bab 1 sdof tak teredam

Upload: reza-ermawan

Post on 05-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    1/16

    1.  SISTEM DERAJAT – KEBEBASAN TUNGGAL TAK TEREDAM 

    1.1  Derajat Kebebasan (Degrees Of F reedom )

    Pada umumnya struktur berkesinambungan (continuous structure) mempunyai jumlah

    derajat kebebasan (number of degree of freedom) tak berhingga. Namun dengan proses idealisasi

    atau seleleksi, sebuah model matematis yang tepat dapat mereduksi jumlah derajad kebebasan

    menjadi suatu jumlah diskrit dan untuk beberapa keadaan dapat menjadi berderajad  –  kebebasan

     –  tunggal ( single degree of freedom).

    Gambar 1.1 Contoh struktur yang dimodelisasikan sebagai sistem berderajad –  kebebasan –  satu

    Pada Gambar 1.1 terlihat beberapa contoh struktur yang dapat dianggap sebagai struktur

     berderajad  –   kebebasan  –   satu (one degree of freedom) dalam analisa dinamis, yaitu struktur

    yang dimodelisasikan sebagai sistem dengan koordinat perpindahan tunggal ( single displacement

    coordinate).

    Sistem berderajad  –   kebebasan  –   satu ini dapat dijelaskan secara tepat dengan model

    matematis pada Gambar 1.2 yang mempunyai elemen  –   elemen sebagai berikut : (1) elemen

    massa m menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur; (2) elemen pegas k yang menyatakan

    gaya balik elastisitas (elastic restoring force) dan kapasitas energi potensial dari struktur; (3)

    elemen redaman c yang menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari struktur dan (4)

    F(t)

    y

    y

    F(t)

    y

    (a)

    p(t)

    (c)

    (b)

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    2/16

    gaya pengaruh F(t) ditulis demikian untuk menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem

    struktur. Gaya –  gaya F(t) ditulis demikian untuk menyatakan sebagai fungsi dari waktu. Dengan

    mengambil model matematis pada Gambar 1.2 dianggap bahwa tiap elemen dalam satu sistem

    menyatakan satu sifat khusus, yaitu massa m yang hanya menyatakan sifat khusus inersia

    ( property of inersia) dan bukan elastisitas atau kehilangan energi dan pegas k menyatakan

    elastisitas dan bukan inersia atau pun kehilangan energi. Akhirnya, peredam c menyatakan

    kehilangan energi. Pembaca dapat mengerti bahwa elemen “murni” ini tak terdapat dalam

     bentuk fisik dan model matematis hanya merupakan konsep idealisasi dari struktur yang

    sebenarnya.

    Gambar 1.2 Model matematis untuk sistem berderajad –  kebebasan –  satu

    1.2  Sistem Tak Teredam (Undamped System )

    Sistem berderajad  –   kebebasan satu tak teredam sering dihubungkan dengan osilator

    sederhana tak teredam ( simple undamped oscillator )yang selalu disajikan seperti pada Gbr.

    1.3(a) atau Gbr. 1.3(b) ataupun sebagai bentuk yang mirip dengan yang diatas. Kedua gambar ini

    merupakan model matematis yang secara dinamis ekivalen dan hanya tergantung pada pilihan

     perorangan saja dalam penggunaannya. Pada model ini, massa m dihambat oleh pegas k dan

     bergerak menurut garis lurus sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik mekanis dari pegas

    digambarkan antara besar gaya  Fs  yang bekerja pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y

    seperti pada Gbr. 1-4 yang menunjukkan secara grafis tiga jenis pegas yang berbeda.

    k

    y

    F(t)c

    m

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    3/16

     

    Gambar 1.3 Beberapa bentuk alternatif dari model matematis sistem berderajad –  kebebasan –  

    satu

    Lengkungan (a) pada Gambar 1.4 menyatakan sifat dari pegas kuat (hard spring ) dimana

    gaya harus memberikan pengaruh lebih besar untuk suatu perpindahan yang disyaratkan seiring

    dengan terdeformasinya pegas. Pegas kedua (b) disebut pegas linier (linier spring ), karena

    deformasinya selaras ( proportional ) dengan gaya dan gambaran grafisnya mempunyai

    karakteristik garis yang lurus. Konstanta keselarasan (constant of proportionality) antara gaya

    dan perpindahan [kemiringan garis (b)] dari pegas linier disebut konstanta pegas ( spring

    constant ), yang biasanya dinyatakan dengan huruf k.

    Gambar 1.4 Hubungan gaya dan perpindahan (a) pegas kuat (b) pegas linier (c) pegas lemah

    (a)

    (b)

    k

    y

    F(t)m  k

    m

    y

    F(t)

    y

      Z o  n e

       E

    a

    b

    c

    y

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    4/16

      Akibatnya kita dapat menulis hubungan antar gaya dan perpindahan pegas linier sebagai

     berikut.

    ky F  s    

    Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada Gambar 1.4 disebut pegas lemah ( soft

     spring ). Untuk pegas jenis ini, pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung

    mengecil pada saat diformasi pegas menjadi semakin besar. Perlu dicatat bahwa dalam praktek

     banyak ondisi dimana perpindahan akibat gaya luar pada struktur adalah kecil (daerah E pada

    Gambar 1.4), jadi pendekatan linier sangat dekat dengan sifat asli dari struktur.

    1.3 

    Pegas Yang Dipasang Paralel Atau Seri

    Gambar 1.5 Kombinasi pegas (a) Pegas paralel (b) Pegas seri

    Untuk dua pegas paralel gaya yang diperlukan untuk membuat perpindahan pada satu

    sistem adalah sebasar perkalian antara perpindahan dengan jumlah kedua konstanta pegas

    tersebut. Kekakuan pegas total adalah sebesar

    21   k k k e     (1.2)

    Umumnya, untuk n pegas yang dipasang paralel

    n

    i

    ie  k k 

    1

      (1.3)

    (a)

    (b)

    p

    y

    y

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    5/16

    Untuk dua pegas terpasang seri seperti pada gambar 1.5 (b), gaya P menghasilkan

     peralihan perpindahan relatif pada pegas sebesar

    1

    1k 

     P  y    

    2

    1k 

     P  y    

    Jadi perpindahan total y dari ujung bebas dari susunan pegas adalah sama dengan

    21  y y y   atau

    21   k 

     P 

     P  y     (1.4)

    Akibatnya gaya yang diperlukan untuk membuat satu unit perpindahan (konstanta pegas

    ekivalen) diberikan oleh

     y

     P k e    

    Dengan mensubstitusikan y dari persamaan ini kedalam pers. (1.4) kita dapatkan harga

    kebalikan dari konstanta pegas sebesar

    21

    111

    k k k e   (1.5)

    Umumnya konstanta pegas ekivalen dari n pegas terpasang seri didapat dari

    n

    i   ie   k k    1

    11  (1.6)

    1.4  Hukum Gerak Newton ( Newton’s Law Of Motion)

    Pembahasan selanjutnya adalah tentang osilator sederhana seperti digambar pada Gambar

    1.3, untuk menetukan gerak, yaitu mempelajari perpindahan atau kecepatan massa m pada saat t

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    6/16

    untuk kondisi awal pada saat t = 0. Hubungan analitis antara perpindahan y dan waktu t

    diberikan oleh hukum Newton kedua untuk gerak yang dalam notasi modern ditulis sebagai

    ma F     (1.7)

    Dimana F adalah resultan gaya yang bekerja pada partikel massa m dan a adalah resultan

     percepatan. Perlu diketahui bahwa pers. (1.7) adalah persamaan vektor yang dapat ditulis dalam

     bentuk ekivalen, dalam besaran komponennya menurut sumbu koordinate x, y dan z yaitu

     x x  ma F     (1.8a)

     y y   ma F      (1.8b)

     z  z    ma F  

      (1.8c)Percepatan didefiniskan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap waktu; yang berarti

     pers. (1.8) adalah persamaan diferensial. Perlu diingat bahwa persamaan yang dicetuskan oleh

    newton hanya dapat digunakan pada benda idealis seperti partikel yang bermassa tetapi tidak

     bervolume. Namun seperti yang telah terbukti pada mekanika elementer. Hukum gerak Newton

    dapat juga digunakan pada benda berdimensi yang bergerak.

    Benda kaku yang bergerak pada sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak

    (bidang x –  z) yang mengakibatkan perlunya modifikasi hukum gerak Newton menjadi

     xG x   am F    )(   (1.9a)

     yG y  am F    )(   (1.9b)

     GG   I  M      (1.9c)

    Pada persamaan di atas xGa   )(  dan  yGa   )(  adalah komponen percepatan sepanjang sumbu x

    dan y dari pusat benda yang bermassa G, dan   adalah percepatan sudut, IG  adalah momen

    inersia massa terhadap sumbu melalui pusat massa G dan   G M  adalah jumlah momen gaya

    yang bekerja pada benda terhadap sumbu melalui pusat massa G yang tegak lurus pada bidang x

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    7/16

     –   y. Persamaan (1.9) juga dapat dipakai untuk gerak rotasi suatu benda terhadap satu sumbu

    tetap. Untuk suatu bentuk gerak bidang yang khusus, pers. (1.9c) dapat diganti dengan

     00   I  M      (1.9d)

    Di mana momen inersia massa I0  dan momen gaya M0  ditinjau terhadap suatu sumbu

    rotasi tetap. Gerakan umum dari suatu benda kaku ditentukan oleh dua persamaan vektor dimana

     persamaan pertama adalah antara gaya dan percepatan dari pusat massa dan yang lain adalah

    antara gaya dan gerak sudut (angular motion) dari benda. Pernyataan persamaan terakhir adalah

    komponen skalar agak rumit, tetapi jarang diperlukan dalam dinamika struktur.

    1.5 

    Diagram Free Body  (Free Body Diagram )

    Diagram free body (DFB) adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan dari benda yang

    lainnya, dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Sebagai contoh Gambar 1.6(b)

    menggambarkan DFB dari massa asilator m yang dipindahkan pada arah positif menurut

    koordinat y, yang memberikan gaya pada pegas sebesar Fs = k y (anggap pegas linier). Berat dari

     benda mg dan reaksi normal N dari permukaan penyokong diperlihatkan juga untuk pelengkap

    meskipun gaya-gaya ini bekerja pada arah vertikal dan tak termasuk dalam persamaan gerak

    yang ditulis menurut arah y. Penggunaan hukum gerak newton memberikan,

     ymky     (1.10)

    Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus dan percepatan

    dinyatakan oleh  y . Pada notasi ini, dua titik di atas menyatakn turunan kedua terhadap waktu

    dan satu titik menyatakan turunan terhadap waktu, yaitu kecepatan.

    1.6  Prinsip D’Alembert ( D’ Alembert’s Principle)

    Sebuah alternatif pendekatan untuk mendapatkan pers. (1.10) adalah penggunaan prinsip

    d’Alembert yang menyatakan bahwa sebuah sistem dapat dibuat dalam keadaan keseimbangan

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    8/16

    dinamis dengan menambahkan sebuah gaya fiktif pada gaya-gaya luar yang biasanya dikenal

    sebagai gaya inersia.

    Gambar 1.6 Beberapa diagram free body: (a) Sistem berderajad –  kebebasan –  

    tunggal. (b) Gaya –  gaya luar. (c) Gaya – gaya luar dan gaya –  

    gaya inersia.

    Gambar 1.6(c) memperlihatkan DFB dengan gaya inersia m  y   yang sama dengan massa

    dikalikan percepatan dan selalu diberikan arah negatif terhadap koordinat yang bersangkutan.

    Penggunaan prinsip d’Alembert memungkinkan pemakaian persamaan keseimbangan untuk

    mendapatkan persamaan gerak. Sebagai contoh, pada Gambar 1.6(c), jumlah gaya-gaya pada

    arah y memberikan

    0 ky ym     (1.11)

    Penggunaan prinsip d’Alembert pada keadaan ini kelihatannya merupakan hal yang

    gamblang. Hal ini tak akan terjadi pada masalah yang lebih rumit, di mana penggunaan prinsip

    d’Alembert yang dihubungkan dengan prinsip kerja virtuil   menjadi alat yang sangan berguna

    dalam analisa.

    Contoh 1.1. tunjukkan bahwa persamaan diferensial yang sama akan didapat dari gerak vertikal

     benda tergantung pada pegas dan benda yang sama bergetar sepanjang sumbu horizontal, seperti

     pada Gambar 1.7(a) dan 1.7(b) DFB dari kedua osilator sederhana tersebut terlihat pada Gambar

    1.7(c) dan 1.7(e) termasuk gaya inersianya.

    k

    y

    m ky   ky

    N

    mg   mg

    my

    N

    (a)   (b) (c)

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    9/16

     

    Gambar 1.7 Dua asilator sederhana dan diagram free body-nya

    Samakan dengan nol jumlah gaya-gaya pada Gambar 1.7(c), didapat

    0 ky ym     (a)

    Ketika benda pada Gambar 1.7(d) dalam posisi seimbang statis, pegas tertarik sejauh y0 

    unit dan mengakibatkan gaya ky0  = W   keatas pada benda tersebut, di mana W adalah berat

     benda. Bila benda berpindah sejauh y kebawah dari posisi seimbang maka besar gaya pegas

    diberikan oleh  Fs = k(y0 + y) atau  Fs = W + ky, sebab ky0 = W . Hasil ini dipakai pada benda

    Gamabr 1.7(e) dan dengan hukum newton kedua untuk gerak didapat

     ymW kyW      )(  

    atau

    0 ky ym     (b)

    Yang identik dengan persamaan, (a).

    k

    y

    F(t)m

      k

    m

    y

    y

    ky

    N

    W=mg

    my

    y

    (a)(b)

    (c)

    (d)

    (e)

     

    (d)

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    10/16

    1.7  Solusi Persamaan Differensial Gerak (Solution Of The Diff erential Equation Of Motion )

    Tujuan berikutnya adalah untuk menemukan solusi persamaan differensial, pers. (1.11).

    kita gunakan pendekatan sistematis yang dimulai dengan mengklasifikasikan persamaan

    differensial tersebut. Karena variabel bebas y dan turunan keduanya  y  berderajat satu pada pers.

    (1.11) maka persamaan ini diklasifikasikan linier orde kedua. Kenyataan bahwa y dan  y  

    (demikian juga dengan k dan m) adalah konstanta dan sisi sebelah kanan sama dengan nol maka

    klasifikasi selanjutnya persamaan tersebut adalah homogen dengan kooefisien konstan. Kita

    ingat kembali bahwa ada cara umum untuk memecahkan persamaan differensial linier (homogen

    atau nonhomogen) dari setiap orde. Untuk persamaan differensial orde kedua kita selesaikan

    dengan cara mencoba-coba solusi sebagai,

    t  A y    cos   (1.12)

    Atau

    t  B y    sin   (1.13)

    Di mana A dan B adalah konstanta yang tergantung pada kondisi awal gerak dan  adalah

     besaran yang menyatakan besaran fisik sistem seperti yang akan terlihat nanti. Substitusi pers.

    (1.12) ke dalam pers. (1.11) memberikan

    0cos)(  2   t  Ak m        (1.14)

    Bila persamaan ini benar untuk setiap besaran waktu, maka faktor yang didalam kurung

    sama dengan nol, atau

    m

    k 2    (1.15)

    Akar positif dari pers. (1.15)

    mk     (1.16)

    Dikenal sebagai frekuensi natural (natural frequency) dari sistem.

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    11/16

    Karena pers. (1.12) dan (1.13) adalah solusi pers. (1.11) dan karena persamaan differensial

    adalah linier, maka superposisi kedua solusi ini seperti pada pers. (1.17) merupakan solusi

     persamaan differensial orde dua dan mempunyai dua konstanta integrasi A dan B.

    t  Bt  A y        sincos     (1.17)

    Kecepatan  y didapat dengan mendifferensialkan pers. (1.17) terhadap waktu, yaitu

    t  Bt  A y        cossin     (1.18)

    Selanjutnya perlu ditentukan konstanta integrasi A dan B. Kedua konstanta ini dapat

    ditentukan dari perpindahan 0 y dan kecepatan 0v  pada kondisi awal yaitu pada saat t = 0. Kedua

    kondisi ini disebut kondisi awal (initial conditions) dan masalah pemecahan persamaan

    differensial dengan kodisi awal disebut problem harga awal (initial value problem)

    Sesudah substitusi harga y = 0 y  dan  y =   0v  pada saat t = 0 pada pers. (1.17) dan (1.18) kita

    dapatkan

    0 y = A (1.19a)

    0v = B   (1.19b)

    Akhirnya substitusi A dan B dari pers. (1.19) kedalam pers. (1.17) memberikan:

    t v

    t  y y     

        sincos   00     (1.20)

    Yang mana merupakan perpindahan y dari osilator sederhana sebagai fungsi variabel

    waktu t; jadi masalah struktur model osilator sederhana dengan derajat kebebasan  –  tunggal telah

    diselesaikan.

    1.8  Frekwensi Dan Perioda (Frequency And Peri od )

    Pengujian pers. (1.20) memperlihatkan bahwa gerakan menurut persamaan itu adalah

    harmonis (harmonic) dan oleh karena itu periodik; artinya hal itu dapat dinyatakan dengan fungsi

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    12/16

    sinus atau cosinus frekuensi yang sama, sebesar    peroda dengan mudah dapat ditemukan

    karena fungsi sinus dan cosinus mempunyai period  2 . Perioda T dari gerak ditentukan oleh

         2T   

    Atau

     

     2T    (1.21)

    Perioda biasanya dinyatakan dalam detik persiklus ataupun detik tetapi dengan pengertian

    “tiap siklus”. Kebalikan harga perioda adalah frekwensi natural (natural frequency) f dari pers.

    (1.21)

      2

    1 T 

      f     (1.22)

    Frekuensi natural f selalu dinyatakan dalam siklus perdetik (spd). Sebab besar   berbeda

    dengan frekuensi natural f karena faktor konstan  2 , maka   juga sering dianggap sebagai

    frekuensi natural. Untuk membedakan kedua pernyataan frekwensi natural itu,  dapat dikatakan

    frekwensi natural sudut atau gerak lingkaran (circular or angular ). Hal ini sering dapat diketahui

    dari unit/dimensi yang digunakan. Frekwensi natural f diukur dalam siklus per detik sedangkan

    frekwensi gerak lingkaran   selalu diberikan dalam radian per detik (rad/detik).

    Gambar 1.8 Sistem untuk contoh 1.2

    12,5 in

    k

    12,5 in

    1/4 in

    50.7#

    k 2 = 10,69 lb/in

    1 in

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    13/16

    Contoh 1.2. Tentukan frekwensi natural dari sistem pada Gambar 1.8 yang terdiri dari suatu

     berat 50,7 lb terpasang pada sebuah balok kantilever oleh pegas k 2. Tebal balok kantilever t =

    ¼ inchi, lebar b = 1 inchi, modulus elastisitas E = 30000000 pound per inci2, dan L = 12,5

    inci. Pegas dengan kekakuan k 2 = 10,69 (lb/inci).

    Lendutan  pada ujung bebas dari balok kantilever akibat gaya statis P, diberikan oleh

     EI 

     PL

    3

    3

     

    Konstanta pegasnya adalah

    31

    3

     L

     EI  P k   

     

    Di mana 3

    12

    1bt  I   (untuk penampang segiempat). Kantilever dan pegas dihubungkan

    sebagai pegas terpasang seri, akibatnya konstanta pegas ekivalen yang diberikan oleh pers. (1.5)

    adalah

    21

    111

    k k k e

     

    Dengan mensubstitusikan harga numeriknya, didapat

    768

    1

    4

    11

    12

    1  3

     

      

      I  (in)4,

    60768)5,12(

    103033

    6

    1  

    k  lb/in

    Dan

    69,10

    1

    60

    11

    ek 

     

    07,9ek  lb/in.

    Frekwensi natural diberikan oleh

    mk e /   

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    14/16

    7,50/38607,9      

    31,8  rad/det

    Atau

    F = 1,32 sps

    1.9  Amplitudo Gerak (Amplitude Of M otion )

    Pers. (1.20), sebagai solusi gerak getaran bebas dari osilator tak teredam. Dengan

    transformasi sederhana trigonometrik dapat dilihat bahwa bentuk ekivalen dari persamaan itu

    adalah

    )sin(         t C  y   (1.23)

    Atau

    )cos(         t C  y   (1.24)

    Dimana

    2

    0

    2

    0   )/(    v yC      (1.25)

      

    /tan

    0

    0

    v

     y   (1.26)

    Dan

     y

    v      

      /tan   0   (1.27)

    Cara yang paling mudah untuk mendapatkan pers. (1.23) atau pers. (1.24) adalah dengan

    mengalikan dan membagi pers. (1.20) dengan faktor C dari pers. (1.25) adalah dengan

    menentukan  atau     oleh pers. (1.26) (atau pers. (1.27), jadi

     

      

        t 

    vt 

     yC  y    

         sin

    /cos   00   (1.28)

    Dengan bantuan gambar 1.9 terlihat bahwa

     y0sin       (1.29)

    Dan

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    15/16

     

    α 

    v0 

    y0 

       

      /cos   0   (1.30)

    Gambar 1.9 Definisi sudut α 

    Gambar 1.10 Respon getaran bebas tak teredam

    Substitusikan pers. (1.29) dan (1.30) ke dalam pers. (1.28) memberikan

    )sincoscos(sin   t t C  y            (1.31)

    Pernyataan dalam tanda kurung pada pers. (1.31) identik dengan )sin(       t    dari pers.

    (1.23) dengan cara yang sama dapat dibuktikan bentuk solusi dari pers. (1.24)

    Harga C dari pers.(1.23) atau pers. (1.24) merupakan hubungan antara amplitudo gerak

    dan sudut    (atau   ) sebagai sudut fasa. Solusi gerak osilator sederhana terlihat pada Gambar

    1.10.

    Contoh 1.13 tinjaulah kerangka pada Gambar 1.11 (a) yang merupakan kerangka baja kaku

    dimana bekerja gaya dinamis horizontal ditepi atasnya. Sebagai bagian dari perencanaan suatu

    y

    t

    C

    y

    t

  • 8/16/2019 Bab 1 SDOF Tak Teredam

    16/16

    y

    200 #/ft

    L = 15 

    struktur yang mneyeluruh, diperlukan frekwensi natural dari kerangka tersebut. Dibuat dua

    anggapan: (1) massa kolom dan dinding diabaikan ; dan (2) balok yang cukup kaku untuk

    mencegah rotasi pada puncak kolom. Anggapan ini bukan untuk menyelsaikan masalah akan

    tetapi untuk menyederhanakan analisa. Dengan kondisi yang demikian, kerangka ini dapat

    domodelisasikan sebagai sistem massa-pegas seperti pada Gambar 1.11(b).

    Gambar 1.11 Kerangka berderajad –  kebebasan –  satu model matematisnya untuk

    contoh 1.3

    Parameter-parameter dari model ini dapat dihitung sebagai berikut:

    500025200   W  lb

    I = 82,5 in4 

    E = 30 106 psi

    3

    6

    3)1215(

    165103012)2(12

     L

     I  E k   

    185,10k  lb/in

    Jadi frekwensi natural adalah

    46,45000

    386185,10

    2

    1

    2

    1

         W 

    kg   f   sps (Jawaban)

    (a)

    k

    y

    F(t)m

    (b)

    W8 x 24

    25