bab 1 - perkembangan ekonomi dunia · 2013-12-11 · perekonomian global selama triwulan tiga 2013...

151

Upload: phungdat

Post on 22-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury
Page 2: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Page 3: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

i

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

peRkembangan ekonomi keuangandan keRja sama inteRnasional

tRiwulan iii - 2013

departemen internasional

perkembanganekonomi global

perkembangan ekonomiindividu negara

perkembangan pasar keuangandan pasar komoditas

perkembangan kerja sama danlembaga internasional

artikel

Page 4: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

ii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Tulisan dalam buku Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama

Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para penulis

dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia.

Pengutipan diizinkan dengan menyebut sumbernya.

Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran,

dan kritik demi perbaikan terbitan ini.

Redaksi juga mengundang sumbangan artikel, karangan,

laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.

Alamat Redaksi:

Grup Studi Internasional

Departemen Internasional

Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 5

Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110

Telepon : (021) 2981-6925, 2981-8631, Faksimili : (021) 3857358

Page 5: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

iii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Kata Pengantar

Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih berjalan lambat, ditandai dengan

aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia yang belum mengalami perbaikan signifikan. Ekonomi

negara emerging yang pada tahun sebelumnya selalu menjadi tumpuan harapan penggerak

ekonomi global, kini mengalami pertumbuhan PDB yang tertahan. Akselerasi ekonomi emerging

relatif lebih rendah dibandingkan negara maju, meskipun kontribusinya terhadap pertumbuhan

ekonomi dunia masih tetap mendominasi. Dengan kondisi demikian, proyeksi pertumbuhan

ekonomi global oleh institusi internasional menjadi terlalu optimis sehingga selalu mengalami

koreksi ke bawah. Selanjutnya, dengan belum terjadinya perbaikan signifikan pada triwulan

laporan, pertumbuhan ekonomi global pada akhir 2013 diperkirakan lebih rendah daripada

prediksi semula.

Perhatian seluruh negara di dunia terpusat pada keputusan FOMC terkait wacana

pengurangan stimulus moneter oleh The Fed (tapering). Pernyataan Ben Bernanke mengenai

kemungkinan tapering QE yang muncul pada triwulan sebelumnya telah direspon secara

berlebihan oleh pasar sehingga menimbulkan keguncangan di pasar keuangan global, khususnya

di negara emerging. Setelah sempat mereda, gejolak kembali terjadi dengan merebaknya isu

debt ceiling dan partial government shutdown di AS. Penyelesaian masalah fiskal AS yang

berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury sebagai

safe haven asset.

Dalam tataran kerjasama internasional, perhatian masih tercurah pada perkembangan

ekonomi global yang masih berjalan lambat serta dampak volatilitas pasar keuangan kepada

negara emerging. Isu spillover juga menjadi salah satu fokus bahasan di fora IMF dan G20.

Negara anggota G-20 juga akan memastikan agar kebijakan dikalibrasi secara hati-hati dan

dikomunikasikan dengan baik. Dalam skala regional, penguatan financial safety net terus

dilakukan baik dalam kerangka CMIM maupun kerjasama bilateral. Upaya tersebut diharapkan

mampu menjadi second line of defense dalam menghadapi situasi global yang masih diliputi

ketidakpastian.

Page 6: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

iv

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

Dinamika perkembangan ekonomi global, respon kebijakan serta aktivitas kerjasama

internasional tersebut terangkum dalam buku PEKKI triwulan tiga 2013 dengan tema ‘Pemulihan

Ekonomi Global: Lambat tapi Pasti’. Pemulihan yang lambat tercermin pada laju pertumbuhan

triwulan ini yang masih lambat. Sementara kepastian pemulihan ditunjukkan oleh kinerja ekonomi

negara berkembang yang kembali meningkat ditengah terpaan gejolak di pasar keuangan.

Selamat membaca!

Jakarta, November 2013

Departemen Internasional

Page 7: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

v

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Isi

Halaman

KAtA PengAntAR ..................................................................................................... iii DAftAR IsI ................................................................................................................. vDAftAR sIngKAtAn ................................................................................................. vii RIngKAsAn eKseKUtIf ............................................................................................. 1

BAB I PeRKeMBAngAn eKOnOMI gLOBAL ............................................................. 3 BAB II PeRKeMBAngAn eKOnOMI InDIVIDU negARA ......................................... 15A. Negara Maju ........................................................................................................... 15

A.1. Amerika Serikat ................................................................................................ 15A.2. Kawasan Euro dan Inggris ................................................................................ 24

A.2.1. Kawasan Euro ........................................................................................ 242.2.2. Inggris .................................................................................................... 32

A.3. Jepang ............................................................................................................. 38Boks 1. Fiscal Offset Dilemma ....................................................................................... 44B. Negara Berkembang ................................................................................................ 46

B.1 China ............................................................................................................... 46B.2 India ................................................................................................................. 51B.3 Korea ............................................................................................................... 56B.4 Malaysia ........................................................................................................... 62B.5 Filipina .............................................................................................................. 65B.6 Singapura ......................................................................................................... 69B.7 Thailand ........................................................................................................... 73B.8 Vietnam ........................................................................................................... 76B.9 Brazil ............................................................................................................... 81

BAB III PAsAR KeUAngAn DAn PAsAR KOMODItAs ........................................... 87A. Pasar Keuangan ....................................................................................................... 88

A.1. Pasar Saham ..................................................................................................... 89A.2. Pasar Obligasi Pemerintah ................................................................................. 92

B. Pasar Valuta Asing ................................................................................................... 93C. Pasar Komoditas ...................................................................................................... 95

Page 8: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

vi

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

BAB IV PeRKeMBAngAn KeRJA sAMA DAn LeMBAgA InteRnAsIOnAL ............ 97A. Kerja Sama Regional ................................................................................................. 98

A.1 Kerja Sama ASEAN ........................................................................................... 98A.2 Kerja Sama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3)..................... .................... 99A.3 Bank for International Settlements (BIS) ............................................................ 100A.4 Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks (EMEAP) ....................... 101

B. Kerja Sama Multilateral ............................................................................................ 102B.1 Respon Fora Atas Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Global .................... 102

Boks 1. Deklarasi G20 Leaders tentang Pemulihan Ekonomi Global. .............................. 105B.2 Reformasi Sektor Keuangan ............................................................ ................. 106B.3 Kerangka Kebijakan IMF atas Kebijakan Moneter Inkonvensional dan Makroprudensial .................................................. ..................................... 107

BAB V ARtIKeL .......................................................................................................... 111Artikel 1 Government Shutdown dan Debt Ceiling AS:Dampak kepada Ekonomi AS dan Global ..................................................................... 111Artikel 2 Global Financial Safety Net sebagai Second Line of Defense terhadap Krisis .... 118

LAMPIRAn ................................................................................................................. 125 Tabel 1 Produk Domestik Bruto .................................................................................... 126Tabel 2 Angka Pengangguran ...................................................................................... 127Tabel 3 Inflasi IHK ........................................................................................................ 128Tabel 4 Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral ................................................................. 129Tabel 5 Uang Beredar .................................................................................................. 130Tabel 6 Surplus Defisit Keuangan Pemerintah ............................................................... 131Tabel 7 Neraca Berjalan ................................................................................................ 132Tabel 8 Cadangan Devisa ............................................................................................. 133Tabel 9 Nilai Tukar Dunia terhadap USD ....................................................................... 134Tabel 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia ................................................ 135Tabel 11 Indeks Saham ................................................................................................. 136Tabel 12 Government Debt ........................................................................................... 137Tabel 13 Harga Komoditi Dunia .................................................................................... 138

Page 9: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

vii

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

Daftar Singkatan

ADB Asian Development Bank

AMRO ASEAN+3 Macroeconomic Research Office

ASEAN Association of South East Asian Nations

ASEAN+3 Kelompok Kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea Selatan

ASEAN5 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,

Filipina

ASEAN6 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,

Filipina dan Vietnam

Aspac Asia Pasifik

BANXICO Bank Sentral Mexico

BBM Bahan Bakar Minyak

BCB Banco Central do Brazil

BCBS Basel Committee on Banking Supervision

BCMLV Terdiri dari Brunei, Cambodia, Myanmar, Lao, Vietnam

BIS Bank for International Settlements

BNM Bank Negara Malaysia

BoE Bank of England

BoK Bank of Korea

BOJ Bank of Japan

BOT Bank of Thailand

BSP Bangko Sentral ng Pilipinas

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CAP Cannes Action Plan

CDS Credit Default Swap

CF Consensus Forecast

CFT Combating the Financing of Terrorism

CGIF Credit Guarantee and Investment Facility

CMIM Chiang Mai Initiative Multilateralization

CoE Certificate of Entitlement

CPI Consumer Price Index

CRA Credit Rating Agencies

CRR Cash Reserve Ratio

DIFX Dubai International Financial Exchange

Page 10: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

viii

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

DJIM Dow Jones Islamic Market

EB Executive Board

EBA European Bank Authority

ECB European Central Bank

ED Executive Director

EFSF European Financial Stability Facility

EMDCs Emerging Market and Developing Countries

EMEAP Executives’ Meeting of East Asia-Pacific Central Banks

ESM European Stability Mechanism

ETP Economic Transformation Program

FDI Foreign Direct Investment

Fedres Federal Reserve

FOMC Federal Open Market Committee

FSB Financial Stability Board

FSSB Growth Framework for Strong, Sustainable, and Balanced Growth

FTA Free Trade Area

G-3 Group-3 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang

G-20 Group-20 yang terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China,

Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab

Saudi, Afrika Selatan, Korea, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

G-SIBs Globally Systemic Important Banks

G-SIFIs Global Systematically Important Financial Institutions

GDP Gross Domestic Product

GWM Giro Wajib Minimum

ICDPS Islamic Cooperation for the Development of the Private Sector

IILM International Islamic Liquidity Management

IFA International Financial Architecture

IFC International Finance Corporation

IFI International Financial Institutions

IHK Indeks Harga Konsumen

IMF International Monetary Fund

ISM Institute for Supply Management

JII Jakarta Islamic Index

Page 11: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

ix

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia

KPR Kredit Perumahan Rakyat

KRW Korean Won

LCBMs Local Currency Bond Markets

LTROs Longer-term Refinancing Operations

MAS Monetary Authority of Singapore

MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN

MPI Manufacturing Production Index

MPP Macroprudential Policy

NPA Note Purchase Agreement

NPL Non Performing Loan

OECD Organisation for Economic Co-operation and Development

OIS Overnight Indexed Swap

OMTs Outright Monetary Transactions

OPR Overnight Policy Rate

OTC Over The Counter

PBoC People’s Bank of China

PDB Produk Domestik Bruto

PIIGS Portugal, Irlandia, Italy, Yunani (Greece) dan Spanyol

PLN Pinjaman Luar Negeri

PMI Purchasing Manager Index

PPI Producer Price Index

PRGT Poverty Reduction and Growth Trust

QE Quantitative Easing

QEP Quantitative Easing Policy

QOQ Quarter on Quarter

QTQ Quarter to Quarter

RBI Reserve Bank of India

REER Real Effective Exchange Rate

RFA Regional Financial Arrangement

SBV State Bank of Vietnam

SEACEN South East Asian Central Banks

SELIC The Central Depository of Securities yang dikeluarkan oleh The National

Treasury and The Banco Central do Brasil

Page 12: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

x

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007

SSBG Strong, Sustainable and Balanced Growth

SSE Shanghai Stock Exchange

S&P Standard & Poor’s

TW Triwulan

TWI Trade Weighted Index

ULN Utang Luar Negeri

UMP Unconventional Monetary Policies

USD US Dollar

WEO World Economic Outlook

WPI Wholesale Price Index

WTI Western Texas Intermediate

YOY Year on Year

Page 13: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Ringkasan Eksekutif

1

Ekonomi global pada Triwulan 3 – 2013 (TW3-13) kembali menunjukkan perbaikan kinerja

meskipun masih lemah. Secara keseluruhan perekonomian dunia hanya tumbuh 3,0% (yoy),

relatif lambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,8% yoy. Seperti pada triwulan

sebelumnya, pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi di kelompok negara maju, yaitu tumbuh

1,4% yoy (TW3-13) dari 1,0% yoy (TW2-13). Sementara pertumbuhan negara berkembang

hanya menunjukkan sedikit peningkatan dari 4,6% yoy (TW2-13) menjadi sebesar 4,7% yoy

(TW3-13). Meskipun hanya meningkat ‘tipis’, pertumbuhan negara berkembang menjadi sangat

berarti mengingat pada triwulan sebelumnya tumbuh melambat. Dengan demikian, pertumbuhan

yang relatif lambat ini menjadi lebih pasti sebagai landasan bagi pertumbuhan dan pemulihan

ekonomi ke depan.

Hampir seluruh negara maju menunjukkan kinerja ekonomi yang membaik, terutama Jepang

dan Inggris. Sementara pertumbuhan ekonomi kelompok negara berkembang lebih bervariasi.

China dan India tumbuh meningkat, namun sebagian negara ASEAN tumbuh melambat. Faktor

pendorong pertumbuhan pada umumnya adalah konsumsi dan ekspor yang sedikit membaik. Di

sisi lain, terdapat beberapa faktor menghambat yang mengakibatkan lambatnya pertumbuhan,

yaitu tingginya faktor ketidakpastian yang mengakibatkan gejolak di pasar keuangan dan pada

gilirannya melemahkan aktivitas perekonomian, permasalahan angka pengangguran yang masih

sangat tinggi dan semakin terbatasnya ruang stimulus otoritas di negara maju ditengah belum

pulihnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan ekonomi.

Isu tapering QE, debt ceiling dan government shutdown di AS memicu gejolak di pasar

keuangan global. Negara-negara berkembang mengalami capital reversal yang disertai dengan

jatuhnya harga aset dan nilai tukar. Meskipun pasar (nilai tukar dan harga aset) kembali tenang,

sebagian harga aset keuangan di negara berkembang mengalami penurunan. Isu tapering QE

dan debt ceiling yang belum terselesaikan menjadikan investor global belum kembali melakukan

investasi di negara berkembang. Pasar komoditas global juga secara umum masih lesu.

Peningkatan transaksi ekspor-impor belum mampu mendorong naik harga komoditas. Hanya

beberapa komoditas, seperti minyak dan emas, mengalami sedikit peningkatan harga.

Dengan perkembangan ekonomi yang masih lemah, tekanan inflasi juga cenderung

menurun, kecuali di beberapa negara berkembang yang masih tumbuh tinggi. Konsekuensinya,

kebijakan yang diambil pihak otoritas juga beragam sepanjang triwulan ini. Otoritas di negara-

Ringkasan Eksekutif“Pemulihan Ekonomi Global: Lambat tapi Pasti”

Page 14: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

2

negara maju dan negara berkembang yang perekonomiannya masih lemah cenderung masih

akomodatif. Beberapa negara menurunkan suku bunga kebijakan, seperti Rusia dan Meksiko.

Bahkan ECB juga menurunkan suku bunga kebijakan pada November 2013, setelah inflasi

Kawasan Euro terus menurun yang menunjukkan lemahnya perekonomian. Sebaliknya, kebijakan

yang cenderung lebih ketat diambil oleh beberapa negara berkembang yang memiliki permintaan

domestik masih cukup kuat, seperti Brazil, India dan Indonesia. Keputusan menaikkan suku bunga

kebijakan tersebut untuk menahan tekanan inflasi di negara-negara tersebut yang cenderung

meningkat.

Perkembangan ekonomi yang masih lemah ditengah pasar keuangan yang semakin

volatile mendorong berbagai negara melakukan kerja sama – melalui beberapa fora, seperti

G20, BIS, EMEAP, ASEAN dan sebagainya. Forum ASEAN+3, BIS dan EMEAP banyak membahas

permasalahan volatilitas pasar keuangan global dan upaya mengatasinya, termasuk membahas

policy measures untuk mengantisipasi dampak tapering QE. Forum G20 – dan IMF – selain

membahas permasalahan tersebut, juga membahas masalah struktural, seperti reformasi struktural

dan shadow banking. Pemulihan yang lebih terkoordinasi diharapkan dapat mempercepat

pemulihan ekonomi sekaligus mengurangi kerentanan di pasar keuangan global. Terkait

Komunitas Ekonomi ASEAN 2015, negara-negara ASEAN terus melakukan upaya dan koordinasi

menuju ke arah integrasi ASEAN, baik di bidang jasa keuangan, aliran modal, pengembangan

pasar modal, maupun pengembangan sistem pembayaran dan setelmen.

Ke depan, pemulihan yang terus membaik – meskipun lambat – menjadikan banyak pihak

optimis perekonomian global akan semakin membaik dan tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan

ekonomi dunia di 2014 diperkirakan akan meningkat mencapai 3,6% yoy (proyeksi IMF) dari

sebesar 2,9% tahun ini. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akan diikuti oleh peningkatan

transaksi perdagangan antardunia. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan belum akan

meningkat secara signifikan. Namun demikian, beberapa faktor risiko masih menghantui

perkembangan ekonomi dunia dan perlu diperhatikan untuk memastikan pemulihan ekonomi

global berjalan sesuai harapan.

Page 15: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

3

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Pemulihan ekonomi global sepanjang triwulan 3 2013 terus menunjukkan perbaikan,

meskipun laju pertumbuhannya masih relatif lambat dan disertai masih tingginya faktor

ketidakpastian dan capital flows yang semakin volatile. Negara maju terus menunjukkan

perkembangan positif justru di saat kinerja negara berkembang cenderung melemah. Sehingga

secara keseluruhan menciptakan laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat relatif lambat

dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun membaik, beberapa permasalahan struktural

masih menghantui berbagai negara, terutama negara maju seperti AS yang masih menghadapi

permasalahan fiskal dan Kawasan Euro masih mengalami resesi. Negara berkembang juga

menghadapi beberapa permasalahan, seperti melambatnya pertumbuhan karena kinerja ekspor

yang menurun dan meningkatnya ketidakstabilan di pasar keuangan akibat aliran modal asing

yang semakin volatile. Aliran modal yang semakin volatile dipicu oleh sentimen negatif dari isu

tapering QE, debt ceiling dan government shutdown di AS. Dengan pertumbuhan ekonomi yang

tertahan, tekanan inflasi cenderung menurun, kecuali di Jepang dan beberapa negara berkembang

yang permintaan domestiknya relatif masih kuat. Berdasarkan perkembangan tersebut, secara

umum kebijakan yang diambil pihak otoritas masih cenderung akomodatif (longgar), meskipun

beberapa negara melakukan kebijakan pengetatan. Dengan berbagai perkembangan tersebut,

pertumbuhan ekonomi global ke depan diperkirakan akan terus membaik, terlepas dari masih

adanya berbagai faktor risiko yang dapat menahan laju pertumbuhan.

Perkembangan Ekonomi Global

1BA B

Page 16: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

4

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Kinerja eKonomi

Ekonomi dunia masih terus berjuang

untuk pulih dari krisis global yang pecah di

2008. Meskipun telah melewati lebih dari

lima tahun, perekonomian dunia masih

belum kembali pulih ke kondisi normal seperti

sebelum krisis. Sampai dengan TW3-13

aktivitas ekonomi di berbagai negara belum

menunjukkan peningkatan yang signifikan

sehingga pertumbuhan ekonomi dunia tahun

ini diperkirakan lebih rendah dibanding tahun

sebelumnya. IMF dalam WEO Oktober 2013

kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan

ekonomi dunia menjadi 2,9% yoy, dari

perkiraan sebelumnya sebesar 3,1% yoy

(WEO update Juli 2013). Pada tahun 2012

perekonomian dunia tumbuh sebesar 3,2%

yoy. Melambatnya laju pertumbuhan terjadi

baik di negara berkembang maupun di negara

maju, dan khusus pada TW3-13 ini kinerja

ekonomi kelompok negara maju mampu

tumbuh relatif lebih baik dibanding negara

berkembang.

Selain disebabkan oleh lambatnya

proses pemulihan, masih lemahnya aktivitas

perekonomian global juga disebabkan oleh

gejolak di pasar keuangan yang berulangkali

terjadi, termasuk gejolak yang terjadi di triwulan

ini yang dipicu oleh isu tapering stimulus

moneter (quantitative easing), debt ceiling dan

government shutdown di AS. Permasalahan

dimaksud menimbulkan sentimen negatif

di pasar keuangan sehingga terjadi capital

reversal di negara-negara berkembang yang

diiringi oleh gejolak di pasar valas dan pasar

keuangan. Hal ini lebih jauh lagi menghambat

aktivitas perekonomian yang berujung pada

laju pertumbuhan yang lebih rendah.

Meskipun secara keseluruhan tahun

melambat, pertumbuhan ekonomi dalam

tiga triwulan pertama 2013 menunjukkan

laju pertumbuhan yang membaik. Ekonomi

global pada TW3-13 diperkirakan hanya

tumbuh sebesar 3,0% yoy, sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 2,8% yoy. Seperti pada triwulan

sebelumnya, akselerasi pertumbuhan di

negara maju relatif lebih tinggi dibanding

dengan negara berkembang, meskipun

level pertumbuhannya tetap didominasi

oleh negara berkembang. PDB negara maju

diperkirakan tumbuh sebesar 1,4% yoy,

meningkat cukup tinggi (0,4%) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh

sebesar 1,0% yoy. Sementara PDB negara

berkembang diperkirakan tumbuh sebesar

4,7% yoy, hanya sedikit meningkat (0,1%)

dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

4,6% yoy.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi

negara maju terutama terjadi di Jepang dan

Inggris. Pertumbuhan PDB Jepang melonjak

dari 1,1% yoy di TW2-13 menjadi 2,7%

yoy pada TW3-13, didorong oleh semakin

kuatnya konsumsi domestik dan membaiknya

ekspor. Sementara di Inggris, meningkatnya

pertumbuhan ekonomi lebih didorong oleh

perbaikan konsumsi domestik. Selain Jepang

dan Inggris, AS juga mencatat pertumbuhan

PDB yang cukup baik (1,6% yoy), relatif sama

dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu,

Kawasan Euro yang masih berjuang untuk

Page 17: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

5

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

oleh permintaan domestik yang meningkat.

Hal ini tercermin pada angka penjualan

ritel yang meningkat pada TW3-13. Di

kelompok negara maju, Jepang dan Inggris

menunjukkan perbaikan angka penjualan ritel

yang sangat meyakinkan. Selain meningkat,

laju pertumbuhan penjualan ritel di kedua

negara tersebut telah melewati rata-rata

angka pertumbuhan masing-masing negara

untuk periode 2010-2012 yang cukup tinggi.

Inggris bahkan telah melampauinya dalam

lima bulan terakhir secara berturut-turut. Di

kelompok negara berkembang, beberapa

negara juga mencatat angka pertumbuhan

ritel yang melampaui rata-rata 2010-2012,

yaitu Filipina dan Malaysia. Namun demikian,

perkembangan yang lebih krusial adalah

meningkatnya pertumbuhan penjualan ritel

di negara berkembang utama, seperti China,

Brazil dan India.

Di sisi lain, perbaikan angka penjualan ritel

juga didukung oleh pasokan barang yang secara

umum juga meningkat pada TW3-13. Produksi

sektor manufaktur (Industrial Production Index)

menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi,

terutama di Jepang dan China. Angka produksi

di Inggris cenderung menurun meskipun

perekonomiannya sedang meningkat. Hal ini

disebabkan produksi yang telah meningkat

cukup tinggi pada triwulan sebelumnya dan

stok yang tersedia masih mampu mencukupi

peningkatan permintaan. Sementara itu,

peningkatan produksi juga terjadi di AS untuk

mengimbangi permintaan yang tumbuh cukup

stabil meskipun tidak meningkat.

pulih dari krisis dan keluar dari resesi, masih

mengalami kontraksi ekonomi. Meskipun

terkontraksi, tingkat kontraksi ekonomi

Kawasan Euro tersebut (minus 0,4% yoy) jauh

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

(minus 0,6% yoy).

Negara berkembang yang pada TW2-

13 tumbuh melambat, kembali menemukan

momentum pertumbuhan sehingga laju

pertumbuhannya kembali meningkat di

triwulan ini. Meningkatnya pertumbuhan

didorong oleh kembali meningkatnya

(rebound) laju pertumbuhan ekonomi di

China, India dan negara-negara ASEAN, serta

terus meningkatnya laju pertumbuhan Korea.

Membaiknya perekonomian di negara-negara

tersebut pada umumnya juga didukung oleh

konsumsi domestik yang kuat dan membaiknya

kinerja ekspor. Di sisi lain, beberapa negara

berkembang lainnya masih mengalami

penurunan laju pertumbuhan.

Pada umumnya peningkatan laju

pertumbuhan di berbagai negara didorong

Grafik 1.1 Pertumbuhan ekonomi Dunia

������

��������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

����������������������������

�����

��

��

��

��

�����������������

Page 18: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

6

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Tabel 1.1 Penjualan ritel

Tabel 1.2 Produksi industri

Indeks produksi di negara berkembangan

secara umum juga mengalami peningkatan,

bahkan dengan laju peningkatan yang jauh

lebih signifikan. Peningkatan produksi yang

cukup tinggi terjadi di China, Filipina dan

Indonesia. Bahkan, pertumbuhan produksi

di Filipina dan Indonesia berhasil melampaui

rata-rata pertumbuhan produksi periode

2010-2012.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep

Amerika 6.3 6.9 6.4 5.6 5.4 3.7 4.1 5.3 5.8 4.4 4.5 5.2 4.5 4.3 3.2 3.7 4.4 6.0 5.7 4.6 3.2 6.1Kawasan Euro 1.1 2.2 0.0 3.5 0.7 1.0 1.5 0.8 1.9 3.2 2.0 2.7 1.8 1.9 2.2 1.1 0.1 1.3 0.7 0.2 0.5Inggris 2.5 2.6 4.6 0.9 3.5 3.6 2.9 3.0 3.1 1.8 2.4 1.8 1.0 3.2 1.1 1.4 3.4 3.3 4.6 3.6 3.7 2.9Jepang 1.8 3.4 10.3 5.7 3.6 0.2 0.7 1.7 0.4 1.2 1.2 0.2 4.8 2.2 0.3 0.2 0.8 1.6 0.3 1.1 3.0 1.2

India* 12.3 12.2 10.3 10.0 10.5 8.9 7.4 4.1 9.6 14.6 1.8 2.8 5.3 5.4 7.8 0.3 0.9 5.1 2.1 4.5 11.6 17.3Korea 5.1 8.3 3.6 2.9 5.3 3.1 3.9 1.4 5.0 3.3 5.3 2.7 2.0 2.5 2.2 1.7 0.1 0.6 2.0 3.2 1.4 11.9Singapura 2.3 19.9 9.0 2.4 0.7 0.8 2.9 3.7 2.7 1.2 1.4 1.7 2.3 2.9 7.5 0.5 2.9 4.2 8.3 7.7 2.1Thailand 3.3 13.5 7.7 12.1 24.6 14.1 17.7 12.5 13.5 39.4 53.1 22.9 18.2 4.8 7.9 7.4 2.0 0.3 4.3 2.9 14.2Filipina* 24.9 6.9 1.0 4.1 30.7 24.8 25.6 1.8 2.4 11.8 20.9 48.1 48.3 35.2 12.2 22.7 11.2 4.0 8.2 20.7 8.1Malaysia* 25.3 9.0 15.3 6.2 26.6 35.6 18.3 11.2 3.4 3.3 10.5 26.1 34.5 2.2 7.5 9.9 14.9 5.3 15.1 1.4 19.6 6.2Indonesia 15.1 11.6 12.5 11.7 8.0 14.3 20.0 10.6 19.2 19.3 17.2 15.1 8.0 13.3 9.3 10.0 12.0 14.9 15.2 2.0 16.9Vietnam 27.6 25.0 26.1 25.8 24.8 24.8 24.6 24.0 23.0 22.8 16.8 16.0 9.7 11.0 11.7 11.5 11.9 12.1 12.1 12.4 12.8 27.0Brazil 7.8 10.6 12.5 6.0 8.3 9.4 7.2 10.0 8.5 9.2 8.4 5.1 5.9 0.2 4.5 1.6 4.4 1.6 6.0 6.2 8.7China 15.2 14.1 13.8 13.7 13.1 13.2 14.2 14.5 14.9 15.2 13.7 13.1 13.2 14.2 14.5 14.9 15.2 16.7Sumber: Bloomberg

*) Data Vehicle Sales

Penjualan Ritel naik/tetap dari periode sebelumnya dan di atas/sama dengan rata rata 2010 12

Penjualan Ritel turun/tetap dari periode sebelumnya dan masih di bawah rata rata 2010 12

% yoy

Negara2012 2013 Rata rata

2010 2012Negara Maju

Negara Berkembang

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept

Amerika 3.9 4.9 3.3 4.6 4.5 4.4 4.2 2.8 2.9 2.2 3.3 2.8 2.1 2.2 3.1 2.0 1.9 2.1 1.5 2.8 3.3 4.2Kawasan Euro 1.8 0.7 1.4 -0.7 -1.6 -0.9 -0.8 -1.0 -1.4 -3.8 -3.9 -2.4 -3.3 -2.9 -3.4 0.9 -2.0 1.4 -2.8 -1.0 - 5.4Inggris -3.5 -1.6 -2.0 -1.3 -1.5 -4.2 -0.9 -1.1 -3.9 -4.0 -3.1 -3.1 -3.3 -2.3 -1.9 -1.4 -2.2 1.6 -1.1 -1.5 - -0.5Jepang 0.1 3.0 16.6 15.1 7.6 -0.6 0.1 -4.1 -7.6 -4.7 -5.5 -7.6 -6.0 -10.1 -7.2 -3.4 -1.1 -4.6 1.8 -0.4 5.1 5.2

India 1.0 4.3 -2.8 -1.3 2.5 -2.0 -0.1 2.0 -0.7 8.4 -1.0 -0.6 2.5 0.6 3.5 1.5 -2.5 -1.8 2.8 0.4 - 5.1Korea -3.2 15.3 0.5 -0.4 3.1 0.6 -0.3 -2.1 -0.8 -1.9 2.1 -0.4 7.7 -9.5 -2.9 1.5 -1.3 -2.4 1.0 3.2 -3.6 8.0Singapura -10.0 12.2 -3.4 -1.9 6.4 7.7 2.2 -2.8 -3.6 -5.0 2.8 1.6 0.5 -15.1 -3.4 5.5 3.0 -4.0 3.2 4.0 9.3 13.4Thailand -14.6 -3.3 -2.5 0.1 6.1 -9.5 -5.4 -11.1 -15.8 36.2 82.5 23.1 13.0 1.2 3.2 -1.5 -5.3 -0.9 -2.6 -0.4 -0.5 4.5Filipina 4.3 10.2 13.5 6.1 -1.9 8.9 2.5 2.4 8.2 17.0 7.8 6.0 -0.8 -4.8 -10.6 -1.0 9.5 0.5 7.8 10.7 - 9.3Malaysia 0.6 9.2 2.9 3.5 7.9 4.3 2.3 0.1 5.0 6.7 7.2 3.5 5.0 5.2 0.1 4.6 3.3 3.7 7.5 2.7 - 4.3Indonesia 2.3 11.4 -1.8 2.7 3.1 0.9 -0.6 -4.6 3.9 9.8 12.6 10.9 10.9 6.3 9.9 10.4 6.9 4.2 4.1 12.4 - 4.2Vietnam -2.4 22.1 6.5 7.5 6.8 8.0 6.1 4.4 9.7 5.7 6.7 5.9 21.1 -10.1 5.6 5.8 6.7 6.5 7.0 4.4 6.7 8.3Brazil -2.9 -4.5 -2.5 -3.4 -4.3 -5.4 -2.5 -1.6 -3.2 2.9 -0.8 -3.5 5.6 -2.8 -3.2 8.7 1.5 3.3 1.8 -1.2 2.0 2.9China - - 11.9 9.3 9.6 9.5 9.2 8.9 9.2 9.6 10.1 10.3 - - 8.9 9.3 9.2 8.9 9.7 10.4 10.2 13.0Sumber: Bloomberg

*) Data Triwulan

Produksi Industri naik/tetap dari periode sebelumnya atau di atas/sama dengan rata-rata 2010-12

Produksi Industri turun/tetap dari periode sebelumnya dan masih di bawah rata-rata 2010-12

% yoy

Negara2012 2013 Rata-rata

2010-2012Negara Maju

Negara Berkembang

Page 19: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

7

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Se j a l an dengan men ingka tnya

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh

permintaan domestik, permintaan impor

juga meningkat sehingga secara keseluruhan

aktivitas perdagangan dunia juga meningkat.

Pertumbuhan ekspor dan impor secara umum

menunjukkan tren yang meningkat. Ekspor

dan impor di berbagai negara, terutama di AS

dan Jepang, menunjukkan peningkatan yang

cukup tinggi. Meningkatnya perdagangan

dunia juga tercermin pada harga komoditas

yang cenderung meningkat, termasuk harga

minyak.

Apabila ditinjau menurut kawasan,

meningkatnya pertumbuhan ekonomi global

lebih banyak disumbang oleh perekonomian

di kawasan Asia Pasifik dan Eropa. Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan

Amerika sedikit melambat dan pertumbuhan

di kawasan Afrika relatif tetap.

Kawasan Asia Pasifik tumbuh sebesar

5,2% yoy sepanjang TW3-13, meningkat

cukup signifikan dari sebesar 4,8% yoy

pada triwulan sebelumnya. Peningkatan

pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik

tidak terlepas dari pertumbuhan PDB Jepang

dan Korea yang semakin tinggi. Selain itu,

China – yang pada triwulan sebelumnya

mengalami penurunan pertumbuhan – berhasil

mendorong aktivitas perekonomian sehingga

pertumbuhannya kembali meningkat dan

berkontribusi mendorong pertumbuhan

ekonomi kawasan. Hal yang sama juga terjadi

pada India dan beberapa negara ASEAN.

Kawasan Eropa masih mengalami

kontraksi, meskipun tidak sedalam tiwulan

sebelumnya. Pada TW3-13 Kawasan Euro

Grafik 1.2 Perkembangan ekspor Grafik 1.4 PDB Kawasan

Grafik 1.3 Perkembangan impor

������

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������

������� ������

�����������������

���

���

��

��

��

��

��

������

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������� �������������������������

�����������������

������

��������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

����������������������������������������������

��

��

��

��

�����������������

Page 20: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

8

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

terkontraksi sebesar 0,4% yoy, sedikit membaik

dibandingkan TW2-13 yang terkontraksi

sebesar 0,6% yoy. Menurunnya kontraksi

ekonomi tersebut terutama disumbang oleh

Inggris dan Jerman yang masing-masing

tumbuh sebesar 1,5% yoy dan 0,6% yoy dari

sebesar 1,3% yoy dan 0,5% yoy pada triwulan

sebelumnya.

Di kawasan Amerika, pertumbuhan

ekonomi pada TW3-13 relatif tetap di kisaran

1,9% yoy. Pertumbuhan tersebut disebabkan

oleh ekonomi AS yang tumbuh stagnan di level

1,6% yoy, sementara perekonomian Kanada

tumbuh cukup tinggi dari 1,1% yoy menjadi

2% yoy di TW3-13. Namun perbaikan ekonomi

Kanada belum cukup untuk menutup stagnansi

pertumbuhan ekonomi AS. Pertumbuhan

ekonomi negara-negara lain di kawasan ini

juga relatif tidak berubah.

S e j a l a n d e n g a n m e m b a i k n y a

perekonomian global yang ditopang oleh

konsumsi domestik tekanan inflasi juga

cenderung meningkat, meskipun levelnya

relatif masih rendah. Bahkan di beberapa

negara - seperti Brazil, India dan Indonesia -

tekanan inflasi meningkat cukup tinggi. Namun

demikian, beberapa negara lainnya justru

mengalami penurunan tekanan inflasi, seperti

Kawasan Euro, Thailand dan Filipina.

isu eKonomi GloBal

Ditengah perekonomian global yang

mulai menggeliat, perkembangan pasar

keuangan global masih diwarnai oleh gejolak

harga, terutama di pasar keuangan negara

berkembang. Gejolak di pasar keuangan

tersebut dipicu oleh isu pengurangan (tapering)

stimulus moneter (quantitative easing atau QE)

oleh the Fed, debt ceiling dan government

shutdown di AS. Merebaknya isu-isu tersebut

menyebabkan investor global menarik dananya

dari pasar keuangan negara berkembang,

yang selanjutnya berdampak pada jatuhnya

harga aset keuangan dan depresiasi nilai

tukar mata uang domestik. Permasalahan

lain yang juga harus dihadapi perekonomian Grafik 1.5 inflasi negara maju

Grafik 1.6 inflasi negara Berkembang

������������

���� ���� ���� ����

����

��

����

���

���

� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������ ����������������������������������������

�����������������

������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

����� ����� ����� ��������

��

��

��

�����������������

Page 21: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

9

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

global adalah terganggunya pasokan minyak

akibat meningkatnya tensi geopolitik di Timur

Tengah.

Isu tapering QE muncul pada TW2-13

menyusul pernyataan Gubernur the Fed, Ben

Bernanke, mengenai kemungkinan tapering

QE sejalan dengan membaiknya ekonomi

AS. Pada saat itu pasar merespon negatif

pernyataan tersebut sehingga harga aset

di pasar keuangan global menurun. Pasar

kembali tenang setelah munculnya pernyataan

susulan bahwa keputusan untuk melakukan

tapering QE paling cepat dilaksanakan pada

FOMC meeting bulan September 2013.

Namun, menjelang akhir Agustus 2013 pasar

keuangan global kembali bergejolak sejalan

dengan ekspektasi pasar bahwa the Fed akan

melaksanakan tapering pada September 2013.

Investor global merespon dengan mengalihkan

investasinya aset berisiko - terutama aset-aset

keuangan negara berkembang - ke aset yang

dipandang lebih aman (safe haven assets),

seperti US Treasury Bills.

Capital reversal yang terjadi di hampir

seluruh negara berkembang tersebut

mengakibatkan jatuhnya harga aset keuangan

dan depresiasi nilai tukar. Harga saham di

negara-negara berkembang menurun cukup

signifikan menjelang akhir Agustus 20131,

seperti di Indonesia yang menurun sekitar

14,1%, Filipina 12,8%, Thailand 12,2%,

Turki 11,9%, India 7,1%, dan Brazil 3,2%.

Harga obligasi pemerintah juga menurun

sebagaimana tercermin pada kenaikan yield

dimana yield Indonesia turun 85 bps, Thailand

41 bps, Singapura 33 bps, Filipina 21 bps dan

Malaysia turun 15 bps. Sementara itu, nilai

tukar negara berkembang juga melemah

signifikan - meskipun beberapa negara

melakukan intervensi di pasar valas-dimana

rupee India terdepresiasi sekitar 12,0%, rupiah

Indonesia 8,9%, dan lira Turki 5,5%. Selain

mengakibatkan jatuhnya harga aset keuangan

dan nilai tukar, capital reversal yang dipicu

oleh berbagai isu tersebut juga mengakibatkan

pasar menjadi lebih volatile.

Setelah dihantam isu tapering QE, pasar

keuangan global kembali terguncang oleh isu

debt ceiling dan government shutdown di AS.

Isu ini juga direspon negatif oleh pasar setelah

sehingga harga aset keuangan dan nilai tukar

kembali bergejolak (rincian mengenai isu ini

lihat artikel ‘Government Shutdown dan Debt

Ceiling AS: Dampak kepada Ekonomi AS dan

Global’).

Tekanan dan gejolak di pasar keuangan

negara berkembang tersebut mengakibatkan

aliran modal semakin menurun, namun dengan

volatilitas yang meningkat. Aliran modal masuk

ke negara berkembang yang sudah menurun

di TW2-13 cenderung terus menurun di TW3-

13. Penurunan aliran modal tersebut terutama

terjadi di negara berkembang dengan size

ekonomi besar (Brazil, Rusia, India, China,

Turki, Indonesia dan Meksiko). Salah satu faktor

penyebabnya adalah menurunnya penerbitan

obligasi di negara berkembang, terutama

penerbitan obligasi oleh sektor swasta.

1 Dalam periode waktu antara 15-31 Agustus 2013.

Page 22: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

10

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Penurunan tersebut terjadi di negara-negara

berkembang di hampir seluruh kawasan,

kecuali kawasan Amerika2.

OutlOOk

Dengan perkembangan yang relatif

masih lemah dan disertai dengan berulangnya

gejo lak d i pasar keuangan, prospek

pertumbuhan ekonomi global diperkirakan

masih akan gloomy dan hanya akan membaik

secara terbatas. Untuk TW4-13, Consensus

Forecast (edisi Oktober 2013) memperkirakan

perekonomian global hanya tumbuh sekitar

3,1% yoy. Meskipun diperkirakan tumbuh

terbatas, laju pertumbuhan dari triwulan ke

triwulan menunjukkan tren peningkatan -

dimana pada TW1, TW2 dan TW3 tercatat

tumbuh sebesar 2,6% yoy, 2,8% yoy dan

3,0% yoy–sehingga menimbulkan optimisme

ke depan akan terus meningkat. Dengan

demikian, untuk keseluruhan tahun 2013

perekonomian global diperkirakan tumbuh

sebesar 2,9% yoy.

Perkiraan di atas sejalan dengan

perkiraan IMF (dalam WEO Oktober 2013)

yang memperkirakan perekonomian global

tahun 2013 akan tumbuh sebesar 2,9% yoy.

Namun perkiraan laju pertumbuhan tersebut

lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya

(sebagaimana dalam World Economic Outlook

(WEO) Update Juli 2013) yang mencapai 3,2%

yoy. Revisi ke bawah perkiraan pertumbuhan

tersebut sete lah mempert imbangkan

perkembangan ekonomi sampai dengan TW3-

13 yang belum menunjukkan perbaikan yang

berarti. Sejalan dengan itu, IMF juga merevisi ke

bawah outlook pertumbuhan ekonomi global

tahun 2014 menjadi 3,6% yoy dari perkiraan

sebelumnya yang mencapai 3,8% yoy.

Revisi outlook ke bawah juga dilakukan oleh

Organization for Economic Co-operation and

Development (OECD), terutama untuk outlook

AS dan China. Bahkan the Fed pada September

2013 juga menurunkan outlook pertumbuhan

ekonomi AS sebesar 0,3% menjadi kisaran

2,0%-2,3% untuk tahun 2013. Sementara

untuk tahun 2014, the Fed memperkirakan

pertumbuhan akan terakselerasi ke kisaran

2,9%-3,1%.

Terka i t dengan perk i raan IMF,

kontributor utama pada pertumbuhan dunia

tahun 2013 tetap negara berkembang dengan

perkiraan angka pertumbuhan mencapai

4,5% yoy. Namun angka perkiraan tersebut

jauh lebih rendah (0,5%) dibanding perkiraan

sebelumnya (5,0% yoy), dan lebih rendah

dibanding pertumbuhan tahun 2012. Meskipun

pertumbuhannya diperkirakan melambat,

tekanan inflasi di negara berkembang relatif

tetap tinggi. Tingginya tekanan inflasi di

sebagian negara berkembang disebabkan

oleh ekses likuiditas, relatif masih kuatnya

permintaan domestik, dan pelemahan

nilai tukar yang terjadi pada saat pasar

keuangan global diguncang oleh berbagai

isu atau sentimen negatif, seperti tapering

QE di AS. Laju inflasi negara berkembang

di 2013 diperkirakan sebesar 6,2% yoy

(sedikit meningkat dari 6,1% yoy di 2012). 2 Sumber : Institute of International Finance: Capital Flows to Emerging Market Economies, October 7, 2013.

Page 23: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

11

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Untuk tahun 2014, laju pertumbuhan negara

berkembang diperkirakan meningkat menjadi

5,1% yoy. Namun demikian, tekanan inflasi

diperkirakan justru menurun sebagai dampak

dari lebih ketatnya stance kebijakan moneter.

Di sisi lain, negara maju diperkirakan

hanya tumbuh 1,2% di 2013, sama dengan

perkiraan sebelumnya. Seperti negara

berkembang, perkiraan pertumbuhan ekonomi

negara maju tersebut juga lebih rendah

dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi

tahun 2012 yang mencapai 1,5% yoy. Sejalan

dengan masih belum pulihnya perekonomian

(dari dampak krisis), tekanan inflasi di negara

maju juga relatif rendah dan inflasi diperkirakan

akan terus menurun menjadi 1,4% yoy (dari

2,0% yoy di 2012). Laju pertumbuhan negara

maju di 2014 diperkirakan meningkat lebih

cepat menjadi 2,0% yoy yang diiringi oleh

tekanan inflasi yang juga meningkat menjadi

1,8% yoy.

Meskipun pertumbuhan ekonomi

global di tahun 2013 diperkirakan melambat

dibanding tahun 2012, pertumbuhan volume

perdagangan dunia diperkirakan mampu

meningkat (2,9%) dan sedikit lebih tinggi

dibanding 2012 (2,7%). Peningkatan laju

pertumbuhan tersebut didorong oleh harga

komoditas yang relatif masih rendah sementara

pendapatan masih meningkat, meskipun

peningkatannya melambat. Secara umum

harga komoditas diperkirakan menurun, yaitu

menurun 0,5% untuk komoditas minyak dan

menurun 1,5% untuk komoditas non-minyak.

Untuk tahun 2014, volume perdagangan

dunia diperkirakan tumbuh 4,9%, diiringi

oleh penurunan lebih lanjut komoditas minyak

(3,0%) dan non-minyak (4,2%).

N a m u n d e m i k i a n , p e r k i r a a n

pertumbuhan di atas dapat meleset dan

menjadi lebih rendah mengingat faktor

risiko ketidakpastian yang masih tinggi.

Beberapa faktor yang dapat menurunkan laju

pertumbuhan adalah (i) dampak negatif dari

kebijakan di AS (implementasi tapering QE dan

exit dari unconventional monetary policy (UMP)

oleh the Fed, serta penyelesaian permasalahan

debt ceiling), (ii) konsolidasi fiskal di berbagai

negara, dan (iii) perekonomian China tumbuh

lebih rendah dari ekspektasi.

Isu tapering QE di AS - dan juga exit

UMP - telah mengguncang pasar keuangan

dunia, terutama di negara berkembang, pada

bulan Mei dan September 2013. Gejolak

tersebut menjadi semakin besar dengan

munculnya permasalahan debt ceiling dan

government shutdown di AS. Banyak pihak

memperkirakan dampak dari permasalahan

tersebut menurunkan laju pertumbuhan

ekonomi AS secara cukup signifikan, dan

selanjutnya menurunkan pertumbuhan

ekonomi global. Gejolak pasar mereda

setelah penyelesaian permasalahan tersebut

ditunda hingga awal tahun 2014. Namun

demikian, arah penyelesaian dari permasalahan

tersebut sampai saat ini belum jelas sehingga

menciptakan faktor ketidakpastian (uncertainty)

yang sangat besar. Berkaca pada pengalaman

tersebut, hal yang sama dapat kembali

terjadi sehingga berpotensi menurunkan

pertumbuhan ekonomi. Disamping itu,

implementasi tapering QE dan exit UMP yang

Page 24: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

12

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

dilakukan pada saat (timing) dan dengan

proses (order dan transparency) yang kurang

tepat dapat berdampak negatif baik bagi AS

maupun bagi perekonomian global.

Konsolidasi fiskal merupakan suatu

keniscayaan mengingat kebijakan stimulus

fiskal yang dikeluarkan pemerintah – terutama

di negara-negara yang terkena krisis global

2008 – telah mengancam kesinambungan

fiskal negara-negara tersebut. Selain room

untuk fiscal stimulus semakin terbatas, utang

pemerintah juga semakin tinggi. Dengan

demikian, konsolidasi fiskal akan dilakukan

oleh negara-negara tersebut, termasuk tahun

2014. Konsolidasi fiskal yang cukup besar

tentu saja akan menurunkan laju pertumbuhan

dan apabila terjadi secara lebih massive maka

pertumbuhan ekonomi dunia akan semakin

terpuruk.

Perekonomian China pada dasarnya

menunjukkan perkembangan yang positif

dimana pertumbuhan PDB TW3-13 sudah

kembali meningkat dari periode sebelumnya

yang menunjukkan tren menurun. Namun,

indikasi rebound perekonomian China belum

cukup kuat mengingat beberapa permasalahan

krusial seperti likuiditas perbankan yang

cenderung ketat sehingga menuntut PBoC

untuk senantiasa melakukan injeksi likuiditas,

permasalahan shadow banking yang masih

besar ditengah NPL yang cenderung meningkat,

bubble di sektor properti, apresiasi renmimbi

yang mengurangi daya saing, dan sebagainya.

Permasalahan tersebut sangat berpotensi

menghambat laju pertumbuhan ekonomi

China. Mengingat China memiliki linkage

yang luas dengan berbagai negara di dunia,

maka perlambatan China akan menekan

pertumbuhan ekonomi global.

resPon KeBijaKan

Perkembangan ekonomi global yang

masih belum sepenuhnya pulih - meskipun

sudah menunjukkan perkembangan positif

pada triwulan ini - mendorong pihak otoritas

mempertahankan kebijakan makroekonomi

yang cenderung akomodatif untuk mendorong

aktivitas ekonomi. Negara-negara maju

melanjutkan kebijakan ‘quantitative easing’

dengan terus menyuntikkan tambahan

likuiditas ke dalam perekonomian melalui

program pembel ian aset keuangan.

Bank sentral di beberapa negara bahkan

melonggarkan kebijakan moneternya, seperti

Australia, Rusia dan Meksiko. Australia dan

Meksiko menurunkan suku bunga kebijakan

sebesar 25 bps, sementara Rusia lebih agresif

melonggarkan kebijakan moneternya dengan

menurun suku bunga sebesar 100 bps.

Grafik 1.7 suku Bunga Kebijakan

��

��

��

���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � �

��������� ���������������������

������ �����

�����������������

Page 25: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

13

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

Pada awal November 2013 giliran European

Central Bank (ECB) menurunkan suku bunga

kebijakannya sebesar 25 bps menjadi 0,25%.

Penurunan suku bunga oleh ECB tersebut untuk

merespon masih lemahnya perekonomian yang

tercermin pada terus menurunnya inflasi di

Kawasan Euro.

Di sisi lain, beberapa negara justru

mulai mengalami tekanan inflasi sehingga

mendorong bank sentral untuk melakukan

pengetatan l ikuiditas. Bank Indonesia

menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 75

bps sepanjang TW3-13. Peningkatan suku

bunga tersebut merupakan kelanjutan dari

triwulan sebelumnya yang telah dinaikkan

sebesar 25 bps. Kenaikan suku bunga tersebut

merespon pada peningkatan tekanan inflasi

setelah Pemerintah Indonesia meningkatkan

harga BBM bersubsidi yang berdampak pada

meningkatnya inflasi melampaui target yang

telah ditetapkan. Selain Indonesia, kebijakan

pengetatan moneter juga dilakukan oleh India

dan Brazil yang masing-masing meningkatkan

suku bunga kebijakan sebesar 25 bps dan 50

bps.

Terkait dengan kebijakan moneter

ekstra longgar di AS, spekulasi akan dimulainya

pengurangan stimulus moneter (tapering

QE) oleh the Fed kembali muncul – setelah

muncul pertama kali di triwulan sebelumnya –

dengan munculnya indikasi perbaikan kondisi

ekonomi AS. Meskipun hanya merupakan isu,

pasar keuangan global, terutama di negara

berkembang, sempat terguncang oleh karena

investor global merespon isu dimaksud dengan

menarik dananya keluar dari pasar keuangan

di negara-negara berkembang. Akibatnya,

harga aset jatuh dan nilai tukar negara-negara

tersebut terdepresiasi cukup tajam. Selain isu

tapering QE, beberapa isu yang kemudian

bermunculan juga menimbulkan sentimen

negatif dan guncangan di pasar keuangan

global, yaitu isu debt ceiling dan government

shutdown di AS. Untuk mengatasi instabilitas

di pasar keuangan tersebut, beberapa negara

berkembang mengambil berbagai kebijakan,

termasuk intervensi di pasar valuta asing,

kebijakan makroprudensial dan pengelolaan

aliran modal.

Page 26: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

14

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 27: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

15

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

A. NEGARA MAJU

A.1. Amerika Serikat

Perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada TW3-13 kembali menunjukkan

perkembangan positif, meskipun masih dibayangi permasalahan fiskal dan isu pengurangan

stimulus moneter (tapering QE). PDB AS pada TW3-13 tumbuh 1,6% yoy, sama dengan triwulan

sebelumnya namun lebih tinggi dibanding rilis awal (1,4%). Faktor pendorong pertumbuhan

pada periode laporan adalah investasi. Namun peningkatan pertumbuhan investasi tersebut lebih

banyak didorong oleh meningkatnya inventori. Sementara itu, konsumsi dan sektor eksternal

masih relatif lemah.

Sektor perumahan dan sejumlah indikator penuntun konsumsi dan investasi menunjukkan

perkembangan yang belum firm. Walaupun indikator sektor tenaga kerja sedikit membaik,

indikator penuntun konsumsi dan leading indicator investasi masih lemah. Terlebih ruang

untuk melakukan stimulus fiskal amat terbatas bahkan berkurang di tengah kondisi keuangan

pemerintah yang sudah sangat rawan. Selain itu, isu debt ceiling dan permasalahan fiskal masih

membayangi ekonomi AS setidaknya hingga ada langkah konkrit guna mengatasi debt problem.

Di sektor eksternal, penurunan ekonomi global berdampak pada melemahnya kinerja sektor

eksternal. Hal ini dapat dijadikan indikasi aktivitas ekonomi ke depan masih penuh ketidakpastian

dan perbaikan ekonomi belum akan terjadi secara signifikan.

Ditengah proses pemulihan yang masih berlangsung, perekonomian AS juga menghadapi

downside risks, seperti: i) rentannya kondisi solvabilitas keuangan Pemerintah AS serta sentimen

negatif yang dipicu oleh berlarut-larutnya pembahasan isu tapering dan debt ceiling yang telah

mengakibatkan terjadinya government shutdown; ii) masih rentannya sektor tenaga kerja dan

properti dapat berimbas pada pendapatan sehingga mempengaruhi konsumsi dan investasi; iii)

Perkembangan EkonomiIndividu Negara

2BA B

Page 28: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

16

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

proses pemulihan krisis utang di Kawasan Euro yang masih berlangsung di tengah ancaman

ketidakstabilan politik kawasan berpotensi menurunkan GDP melalui jalur perdagangan dan

keuangan; dan iv) potensi ekonomi China yang lebih lemah dari prediksi.

Ke depan, ekonomi AS diperkirakan masih rentan dengan ketidakpastian yang masih tinggi.

Aktivitas ekonomi diperkirakan akan melemah pada TW4-13 sebagai dampak dari penghentian

sementara layanan pemerintah AS (government shutdown) di tengah melemahnya permintaan

dunia serta masih rentannya kepercayaan masyarakat dan investor. Seiring dengan masih

lemahnya aktivitas ekonomi domestik dan menurunnya harga energi, tekanan inflasi menurun

dan ekspektasi inflasi diperkirakan tetap stabil. Sebagai respon atas perkembangan tersebut, the

Fed menetapkan untuk terus melanjutkan kebijakan highly accomodative dan mempertahankan

kebijakan quantitative easing.

Sejumlah langkah kebijakan otoritas AS diperkirakan untuk sementara mampu menahan

pemburukan ekonomi. Potensi PDB AS di 2013 dan 2014 lebih rendah dari proyeksi the Fed

dan sejumlah lembaga keuangan internasional masih besar. Perkembangan terkini masih

mengonfirmasi bahwa perbaikan sektor tenaga kerja berjalan lambat dan angka pengangguran

masih relatif tinggi di tengah pengeluaran rumah tangga yang masih terbatas. Selain itu, investasi

(terutama business fixed investment) masih lemah walaupun menunjukan perbaikan. Meskipun

sektor perumahan mulai menunjukkan sinyal awal perbaikan, kondisinya masih sangat rentan.

Hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah AS adalah langkah konkrit konsolidasi fiskal AS

karena saat ini AS sudah memasuki kondisi debt trap yang mengkhawatirkan.

Pertumbuhan ekonomi AS pada

TW3-13 lebih tinggi dari prediksi awal.

Setelah pada TW1-13 tumbuh lebih rendah

dari prediksi sebelumnya (hanya tumbuh 1,3%

yoy), pertumbuhan PDB AS pada TW2-13

mulai berangsur meningkat mencapai 1,6%,

lebih tinggi dari rilis data awal sebesar 1,4%.

Selanjutnya, pada TW3-13 ekonomi AS masih

mampu menjaga pertumbuhan di level 1,6%,

meskipun diterpa berbagai masalah seperti

utang pemerintah yang sudah mencapai debt

ceiling dan penghentian sementara layanan

pemerintah AS (government shutdown).

Pertumbuhan PDB pada TW3-13 tersebut

disumbang oleh investasi. Kontribusi investasi

terhadap pertumbuhan PDB sedikit meningkat

dari 0,7% di TW2-13 menjadi 0,9% di TW3-13.

Namun demikian, peningkatan pertumbuhan

investasi tersebut belum merefleksikan adanya

kenaikan signifikan pada aktivitas investasi,

melainkan lebih dipengaruhi oleh meningkatnya

inventori. Di sisi lain, aktivitas konsumsi juga

masih relatif lemah dan cenderung menurun,

dengan kontribusi yang menurun dari sebesar

0,9% di TW2-13 menjadi 0,7% di TW3-13.

Sementara itu, kinerja sektor eksternal masih

Page 29: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

17

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

belum meningkat signifikan dan kontribusinya

pada pertumbuhan di TW3-13 hanya sebesar

0,1%, sama dengan triwulan sebelumnya.

Akt i v i tas konsums i d i TW3-13

diperkirakan masih belum menunjukkan

perbaikan signifikan dan cenderung menurun.

Konsumsi pada TW3-13 tumbuh sebesar

0,8% yoy, menurun dari 1,0% pada TW2-13.

Konsumsi swasta tumbuh 1,8%, dari 1,9%

yoy triwulan sebelumnya. Masih lemahnya

konsumsi swasta tersebut disebabkan kenaikan

pajak dan belum adanya perbaikan signifikan

pada sektor tenaga kerja. Sedangkan konsumsi

pemerintah terkontraksi kian dalam sebesar

2,8% seiring pengetatan fiskal guna mengatasi

permasalahan utang.

Masih lemahnya aktivitas konsumsi

juga tercermin pada pergerakan indikator

penuntun konsumsi yang masih menunjukkan

perkembangan mixed dan belum stabil. Setelah

sempat membaik pada TW2-13 (rata-rata

tumbuh 4,7% yoy), indikator penjualan ritel

kembali menurun menjadi 4,5% di TW3-13,

menjauhi rata-rata pertumbuhan 2010-2012

yang tercatat sebesar 6,4%. Peningkatan

penjualan ritel pada triwulan sebelumnya

hanya bersifat sementara sebagai dampak dari

penurunan harga energi dan peningkatan profit

di pasar keuangan. Lebih lanjut, pertumbuhan

penjualan kendaraan bermotor pada TW3-13

relatif stabil dan rata-rata tumbuh 8,5%, masih

di bawah rata-rata dua tahun terakhir (11,9%

yoy). Ekspansi konsumsi masyarakat masih

relatif terbatas seiring dengan pendapatan

masyarakat yang stagnan. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa ekonomi AS sulit

untuk bangkit tanpa perbaikan signifikan

pada sektor tenaga kerja. Selain itu, kenaikan

pajak pendapatan dan pemotongan budget

pemerintah AS diperkirakan turut membatasi

ekspansi ekonomi AS.

Perbaikan indikator tingkat kepercayaan

konsumen tertahan di akhir triwulan laporan.

Pada awal TW3-13, indikator kepercayaan

konsumen (Conference Board) sempat

mengalami peningkatan didorong oleh

Grafik 2.1 PDB Grafik 2.2 Konsumsi

������

����

����

����

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � ������

�����

�����

����

���

���

����

����

������

��������������������� ����������������������������� ������������������������ ����������

������������������

������������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������������������������������������������������������������������������

������������������

Page 30: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

18

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

menurunnya inflasi yang disertai dengan

rebound harga aset dan perumahan. Indikator

kepercayaan konsumen pada TW3-13 secara

rata-rata naik ke level 81,0 dari rata-rata 75,1

di TW2-13, namun level tersebut masih di

bawah rata-rata 10 tahun terakhir sebesar

82,5. Selain itu, munculnya sinyal perbaikan

di sektor tenaga kerja diperkirakan ikut

mempengaruhi sentimen positif masyarakat.

Namun demikian, pada akhir TW3-13

peningkatan indikator kepercayaan konsumen

tertahan oleh ekspektasi peningkatan suku

bunga dan menurunnya prospek ekonomi

AS. Isu permasalahan ‘debt ceiling’ yang

kembali mengemuka juga turut menciptakan

ketidakpastian outlook ekonomi sehingga

menahan perbaikan tingkat kepercayaan

konsumen.

Aktivitas investasi selama TW3-13 juga

belum menunjukkan perbaikan signifikan

meski pertumbuhannya sedikit meningkat.

Investasi pada TW3-13 tumbuh 5,3% yoy, naik

dari 4,3% di TW2-13. Meskipun mengalami

peningkatan, kinerja investasi tersebut masih

di bawah rata-rata pertumbuhan selama

2012 (tumbuh hampir dua digit). Selain itu,

peningkatan pertumbuhan investasi tersebut

lebih disebabkan oleh faktor inventories dan

bukan karena peningkatan aktivitas investasi

secara signifikan.

Masih lemahnya aktivitas investasi

juga dikonfirmasi oleh pergerakan indikator

produksi yang belum stabil. Indikator produksi

industri selama TW3-13 tumbuh rata-rata 2,5%

yoy, dari 2,0% di TW2-13. Indikator kapasitas

utilisasi juga mengalami sedikit peningkatan.

Sebaliknya, indikator pemesanan barang pabrik

pada periode yang sama cenderung menurun

menjadi 1,4% yoy, dari rata-rata 4,1% di TW2-

13. Selain itu, indikator pengeluaran konstruksi

juga terus menunjukkan tren menurun sejak

akhir 2012.

Indeks ISM manufaktur pada TW3-13

meningkat mencapai 56,2 dari 50,9 pada

triwulan sebelumnya. ISM non-manufaktur

pada periode yang sama juga meningkat,

Grafik 2.3 Indikator Konsumsi

������

�����������������������������������

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ����

���

���

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

������������

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

� � � � �� � � � ���� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ��� � � � �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������������������� �������������������������

������������������������ ������������������������������

������������������

Page 31: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

19

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.5 Leading Indikator Bisnis

Grafik 2.4 Indikator Produksi

namun secara bulanan pergerakan indikator

ini cenderung menurun.

Leb ih l an ju t , i nd ika to r sek to r

manufaktur lainnya seperti indikator Richmond

Fed Manufacturing Index’ dan Empire

Manufacturing Index belum memberikan

sinyal perbaikan yang solid. Secara umum

pergerakan kedua indikator tersebut pada

TW3-13 belum stabil meski mengalami

perbaikan dibanding triwulan sebelumnya.

Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi

sektor manufaktur ke depan masih penuh

ketidakpastian. Sementara indikator sektor

bisnis menunjukkan perkembangan yang

juga bervariasi. Philly Fed Index mengalami

peningkatan pada TW3-13. Sementara itu,

indikator Chicago Purchasing Manager belum

menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Kinerja sektor eksternal – baik ekspor

maupun impor – menunjukkan peningkatan

dalam dua bulan pertama TW3-13. Kinerja

ekspor mengalami perbaikan, rata-rata

tumbuh 3,6% yoy pada dua bulan pertama

TW3-13 dari rata-rata 1,9% pada TW2-13.

Perbaikan kinerja ekspor tersebut didorong

oleh peningkatan ekspor ke Canada dan China

yang masing-masing tumbuh sebesar 3,4%

dan 5,0%. Di sisi lain, impor juga mulai tumbuh

dalam dua bulan pertama TW3-13 mencapai

rata-rata 0,7%, dari triwulan sebelumnya yang

mengalami kontraksi 1,0%.

Kenaikan nilai ekspor yang lebih tinggi

dibandingkan impor tersebut menyebabkan

defisit neraca perdagangan AS sedikit

������������

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����

��

��

��

��

��

��

��

���

���

�� �� �� �� �� �� �� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �

������������������������

������������������������

���������������������������������

����������������

������������������

������������������

������������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��������������������������������������

����������������������������������������������

������������������

������������������

������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������������������

�������������������������������������������

�����������������

�����������������������

������������������

Page 32: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

20

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

menyempit. Defisit neraca perdagangan

menurun menjadi USD38,7 miliar selama dua

bulan pertama TW3-13, dari defisit USD39,3

miliar di TW2-13.

Proses perbaikan sektor perumahan

AS masih berjalan lambat di triwulan laporan.

Indikator Housing Starts dan indikator

penjualan rumah baru menunjukkan sedikit

peningkatan pada TW3-13 namun, median

sales price cenderung menurun. Peningkatan

penjualan rumah ditengarai lebih disebabkan

oleh ekspektasi peningkatan suku bunga

ke depan oleh the Fed (terkait rencana

tapering QE dan peningkatan fed fund rate),

sehingga masyarakat melakukan pembelian

properti sebelum terjadi kenaikan suku

bunga. Pemulihan sektor properti ini bersifat

semu mengingat angka pengangguran masih

relatif tinggi dan consumer confidence belum

cukup stabil. Selain tingginya pengangguran

dan lemahnya daya beli, masih lemahnya

sektor perumahan juga disebabkan beberapa

faktor lain, seperti meningkatnya penyitaan

dan penjualan rumah terkait KPR yang macet

(foreclosures) dan persyaratan pinjaman yang

sangat ketat. Proses pemulihan di sektor

perumahan merupakan faktor yang krusial bagi

pemulihan ekonomi AS secara keseluruhan

mengingat kondisi aktivitas manufaktur dan

bisnis relatif masih stagnan. Perbaikan di sektor

perumahan dikhawatirkan tertahan apabila

suku bunga meningkat.

Tren penurunan tingkat pengangguran

AS terus berlanjut pada TW3-13. Tingkat

pengangguran AS turun ke level 7,2% pada

Grafik 2.6 Neraca Perdagangan

Grafik 2.7 Ekspor – Mitra Dagang Utama

Grafik 2.8 Indikator Perumahan

����������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ����� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

��

��

��

��

�����������������������������������������

������������������

������

�����

�����

���

����

����

����

����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ��� �� �� �� �� �� �� �� ����

������

������

�����

�����

������������������

����������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���

���

���

���

����

����

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������������������

Page 33: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

21

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

akhir TW3-13, dari 7,6% di akhir triwulan

sebelumnya. Sejalan dengan itu, angka

continuous claims dan initial jobless claims

sepanjang TW3-13 cenderung menurun,

masing-masing sebesar minus 1,9% qoq dan

minus 5.7%. Namun demikian, indikator

non-farm payrolls cenderung memburuk. Hal

ini menunjukkan perbaikan di sektor tenaga

kerja AS belum firm dan stabil, terlebih labor

participation rate1 juga menurun dan berada di

level 63,2% pada September 2013, terendah

sejak 1978. Dengan demikian, penurunan

tingkat pengangguran lebih disebabkan oleh

turunnya angkatan kerja, sejalan dengan

masih lemahnya kinerja sektor ekonomi

yang berperan besar menyerap tenaga kerja,

khususnya sektor perdagangan & transportasi,

pemerintah, dan bisnis profesional.

Sektor tenaga kerja diperkirakan

masih rentan seiring dengan masih tingginya

ketidakpastian kondisi ekonomi dan keuangan

domestik. Adanya partial government

shutdown yang terjadi selama 16 hari (1

hingga 16 Oktober 2013) berpotensi menahan

proses pemulihan sektor tenaga kerja AS.

Selain itu, sektor tenaga kerja AS di Oktober

2013 diperkirakan akan terkena imbas dari

furlough (merumahkan sementara) pegawai

pemerintahan. Namun, angka pengangguran

diperkirakan tidak setinggi prediksi sebelumnya.

The Fed (September 2013) memperkirakan

angka pengangguran di 2013 berada di kisaran

7,1% - 7,3% (lebih rendah dari prediksi Juni

2013 di kisaran 7,2% - 7,3%). Sementara

1 Tingkat partisipasi angkatan kerja = angkatan kerja/penduduk usia produktif. Grafik 2.9 Indikator Sektor Tenaga Kerja

�����������

��

�����������������������������������������������������

�����

����

����

����

����

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������

��������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��������������������������������������������������������������������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������

���������

����

����

����

����

����

����

����

����

���������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � ���� � � � ���� � � � � �� � �

����������������� ������������������������������������ ���������������������������

�������������

angka pengangguran di 2014 diperkirakan

berada di kisaran 6,4% - 6,8% (prediksi Juni

2013 sebesar 6,5% - 6,8%).

Page 34: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

22

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Perkembangan ekonomi yang masih

lemah diikuti oleh tekanan inflasi yang juga

menurun pada TW3-13. Meskipun secara

rata-rata tekanan inflasi di TW3-13 (1,6% yoy)

lebih tinggi dibanding TW2-13 (1,4%), laju

inflasi bulanan menunjukkan tren menurun.

Inflasi bulan Juli sempat melonjak mencapai

2,0%, namun kembali menurun ke level 1,5%

(Agustus) dan 1,2% (September). Sementara

itu, inflasi inti relatif stabil di kisaran 1,7%

yoy.

Dengan kond i s i perekonomian

yang belum sepenuhnya pulih, the Fed

mempertahankan kebi jakan moneter

akomodatif. The Fed mempertahankan suku

bunga fed fund rate di level 0,25% dan

melanjutkan program pembelian aset (QE)

sebesar USD85 miliar per bulan. Kebijakan

yang akomodatif ini akan dipertahankan

setidaknya selama angka pengangguran

masih di atas 6,5% dan inflasi 1-2 tahun ke

depan diprediksi tidak lebih dari 2,5% (0,5%

di atas proyeksi inflasi jangka panjang 2%)

dan ekspektasi inflasi dalam jangka panjang

terkendali (well anchored).

Sebelum keputusan tersebut diambil,

berkembang spekulasi bahwa the Fed akan

mulai melakukan tapering QE setelah munculnya

indikasi perbaikan pada perekonomian AS.

Kondisi yang tidak pasti tersebut menimbulkan

gejolak di pasar keuangan global, terutama di

negara-negara berkembang yang mengalami

capital reversal, jatuhnya harga aset dan

depresiasi mata uang.

Perkembangan ekonomi AS ke depan

masih diliputi ketidakpastian yang cukup tinggi.

Budget sequestration diperkirakan berdampak

cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi.

Sementara perkembangan terkini menunjukkan

bahwa sektor tenaga kerja dan sektor

perumahan AS masih belum sepenuhnya pulih

di tengah kondisi pengeluaran rumah tangga

yang masih terbatas. Budget sequestration

tersebut diperkirakan juga turut mempengaruhi

proses pemulihan sektor tenaga kerja. Selain

itu, beberapa downside risks juga masih

menghantui pemulihan ekonomi AS, seperti

dampak fiscal cliff dan risiko pendanaan fiskal

akibat belum disetujuinya kenaikan pagu utang Grafik 2.10 Inflasi

Grafik 2.11 Inflasi – Komponen

������������

���

��

��

��

��

����

����

����

����

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���������������������������������������������������������������������

������������������

������ ������

�����

�����

�����

���

����

����

����

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��� ��������������������� ����������

������������������

Page 35: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

23

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

(debt ceiling). Untuk sementara penurunan

defisit fiskal yang tajam (fiscal cliff) berhasil

dihindari pada akhir 2012, dengan tercapainya

kesepakatan untuk menaikkan pajak dan

menurunkan pengeluaran pemerintah

pada komponen tertentu. Informasi terkini

mengindikasikan bahwa Pemerintah AS harus

menurunkan defisit sebesar USD1,8 triliun

selama kurun waktu 10 tahun ke depan.

Budget deficit AS di 2016 ditargetkan sebesar

2,8% PDB, dan menjadi 1,7% pada 2030.

Namun demikian, kesepakatan tersebut

belum menyentuh permasalahan utang

yang telah melampaui debt ceiling sebesar

USD16,4 triliun di akhir 2012 yang tenggat

waktunya berakhir di Mei 2013. Pada 19

Mei 2013, debt ceiling ditetapkan menjadi di

bawah USD16,7 triliun untuk mengakomodasi

pembiayaan selama periode suspensi dan

Treasury mengajukan kembali extraordinary

measures. Pemotongan otomatis pengeluaran

pemerintah federal dan pelampauan debt

ceiling menjadi agenda yang harus diselesaikan

dalam jangka pendek yang akan menentukan

sustainabil itas fiskal AS dalam jangka

menengah. Kegagalan dalam melakukan

strategi penerapan budget sequestration

(back-loaded measures) dikhawatirkan akan

menyebabkan ekonomi AS tumbuh lebih

rendah dari proyeksi sebelumnya. Polemik

debt ceiling, perkembangan wacana tapering

QE oleh the Fed dan pembahasan budget

tahun fiskal 2013/14 yang belum mencapai

kata sepakat juga turut menjadi ancaman

bagi keberlangsungan pemulihan ekonomi AS

(lihat artikel: Government Shutdown dan Debt

Ceiling AS: Dampak kepada Ekonomi AS dan

Global). Selain permasalahan fiskal, potensi

pemburukan sovereign debt crisis di Kawasan

Euro serta masih rentannya sektor perumahan

dan tenaga kerja juga masih membayangi

ekonomi AS dan menjadi faktor utama yang

mendorong tingginya ketidakpastian kinerja

ekonomi AS ke depan.

Disamping berbagai downside risks di

atas, juga masih terdapat beberapa risiko,

seperti i) rentannya kondisi solvabilitas

keuangan Pemerintah AS serta sentimen

negatif yang dipicu oleh berlarut-larutnya

pembahasan isu tapering dan debt ceiling yang

telah mengakibatkan terjadinya government

shutdown; ii) masih rentannya sektor tenaga

kerja dan properti dapat berimbas pada

pendapatan sehingga mempengaruhi konsumsi

dan investasi; iii) proses pemulihan krisis utang

di Kawasan Euro yang masih berlangsung

di tengah ancaman ketidakstabilan politik

kawasan berpotensi menurunkan GDP

melalui trade dan financial channel; dan iv)

potensi ekonomi China yang lebih lemah dari

perkiraan.

Dengan mempertimbangkan berbagai

hal di atas, ekonomi AS di 2013 diperkirakan

berpotensi tumbuh lebih rendah dari prediksi

awal, seperti tercermin dari proyeksi the

Fed dan IMF terkini. Fedres (FOMC meeting

September 2013) memperkirakan ekonomi

AS pada 2013 akan tumbuh lebih rendah

dibandingkan proyeksi Juni 2013. Proyeksi PDB

AS di 2013 diturunkan dari prediksi semula di

kisaran 2,3% - 2,6% yoy (proyeksi Juni 2013)

menjadi di kisaran 2,0% - 2,3% (proyeksi

Page 36: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

24

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

September 2013). Ekonomi diperkirakan

tumbuh moderat dan sektor tenaga kerja

sedikit mengalami perbaikan. Sejalan dengan

hal tersebut, pengeluaran rumah tangga dan

investasi terus mengalami ekspansi, sementara

sektor perumahan terus menunjukkan sinyal

perbaikan. Seiring dengan menurunnya

harga minyak mentah dan gasoline, inflasi

cenderung menurun dan ekspektasi inflasi

dalam jangka waktu yang lebih panjang tetap

stabil. Sementara berdasarkan asesmen IMF

terkini (WEO Oktober 2013) PDB AS di 2013

dan 2014 direvisi ke bawah, masing-masing

menjadi tumbuh 1,6% yoy (proyeksi Juli

2013 1,7%) dan 2,6% (proyeksi Juli 2013

2,7%). Dampak fiscal cliff diperkirakan cukup

signifikan pada pengetatan fiskal AS sekitar

3% terhadap PDB.

S e j a l a n d e n g a n m e m b a i k n y a

perekonomian, inflasi pada 2013 diprediksi

tumbuh di kisaran 1,1% - 1,3% yoy, sementara

inflasi di 2014 kembali meningkat ke kisaran

1,3% - 1,8% yoy. Selanjutnya guna menjangkar

ekspektasi inflasi, the Fed masih menetapkan

target inflasi dalam jangka yang lebih panjang

di kisaran 2% yoy. Hal ini ditujukan untuk

menjaga kestabilan harga, menjaga suku

bunga jangka panjang dalam level yang

moderat, dan mendukung sektor tenaga kerja

(maximum employment).

A.2. Kawasan Euro dan Inggris

A.2.1. Kawasan Euro

Ekonomi Kawasan Euro di TW3-

13 mengindikasikan terjadinya perbaikan

meski dalam skala yang terbatas, setelah

terkontraksi cukup dalam pada triwulan-

triwulan sebelumnya. Pada TW3-13, PDB

Kawasan Euro terkontraksi 0,4% yoy, sedikit

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 0,6%. Perbaikan ekonomi

Kawasan Euro terutama didorong oleh

pertumbuhan ekonomi Jerman dan Perancis

yang masih tumbuh positif, serta melambatnya

kontraksi ekonomi Spanyol dan Italia. Terlepas

dari indikasi perbaikan tersebut, Kawasan Euro

masih menghadapi tantangan yang berat,

antara lain tingkat pengangguran yang masih

tinggi, utang pemerintah yang tinggi, dan

rendahnya pertumbuhan kredit. Ke depan,

ECB diperkirakan akan tetap mempertahankan

Tabel 2.1 Proyeksi PDB AS

���� ��� ��� ��� ������� ������� �������

���� � ��� ��� ��������� ������� ���������������� ��������� ���������

������ ������� ������ ������ ������ ������� ������ ������ ���������

��� ������ �������������������������

�����������������������������������������������������������

Tabel 2.2 Proyeksi Inflasi AS (Fedres)

���� ������� ������� �������

���� ������� ������� ���������� ��� ���

������ ������ ������� ������ ������ �������

������� �����������������������

���������������

Page 37: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

25

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

kebijakan akomodatif selama perekonomian

belum sepenuhnya pulih. IMF memprediksi

perekonomian Kawasan Euro akan terkontraksi

0,4% yoy di 2013 dan tumbuh ekspansif

sebesar 1,0% di 2014.

Kinerja ekonomi Kawasan Euro pada

TW3-13 kembali mengindikasikan adanya

perbaikan meski secara umum masih lemah.

Sejak awal 2013, pertumbuhan ekonomi

Kawasan Euro masih tetap terkontraksi, namun

kontraksinya semakin melambat pada TW3-13.

PDB Kawasan Euro terkontraksi 0,4% yoy di

TW3-13, sedikit membaik dari terkontraksi

sebesar 1,2% dan 0,6% pada TW1 dan TW2-

13. Realisasi PDB tersebut juga lebih rendah

dari proyeksi banyak pengamat ekonomi

(Consensus Forecast2) yang memperkirakan

ekonomi Kawasan Euro terkontraksi 0,3%.

Perbaikan ekonomi Kawasan Euro masih

ditopang oleh Jerman dan Perancis yang masih

mampu tumbuh ditengah kontraksi yang

dialami sebagian besar negara Euro. Ekonomi

Jerman tumbuh meningkat mencapai 0,6%

di TW3-13 setelah pada triwulan sebelumnya

tumbuh 0,5% yoy. Sementara itu, ekonomi

Perancis hanya tumbuh 0,2% yoy di TW3-13,

melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 0,4%. Spanyol dan Italia yang juga

termasuk negara inti Kawasan Euro masih

mengalami kontraksi, meskipun kontraksinya

melambat. Perkembangan ini didorong oleh

reformasi sektor perbankan Spanyol yang terus

berjalan dan permintaan domestik Italia yang

mengalami sedikit perbaikan.

Aktivitas konsumsi masih terkontraksi

meskipun menunjukkan indikasi perbaikan.

Sepanjang TW3-13, angka penjualan ritel masih

mengalami kontraksi, namun kontraksinya

tertahan dari rata-rata 0,76% pada TW2-13

menjadi 0,2%. Hal ini disebabkan daya beli

masyarakat yang cenderung masih rendah

sejalan dengan tingkat pengangguran yang

persisten di level tinggi. Meskipun secara

umum masih terkontraksi, angka penjualan

ritel di Jerman dan Perancis telah beranjak

dari zona kontraksi dan mulai menunjukkan

pertumbuhan positif.

Sejalan dengan penjualan ritel, angka

penjualan kendaraan bermotor juga mengalami

kontraksi yang melambat di TW3-13, yaitu dari

rata-rata minus 6,6% yoy di TW2-13 menjadi

-1,1%. Sementara indikator kepercayaan

2 Consensus Forecast Oktober 2013.

Tabel 2.3 PDB Negara di Kawasan Euro

������������ ��� ���� ���� ��� ���� ��� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����������� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ���� ���� ��� ���� ��� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ���������� ��� ���� ���� ��� ���� ��� �� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ����������������

����� ����������� ���� ����

������������

����������

��������������������������������������������

������������

Page 38: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

26

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

konsumen dan indeks kepercayaan pedagang

ritel secara perlahan mengalami perbaikan

meski belum meninggalkan zona kontraksi.

Kondisi ini mengindikasikan Kawasan Euro

masih memerlukan stimulus untuk mendorong

aktivitas konsumsi mengingat konsumsi swasta

dan konsumsi pemerintah memiliki pangsa

yang relatif besar terhadap pembentukan PDB

dengan share masing-masing 56% dan 21%

dari PDB.

Kinerja sektor usaha juga menunjukkan

perbaikan meskipun belum terlepas dari zona

kontraksi. Dengan meningkatnya konsumsi

Grafik 2.12 PDB

Grafik 2.13 Indikator Konsumsi Grafik 2.15 Purchasing Manager Index (PMI)

Grafik 2.14 Indikator Investasi

��������������������

����

����

����

���

���

���

���

����

����

����

����

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�����������������������������������������������������������������

��������

swasta, ekonomi Kawasan Euro diproyeksikan

mulai ekspansif di triwulan akhir 2013.

Indikator kepercayaan bisnis dan industri di

TW3-13 berada dalam tren yang membaik

meski masih dalam zona kontraksi. Sementara

indikator produksi industri yang sempat

terkontraksi pada dua bulan pertama TW3-13

kembali tumbuh positif di September 2013.

Sejalan dengan itu, Purchasing Manager Index

(PMI) di TW3-13 juga mulai menunjukkan

perkembangan positif. PMI komposit, PMI

manufaktur dan PMI services mulai memasuki

zona ekspansi di triwulan laporan. Rata-rata

������������

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������������������������������������

����������������������������������������������������

������

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������������������������������������������������������������������

������

��

��

��

��

��

��

��

��

���������������

����������������

���������������������������

���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Page 39: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

27

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

PMI komposit TW3-13 bahkan membaik cukup

signifikan mencapai 51,4 (zona ekspansif)

dari 47,8 (zona kontraktif) pada triwulan

sebelumnya.

Lambatnya pemulihan konsumsi dan

aktivitas produksi ditengarai disebabkan antara

lain oleh penyaluran kredit yang rendah. Hal

ini tidak terlepas dari semakin ketatnya standar

pemberian kredit pascakrisis global 2008,

disamping masih tingginya risiko usaha dan

faktor ketidakpastian ke depan. Pertumbuhan

kredit di TW3-13 – baik kredit korporasi, KPR,

maupun kredit konsumsi – berada dalam tren

menurun, sejalan dengan langkah perbankan

yang memperketat prinsip kehati-hatian

Tabel 2.4 Pertumbuhan Kredit Kawasan Euro

�����������������

����������������������������

������������������������������������

������������������������

���

���������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ������� �������

����

����

����

���

���

����

����

����

���

���

���

����

���

���

����

���

����

����

���

����

���

���

���

���

����

���

����

����

���

����

���

���

����

���

����

���

����

����

���

����

����

����

����

���

����

������������������������������������

��������

untuk mengatasi peningkatan non performing

corporate loan3.

Menyikapi kondisi ini, otoritas terkait

telah menempuh langkah-langkah penting

untuk memperbaiki arsitektur keuangan

kawasan ditengah masih adanya tantangan

fragmentasi keuangan. Langkah tersebut

diantaranya adalah upaya penerapan banking

union dan dibentuknya NPL Working Group

dalam pertemuan European Bank Coordination

Initiative (EBCI). Ketatnya penyaluran kredit

perbankan juga akan dihadapkan pada

persiapan penerapan aturan Basel III4 yang

akan berlaku penuh pada 2019. Implementasi

aturan Basel III berimplikasi pada meningkatnya

kebutuhan permodalan bank. Laporan

pemantauan pelaksanaan Basel III per akhir

2012 oleh Otoritas Perbankan Eropa (EBA)

menginformasikan bahwa 42 bank di Uni

Eropa (UE) masih membutuhkan modal

tambahan sebesar EUR70,4 miliar atau setara

Grafik 2.16 Pertumbuhan Kredit Korporasi

������

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ������� �������

��������������������������������������������������������

��������������������

3 Global Financial Stability Report (GFSR) IMF, Oktober 2013.4 Basel I I I merupakan kerangka peraturan global untuk

meningkatkan kinerja bank dan sistem perbankan yang baik, yang mengisyaratkan definisi kualitas dan level permodalan yang lebih tinggi dengan fokus utama pada komponen modal inti dan pentingnya menyiapkan modal cadangan (buffer capital) yang kuat. Bank setidaknya harus memiliki modal penyangga inti minimal 7 persen dari aset mereka secara tertimbang menurut risiko pada Januari 2019.

Page 40: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

28

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

dengan USD95 miliar untuk memenuhi aturan

Basel III.

Kinerja sektor eksternal Kawasan Euro

di TW3-13 cenderung melemah dibanding

triwulan sebelumnya. Aktivitas ekspor dan

impor di triwulan laporan secara rata-rata

cenderung terkontraksi. Kinerja ekspor di

TW3-13 terkontraksi sekitar 0,2% yoy, setelah

pada triwulan sebelumnya tumbuh 1,6%.

Masih lemahnya permintaan global berdampak

pada penurunan kinerja ekspor kawasan. Selain

itu, nilai tukar EUR yang cenderung menguat

terhadap US dollar di TW3-13, sekitar sebesar

3,5% qoq, berdampak mengurangi daya saing

produk ekspor negara-negara di kawasan5.

Kawasan Euro selama ini mengandalkan

ekspor barang manufaktur, seperti mesin dan

kendaraan. Ekspor Jerman, Perancis dan Italia

sebagai negara inti Kawasan Euro di triwulan

laporan juga belum stabil.

Sejalan dengan masih lemahnya

permintaan domestik, impor kawasan juga

cenderung terkontraksi sekitar 2,4% yoy,

namun penurunan tersebut lebih rendah

dibanding tr iwulan sebelumnya yang

terkontraksi 3,1%. Impor Kawasan Euro

didominasi oleh barang kelompok energi dan

bahan mentah. Kombinasi pelemahan kinerja

ekspor dan impor tersebut berimbas pada

surplus neraca perdaganganyang menyempit

di TW3-13 menjadi 0,7% dari PDB (senilai

EUR13,1 triliun), dari 0,8% pada triwulan

sebelumnya.

5 Nilai tukar euro terapresiasi dari 1,301 per USD (30 Juni 2013) menjadi 1,3527 (30 September 2013).

Aktivitas ekonomi yang belum stabil di

Kawasan Euro berdampak pada memburuknya

sektor tenaga kerja. Tingkat pengangguran

yang masih persisten di level tinggi dan berada

dalam tren meningkat merupakan salah satu

hambatan struktural dalam upaya pemulihan

ekonomi kawasan. Tingkat pengangguran

di September 2013 bahkan telah mencapai

12,2% yang merupakan level tertinggi

sepanjang sejarah Kawasan Euro. Kenaikan

tingkat pengangguran tertinggi terutama

terjadi di Yunani (27,3%), Spanyol (26,6%),

Portugal (16,3%), Italia (12,5%), dan Perancis

(11,1%).

Grafik 2.17 Neraca Perdagangan

Grafik 2.18 Nilai Tukar Euro

������������

���

���

���

���

���

���

���

������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ���

���� ���� ���� ����

������������

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���������������������������������������

Page 41: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

29

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

6 Inflasi kelompok energi TW3-13 sebesar 0,13% yoy, menurun dari TW2-13 sebesar 0,33% yoy.

7 Inflasi kelompok makanan TW3-13 sebesar 2,83% yoy, menurun dari TW2-13 sebesar 3,03% yoy.

Tren penurunan laju inflasi yang terjadi

sejak pertengahan 2012 terus berlanjut

di sepanjang TW3-13. Inflasi Kawasan

Euro (Harmonized Indices of Consumer

Prices-HICP) pada TW3-13 secara rata-rata

mencapai 1,3% yoy, lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 1,4%. Dinamika

bulanannya juga menunjukkan penurunan,

dari 1,6% di Juli 2013 menjadi 1,3% dan 1,1%

di Agustus dan September 2013. Bahkan inflasi

kembali menurun pada Oktober 2013 menjadi

0,7%. Realisasi inflasi tersebut merupakan

level terendah sejak TW1-10 dan juga lebih

rendah dibandingkan rata-rata 2010-12 (2,3%)

maupun target ECB (<2%). Selain menurunnya

harga komoditas, menurunnya tekanan inflasi

disebabkan oleh rendahnya daya beli seiring

tingkat pengangguran yang masih tinggi.

Penurunan inflasi terutama terjadi pada harga-

harga barang kelompok energi6 dan makanan7.

Berdasarkan negara, penurunan inflasi terjadi

di Italia, Spanyol, dan Yunani, sejalan dengan

lemahnya aktivitas ekonomi di negara-negara

tersebut. Sementara itu, inflasi inti cenderung

bergerak stabil di level 1,1%.

Kawasan Euro masih terus berjuang

memperbaiki kondisi keuangan pemerintah.

Rasio utang pemerintah terhadap PDB di 2012

meningkat mencapai EUR 8,6 triliun (90,6%

dari PDB) dari EUR 8,2 triliun (87,3%) di 2011.

Bahkan di TW2-13, rasio utang pemerintah

terhadap PDB meningkat mencapai EUR 8,87

triliun (93,4% dari PDB). Diantara negara

Grafik 2.19 Tingkat PengangguranKawasan Euro

Grafik 2.20 Komponen Inflasi

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ����

���� ������������ ����������������� ������������

������ ������

��

��

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������� ������������������ ����������������

�����������

Grafik 2.21 Inflasi Kawasan Euro

������

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���� ������ �������� ������������� ������ ������

Page 42: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

30

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

kawasan Euro, Italia merupakan negara

dengan rasio utang pemerintah tertinggi, yaitu

mencapai 169,1% dari PDB Italia di TW2-13.

Sementara i tu def is i t anggaran

pemerintah cenderung menyempit meski

masih di atas benchmark Maastricht Treaty

sebesar 3%. Rasio budget deficit Kawasan Euro

menurun menjadi 3,7% dari PDB di 2012 dari

sebelumnya 4,2% di 2011. Secara nominal,

budget deficit menyempit menjadi EUR 350

miliar di 2012 dari EUR 391 miliar di 2011.

Yunani merupakan negara dengan defisit fiskal

tertinggi di kawasan, yaitu mencapai 30,3%

dari PDB pada TW2-13.

Tabel 2.5 Government Debt Kawasan Euro (% PDB)

Dalam hal kebijakan moneter, ECB

cenderung mempertahankan kebijakan

moneter yang akomodatif sepanjang

TW3-13. Kondisi ekonomi kawasan yang

belum pulih mendorong ECB mempertahankan

suku bunga kebijakan di level 0,50% pada

TW3-13. Namun, kondisi ekonomi domestik

yang terindikasi melemah – tercermin pada

inflasi yang terus menurun dan semakin

menjauhnya inflasi dari target 2% – memaksa

ECB untuk menurunkan suku bunga kebijakan

(main refinancing operation) sebesar 25 bps

menjadi 0,25% pada 7 November 2013.

Langkah tersebut dibarengi dengan penurunan

Tabel 2.6 Budget Deficit Kawasan Euro (% PDB)

������������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������ ����� ��� ����� ����� ����� ����� ����� �����

������ ����� ����� ��� ����� ����� ��� ����� �����

�������� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����� �����

�������� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ��� �����

�������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������� ���� ���� ���� ���� ���� �� ���� ����

������ ���� ���� ���� ���� �� �� ���� ����

�����������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� �������

������������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������������ ���� ���� ����� ���� ���� ���� ����� ������������ ��� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ���������� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ��� ������������ ��� ���� ����� ����� ����� ���� ����� ����������� ��� ���� ����� ���� ���� ����� ���� ����������� ���� ���� ����� ����� ���� ���� ����� ����������� ��� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ����������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ���

���������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� �������

Page 43: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

31

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

marginal lending facility rate sebesar 25

bps menjadi 0,75%. Sementara itu deposit

facility rate tetap berada di level 0,0%.

Langkah ini ditempuh ECB guna mendorong

laju pertumbuhan ekonomi Kawasan Euro

di triwulan terakhir 2013, seiring dengan

kekhawatiran berlanjutnya perlambatan

laju pertumbuhan ekonomi. Presiden ECB,

Mario Draghi, juga menyatakan bahwa jika

diperlukan, ECB siap menggunakan instrumen

apapun, termasuk pembiayaan kembali jangka

panjang (LTRO), untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan mencegah kenaikan suku bunga

yang dapat berimplikasi menurunkan tekanan

inflasi.

Kondisi pasar keuangan Kawasan

Euro mengalami penurunan ekses likuiditas

dari EUR800 miliar di Juni 2012 menjadi

sekitar EUR250 miliar di September 2013.

Hal ini berpotensi meningkatkan suku

bunga pasar uang. Salah satu faktor yang

berkontribusi terhadap penurunan kelebihan

likuiditas adalah akselerasi pembayaran LTRO

(terutama dari Jerman dan Perancis), yang

sebenarnya memberikan sinyal positif bahwa

ketergantungan sistem perbankan di Kawasan

Euro terhadap dana ECB mulai menurun.

Ke depan ECB diperkirakan akan

tetap melakukan kebijakan akomodatif

dan tidak menutup kemungkinan untuk

mempertahankan suku bunga pada level

yang sama atau lebih rendah selama

perekonomian belum sepenuhnya pulih.

Hal ini dilandasi pertimbangan bahwa

Kawasan Euro masih menghadapi tantangan

pemulihan kesehatan bank, fragmentasi sektor

keuangan, dan NPL korporasi yang masih

tinggi. Potensi pemburukan dari sisi fiskal

juga masih membayangi prospek ekonomi

Kawasan Euro. Masih tingginya rasio utang

pemerintah terhadap PDB dan budget deficit,

reformasi struktural yang berjalan lamban,

serta perkembangan politik di beberapa

negara, menjadi downside risk bagi pemulihan

ekonomi kawasan. Selain itu, volatilitas yang

terjadi di pasar keuangan sebagai imbas dari isu

ketidakpastian tapering QE di AS, perdebatan

budget fiskal AS 2014, polemik debt ceiling AS

serta risiko pelemahan emerging economies,

diperkirakan akan turut mempengaruhi laju

pemulihan ekonomi kawasan.

Dengan risiko yang membayangi

p e r e k o n o m i a n K a w a s a n E u r o d a n

perkembangan indikator ekonomi yang

belum sepenuhnya stabil, IMF memprediksi

perekonomian Kawasan Euro akan terkontraksi

0,4% yoy di keseluruhan tahun 2013.

Sementara untuk tahun 2014 ekonomi

kawasan diperkirakan akan membaik dan

mampu tumbuh ekspansif sebesar 1,0% Grafik 2.22 Suku Bunga Kebijakan

� ��������������������

�����������������������

�������������������������������������������������������������������

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ������� ���� ���� ���� ���� ����

Page 44: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

32

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

(WEO Oktober 2013). Proyeksi ini sejalan

dengan Consensus Forecast Oktober 2013

yang memperkirakan ekonomi kawasan Euro

mengalami sedikit perbaikan. CF memprediksi

pada 2013 perekonomian akan terkontraksi

0,3% (prediksi sebelumnya terkontraksi 0,7%).

Sementara untuk tahun 2014, diperkirakan

tumbuh 0,9% (sama dengan perkiraan

sebelumnya). ECB pada September 2013

juga melakukan revisi proyeksi pertumbuhan

ekonomi 2013 di kisaran minus 0,6 sampai

dengan minus 0,2%, setelah sebelumnya

memperkirakan pertumbuhan PDB akan

berada di rentang minus 1% sampai dengan

minus 0,2%.

Sementara itu, baik IMF maupun ECB

memprediksi inflasi di 2013 dan 2014 tetap

berada di level rendah sekitar 1,5%. Masih

besarnya margin kapasitas ekonomi serta

relatif stabilnya harga energi dan makanan

pascacuaca ekstrem yang terjadi pada periode

lalu mendorong inflasi terus berada di level

yang rendah. Kondisi ini juga diperkuat oleh

proyeksi permintaan domestik yang akan

tumbuh terbatas sebagai imbas dari masih

tingginya tingkat pengangguran.

A.2.2. Inggris

Proses pemulihan ekonomi Inggris

terus berlanjut di TW3-13 dimana PDB terus

meningkat mencapai 1,5% yoy dari 1,3% di

triwulan sebelumnya. Perbaikan ekonomi masih

dimotori oleh aktivitas konsumsi domestik

yang terus menunjukkan perkembangan

positif. Selain itu, angka pengangguran mulai

menunjukkan sinyal penurunan dan tingkat

inflasi bergerak stabil di kisaran 2,7% yoy

meskipun masih di atas target 2%. Dengan

perkembangan tersebut, Bank of England (BOE)

merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi

di 2013 dan 2014 masing-masing menjadi 1,6%

yoy dan 2,8% dari proyeksi sebelumnya sebesar

1,4% dan 2,5%. Untuk terus mendorong

pemulihan ekonomi, BoE memutuskan untuk

melanjutkan kebijakan akomodatif dengan

mempertahankan suku bunga rendah (0,5%)

dan target QE sebesar GBP375 miliar. Selain itu,

BoE juga memperkenalkan pedoman kebijakan

baru (dikenal juga sebagai forward guidance)

yang tidak akan melakukan exit quantitative

easing maupun menaikkan suku bunga

kebijakan sebelum tingkat pengangguran

mencapai 7%.

Tabel 2.7 Proyeksi PDB dan Inflasi

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������ ���� ��� ���� ��� ���� ��� ���� ��� ���� ��� ���� ���

���������������� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ����

������������������

������ ������������

������������

���������� ����������

������������

������ ������

Page 45: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

33

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Memasuki semester II-2013, tren

perbaikan ekonomi terus berlanjut. Rilis

sementara PDB Inggris pada TW3-13 tercatat

tumbuh 1,5% yoy, lebih tinggi dibandingkan

1,3% pada triwulan sebelumnya, serta sesuai

dengan perkiraan.8 Permintaan domestik yang

terus membaik diperkirakan masih menjadi

motor pertumbuhan ekonomi Inggris.9 Secara

sektoral, pertumbuhan ekonomi TW3-13

terutama didukung oleh kinerja sektor jasa,

produksi dan konstruksi.10 Membaiknya

perekonomian Inggris tidak terlepas dari

kebijakan BoE yang mempertahankan suku

bunga kebijakan di level rendah sambil

melanjutkan stimulus moneter melalui QE.

Tren perbaikan konsumsi terus

berlanjut sebagaimana tercermin dari

perkembangan indikator penuntun konsumsi

yang menunjukkan peningkatan. Rata-rata

indikator penjualan ritel TW3-13 tumbuh

mencapai 4,2% yoy dari sebesar 3% pada

triwulan sebelumnya, seiring dengan perbaikan

daya beli masyarakat. Angka tersebut juga

lebih tinggi dari rata-rata 2010-2012 yang

hanya 2,8% yoy. Peningkatan penjualan ritel

terutama disumbang oleh penjualan non-

makanan (terutama department store) seiring

dengan maraknya promo/diskon besar-besaran

yang ditawarkan di tengah membaiknya cuaca

di Inggris. Penjualan kendaraan di TW3-13 juga

tumbuh cukup tinggi, 11,9% yoy, meskipun

sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya (13,1%). Angka pertumbuhan

penjualan kendaraan tersebut juga lebih

tinggi dibandingkan periode 2010-2012 yang

rata-rata hanya tumbuh 1,1%.11 Optimisme

masyarakat terhadap perbaikan konsumsi ke

depan juga semakin meningkat, tercermin

dari tertahannya penurunan kepercayaan

konsumen menjadi minus 13 dibandingkan

dengan minus 23,3 pada TW2-13 dan rata-rata

minus 25,4 sepanjang periode 2010-2012 ).

8 Sesuai dengan survei Bloomberg. 9 Rilis sementara (preliminary estimate) PDB Inggris di TW3-13 baru

memberikan informasi PDB berdasarkan sektoral, sementara data PDB menurut pengeluaran belum tersedia.

10 Pangsa sektor jasa, produksi, dan konstruksi terhadap PDB masing-masing adalah sebesar 77,8%, 15,2%, dan 6,3%.

Grafik 2.23 PDB

��������

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����

������� ���������������������������������� ��������������� �������

�������������������������

Grafik 2.24 Indikator Konsumsi

������������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ������� ���� ���� ���� ����

����������������������������������

���������������������������������������������

������������������

11 Rata-rata penjualan ritel Inggris selama 2010-12 cenderung rendah karena selama periode Juli 2010 s.d Februari 2012 mengalami kontraksi.

Page 46: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

34

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Ind ika tor inves tas i juga mula i

menunjukkan perbaikan. Kontraksi produksi

industri tertahan dengan rata-rata TW3-

13 sebesar minus 0,1% yoy, membaik

dibandingkan minus 0,6% yoy pada triwulan

sebelumnya. Kinerja tersebut terutama

disumbang oleh kontribusi positif sektor

pertambangan dan manufaktur, sementara

produksi listrik masih mengalami kontraksi

namun kontraksi tersebut melambat. Di sisi

lain, sektor manufaktur khususnya industri

mesin, logam dasar, serta kayu dan kertas

menunjukkan peningkatan produksi. Indikator

PMI manufaktur, PMI konstruksi, dan PMI jasa

juga terus menunjukkan peningkatan dan

stabil di level ekspansi, masing-masing sebesar

56,1, 58,3, dan 60,3.

Di sisi lain, kinerja sektor eksternal

masih tertekan dan defisit neraca perdagangan

melebar. Peningkatan def is i t neraca

perdagangan tersebut disebabkan oleh laju

pertumbuhan impor yang lebih besar – sejalan

dengan kuatnya permintaan domestik–

dibandingkan pertumbuhan ekspor – yang

masih menghadapi lemahnya permintaan

global. Aktivitas domestik Inggris yang mulai

bergairah di tengah apresiasi poundsterling

menyebabkan impor Inggris meningkat. Impor

tumbuh 1,9% yoy, meningkat dari 1,0% pada

triwulan sebelumnya. Peningkatan impor

didominasi oleh impor bahan bakar, material

dasar, dan impor barang jadi. Di sisi lain, ekspor

sepanjang TW3-13 hanya tumbuh 0,1%, lebih

rendah dibandingkan di triwulan sebelumnya

yang mencapai 4,9% yoy. Pelemahan kinerja

ekspor terutama terjadi pada ekspor produk

manufaktur, makanan, minuman dan rokok,

serta basic material. Selama triwulan laporan,

defisit neraca perdagangan (barang dan jasa)

melebar menjadi GBP9,72 miliar dibandingkan

GBP5,46 miliar pada triwulan sebelumnya.

Seiring defisit neraca perdagangan yang

meningkat defisit neraca berjalan Inggris pada

TW3-13 berpotensi akan kembali melebar.

Defisit neraca berjalan sempat menyempit pada

TW2-13 – dari GBP21,8 miliar (5,5% dari PDB)

pada TW1-13 menjadi GBP13 miliar (3,2%

dari PDB) – yang disumbang oleh membaiknya

Grafik 2.26 Neraca Perdagangan

Grafik 2.25 Indikator Investasi

������������

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ������� ���� ���� ���� ����

�����������������

�������������������

�������������������

��������������

�������������

������������������

����������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

����

����

����

����

����

���

���

������������������������

�����

������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ������ ������ ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������

Page 47: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

35

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

12 Pengangguran Juli 7,7%, Agustus 7,7% dan September 7,6%.

Grafik 2.27 Neraca Transaksi Berjalan

Grafik 2.28 Tingkat pengangguran

income. Apabila perbaikan income di TW3-

13 tidak setinggi peningkatan defisit neraca

perdagangan – sementara transfer relatif stabil

– maka defisit neraca berjalan akan kembali

meningkat.

T ingkat pengangguran Inggr i s

mengalami sedikit perbaikan. Pada TW3-13

rata-rata tingkat pengangguran mencapai

7,7%12, sedikit lebih rendah dibandingkan

TW2-13 yang sebesar 7,8%. Angka tersebut

merupakan level pengangguran terendah sejak

Mei 2009 dan dibawah rata-rata 2010-2012

yang mencapai 8%. Perkembangan yang

positif tersebut menunjukkan bahwa perbaikan

ekonomi yang terjadi mulai berdampak pada

meningkatnya permintaan tenaga kerja.

Laju inflasi relatif stabil di level 2,7%

pada TW3-13. Tingkat inflasi tersebut berada

di atas target BOE (2%), namun masih lebih

rendah dibandingkan rata-rata 2010-12

(3,5%). Berdasarkan kelompoknya, inflasi

transportasi, pakaian, pendidikan, kesehatan,

serta perlengkapan rumah tangga mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.13

Sementara itu, kelompok inflasi makanan,

rekreasi, perumahan, komunikasi, serta alkohol

mengalami penuruna dibandingkan triwulan

sebelumnya.14 Selanjutnya, inflasi inti yang juga

����������

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ����

������������������������������������������������������

������������������

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������

����������������

��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������

13 Inflasi transportasi naik 0,4% menjadi 1,3% yoy, inflasi pakaian naik 0,6% menjadi 1,7% yoy, inflasi pendidikan naik 0,6% menjadi 21,3% yoy, inflasi kesehatan naik 0,5% menjadi 1,7% yoy, dan inflasi perlengkapan rumah tangga naik 0,4% menjadi 0,6% yoy.

14 Inflasi makanan turun 0,1% menjadi 4,1% yoy, inflasi rekreasi turun 0,6% menjadi 0,8% yoy, inflasi perumahan turun 0,1% menjadi 4,2% yoy, inflasi komunikasi turun 0,3% menjadi 2,6% yoy, dan inflasi alkohol turun 0,2% menjadi 5,9% yoy.

Grafik 2.29 Inflasi

������

���

���

��

��

��

��

������������������� �������������������������������� ����������������� ������������� ����������

��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������� ���� ���� ���� ����

������������������

Page 48: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

36

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

mencerminkan tekanan dari sisi demand pada

TW3-13 tercatat stabil di level 2,1% yoy.

Isu tapering off QE AS juga mewarnai

perkembangan di pasar keuangan Inggris.

Isu tersebut memberikan sentimen negatif

terhadap pasar obligasi global, termasuk pasar

obligasi Inggris. Gilts cenderung mengalami

pelemahan performa, ditandai dengan

kenaikan yield yang cukup tajam sebesar 111

bps pada akhir TW3-13 dibandingkan akhir

triwulan sebelumnya hingga berada di kisaran

2,7% . Di sisi lain, meski cenderung fluktuatif

karena diwarnai oleh isu tapering, kinerja pasar

saham masih menunjukkan perkembangan

yang positif didukung oleh sentimen perbaikan

indikator ekonomi yang dirilis sepanjang

TW3-13. Pelemahan indeks saham terjadi sejak

awal triwulan laporan, namun mulai berbalik

menunjukkan kenaikan di akhir triwulan

seiring dengan kepastian bahwa AS belum

akan melakukan tapering pada September

2013. Indeks harga saham FTSE 100 di akhir

TW3-13 meningkat 4% qoq menjadi 6462

dari level 6215,5 di akhir triwulan sebelumnya.

Selanjutnya, sejalan dengan kinerja di pasar

saham, nilai tukar poundsterling Inggris juga

mengalami apresiasi sebesar 6,4% qoq dan

mencapai USD1,62 per poundsterling di akhir

triwulan laporan.

Sampai dengan akhir TW3-13, BoE

masih mempertahankan kebijakan moneter

akomodatif. Pertumbuhan Inggris yang masih

berada di bawah target menjadi pertimbangan

BOE untuk mempertahankan suku bunga

rendah (0,5%) sejak empat tahun terakhir dan

mempertahankan stimulus moneter di level

GBP375 miliar.15 Selain itu, pada Agustus 2013

lalu, BoE juga meluncurkan forward guidance

framework on bank rate, atau panduan/

pedoman kebijakan mengenai suku bunga,

yang menyatakan bahwa BoE tidak akan

menaikkan suku bunga kebijakan setidaknya

sampai tingkat pengangguran mencapai

7%, dengan beberapa pengecualian: i) jika

perkembangan inflasi IHK dalam 18-24 bulan

15 Target total pembelian asset sebesar GBP 375 miliar telah tercapai sejak November 2012, dan sampai saat ini masih terus dipertahankan (belum akan menambah pembelian aset).Grafik 2.30 Yield & CDS

Grafik 2.31 Indeks Saham & Nilai Tukar

��� �

���

���

���

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���

���������������

�����������������

������������������

�����������

����

����

����

�������������

����

����

����

����

����

����

�����������������

���� ���� ���� ���������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ���

������������������

Page 49: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

37

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

ke depan setidaknya 0,5% di atas target 2%; ii)

jika ekspektasi inflasi dalam jangka menengah

belum terkontrol/masih cenderung naik di atas

target; iii) jika komite kebijakan keuangan BoE

menilai bahwa stance kebijakan moneter yang

diambil sangat penting bagi stabilitas keuangan

dan tidak dapat digantikan/direspon oleh

instrumen kebijakan lainnya. Terkait pembelian

surat berharga, BoE juga menyatakan belum

akan menghentikan QE sebelum tingkat

pengangguran mencapai 7%.

Pemer intah d is ip l in melakukan

konsolidasi fiskal dalam rangka mengurangi

tingginya beban utang serta defisit fiskal

yang terus berlanjut. Pada akhir Juni 2013,

Pemerintah telah menambah pemotongan

belanja sebesar GBP11 miliar sebagai salah

satu bentuk komitmen dalam melaksanakan

konsolidasi fiskal. Berdasarkan data terkini,

budget deficit Inggris pada September (tidak

termasuk dampak dari financial intervention)

mencapai GBP11,1 miliar, lebih rendah

dibandingkan GBP 12,1 miliar di September

2012. Penurunan budget deficit tersebut

terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan

income tax. Sementara itu, public sector net

debt (tidak termasuk dampak dari financial

intervention) mencapai GBP1,211.8 miliar

(75,9% PDB) pada akhir September 2013.

Secara keseluruhan tahun anggaran/TA

2013/14 (April 2013-September 2013),

budget deficit Inggris telah mencapai GBP44,5

miliar, lebih tinggi dibandingkan GBP34,6

miliar periode yang sama di 2012/2013.

Pemerintah memproyeksikan budget deficit

pada keseluruhan TA 2013/14 (April 2013-

Maret 2014) akan mencapai GBP107,7 miliar

(6,8% dari PDB).

Proses pemulihan ekonomi Inggris

diperkirakan masih akan berlanjut. Aktivitas

konsumsi terus menunjukkan perbaikan

didukung oleh stabilnya tingkat inflasi dan

mulai turunnya tingkat pengangguran. Kondisi

ini mendorong bank sentral Inggris (BoE)

pada November 2013 untuk merevisi ke atas

proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 1,6%

yoy (2013) dan 2,8% yoy (2014), dari prediksi

sebelumnya (Agustus 2013) sebesar 1,4%

(2013) dan 2,5% (2014).

Proyeksi BoE tersebut lebih optimis

dibandingkan proyeksi Consensus Forecast (CF)

Oktober yang memperkirakan pertumbuhan

sebesar 1,4% (2013) dan 2,2% yoy (2014).

Di sisi harga, BoE memperkirakan inflasi akan

mencapai 2,2% (2013) dan 2% yoy (2014),

lebih rendah dibandingkan proyeksi CF sebesar

2,7% (2013) dan 2,5% yoy (2014). Sejumlah

downside risk juga masih membayangi

pemulihan ekonomi Inggris. Pemulihan global

khususnya AS dan Euro yang masih jauh dari

harapan dapat membebani kinerja sektor

eksternal Inggris, sementara konsolidasi fiskal

ketat yang masih harus dilanjutkan berpotensi

menahan laju pemulihan aktivitas konsumsi.

Selain itu, terdapat potensi pecahnya koalisi

pemerintah antara pendukung PM Inggris,

David Cameron (pro austerity) maupun

pesaingnya yang merasa keberatan dengan

kebijakan austerity Cameron yang sangat

ketat dan dianggap mengancam pemulihan

ekonomi.

Page 50: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

38

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

A.3. Jepang

Memasuki TW3-13, perekonomian

Jepang kembali menunjukkan perkembangan

yang positif. Pertumbuhan PDB di triwulan

laporan semakin terakselerasi seiring dengan

membaiknya sejumlah indikator. Optimisme

kebijakan Abenomics akan perbaikan ekonomi

Jepang tercermin pada pesatnya pertumbuhan

investasi, perbaikan kinerja ekspor dan

peningkatan aktivitas konsumsi. Efek psikologis

atas kenaikan harga saham dan mulai

terjangkarnya ekspektasi inflasi ditengarai

menjadi motor penggerak pertumbuhan

konsumsi swasta. Perkembangan sektor riil

yang positif di TW3-13 tersebut juga sejalan

dengan kondisi pasar keuangan yang secara

perlahan mulai membaik meski masih dihantui

oleh ketidakpastian global dan imbas dari isu

tapering QE di AS. Sebagai respon terhadap

kondisi tersebut, BoJ dan pemerintah tetap

melanjutkan implementasi kebijakan stimulus

fiskal, moneter dan reformasi struktural

guna mendorong pemulihan ekonomi dan

pencapaian target inflasi 2%. Ke depan,

sejumlah faktor risiko masih membayangi

pertumbuhan ekonomi Jepang baik dari sisi

domestik maupun dari sisi eksternal. Dari sisi

domestik, dampak kenaikan sales tax, aging

population, dan semakin membengkaknya

utang pemerintah masih menjadi downside

risk bagi ekonomi Jepang. Sementara potensi

risiko dari sisi eksternal meliputi meningkatnya

ketidakpastian global baik terkait isu tapering

QE yang masih terus bergulir, perdebatan

budget fiskal AS 2014, polemik debt ceiling

AS, serta risiko pelemahan ekonomi negara

emerging. Dengan demikian dibutuhkan

kerjasama yang baik antara pemerintah, bank

sentral dan otoritas terkait dalam mengawal

keberhasilan pelaksanaan program pemulihan

ekonomi Jepang.

Perekonomian Jepang kemba l i

m e n u n j u k k a n p e r k e m b a n g a n y a n g

menggembirakan. PDB TW3-13 tumbuh

dengan cepat mencapai 2,7% (yoy), jauh lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh sebesar 1,1% yoy. Komponen

utama yang mendorong pertumbuhan

tersebut adalah pertumbuhan investasi yang

terbilang tumbuh pesat (5,6% yoy). Sejalan

dengan membaiknya investasi, kinerja ekspor

mampu tumbuh 3,2% yoy bersamaan dengan

pertumbuhan impor yang agresif. Sementara

aktivitas konsumsi meningkat secara moderat

dari 1,6% yoy menjadi 1,9% yoy di triwulan

laporan yang mengindikasikan perkembangan

ekonomi Jepang semakin kondusif. Namun

demikian, kinerja ekonomi Jepang di TW3-13

tersebut sedikit lebih rendah dari proyeksi

Consensus Forecast Oktober 2013 yang

Grafik 2.32 PDB Jepang

����������

��������

���

���

���

��

��

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

����

����������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� ���� �� �� �� �� �� �� �� ���� �� �� �� �� �� �� ���� �� �� ��

������������������������������������������������������������������

������������������

Page 51: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

39

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

memperkirakan PDB Jepang TW3-13 akan

tumbuh sebesar 2,8% yoy.

Berdasarkan kontribusinya terhadap

per tumbuhan, per tumbuhan PDB d i

TW3-13 masih ditopang oleh konsumsi

swasta. Konsumsi swasta menyumbang sekitar

1,2% terhadap PDB TW3-13. Sementara

investasi yang secara signifikan berperan

dalam mendorong perbaikan PDB TW3-13

berkontribusi sebesar 1,1%. Di sisi eksternal,

pertumbuhan ekspor yang cukup pesat

mampu menyumbang sekitar 0,5% terhadap

PDB, namun pertumbuhan impor yang cukup

agresif di triwulan laporan sedikit mengurangi

kontribusi ekspor sebesar 0,46%.

Peningkatan akt iv i tas konsumsi

pada TW3-13 menunjukkan meningkatnya

kepercayaan akan perbaikan ekonomi. Hal

ini mendorong belanja swasta baik rumah

tangga maupun korporasi. Efek psikologis atas

kenaikan harga saham dan mulai terjangkarnya

ekspektasi inflasi menjadi motor penggerak

pertumbuhan konsumsi swasta pada TW2-13

dan TW3-13. Peningkatan aktivitas konsumsi

di TW3-13 tersebut juga tercermin pada

indikator penjualan ritel yang secara perlahan

mulai mengalami perbaikan. Penjualan ritel

di TW3-13 tumbuh rata-rata 1,3% yoy,

dari rata-rata 0,27% yoy di TW2-13. Selain

itu, sinyal perbaikan juga ditunjukkan oleh

indikator penjualan kendaraan bermotor.

Penjualan kendaraan di akhir periode TW3-13

berhasil tumbuh sebesar 12,4% yoy setelah

terkontraksi sebesar 6,4% yoy di Agustus 2013.

Selanjutnya, peningkatan angka penjualan

apartemen yang terjadi sejak awal 2013 masih

terus berlanjut hingga TW3-13.

Grafik 2.33 PDB Kontribusi

������������

�����

�����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

��������

��������������� ��������������������������� ������������������������ ����������

������������������

Grafik 2.34 Indikator Konsumsi

������

���

���

���

��

��

��

������

���

���

���

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������

����������������������

��������������������

���������������������

�������������������������

������������������

Grafik 2.35 Indikator Investasi

������������

���

���

���

��

��

��

��

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������������� ���������������������������������������� �������������������������������������

������������������

Page 52: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

40

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Sejalan dengan aktivitas konsumsi,

kinerja investasi semakin meningkat pada

TW3-13 melanjutkan kinerja positif pada

triwulan sebelumnya. Investasi pada triwulan

laporan tumbuh sebesar 5,6% yoy, dari 0,1%

yoy di TW2-13. Kondisi tersebut juga tercermin

dari perkembangan indikator penuntun

investasi yaitu produksi industri dan order

konstruksi yang mengalami kenaikan cukup

tajam di TW3-13. Perkembangan ekonomi

domestik yang membaik dan pelemahan yen

membantu mendorong pemulihan kinerja

sektor investasi. Produksi industri yang

sebelumnya mengalami kontraksi rata-rata

3,0% yoy di TW2-13 berhasil tumbuh rata-rata

2,3% yoy di TW3-13. Perkembangan yang

positif juga tercermin pada indeks kepercayaan

bisnis yang cenderung mengalami peningkatan

di periode yang sama. Membaiknya aktivitas

dunia usaha dan rencana investasi tersebut

diharapkan akan berdampak positif pada

penciptaan lapangan kerja. Hal ini ditunjukkan

oleh tingkat pengangguran yang di TW1-13

mencapai rata-rata 4,2% yoy turun menjadi

4,0% yoy di TW2-13 dan TW3-13.

Indikasi pemulihan ekonomi Jepang juga

tercermin pada tren pergerakan harga. Upaya

pelonggaran moneter BoJ melalui quantitative

dan qualitative monetary easing (QQE) dengan

pembelian surat utang pemerintah maupun

swasta secara perlahan berhasil membantu

Jepang keluar dari zona deflasi sejak akhir

TW2-13. Inflasi sepanjang TW3-13 kembali

menunjukkan peningkatan dimana pada

Grafik 2.37 Tingkat Pengangguran

Grafik 2.38 Laju Inflasi JepangGrafik 2.36 Indeks KepercayaanKonsumen dan Bisnis

������������ ��������������������������������

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������������

�����������������������������������������������������

����������������

������������������

�����������

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������

������ ������

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � �

��������� �������������������������������������� �������������������

��������������������

������������������

Page 53: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

41

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.39 Neraca Perdagangan

bulan Juli, Agustus, dan September 2013

masing-masing tercatat sebesar 0,7% yoy,

0,9% yoy, dan 1,1% yoy. Inflasi pada periode

laporan terutama dikontribusi oleh kenaikan

harga kelompok energi dan transportasi.

Dengan perkembangan ini, target Bank of

Japan untuk mencapai inflasi 2% melalui QQE

diharapkan dapat tercapai dengan didukung

oleh ekspektasi inflasi masyarakat yang sudah

mulai terbentuk.

Kinerja ekspor dan impor meningkat,

namun defisit neraca perdagangan melebar

pada TW3-13. Ekspor Jepang di TW3-13

berangsur membaik dan berhasil meninggalkan

zona kontraksi dengan rata-rata pertumbuhan

mencapai 3,2% yoy. Peningkatan ekspor

terjadi ke berbagai negara tujuan ekspor, baik

Amerika Serikat, Eropa maupun Asia. Nilai

tukar Yen yang cenderung terdepresiasi selama

beberapa periode sebelumnya diperkirakan

berdampak positif pada peningkatan daya

saing ekspor produk Jepang. Di sisi lain, laju

pertumbuhan impor terus menunjukkan tren

meningkat. Aktivitas impor yang semula

relatif lemah (tumbuh rata-rata 0,5% yoy di

TW1-13 dan 0,7% yoy di TW2-13) tumbuh

cukup signifikan sebesar 3,21% yoy di TW3-

13. Peningkatan nilai impor yang lebih besar

dari ekspor selama TW3-13 tersebut berimbas

pada melebarnya defisit neraca perdagangan di

TW3-13 yang mencapai JPY1,09 triliun.

Perkembangan sektor riil yang positif di

TW3-13 sejalan dengan kondisi pasar keuangan

yang secara perlahan mulai membaik di tengah

ketidakpastian global. Hal ini tercermin

baik di perkembangan pasar saham, pasar

obligasi, maupun credit default swap (CDS).

Indeks harga saham Nikkei 225 di triwulan

laporan berada dalam tren yang meningkat.

Selain itu, penetapan Tokyo sebagai tuan

rumah olimpiade tahun 2020 diperkirakan

turut memberikan sentimen positif di pasar

keuangan Jepang. Namun demikian, di

akhir triwulan laporan tekanan terhadap

indeks harga saham kembali meningkat

seiring apresiasi Yen dan menurunnya indeks

saham Amerika akibat perdebatan anggaran

pemerintah tahun fiskal 2013/14 dan isu debt

ceiling. Terkait dengan nilai tukar, setelah

sempat mengalami depresiasi yang cukup

tajam pada TW2-13 (point-to-point sebesar

6,3%), nilai tukar yen pada TW3-13 kembali

terapresiasi dan secara point-to-point mencapai

1,39%. Namun demikian, rata-rata nilai tukar

Yen di TW3-13 tersebut masih cenderung

lebih lemah bila dibanding periode sebelum

Abenomics diluncurkan.

Terkait dengan respon kebijakan, BoJ

maupun pemerintah Jepang tetap melanjutkan

kebijakan Abenomics (kombinasi kebijakan

��������������������

���

���

���

���

��

��

��

��

�����

�����

����

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��������������������������������������������������������

����������������������������������������������

������������������

Page 54: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

42

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

fiskal dan quantitative easing dikenal sebagai

Abenomics). Pada pertemuan tanggal 3-4

Oktober 2013, BOJ kembali menempuh

langkah untuk mempertahankan suku bunga

kebijakan di level 0,1% dan melanjutkan

kebijakan QQE. Langkah ini ditempuh

mengingat perkembangan ekonomi Jepang

yang mulai membaik secara moderat. Selain

itu, perkembangan inflasi hingga September

2013 mengindikasikan bahwa ekspektasi

inflasi mulai terjangkar menuju target inflasi

2% di 2014. Dalam rangka mencapai target

inflasi 2% secepat-cepatnya dalam kurun

waktu dua tahun (pada 2014) BOJ menempuh

langkah untuk meneruskan pembelian aset

dalam jumlah besar dalam bentuk surat utang

pemerintah (JGB), exchange-traded funds (ETFs)

dan Japan real estate investment (J-REITs), serta

corporate bond hingga mencapai jumlah yang

ditargetkan.

Menyikapi perkembangan ekonomi

Jepang yang berada dalam tren membaik,

Gubernur BOJ (Haruhiko Kuroda) pada 6

September 2013 mendesak Pemerintah untuk

segera merealisasikan rencana kenaikan pajak

penjualan. Penundaan rencana kenaikan

pajak ini dikhawatirkan dapat merusak

kepercayaan pasar terhadap konsolidasi fiskal

untuk mencapai target defisit JPY8 triliun

(USD82 miliar) dalam dua tahun ke depan

demi menjaga kesinambungan fiskal (fiscal

sustainability). Selanjutnya, pada 1 Oktober

2013, PM Jepang mengumumkan rencana

kenaikan tax sales menjadi 8% di April 2014

dan 10% di Oktober 2015 dari sebelumnya

5%. Guna meredam dampak negatif dari

kenaikan pajak tersebut, pemerintah akan

mengeluarkan paket stimulus senilai JPY6

triliun (USD61 miliar), yang salah satunya

berupa pengurangan pajak pendapatan

perusahaan (Boks: Fiscal Offset Dilemma).

Kebijakan Abenomics diperkirakan

untuk sementara mampu menumbuhkan

optimisme akan adanya perbaikan pada

ekonomi Jepang. Kombinasi kebijakan fiskal

dan moneter tersebut diperkirakan dalam

Grafik 2.40 Suku bunga kebijakan, CDS dan Surat Utang Pemerintah Jepang

Grafik 2.41 Indeks Harga Saham Jepangdan Nilai tukar

������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��������������������������

��������������������������

���������

������������������

�������������

��

��

��

��

��

���

���

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������������������������

���������������

���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������

Page 55: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

43

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

jangka pendek dapat mendongkrak ekonomi

Jepang. Dalam WEO Juli dan Oktober 2013,

PDB Jepang di 2013 direvisi ke atas menjadi

2,0% yoy (membaik dibandingkan proyeksi

April 2013 sebesar 1,6%). Sementara dalam

Consensus Forecast September dan Oktober

2013 PDB Jepang diprediksi akan tumbuh

lebih tinggi hingga mencapai 2,8% yoy di

TW3-13. Kondisi ini sejalan dengan realisasi

PDB Jepang dan inflasi yang berada dalam

tren meningkat. Menyikapi perkembangan

tersebut, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe

menyatakan bahwa ekonomi Jepang saat ini

telah berada di jalur yang tepat, dalam upaya

pemulihan guna mencapai pertumbuhan

ekonomi yang solid. Namun perlu dicatat

bahwa kebijakan Abenomics di Jepang masih

memerlukan waktu yang lebih panjang

untuk dapat diukur keberhasilannya. Dengan

demikian, keberhasilan program Abenomics

tersebut sangat bergantung pada sejauh mana

konsistensi implementasi program stimulus

fiskal, moneter, dan reformasi struktural

serta kemampuan otoritas kebijakan dalam

menjangkar ekspektasi inflasi.

S e j um lah f ak to r r i s i ko mas i h

membayangi pelaksanaan program pemulihan

ekonomi Jepang. Kemampuan Jepang tumbuh

mencapai 2% di 2013 sangat ditentukan oleh

konsistensi implementasi program stimulus

fiskal dan moneter yang baru serta kemampuan

pemerintah untuk melakukan perbaikan

struktural. Permasalahan aging population

dan jumlah penduduk yang terbatas juga

menjadi tantangan bagi implementasi program

Abenomics dalam menggenjot pertumbuhan

ekonomi. Dalam jangka pendek, konsumsi

rumah tangga akan tertahan apabila konsumen

merespon negatif keputusan kenaikan sales tax

dengan menurunkan konsumsinya. Kondisi

tersebut dikhawatirkan dapat menahan

ekspansi ekonomi Jepang selama 2014.

Kekhawatiran juga muncul terkait

dengan utang pemerintah Jepang yang semakin

membengkak dapat memicu pengalihan

fokus kebijakan pemerintah dari peningkatan

skala ekonomi ke arah penanganan utang

pemerintah. Sementara itu, potensi risiko

dari sisi eksternal meliputi meningkatnya

ketidakpastian global baik terkait isu tapering

QE di AS yang masih terus bergulir, perdebatan

budget fiskal AS 2014, polemik debt ceiling

AS serta risiko pelemahan ekonomi emerging

economies. Dengan potensi risiko yang

demikian, ancaman tidak tercapainya target

pertumbuhan ekonomi masih cukup besar

apabila pemerintah tidak mampu mengatasi

permasalahan fundamental dan konsolidasi

fiskal jangka menengah.

Page 56: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

44

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Fiscal Offset Dilemma

Pada 1 Oktober 2013 PM Jepang

mengumumkan untuk menaikkan sales

tax menjadi 8% di April 2014 dan 10%

di Oktober 2015 dari sebelumnya 5%.

Kenaikan sales tax tersebut dikhawatirkan

dapat menahan ekspansi ekonomi Jepang

selama 2014. Reaksi pelau pasar atas

keputusan tersebut cukup beragam. Kinerja

pasar saham menurun sesaat setelah

diumumkannya kebijakan kenaikan sales

tax tersebut (indeks Nikkei turun dari

14.485 pada 1 Okt 2013 menjadi 14.144

pada 3 Okt 2013). Sementara nilai tukar

yen terhadap USD menguat dari 98 yen

per USD pada 1 Okt 2013 menjadi 97 yen

per USD pada 3 Okt 2013. Secara umum

investor cenderung masih memiliki appetite

untuk tetap berinvestasi di pasar saham

Jepang meski akan lebih selektif dalam

bertransaksi.

Berdasarkan hasil survey Tankan pada

September 2013, opini masyarakat terhadap

keputusan kenaikan pajak tersebut masih

terbagi, di mana sekitar 47% mendukung

keputusan tersebut. Sementara di kalangan

investor kenaikan pajak ini menimbulkan

reaksi yang beragam. Sebagian investor

beranggapan seharusnya PM Abe

mendahulukan kebijakan yang mendukung

pertumbuhan. Sedangkan sebagian lainnya

menyatakan bahwa penundaan kenaikan

pajak akan menurunkan kepercayaan

market karena Jepang dianggap tidak dapat

mengatasi problem utang yang kini telah

dua kali lipat dari kapasitas ekonominya.

Government debt Jepang 2012 tercatat

telah mencapai 237,9% dari GDP.

Di sisi lain, pandangan para ekonom

masih terbagi mengenai dampak dari

kenaikan sales tax terhadap ekspansi ekonomi

dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil

survei terkini dari Japan Center for Economic

Research, ekspansi ekonomi Jepang akan

tertahan pada TW3 2014, setelah sales tax

dinaikkan. Meskipun menurun ekonomi

Jepang diprediksi masih mampu tumbuh

di atas 1%. Guna meminimalisir dampak

dari kenaikan sales tax tersebut, sejumlah

pengamat ekonomi mengharapkan agar

pemerintah Jepang mengimplementasikan

additional measures seperti tax breaks

dan public works. Namun hal tersebut

dikhawatirkan tidak akan mendorong

terciptanya pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan.

Menyikapi keraguan yang timbul, PM

Jepang berupaya meyakinkan masyarakat

bahwa paket stimulus guna meng-offset

kenaikan sales tax yang akan diluncurkan

pemerintah akan berbeda dengan stimulus

Boks 1

Page 57: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

45

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

sebelumnya. Pemerintah Jepang akan

mengeluarkan paket stimulus yang

besarnya sekitar JPY6 triliun (setara USD61

miliar). Stimulus tersebut diharapkan dapat

berdampak positif pada kinerja ekonomi

Jepang dalam jangka waktu yang lebih

panjang seiring dengan meningkatnya

investasi, upah, dan lapangan kerja.

Measures yang dicakup dalam stimulus

tersebut diantaranya adalah:

a. Pro-growth measures senilai JPY5

triliun, seperti penurunan pajak

investasi, pembiayaan bagi venture

capital fund, dan mendorong

partisipasi kaum wanita dan

masyarakat yang berusia lebih muda

untuk masuk ke dalam sektor tenaga

kerja.

b. Dana untuk mengurangi dampak

kenaikan sales tax pada golongan

masyarakat menengah ke bawah

senilai JPY300 miliar dan untuk

bantuan perumahan bagi korban

bencana senilai JPY50 miliar.

Selanjutnya, PM Jepang juga

berencana untuk mempercepat berakhirnya

masa berlaku pengenaan surcharge pada

corporate tax (yang semula direncanakan

akan diakhiri pada 2015). Surcharge

tersebut diterapkan oleh pemerintah Jepang

sebelumnya untuk menutup biaya konstruksi

akibat dari bencana gempa dan tsunami

pada 2011 lalu. Penghapusan surcharge

corporate tax tersebut diperkirakan dapat

menurunkan corporate tax rate dari 38%

menjadi 35% sehingga diharapkan dapat

meningkatkan daya saing Jepang dan

mendorong penanaman modal asing ke

Jepang. Namun sejumlah pihak mengkritisi

rencana pemerintah Jepang tersebut.

Langkah pemerintah untuk menurunkan

corporate tax dan menaikkan pajak konsumsi

yang ditujukan untuk sektor rumah tangga

dikhawatirkan dapat memicu reaksi negatif

dari masyarakat. Guna merespon concern

tersebut, pada 1 Oktober 2013 PM Jepang

menjanjikan bahwa pemangkasan pajak

korporasi harus sejalan dengan kenaikan

upah dan kesempatan kerja yang selama

ini cenderung stagnan dalam kurun waktu

yang cukup panjang.

Kebijakan Pemerintah Jepang untuk

menaikan sales tax, serta di saat yang sama

akan mengeluarkan paket stimulus di tengah

komitmen Pemerintah untuk memangkas

pengeluaran sebesar JPY4 triliun pada

tahun fiskal 2014 menimbulkan perdebatan

(fiscal offset dilemma). Sejumlah pengamat

mempertanyakan bagaimana Pemerintah

Jepang merekonsiliasi antara rencana

pemerintah Jepang (yang sebelumnya

telah diumumkan) berupa pemangkasan

pengeluaran senilai JPY4 triliun pada tahun

fiskal 2014 (general account budget) dengan

rencana pemerintah untuk meningkatkan

pengeluaran (melalui paket stimulus) guna

mengimbangi secara temporer dampak dari

kenaikan sales tax.

Page 58: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

46

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

B. NEGARA BERKEMBANG

B.1. China

Sete lah menga lami penurunan

pertumbuhan ekonomi pada TW2-13, geliat

ekonomi China di TW3-13 menguat mencapai

7,8% yoy. Kinerja tersebut ditopang oleh

investasi dan konsumsi, sedangkan sektor

eksternal terkontraksi. Peningkatan PDB

tersebut juga didorong oleh ‘fiskal stimulus

mini’ yang diluncurkan pemerintah pada

akhir Juli 2013. Ke depan, otoritas China

optimis bahwa ekonomi akan stabil dan target

pertumbuhan tahun 2013 sebesar 7,5% yoy

akan tercapai, meski sejumlah tantangan

domestik dan eksternal masih membayangi.

PBoC diperkirakan akan melanjutkan kebijakan

yang prudent disertai fine-tuning secara tepat

waktu untuk mendukung pertumbuhan

sembari mengatasi risiko inflasi.

Ekonomi China yang selama paruh

pertama tahun 2013 mengalami pelemahan,

kembali membaik dengan tumbuh sebesar

7,8% yoy pada TW3-13. Realisasi tersebut jauh

di atas proyeksi Consensus Forecast (Oktober

2013) yang memperkirakan ekonomi China

akan tumbuh 7,5% yoy dan juga lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (7,5%

yoy). Pencapaian tersebut juga melebihi target

tahunan yang telah disahkan Parlemen China

pada pertengahan Maret 2013 (7,5% yoy).

Namun demikian, PDB China pada TW3-13

tersebut masih jauh di bawah rata-rata PDB

periode 2010-2012 yang mencapai 9,15%

yoy.

Peningkatan aktivitas ekonomi selama

TW3-13 didorong oleh investasi dan konsumsi,

yang masing-masing tumbuh sebesar 4,3%

dan 3,7%. Sementara itu, net ekspor tumbuh

negatif 1,7% seiring laju kenaikan ekspor

yang lebih rendah dari impor. China tengah

berupaya untuk mengubah struktur ekonomi

yang selama ini bertumpu pada ekspor

dan investasi menjadi ekonomi yang lebih

mengandalkan konsumsi domestik. Namun

demikian, sejauh ini kontribusi konsumsi

terhadap PDB di TW3-13 relatif masih lebih

rendah dibandingkan investasi.

Peningkatan investasi dikonfirmasi

oleh berbagai indikator yang menunjukkan

perbaikan. Rata-rata PMI manufaktur dan PMI

non-manufaktur masing-masing naik menjadi

50,8 dan 54,5, dari triwulan sebelumnya sebesar

50,5 dan 54,2. Rata-rata produksi industri juga

naik 10,1% yoy di TW3-13 dari 9,13% yoy

(TW2-13), bahkan mencapai angka tertinggi

dalam 5 kuartal terakhir pada Agustus-2013

(10,4%). Seiring dengan perbaikan aktivitas

Grafik 2.42 PDB

������

��������

������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�������������������

�����������������������

��������������������������������������

Page 59: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

47

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

produksi tersebut, akumulasi profit industri naik

dari 11,1% yoy menjadi 13,5% yoy. Beberapa

produk yang secara konsisten mengalami

kenaikan produksi sepanjang triwulan ini

adalah mobil, produk logam dan kaca.

Peningkatan kinerja investasi selain

didorong oleh permintaan rumah tangga, juga

dipengaruhi oleh kebijakan “stimulus mini”

pemerintah. Pemerintah China menghindari

stimulus besar-besaran dengan mengucurkan

likuiditas, dan lebih memilih serangkaian

langkah yang terbatas dan targeted, yaitu:

Mengurangi pajak perusahaan kecil.

Sejak 1 Agustus 2013, sekitar 6 juta unit

usaha yang memiliki omset dibawah

RMB 20.000 (sekitar USD 3.250) per

bulan dibebaskan dari PPN dan pajak

pendapatan.

Menyederhanakan prosedur dan

menurunkan biaya administrasi ekspor.

Meningkatkan financing channel

untuk memastikan terpenuhinya

kebutuhan pendanaan stimulus dengan

meningkatkan partisipasi investor

swasta, antara lain melalui penerbitan

obligasi.

Di sisi konsumsi, perbaikan permintaan

domestik ditunjukkan oleh indikator penjualan

ritel yang meningkat. Penjualan ritel tumbuh

13,3% yoy sepanjang TW3-2013 dibandingkan

13,0% yoy pada triwulan sebelumnya. Meski

demikian, laju pertumbuhan penjualan ritel

tersebut masih jauh lebih rendah dibanding

rata-rata pertumbuhan periode 2010-2012

yang mencapai 16,7% yoy, serta masih di

bawah target pemerintah sebesar 14,5%

yoy. Produk yang mengalami pertumbuhan

penjualan cukup tinggi antara lain emas, perak

dan perhiasan; peralatan komunikasi; material

bangunan dan dekorasi; furnitur; dan obat-

obatan tradisional.

Di sisi lain, proksi konsumsi lainnya

yakni kredit baru perbankan, uang beredar

(M2), dan pendanaan agregat menunjukkan

tren menurun seiring upaya pemerintah

untuk mengerem pertumbuhan kredit. Total

kredit baru perbankan selama TW3-13 turun

menjadi RMB2,2 triliun dari RMB2,32 triliun

Grafik 2.43 Produksi Industri

Grafik 2.44 PMI Manufaktur & PMINon-Manufaktur

������

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������

������������������

������

��

��

��

��

��

��

��

��

���������������� ������������������

���� ���� ����� � � �� � � � �� � � �

������������������

Page 60: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

48

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, rata-

rata pertumbuhan M2 selama TW3-13 sebesar

14,5% yoy, lebih rendah dari TW2-13 (15,3%

yoy). Namun demikian, angka tersebut masih

lebih tinggi daripada target pemerintah (13%

yoy). Sejalan dengan perkembangan berbagai

indikator tersebut, pendanaan agregat atau

total social financing (TSF)16 selama triwulan

laporan turun menjadi RMB3,78 triliun

dari periode sebelumnya yang mencapai

RMB3,98 triliun. Peningkatan konsumsi

sejalan dengan komitmen pemerintah untuk

menjadikan industrialisasi sebagai salah

satu pendorong pertumbuhan. Untuk itu,

pemerintah mempercepat pelaksanaan proyek

infrastruktur kota, antara lain pembangunan

rel kereta, rumah murah dan perbaikan fasilitas

kesehatan publik.

Sektor eksternal China menunjukkan

pelemahan ekspor, sedangkan impor

meningkat. Rata-rata pertumbuhan ekspor

selama TW3-13 turun menjadi 4,0% yoy dari

4,2% yoy pada triwulan sebelumnya, bahkan

ekspor pada September-2013 mengalami

kontraksi (-0,3% yoy). Penurunan ekspor

disebabkan pelemahan permintaan dari negara

maju selaku mitra dagang utama China dan

apresiasi yuan. Selain itu, upaya pemerintah

China untuk mencegah pelaporan invoice

ekspor fiktif sejak Mei-2013 juga menyebabkan

base effect yang tinggi.

Di sisi lain, impor selama TW3-13

tumbuh 8,43% yoy dari 5,27% yoy (TW2-13).

Kenaikan impor disebabkan oleh permintaan

domestik yang meningkat, khususnya produk

minyak mentah, bijih besi, batubara dan

tembaga, seiring dengan peningkatan aktivitas

ekonomi China selama September-Oktober

(faktor musiman). China merupakan konsumen

tertinggi di dunia untuk komoditas tembaga

dan bijih besi. China juga diprediksi akan

menggeser posisi AS sebagai importir minyak

terbesar di dunia. Seiring dengan terjadinya

penurunan ekspor ditengah kenaikan impor,

surplus neraca perdagangan China menyempit 16 Total social financing (TSF) adalah alatr ukur kredit yang mencakup juga kredit non-bank (shadow banking).

Grafik 2.45 Konsumsi

Grafik 2.46 Uang Beredar,Kredit-Baru, dan TSF

������������

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ���

��

��

���

���

���

����������������������������������������������������������

������������������

����������������

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������������������������������

���������������

�����������

������������������

Page 61: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

49

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

menjadi USD61,6 miliar, dari USD65,7 miliar

pada TW2-13. Penurunan defisit neraca

perdagangan China tersebut mengakibatkan

penyempitan surplus neraca berjalan pada

TW3-13 menjadi USD39,7 miliar dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai USD50,9

miliar.

Rata-rata inflasi selama TW3-13

mengalami peningkatan meski masih di bawah

target pemerintah. Perbaikan permintaan

domestik telah menaikkan inflasi TW3-13 ke

level 2,80% yoy dibandingkan TW2-13 (2,40%

yoy). Bahkan inflasi September 2013 sebesar

3,1% yoy merupakan yang tertinggi dalam

7 bulan terakhir. Namun laju inflasi TW3-13

tersebut masih di bawah target pemerintah

sebesar (3,5% yoy). Sementara itu, rata-rata

inflasi inti selama TW3-13 sebesar 1,63% yoy,

lebih rendah daripada triwulan sebelumnya

(1,77% yoy).

Berdasarkan komponennya, kenaikan

harga terbesar terjadi pada komponen

makanan, khususnya daging dan sayuran segar,

Grafik 2.47 Neraca Perdagangan

seiring dengan meningkatnya permintaan di

tengah terbatasnya pasokan. Keterbatasan

suplai disebabkan oleh faktor iklim dan

bencana, yaitu kekeringan yang melanda

beberapa daerah sentra produksi komoditas

pangan, serta bencana banjir, longsor, dan

angin topan Usagi yang melanda kawasan

lainnya. Perkembangan terkini menunjukkan

tekanan inflasi yang didorong oleh kelompok

makanan masih berlanjut hingga Oktober-

2013 dan mendorong inflasi meningkat hingga

3,2% yoy.

Tren peningkatan harga juga terjadi

pada harga properti. Sektor properti China

masih diwarnai kenaikan harga yang persisten

meski sejak Maret-2013 pemerintah mulai

memperketat aturan pembelian properti,

termasuk pengetatan aturan KPR oleh kalangan

perbankan. Rata-rata harga perumahan

pada TW3-13 naik 7,5% yoy dari 5,2% yoy

(TW2-13). Lonjakan harga terutama terjadi

di kota besar, seperti Beijing, Shanghai,

Guangzhou, dan Shenzen. Kenaikan tersebut

didorong oleh tingginya permintaan baik

dari masyarakat setempat maupun kawasan

lainnya. Terdapat tendensi terjadinya panic

buying seiring kekhawatiran bahwa kenaikan

harga properti akan terus berlanjut. Kenaikan

harga properti tersebut diprediksi berlanjut

hingga Oktober, yang secara historis menjadi

peak season penjualan properti di China.

Otoritas China telah memberi sinyal

kekhawatiran bahwa tingginya likuiditas telah

memicu kenaikan kredit khususnya di sektor

properti yang dapat memicu inflasi. Untuk

mengatasinya, PBoC melakukan pengetatan

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������������������

���������������

������������������

Page 62: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

50

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

likuiditas dengan tidak menerbitkan reverse

repo selama dua pekan berturut-turut (17

dan 24 Oktober 2013). Kebijakan tersebut

tetap dilakukan meski perbankan sedang

memerlukan likuiditas dalam jumlah besar

untuk pembayaran pajak (seasonal) dan

pemenuhan kewajiban GWM. PBoC juga

meminta bank komersial untuk memperketat

dan memonitor pengucuran kredit perumahan.

Aturan pembelian properti di Beijing sebagai

salah satu kota yang mengalami kenaikan harga

properti paling pesat di China akan diperketat

guna memberantas motif spekulasi. Otoritas

Beijing juga akan menyediakan 70 ribu rumah

hunian ‘self-use’, dengan harga 30% lebih

murah dibandingkan hunian pada umumnya

pada 2013-2014 yang diperuntukkan bagi

masyarakat berpendapatan menengah-rendah.

Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan

aturan yang melarang penjualan rumah selama

lima tahun sejak pembelian, serta mengenakan

pajak capital gain sebesar 30% jika melakukan

penjualan setelah lima tahun.

Sejumlah faktor risiko masih membayangi

ekonomi China, baik risiko domestik maupun

eksternal. Dari sisi domestik, kerentanan berasal

dari kekhawatiran terjadinya bubble sektor

properti dan berlanjutnya tekanan inflasi yang

dapat memicu PBoC melakukan pengetatan

likuiditas. Risiko perlambatan juga dipengaruhi

oleh (a) komitmen pemerintah untuk fokus

pada reformasi struktural khususnya aktivitas

shadow banking yang selama ini turut

menjadi mesin pendorong ekonomi; (b)

rendahnya investasi pemerintah di semester

II-13 sejalan dengan telah terealisasinya sekitar

70% anggaran belanja di semester I-13; (c)

pengetatan pengawasan utang pemda; dan

(d) overcapacity di sektor industri. Sementara

itu, risiko eksternal berasal dari pelemahan

ekonomi negara emerging, apresiasi yuan

yang menurunkan daya saing produk ekspor

China, dan ketidakpastian pemulihan ekonomi

negara maju.

Di tengah berbagai tantangan di atas,

otoritas China optimis bahwa ekonomi akan

stabil dan target pertumbuhan tahun 2013

sebesar 7,5% yoy akan tercapai. Optimisme

tersebut dilandasi oleh realisasi pertumbuhan

PDB selama sembilan bulan pertama 2013

yang mencapai 7,7% yoy serta indikator

makroekonomi periode Oktober 2013 yang

memperlihatkan terjadinya perbaikan. Indikator

PMI Manufaktur, PMI Non-Manufaktur,

ekspor, serta produksi industri pada Oktober

2013 menunjukkan kinerja yang lebh baik

dibandingkan rata-rata TW3-13, bahkan PMI

Manufaktur mencapai angka tertinggi dalam

enam triwulan terakhir.

Optimisme China tersebut juga sejalan

dengan prediksi Consensus Forecast maupun

World Economic Outlook (WEO) IMF untuk

tahun 2013 (7,6% yoy). Sementara PDB 2014

diprediksi turun ke kisaran 7,3-7,4% yoy.

Inflasi diperkirakan mencapai 2,6% yoy di

2013 namun meningkat menjadi 3,1% yoy

di 2014. Seiring dengan proyeksi tersebut,

PBoC diperkirakan akan melanjutkan kebijakan

yang prudent disertai fine-tuning pada waktu

yang tepat sambil menempuh kebijakan

pengendalian inflasi.

Page 63: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

51

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

B.2. India

Setelah pada TW2-13 ekonomi India

mengalami perlambatan dan hanya berhasil

tumbuh 4,4% yoy, aktivitas ekonomi di

TW3-13 mulai menunjukkan sinyal perbaikan

terutama ditopang oleh kinerja ekspor.

Konsumsi meningkat meski belum solid,

sedangkan investas i memperl ihatkan

perkembangan mixed. Tekanan inflasi selama

triwulan laporan meningkat hingga melampaui

target pemerintah, yang didorong oleh

kenaikan harga makanan dan harga bahan

bakar. Depresiasi rupee akibat defisit neraca

berjalan yang tinggi direspon otoritas dengan

kebijakan pembatasan impor dan pengetatan

likuiditas. Ke depan, berbagai tantangan

masih menghadang ekonomi India, baik

dari sisi domestik maupun global. Secara

keseluruhan tahun fiskal 2013-2014, ekonomi

diprediksi melemah dibandingkan tahun fiskal

sebelumnya, dan akan kembali meningkat

pada tahun fiskal 2014-2015 mendatang.

Ekonomi India mulai menunjukkan

perbaikan di TW3-13 setelah mengalami

perlambatan pada TW2-13. Membaiknya

perekonomian India ditopang oleh ekspor

seiring meningkatnya permintaan dari negara

mitra dagang utama, AS dan Eropa. Konsumsi

juga meningkat, namun dengan pertumbuhan

yang belum terlalu solid. Menurut Consensus

Forecast (Oktober 2013), Pertumbuhan

PDB India pada TW3-13 diperkirakan akan

meningkat mencapai 4,8% yoy, setelah pada

triwulan sebelumnya melambat dan hanya

tumbuh 4,4% yoy.

Indikator konsumsi pada TW3-13

menunjukkan peningkatan yang disebabkan

faktor musiman dan low base effect. Penjualan

kendaraan bermotor pada triwulan ini tumbuh

4,7% yoy, beralih dari zona kontraksi 2,1%

yoy di TW2-13. Angka penjualan di September

2013 merupakan yang tertinggi dalam 11 bulan

terakhir mencapai 11,6% yoy, melanjutkan

kinerja positif di Agustus (4,5% yoy) setelah

enam bulan sebelumnya selalu terkontraksi.

Perbaikan kinerja penjualan kendaraan

bermotor pada triwulan ini dipengaruhi oleh

Grafik 2.48 PDB

������ ������

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���������������������������������������������

������������������������

Grafik 2.49 Penjualan Kendaraan

������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������

��������������

������������

����������

�������������

Page 64: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

52

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

faktor musiman penyelenggaraan festival di

India yang berlangsung pada September-

Oktober, disamping pengaruh faktor low base

effect17. Secara nominal, penjualan kendaraan

bermotor di TW3-13 masih lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumen

enggan melakukan pembelian barang mahal

(big ticket purchases) karena kondisi ekonomi

yang tidak pasti, likuiditas yang ketat seiring

kenaikan suku bunga kebijakan, dan harga

bahan bakar yang tinggi.

I n d i k a t o r p e n u n t u n i n v e s t a s i

memperlihatkan perkembangan yang mixed.

Produksi industri mengalami pemulihan,

sementara PMI sektor manufaktur dan PMI

sektor jasa memasuki zona kontraksi. Produksi

industri tumbuh 1,8% yoy dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 0,93%, yang

disumbang oleh perbaikan pada industri

manufaktur dan alat kelistrikan. Peningkatan

aktivitas industri manufaktur terjadi pada

produk yang berorientasi ekspor, yaitu industri

konveksi dan kimia. Sedangkan aktivitas industri

alat listrik meningkat secara signifikan pasca

penambahan kapasitas pembangkit tenaga

listrik Hydel. Di sisi lain, industri pertambangan

dan penggalian masih mengalami kontraksi

yang persisten sejak Oktober 2012 dengan

ditutupnya beberapa tambang bijih besi di

India.

Sementara itu, rata-rata PMI manufaktur

pada TW3-13 turun menjadi 49,4 dari 50,5

pada triwulan sebelumnya, bahkan merupakan

yang terendah sejak TW1-09. PMI sektor

jasa juga turun menjadi 46,7 dari 52 pada

TW2-13. Pelemahan tersebut disebabkan

berkurangnya order-baru terutama dari pasar

domestik, kelangkaan bahan baku, kenaikan

harga bahan baku akibat depresiasi rupee,

ketidakpastian kondisi ekonomi, dan keraguan

investor terhadap kemampuan pemerintah

untuk segera melakukan reformasi struktural.

Investor juga khawatir bahwa reformasi akan

terhambat oleh dinamika politik mengingat

pemilu akan dilaksanakan pada Mei 2014.

17 Penjualan kendaraan bermotor TW3-12 sangat rendah (terkontraksi 10% yoy). Grafik 2.51 PMI Manufaktur

Grafik 2.50 Produksi Industri

������������

���

���

��

��

��

��

���

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������������������������������������������������������������������������

������������������

������

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � �

��������������

��������������������

Page 65: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

53

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Kinerja sektor eksternal menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Ekspor

melonjak mencapai 11,9% yoy pada TW3-13,

setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi

1,3%. Pertumbuhan ekspor di Agustus 2013

merupakan yang tertinggi sejak November

2011. Lonjakan ekspor didorong oleh beberapa

faktor, yaitu: (a) peningkatan permintaan mitra

dagang utama, khususnya AS dan Eropa; (b)

peningkatan daya saing produk India sebagai

akibat depresiasi rupee; (c) dukungan berbagai

kebijakan pemerintah untuk mendorong

ekspor, misalnya subsidi bunga kredit bagi

eksportir; serta (d) kesepakatan free trade

agreements (FTA) yang telah dijalin India

dengan beberapa negara di kawasan Asia.

Komoditas yang mengalami peningkatan

ekspor cukup tinggi adalah produk besi dan

baja, serta permesinan.

Namun di sisi lain, impor anjlok hingga

minus 8,33% yoy dari 5,9% yoy pada triwulan

sebelumnya. Penurunan impor antara lain

terjadi pada komoditas emas dan perak pasca

kenaikan pajak impor dan pengetatan regulasi

impor emas. Seiring dengan terjadinya lonjakan

ekspor ditengah penurunan impor, defisit

neraca perdagangan India pada TW3-13

menyempit menjadi USD30 miliar dari USD51,5

miliar pada periode sebelumnya.

Tekanan inflasi Wholesale Price Index

(WPI) pada triwulan laporan kembali meningkat.

Secara rata-rata, inflasi WPI meningkat menjadi

6,12% yoy pada TW3-13, dari 4,82% pada

TW2-13. Laju inflasi tersebut telah melampaui

target yang ditetapkan pemerintah sebesar

5-5,5%. Peningkatan inflasi disebabkan oleh

kenaikan harga produk pertanian dan bahan

bakar. Kenaikan harga produk agrikultur,

khususnya bawang merah dan sayur-mayur,

disebabkan oleh terganggu panen karena

faktor cuaca. Sedangkan kenaikan harga

bahan bakar dipicu oleh peningkatan harga

diesel di pasar komoditas global dan efek

depresiasi rupee. Selama TW3-13, secara rata-

rata rupee terdepresiasi cukup tajam mencapai

10,9%, dibanding triwulan sebelumnya. Rupee

sempat mencapai nilai terendah dalam sejarah

India di level Rs68,825/USD di akhir Agustus Grafik 2.52 Neraca Perdagangan

����������������

���

���

���

��

��

��

����

����

���

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���������������������������������������������

������������������

Grafik 2.53 Inflasi

������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���������������������������������������������������������������������������

������������������

Page 66: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

54

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

2013, dan ditutup menguat ke level Rs62,618/

USD pada penghujung triwulan ini.

Untuk mencegah depresiasi yang lebih

dalam Reserve Bank of India (RBI) menempuh

beberapa langkah pengetatan likuiditas.

Kebijakan pengetatan yang ditempuh RBI

adalah :

Menaikkan dua jenis suku bunga

pinjaman jangka pendek RBI kepada

perbankan, yakni Marginal Standing

Facility (MSF)18 dan Bank Rate19 masing-

masing dari 8,25% menjadi 10,25%

pada 15 Juli 2013.

Melakukan lelang Cash Management

Bills (CMB)20 pemerintah sebesar 220

miliar rupee (USD3,6 miliar) per pekan

pada setiap Senin mulai 12 Agustus

hingga 17 September 2013, sehingga

jumlah dana yang terserap akan

mencapai Rs88.000 crore21 (USD14,4

miliar). Langkah ini berimplikasi pada

meningkatnya suku bunga jangka

pendek dan meredam pembelian dolar

dengan motif spekulasi;

Melakukan swap dolar AS kepada

tiga perusahaan minyak BUMN untuk

membantu memenuhi kebutuhan dolar

dalam rangka impor minyak.

Pengetatan likuiditas tersebut akan

ditarik (dinormalisasi) kembali apabila pasar

valas telah kembali stabil.

Pada perkembangan selanjutnya, di

bawah kepemimpinan Governor Dr. Raghuram

Rajan22, RBI menaikkan suku bunga kebijakan

untuk meredam kenaikan inflasi. Repo rate

dinaikkan masing-masing sebesar 25 bps

pada 20 September 2013 dan 29 Oktober

2013 menjadi 7,75%. Di sisi lain, RBI juga

melonggarkan kembali kondisi likuiditas seiring

tekanan terhadap rupee yang agak mereda

pasca the Fed AS memutuskan untuk tetap

mempertahankan kebijakan akomodatifnya.

RBI menurunkan suku bunga MSF dan Bank

Rate secara bertahap ke level 8,75%.

Untuk mengatasi peningkatan defisit

neraca berjalan, pemerintah India berupaya

menekan impor terutama impor emas yang

sangat dominan mempengaruhi neraca

berjalan India. Pemerintah menaikkan custom

duty untuk impor emas dari 4% menjadi 6%

(Januari 2013) yang selanjutnya menjadi 8%

(5 Juni 2013) dan 10% (13 Agustus 2013).

Selain itu, tarif impor beberapa komoditas

non-esensial, seperti lemari es dan televisi juga

dinaikkan. Untuk mengurangi kebutuhan valas,

pemerintah meningkatkan impor minyak dari

Iran yang transaksinya menggunakan mata

uang lokal. Pemerintah juga berencana untuk

menaikkan harga solar sebesar 10% per liter

(sekitar Rs5) guna meredam konsumsi bahan

bakar dan mengurangi beban subsidi.

18 MSF adalah fasilitas pinjaman dari RBI kepada bank komersial, dengan batas maksimal pinjaman sebesar 1% dari kewajiban jangka pendek (Net Demand and Time Liabilities/NDTL) bank.

19 Bank rate adalah suku bunga pinjaman jangka pendek dari RBI kepada bank komersial dan lembaga keuangan lainnya dalam rangka memenuhi kekurangan reserve requirements bank.

20 CMB adalah instrumen surat utang jangka pendek yang dapat di-issue secara ad-hoc oleh pemerintah.

21 Satu crore ekivalen dengan Rs10.000.000.22 Dr. Raghuram Rajan mulai menjabat sebagai Gubernur RBI sejak

4 September 2013.

Page 67: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

55

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Berbagai kebijakan untuk mendukung

pemulihan ekonomi juga diluncurkan, meliputi:

(a) menyetujui anggaran infrastruktur sebesar

1,83 triliun rupee (USD28,4 miliar) bagi

pelaksanaan proyek minyak, gas, energi, jalan,

dan rel kereta yang selama ini tertunda; (b)

melonggarkan aturan foreign direct investment

(FDI) di 12 sektor industri; serta (c) menyetujui

penyediaan makanan bersubsidi (food security

bill) bagi masyarakat miskin guna mengatasi

kelaparan dan malnutrisi.

Ke depan, sejumlah faktor risiko masih

membayangi ekonomi India, baik dari sisi

domestik maupun eksternal. Di sisi domestik,

kerentanan berasal dari defisit neraca berjalan

yang melebar, bottleneck infrastruktur,

hambatan pasokan energi, permintaan

domestik yang lemah, dan sentimen investasi

yang masih negatif. Dari sisi eksternal, risiko

berasal dari potensi tapering QE di AS yang

dapat menyebabkan pembalikan modal asing

dari India, depresiasi rupee secara tajam, dan

kenaikan harga minyak.

Sejalan dengan perkembangan di atas,

ekonomi India pada TW4-13 diperkirakan akan

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Ekonomi India pada TW4-13 diprediksi akan

Tabel 2.8. Perubahan Suku Bunga Kebijakan dan Aturan CRR RBI selama 2013

��������� ����� ����� ����� ����� ����� ���������������������� ����� ����� ����� ����� ����� �������������� ����� ����� ����� ����� ������ ����� ����� ����������������������������������� ����� ����� ����� ����� ������ ����� ����� �����

������������������ ����� �����

��������������������������������������

��������� ��������� ��������� �������� ��������� �������� ��������� ��������� �������� ���������

tumbuh sebesar 5,1% yoy (Consensus Forecast,

Oktober 2013). Optimisme tersebut dilandasi

oleh pemulihan yang telah terjadi di beberapa

subsektor jasa, peningkatan hasil pertanian

seiring good monsoon, penguatan kinerja

sektor eksternal, serta dukungan berbagai

kebijakan pemerintah untuk menopang

pertumbuhan. Sementara itu, tekanan harga

diperkirakan masih persisten dan dipicu oleh

depresiasi rupee, kenaikan harga pangan dan

bahan bakar, serta kenaikan upah.

Untuk keseluruhan tahun fiskal 2013-

2014 (April 2013 hingga Maret 2014),

ekonomi diperkirakan akan melambat. Otoritas

memperkirakan ekonomi akan tumbuh 5,3%

yoy, turun signifikan dari proyeksi awal sebesar

6,4%. Sejalan dengan pemerintah, RBI juga

menurunkan prediksi PDB menjadi 5% dari

proyeksi sebelumnya sebesar 5,5%. Sementara

IMF pesimis terhadap outlook ekonomi India

ke depan dan merevisi pertumbuhan PDB India

secara signifikan menjadi 3,8% yoy (WEO

Oktober 2013), dari proyeksi Juli 2013 sebesar

5,6%. Selanjutnya, ekonomi India pada tahun

fiskal 2014-2015 diprediksi akan membaik. IMF

memprediksi ekonomi akan tumbuh 5,1%,

sedangkan Consensus Forecast memprediksi

pertumbuhan akan mencapai 5,6%.

Page 68: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

56

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

B.3. Korea

Ekonomi Korea mengalami penguatan

dengan tumbuh 3,3% yoy pada TW3-13

ditopang oleh investasi dan konsumsi. Di sisi

lain, kontribusi sektor eksternal terus menurun

dipengaruhi oleh apresiasi won. Inflasi selama

periode laporan masih cenderung lemah meski

telah mengalami peningkatan. Rata-rata inflasi

TW3-13 sedikit meningkat menjadi 1,17% yoy

dibandingkan 1,07% di triwulan sebelumnya

seiring kenaikan harga produk pertanian dan

minyak. Dengan inflasi yang masih lemah,

Bank of Korea cenderung mempertahankan

kebijakan akomodatif dengan menahan suku

bunga kebijakan (seven day repurchase rate)

sebesar 2,5%. Otoritas Korea optimis bahwa

pemulihan ekonomi domestik akan terus

berlanjut meskipun pelemahan ekonomi China

akan menjadi ancaman. Sejalan dengan itu,

PDB Korea diprediksi akan tumbuh 2,8% yoy

di 2013, membaik dari tahun sebelumnya

yang hanya 2,1% yoy. Kinerja positif tersebut

akan terus berlanjut di 2014 dengan tumbuh

3,8% yoy.

Melanjutkan peningkatan kinerja

ekonomi pada tr iwulan sebelumnya,

Korea tumbuh 3,3% yoy pada TW3-13.

Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan

TW2-13 (2,3% yoy), sekaligus merupakan PDB

tertinggi selama 7 kuartal terakhir. Realisasi

PDB tersebut juga melebihi proyeksi Consensus

Forecast (Oktober 2013) yang memperkirakan

ekonomi Korea akan tumbuh 3,2% yoy,

namun masih jauh lebih rendah daripada rata-

rata PDB triwulanan selama 2010-2012 yang

mencapai 4,0% yoy.

Konsumsi dan investasi menjadi

pendorong utama ekonomi Korea pada

triwulan laporan. Kontribusi kedua komponen

tersebut terhadap PDB juga meningkat.

Konsumsi berkontribusi sebesar 1,56%, dari

1,49% pada TW2-13. Sementara kontribusi

investasi mengalami kenaikan yang signifikan

menjadi 1,54%, dari 0,06% pada triwulan

sebelumnya. Di sisi lain, kontribusi sektor

eksternal terus menurun menjadi 0,25%

dibandingkan TW2-13 (0,97%).

Peningkatan konsumsi terutama

ditopang oleh belanja swasta, belanja

pemerintah melemah. Belanja swasta selama

TW3-13 tumbuh 2,2% yoy, naik dari 1,8%

yoy pada kuartal sebelumnya. Perbaikan

tersebut juga dikonfirmasi oleh rata-rata

penjualan department store dan rata-rata

penjualan ritel. Penjualan department store

tumbuh mengesankan hingga 2,43% yoy,

dari 1,07% yoy pada TW2-13. Sementara

penjualan ritel tumbuh 1,27% yoy, dari

0,8% yoy pada periode sebelumnya. Namun

demikian, peningkatan belanja swasta Korea

Grafik 2.54 PDB

������

��������

������

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��������� ����������������������������� ������������

������������������

Page 69: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

57

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

masih lebih rendah dibandingkan rata-rata

2010-2012 yang mencapai 2,8% yoy, karena

konsumsi masyarakat Korea masih dibatasi

oleh utang rumah tangga yang tinggi dan

prospek ekonomi yang belum pasti. Selain

itu, di awal triwulan laporan konsumsi sempat

anjlok karena musim hujan berkepanjangan

yang menghambat belanja masyarakat, aturan

pemerintah yang memperpendek waktu

operasional hypermarket guna mendorong

penjualan supermarket berskala kecil dan pasar

tradisional, serta turunnya penjualan produk

dan larangan impor ikan dari Jepang karena

permasalahan kontaminasi nuklir Fukushima.

Belanja pemerintah tumbuh 3,1% yoy,

lebih rendah daripada TW2-13 (3,8% yoy).

Penurunan belanja pemerintah di TW3-13

tersebut terutama disebabkan sekitar 60-70%

anggaran belanja 2013 telah dialokasikan di

paruh pertama tahun ini. Dengan demikian,

anggaran belanja yang tersisa untuk paruh

berikutnya hanya 30-40% dari total anggaran

2013. Kondisi ini dikonfirmasi oleh pangsa

belanja pemerintah terhadap PDB di TW3-

13 yang menurun menjadi 14,76%, dari

14,84% selama semester 1-2013. Sebagai

tambahan, pada TW2-13 pemerintah juga

telah menggelontorkan stimulus fiskal sebesar

KRW17,3 triliun (USD16,29 miliar) dalam

rangka mendukung UMKM dan penciptaan

lapangan kerja.

Secara sektoral, sektor manufaktur

senantiasa berperan signifikan bagi ekonomi

negara ginseng. Share manufaktur mencapai

28,7% dari PDB, naik dari 28,5% pada

Grafik 2.55 PDB Berdasarkan Kontribusi

��������������

��

��

��

���� ���� ���� ����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���������� ��������� �������� ���

������������������

Grafik 2.56 Penjualan Dept. Store danDiscount Store

������

���

���

���

��

��

��

�������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������

Grafik 2.57 PDB Berdasarkan Sektor

������

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

��� ���������������������������������

������������������ ���������������������������������������������

������������������

Page 70: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

58

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor

manufaktur pada triwulan laporan juga

mencapai angka tertinggi sejak 7 kuartal

terakhir (4,0% yoy), didorong oleh peningkatan

produksi perlengkapan elektrikal dan peralatan

elektronik, produk petrokimia, makanan dan

minuman, serta furnitur.

Peningkatan kinerja sektor manufaktur

juga dikonfirmasi oleh indikator produksi

industri yang menunjukkan perbaikan. Rata-

rata produksi industri pada TW3-13 sebesar

0,19% yoy, beralih dari zona kontraksi pada

triwulan sebelumnya (minus 0,72% yoy)

didorong oleh produksi mobil dan telepon

genggam. Bahkan produksi industri selama

Agustus 2013 mencapai level pertumbuhan

tertinggi dalam sembilan bulan terakhir (3,2%

yoy), sehingga dapat mengimbangi kontraksi

produksi industri yang terjadi pada September

2013 (minus 3,6% yoy). Di penghujung kuartal

tersebut, aktivitas manufaktur menurun

karena jumlah hari kerja yang lebih sedikit

dibandingkan tahun lalu23 dan terjadinya

mogok pekerja selama 10 hari di Hyundai

Motor dan Kia Motor.

T ingkat penggangguran Korea

cenderung menurun, dan pada September

2013 mencapai level terendah dalam 3 triwulan

terakhir (3%). Mengacu pada data Statistics

Korea, sektor yang banyak menciptakan

lapangan kerja selama TW3-13 adalah industri

jasa, khususnya yang terkait dengan jasa

kelistrikan, transportasi, telekomunikasi dan

keuangan; serta jasa yang terkait dengan

Grafik 2.58 Produksi Industri &PMI Manufaktur

Grafik 2.59 Tingkat Pengangguran

bisnis, perseorangan, dan fasilitas umum.

Menurunnya tingkat pengangguran Korea juga

diperkirakan turut ditopang oleh program job

sharing/kerja paruh waktu yang diluncurkan

pemerintah pada awal Juni 2013 dan stimulus

fiskal yang dikucurkan untuk mendorong

UMKM dan penciptaan lapangan kerja.

Pertumbuhan kinerja sektor eksternal

selama TW3-13 melemah dibandingkan

kuartal sebelumnya, sebagaimana tercermin

pula pada menurunnya kontribusi sektor

tersebut terhadap ekonomi Korea selama

23 Libur Mid-Autumn Festival pada 18-20 September 2013/Festival Chuseok.

������������

���

���

��

��

��

��

���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������������������

������������������

���

���

���

������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������

Page 71: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

59

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

periode laporan. Ekspor tumbuh 2,9% yoy,

dari 5,7% yoy pada TW2-13. Pertumbuhan

tersebut juga jauh lebih rendah daripada

rata-rata ekspor 2010-2012 yang mencapai

9,5% yoy. Penurunan ekspor terjadi akibat

menurunnya permintaan dari mitra dagang

dan melemahnya daya saing produk Korea

seiring apresiasi won. Penurunan terutama

terjadi di September 2013 karena tekanan

ekspor juga dipengaruhi oleh jumlah hari kerja

yang berkurang (libur Chuseok) dan demo

buruh Hyundai Motor dan Kia Motor.

Komoditas yang mengalami penurunan

ekspor terdiri dari permesinan, produk baja,

dan komponen otomotif. Ekspor Korea

ke berbagai negara tujuan mengalami

peningkatan, kecuali ke Jepang. Penurunan

ekspor ke Jepang dipengaruhi oleh depresiasi

yen yang melemahkan daya saing produk

Korea. Sementara, komoditas yang mengalami

peningkatan ekspor adalah peralatan

komunikasi nirkabel dan semikonduktor, kapal,

mobil, peralatan teknologi, serta peralatan

elektronik rumah tangga.

Pertumbuhan impor di TW3-13 juga

turun menjadi 2,9% yoy dibandingkan triwulan

sebelumnya (4,7% yoy). Penurunan impor

terutama terjadi pada bahan baku, produk

mineral, dan consumer goods, disebabkan

indeks harga impor yang menurun24, serta

permintaan domestik dan order ekspor

yang melemah. Impor bahkan terkontraksi

(-3,6% yoy) pada September 2013 karena

diberlakukannya larangan impor ikan dari

Jepang. Seiring melambatnya kinerja sektor

eksternal, surplus neraca perdagangan Korea

menyempit menjadi USD11 miliar, dari USD14,3

miliar pada TW2-13. Penurunan surplus

neraca perdagangan tersebut mengakibatkan

penyempitan surplus neraca berjalan pada

TW3-13 menjadi USD19 juta dibandingkan

triwulan sebelumnya (USD19,8 juta).

Rata-rata inflasi selama TW3-13

mengalami peningkatan meski masih di

bawah target pemerintah (2,5-3,5% yoy).

Grafik 2.60 Neraca Perdagangan

����������������

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������������������������������

������������������

Grafik 2.61 Current Account

������

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

�������������������

���� ���� ���� ����

��������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������������������

24 Indeks harga impor adalah perubahan harga barang yang diimpor suatu negara.

Page 72: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

60

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

������������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���������

�������������

������������������

������������������

���������������

������������������

Inflasi TW3-13 naik menjadi 1,17% yoy,

dibandingkan TW2-13 (1,07% yoy). Kenaikan

tersebut disebabkan melambungnya harga

produk pertanian (akibat musim hujan) dan

harga minyak (karena gejolak di Timur Tengah).

Selain itu, harga produk ternak, khususnya

daging babi, juga mengalami kenaikan akibat

peningkatan permintaan selama musim panas.

Namun demikian, tren inflasi cenderung

melemah, karena high base effect dan harga

produk pertanian yang menurun seiring faktor

iklim yang membaik. Harga energi juga turun

seiring apresiasi won dan penurunan harga

minyak internasional. Sementara inflasi inti

selama dua triwulan terakhir stagnan di level

1,47% yoy. Selanjutnya, memasuki Oktober

2013, tekanan inflasi kian melemah ke level

0,7% yoy dan merupakan level terendah dalam

14 tahun terakhir. Secara umum, inflasi Korea

saat ini masih lebih rendah dibandingkan rata-

rata inflasi selama 2010-2012 yang mencapai

3,05% yoy.

Grafik 2.62 Inflasi

Grafik 2.63 Nilai Tukar Won

B a n k S e n t r a l K o r e a ( B o K )

mempertahankan kebijakan akomodatifnya

dengan menahan suku bunga kebijakan seven-

day repurchase di level 2,5%, setelah pada 9

Mei 2013 diturunkan 25 bps. Respon kebijakan

tersebut diambil seiring fundamental ekonomi

Korea yang membaik, menurunnya tekanan

inflasi selama triwulan laporan dan masih di

bawah target pemerintah, capital inflow yang

masih tinggi serta apresiasi won.

Sejumlah faktor risiko masih membayangi

ekonomi Korea, baik risiko domestik maupun

eksternal. Dari sisi domestik, risiko berasal

dari penurunan pendapatan pajak untuk

mendanai belanja pemerintah, sektor properti

dan konstruksi yang masih lemah, serta

utang rumah tangga dan swasta yang tinggi.

Sementara itu, sektor eksternal terutama

berasal dari perkembangan ekonomi mitra

dagang utama (AS, Eurozone, dan China),

yang diwarnai oleh outlook ekonomi China

yang melemah, ketidakpastian terkait tapering

QE AS, pembahasan anggaran pemerintah

serta plafon utang AS. Dinamika ekonomi

�������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������������������

Page 73: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

61

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

mitra dagang berperan penting mengingat

ekspor berkontribusi lebih dari 50% terhadap

ekonomi Korea.

Tantangan lainnya yang juga tengah

dihadapi Korea adalah derasnya aliran modal

masuk, yang berdampak pada apresiasi won.

Apresiasi tersebut selanjutnya mempengaruhi

daya saing ekspor produk Korea di pasar global.

Selain terhadap penguatan won, aliran capital

inflow juga disertai dengan risiko pembalikan

modal (capital reversal) yang selanjutnya dapat

menyebabkan depresiasi won yang tajam,

sebagaimana dialami Korea pada krisis Asia

1997-1998 dan krisis keuangan global 2008.

Ke depan, otoritas Korea optimis

bahwa pemulihan ekonomi domestik akan

terus berlanjut, ditopang oleh peningkatan

konsumsi, membaiknya investasi, serta outlook

kondisi ekonomi global yang membaik.

Optimisme tersebut juga dilandasi oleh sinyal-

sinyal perbaikan yang kini sudah terlihat. Kinerja

ekspor-impor selama Oktober 2013 melonjak,

tingkat kepercayaan konsumen meningkat ke

level tertinggi selama 13 bulan terakhir, dan

tingkat kepercayaan pengusaha manufaktur

meningkat ke level tertinggi dalam 22 bulan

terakhir. Selain itu, PMI manufaktur Oktober

telah beralih ke zona ekspansi (50,2), setelah

selama 4 bulan sebelumnya berada di teritori

kontraksi. Output industri juga diprediksi akan

meningkat, didorong oleh produksi kendaraan

dan telepon.

Seiring perkembangan tersebut, BoK

mempertahankan prediksi PDB 2013 sebesar

2,8% yoy dan terus meningkat di 2014

mencapai 3,8% yoy. Optimisme Korea juga

sejalan dengan proyeksi Consensus Forecast

(CF) dan World Economic Outlook (WEO) IMF

yang memprediksi bahwa ekonomi Korea

pada tahun ini akan tumbuh 2,7% yoy. IMF

memprediksi bahwa kinerja positif tersebut

akan terus berlanjut di 2014 dengan tumbuh

3,7% yoy. Meskipun meningkat, prediksi

tersebut mengalami koreksi ke bawah dari

prediksi sebelumnya (3,9% yoy), dipengaruhi

oleh pertumbuhan ekonomi China yang

diproyeksikan melemah25. Terkait tekanan

harga, BoK memproyeksikan inflasi periode

2013 turun menjadi 1,2% yoy dari 1,7%, dan

proyeksi inflasi 2014 diturunkan menjadi 2,5%

yoy dari 2,9%.

B o K a k a n t e r u s m e m o n i t o r

perkembangan dan dampak dari faktor-

faktor risiko eksternal, efektivitas kebijakan

yang dijalankan, serta mengendalikan inflasi

dengan tetap memperhatikan pertumbuhan.

Sementara itu, untuk mengatasi apresiasi

Grafik 2.64 Suku Bunga Kebijakan

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

����������������

���������������

������������������

25 China merupakan mitra ekspor terbesar Korea.

Page 74: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

62

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

won, otoritas akan memperlambat laju

penguatan nilai tukar secara gradual dan

mengawasi kemungkinan aliran hot money

yang spekulatif.

B.4. Malaysia

Malays ia d iperk i rakan mampu

memper tahankan pe r fo rma pos i t i f

pertumbuhan ekonominya pada periode

laporan. PDB TW3-13 diperkirakan tumbuh

mencapai 4,8% yoy, lebih tinggi dari TW2-

13 sebesar 4,3% yoy. Permintaan domestik

masih menjadi faktor pendorong utama

pertumbuhan. Meski masih terkendali,

tekanan inflasi Malaysia mulai merangkak

naik seiring kebijakan pemerintah untuk

menaikkan harga BBM pasca diturunkannya

outlook sovereign rating oleh Fitch. Penurunan

rating ini menjadi titik tolak Pemerintah

Malaysia untuk melakukan konsolidasi fiskal.

Secara keseluruhan tahun 2013, ekonomi

Malaysia diperkirakan tumbuh 4,5-5% yoy,

menurun dibandingkan 2012 (5,6% yoy).

Sedangkan inflasi diperkirakan berada pada

kisaran 2-3% yoy.

Perekonomian Malaysia pada triwulan

laporan diperkirakan mampu melanjutkan

performa positif yang berhasil diraih pada

periode sebelumnya. PDB TW3-13 negeri jiran

tersebut diprediksi tumbuh 4,8% yoy, membaik

dibandingkan TW2-13 yang tumbuh 4,3% yoy.

Perbaikan ekonomi terutama ditopang oleh

permintaan domestik yang meningkat sebagai

implikasi positif dari berbagai program subsidi

yang diluncurkan pemerintah pada periode

sebelumnya. Selain itu, kinerja sektor eksternal

yang mulai membaik juga menjadi salah satu

faktor pendorong pertumbuhan.

Indikator penuntun konsumsi mengalami

perbaikan. Hal ini terindikasi dari penjualan

produk manufaktur dan kendaraan bermotor

yang tumbuh signifikan. Rata-rata penjualan

kendaraan bermotor sepanjang TW3-13

mencapai 11,1% yoy, meningkat pesat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 3,4% yoy. Demikian pula

dengan angka penjualan manufaktur yang

tumbuh 3,6% yoy pada TW3-13 setelah pada

triwulan sebelumnya terkontraksi 3,2% yoy.

Di sisi lain, indikator penuntun investasi

mengalami penurunan. Produksi industri yang

mencatat rata-rata pertumbuhan 3,7% yoy

(TW3-13), menurun dibandingkan TW2-13

(3,9% yoy) dan semakin menjauhi rata-rata

periode 2010-2012 (4,3% yoy). Penurunan

produksi industri terutama terjadi pada

Agustus dan September 2013 yang masing-

Grafik 2.65 Pertumbuhan Ekonomi Malaysia

������

��������

������

�����

�����

�����

�����

����

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ��������������������������������������������������������

����������������������������������������������������

������������������

Page 75: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

63

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Grafik 2.66 Penuntun Konsumsi

masing hanya tumbuh 2,7% dan 1% yoy,

sementara di Juli masih tumbuh signifikan

7,5% yoy. Perlambatan terutama terjadi pada

sektor pertambangan yang selama September

mengalami kontraksi hingga 4,2% yoy, dari

positif 4,6% yoy (TW2-13) akibat penurunan

produksi minyak mentah dan gas.

Kinerja sektor eksternal mengalami

perbaikan seiring permintaan global yang

meningkat. Hal ini ditandai dengan terjadinya

peningkatan ekspor dan impor masing-

masing sebesar 7,7% yoy pada TW3-13.

Aktivitas ekspor pada triwulan laporan

meningkat signifikan dibandingkan TW2-13

yang terkontraksi 5,3% yoy, disebabkan

meningkatnya permintaan dari China, ASEAN,

EU, Hong Kong dan Korea Selatan. Produk

ekspor yang mengalami kenaikan antara

lain refined petroleum product, metal, crude

petroleum, chemical dan electronic. Sementara

impor tumbuh lebih tinggi dibandingkan

TW2-13 yang hanya 2,7% yoy. Kenaikan

impor terutama terjadi pada produk barang

intermediate dan konsumsi. Sementara

impor barang modal mengalami penurunan.

Secara nomimal, peningkatan ekspor tercatat

lebih tinggi dibandingkan impor sehingga

berkontribusi pada membaiknya neraca

perdagangan. Surplus neraca perdagangan

Malaysia TW3-13 mencapai RM18,6 miliar,

jauh lebih tinggi dibandingkan TW2-13 yang

hanya RM8,2 miliar.

Tekanan harga sepanjang TW3-13

meningkat cukup tinggi didorong oleh

peningkatan harga bahan pangan di bulan

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, serta

������

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������������������

��������������������������������

������������

�������������

������������������

Grafik 2.67 Penuntun Investasi

������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������

������������������������������������

������������������

Grafik 2.68 Neraca Perdagangan

���������������������

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�������������������

��������������������������

������������������

Page 76: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

64

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

kenaikan harga BBM pada September 2013.

Rata-rata inflasi CPI pada TW3-13 tercatat

2,16% yoy, naik dari rata-rata inflasi pada

TW2-13 (1,76% yoy). Meskipun tekanan inflasi

terus meningkat sejak awal tahun, namun

levelnya masih lebih rendah dari target inflasi

pemerintah untuk 2013 sebesar 2-3% yoy.

Inflasi juga lebih rendah dibandingkan rata-

rata periode 2011-2012 (2,2% yoy), Inflasi

tertinggi terjadi pada September 2013 yang

mencapai 2,6% yoy. Tekanan inflasi meningkat

pasca kenaikan harga BBM (petrol dan diesel)

yang memicu kenaikan biaya transportasi,

dan merupakan inflasi tertinggi sejak Januari

2012. Selain itu, kenaikan harga makanan

sebesar 3,9% yoy (TW3-13) akibat gangguan

suplai sayur-sayuran karena cuaca buruk turut

mendorong peningkatan inflasi September

2013.

Pada 5 September 2013, Bank Sentral

Malaysia kembali mempertahankan suku

bunga kebijakan sebesar 3% sejak Mei 2011.

Tingkat suku bunga kebijakan pada level 3%

Grafik 2.69 Laju Inflasi Grafik 2.70 Suku Bunga Kebijakan

dianggap memadai untuk mendukung aktivitas

ekonomi domestik di tengah pemulihan

ekonomi global yang masih lemah serta inflasi

yang cenderung terjaga. Malaysia kembali

mempertahankan suku bunga tersebut pada

rapat dewan gubernur Oktober dan November

2013.

Periode TW3-13 menjadi titik tolak

Malaysia menuju konsolidasi fiskal yang

selama ini tertunda. Penurunan outlook rating

Malaysia oleh Fitch dari stable menjadi negative

(rating A-) pada akhir Juli 2013 mendorong

otoritas Malaysia untuk segera melakukan

perbaikan postur fiskal yang dianggap sarat

dengan subsidi. Beberapa kebijakan terkait

upaya mengurangi beban fiskal yang dilakukan

pemerintah adalah (i) penundaan sejumlah

proyek pemerintah khususnya proyek-proyek

infrastruktur yang bermuatan impor tinggi

(import intensive projects)–selain untuk

mengurangi beban anggaran, juga untuk

meredam penyempitan surplus transaksi

berjalan; (ii) peningkatan harga BBM sejak

������

������

����

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � �

�������������������������������������������������������������������������������������

������������������

�������

���

���

���

�����

�����

����

����

����

����

����

�����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ����� ���� ���� ���� ���� ����

������������������������������������������

������������������

Page 77: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

65

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

September 2013–merupakan yang pertama

kalinya sejak 2010; (iii) penerapan pajak

pertambahan nilai (goods and services tax/

GST) pada 2015. Berbagai upaya penghematan

tersebut tertuang dalam RAPBN 2014 yang

disampaikan pada 25 Oktober 2013. Rencana

pengenaan pajak ini selalu ditunda selama

beberapa bulan terakhir.

Dalam jangka pendek, konsolidasi fiskal

yang mulai diterapkan Malaysia diperkirakan

menimbulkan risiko penurunan konsumsi dan

investasi pemerintah, yang pada akhirnya

dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi

Malaysia. Namun demikian, mengingat sektor

eksternal mulai menunjukkan perbaikan,

maka dampak keseluruhan konsolidasi fiskal

terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan

dapat diredam.

Ekonomi Malaysia diperkirakan tumbuh

4,3% yoy pada 2013 (Consensus Forecast

Oktober 2013). Estimasi CF ini sedikit lebih

rendah dari proyeksi pemerintah Malaysia

yang memperkirakan bahwa pada 2013

ekonomi akan tumbuh pada kisaran 4,5-5%

yoy. Selanjutnya, CF memperkirakan Malaysia

dapat melanjutkan performa positifnya dengan

tumbuh 5,1% pada 2014. Terkait tekanan

harga, CF memprediksi inflasi Malaysia akan

meningkat ke level 2,2% yoy (2013) dan

2,9% yoy (2014). Sementara itu, Bank Sentral

Malaysia belum mengubah ekspektasi inflasi

2013 yaitu di kisaran 2-3% yoy seiring prediksi

kenaikan harga pangan global.

B.5. Filipina

Ekonomi Filipina pada TW3-13 diprediksi

masih tumbuh kuat meski dengan laju yang

melambat. PDB di triwulan laporan diperkirakan

tumbuh 6,5% yoy, lebih tinggi dibandingkan

rata-rata selama 2010-2012 (6% yoy). Aktivitas

konsumsi rumah tangga masih cenderung

lambat sebagai dampak dari tingginya tingkat

pengangguran. Sementara itu, ditundanya

beberapa proyek Public Private Partnership (PPP)

di 2013 mengakibatkan perlambatan investasi.

Di sisi harga, perkembangan inflasi masih stabil

di bawah rentang target bank sentral meski

cenderung mengalami peningkatan di akhir

triwulan akibat gangguan produksi. Sejalan

dengan perkembangan ekonomi makro yang

masih positif dan laju inflasi yang terkendali,

otoritas moneter masih mempertahankan

suku bunga kebijakan (overnight borrowing

rate) di level 3,5%. Dengan perkembangan

tersebut, Filipina diprediksi mampu memenuhi

target pertumbuhan pemerintah sekitar 7%

yoy di 2013. Downside risk yang masih harus

dihadapi Filipina antara lain ketidakpastian

perkembangan ekonomi global, kekhawatiran

dampak perlambatan ekonomi China, serta

penundaan realisasi sejumlah proyek PPP oleh

pemerintah di 2013. Risiko tersebut diperkirakan

akan menurunkan laju pertumbuhan di 2014

menjadi sebesar 6,5%-7,5% yoy.

Setelah menunjukkan kinerja yang

solid pada semester awal 2013, ekonomi

Filipina di awal semester kedua ini diprediksi

Page 78: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

66

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

masih tumbuh tinggi meski dengan laju

yang sedikit melambat. PDB di TW3-13

diperkirakan tumbuh mencapai 6,5% yoy,

melambat dari 7,5% pada TW2-13. Namun

secara umum kinerja PDB masih di atas

rata-rata 2010-2012 yang mencapai 6%.

Perlambatan diperkirakan terjadi pada aktivitas

investasi seiring penundaan sejumlah proyek

public-private partnership (PPP) di tahun

2013. Selain itu, masih tingginya tingkat

pengangguran diperkirakan berdampak

pada melambatnya konsumsi rumah tangga.

Meskipun menurun, investasi dan permintaan

domestik secara keseluruhan masih menjadi

penopang pertumbuhan ekonomi di tengah

kinerja sektor eksternal yang belum pulih.

Kinerja ekonomi yang cukup baik

tersebut menjadikan Fi l ipina kembal i

mendapatkan status investment grade.

Menyusul Fitch (Maret 2013) dan S&P (Mei

2013), Moody’s pada awal Oktober 2013

juga mengapresiasi kinerja positif ekonomi

Filipina dengan menaikkan sovereign rating

(satu notch menjadi Baa3) sehingga mencapai

status investment grade untuk government

debt. Hal ini sesuai dengan prediksi pasar

pasca langkah Moody’s yang pada 25 Juli

2013 lalu menempatkan rating Filipina (Ba1)

dalam “review for upgrade” seiring dengan

pertumbuhan ekonomi yang robust, kondisi

fiskal yang sustainable, serta kondisi politik

yang relatif stabil.

Data indikator penuntun konsumsi dan

investasi terkini menunjukkan peningkatan

meskipun belum sepenuhnya stabil. Indikator

penerimaan remitansi (pangsa 10% dari

PDB) dan penjualan kendaraan pada TW3-13

tercatat naik masing-masing menjadi 6,7%

yoy dan 14,6%, dari triwulan sebelumnya

sebesar 5,7% dan 12,0%. Selain itu, indikator

pertumbuhan M1 riil yang mencerminkan daya

beli masyarakat tercatat tumbuh 7,1% yoy

dari 4,8% di triwulan sebelumnya. Namun

demikian, dari ketiga indikator tersebut, hanya

pertumbuhan penjualan kendaraan yang

tercatat lebih baik dibandingkan rata-rata

Grafik 2.71 PDB Filipina Grafik 2.72 Indikator Penuntun Konsumsi

������

��������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������������������

��������� ������������������������������ ���������������

������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������� ����������� �������

������������������

Page 79: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

67

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

2010-2012 yang mencapai 8,1%. Sementara

indikator penerimaan remitansi maupun M1

riil masih lebih rendah dibandingkan rata-

rata 2010-2012 yang sebesar 7,2% yoy dan

11,2% yoy. Sejalan dengan peningkatan

konsumsi, indikator produksi industri dan

kapasitas utilisasi juga mengalami perbaikan

pada TW3-13. Rata-rata produksi industri di

TW3-13 tercatat tumbuh 7,7% yoy dari 2,1%

triwulan sebelumnya. Sementara rata-rata

kapasitas utilisasi pada TW3-13 juga meningkat

mencapai 83,4% dari 83,1% pada triwulan

sebelumnya.

Akt iv i tas perdagangan F i l ip ina

cenderung membaik meski juga belum stabil.

Kinerja ekspor dan impor pada triwulan

laporan (Juli-Agustus 2013) menunjukkan

peningkatan masing-masing tumbuh 11,3%

yoy dan 7,8%, lebih baik dari triwulan

sebelumnya sebesar minus 6% dan 2,5%.

Namun demikian, pertumbuhan ekspor dan

impor tersebut masih di bawah rata-rata 2010-

2012 yang masing-masing mencapai 12,6%

dan 14%. Secara nominal, penerimaan ekspor

yang tercatat lebih rendah dibandingkan impor

menyebabkan defisit neraca perdagangan

Filipina melebar di TW3-2013 (Juli-Agustus)

mencapai USD1,6 miliar, dibandingkan defisit

di dua bulan pertama triwulan sebelumnya

(April-Mei) sebesar USD1,4 miliar. Namun

demikian, sampai dengan Agustus 2013, defisit

neraca perdagangan Filipina mencapai USD5,6

miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan

periode yang sama di 2012 sebesar USD5,7

miliar.

Sementara itu, neraca transaksi berjalan

Filipina masih mengalami surplus, meski

jumlahnya mengalami penurunan. Performa

transaksi berjalan tersebut didukung oleh

masih kuatnya penerimaan remitansi yang

berasal dari Overseas Filipino’s Workers (OFWs).

Pada TW2-13 neraca berjalan Filipina mencatat

surplus USD2,5 miliar (3,6% dari PDB), lebih

rendah dari USD3,1 miliar (4,8% dari PDB) di

triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh

meningkatnya defisit neraca perdagangan. Grafik 2.73 Indikator Penuntun Investasi

������ ������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

����������������������������������������������

����������������

Grafik 2.74 Neraca Perdagangan

��������������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

�����

�����

�����

����

���

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������������������������

������������������

Page 80: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

68

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Ke depan, penurunan surplus neraca berjalan

diperkirakan dapat ditekan seiring membaiknya

penerimaan remitansi Filipina.

Inflasi mengalami penurunan dan masih

di bawah target bank sentral. Rata-rata inflasi

di TW3-13 tercatat sebesar 2,4% yoy, lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 2,6%. Realisasi inflasi tersebut

juga lebih rendah dibanding target bank

sentral (3-5%) serta rata-rata inflasi 2010-2012

(3,9%). Berdasarkan komponennya, penurunan

inflasi terutama terjadi pada harga barang

kelompok perlengkapan rumah tangga (turun

1,1% menjadi 2,5% yoy), perumahan, listrik,

gas, dan air (turun dari 0,9% menjadi 0,5%

yoy), clothing and footwear (turun dari 0,7%

menjadi 3% yoy), serta jasa kesehatan (turun

dari 0,4% menjadi 2,6% yoy). Selanjutnya,

inflasi inti yang mencerminkan tekanan dari sisi

permintaan juga turun menjadi 2,2% dari 3%

yoy triwulan sebelumnya. Namun demikian,

tren penurunan inflasi tersebut ke depan

diperkirakan cenderung tertahan, tercermin

dari kenaikan inflasi per September 2013 yang

mencapai 2,7% yoy, atau level tertinggi dalam

3 bulan terakhir sebagai dampak dari ketatnya

pasokan akibat gangguan produksi (cuaca).

Perkembangan terkini juga memperlihatkan

bahwa inflasi Oktober meningkat ke 2,9%

yoy akibat kenaikan harga makanan dan

pakaian.

Sampai dengan akhir TW3-13, Bank

Sentral Filipina (BSP) masih mempertahankan

suku bunga kebijakan (overnight borrowing

rate) di tingkat 3,5%, tidak berubah sejak

September 2012. Inflasi yang terkendali serta

momentum pertumbuhan ekonomi yang harus

dijaga mendorong BSP untuk menahan suku

bunga kebijakan di level yang akomodatif.

Kebijakan tersebut bahkan terus dipertahankan

hingga Oktober 2013.

Performa ekonomi Filipina di sisa 2013

diprediksi tumbuh moderat, dimotori oleh

permintaan domestik yang relatif masih solid.

Grafik 2.75 Tingkat Inflasi Grafik 2.76 Suku Bunga

������

����������������������������������������������������

����

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ����� � �� � � � �� � � � �� � � �

����������������������������������������������������������������

����������������������������������������������������������������������������������

������������������

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��������������������������������������������

������������������

Page 81: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

69

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

Aktivitas konsumsi menunjukkan kinerja

yang baik, ditopang oleh masih tingginya

penerimaan remitansi. Sementara itu, aktivitas

investasi juga diperkirakan masih kuat didukung

oleh belanja publik maupun swasta, terutama

di sektor konstruksi. Dengan perkembangan

tersebut, Filipina diprediksi mampu memenuhi

target pertumbuhan pemerintah sekitar 7%

di 2013, sejalan dengan prediksi Consensus

Forecast Oktober sebesar 7,1% yoy.

Beberapa downs ide r i sk mas ih

harus dihadapi oleh Filipina, antara lain

perkembangan ekonomi global yang masih

penuh ketidakpastian, kekhawatiran dampak

perlambatan ekonomi China, serta penundaan

realisasi sejumlah proyek PPP oleh pemerintah

di 2013. Hal tersebut diperkirakan dapat

berdampak pada menurunnya laju pertumbuhan

di 2014. Pemerintah memproyeksikan

pertumbuhan PDB 2014 akan berada di kisaran

6,5%-7,5%, lebih tinggi dibandingkan prediksi

Consensus Forecast (Oktober 2013) sebesar

6,1%. Sementara tekanan inflasi ke depan

diprediksi masih terkendali dan berada dalam

kisaran target pemerintah sebesar 3-5% di

2013-2014 dan 2-4% di 2015-2016.

B.6. Singapura

Ekonomi Singapura tumbuh cukup

tinggi pada TW3-13 mencapai 5,1% yoy,

setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh

4,2% yoy. Pertumbuhan ekonomi terutama

didorong oleh kinerja sektor eksternal sejalan

dengan peningkatan ekspor minyak ke

Indonesia, Hongkong dan Malaysia. Namun

demikian, permintaan domestik masih

belum menunjukkan indikasi perbaikan.

Otoritas moneter masih mempertahankan

kebijakan bias ketat sejalan dengan keputusan

untuk mengutamakan pengendalian inflasi

d iband ingkan dengan per tumbuhan

ekonomi.

Melanjutkan kinerja pertumbuhan

ekonomi yang cukup mengesankan, Singapura

berhasil mencapai laju pertumbuhan sebesar

5,1% (yoy) pada TW3-13. Laju pertumbuhan

PDB tersebut lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 4,2%

yoy26, dan jauh di atas perkiraan Consensus

Forecast (Oktober 2013) yang memperkirakan

ekonomi Singapura hanya akan tumbuh

4% yoy. Pertumbuhan tersebut didorong

oleh kinerja sektor eksternal yang membaik.

Namun demikian, konsumsi dan investasi

belum menunjukkan perbaikan. Bahkan, sektor

investasi khususnya investasi infrastruktur oleh

pemerintah yang selama beberapa waktu

26 Berdasarkan angka revisi PDB TW2-13, estimasi awal mencatat laju pertumbuhan sebesar 3,8% yoy.

Grafik 2.77 Pertumbuhan Ekonomi

���

��������������������

��������

���

���

��

��

��

��

��

�����

�����

���

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���������

��������������

���������������

����������������

������������������

Page 82: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

70

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

terakhir menjadi salah satu motor penggerak

utama pertumbuhan ekonomi justru mulai

mengalami perlambatan.

Ekonomi Singapura yang tumbuh relatif

tinggi pada TW3-13 dikonfirmasi oleh berbagai

indikator yang menunjukkan perbaikan.

Pertumbuhan produksi industri melonjak

mencapai 5,5% yoy pada TW3-13 dari 1,5%

yoy pada triwulan sebelumnya. Namun

demikian, perbaikan kinerja produksi industri

tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan

rata-rata produksi industri selama 2010-

2012 yang mencapai 13,4% yoy. Perbaikan

signifikan terjadi pada produksi elektronik

yang di luar dugaan mampu tumbuh 9,9%

yoy pada TW3-13. Sementara produksi sektor

biomedis yang selama ini menjadi tumpuan

pertumbuhan ekonomi, justru mengalami

penurunan kinerja dengan tumbuh minus 1%

yoy pada TW3-13.

Indikator penuntun konsumsi semakin

menunjukkan pelemahan sebagai dampak

pemberlakuan kebijakan makroprudensial.

Hal ini ditunjukkan oleh penjualan ritel

yang semakin terkontraksi sebagai dampak

pengetatan kredit perumahan dan kendaraan

bermotor yang diberlakukan di Singapura

baru-baru ini. Pada TW3-13, penjualan ritel

terkontraksi makin dalam dengan tumbuh

negatif 8% yoy dari triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 0,5% yoy. Pelemahan

signifikan terjadi pada penjualan kendaraan

bermotor yang terkontraksi semakin dalam

hingga 42,1% yoy pada TW3-13 dari triwulan

sebelumnya minus 8,7% yoy. Namun demikian,

penjualan ritel di luar kendaraan bermotor

Grafik 2.78 Produksi Industri Grafik 2.80 Indikator Penuntun Konsumsi

Grafik 2.79 Purchasing Managers’ Index

��������������������������

���

���

��

��

��

��

���

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ����

������������������

����������������������������

�������������������������������

�����������

�����������

����������������������

������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������������� ��������������������� ���������������������������

�����������

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������

������������������������������������������������������������������������

Page 83: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

71

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

masih tumbuh positif 1,8% yoy, relatif sama

dengan TW2-13.

Sek to r eks te rna l sebaga imana

disebutkan di atas mulai menunjukkan

perbaikan. Setelah dalam dua triwulan pertama

2013 ekspor terkontraksi masing-masing 8,3%

yoy (TW1-13) dan 0,2% yoy (TW2-13), pada

TW3-13 ekspor mampu tumbuh positif 6,1%

yoy. Peningkatan ekspor terutama didorong

oleh ekspor minyak di TW3-13 yang rata-rata

tumbuh 18,2% yoy dari triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 10,2% yoy. Peningkatan

ekspor minyak terutama terjadi pada

September 2013 hingga mencapai 29,5% yoy

sejalan dengan tingginya permintaan minyak

dari Indonesia, Hongkong dan Malaysia.

Sejalan dengan ekspor, transaksi impor juga

mengalami perbaikan. Pada TW3-13 impor

tumbuh 5,9% yoy, membaik dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,9%

yoy. Secara nominal, peningkatan impor di

triwulan laporan (SGD13,3 miliar) tercatat lebih

tinggi dibandingkan ekspor (SGD12,1 miliar),

sehingga surplus perdagangan Singapura di

TW3-13 menjadi SGD11,8 miliar dari TW2-13

(SGD 13,1 miliar).

Tekanan inflasi pada triwulan laporan

kembali meningkat setelah sempat mereda

pada triwulan sebelumnya. Rata-rata inflasi

(CPI) mencapai 1,83% yoy pada TW3-13 dari

triwulan sebelumnya sebesar 1,63% yoy.

Peningkatan inflasi antara lain bersumber

dari kebijakan pengetatan tenaga kerja asing

yang ditengarai meningkatkan upah tenaga

kerja lokal. Secara umum, inflasi disumbang

oleh komponen housing (25%), makanan

Grafik 2.81 Neraca Perdagangan

����������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��������������������������������������������

������������������

Grafik 2.82 Komponen Ekspor

������

�����

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������

�������������������

�����������������������

������������

�����������������

Grafik 2.83 Tingkat Inflasi

������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������� ����

�������������������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������

Page 84: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

72

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

(22%) dan transportasi (16%). Dalam rilis

kebijakan moneter yang terakhir, otoritas

moneter Singapura menyatakan akan lebih

memprioritaskan upaya meredam inflasi

dibandingkan mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Bank Sentral Singapura memutuskan

untuk mempertahankan band kebijakan nilai

tukar yang mengijinkan terjadinya modest and

gradual appreciation dolar Singapore terhadap

basket currencies (NEER) tanpa mengubah

slope, lebar dan nilai tengah band nilai tukar

tersebut. Kebijakan yang telah ditempuh sejak

April 2012 ini diyakini mampu mengurangi

tekanan inflasi dan mengarahkan ekspektasi

inflasi, serta mendukung restrukturisasi

ekonomi. Lebar band yang berlaku saat ini

juga diyakini mampu mengakomodir fluktuasi

nilai tukar yang bersifat temporer. Kebijakan

tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan

risiko antara ketidakpastian permintaan global

dan meningkatnya tekanan inflasi domestik.

Sejumlah faktor risiko masih membayangi

Singapura antara lain kenaikan suku bunga

kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dapat

mengancam stabilitas keuangan nasional.

Meskipun pemerintah telah meluncurkan

ketentuan makroprudensial untuk meredam

pertumbuhan kredit KPR dan kredit konsumsi,

namun risiko di area tersebut masih tetap

mengemuka. Selain itu, perbaikan ekonomi

negara maju yang masih lemah berpotensi

mengganggu ekspor produk teknologi.

Pertumbuhan ekonomi Singapura 2013

dan 2014 diperkirakan tumbuh moderat,

seiring mulai tumbuhnya sinyal perbaikan di

negara maju yang akan memfasilitasi proses

pemulihan industri manufaktur Singapura.

Sebagai negara hub transaksi keuangan

dan perdagangan internasional, ekonomi

Singapura cenderung lebih terpengaruh

oleh perbaikan di negara maju dibandingkan

dengan pelemahan yang mulai terindikasi

terjadi di kawasan Asia.

O t o r i t a s m o n e t e r S i n g a p u r a

memproyeksikan kisaran yang sama pada

pertumbuhan ekonomi 2013 akan berada di

kisaran 2,5 - 3,5% yoy dan akan bertahan di

2014. Proyeksi otoritas moneter ini tidak jauh

berbeda dengan proyeksi CF Oktober 2013

yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi

Singapura akan mencapai 2,9% yoy (2013)

dan 3,6% yoy (2014). Agak berbeda dengan

otoritas Singapura dan CF, IMF memperkirakan

Singapura akan tumbuh lebih baik mencapai

3,5% yoy pada 2013, namun sedikit melambat

pada 2014 yaitu 3,4% yoy (WEO Oktober

2013).

Bank sentral Singapura diperkirakan

masih mempertahankan kebijakan bias

ketat sejalan dengan keputusan untuk

l eb ih mengutamakan pengenda l i an

inflasi dibandingkan dengan mendorong

pertumbuhan. Inflasi CPI diekspektasikan

berada pada kisaran 2-3% yoy pada 2013 dan

2014. Sementara inflasi inti 2013 diperkirakan

di kisaran 1,5-2% yoy dan meningkat ke level

2-3% yoy pada 2014. Pasar tenaga kerja

diperkirakan tetap ketat seiring pembatasan

tenaga kerja asing dan kebijakan pemerintah

untuk secara gradual menaikkan upah.

Page 85: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

73

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

B.7. Thailand

Pertumbuhan ekonomi Thailand masih

terus melemah, dimana PDB TW3-13 tumbuh

melambat menjadi 2,7% yoy, dari 2,9% pada

triwulan sebelumnya. Indikator penuntun

konsumsi dan investasi menunjukkan bahwa

mild recession yang dialami Thailand sejak

TW2-13 masih akan berlanjut seiring lemahnya

permintaan domestik dan belum pulihnya

permintaan eksternal. Tren penurunan inflasi

masih berlanjut dan mencapai level terendah

sepanjang sejarah (1,6% yoy) serta berada

jauh di bawah target bank sentral (2,8%-3,4%

yoy). Tantangan yang dihadapi Thailand masih

besar, antara lain risiko fiskal pasca penerapan

rice-pledging program, belum pulihnya

permintaan global, risiko kredit macet sejalan

dengan pertumbuhan kredit rumah tangga

yang tinggi, serta tapering stimulus moneter

AS yang berpotensi menimbulkan gejolak

di pasar keuangan. Merespon hal tersebut,

BoT mempertahankan suku bunga kebijakan

di level 2,5%. Selain itu, BoT juga kembali

merevisi ke bawah proyeksi PDB Thailand di

2013 dan 2014 masing-masing menjadi 3,7%

yoy dan 4,8% yoy, dari proyeksi Juli sebesar

4,2% yoy dan 5% yoy.

Ekonomi Thailand TW3-13 diperkirakan

masih dalam tren melemah. Hal ini tercermin

dari berbagai indikator konsumsi yang terus

menurun ditengah pelemahan kinerja sektor

eksternal yang pada gilirannya diikuti oleh

kinerja sisi produksi yang juga menurun.

Penurunan produksi terutama terjadi di sektor

pertanian, manufaktur dan pertambangan.

Dengan kinerja yang melemah tersebut

pertumbuhan PDB TW3-13 melambat menjadi

2,7% yoy, dari 2,9% di TW2-13. Melemahnya

pertumbuhan tersebut menjadikan Thailand

secara teknis mulai memasuki mild recession27,

dimana secara quarter to quarter pertumbuhan

PDB pada TW2 dan TW3 telah terkontraksi

sebesar 1,7% dan 0,3%.

27 Ekonomi dianggap mulai memasuki resesi jika pertumbuhan triwulanannya (qoq) mengalami kontraksi selama dua triwulan berturut-turut.

Grafik 2.84 Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 2.85 Indikator Penuntun Konsumsi

������

��������

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ��������������������������������������������������������

���������������������������

��������

�����������������

������������

���

���

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

���

����

���

���

���

���

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������

���������������������

������������������

������������������������

�����������������

Page 86: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

74

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Melemahnya konsumsi domestik

ditunjukkan oleh berbagai indikator penuntun

konsumsi. Sepanjang TW3-13 (Juli-Agustus),

rata-rata penjualan ritel Thailand terkontraksi

3,6% yoy, dari triwulan sebelumnya yang masih

tumbuh positif 3,1%. Pengeluaran konsumsi

rumah tangga/swasta (private consumption

expenditure) di TW3-13 terkontraksi sebesar

2,0% yoy dari 0,7% di triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan itu, indeks kepercayaan

konsumen di TW3-13 juga menurun sehingga

secara rata-rata berada di level 79,2, lebih

rendah dari 82,6 di TW2-13. Namun demikian,

indeks kepercayaan konsumen tersebut masih

lebih tinggi dibanding rata-rata 2010-2012

yang hanya mencapai 78,43.

Di sisi suplai, melemahnya permintaan

domestik dan luar negeri mengakibatkan

aktivitas produksi masih menurun. Indeks

produksi manufaktur pada TW3-13 masih

menunjukkan penurunan dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar minus 3,5% yoy. Namun

demikian, perlambatan produksi tersebut masih

Grafik 2.86 Indikator Penuntun Investasi Grafik 2.87 Neraca Perdagangan

lebih baik dibanding triwulan sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 4,9%. Menurunnya

produksi manufaktur terutama disumbang oleh

penurunan produksi elektronik dan produksi

minyak. Sementara itu, rata-rata utilisasi

kapasitas produksi cenderung stabil di level

64% sepanjang TW3-13. Indikasi menurunnya

produksi juga ditunjukkan oleh indeks sentimen

bisnis yang terus menurun di TW3-13 dengan

rata-rata indeks berada di level 47,8. Salah satu

faktor yang menurunkan aktivitas produksi

adalah berkurangnya pasokan listrik.

Kinerja sektor eksternal juga melemah

dengan kinerja ekspor dan impor yang semakin

terkontraksi. Masih lemahnya permintaan

global menyebabkan kinerja ekspor terus

menurun. Pada TW3-13 ekspor semakin

terkontraksi sebesar 1,7% yoy dari triwulan

sebelumnya yang sudah terkontraksi 1,6%.

Penurunan ekspor terutama disebabkan oleh

penurunan ekspor ke Jepang sebesar 10% yoy

pada TW3-13, menurun lebih drastis dibanding

triwulan sebelumnya yang hanya turun sebesar

������������

���

���

���

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������������������������������������������������������������������������������������

�����������������

����������������

���

���

���

��

��

��

��

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

����������� ����������������������������

�����������������

Page 87: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

75

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

5,5%. Berdasarkan komoditas, penurunan

ekspor terutama terjadi pada barang-barang

mesin, manufaktur, bahan bakar mineral dan

pelumas.Sejalan dengan ekspor, impor pada

TW3-13 juga semakin terkontraksi dengan

penurunan mencapai 6,1%, dari minus 2,4%

pada TW2-13. Meskipun kinerja ekspor dan

impor masih kurang menggembirakan, namun

neraca perdagangan Thailand pada TW3-13

kembali membukukan surplus sebesar USD5

miliar, membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencatat defisit sebesar

USD0,5 miliar.

Mesk ipun neraca perdagangan

mengalami surplus, neraca berjalan secara

keseluruhan masih tercatat defisit. Hal ini

disebabkan oleh masih lemahnya pendapatan

sektor jasa ditengah defisit transfer yang

justru meningkat sejalan dengan peningkatan

repatriasi keuntungan dan dividen. Defisit

neraca berjalan pada TW3-13 mencapai sekitar

USD888 juta. Defisit neraca berjalan tersebut

jauh lebih baik dibandingkan TW2-13 yang

mengalami defisit USD6,7 miliar.

Dengan me lemahnya ak t i v i t a s

perekonomian, inflasi juga terus menurun dan

semakin jauh di bawah target BOT (2,8%-

3,4%). Rata-rata inflasi Thailand di TW3-13

turun menjadi 1,6% yoy, lebih rendah dari rata-

rata di TW2-13 yang mencapai 2,3% yoy, atau

merupakan level terendah sejak triwulan akhir

2009. Selain konsumsi domestik melemah,

menurunnya inflasi juga disebabkan oleh masih

rendahnya harga komoditas global. Berdasarkan

komponennya, penurunan inflasi terutama

terjadi pada kelompok harga jasa transportasi,

perumahan, serta jasa kesehatan.

Bank of Tha i land (BoT ) mas ih

mempertahankan suku bunga kebijakan di

level 2,5%. Pelemahan ekonomi dan inflasi

pada dasarnya memberikan ruang bagi BoT

untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Namun demikian, BoT memutuskan tetap

mempertahankan policy rate 2,5% untuk

mencegah peningkatan kredit rumah tangga

dan tetap menjaga stabilitas nilai tukar.

Terlebih kondisi ekonomi global masih dihantui

oleh faktor ketidakpastian yang tinggi.

Grafik 2.88 Neraca berjalan Grafik 2.89 Tingkat Inflasi

��������

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������������������������������������������������������

�����������������

������

����������������������

��������������������

����������������

���

�������������������

������������������������������

����

�����

�����

����

����

����

����

����

�����

�����

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

Page 88: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

76

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Prospek ekonomi Thailand diperkirakan

masih akan menghadapi sejumlah tantangan.

Downside risk yang harus dihadapi Thailand

dari dalam negeri antara lain risiko fiskal seiring

diterapkannya rice-pledging program, belum

pulihnya pemintaan global dan risiko kredit

macet sejalan dengan pertumbuhan kredit

rumah tangga yang tinggi. Kredit rumah tangga

terus menunjukkan tren meningkat sejak 2010

sebagai dampak dari stimulus kebijakan

pemerintah sebelumnya yang ditujukan untuk

menggerakkan ekonomi pasca bencana banjir

201128. Pada TW2-13, kredit telah tumbuh

18,2% yoy, lebih tinggi dibandingkan rata-rata

2010-2012 sebesar 16,9% yoy. Sementara dari

eksternal, terdapat risiko dari tapering stimulus

moneter AS yang akan menimbulkan gejolak

di pasar keuangan.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi

Thailand di 2013 dan 2014 kembali dikoreksi

ke bawah. Lemahnya permintaan domestik

dan eksternal, serta tertundanya belanja

pemerintah untuk infrastruktur dan proyek

pengelolaan air mendorong BoT kembali

merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan PDB

Thailand di 2013 dan 2014 masing-masing

menjadi 3,7% yoy dan 4,8% yoy. Proyeksi ini

lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya

(Juli 2013) yang memperkirakan PDB tumbuh

sebesar 4,2% (2013) dan 5% (2014). BoT

juga memperkirakan inflasi di akhir 2013

berada di kisaran 2,2% yoy seiring dengan

melemahnya permintaan domestik dan masih

rendahnya harga komoditas. Sejalan dengan

BoT, Consensus Forecast (Oktober 2013) juga

menurunkan proyeksi PDB di 2013 dan 2014

masing-masing menjadi 3,5% yoy dan 4,4%

yoy, diturnkan sebesar 1% dari proyeksi

sebelumnya (September 2013).

B.8. Vietnam

Perkembangan ekonomi Vietnam

TW3-13 terus membaik yang ditunjukkan

oleh pertumbuhan PDB TW3-13 yang kembali

meningkat menjadi 5,1% (yoy) dari 4,9% (yoy)

pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi,

khususnya penjualan ritel, dan peningkatan

ekspor barang elektronik. Inflasi juga cukup

terkendali dan dijaga pada tingkat single digit,

meskipun kenaikan harga makanan, transportasi

dan komunikasi mulai meningkatkan tekanan

inflasi. Perkembangan ini tidak terlepas dari

upaya stabilisasi makroekonomi yang didukung

kebijakan fiskal dan moneter. State Bank of

Vietnam (SBV) mempertahankan kebijakan

moneter yang akomodatif meskipun tekanan

inflasi mulai meningkat. Pertumbuhan ekonomi

Vietnam ke depan diperkirakan mengalami

perlambatan, seiring penurunan prospek

ekonomi negara emerging, potensi tekanan

inflasi dan tingginya kredit bermasalah yang

menghambat intermediasi perbankan. Dengan

prospek demikian dan tekanan inflasi yang

28 Pada awal 2012 Otoritas fiskal Thailand mengeluarkan program stimulus untuk menjaga perekonomian pasca banjir yang antara lain meliputi (i) kenaikan UMR rata-rata 6,5% sebagai upaya menjaga daya beli domestik, ii) program rehabilitasi bencana senilai THB325 miliar (setara dengan USD10,5 miliar) berupa soft loans kepada pengusaha besar, UKM, dan individu masing-masing sebesar THB65 miliar, THB170 miliar, dan THB90 miliar. Selain hal tersebut, paket stimulus juga dilengkapi dengan pemberian kompensasi sebesar BHT5000 untuk setiap rumah yang dilanda banjir, sedangkan bagi wirausahawan dan petani diberikan kemudahan mendapatkan pinjaman lunak.

Page 89: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

77

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

mulai meningkat, bank sentral diperkirakan

akan lebih berhati-hati dalam mengambil

kebijakan moneter longgar.

Perbaikan ekonomi Vietnam mulai

tampak meski masih menghadapi berbagai

permasalahan. PDB TW3-13 mencatat

kenaikan pertumbuhan menjadi 5,1% yoy dari

triwulan sebelumnya 4,9%. Perkembangan

ini merupakan dampak dari stabilitas makro

yang terus membaik serta didukung oleh

kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.

Meskipun demikian, pertumbuhan PDB

Vietnam masih lebih rendah dibandingkan

rata-rata 2011-2012 yang mencapai 5,5%.

Pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan

terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi

dan investasi. Secara sektoral, pertumbuhan

ekonomi masih ditopang oleh sektor jasa, serta

sektor pertanian dan konstruksi, meskipun

tingkat pertumbuhan sektor pertanian dan

konstruksi menurun.

I nd i ka to r penun tun konsums i

menunjukkan pergerakan yang bervariasi.

Penjualan ritel pada TW3-13 tumbuh

meningkat menjadi 12,4% yoy dari 11,91%

pada triwulan sebelumnya, sedangkan

pertumbuhan penjualan kendaraan melambat

menjadi 18,8% dari 39,7% pada TW2-13.

Penurunan penjualan kendaraan terjadi sejak

Juli 2013 yang disebabkan oleh turunnya impor

kendaraan pasca kenaikan bea masuk mobil

bekas yang mulai berlaku sejak 26 Juni 2013.

Indikator produksi menunjukkan sedikit

penurunan. Pertumbuhan produksi industri

selama TW3-13 mengalami penurunan menjadi

6% yoy dari sebelumnya 6,3% pada TW2-13.

Penurunan produksi industri merupakan

implikasi dari perlambatan permintaan

domestik akibat keengganan perbankan

dalam menyalurkan kredit seiring dengan

permasalahan kredit macet yang tinggi.

Penurunan produksi industri terutama terjadi di

sektor pertambangan dan penggalian (batubara

dan ekstraksi minyak mentah) disebabkan oleh

faktor fundamental lemahnya infrastruktur dan

kurangnya tenaga kerja terampil. Sedangkan

Grafik 2.90 PDB Vietnam Grafik 2.91 Indikator Penuntun Konsumsidan Investasi

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

������������������������������������� ��������

������

�����������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ����

��������������������������������������������

�������������

������ ������

������������������

Page 90: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

78

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

sektor manufaktur (garmen dan alas kaki)

mengalami kesulitas pasokan bahan baku

karena persaingan antar negara. Sementara

itu, PMI manufaktur TW3-13 sedikit membaik

dengan rata-rata indeks mencapai 49,8

(September 2013 telah mencapai 51,5 yang

berarti sudah mulai ekspansi), dari sebesar

48,7 pada TW2-13. Perkembangan indeks PMI

manufaktur tersebut memberikan secercah

harapan mulai pulihnya kegiatan manufaktur

Vietnam. Perbaikan tersebut dipicu oleh

peningkatan kualitas produk dan harga yang

kompetitif.

Di sisi lain kinerja sektor eksternal

membaik yang ditandai oleh surplus transaksi

perdagangan. Pada TW3-13 ekspor mengalami

peningkatan mencapai 15,8% yoy dari 11,6%

pada TW2-13. Kenaikan ekspor merupakan

dampak positif dari peningkatan foreign direct

investment yang membantu perkembangan

industri manufaktur terutama handphone dan

komponen barang elektronik. Sementara itu,

impor menurun menjadi 16,1% pada TW3-

13 dari 17,4% pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan aktivitas ekspor di tengah

terjadinya penurunan impor menjadikan

neraca perdagangan Vietnam pada TW3-13

mengalami surplus sebesar USD 895 juta,

berbalik dari triwulan sebelumnya yang

mengalami defisit USD 1,85 miliar.

Tren penurunan inflasi Vietnam mulai

tertahan sebagai dampak kebijakan moneter

SBV yang cenderung longgar sejak akhir

2012. Meningkatnya tekanan inflasi tercermin

pada rata-rata laju inflasi di TW3-13 yang

Grafik 2.92 PMI Vietnam

������

����

����

����

���� ����

����

��������

����

���� ����

����

����

����

����

����

���������������

����������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�������������������

Grafik 2.93 Neraca Perdagangan

���������������������������������������

������ ��������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

���

��

��

��

��

���

���

���

����

����

���

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������������������

Grafik 2.94 Tingkat Inflasi

�������������������

������������������������������������������

������������������������

������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��

��

��

��

��

���

���

������������������

Page 91: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

79

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

meningkat menjadi 6,8% yoy dari sebelumnya

6,6% (TW2-13). Peningkatan inflasi terutama

dipicu oleh kenaikan harga makanan, sarana

transportasi dan komunikasi, serta harga

properti. Tingkat inflasi Vietnam di triwulan

berjalan tercatat telah melewati target inflasi

6-6,5% yoy.

Mayoritas indikator pasar keuangan

bergerak melemah. Indeks saham secara rata-

rata triwulanan turun 1,6% dibandingkan

TW2-13, yaitu dari 496,5 menjadi 488,5.

Penurunan indeks saham dipengaruhi oleh

spekulasi pengurangan stimulus moneter AS

(tapering). Nilai tukar Vietnam Dong (VND)

juga mengalami tekanan sejalan dengan

pelemahan nilai tukar negara kawasan ASEAN.

Tekanan tersebut mendorong SBV untuk

melakukan devaluasi mata uang oleh SBV

sebesar 1% dari level VND20,828/USD menjadi

VND21,036/USD pada bulan Juni 2013. SBV

berencana untuk melakukan devaluasi VND

kembali hingga akhir 2013 dengan nilai

maksimal sebesar 1%. Devaluasi tersebut

dilakukan untuk menyesuaikan nilai VND agar

mencerminkan permintaan dan penawaran di

pasar valas, menciptakan stabilitas pasar valas,

serta meningkatkan kinerja neraca pembayaran

perdagangan.

Dampak yang di t imbulkan dar i

ketidakpastian tapering kebijakan akomodatif

AS terhadap pasar keuangan Vietnam relatif

lebih rendah dibandingkan dengan negara

ASEAN lainnya. Riset yang dilakukan Maybank

dalam dua periode pengamatan yaitu Mei-

Agustus 2013 (ketidakpastian waktu tapering

yang menyebabkan capital outflow) dan

1-27 September 2013 (kepastian penundaan

tapering), terlihat bahwa bahwa gejolak

perubahan indeks harga saham Vietnam

relatif lebih rendah dibandingkan dengan

negara ASEAN lain. Pada periode Mei-Agustus

2013, harga saham di bursa saham Vietnam

hanya menurun kurang dari 10%, sementara

di Indonesia, Thailand dan Filipina menurun

lebih dari 13%. Sementara itu pada periode

September 2013, kenaikan indeks harga saham

Grafik 2.95 Nilai Tukar dan Indeks Saham Grafik 2.96 Tingkat Suku Bunga Kebijakan

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������������ �����������

���

���

���

���

���

���

��

����

����

����

����

����

�������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ����

������� ������

������������������

������������������������������ ��������������

���������������������

� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

��

��

��

��

������������������

���� ���� ���� ����

Page 92: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

80

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Vietnam juga yang terendah bersama Malaysia

yaitu sekitar 3%. Gejolak nilai tukar dan

peningkatan yield obligasi pemerintah Vietnam

yang terendah diantara negara-negara ASEAN.

Dari penelitian tersebut juga diketahui bahwa

simulasi dampak isu tapering yang menaikkan

yield US Treasury bond sebesar 100 bps akan

menurunkan pertumbuhan PDB Vietnam

sebesar minus 0,6%.

Sampai dengan akhir TW3-13, SBV

masih mempertahankan suku bunga kebijakan

(base interest rate) di level 9%, tidak berubah

sejak November 2011 untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi. Discount rate dan

refinancing rate juga masih dipertahankan

sebesar 5% dan 7% sejak Mei 201329

guna membantu sektor perbankan dalam

menyalurkan kredit. Bank sentral diprediksi

belum akan menurunkan suku bunga kebijakan

di sisa tahun 2013 mengingat potensi inflasi

yang kembali meningkat.

Permasalahan tingginya kredit macet

berusaha diatasi oleh otoritas dengan

membentuk Vietnam Asset Management

Company (VAMC) yang diharapkan mampu

menyehatkan sektor perbankan. SBV

menerbitkan surat edaran yang mengatur

mekanisme refinancing kepada perbankan.

SBV mengatur mekanisme pembelian NPL

oleh VAMC dengan menerbitkan obligasi

khusus, serta mengatur rescheduling pinjaman,

bantuan kepada debitur, serta mengatur hak

dan kewajiban para pihak terkait.

Di sisi fiskal, pemerintah menetapkan

target defisit fiskal pada tahun 2014 akan

meningkat sekitar 0,5% PDB dibanding 2013

(naik dari 4,8% menjadi 5,3% terhadap PDB)

seiring dengan rendahnya pendapatan pajak.

Keputusan menaikkan defisit fiskal dilakukan

setelah pemerintah memperkirakan bahwa

Vietnam berpotensi kehilangan pendapatan

pajak sebesar USD2,79 miliar pada tahun 2013

ini. Potensi kehilangan tersebut disebabkan

ketentuan kenaikan threshold penghasilan

yang tidak dikenakan pajak (dari VND 4 juta

menjadi VND 9 juta) serta penurunan tarif

pajak perusahaan (dari 25% menjadi 22%)

yang mulai berlaku Juli 2013 (untuk UKM)

dan Januari 2014 (untuk semua perusahaan).

Penerimaan pemerintah diharapkan meningkat

melalui penjualan BUMN.

Pertumbuhan ekonomi Vietnam ke depan

diperkirakan mengalami perlambatan sebagai

dampak dari penurunan prospek ekonomi

negara emerging, potensi tekanan inflasi dan

tingginya kredit bermasalah yang menghambat

intermediasi perbankan. Consensus Forecast (CF)

dan RGE Monitor30 memprediksi PDB Vietnam

pada tahun 2013 masing-masing tumbuh 5,2%

yoy dan 5% yoy, serta meningkat menjadi

5,5% yoy dan 5,1% yoy pada 2014. Upside

risk dari sisi eksternal terutama ekspektasi terus

membaiknya ekonomi AS diperkirakan mampu

mendorong pemulihan ekonomi Vietnam. Dari

29 Discount rate (suku bunga diskonto) adalah suku bunga yang dikenakan oleh bank sentral (SBV) kepada perbankan yang melakukan pinjaman kepada bank sentral baik dalam bentuk collateralized lending, overnight lending transaction, maupun open market operation. Selanjutnya, jika kredit/pinjaman yang diajukan bank melebihi batas yang diberikan oleh SBV, maka perbankan harus meminjam dengan menggunakan refinancing rate. 30 CF Oktober 2013 dan RGE Monitor September 2013.

Page 93: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

81

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

sisi domestik, reformasi struktural (governance)

serta perbaikan sektor perbankan seiring

dibentuknya VAMC diperkirakan mampu

mendorong pemulihan ekonomi. Sebaliknya,

proyeksi pelambatan ekonomi China di tahun

2014 menjadi downside risk bagi Vietnam

mengingat China merupakan negara tujuan

ekspor utama.

Terkait dengan prospek inflasi, kebijakan

moneter longgar SBV untuk meningkatkan

permintaan domestik, diperkirakan akan

mengakibatkan kenaikan tekanan inflasi.

CF memprediksi inflasi di 2013 dan 2014

masing-masing sebesar 6,8% dan 7,7% yoy,

sementara RGE Monitor memprediksi sebesar

6,8% dan 6,3% yoy.

B.9. Brazil

S e t e l a h m e n u n j u k k a n k i n e r j a

perekonomian yang mengesankan pada

triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi

Brazil pada TW3-2013 diperkirakan sedikit

tertahan. Penurunan investasi diperkirakan

menjadi sumber perlambatan pertumbuhan,

sementara konsumsi masih mengalami sedikit

perbaikan. Tekanan inflasi mulai reda seiring

pelemahan kenaikan harga makanan. Namun

BCB diperkirakan masih akan melakukan

pengetatan kebijakan moneter seiring masih

tingginya biaya transportasi.

Pertumbuhan ekonomi Brazi l d i

TW3-13 diperkirakan melambat. Setelah

tumbuh mencapai 3,3% yoy pada TW2-13,

laju pertumbuhan PDB Brazil diperkirakan akan

tertahan dan hanya tumbuh 2,5% yoy pada

TW3-13 (RGE Monitor), serta semakin menjauhi

rata-rata pertumbuhan periode 2010-2012 yang

mencapai 3,7% yoy. Perlambatan diperkirakan

terjadi pada aktivitas investasi yang sebelumnya

tumbuh signifikan. Namun perlambatan

investasi tersebut lebih disebabkan oleh base

effect sehingga pertumbuhan di TW2-13

mencapai level yang sangat tinggi 9% yoy.

Indikasi pelemahan investasi juga

ditunjukkan oleh rata-rata produksi industri

TW3-13 yang hanya tumbuh 0,25% yoy dari

4,5% yoy di triwulan sebelumnya. Penurunan

permintaan barang intermediate dan barang

konsumsi berada dibalik pelemahan tersebut.

Rata-rata indeks PMI Manufaktur selama

TW3-13 juga menurun ke zona kontraksi 49,3

dari periode sebelumnya 50,5. Perlambatan

ini disebabkan oleh penurunan permintaan

baru, lemahnya permintaan ekspor dan harga

yang kurang kompetitif. Hambatan struktural

berupa produktivitas pekerja yang rendah,

pajak tinggi, buruknya infrastruktur serta daya

saing yang rendah juga masih menjadi faktor

penghambat.

Grafik 2.97 PDB Brazil

������

���� ���� ���� ���� ���� ����

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �����

������������������������� �����������������������������

���������������������

���

���

��

��

��

��

������������������

Page 94: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

82

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Sedikit berbeda dengan investasi,

aktivitas konsumsi swasta diperkirakan

mengalami sedikit perbaikan. Hal ini ditunjukkan

dengan retail sales TW3-13 yang rata-rata

tumbuh 6,1% yoy dibandingkan periode

sebelumnya 2,6% yoy. Namun perbaikan

tersebut masih jauh di bawah rata-rata

periode 2010-2012 yang mencapai 8,7%

yoy. Perbaikan konsumsi swasta pada periode

berjalan mengindikasikan keberhasilan simulus

fiskal yang diluncurkan pada semester 1-2013

antara lain pemberian subsidi pinjaman kepada

keluarga berpendapatan rendah senilai BRL

18,7 miliar (Juni 2013) serta pemotongan pajak

bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya

senilai BRL 7,4 miliar (Maret 2013). Meski telah

menunjukkan dampak positif, tingkat inflasi

yang cenderung tinggi menyebabkan perbaikan

pada konsumsi swasta masih relatif terbatas..

Surplus neraca perdagangan Brazil

pada TW3-13 mengalami penurunan menjadi

USD1,4 miliar dari sebesar USD2,0 miliar pada

periode sebelumnya. Surplus perdagangan

yang semakin menyempit diakibatkan oleh

pelemahan kinerja ekspor TW3-13 yang

terkontraksi 0,1% yoy seiring masih lemahnya

permintaan dari Eropa ditengah impor yang

meningkat tinggi mencapai 12,9% yoy.

Kenaikan impor yang signifikan terutama

dipengaruhi oleh tingginya impor minyak di

Juli 2013 sehingga total impor mengalami

kenaikan sebesar 25,2% yoy pada Juli 2013.

Pada dasarnya Brazil merupakan negara

produsen minyak (crude oil) yang cukup besar.

Namun demikian, terbatasnya kemampuan

untuk mengolah menjadi light oil (gas kitchen,

Grafik 2.99 PMI Manufaktur Grafik 2.100 Neraca Perdagangan

����������������������

������������������������������

�����������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

��

��

����������������

���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������ ����������� �������������

���

���

��

��

��

��

������������������

Grafik 2.98 Penjualan Ritel

������

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������

���������������������������

�����������������������������

�����

���������������������

���

���

��

��

��

��

��

��

������������������

Page 95: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

83

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

bensin dan diesel) menjadikan negeri Samba ini

masih harus mengimpor minyak dalam jumlah

besar. Bahkan selama beberapa tahun terakhir,

Brazil telah menjadi negara net importer

minyak. Kondisi ini mengancam performa

neraca perdagangan ke depan sehingga

langkah konkrit pemerintah di bidang energi

menjadi hal yang perlu segera dilakukan.

Transaksi modal dan finansial masih

mengalami tekanan. Meningkatnya spekulasi

waktu pelaksanaan tapering stimulus moneter

AS pada FOMC bank sentral AS September

2013 direspon berlebihan oleh pasar sehingga

transaksi modal dan finansial Brazil kembali

mengalami tekanan. Selama TW3-13, net

transaksi modal dan finansial Brazil menurun

menjadi hanya USD13,0 miliar dari USD19,7

miliar di triwulan sebelumnya. Aliran foreign

direct investment selama periode berjalan

mengalami kontraksi cukup signifikan

mencapai 23% yoy dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 13,5% yoy. Kondisi

ini semakin memperburuk keuangan Brazil

karena akumulasi aliran masuk FDI periode

Januari-September 2013 yang hanya mencapai

USD43,8 miliar, tidak cukup untuk menutupi

current account gap yang mencapai USD60,4

miliar. Padahal pada periode yang sama tahun

sebelumnya, akumulasi FDI Brazil (USD47,6

miliar) masih mampu menutupi current account

gap yang mencapai USD34,1 miliar.

Tekanan inflasi mulai mereda meski

masih di atas rata-rata. Kebijakan otoritas

moneter (BCB) yang lebih mengutamakan

kestabilan harga di atas pertumbuhan telah

membuahkan hasil. Inflasi TW3-13 telah

menurun menjadi 6,1% yoy dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,6% yoy. Inflasi

terendah terjadi pada September 2013 sebesar

5,86% yoy yang merupakan pertama kalinya

di bawah 6% sejak 9 bulan terakhir. Dengan

perkembangan ini, inflasi telah kembali ke

dalam kisaran target bank sentral 4,5+2%.

Meskipun menurun, laju inflasi Brazil di TW3-

13 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan

rata-rata periode 2010-2012 yang berada di

bawah 6% yoy.

Grafik 2.101 Neraca Pembayaran Grafik 2.102 Capital and Financial Account

����������

������������

���

���

���

��

��

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ������ ���� ���� ����

��������������� ��������������������������� ���������������

��������������������

������������

���

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ������ �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

�����������������

���������������������

����������������������������������������

��������������������

Page 96: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

84

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Perbaikan harga terutama dialami oleh

produk makanan dan minuman dengan laju

peningkatan harga di TW3-13 (10,4% yoy) yang

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

(13,4% yoy). Namun demikian, pada periode

berjalan biaya transportasi masih mengalami

kenaikan sebesar 2,3% yoy dari TW2-13

seiring dengan permasalahan infrastruktur

yang buruk. Hal ini menimbulkan spekulasi

bahwa BCB akan kembali menaikkan suku

bunga kebijakan dalam pertemuan mendatang.

Terlebih, sejumlah ekonom memprediksi bahwa

pemerintah akan memperkenankan Petrobas

(BUMN yang bergerak di bidang minyak dan

gas) untuk menaikkan harga BBM, setelah pada

Januari 2013 dilarang melakukannya untuk

mencegah kenaikan inflasi.

Sejalan dengan kebijakan untuk

mengutamakan stabilitas harga, BCB secara

konsisten menaikkan Selic rate (policy rate).

Selama triwulan laporan, BCB telah menaikkan

Selic rate sebesar 100 bps menjadi 9%

untuk meredam kenaikan inflasi yang diikuti

dengan peningkatan kembali 50 bps menjadi

9,5% di Oktober 2013. Dengan kenaikan

tersebut, sepanjang tahun 2013 Selic rate telah

meningkat sebesar 225 bps.

Di sisi kebijakan fiskal, Pemerintah Brazil

akan mengurangi anggaran pengeluaran

untuk mengurangi tekanan inflasi. Setelah

meluncurkan stimulus fiskal cukup agresif

di semester pertama 2013, otoritas fiskal

diperkirakan akan menahan belanja guna

meredam inflasi dan memperbaiki fiscal balance.

Pada Juli 2013, pemerintah mengumumkan

pemotongan pengeluaran sebesar BRL10 miliar,

sebagai lanjutan dari pengurangan BRL28

miliar di Mei 2013. Dengan pengurangan ini,

pemerintah berharap dapat mencapai target

primary budget surplus sebesar 2,3% dari

PDB pada akhir tahun 2013. Di tengah upaya

mengurangi pengeluaran, Brazil juga berharap

dapat meningkatkan kinerja perdagangan

melalui FTA dengan European Union yang

saat ini sedang berupaya untuk memperbaiki

kinerja ekspor.

Sejumlah risiko masih membayangi

perekonomian Brazil. Kegiatan investasi

berpotensi mengalami hambatan akibat

kebijakan moneter yang cenderung ketat

serta ketidakmampuan pemerintah untuk

mendorong keyakinan bisnis. Selain itu,

spekulasi waktu pelaksanaan tapering stimulus

moneter di AS masih berpotensi memicu

terjadinya pelarian modal dari Brazil. Dari sisi

politik, Brazil akan memasuki era pemilu pada

2014. Meskipun diperkirakan Presiden Dilma

Rousseff akan kembali memimpin Brazil agar

dapat melanjutkan kebijakannya, namun

kemungkinan bergantinya rezim pemerintahan

tetap terbuka lebar.

Dengan perkembangan indikator

ekonomi dan potensi risiko yang membayangi,

BCB merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan

ekonomi tahun 2013 menjadi 2,5% yoy

dari prediksi sebelumnya 2,7% yoy. Laju

pertumbuhan 2,5% tersebut diperkirakan

dapat dipertahankan pada 2014. Sejalan

dengan BCB, IMF memprediksi pertumbuhan

ekonomi Brazil di 2013 dan 2014 stabil di

kisaran 2,5% yoy (WEO Oktober 2013).

Page 97: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

85

Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara

T e r k a i t t e k a n a n h a r g a , B C B

memperkirakan inflasi di akhir 2013 dan

2014 masing-masing akan mencapai 5,8% yoy

dan 5,7% yoy31. Sementara IMF memprediksi

tekanan inflasi di Brazil berpotensi meningkat

lebih tinggi yaitu masing-masing 6,3% yoy dan

5,8% yoy. IMF memperkirakan pelemahan nilai

31 Sebelumnya BCB memprediksi inflasi 2013 (6% yoy) dan 2014 (5,4%).

32 WEO Oktober 2013.

Grafik 2.103 Inflasi Grafik 2.104 Suku Bunga

������

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

������������������� ���������

��������������������������������

������������������

��������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � �

�����������������������������

��

��

��

��

������������������

tukar Brazil yang terjadi dapat meningkatkan

external competitiveness dan dapat meng-

offset kenaikan yield surat berharga. Namun

di sisi lain, inflasi yang masih cenderung

tinggi berpotensi menggerus konsumsi dan

menghambat pertumbuhan ekonomi 32.

Page 98: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

86

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 99: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

87

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

Faktor ketidakpastian yang disebabkan berbagai isu, baik isu ekonomi maupun isu

politik menyebabkan gejolak yang lebih besar di pasar keuangan global sepanjang TW3-13.

Permasalahan di AS terkait dengan waktu pelaksanaan pengurangan (tapering) stimulus moneter,

ditambah dengan perdebatan politik mengenai debt ceiling dan terjadinya government shutdown

merupakan pemicu utama gejolak di pasar keuangan. Memanasnya geopolitik di Timur Tengah

akibat konflik di Suriah dan Mesir semakin menambah sentimen negatif yang berkembang di

pasar keuangan dan juga pasar komoditas global. Harga saham dan obligasi yang sempat jatuh

pada akhir TW2-13 karena ketidakpastian pelaksanaan tapering kembali jatuh – bahkan disertai

oleh volatilitas yang meningkat – pada pertengahan TW3-13 yang disebabkan oleh isu yang

sama. Padahal harga aset keuangan sempat meningkat di paruh pertama triwulan ini. Berbagai

isu tersebut menimbulkan sentimen negatif dan penarikan modal secara besar-besaran oleh

investor asing dari pasar keuangan di negara-negara emerging, sehingga harga aset keuangan

pada umumnya menurun. Selain mengakibatkan jatuhnya harga aset, penarikan modal dari

negara emerging tersebut juga berdampak pada depresiasi nilai tukar. Dampak yang besar dari

pengaruh isu ini mengindikasikan masih tingginya risiko di pasar keuangan negara emerging

apabila pengurangan stimulus moneter di AS direalisasikan, terlebih dana investor asing yang

ditanamkan di negara-negara emerging diperkirakan masih sangat besar. Namun perkembangan

terakhir menunjukkan pasar keuangan global kembali tenang dengan ditundanya tapering dan

penyelesaian debt ceiling, serta kembali dibukanya kantor-kantor pemerintah di AS.

Pasar komoditas global juga terpengaruh oleh berbagai isu ekonomi dan politik, sehingga

harga komoditas juga cenderung menurun, dengan volatilitas yang semakin besar, sejalan dengan

terus melemahnya permintaan global. Namun harga komoditi utama seperti emas dan minyak

justru mengalami kenaikan. Peningkatan harga emas terjadi sebagai akibat pengalihan dari aset

keuangan yang lebih berisiko, koreksi harga masih lebih rendah dibanding TW2-13. Sementara

volatilitas harga minyak lebih dipengaruhi oleh memanasnya geopolitik di Timur Tengah.

Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

3BA B

Page 100: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

88

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

A. PASAR KEUANGAN

Tren peningkatan harga aset keuangan

di pasar keuangan global yang terjadi

sepanjang semester 1 2013 berbalik menurun

pada TW3-13. Penurunan ini terjadi sebagai

akibat ketidakpastian rencana pengurangan

stimulus moneter AS. Kondisi AS ini ditambah

dengan penutupan pemerintah (government

shutdown) pada tanggal 1-16 Oktober

2013 karena belum disetujuinya anggaran

pemerintah oleh parlemen. Isu lain yang lebih

struktural adalah peningkatan debt ceiling

pemerintah AS yang diperdebatkan oleh politisi

Demokrat dengan Republik, yang mana apabila

tidak disetujui berdampak pada kegagalan AS

memenuhi kewajibannya. Defisit anggaran AS

yang semakin besar dan selama ini dibiayai

dari hutang adalah berbahaya, tidak saja bagi

AS namun juga pemegang aset keuangan AS

yang paling dominan, yaitu China dan Jepang.

Risiko juga terjadi pada negara-negara kecil

dengan perekonomian terbuka yang menjadi

tujuan penempatan dana sementara oleh

investor global. Berbagai ketidakpastian di

AS, ditambah dengan ketegangan Suriah

dan situasi geopolitik Mesir yang memanas

mendorong volatilitas lebih tinggi di pasar

keuangan.

Di sisi lain, beberapa kebijakan moneter

yang bersifat menambah likuiditas di pasar

seperti Abenomics dan upaya China untuk

melakukan stabilisasi pertumbuhan ekonomi

serta indikasi recovery di Uni Eropa yang

dimotori oleh Jerman dan Perancis memberi

sinyal positif di pasar keuangan. Namun

demikian, tambahan likuiditas yang tidak

terserap di sektor riil mengalir masuk ke pasar

keuangan negara-negara emerging juga

mendorong peningkatan harga aset keuangan

dalam jangka pendek. Apabila terjadi isu

negatif, jenis dana yang sensitif terhadap

sentimen negatif tersebut akan mengalir

kembali mencari tempat investasi yang aman

sehingga mengguncang beberapa negara

emerging meskipun respon kebijakan yang

dilakukan bank sentral negara emerging sudah

menunjukkan upaya untuk menjaga kestabilan

pasar keuangan.

Sejak akhir TW2-13, pasar keuangan,

terutama di negara-negara emerging,

mengalami gejolak sebagai akibat isu

pengurangan kebijakan stimulus moneter di

AS. Namun karena pemulihan ekonomi AS

belum cukup stabil yang diindikasikan oleh

tingkat pengangguran yang belum turun dan

inflasi yang masih rendah, kemungkinan besar

pelaksanaan tapering baru dapat dilakukan

pada awal tahun 2014. Sebagai akibatnya,

kejadian di akhir TW2-13 di mana harga

saham dan obligasi terkoreksi tajam, juga

terjadi di TW3-13. Bahkan posisi harga aset-

aset keuangan tersebut di September 2013

jatuh ke level yang lebih rendah dibanding

posisi TW2-13. Selain mengakibatkan jatuhnya

harga aset keuangan, aliran dana keluar dari

negara-negara emerging juga berdampak pada

depresiasi nilai tukar. Meskipun bank sentral di

negara-negara emerging telah meresponnya

dengan melakukan intervensi di pasar valas dan

berbagai kebijakan makroprudensial, namun

tekanan depresiasi masih tetap tinggi. Harga

aset keuangan di negara-negara tersebut

Page 101: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

89

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

dari otoritas lebih diperlukan untuk menjaga

stabilitas pasar keuangan jangka panjang

mengingat negara emerging juga menghadapi

permasalahan kondisi makroekonomi yang

ikut memburuk sejalan dengan kondisi

ekonomi global. Dengan memburuknya kondisi

makroekonomi, risiko memburuknya prospek

ekonomi juga meningkat, yang mana akan

meningkatkan kerentanan pasar keuangan di

negara emerging.

A.1. Pasar Saham

Harga saham di negara maju pada

awal TW3-13 menunjukkan kecenderungan

meningkat searah dengan kenaikan harga pada

awal hingga pertengahan TW2-13, sebagai

dampak kebijakan moneter ekstra longgar

dan komitmen bank sentral untuk melanjutkan

stance kebijakan moneter tersebut. Namun

harga saham jatuh secara signifikan pada

pertengahan TW3-13 seiring ketidakpastian

besaran dan waktu implementasi kebijakan

pengurangan stimulus moneter AS berdasarkan

pertemuan FOMC bank sentral AS (the Fed)

pada 21-22 Agustus 2013 yang menyatakan

bahwa tapering akan dilakukan sepanjang

data ekonomi membaik. Selain itu, konflik

di Mesir dan Suriah yang semakin memanas

juga mendorong kepanikan investor sehingga

menarik dananya dari pasar saham di negara

emerging. Selanjutnya, perbaikan harga saham

terjadi pada akhir TW3-13 dimana terjadi

kenaikan kembali harga saham global ketika

the Fed memutuskan menunda kebijakan

tapering ke pertengahan September 2013.

baru mulai membaik setelah bank sentral

AS mengumumkan penundaan tapering.

Meskipun demikian, isu tapering dan isu lain

terkait peningkatan debt ceilling masih menjadi

faktor risiko yang dihadapi negara emerging.

Risiko negara emerging tahun depan

diperkirakan akan lebih besar mengingat

kondisi ekonomi AS yang membaik dan AS

memutuskan mengurangi stimulus fiskal AS

serta menaikkan suku bunga kebijakan. Risiko

lain adalah pertumbuhan ekonomi China yang

berpotensi melambat tahun 2014. Pertumbuhan

positif ekonomi AS dinilai masih belum bisa meng-

counter pelambatan ekonomi China.

Proses exit kebijakan unconventional

monetary yang ditempuh negara maju

monetary perlu dilakukan dengan tepat (timing,

magnitude, dan dikomunikasikan dengan baik)

agar dampak negatifnya pada negara emerging

dapat diminimalisir. Di sisi lain, negara-

negara emerging perlu memperkuat sektor

keuangan dengan menjaga pertumbuhan dan

kestabilan finansial agar respon kebijakan yang

dilakukan dalam menghadapi turbulensi di

pasar keuangan lebih efektif. Terkait dengan

aliran modal keluar dan risiko contagion di

negara-negara emerging, beberapa kebijakan

untuk menjaga fleksibilitas nilai tukar termasuk

melalui intervensi masih diperlukan untuk

menghindari volatilitas yang terlalu besar.

Selain itu, beberapa bilateral swap agreement

antarnegara juga ditandatangani untuk

memperkuat cadangan devisa bagi negara-

negara yang berisiko terhadap pembalikan

arus modal asing, termasuk di Indonesia.

Namun upaya perbaikan yang lebih struktural

Page 102: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

90

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Grafik 3.1 Indeks Harga Saham Negara Maju

Grafik 3.2 Indeks Harga Saham Dunia dan Negara Emerging

Hal ini juga didukung pula adanya pemulihan

ekonomi Eropa berupa pertumbuhan ekonomi

positif sebesar 0,3% qoq khususnya oleh

Jerman dan Perancis serta kontraksi ekonomi

di wilayah periferal Eropa yang melambat.

Berbagai isu tersebut menyebabkan gejolak

yang lebih besar di pasar saham.

Pada awal TW3-13 harga saham di

hampir semua negara maju dan emerging

mengalami kenaikan termasuk Uni Eropa

yang peningkatannya terjadi secara gradual.

Secara rata-rata harga saham bulan Juli 2013

meningkat dibanding bulan sebelumnya.

Peningkatan secara signifikan terjadi di negara

maju seperti AS (Nasdaq dan S&P500), Inggris

(FTSE) dan Jepang (Nikkei 225). Kenaikan harga

terbesar terjadi di bursa saham Jepang yaitu

mencapai sebesar 9,3%. Tren peningkatan

juga terjadi di bursa saham beberapa negara

Asia seperti Singapura dan Hongkong. Hal

yang sebaliknya terjadi di pasar saham

beberapa negara emerging Asia (China, Korea,

Thailand, Indonesia dan India). Penurunan

indeks harga saham di negara-negara tersebut

disebabkan oleh isu-isu ekonomi domestik,

seperti penurunan kinerja ekspor.

Penurunan harga saham global terjadi

kembali pada bulan Agustus 2013 ketika

muncul persepsi negatif dari investor global

terhadap hasil FOMC meeting 21-22 Agustus

mengenai kemungkinan pengurangan stimulus

moneter AS apabila kondisi perekonomian AS

terus membaik. Volatilitas yang lebih besar

pada indeks harga saham global terjadi pada

saat pasar menunggu kepastian mengenai

rencana tapering di AS serta kekhawatiran

melambatnya pertumbuhan ekonomi negara

emerging sebagai akibat belum pulihnya

kinerja ekspor. Sentimen negatif juga dipicu

meningkatnya eskalasi geopolitik di wilayah

Timur Tengah yang menyebabkan terkoreksinya

bursa saham secara global. Di negara emerging,

berbagai isu ini menimbulkan penurunan

harga saham yang cukup dalam, bahkan

melebihi penurunan di TW2-13 pada saat Ben

Bernanke untuk pertama kalinya mengeluarkan

pernyataan mengenai kemungkinan tapering

jika perekonomian AS membaik.

��������������

��

��

���

���

���

���

���

�������������������

�����������������������

��������

��������������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

������������

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

����

����

����

����������������������������������������

���� ������� ������������ ��� ��� ��� ������������ ��� ������������ ��� ��� ��� ������

�����������������

Page 103: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

91

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

Rebound terjadi pada pertengahan

September 2013, setelah the Fed menunda

rencana pengurangan stimulus moneter

sehingga mendorong kenaikan harga di bursa

saham dunia, baik di negara maju maupun

negara emerging. Indeks saham global

menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan,

namun kemudian kembali terkoreksi ke level

normalnya.

Penurunan harga saham di negara

emerging disertai dengan volatilitas harga yang

meningkat cukup tinggi. Secara rata-rata harga

saham di TW3-13 lebih rendah dibanding

rata-rata di TW2-13, meskipun secara point

to point harga saham di TW3-13 umumnya

lebih tinggi dibanding TW2-13, kecuali

Brazil dan Indonesia. Pola perkembangan

seperti ini terjadi di hampir semua negara

emerging. Penurunan yang lebih drastis

terjadi di bursa saham Turki dimana indeks

harga saham mengalami penurunan lebih

dari 10% secara secara rata-rata dibanding

triwulan sebelumnya. Volatilitas harga saham

di negara emerging pada TW3-13 umumnya

juga lebih tinggi dibandingkan TW2-13.

Volatilitas tertinggi terjadi di Turki, Filipina dan

Indonesia yang berada di atas 30%. Volatilitas

harga saham yang terjadi di negara emerging

menunjukkan bahwa aliran modal jangka

pendek investor global ke negara emerging

membantu mendorong harga saham, namun

ketika terjadi gejolak, dana jangka pendek ini

segera keluar dari negara emerging sehingga

bursa saham menjadi sangat rentan.

Berbeda dengan negara emerging, isu

tapering tidak terlalu berpengaruh pada bursa

saham negara maju. Harga saham negara

maju masih melanjutkan tren peningkatan di

TW3-13 dan volatilitas harga saham di negara

maju juga sedikit menurun dibandingkan

TW2-13. Ketika FOMC minutes meeting 21-22

Agustus dirilis terjadi penurunan harga saham

namun hanya bersifat sementara. Pada saat

the Fed mengumumkan penundaan tapering,

indeks harga saham di AS, Jepang dan Euro

Area sempat meningkat tajam, meskipun

selanjutnya kembali pada rentang harga Grafik 3.3 Perubahan Harga Saham

Global TW3-13

Grafik 3.4 Volatilitas Harga SahamGlobal TW1-3 2013

������

�����������

��������������������

��������������

��������������������������������������������

������ ����� ���� ��� ��� ���� ���� ����

���������

��������������

�����������������

������

�����������

��������������������

��������������

��������������������������������������������

��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������

��������

��������

�����������������

Page 104: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

92

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

normal. Indeks harga saham negara maju

pada TW3-13 secara rata-rata maupun point

to point meningkat. Kenaikan secara point

to point cukup signifikan di kisaran 10%,

bahkan di EU mencapai 16,6%. Gejolak pasar

saham diperkirakan akan mereda pada TW4-

13, mengingat banyak ekonom berpendapat

bahwa kemungkinan tapering baru akan

dilaksanakan pada TW1-14, meskipun saat

ini perekonomian AS sudah menunjukkan

perbaikan. Bursa saham AS dan mayoritas

negara maju lain diproyeksikan akan bergerak

menguat.

A.2. Pasar Obligasi Pemerintah

Gejolak yang terjadi di pasar saham

sebagai akibat berbagai isu ekonomi maupun

politik juga memberikan pengaruh yang sama

pada perkembangan harga obligasi pemerintah

berbagai negara. Jika di pasar saham harga

bergerak sangat variatif antara negara maju dan

negara emerging, pergerakan harga obligasi

secara rata-rata cenderung searah antara

negara maju dengan negara emerging. Hal ini

ditandai dengan yield obligasi negara-negara

maju maupun emerging pada TW3-13 secara

rata-rata meningkat (harga obligasi menurun),

sedangkan secara point to point bervariasi.

Yield obligasi yang secara point to point

menurun terjadi di pasar obligasi EU, Jepang,

Singapura, Filipina dan Brazil. Penurunan yield

di Jepang dipicu oleh kebijakan qualitative and

quantitative easing yang agresif. Sementara

penurunan yield di Filipina disebabkan oleh

pertumbuhan ekonomi yang membaik.

Di beberapa negara emerging ,

penurunan harga obligasi pemerintah yang

cukup signifikan disebabkan oleh tekanan

eksternal akibat penurunan kinerja ekspor

ditengah kebutuhan impor yang tetap tinggi

dan juga akibat capital reversal dana investor

global yang dipicu berbagai sentimen negatif

sebagaimana diuraikan di atas. Beberapa

negara mengalami koreksi yield obligasi yang

cukup tinggi, yaitu Turki (232 bps), Indonesia Grafik 3.5 Perubahan Yield

Negara Maju TW3-13

Grafik 3.6 Perubahan Yield NegaraEmerging TW3-13

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���������������

������������ �����������

�����������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

�����������������

��

��

����

���

����

����

���

�������������� �������������

��������������������������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

Page 105: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

93

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

(219 bps), Brazil (121 bps) dan India (111 bps,

p-t-p).

Disamping penurunan harga, pasar

obligasi negara emerging juga mengalami

peningkatan volatilitas pada TW3, kecuali

Filipina. Sebaliknya di negara maju, volatilitas

pada TW3 cenderung menurun dibandingkan

dengan volatilitas pada TW2. Penurunan

volatilitas di negara maju, sebagaimana

penurunan yield, terjadi karena adanya

ekspektasi investor akan peningkatan risiko di

negara emerging.

B. PASAR VALAS

Perpaduan antara kondisi pasar keuangan

yang rentan dan terjadinya aliran modal

keluar yang sangat besar, mengakibatkan

hampir seluruh mata uang negara emerging

terdepresiasi terhadap US dollar pada TW3-13.

Besarnya depresiasi mata uang negara emerging

cukup bervariasi. Namun tidak seluruh mata

uang negara emerging terdepresiasi, yuan

China dan won Korea merupakan pengecualian

dimana keduanya justru terapresiasi terhadap

US dollar, baik secara point to point maupun

secara rata-rata. Apresiasi kedua mata uang

tersebut ditopang oleh current account kedua

negara yang mengalami surplus serta kinerja

pertumbuhan ekonomi yang relatif masih

tinggi.

Perkembangan nilai tukar mata uang

negara-negara maju lebih bervariasi (mixed).

Euro dan poundsterling Inggris juga melemah

terhadap US dollar, baik secara rata-rata

maupun point to point. Sementara itu, yen

Jepang secara rata-rata melemah terhadap US

dollar, namun secara point to point mengalami

penguatan.

Tren pelemahan nilai tukar mata

uang global terhadap US dollar sepanjang

TW3-13 juga diikuti oleh volatilitas yang

meningkat. Volatilitas nilai tukar negara-negara

emerging meningkat dibanding TW2-13,

yang mengindikasikan besarnya aliran modal

keluar dari kawasan ini pada saat munculnya

isu tapering stimulus moneter AS dan isu-isu

lainnya. Peningkatan volatilitas secara signifikan

terjadi pada real Brasil, rupee India dan rupiah

Grafik 3.7 Perubahan Yield Govt.Bonds, TW3-13

Grafik 3.8 Volatilitas Yield Govt.Bonds, TW1-3 2013

�����������������

���������

��������������

���� ��� ��� ��� ����

������

��������������������

�������������������������

�����������������

�����������

��

����

����������

����������

�����������������

�����������������

��������������

��� ���� ���� ���� ���� �����

��������

��������

��������

�����������������

Page 106: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

94

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Indonesia yang mencapai lebih dari 15%.

Bank sentral negara-negara tersebut berupaya

menjaga stabilitas nilai tukar dengan melakukan

intervensi di pasar valas dan menaikkan suku

bunga kebijakan. Pasar valas kembali tenang

setelah the Fed menunda rencana tapering

QE.

Perkembangan nilai tukar riil juga

menunjukkan pergerakan yang relatif sama

dengan nilai tukar nominal. Sebagian besar

mata uang negara emerging pada TW3-13

juga mengalami depresiasi secara riil, termasuk

Indonesia. Depresiasi mata uang negara

emerging pada dasarnya dapat memberikan

keuntungan dalam mendorong ekspor,

namun pengaruh positifnya pada ekspor akan

tereduksi oleh perekonomian global yang

masih lesu. China dan Korea yang nilai tukar

nominalnya terapresiasi terhadap US dollar,

juga mengalami apresiasi riil. Singapura dan

Filipina juga mengalami apresiasi riil, meskipun

secara nominal (rata-rata) mata uangnya

terdepresiasi terhadap US dollar.

Grafik 3.9 Perkembangan Nilai TukarGlobal, TW3-13

Grafik 3.10 Volatilitas Nilai TukarGlobal, TW3-13

Grafik 3.11 Perkembangan Nilai Tukar Riil

����������������������������������������������������������������������

����� ����� ���� ���� ���� ����� �����

���������

��������������

���������������������

���������������������

�����������������

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������

��������

��������

�����������������

������

��

��

���

���

���

���

��������� ���������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������

������

��

��

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������� ������������������������

�����������������

Page 107: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

95

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas

C. PASAR KOMODITAS

Berbeda dengan TW2-13 dimana harga

komoditas global cenderung menurun karena

turunnya permintaan, pergerakan harga

komoditas sangat bervariasi sepanjang TW3-13.

Harga minyak cenderung bergerak meningkat,

baik varian Brent maupun WTI. Harga minyak

Brent pada TW3 meningkat sekitar 6,8% dari

rata-rata US$103,00 per barrel pada TW2-13

menjadi US$110,04 per barrel. Harga minyak

varian WTI juga cenderung meningkat, dengan

peningkatan yang relatif lebih besar, yaitu

sebesar 12,4% dari rata-rata US$ 94,13 per

barrel pada TW2-13 menjadi US$105,77 pada

TW3-13. Namun demikian, volatilitas harga

minyak cenderung menurun dari rata-rata

21,18% (TW2-13) menjadi 17,08% (TW3-13).

Tren kenaikan harga minyak disebabkan oleh

meningkatnya tensi geopolitik di Suriah dan

Mesir, serta pengurangan produksi minyak di

Libya. Namun dengan meredanya konflik di

Suriah, harga minyak menjelang akhir TW3-13

kembali menurun.

Searah dengan harga minyak, harga

emas pada TW3-13 menunjukkan tren

kenaikan, dimana secara point to point

meningkat 7,6% dari US$1234,5 pada TW2-

13 menjadi US$1328,9 pada TW3-13. Kondisi

ini berbalik dari TW2-13 yang cenderung

menurun. Namun demikian, secara rata-rata

harga komoditas ini pada TW3-13 masih

lebih rendah dibandingkan TW2-13. Harga

emas rata-rata TW3-13 sebesar US$1.329,8

per troy ounce sedangkan pada TW2-13

sebesar US$1.416,9 per troy ounce. Harga

emas sempat meningkat secara signifikan

pada akhir bulan Agustus 2013 setelah pasar

sempat panik akibat ketidakpastian rencana

pelaksanaan tapering hasil FOMC meeting

21-22 Agustus, namun selanjutnya terkoreksi

setelah ada kepastian the Fed menunda

tapering karena investor kembali beralih ke

aset keuangan.

Berbeda dengan harga minyak dan

emas yang menunjukkan tren peningkatan,

harga komoditas lain masih melanjutkan tren

Grafik 3.12 Perkembangan Harga Minyakdan Emas, TW3-13

����� ������� ���������

�������������������� ��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

�����������������

Grafik 3.13 Perubahan Harga BeberapaKomoditas, TW3-13

��� ��� ��� ��� �� � � ��

���������

��������������

��������������������������

�����������������������

�����������������������

������������������

��������������������

��������������

�������������������������

�����������������

Page 108: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

96

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

penurunan sebagaimana TW2-13. Harga

komoditas metal – seperti timah, batu bara,

nikel dan alumunium – mengalami penurunan.

Nikel masih mengalami penurunan harga

yang paling tajam, yaitu mencapai 7,12%

dari rata-rata US$15.060 per metric ton pada

TW2-13 menjadi US$15.017 pada TW3-13.

Penurunan harga juga terjadi pada komoditas

minyak sawit, gandum dan kedelai. Gandum

juga mengalami penurunan harga yang tajam,

yaitu mencapai 6,51% dari rata-rata US$695

per bushel pada TW2-13 menjadi US$650

pada TW3-13. Sementara itu, komoditas yang

mengalami kenaikan harga adalah beras.

Berbeda dengan minyak dan emas,

harga komoditas pertanian cenderung

menurun sepanjang TW3-13. Penurunan

yang signifikan terjadi pada komoditas

kedelai (soybean) yang secara point to point

menurun lebih dari 20% dibanding triwulan

sebelumnya. Komoditas lainnya, seperti

minyak sawit (palm oil), beras (rice) dan

gandum (wheat), juga cenderung mengalami

penurunan harga secara moderat. Komoditas

tambang mengalami perkembangan yang

cukup bervariasi. Komoditas nikel, tembaga

dan alumunium mengalami kenaikan harga

secara point to point, namun menurun secara

rata-rata dibanding level harga pada triwulan

sebelumnya.

Page 109: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

97

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

Perkembangan ekonomi global yang masih belum menentu akibat rencana dikuranginya

stimulus moneter oleh The Fed (tapering) serta kondisi emerging market yang melemah telah

menjadi perhatian fora kerja sama baik di tingkat regional maupun multilateral. Upaya penguatan

financial safety net kawasan telah menjadi perhatian utama khususnya di forum ASEAN+3. Selain

kerja sama swap arrangement dalam kerangka Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM),

BI bersama pemerintah terlibat aktif dalam penguatan kerja sama swap arrangement secara

bilateral dengan beberapa negara. Diharapkan kerja sama tersebut dapat menjadi bantalan

peredam risiko global yang masih membayangi.

Selain ASEAN+3, pada beberapa forum seperti di Bank of International Settlement (BIS)

dan Executives’ Meeting of East Asia and Pacific Central Banks (EMEAP) telah terdapat exchange

views mengenai fenomena volatilitas pasar keuangan akibat dampak tapering, serta sejauh mana

pengaruhnya terhadap perekonomian Emerging Market Economies (EMEs). Untuk menghadapi

hal tersebut, para Gubernur dan Deputies menyadari perlunya penguatan koordinasi diantara

bank sentral di kawasan serta diterapkannya policy measures yang kredibel dalam rangka

mengantisipasi langkah normalisasi kebijakan (exit policy) di negara maju yang kemungkinan

dilakukan pada tahun 2014 mendatang.

Di samping penguatan resiliensi kawasan dari risiko ekonomi global, upaya integrasi

keuangan di ASEAN dalam rangka pencapaian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 terus

dilanjutkan baik di bidang jasa keuangan, aliran modal, pengembangan pasar modal, dan sistem

pembayaran dan setelmen.

Isu perkembangan ekonomi dan keuangan global serta respon kebijakan yang dilakukan

untuk mengatasi problem yang terjadi juga menjadi fokus bahasan dalam fora IMF dan G20. Kedua

fora tersebut berpandangan bahwa isu spillover penyesuaian kebijakan moneter, ketidakpastian

fiskal dan reformasi struktural menjadi isu yang krusial dalam koordinasi kebijakan global. Sistem

Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

4BA B

Page 110: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

98

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

A. KERJA SAMA REGIONAL

A.1. Kerja Sama ASEAN

Sebagai upaya untuk mendukung

pencapaian dalam ASEAN Economic Community

(AEC) Blueprint, sektor jasa keuangan ASEAN

terus berbenah. Dalam kurun waktu TW3-13,

fokus kerja sama ASEAN masih dititikberatkan

pada upaya pencapaian MEA 2015 khususnya

pencapaian Roadmap for Monetary and

Financial Integration (RIA-Fin). Perkembangan

pembahasan yang terdapat pada TW3-

13 antara lain pada area financial services

liberalisation, capital account liberalisation,

serta capital market development.

Dalam area financial services liberalisation,

fokus utama kerja sama adalah pada upaya

sektor keuangan untuk menyelesaikan putaran

perundingan ASEAN Framework Agreement

of Services (AFAS) yang ke-6 untuk mencapai

target penandatanganan Protokol AFAS pada

2014 oleh seluruh Menteri Keuangan ASEAN.

Lebih lanjut, upaya integrasi di sektor jasa

keuangan, baik perbankan, asuransi, maupun

pasar modal terus dilakukan melalui forum

negosiasi di bawah naungan AFAS, baik

intra ASEAN maupun ASEAN dengan mitra

dialog. Salah satunya adalah perundingan

dalam rangka ASEAN-Japan Comprehensive

Economic Partnership (AJCEP) yang bertujuan

untuk memastikan kesepakatan yang akan

dikomitmenkan dapat memberikan posisi yang

favorable bagi ASEAN maupun Indonesia.

Dalam rangka mencapai freer capital

mobility guna mendukung perdagangan dan

investasi intra kawasan serta promosi pasar

kawasan dengan ekonomi global, telah disusun

sebuah heat map yang dapat menggambarkan

kondisi keterbukaan rezim aliran modal masing-

masing negara. Heat map ini dapat digunakan

sebagai basis individual country milestone yang

perlu dicapai oleh seluruh ASEAN Members

States (AMS) untuk secara progresif membuka

rezim aliran modalnya.

Namun demikian seiring dengan

terbukanya rezim aliran modal suatu negara,

kemampuan untuk menerapkan kebijakan

aliran modal menjadi terbatas. Dalam kaitan

ini, para otoritas sektor keuangan ASEAN

memandang perlunya diskresi dalam bentuk

safeguard measures mengingat dampaknya

yang cukup besar terhadap kondisi pasar

keuangan domestik. Dalam pelaksanaannya

safeguard measures tersebut diupayakan

untuk tidak bertentangan dengan semangat

keuangan global yang sedang dalam masa transisi menuju arah yang lebih stabil memerlukan

upaya konkrit dengan menciptakan peraturan dan standar yang lebih ketat. Secara khusus, IMF

menggarisbawahi perlunya kerangka kebijakan IMF terkait kebijakan moneter inkonvensional dan

makroprudensial yang akan ditempuh berbagai negara untuk merespon krisis. Terkait dengan

reformasi pasar keuangan, G20 antara lain menyoroti pentingnya melanjutkan reformasi sektor

keuangan dan upaya memitigasi risiko shadow banking.

Page 111: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

99

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

A.2. Kerja Sama ASEAN dengan Mitra

Dialog (ASEAN+3)

Di tengah risiko global dan ketidakpastian

yang membayangi, respon kerja sama Indonesia

yang dijalin dengan mitra dialog ASEAN+3

masih diupayakan ke arah penguatan regional

financial safety net. Berlanjutnya ketidakpastian

pengurangan bertahap stimulus moneter oleh

The Fed menyebabkan tekanan pada pasar

keuangan yang semakin besar di berbagai

negara. Penarikan modal dan meningkatnya

risiko investasi telah menyebabkan pergerakan

harga saham yang semakin menurun serta

peningkatan yield obligasi dan pelemahan

nilai tukar USD di negara emerging termasuk

Indonesia. Di samping itu perlambatan

ekonomi dunia dan kawasan Asia termasuk

China dan India serta peningkatan harga

minyak dunia dan jatuhnya harga komoditas

primer non migas telah memberikan tekanan

kepada neraca transaksi berjalan.

Menghadapi hal tersebut di atas,

selama dua triwulan terakhir Bank Indonesia

(BI) bersama pemerintah secara aktif

mempersiapkan berbagai upaya dalam

kerangka bauran kebijakan khususnya dalam

konteks stabilisasi nilai tukar rupiah. Dalam hal

ini, salah satu upaya yang dijalin pada TW3-13

adalah memperkuat bantalan (buffer) cadangan

devisa melalui mekanisme swap dengan

negara-negara counterparty ASEAN+3.

Di samping upaya penguatan regional

financial arrangement (RFA) dalam skema

Chiang Mai Initiative Multilateralisation

(CMIM), BI telah menginisiasi kerja sama dalam

freer capital mobility sebagaimana tujuan

bersama.

Terkait dengan hal tersebut, AMS

telah menyepakati perlunya sebuah policy

dialogue mengenai safeguard measures guna

mengidentifikasi risiko makroekonomi dan

stabilitas keuangan yang dihadapi. Policy

dialogue akan difokuskan pada pembahasan

tren capital flows di kawasan dan sharing

views mengenai capital flow management

measures yang diimplementasikan oleh AMS.

Dengan policy dialogue tersebut diharapkan

akan diperoleh informasi mengenai perspektif

members mengenai opsi-opsi kebijakan dalam

rangka safeguard measures yang dapat

bermanfaat bagi AMS dalam mendukung proses

liberalisasi capital account di negaranya.

Sejalan dengan cita-cita freer capital

mobility, di tengah upaya memperkokoh pasar

modal di ASEAN dan untuk meningkatkan

capital inflow serta pengembangan instrumen

investasi di kawasan, AMS memahami

pentingnya pendalaman dan integrasi

pasar modal. Dalam area Capital Market

Development (CMD), beberapa agenda utama

ASEAN antara lain pengembangan Bond

Market Development Scorecard sebagai salah

satu indikator keterbukaan dan liquidity yang

telah memberikan gambaran khususnya bagi

Indonesia untuk terus meningkatkan kondisi

dan pengaturan pasar modal yang lebih baik.

Di samping itu, pemahaman akan pentingnya

reformasi OTC derivatif berupa standardisasi

transaksi derivatif dan pelaporan pada trade

repositories perlu terus dilakukan.

Page 112: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

100

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

bentuk transaksi swap secara bilateral dengan

Jepang dan China. Keberadaan kerja sama

tersebut diharapkan dapat menjadi second

line of defense dalam menghadapi fenomena

ekonomi global yang masih tidak menentu.

Pada 31 Agustus 2013, BI telah

menandatangani perpanjangan perjanjian

Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan

Bank of Japan (BoJ) sebagai agen Kementerian

Keuangan Jepang sebesar USD12 miliar.

Perjanjian ini merupakan perpanjangan dari

kerja sama BSA yang telah dijalin BI dengan BoJ

sejak 2005 dan diharapkan dapat bermanfaat

sebagai langkah antisipatif dalam rangka

menjaga ketahanan neraca pembayaran

dari gejolak eksternal dan stabilitas sistem

keuangan.

Di samping kerja sama dengan Jepang

dalam rangka BSA, BI telah memperpanjang

kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement

(BCSA) dengan China dengan berbasis mata

uang lokal senilai CNY100 miliar atau ekuivalen

Rp175 triliun. Kerja sama tersebut dijalin

sebagai upaya peningkatan perdagangan dan

investasi antara kedua negara serta mengatasi

kesulitan likuiditas di pasar keuangan yang

akan berlaku selama tiga tahun. Kerja sama

tersebut juga merupakan wujud nyata dari

penguatan kerja sama keuangan antarbank

sentral dalam kebijakan moneter dan stabilitas

sistem keuangan. Kerja sama serupa juga

tengah diupayakan untuk dijalin dengan

negara-negara lainnya.

A.3. Bank for International Settlements

(BIS)

Dalam rangka mendukung pencapaian

tugas yang diembannya, BI berpartisipasi

aktif dalam forum BIS guna melakukan

sharing informasi tentang perkembangan

ekonomi, moneter, keuangan serta isu-isu

kebanksentralan terkini dan kebijakan yang

ditempuh oleh masing-masing bank sentral/

otoritas moneter anggota BIS. Forum ini

juga menjadi sarana koordinasi kerja sama

pada bidang banking supervision, financial

markets, dan payment system. Pada TW3-13,

BI telah berperan aktif berpartisipasi dalam

BIS Bimonthly Meeting pada September 2013.

Rangkaian pertemuan yang diikuti BI meliputi

Meeting of Governors from major emerging

market economies, Global Economy Meeting

(GEM) dan Meeting of Governors.

Meeting of Governors from major

emerging market economies merupakan

wadah bertukar pikiran (exchange views)

antara Gubernur bank sentral dari negara-

negara emerging untuk membahas berbagai

isu yang dihadapi oleh negara emerging. Pada

pertemuan kali ini, pembahasan difokuskan

pada isu terkait penetapan harga beberapa

sovereign risk di emerging economies.

Sementara itu, pada sesi GEM, Gubernur

bank sentral anggota BIS mendiskusikan

perkembangan ekonomi dan pasar keuangan

terkini. Fokus pembahasan pertemuan GEM

kali ini adalah meningkatnya volatilitas pasar

keuangan dan pengaruhnya pada kondisi

perekonomian secara global dan khususnya

pada emerging market economies (EMEs)

Page 113: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

101

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

yang dipicu oleh pengumuman The Fed

mengenai kemungkinan penghentian kebijakan

quantitative easing. BIS Bimonthly Meeting kali

ini ditutup dengan Meeting of Governors yang

membahas tentang forward guidance, yaitu

salah satu bentuk komunikasi bank sentral

dalam upaya untuk mengarahkan stakeholders

mengenai arah kebijakan bank sentral di masa

mendatang.

A.4. Executives’ Meeting of East Asia

Pacific Central Banks (EMEAP)

Pada EMEAP Deputies Meeting tanggal

28-29 Oktober 2013, Deputies mendiskusikan

dampak rencana The Fed melakukan exit policy

atas kebijakan moneter uncoventional-nya

terhadap stabilitas moneter dan keuangan

global dan negara emerging, khususnya

pada negara-negara EMEAP. Pasar dinilai

sangat sensitif terhadap rencana exit policy

dimaksud yang ditunjukkan dengan reaksi

pasar yang dramatis sejak akhir Mei 2013,

seperti peningkatan yields obligasi global,

re-pricing terhadap risiko di negara emerging

serta peningkatan volatilitas pasar keuangan.

Rencana exit policy tersebut, yang

dibarengi dengan tanda-tanda perbaikan di

negara maju, juga telah menyebabkan capital

outflow dan perubahan yang mendadak pada

nilai tukar (dari apresiasi menjadi tekanan

depresiasi) di sebagian besar negara anggota

EMEAP (diantaranya Indonesia, Australia,

Malaysia, Filipina, Thailand, New Zealand)

terutama pada periode Mei-Agustus 2013.

Selain itu, sebagian ekonomi di kawasan juga

menghadapi risiko overheating pada aset

property dan equity-nya, pemburukan current

account, dan perlambatan pertumbuhan.

Isu yang mengemuka pada pertemuan

ini antara lain adalah apakah kondisi tersebut

dapat mengarah pada krisis, seperti halnya

yang terjadi pada krisis Asia 1997. Terkait ini,

Deputies berpandangan bahwa ketahanan

fundamental ekonomi negara anggota EMEAP

pada dasarnya semakin kuat dibandingkan

sebelum krisis Asia 1997. Hal ini antara lain

ditunjukkan dengan posisi cadangan devisa

yang lebih besar, current account surplus,

kecukupan cadangan devisa untuk meng-cover

utang luar negeri jangka pendek, jatuh tempo

obligasi pemerintah yang lebih panjang, dan

rejim nilai tukar yang lebih fleksibel.

Risiko kerentanan yang dihadapi negara-

negara EMEAP secara umum juga berbeda

dengan kondisi saat terjadi krisis 1997 sehingga

Deputies berpendapat bahwa economic

turbulence yang terjadi saat ini belum tentu

mengarah pada terjadinya krisis yang sama

seperti yang terjadi di tahun 1997. Namun

demikian, anggota EMEAP harus tetap dalam

posisi waspada dalam menghadapi volatilitas

pasar yang berpotensi menjadi semakin

besar akibat rencana US Tapering, serta

mempersiapkan kebijakan manajemen krisis

dengan baik dan mengomunikasikan semua

kebijakan yang ditempuh dengan jelas kepada

publik. Deputies menggarisbawahi bahwa

policy measures yang kredibel merupakan

faktor kunci bagi negara anggota EMEAP

untuk menstabilkan confidence pasar domestik

dan regional. Selain itu, reformasi struktural

Page 114: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

102

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

juga perlu dilakukan untuk meningkatkan

potensi pertumbuhan jangka panjang.

Selain itu, Deputies memandang bahwa

exit policy yang akan dilakukan the Fed pada

dasarnya merupakan sebuah keniscayaan

yang cepat atau lambat akan terjadi. Namun,

ditengah dinamika dan ketidakpastian global

ekonomi kedepan, serta mempertimbangkan

spill over terhadap negara emerging, Deputies

berpandangan bahwa Exit Policy US seyogyanya

dilakukan secara berhati-hati dan terencana.

B. KERJA SAMA MULTILATERAL

B.1. Respon Fora atas Perkembangan

Ekonomi dan Keuangan Global

Pertemuan Menteri Keuangan dan

Gubernur Bank Sentral G-20 membahas

berbagai isu global ekonomi, arsitektur

keuangan internasional (dengan penekanan

reformasi kuota IMF dan manajemen utang

pemerintah), pembiayaan jangka panjang,

dan proses G-20. Para Menteri Keuangan dan

Gubernur Bank Sentral G-20 memandang

perekonomian global mulai menunjukkan

indikasi pemulihan di negara maju disertai

gejala melambatnya pertumbuhan ekonomi

di negara berkembang. Sejumlah negara

berkembang menekankan bahwa meskipun

mengalami perlambatan pertumbuhan,

mereka masih memiliki fundamental yang

baik dan masih menjadi penyumbang penting

pertumbuhan ekonomi global.

Terkait isu spillover, anggota G-20

memandang AS perlu segera bertindak untuk

mengatasi ketidakpastian fiskal dalam jangka

pendek. Volatilitas arus modal juga masih

akan menjadi tantangan ke depan sehingga

diperlukan kebijakan makroekonomi, reformasi

struktural, dan kerangka kehati-hatian yang

kuat untuk membantu memitigasi volatilitas

tersebut. Ke depan, G-20 akan memastikan

kebijakan moneter selalu dikalibrasi secara

hati-hati dan dikomunikasikan lebih jelas, serta

bekerjasama agar implementasi kebijakan

domestik dapat mendukung stabil itas

ekonomi dan keuangan global (langkah-

langkah pemulihan kebijakan ekonomi global

dideklarasikan kepala negara G-20 pada saat

Leaders Summit di St. Petersburg-lihat Boks).

Pandangan dan rekomendasi kebijakan

IMF terkait perekonomian global tercermin

dalam Laporan World Economic Outlook.

Dalam laporan tersebut, IMF menurunkan

proyeksi ekonomi dunia di 2013 ke level 2,9%

yoy, atau lebih rendah 0,3% dari proyeksi Juli

2013. Revisi proyeksi tersebut dikontribusi

oleh penurunan proyeksi pertumbuhan negara

emerging dan berkembang menjadi 4,5% yoy

dari sebelumnya 5,0% yoy, sementara proyeksi

ekonomi negara maju tetap di level 1,2% yoy.

Untuk tahun 2014, negara maju diperkirakan

akan tumbuh 2% yoy dan menjadi penggerak

bangkitnya ekonomi global, sedangkan

negara emerging dan negara berkembang

diproyeksikan tumbuh 5,1% yoy pada 2014.

Dari sisi eksternal, (sebagaimana dilaporkan

dalam IMF External Sector Report 2013)

ketidakseimbangan sektor eksternal pada 2013

semakin menyempit, didorong kelemahan

siklikal meskipun kesenjangan struktural sedikit

Page 115: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

103

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

berkurang. Sementara tingkat penggangguran

di beberapa negara maju dan berkembang

diprediksi tetap tinggi.

IMF memandang perekonomian

global di awal triwulan III berjalan lambat

dan downside risks kian nyata, terutama

disebabkan mencuatnya isu rencana tapering

QE AS, serta perlambatan ekonomi China

dan India. Risiko tersebut juga diwarnai

kerentanan domestik sistem keuangan negara

emerging, khususnya beberapa negara yang

selama ini mata uangnya dinilai overvalue. Hal

tersebut diperparah lagi oleh beberapa negara

yang berpotensi mengalami permasalahan

neraca pembayaran. Ekonomi global masih

menghadapi tantangan dari Kawasan Euro

seperti pemulihan kesehatan bank, transmisi

kredit, permasalahan fiskal di Jepang dan

AS, isu sustainabilitas utang pemerintah yang

dialami negara berkembang dan isu geopolitik

yang berpotensi meningkat. Meski dibayangi

berbagai downside risks terkait tapering QE AS

serta risiko overshooting nilai tukar di negara

emerging, IMF memperkirakan aktivitas global

ke depan akan menguat secara moderat

terutama didorong oleh negara maju.

Sementara terkait stabilitas sistem

keuangan, melalui Global Financial Stability

Report (GFSR), IMF menyoroti bahwa sistem

keuangan global saat ini tengah mengalami

proses peralihan transisi menuju stabilitas

keuangan yang lebih baik, ditandai proses

transisi di beberapa negara/kawasan antara

lain AS, Jepang, negara Euro dan negara

berkembang. Sistem perbankan global secara

umum tengah berupaya memperkuat stabilitas

keuangan global dengan menciptakan

peraturan dan standar yang lebih ketat.

Tantangan utama yang dihadapi saat ini

adalah menjaga stabilitas sistem keuangan

atas rencana AS menerapkan kebijakan

yang cenderung less accommodative. Di sisi

lain, negara berkembang yang sebelumnya

menerima capital inflow dalam jumlah besar

kini menghadapi kondisi eksternal yang

lebih volatile dan suku bunga tinggi. Untuk

itu, upaya mengawal masa transisi penting

dilakukan agar tidak mengancam stabilitas

keuangan global.

Atas perkembangan kondisi saat ini dan

outlook ke depan, IMF merekomendasikan

sejumlah kebijakan mencakup:

Negara berkembang perlu menerapkan

bauran kebijakan yang tepat antara lain

kebijakan nilai tukar dan upaya mencegah

volatilitas berlebihan, serta kebijakan

prudensial untuk mengamankan

stabilitas keuangan dan melanjutkan

konsolidasi fiskal termasuk reformasi

struktural, antara lain berupa investasi

infrastruktur publik, dan penghapusan

restriksi dalam pasar barang dan jasa.

Negara emerging juga perlu melakukan

beberapa hal yaitu: (i) memastikan

pasar berfungsi dengan baik dan

policy buffers harus digunakan dengan

cermat dan bijaksana; (ii) mengawasi

kerentanan domestik, (iii) memonitor

dan melakukan pembatasan utang

korporasi, (iv) menyiapkan cadangan

devisa yang cukup.

Page 116: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

104

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Kawasan Euro perlu melakukan

perbaikan sistem keuangan dan

mengadopsi banking union. Jepang

dan AS juga perlu menyusun dan

menerapkan rencana penyesuaian fiskal

jangka menengah, disamping perlunya

peningkatan output potensial, antara

lain melalui reformasi pasar tenaga kerja

Kawasan Euro dan Jepang.

China perlu mengontrol risiko stabilitas

keuangan terutama pengetatan

pengawasan terhadap aktivitas shadow

banking. China juga perlu melakukan

rebalancing sumber pertumbuhan untuk

lebih berbasis konsumsi.

Perlu strategi komunikasi yang jelas,

transparan dan pemilihan waktu yang

tepat oleh Bank Sentral AS dalam

melaksanakan kebijakan yang less

accommodative.

Kebijakan Abenomics harus dilaksanakan

dengan baik dan komitmen yang

tinggi di sisi fiskal dan struktural untuk

menghindari potensi downside risks.

Untuk Kawasan Euro, perlu diperkuat

arsitektur keuangan kawasan dan

diselesaikannya agenda pembentukan

banking union. Kawasan Euro juga perlu

meningkatkan kredibilitas, transparansi

dan upaya memperkuat balance sheet

bank.

Perlu ditempuh berbagai kebijakan

untuk mengurangi ketidakseimbangan

eksternal seperti konsolidasi fiskal jangka

menengah, reformasi struktural untuk

mengatasi defisit transaksi berjalan serta

penguatan permintaan domestik negara-

negara yang mencatat surplus transaksi

berjalan. Penyesuaian fiskal jangka

menengah tersebut perlu dilakukan

secara hati-hati mempertimbangkan

perbedaan utang dan prospek

pertumbuhan masing-masing negara.

Page 117: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

105

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

Deklarasi G20 Leaders tentang Pemulihan Ekonomi Global

Dalam deklarasi para pemimpin

negara G20 di St Petersburg Summit

September 2013, secara umum para

pemimpin sepakat melanjutkan kerja sama

dalam pemulihan ekonomi global dengan

prioritas utama pada penciptaan lapangan

kerja dengan terus berupaya memperkuat

fondasi pertumbuhan jangka panjang dan

menghindari kebijakan domestik yang dapat

merugikan negara lain. Para pemimpin G20

juga berkomitmen melakukan reformasi

keuangan serta mendorong pendanaan

jangka panjang untuk investasi, terutama

infrastruktur dan UKM, mendukung sistem

perdagangan multilateral agar tercapai hasil

dalam proses negosiasi perdagangan WTO,

mengatasi penggelapan pajak (tax evasion),

terutama terkait isu perpajakan lintas batas,

melalui pembaharuan peraturan terkait

penghindaran pajak.

Terkait sektor keuangan, deklarasi

tersebut juga berkomitmen untuk

mengupayakan reformasi keuangan

hingga menyentuh akar penyebab krisis,

meningkatkan transparansi dan integritas

pasar, mengatasi kesenjangan regulasi, serta

menanggulangi risiko shadow banking. Di

sisi pembangunan, G20 sepakat untuk

fokus pada kerja sama pembangunan dalam

ketahanan pangan, keuangan inklusif,

pengembangan SDM dan mobilisasi sumber

daya domestik untuk pembangunan.

Isu lain yang tak kalah penting dalam

deklarasi tersebut yaitu meningkatkan

efisiensi dalam ketersediaan energi global

melalui transparansi pasar komoditas,

akurasi dan ketersediaan data, serta

pengembangan teknologi. Sebagai bentuk

komitmen melalui koordinasi kebijakan dan

sebagai bagian penting dari deklarasi KTT,

G-20 menyepakati St. Petersburg Action

Plan yang menggambarkan upaya untuk

mengatasi risiko jangka pendek, sekaligus

memperkuat fondasi untuk pertumbuhan

jangka panjang yang berkelanjutan. Terkait

dengan upaya mengatasi risiko jangka

pendek dimaksud, G20 akan fokus pada:

a. upaya memperkuat stabilitas

keuangan zona Eropa;

b. mendorong kebijakan fiskal yang

dapat mendukung pertumbuhan

ekonomi;

c. mendorong investasi, khususnya

infrastruktur;

d. mengambil langkah-langkah untuk

memelihara stabilitas keuangan

dan memperkuat ketahanan

perekonomian terhadap gejolak

eksternal;

Boks 1

Page 118: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

106

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

B.2. Reformasi Sektor Keuangan

Sebagaimana t r iwulan-t r iwulan

sebelumnya, forum G20 sepakat untuk

melanjutkan reformasi sektor keuangan sampai

selesai dan berharap untuk mendapatkan

kemajuan lebih lanjut pada pertemuan G20

tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank

Sentral di Washington DC, bulan Oktober 2013.

Untuk itu G20 akan memantau dan menilai

dampak dari reformasi regulasi sektor keuangan

terhadap ketahanan sistem keuangan, stabilitas

dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa langkah

untuk membangun institusi keuangan yang

sehat dan mengakhiri “too-big-to-fail” juga

perlu diupayakan melalui implementasi Basel

III secara konsisten sesuai dengan jadwal serta

finalisasi rekomendasi kerangka Basel III di area

leverage dan net stable funding ratio.

G20 juga menekankan pentingnya

mengambil langkah yang diperlukan untuk

implementasi Key Attributes of Effective

Resolution Regimes FSB di sektor keuangan

yang memiliki risiko sistemik sekaligus

e. melangkah maju dalam mewujudkan

sistem nilai tukar yang fleksibel

di setiap negara sesuai dengan

mekanisme pasar dan merefleksikan

fundamental ekonominya.

f. Sementara terkait dengan upaya

memperkuat landasan pertumbuhan

ekonomi jangka panjang, G20

sepakat untuk:

a. merumuskan strategi fiskal

jangka menengah yang kredibel

dengan pendekatan yang

fleksibel untuk mendorong

pemulihan ekonomi dan

penciptaan lapangan kerja;

b. melaksanakan agenda reformasi

struktural yang lebih relevan,

konkrit dan tepat sasaran.

mengatasi hambatan implementasi resolusi

krisis lintas negara. Selain itu, G20 juga

meminta FSB untuk menyusun rekomendasi

(2014) mengenai kecukupan modal lembaga

keuangan yang dinilai sistemik secara global

sehingga mampu menyerap kerugian ketika

lembaga keuangan tersebut gagal.

Upaya reformasi sektor keuangan juga

dilakukan melalui publikasi daftar perusahaan

asuransi yang sistemik secara global. Dalam

hal ini G20 meminta FSB mengembangkan

metodologi identifikasi lembaga keuangan

non-bank dan non-asuransi yang sistemik

secara global, serta meminta IOSCO menyusun

rekomendasi untuk infrastruktur pasar

keuangan yang sistemik. Hal tersebut juga

diperkuat dengan peningkatan transparansi

dan ketahanan pasar keuangan melalui rencana

tindak lanjut sesuai jadwal implementasi

reformasi pasar OTC derivatives, percepatan

upaya mengurangi ketergantungan pada

lembaga pemeringkat (CRA) sesuai dengan

roadmap FSB, serta mendorong peningkatan

Page 119: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

107

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

B.3. Kerangka Kebijakan IMF Atas

Kebijakan Moneter Inkonvensional

dan Makroprudensial

Kebijakan moneter inkonvensional

banyak ditempuh dalam rangka merespon

krisis yang terjadi akhir-akhir ini di negara

maju. Kebijakan tersebut telah menimbulkan

kontroversi terutama dari sisi keefektifan dan

dampak yang timbul (spillover) bagi negara-

negara lain. Atas hal ini, IMF menerbitkan paper

berjudul “Unconventional Monetary Policies-

Recent Experiences and Prospects”, yang

mengulas implementasi berbagai kebijakan

moneter inkonvensional/unconventional

monetary policies (UMP), tujuan, implikasi

dan efektivitas dari kebijakan tersebut, serta

perannya di masa depan. Meskipun masih

preliminary, paper ini dapat merefleksikan

pandangan IMF atas kebijakan UMP yang

selama ini dilakukan terutama oleh negara

maju.

Dalam paper disebutkan bahwa

umumnya UMP yang dilakukan telah berhasil

mencapai tujuan domestik yang diharapkan

dan efektif terutama pada saat gejolak

krisis keuangan terjadi. Namun demikian,

dampaknya terhadap negara-negara lain

bervariasi, dimana UMP yang dilakukan lebih

dulu berhasil meningkatkan harga aset global,

sementara UMP yang diterapkan kemudian

memiliki dampak lebih kecil dan meningkatkan

capital flows ke emerging markets. Dalam paper

tersebut juga dikemukakan bahwa kebijakan

makroekonomi yang sound dapat memitigasi

dan mengelola aliran modal secara lebih baik.

Namun demikian, apabila aliran modal tersebut

transparansi dan kompetisi antar lembaga

pemeringkat kredit dan review IOSCO terhadap

isu tersebut. G20 dan FSB juga menekankan

pentingnya ketaatan terhadap standar kerja

sama internasional dan pertukaran informasi

dalam rangka pengawasan dan pengaturan

sektor keuangan.

Dalam upaya refomasi keuangan

dipandang perlu memitigasi risiko shadow

banking. Hal tersebut bertujuan agar tercipta

transparansi dan resiliensi dalam hal pembiayaan

dari sektor keuangan, mengingat kurangnya

transparansi praktek shadow banking

menyebabkan kesulitan mengidentifikasi risiko

yang timbul, terutama apabila terjadi gangguan

dalam intermediasi keuangan. Upaya ini

merupakan amanat dari G-20 Cannes Summit

pada 2011, dimana pemimpin G20 sepakat

memperkuat pengawasan shadow banking

melalui penetapan perangkat kebijakan serta

risiko yang mungkin akan timbul ke depan dari

praktek shadow banking tersebut.

Dalam kaitan ini G20 menyepakati

roadmap untuk memperkuat pengawasan

dan pengaturan shadow banking sesuai

kondisi masing-masing negara hingga akhir

2015. Pada isu reformasi sektor keuangan,

Indonesia memiliki komitmen implementasi

regulasi dengan Basel III sebelum akhir 2013.

Perkembangan tentang pelaksanaan komitmen

ini senantiasa dimonitor lebih lanjut di setiap

forum G-20, termasuk pada pertemuan G20

tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur

Bank Sentral di Washington DC, pada awal

Oktober 2013.

Page 120: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

108

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

berlebih, diiringi dengan risiko pembalikan

modal, hal tersebut dapat berimplikasi pada

peningkatan tekanan terhadap kebijakan

negara penerima aliran modal.

Paper IMF juga menegaskan bahwa

UMP mungkin masih diperlukan jika kondisi

ekonomi t idak membaik atau bahkan

memburuk. Disadari bahwa besarnya skala

UMP meningkatkan risiko, namun sebagian

dari risiko dapat dimitigasi dengan kebijakan

makroprudensial. Concern utama adalah

bahwa kebijakan moneter terlalu diandalkan

dan ruang yang diberikan tidak cukup

digunakan untuk melakukan reformasi di sisi

fiskal, struktural dan sektor keuangan.

Dalam diskusi Executive Board Meeting

IMF atas paper terkait UMP tersebut disepakati

bahwa terlalu dini untuk mengambil kesimpulan

atas keefektifan UMP. Beberapa Executive

Director (ED) juga menekankan pentingnya

kajian lebih lanjut terkait langkah penghentian

UMP termasuk kriteria penghentian, biaya yang

timbul serta langkah-langkah yang diperlukan

dalam rangka penghentian UMP serta strategi

dan koordinasi antarbank sentral. Beberapa ED

menekankan perlunya pemahaman yang lebih

dalam terkait spillovers suatu UMP terhadap

negara lain. Bagaimanapun, para ED IMF secara

umum sepakat untuk mendalami lebih lanjut

hal-hal sbb:

a. Pemahaman antara UMP dan kebijakan

lain termasuk regulasi keuangan dan

kebijakan makroprudensial.

b. Mengaitkan kajian terhadap UMP

dengan studi dan asesmen atas implikasi

likuiditas global.

c. Analisa terhadap implikasi UMP

terhadap sektor riil termasuk dampak

pertumbuhan, harga komoditas/inflasi,

pengangguran dan sektor keuangan,

serta analisa lebih mendalam terhadap

efektivitas UMP.

Selain hal-hal di atas, ED pada prinsipnya

juga sepakat perlunya pemahaman lebih

dalam atas implikasi rambatan dari UMP.

UMP diharapkan bukan sebagai substitusi

dari reformasi sektor keuangan, maupun

reformasi struktural termasuk konsolidasi

fiskal. Perspektif dalam UMP hendaknya tidak

hanya concern domestik namun lebih luas

menyangkut sistem moneter internasional,

dan penghentian (exit) dari UMP perlu

dikoordinasikan secara memadai.

Disamping UMP, IMF juga memberikan

concern terhadap kebijakan makroprudensial

(macroprudential policy/MPP) di negara

anggota. Paper IMF bertujuan menjelaskan

framework yang digunakan IMF dalam

memberikan rekomendasi kebijakan terhadap

MPP yang ditempuh negara dengan tetap

mempertimbangkan kondisi masing-masing

(country-specific). Tujuan dan cakupan MPP

perlu didefinisikan secara jelas dalam framework

tersebut. Tujuan MPP harus difokuskan

untuk mengatasi kerentanan sistemik dalam

rangka menjaga stabilitas keuangan dan

tidak terbebani tujuan domestik lain termasuk

tujuan moneter. Dengan demikian, MPP juga

memberikan manfaat kepada penguatan

kebijakan moneter (baik tradisional maupun

inkonvensional) sehingga dapat tetap fokus

pada tujuannya.

Page 121: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

109

Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional

IMF menilai keefektifan MPP dapat dinilai

dari keberhasilan kebijakan dalam mengakses

risiko sistemik, mengidentifikasi hubungan

antara makro dan finansial (macro-financial

linkage), serta tidak ditemuinya kekurangan/

kelemahan yang signifikan dalam hal kebutuhan

data (data gaps). IMF juga menyinggung

perlunya kerangka kelembagaan dan tata

kelola kebijakan makroprudensial domestik

yang kuat sebagai prasyarat keefektifan

penerapan makroprudensial. Dalam hal ini,

diperlukan pembagian kewenangan yang

jelas dan mandat yang kuat antar otoritas

terkait di sektor keuangan di level domestik.

MPP harus didukung pula oleh pengawasan

yang kuat, serta merupakan komplemen

(bukan substitusi) dari kebijakan domestik lain

(kebijakan moneter, fiskal dan kebijakan sektor

keuangan) yang koheren.

Lebih jauh, IMF juga menekankan

pentingnya memperhatikan implikasi MPP dan

UMP (spillover) antarnegara. Implikasi tersebut

juga erat kaitannya dengan perbedaan siklus

finansial antarnegara serta konflik antara

pengawasan makroprudensial dari sisi host

dan home authorities yang kerap menjadi isu

yang yang tidak cukup diselesaikan di tingkat

nasional. Meskipun permasalahan dan solusi

berbagai isu di atas dapat dipetakan oleh

masing-masing otoritas, dalam prakteknya IMF

memandang seringkali koordinasi regional/

global merupakan tantangan yang cukup krusial

dalam mengatasi berbagai isu permasalahan

MPP dan UMP dimaksud. Singkatnya, IMF

memandang pent ing kes inambungan

koordinasi di berbagai forum multilateral

khususnya IMF terkait pelaksanaan UMP dan

MPP di negara anggota. Koordinasi tersebut

selain melibatkan otoritas negara, dapat

melibatkan pula lembaga yang menetapkan

standar keuangan seperti BIS, ataupun forum

regional seperti ASEAN.

Adapun peran IMF secara spesifik dalam

membantu otoritas dapat melalui beberapa hal,

antara lain membantu peningkatan kapasitas

otoritas dalam melakukan asesmen risiko dan

operasionalisasi MPP, serta meningkatkan

pemahaman mengenai keterkaitan antara

makroekonomi dan sektor keuangan yang

krusial dalam penerapan MPP. Peran yang

juga diharapkan dari IMF yaitu kemampuan

mengukur sejauh mana efektivitas MPP melalui

berbagai asesmen risiko sistemik secara luas

melaui berbagai perangkat surveillance IMF

yang ada selama ini baik secara bilateral

maupun multilateral.

Page 122: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

110

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 123: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

111

A R T I K E L

5BA B

Government Shutdown dan Debt Ceiling AS: Dampakkepada Ekonomi AS dan Global

Artikel 1

Oleh: Grup Studi Internasional

Perdebatan untuk menaikkan pagu

utang (debt ceiling) di tengah kondisi partial

government shutdown di AS pada Oktober

2013 sempat menimbulkan kepanikan global.

Pasalnya, AS terancam mengalami default jika

tidak tercapai kesepakatan untuk menaikkan

debt ceiling dan berpotensi menimbulkan

negative spillover ke perekonomian global.

Perdebatan politik yang berlarut-larut

disebabkan oleh keinginan The House of

Representative (The House) untuk mendorong

terjadinya perbaikan fiskal dengan mengurangi

rencana pengeluaran yang diajukan oleh

pemerintah. Salah satu upaya penghematan

yang diusulkan The House adalah menunda

implementasi Obamacare. Tidak terjadinya

kesepakatan antara the House dan pemerintah

mengakibatkan guncangan di pasar keuangan,

serta berpotensi menghambat perbaikan

ekonomi AS. Meskipun pada akhirnya tercapai

kesepakatan untuk mengakhiri government

shutdown dan menangguhkan kenaikan debt

ceiling hingga awal 2014, namun keputusan

tersebut tidak menyelesaikan problem

struktural fiskal AS. Seluruh dunia masih

menantikan upaya konkrit AS untuk mengatasi

problem fiskalnya sembari mempersiapkan diri

menghadapi turbulensi dari masalah fiskal AS

di awal 2014.

Pada awal Oktober 2013, Pemerintah

AS menutup sebagian operasional kantor

pemerintah (partial government shutdown)

sebagai akibat belum disetujuinya anggaran

pemerintah untuk tahun 2013/141. Pada saat

yang sama posisi utang Pemerintah AS telah

menyentuh debt ceiling atau batas maksimal

1 Tahun Anggaran Pemerintah di AS dimulai pada 1 Oktober sampai dengan 30 September tahun berikutnya.

Page 124: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

112

utang pemerintah sehingga pemerintah

harus meminta persetujuan Congres untuk

menaikkan pagu utang agar defisit anggaran

pemerintah dapat dibiayai oleh utang.

Perdebatan kenaikan debt ceiling yang terjadi

di tengah partial government shutdown sejak 1

Oktober 2013 mengakibatkan gejolak di pasar

keuangan global. Kegagalan menaikkan pagu

utang dikhawatirkan akan mengakibatkan

negara adidaya tersebut mengalami default

dan terancam mengalami penurunan rating.

Sejalan dengan itu, Fitch telah memberikan

status negative watch pada 15 Oktober

2013. China dan Jepang sebagai pemegang

mayoritas US Treasury juga telah menekan AS

untuk segera mengakhiri perdebatan politik

dan mencapai kesepakatan guna menghindari

default.

Perdebatan kenaikan pagu utang

pemerintah AS sebenarnya terjadi hampir setiap

tahun. Namun dalam beberapa tahun terakhir,

perdebatan semakin meruncing sejalan dengan

jumlah utang pemerintah yang semakin tinggi

sementara penerimaan pemerintah semakin

rendah. Sementara perdebatan yang terkait

dengan anggaran Pemerintah AS berpusat

pada anggaran implementasi Undang-Undang

Affordable Care Act yang lebih dikenal dengan

Obamacare. The House yang dikuasai oleh

Partai Republik menginginkan penundaan

implementasi Obamacare selama satu tahun

untuk menekan pengeluaran pemerintah. Di

sisi lain, pemerintah dan kubu Partai Demokrat

bersikeras untuk tetap melaksanakan program

tersebut per 1 Oktober 2013 sesuai amanat

Undang-undang dimaksud.

Setelah melalui perdebatan panjang,

akhirnya tercapai kesepakatan untuk

mengakhiri government shutdown yang

telah terjadi selama enam belas hari dan akan

dibahas kembali pada 15 Januari 2014, serta

menangguhkan pembahasan kenaikan debt

ceiling hingga 7 Februari 2013. Keputusan yang

dituangkan dalam Continuing Appropriation

Act 2014 pada 16 Oktober 2013 merupakan

upaya sementara AS untuk menghindari

default, namun belum dapat menyelesaikan

permasalahan struktural fiskal AS. Dengan

penundaan ini masih terbuka kemungkinan

terjadi gejolak di pasar keuangan global,

terutama menjelang deadline penyelesaian

fiskal AS tersebut, sehingga perkembangannya

perlu dicermati dan diwaspadai. Artikel ini

bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang peristiwa government shutdown

dan debt ceiling AS serta potensi dampaknya

kepada perekonomian AS dan global.

Grafik 1. Anggaran Pemerintah & Utang AS

������������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������

�������������������������������������

������������������

Page 125: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

113

Partial Government Shutdown

Dalam sejarah AS, telah terjadi

penutupan kantor pemerintah sebanyak

18 kali dalam 30 tahun terakhir. Shutdown

terakhir terjadi pada era pemerintahan Bill

Clinton yaitu tahun 1995 – 1996 sebagai

implikasi dari perdebatan terkait program

medicare, education, the environment, and

public health pada anggaran tahun 1996.

Penutupan non essential services pemerintah

dilakukan selama 27 hari yaitu periode 14-19

November 1995 dan 16 Desember 1995 – 6

Januari 1996.

Kini, shutdown terjadi akibat deadlock

penentuan budget 2013/14 hingga melampaui

batas waktu 30 September 2013 pukul

24.00 waktu setempat, yang merupakan

batas akhir tahun anggaran. Deadlock terjadi

karena belum tercapai kesepakatan antara

Pemerintah dengan The House, khususnya

terkait anggaran untuk Affordable Care Act

yang merupakan program asuransi kesehatan

andalan Presiden Obama.

Obamacare mengharuskan setiap orang

memiliki asuransi kesehatan dan memastikan

bahwa layanan kesehatan akan tersedia

untuk masyarakat. UU ini membantu kaum

miskin dan banyak kaum menengah dengan

harga asuransi kesehatan yang terjangkau.

Meskipun anggaran Obamacare belum

disetujui, Pemerintah AS tetap merilis situs

federal healthcare.gov yang dapat diakses

oleh 50 negara bagian AS pada 1 Oktober

2013. Melalui situs ini, rakyat AS yang belum

memiliki asuransi dapat mendaftarkan diri

untuk memperoleh tunjangan asuransi

dari pemerintah. Anggaran pemerintah

yang harus dialokasikan pada penyediaan

fasilitas kesehatan inilah yang menjadi

keberatan pihak Republik. Selain itu, kalangan

pengusaha juga merasa keberatan karena

diwajibkan menanggung biaya kesehatan para

pegawainya.

Dengan ditutupnya sejumlah kantor

pemerintah, museum dan taman nasional,

pemerintah merumahkan sekitar 800 ribu

pegawai (furlough) dan satu juta pegawai

bekerja tanpa kompensasi (gaji akan dibayarkan

setelah anggaran disetujui). Penutupan

sebagian fungsi Dept. of Labor dan Dept. of

Commerce juga berdampak pada tertundanya

pengumuman sejumlah data penting, seperti

non farm payroll, unemployment, dan

inflasi, yang menjadi dasar pertimbangan

the Fed dalam menentukan kebijakan

moneter. Penundaan rilis data-data tersebut

menyebabkan The Fed meninjau kembali

keputusan untuk melakukan tapering.

debt CeilinG

Debt ceiling pada dasarnya merupakan

alat untuk menjaga disiplin anggaran

pemerintah agar senantiasa dalam kondisi

yang sustainable. Permasalahan muncul pada

saat utang Pemerintah sudah mendekati debt

ceiling ditengah tingginya ketergantungan

pembiayaan anggaran pemerintah AS

pada utang. Terlebih, apabila debt ceiling

dimanfaatkan oleh pihak oposisi untuk

menekan pihak pemerintah. Hal inilah yang

Page 126: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

114

saat ini terjadi di AS. Selain Obamacare,

negosiasi debt ceiling juga terkait dengan

keinginan kubu Republik untuk berperan

dalam perancangan dan pengaturan reformasi

perpajakan, serta melakukan peninjauan

kembali peraturan energi terkait eksplorasi

energi, pembuangan abu sisa pembakaran

batubara dan offshore drilling. Namun

demikian, permasalahan debt ceiling ini

menjadi lebih krusial mengingat yang menjadi

taruhannya bukan hanya perekonomian AS,

tetapi juga perekonomian global. Perdebatan

debt ceiling selalu menjadi perhatian global

mengingat potensi technical default yang

dapat berakibat fatal bagi ekonomi dunia.

Keputusan AS untuk berulangkali

menaikkan pagu utang menunjukkan bahwa

fungsi debt ceiling sebagai alat kontrol

pengendali utang pemerintah menjadi kurang

efektif. Sejak tahun 1940, AS terhitung telah

menaikkan debt ceiling sekitar sembilan puluh

kali. Pada saat ini (data per 26 September

2013) utang Pemerintah AS telah mencapai

USD16,74 triliun. Posisi utang tersebut telah

melampaui pagu utang sebesar USD16,7 triliun

sejak 19 Mei 20132. Jika dibandingkan dengan

kapasitas ekonominya, rasio utang publik AS

telah mencapai 102,7% dari PDB3.

Setelah keputusan penundaan kenaikan

debt ceiling, pertanyaan yang mengemuka

adalah bagaimana AS dapat memenuhi

kewajibannya untuk sementara sampai

terdapat keputusan posisi debt ceiling

yang baru. Dalam kaitan ini, US Treasury

diperkenankan melakukan extraordinary

measures, termasuk menerbitkan surat

utang untuk membayar tagihan yang jatuh

tempo terutama kupon obligasi. Data historis

memperlihatkan penerbitan surat utang

oleh US Treasury (T-bills dan T-bonds) tetap

dapat dilakukan meski debt ceiling yang baru

belum disepakati. Hal ini pernah terjadi pasca

terlampauinya pagu utang pada 31 Desember

2012 dan penangguhan kenaikan debt ceiling

hingga 18 Mei 2013. Upaya lain yang dapat

ditempuh AS adalah menangguhkan sejumlah

investasi yang dianggap kurang prioritas dan

mengalokasikan dananya untuk melaksanakan

kegiatan operasional.

2 Revisi terakhir debt ceiling AS terjadi pada Agustus 2011 ke level USD16,4 triliun (naik USD2,1 triliun). Kenaikan tersebut dilakukan dalam tiga tahap yaitu USD400 miliar (2 Agustus 2011), USD500 miliar (22 September 2011) dan USD1.200 miliar (28 Januari 2012). Selanjutnya pada 4 Februari 2013, AS memutuskan untuk menunda kenaikan debt ceiling hingga Mei 2013 dengan tambahan pagu sejumlah akumulasi utang hingga periode tersebut. Seiring dengan tambahan utang sebesar USD300 juta, maka debt ceiling AS dinaikkan ke level USD16,7 triliun per 19 Mei 2013.

3 Data IMF.

Grafik 2. debt limit dan debt outstanding

������

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

��������������������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������������������

Page 127: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

115

4 Indeks yang di desain oleh CEA untuk mengestimasi arah pergerakan dari 8 indikator yang digunakan.Sumber Weekly Economic Index, Oktober 2013.

Grafik 3. Penjualan Surat Utang AS Periode Januari 2012 – September 2013

Grafik 4. UST Bond 10 yr dan CDS 5 yr

Grafik 5. UST Bond 10 year - intraday

DAmPAk TerhADAP ekonomi AS DAn

GloBAl

Penutupan sebagian kantor pemerintah

memberikan dampak ekonomi yang cukup

besar pada ekonomi AS. Lembaga rating

S&P memperkirakan partial government

shutdown selama 16 hari akan merugikan

negara hingga USD24 miliar (USD1,5 miliar/

hari) dan mengurangi pertumbuhan ekonomi

AS TW4-13 sebesar 0,6%. Jumlah tersebut

jauh lebih besar dibandingkan kerugian

pada shutdown sebelumnya yang hanya

sebesar USD2,2 miliar. Sejalan dengan S&P,

Council of Economic Advisers (CEA) dalam

laporannya menyebutkan bahwa dalam dua

minggu pertama Oktober 2013 telah terjadi

pengurangan 120 ribu kesempatan kerja di

sektor swasta4.

Kekhawatiran terhadap dampak yang

ditimbulkan oleh shutdown kali ini relatif besar

karena terjadi di tengah kondisi perekonomian

yang masih dalam proses pemulihan, kondisi

pasar keuangan yang tidak stabil dan defisit

anggaran pemerintah yang jauh lebih tinggi.

Defisit anggaran pemerintah AS pada TW2-13

telah mencapai 4,2% dari PDB.

Pasar keuangan AS pun tidak luput

dari dampak negatif problem debt ceiling

����������

���������������������������������������������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ������� ��������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��� ���

�������������������

����

���

���

���

���

��

��

��

��

��

��

��

����� ����� ����� ������ ����� ����� ����� ������ ����� ����� ����� ���������� ���� ����

�������������������������������

�����������������

�������������

����

���

����

����

����

����

���

����

���������� ������ ������ ������ ������ ������������ ������ ������ ������

�����������������

Page 128: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

116

dan government shutdown. CDS sempat

meningkat dua kali lipat ke level 41,8 bps

pada 9 Oktober 2013 dibandingkan posisi

awal September 2013 yang hanya sebesar

21,89 bps. Yield US T-Bond tenor 10 tahun

meningkat ke level 2.697 (10 Oktober 2013)

dari sebesar 2.6227 pada 30 September

2013. Apabila AS tidak segera mencapai

kesepakatan untuk menyelesaikan problem

fiskalnya, kenaikan yield obligasi pemerintah

akan semakin meningkatkan biaya utang yang

pada akhirnya mempengaruhi kemampuan

sektor swasta dalam mencari pembiayaan.

Sejalan dengan itu, indeks keyakinan ekonomi

AS dan performa pasar saham juga mengalami

penurunan.

Polemik politik yang terjadi menimbulkan

keraguan terhadap peranan mata uang dan

surat berharga AS sebagai safe haven asset.

Jika China dan Jepang sebagai pemegang

obligasi pemerintah AS terbesar mengalihkan

investasinya ke aset lain di negara lain, dalam

jangka pendek akan terjadi kepanikan di pasar

keuangan global. Bagi AS, upaya mencari

pembiayaan ke depan menjadi lebih sulit

mengingat investor akan menuntut yield dan

premium yang lebih tinggi.

Apabila terjadi pengalihan aset, China

akan mencari outlet baru berdenominasi hard

currency, seperti euro, poundsterling Inggris,

franc Swiss atau yen. Akibatnya, negara

penerima investasi dari China akan mengalami

kelebihan likuiditas yang kemungkinan akan

diinvestasikan kembali ke aset berdenominasi

dolar AS. Pada akhirnya negara-negara

tersebut akan memegang lebih banyak USD,

sementara China memiliki portofolio yang

lebih beragam dengan pengelolaan yang lebih

kompleks dan risiko lebih tinggi. Kembalinya

dana ke aset AS pernah terjadi saat AS

mengalami penurunan rating oleh S&P pada

tahun 2011. Saat itu, yield obligasi dan CDS

AS mengalami penurunan, sementara aset di

negara berkembang mengalami peningkatan

risiko.Grafik 6. indeks Dow Jones dan S&P 500

Grafik 7. economic Confidence index -intraday

�����������������

��������

����

����

����

����

����

����

����

����

������������� �������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���

���

���

���

���

���

���

�������������������������

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

����

����

����

����

���

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

���

����

����

���

����

����

����

����

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

����

���

����

����

���

����

����

���

��������������

Page 129: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

117

reSPon keBiJAkAn

Ditinjau dari struktur ekonomi, sangat

sulit bagi AS untuk mengurangi akumulasi

utang seiring dengan pemulihan ekonomi yang

lambat dan defisit anggaran yang persisten.

Sebagai penyedia international reserve

currency, AS akan mengalami defisit eksternal

untuk menopang perekonomian global (Triffin

Dilemma). Dengan kondisi demikian, utang

diperkirakan cenderung meningkat sehingga

pembahasan mengenai kenaikan debt ceiling

akan terus terulang dan menjadi komoditas

politik yang selalu menimbulkan gejolak di

pasar keuangan global. Partial government

shutdown juga berpotensi terulang kembali

pada tahun-tahun mendatang jika AS tidak

segera mencari solusi mengatasi problem

fiskalnya.

Instabilitas yang terjadi di AS tidak

hanya mempengaruhi performa ekonomi

domestik AS, namun juga akan berdampak

pada pelemahan ekonomi global termasuk

emerging countries. Dengan permasalahan

defisit current account, inflasi tinggi dan

pelemahan nilai tukar, posisi Indonesia dan

negara emerging lainnya menjadi sangat rawan

terhadap arus balik modal. Untuk itu, otoritas

perlu berhati-hati dan melakukan sejumlah

upaya antara lain menjaga sistem keuangan

tetap stabil, melakukan policy coordination

di kawasan terutama terkait dengan capital

flows management, terus mengupayakan

second line buffer, serta memperdalam pasar

keuangan dan menarik lebih banyak investasi

jangka panjang (foreign direct investment).

Page 130: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

118

Global Financial Safety Net sebagai Second Line of Defense terhadap Krisis

Artikel 2

Oleh: M. Noor Nugroho

Dalam lingkungan perekonomian global

yang semakin terintegrasi, krisis menjadi lebih

mudah menyebar dari satu negara ke negara

lainnya. Bahkan negara yang sehat sekalipun

dapat terimbas krisis dan apabila ketahanannya

rapuh negara tersebut juga dapat jatuh ke

dalam krisis. Salah satu pertahanan terhadap

krisis adalah cadangan devisa. Namun, dalam

kondisi krisis, cadangan devisa yang besarpun

dapat tergerus dan menjadi tidak cukup.

Oleh karena itu, keberadaan global financial

safety net menjadi sangat penting sebagai

second line of defense. Beberapa skim telah

tersedia baik yang bersifat internasional yang

dapat dimanfaatkan oleh seluruh negara,

seperti FCL, PLL dan SBA yang disediakan oleh

IMF, atau pun yang bersifat lebih eksklusif

untuk sekelompok negara tertentu, seperti

CMIM yang dibentuk ASEAN+3. Selain itu,

banyak negara juga memperkuat diri dengan

membuat perjanjian bilateral dengan negara

lain untuk saling membantu di saat krisis,

seperti Bilateral Swap Arrangement.

Meskipun memiliki cadangan devisa

yang cukup, Indonesia tetap berupaya untuk

memperkuat ketahanan terhadap krisis, antara

lain melalui penguatan GFSN, khususnya

fasilitas pencegahan krisis. GFSN yang dapat

dimanfaatkan Indonesia mencakup fasilitas-

fasilitas yang disediakan IMF, CMIM dan

bilateral (currency) swap arrangement dengan

beberapa negara.

PenDAhUlUAn

Krisis Asia 1997/98 mengajarkan

Indonesia bahwa perekonomian domestik

dapat terkena krisis yang ditularkan oleh negara

tetangga. Terlebih, apabila perekonomian

domestik juga memiliki kerentanan, seperti

defisit fiskal yang besar dan terus menerus,

akumulasi utang luar negeri dan rejim nilai

tukar tetap. Hal lain yang juga dapat menjadi

pelajaran adalah betapa pahitnya dampak

krisis ini yang tercermin pada kontraksi

ekonomi yang sangat dalam – mencapai

lebih dari 13% di 1998. Bahkan, krisis juga

mendorong terjadinya gejolak dan kerawanan

sosial-politik.

Krisis keuangan global 2008 sekali lagi

mengajarkan Indonesia bahwa krisis yang

terjadi jauh di belahan dunia lain tetap dapat

mengguncang perekonomian domestik,

meskipun perekonomian dikelola dengan

Page 131: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

119

baik dan berada dalam kondisi yang kuat.

Semakin terintegrasinya perekonomian dunia

menjadikan setiap negara – terlebih small open

economy seperti Indonesia – sangat rentan

terhadap gejolak atau krisis di negara lain.

Pascakrisis global 2008, pemulihan

ekonomi berjalan sangat lambat dan diiringi

oleh risiko ketidakpastian yang meningkat

dimana sedikit saja muncul berita negatif akan

menimbulkan gejolak di pasar keuangan –

sebagai salah satu jalur transmisi krisis selain

jalur perdagangan. Indonesia berulangkali

diterpa pengaruh dari sentimen negatif di

pasar keuangan yang mengakibatkan capital

reversal dan gejolak di pasar keuangan, mulai

dari isu utang pemerintah PIIGS (Portugal,

Ireland, Italy, Greece, Spain) sampai dengan

yang terakhir isu tapering QE, debt ceiling

dan government shutdown di AS. Satu hal

penting yang perlu digarisbawahi dari krisis

ini adalah perekonomian yang dikelola dengan

prudent dan berkinerja baik relatif lebih tahan

(resilience) dalam menghadapi krisis.

Krisis pada umumnya diawali oleh

depresiasi nilai tukar mata uang domestik secara

signifikan, aliran modal keluar, dan jatuhnya

harga aset yang berujung pada turunnya

laju pertumbuhan atau resesi ekonomi. Oleh

karena itu, salah satu faktor penahan gejolak

dan untuk mencegah terjadinya krisis adalah

cadangan devisa (first line of defense)5. Hal ini

yang mendorong berbagai negara, terutama

negara berkembang (EMEs), untuk memupuk

cadangan devisa. Namun cadangan devisa

yang besar tidak menjamin perekonomian

terbebas dari goncangan yang bersumber

dari suatu krisis. Indonesia, dengan cadangan

devisa yang cukup besar, lebih dari USD100

miliar atau cukup untuk enam bulan impor

dan pembayaran utang pemerintah (2012),

serta didukung oleh perekonomian yang

cukup, tetap terguncang oleh isu tapering

QE di AS, meskipun perekonomian dapat

kembali stabil.

Hal ini menunjukkan bahwa – dalam

kondisi normal – level cadangan devisa

yang tinggi memang cukup untuk menahan

tekanan terhadap nilai tukar. Namun, dalam

kondisi tidak normal (krisis) dimana tekanan

menjadi sangat besar, cadangan devisa yang

tinggi sekalipun mungkin tidak akan cukup

untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Oleh

karena itu diperlukan ‘back up’ cadangan

devisa dalam bentuk fasilitas pinjaman yang

setiap saat dapat ditarik dan dimanfaatkan.

Fasilitas seperti ini untuk mudahnya disebut

global financial safety net (GFSN) atau jaringan

pengaman sistem keuangan dunia.

Global FinanCial SaFetY net

Istilah GFSN mungkin merupakan

sesuatu yang asing bagi kebanyakan orang.

Namun, GFSN dapat dianalogikan seperti

sistem perbankan di suatu negara, dimana

bank yang mengalami kesulitan likuiditas (bank

run) dapat memperoleh bantuan likuiditas dari

bank sentral (Diamond dan Dybvig, 1983).

Bank sentral dapat senantiasa membantu

5 Disamping cadangan devisa, pengelolaan makroekonomi secara prudent oleh pihak otoritas juga menjadi faktor yang memperkuat ketahanan terhadap krisis.

Page 132: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

120

bank oleh karena memiliki hak dan wewenang

untuk menciptakan likuiditas dengan mencetak

uang. Dalam konteks GFSN, negara adalah

bank yang digambarkan dalam analogi ini.

Perbedaannya, di dunia tidak terdapat ‘bank

sentral’ yang selalu siap membantu negara

yang kekurangan likuiditas. Memang ada

IMF yang perannya kurang lebih seperti bank

sentral dunia, namun uang yang diciptakan

IMF – dikenal dengan Special Drawing Rights

atau SDR – tidak berfungsi sebagai likuiditas

global. Peran penyedia likuiditas global lebih

banyak dimainkan oleh hard currencies (dolar

AS, euro, poundsterling Inggris dan yen). Hal

ini yang menjadikan kurang sempurnanya

sistem moneter internasional.

Oleh karena ketiadaan bank sentral

dunia yang berperan sebagai international

lender of last resort, peran ini dijalankan

oleh GFSN. GFSN dalam artikel ini mencakup

berbagai fasilitas yang menyediakan likuiditas

global bagi suatu negara (bank sentral) di

saat (berpotensi) menghadapi krisis. Dengan

demikian, GFSN merupakan external reserves

berfungsi sebagai second line of defense atau

layer kedua dari pertahanan untuk mencegah

dan mengatasi krisis.

PemeTAAn GFSn

GFSN dapat bersifat international,

regional atau pun bilateral. International FSN

dibentuk oleh lembaga internasional dan dapat

dimanfaatkan oleh (hampir) seluruh negara di

dunia yang membutuhkan. IMF menyediakan

beberapa skim fasilitas penyediaan likuiditas

yang dapat dimanfaatkan oleh negara

anggota, yaitu:

Flexible Credit Line (FCL). FCL diberikan

kepada negara yang memiliki

perekonomian sehat dan berkinerja baik,

namun berpotensi menghadapi tekanan

yang disebabkan oleh faktor eksternal.

Dengan demikian, FCL merupakan

fasilitas untuk mencegah terjadinya krisis

(crisis prevention). Persyaratan untuk

memperoleh FCL relatif sangat ketat,

namun tidak terdapat persyaratan atau

program yang harus dipenuhi pasca

penarikan FCL.

Precautionary and Liquidity Line

(PLL). PLL juga merupakan fasilitas

crisis prevention yang diberikan

kepada negara yang memiliki

perekonomian sehat dan berkinerja

baik, namun berpotensi tertekan oleh

faktor eksternal. Persyaratan untuk Diagram 1. layer Pertahanan terhadap krisis

���������������������������������������

���������������������������������������������

���������������������

����������������������������������������

���������������������������������������������

Page 133: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

121

memperoleh PLL relatif lebih longgar

(ringan) dibanding persyaratan FCL,

namun terdapat persyaratan atau

program yang harus diimplementasikan

(ex post conditionality) pasca penarikan

fasilitas tersebut.

Stand By Arrangement (SBA). SBA

merupakan fasilitas yang diberikan

kepada negara yang mengalami krisis

atau permasalahan Neraca Pembayaran

(crisis resolution). Fasilitas ini memiliki

ex post conditionality sehingga negara

penerima SBA harus melaksanakan

program ekonomi yang ditetapkan oleh

IMF. Indonesia pernah memanfaatkan

fasilitas SBA pascakrisis Asia 1997/98

dan diharuskan mengimplementasikan

berbagai program yang ditetapkan IMF.

Hal ini pada gilirannya menimbulkan

stigma terhadap IMF.

FCL dan PLL merupakan fasilitas crisis

prevention yang relatif baru diperkenalkan oleh

IMF pascakrisis keuangan global 2008. Fasilitas

ini untuk menjawab permasalahan jatuhnya

suatu perekonomian yang sebenarnya sehat ke

dalam krisis yang disebabkan oleh contagion

effect dari krisis yang terjadi di luar negara

tersebut. Oleh karena diperuntukan bagi

negara yang perekonomiannya sehat, fasilitas

ini tidak mensyaratkan ex post conditionality

bagi negara yang menarik fasilitas ini (FCL), dan

seandainya ada (PLL), conditionality yang harus

diterapkan relatif minimal. Sebagai ilustrasi,

Macedonia dan Maroko yang memanfaatkan

fasilitas PLL, hanya diwajibkan menjaga level

defisit fiskal dan cadangan devisa. Level

cadangan devisa yang harus dijaga Macedonia

dan Maroko adalah masing-masing tidak

kurang dari EUR1,35 miliar (Nov. 2011) dan

USD16,75 miliar (Oktober 2012). Padahal

posisi cadangan devisa kedua negara tersebut

sebelum memanfaatkan fasilitas PLL relatif

lebih tinggi, yaitu EUR1,65 miliar (Macedonia,

2009) dan USD20,6 miliar (Maroko, 2011).

Selain masalah conditionality, fasilitas FCL dan

PLL juga memiliki beberapa keunggulan lain

dibanding GFSN lainnya, yaitu nilai fasilitas

yang disediakan relatif besar dan proses

persetujuan aplikasi yang relatif cepat.

Regional FSN dibentuk oleh kelompok

negara dalam suatu wilayah tertentu dan hanya

dapat dimanfaatkan oleh negara yang menjadi

anggotanya. Beberapa contoh regional FSN

adalah European Stability Mechanism (ESM)

yang disediakan oleh Kawasan Euro (ECB

dan EC), Fondo Latin Americano de Reserves

(FLAR) yang dibentuk oleh tujuh negara

Amerika Latin, dan Arab Monetary Fund

(AMF) yang dibentuk oleh 22 negara-negara

Arab. Negara-negara ASEAN juga membentuk

regional FSN yang dikenal dengan ASEAN

Swap Arrangement (ASA) dan Chiang Mai

Initiative Multilateralization (CMIM). Sebagai

anggota ASEAN, Indonesia terlibat dalam

ASA dan CMIM. Selain negara-negara ASEAN,

CMIM juga beranggotakan Jepang, China dan

Korea (sehingga disebut ASEAN+3), namun

ketiga negara tersebut lebih banyak berperan

sebagai donor atau penyedia fasilitas. Bentuk

fasilitas dalam ASA dan CMIM adalah currency

swap6. Masing-masing anggota ASA dan

CMIM dapat menjadi pihak penerima atau

Page 134: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

122

pun pemberi fasilitas. Jumlah dan (pooled

fund) yang terkumpul dalam CMIM mencapai

USD120 miliar dan akan ditingkatkan menjadi

USD240 miliar. Sementara nilai fasilitas

dalam ASA relatif kecil mengingat fasilitas

ini pada dasarnya adalah instrumen untuk

manajemen likuiditas valas bagi bank sentral

ASEAN. Namun, ASA dapat berfungsi sebagai

GFSN mengingat fasilitas ini sangat fleksibel

yang dapat digunakan kapan saja, dan

apabila dimanfaatkan dapat meningkatkan

cadangan devisa serta dapat digunakan untuk

mengurangi tekanan nilai tukar.

Bilateral FSN pada dasarnya merupakan

perjanjian bilateral antar dua negara untuk

saling membantu (menyediakan likuiditas

valas) saat menghadapi krisis atau potensi

krisis. Bentuk umum dari bilateral FSN ini

adalah Bilateral Swap Arrangements (BSA)

yang juga merupakan currency swap. Oleh

karena bersifat bilateral, bentuk arrangement-

nya sangat beragam dan sangat spesifik

disesuaikan dengan kepentingan masing-

masing negara.

GFSn inDoneSiA

Dari berbagai GFSN sebagaimana

d iu ra ikan d i a tas , Indones ia dapat

memanfaatkan beberapa fasilitas terkait

dengan keanggotaannya. Indonesia sebagai

anggota IMF dapat memanfaatkan fasilitas

FCL, PLL dan SBA, dan sebagai anggota

ASEAN dapat memanfaatkan ASA dan CMIM.

6 Pihak yang membutuhkan fasilitas akan menerima valas dari pihak yang memberikan, dan disaat yang sama memberikan mata uang domestik senilai valas yang diterimanya.

7 Sebagian dari total nilai BCSA dapat dikonversi menjadi dolar AS untuk tujuan mengatasi kesulitan likuiditas.

8 Sebuah negara hanya dapat memperoleh salah satu dari FCL atau PLL, dan hal itu tergantung pada kondisi perekonomian negara tersebut. FCL diberikan untuk negara yang dapat memenuhi persyaratan berkinerja baik di sembilan macam kriteria, sementara PLL diberikan untuk negara yang memenuhi sebagian dari sembilan kriteria FCL.

9 Hanya sebagian dari total BSA yang dapat ditarik untuk crisis prevention.

Terkait dengan CMIM dan ASA ini, disamping

memanfaatkan fasilitas tersebut, Indonesia

juga berperan sebagai donor atau penyedia

fasilitas apabila ada negara anggota lain yang

membutuhkan.

Terkait dengan bilateral FSN, Indonesia

menjalin kerjasama BSA dengan Jepang.

Berbeda dengan BSA umumnya, BSA dengan

Jepang ini bersifat satu arah, yaitu Jepang

memberikan fasilitas bagi Indonesia namun

tidak sebaliknya. Indonesia juga memiliki

perjanjian kerjasama Bilateral Currency

Swap Arrangements (BCSA) dengan China.

Meskipun tujuan utamanya memfasilitasi

transaksi perdagangan dan investasi dengan

menggunakan domestic currencies (rupiah

dan yuan), BCSA juga dapat dikategorikan

dalam bilateral FSN mengingat sebagian dari

total nilai BCSA dapat dikonversi menjadi dolar

AS dan menambah cadangan devisa untuk

selanjutnya digunakan mengatasi kesulitan

likuiditas.

Dalam hal penggunaannya, GFSN ini

dapat dibedakan menjadi dua tujuan, yaitu

untuk crisis prevention dan crisis resolution.

GFSN yang termasuk dalam crisis prevention

adalah BCSA7, FCL atau PLL8, dan sebagian

fasilitas BSA9. Sementara yang termasuk crisis

resolution adalah BSA, CMIM dan SBA.

Page 135: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Bab 5 - A r t i k e l

123

PenUTUP

Dalam perkembangannya, beberapa

negara telah memanfaatkan fasilitas GFSN,

yaitu Meksiko, Polandia dan Columbia yang

memanfaatkan fasilitas FCL dari IMF, serta

Macedonia dan Maroko yang memanfaatkan

fasilitas PLL dari IMF. Sejauh ini negara-negara

tersebut tidak mengalami krisis sehingga

fasilitas tersebut tidak ditarik dan hanya

difungsikan sebagai standby facility.

Tersedianya GFSN selain untuk berjaga-

jaga, juga memberikan sentimen positif

bagi negara-negara terkait. Terlebih untuk

kondisi belakangan ini yang sangat volatile.

Hal itulah yang mendorong berbagai negara

terus menjalin GFSN dengan negara-negara

lain, termasuk Indonesia. Dengan kehadiran

berbagai skim GFSN ini, Indonesia memiliki

banyak opsi kebijakan untuk meningkatkan

ketahanan ekonomi domestik.

Page 136: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

124

DAFTAr PUSTAkA

Aizenman, Joshua, and Gurnain Kaur Pasricha, “Selective Swap Arrangements and the Global

Financial Crisis: Analysis and Interpretation”, NBER Working Paper no. 14821, Cambridge,

US, March 2009.

Jeanne, Olivier, and Charles Wyplosz, “The International Lender of Last Resort: How Large Is

Large Enough?”, NBER, January 2003.

IMF, “Colombia: Arrangement Under the Flexible Credit Line-Staff Report; Staff Supplement;

Press Release on the Executive Board Discussion; and Statement by the Executive Director

for Colombia”, IMF Country Report No. 09/153, Washington D.C., May 2009.

IMF, “Former Yugoslav Republic of Macedonia: 2010 Article IV Consultation and Request for an

Arrangement Under the Precautionary Credit Line”, IMF Country Report No. 11/42, IMF,

Washington D.C., February 2011.

IMF, “Mexico: Arrangement Under the Flexible Credit Line – Staff Report; Staff Supplement;

and Press Release on the Executive Board Discussion”, IMF Country Report No. 09/126,

IMF, Washington D.C., April 2011.

IMF, “Republic of Poland: Arrangement Under the Flexible Credit Line-Staff Report; Staff

Supplement; Press Release on the Executive Board Discussion; and Statement by

the Executive Director the Republic of Poland”, IMF Country Report No. 10/207, IMF,

Washington D.C., July 2011.

Obstfeld, Maurice, “Lenders of Last Resort and Global Liquidity: Rethinking the system”, Special

Report in Development Outreach, World Bank Institute, December 2009.

Page 137: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

125

L a m p i r a n

Page 138: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

126

Tabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik BrutoTabel 1. Produk Domestik Bruto

Negara 2006 2007 2008 2009

(%, yoy)(%, yoy)(%, yoy)(%, yoy)(%, yoy)

Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast Oktober 2013Keterangan :Cetak miring adalah angka proyeksi dari Consensus Forecast Oktober 2013Tanda (-) : data belum keluar

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2012

AmerikaAmer ikaAmer ikaAmer ikaAmer ika

Amerika Serikat 2,8 2,0 1,1 -2,4 2,4 3,0 3,2 2,8 1,8 1,9 1,6 2,0 2,4 2,1 2,6 1,7 1,3 1,6 1,6

Argentina 8,5 8,7 7,0 0,9 6,8 11,8 8,6 9,2 9,9 9,1 9,3 7,3 5,2 0,0 0,7 2,1 3,0 8,3 -

Brazil 3,7 5,7 5,1 -0,2 9,3 9,2 6,7 5,0 4,2 3,3 2,1 1,4 0,8 0,5 0,9 1,4 1,9 3,3 -

Chili 4,3 4,7 3,2 -1,5 0,5 6,3 6,8 5,9 9,7 6,0 3,6 4,8 4,4 5,7 6,4 5,6 5,0 3,8 4,5

Meksiko 4,8 3,3 1,3 -6,5 4,5 7,6 5,1 4,4 4,4 3,1 4,3 3,9 4,9 4,5 3,2 3,2 0,6 1,6 1,3

Asia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ik

Australia 2,7 4,0 2,3 1,3 2,4 3,2 2,7 2,7 1,2 2,0 2,6 2,5 4,4 3,7 3,1 3,1 2,5 2,6 2,4

China 11,6 11,9 9,0 8,7 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 8,1 7,6 7,4 7,9 7,7 7,5 7,8

India 9,4 8,7 7,3 5,7 8,6 8,9 8,9 8,3 7,8 7,7 6,9 6,1 5,1 5,4 5,2 4,7 4,8 4,4 4,8

Jepang 2,4 2,2 -0,7 -5,2 5,6 3,2 4,9 2,2 -0,2 -1,8 -0,5 -0,7 3,4 3,8 0,3 0,4 0,3 1,1 2,7

Korea Selatan 5,1 5,1 2,2 0,2 8,5 7,5 4,4 4,7 4,2 3,5 3,6 3,3 2,8 2,4 1,6 1,5 1,5 2,3 3,3

ASEAN-6

Indonesia 5,5 6,3 6,1 4,5 5,6 6,1 5,8 6,9 6,4 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,0 5,8 5,6

Malaysia 5,8 6,2 4,6 -1,7 10,1 8,9 5,3 4,8 5,2 4,3 5,8 5,2 5,1 5,6 5,3 6,5 4,1 4,4 5,0

Filipina 5,4 7,3 4,6 0,9 8,4 8,9 7,3 6,1 4,9 3,6 3,2 4,0 6,5 6,3 7,3 7,1 7,7 7,5 6,5

Singapura 8,2 7,7 1,1 -2,0 16,4 19,4 10,5 12,0 9,1 1,2 6,0 3,6 1,5 2,3 0,0 1,5 0,3 4,4 5,8

Thailand 5,1 4,9 2,6 -2,3 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,7 -8,9 0,4 4,4 3,1 19,1 5,4 2,9 2,7

Vietnam 8,2 8,5 6,2 5,3 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9 4,0 4,4 4,7 5,0 4,8 4,9 5,1

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 2,8 2,7 0,6 -4,1 0,8 2,0 2,0 2,0 2,4 1,6 1,3 0,7 -0,1 -0,5 -0,7 -0,9 -1,2 -0,6 -0,4

Inggris 2,9 2,6 0,7 -4,9 0,5 2,0 2,4 1,8 1,7 0,8 1,0 1,1 0,6 0,0 0,0 -0,2 0,2 1,4 1,6

Rusia 7,4 8,1 5,6 -7,9 3,1 5,2 3,1 4,5 4,0 3,4 5,0 4,8 4,8 4,3 3,0 2,1 1,6 1,2 1,2

Turki 6,9 4,7 0,7 -4,8 12,6 10,4 5,3 9,3 12,4 9,3 8,7 5,3 3,1 2,8 1,5 1,4 2,9 4,4 -

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan 5,0 4,7 3,8 -1,8 1,7 3,1 2,7 3,8 3,4 3,3 3,0 2,9 2,4 3,1 2,3 2,5 1,9 2,0 -

2013

Page 139: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

127

Tabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka PengangguranTabel 2. Angka Pengangguran

Negara 2006 2007 2008 2009

Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)Akhir Periode (%)

Sumber: Bloomberg, CEICKeterangan:Tanda ( - ) : Data belum keluarn.a : Data tidak tersedia

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2012

AmerikaAmer ikaAmer ikaAmer ikaAmer ika

Amerika Serikat 4,4 5,0 7,2 10,0 9,7 9,5 9,6 9,4 8,9 9,1 9,0 8,5 8,2 8,2 7,8 7,8 7,6 7,6 7,2

Argentina 8,7 7,5 7,3 8,4 8,3 7,9 7,5 7,3 7,4 7,3 7,2 6,7 7,1 7,2 7,6 6,9 7,9 7,2 6,8

Brazil 8,4 7,4 6,8 6,8 7,6 7,0 6,2 5,3 6,5 6,2 6,0 4,7 6,2 5,9 5,4 4,6 5,7 6,0 5,4

Chili 6,0 7,2 7,5 10,0 9,0 8,5 8,0 7,1 7,3 7,2 7,4 6,6 6,6 6,6 6,5 6,1 6,2 6,2 5,7

Meksiko 4,0 3,8 4,7 5,4 5,0 5,4 5,3 5,6 5,0 5,8 5,2 5,0 5,1 4,9 4,7 5,0 5,0 5,0 4,9

Asia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ik

Australia 4,6 4,2 4,5 5,5 5,4 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 5,3 5,2 5,2 5,3 5,5 5,4 5,6 5,7 5,7

China 4,1 4,0 4,2 4,3 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,0

India n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

Jepang 4,0 3,8 4,3 5,2 5,0 5,3 5,0 4,9 4,7 4,6 4,2 4,5 4,5 4,3 4,3 4,3 4,1 3,9 4,0

Korea Selatan 3,3 3,1 3,3 3,6 3,8 3,5 3,7 3,6 4,0 3,3 3,2 3,1 3,4 3,2 3,1 3,0 3,2 3,2 3,0

ASEAN-6

Indonesia 10,3 9,1 8,4 7,9 7,4 n.a 7,1 n.a 6,8 n.a 6,6 n.a 6,3 n.a 6,1 n.a 5,9 n.a n.a

Malaysia 3,0 3,0 3,1 3,5 3,7 3,4 3,2 3,2 3,1 3,0 3,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,1 - - -

Filipina 7,3 6,3 6,8 7,1 7,3 8,0 6,9 7,1 7,4 7,2 7,1 6,4 7,2 6,9 7,0 6,8 7,1 7,5 7,3

Singapura 2,7 1,7 2,5 2,3 2,2 2,2 2,1 2,2 2,7 3,0 2,9 2,9 3,0 2,8 2,8 2,7 2,8 2,9 2,6

Thailand 1,0 0,8 1,4 0,9 1,0 1,2 0,9 0,7 0,7 0,4 0,8 0,4 0,7 0,7 0,6 0,5 0,7 0,6 0,8

Vietnam 4,8 4,6 4,7 4,6 - - - 4,3 - - - 3,6 - - - - - - -

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 7,8 7,2 8,2 9,9 9,9 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,3 10,7 11,0 11,4 11,6 11,8 12,1 12,1 12,2

Inggris 5,5 5,2 6,3 7,8 8,0 7,8 7,7 7,9 7,7 7,9 8,3 8,4 8,2 8,0 7,8 7,8 7,8 7,8 7,6

Rusia 6,9 6,1 7,8 8,2 8,6 6,8 6,6 7,2 7,1 6,1 6,0 6,1 6,3 5,2 5,0 5,1 5,7 5,4 5,3

Turki 10,0 10,9 14,0 13,5 13,7 10,5 11,3 11,4 10,8 9,2 8,8 9,8 9,9 8,0 9,1 10,1 10,1 8,8 9,3

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

2013

Page 140: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

128

Tabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHKTabel 3. Inflasi IHK

Negara 2006 2007 2008 2009

Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)

Sumber: BloombergKeterangan:* Inflasi Wholesale Price Index

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2012

AmerikaAmer ikaAmer ikaAmer ikaAmer ika

Amerika Serikat 2,5 4,1 0,1 2,7 2,3 1,1 1,1 1,5 2,7 3,6 3,9 3,0 2,7 1,7 2,0 1,7 1,5 1,8 1,2

Argentina 9,8 8,5 7,2 7,7 9,7 11,0 11,1 10,9 9,7 9,7 9,9 9,5 9,8 9,9 10,0 10,8 10,6 10,5 10,5

Brazil 3,1 4,5 5,9 4,3 5,2 4,5 4,7 5,9 6,3 6,7 7,3 6,5 5,2 4,9 5,3 5,8 6,6 6,7 5,9

Chili 2,7 6,3 8,7 -1,8 0,3 1,2 1,9 3,0 3,4 3,4 3,3 4,4 3,8 2,7 2,9 1,5 1,5 1,9 2,0

Meksiko 4,1 3,8 6,5 3,6 5,0 3,7 3,7 4,4 3,0 3,3 3,1 3,8 3,7 4,3 4,8 3,6 4,3 4,1 3,4

Asia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ik

Australia 3,3 3,0 3,7 2,1 2,9 3,1 2,8 2,7 3,3 3,6 3,5 3,1 1,6 1,2 2,0 2,2 2,5 2,4 2,2

China 2,8 6,5 1,2 1,9 2,4 2,9 3,6 4,6 5,4 6,4 6,1 4,1 3,6 2,2 1,9 2,5 2,1 2,7 3,1

India* 6,7 5,5 6,7 7,2 10,4 10,3 9,0 9,5 9,7 9,5 10,0 7,7 7,7 7,6 8,1 7,3 5,7 5,2 6,5

Jepang 0,3 0,7 0,4 -1,7 -1,1 -0,7 -0,6 0,0 -0,5 -0,4 0,0 -0,2 0,5 -0,2 -0,3 -0,1 -0,9 0,2 1,1

Korea Selatan 2,1 3,6 4,1 2,8 2,3 2,6 3,6 3,5 4,1 4,2 3,8 4,2 2,6 2,2 2,0 1,4 1,3 1,0 0,8

ASEAN-6

Indonesia 6,6 6,6 11,1 2,8 3,4 5,1 5,8 7,0 6,7 5,5 4,6 3,8 4,0 4,5 4,3 4,3 5,9 5,9 8,4

Malaysia 3,1 2,4 4,4 1,1 1,4 1,6 1,8 2,1 3,0 3,5 3,4 3,0 2,1 1,6 1,3 1,2 1,6 1,8 2,6

Filipina 4,3 3,9 8,0 4,4 4,4 3,9 3,5 3,1 4,8 5,2 4,7 4,1 2,6 2,8 3,6 2,9 3,2 2,7 2,7

Singapura 0,8 4,4 4,3 0,0 1,6 2,7 3,7 4,6 5,0 5,2 5,5 5,5 5,2 5,3 4,7 4,3 3,5 1,8 1,6

Thailand 3,5 3,2 0,4 3,5 3,4 3,3 3,0 3,0 3,1 4,1 4,0 3,5 3,5 2,6 3,4 3,6 2,7 2,3 1,4

Vietnam 6,6 12,6 19,9 6,5 9,5 8,7 8,9 11,8 13,9 20,8 22,4 18,1 14,2 6,9 6,5 6,8 6,6 6,7 6,3

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro 1,9 3,1 1,6 0,9 1,4 1,4 1,8 2,2 2,7 2,7 3,0 2,7 2,7 2,4 2,6 2,2 1,7 1,6 1,1

Inggris 3,0 2,1 3,1 2,9 3,2 3,2 3,1 3,7 4,0 4,2 5,2 4,2 3,5 2,4 2,2 2,7 2,8 2,9 2,7

Rusia 9,0 11,9 13,3 8,8 6,5 5,8 7,0 8,8 9,5 9,4 7,2 6,1 3,7 4,3 6,6 6,6 7,0 6,9 6,1

Turki 9,7 8,4 10,1 6,5 9,6 8,4 9,2 6,4 4,0 6,2 6,2 10,5 10,4 8,9 9,2 6,2 7,3 8,3 7,9

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan 5,8 9,0 9,5 6,3 5,1 4,2 3,2 3,5 4,1 5,0 5,7 6,1 6,0 5,5 5,4 5,7 5,9 5,5 6,0

2013

Page 141: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

129

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank SentralTabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral

Negara 2006 2007 2008 2009

Posisi akhir periode (%)Posisi akhir periode (%)Posisi akhir periode (%)Posisi akhir periode (%)Posisi akhir periode (%)

Sumber: BloombergKeterangan: -

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2012

A m e r i k aA m e r i k aA m e r i k aA m e r i k aA m e r i k a

Amerika Serikat (Fed fund rate) 5,25 4,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25

Brazil (Selic rate) 13,25 11,25 13,75 8,75 8,75 10,25 10,75 10,75 11,75 12,25 12,00 11,00 9,75 8,50 7,50 7,25 7,25 8,00 9,00

Chili (Overnite rate) 5,25 6,00 8,25 0,50 0,50 1,00 2,50 3,25 4,00 5,25 5,25 5,25 5,00 5,00 5,00 5,00 6,00 5,00 5,00

Meksiko (Overnite rate) 7,00 7,50 8,25 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75

As ia Pas i f i kAs ia Pas i f i kAs ia Pas i f i kAs ia Pas i f i kAs ia Pas i f i k

Australia (Cash target rate) 6,25 6,75 4,25 3,75 4,00 4,50 4,50 4,75 4,75 4,75 4,75 4,25 4,25 3,50 3,50 3,00 3,00 2,75 2,50

China (Lending rate) 6,12 7,47 5,31 5,31 5,31 5,31 5,31 5,81 6,06 6,31 6,56 6,56 6,56 6,31 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00

India (Reverse repo rate) 6,00 6,00 6,50 4,75 5,00 5,25 6,00 6,25 6,75 7,50 8,25 8,50 8,50 8,00 8,00 8,00 7,50 7,25 7,50

Jepang (O/N Call target) 0,25 0,50 0,50 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10

Korea Selatan (Call rate) 4,50 5,00 3,00 2,00 2,00 2,00 2,25 2,50 3,00 3,25 3,25 3,25 3,25 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50

ASEAN-5

Indonesia (BI rate) 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,00 7,25

Malaysia (O/N rate) 3,50 3,50 3,25 2,00 2,25 2,50 2,75 2,75 2,75 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00

Filipina (O/N rate) 7,50 5,25 5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,25 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50 3,50 3,50

Thailand (Repo rate) 4,94 3,25 2,75 1,25 1,25 1,25 1,75 2,00 2,50 3,00 3,50 3,25 3,00 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50

E r o p aE r o p aE r o p aE r o p aE r o p a

Kawasan EURO (Refinancing rate) 3,50 4,00 2,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,25 1,50 1,00 1,00 1,00 0,75 0,75 0,75 0,50 0,50

Inggris (Bank rate) 5,00 5,50 2,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Rusia (Refinancing rate) 11,00 10,00 13,00 8,75 8,25 7,75 7,75 7,75 8,00 8,25 8,25 8,00 8,00 8,00 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25

Turki (1 Week Repo) - - - - - 7,00 7,00 6,50 6,25 6,25 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,50 5,50 4,50 4,50

A f r i k aA f r i k aA f r i k aA f r i k aA f r i k a

Afrika Selatan (Refinancing rate) 9,00 11,00 11,50 7,00 6,50 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

2013

Page 142: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

130

Tabel 5. Pertumbuhan Uang BeredarTabel 5. Pertumbuhan Uang BeredarTabel 5. Pertumbuhan Uang BeredarTabel 5. Pertumbuhan Uang BeredarTabel 5. Pertumbuhan Uang Beredar

Negara 2006 2007 2008 2009

Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)Akhir Periode (%, yoy)

Sumber: BloombergKeterangan: -

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2012

Amer ikaAmer ikaAmer ikaAmer ikaAmer ika

Amerika Serikat (M2) 5,1 5,9 9,6 3,7 1,5 1,8 2,9 3,3 4,6 6,0 9,7 9,7 9,9 9,2 6,7 8,0 6,9 6,8 6,4

Argentina (M3) 19,4 24,7 14,6 13,0 16,6 25,7 34,8 45,2 39,3 39,1 36,8 30,1 31,9 34,2 35,6 44,6 36,9 37,0 31,7

Brazil (M3) 18,1 17,7 17,5 16,4 15,2 13,0 14,8 15,5 18,4 19,7 18,6 18,9 20,6 20,5 18,8 16,1 13,3 12,1 9,8

Meksiko (M3) 14,1 10,0 14,5 6,7 7,3 10,6 13,1 12,8 12,7 13,3 13,7 16,0 17,5 18,0 16,7 14,5 15,0 10,0 10,0

Asia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ikAsia Pasif ik

Australia (M3) 13,1 22,5 15,4 5,8 5,7 4,6 6,1 10,3 10,0 9,0 9,9 8,1 7,5 9,2 7,6 7,1 6,7 6,3 6,1

China (M2) 16,9 16,7 17,8 27,6 22,5 18,5 19,0 19,7 16,6 15,9 13,0 13,6 13,4 13,6 14,8 13,8 15,7 14,0 14,2

India (M3) 19,3 22,8 19,6 17,2 16,7 14,5 14,7 16,6 16,1 17,1 16,3 15,6 13,2 13,2 13,4 11,2 13,6 12,8 12,5

Jepang (M3) -0,6 0,7 0,7 2,2 2,0 2,2 2,1 1,8 2,0 2,3 2,3 2,6 2,6 2,0 2,1 2,2 2,5 3,0 3,1

Korea Selatan (M3) 9,6 10,6 10,4 8,1 8,9 9,3 7,7 6,9 4,7 4,1 5,7 6,2 8,7 8,5 7,6 7,3 6,8 6,6 6,3

ASEAN-5

Indonesia (M2) 14,9 18,9 14,7 13,0 8,6 12,8 12,5 13,8 16,1 13,1 16,2 16,4 18,8 20,9 18,2 14,9 14,1 11,8 14,5

Malaysia (M3) 12,3 9,5 11,9 9,1 8,7 8,8 8,5 7,0 8,0 12,4 12,5 14,4 15,0 12,9 12,7 9,0 9,1 8,5 7,4

Filipina (M3) 21,4 10,6 15,6 8,3 10,3 10,3 10,5 10,6 10,3 11,4 7,4 6,3 5,6 7,1 7,5 10,6 13,3 20,5 31,0

Singapura (M3) 19,1 14,1 11,6 10,6 8,2 8,4 7,8 8,4 8,6 10,6 11,3 10,1 10,0 6,9 6,5 7,6 8,8 9,2 7,5

Thailand (M2) 8,2 6,3 9,2 6,7 6,1 7,0 9,9 10,9 13,2 16,3 16,2 15,2 13,1 11,1 12,6 10,3 9,5 10,2 7,1

E ropaE ropaE ropaE ropaE ropa

Kawasan Euro (M3) 9,9 11,5 7,5 -0,3 -0,1 0,3 1,1 1,7 2,2 1,9 2,8 1,5 2,8 2,9 2,7 3,5 2,6 2,4 2,1

Inggris (M4) 12,5 12,3 16,3 6,7 3,6 3,0 1,1 -1,4 -1,3 -0,7 -1,7 -2,6 -4,7 -5,5 -3,8 -1,0 0,2 1,5 2,6

Rusia (M2) 48,8 47,5 1,7 16,3 35,0 33,6 35,0 31,1 26,7 22,7 21,5 22,6 21,2 19,1 14,8 11,9 14,6 15,5 16,1

Turki (M3) - 15,7 23,9 13,2 12,7 16,1 16,2 18,8 20,7 21,4 20,0 13,7 8,3 7,0 8,3 10,6 13,3 14,6 19,1

Afr ikaAf r ikaAf r ikaAf r ikaAf r ika

Afrika Selatan (M3) 22,5 23,6 14,8 1,8 1,6 2,4 5,1 6,9 6,5 6,0 6,8 8,3 6,7 7,0 7,5 5,2 8,1 9,2 7,0

2013

Page 143: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

131

Tabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan PemerintahTabel 6. Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah

Sumber: Moody's Statistical Handbook Mei 2013, Trading EconomicsKeterangan:Cetak Miring = Proyeksi Moody's Statistical Handbook Mei 2013*) Menggunakan data Moody's Statistical Handbook Mei 2013

(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat -2,8 -2,5 -3,8 -10,9 -9,8 -8,9 -7,3 -4,7

Argentina 1,8 1,1 1,4 -0,6 0,2 -1,7 -2,6 -2,5

Brazil -3,4 -2,0 -1,9 -3,2 -2,8 -2,9 -2,2 -2,7

Chile 7,3 7,8 3,9 -4,4 -0,5 1,3 0,6 0,5

Meksiko -1,5 -1,6 -1,3 -1,9 -2,4 -2,3 -2,4 -2,0

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 2,0 1,6 1,4 -3,4 -5,5 -4,7 -4,2 -2,4

China -0,7 0,6 -0,4 -2,2 -1,7 -1,2 -1,8 -2,3

India -5,4 -4,0 -8,3 -9,4 -6,8 -8,1 -7,2 -7,2

Jepang -3,6 -2,1 -4,1 -10,4 -9,3 -9,9 -10,0 -9,1

Korea Selatan 0,7 3,8 1,5 -1,7 1,4 1,5 1,5 1,2

ASEAN-6

Indonesia -0,9 -1,3 -0,1 -1,6 -0,7 -1,1 -1,8 -2,3

Malaysia -3,2 -3,1 -4,6 -6,7 -5,4 -4,8 -4,5 -4,3

Filipina -1,1 -1,5 -1,3 -3,7 -3,5 -2,0 -2,4 -2,1

Singapura 0,0 2,8 0,1 -0,3 0,3 1,2 1,1 0,8

Thailand 1,1 -1,7 -1,1 -4,4 -2,6 -1,3 -4,1 -3,1

Vietnam -0,6 -1,0 -1,9 -4,8 -3,4 -4,2 -4,8 -4,5

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro *) -2,5 -1,4 -0,6 -2,1 -6,3 -6,2 -4,2 -3,7

Inggris -2,7 -2,8 -5,0 -11,4 -10,2 -7,8 -6,3 -6,8

Rusia 8,3 6,8 4,9 -6,3 -3,4 1,5 0,4 -0,3

Turki -0,6 0,8 -1,0 -2,2 -5,5 -3,6 -1,8 -2,8

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan 1,0 1,5 -0,6 -4,8 -4,1 -4,2 -4,9 -4,5

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013E

Page 144: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

132

Tabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca BerjalanTabel 7. Neraca Berjalan

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013E

(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat -6,0 -5,1 -4,7 -2,7 -3,0 -3,1 -3,0 -2,9

Argentina 3,6 2,8 2,2 3,6 0,4 -0,4 0,1 0,4

Brazil 1,3 0,1 -1,7 -1,5 -2,2 -2,1 -2,4 -3,0

Chili 4,6 4,1 -3,2 2,0 1,5 -1,3 -3,5 -4,3

Meksiko -0,6 -1,3 -1,7 -0,7 -0,2 -0,8 -0,8 -0,9

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia -5,3 -6,2 -4,4 -4,3 -2,9 -2,2 -3,7 -5,5

China 8,3 10,1 9,3 4,8 4,0 1,9 2,3 2,5

India -1,0 -1,3 -2,3 -2,8 -2,7 -4,2 -5,1 -4,2

Jepang 3,9 4,9 3,3 2,9 3,7 2,0 1,0 1,5

Korea Selatan 1,5 2,1 0,3 3,9 2,9 2,3 3,8 3,1

ASEAN-6

Indonesia 3,0 2,4 0,0 2,0 0,7 0,2 -2,8 -2,6

Malaysia 16,1 15,4 17,1 15,5 11,1 11,0 6,4 4,4

Filipina 4,4 4,8 2,1 5,6 4,5 3,2 2,9 2,4

Singapura 24,8 26,1 15,1 17,7 26,8 24,6 18,6 15,6

Thailand 1,8 7,0 1,5 9,1 4,5 1,7 0,7 1,4

Vietnam -0,3 -9,8 -11,9 -6,8 -4,0 0,2 6,4 5,5

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro *) 0,1 -0,1 0,1 -0,7 0,1 0,3 0,2 -

Inggris -2,9 -2,2 -1,0 -1,2 -2,5 -1,3 -3,7 -2,6

Rusia 9,6 6,0 6,2 4,0 4,7 5,2 3,7 1,9

Turki -4,6 -6,1 -5,9 -5,6 -2,3 -6,6 -9,9 -6,1

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan -5,3 -7,0 -7,2 -4,0 -2,8 -3,4 -6,3 -6,1

Sumber: Moody's Statistical Handbook Mei 2013, Trading Economics

Keterangan:Cetak Miring = proyeksi Moody's Statistical Handbook Mei 2013*) Menggunakan data Moody's Statistical Handbook Mei 2013Tanda (-) data tidak tersedia

Page 145: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

133

Tabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaTabel 8. Cadangan DevisaAkhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)Akhir periode (Miliar USD)

Negara 2006 2007 2008 2009

Sumber: Bloomberg, SEKI (untuk Indonesia)

Keterangan: Tidak termasuk emasTanda (-): Data belum keluar

2010 2011

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2012

A m e r i k aA m e r i k aA m e r i k aA m e r i k aA m e r i k a

Amerika Serikat 54,9 59,5 66,6 119,7 44,4 43,3 46,7 47,5 47,7 48,2 48,1 52,2 46,5 46,0 50,4 50,5 45,6 44,4 43,8

Argentina 30,9 44,7 44,9 47,7 45,5 46,8 46,0 46,5 45,6 45,8 42,2 40,1 40,8 40,0 38,3 36,8 34,2 31,5 28,9

Brazil 85,2 179,4 192,8 237,4 242,6 253,1 275,2 288,6 317,1 335,8 349,7 352,0 365,2 373,9 378,7 378,6 376,9 371,1 376,0

Chili 19,4 16,8 23,2 26,0 25,6 25,2 26,4 27,9 31,5 34,9 37,8 42,0 39,6 40,3 40,1 38,9 39,3 41,0 40,7

Meksiko 76,3 87,1 88,5 90,4 101,3 103,5 108,0 113,6 121,9 129,6 138,0 142,4 150,3 157,3 161,9 163,6 167,0 166,5 172,0

As i a Pa s i f i kAs i a Pa s i f i kAs i a Pa s i f i kAs i a Pa s i f i kAs i a Pa s i f i k

Australia 53,4 24,8 30,7 39 34,8 37,8 - - - - - - - - - - - - -

China 1.068,5 1.528,0 1.946,0 2.399,2 2.447,1 2.454,3 2.648,0 2.847,3 3.044,7 3.197,4 3.201,7 3.181,2 3.305,0 3.240,1 3.285,1 3.311,6 3.442,7 3.496,7 3.662,7

India 170,7 267,0 245,9 265,2 257,7 256,2 264,5 267,8 273,7 277,1 275,7 262,9 260,1 257,0 260,0 262,0 259,7 255,3 247,9

Jepang 879,7 952,8 982,8 1.033,9 1.015,2 1.009,8 1.051,5 1.035,8 1.041,4 1.061,4 1.122,9 1.220,8 1.210,5 1.195,6 1.198,1 1.193,1 1.181,8 1.175,9 1.206,3

Korea Selatan 238,9 262,2 201,2 273,7 272,3 274,1 289,8 291,6 298,6 304,5 303,4 306,4 316,0 312,4 322,0 327,0 327,4 326,4 336,9

ASEAN-6

Indonesia 41,1 55,0 49,6 60,4 66,1 70,4 80,3 89,7 99,1 112,8 107,4 103,3 103,1 99,4 102,6 105,3 97,5 91,6 88,9

Filipina 20,0 30,2 32,7 40,0 40,7 41,0 53,8 62,4 66,0 69,0 75,2 75,3 76,1 76,1 82,0 83,8 84,0 81,3 83,5

Malaysia 82,1 101,1 91,0 95,6 94,0 93,3 96,6 101,7 109,4 129,8 126,3 128,9 130,9 129,6 132,5 134,9 135,0 131,9 132,0

Singapura 136,3 167,7 174,2 189,6 196,4 200,0 214,7 225,8 234,2 242,3 233,6 237,7 243,6 243,4 252,1 259,3 258,2 259,8 268,1

Thailand 65,3 90,3 108,7 135,5 141,1 140,2 157,1 165,7 174,4 176,6 170,0 165,2 168,8 164,4 172,7 171,1 167,7 162,5 163,5

Vietnam 13,4 23,6 23,8 16,4 13,4 13,7 13,7 12,1 12,2 15,2 15,3 13,5 17,8 20,1 21,7 25,6 28,4 27,0 -

E r o p aE r o p aE r o p aE r o p aE r o p a

Kawasan Euro 197,0 214,9 232,2 283,6 197,2 194,8 206,6 205,6 216,5 211,7 204,6 208,2 208,0 217,8 218,4 219,8 217,1 215,4 221,9

Inggris 40,7 49,0 44,6 55,7 56,7 59,2 48,1 46,6 53,6 57,6 56,6 56,2 58,7 60,8 63,9 64,9 65,3 67,2 70,3

Rusia 295,6 464,4 426 424,8 423,3 448,0 463,7 448,8 456,5 484,0 472,5 454,0 465,7 468,0 476,4 486,6 477,3 475,2 464,2

Turki 20,4 17,1 -2,2 -0,1 2,6 8,8 7,7 15,9 26,3 31,3 15,5 -2,9 -7,0 -10,5 8,3 28,5 31,8 27,1 14,9

A f r i k aA f r i k aA f r i k aA f r i k aA f r i k a

Afrika Selatan 23,1 29,6 30,2 35,1 37,6 37,2 36,0 35,4 40,7 41,1 40,4 39,8 41,2 40,1 41,0 41,2 40,8 39,0 41,8

2013

Page 146: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

134

Tabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USDTabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD

Negara 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata Periode

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

20112011

2012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012

2013

TW1 TW2 TW3

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Argentina (Peso) 3,07 3,12 3,07 3,73 3,91 4,01 4,08 4,17 4,26 4,13 4,34 4,45 4,61 4,80 4,55 5,01 5,24 5,58

Brazil (Real) 2,18 1,95 1,96 2,00 1,76 1,67 1,60 1,64 1,80 1,68 1,77 1,97 2,03 2,06 1,96 2,00 2,07 2,29

Chili (Peso) 530,53 522,28 510,43 559,06 510,12 481,69 469,21 471,96 511,90 483,69 489,03 496,30 482,32 477,84 486,37 472,44 484,77 507,00

Meksiko (Peso) 10,91 10,93 10,72 13,51 12,63 12,06 11,72 12,34 13,65 12,44 12,97 13,54 13,17 12,95 13,16 12,64 12,48 12,90

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia (Dollar) 0,75 0,84 0,85 0,79 0,92 1,01 1,06 1,05 1,01 1,03 1,06 1,01 1,04 1,04 1,04 1,04 0,99 0,92

New Zealand (Dollar) 0,65 0,74 0,71 0,64 0,72 0,76 0,80 0,83 0,78 0,79 0,82 0,79 0,81 0,82 0,81 0,83 0,82 0,80

Hong Kong (Dollar) 7,77 7,80 7,79 7,75 7,77 7,79 7,78 7,79 7,78 7,78 7,76 7,76 7,76 7,75 7,76 7,76 7,76 7,76

China (Yuan) 7,97 7,61 6,95 6,83 6,77 6,58 6,50 6,42 6,36 6,46 6,31 6,33 6,35 6,24 6,31 6,22 6,16 6,13

India (Rupee) 44,41 41,35 43,49 48,38 45,74 45,26 44,74 45,78 51,00 46,70 50,30 54,51 55,19 54,15 53,54 54,17 55,96 62,07

Jepang (Yen) 116,34 117,80 103,31 93,62 87,77 82,25 81,57 77,69 77,36 79,72 79,37 80,09 78,62 81,25 79,83 92,25 98,76 98,89

Korea Selatan (Won) 955 929 1.101 1.277 1.156 1.119 1.083 1.085 1.145 1.108 1.131 1.152 1.133 1.090 1.127 1.085 1.122 1.109

ASEAN-6

Indonesia (Rupiah) 9.165 9.139 9.697 10.404 9.085 8.901 8.591 8.614 8.987 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652

Malaysia (Ringgit) 3,67 3,44 3,33 3,52 3,22 3,05 3,02 3,02 3,15 3,06 3,06 3,11 3,12 3,06 3,09 3,08 3,07 3,24

Filipina (Peso) 51,26 46,10 44,42 47,63 45,09 43,79 43,24 42,75 43,44 43,30 43,03 42,77 41,90 41,18 42,22 40,71 41,78 43,68

Singapura (Dollar) 1,59 1,51 1,42 1,45 1,36 1,28 1,24 1,23 1,29 1,26 1,26 1,26 1,25 1,22 1,25 1,24 1,25 1,27

Thailand (Bath) 37,91 32,33 33,00 34,33 31,71 30,53 30,28 30,13 31,00 30,48 30,98 31,28 31,35 30,67 31,07 29,80 29,87 31,45

Vietnam (Dong) 15.991 16.083 16.449 17.813 19.138 20.249 20.694 20.725 20.978 20.662 20.898 20.877 20.865 20.853 20.873 20.881 20.968 21.158

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro (USD/Euro) 1,22 1,37 1,47 1,39 1,33 1,37 1,44 1,41 1,35 1,39 1,31 1,28 1,25 1,30 1,29 1,32 1,31 1,33

Inggris (Poundsterling) 1,84 2,00 1,85 1,57 1,55 1,60 1,63 1,61 1,57 1,60 1,57 1,58 1,58 1,61 1,59 1,55 1,54 1,55

Rusia (Ruble) 27,17 25,57 24,90 31,76 30,36 29,23 27,99 29,17 31,22 29,40 30,16 31,07 31,95 31,08 31,06 30,42 31,65 32,79

Turki (Lira) 1,44 1,31 1,31 1,55 1,51 1,58 1,57 1,74 1,84 1,68 1,80 1,81 1,80 1,79 1,80 1,79 1,84 1,97

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan (Rand) 6,77 7,05 8,27 8,42 7,32 7,00 6,79 7,16 8,11 7,26 7,75 8,13 8,26 8,69 8,21 8,95 9,48 9,99

Page 147: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

135

Tabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang DuniaTabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia

Negara 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata Periode

Sumber: Bloomberg, diolahKeterangan: -

20112011

2012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012

2013

TW1 TW2 TW3

Amer i k aAmer i k aAmer i k aAmer i k aAmer i k a

Amerika Serikat (Dollar) 9.165 9.139 9.697 10.404 9.085 8.901 8.591 8.614 8.987 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652

Argentina (Peso) 2.981 2.933 3.165 2.798 2.323 2.219 2.105 2.068 2.111 2.126 2.092 2.092 2.063 2.010 2.064 1.936 1.870 1.907

Brazil (Real) 4.213 4.709 5.104 5.221 5.166 5.340 5.385 5.264 4.987 5.244 5.135 4.737 4.688 4.685 4.811 4.860 4.737 4.657

Chili (Peso) 17,3 17,5 19,0 18,6 17,8 18,5 18,3 18,3 17,6 18,1 18,6 18,8 19,7 20,2 19,3 20,5 20,2 21,0

Meksiko (Peso) 840,8 836,3 903,6 769,3 719,4 738,2 733,2 698,1 658,2 706,9 700,1 687,7 722,1 745,0 713,7 768,2 785,5 825,5

Asia Pas i f ikAs ia Pas i f ikAs ia Pas i f ikAs ia Pas i f ikAs ia Pas i f ik

Australia (Dollar) 6.848 7.729 10.996 13.430 9.900 8.850 8.083 8.206 8.872 8.503 8.604 9.221 9.149 9.289 9.066 9.341 9.881 11.627

New Zealand (Dollar) 14.121 12.424 13.928 16.749 12.601 11.774 10.727 10.353 11.565 11.105 11.100 11.784 11.754 11.720 11.590 11.625 11.929 13.347

Hong Kong (Dollar) 1.180 1.171 1.246 1.342 1.169 1.143 1.105 1.105 1.155 1.127 1.170 1.200 1.226 1.244 1.210 1.252 1.262 1.373

China (Renminbi) 1.157 1.196 1.397 1.523 1.342 1.352 1.322 1.342 1.414 1.358 1.440 1.471 1.497 1.545 1.488 1.560 1.592 1.739

India (Rupee) 202,4 221,2 223,1 214,8 198,7 196,7 192,0 188,2 176,2 188,3 180,6 170,8 172,3 178,1 175,4 179,2 175,1 171,6

Jepang (Yen) 78,6 77,3 94,4 111,1 103,7 108,2 105,3 110,9 116,2 110,1 114,4 116,3 120,9 118,7 117,6 105,2 99,2 107,7

Korea Selatan (Won) 9,6 9,8 8,9 8,1 7,9 8,0 7,9 7,9 7,8 7,9 8,0 8,1 8,4 8,8 8,3 8,9 8,7 9,6

ASEAN-5

Malaysia (Ringgit) 2.500 2.660 2.907 2.948 2.823 2.922 2.846 2.853 2.853 2.868 2.967 2.990 3.045 3.156 3.039 3.150 3.194 3.289

Filipina (Peso) 179,8 198,4 218,3 218,4 201,5 203,3 198,7 201,5 206,9 202,6 211,1 217,7 226,9 234,2 222,5 238,5 234,5 243,9

Singapura (Dollar) 5.770 6.068 6.843 7.142 6.670 6.973 6.930 7.025 6.982 6.978 7.186 7.366 7.623 7.888 7.516 7.845 7.846 8.403

Thailand (Baht) 241,9 283,1 293,7 302,7 286,7 291,6 283,7 285,9 289,9 287,8 293,1 297,7 303,2 314,4 302,1 325,7 328,1 338,7

Vietnam (Dong) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5

E r o p aE r o p aE r o p aE r o p aE r o p a

Kawasan Euro (Euro) 11.512 12.524 14.205 14.452 12.050 12.191 12.370 12.171 12.108 12.210 11.915 11.950 11.894 12.516 12.069 12.813 12.800 14.119

Inggris (Pound) 16.888 18.295 17.850 16.220 14.036 14.269 14.016 13.868 14.127 14.070 14.276 14.739 15.021 15.490 14.882 15.068 15.051 16.523

Rusia (Rubbel) 337,4 357,6 389,1 327,2 299,3 304,5 307,0 295,3 287,9 298,7 301,2 299,7 297,6 310,4 302,2 319,0 309,7 324,9

Turki (Lira) 6.375 7.002 7.427 6.698 6.026 5.643 5.480 4.956 4.886 5.220 5.056 5.154 5.272 5.375 5.214 5.437 5..328 5.411

Af r i kaAf r i kaAf r i kaAf r i kaAf r i ka

Afrika Selatan (Rand) 1.361 1.297 1.178 1.240 1.243 1.272 1.265 1.203 1.108 1.212 1.172 1.146 1.151 1.110 1.145 1.085 1.034 1.066

Page 148: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

136

Tabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks SahamTabel 11. Indeks Saham

Negara 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata PeriodeRata-rata Periode

Sumber: BloombergKeterangan: -

20112011

2012

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW42012

2013

TW1 TW2 TW3

Amer i k aAmer i k aAmer i k aAmer i k aAmer i k a

Amerika Serikat (DJIA) 11.408 13.171 11.257 8.870 10.666 12.025 12.365 11.648 11.799 11.959 12.848 12.761 13.113 13.140 12.966 13.994 14.959 15.286

Amerika Serikat (S&P 500) 1.310 1.477 1.222 946 1.140 1.303 1.318 1.225 1.226 1.268 1.349 1.350 1.401 1.418 1.379 1.514 1.609 1.675

Argentina (MERV) 1.746 2.157 1.769 1.628 2.539 3.496 3.333 3.005 2.589 3.106 2.756 2.300 2.431 2.466 2.488 3.264 3.481 3.844

Brazil (BVSP) 38.085 53.189 53.980 52.766 67.277 67.827 64.378 56.474 56.407 61.271 64.263 58.095 57.569 58.453 59.595 58.813 53.355 50.234

Chili (IGPA) 10.802 14.140 13.087 14.265 19.824 21.912 22.540 20.529 19.910 21.223 21.092 21.212 20.502 20.703 20.877 21.974 20.658 18.681

Meksiko (BOLSA) 20.735 29.711 26.774 25.302 33.303 37.172 35.949 34.683 35.859 35.916 37.792 38.545 40.445 42.114 39.724 44.384 41.414 40.926

Asia Pas i f ikAs ia Pas i f ikAs ia Pas i f ikAs ia Pas i f ikAs ia Pas i f ik

Australia (All Ord.) 5.079 6.230 5.043 4.063 4.673 4.876 4.779 4.344 4.244 4.561 4.318 4.258 4.300 4.517 4.348 4.951 4.960 5.075

China (Shanghai) 2.125 4.211 3.057 2.751 2.833 2.863 2.839 2.608 2.366 2.669 2.343 2.343 2.119 2.088 2.223 2.324 2.205 2.085

India (BSE) 11.438 15.535 14.406 13.637 18.182 18.590 18.618 17.400 16.468 17.769 17.183 16.791 17.625 18.916 17.629 19.519 19.336 19.344

Jepang (Nikkei 225) 16.113 17.001 12.148 9.331 10.011 10.285 9.609 9.246 8.581 9.430 9.295 9.026 8.886 9.209 9.104 11.458 13.629 14.128

Korea Selatan (KOSPI) 1.334 1.714 1.534 1.425 1.763 2.034 2.116 1.938 1.850 1.985 1.974 1.910 1.900 1.938 1.931 1.986 1.934 1.913

ASEAN-6

Indonesia (JSX) 1.424 2.176 2.095 1.979 3.056 3.522 3.791 3.894 3.709 3.729 3.971 4.019 4.113 4.311 4.104 4.598 4.938 4.457

Malaysia (KLSE) 956 1.310 1.148 1.080 1.373 1.525 1.544 1.497 1.459 1.506 1.553 1.580 1.634 1.647 1.604 1.647 1.743 1.769

Filipina (PCOM) 2.368 3.426 2.626 2.475 3.525 3.922 4.255 4.334 4.240 4.188 4.824 5.090 5.249 5.541 5.176 6.419 6.850 6.393

Singapura (STI) 2.488 3.372 2.680 2.273 2.937 3.118 3.125 2.923 2.723 2.972 2.922 2.877 3.027 3.064 2.973 3.262 3.299 3.171

Thailand (SET) 719 768 687 583 848 1.003 1.061 1.061 979 1.026 1.120 1.169 1.228 1.315 1.208 1.501 1.535 1.413

Vietnam (Ho Chi Min) 503 1.008 500 426 487 484 449 421 392 436 407 448 409 389 413 471 497 489

E r o p aE r o p aE r o p aE r o p aE r o p a

Kawasan Euro (DJ Stoxx 50) 3.794 4.317 3.323 2.466 2.780 2.933 2.863 2.382 2.278 2.614 2.474 2.226 2.401 2.543 2.411 2.677 2.696 2.782

Inggris (FTSE 100) 5.920 6.405 5.370 4.562 5.466 5.945 5.905 5.463 5.429 5.686 5.822 5.551 5.744 5.844 5.740 6.300 6.438 6.530

Rusia (RTS. $ terms) 1.541 1.978 1.694 997 1.521 1.929 1.936 1.713 1.445 1.755 1.608 1.428 1.424 1.463 1.481 1.557 1.363 1.349

Turki (XU100) 39.779 48.259 37.807 37.532 59.374 64.627 65.408 58.108 54.756 60.725 58.228 58.809 65.080 72.675 63.698 81.200 83.784 73.021

Af r i kaAf r i kaAf r i kaAf r i kaAf r i ka

Afrika Selatan (JSE AS) 21.202 28.234 26.868 23.275 28.536 32.030 31.866 30.718 31.743 31.589 33.778 33.743 35.113 37.558 35.048 40.336 39.861 42.078

Page 149: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

L a m p i r a n

137

Tabel 12. Government DebtTabel 12. Government DebtTabel 12. Government DebtTabel 12. Government DebtTabel 12. Government Debt

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013E

(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)(% PDB)

AmerikaAmerikaAmerikaAmerikaAmerika

Amerika Serikat 56,6 56,5 60,3 75,0 83,7 87,8 92,0 94,3

Argentina 63,8 55,1 44,4 47,7 44,4 39,9 38,3 38,2

Brazil 56,4 58,0 57,4 60,9 53,4 54,2 58,7 59,3

Chili 5,0 3,9 4,9 5,8 8,6 11,1 11,9 11,5

Meksiko 20,5 20,8 24,4 28,0 27,5 28,2 28,7 28,9

Asia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia PasifikAsia Pasifik

Australia 10,3 9,6 9,8 14,0 19,1 22,1 25,2 26,3

China 25,4 29,9 27,6 33,8 34,1 30,8 29,4 28,7

India 74,7 71,4 72,2 70,6 65,0 64,7 68,3 66,6

Jepang 186,0 183,0 191,8 210,2 216,0 230,3 237,9 245,4

Korea Selatan 31,1 30,7 30,1 33,8 33,4 34,2 34,5 34,1

ASEAN-6

Indonesia 36,8 34,3 33,1 28,4 26,0 24,3 23,6 23,5

Malaysia 40,6 40,1 39,8 50,8 51,2 51,8 53,5 54,4

Filipina 61,4 53,9 54,7 54,8 52,4 50,9 51,4 48,9

Singapura 36,1 37,8 40,8 44,1 41,2 42,7 42,1 41,2

Thailand 24,9 24,1 23,5 28,6 29,7 29,3 30,9 31,0

Vietnam 35,2 35,9 34,5 42,8 44,9 43,3 43,0 44,5

EropaEropaEropaEropaEropa

Kawasan Euro *) 70,0 68,4 66,2 70,2 80,0 85,4 87,3 90,6

Inggris 43,3 44,2 52,7 67,8 79,4 85,5 90,0 92,2

Rusia 9,0 8,5 7,9 11,0 11,0 11,7 10,8 12,9

Turki 46,5 39,9 40,0 46,1 42,4 39,3 36,1 33,6

Afr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ikaAfr ika

Afrika Selatan 32,5 26,9 24,6 27,1 34,5 38,6 40,1 42,2

Sumber: Moody's Statistical Handbook Mei 2013, Trading Economics

Keterangan:Cetak Miring = proyeksi Moody's Statistical Handbook Mei 2013*) Menggunakan data Moody's Statistical Handbook Mei 2013Tanda (-) data tidak tersedia

Page 150: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2013

138

Tabel 13. Harga Komoditi DuniaTabel 13. Harga Komoditi DuniaTabel 13. Harga Komoditi DuniaTabel 13. Harga Komoditi DuniaTabel 13. Harga Komoditi Dunia

Akhir Periode Rata-rata

TotalTotalTotalTotalTotal 223,7223,7223,7223,7223,7 218,2218,2218,2218,2218,2 184,3184,3184,3184,3184,3 215,1215,1215,1215,1215,1 206,8206,8206,8206,8206,8 203,8203,8203,8203,8203,8 192,6192,6192,6192,6192,6 184,1184,1184,1184,1184,1 180,1180,1180,1180,1180,1 223,9223,9223,9223,9223,9 203,2203,2203,2203,2203,2 212,5212,5212,5212,5212,5 207,7207,7207,7207,7207,7 206,9206,9206,9206,9206,9 194,3194,3194,3194,3194,3 187,0187,0187,0187,0187,0

Indeks

EnergiEnergiEnergiEnergiEnergi

Indeks 123,6 109,6 112,3 101,8 102,4 105,1 108,3 110,1 99,4 112,6 111,7 99,2 101,9 105,7 107,9 111,4

Harga spot

Minyak WTI (USD/barrel) 91,4 79,2 98,8 94,5 88,2 92,9 95,8 106,2 87,3 89,5 94,0 92,2 88,1 94,3 94,2 105,8

Batubara (USD/ton) 71,2 80,2 75,3 63,7 68,2 65,0 67,3 60,8 65,0 80,0 78,9 61,2 66,8 66,6 67,1 64,0

Gas Alam (USD/Mn Btu) 4,2 3,7 3,0 2,9 3,3 3,8 3,8 3,6 4,4 4,1 3,3 2,9 3,4 3,5 4,0 3,6

LogamLogamLogamLogamLogam

Indeks 248,3 241,4 216,2 226,8 229,7 222,6 195,0 201,7 206,9 251,0 223,1 214,3 225,8 229,5 201,9 196,9

Harga spot

Emas (USD/ounce) 1.421 1.624 1.564 1.746 1.683 1.594 1.342 1.351 1.227 1.706 1.683 1.657 1.717 1.631 1.415 1.331

Timah (USD/mt) 26.900 20.350 19.200 20.734 22.881 23.343 20.328 22.738 20.441 24.682 20.912 19.324 21.591 24.065 20.936 21.327

Tembaga (USD/mt) 9.600 7.019 7.600 8.095 7.990 7.684 7.032 7.186 7.558 8.993 7.530 7.732 7.925 7.954 7.187 7.104

Alumunium (USD/mt) 2.413 2.157 2.020 2.077 2.098 1.951 1.855 1.808 2.200 2.430 2.115 1.954 2.022 2.039 1.871 1.828

Nikel (USD/mt) 24.750 17.600 18.710 17.336 17.513 16.802 14.353 13.873 21.869 22.037 18.396 16.424 17.043 17.370 15.024

PanganPanganPanganPanganPangan

Indeks 273,2 260,2 195,6 273,1 246,7 244,2 240,7 210,9 198,2 257,0 232,5 278,6 252,9 245,0 238,4 222,4

Harga spot

Jagung (USD/bushel) 5,9 5,7 6,3 7,7 7,2 7,3 6,9 4,8 5,4 7,0 6,1 7,9 7,3 7,2 6,8 5,8

Gandum (USD/bushel) 7,1 6,1 6,6 8,4 8,2 7,1 7,0 6,9 6,3 7,1 6,2 8,3 8,4 7,4 7,1 6,9

Gula (Cents/pound) 36,2 26,3 23,3 20,0 19,3 18,5 17,1 17,4 19,6 28,7 24,7 21,2 19,7 18,5 17,5 17,1

Kedelai (USD/bushel) 13,5 11,5 11,8 16,9 14,5 14,6 15,5 14,0 10,3 13,5 11,6 16,9 14,7 14,5 15,0 14,4

Beras (USD/mt) 536,8 615,6 580,9 590,5 565,5 564,5 546,3 503,8 521,0 579,7 597,4 583,9 580,3 570,7 550,7 521,0

CPO (USD/mt) 1,164 916,6 997,0 865,2 679,5 755,8 759,9 724,4 856,0 1,024 956,0 910,0 715,1 755,8 757,2 723,6

Sumber : Bloomberg, IMF, diolahKeterangan :Indeks Harga Komoditi, harga rata-rata 2005 = 100

2011 2012

TW3 TW4 TW3 TW4 TW1 TW2 TW32010 2010

2013 2011 2012

TW3 TW4 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3

2013

Page 151: Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia · 2013-12-11 · Perekonomian global selama triwulan tiga 2013 masih ... berlarut-larut menimbulkan keraguan akan peranan mata uang AS dan US treasury

Tim Penyusun PEKKI Triwulan III - 2013

EditorM. Noor Nugroho

Tim ProduksiM. Noor Nugroho, Ita Vianty, Diah Indira, Sholihah, Shinta Fitrianti, Gilang Andrianty, Floury Han-

dayani, dan Betty Purbowati Cahyadewi.

Kontributor Tulisan, Tabel, dan GrafikPerkembangan Ekonomi Global, Kawasan, dan Individu NegaraM. Noor Nugroho (Perkembangan Ekonomi Global dan Regional); Ita Vianty (Amerika Serikat); Diah Indira (Brazil); Sholihah (Malaysia dan Singapura); Shinta Fitrianti (China, India, dan Korea); Gilang Andrianty (Inggris, Filipina, dan Thailand); Floury Handayani (Vietnam); Betty Purbowati Cahyadewi (Kawasan Euro dan Jepang).

Perkembangan Pasar Keuangan dan KomoditasFloury Handayani (Pasar Keuangan, Pasar Valuta Asing, dan Pasar Komoditas)

Perkembangan Kerja Sama Internasional dan Lembaga Internasional

Andy Setyo Biwado dan Ahmad Adi Nugroho (Kerja Sama Regional); Azhari Firmansyah (Kerja Sama

Multilateral).

ArtikelGrup Studi Internasional (Government Shutdown dan Debt Ceiling AS: Dampak kepada Ekonomi AS

dan Global) dan M. Noor Nugroho (Global Financial Safety Net sebagai Second Line of Defense)

Lampiran, Tabel, dan GrafikAzmi Utama Nawawi