bab 1 sdof tak teredam
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
1/16
1. SISTEM DERAJAT – KEBEBASAN TUNGGAL TAK TEREDAM
1.1 Derajat Kebebasan (Degrees Of F reedom )
Pada umumnya struktur berkesinambungan (continuous structure) mempunyai jumlah
derajat kebebasan (number of degree of freedom) tak berhingga. Namun dengan proses idealisasi
atau seleleksi, sebuah model matematis yang tepat dapat mereduksi jumlah derajad kebebasan
menjadi suatu jumlah diskrit dan untuk beberapa keadaan dapat menjadi berderajad – kebebasan
– tunggal ( single degree of freedom).
Gambar 1.1 Contoh struktur yang dimodelisasikan sebagai sistem berderajad – kebebasan – satu
Pada Gambar 1.1 terlihat beberapa contoh struktur yang dapat dianggap sebagai struktur
berderajad – kebebasan – satu (one degree of freedom) dalam analisa dinamis, yaitu struktur
yang dimodelisasikan sebagai sistem dengan koordinat perpindahan tunggal ( single displacement
coordinate).
Sistem berderajad – kebebasan – satu ini dapat dijelaskan secara tepat dengan model
matematis pada Gambar 1.2 yang mempunyai elemen – elemen sebagai berikut : (1) elemen
massa m menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur; (2) elemen pegas k yang menyatakan
gaya balik elastisitas (elastic restoring force) dan kapasitas energi potensial dari struktur; (3)
elemen redaman c yang menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari struktur dan (4)
F(t)
y
y
F(t)
y
(a)
p(t)
(c)
(b)
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
2/16
gaya pengaruh F(t) ditulis demikian untuk menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem
struktur. Gaya – gaya F(t) ditulis demikian untuk menyatakan sebagai fungsi dari waktu. Dengan
mengambil model matematis pada Gambar 1.2 dianggap bahwa tiap elemen dalam satu sistem
menyatakan satu sifat khusus, yaitu massa m yang hanya menyatakan sifat khusus inersia
( property of inersia) dan bukan elastisitas atau kehilangan energi dan pegas k menyatakan
elastisitas dan bukan inersia atau pun kehilangan energi. Akhirnya, peredam c menyatakan
kehilangan energi. Pembaca dapat mengerti bahwa elemen “murni” ini tak terdapat dalam
bentuk fisik dan model matematis hanya merupakan konsep idealisasi dari struktur yang
sebenarnya.
Gambar 1.2 Model matematis untuk sistem berderajad – kebebasan – satu
1.2 Sistem Tak Teredam (Undamped System )
Sistem berderajad – kebebasan satu tak teredam sering dihubungkan dengan osilator
sederhana tak teredam ( simple undamped oscillator )yang selalu disajikan seperti pada Gbr.
1.3(a) atau Gbr. 1.3(b) ataupun sebagai bentuk yang mirip dengan yang diatas. Kedua gambar ini
merupakan model matematis yang secara dinamis ekivalen dan hanya tergantung pada pilihan
perorangan saja dalam penggunaannya. Pada model ini, massa m dihambat oleh pegas k dan
bergerak menurut garis lurus sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik mekanis dari pegas
digambarkan antara besar gaya Fs yang bekerja pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y
seperti pada Gbr. 1-4 yang menunjukkan secara grafis tiga jenis pegas yang berbeda.
k
y
F(t)c
m
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
3/16
Gambar 1.3 Beberapa bentuk alternatif dari model matematis sistem berderajad – kebebasan –
satu
Lengkungan (a) pada Gambar 1.4 menyatakan sifat dari pegas kuat (hard spring ) dimana
gaya harus memberikan pengaruh lebih besar untuk suatu perpindahan yang disyaratkan seiring
dengan terdeformasinya pegas. Pegas kedua (b) disebut pegas linier (linier spring ), karena
deformasinya selaras ( proportional ) dengan gaya dan gambaran grafisnya mempunyai
karakteristik garis yang lurus. Konstanta keselarasan (constant of proportionality) antara gaya
dan perpindahan [kemiringan garis (b)] dari pegas linier disebut konstanta pegas ( spring
constant ), yang biasanya dinyatakan dengan huruf k.
Gambar 1.4 Hubungan gaya dan perpindahan (a) pegas kuat (b) pegas linier (c) pegas lemah
(a)
(b)
k
y
F(t)m k
m
y
F(t)
y
Z o n e
E
a
b
c
y
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
4/16
Akibatnya kita dapat menulis hubungan antar gaya dan perpindahan pegas linier sebagai
berikut.
ky F s
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada Gambar 1.4 disebut pegas lemah ( soft
spring ). Untuk pegas jenis ini, pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung
mengecil pada saat diformasi pegas menjadi semakin besar. Perlu dicatat bahwa dalam praktek
banyak ondisi dimana perpindahan akibat gaya luar pada struktur adalah kecil (daerah E pada
Gambar 1.4), jadi pendekatan linier sangat dekat dengan sifat asli dari struktur.
1.3
Pegas Yang Dipasang Paralel Atau Seri
Gambar 1.5 Kombinasi pegas (a) Pegas paralel (b) Pegas seri
Untuk dua pegas paralel gaya yang diperlukan untuk membuat perpindahan pada satu
sistem adalah sebasar perkalian antara perpindahan dengan jumlah kedua konstanta pegas
tersebut. Kekakuan pegas total adalah sebesar
21 k k k e (1.2)
Umumnya, untuk n pegas yang dipasang paralel
n
i
ie k k
1
(1.3)
(a)
(b)
p
y
y
y
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
5/16
Untuk dua pegas terpasang seri seperti pada gambar 1.5 (b), gaya P menghasilkan
peralihan perpindahan relatif pada pegas sebesar
1
1k
P y
2
1k
P y
Jadi perpindahan total y dari ujung bebas dari susunan pegas adalah sama dengan
21 y y y atau
21 k
P
k
P y (1.4)
Akibatnya gaya yang diperlukan untuk membuat satu unit perpindahan (konstanta pegas
ekivalen) diberikan oleh
y
P k e
Dengan mensubstitusikan y dari persamaan ini kedalam pers. (1.4) kita dapatkan harga
kebalikan dari konstanta pegas sebesar
21
111
k k k e (1.5)
Umumnya konstanta pegas ekivalen dari n pegas terpasang seri didapat dari
n
i ie k k 1
11 (1.6)
1.4 Hukum Gerak Newton ( Newton’s Law Of Motion)
Pembahasan selanjutnya adalah tentang osilator sederhana seperti digambar pada Gambar
1.3, untuk menetukan gerak, yaitu mempelajari perpindahan atau kecepatan massa m pada saat t
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
6/16
untuk kondisi awal pada saat t = 0. Hubungan analitis antara perpindahan y dan waktu t
diberikan oleh hukum Newton kedua untuk gerak yang dalam notasi modern ditulis sebagai
ma F (1.7)
Dimana F adalah resultan gaya yang bekerja pada partikel massa m dan a adalah resultan
percepatan. Perlu diketahui bahwa pers. (1.7) adalah persamaan vektor yang dapat ditulis dalam
bentuk ekivalen, dalam besaran komponennya menurut sumbu koordinate x, y dan z yaitu
x x ma F (1.8a)
y y ma F (1.8b)
z z ma F
(1.8c)Percepatan didefiniskan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap waktu; yang berarti
pers. (1.8) adalah persamaan diferensial. Perlu diingat bahwa persamaan yang dicetuskan oleh
newton hanya dapat digunakan pada benda idealis seperti partikel yang bermassa tetapi tidak
bervolume. Namun seperti yang telah terbukti pada mekanika elementer. Hukum gerak Newton
dapat juga digunakan pada benda berdimensi yang bergerak.
Benda kaku yang bergerak pada sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak
(bidang x – z) yang mengakibatkan perlunya modifikasi hukum gerak Newton menjadi
xG x am F )( (1.9a)
yG y am F )( (1.9b)
GG I M (1.9c)
Pada persamaan di atas xGa )( dan yGa )( adalah komponen percepatan sepanjang sumbu x
dan y dari pusat benda yang bermassa G, dan adalah percepatan sudut, IG adalah momen
inersia massa terhadap sumbu melalui pusat massa G dan G M adalah jumlah momen gaya
yang bekerja pada benda terhadap sumbu melalui pusat massa G yang tegak lurus pada bidang x
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
7/16
– y. Persamaan (1.9) juga dapat dipakai untuk gerak rotasi suatu benda terhadap satu sumbu
tetap. Untuk suatu bentuk gerak bidang yang khusus, pers. (1.9c) dapat diganti dengan
00 I M (1.9d)
Di mana momen inersia massa I0 dan momen gaya M0 ditinjau terhadap suatu sumbu
rotasi tetap. Gerakan umum dari suatu benda kaku ditentukan oleh dua persamaan vektor dimana
persamaan pertama adalah antara gaya dan percepatan dari pusat massa dan yang lain adalah
antara gaya dan gerak sudut (angular motion) dari benda. Pernyataan persamaan terakhir adalah
komponen skalar agak rumit, tetapi jarang diperlukan dalam dinamika struktur.
1.5
Diagram Free Body (Free Body Diagram )
Diagram free body (DFB) adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan dari benda yang
lainnya, dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Sebagai contoh Gambar 1.6(b)
menggambarkan DFB dari massa asilator m yang dipindahkan pada arah positif menurut
koordinat y, yang memberikan gaya pada pegas sebesar Fs = k y (anggap pegas linier). Berat dari
benda mg dan reaksi normal N dari permukaan penyokong diperlihatkan juga untuk pelengkap
meskipun gaya-gaya ini bekerja pada arah vertikal dan tak termasuk dalam persamaan gerak
yang ditulis menurut arah y. Penggunaan hukum gerak newton memberikan,
ymky (1.10)
Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus dan percepatan
dinyatakan oleh y . Pada notasi ini, dua titik di atas menyatakn turunan kedua terhadap waktu
dan satu titik menyatakan turunan terhadap waktu, yaitu kecepatan.
1.6 Prinsip D’Alembert ( D’ Alembert’s Principle)
Sebuah alternatif pendekatan untuk mendapatkan pers. (1.10) adalah penggunaan prinsip
d’Alembert yang menyatakan bahwa sebuah sistem dapat dibuat dalam keadaan keseimbangan
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
8/16
dinamis dengan menambahkan sebuah gaya fiktif pada gaya-gaya luar yang biasanya dikenal
sebagai gaya inersia.
Gambar 1.6 Beberapa diagram free body: (a) Sistem berderajad – kebebasan –
tunggal. (b) Gaya – gaya luar. (c) Gaya – gaya luar dan gaya –
gaya inersia.
Gambar 1.6(c) memperlihatkan DFB dengan gaya inersia m y yang sama dengan massa
dikalikan percepatan dan selalu diberikan arah negatif terhadap koordinat yang bersangkutan.
Penggunaan prinsip d’Alembert memungkinkan pemakaian persamaan keseimbangan untuk
mendapatkan persamaan gerak. Sebagai contoh, pada Gambar 1.6(c), jumlah gaya-gaya pada
arah y memberikan
0 ky ym (1.11)
Penggunaan prinsip d’Alembert pada keadaan ini kelihatannya merupakan hal yang
gamblang. Hal ini tak akan terjadi pada masalah yang lebih rumit, di mana penggunaan prinsip
d’Alembert yang dihubungkan dengan prinsip kerja virtuil menjadi alat yang sangan berguna
dalam analisa.
Contoh 1.1. tunjukkan bahwa persamaan diferensial yang sama akan didapat dari gerak vertikal
benda tergantung pada pegas dan benda yang sama bergetar sepanjang sumbu horizontal, seperti
pada Gambar 1.7(a) dan 1.7(b) DFB dari kedua osilator sederhana tersebut terlihat pada Gambar
1.7(c) dan 1.7(e) termasuk gaya inersianya.
k
y
m ky ky
N
mg mg
my
N
(a) (b) (c)
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
9/16
Gambar 1.7 Dua asilator sederhana dan diagram free body-nya
Samakan dengan nol jumlah gaya-gaya pada Gambar 1.7(c), didapat
0 ky ym (a)
Ketika benda pada Gambar 1.7(d) dalam posisi seimbang statis, pegas tertarik sejauh y0
unit dan mengakibatkan gaya ky0 = W keatas pada benda tersebut, di mana W adalah berat
benda. Bila benda berpindah sejauh y kebawah dari posisi seimbang maka besar gaya pegas
diberikan oleh Fs = k(y0 + y) atau Fs = W + ky, sebab ky0 = W . Hasil ini dipakai pada benda
Gamabr 1.7(e) dan dengan hukum newton kedua untuk gerak didapat
ymW kyW )(
atau
0 ky ym (b)
Yang identik dengan persamaan, (a).
k
y
F(t)m
k
m
y
y
ky
N
W=mg
my
y
(a)(b)
(c)
(d)
(e)
(d)
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
10/16
1.7 Solusi Persamaan Differensial Gerak (Solution Of The Diff erential Equation Of Motion )
Tujuan berikutnya adalah untuk menemukan solusi persamaan differensial, pers. (1.11).
kita gunakan pendekatan sistematis yang dimulai dengan mengklasifikasikan persamaan
differensial tersebut. Karena variabel bebas y dan turunan keduanya y berderajat satu pada pers.
(1.11) maka persamaan ini diklasifikasikan linier orde kedua. Kenyataan bahwa y dan y
(demikian juga dengan k dan m) adalah konstanta dan sisi sebelah kanan sama dengan nol maka
klasifikasi selanjutnya persamaan tersebut adalah homogen dengan kooefisien konstan. Kita
ingat kembali bahwa ada cara umum untuk memecahkan persamaan differensial linier (homogen
atau nonhomogen) dari setiap orde. Untuk persamaan differensial orde kedua kita selesaikan
dengan cara mencoba-coba solusi sebagai,
t A y cos (1.12)
Atau
t B y sin (1.13)
Di mana A dan B adalah konstanta yang tergantung pada kondisi awal gerak dan adalah
besaran yang menyatakan besaran fisik sistem seperti yang akan terlihat nanti. Substitusi pers.
(1.12) ke dalam pers. (1.11) memberikan
0cos)( 2 t Ak m (1.14)
Bila persamaan ini benar untuk setiap besaran waktu, maka faktor yang didalam kurung
sama dengan nol, atau
m
k 2 (1.15)
Akar positif dari pers. (1.15)
mk (1.16)
Dikenal sebagai frekuensi natural (natural frequency) dari sistem.
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
11/16
Karena pers. (1.12) dan (1.13) adalah solusi pers. (1.11) dan karena persamaan differensial
adalah linier, maka superposisi kedua solusi ini seperti pada pers. (1.17) merupakan solusi
persamaan differensial orde dua dan mempunyai dua konstanta integrasi A dan B.
t Bt A y sincos (1.17)
Kecepatan y didapat dengan mendifferensialkan pers. (1.17) terhadap waktu, yaitu
t Bt A y cossin (1.18)
Selanjutnya perlu ditentukan konstanta integrasi A dan B. Kedua konstanta ini dapat
ditentukan dari perpindahan 0 y dan kecepatan 0v pada kondisi awal yaitu pada saat t = 0. Kedua
kondisi ini disebut kondisi awal (initial conditions) dan masalah pemecahan persamaan
differensial dengan kodisi awal disebut problem harga awal (initial value problem)
Sesudah substitusi harga y = 0 y dan y = 0v pada saat t = 0 pada pers. (1.17) dan (1.18) kita
dapatkan
0 y = A (1.19a)
0v = B (1.19b)
Akhirnya substitusi A dan B dari pers. (1.19) kedalam pers. (1.17) memberikan:
t v
t y y
sincos 00 (1.20)
Yang mana merupakan perpindahan y dari osilator sederhana sebagai fungsi variabel
waktu t; jadi masalah struktur model osilator sederhana dengan derajat kebebasan – tunggal telah
diselesaikan.
1.8 Frekwensi Dan Perioda (Frequency And Peri od )
Pengujian pers. (1.20) memperlihatkan bahwa gerakan menurut persamaan itu adalah
harmonis (harmonic) dan oleh karena itu periodik; artinya hal itu dapat dinyatakan dengan fungsi
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
12/16
sinus atau cosinus frekuensi yang sama, sebesar peroda dengan mudah dapat ditemukan
karena fungsi sinus dan cosinus mempunyai period 2 . Perioda T dari gerak ditentukan oleh
2T
Atau
2T (1.21)
Perioda biasanya dinyatakan dalam detik persiklus ataupun detik tetapi dengan pengertian
“tiap siklus”. Kebalikan harga perioda adalah frekwensi natural (natural frequency) f dari pers.
(1.21)
2
1 T
f (1.22)
Frekuensi natural f selalu dinyatakan dalam siklus perdetik (spd). Sebab besar berbeda
dengan frekuensi natural f karena faktor konstan 2 , maka juga sering dianggap sebagai
frekuensi natural. Untuk membedakan kedua pernyataan frekwensi natural itu, dapat dikatakan
frekwensi natural sudut atau gerak lingkaran (circular or angular ). Hal ini sering dapat diketahui
dari unit/dimensi yang digunakan. Frekwensi natural f diukur dalam siklus per detik sedangkan
frekwensi gerak lingkaran selalu diberikan dalam radian per detik (rad/detik).
Gambar 1.8 Sistem untuk contoh 1.2
12,5 in
k
12,5 in
1/4 in
50.7#
k 2 = 10,69 lb/in
1 in
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
13/16
Contoh 1.2. Tentukan frekwensi natural dari sistem pada Gambar 1.8 yang terdiri dari suatu
berat 50,7 lb terpasang pada sebuah balok kantilever oleh pegas k 2. Tebal balok kantilever t =
¼ inchi, lebar b = 1 inchi, modulus elastisitas E = 30000000 pound per inci2, dan L = 12,5
inci. Pegas dengan kekakuan k 2 = 10,69 (lb/inci).
Lendutan pada ujung bebas dari balok kantilever akibat gaya statis P, diberikan oleh
EI
PL
3
3
Konstanta pegasnya adalah
31
3
L
EI P k
Di mana 3
12
1bt I (untuk penampang segiempat). Kantilever dan pegas dihubungkan
sebagai pegas terpasang seri, akibatnya konstanta pegas ekivalen yang diberikan oleh pers. (1.5)
adalah
21
111
k k k e
Dengan mensubstitusikan harga numeriknya, didapat
768
1
4
11
12
1 3
I (in)4,
60768)5,12(
103033
6
1
k lb/in
Dan
69,10
1
60
11
ek
07,9ek lb/in.
Frekwensi natural diberikan oleh
mk e /
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
14/16
7,50/38607,9
31,8 rad/det
Atau
F = 1,32 sps
1.9 Amplitudo Gerak (Amplitude Of M otion )
Pers. (1.20), sebagai solusi gerak getaran bebas dari osilator tak teredam. Dengan
transformasi sederhana trigonometrik dapat dilihat bahwa bentuk ekivalen dari persamaan itu
adalah
)sin( t C y (1.23)
Atau
)cos( t C y (1.24)
Dimana
2
0
2
0 )/( v yC (1.25)
/tan
0
0
v
y (1.26)
Dan
y
v
/tan 0 (1.27)
Cara yang paling mudah untuk mendapatkan pers. (1.23) atau pers. (1.24) adalah dengan
mengalikan dan membagi pers. (1.20) dengan faktor C dari pers. (1.25) adalah dengan
menentukan atau oleh pers. (1.26) (atau pers. (1.27), jadi
t
C
vt
C
yC y
sin
/cos 00 (1.28)
Dengan bantuan gambar 1.9 terlihat bahwa
C
y0sin (1.29)
Dan
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
15/16
α
v0
y0
C
/cos 0 (1.30)
Gambar 1.9 Definisi sudut α
Gambar 1.10 Respon getaran bebas tak teredam
Substitusikan pers. (1.29) dan (1.30) ke dalam pers. (1.28) memberikan
)sincoscos(sin t t C y (1.31)
Pernyataan dalam tanda kurung pada pers. (1.31) identik dengan )sin( t dari pers.
(1.23) dengan cara yang sama dapat dibuktikan bentuk solusi dari pers. (1.24)
Harga C dari pers.(1.23) atau pers. (1.24) merupakan hubungan antara amplitudo gerak
dan sudut (atau ) sebagai sudut fasa. Solusi gerak osilator sederhana terlihat pada Gambar
1.10.
Contoh 1.13 tinjaulah kerangka pada Gambar 1.11 (a) yang merupakan kerangka baja kaku
dimana bekerja gaya dinamis horizontal ditepi atasnya. Sebagai bagian dari perencanaan suatu
y
t
C
y
t
-
8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam
16/16
y
200 #/ft
L = 15
struktur yang mneyeluruh, diperlukan frekwensi natural dari kerangka tersebut. Dibuat dua
anggapan: (1) massa kolom dan dinding diabaikan ; dan (2) balok yang cukup kaku untuk
mencegah rotasi pada puncak kolom. Anggapan ini bukan untuk menyelsaikan masalah akan
tetapi untuk menyederhanakan analisa. Dengan kondisi yang demikian, kerangka ini dapat
domodelisasikan sebagai sistem massa-pegas seperti pada Gambar 1.11(b).
Gambar 1.11 Kerangka berderajad – kebebasan – satu model matematisnya untuk
contoh 1.3
Parameter-parameter dari model ini dapat dihitung sebagai berikut:
500025200 W lb
I = 82,5 in4
E = 30 106 psi
3
6
3)1215(
165103012)2(12
L
I E k
185,10k lb/in
Jadi frekwensi natural adalah
46,45000
386185,10
2
1
2
1
W
kg f sps (Jawaban)
(a)
k
y
F(t)m
(b)
W8 x 24
25