

papaya varietas Gantung dengan Jingga tidak berbeda atau sama. Atau dapat

disimpulakan bahwa H1 diterima berdasarkan hipotesis statistik.

14

Page 15: BAGIAN UTAMA

Selanjutnya dari hasil pemotretan diperoleh 4 gambar yang menunjukkan

perbedaan distribusi sel sekresi pada pepaya varietas Gantung dan Jingga, yakni

sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur ibu tulang daun pepaya varietas Gantung pada duduk daun ke tiga. Distribusi sel sekresi pada bagian parenkim atas (a) dan bawah (c) berwarna jingga mengkilat. Tampak adanya kelenjar getah (b) di tengah-tengah. Bar = 200 µm.

Gambar 2. Struktur sel sekresi pada ibu tulang daun pepaya varietas Gantung pada duduk daun ke tiga. Distribusi sel sekresi pada bagian parenkim atas (a) berwarna jingga mengkilat. Tampak adanya kelenjar getah yang baru terbentuk (b) di tengah-tengah. Bar = 100 µm.

15

Page 16: BAGIAN UTAMA

Berdasarkan Gambar 1. sel sekresi yang ditemukan pada ibu tulang daun

pepaya varietas Gantung, duduk daun ke tiga, terdistribusi pada parenkim bagian

atas ( Gambar 1.a) dan bawah ( Gambar1.b). Sel berwarna jingga jika terkena

cahaya mikroskop. Nampak berbeda dengan sel-sel disekitarnya. Sel- selnya

berbentuk bulat hingga elips dengan ukuran yang bervariatif. Terlihat jelas bahwa

pada bagian tengah parenkim terbentuk kelenjar getah yang besar dan merupakan

saluran getah terbesar diantara sel lainnya. Pada Gambar 2.b terlihat kelenjar

getah yang mulai terbentuk.

Gambar 3. Struktur ibu tulang daun pepaya varietas Jingga pada duduk daun ke tiga. Distribusi sel sekresi pada bagian parenkim atas (a) dan bawah (b) berwarna jingga mengkilat. Tidak tampak adanya kelenjar getah di bagian tengah. Bar = 200 µm

16

Page 17: BAGIAN UTAMA

Gambar 4. Struktur sel sekresi pada ibu tulang daun pepaya varietas Jingga pada duduk daun ke tiga. Distribusi sel sekresi pada parenkim (b) bagian atas (a) berwarna jingga mengkilat. Bar = 50 µm

Berdasarkan hasil pada Gambar 3. sel sekresi yang ditemukan pada ibu

tulang daun pepaya varietas Jingga, duduk daun ke tiga, juga terdistribusi pada

parenkim bagian atas ( Gambar 1.a) dan bawah ( Gambar1.b). Sel berwarna

jingga jika terkena cahaya mikroskop, nampak berbeda dengan sel-sel

disekitarnya. Sel- selnya berbentuk bulat hingga elips dengan ukuran yang

bervariatif. Sama seperti pada pepaya varietas gantung. Namun, terlihat jelas

bahwa pada bagian tengah parenkim tidak terbentuk kelenjar getah.

17

Page 18: BAGIAN UTAMA

B. Pembahasan

Varietas pepaya Gantung merupakan pepaya jantan yang memiliki tangkai

bulir bunga yang panjang, sehingga buahnya nampak menggantung, memiliki

bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga pertama

terdapat pada pangkal tangkai. Daun berbentuk bulat, pangkal daun bertoreh, tepi

berbagi menjari dengan pertulangan daun menjari. Sedangkan varietas Jingga

tangkai bulirnya pendek, memiliki buah yang berwarna jingga, dan berasal dari

Yogyakarta. Ciri khas pepaya Jingga adalah kulit buahnya yang berwarna kuning,

serta baunya yang harum dan rasanya yang manis. Sama seperti pepaya gantung,

daun pepaya varietas Jingga juga berbentuk bulat, tepi daun berbagi menjari,

ujung daun meruncing, pangkal daun perisai, dan bertoreh ( Soeseno, 2008 ).

Saat ini jumlah pepaya gantung berkurang karena potensi ekonominya

dinilai lebih rendah dari pada pepaya Jingga yang memiliki rasa buah lebih manis.

Selain itu, daun pepaya varietas Gantung memiliki rasa yang lebih pahit jika

dimasak. Namun daun pepaya Gantung telah diteliti dan terbukti dapat mematikan

cacing hati sapi secara in vitro dikarenakan kandungan papainnya di daunnya

yang cukup banyak (Nuraini, 1990 ). Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat

diketahui bagaimana distribusi sel sekret sehubungan dengan produksi metabolit

sekunder berupa papain pada daun pepaya varietas Gantung dan pepaya varietas

Jingga, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi serta budidaya

pepaya varietas Gantung.

Sel sekresi merupakan sekumpulan sel yang berfungsi sebagai penghasil zat-

zat yang tidak dikeluarkan oleh sel-sel yang bersangkutan, memiliki bentuk dan

fungsinya berbeda dengan sel-sel disekitarnya, sehingga disebut juga idioblas.

Salah satu macam sel sekret yakni saluran getah yang terdiri dari buluh getah dan

sel getah, seperti yang terdapat pada tanaman Caricaceae. Saluran ini merupakan

sel atau kumpulan sel yang berisi cairan yang berwarna putih seperti susu yang

disebut lateks. Buluh getah tersusun dari rangkaian sel yang satu sama lain saling

berhubungan. Sel-selnya merupakan sel longitudinal yang dinding melintangnya

18

Page 19: BAGIAN UTAMA

memiliki lubang-lubang kecil atau bahkan dinding selnya hilang sama sekali.

Buluh getah ini terkadang seperti jala ( Nugroho dkk., 2002).

Tanaman pepaya menghasilkan sekret berupa getah yang disebut juga

papain. Getah ini berada dalam batang, buah dan daun, namun lebih mudah

diperoleh pada buah yang masih muda. Dalam getah pepaya terkandung enzim-

enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Kadar papain dan

kimopapain dalam buah pepaya muda berturut-turut 10 % dan 45 %. Kedua enzim

ini mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam melekul protein

sehingga protein terurai menjadi polipeptida dan dipeptida ( Koswara, 2009).

Kandungan papain dalam daun dan buah pepaya dipercaya dapat melunakkan

daging, protein daging dapat diuraikan sehingga daging menjadi empuk. Kedua

enzim ini juga mempunyai daya tahan panas yang baik, bahkan proses

pengempukan daging justru terjadi pada suhu pemasakan. Selain sebagai

pengempuk daging, kandungan papain dalam daun pepaya juga bermanfaat untuk

mengobati sakit malaria dan demam, flu, malnutrisi, cacingan, bahkan daun

pepaya juga dapat dinikmati sebagai sayur ( Anonim, 2009d ; Koswara, 2009).

Pada penelitian ini digunakan daun pepaya varietas Gantung dan Jingga pada

duduk daun ke tiga, dengan asumsi bahwa pada umur daun tersebut, sel sekresi

pada daun telah aktif menghasilkan sekret berupa getah papain. Selain itu, bagian

ibu tulang daun pada jarak 4,5 cm dari pusat juga relatif mudah dipotong dan

dibuat preparatnya. Bagian ibu tulang daun merupakan bagian yang utama dalam

penyaluran getah menuju pertulangan-petulangan daun serta urat-urat daun

pepaya sehingga getah tersebut terdistribusikan ke seluruh bagian daun.

Dalam pengambilan specimen, dilakukan tiga pengulangan untuk tiap

varietas yang diteliti. Masing-masing daun pada kedua varietas di ambil dari 3

pohon yang berbeda, yakni PG.1, PG.2, dan PG.3 untuk varietas Gantung, serta

PJ.1, PJ.2 dan PJ.3 untuk varietas Jingga. Specimen diambil dari pohon pepaya

varietas Gantung dan Jingga dilokasi yang sama, yakni di Dusun Sedan, wilayah

19

Page 20: BAGIAN UTAMA

Sleman, Yogyakarta. Hal ini bertujuan untuk menghindari bias hasil karena

adanya perbedaan faktor lingkungan tempat tumbuh.

Berdasarkan hasil analisis secara statistik mengunakan Ttest SPSS,

menunjukkan Thitung > Ttabel pada aras 95%, disimpulkan bahwa HO ditolak,

dan H1 diterima. Dengan kata lain, perbedaan jumlah dan diameter sel sekresi

pada papaya Varietas Gantung dan Jingga tidak signifikan. Kedua varietas

memiliki distribusi sel sekresi yang relatif sama.

Dalam analisis kuantitatif secara statistik, digunakan Ttest SPSS bukan CRD

atau RCBD, karena hanya ada 2 perlakuan (varietas Gantung dan Jingga) dengan

membandingkan distribusi sel sekresi 2 verietas pepaya dengan melihat parameter

jumlah dan diameter selnya. Sedangkan untuk CRD dan RCBD, setidaknya

digunakan 3 perlakuan dengan parameter yang beragam.

Berdasarkan hasil pada gambar, terlihat distribusi sel sekresi pada pepaya

varietas Gantung dan Jingga terletak pada parenkim bagian atas dan bawah(

Gambar 1.a&b dan Gambar 3.a&b ), dengan jumlah sel dan ukuran antara kedua

varietas yang tidak berbeda jauh.jika dilihat secara fisik, sekret berupa getah

tersebut berwarna putih pekat, namun ika dilihat dengan mikroskop berwarna

jingga mengkilat karena pantulan cahaya mikroskop. Terlihat pada tepian preparat

ibu tulang daun ( Gambar 1. dan Gambar 3. ) getah yang tercecer juga berwarna

jingga mengkilat.

Meski hasil analisis secara kuantitatif menunjukkan hasil yang tidak

signifikan di antara kedua varietas, namun secara kualitatif, pada pepaya varietas

Gantung ditemukan adanya kelenjar getah yang terbentuk pada bagian tengah

parenkim ( Gambar 2.) yang tidak ditemukan pada pepaya verietas Jingga.

Kelenjar inilah yang membedakan struktur anatomi ibu tulang daun kedua

varietas. Berbeda dengan sel sekresi, Nugroho dkk. (2002) menyebutkan. kelenjar

merupakan sekumpulan sel yang menghasilkan suatu zat dan zat tersebut

dikeluarkan dari sel penghasilnya.

20

Page 21: BAGIAN UTAMA

Kelenjar getah pada pepaya varietas Gantung akan bertambah ukurannya

sejalan dengan umur daun. Dari hasil gambar terlihat kelenjar getah yang mulai

terbentuk ( Gambar 2.b) dan berisi getah berwarna jingga. Umur daun yang lebih

tua, ibu tulang daun yang lebih besar, maka kelenjar getah juga semakin besar.

Sebaliknya, pada pertulangan daun dan urat- urat daun yang kecil, maka kelenjar

getah tidak terlihat, karena kelenjar belum terbentuk. Dengan ditemukannya

kelenjar getah yang cukup besar pada pepaya varietas Gantung, maka

kemungkinan getah yang dihasilkan dari daun tersebut akan lebih banyak.

21

Page 22: BAGIAN UTAMA

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa distribusi sel

sekresi penghasil getah pada pepaya varietas Gantung dan Jingga terletak pada

parenkim bagian atas dan bawah. Perbedaan baik jumlah dan diameter selnya

tidak signifikan berdasarkan uji kuantitatif dengan menggunakan T-test SPSS,

H1 diterima. Namun perbedaan yang mendasar secara anatomi, di antara kedua

varietas adalah terbentuknya kelenjar getah pada pepaya varietas Gantung, yang

tidak terdapat pada pepaya varietas Jingga.

B. Saran

Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang pertama dilakukan (tahap

awal) secara anatomi mengenai distribusi sel sekresi pada kedua varietas,

sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Misalnya secara biokimiawi,

mengenai korelasi keberadaan kelenjar getah pada ibu tulang daun varietas

Gantung terhadap banyaknya metabolit sekunder yang dihasilkan. Kemudian,

dapat juga dilakukan penelitian dengan pengulangan dan variasi yang lebih

banyak.

22

Page 23: BAGIAN UTAMA

IV. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Manfaat Pepaya Bagi Manusia. www.pandaisikek.net. Diakses 9 Januari 2010.

Anonim. 2009b. http://www.okezone.com/. Diakses 25 Desember 2009. Anonim. 2009c. Carica Papaya. Wikipedia Indonesia, www.wikipedia.com.

Diakses 8 Desember 2009. Anonim. 2009d. Pepaya.http://www.ristek.go.id. Diakses 8 Desember 2009. Anonim. 2009e. Gambar Pepaya. www.google.com. Diakses 8 Desember 2009. Anonim. 2009f. Struktur Sekresi.pdf. www.google.com. Didownload 8 Desember

2009. Budiyanti, T., Purnomo, S., Karsinah, Wahyudi, A. 2005. Karakterisasi 88 Aksesi

Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1. Solok.

Bouchut. 1879. Journal Society of Biology. http:// www.kimianet.lipi.go.id. Diakses 2 Juni 2010.

Duke &James A., 1983. Handbook of Energy Crops (Unpublished). Yogyakarta: Farmasi UGM

Daryono, M.& Sabari. 1978. Pengaruh Natrium Bisulfit terhadap Ketahanan Simpan Enzim Proteolitik dari Papain. Buletin Penelitian Hortikultura Vol.II, No.1. Bogor.

Ferdani, I. 2002. Pengaruh Na- Sitrat, sistein, dan Natrium Metabisulfit terhadap Aktivitas Papain. Skripsi Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Glazer, A.N. & Smith. 1971. Papain and Other Plant Sulfhydryl Proteolytic Enzymes, dalam P.D. Boyer. The Enzymes Vol.3. Academic Press. New York.

Kimmel, J. R. & Emil L.S. 1957. The Properties of Papain dalam Advances in Enzymology and Related Subjects of Biochemistry. Volume 19. f.F. Nord,(ed). Interscience Publishers, Inc. New York. pp :268-280.

Koswara, S. 2009. Tepung Getah Pepaya, Pengempuk Daging. Ebookpangan.com. Diakses 25 Desember 2009.

Nugroho, L. H., Purnomo, dan Issirep S.. 2002. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta : Penebar Swdaya. Hal : 100-119.

Nuraini. 1990. Pengaruh Perasan Daun Pepaya Gantung (Carica papaya L.) Terhadap Mortalitas Cacing Hati Sapi (Fasciola gigantica) Secara in vitro. Jurnal Penelitian Biologi No.70. Hal : 78-90.

23

Page 24: BAGIAN UTAMA

Pandey, B. P. 1980. Plant anatomy. New York : S. Chan and Company Ltd. Rhukmana, R. 1995. Budi Daya Pepaya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Setiawan,A.2006.http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Food&newsno=532.

Diakses Tanggal, 25 Desember 2009. Soeseno, S. 2008. Dari Pepaya Burung sampai Jeruk Pepaya.

http://cybermed.cbn.net.id/anekaplantasia. Diakses 4 Januari 2010. Suhartono & Maggy T. 1992. Protease. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor.

Tohir, K. A. 1984. Pedoman Bercocok Tanaman Pohon Buah-buahan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Van Steenis, C. G. G. J. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Winarno, F.G. 1983. Enzim Pangan. Penerbit PT Garamedia. Jakarta. pp : 1-22

24