bab 1-v

129
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tak dapat dipungkiri, dewasa ini media telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Di negara maju , media telah mempengaruhi hampir sepanjang waktu kehidupan kita, bahkan seorang insiyur ternama Amerika Serikat B .Fuller menyatakan bahwa media telah menjadi “ orang tua ketiga” bagi anak dan (guru adalah orang tua kedua). Meskipun dalam perkembangannya di Indonesia belum mencapai taraf seperti itu namun kecendrungan kearah itu sudah mulai nampak. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran peranan media juga tidak bisa diabaikan sebagai salah satu komponen pembelajajaran. Media tidak luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemamfaatan media 1

Upload: epol-ewc

Post on 09-Aug-2015

54 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1-V

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tak dapat dipungkiri, dewasa ini media telah menjadi bagian penting

dalam kehidupan kita. Di negara maju , media telah mempengaruhi hampir

sepanjang waktu kehidupan kita, bahkan seorang insiyur ternama Amerika

Serikat B .Fuller menyatakan bahwa media telah menjadi “ orang tua ketiga”

bagi anak dan (guru adalah orang tua kedua). Meskipun dalam

perkembangannya di Indonesia belum mencapai taraf seperti itu namun

kecendrungan kearah itu sudah mulai nampak. Dalam dunia pendidikan dan

pembelajaran peranan media juga tidak bisa diabaikan sebagai salah satu

komponen pembelajajaran.

Media tidak luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara

menyeluruh. Pemamfaatan media seharusya merupakan bagian yang harus

mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran . Namun

kenyataannya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan

yang sering muncul antara lain : terbatasnya waktu untuk membuat persiapan

mengajar, sulit mencari media yang tepat, kurangnya biaya dll. Hal ini

sebenarnya tidak perlu terjadi jika saja setiap guru telah membekali dirinya

dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran.

Sesungguhnya berapa banyak jenis media yang biasa dipilih , dikembangkan dan

1

Page 2: BAB 1-V

dimampaatkan sesuai dengan kondisi dan waktu , biaya maupun tujuan

pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu

yang perlu dipahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan .

Media pengajaran dalam hal ini media gambar diartikan juga sebagai

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (Message) , merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses

belajar. Bentuk media gambar digunakan untuk meningkatkan pengalaman

belajar agar menjadi lebih kongkrit. Pengajaran dengan menggunakan media

gambar tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata atau simbol verbal saja.

Dengan demikian dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti

dan lebih berkesan dalam ingatan siswa khususnya di tingkat taman kanak-kanak.

Pada dasarnya pemilihan media sangat diharuskan bagi guru guna

memberikan pemahaman kepada peserta didik terutama di Sekolah Taman Kanak

(STK) yang secara kebahasaan belum memahami kosakata dalam bentuk tulisan.

Guru dianjurkan untuk memeilih salah satu strategi belajar mengajar dengan

menggunakan media yang tepat yang dalam hal ini menggunakan media gambar.

Dengan menggunakan media gambar peserta didik dapat memahami pesan yang

disampaikan guru sehingga mereka dapat menyebutkan kosakata apa yang

dimaksudkan pada gambar tersebut, seperti air, kapur dan lain sebagainya.

Selanjutnya penggunaan media gambar dalam pengajaran

kosakata diharapkan agar dapat menarik perhatian siswa dalam mempelajari

2

Page 3: BAB 1-V

kosakata. Karena media gambar memiliki warna yang menarik dan memiliki daya

tarik yang khusus bagi siswa khususnya siswa TK. Penggunaan media gambar

dalam hubungannya dengan pembelajaran kosakata dapat membantu daya

nalar siswa untuk menjelaskan apa yang dilihatnya yang kemudian dituangkan

melalui kata-kata yang akan menjadi kata kunci dalam melafalkan dan

mengapresiasikannya dalam bentuk kosakata.

Melalui media gambar, siswa dapat melihat, meperhatikan,

merenungkan, dan pada akhirnya menyebutkan ide- ide melalui fakta yang

dilihat berdasarkan media gambar tersebut. Dengan demikian, media

gambar bukan hanya sebagai alat bantu semata, akan tetapi dapat membantu

penafsiran siswa tentang objek yang sedang diamatinya. Objek yang diamati

mampu dihafal dan difahami oleh siswa. Dengan media gambar siswa dapat

menganalisa kosakata yang tersembunyi dan menafsirkan dengan kata-kata yang

akan terbentuk menjadi sebuah kosakata yang mudah dipahaminya.

Dengan melihat media gambar, siswa mulai terbentuk pemahamannya

tentang gambar yang dimaksud dan mereka tergerak untuk menyebutkan gambar

yang diperlihatkan oleh guru. Hal ini juga dijelaskan oleh Brown pada tahun

1977 (dalam Soeharto, 2003: 115) dari hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa : (1) penggunaan gambar dapat merangsang minat dan perhatian

siswa; (2) gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat,

membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan

verbal yang menyertainya. Demikian juga hasil penelitian Wilbur

3

Page 4: BAB 1-V

Sehramm pada tahun 1973 (dalam Soeharto, 2003: 115) menunjukkan

bahwa siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa saja,

jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan dengan

kebutuhannya.

Selanjutnya berdasarkan observasi awal di TK Aisyiyah Narmada

Lombok Barat, penulis menemukan sebuah realita bahwa siswa siswi di TK

tersebut cukup menaruh minat dan perhatian mereka dalam menekuni dan

mendalami kosakata dengan menggunakan media gambar. Oleh karena

itu. maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana media gambar dapat

meningkatkan minat siswa di TK Aisyiyah Narmada dalam mempelajari

kosakata.

Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan minat siswa, timbul

keinginan penulis untuk melakukan penelitian tentang "Meningkatkan

Perbendaharaan Kosakata Anak Dengan Menggunakan Media Gambar Pada

Tk Aisyiyah Narmada Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan tersebut di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya

meningkatan perbendaharaan kosakata siswa dengan menggunakan media gambar

pada siswa TK Aisyiyah Kecamatan Narmada tahun pelajaran 2010/2011”.

4

Page 5: BAB 1-V

• Tujuan Penelitian

Apabila mencermati rumusan masalah tersebut, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

upaya meningkatkan perbendaharaan kosakata dengan menggunakan

media gambar. pada siswa TK Aisyiyah Kecamatan Narmada tahun pelajaran

2011/2012.

• Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan

sebagai berikut:

• Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan dan

menerapkan media yang digunakan dalam meningkatkan

perbendaharaan kosakata anak.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman penggunaan media

dalam meningkatkan perbendaharaan kosakata anak.

c. Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan khususnya dalam kajian tentang sastra pada

umumnya dan khususnya pada pengajaran kosakata.

• Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk dapatdijadikan sebagai

bahan pertimbangan bagi Yayasan, Lembaga, Kepala Madrasah, ataupun

5

Page 6: BAB 1-V

guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk lebih memperhatikan

penggunaan media yang tepat dalam meningkatkan perbendaharaan

kosakata anak.

6

Page 7: BAB 1-V

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

• Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis bukan hanya mengambil sampel dari

beberapa buku saja melainkan dari dua hasil penelitian orang lain yang masih ada

kaitannya dengan judul yang penulis teliti yang berkaitan dengan “Meningkatkan

Perbendaharaan Kosakata Siswa Dengan Menggunakan Media Gambar”,

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sri Indrawati, pada tahun 2011

dengan judul “Pembentukkan Karakter Anak pada Kelompok Bermain ABATA

Mataram Melalui Metode Bercerita Tahun Pelajaran 2011/2012”, ia

mengemukakan bahwa: (1) dengan menggunakan metode bercerita dengan alat

peraga seperti gambar-gambar dapat membantu imajinasi anak (2) dengan media

gambar anak dapat mengingat kosakata dengan kuat (3) penggunaan media

gambar dapat merangsang minat dan perhatian siswa (4) gambar-gambar

yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami

dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya (5)

siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa saja, jika

media itu dipakai menurut kemampuan dan disesuaikan dengan

kebutuhannya.

Menurut penelitian Ratna Harwiyati pada tahun 2006 dengan judul

“Gambar Berantai Sebagai Media Pengembangan Kreatifitas dan

7

Page 8: BAB 1-V

Imajinasi pada Pelajaran Menggambar”, ia mengemukakan bahwa: (1)

agar pembelajaran berhasil dengan baik maka diperlukan perencanaan

berupa program (media gambar) yang tersusun dengan baik sesuai

dengan program kegiatan belajar mengajar yang ada di TK (2) dengan

menggunkan media gambar dapat membentuk peningkatan kosakata

siswa tanpa harus menulisnya (3) gambar yang menarik akan

membangkitkan jiwa seni, meningkatkan daya imajinasi dan ingatan

anak (4) dengan media gambar siswa mampu berkomunikasi dengan

guru (5) dengan media gambar siswa akan terangsang untuk berbicara.

Dari beberapa contoh penelitian di atas menunjukkan bahwa media

gambar sebagai salah satu media yang membantu imajinasi, daya ingat, dan

pemahaman anak tentang kosakata.

• Kerangka Teori

• Definisi Meningkatkan

Kata “meningkatkan” memiliki kata dasar “tingkat”. Kata “tingkat”

dilihat dari segi “kata benda (nomina)” memiliki makna sebagai berikut: (1)

susunan yg berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah,

tumpuan pada tangga (jenjang) (nomina) Contoh:rumah tiga ~; tangga lima

belas ~; (2) tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban,

dan sebagainya); pangkat; derajat; taraf; kelas (nomina) Contoh:duta besar

8

Page 9: BAB 1-V

sama ~ nya dengan menteri; pangkatnya lebih tinggi dua ~ daripada sersan,

tidak memandang ~ dan golongan; (3) batas waktu (masa); sempadan suatu

peristiwa (proses, kejadian, dan sebagainya); babak(an); tahap (nomina)

Contoh: perundingan sudah sampai pada ~ yg terakhir; (internet, sumber:

kbbi3)

Sedangkan kata “tingkat” dilihat dari segi “kata kerja (verb)

memiliki makna sebagai berikut: (1) menginjak (tangga dan

sebagainya) untuk naik; menaiki (kuda, sepeda, dan sebainya); memanjat

(pohon dan sebagainya): ~ tangga sampai ke lantai; ~ pohon yg tinggi; (2)

naik (dalam berbagai arti, seperti meninggi, mengatas, membumbung): harga

emas terus ~; panas tubuhnya ~; dri SLTP ~ ke SLTA; (3) beralih pada

keadaan (peristiwa, masa, bulan, dan sebagainya) yang lain; berubah menjadi:

percekcokan mulut ~ menjadi perkelahian yg sengit; sudah mulai ~ usia

dewasa; November telah lewat, kini ~ permulaan Desember; (4) menjadi

bertambah banyak (hebat, sangat, genting, dan sebagainya): produksi beras ~

hingga melebihi produksi sebelum perang; kejahatan dalam kota semakin ~;

(internet, sumber: kbbi3)

• Definisi Kosakata

Setiap bahasa memiliki sejumlah kata yang sewaktu-waktu digunakan

oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Jumlah kata yang dimiliki oleh setiap

9

Page 10: BAB 1-V

bahasa disebut dengan perbendaharaan kata atau khazanah kata atau kosakata

yang bersangkutan. Kosakata yang telah mereka hafal akan berbuah pada

komunikasi dua arah yaitu guru dan siswa. Kemampuan berbicara atau

berkomunikasi bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri, tetapi saling

berkaitan dengan kemampuan yang lain (Arsjad, 2000: 23).

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-

kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan fikiran, gagasan

dan perasaan. Arsjad (2000: 17) menjelaskan bahwa “Kemampuan berbicara

didukung oleh beberapa aspek antara lain: (1) ketepatan ucapan, yaitu seorang

pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara

tepat (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, merupakan

daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan

factor penentu (3) pilihan kata, kata-kata yang belum dikenal memang

membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran

komunikasi. Oleh sebab itu guru hendaknya memilih kata-kata yang mudah

dipahami siswa dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan, yaitu seorang

pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif kalimat yang mengenai

sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau

menimbulkan akibat.

Dari penjelasan di atas, menggambarkan bahwa kosakata yang sudah

dihafal oleh anak akan berpengaruh pada komunikasi anatara dua arah. Untuk

10

Page 11: BAB 1-V

lebih memudahkan dan memahami jenis-jenis kosakata, kosakat memiliki

banyak jenis seperti kosakata dasar, umum, khusus, konkret, dan abstrak.

Sedangkan kosakata menurut jenis kata terdiri dari kosakata nomina, verba

dan ajektiva.

• Jenis-jenis Kosakata

Menurut jenisnya kosakata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

yaitu kosakata dasar, kosakata umum, kosakata khusus, kosakata

konkrret dan kosaakata abstrak.

• Kosakata Dasar

Kosakata dasar (basic vocabuktry) diperkenalkan bukan untuk

berkomunikasi, tetapi sengaja diusulkan untuk memudahkan

penelitian. Penelitian yang dimaksud yakni untuk menentukan tingkat

kekerabatan bahasa. Dengan kata lain kosakata dasar biasa digunakan

dalam bidang linguistik komperatif.

Salah seorang sarjana yang mengusulkan kosakata dasar, yakni

Morrish Swadesh yang mengusulkan kosakata dasar yang bersifat

universal, bukan kata budaya, dan diperkirakan berdaya tahan 100

tahun, kosakata dasar itu dikelompokkan sebagai berikut : (1) kata

yang berhubungan dengan Alam (2) kata yang berhubungan dengan

Flora (3) kata yang berhubungan dengan Proses (4) kata yang

berhubungan dengan bagian tubuh (5) kata depan (6) kata bilangan (7)

11

Page 12: BAB 1-V

kata sambung (8) kata yang berhubungan dengan kekerabatan (9) Kata

yang berhubungan dengan nomina (10) kata yang berhubungan

denngan musim.

Kosakata oleh Morris Swadesh ini ditulis dalam bahasa

inggris dan telah dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Seperti telah dipaparkan di atas, kosakata di atas tidak untuk

diajarkan. Kosakata ini hanya untuk digunakan jika kita

memperbandingkan, bahasa untuk mengetahui tingkat

kekerabatan bahasa yang diperbandingkan.

• Kosakata Umum

Kosakata umum adalah kosakata yang umum digunakan di

Negara, di Daerah tertentu yang digunakan oleh hampir seluruh

lapisan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Kosakata umum selain

digunakan secara luas, maknanya dipahami secara luas, dan

masyarakat penuturbahasa Indonesia mengenal acuan kata jalan .

Dihubungkan dengan pembidangan kosakata, maka kata jalan

dapat dimasukkan ke dalam kosakata bidang transportasi. Untuk

mengetahui kosakata umum dalam bahasa tertentu, kita dapat

mempelajarinya melalui kamus bahasa yang bersangkutan.

• Kosakata Khusus

12

Page 13: BAB 1-V

Kosakata khusus adalah kata-kata yang khusus

digunakan dalam bidang ilmu, bidang kegiatan tertentu, atau di

lingkungan tertentu. Kata lego adalah kata khusus yang digunakan

dilingkungan pelabuhan laut, sedangkan kata-kata sunlik, pasien,

rontgen, resep adalah kata-kata khusus yang biasa digunakan di rumah

sakit.

• Kosakata Konkret

Kosakata konkret adalah kata-kata yang acuannya nyata, kata-

kata yang acuannya dapat diindra. Kata-kata seperti buku, kapur,

kertas, adalah sebagian dari kata-kata yang termasuk kata-kata

konkret.

• Kosakata Abstrak

Kosakata abstrak adalah kat-kata yang acuannya hanya dapat

dibayangkan. Kata-kata seperti ajaib, demokrasi, gengsi, hasutan dan

sebagainya adalah kata-kata yang termasuk abstrak

• Pembagian Kosakata Menurut Jenis Kata

• Kosakata Nomina

Kosakata nomina di bawah ini adalah kosakata konkret yang

banyak dihayati oleh peserta didik, anatara lain : air, baju, bola,

buku, lemari, mangga, nanas, pensil, sabun, tangan, uang us,

dinding, es, gambar, halaman, jalan, kaki, kue, kertas,dan lain

sebagainya.

13

Page 14: BAB 1-V

• Kosakata Verba

Kosakata yang termasuk kelas kata verba lebih banyak

yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan, dan

dicontohkan dalam bentuk bebas. Kata-kata itu, ialah berbicara,

berdiri, berbaring, berhitung, berjalan, duduk, lari, mandi,

makan, memasak, membeli, membaca, melihat, meminta,

menyapa, menyapu, mengangkat , t idur, akurlah, dan

sebagainya.

• Kosakata Ajektiva

Kosakata ajektiva dikemukakan dalam bentuk dasar,

misalnya asam, bare, basi, besar, dekat, gemuk, halus, jauh, kasar,

kering, kurus, lama, lambat, males, pahit, pendek, rajin, sulit, tebal,

tipis dan sebagainya.

• Definisi Kata

Kata adalah satuan kumpulan bunyi atau huruf yang

terkecil yang mengandung pengertian ( Alisjahbana. 1978 58).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Keraf ( 1978 : 57)

yang berbunyi, "Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang

diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagianbagiannya, dan

yang mengandung suatu ide". Sedangkan Harimurti ( 1982 : 76 )

mengatakan, " Kata, 1. morfem atau kombinasi morfem yang oleh

bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan

14

Page 15: BAB 1-V

sebagai bentuk yang bebas; 2. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,

terjadi darimorfem tunggal. (batu, ruang, dating dan sebagainya)

atau gabungan morfem. (misalnya, pejuang, mengikuti, pancasila,

mahakuasa, dan sebagainya). Berdasarkan definisi-definisi di atas,

peneliti dapat menyimpulkan tentang pengertian kata yakni sebagai

berikut: (1) berdiri sendiri (2) dapat dipisahkan (3) dapat dipindahkan (4)

dapat ditukar bermakna, dan (5) berfungsi dalam ujaran.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata adalah

bentuk linguistik yang berdiri sendiri, dapat dipisahkan, dapat

dipindahkan, dapat ditukar bermakna dan berfungsi dalam ujaran.

• Ciri Kata

Bloomfie ld (dalam Pateda, 1997:21)

mengemukakan bahwa kebebasan berdiri sendiri dalam ujaran

sebagai ciri kata. Kalimat yang berbunyi , " Penyanyi tenor Luciano

Pavarotti (57) akan mengadakan pertunjukan besar di udara terbuka di

bawah menara Eiffel di Paris tanggal 2 September

mendatang" (Kompas, tanggal 26 April 1933, halaman 16) dapat

dipisahkan atas kata-katanya berdasarkan ciri ini. Kitada pat mengatakan

bahwa bentuk penyanyi, mengadakan, pertunjukan adalah kata, karena

bentuk ini berdiri sendiri dalam ujaran.

Ciri kata juga dikemukakan pula oleh de Groot (Groot : 117),

yakni (i) berdiri sendiri, dan (ii) bermakna; sedangkan (Uhlenbeck, 1982 :

15

Page 16: BAB 1-V

21) menggunakan ciri keajengan fonologis dan/atau morfologi, dan

kemobilan sintakmatis sebagai ciri kata.

• Batasan Kata

Berdasarkan ciri kata yang telah dikemukakan di atas, penulis

sudah dapat membatasi atau memberikan definisi kata. Namun, agar

pendapat mendapatkan bahan bandingan ada baiknya penulis

mengemukakannya, definisi yang tertera dalam kamus maupun

batasan kata yang dikemukakan oleh ahli di Indonesia maupun ahli

bahasa manca negara.

Pengertian kata sebagaimana yang tertera dalam KBBI

(Depdikbud, 1988 : 395) yang berbunyi:

" Kata n 1 unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa; 2 ujar; bicara; 3 satuan (unsur) bahasa yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas".

Defmisi ini lebih banyak melihat kata dari segi makna. Hal

itu tidak mengherankan karena kata yang dimasukkan di dalam kamus

pada umumnya diberikan penjelasan dari segi makna. Penulis tidak akan

memberikan komentar terhadap definisi ini.

• Media Gambar

• Definisi Media Gambar

Sebelum memaparkan definisi tentang media gambar, ada

baiknya penulis menjelaskan arti dan makna dari media dan

16

Page 17: BAB 1-V

gambar secara terpisah. Kata media dalam kamus besar bahasa

Indonesia berarti "serene, alat" (Ibid. : 22). Arsjad menjelaskan dalam

bukunya tentang pengertian media sebagai berkut: "Kata Media berasal

daribahasa Latin Medius yang secara harfiyah berarti 'tengah",

Perantara’, atau 'pengantar'. Subana dan Sunarti mengutip penjelasan

Gagne ("1977) ". Media adalah salah satu komponen sari suatu sistem

penyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada

komunikasi, seperti buku, modul, komputer, slide, tape recorder"

(Subana, 2000 : 289). Kata "media" berasal dari kata latin, merupakan

bentuk jamak dari kata "medium". Secara harfiyah kata tersebut

mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi kata tersebut

sekarang'digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun inufrad

(Susilana, 2008 - 8). Secara umum, media adalah semua bentuk

perantara yang dipakai orang untuk penyebar ide atau gagasan sehingga

ide atau gagasan tersebut sampai pada penerima.

Dengan kata lain, media adalah alat untuk menyampaikan

atau menghantarkan pesan. Dalam konteks pendidikan, media dapat

diartikan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar

mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Gambar dalam

kamus besar bahasa Indonesia berarti "tiruan sesuatu yang dilukis di atas

kertas atau kanvas" (Tim Prima Pena 270). Sedangkan (Subana 2000:

17

Page 18: BAB 1-V

322 ) menjelaskan bahwa "gambar merupakan media visual dua dimensi

di atas bidang yang tidak transparan"

Jadi, apabila mencermati pendapat para ahli tentang,

pengertian media dan gambar, penulis dapat menyimpulkan bahwa

media gambar adalah semua bentuk balai atau perantara yang dipakai

orang untuk penyebar ide atau gagasan yang dimilikinya berupa gambar

visual yang tidak bergerak sehingga ide atau gagasan tersebut sampai

pada penerima pesan. Dalam hal ini, penerima pesan yang dimaksudkan

adalah siswa.

• Fungsi dan Manfaat Media

Posis i media sangat lah pent ing bagi ke lancaran

transpormasi ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga formal atau di

bangku sekolah. Penggunaan media yang efektif akan semakin

memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang

sedang dipelajari. Susilana dan Riana (dalam Susilana 2000: 9)

menjelaskan tentang manfaat media antara lain : (1) mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu tenaga dan daya (2) memperjelas pesan

agar tidak terlalu verbalistic (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi

lebih langsung antara murid dengan Sumber belajar (4) memungkinkan

anak belajar sendiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,

auditori dan kinestetiknya (5) memberi rangsangan yang sama,

mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

18

Page 19: BAB 1-V

Jadi , menuru t pendapa t t e r sebu t , penu l i s dapa t

menyimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran, dalam hal

ini media gambar, bukan merupakan fungsi tambahan,

melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana untuk

membantu mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif media

gambar juga sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri

sendiri, melainkan sating berhubungan dengan komponen lainnya seperi

guru dan siswa dalam rangka menciptakan situasi belajar yang

diharapkan.

Selain itu, media gambar bukan hanya berfungsi sebagai

balai hiburan semata, dengan demikian tidak diperkenankan

menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau

memancing perhatian siswa semata.

Selain memiliki fungsi, media gambar juga memiliki

manfaat. Dalam buku yang sama, Susilana dan Riana juga menjelaskan

tentang manfaat dari media gambar, antara lain sebagai berikut: (1)

membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang

dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung

kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui

pemanfaatan media pembelajaran (2) menghadirkan objek-objek yang

terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar.

19

Page 20: BAB 1-V

Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan gambar tentang

binatan binatang Was seperti harimau dan beruang, -atau hewan-hewan

lainnya seperti gajah, jerapah, dinosaurus, dan sebagainya (3)

menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru

akan menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut,

pesawat udara, pasar, candi, dan lain sebagainya. Atau menampilkan

objekobjek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk atau

hewan kecil lainnya. (Ibid : 10).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sunarti (dalam Subana,

2000: 10) juga memaparkan manfaat gambar sebagai media

pembelajaran sebagai berikut: (1) menimbulkan daya tarik pada diri

siswa (2) mempermudah pengertian dan pemahaman siswa (3)

memudahkan penjelasan yang sifatnya abstrak sehingga siswa

lebih mudah memahami apa yang dimaksud (4) memperjelas

bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, kita dapat memperbesar

bagian-bagian yang penting atau bagian yang kecil sehingga dapat

diamati (5) menyingkat suatu uraian. Informasi yang dijelaskan dengan

kata-kata mungkin membutuhkan uraian panjang. Uraian

tersebut dapat ditunjukkan pada gambar.

Jadi, media gambar tidak hanya memilki fungsi melainkan

media gambar juga memilki manfaat yang sangat memudahkan guru

20

Page 21: BAB 1-V

sebagai fasilitator di kelas dalam menghadirkan suasana yang

berbeda dalam proses pembelajaran, khususnya pengajaran apresiasi

kosakata. Dengan menggunakan media gambar, para siswa akan

semakin mudah dalam mengembangkan imajinasi, komunikasi dan

mereka masing-masing menuangkan fikiran ke dalam bait-bait

kosakata.

• Kriteria Penggunaan Gambar yang Efisien

Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang cukup

populer dan sudah lama digunakan dalam pembelajaran. Hal ini

dikarenakan gambar cukup praktis, sederhana, mudah digunakan dan

tidak membutuhkan alat proyeksi dan tidak membutuhkan peralatan

tambahan.

Keberhas i l an penggunaan media gambar da lam

pembelajaran ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahanbahan

gambar. Menurut Subana dan Sunarti, agar tujuan penggunaan

media gambar dapat tercapai, gambar harus mempunyai syarat-

syarat sebagai berikut: (1) bagus, jelas, menarik, dan mudah dipahami

(2) cocok dengan materi pembelajaran (3) benar dan otentik, artinya

menggambarkan situasi yang sebenarnya (4) sesuai dengan tingkat

umur/kemampuan siswa (5) wa l aupun t i dak mu t l ak . ,

s eba iknya gamba r menggunakan warna yang menarik sehingga

tampak lebih realita dan merangsang minat siswa untuk mengamatinya

21

Page 22: BAB 1-V

(6) perbandingan ukuran gambar harus sesuai dengan ukuran

objek yang sebenarnya (7) agar siswa lebih tertarik dan memahami

gambar, hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan

perbuatan, dan (8)gambar yang dipilih hendaknya mengandung

nilai-nilai murni dalam kehidupan sosial (Ibid : 323 ).

Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa media gambar harus sesuai dengan kondisi, umur dan

psikologi siswa. Dalam konteks pembelajaran apresiasi

kosakata, dengan menggunakan gambar yang jelas dan menarik, siswa

dapat dengan mudah mencerna dan menyampaikan kembali

makna yang ada dalam gambar kedalam perbendaharaan

kosakata.

Hal ini juga dijelaskan oleh Brown pada tahun 1977

(dalam Soeharto 2003: 115) dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa : (1) penggunaan gambar dapat merangsang

minat dan perhatian siswa; (2) gambar-gambar yang dipilih dan

diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami dan

mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.

Demikian juga hasil penelitian Wilbur Sehramm pada

tahun 1973 (dalam Soeharto 2003: 115) menunjukkan bahwa

siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa

22

Page 23: BAB 1-V

saja, jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan

disesuaikan dengan kebutuhannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

• Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah Penlitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto,

2006:16 dalam (Suyadi, 2011:49) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) mempunyai empat tahapan yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2)

pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan tindakan (observing) dan

evaluasi; (4) refleksi (reflecting). Adapun model tahapan pelaksanaan PTK

adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Model Tahapan Pelaksanaan TKP

Perencanaan

PelaksanaanSiklus IRefleksi

Observasi & Evaluasi

Perencanaan

23

Page 24: BAB 1-V

Pelaksanaan• Perencanaan Tindakan

Pada penelitian ini melibatkan observer untuk mengamati apakah

kegiatan penelitian ini berjalan sesuai dengan sekenario pembelajaran yang

direncanakan. Untuk memudahkan observer untuk melakukan pengamatan,

maka penulis membuat alat observasi. Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan meliputi: (a) membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH); (b)

menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa; (c) menyiapkan Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) dan soal-soal latihan yang disertai kunci jawabannya

• Pelaksaan Tindakan

Pelaksanaan adalah menetapkan apa yan g telah direncanakan pada

tahap satu yaitu bertindak di kelas ( Suyadi, 2011: 62).

Tahap ini merupkan tahap pelaksanaan semua tindakan pembelajaran

di kelas yang telah direncanakan pada rencana pelaksanaan pembelajaran.

• Pengamatan Tindakan (Observasi) dan Evaluasi

Prof. Supardi (dalam Suyadi, 2011: 63) menyatakan bahwa observasi

yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain,

observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan setelah

mencapai sasaran.

Selama pelaksanaan tindakan dilakukan observasi yang bertujuan

untuk mengamati kesesuaian antara rancangan pembelajaran dengan

24

Page 25: BAB 1-V

pelaksanaannya, yaitu yang berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa yang

nampak selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan

adalah mengisi lembar obeservasi oleh observer yang telah dibuat sebelumnya

oleh peneliti.

• Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus yaitu mengemukakan kembali apa

yang telah dilakukan (Suyadi, 2011: 64). Pada tahap ini, peneliti bersama

observer mengkaji hasil yang diperoleh dari pemberian tindakan pada tiap

siklus. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi.

Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki dan

menyempurnakan perencanaan serta pelaksanaan tindakan pada siklus

selanjutnya.

• Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2006: 160).

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

penomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 148).

• Lembar Observasi

25

Page 26: BAB 1-V

Lembar observasi digunkan untuk mengumpulkan data kualitatif yang

berkenaan dengan nilai kualitas seperti: sangat aktif, aktif, cukup aktif, dan

kurang aktif. Dalam hal ini penggunaan lembar observasi digunaklan untuk

mendapatkan hasil belajar siswa.

Untuk mampu menjawab permasalah tersebut di atas ada beberapa

faktor yang perlu diselidiki antara lain:

• Siswa

Adapun indikator perilaku siswa yang diturunkan dari konsep

pembelajaran bahasa Indonesia yang akan diamati selama proses

pembelajaran tertuang dalam scenario pembelajaran dalam setiap

pertemuannya, sehingga hal yang seharusnya diobservasi adalah

kesesuaian aktivitas siswa terhadap tindakan yang diberikan oleh peneliti

dalam sekenario pembelajaran.

• Guru

Adapun perilaku guru yang akan diamati yaitu kesesuaian antara

tindakan guru selama kegiatan pembelajaran dengan sekenario

pembelajaran yang telah dibuat. Jadi yang akan menjadi bahan observasi

adalah sekenario pembelajaran.

• Tes

Tes yang digunakan sebagai alat penelitian untuk mendapatkan data

kuantitatif, yaitu data pencapaian hasil belajar oleh siswa. Tes akan diberikan

pada setiap akhir siklus dalam bentuk soal-soal evaluasi.

26

Page 27: BAB 1-V

• Teknik Pengumpulan Data

• Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari siswa TK Aisyiyah

Kecamatan Narmada yang berjumlah 25 orang, guru mata pelajaran dan hasil

observasi.

• Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah: (a) data kualitatif yang berupa data

hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pembelajaran; (b) data

kuantitatif yang berupa data hasil belajar siswa.

• Cara Pengambilan Data

Adapun cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah: (a) data

tentang aktivitas belajar siswa yang didapatkan dari hasil observasi; (b) data

hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi yang dilakukan

pada tiap akhir siklus.

• Teknik Analisa Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan

dalam mengolah data yang telah terhimpun dari berbagai penelitian,

sehingga dapat diperoleh berbagai informasi yang berdaya guna dan

berhasil guna sebagaimana yang diharapkan. Untuk memperoleh kesimpulan

27

Page 28: BAB 1-V

yang berarti, data tersebut akan di analisis dengan menggunakan diskriptif

kwantitatif.

Data kemampuan anak dikumpulkan melalui lembar observasi yang

disusun berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Selama satu siklus anak

dikatakan baik jika dibantu satu kali, cukup dibantu dua kali dan kurang jika

dibantu dua kali.

Pedoman observasi untuk kemampuan memahami kosakata disiusun

sebanyak 20 pernyataan dengan alternative 3 pilihan, jawaban sering skornya

3, kadang-kadang skornya 2, dan tidak peata-rata ditentukan dengan rumus rnah

skornya 1. Untuk menganalisa data perkembangan kemampuan memahami

kosakata digunakan statistik sederhana yaitu mencari skor Mean Ideal (Mi) dan

Standar Deviasi Ideal (SDi) dengan rumus :

Skor Maksimal Ideal = 20x3=60

Skor Minimal Ideal = 20x1=20

Mean Ideal (Mi)= ½ x (skor Maksimum Ideal +skor Minimum Ideal)

= ½ (60 + 20)

= 1/2x80

= 40

Standar Deviasi Ideal (SDi) = 1/6 (skor maksimal ideal- skor Minimum

Ideal) = 1/6 (60-20)

= 40/6

= 6,6

28

Page 29: BAB 1-V

Berdasarkan Mi dan SDi dapat disusun standar pengkatagorian tingkat

kemampuan anak dalam memahami kosakata dengan klasifikasi sebagai

berikut:

Mi + (1 SDi) s/d Mi + 3 (SDi) baik

40 + (1 x 6,6) 40 + 3 x 6,6

40 + 6,6 40 + 19,8

46,6 s/d 59,8

Mi – 1 SDi s/d < Mi + 1 (SDi) cukup

40 – 1x 6,6 < 40 + 1 x 6,6

33,4 s/d < 46,6

Mi – 3 SDi s/d < Mi - 1 SDi kurang

40 – 3x 6,6 < 40 – 1 x 6,6

40 – 19,8 s/d < 40 – 6,6

20,2 s/d < 43,4

29

Page 30: BAB 1-V

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Lembaga Sekolah

Salah satu syarat sebuah penelitian adalah tercapainya unsure

keterpecayaan. Artinya bahwa laporan penelitian yang disampaikan

merupakan suatu hasil penelitian yang betul batul dilakukan oleh peneliti.

Dengan demikian hasil yang diperoleh pun tidak meragukan bagi siapa saja

yang membaca laporan penelitian itu.

Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa suatu penelitian benar-benar

dilakukan adalah dengan memberikan gambaran tentang lokasi penelitian,

miskipun sifatnya masih umum.

Sehubungan dengan hal tersebut maka gambaran umum lokasi

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Nama Sekolah : TK Aisyiyah M.Parmadi M Narmada.

Status TK : Swasta

Alamat : Jln.A. Yani No 64

Kelurahan/Desa : Narmada

Kecamatan : Narmada

Kota/kabupaten : Lombok Barat

Provinsi : NTB

30

Page 31: BAB 1-V

Kode Pos : 83371

Akte Notaris No : -

Tahun Pendirian : 1999

No. Statistik : -

2. Keadaan Siswa

Tahun 2009/2010 2011/2012 2011/2012

Kelompok L P JML L P JML L P JML

A

Pendaftar 25 15 40 25 22 47 18 26 44

Diterima 25 15 40 25 22 47 18 26 44

B

Pendaftar 24 43 67 36 35 71 30 24 54

Diterima 24 43 67 36 35 71 30 24 54

3. Keadaan Guru

No Tenaga Kependidikan Negeri Swasta

1 Guru 3 2

2 Tenaga Tata Usaha - -

3 Penjaga TK - -

4 Pembantu TK - -

5 Tenaga Lainnya - -

31

Page 32: BAB 1-V

Jumlah 3 2

4. Keadaan Sarana Prasarana

a) Kondisi Ruangan/Lahan

N

o

Jenis

Sarana/Prasarana

Jumla

h

Keadaan

(beri tanda cek)

Baik Rusak DigunakanTidak

digunakan

1 Ruang Kelas 3 √ √2

Ruang

Kantor/Kepala TK1 √ √

3 Ruang Guru -

4 Ruang Tata Usaha -

5Ruang Kesehatan

(UKS)-

6 Ruang Dapur 1 √ √7 Gudang -

8 Kamar Mandi/WC 1 √ √9

Ruang

terbuka/serbaguna-

10 Tempat cuci 3 √ √32

Page 33: BAB 1-V

tangan

11 Ruang tunggu -

12 Halaman sekolah 1 √ √13 Perpustakaan 1 √ √

b) Perabot Ruang Kelas/Belajar

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumlah

Keadaan(beri tanda cek)

Baik RusakDigunaka

nTidak

digunakan1 Meja Anak 24 √ √2 Kursi Anak 90 √ √3 Meja Guru 3 √ √4 Kursi Guru 3 √ √5 Papan absent anak 2 √ √6 Almari 2 √ √7 Tempat sampah 3 √ √c) Perabot Ruang Kantor

N

o

Jenis

Sarana/

Prasarana

Jumla

h

Keadaan

(beri tanda cek)

Baik Rus

ak

Digunak

an

Tidak

digunak

33

Page 34: BAB 1-V

an

1Meja dan kursi

kerja1 √ √

2 Papan tulis -

3Papan

Inventaris-

4 Lemari 2 √ √

5 Rak buku 1 √ √

d) Perabot dan alat-alat Kelengkapan Bermain Bebas didalam

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumla

h

Keadaan(beri tanda cek)

Baik Rusak DigunakanTidak

digunakan1 Rak tempat mainan 4 √ √2 Tikar/karpet -

3 Lemari kaca -

4 Tempat sampah -

5 Sapu 3 √ √6 Meja kursi anak -

7 Meja untuk -

34

Page 35: BAB 1-V

menempatkan alat

disudut kegiatan

8 Alat-alat kegiatan

untuk 5 sudut

kegiatan

1. Sudut Ketuhanan 3 set √ √2. Sudut Keluarga 3 set √ √3. Sudut

Pembangunan3 set √ √

4. Sudut

Kebudayaan3 set √ √

5. Sudut Alam

Sekitar

Dan Pengetahuan

3 set √ √9 Papan/meja tulis -

5. Kelengkapan Alat Peraga dalam berbagai macam segi yaitu:

Segi Ketuhanan

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumlah

Keadaan

Baik DigunakanTidak

digunakan

1 Maket tempat ibadah 1 set √ √35

Page 36: BAB 1-V

2Alat perlengkapan untuk

ibadah3 set √ √

3 Poster Sholat 3 set √ √4 Poter Wdhu 3 set √ √5 Poster Huruf Hijaiyah 3 set √ √

Segi Keluarga

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumlah

Keadaan

Baik DigunakanTidak

digunakan

1 Aneka Jenis Boneka 3 set √ √2 Aneka Peralatan Dapur 3 set √ √3 Meja Setrika 1 buah √ √

Segi Pembangunan

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumlah

Keadaan

Baik DigunakanTidak

digunakan

1 Balok Bangunan 3 set √ √2 Mainan Konstruksi 3 set √ √3 Alat-alat pertukangan 1 set √ √

36

Page 37: BAB 1-V

4 Menara Pelangi 3 set √ √5

Menara Gelang6 set √ √

6 Aneka macam kendaraan 3 set √ √7 Puzzle 40 buah √ √8 Balok Lesi 3 set √ √9 Bombiks 3 set √ √10 Alat menganyam 3 set √ √11 Alat Menjiplak 3 set √ √12 Alat menjahit 3 set √ √13 Alat membatik 3 set √ √14 Alat Kolase 3 set √ √15 Batu-batu warna 3 set √ √16 Buah angka 2 set √ √17 Poster-poster angka 10 buah √ √

Area Seni

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumlah

Keadaan

Baik DigunakanTidak

digunakan

1 Peraturan lalu lintas 1 set √ √

37

Page 38: BAB 1-V

2 Tip rekorder 1 buah √ √3 Tamburin 3 buah √ √4 Gendang 2 buah √ √5 Pianika 1 buah √ √6 Bola 5 buah √ √7 Pakaian Adat 50 stel √ √

Area Alam Sekitar

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumlah

Keadaan

Baik DigunakanTidak

digunakan

1Akuarium dan

perlengkapannya1 buah √ √

2 Timbangan 1 buah √ √3 Batu-batuan, biji-bijian √ √4

Kotak obat dan

perlengkapannya√ √

5Daun-daun yang

dikeringkan√ √

6 Tanaman obat-obatan √ √6. Alat Permainan diluar Kelas/Halaman

38

Page 39: BAB 1-V

NoJenis

Sarana/PrasaranaJumla

h

Keadaan(beri tanda cek)

Ada Tidak LayakTidak Layak

1 Bak pasir dengan

kelengkapannya2 √ √

2 Bak air dengan

kelengkapannya1 √ √

3 Papan

peluncur/perosotan1 √ √

4 Papan jungkitan 2 √ √5 Ayunan 6 √ √6 Papan titian 1 √ √7 Binatang peliharaan

dan kandang-

8 Sepeda roda tiga -

9 Taman lalu lintas

yang dapat dilalui

sepeda roda tiga

1 √ √10 Tangga majemuk 2 √ √11 Kebun sekolah -

7. Fasilitas Lain

No Jenis Jumlah Keadaan

39

Page 40: BAB 1-V

Sarana/Prasarana

(beri tanda cek)

Baik Rusak DigunakanTidak

digunakan

1 Ruang Ibadah

2Spillod/Ruang

serbaguna

3 Ruang UKS

4 Dapur 1 √ √5 Gudang

6 Rumah penjaga

7 Tempat parker

8 Pagar keliling √ √9

Papan nama

sekolah√ √

10 Tempat sampah √ √

8. Kegiatan dan Perangkat Pembelajaran

a. Standar Kompetensi

No Kegiatan Pembelajaran Uraian

1 Perencanaan pembelajaran Program Semester

40

Page 41: BAB 1-V

Bentuk perencanaan pembelajaran

Program Minguan

Program Harian

2 Pelaksanaan pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan

Pembelajaran menggunakan

area

3 Evaluasi Pembelajaran :

• Rekapitulasi penilaian

• Portopolio

• Laporan perkembangan anak didik

Terlampir

-

Terlampir

b.. Manajemen TK

No KegiatanPerencanaan Pelaporan

KeteranganAda Tidak Ada Tidak

1. Kurikulum/Pengajaran √2. Kemuridan √3. Kepegawaian √4. Keuangan √5. Sarana Prasarana √6. Hubungan Sekolah dan

Masyarakat√

41

Page 42: BAB 1-V

c. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

No Komponen Indikator Keterangan

1. Kurikulum 1 Ketersediaan Kurikulum Ada

90 %

2. Anak Didik 1 Penyelenggaraan Kelompok A dan B

2Daya tampung setiap rombongan

belajar33 anak/rombel

3. Pembiayaan 1 Anggaran Pemerintah Pusat Tidak ada

2 Anggaran Pemerintah Propinsi Tidak ada

3 Anggaran Pemerintah Kab/Kota Tidak Ada

4 Anggaran Swadaya Ada

4. Manajemen

TK

1 Visi, Misi Ada

2 Program TK Ada

3 Pelaksanaan Program TK Ada

4 Monitoring dan Evaluasi Ada

5 Pelaporan Ada

5. Peran serta

Masyarakat

1 Dukungan Komite Sekolah Ada

2 Perhatian orang tua Ada

3 Peran serta tokoh masyarakat Ada

4 Peran serta dunia usaha Ada

d. Ketatausahaan

42

Page 43: BAB 1-V

No Jenis Buku

KeberadaanJumla

h

Kualifikasi

Ada Tidak LayakTidak

Layak

1. Buku Administrasi

Administrasi Program

Pengajaran

√Administrasi Kemuridan √Administrasi

Kepegawaian

√Administrasi Keuangan √Administrasi

Perlengkapan/ Barang

√2. Buku Sumber/pegangan

guru

√3. Buku Perpustakaan √ 50

e. Implementasi Hasil Kegiatan Gugus di TK

No Jenis Kegiatan GugusPelaksanaan

Seluruh Sebagian

1 Pembuatan Program Pembelajaran √2 Pembuatan APE √3 Aneka Permainan √

43

Page 44: BAB 1-V

4 Imtak √5 Kegiatan Ekstra Kurikuler √

9. Kegiatan Pendidikan Anak Seutuhnya

No Nama KegiatanWaktu

PelaksanaanPeserta

1 Pentas Seni Juni Semua Murid

2 Imtak Setiap Hari Jum’at Semua Murid

10. Keunggulan, Prestasi, dan Inovasi (2007/2008 s/d 2009/2010)

a. Prestasi Anak Didik

NoJenis

Prestasi

Tingkat

Gugus Kec.Kab/

KotaProv. Kejuaraan Tahun

1Lomba

Melukis√ Harapan I

2

Lomba

Paduan

Suara

√ Juara I

3Lomba

Senam√ Juara I

44

Page 45: BAB 1-V

4

Lomba

Mewarnai

Gambar

√ Juara II

5

Lomba

Memasang

Puzel

√ Harapan III

b. Prestasi Guru/Kepala TK

No Jenis PrestasiTingkat

Gugus Kec. Kab Prov Kejuaraan Tahun

1Lomba Guru

Teladan TK√ Juara III

2Lomba Guru

Teladan TK

Juara I

3Lomba Guru

Teladan TK√ Juara III

4Lomba

Pembuatan APE√ Harapan III

5Lomba Kader

BKB√ Juara III 2008

c. Prestasi TK

45

Page 46: BAB 1-V

No Jenis Prestasi

Tingkat

GugusKec

.Kab Prov. Kejuaraan Tahun

1Lomba Sekolah

Sehat√ Juara III 2008

2

3

4

5

B. Penyajian Data

1. Pra Siklus

Pra siklus dimulai pada tanggal 22 sampai tangal 25 Oktober 2012.

sebelum memulai tindakan, peneliti terlebih dahulu menyusun beberapa

tindakan agar apa yang direncanakan dapat tercapai, tindakan tersebut yaitu :

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Sebelum melakukan tindakan kepada subyek yang diteliti, terlebih

dahulu peneliti harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat Recana Kegiatan Harian (RKH) (lampiran )

46

Page 47: BAB 1-V

2) Menyiapkan Media Berupa Kartu Gambar (lampiran )

3) Menyiapkan lembar observasi (lampiran )

4) Menyiapkan evaluasi awal tindakan (lampiran)

b. Pelaksanaan

Pada pra siklus ini peneliti melakukan pembelajaran yang

dilakukan dalam dua kali pertemuan. Peretemuan pertama dilakukan pada

tanggal 12 November 2012, dengan materi yang dibahas adalah

menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang

melambangkannya. Pertemuan kedua dilakasanakan pada tanggal 15

November 2012, dengan materi yang diabahas adalah membaca beberapa

kata berdasarkan gambar, tulisan dan benda yang dikenal atau yang

dilihatnya.

Dalam pra siklus terlihat siswa masih terpengaruh dengan metode

lama yang digunakan oleh guru, sehingga siswa masih belum memahami

saat peneliti menerapkan pendekatan melalui metode gambar. Hal itu

terjadi karena belum adanya penejelasan yang tepat sehingga mereka

kurang mengerti dalam penerapannya.

Pada pertemuan pertama peneliti menjelaskan tentang materi

pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Sebelum proses

belajar dimulai penelitimemberikan motivasi untuk belajar dan mulai

menejlaskan tentang menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana

dengan simbol yang melambangkannya. Alat peraga yang dipergunakan

47

Page 48: BAB 1-V

berupa karrtu gambar yang diberikan kepada masing-masing siswa.

Setelah kartu-kartu tersebut diberikan kepada siswa anak-anak

memperhatikan penejelasan guru. Guru menempel kartu gambar di papan

tulis dan menejelaskannya.

Selanjutnya peneliti memerintahkan anak untuk mengerjakan tugas

yang sudah diberikan. Penggunaan media gambar bertujuan agar anak

menemukan sendiri kosakata pada gambar tersebut. Anak-anak diberikan

waktu 10 menit unruk menemukan jawaban pada kartu gambar yang

sudah diberikan kepada masing-masing anak. Kemudian pada kegiatan

akhir, guru memberikan soal-soal latihan untuk individu dan memberikan

PR atau tugas kepada anak, dalam tahap akhir ini peneliti menerapkan

tahap inkuiri dimana anak mencoba mencari jawaban sendiri menurut apa

yang diketahui atau yang dilihat.

Pada pertemuan kedua setelah guru memulai pembelajaran, anak

diajak untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya dan memabahas

PR yang telah diberikan pada pertemuan pertama, setelah itu anak diminta

kembali duduk. Pada pertemuan kedua guru kembali menjelaskan materi

dengan menggunakan media gambar yang berupa kartu gambar yang di

dalamnya terdapat gambar-gambar hewan. Penggunaan media gambar

bertujuan agar memudahkan anak memahami kosakata, anak-anak

diberikan waktu 10 menit untuk menjawab nama hewan apa yang ada di

48

Page 49: BAB 1-V

dalam gambar tersebut dibantu dengan satu suku kata seperti sa....

(jawaban yang seharusnya adalah sapi).

Saat anak menemukan jawaban, anak-anak mempunyai pendapat

yang berbeda-beda, disini peneliti menerapkan tahap auditori. Kemudian

pada kegiatan akhir, guuru kembali memberikan soal latihan untuk

individu, dalam tahap ini anak mencoba mencari solusi dalam

memecahkan soal dan peneliti menerapkan tahap inkuiri. sebelum

menutup pertemuan guru memberitahukan bahwa pertemuan berikutnya

akan diadakan evaluasi.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia yang

telah ditunjuk sebagai observer selama selam proses belajar mengajar

berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang

telah disiapkan. Adapun hasil observasi tersebut yaitu:

1. Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi belajar siswa pada pra siklus ada

beberapa hambatan dan kekurangan dalam aktivitas belajar siswa,

anatara lain:

a. Siswa masih kurang aktif dalam kegiatan belajar

b. Siswa yang mampu tidak peduli dengan temannya yang tidak

mampu

c. Siswa belum berni berinteraksi dengan guru

49

Page 50: BAB 1-V

d. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran

Adapun hasil aktivitas siswa yang diperoleh pada pra siklus

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 hasil observasi aktivitas siswa pada pra siklus

ItemPeretemuan

1 2

Total skor aktivitas siswa 9,55 8,66

Banyak indicator 4 4

Rata-rata skor 2,38 2,16

Rata-rata skor aktivitas siswa pra siklus 2,27

Katagori Cukup aktif

(sumber data : ringkasan dari lampiran ….)

Dari tabel di atas, selama proses belajar mengajar berlangsung

dilakukan obsearvasi terhadap aktivitas siswa,banyaknya indikator

yang diamati sebanyak 8 dan jumlah siswa yang diamati adalah

sebanyak 25 orang. Setelah dilakukan observasi diperoleh skor rata-

rata sebesar 2,27 yang didapat dari penggabungan total skor

pertemuan 1 dan 2 kemudian dibagi dengan banyaknya indikator

yaitu 4 indikator.

Dari nilai rata-rata tersebut maka dapat diketahui bahawa

aktivitas siswa pada pra siklus dikatagorikan cukup aktif. Hal ini

dapat dilihat dari kriteria aktivitas siswa pada interval Mi + 0,5 Sdi ≤

50

Page 51: BAB 1-V

M < Mi + 1,5 SDi, dengan nilai Sdi = 0,8 dan Mi =25. Sehingga nilai

rata-rata 2,27 terdapat pada interval 2,27≤ M < 3,7

2. Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi guru pada pra terdapat beberapa

dekriptor yang tidak tampak, yaitu:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Meminta siswa untuk kesimpulan dengan bahasa sendiri

3. Meminta siswa untuk memperbaiaki hasil mewarnai yang kurang

tepat

Adapun hasil observasi guru sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi aktivitas guru pada pra siklus

ItemPertemuan

1 2

Total skor aktivitas guru 17 16

Banyak indikator 5 5

Rata-rata skor 3,4 3,8

Rata-rata skor aktivitas siswa pra siklus 3,3

Katagori Sangat Baik

Dari tabel di atas,dapat dilihat bahwa indikator yang diamati

sebanyak 5 indikator dari aktivitas guru selama proses belajar

mengajar. Setelah dilakukan observasi diperoleh skor total 33, yang

diperoleh dari jumlah skor pertemuan 1 sebesar 17 ditambah dengan

jumlah skor pertemuan 2 sebesar 16. Sedangkan nilai rata-rata 3,3

51

Page 52: BAB 1-V

diperoleh dari pembagian skor total sebesar 33 dibagi dua (pertemuan

peratama dan kedua) sehingga menjadi 3,3. Dari nilai rata-rata

tersebut maka dapat diketahui aktivitas guru pada pra siklus

dikatagorikan sangat baik, hal ini dapat dilihat dari kriteria aktivitas

guru pada interval Mi+1,5 Sdi ≤M, dengan nilai SDi = 1 dan Mi = 3.

Sehingga nilai rata-rata 3,3 terdapat pada interval 3,3 ≤ M.

d. Evaluasi

Setelah proses belajar mengajar dengan media gambar pada pra

siklus selesai maka guru melakukan evaluasi akhir pra siklus pada tanggal

15 November 20012. Adapun hasil evaluasi awal sebelum siklus I dan

siklus II dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 : Hasil Data Anak Sebelum Siklus I dan II pada TK Aisyiyah

Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Tahun

Pelajaran 2011/2012.

No Nama siswa L/P Skor Kategori1 Aziza Wanda hafifa P 21 Kurang2 Araya Nazwa R P 30 Kurang3 Excelindo Hartanto L 31 Kurang4 Adika Putra Islamy L 23 Kurang5 BQ. Nadya Puspa G P 30 Kurang6 Candra Aprilia Yoga L 32 Kurang7 Dimas Rizki Ramadani L 22 Kurang8 Gardena Ayozora P 21 Kurang9 Gibran Fathir Al-Ardy L 25 Kurang10 Ibnu Aulia Valula L 22 Kurang11 M. Fauzan L 20 Kurang12 L. Rachmad Dwi Putra L 26 Kurang13 Lale Sevia Devi Triana P 25 Kurang

52

Page 53: BAB 1-V

14 M. Reza Rajiburrahman L 27 Kurang15 M. Aditya Hamsyah L 30 Kurang16 M. Novaldi Sayatulah L 29 Kurang17 Razka Maulana L 21 Kurang18 Nadira Maya Risti P 36 Kurang19 Ragitya Sanu Abrar L 24 Kurang20 Reyvan Triadi Darmawan L 30 Kurang21 Wening Mulowani P 31 Kurang22 Fazar Ari Rizki L 24 Kurang23 Wawan Hendrawan L 25 Kurang24 Mazwa Ilyanul Hima P 27 Kurang25 M. Dadi L 30 Kurang

Jumlah Skor 650Nilai Rata-rata 26

M = ∑ X = 650 = 26 N 25

Sedangkan untuk mencari Mi (Mean Ideal) dan SDi (Standar

Deviasi Ideal) adalah Mi = jumlah skor maksimal + skor minimal + ½ ,

dan SDi = jumlah skor maksimal – skor minimal x 1/6. Dengan demikian

Mi = adalah 36 + 21 x ½ = 28,5, sedangkan SDi = 36 – 21 X 1/6 = 2,5.

Selanjutnya peneliti masukkan ke dalam konversi sebagai berikut:

Mi + 1 SDi s/d Mi + 3 SDi = Baik

28 + 2,5 s/d 28,5 + 7,5

31 36

Mi – 1 SDi s/d < Mi + 1 SDi = Cukup

28,5 – 25 s/d < 28,5 + 7,5

53

Page 54: BAB 1-V

26 s/d < 36

Mi – 3 SDi s/d < Mi – 1 SDi = Kurang

28,5 - 2,5 s/d < 28,5 + 7,5

26 < 36

Mencermati data anak tentang kemampuan awal sebelum dilakukan

tindakan pada siklus I dan II secara keseluruhan anak yang 25 orang

masih berada di bawah standar, dengan demikian peneliti akan

melanjutkan ke siklus I untuk melakukan tindakan selanjutnya..

e. Refleksi

Berdasarkan hasil dari observasi awal yang dilakukan peneliti

sebelum melakukan tindakan, maka dapat dianalisis bahwa hasil anak

masih berada dalam katagori rendah dimana dari jumlah anak 25 orang

terdapat 8 orang anak yang masih memperoleh skor 36 dan belum

mencapai standar normal. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan guna

mengetahui lebih lanjut perubahan yang terjadi pada subyek penelitian.

Adapun skor yang tertinggi sebelum dilakukan tindakan adalah 36

dan terendah 20, dengan demikian dapat dikatakan masih berada di bawah

kemampuan. Oleh sebab itu, perlu adanya tindakan selanjutnya yaitu

siklus I.

2. Siklus I

54

Page 55: BAB 1-V

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 sampai 23 November 2012.

Adapun tahapan-tahapan pada sikluls ini sebagai berikut: (a) perencanaan, (b)

pelaksanaan, (c) observasi (d) evaluasi dan (e) refleksi.

a. Perencanaan

Sebelum peneliti malakukan tindakan selanjutnya, terlebih dahulu

peneliti menyusun beberapa perencanaan atau langkah-langkah agar anak

mendapatkan nilai yang meningkat dari sebelumya. Langkah-langkah

tersebut anatara laina:

1. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)

2. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

3. Menyiapkan media gambar,dan

4. Menyiapkan soal tes evaluasi siklus I

b. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali

pertemuan. Pertemuan 1 berlangsung pada tanggal 19 November 2012

selama 2x40 menit membahas tentang membuat gambar atau coretan

tentang cerita mengenai gambar yang dibuatnya. Pertemuan 2

berlangsung pada tanggal 23 November 2012 membahas tentang mencari

sebanyak-banyaknya benda (hewan, taanaman) yang mempunyai warna,

bentuk, ukuran/ciri-ciri tertentu.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RKH yaitu

55

Page 56: BAB 1-V

pada siklus I dilakukan 2 kali pertemuan termasuk mengadakan evaluasi.

Pada hari pertama memulai kegiatan proses belajar mengajar, guru

mengecek daftar hadir siswa, kemudian memulai pelajaran pada kelas

tersebut. Suasana kelas terlihat tidak kondusif karena siswa belum

terbiasa dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru.

Setelah materi disampaiakan dan dijelaskan, selanjutnya guru

memberikan kartu gambar yang belum diwarnai yang dibawahnya

terdapat beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh anak. Setelah anak

selesai mewarnai dan menjawab pertanyaan yang ada di kartu tersebut,

guru menyimpulkan hasil dari tugas tersebut, setelah itu guru memberikan

latihan kepada anak untuk dikerjakan di rumah.

Selama proses pembelajaran berlangsung kegiatan anak, kegiatan

anak belum berjalan dengan baik seperti kesiapan dan antusiasme anak

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara berkelanjutan setiap kali

pemebelajaran berlangsung dengan mengamati aktivitas belajar anak dan

aktivitas guru. Pada tahap pemantauan pada siklus I ini, peneliti lakukan

untuk mendapatkan data dan informasi tentang pelaksanaan tindakan dan

verifikasi bimbingan kepada anak TK Aisyiyah Narmada Lombok Barat.

Verifikasi ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui perubahan dan

kemajuan yang dialami oleh anak dalam memahami kosakata dengan

56

Page 57: BAB 1-V

media gambar melalui pelaksanaan observasi. Hal yang diobservasi

adalah kemampuan memahami kosakata dengan media gambar.

Selanjutnya peneliti melakukan observasi kepada siswa maupun

guru. Hasil dari observasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Observasi Aktivitas Siswa

Data tentang hasil observasi siswa siklus I pertemuan 1 yang

telah dilaksanakan pada tanggal 19 November 2012 dan pertemuan 2

pada tanggal 23 November 2012. Berikut hasil aktivitas siswa pada

siklus I:

Tabel 44. Hasil Analisis aktivitas siswa siklus I

ItemPertemuan

1 2

Total skor aktivitas guru 14 13

Banyak indikator 4 4

Rata-rata skor 3,5 3,25

Rata-rata skor aktivitas siswa siklus I 3,37

Katagori Aktif

Berdasarkan tabel hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I,

diperoleh data yaitu pada pertemuan pertama total skor aktivitas siswa

14 dengan jumlah indikator 4 dan nilai rata-ratanya 3,5. Sedangkan

pada pertemuan kedua total skor aktivitas siswa 11,33 dengan jumlah

indikator 4 dan nilai rata-ratanya 3,25. Jadi berdasarkan pertemuan

57

Page 58: BAB 1-V

pertama dan kedua pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa 3,37

yang diperoleh dari jumlah nilai rata-rata pertemuan pertama ditambah

dengan jumlah rata-rata pada pertemuan kedua kemudian dibagi dua.

Berdasarkan pedoman kriteria aktivitas siswa nilai rata-rata 3,37

dikatakan aktif karena berada pada interval Mi + 0,5 SDi ≤ As < Mi +

1,5 SDi, dengan Mi = 2,5 dan SDi = 0,83

2. Observasi aktivitas guru

Data tentang hasil observasi guru siklus I pertemuan 1 yang

telah dilaksanakan pada tanggal 19 November 2012 dan pertemuan 2

pada tanggal 23 November 2012. Berikut hasil aktivitas guru pada

siklus I:

Tabel 4.5 Hasil Observasi aktivitas guru pada siklus I

ItemPertemuan

1 2

Total skor aktivitas guru 18 16

Banyak indicator 5 5

Rata-rata skor 3,6 3,2

Rata-rata skor aktivitas siswa pra siklus 3,4

Katagori Sangat Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat skor aktivitas guru pada siklus I

sebesar 3,4 diperoleh dari penjumlahan total skor pertemuan 1 dan 2

kemudian dibagi dua (jumlah pertemuan). Dari nilai rata-rata tersebut

dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus I dikatagorikan

58

Page 59: BAB 1-V

sangat baik, hal ini dapat dilihat dari tabel kriteria aktivitas guru berada

pada interval Mi + 0,5 SDi ≤ M < Mi + 1,5 SDi, dengan nilai Mi = 2,5

dan Sdi = 0,8 maka nilai rata-rata 3,4 ≤ M < 3,7.

d. Evaluasi

Selanjutnya untuk membuktikan hasil observasi pada siklus I

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 : Data Anak Sebelum Siklus Dan Hasil Siklus I Tentang

Kemampuan Meningkatkan Kosakata Dengan Menggunakan

Media Gambar Pada Tk Aisyiyah Kecamatan Narmada

Lombok Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

No Nama Siswa L/P Skor Siklus I Kategori1 Aziza Wanda hafifa P 21 44 Cukup2 Araya Nazwa R P 30 45 Cukup3 Excelindo Hartanto L 31 47 Baik4 Adika Putra Islamy L 23 50 Baik5 BQ. Nadya Puspa G P 30 51 Baik6 Candra Aprilia Yoga L 32 33 Kurang7 Dimas Rizki Ramadani L 22 32 Kurang8 Gardena Ayozora P 21 47 Baik9 Gibran Fathir Al-Ardy L 25 45 Cukup10 Ibnu Aulia Valula L 22 46 Baik11 M. Fauzan L 20 48 Baik12 L. Rachmad Dwi Putra L 26 45 Cukup13 Lale Sevia Devi Triana P 25 52 Baik14 M. Reza Rajiburrahman L 27 30 Kurang15 M. Aditya Hamsyah L 30 44 Cukup16 M. Novaldi Sayatulah L 29 41 Kurang17 Razka Maulana L 21 43 Cukup18 Nadira Maya Risti P 36 50 Baik19 Ragitya Sanu Abrar L 24 32 Kurang

59

Page 60: BAB 1-V

20 Reyvan Triadi Darmawan L 30 45 Cukup21 Wening Mulowani P 31 41 Kurang22 Fazar Ari Rizki L 24 43 Cukup23 Wawan Hendrawan L 25 36 Kurang24 Mazwa Ilyanul Hima P 27 43 Cukup25 M. Dadi L 30 42 Kurang

Jumlah skor 650 1075Nilai rata-rata 26 43Prosentase 32% Kurang

Berdasarkan sajian data kemampuan meningkatkan kosakata anak

melalui media gambar pada siklus I dapat peneliti simpulkan bahwa anak

yang menjadi subyek penelitian sebanyak 25 orang, anak yang memperoleh

ketuntasan sebanyak 8 orang jika diprosentasikan akan menjadi 32%, dan 17

orang atau sekitar 68% yang belum tuntas.

Dari sajian data di atas skor ketuntasan secara klasikal belum

mencapai 75% dari jumlah siswa yang memperoleh skor di atas skor kriteria

ketuntasan minimal. Dan untuk mengetahui prosentase ketuntasan anak

dalam proses belajar mengajar pada siklus I menggunakan rumus:

A= nN

x 100%

Keterangan :

A = Proporsi aktual

n = jumlah seluruh siswa tuntas

N = jumlah subyek yang diteliti

60

Page 61: BAB 1-V

Jika A < 46 maka belajar belum dikatakan tuntas. Tetapi, jika

A > 46 maka belajar dikatakan tuntas.

A=n2

x 100%

¿8

25 x 100%

= 32%

Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis belajar

anak adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik

deskriptif dengan menghhitung rata-rata ideal, dan standar deviasi

ideal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi

tindakan dengan menggunakan rumus :

M=∑ F (X) N

Keterangan:

M = Mean atau rata-rata

∑F (X) = Jumlah seluruh skor rata-rata

N = Jumlah anak

Mi = ½ (skor maksimal + skor minimal)

SDi = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)

M = ∑ F (X) N

61

Page 62: BAB 1-V

= 1075 25

= 43

Mi = ½ (52 + 30)

= ½ (82)

= 41

SDi = 1/6 (52 – 30)

= 1/6 (22)

= 3,6

Untuk menghitung posisi keterampilan meningkatkan kosakata

anak melalui media gambar digunakan pedoman konversi:

Mi + 1 SDi s/d Mi + 3SDi = Baik

Mi - 1 SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup

Mi - 3 SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang

Mi + 1 SDi s/d Mi + 3 SDi = Baik

43 + 3,6 s/d 43 + 10,8

46,6 s/d 53,8

Mi - 1SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup

43 - 3,6 s/d <43 + 3,6

62

Page 63: BAB 1-V

39,4 s/d 46,6

Mi - 3SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang

43 - 10,8 s/d <43 - 3,6

32,2 s/d 39,4

Dari hasil analisis data pada siklus I diperoleh data bahwa

peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan

konversi:

a. Kemampuan baik : 46,6 – 53,8 = 8 Orang

b. Kemampuan cukup : 39,4 – 46,6 = 9 Orang

c. Kemampuan kurang : 32,2 – 39,4 = 8 Orang

Perolehan data tentang porsentasi keberhasilan atau ketuntasan

anak pada pelaksanaan siklus I dari 25 anak TK Aisyiyah Kecamatan

Narmada dalam kemampuan meningkatkan kosakata melalui media

gambar. Yang mendapat skor 46,6 ke atas dikatagorikan tuntas, dan yang

sudah tuntas dalam siklus I ini sebanyak 8 orang dengan prosentase 32%.

Sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 17 orang dengan prosentase

68%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar anak pada siklus I ini, maka

perlu dilakukan siklus II.

63

Page 64: BAB 1-V

e. Refleksi

Berdasarkan hasil di observasi awal yang dilakukan peneliti

sebelum dilakukan tindakan, maka dapat dianalisis bahwa hasil anak

masih berda dalam katagori rendah dimana dari jumlah anak 25 orang

terdapat 8 orang anak yang masih memperoleh skor 39,4. Oleh karena itu

perlu dilakukan tindakan guna mengetahui lebih lanjut perubahan yang

terjadi subyek penelitian.

Adapun skor yang tertinggi sebelum dilakukan tindakan adalah 36

dan terendah 20, dengan demikian dapat dikatakan masih berada di bawah

kemampuan. Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I

bahwa skor maksimal 52 dan minimal 30, kemudian dilakukan

perhitungan penskoran dari hasil observasi sebelum tindakan adalah

diperoleh skor rata-rata (M) = 26 sedangkan pada siklus I diperoleh skor

rata-rata (M) = 43.

Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilaksanakan peneliti, sebelum berlangsung terlebih dahulu peneliti

melakukan persiapan dan kelengkapan bahan-bahan yang diperlukan,

baik secara administratif maupun secara langsung terlibat dengan

penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini dilakukan dengan maksud agar

kegiatan pelaksanaan penelitian mendapat dukungan dan bantuan dari

guru-guru yang lain, sehingga peneliti dapat dengan mudah dan lancer

dalam proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan.

64

Page 65: BAB 1-V

Mengingat penelitian ini terkait dengan masalah belajar dan proses

penyampaian materi yang dikemas dalam II siklus, maka perlu

dipersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan

penelitian ini yaitu menyiapkan satuan, dan pada masing-masing siklus

dimulai dari persiapan awal, implementasi tindakan, pemantauan dan

evaluasi serta analisis dan refleksi.

Adapun refleksi bagi anak yang memiliki latar belakang pendidikan

rendah orang tuanya adalah (1) peneliti melaksanakan wawancara

langsung dengan pihak orang tua melalui hoom visit (kunjungan rumah),

(2) peneliti meminta bantuan dari pihak keluarga terdekat mereka yang

berpendidikan agar ikut mengambil andil dalam memotivasi siswa untuk

rajin belajar. Sedangkan refleksi bagi anak, peneliti menngadakan

approach (pendekatan) langsung kepada mereka dengan membimbingnya

secara intensif. Hal ini peneliti lakukan agar anak lebih fokus terhadap

pelajaran yang diberikan oleh pembimbing.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Sebelum peneliti malakukan tindakan selanjutnya, terlebih dahulu peneliti

menyusun beberapa perencanaan atau langkah-langkah agar anak

65

Page 66: BAB 1-V

mendapatkan nilai yang meningkat dari sebelumya. Langkah-langkah

tersebut anatara laina:

1. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)

2. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

3. Menyiapkan media gambar,dan

4. Menyiapkan soal tes evaluasi siklus

b. Pelaksanaan

Implementasi tindakan pada siklus II ini dilakukan 2 kali

pertemuan untuk penyempurnaan dan perbaikan implementasi dari pra

siklus dan siklus I, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyampaikan pokok bahasan baru sebagai penyempurnaan format

siklus I tentang kemampuan anak memahami kosakata dengan

menggunakan media gambar.

2. Guru atau peneliti mengkondisikan kembali anak yang mendapat

tindakan serta mengatur situasi kelas agar tercipta suasana yang

menyenangkan.

3. Guru atau peneliti meminta pada anak untuk mengikuti pelajaran

dengan aktif sesuai petunjuk guru. Guru memberikan kebebasan

untuk berlatih memahami gambar.

4. Guru atau peneliti menyiapkan atau menyarankan kepada anak untuk

duduk membentuk lingkaran agar semua anak dapat melihat ke arah

peneliti atau guru.

66

Page 67: BAB 1-V

5. Guru atau peneliti menyampaikan materi melalui layanan konten pada

anak tentang memahami kosakata melalui media gambar.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia yang

telah ditunjuk sebagai observer selama selam proses belajar mengajar

berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang

telah disiapkan. Adapun hasil observasi tersebut yaitu:

1. Observasi Aktivitas Siswa

Data tentang hasil observasi siswa siklus II pertemuan 1 yang

telah dilaksanakan pada tanggal 26 November 2012 dan pertemuan 2

pada tanggal 29 November 2012. Berikut hasil aktivitas siswa pada

siklus II:

Tabel 4.6 hasil Analisis observasi aktivitas siswa siklus II

ItemPertemuan

1 2

Total skor aktivitas siswa 14 14

Banyak indikator 4 4

Rata-rata skor 3,5 3,5

Rata-rata skor aktivitas siswa siklus I 3,5

67

Page 68: BAB 1-V

Katagori Sangat Aktif

Dari data hasil analisis di atas kita dapat melihat nilai rata-rata

skor aktivitas siswa sebesar 3,5 yang diperoleh dari rata-rata skor

pertemuan 1 dan 2 kemudian dibagi dua, sehingga mengfhasilkan

3,5. Berdasarkan pedoman kriteria aktivitas siswa nilai tersebut

dikatagorikan sangat aktif karena berada pada interval Mi + 0,5 SDi

≤ Ag < Mi + 1,5 SDi, denan Mi = 2,5 SDi = 0,83.

2. Observasi aktivitas guru

Dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada siklus I,

kegiatan belajar mengajar pada siklus II sudah lebih baik. Data

tentang observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan 1 yang telah

dilksankan pada tanggal 26 November 2012 dan pertemuan 2 pada

tanggal 29 November 2012. Berikut hasil aktivitas guru pada siklus

II:

Tabel 4.7 Hasil analisis aktivitas guru siklus II

ItemPertemuan

1 2

Total skor aktivitas guru 19 18

Banyak indicator 5 5

Rata-rata skor 3,8 3,6

Rata-rata skor aktivitas guru pra siklus 3,7

68

Page 69: BAB 1-V

Katagori Sangat Baik

Dari tabel hasil observasi aktivitas guru di atas dapat dilihat

total skor aktivitas guru sebesar 3,7 yang diperoleh dari rata-rata skor

aktivitas guru pada pertemuan 1 dan 2. Pertemuan 1 total skor

aktivitas guru 19 dengan jumlah indikator 5 sehingga nilai rata-

ratanya menjadi 3,8. Sedangkan pada pertemuan ke 2 total skor

aktivitas guru 18 dengan jumlah indikator 5 sehingga nilai rata-

ratanya menjadi 3,6. Nilai total rata-rata skor aktivitas guru sebesar

3,7 dikatagorikan baik karena berada pada interval Mi + 0,5 SDi ≤

Ag < Mi + 1,5 SDi, denan Mi = 2,5 SDi = 0,83.

d. Evaluasi

Pada kegiatan ini, lebih diarahkan atau ditekankan kepada

kemampuan anak memahami kosakata yang dirancang penelliti dan

dimodifikasi dari pelaksanaan siklus I untuk melakukan observasi

kembali setelah disampaiakan dan membuat suasana yang lebih dekat dan

terbuka serta memberikan kesempatan kepada orang tua dan anak untuk

mengemukakan hambatannya di dalam memberikan motivasi dan

menyiapkan fasilitas belajar di rumah. Selain itu peneliti menjelaskan

pandangan tentang layanan konten agar anak-anak memiliki kemampuan,

sehingga peneliti dapat memperoleh hasil sebagaimana yang tertera di

bawah ini.

69

Page 70: BAB 1-V

Tabel 4.8 : Hasil Siklus II tentang kemampuan memahami kosakata melalui

media gambar pada anak TK Aisyiyah Kecamatan Narmada tahun

pelajaran 2011/2012.

No Nama Siswa L/P Skor Siklus I Siklus II Katagori1 Aziza Wanda hafifa P 21 44 47 Baik2 Araya Nazwa R P 30 45 50 Baik3 Excelindo Hartanto L 31 47 55 Baik4 Adika Putra Islamy L 23 50 51 Baik5 BQ. Nadya Puspa G P 30 51 47 Baik6 Candra Aprilia Yoga L 32 33 41 Cukup7 Dimas Rizki Ramadani L 22 32 47 Baik8 Gardena Ayozora P 21 47 50 Baik9 Gibran Fathir Al-Ardy L 25 45 51 Baik10 Ibnu Aulia Valula L 22 46 48 Baik11 M. Fauzan L 20 48 50 Baik12 L. Rachmad Dwi Putra L 26 45 48 Baik13 Lale Sevia Devi Triana P 25 52 54 Baik14 M. Reza Rajiburrahman L 27 30 47 Baik15 M. Aditya Hamsyah L 30 44 48 Baik16 M. Novaldi Sayatulah L 29 41 43 Cukup17 Razka Maulana L 21 43 48 Baik18 Nadira Maya Risti P 36 50 51 Baik19 Ragitya Sanu Abrar L 24 32 48 Baik20 ReyvanTriadi

DarmawanL 30 45 50 Baik

21 Wening Mulowani P 31 41 49 Baik22 Fazar Ari Rizki L 24 43 47 Baik23 Wawan Hendrawan L 25 36 39 Cukup24 Mazwa Ilyanul Hima P 27 43 47 Baik25 M. Dadi L 30 42 48 Baik

Jumlah skor 650 1075 1204Nilai rata-rata 26 43 48,1 BaikProsentase 32% 88 %

Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa siswa yang

memperoleh nilai ketuntasan pada siklus I sebanyak 8 orang dari 25 anak

70

Page 71: BAB 1-V

dan prosentase ketuntasan sebesar 26% dan megalami peningkatan pada

siklus ke II menjadi 22 anak memperoleh ketuntasan dengan prosentase

secara klasikal sebesar 88%.

Untuk mengetahui prosentase ketuntasan siswa dalam proses

belajar mengajar pada siklus II menggunakan rumus yang sama dengan

yang diggunakan pada siklus I yakni:

A= nN

x 100%

Keterangan :

A = Proporsi aktual

n = jumlah seluruh siswa tuntas

N = jumlah subyek yang diteliti

Jika A < 46 maka belajar belum dikatakan tuntas. Tetapi, jika A >

46 maka belajar dikatakan tuntas.

A= nN

x 100%

= 22 x 100% 25

= 88%

71

Page 72: BAB 1-V

Sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar anak

setelah diberi tindakan kedua dengan teknik deskriptif kuantitatif

menggunakan rumus statistik deskriptif yaitu:

M=∑ F (X) N

Keterangan:

M = Mean atau rata-rata

∑F (X) = Jumlah seluruk skor rata-rata

N = Jumlah anak

Mi = ½ (skor maksimal + skor minimal)

SDi = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)

M=∑ F (X) N

= 1204 25

= 48,1

Mi = ½ (55 + 39)

= ½ (94)

= 47

72

Page 73: BAB 1-V

SDi = 1/6 (55 – 39)

= 1/6 (16)

= 2,6

Untuk menghitung posisi keterampilan meningkatkan kosakata

anak melalui media gambar digunakan pedoman konversi:

Mi + 1 SDi s/d Mi + 3SDi = Baik

Mi - 1 SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup

Mi - 3 SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang

Mi + 1 SDi s/d Mi + 3 SDi = Baik

47 + 2,6 s/d 47 + 7,8

49,6 s/d 54,8

Mi - 1SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup

47 - 2,6 s/d <47 + 2,6

45,6 s/d 49,6

Mi - 3SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang

47 - 7,8 s/d <47 - 2,6

40,8 s/d 45,6

73

Page 74: BAB 1-V

Dari hasil analisis data pada siklus II diperoleh data bahwa

peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan

konversi:

a. Kemampuan baik : 49,6 – <54,8 = 22 Orang

b. Kemampuan cukup : 45,6 – <49,6 = 3 Orang

c. kemampuan kurang : 40,8 - < 45,6 = 0 Orang

Perolehan data tentang prosentase keberhasilan atau ketuntasan an

ak pada pelaksanaan siklus II dari 25 anak pada TK Aisyiyah Kecamatan

Narmada dalam kemampuan memahami kosakata melalui media gambar

mengalami peningkatan yang signifikan. Yang mendapatkan skor 49,6 ke

atas dikatagorikan tuntas dalam belajar, anak yang sudah tuntas dalam

siklus II ini sebanyak 22 orang dengan prosentase sebesar 88%.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti sebelum

dilakukan tindakan hasil anak masih berada di bawah standar tuntas. Oleh

karena itu peneliti melakukan tindakan guna mengetahui lebih lanjut

perubahan yang terjadi pada subyek penelitian. Dengan adanya tindakan

pada siklus II hasil anak meningkat jika dibandingkan dengan siklus I,

sehingga pada siklus II ini dikatakan tuntas karena peneliti berupaya

dengan maksimal untuk memotivasi dan mengadakan bimbigan secara

intensif kepada anak dan meminta bantuan pada guru lain dan orang tua

74

Page 75: BAB 1-V

anak yang apada akhirnya anak memperoleh hasil 54,8 nilai tertinggi dan

45,6 sebagai nilai terendah.

Perlu diketahui bahwa refleksi pada guru dan orang tua dalam

siklus II dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak. Oleh karena

itu hasil dari siklus I masih dikatakan belum optimal, maka pada siklus II

ini dapat dikatakan optimal atau tuntas.

C. Analisis Data

1. Perencanaan

a. Pra Siklus

Pada data sebelum siklus I dan siklus II peneliti menemukan hasil yang

belum mencapai nilai tuntas dari 25 orang anak. Data yang didapatkan

dari pra siklus tersebut nilai yang paling tinggi adalah 36 dan nilai yang

terendah adalah 20 dengan prosentase 0%. Perencanaan pada siklus ini

perlu diulang kembali karena perencanaannya belum berhasil dengan

sempurna.

b. Siklus I

Perencanaan pada siklus I disusun kembali guna mendapatkan hasil

yang lebih optimal dari katagori kurang menjadi katagori cukup.

Perencanaan ini disusun dengan memperhatikan beberapa faktor yang

menghambat terjadinya ketidak tuntasan anak antara lain: belum

maksimalnya keseriusan anak dalam mengikuti pembelajaran, belum

75

Page 76: BAB 1-V

adanya motivasi orang tua anak, sehingga perlu melakukan perencanaan

kembali pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus II.

c. Siklus II

Dalam siklus II ini perencanaan tindakan terealisasi dengan baik,

karena adanya dukungan dari berbagai macam aspek baik dari intern

sekolah maupun dari ekstern sekolah. Aspek intern anak seperti guru-guru

dan siswa/siswi sedangkan aspek ekstern sekolah seperti dukungan para

orang tua anak. Sehingga dengan hal itu perencanaan yang sudah disusun

tercapai.

2. Pelaksanaan

a. Pra Siklus

Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan pada tanggal 22 sampai 25

Oktober 2012, pelaksanaan pra siklus dilandaskan pada uji coba

kemampuan siswa sejauh mana pemahaman anak terhadap materi yang

diajarkan. Dan apabila uji awal berhasil dengan prosentse yang

mencukupi maka tidak perlu diadakannya siklus-siklus selanjutnya tetapi

sebaliknya apabila banyak yang belum mencukupi standar yang sudah

ditentukan maka perlu dan harus diadakannya siklus I atau siklus II jika

belum berhasil pada siklus I.

b. Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 sampai tanggal 09 November

2012. Pelaksanaan siklus ini merupakan lanjutan dari pra siklus karena di

76

Page 77: BAB 1-V

dalam pra siklus keberhasilan belum tercapai secara maksimal. Oleh

sebab itu peneliti mengulangi kembali untukk mendapatkan nilai yang

lebih maksimal lagi, tetapi masih banyak juga yang belum tuntas

sehingga peneliti memandang perlu diadakannya siklus selanjutnya yaitu

siklus II.

c. Siklus II

Pada siklus II ini peneliti kembali membuat langkah-langkah

pelaksanaan yang lebih matang lagi. Mulai dari perbaiakan metode

pengajaran sehingga anak-anak cepat memahami kosakata melalui media

gambar. Kemudian peneliti meminta bantuan juga kepada guru-guru yang

lebih senior sehingga apa yang kurang pada siklus I dapat diperbaiki

sehingga pada siklus II ini lebih bagus dari siklus-siklus sebelumnya.

Peningkatan terjadi dengan signifikan dari 32% pada siklus I menjadi

88% pada siklus II.

3. Observasi

a. Pra siklus

Hasil observasi pada pra siklus masih belum sempurna karena ada

beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu (1) belum maksimalnya

perhatian anak kepada pelajaran (2) siswa masih ragu dan malu terhadap

materi yang disampaikan oleh guru (3) masih kurangnya interaksi siswa

dengan siswa (4) anak-anak masih malas menyimpulkan hasil belajarnya.

77

Page 78: BAB 1-V

Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka besar kemungkinan

kegiatan belajar mengajara akan terganggu dan menyebabkan tidak

sampainya standar ketuntasan, seperti yang terdapat pada hasil evaluasi

siswa dalam pra siklus, yang mana hanya beberapa saja yang mendapat

nilai yang lumayan walaupun belum sampai pada nilai standar. Oleh

sebab itu perlu diadakannya siklus I untuk menemukan titik terang

permasalahannya.

b. Siklus I

Siklus I merupakan implementsi dari pra siklus yang dimana siklus I

mengalami peningkatan dari hasil observasi siswa dan guru pada pra

siklus yang masih dikatagorikan cukup aktif dan baik. Pada siklus I

mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 3,4

yang tergolong sangat baik sedangkan nialai rata-rata aktivitas siswa

sebesar 3,37 yang dikatagorikan aktif.

c. Siklus II

Dengan adanya tindakan pada siklus II hasil anak meningkat jika

dibandingkan dengan siklus I, sehingga pada siklus II ini dikatakan tuntas

karena peneliti berupaya dengan maksimal untuk memotivasi dan

mengadakan bimbigan secara intensif kepada anak dan meminta bantuan

pada guru lain dan orang tua anak yang apada akhirnya anak memperoleh

hasil 54,8 nilai tertinggi dan 45,6 sebagai nilai terendah.

78

Page 79: BAB 1-V

Perlu diketahui bahwa refleksi pada guru dan orang tua dalam

siklus II dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak. Oleh karena

itu hasil dari siklus I masih dikatakan belum optimal, maka pada siklus II

ini dapat dikatakan optimal atau tuntas.

4. Evaluasi

a. Pra Siklus

Mencermati data anak tentang kemampuan awal sebelum dilakukan

tindakan pada siklus I dan II secara keseluruhan anak yang 25 orang

masih berada di bawah standar dengan nilai total rata-rata 26, dengan

demikian peneliti akan melanjutkan ke siklus I untuk melakukan

tindakan.

b. Siklus I

Dari hasil analisis data pada siklus I diperoleh data bahwa

peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan

konversi:

a. Kemampuan baik : 46,6 – 53,8 = 8 Orang

b. Kemampuan cukup : 39,4 – 46,6 = 9 Orang

c. Kemampuan kurang : 32,2 – 39,4 = 8 Orang

Perolehan data tentang prosentasie keberhasilan atau ketuntasan

anak pada pelaksanaan siklus I dari 25 anak TK Aisyiyah Kecamatan

Narmada dalam kemampuan meningkatkan kosakata melalui media

gambar. Yang mendapat skor 46,6 ke atas dikatagorikan tuntas, dan yang

79

Page 80: BAB 1-V

sudah tuntas dalam siklus I ini sebanyak 8 orang dengan prosentase 32%.

Sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 17 orang dengan prosentase

68%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar anak pada siklus I ini, maka

perlu dilakukan siklus II.

c. Siklus II

Dari hasil analisis data pada siklus II diperoleh data bahwa

peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan

konversi:

a. Kemampuan baik : 49,6 – < 54,8 = 22 Orang

b. Kemampuan cukup : 45,6 – < 49,6 = 3 Orang

c. kemampuan kurang : 40,8 - < 45,6 = 0 Orang

Perolehan data tentang prosentase keberhasilan atau ketuntasan an

ak pada pelaksanaan siklus II dari 25 anak pada TK Aisyiyah Kecamatan

Narmada dalam kemampuan memahami kosakata melalui media gambar

mengalami peningkatan yang signifikan. Yang mendapatkan skor 49,6 ke

atas dikatagorikan tuntas dalam belajar, anak yang sudah tuntas dalam

siklus II ini sebanyak 22 orang dengan prosentase sebesar 88%.

Berdasarkan dari hasil tabel 4.7 di atas, dapat dikemukakan data

sebelum dilaksanakan tindakan dan bimbingan kepada anak maka

sebelum dilakukan bimbingan pada siklus I menunjukkan bahwa

kemampuan anak TK Aisyiyah Kecamatan Narmada masih tergolong

rendah yaitu skor tertinggi 36 dan terendah 21 dengan skor rata-rata 26.

80

Page 81: BAB 1-V

Selanjutnya diadakan siklus I, pada siklus I pelaksanaan belajar lancer

sehingga kemampuan anak dalam memahami kosakata mencapai rata-rata

43 dengan skor tertinggi 52 dan skor terendah 30, hal ini tergolong dalam

katagori sedang/cukup. Selanjutnya pada siklus II mencapai rata-rata 48,1

dengan skor tertinggi 55 dan skor terendah 39, hal ini menunjukkan

bahwa pada siklus II anak berhasil mencapai nilai standar atau tuntas

walupun masih ada 3 orang yang masih dalam katagori cukup.

Dari analisis tersebut terbukti bahwa hipotesis tindakan yang

mengatakan bahwa “melalui media gambar anak dapat meningkatkan

perbendaharaan kosakata pada anak TK Aisyiyah Kecamatan Narmada

Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat diterima”.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

81

Page 82: BAB 1-V

A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diawali dengan penjajakan kondisi

awal subyek penelitian di lapangan. Hasil dari penjajakan tersebut akan dijadikan

sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Penelitian tindakan kelas ini

dirancang dengan menerapkan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dalam

setiap siklus diawali denngan proses pemgamatan, kemudian dilanjutkan dengan

tahap tindakan serta diakhiri dengan tahap pengamatan dan refleksi.

Adapun hasil tentang penerapan tindakan dalam penelitian tindakan kelas

ini dapat disimpulkan sebagai berikut: pada kondisi awal semua anak belum

mampu memahami kosakata melalui media gambar. Setelah dilakukan tindakan

pada siklus I, hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

hasil belajar anak yaitu 8 orang termasuk dalam katagori “kurang”, 9 orang

termasuk dalam katagori “cukup”, dan 8 orang termasuk dalam katagori baik.

Sedangkan pada siklus II dari 25 anak 88% termasuk dalam katagori “baik”. Ini

berarti bahwa “penggunaan media gambar dapat meningkatkan perbendaharaan

kosakata anak pada TK Aisyiyah Kecamatan Narmada Tahun Pelajaran

2011/2012”.

B. Saran

82

Page 83: BAB 1-V

Apabila merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti

paparkan sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1) Kepada pengelola lembaga pendidikan, khususnya Kepala Sekolah

diharapkan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk dijadikan

sebagai pedoman dalam proses pendidikan. Khususnya dalam upaya

meningkatkan kemampuan memahami kosakata melalui media gambar.

2) Kepada guru pembimbing, khususnya pada jenjang TK , agar hasilpenelitian

ini dapat dijadaikan sebagai masukan dalam meningkatakan kemampuan

anak dalam memahami kosakata melalui media gmabar.

3) Kepada peneliti selanjunya, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat

dijadikan sebagai bahanacuan dalam melakukan penelitian yang lebih

mendalam serta berusaha untuk mengungkap masalah-masalah baru yang

belum sepenuhnya terselesaikan dalam penelitian ini.

83

Page 84: BAB 1-V

84