bab 1 perkembangan ekonomi makro regional filekinerja ekspor di triwulan laporan. pertambangan...

46
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2010 7 Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan Sumber : BPS Kepulauan Riau (diolah) *) Angka sementara BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis resminya memperkirakan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Riau sebesar 7,43% (year-on-year), sementara di triwulan I-2010 tumbuh 9,24% (angka revisi). Kondisi ini disebabkan berkurangnya pengeluaran masyarakat untuk barang-barang non- makanan, khususnya semen dan alas kaki. Sebaliknya, permintaan terhadap pakaian relatif meningkat memasuki musim liburan dan tahun ajaran baru sekolah. Pelaksanaan pilkada Gubernur Kepulauan Riau bersamaan dengan pilkada kabupaten Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas yang diperkirakan menelan dana sekitar Rp 135 miliar memberi stimulus pada komponen konsumsi swasta nirlaba. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang mitra dagang utama (SGD) yang stabil semakin menggairahkan aktivitas ekspor-impor Kepulauan Riau di triwulan II-2010, sekaligus menahan efek perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Terkoreksinya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang seperti Korea Selatan, Jepang dan Malaysia belum mempengaruhi kinerja ekspor di triwulan laporan. Adapun respon ekonomi di sisi produksi tercermin dari penurunan pertumbuhan sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta perbankan. Dampak krisis Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore & BEA US Dept. of Commerce, HSBC Global Research (diolah) *) Angka sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau dan 5 Negara Mitra Dagang Utama (y-o-y) TWII TWI* TWII* 2008 2009* KOMPONEN PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga 14.82% 27.63% 25.26% 19.03% 17.37% Konsumsi Lembaga Swasta 17.75% 4.62% 16.35% 13.41% 23.56% Konsumsi Pemerintah 11.69% 19.66% 15.40% 13.26% 13.95% Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.07% 21.93% 21.92% 29.38% 15.14% Ekspor Barang dan Jasa 1.84% 3.44% 5.58% 6.18% 2.11% Impor Barang dan Jasa 3.57% 14.60% 17.98% 2.94% 7.59% SEKTOR EKONOMI Pertanian 0.11% 4.57% 4.76% 3.80% 1.50% Pertambangan & Penggalian 0.12% 1.80% 3.10% 2.71% 1.10% Industri Pengolahan 1.28% 9.98% 6.37% 4.56% 2.38% Listrik, Gas & Air Bersih 1.16% 3.54% 7.77% 7.94% 2.08% Bangunan 13.65% 12.12% 12.47% 34.26% 13.36% Perdagangan, Hotel & Restoran 1.53% 11.67% 11.16% 7.77% 3.84% Pengangkutan & Komunikasi 5.82% 7.04% 7.28% 14.44% 6.67% Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 5.46% 5.25% 5.01% 9.71% 5.50% JasaJasa 9.12% 5.39% 5.73% 15.59% 8.44% 2.26% 9.24% 7.43% 6.65% 3.51% year over year 2009 year on year PDRB (termasuk migas) 2010

Upload: dangthuy

Post on 30-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   7

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan

Sumber : BPS Kepulauan Riau (diolah) *) Angka sementara

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1. KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat

dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis resminya

memperkirakan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Riau

sebesar 7,43% (year-on-year), sementara di triwulan I-2010 tumbuh 9,24% (angka revisi).

Kondisi ini disebabkan berkurangnya pengeluaran masyarakat untuk barang-barang non-

makanan, khususnya semen dan alas kaki. Sebaliknya, permintaan terhadap pakaian relatif

meningkat memasuki musim liburan dan tahun ajaran baru sekolah.

Pelaksanaan pilkada Gubernur Kepulauan Riau bersamaan dengan pilkada kabupaten

Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas yang diperkirakan menelan dana sekitar Rp 135

miliar memberi stimulus pada komponen konsumsi swasta nirlaba. Pergerakan nilai tukar

Rupiah terhadap mata uang mitra dagang utama (SGD) yang stabil semakin menggairahkan

aktivitas ekspor-impor Kepulauan Riau di triwulan II-2010, sekaligus menahan efek

perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Terkoreksinya pertumbuhan ekonomi di beberapa

negara mitra dagang seperti Korea Selatan, Jepang dan Malaysia belum mempengaruhi

kinerja ekspor di triwulan laporan.

Adapun respon ekonomi di sisi produksi tercermin dari penurunan pertumbuhan

sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta perbankan. Dampak krisis

Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore & BEA US Dept. of Commerce, HSBC Global Research (diolah) *) Angka sementara

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

dan 5 Negara Mitra Dagang Utama (y-o-y)

TW‐II TW‐I* TW‐II* 2008 2009*KOMPONEN PENGGUNAAN‐ Konsumsi Rumah Tangga 14.82% 27.63% 25.26% 19.03% 17.37%‐ Konsumsi Lembaga Swasta 17.75% 4.62% 16.35% 13.41% 23.56%‐ Konsumsi Pemerintah 11.69% 19.66% 15.40% 13.26% 13.95%‐ Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.07% 21.93% 21.92% 29.38% 15.14%‐ Ekspor Barang dan Jasa ‐1.84% 3.44% 5.58% 6.18% ‐2.11%‐ Impor Barang dan Jasa 3.57% 14.60% 17.98% 2.94% 7.59%

SEKTOR EKONOMI‐ Pertanian 0.11% 4.57% 4.76% 3.80% 1.50%‐ Pertambangan & Penggalian ‐0.12% 1.80% 3.10% ‐2.71% 1.10%‐ Industri Pengolahan 1.28% 9.98% 6.37% 4.56% 2.38%‐ Listrik, Gas & Air Bersih 1.16% 3.54% 7.77% 7.94% 2.08%‐ Bangunan 13.65% 12.12% 12.47% 34.26% 13.36%‐ Perdagangan, Hotel & Restoran 1.53% 11.67% 11.16% 7.77% 3.84%‐ Pengangkutan & Komunikasi 5.82% 7.04% 7.28% 14.44% 6.67%‐ Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 5.46% 5.25% 5.01% 9.71% 5.50%‐ Jasa‐Jasa 9.12% 5.39% 5.73% 15.59% 8.44%

2.26% 9.24% 7.43% 6.65% 3.51%

year over year2009year on year

PDRB (termasuk migas)

2010

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   8

masih dirasakan oleh industri lokal yang mengalami penurunan kinerja di tengah penguatan

ekspor secara umum. Melambatnya aktivitas perdagangan besar dan eceran sejalan dengan

permintaan masyarakat yang menurun terhadap barang-barang non-makanan, seperti semen

dan alas kaki. Kondisi penurunan yang dihadapi sektor-sektor unggulan tersebut pada

akhirnya mempengaruhi kinerja perbankan dalam memberikan dukungan pembiayaan bagi

aktivitas sektor riil. Di sisi lain, potensi naiknya biaya dana perbankan khususnya pada bank

Pemerintah juga turut memperburuk kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi

intermediasinya. Di bulan Juni 2010, dana alokasi kurang bayar Dana Bagi Hasil (DBH) Migas

tahun 2008 sebesar Rp 681 milyar masuk ke dalam sistem perbankan Kepulauan Riau.

1.2. SISI PERMINTAAN

1.2.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga diproyeksi sedikit melambat dari 27,63% di triwulan I-2010

menjadi 25,26% (y-o-y) pada triwulan laporan. Penurunan konsumsi rumah tangga terjadi

pada barang-barang non-makanan sebagaimana diindikasikan oleh perkembangan beberapa

indikator penuntun konsumsi. Pengeluaran konsumsi untuk barang-barang non-makanan

diestimasi melambat dari 29,79% menjadi 24,61%, dimana secara historis memiliki

kontribusi dominan yang mencapai 60%. Sementara itu pengeluaran konsumsi swasta

nirlaba diperkirakan meningkat tajam sehubungan dengan pelaksanaan Pilkada Gubernur

Kepulauan Riau, di kabupaten Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas secara serentak pada

tanggal 26 Mei 2010. Pelaksanaan seluruh pilkada yang berlangsung aman dalam 1 putaran

tersebut diperkirakan menelan dana sekitar Rp 135 miliar.

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.3. Pangsa & Pertumbuhan Konsumsi

Makanan dan Non-Makanan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   9

Pilkada Jumlah Kandidat 

Jumlah Pemilih 

Jumlah TPS 

Biaya‐biaya  Total Biaya  Pilkada Pengamanan 

Gubernur Kepri  3 pasang  1.224.391 3.291

45 miliar  90 miliar  135 miliar Kab. Bintan  3 pasang  99.154 304

Kab. Lingga  3 pasang  66.050 230

Kab. Kep. Anambas  4 pasang  26.016 89

Menurunnya tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2010

cukup terindikasi dari perkembangan beberapa indikator penuntun. Konsumsi semen selama

triwulan berjalan kembali mengalami pertumbuhan negatif jumlah realisasi sebanyak 165.013

ton, atau turun 0,73% dibanding periode yang sama tahun 2009. Sementara pada triwulan I-

2010 total realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau mencapai 194.755 ton, tumbuh

7,3% dibanding triwulan I-2009. Indikasi perlambatan juga terlihat dari turunnya

pertumbuhan impor barang-barang konsumsi memasuki bulan April dan Mei 2010.

Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar kebutuhan masyarakat masih dipasok dari luar

daerah dan luar negeri.

Untuk produk makanan, penurunan impor terjadi pada komoditi ikan-ikan, daging,

buah-buahan dan sayuran, serta telur. Sedangkan pada komoditi non-makanan antara lain

terjadi pada produk sepatu dan alas kaki. Sebaliknya, permintaan terhadap pakaian relatif

meningkat memasuki musim liburan dan tahun ajaran baru sekolah. Adapun lonjakan Impor

gula pada bulan Januari sebanyak 3.000 ton dan bulan April sebanyak 2.500 ton terkait

dengan pemenuhan kuota impor gula khusus wilayah FTZ sebanyak 6.000 ton yang diberi

batas waktu hingga April 2010 sesuai dengan peraturan Menteri Perdagangan.

Grafik 1.4. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.5. Nilai & Volume Impor Barang Konsumsi

Sumber : SEKDA - BI

Tabel 1.2. Jumlah Kandidat, Pemilih, TPS, dan Biaya Pelaksanaan Pilkada di Kepulauan Riau Tahun 2010

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   10

Namun demikian, beberapa indikator penuntun lain masih memperlihatkan tren

menguat di triwulan laporan. Penjualan mobil selama tahun 2010 meningkat tajam dibanding

tahun sebelumnya. Jumlah mobil baru yang terdaftar di Dinas Pendapatan Daerah seluruh

kabupaten/kota tercatat sebanyak 1.356 unit, naik 188% dibanding triwulan II-2009.

Sementara pada triwulan sebelumnya jumlah penjualan mobil baru juga sudah cukup tinggi

yakni sebanyak 1.048 unit atau meningkat 112,6%. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh

adanya insentif kebijakan Free Trade Zone (FTZ) di Batam-Bintan-Karimun yang membebaskan

pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% untuk mobil baru. Dengan demikian harga mobil

baru di wilayah FTZ menjadi lebih murah dibanding daerah lainnya di Indonesia. Penjualan

sepeda motor baru juga meningkat 66% dibanding tahun sebelumnya, dengan jumlah

pendaftaran balik nama mencapai 19.343 unit.

Di samping itu, penjualan listrik PLN Batam untuk golongan rumah tangga tumbuh

14,5% (y-o-y), meningkat jika dibandingkan triwulan I-2010 yang tumbuh 10,7%. Kondisi

tersebut berbeda dengan realisasi penjualan listrik secara umum yang melambat dari level

pertumbuhan 18,6% menjadi 13,8% di triwulan berjalan, dipicu oleh turunnya pemakaian

listrik sektor industri.

Grafik 1.6. Perkembangan Impor Barang Konsumsi Terpilih

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.9. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah (diolah)

Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor

Grafik 1.8. Pertumbuhan Konsumsi Listrik per Gol. Tarif

Sumber : PLN Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   11

Berdasarkan indikator pembiayaan konsumsi oleh perbankan di wilayah Kepulauan

Riau terindikasi bahwa penurunan konsumsi dialami oleh sektor properti khususnya untuk

rumah tipe >70m2. Meningkatnya penjualan kendaraan bermotor berkorelasi negatif dengan

tren pertumbuhan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang menurun di triwulan II-2010.

Penurunan ini diduga terkait dengan insentif kenaikan gaji PNS, TNI dan Polri sebesar 5%

yang telah direalisasikan pada bulan April 2010, sehingga menambah daya beli masyarakat

untuk mengurangi beban kreditnya.

1.2.2. Investasi

Berlanjutnya penguatan ekspor mendorong kinerja investasi tumbuh stabil di level

21,92%, sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh 21,93% (y-o-y). Kerusuhan yang

terjadi di salah satu perusahaan galangan kapal terbesar di Batam, PT. DryDocks Graha pada

pertengahan April lalu relatif tidak berpengaruh terhadap kegiatan investasi secara umum di

kota Batam. Namun operasional PT. DryDocks Graha diperkirakan terganggu akibat

penundaan jadwal pengiriman kapal yang di-order. Pada bulan Mei 2010 perusahaan

seharusnya mengirimkan 1 buah Jack Up Drilling Rigs (L-205 Haven) pesanan Conoco Phillips

Skandinavia AS untuk aktivitas pengeboran di blok eksplorasi milik Master Marine–Norwegia

senilai US$ 200 juta. Kondisi tersebut tercermin dari drop-nya nilai ekspor kapal pada bulan

Mei 2010.

Kegiatan investasi diproyeksi akan semakin tumbuh sebagaimana terkonfirmasi dari

tren pertumbuhan impor barang-barang modal. Pangsa utama aktivitas investasi pada

triwulan I-2010 masih didominasi oleh investasi industri manufaktur. Berdasarkan jenis

industrinya, investasi di sektor manufaktur sebagian besar dilakukan oleh industri galangan

kapal (shipyard) baik untuk jasa pembuatan maupun perbaikan kapal, serta industri elektronik

Grafik 1.10. Perkembangan Investasi PMTB

Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : SEKDA – BI (BEC)

Grafik 1.11. Pertumbuhan Impor Kelompok Barang Modal

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   12

berupa peralatan radio, televisi dan alat komunikasi lainnya. Sementara itu, investasi oleh

industri mesin-mesin dan perlengkapannya juga mulai memperlihatkan peningkatan

meskipun belum pulih sepenuhnya dibanding kondisi sebelum krisis.

Indikator dini kredit investasi perbankan yang tumbuh posisitf selama triwulan II-2010

semakin memberi keyakinan adanya optimisme masyarakat untuk mulai berinvestasi. Jumlah

kredit investasi yang telah disalurkan perbankan hingga bulan Juni 2010 tercatat sebesar Rp

2,57 triliun, meningkat 2,7% dibanding posisi bulan Juni 2009. Sebelumnya kredit investasi

perbankan masih berada pada area pertumbuhan negatif.

Tingginya minat investor asing untuk menanamkan modalnya pada industri

pembuatan/ perbaikan kapal di Batam masih cukup tinggi. Dari total persetujuan rencana

investasi selama semester I-2010 senilai US$ 27,2 juta, 3 proyek diantaranya bergerak di

bidang pembuatan/perbaikan kapal (BP Kawasan FTZ-Batam). Adapun di tahun 2009,

persetujuan rencana investasi di sektor ini sebanyak 8 proyek dari 82 proyek PMA yang

disetujui. Sementara itu, minat investasi asing di bidang perdagangan, hotel dan restoran

juga semakin tumbuh. Pada triwulan I-2010 saja telah disetujui 7 proyek rencana investasi di

sektor ini, sementara selama tahun 2009 disetujui sebanyak 19 proyek. Aplikasi proyek-

proyek PMA tersebut masih didominasi oleh investor Singapura, diikuti negara Malaysia,

Taiwan, Australia, Norwegia, Korea Selatan dan Belanda.

1.2.3. Ekspor - Impor

Membaiknya permintaan global dan harga komoditas, serta pergerakan nilai tukar

Rupiah yang stabil semakin mendukung penguatan ekspor di triwulan II-2010. Laju

pertumbuhan ekspor diperkirakan sebesar 5,58%, lebih tinggi dibanding tingkat

Grafik 1.12. Pertumbuhan Impor Industri Manufaktur

Sumber : SEKDA – BI (ISIC) Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.13. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   13

Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar 3,44% (y-o-y). Ekspor di tahun 2010

diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5±1% dibanding tahun 2009.

Stabilnya kinerja ekspor di triwulan II-2010 tercermin dari aktivitas cargo loaded

tujuan internasional melalui pelabuhan utama FTZ Batam, yakni pelabuhan Batu Ampar,

Sekupang dan Kabil. Volume muat kontainer selama triwulan II-2010 sebanyak 19.581 Teus,

atau naik 27,4% dibanding triwulan II-2009. Sementara volume muat kontainer di triwulan I-

2010 tercatat sebanyak 19.319 Teus. Pertumbuhan ekspor semakin stabil dimana selama

tahun 2009 mengalami pertumbuhan negatif dibanding tahun 2008.

Adapun realisasi ekspor terbesar tercatat melalui Pelabuhan Udang Natuna yaitu US$

431,1 juta, disusul Pelabuhan Batu Ampar US$ 215,9 juta, Pelabuhan Sekupang US$ 154,9

juta, dan Pelabuhan Kabil/Panau US$ 89,1 juta, dengan kontribusi keempatnya mencapai

91,8% dari total ekspor di bulan Mei 2010. Sementara pelabuhan bongkar barang impor

terbesar adalah melalui pelabuhan Batu Ampar dengan nilai impor sebesar US$ 258,7 juta

atau 49,4% dari total impor pada bulan Mei 2010. Kemudian disusul oleh pelabuhan

Grafik 1.14. Pertumbuhan Ekspor dan Impor (y-o-y)

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.15. Perkembangan Harga Minyak & Gas Dunia

Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia

Grafik 1.16. Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD

Sumber : BP-Batam, Pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil

Grafik 1.17. Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Internasional

di Pelabuhan FTZ Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   14

Sekupang dengan nilai US$ 129,9 juta (24,8%), dan pelabuhan Kabil/Panau dengan nilai US$

81,6 juta (15,6%).

Sementara itu, komoditi penyumbang ekspor terbesar di periode ini berasal dari

produk mesin-mesin, baik mesin elektrik maupun mesin-mesin kantor. Selain itu ekspor

perangkat elektronik dan komunikasi juga relatif membaik dibanding tahun sebelumnya. Di

lain pihak, ekspor logam dasar dan produk dari besi dan baja, serta ekspor kapal dan

perangkatnya tercatat mengalami tren menurun di bulan April dan Mei 2010. Hal ini diduga

sebagai pengaruh terganggunya operasional PT. DryDocks Graha pasca kerusuhan antar

pekerja yang terjadi pada pertengahan April lalu.

Perkembangan ekspor jika dilihat dari negara tujuannya sebagian besar didorong oleh

naiknya permintaan dari negara Singapura sebagai pasar ekspor dominan. Ekspor ke

Singapura pada bulan Mei 2010 saja mencapai US$ 591,7 juta, atau berkontribusi mencapai

60,97% terhadap total ekspor pada bulan berjalan. Selain itu, aktivitas ekspor ke India dan

Malaysia juga diperkirakan menurun menyusul susutnya daya beli agregat negara tersebut,

Grafik 1.21. Perkembangan Ekspor ke Bbrp Negara Asia

Grafik 1.20. Perkembangan Ekspor Ke Negara G3

Sumber : SEKDA – BI (Negara Pembeli) Sumber : SEKDA – BI (Negara Pembeli)

Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Impor Utama

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Utama

Sumber : SEKDA – BI (SITC) Sumber : SEKDA – BI (SITC)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   15

sejalan dengan proyeksi perlambatan ekonomi yang terjadi di triwulan II-2010. Sedangkan

ekspor ke negara-negara Eropa, Jepang, Amerika dan China masih memperlihatkan arah

yang stabil.

Sehubungan dengan pemberlakuan kerjasama perdagangan bebas dengan Cina (AC-

FTA), kondisi ini diperkirakan tidak berdampak bagi signifikan kinerja perdagangan

Kepulauan Riau dengan Cina. Khususnya bagi sektor industri pengolahan di kota Batam yang

sejak dahulu sudah memanfaatkan sistem bebas bea masuk untuk produk-produk yang akan

di re-ekspor dari kawasan khusus FTZ Batam. Impor dari Cina untuk di luar kawasan industri

diperkirakan didominasi oleh produk-produk mainan dan sandang, namun nilainya tidak

signifikan terhadap total impor Kepri dari Cina yang pada tahun 2009 lalu mencapai US$

231,07 juta. Produk impor utama dari Cina adalah besi dan baja dimana harganya relatif

lebih murah dibandingkan jika dipasok dari Jakarta atau daerah lain di Indonesia.

Ongkos angkut yang lebih besar menjadi komponen biaya utama yang

mempengaruhi harga jual besi dan baja khususnya di wilayah Kepulauan Riau Selain itu impor

mesin-mesin dan peralatan listrik juga cukup banyak beredar di pasar lokal. Sementara itu,

komoditas ekspor dominan selain dari Kapal Laut adalah mesin dan perlengkapan kantor, alat

telekomunikasi, dan mesin/peralatan listrik. Melihat karakteristik daerahnya, bukan tidak

mungkin pemberlakuan ACFTA bisa menjadi insentif bagi industri lokal di Kepulauan Riau

khususnya kota Batam, karena masuknya bahan baku dan barang modal yang lebih murah

dapat mempengaruhi ongkos produksi menjadi lebih kompetitif.

Tabel 1.3. Neraca Perdagangan Kepulauan Riau - China

Sumber : SEKDA – BI (Negara Pembeli)

China Trade May-08 Dec-08 May-09 Dec-09 Apr-10 May-10Ekspor 18.2 10.2 13.0 13.1 14.6 13.9 Impor 7.8 11.7 12.7 32.8 31.3 20.9 Net X(M) 10.4 (1.5) 0.3 (19.7) (16.7) (7.0)

Grafik 1.23. Perkembangan Impor Produk Utama dari Cina

Grafik 1.22. Perkembangan Ekspor Produk Utama ke Cina

Sumber : SEKDA – BI (Negara Pembeli) Sumber : SEKDA – BI (Negara Pembeli)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   16

1.3. SISI PENAWARAN

Perbaikan kinerja sektor riil pada triwulan II-2010 sedikit tertahan sejalan dengan

perkembangan indikator sektor unggulan daerah yang terindikasi melambat. Kinerja sektor

industri pengolahan khususnya di kota Batam sangat berpengaruh dalam menentukan arah

perekonomian provinsi Kepulauan Riau. Laju pertumbuhan sektor industri di triwulan laporan

diperkirakan sebesar 6,37%, lebih rendah dari triwulan I-2009 yang tumbuh 9,98% (y-o-y).

Selain itu, tingkat pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor

keuangan perbankan juga turut memicu terjadinya perlambatan pada aktivitas ekonomi

secara agregat. Adapun sektor-sektor lainnya diperkirakan dapat tumbuh lebih baik

dibanding sebelumnya.

1.3.1. Sektor Industri Pengolahan

Dampak krisis tampaknya masih dirasakan oleh industri lokal yang berskala kecil-

menengah dengan basis perdagangan dalam negeri. Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan

sektor industri yang melambat dari 9,98% menjadi sebesar 6,37% (y-o-y) di triwulan II-2010,

di tengah penguatan ekspor industri secara umum. Kondisi tersebut secara teknikal juga

terpengaruh oleh berbaliknya arah pertumbuhan sektor industri di tahun 2009, dari

sebelumnya mengalami kontraksi 1,16% di triwulan I-2009 menjadi tumbuh 1,28% di

triwulan II. Sejalan dengan itu, kontribusi sektor industri terhadap laju pertumbuhan ekonomi

regional juga mengalami penurunan dari 4,63% menjadi 3,95%.

Struktur industri di Kepulauan Riau masih didominasi oleh industri alat angkutan dan

mesin, yakni sekitar 52,8%. Selanjutnya diikuti oleh industri pengolahan logam besi dan baja

dengan share 16,4%, industri pengolahan semen, industri pengolahan kayu (8,8%) dan

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.24. Struktur Industri Pengolahan

Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010

Grafik 1.25. Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan

Tw.I & Tw.II-2010

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   17

bahan galian (8,5%). Tertahannya akselerasi sektor industri pengolahan pada triwulan ini

bersumber dari penurunan kinerja industri pengolahan kayu yang diperkirakan hanya tumbuh

2,94%, turun drastis dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 25,52%. Hal tersebut

diduga terjadi karena permintaan kayu oleh China sebagai pangsa ekspor kayu terbesar

mengalami penurunan, menyusul pelemahan ekonomi negara tersebut di triwulan II-2010.

Tingkat GDP riil China diperkirakan merosot dari 11,9% pada triwulan I-2010 menjadi 10,3%

(y-o-y).

Kinerja industri kayu olahan yang memburuk terkonfirmasi pada nilai ekspor produk

kayu yang mengalami pertumbuhan negatif selama bulan April dan Mei 2010. Data ekspor

juga memperlihatkan terjadinya penurunan realasasi ekspor industri tekstil, industri logam

dasar, dan industri alat transportasi. Khusus pada industri alat transportasi/kapal, penurunan

disinyalir masih terkait dengan efek terganggunya operasional galangan kapal terbesar di

Batam, PT. Drydocks Graha pasca kerusuhan antar pekerja pada pertengahan April lalu.

Sebagaimana diketahui, DryDocks World kini menguasai kepemilikan perusahaan shipyard PT.

Pan-United, PT. Naninda Mutiara Shipyard dan PT. Graha Trisaka, yang kemudian berubah

nama menjadi DryDocks Pertama, DryDocks Naninda dan DryDocks Graha. Dengan demikian

DryDocks World menjelma sebagai perusahaan galangan kapal terbesar dengan jumlah

pekerja mencapai 25.000 orang, atau sekitar 15% dari total pekerja industri di Batam yang

tercatat sebanyak 157.600 orang (data BPS, Agustus 2009). Sejak awal 2009, perusahaan

memiliki 6 proyek besar pembuatan Jack-Up Rig yang memakan waktu sekitar 24 – 30 bulan

dengan dana investasi US$150-US$200 juta untuk masing-masing Rig. Saat ini perusahaan

sedang dalam pengerjaan Rig ke-5 dan ke-6 yang seharusnya dikirim pada bulan Mei dan

September 2010 untuk aktivitas pengeboran di sumur milik Master Marine ASA – Norwegia.

Grafik 1.26. Perkembangan Ekspor

Kayu Olahan ke Beberapa Negara

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.27. Pertumbuhan Nilai Ekspor Sektor Industri

berdasarkan Klasifikasi Industri

Sumber : SEKDA – BI (ISIC)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   18

Di lain pihak, pertumbuhan ekspor mesin-mesin dan peralatan listrik serta industri

kimia mengalami kenaikan yang berarti. Mengingat pangsanya yang cukup dominan

terhadap aktivitas industri pengolahan di Kepulauan Riau, perbaikan kinerja beberapa bidang

industri tersebut mampu menjaga momentum pemulihan ekspor di triwulan II-2010 sekaligus

menahan laju perlambatan sektor industri pengolahan. Secara umum kinerja pertumbuhan

sektor industri sebesar 8,54% dinilai masih cukup baik, terbantu oleh stabilnya permintaan

dari industri manufaktur dan jasa di Singapura sebagai pangsa ekspor dominan.

Dari aspek pembiayaan perbankan lokal terhadap sektor industri pengolahan juga

masih menunjukkan arah pertumbuhan yang meningkat. Kondisi ini secara tidak langsung

mengeindikasi adanya kenaikan order pada industri pendukung berskala kecil-menengah

yang merupakan target market dominan dari pembiayaan perbankan lokal.

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sebagai sektor andalan kedua, kinerja pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan

restoran yang relatif stagnan juga berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi triwulan II-

2010. Dilihat lebih jauh, sub-sektor perdagangan besar dan eceran serta perhotelan

merupakan pemicu utama perlambatan. Namun demikian, kedua sub-sektor tersebut

diperkirakan masih tumbuh baik, masing-masing di level 11,46% dan 10,14%. Sementara itu

sub-sektor restoran diperkirakan tumbuh meningkat di triwulan laporan.

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran yang cukup stabil didukung oleh

pergerakan beberapa indikator dini. Aktivitas peti kemas domestik (bongkar-muat) di

pelabuhan FTZ kota Batam menunjukkan perkembangan yang stabil dengan tren relatif

meningkat. Indikator ini mengindikasikan aktivitas perdagangan antar pulau yang masih

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Perbankan

Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : MTI Singapore – Juli 2010 *) angka sementara

Grafik 1.28. Pertumbuhan GDP Singapura,

Sektor Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (yoy)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   19

dilakukan melalui pelabuhan utama FTZ karena belum memiliki pelabuhan khusus untuk

bongkar muat barang kebutuhan antar daerah. Aktivitas perdagangan antar wilayah yang

berjalan stabil juga terkonfirmasi pada indikator volume bongkar-muat kargo melalui Bandara

Hang Nadim Batam yang tumbuh signifikan dalam 3 triwulan terakhir.

Sedangkan adanya arah penurunan terindikasi dari indikator volume impor beberapa

barang konsumsi terpilih, dimana pada bulan Mei 2010 terjadi penurunan impor terutama

untuk produk-produk minuman dalam kemasan, daging-dagingan, serta ikan dan hasil laut

lainnya. Selain itu, indikator pembiayaan perbankan pada kegiatan perdagangan eceran juga

masih belum menggembirakan yang berada di area pertumbuhan negatif sejak bulan

Februari hingga akhir Juni 2010.

Sementara itu, prakiraan menurunnya pertumbuhan sektor perhotelan tercermin dari

indikator tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di bulan April dan Mei 2010 yang

relatif lebih rendah dibanding periode triwulan I-2010. Pertumbuhan arus

Grafik 1.30. Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Domestik

Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan FTZ Batam : Batu Ampar, Sekupang dan Kabil.

Sumber : SEKDA – BI (SITC)

Grafik 1.32. Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.33. Pertumbuhan Kredit Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran

Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam

Grafik 1.31. Volume Bongkar-Muat Kargo

Melalui Bandara Hang Nadim Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   20

penumpang/pengunjung yang datang melalui Bandara Hang Nadim juga memperlihatkan

tren menurun pada bulan Mei dan Juni 2010.

Adapun jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Provinsi Kepri

melalui 4 pintu masuk selama triwulan II-2010 sebanyak 385.654 orang, naik 3,24%

dibanding periode yang sama tahun 2009. Sementara itu pada triwulan I jumlah kunjungan

wisman tercatat sebanyak 362.590, atau hanya tumbuh 0,37% (y-o-y). Kedatangan

wisatawan mancanegara di periode laporan sebagian besar tetap melalui kota Batam, diikuti

pintu masuk Lagoi (Bintan), Tanjungpinang dan Karimun. Berdasarkan kewarganegaraannya,

komposisi wisatawan tidak mengalami perubahan yang berarti. Wisatawan asal Singapura

masih mendominasi dengan jumlah kunjungan selama semester I-2010 sebanyak 402.085

orang, atau 53,7% dari total wisatawan mancanegara yang berkunjung ke provinsi

Kepulauan Riau. Selanjutnya diiukuti oleh wisatawan asal Malaysia, Korea Selatan, India,

Jepang, China, Inggris, Australia, Philipina, dan Amerika Serikat.

1.3.3. Sektor Bangunan

Perbaikan kinerja industri properti Kepulauan Riau khususnya kota Batam diperkirakan

masih berlanjut di triwulan II-2010. Sektor bangunan diestimasi tumbuh 12,47%, lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya yang diestimasi sebesar 12,12% (y-o-y). Bertahannya industri

properti dari terpaan krisis daya beli masyarakat tidak terlepas dari upaya keras developer

dalam melakukan berbagai promosi dengan berbagai insentif yang ditawarkan. Selain itu

kebijakan makro Bank Indonesia yang kembali mempertahankan BI-Rate di level 6,5% telah

mulai berdampak pada penurunan suku bunga kredit perbankan. Berdasarkan informasi yang

diterima dari Ketua REI Khusus Batam, bank tertentu bahkan telah menawarkan suku bunga

Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam

Grafik 1.35. Perkembangan Volume Penumpang (Dom&Intl)

yang Datang Melalui Bandara Hang Nadim Batam

Grafik 1.34. Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate)

di Kepulauan Riau

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   21

kredit perumahan hingga di level 8% - 9%, yang sangat membantu dalam memberikan

stimulus bagi industri properti.

Optimisme pemulihan sektor properti cukup tercermin dari indikator pertumbuhan

KPR Perbankan, baik untuk tipe rumah di bawah 70 m2, tipe di atas 70 m2, serta tipe

Ruko/Rukan, yang terus meningkat hingga periode laporan. Prakiraan akselerasi sektor

bangunan juga tidak telepas dari adanya proyek-proyek konstruksi besar yang sedang

berjalan antara lain pembangunan Kepri Mall, Batam City Condominium (BCC), pusat

pemerintahan pulau Dompak, Superblok Grand Quarter, dan beberapa Apartemen baik

swasta komersil maupun bersubsidi (rusunawa).

Merespon permintaan masyarakat yang cenderung meningkat, pengembang lebih

gencar melakukan berbagai upaya promosi dengan berbagai insentif, seperti discount harga

rumah atau tanah, bebas biaya BPHTB, bebas biaya notaris, bonus perlengkapan rumah, serta

kemudahan dalam pengurusan kredit ke bank. Permintaan rumah yang masih tinggi pada

akhirnya berpengaruh pada kenaikan harga rumah sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks

Harga Properti Residensial (IHPR) Kota Batam pada periode triwulan II-2010 yang naik 3,12

poin.

1.3.4. Sektor-sektor Lainnya

Laju pertumbuhan yang dialami oleh sektor-sektor pendukung pada dasarnya akan

merespon perkembangan di sektor-sektor unggulan. Kondisi ini secara langsung

terkonfirmasi pada kinerja perbankan dalam memberikan dukungan pembiayaan pada sektor

riil yang relatif menurun. Di sisi lain, potensi naiknya biaya dana perbankan khususnya pada

bank Pemerintah juga turut memperburuk kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.37. Pertumbuhan Volume Impor Utama

Sektor Bangunan Grafik 1.36.

Pertumbuhan KPR Perbankan Kepulauan Riau

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   22

intermediasinya. Pada bulan Juni 2010 dana alokasi kurang bayar Dana Bagi Hasil (DBH)

Migas tahun 2008 sebesar Rp 681 milyar masuk ke dalam sistem perbankan Kepulauan Riau.

Pertumbuhan sektor infrastruktur listrik, gas dan air bersih juga diperkirakan

terpengaruh oleh turunnya aktivitas sektor industri pengolahan sebagai pangsa pasar utama

PT. PLN Batam. Kapasitas listrik yang disalurkan PT. PLN Batam selama triwulan II-2010

tercatat sebanyak 374.232 MWH, naik 13,8% dibanding tahun sebelumnya (y-o-y). Namun

tingkat pertumbuhan tersebut masih di bawah triwulan I-2010 yang mengalami peningkatan

sebesar 18,6%. Perlambatan ini sebagian besar disumbang oleh realisasi penjualan kepada

sektor industri dari 33,6% pada triwulan I-2010 menjadi 13,1% pada triwulan laporan.

Sementara itu, perbaikan pertumbuhan sektor pengangkutan tercermin dari

naiknya realisasi pembiayaan perbankan kepada sektor tersebut. Sektor Pertanian yang

pada periode ini diperkirakan membaik dipengaruhi oleh meningkatnya produksi perikanan.

Berakhirnya musim utara selalu menjadi berkah bagi nelayan dengan bertambahnya hasil

Sumber : BP Batam

Grafik 1.41. Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan

Umum Perbankan di Kepulauan Riau

Sumber : PT. PLN Batam

Grafik 1.40. Pertumbuhan Penjualan PT. PLN Batam

berdasarkan Kelompok Tarif

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.39. Perkembangan LDR dan NPL Perbankan

di Kepulauan Riau

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.38. Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan

di Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   23

tanggapan. Sebelumnya nelayan tidak dapat melalui akibat kondisi cuaca yang buruk disertai

gelombal laut tinggi. Hal ini juga diduga menyebabkan terjadinya pergeseran siklus panen

komoditas pertanian, terutama untuk komoditi jagung sebagaimana ditunjukkan oleh

perkembangan produksi jagung pada periode Mei – Agustus 2010 (angka ramalan BPS).

Adapun perbaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian di periode ini secara

langsung tercermin pada hasil eksplorasi minyak dan gas dari wilayah Natuna dan Kepulauan

Anambas. Lifting minyak dan gas Kepulauan Riau selama triwulan II-2010 diproyeksi akan

tumbuh positif, setelah di triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. Total realisasi lifting

minyak tercatat sebanyak 6,62 juta barel atau naik 12,1% (y-o-y), sementara pada triwulan

sebelumnya mengalami penyusutan sebesar 17,3%. Sama halnya dengan lifting gas yang

tumbuh 15,4%, jauh lebih baik dibanding pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang

diperkirakan sebesar 4,25%. Meningkatnya volume lifting minyak berasal dari blok Belanak

milik Conoco, sedangkan realisasi gas bersumber dari blok Kakap milik perusahaan gas Star

Energi.

Sumber : ESDM Dirjen Minyak dan Gas Bumi

Grafik 1.44. Pertumbuhan Lifting Minyak & Gas

Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.45. Perkembangan Harga Minyak & Gas Dunia

Grafik 1.43. Perkembangan Produksi Padi, Jagung dan

Kacang Tanah di Kepulauan Riau

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.42. Pertumbuhan Nilai & Volume Ekspor Ikan

Sumber : SEKDA BI (HS2)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   24

Di lain pihak, penurunan kinerja sektor penggalian disebabkan turunnya permintaan

batu granit dari Singapura yang beralih membeli ke Malaysia yang memiliki kualitas batu

relatif sama. Faktor jarak tempuh dan ongkos angkut yang lebih murah menjadi

pertimbangan utama dipilihnya pasar Malaysia. Untuk itu pemerintah kabupaten Karimun

berinisiaf mengurangi besarnya retribusi batu granit menjadi dari Rp25.000/ton menjadi

Rp15.000 ribu/ton. Terakhir, rendahnya nilai tambah yang dihasilkan sektor penggalian

sampai saat ini masih dipengaruhi oleh maraknya penambangan pasir liar di wilayah

Kepulauan Riau. Di kota Batam saja, data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Pemerintah Kota Batam menyimbulkan adanya potensi kerugian negara dari retribusi bahan

galian yang harusnya diterima hampir mencapai Rp 1 miliar. Sedangkan kehilangan sumber

penerimaan BP Kawasan Batam (Otorita Batam) yang berasal dari Uang Wajib Tahunan

Otorita (UWTO) atas penggunaan lahan sekitar Rp 34,86 miliar. Adapun lahan tambang pasir

diperkirakan telah mencakupi ± 83 ha yang tersebar di lebih dari 72 spot tambang.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   25

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

Secara umum, perkembangan inflasi di Kota Batam dan Tanjung Pinang mulai

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Inflasi pada akhir triwulan II-2010 baik di

Batam maupun di Tanjungpinang mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5,14% dan

4,84% (yoy) dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya. Kenaikan sejumlah komoditas

volatile food dan penyesuaian tarif listrik dan air pada triwulan laporan menyebabkan angka

inflasi tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan periode akhir triwulan lalu.

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI BATAM

Secara tahunan, perkembangan inflasi di Kota Batam pada triwulan II-2010

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yakni dari 2,97%. (y-o-y) pada akhir

triwulan lalu menjadi 5,14%. Kenaikan tersebut terutama disumbang oleh naiknya sejumlah

komoditas pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, dan

tembakau, kelompok sandang dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Laju inflasi lebih didorong oleh kenaikan IHK pada kelompok bahan makanan

khususnya subkelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran akibat kegagalan panen di

daerah pemasok. Kegagalan panen ini lebih disebabkan oleh perubahan iklim global yang

mengakibatkan cuaca tidak menentu. Batam yang memiliki karakteristik ketergantungan

pada daerah lain cukup tinggi akan sangat berdampak pada naiknya harga-harga bahan

pokok di pasar.

‐2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

Umum

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

qtq

yoy

Grafik 2.2 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Batam

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

‐1,0%

‐0,5%

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010

mtm yoy

yoy

Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   26

Sementara itu, kebijakan pemerintah menaikkan tarif air PT Adhya Tirta Batam rata-

rata sebesar 17% ikut serta meningkatkan IHK pada bulan Juni 2010. Kelompok pengeluaran

yang membantu menahan laju inflasi yakni transpor, komunikasi dan jasa keuangan

khususnya komunikasi karena operator telepon seluler menurunkan tarifnya.

Kelompok volatile goods diperkirakan memberi sumbangan inflasi terbesar (data SPH

hingga Minggu III Juni 2010, Pasar Tradisional). Kenaikan harga terutama terjadi pada

komoditi cabe merah, bawang-bawangan, telur ayam ras, kentang, dan daging ayam ras.

Sementara pada kelompok inflasi inti masih dipicu oleh kenaikan harga emas. Pergerakan

nilai tukar Rupiah yang cukup stabil menahan laju inflasi dari sisi permintaan. Kenaikan

harga cabe dan bawang dipengaruhi oleh terganggunya siklus panen di daerah pemasok.

Sementara kenaikan harga bumbu-bumbuan dan kebutuhan pangan lainnya didorong oleh

pola siklikal naiknya permintaan masyarakat menjelang bulan puasa.

Memburuknya cuaca di wilayah Kepulauan Riau dikonfirmasi dari peningkatan curah

hujan, kecepatan angin dan tinggi signifikan gelombang laut diperairan Selat Malaka dan

Laut Natuna berdampak pada distribusi barang yang dapat meningkatkan inflasi di Kota

yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtqIHK 6,53    0,64 2,52    ‐0,43 2,57    1,76 1,88    ‐0,09 2,97    1,72 5,15    1,67BAHAN MAKANAN 6,97    1,00 1,47    ‐1,95 3,75    4,29 1,13    ‐2,08 2,43    2,29 7,40    2,81MAKANAN JADI  10,33  3,60 9,23    1,17 10,43  2,07 7,65    0,62 10,18  6,04 11,49  2,37PERUMAHAN 6,86    0,30 3,54    0,15 1,82    0,06 0,81    0,29 1,09    0,58 2,69    1,74SANDANG 15,79  5,56 11,44  ‐3,55 8,48    3,09 9,00    3,85 3,36    0,10 10,34  2,96KESEHATAN 4,03    0,34 2,47    1,37 3,99    1,52 3,74    0,46 3,42    0,04 2,19    0,16PENDIDIKAN 3,70    0,20 3,70    0,00 0,81    0,38 0,78    0,20 0,44    ‐0,14 0,53    0,09TRANSPORTASI  (0,03)   ‐3,34 (5,77)   ‐0,03 (5,69)   0,64 (3,16)   ‐0,42 0,30    0,11 0,05    ‐0,28

2009 2010Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Batam per Kelompok Pengeluaran

5.000 

10.000 

15.000 

20.000 

25.000 

30.000 

35.000 

40.000 

10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

CABE KERITING

CABE RAWIT

BAWANG MERAH

BAWANG PUTIH

190.000 

195.000 

200.000 

205.000 

210.000 

215.000 

220.000 

225.000 

230.000 

235.000 

240.000 

10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah

Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah

Grafik 2.3 Perkembangan Rata-rata Harga Beberapa

Komoditas Volatile Food

Grafik 2.4 Perkembangan Rata-rata Harga Komoditas Core

Inflation (Emas Perhiasan)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   27

Batam bulan Juni 2010 sebesar 1,42% merupakan inflasi tertinggi sampai dengan

pertengahan tahun ini. Terjadinya perubahan harga-harga pada 67 komoditi menjadi

pemicu terjadinya Inflasi di Kota Batam Bulan Juni 2010, dimana sebanyak 44 komoditi

diantaranya mengalami kenaikan harga

2.2. PERKEMBANGAN INFLASI TANJUNGPINANG

Secara tahunan, inflasi di Kota Tanjungpinang juga menunjukkan tren meningkat.

Laju inflasi pada triwulan II-2010 sebesar 4,85% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 1,92%. Tekanan inflasi disumbang oleh kelompok bahan

makanan terutama berasal dari komoditas bumbu-bumbuan, beras dan ikan. Faktor

penyebab masih didominasi oleh gangguan cuaca yang berdampak pada distribusi barang

kebutuhan pokok dari daerah pemasok. Kenaikan IHK pada kelompok bahan makanan

mencapai 11,3% (yoy) pada triwulan laporan dan 6,43% jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Pada triwulan laporan, kelompok bahan makanan menunjukkan trend kenaikan

inflasi. Secara triwulanan, subkelompok sayur-sayuran mengalami inflasi yang signifikan yakni

sebesar 35,7%. Sementara itu, subkelompok bumbu-bumbuan juga mendorong inflasi

kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 22,1% (qtq). Tekanan inflasi pada kedua

subkelompok ini lebih disebabkan karena kegagalan panen komoditas sayuran dan bumbu-

bumbuan akibat cuaca yang kurang baik di wilayah Kepulauan Riau dan daerah pemasok.

Adapun stabilnya harga-harga pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan di Tanjung Pinang cukup menahan laju inflasi yang terjadi. Kelompok ini

mengalami deflasi sebesar 0,23%. Subkelompok komunikasi mengalami deflasi sebesar

‐2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%

Umum

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

qtq

yoy

Grafik 2.6 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

‐1,5%

‐1,0%

‐0,5%

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010

mtm yoy

yoy

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Tanjungpinang

Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   28

0,81% disebabkan oleh turunnya tarif telepon seluler. Sementara itu, subkelompok sarana

dan penunjang tranportasi mengalami inflasi sebesar 0,72%.

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tanjungpinang Menurut Kelompok Pengeluaran

yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtqIHK 4,13% ‐0,72% 2,07% 1,28% 1,43% 0,56% 1,93% 0,81% 4,85% 2,12%BAHAN MAKANAN 5,55% ‐4,17% 1,42% 2,89% ‐0,72% 0,42% 0,22% 1,22% 11,30% 6,43%MAKANAN JADI 9,91% 2,01% 7,89% 1,43% 5,90% 0,60% 5,95% 1,78% 4,41% 0,53%PERUMAHAN 2,93% ‐0,07% 0,93% 0,25% 0,66% 0,54% 1,67% 0,94% 2,59% 0,84%SANDANG 4,18% ‐2,04% 7,70% 1,49% 6,73% 2,54% 1,06% ‐0,86% 4,97% 1,75%KESEHATAN 4,65% 2,08% 3,77% 0,09% 3,12% 0,12% 2,32% 0,02% 0,97% 0,74%PENDIDIKAN 6,48% 0,20% 2,14% 1,98% 2,04% 0,03% 2,28% 0,07% 2,59% 0,50%TRANSPORTASI ‐4,33% 0,15% ‐5,12% ‐0,06% ‐2,37% 0,16% ‐0,31% ‐0,56% ‐0,69% ‐0,23%Sumber: BPS, diolah

Tw. II20102009

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   29

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Utama Perbankan di Kepulauan Riau

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

Secara umum, kondisi perbankan Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 menunjukkan

pertumbuhan yang stabil dengan profil risiko yang cukup terkendali. Aktivitas penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami kenaikan 11,6% (y-o-y), sementara penyaluran kredit

tercatat meningkat 15,6%. Peran intermediasi perbankan dinilai moderat dengan rasio LDR

sebesar 68,3% dan tingkat risiko kredit yang menurun ke level 2,9%.

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IIDPK 17,402,784 17,320,909 17,834,925 18,167,418 18,524,828 19,325,486

Pertumbuhan DPK (y-o-y) 24.8% 18.8% 18.9% 6.9% 6.4% 11.6%Kredit 11,122,352 11,391,028 12,228,079 12,862,762 12,982,643 13,172,883

Pertumbuhan Kredit (y-o-y) 23.9% 16.8% 16.7% 14.7% 16.7% 15.6%LDR 63.9% 65.8% 68.6% 70.8% 70.1% 68.3%NPL 2.9% 2.7% 3.0% 2.6% 3.1% 2.9%

2009 2010

3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN

Fungsi intermediasi perbankan berjalan secara moderat yang terindikasi dari rasio loan

to deposit ratio (LDR) hingga Juni 2010 sebesar 68,3%, relatif menurun bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 70,1%. Sementara itu, dana pihak ketiga

(DPK) perbankan tumbuh lebih lambat dibandingkan kredit. Dari segi nominal, baik kredit

maupun DPK mengalami peningkatan. Penurunan LDR pada Juni 2010 lebih disebabkan oleh

peningkatan pada simpanan giro pemerintah daerah di bank BUMN.

I II III IV I*

2010

58%

60%

62%

64%

66%

68%

70%

72%

74%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Grafik 3.1. Perkembangan LDR Perbankan di Kepulauan Riau

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Sumber : Laporan Bulanan Bank (diolah)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   30

3.1.1 Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan di Kepulauan Riau hingga triwulan

II-2010 mengalami peningkatan. Secara tahunan, penghimpunan DPK hingga Juni 2010

tumbuh lebih tinggi dibandingkan posisi triwulan I-2010 yaitu dari 6,45% menjadi sebesar

11,57% (y-o-y). Berdasarkan jenis penggunaannya, sumber peningkatan DPK berasal dari

rekening giro yang naik 10,65%, sementara di triwulan sebelumnya hanya tumbuh 0,6%.

Sementara menurut kepemilikan, perkembangan DPK baik pemerintah daerah,

perusahaan swasta maupun perorangan mengalami peningkatan. peningkatan DPK

didominasi oleh naiknya saldo giro pemerintah daerah di bank BUMN yang diduga berasal

dari dropping kekurangan pembayaran untuk bagi hasil minyak dan gas di Kepulauan Riau

tahun 2008.

9.400.0009.600.0009.800.00010.000.00010.200.00010.400.00010.600.00010.800.00011.000.00011.200.00011.400.000

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Pemerintah Daerah Perusahaan Swasta Perorangan (rhs)

Rp Juta

10%

22%

63%

5%

Pemerintah Daerah

Perusahaan Swasta

Perorangan

Lainnya

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Total Giro Tabungan Deposito Berjangka

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Total DPK Tabungan  Deposito

Grafik 3.2 Perkembangan DPK Menurut Golongan Pemilik

Diagram 3.1 Komposisi DPK Menurut Golongan Pemilik

Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (yoy)

Grafik 3.4 Perkembangan DPK BPR (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : Laporan Bulanan Bank

Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : Laporan Bulanan Bank

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   31

3.1.2 Penyaluran Kredit

Secara tahunan, perkembangan kredit pada triwulan II-2010 menunjukkan tren

melambat. Dilihat dari aspek penggunaannya, pada triwulan II-2010 kredit modal kerja

tercatat tumbuh melambat 15,57% (y-o-y). Kontraksi juga terjadi pada kredit konsumsi yaitu

mencapai 22,18%. Lain halnya dengan kredit investasi yang justru mengalami ekspansi

2,73%.

Secara sektoral, pulihnya industri pengolahan di Kepulauan Riau serta karakter

industri di Batam yang relatif tidak terpengaruh oleh AC-FTA ikut serta mendorong

peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut. Sektor lainnya yang cukup besar

pangsanya yaitu perdagangan malah mengalami perlambatan dalam penyaluran kreditnya.

Meski demikian secara nominal, kredit di sektor perdagangan mengalami peningkatan

dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan kredit kepemilikan kendaraan

bermotor tumbuh cukup stabil sebesar 23,92% dengan pangsa kredit sebesar 47%.

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Pertanian 232.621 231.052 443.890 429.545 363.385 128.360

Pertumbuhan (yoy) 15,65% 13,63% 100,87% 86,99% 56,21% -44,45%Pangsa 2,09% 2,03% 3,63% 3,34% 2,80% 0,97%

Pertambangan 72.890 120.600 95.500 88.121 52.489 51.033 Pertumbuhan (yoy) 110,53% 49,61% -1,29% -7,75% -27,99% -57,68%Pangsa 0,66% 1,06% 0,78% 0,68% 0,40% 0,39%

Industri 1.561.929 1.406.026 1.526.383 1.699.007 1.955.616 1.778.536 Pertumbuhan (yoy) 65,48% 49,94% 22,69% 16,93% 25,21% 26,49%Pangsa 14,04% 12,34% 12,48% 13,21% 15,06% 13,50%

Listrik, gas dan air 33.615 43.863 40.465 34.398 59.949 75.754 Pertumbuhan (yoy) 48,46% 90,68% 18,99% -5,06% 78,34% 72,71%Pangsa 0,30% 0,39% 0,33% 0,27% 0,46% 0,58%

Konstruksi 873.438 927.863 983.848 1.083.022 966.864 990.725 Pertumbuhan (yoy) 33,48% 19,71% 12,71% 4,97% 10,70% 6,77%Pangsa 7,85% 8,15% 8,05% 8,42% 7,45% 7,52%

Perdagangan 2.171.815 2.238.493 2.327.640 2.500.663 2.285.213 2.255.630 Pertumbuhan (yoy) 2,83% -2,45% 5,21% 8,44% 5,22% 0,77%Pangsa 19,53% 19,65% 19,04% 19,44% 17,60% 17,12%

Pengangkutan 206.767 214.390 243.992 258.029 406.488 508.521 Pertumbuhan (yoy) 54,30% 59,75% 68,93% 63,37% 96,59% 137,19%Pangsa 1,86% 1,88% 2,00% 2,01% 3,13% 3,86%

Jasa dunia usaha 1.068.135 1.036.294 1.111.712 1.053.542 659.519 689.364 Pertumbuhan (yoy) -6,83% -10,77% 2,56% -7,51% -38,26% -33,48%Pangsa 9,60% 9,10% 9,09% 8,19% 5,08% 5,23%

Jasa sosial 154.580 175.582 189.648 224.709 313.052 502.826 Pertumbuhan (yoy) 92,30% 121,72% 47,83% 56,72% 102,52% 186,38%Pangsa 1,39% 1,54% 1,55% 1,75% 2,41% 3,82%

Lainnya 4.746.562 4.996.865 5.265.001 5.493.729 5.920.068 6.192.134 Pertumbuhan (yoy) 30,07% 22,97% 18,59% 18,78% 24,72% 23,92%Pangsa 42,68% 43,87% 43,06% 42,70% 45,60% 47,01%

Sumber: Bank Indonesia

2009 2010

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. IIModal kerja 3.882.268 3.904.904 4.389.328 4.774.801 4.711.515 4.513.090

Pertumbuhan (yoy) 23,43% 13,23% 18,64% 16,34% 21,36% 15,57%Pangsa 34,91% 34,28% 35,90% 37,12% 36,29% 34,26%

Investasi 2.521.433 2.502.753 2.589.495 2.597.372 2.414.582 2.571.141 Pertumbuhan (yoy) 13,44% 9,50% 8,75% 2,55% -4,24% 2,73%Pangsa 22,67% 21,97% 21,18% 20,19% 18,60% 19,52%

Konsumsi 4.718.651 4.983.371 5.249.256 5.492.592 5.856.546 6.088.652 Pertumbuhan (yoy) 30,69% 24,01% 19,40% 19,91% 24,11% 22,18%Pangsa 42,42% 43,75% 42,93% 42,69% 45,11% 46,22%

Sumber: Bank Indonesia

2009 2010

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   32

3.2. RISIKO KREDIT PERBANKAN

Hingga akhir Juni 2010, risiko kredit perbankan masih relatif terkendali di bawah

target indikatif Bank Indonesia (5%). Risiko kredit pada triwulan laporan yang tercermin pada

NPLs gross bank berada pada tingkat 2,89%. Stabilnya risiko kredit tersebut, karena kondisi

perekonomian secara umum sudah membaik.

Rasio Non Performing Loan pada sektor-sektor yang memiliki profil risiko yang relatif

tinggi menunjukkan arah tren yang menurun. Salah satunya adalah sektor pengangkutan

yang rasio NPL-nya di atas target indikatif, pada triwulan laporan turun dari 16% menjadi

11%. Sebaliknya tren rasio NPL sektor jasa meningkat, menjadi 8,8% dari sebelumnya 7,5%.

Sementara itu, NPL menurut jenis penggunaan khususnya kredit investasi mengalami

penurunan dibanding triwulan lalu menjadi 6,7% dari sebelumnya 8,58%.

3.3. PERBANKAN SYARIAH

Pada triwulan II-2010, perkembangan perbankan syariah di Kepulauan Riau mulai

ekspansi setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan aset bank

syariah di Kepulauan Riau meningkat menjadi Rp783 miliar atau naik sebesar 32,35% (yoy)

dengan pangsa 3,22% dari seluruh aset perbankan. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga masih

menunjukkan tren melambat. Sementara itu pada fungsi intermediasi, semakin tingginya

rasio FDR menunjukkan pertumbuhan pembiayaan lebih cepat daripada pertumbuhan

penghimpunan dana. Hal ini menunjukkan simpanan di perbankan syariah belum menjadi

pilihan utama sebagian besar masyarakat dalam berinvestasi. Selain itu, dana pemerintah

daerah pun belum banyak yang ditempatkan di bank syariah.

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Modal Kerja  Konsumsi  Investasi 

target indikatif 5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Industri

Konstruksi

Lain‐lain

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa

Grafik 3.5 NPL berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.6 NPL berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : Laporan Bulanan Bank

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   33

Tabel 3.4Beberapa Indikator Perbankan Syariah di Kepulauan Riau

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. IIAset 568.558 592.004 632.002 678.004 696.477 783.492

Pertumbuhan (yoy) 76,36% 52,28% 59,24% 49,47% 22,50% 32,35%Pangsa thd Total Aset Bank 2,67% 2,78% 2,79% 2,94% 2,95% 3,22%DPK 473.910 486.430 411.893 481.338 443.143 469.402

Pertumbuhan (yoy) 78,51% 46,38% 30,46% 29,07% -6,49% -3,50%Pembiayaan 415.286 435.166 505.140 543.815 516.516 657.541

Pertumbuhan (yoy) 20,15% 13,78% 21,42% 31,65% 24,38% 51,10%FDR 87,63% 89,46% 122,64% 112,98% 116,56% 140,08%

Sumber: Bank Indonesia

2009 2010

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   34

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1 APBD KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seluruh kabupaten dan kota di

provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp 6,86 triliun, turun 1,5%

dibanding total APBD Kepulauan Riau tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, penurunan

terbesar terjadi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang turun 1,9% menjadi sekitar Rp

1,03 triliun, serta pengurangan alokasi Dana Perimbangan sebesar 0,4% menjadi sekitar Rp

4,07 triliun.

Tabel 4.1. Perkembangan Total APBD Provinsi Kepulauan Riau

Tahun Anggaran 2007 s.d. 2010 (dalam jutaan Rupiah)

2007 2008 % ∆ 2007-2008 2009 % ∆

2008-2009 2010 % ∆ 2009-2010

PENDAPATAN 4,815,445 4,178,569 -13.2% 5,336,421 27.7% 5,399,234 1.2%BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 598,897 952,217 59.0% 1,050,396 10.3% 1,030,742 -1.9%DANA PERIMBANGAN 3,969,281 2,903,001 -26.9% 4,089,414 40.9% 4,073,660 -0.4%LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 247,267 323,351 30.8% 196,611 -39.2% 294,831 50.0%

BELANJA 6,220,533 5,155,325 -17.1% 6,973,402 35.3% 6,865,662 -1.5%BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,687,938 1,959,360 16.1% 2,574,573 31.4% 2,740,179 6.4%- Belanja subsidi 35,044 79,218 126.1% 123,996 56.5% 73,490 -40.7%- Belanja hibah 87,153 61,420 -29.5% 157,308 156.1% 242,361 54.1%- Belanja bantuan sosial 240,368 194,997 -18.9% 240,188 23.2% 233,971 -2.6%

BELANJA LANGSUNG 4,532,595 3,195,965 -29.5% 4,398,829 37.6% 4,125,483 -6.2%- Belanja pegawai 616,802 400,679 -35.0% 607,547 51.6% 644,627 6.1%- Belanja barang dan jasa 1,477,486 1,330,753 -9.9% 1,617,929 21.6% 1,597,660 -1.3%- Belanja modal 2,438,307 1,464,533 -39.9% 2,173,353 48.4% 1,883,195 -13.4%

SURPLUS/(DEFISIT) (1,405,088) (976,756) -30.5% (1,636,981) 67.6% (1,466,428) -10.4%

Meski demikan penerimaan pajak pemerintah daerah masih berpotensi meningkat

sejalan dengan berlakunya UU No.28/2009 menggantikan UU No.18/1997 j.o. No.34/2000

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sejak 1 Januari 2010. Adapun dasar pemikirannya

dilatarbelakangi banyaknya peraturan daerah yang ternyata justru berpengaruh negatif

terhadap ekonomi dan juga bertentangan dengan hukum nasional yang nota benenya lebih

tinggi. Praktek inilah yang sekarang dilarang dengan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   35

Idealnya, peraturan baru ini dapat memberikan kontribusi penting bagi dunia bisnis,

karena ada kepastian hukum terkait pungutan daerah. Setiap pungutan harus mengacu

daftar tertutup (closed list) dalam Rancangan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Artinya, daerah hanya diperbolehkan memungut pajak dan retribusi sesuai undang-

undang ini sehingga tidak ada lagi daerah yang perlu mengubah, mencari, atau berkreasi

yang tidak baik dalam arti mencari-cari penghasilan asli daerah. Adapun ketentuan Undang-

Undang No. 34/2000 sebelumnya tidak mengandung closed list pajak dan retribusi. Pasal 2

ayat 4 undang-undang tersebut memungkinkan kabupaten/kota dapat memungut pajak lain

lagi bila memenuhi kriteria tertentu, misalnya tidak berpengaruh negatif terhadap kegiatan

ekonomi. Ketentuan yang relatif terbuka ini digunakan daerah untuk menaikkan pendapatan

aslinya.

Berdasarkan UU No.28/2009, sumber penerimaan pajak provinsi bertambah 1 jenis

yakni pajak rokok, sedangkan pajak kabupaten/kota bertambah 4 jenis yakni PBB, BPHTB,

pajak sarang burung walet dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan yang

sebelumnya merupakan pajak provinsi. Selain itu, sumber penerimaan yang berasal dari

retribusi daerah juga mengalami penambahan. Dimana retribusi jasa umum bertambah 4 pos

yakni retribusi pengolahan limbah cair, pelayanan tera atau tera ulang, pelayanan pendidikan

dan pengendalian menara telekomunikasi. Serta retribusi perizinan tertentu untuk izin usaha

perikanan menjadi sumber penerimaan baru bagi daerah.

4.2. REALISASI APBD PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Dari jumlah APBD pemerintah provinsi (pemprov) Kepulauan Riau tahun 2010 sebesar

Rp 1,83 triliun, alokasi belanja terbesar ditujukan untuk belanja Modal senilai Rp 759,5 miliar

atau 41,5% dari total APBD 2010. Selain itu alokasi belanja Barang dan Jasa sebanyak Rp

355,3 miliar juga memegang porsi yang relatif besar mencapai 19,4%. Komposisi ini dinilai

cukup ideal untuk menggerakkan roda perekonomian yang manfaatnya dapat dirasakan

dalam jangka panjang.

Sementara di sisi penerimaan, pos bagi hasil pajak ditargetkan menyumbang

pendapatan sebesar Rp 528,7 miliar atau 35,28% dari total penerimaan pemerintah provinsi

di tahun 2010. Adapun penerimaan yang berasal dari PAD ditargetkan sekitar Rp382,7 miliar,

yang memberi kontribusi mencapai 25,5% terhadap total penerimaan. Sedangkan pos dana

perimbangan yang berasal dari DAU ditargetkan menyumbang penerimaan sekitar 22,6%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   36

4.2.1. Realisasi Penerimaan

Realisasi penerimaan pemerintah provinsi Kepulauan Riau sampai dengan posisi akhir

triwulan II-2010 diestimasi sebesar Rp 884,7 miliar atau mencapai 59% dari target

penerimaan tahun 2010 sebesar Rp 1,489 triliun. Pencapaian ini lebih baik jika dibandingkan

persentase penerimaan selama semester I-2009 yang terealisasi sebesar 44,3%. Penerimaan

pajak daerah sebagai sumber pendapatan utama tercatat sebesar Rp 252,9 miliar, dengan

tingkat realisasi 66,4% dari target penerimaan pajak tahun 2010. Penerimaan pajak daerah

tersebut bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB).

Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Tw.II‐2010 Tw.II‐2010 Tw.II‐2009

(Rp) (Rp) (%) (%)

1. PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah 382,664,083,000        116,357,421,335  136,520,467,552  66.08% 49.26%Retribusi Daerah 1,677,500,000           328,498,701          385,935,095          42.59% 29.02%‐ Retribusi  Jasa Umum 136,500,000               12,051,000            35,058,000            34.51% 25.46%‐ Retribusi  Jasa Usaha 1,516,000,000           303,197,701          335,627,095          42.14% 34.54%‐ Retribusi Perizinan Tertentu 25,000,000                 13,250,000            15,250,000            114.00% 0.00%Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp 714,000,000               ‐                          ‐                          0.00% 0.00%Lain‐lain Pendapatan Asli Daerah 15,828,508,000          3,446,577,485      3,581,610,521      44.40% 56.21%TOTAL PAD 400,884,091,000        120,132,497,521  140,488,013,168  65.01% 49.23%

2. DANA PERIMBANGAN

Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 204,832,837,000        23,630,330,622    117,296,561,057  68.80% 53.69%‐ Bagi Hasil Pajak 103,950,000,000        810,344,510          7,499,695,050      7.99% 9.96%‐ Bagi Hasil Bukan Pajak 27,105,868,000          4,179,850,119      91,156,730,014    351.72% 24.21%‐ Pajak Penghasilan Orang Pribadi 73,776,969,000          18,640,135,993    18,640,135,993    50.53% 20.00%Bagi Hasil Bukan Pajak 528,715,569,000        212,232,513,609  68,001,414,000    53.00% 24.69%Dana Alokasi Umum 338,972,091,000        103,387,280,000  77,469,735,000    53.35% 58.33%Dana Alokasi Khusus 4,558,900,000           ‐                          1,367,670,000      30.00% 30.00%TOTAL DANA PERIMBANGAN 1,077,079,397,000    339,250,124,231  264,135,380,057  56.02% 42.61%

3. LAIN ‐ LAIN PENDAPATAN YANG SAH

Pendapatan Hibah dari Pemerintah 20,718,151,000          20,718,151,000    35,362,500            100.17% ‐

1,498,681,639,000    480,100,772,752    404,658,755,725    59.04% 44.34%TOTAL PENERIMAAN DAERAH

JENIS PENERIMAAN  TARGET TA. 2010  Tw.I‐2010

 Realisasi Penerimaan Akumulasi Penerimaan

Potensi peningkatan penerimaan yang berasal dari pajak masih terbuka mengingat

bertambahnya sumber pajak provinsi menyusul berlakunya UU No.28/2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), yakni pajak rokok. Selain itu, tarif pajak sebelumnya

juga mengalami kenaikan, seperti pajak kendaraan bermotor yang naik dari 5% menjadi

10%. Untuk jenis pajak ini, kendaraan pemerintah yang sebelumnya tidak dikenakan pajak

berubah menjadi objek pajak, dan daerah juga diperbolehkan untuk mengenakan tarif pajak

progresif. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) juga naik dari 10% menjadi

20%, serta tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor meningkat dari 5% menjadi 10%.

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah *) berdasarkan informasi terakhir, Juli 2010

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   37

Adapun pada pos dana perimbangan, realisasi penerimaan terbesar berasal dari dana

bagi hasil (DBH) bukan pajak atas pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam sektor

perikanan dan sektor Migas dimana hingga posisi Juni 2010 telah tercatat sebanyak Rp 280,2

miliar, atau mencapai 53% dari target. Tingkat realisasi ini jauh lebih besar dibanding kondisi

di periode yang sama tahun 2009 yang baru terealisasi sekitar 24,7%.

Realisasi penerimaan tersebut belum termasuk tambahan insentif yang berasal dana

alokasi kurang bayar DBH migas tahun 2008 yang diterima Pemprov Kepri sebesar

Rp156.163.745.090, dari total alokasi untuk seluruh kabupaten/kota se-Kepri sebanyak

Rp681.635.731.220. Dana alokasi yang diterima Pemprov tersebut terdiri atas DBH minyak

bumi Rp92.739.192.088 dan DBH gas bumi sebesar Rp63.424.553.002. Adapun alokasi

terbesar diperoleh Kabupaten Natuna yang merupakan daerah penghasil migas di Kepri,

yakni Rp229.674.993.795 yang terdiri dari DBH minyak bumi sebesar Rp168.834.353.211

dan DBH gas bumi senilai Rp60.840.640.584. Besarnya tambahan penerimaan yang diterima

tersebut seharusnya dapat dijadikan pemerintah untuk mengoptimalkan pembangunan di

wilayahnya.

4.2.2. Realisasi Belanja

Sedangkan dari sisi pengeluaran, anggaran belanja yang direalisasi oleh Pemerintah

Provinsi selama triwulan II-2010 meningkat cukup drastis dibanding triwulan sebelumnya.

Jumlah pengeluaran dalam 3 bulan terakhir tercatat Rp 478,3 milyar, sementara pada posisi

triwulan I-2010 baru terealisasi sekitar Rp197,1 miliar atau 10,8% (angka revisi) dari target

pengeluaran APBD-2010 yang ditetapkan sebesar Rp 1,83 triliun.

Namun demikian, total belanja pemprov selama semester I-2010 baru tercatat sebesar

Rp675,4 miliar atau hanya memenuhi 36,9% dari target, relatif meningkat dibanding

pencapaian di semester I-2009 yang tercatat sebesar 30,3%. Dari total pengeluaran tersebut,

penyerapan anggaran pada pos Belanja Tidak Langsung diperkirakan mencapai Rp 213,5

milyar, atau 40% dari target. Sedangkan pada pos Belanja Langsung sedikit lebih rendah

yakni sekitar 35,6%.

Pada posisi triwulan II-2010 ini, porsi belanja modal mengalami kenaikan yang tajam

seiring dengan dimulainya pelaksanaan program kerja yang telah direncanakan sebelumnya

pada APBD 2010. Realisasi belanja modal mencapai 31,9%, sedangkan di triwulan I-2010

baru terealisasi sebesar 9,04%. Selain dari aktivitas investasi rutin, anggaran modal banyak

terserap pada proyek multiyears pembangunan ibukota provinsi di pulau Dompak. Efek

positifnya, belanja barang dan jasa juga meningkat drastis untuk mendukung pelaksanaan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   38

proyek investasi tersebut. Pencapaian ini perlu diapresiasi yang mengindikasikan keseriusan

pemerintah daerah dalam mempercepat pembangunan ekonomi di wilayahnya.

Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Tw.II‐2010 Tw.II‐2010 Tw.II‐2009

(Rp) (Rp) (%) (%)

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG

‐ Belanja Pegawai 175,410,121,045        35,928,966,088    71,104,276,401    61.02% 39.86%‐ Belanja Subsidi 10,000,000,000          ‐                          ‐                          0.00% ‐‐ Belanja Hibah 107,950,000,000        24,512,500,000    50,030,000,000    69.05% 42.58%‐ Belanja Bantuan Sosial 79,832,000,000          9,145,850,000      22,768,567,500    39.98% 40.58%‐ Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/Kota 149,766,790,000        ‐                          ‐                          0.00% 6.08%‐ Belanja Bantuan Keuangan  8,500,000,000           ‐                          ‐                          0.00% 50.00%‐ Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000           ‐                          ‐                          0.00% 0.00%TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 533,458,911,045        69,587,316,088    143,902,843,901  40.02% 27.83%

2. BELANJA LANGSUNG

‐ Belanja Pegawai 181,774,685,598        13,675,512,820    36,333,004,441    27.51% 37.90%‐ Belanja Barang dan Jasa 355,279,279,929        45,195,486,660    123,695,419,105  47.54% 28.43%‐ Belanja Modal 759,487,123,428        68,624,114,816    174,370,130,904  31.99% 30.82%TOTAL BELANJA LANGSUNG 1,296,541,088,955    127,495,114,296  334,398,554,450  35.63% 31.21%

TOTAL BELANJA DAERAH 1,830,000,000,000    197,082,430,384    478,301,398,351    36.91% 30.34%

JENIS BELANJA/PENGELUARAN  TARGET TA. 2010  Tw.I‐2010

 Realisasi Belanja Akumulasi Belanja

Komitmen pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat kecil dan pemberantasan

kemiskinan ditunjukkan dengan besarnya realisasi anggaran hibah yang mencapai Rp 74,5

milyar, melebihi dari target proporsional yang semestinya. Namun belanja pemerintah dalam

memberikan bantuan sosial belum terealisasi dengan baik dimana baru mencapai 40% dari

target anggaran 2010.

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah *) berdasarkan informasi terakhir, Juli 2010 (data sangat sementara)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   39

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi sistem pembayaran senantiasa menjaga

aspek keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. Sementara itu

dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem

pembayaran diwujudkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat

dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy. Secara siklikal pada

triwulan II, perkembangan transaksi sistem pembayaran di Kepulauan Riau mulai mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan lalu baik jumlah aliran uang masuk dan keluar maupun

jumlah transaksi pembayaran melalui kliring dan Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS).

5.1 TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

5.1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar

Perkembangan aliran uang kartal di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan II 2010

mengalami kenaikan outflow dan penurunan inflow. Peningkatan jumlah uang kartal yang

keluar dari Kantor Bank Indonesia Batam pada Triwulan II telah menjadi siklus atau musiman

jika memperhatikan pada data series tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena

adanya peningkatan permintaan uang kartal menjelang pergantian tahun ajaran pendidikan.

Peningkatan outflow ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan selanjutnya pada

saat terjadinya hari-hari raya keagamaan. KBI Batam memiliki karateristik net ouflow di mana

outflow lebih besar daripada inflow. Secara tahunan net outflow pada triwulan laporan

mengalami kenaikan sebesar 37,36% (y-o-y). Sementara itu, secara triwulanan net outflow

mengalami kenaikan sebesar 135,49% (q-t-q).

‐200 400 600 800 

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

2008 2009 2010

Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Di Kepulauan Riau

10 

20 

30 

40 

50 

60 

70 

80 

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

2008 2009 2010

Rp Miliar

Grafik 5.2. Perkembangan Pemusnahan Uang di Kantor Bank Indonesia Batam

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   40

5.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Bank Indonesia senantiasa menjaga kualitas uang kartal yang layak edar dengan

menerapkan clean money policy yaitu dengan melakukan pemusnahan atau pemberian tanda

tidak berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan II-

2010, KBI Batam telah melakukan pemusnahan uang kertas sebanyak 4,2 juta lembar atau

Rp 44,7 Milyar. Berdasarkan denominasi yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan

Rp 1.000, Rp 5.000, Rp 20.000, dan Rp 10.000, masing-masing sebesar 39%, 20%, 18%,

dan 15%.

5.2 TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

5.2.1 Kliring Lokal

Total nominal penyelesaian transaksi melalui kliring di Kepulauan Riau pada triwulan II

2010 meningkat. Sementara itu jumlah warkat yang dipertukarkan selama triwulan laporan

juga meningkat dibandingkan triwulan lalu dan triwulan yang sama pada tahun 2009. Salah

satu faktor yang memengaruhi peningkatan nilai maupun jumlah warkat transaksi tersebut

antara lain karena meningkatnya posisi giro di perbankan pada triwulan laporan. Sementara

itu, kualitas kliring di Kepulauan Riau pada triwulan II 2010 cukup baik, meskipun tolakan

kliring tetap meningkat seiring pertumbuhan jumlah transaksi kliring. Penataushaan daftar

hitam nasional penarik cek dan atau bilyet giro kosong sangat mendukung rendahnya

tolakan kliring yang jumlah sebesar 2,8% dari seluruh jumlah warkat selama laporan.

5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)

Dilihat dari segi volume, penyelesaian transaksi melalui BI-RTGS belum mendominasi

pembayaran non tunai di Kepulauan Riau, meskipun dari segi nominal transaksi RTGS lebih

besar daripada kliring. Hal ini menunjukkan sebagian besar pengguna instrumen sistem

pembayaran non tunai hanya menggunakan BI-RTGS untuk transaksi besar dan lebih sedikit

yang menggunakannya untuk transaksi mendesak atau untuk alasan kecepatan. Transaksi

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 qtq yoy

Lembar 101.670 105.943 107.009 110.917 107.252 111.723 4,17% 5,46%Nominal (Rp miliar) 2.597 2.549 2.677 2.858 2.706 2.827 4,45% 10,88%

Lembar 1.812 2.036 2.923 2.917 2.607 3.118 19,60% 53,14%Nominal (Rp miliar) 56,98 56,45 72,35 87,86 66,29 70,44 6,26% 24,78%Sumber: Bank Indonesia

2010 Pertumbuhan

Perputaran Kliring

Penolakan Cek/BG Kosong

Keterangan2009

Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   41

RTGS masih didominasi di Kota Batam karena volume bisnis dan industri di Batam yang lebih

besar.

Tw. I Tw. II

Batam Batam ke Luar Batam 4.740 5.479 15,6%Luar Batam ke Batam 8.011 8.756 9,3%Batam ke Batam 3.403 3.728 9,5%

Natuna Natuna ke Luar Natuna - - 0,0%Luar Natuna ke Natuna 45 157 248,2%Natuna ke Natuna - - 0,0%

Tanjung Balai Tg. Balai ke Luar Tg. Balai 381 424 11,4%Luar Tg. Balai ke Tg. Balai 333 312 -6,3%Tg. Balai ke Tg. Balai 31 26 -15,2%

Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 351 401 14,4%Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 614 804 30,9%Tg. Pinang ke Tg. Pinang 156 196 25,4%

Batam Batam ke Luar Batam 7.497 11.730 56,5%Luar Batam ke Batam 13.915 11.060 -20,5%Batam ke Batam 4.245 4.590 8,1%

Natuna Natuna ke Luar Natuna - - 0,0%Luar Natuna ke Natuna 96 161 67,7%Natuna ke Natuna - - 0,0%

Tanjung Balai Tg. Balai ke Luar Tg. Balai 1.949 2.158 10,7%Luar Tg. Balai ke Tg. Balai 996 957 -3,9%Tg. Balai ke Tg. Balai 66 50 -24,2%

Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 880 932 5,9%Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1.080 1.281 18,6%Tg. Pinang ke Tg. Pinang 472 506 7,2%

Sumber: Bank Indonesia

qtq

RTGS Nilai (Rp Miliar)

RTGS Volume

Region2010

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   42

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Kepulauan Riau Pada triwulan II-2010

menunjukkan tren kea rah yang lebih baik. Peningkatan jumlah tenaga kerja yang diserap

mengindikasikan pemulihan kondisi perekonomian serta meningkatnya permintaan barang

yang mendorong industri pengolahan untuk menggunakan kapasitas produksinya dengan

merekrut pegawai baru. Sementara itu, kesejahteraan masyarakat juga membaik tercermin

dari perkembangan indeks nilai tukar petani yang bergerak ke arah yang diharapkan. Namun,

jika dilihat dari dampak inflasi terhadap peningkatan angka kemiskinan di Kepulauan Riau

maka tingkat kesejahteraan masyarakat terkoreksi oleh faktor naiknya harga barang

kebutuhan pokok yang memangkas daya beli masyarakat miskin.

6.1 KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan data Disnaker Kota Batam pada akhir Juni 2010, tercatat jumlah tenaga

kerja di Kota Batam telah mengalami peningkatan, dari menjadi 268.109 orang bulan Maret

2010 menjadi 274.978 orang atau meningkat sebesar 2,56%. Jumlah tenaga kerja terdaftar

tersebut diatas belum termasuk penduduk yang bekerja disektor informal dan pemerintahan.

Peningkatan secara total jumlah tenaga kerja pada bulan Maret 2010 dibanding keadaan

Desember 2009, terutama disebabkan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor

bangunan dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor industri yang merupakan sektor andalan

utama dalam struktur perekonomian maupun penyerapan tenaga kerja di daerah ini

sebaliknya jumlah tenagakerjanya mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar

1,85% menjadi 160.027 orang pada akhir Juni 2010. Hal ini menunjukkan dampak

implementasi ACFTA di wilayah Kepulauaan Riau kurang signifikan.

Tw. I Tw. IIPertanian 2.713       2.767       1,99%Pertambangan dan Penggalian 384           383           ‐0,26%Industri 157.118   160.027   1,85%Listrik, Gas dan Air 662           675           1,96%Bangunan 27.446     28.624     4,29%Perdagangan, Hotel dan Restoran 25.381     25.652     1,07%Angkutan dan Komunikasi 3.087       3.067       ‐0,65%Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 18.794     19.089     1,57%Jasa‐jasa 32.524     34.685     6,64%

TOTAL 268.109   274969 2,56%Sumber: Disnaker Kota Batam, diolah

2010Sektor Ekonomi

Pertumbuhan (qtq)

Tabel 6.1 Jumlah Tenaga Kerja Kota Batam per Juni 2010

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   43

6.2 KESEJAHTERAAN

6.2.1 Perkembangan Kesejahteraan

Kondisi kesejahteraan di Kepualauan Riau dapat dilihat dengan menggunakan

menggunakan pendekatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan pengukur

kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk

konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Setelah

mengalami penurunan pada awal triwulan laporan, tingkat kesejahteraan masyarakat pada

akhir Juni 2010 menunjukkan pemulihan. Hal ini tercermin dari Nilai Tukar Petani yang

mengalami kenaikan menjadi 98,9 dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat jatuh ke

angka 98,5.

6.2.2 Profil Kemiskinan Kepulauan Riau

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Propinsi Kepulauan Riau pada bulan Maret 2010 sebesar 129.670 orang (8,05 persen).

ibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 128.210

orang (8,27 persen), berarti jumlah penduduk miskin naik sebesar 1.460 orang. Selama

periode Maret 2009 - Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 3.050

orang, sementara di daerah perkotaan bertambah 4.500 orang. Persentase penduduk miskin

daerah perkotaan bertambah, dari 7,63 persen menjadi 7,87%. Persentase penduduk miskin

perdesaan menurun, dari 8,98 persen menjadi 8.24 persen.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan

peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada

bulan Maret 2010, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan

sebesar 69,72%. Persentase Garis Kemiskinan Makanan bulan Maret 2007 lebih kecil dari Juli

Grafik 6.1 Perkembangan Indeks NTP

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   44

2005, dimana sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret

2009 sebesar 70,08% Inflasi komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai

Garis Kemiskinan adalah beras, rokok, gula pasir, mie instan, telur dan kue basah. Untuk

komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, kesehatan dan minyak tanah.

Khusus untuk daerah perkotaan, kesehatan mempunyai pengaruh yang cukup besar.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   45

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL

Perkembangan ekonomi yang terjadi di beberapa negara selama semester I-2010

masih menunjukkan tren positif. International Monetary Fund (IMF) semakin yakin bahwa

arah recovery global berjalan sesuai perkiraan, meski disertai naiknya resiko di sektor

keuangan. Pada bulan Juli 2010, perekonomian dunia diproyeksi tumbuh 4,6%, lebih tinggi

dari angka proyeksi di bulan April sebesar 4,2%. Di dalam negeri, pemerintah Indonesia

masih memiliki keyakinan yang kuat terhadap asumsi makroekonomi yang ditetapkan,

dengan tidak melakukan revisi terhadap target pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun

2010. Hal ini sejalan dengan proyeksi IMF yang menilai perekonomian Indonesia bergerak

stabil sepanjang semester I-2010. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010

diperkirakan masih berada pada kisaran 6%.

Dalam laporan terpisah, proyeksi pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara pada

paruh kedua 2010 terindikasi melambat. Kondisi tersebut diperkirakan berlanjut hingga

tahun 2011, menyusul kekuatan stimulus fiskal dan moneter untuk mengatasi dampak resesi

yang diperkirakan mulai memudar. Kinerja ekonomi Jepang, China, Eropa, Australia, Taiwan,

Korea dan Malaysia terindikasi menurun akibat melemahnya permintaan pada industri

manufaktur. Sama halnya dengan negara Singapura yang mengantisipasi turunnya

momentum pertumbuhan ekonomi di semester ke-2 tahun 2010. Hal ini dikhawatirkan

berimpikasi langsung pada perekonomian Kepulauan Riau yang responsif terhadap daya beli

global, mengingat dominannya peran ekspor luar negeri pada struktur ekonomi regional

2010 2011 2010 2011 2010 2011World Output  4.2 4.3 4.6 4.3 0.4 0.0

United States 3.1 2.6 3.3 2.9 0.2 0.3Euro Area 1.0 1.5 1.0 1.3 0.0 ‐0.2Japan 1.9 2.0 2.4 1.8 0.5 ‐0.2United Kingdom 1.3 2.5 1.2 2.1 ‐0.1 ‐0.4China 10.0 9.9 10.5 9.6 0.5 ‐0.3India 8.8 8.4 9.4 8.4 0.6 0.0Singapore 8.9 6.8 9.9 4.9 1.0 ‐1.9Hongkong 5.0 4.4 6.0 4.4 1.0 0.0Middle East 4.5 4.8 4.5 4.9 0.0 0.1Indonesia 6.0 6.2 6.0 6.2 0.0 0.0

Apri l‐2010Earlier Projections

Year over Year

April‐2010 ProjectionsDifference fromLatest Projections

July‐2010

Sumber : IMF Wprld Economic Outlook, July 2010 (Update)

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa Negara di Dunia

Sumber : IMF Wprld Economic Outlook, July 2010 (Update)

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kepri dan

Beberapa Negara pada Triwulan III-2010

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   46

khususnya kota Batam. Insentif free trade zone (FTZ) dinilai belum optimal dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi di 3 kawasan, Batam, Bintan, dan Karimun.

Sementara itu tekanan inflasi diperkirakan meningkat yang dipicu oleh beberapa

faktor, antara lain kenaikan tarif dasar listrik (TDL), datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri

serta peningkatan inflasi di sektor makanan karena cuaca yang sulit diprediksi. Tingkat inflasi

di kota Batam pada bulan Juli 2010 diproyeksi masih cukup besar akibat masih tingginya

harga beberapa komoditas pangan, yang sebelumnya mendorong laju inflasi bulan Juni

hingga mencapai 1,42% (month-to-month). Di samping meningkatnya permintaan di bulan

Ramadhan dan Idul Fitri, kenaikan tarif listrik PLN Batam yang diberlakukan pada bulan Juli

disertai kondisi cuaca yang memburuk akan berkontribusi besar terhadap kenaikan indeks

harga secara umum di bulan Agustus dan September 2010.

77..11.. PPRROOSSPPEEKK PPEERRTTUUMMBBUUHHAANN EEKKOONNOOMMII

Menjaga momentum pemulihan, perekonomian Kepulauan Riau di triwulan III-2010

diproyeksi dapat tumbuh di kisaran 6,80±1%, kembali melambat dibanding triwulan II yang

diestimasikan 7,43% (year-on-year). Dengan demikian, laju pertumbuhan PDRB selama tahun

2010 diharapkan dapat pulih ke level 7%, dimana pada masa krisis tahun 2009 hanya

mencatat angka pertumbuhan 3,5%. Pertumbuhan ekonomi di triwulan mendatang akan

lebih ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga sehubungan dengan datangnya bulan

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau ; Keterangan: * Angka Sementara;; (P) Angka proyeksi Bank Indonesia Batam Juni-2010

dalam kisaran ±1%

Tabel 7.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

berdasarkan Sektoral & Penggunaan

Grafik 7.2. Perkembangan Impor

Beberapa Komoditas Utama

Sumber : DSM-BI (SITC)

TW‐III TW‐II* TW‐III (P) ‐IV 2009* 2010 (P)KOMPONEN PENGGUNAAN‐ Konsumsi Rumah Tangga 19.43% 25.26% 26.13% 17.37% 26.51%‐ Konsumsi Lembaga Swasta 24.18% 16.35% 4.60% 23.56% 6.69%‐ Konsumsi Pemerintah 21.20% 15.40% 11.69% 13.95% 15.06%‐ Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.48% 21.92% 20.62% 15.14% 20.66%‐ Ekspor Barang dan Jasa ‐4.29% 5.58% 5.01% ‐2.11% 4.56%‐ Impor Barang dan Jasa 3.69% 17.98% 16.64% 7.59% 17.42%

SEKTOR EKONOMI‐ Pertanian 0.90% 4.76% 3.21% 1.50% 3.40%‐ Pertambangan & Penggalian 2.08% 3.10% 2.45% 1.10% 2.24%‐ Industri Pengolahan 2.26% 6.37% 5.17% 2.38% 6.09%‐ Listrik, Gas & Air Bersih 2.45% 7.77% 7.03% 2.08% 5.65%‐ Bangunan 14.59% 12.47% 11.91% 13.36% 12.14%‐ Perdagangan, Hotel & Restoran 3.70% 11.16% 11.52% 3.84% 11.25%‐ Pengangkutan & Komunikasi 7.84% 7.28% 7.51% 6.67% 7.41%‐ Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 4.56% 5.01% 5.06% 5.50% 5.13%‐ Jasa‐Jasa 8.66% 5.73% 5.43% 8.44% 5.57%

3.50% 7.43% 6.80% 3.51% 7.20%PDRB (termasuk migas)

2010year on year

year over year2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   47

Asesmen perlambatan berasal dari melemahnya kinerja ekspor menyusul permintaan

global yang cenderung menurun. Ekspor Kepulauan Riau diperkirakan tumbuh 5,01%, lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat kenaikan sebesar 5,58%. Indikasinya terlihat

dari arus impor barang modal yang akan diolah kembali menjadi komoditi ekspor utama.

Menurunnya permintaan luar negeri secara relatif diperkirakan terjadi produk mesin elektrik,

logam dasar besi dan baja, serta barang/benda dari logam. Kondisi tersebut pada gilirannya

berpengaruh pada perkembangan investasi yang masuk dalam bentuk barang modal,

sebagaimana tercermin dari tingkat pertumbuhan investasi Penanaman Modal Tetap Bruto

(PMTB) yang turun dari 21,92% menjadi 20,62%.

Implikasinya pada aktivitas produksi langsung dirasakan oleh sektor industri

pengolahan yang diproyeksi kembali melambat pada level 5,17±1%. Di samping itu, koreksi

pertumbuhan juga terjadi pada sektor jasa-jasa, terutama jasa telekomunikasi dan jasa

angkutan udara disebabkan berlakunya kembali pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%

sesuai PMK No.240/PMK.03/2009. Ketentuan yang merevisi PMK No.45/PMK.03/2009

tersebut mulai diberlakukan sejak bulan Juli 2010. Peraturan baru ini disinyalir akan menjadi

sumber permasalahan baru bagi Kepulauan Riau khususnya kota Batam yang sebelumnya

dikenal sebagai kawasan bebas yang tidak mengenal adanya PPN. Lebih dari itu, peraturan

tersebut bertentangan dengan aturan tertinggi di atasnya yakni UU No.44 tahun 2007

tentang FTZ.

Akibatnya investor akan semakin dibingungkan dengan ketidakpastian hukum serta

ketidakjelasan arah FTZ di Batam, Bintan dan Karimun (BBK), terutama bagi investor asal

Singapura. Dalam pernyataan terakhir (06.08.2010), pemerintah Singapura sangat

menyayangkan ketidakseriusan pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan FTZ di

BBK, padahal seharusnya banyak bidang investasi yang dapat dikembangkan antara lain di

sektor pariwisata, agribisnis, industri, dan transportasi. Singapura sebagai investor terbesar

Indonesia (2009) dengan nilai investasi sebesar US$4,4 miliar, dimana sepertiganya ditanam

di Batam dan Bintan. FTZ di BBK yang semakin membingungkan pada akhirnya direspon

pengusaha Singapura dengan mengalihkan investasi ke Vietnam dan Johor, yang juga

diangkap jauh lebih kooperatif dalam hal pengurusan administrasi dan perizinan.

Sektor pertanian juga merupakan sektor yang diproyeksi melambat di triwulan III,

akibat kondisi cuaca yang masih tidak menentu. Angka ramalan BPS Kepulauan Riau untuk

komoditi padi, jagung dan kacang tanah mengkonfirmasi adanya penurunan level produksi

dari ketiga komoditas tersebut. Hasil produksi tanaman padi bahkan diperkirakan akan terus

menurun dengan tajam hingga akhir tahun.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   48

Sementara pertumbuhan sektor pertambangan di triwulan III-2010 juga diproyeksi

lebih rendah dengan laju pertumbuhan sekitar 2,45±1% Tren kenaikan harga komoditas

minyak bumi dan gas alam belum mempengaruhi kinerja sektor pertambangan. Kenaikan

harga diduga masih berada dalam rentang deviasi penyesuaian, sehingga tidak

mempengaruhi harga kontrak pembelian minyak maupun gas yang dieksplorasi. Dilihat dari

aspek produksi, penurunan kinerja sektoral dipengaruhi oleh realisasi lifting minyak bumi dari

blok eksplorasi Belanak (Conoco Phillips), blok Kerapu (star Energi) dan blok Anoa (Premier

Oil) yang lebih rendah dibanding pencapaian pada periode yang sama tahun 2009.

Sedangkan realisasi lifting gas diperkirakan relatif stabil sebagaimana tercermin dari level

pencapaian lifting pada blok gas milik Conoco Phillips, Star Energi dan Premier Oil.

Meskipun demikian, kinerja sektor perdagangan, pengangkutan dan komunikasi,

serta sektor keuangan dan jasa-jasa diperkirakan tumbuh lebih baik dibanding periode

triwulan II-2010. Kenaikan permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pokok dan sandang

Grafik 7.4. Proyeksi Harga Minyak Bumi dan Gas

Sumber : US-EIA (Short-Term Energy Outlook – July 2010)

Grafik 7.3. Angka Tetap (ATAP) & Angka Ramalan (ARAM)

Produksi Padi, Jagung dan Kacang Tanah

Sumber : BPS Kepulauan Riau Keterangan : * Angka Tetap (ATAP) ** Angka Ramalan (ARAM)

Grafik 7.6. Perkembangan Pencapaian Lifting Gas

Berdasarkan Blok Eksplorasi

Sumber : Departemen ESDM – Ditjen Migas

Grafik 7.5. Perkembangan Pencapaian Lifting Minyak Bumi

Berdasarkan Blok Eksplorasi

Sumber : Departemen ESDM – Ditjen Migas

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   49

selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri akan mendorong aktivitas di sektor perdagangan

eceran. Dalam waktu bersamaan, mobilitas masyarakat yang kembali ke daerah asalnya di

tengah kenaikan tarif tiket transportasi menjadi insentif terhadap kinerja sektor angkutan.

Penggunaan alat komunikasi juga akan mengalami peningkatan, ditambah dengan

banyaknya penawaran paket-paket murah dari berbagai operator seluler. Sementara

perkembangan sektor pariwisata diproyeksi tetap tumbuh tinggi, terbantu oleh pelaksanaan

berbagai event skala nasional dan internasional yang dicanangkan dalam rangka program

Visit Batam 2010.

No. Agenda Kegiatan Tanggal Tempat

1 Clipper Around Teh World 19-23 Jan 2010 Nongsa Point Marina2 Strait Regata 23-30 Jan 2010 Nongsa Point Marina3 Lions Club Charity Golf 31-Jan-10 Palm Springs Golf Resort4 Cap Go Meh 28-Feb-10 Vihara Duta Maitreya5 Batam Grand Wedding Expo 18-28 Feb 2010 Nagoya Hill6 Batam Cruise Festival 2-4 April 2010 Nongsa Point Marina7 Asia Pacific Volley Ball Championship 20-25 April 2010 Nongsa Point Marina8 Asian Golf Charity 24-25 April 2010 Batam Golf Club9 Kejurnas Bridge ke 48 23-Apr-10 Golden View

10 BGSC Open Tournament 15 Mei 2010 Palm Springs Golf Resort11 The 10th Batam Expo 2010 5-9 Mei 2010 SPC12 1st Batam Act & Food festival 7 -14 Mei 2010 SPC13 Sinar Mas Cup IV Golf Tournamnet Jun-10 Palm Springs Golf Resort14 Rice Cup Golf Tournament Per 3 bulan Southlinks Country Club15 International Bridge Gub Cup V11 30 Juli 2010 Golden View16 International Cricket Tournamen June-July 2010 Batam17 Adventure Race 6-9 Agustus 2010 Nongsa Point Marina18 Independence Cruise Fiesta 6-9 Agustus 2010 Nongsa Point Marina19 Batam Amaateur Golf Championship 23-25 Sept 2010 Palm Springs Golf Resort20 Kavadi Festival Sri LaIdah Temple21 Moon Cake Festival Sept-Oct 2010 Vihara Duta Maytreya22 World Pegeants South of Asia Sep-10 SPC Batam23 Nongsa Cup V Oktober 2010 Palm Springs Golf Resort24 Marine Batam Expo 2010 Oktober 2010 Pacific Palace Hotel25 Sumatera Expo 2010 Nov-10 SPC26 Sailing Regata Open International 25-28 Nov 2010 Nongsa Point Marina27 Deepavali Celebration 25-Dec-10 Ocarina28 Batam Big Bazzar Desember 2010 Dec-10 Batam

77..22.. PPRROOSSPPEEKK IINNFFLLAASSII

Tekanan inflasi dalam 3 bulan ke depan diproyeksi meningkat yang dipicu oleh

beberapa faktor, antara lain kenaikan tarif dasar listrik (TDL), datangnya bulan Ramadhan dan

Idul Fitri serta peningkatan inflasi di sektor makanan karena cuaca yang sulit diprediksi. Laju

inflasi kota Batam di tahun 2010 berpotensi besar menyentuh level maksimum dari angka

proyeksi sebesar 4±1%. Sementara tingkat inflasi di kota Tanjungpinang yang meningkat

tajam pada bulan Juni 2010 diproyeksi masih konvergen dengan perkiraan sebelumnya di

kisaran 4,3±1%. Secara umum, inflasi yang terjadi di kota Tanjungpinang selama triwulan III-

2010 akan lebih rendah dibanding kenaikan harga (inflasi) di kota Batam.

Di samping pengaruh pergerakan harga komoditas internasional yang meningkat,

kendala panen cabe dan bawang akibat faktor cuaca menimbulkan shock pasokan sehingga

memberi tekanan yang cukup besar pada inflasi regional. Kondisi tersebut diperkirakan masih

Tabel 7.3.Beberapa Agenda Visit Batam 2010

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   50

memberi pengaruh pada pergerakan harga-harga di bulan Juli 2010. Laju inflasi di bulan Juli

diperkirakan masih cukup tingi, meski berada di bawah level inflasi pada bulan sebelumnya.

M-I M-II M-III M-IV M-V M-I M-II M-III M-IVVOLATILE

1 BERAS 7,125 7,125 7,125 7,375 7,375 7,375 7,375 7,700 7,825 4.8%2 MINYAK GORENG 7,875 7,875 8,125 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 0.3%3 MIE KERING INSTANT 1,250 1,225 1,225 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 -1.6%4 SUSU BUBUK 22,600 22,600 22,600 22,600 22,600 22,600 22,600 22,600 22,600 0.0%5 DAGING SAPI 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 0.0%6 DAGING AYAM RAS 23,750 23,750 23,750 23,750 24,500 24,500 24,500 26,250 27,500 7.5%7 TELUR AYAM RAS 13,725 14,400 14,175 14,850 14,850 15,300 16,650 17,100 17,100 14.8%8 CABE MERAH 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 0.0%9 CABE RAWIT 21,000 25,750 25,250 27,250 30,750 35,000 29,500 22,625 26,000 8.8%

10 BAWANG MERAH 10,750 12,000 14,250 13,000 12,750 14,250 17,000 15,750 17,250 28.0%11 BAWANG PUTIH 18,250 19,000 21,750 28,000 27,000 25,000 23,750 24,000 27,750 10.2%12 TOMAT SAYUR 9,250 10,000 10,000 9,500 9,500 9,750 9,500 9,500 9,250 -1.6%13 TOMAT BUAH 8,500 7,750 9,250 8,750 8,500 8,500 8,500 8,500 8,500 -0.6%14 WORTEL 6,750 7,500 7,750 10,250 8,000 7,750 7,500 7,250 7,000 -8.4%15 KENTANG 6,750 6,500 7,250 7,250 7,750 7,250 7,250 8,000 8,250 8.3%16 KACANG PANJANG 7,750 8,500 11,250 13,750 11,500 10,500 8,750 6,250 11,250 -12.9%17 KANGKUNG 6,250 8,000 8,750 9,500 6,250 4,375 4,375 4,000 5,500 -41.1%18 BAYAM 8,500 8,250 8,250 11,500 7,250 8,250 8,500 6,750 9,500 -5.7%19 SAWI HIJAU 10,000 10,500 10,500 11,750 9,500 8,750 7,750 6,250 8,250 -25.8%20 TEMPE 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 0.0%21 TAHU MENTAH 4,625 4,625 4,625 4,625 4,625 4,625 4,625 4,625 4,625 0.0%22 KELAPA 2,813 2,813 2,813 2,813 2,813 2,813 2,813 2,813 2,813 0.0%23 JERUK 11,500 11,750 11,250 11,250 11,250 11,250 11,250 12,500 12,500 4.2%24 IKAN BANDENG 24,250 24,250 22,500 22,500 21,500 21,000 21,000 21,500 21,500 -7.6%25 IKAN KEMBUNG/GEMBUNG 22,250 22,250 22,000 22,000 22,000 22,000 22,000 23,000 23,000 1.8%26 IKAN MAS 35,000 35,000 35,000 35,000 34,250 34,250 34,250 32,000 32,000 -4.9%27 IKAN TONGKOL 16,000 16,250 16,500 16,500 16,250 17,500 17,500 16,500 16,500 4.3%28 UDANG BASAH 37,750 36,000 36,750 36,750 36,750 36,750 36,750 39,000 39,000 2.9%

CORE39 NASI 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 0.0%30 MIE 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 0.0%31 AYAM GORENG 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 0.0%32 GULA PASIR 10,375 10,375 10,375 10,375 10,375 10,375 10,375 10,375 10,375 0.0%33 EMAS PERHIASAN 346,000 344,000 344,000 350,750 344,750 342,500 345,000 335,000 328,750 -2.3%34 ROTI MANIS 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0.0%35 KUE BASAH 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0.0%36 AIR MINUM KEMASAN 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 0.0%37 SABUN DETERGEN BUBUK 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 0.0%

ADMINISTERED38 BAHAN BAKAR RUMAH TANGG 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 0.0%39 ROKOK KRETEK 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 0.0%40 ROKOK KRETEK FILTER 7,750 7,750 7,750 7,750 7,750 7,750 7,750 7,750 7,750 0.0%

JULI 2010JUNI 2010 Avg.∆ (m-t-m)

K O M O D I T I

Indikator dini berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh

Kantor Bank Indonesia Batam secara mingguan semakin memperkuat asesmen masih

tingginya laju inflasi di bulan Juli 2010. Hasil SPH sampai dengan minggu ke-4 bulan Juli 2010

memperlihatkan besarnya kenaikan harga kebutuhan pangan yang banyak dikonsumsi oleh

Grafik 7.8. Laju Inflasi Kota Tanjung Pinang

Sumber : BPS Kota Tanjung Pinang Ket: Apr-Des 2010 adalah Proyeksi BI Batam (Jan-2010)

Grafik 7.7. Laju lnflasi Kota Batam

Sumber : BPS Kota Batam Ket: Apr-Des 2010 adalah Proyeksi BI Batam (Jan-2010)

Tabel 7.4. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Penyumbang Inflasi Terbesar

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Batam Ket. : Berdasarkan harga rata-rata 4 pedagang di pasar tradisional Aviari dan Sagulung

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   51

masyarakat, seperti bawang, merah, bawang putih, cabe rawit, beras, telur dan daging ayam

ras, serta ikan-ikanan. Di lain pihak, masuknya gula impor pada bulan April dan Mei sebanyak

3.000 ton belum memberi pengaruh terhadap penurunan harga gula di pasaran. Naiknya

permintaan masyarakat menjelang Ramadhan disinyalir turut menghambat penurunan harga

gula di tengah faktor distribusi yang semakin lancar.

Sementara di bulan Agustus tekanan inflasi diperkirakan kembali meningkat, dipicu

oleh kenaikan harga tarif dasar listrik (TDL) oleh PT. PLN Batam yang rencananya direalisasi

pada bulan Juli 2010. Jika diasumsikan kenaikan tarif listrik sama dengan kenaikah harga gas

yang ditetapkan pemerintah sebesar 10%, maka akan memberi tambahan inflasi sekitar

0,31% di bulan Agustus 2010. Selain itu, kenaikan harga di bulan Juli dan Agustus juga akan

diwarnai dengan tingginya permintaan masyarakat selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri,

terutama kelompok bahan pangan dan sandang. Meski cukup minimal, sektor pendidikan

juga diperkirakan turut menyumbang inflasi seiring dengan tahun ajaran baru. Selanjutnya

pada bulan September harga-harga diperkirakan cenderung turun bahkan berpeluang

mengalami deflasi. Dengan demikian secara triwulanan, laju inflasi kota Batam selama

triwulan III-2010 diperkirakan sekitar 1,87±1%, meningkat dari triwulan II-2010 yang tercatat

sebesar 1,67% (angka kumulatif inflasi bulanan). Sejalan dengan itu, laju inflasi tahunan

diproyeksi naik dari 5,14% menjadi 5,26±1% (y-o-y).

Berbeda halnya dengan kota Batam, tekanan inflasi di kota Tanjung Pinang selama

triwulan III-2010 diperkirakan melemah dibanding triwulan sebelumnya. Kumulatif inflasi

bulanan selama periode triwulan III diproyeksi sebesar 0,51%, jauh lebih rendah dibanding

periode triwulan II yang tercatat sebesar 2,11%. Implikasinya, laju inflasi tahunan juga

diprediksi turun dari 4,84% menjadi 4,05±1% (y-o-y). Indikator dini prakiraan curah hujan

yang menurun pada Agustus dan September 2010 cukup mengkonfirmasi asesmen tersebut.

JULI 2010

SEPTEMBER 2010

AGUSTUS 2010

Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan di Indonesia Bulan Juli – September 2010

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Pemutakhiran Agustus 2010

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan II ‐ 2010   52

Meski demikian, kondisi cuaca yang kurang menentu masih perlu diantisipasi karena

dikhawatirkan dapat mengganggu distribusi barang-barang kebutuhan ke wilayah Kepulauan

Riau. Indikator dini kecepatan angin dan tinggi signifikan gelombang laut diperairan Selat

Malaka dan Laut Natuna masih diproyeksi meningkat, yang diikuti naiknya frekuensi

gelombang tinggi (>3 meter) di perairan Selat Malaka.

May‐10 Jun‐10 Jul‐10 Aug‐10 May‐10 Jun‐10 Jul‐10 Aug‐10 May‐10 Jun‐10 Jul‐10 Aug‐10Selat Malaka   1 – 12    2 – 7    2 – 10    2 – 13    0.1 – 1.1    0.2 – 1.0    0.2 – 1.2    0.3 – 1.3    0 – 5 %    0 – 5 %    0 – 5 %    0 – 10 %  Laut Natuna   1 – 11    2 – 6    2 – 8   3 – 12   0.1 – 1.2   0.1 – 0.7   0.1 – 0.4   0.2 – 1.1   0 – 5 %   0 – 5 %    0 – 5 %    0 – 5 %  

Lokasi Angin 10 m Rata – Rata (Knot)  Tinggi Signifikan Rata – Rata (meter)  Frekuensi Gel. > 3 Meter

Tabel 7.5. Prakiraan Kecepatan Angin, Tinggi Signifikan dan Frekuensi Tejadinya Gelombang Laut

di Perairan Selat Malaka dan Laut Natuna Bulan Mei – Agustus 2010

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Pemutakhiran Agustus 2010