bab 1 pendahuluan - direktorat tata ruang dan pertanahan...
TRANSCRIPT
-
1
-
1
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan akan selalu berhadapan dengan isu-isu yang sifatnya lintas
sektoral dan lintas wilayah. Dengan karakteristik seperti itu, perencanaan pembangunan
harus didukung dengan koordinasi yang kuat, baik dalam proses penyusunan rencana
maupun pada pelaksanaannya. Tanpa koordinasi yang kuat, khususnya sejak tahap
penyusunan rencana, peluang untuk terjadinya tumpang tindih kegiatan dan konflik akan
semakin besar, yang pada akhirnya akan menghambat pelaksanaan pembangunan.
Sebaliknya, rencana yang sinergis dan terkoordinasi dengan baik akan menghasilkan
dampak yang jauh lebih besar dan juga biaya yang mungkin jauh lebih murah.
Dalam konteks pembangunan nasional di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, koordinasi
menjadi sangat penting karena kebijakan yang diambil di dalam kedua bidang tersebut
merupakan kebijakan yang bersifat lintas sektoral, lintas daerah dan juga lintas pelaku.
Sebagai contoh, perencanaan kegiatan sertifikasi tanah lintas sektor harus didukung
dengan koordinasi yang kuat antara BPN dengan sektor yang terkait, misalkan
Kementerian Pertanian, dan juga pemerintah daerah. Tanpa kerjasama dari sektor dan
pemerintah daerah, tentunya akan sulit bagi BPN untuk melakukan mengidentikasi tanah
petani yang akan menjadi objek kegiatan sertifikasi. Demikian juga halnya dengan
kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Koordinasi yang intensif sangat
diperlukan terutama dalam menetapkan prioritas penyelesaian RTRW baik di tingkat
nasional maupun daerah. Dari kedua kasus tersebut terlihat bahwa koordinasi mutlak
diperlukan bagi perencanaan pembangunan di bidang tata ruang dan pertanahan.
Sejauh ini, sesuai dengan tupoksinya, fungsi koordinasi tersebut dilakukan oleh Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, terutama pada saat penyusunan RKP 2014.
Koordinasi dilakukan tidak hanya dalam bentuk forum seperti rapat koordinasi reguler
maupun forum koordinasi lainnya seperti konsinyasi, seminar, tetapi juga dalam bentuk
komunikasi informal lainnya seperti telepon dan email. Keseluruhan proses koordinasi
tersebut penting untuk didokumentasikan tidak hanya sebagai bentuk
-
2
pertanggungjawaban keproyekan namun juga sebagai referensi agar dapat meningkatkan
upaya koordinasi perencanaan ke depannya.
Untuk tahun 2013 ini, koordinasi penyusunan RKP 2014 mempunyai nilai strategis
tersendiri, dikarena dua hal. Pertama, RKP 2014 adalah RKP terakhir bagi pelaksanaan
RPJMN 2010-14. Artinya, RKP 2014 merupakan kesempatan terakhir untuk menuntaskan
target RPJMN 2010-2014 yang masih backlog (belum tercapai). Kedua, RKP 2014 disusun
dengan pertimbangan adanya peralihan menuju RPJMN periode berikutnya. Artinya, ada
pertimbangan khusus dalam penyusunan RKP 2014 untuk mempersiapkan kondisi yang
memadai untuk pelaksanaan amanat RPJPN untuk tahapan lima tahun ke depan.
Konsekuensi dari dua hal tersebut, pendekatan penyusunan RKP 2014 sedikit berbeda,
yaitu dengan pendekatan isu-isu strategis pembangunan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 adalah: (1) Meningkatkan kualitas
dan sinergi rencana pembangunan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan yang
dilaksanakan oleh berbagai kementerian/lembaga dan daerah; (2) Membangun jejaring
(networking) dengan para pelaku pembangunan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan;
dan (3) Meningkatkan rasa kepemilikan (senseof belonging) para pihak terhadap rencana
pembangunan melalui peran serta para pihakdalam proses perencanaan pembangunan di
Bidang Tata Ruang dan Pertanahan.
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 ini mencakup: (1) Koordinasi dalam
perumusan isu-isu strategis, arah kebijakan, dan sasaran yang hendak dicapai di Bidang
Tata Ruang dan Pertanahan; (2) Koordinasi dalam penyusunan program, kegiatan,
indikator dan alokasi pendanaan pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan,
termasuk di dalamnya koordinasi dalam hal pengusulan dan penilaian inisiatif baru; (3)
Koordinasi dalam penyiapan dan penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
(Renja K/L) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk
Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; (4) Koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan khusus lainnya yang terkait tata ruang dan pertanahan, misalnya
-
3
koordinasi koordinasi sertifikasi tanah lintas sektor, dan koordinasi strategis lainnya; (5)
identifikasi berbagai hambatan dan kendala dalam melaksanakan koordinasi penyusunan
RKP 2014 dan koordinasi perencanaan secara umum lainnya.
Adapun lingkup substansi kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 ini sesungguhnya
mencakup lima program pembangunan yang ada di dalam RPJMN 2010-2014
sebagaimana tertera di bawah. Namun proses koordinasi lebih difokuskan pada dua
program pertama yang berada langsung di bawah Bab Bidang Wilayah dan Tata Ruang.
Kelima program pembangunan adalah: (1) Program Penataan Ruang; (2) Program
Pengelolaan Pertanahan; (3) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya; (4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; dan (5) Program
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur.
1.4 Keluaran yang Diharapkan
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 ini adalah: (1)
Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi/konsultasi teknis dengan mitra kerja utama,
yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Badan Pertanahan
Nasional; (2) Kompilasi materi, baik itu isu-isu strategis bidang tata ruang dan
pertanahan,materi rapat koordinasi, hasil kesepakatan dengan mitra kerja, usulan dan
penilaian inisiatif baru, dan materi lainnya; (3) Tersusunnya Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) 2014 untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; dan (4) Tersusunnya Renja K/L dan
RKA-KL oleh mitra kerja yang telah sejalan dengan sasaran dan arah kebijakan RKP 2014.
1.5 Dasar hukum
Pada saat penyusunan RKP 2014, belum ada dasar hukum baru yang melengkapi atau
menggantikan dasar hukum yang digunakan sewaktu penyusunan RKP tahun sebelumnya
(2013). Dengan demikian, dasar hukum penyusunan RKP 2014adalah sama dengan dasar
hukum penyusunan RKP 2013 sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Penyusunan RKP2014 mengacu pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 mengenai
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkanbahwa dokumen
perencanaan pembangunan di Indonesia terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
-
4
Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP). Di samping itu, pelaksanakan kegiatan koordinasi penyusunan RKP
2014mengacu pada berbagai peraturan perundang-undangan terkait lainnya, yang utama
diantaranya adalah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No. 20 Tahun
2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lingkungan, PP No. 40 Tahun
2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan PP No. 90
Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.
Secara umum proses penyusunan RKP dan Renja-KL 2014 mengacu pada PP No. 40 Tahun
2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dan PP No.90
Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.Proses tersebut dapat diringkas sebagai berikut.
Kotak 1. Proses Penyusunan RKP
Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah secara lengkap dapat dilihat pada
Bagan Alur Proses Penyusunan RKP padaGambar 1dibawah ini.
Ran
can
gan
Aw
al R
KP
201
4 RPJMN 2010-2014 dijabarkan ke dalam rancangan awal RKP 20143. Rancangan awal RKP 2014 ini disusun dengan mempertimbangkan juga informasi mengenai keuangan negara, kebijakan moneter, statistik perekonomian dan data sektoral. Setelah dibahas di dalam sidang kabinet, draf rancangan awal RKP 2014 ditetapkan menjadi rancangan awal RKP 2014. Rancangan awal RKP 2014 memuat rancangan kebijakan umum prioritas pembangunan nasional, rancangan ekonomi makro, program dan kegiatan pembangunan baik dalam lingkupK/L, lintas K/L, kewilayahan, dan lintas kewilayahan, beserta pagu indikatif.
Rak
orp
us,
Ren
ja K
L, d
an
Mu
sren
ban
gpro
v
Rancangan awal RKP 2014 menjadi bahan Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus) 2013. Selanjutnya, rancangan awal RKP 2014 ini menjadi acuan bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rancangan Renja K/L dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan musrenbang provinsi dan menyusun RKPD.
Mu
sren
ban
gnas
, Ran
can
gan
A
khir
, dan
Pe
net
apan
RK
P 2
014
Musrenbang Nasional diselenggarakan dalam rangka mengakomodasi aspirasi daerah dan menyempurnakan rancangan awal RKP 2014 menjadi rancangan akhir RKP 2014. Rancangan akhir RKP 2014 ini selanjutnya dibahas dalam sidang kabinet untuk diputuskan menjadi RKP (pagu definitif) yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
-
5
Gambar1.Alur Proses Penyusunan RKP
RPJM Nasional
Renstra-
KL
RPJM
Daerah
Keuangan
Negara
Dijabarkan Rancangan
Awal RKP
Moneter-BI Statistik-BPS
Data Sektoral
SEB Men PPN danMenkeuPaguIndikatif
Sidang
Kabinet
Rancangan
RKP
Rancangan
Renja KL
Rancangan
RKPD
Musrenbang
Pusat
Musrenbang
Nasional
Musrenbang
Propinsi
Rancangan
Akhir RKP
Sidang
Kabinet
Ditetapkan
dg Perpres
RKP
Renja KL Penyesuaian
Renja KL
PenyesuaianRancangan RKPD
Kab
inet
/
Pre
side
n M
ente
ri P
PN
M
ente
riKeu
anga
n
Pen
yele
ngga
ra
Neg
ara
Dae
rah
Background
Study RPJMN
2010-2014
Sumber: PP 40 Tahun 2006
-
6
1.6 Metodologi dan Bentuk Koordinasi
Metode dan bentuk koordinasi yang diterapkan dalam penyusunan RKP 2014 kurang
lebih sama dengan tahun sebelumnya. Koordinasi dilakukan dalam berbagai bentuk dan
metode, baik itu koordinasi dengan tatap muka langsung seperti rapat dan musyawarah
ataupun melalui media seperti surat-menyurat, email, telepon, dan pesan singkat. Bagian
ini akan menjelaskan beberapa bentuk koordinasi langsung yang wajib dilakukan selama
proses penyusunan RKP, sebagai berikut.
Kotak 2. Bentuk-Bentuk Koordinasi
1.7 Rencana Kerja dan Jadwal
Pelaksanaan kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 di Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan menyesuaikan dengan agenda besar Bappenas yang berlangsung dari bulan
Januari sampai dengan bulan Mei 2013. Adapun rincian kegiatan penyusunan dalam
penyusunan RKP 2014 adalah terlampir.
1.8 Struktur Organisasi Direktorat
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan terdiri dari tiga sub-direktorat, yaitu: Sub
Direktorat Tata Ruang;Sub Direktorat Pertanahan; dan Sub Direktorat Informasi dan
Rapat pimpinan adalah rapat pengambilan keputusan di tingkat eselon I Bappenas dan dipimpin oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas yang dijadikan dasar atau pengarahan dalam penyusunan RKP tahun 2012. Salah satu pembahasan penting dalam rapim adalah penetapan tema RKP 2012 dan prioritas pembangunan tahun 2012 yang biasanya diselenggarakan pada awal bulan Januari.
Rapat koordinasi merupakan pertemuan yangdilakukan baik dengan direktorat di Bappenas maupun dengankementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja. Salah satutujuan dari rapat koordinasi ini adalah meminta masukan darimitra kerja terutama dalam penjabaran prioritas pembangunanoleh kementerian dan lembaga. Di samping itu, koordinasiantardirektorat terkait Bappenas juga dilakukan dalam rangkamengkoordinasikan kegiatan prioritas dan kegiatan lintas sektor.
Musyawarah perencanaan pembangunan adalah pertemuan antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan sebagai wujud dari sinkronisasi rencana pembangunan baik antar K/L di pusat maupun dengan daerah. Ada dua bentuk musrenbang yang terkait langsung dengan penyusunan RKP, yaitu Rakorbangpus dan Musrenbangnas, yang biasanya diselenggarakan pada akhir Maret dan April. Pada tahun 2011, dilaksanakan untuk pertama kalinya konsep revitalisasi musrenbang yang memecah pelaksanaan musenbangnas ke dalam tiga rangkaian kegiatan, yaitu pra-musrenbangnas, musrenbangnas, dan pasca-musrenbangnas.
Forum trilateral merupakan forum pertemuan tigapihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Keuangan danBappenas. Forum ini bertujuan untuk mengawal kegiatanprioritas baik dari target dan sasaran maupun pendanaannya. Disamping itu, forum ini juga bertujuan untuk menjaga konsistensianatara RKP dengan Renja-KL serta input bagi penyusunanRencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL).
-
7
Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan. Masing-masing sub-direktorat melakukan
penyusunan RKP 2013 sesuai dengan lingkup tugasnya dengan berkoordinasi dengan
mitranya masing-masing. Pembagian mitra kerja untuk setiap sub-direktorat adalah
sebagai berikut.
TABEL1MITRA KERJA DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN
1.9 Sistematika Penulisan
Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan RKP 2013 ini disusun dengan mengikuti
sistematika sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai konteks dan alasan mengapa perlu kegiatan
koordinasi dalam penyusunan RKP 2013 untuk Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan, tujuan dari koordinasi yang dilakukan, ruang lingkup dan keluaran
yang dihasilkan dari pelaksanaan koordinasi,dasar hukum dan metodologi
koordinasi, rencana kerja dan struktur organisasi, serta sistematika penulisan
laporan.
Bab 2 Hal Baru dalam Perencanaan Pembangunan 2014
Pembahasan pada bab ini dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama
membahas mengenai isu-isu strategis pembangunan tata ruang dan pertanahan
tahun 2014. Bagian kedua membahas mengenai proses pengusulan,
Subdit. Tata Ruang
Ditjen. Penataan Ruang, KementerianPekerjaan Umum
Dit. Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri
Subdit. Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional
-
8
seleksi/penilaian, dan penetapan inisiatif baruyang diusulkan oleh mitra kerja
pembangunan untuk tahun 2014.
Bab 3 Mengkoordinasikan Perencanaan Pembangunan 2014
Bab ini menguraikan secara rinci dan bertahap mengenai proses penyusunan
RKP 2014 yang mencakup proses penetapan prioritas, penetapan pagu indikatif,
pelaksanaan Rakorbangpus, Trilateral Meeting, dan Musrenbangnas,
penyusunan Renja dan RKA KL serta finalisasi RKP 2014 dan penetapan pagu
definitif. Pembahasan dibagi ke dalam dua bagian berdasarkan bidang
pembangunan yang ditangani, yaitu bidang tata ruang dan pertanahan.
Bab 4 Penutupan
Bab ini merangkum semua isu laporan dan menyampaikan beberapa usul
perbaikan untuk ke depannya.
-
9
BAB 2 Hal
BarudalamPerencanaanPembangun
an 2014
2.1 Isu Strategis Pembangunan Tahun 2014
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 merupakan tahapan terakhir dari
proses Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Selama
ini, ternyata masih banyak program dan kegiatan strategi dalam pelaksanaannya yang
belum tercapai. Oleh karena itu diperlukan percepatan (akselerasi) dari program dan
kegiatan tersebut. Sesuai arahan Presiden bahwa pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan dalam RPJMN 2014 2019 harus menampung isu-isu strategis kegiatan yang
dapat mempercepat pencapaian pembangunan serta dapat mensejahterakan masyarakat.
Berikut adalah isu-isu strategis yang merupakan hal penting untuk dilaksanakan dalam
RPJMN 2014 2019 sebagai berikut :
1. Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi;
2. Penyiapan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan (supply side);
3. Pemantapan Keamanan Dalam negeri dan Pemberantasan Terorisme;
4. Penyelenggaraan Pemilu 2014;
5. Percepatan Pembangunan Minimum Essential Force Didukung dengan Pemberdayaan Industri Pertahanan;
6. Perluasan Program Keluarga Harapan;
7. Pengembangan Penghidupan Penduduk Miskin dan Rentan (Transformasi program Pemberdayaan Masyarakat);
8. Perkuatan Kelembagaan Hubungan Industrial;
9. Peningkatan Kemampuan IPTEK dalam Rangka Mendukung Percepatan dan Perluasan Ekonomi Nasional;
10. Pencapaian surplus bers 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai dan gula;
11. Diversifikasi pemanfaatan Energi (Konversi Energi/Gas);
12. Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak;
13. Konektivitas yang menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan industri.
-
10
Terkait dengan bidang tata ruang dan pertanahan ada 2 (dua) isu strategis yang dihadapi :
1. Kesiapan infrastruktur dan kelembagaan penanganan bencana-mitigasi bencana. Dalam
melaksanakan isu strategis ini, beberapa langkah strategis telah dilakukan meliputi : (a)
pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi sementara), (b) pembangunan
sirine peringatan dini gempa, (c) pembangunan desa tangguh, (d) peningkatan koordinasi
oleh PNPB dengan kementerian/lembaga terkait, (e) pengendalian banjir di DKI Jakarta,
pengamanan pantai dan pengendali lahar, (f) pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS
prioritas, (g) percepatan proses alih status kawasan, (g) penyelesaian RTRW Provinsi.
2. Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat. Dalam
melaksanakan isu strategis ini, beberapa langkah strategis telah dilakukan meliputi : (a)
pemantapan program Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri sagu di
kabupaten/kota, (b) Inisiasi program pemberdayaan pasar tradisional yang melibatkan
OAP, (c) koordinasi keberlanjutan pembangunan sekolah berasrama yang menjangkau
daerah pengunungan tengah, (d) strategi pembangunan jalan strategis papua sepanjang
3.488 km (80 ruas jalan) untuk membuka keterisolasian, (e) peningkatan status kelas RS
dan jumlah mobile clinic, (f) konsolidasi antara Pemda dengan kemenhan, TNI, Polri,
maupun Kemendiknas untuk pemberian kuota bagi siswa berprestasi.
2.2 Pengusulan dan Evaluasi Inisiatif Baru
Setiap K/L dapat mengusulkan proposal inisiatif baru lebih dari satu proposal dimana setiap
proposal hanya boleh diajukan satu kali dalam tiga kesempatan tersebut. Setiap K/L bisa
mengusulkan inisiatif baru yang terkait dengan arahan kebijakan dan prioritas
pembangunan nasional. Penetapan usulan yang akan disetujui sebagai inisiatif baru
dilakukan melalui sistem kompetisi dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran.
Perbedaan antara mekanisme inisiatif baru dan APBN-P adalah yang awal merupakan
penyesuaian perencanaan untuk tahun direncanakan, sedangkan yang kemudian
penyesuaian perencanaan untuk tahun berjalan.
-
11
Dalam penyusunan RKP tahun 2014, masing-masing K/L dapat mengajukan dan
mengusulkan inisiatif baru. Pengajuan ini harus melalui persetujuan pihak Bappenas dalam
hal ini direktorat mitra kerja K/L tersebut. Usulan inisiatif baru tersebut mengarah pada
usulan-usulan yang selama ini belum pernah sekalipun dibahas dan didiskusikan dalam
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) maupun rencana
kerja pemerintah (RKP) tahun-tahun sebelumnya. Usulan inisiatif baru ini juga harus
membuka ruang untuk masukan dan ide-ide baru. Inisiatif baru dibagi dalam tiga kategori.
Pertama, dalam bentuk penambahan program baru/outcome baru/kegiatan baru/output
baru yang membawa konsekuensi dibutuhkannya penambahan anggaran perubahan
baseline. Kedua, penambahan volume target. Ketiga, percepatan pencapaian target berupa
penambahan target baru yang bersifat percepatan sehingga membutuhkan penambahan
anggaran, tapi pagu anggaran dasar jangka menengahawal tidak berubah. Seluruh kategori
inisiatif baru tersebut harus sesuai arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang
ditetapkan presiden di awal tahun berjalan. Pemerintah memiliki tiga alternatif sumber
pendanaan inisiatif baru yang akan diusulkan K/L. Pendanaan itu dari tambahan anggaran
(on top) yang dapat berupa rupiah murni, pinjaman, atau hibah; realokasi anggaran baik itu
realokasi tahun direncanakan maupun realokasi antartahun; serta kombinasi antara
tambahan anggaran (on top) dan realokasi anggaran. Usulan inisiatif baru dapat dilakukan
dalam 3 (tiga) kesempatan dalam siklus perencanaan/penganggaran, yaitu: (a) sebelum
pagu indikatif (pengusulan I) sekitar Bulan Januari/Februari yang diusulkan setelah
dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Menteri PPN; (b) sebelum pagu anggaran (pengusulan II)
sekitar Bulan Mei/Juni yang diusulkan untuk mengakomodasi arahan Presiden dan usulan
yang muncul dalam musrenbangnas; dan (c) sebelum alokasi anggaran (pengusulan III)
sekitar bulan Agustus/September yang diusulkan untuk mengakomodasi arahan Presiden
dan hal-hal yang belum tertampung dalam dua kali pengusulan sebelumnya. Penetapan
usulan yang akan disetujui sebagai Inisiatif Baru dilakukan melalui sistem kompetisi dengan
mempertimbangkan ketersediaan anggaran.
a. Usulan inisiatif baru tahap I
Pengajuan usulan inisiatif baru tahap I dimulai pada bulan Januari-Februari. Direktorat Tata
Ruang dan Pertanahan sebagai mitra kerja K/L, bertugas untuk mengkoordinasikan
pengusulan Inisiatif Baru, melakukan penilaian kualitas proposal terutama dari sisi kebijakan
-
12
(policy), serta menjaga konsistensi pencapaian target prioritas pembangunan nasional.
Daftar usulan inisiatif baru tahap I yang diajukan oleh BPN adalah seperti yang tercantum
dalam tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Usulan inisiatif baru tahap I BPN
No. Program/Kegiatan Indikator
Kinerja
Target 2014 Alokasi 2014
1.
Pemetaan Tanah Ulayat di
Provinsi Papua dan Papua
Barat
Tersedianya
peta tematik
tanah ulayat di
Provinsi Papua
dan Papua
Barat
Provinsi Papua
10.000.000 Ha
Provinsi Papua
Barat
5.000.000 Ha
60.000.000.000
Pengaj
Tabel 3. Hasil Penilaian Terhadap Usulan Inisiatif Baru BPN Tahap I
No. Aspek Penilaian / Sub Aspek Penilaian Pemetaan Tanah
Ulayat 1. Tujuan 8
Tujuan jelas dan rasional 4
Hasil yang ingin dicapai jelas dan terkait Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional
4
2. Masalah 8
Definisi masalah jelas 4 Tidak dapat diselesaikan dengan program yang ada 4
3. Cakupan 8
Cakupan nasional atau daerah tertentu 4
Alasan pemilihan cakupan/daerahjelas 4
4. Penerima Manfaat 12
Penerima manfaat jelas 4
Penerima manfaat tepat sasaran 4
Data pendukung jelas 4 5. Strategi 16
Rencana pelaksanaan jelas 4
Jangka waktu rasional 4
Kejelasan output-sub output 4
Realistis untuk diterapkan 4
6. Indikator Kinerja 8
Indikator kinerja logis dan sesuai 4 Indikator kinerja sesuai Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional
4
7. Target 7
Target jelas dan rasional 4
-
13
No. Aspek Penilaian / Sub Aspek Penilaian Pemetaan Tanah
Ulayat Target realistis untuk dicapai 3
TOTAL 67
egiatan yan
g diusulkan pemetaan tanah ulayat di Provinsi Papua dan Papua Barakonflik tet.
Tabel 4. Daftar Penilaian Terhadap Usulan Inisiatif Baru BPN Tahap I
No Nomor
Proposal Nama Usulan Nilai
1 1303110283 Fasilitasi dan Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota dalam Lingkup KSN Perkotaan
78%
2 1303110228 Fasilitasi Pelaksanaan Pelaksanaan Penyusunan Keterpaduan Program Melalui Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
79%
3 1303110225 Fasilitasi Pelaksanaan Penyusunan Keterpaduan Program melalui RPI2JM 70%
4 1303110223 Fasilitasi Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur
85%
5 1303110225 Pemantauan dan Evaluasi Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten 78%
6 1303110202 Pemantauan dan Evaluasi Perda RTRW Kabupaten dan Kota 70%
7 1303110205 Fasilitasi Persetujuan Substansi dan Bimbingan Teknis Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten 94%
8 1303110219 Fasilitasi Persetujuan Substansi dan Bimbingan Teknis Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten di Wilayah II 77%
9 1303110282 Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) 82%
10 1303110284 Program Pelestarian dan Pengembangan Kota Pusaka (P3KP) 65%
11 1303110108 Pembentukan Kelembagaan Pelaksana Penataan Ruang Bidang Infrastruktur Pekerjaan Umum di 12 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
83%
b. Usulan inisiatif baru tahap II
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada penyusunan RKP 2014 DJPR dan BPN tidak
mengajukan usulan inisiatif baru tahap II yang periode waktunya pada Bulan Mei Tahun
2013.
-
14
-
15
BAB 3 Mengkoordinasikan Perencanaan Pembangunan 2014
3.1 Penetapan Prioritas dan Rancanagn Awal RKP 2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
Penetapan prioritas dilakukan dengan melakukan rapat awal penyusunan RKP yang
dilaksanakan oleh tim khusus yang terdiri dari Sesmen PPN/Sestama Bappenas bersama
dengan tim dari Deputi Bidang Ekonomi dan Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan.
Berdasarkan hasil rapat tersebut, ditetapkan rancangan prioritas pembangunan dan
ditunjuk koordinator dari masing-masing prioritas serta penanggungjawab dan penulis bab.
Selanjutnya, masing-masing direktorat di Bappenas yang memiliki mitra kerja
kementerian/lembaga mengusulkan program yang menjadi tanggung jawab direktorat
untuk menjadi bagian dari prioritas pembangunan tahun 2014, sekaligus menyusun draft
awal yang disebut dengan Rancangan Awal RKP 2014. Rancangan awal RKP 2014 termasuk
penyusunan Renja K/L versi Bappenas, akan menjadi bahan masukan dalam penetapan pagu
indikatif tiap kementerian/lembaga.
Untuk penyusunan RKP 2014 bidang tata ruang, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
berkoordinasi dengan Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum (DJPR PU).
Sementara untuk bidang pertanahan, berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Koordinasi dalam proses penyusunan RKP 2014 ini dimaksudkan guna mencari
kerangka awal penyusunan program dan kegiatan yang akan digulirkan terutama kegiatan
maupun program prioritas pemerintah. Penyusunan RKP 2014 secara umum dimulai dengan
penyusunan rancangan awal RKP 2014 pada bulan Januari 2013. Koordinasi ini didahului
dengan melaksanakan evaluasi singkat mengenai pelaksanaan program dan kegiatan bidang
pertanahan di tahun sebelumnya yaitu Tahun 2012. Disamping itu, dipertimbangkan juga
bahan-bahan perkiraan kecenderungan (tren) 2010-2014 serta arahan RPJPN 2005-2025 dan
RPJMN 2010-2014.
Output yang diharapkan dari pelaksanaan koordinasi ini adalah tersusunnya program
maupun kegiatan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan pada tahun 2014 yang dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun
-
16
masyarakat Indonesia di tahun tersebut. Usulan program pembangunan keseluruhan yang
direncanakan masuk ke dalam DIPA DJPR PU pada tahun 2014 adalah Program
Penyelenggaraan Penataan Ruang. Sementara usulan program pembangunan keseluruhan
yang direncanakan masuk ke dalam DIPA BPN pada tahun 2014 adalah:
1. Program Pengelolaan Pertanahan Nasional;
2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN;
3. Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN RI;
4. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN;
Seperti pada setiap penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun-tahun sebelumnya,
dalam penyusunan RKP 2014 ini output yang dihasilkan yaitu terdiri dari 3 (tiga) buku yaitu
buku I, buku II, dan buku III. Buku I berisi program dan kegiatan yang masuk ke dalam
kategori prioritas nasional sedangkan buku II berisi program dan kegiatan yang
dikategorikan sebagai prioritas bidang. Untuk buku III sendiri adalah penetapan lokasi
kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik prioritas nasional maupun prioritas bidang. Dalam
RPJMN 2010-2014, prioritas nasional yang terkait dengan bidang tata ruang adalah Prioritas
6: Program aksi di bidang infrastruktur yang didukung oleh Program Penyelenggaraan
Penataan Ruang melalui kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Daerah
1 dan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Daerah 2.
Tabel prioritas nasional Tahun 2014 bidang tata ruang secara lengkap dapat dilihat
pada tabel 5 dibawah ini.
-
17
Tabel 5. Prioritas Nasional 2014 Bidang Tata Ruang
NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2014 PAGU TAHUN 2014 INSTANSI
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PRIORITAS 6 : PROGRAM AKSI DI BIDANG INFRASTRUKTUR
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
1. Pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah 1
Keserasian dan keselarasan program pembangunan dengan RTRW
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
15 provinsi 71,65 Kemen PU
2. Pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah 2
Keserasian dan keselarasan program pembangunan dengan RTRW
Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya
17 provinsi 84,45 Kemen PU
-
18
Dalam RPJMN 2010-2014, prioritas nasional yang terkait dengan bidang pertanahan adalah:
a. Prioritas 4: Program aksi bidang penanggulangan kemiskinan;
b. Prioritas 5: Program aksi bidang ketahanan pangan;
c. Prioritas 6: Program aksi di bidang infrastruktur;
d. Prioritas 7: Program aksi di bidang iklim investasi dan iklim usaha;
e. Prioritas 8: Program aksi di bidang energi; dan
f. Prioritas 10: Program aksi di bidang daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca
konflik.
Berdasarkan kerangka besar RPJMN 2010-2014 dan melalui koordinasi yang intensif dengan
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Badan Pertanahan Nasional (BPN), disepakati
kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung tercapainya prioritas nasional sebagai berikut:
a. Prioritas Nasional 4 (program aksi di bidang penanggulangan kemiskinan) didukung oleh
program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan
provinsi dengan indikator Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang);
b. Prioritas Nasional 5 (program aksi di bidang pangan), didukung oleh program dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan
pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan hubungan
masyarakat dengan indikator jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan UU 41 Tahun
2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Paket);
c. Prioritas Nasional 6 (program aksi di bidang infrastruktur) didukung oleh 2 (dua) program
yaitu: (1) program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan
pertanahan provinsi dengan indikator Neraca Penatagunaan Tanah di daerah
(Kab/kota/kec) dan inventarisasi P4T (bidang); dan (2) program dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan perturan
perundang-undangan bidang pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator
tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan
umum;
d. Prioritas Nasional 7 (program aksi di bidang iklim investasi dan iklim usaha), didukung
oleh 2 (dua) program yaitu: (1) program pengelolaan pertanahan nasional melalui
kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator cakupan peta pertanahan
-
19
(Hektar), jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang), penanganan sengketa, konflik
dan perkara pertanahan (laporan); dan (2) program dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengelolaan data dan
informasi pertanahandengan indikator peningkatan akses layanan pertanahan melalui
LARASITA (kab/kota);
e. Prioritas Nasional 8 (program aksi di bidang energi) didukung oleh program pengelolaan
pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator
inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP);
f. Prioritas Nasional 10 (program aksi di bidang daerah tertinggal, terdepan, terluar dan
paska konflik) didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui 2 (dua)
kegiatan yaitu: (1) kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator
inventarisasi wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu- WP3WT
(SP); dan (2) kegiatan pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan
wilayah tertentu di pusat (peraturan-peraturan pengelolaan WP3WT).
Tabel prioritas nasional Tahun 2014 bidang pertanahan secara lengkap dapat dilihat
pada tabel 6 dibawah ini.
-
20
-
21
Tabel 6. Prioritas Nasional 2014Bidang Pertanahan
NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2014 PAGU TAHUN 2014 INSTANSI
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PRIORITAS 4 : PROGRAM AKSI BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
1. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Terlaksananya redistribusi tanah Jumlah bidang tanah yang diredistribusi 138.750 bidang 101,50 BPN
PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DI BIDANG PANGAN
PROGRAM: DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
1. Pengembangan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pertanahan dan Hubungan Masyarakat
Terlaksananya pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan Hubungan Masyarakat
Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
1 Paket 6,20 BPN
PRIORITAS 6: PROGRAM AKSI DI BIDANG INFRASTRUKTUR
PROGRAM PENGELOAAN PERTANAHAN NASIONAL
1.
Pengelolaan Pertanahan Provinsi
Terlaksananya pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal.
Neraca Penatagunaan Tanah di daerah 45 kab/kota dan 55 kec 9,20 BPN
2.
Pengelolaan Pertanahan Provinsi
Terlaksananya pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal.
Inventarisasi P4T 198.000bidang 35,80 BPN
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
1. Pengembangan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pertanahan dan Hubungan Masyarakat
Terlaksananya pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan Hubungan Masyarakat
Tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
1 paket 6,20 BPN
PRIORITAS 7: PROGRAM AKSI DI BIDANG IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
1. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Terwujudnya pengembangan infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, yang diperlukan di seluruh Indonesia
Cakupan Peta Pertanahan 2.800.000 ha 22,2 BPN
2. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Terlaksananya percepatan legalisasi aset Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi 884.050 bidang 385,8 BPN
-
22
pertanahan, ketertiban administrasi pertanahan dan kelengkapan informasi legalitas aset tanah
3. Pengelolaan Pertanahan Provinsi
Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan serta mencegah timbulnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan
Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan
10.603laporan 18,6 BPN
-
23
NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2014 PAGU TAHUN 2014 INSTANSI
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PRIORITAS 7: PROGRAM AKSI DI BIDANG IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
1. Pengelolaan Data dan Informasi Pertanahan
Tersedianya data dan informasi pertanahan yang terintegrasi secara nasional (Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional/ SIMTANAS)
Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA
419 kab/kota 37,9 BPN
PRIORITAS 8: PROGRAM AKSI DI BIDANG ENERGI
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
1. Pengelolaan PertanahanProvinsi Terwujudnya pengendalian Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah dan Pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi
Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar
463 SP 7,4 BPN
PRIORITAS 10: DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
1. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Data hasil inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)
Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)
157 SP 14,3 BPN
2. Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (di pusat)
Data hasil inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)
Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)
1 Paket 6,0
-
24
Prioritas nasional bidang pertanahan yang ada didalam RPJMN 2010-2014 diatas digunakan
sebagai landasan dalam menyusun rancangan RKP setiap tahunnya. Selain dokumen RPJMN
2010-2014, juga digunakan baseline Renja K/L 2014 serta perkiraan maju (forward estimate)
dari RKP sebelumnya. Berikut tabel Renja K/L dan perkiraan maju RKP yang menjadi
baselinedalam menentukan rancangan awal RKP 2014.
Tabel 7. Baseline dalam Penetapan Rancangan Awal RKP 2014
KODE PROGRAM
PROGRAM
BASELINE RENJA K/L TAHUN 2014 *)
(Rp. Milyar)
BASELINE FORWARD
ESTIMATE RKP 2014
(Rp. Milyar)
056.01 Program Dukungan Manajamen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN RI
1.978,7 1.577,1
056.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN RI
427,2 134,0
056.03 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN RI
10,5 10,5
056.04 Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
1.973,7 2.236,8
SUB TOTAL 4.390,1 3.958,5
USULAN NEW INITIATIVE - - TOTAL 4.390,1 3.958,5
Untukmembahasdanmensinergikanantarasubstansikegiatandanpendanaannyadalam RKP
2014, makadiadakanpertemuan internal duapihak (bilateral meeting)
antaraDeputiBidangPendanaan Pembangunan danDirektorat di KedeputianPengembangan
Regional danOtonomi Daerah padatanggal 5 Maret 2013.
PadapertemuantersebutdisampaikanarahkebijakandanprioritaspembangunannasionalTahun
2014 setiapkedeputiansertapenyepakatanmengenaibaselineuntukrancanganawal RKP 2014.
ArahkebijakanprioritaspembangunannasionalTahun 2014 sesuaidengantema RKP 2014 yang
telahditetapkanterdiridari:
a. Pemantapan Perekonomian Nasional
b. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
c. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik
-
25
SedangkanisustrategisKedeputianPengembangan Regional danOtonomi Daerah Tahun 2014
adalahsebagaiberikut :
ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS
Kesiapan infrastruktur dan kelembagaan penanganan bencana-mitigasi bencana
1. Pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi sementara)
2. Pembangunan sirine peringatan dini gempa
3. Pembangunan desa tangguh 4. Peningkatan koordinasi oleh BNPB dengan
kementerian/lembaga terkait 5. Pengendalian banjir di DKI Jakarta, pengamanan pantai
dan pengendali lahar 6. Pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS Prioritas
7. Percepatan proses alih status kawasan
8. Penyelesaian RTRW Provinsi
Percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat
1. Pemantapan program Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri sagu di kabupaten/kota
2. Inisiasi program pemberdayaan pasar tradisional yang melibatkan OAP
3. Koordinasi keberlanjutan pembangunan sekolah berasrama yang menjangkau daerah pegunungan tengah
4. Strategi pembangunan jalan strategis Papua sepanjang 3.488 km (80 ruas jalan) untuk membuka keterisolasian
5. Peningkatan status kelas RS dan jumlah mobile clinic
6. Konsolidasi antara Pemda dengan Kemenhan, TNI, Polri, maupun Kemendiknas untuk pemberian kuota bagi siswa berprestasi
3.2 Pagu Indikatif RKP 2014 dan Penyelenggaraan Rakorbangpus
Penyelenggaraan Rakorbangpus merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan
pembangunan nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014
yang bertujuan untuk mensosialisasikan Rancangan Awal RKP 2014 dan Pagu Indikatif 2014
setiap Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan Rakorbangpus dilakukan di Kantor
Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 8 April 2013. Pada acara tersebut disampaikan
beberapa arahan kepada perwakilan Kementerian/Lembaga yang hadir untuk penyusunan
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) guna menyempurnakan rancangan awal
RKP Tahun 2014. Beberapa arahan yang disampaikan antara lain sebagai berikut:
-
26
1. Pagu Indikatif yang telah ditetapkan melalui Surat Bersama ini merupakan batas atas
yang tidak dapat dilampaui, dan dapat berkurang berdasarkan hasil pembahasan dalam
trilateral meetings.
2. Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasionai yang memuat isu dan langkah
strategis pada tahun 2014 yang difokuskan pada:
a. Pemantapan Perekonomian Nasional:
Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung kedelai
dan gula;
Konektivitas untuk menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan industri
dalam rangka dukungan MP3EI;
Perkuatan kelembagaan hubungan industrial;
Diversifikasi pemanfaatan energi;
Peningkatan kemampuan Iptek dalam rangka mendukung percepatan dan
periuasan ekonomi nasional;
Percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat;
b. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat:
Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan;
Penurunan angka kematian ibu dan bayi;
Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak;
Periuasan Program Keluarga Harapan;
Pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan (MP3KI);
Mitigasi Bencana (infrastruktur shelter perlindungan dan penanganan banjir);
c. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik:
Percepatan pembangunan Minimum Essential Force;
Pemantapan keamanan dalam negeri dan pemberantasan terorisme;
Pelaksanaan Pemilu 2014.
3. Arah kebijakan fiskal yang dijabarkan dalam rencana tindak sebagai berikut:
a. Menetapkan baseline belanja pegawai dan menggunakan prinsip flat policy untuk
penghitungan belanja barang operasional/pemeliharaan perkantoran yaitu:
Belanja pegawai ditetapkan berdasarkan realisasi tahun 2012 yang diproyeksikan
atas Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) tahun 2013, dengan
-
27
mempertimbangkan database pegawai, kenaikan gaji berkala, moratorium PNS,
dan pemotongan belanja pegawai transito dan tunjangan kinerja bagi K/L yang
sampai tahun 2012 telah melaksanakan reformasi birokrasi;
Belanja barang operasional/pemeliharaan perkantoran ditetapkan turun dari
alokasinya dalam RABPP tahun 2013, setelah memperhitungkan perkiraan kinerja
daya serap anggaran di tahun 2013.
b. Kebutuhan baseline belanja non operasionai (selain belanja pegawai dan barang
operasional), ditetapkan berdasarkan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM) 2014 yang tercantum dalam RABPP 2013, dengan memperhitungkan
perkiraan kinerja daya serap anggaran di tahun 2013 serta efisiensi belanja
perjalanan dinas, seminar, konsiyering, workshop, dan honorarium tim, yang
dialokasikan sesuai kebutuhan dan tugas fungsi masing-masing K/L;
c. Mendukung upaya pengembangan infrastruktur, termasuk upaya untuk
mempertahankan atau meningkatkan nilai aset negara, melalui peningkatan alokasi
belanja modal (termasuk belanja barang dan bantuan sosial yangberkarakteristik
belanja modal, yang akan dipindahtangankan ke pihak ke-3),
d. Alokasi bantuan sosial difokuskan untuk pencapaian sasaran-sasaran prioritas
bantuan sosial yang mengacu pada kegiatan-kegiatan dalam 4 klaster pengurangan
kemiskinan, dan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan;
e. Kebutuhan dana pendamping untuk kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan
pinjaman/hibah luar negeri;
f. Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak (multiyears)
g. Penyediaan dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang
diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan; serta
h. Untuk menjaga kesesuaian dengan postur APBN, K/L diminta untuk memperhatikan
rincian sumber dana dan jenis belanja
4. Prioritas-prioritas pembangunan nasional yang akan diiaksanakan pada tahun 2014
adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran II (Buku I Rancangan Awal RKP Tahun
2014). Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas
yang terkait dengan Prioritas Pembangunan Nasionat diminta untuk memberikan
konfirmasi atau mengusulkan perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas
dan/atau alokasi anggaran yang tercantum dalam Buku I Rancangan Awal RKP Tahun
-
28
2014, dengan memperhatikan komitmen pelaksanaan kegiatan prioritas yang sudah
ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Usulan perubahan atau
konfirmasi tersebut agar dituangkan dalam masing-masing Renja K/L.
5. Prioritas-prioritas pembangunan bidang yang akan diiaksanakan pada tahun 2014
adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran III (Buku II Rancangan Awal RKP Tahun
2014). Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas
yang terkait dengan prioritas pembangunan bidang diminta untuk memberikan
konfirmasi atau mengusulkan perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas
dan/atau alokasi anggaran yang tercantum dalam Buku II Rancangan Awal RKP Tahun
2014, dengan memperhatikan komitmen pelaksanaan kegiatan prioritas yang sudah
ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Usulan perubahan atau
konfimasi tersebut agar dituangkan dalam masing-rnasing Renja K/L.
6. Prioritas-prioritas pembangunan daerah (dimensi kewilayahan) yang akan dilaksanakan
pada tahun 2014 adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran IV (Buku III Rancangan
Awal RKP Tahun 2014). Kementerian Negara/ Lembaga yang mempunyai program dan
kegiatan prioritas yang diiaksanakan di daerah diminta untuk memberikan rincian
program dan kegiatan prioritas beserta alokasi anggaran sesuai dengan format yang
tercantum dalam Buku III Rancangan Awal RKP Tahun 2014. Usulan tersebut agar
dituangkan dalam masing-masing Renja K/L.
7. Renja K/L disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka
menengah, dan penganggaran terpadu yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan,
termasuk untuk subsidi. Public Service Obligation {PSO), dan belanja lain yang bersifat
khusus yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari kebijakan K/L tersebut.
8. Efektifitas dan efisiensi pencaparan sasaran pembangunan K/L antara lain melalui:
a. Mengkaji kembali kinerja program {outcome) dan kegiatan {output) untuk lebih
difokuskan (refocusing) pada kinerja utama Kementerian Negara/Lembaga:
b. Mengkaji ulang pembangunan gedung kantor baru dan menundanya apabila tidak
sangat mendesak. Apabila rencana pembangunan gedung baru tetap akan diiakukan,
harus menggunakan spesifikasi dan standar sesuai Peraturan Presiden No. 73 Tahun
2011 tentang Fembangunan Bangunan Gedung Negara.
-
29
c. Membatasi/mengurangi komponen pendukung pencapaian output yang tidak terkait
langsung dengan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, antara lain: (i)
perjalanan dinas dalam dan luar negeri; (ii) rapat dan konsinyering di luar kantor; (iii)
honorarium tim; (iv) pembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsung
menunjang tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga (mess, wisma, rumah
dinas, rumah jabatan, gedung pertemuan); (v) pengadaan kendaraan bermotor
(kecuali pengadaan kendaraan fungsional seperti ambulan untuk rumah sakit,
kendaraan untuk tahanan, kendaraan roda dua untuk penyuluh, dan penggantian
kendaraan rusak berat); (vi) pemasangan iklan yang tidak terkait secara langsung
dengan layanan K/L pada media massa dan media elektronik; dan (vii) kegiatan lain
yang sejenis atau serupa.
9. Sinergi pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui:
a. memilih kegiatan yang akan didanai oleh K/L dengan berpedoman pada pembagian
urusan dan kewenangan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-
undangan;
b. menentukan distribusi alokasi anggaran K/L untuk kegiatan yang akan dilaksanakan
di daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah dalam kerangka
pencapaian prioritas nasional;
c. mengupayakan sinkronisasi kegiatan dalam Renja K/L dengan kegiatan-kegiatan
daerah yang dibiayai dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus;
10. Dalam rangka klasifikasi belanja negara menurut fungsi, Kementerian Negara/Lembaga
diminta melaksanakan pencatatan sesuai Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Sebagai contoh, Kementerian Negara/Lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
pendidikan diminta mencantumkan kegiatan pendidikan tersebut dalam klasifikasi
fungsi pendidikan.
11. Dalam proses penyusunan Renja K/L, dilakukan Pertemuan Tiga Pihak antara
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana
diatur dalam Lampiran V tentang buku Petunjuk Pertemuan Tiga Pihak.
12. Terkait Inisiatif Baru Tahun Anggaran 2014:
-
30
a. Alokasi anggaran Inisiatif Baru yang sudah dialokasikan dalam surat ini tidak dapat
berkurang dan pemanfaatannya tidak dapat digunakan (dialihkan) untuk membiayai
kegiatan lainnya;
b. Dalam penilaian Inisiatif Baru yang teiah mendapatkan alokasi dalam surat ini,
diperlukan TOR dan RAB yang harus disiapkan oleh KL pengusul untuk dibahas dalam
Pertemuan Tiga Pihak (trilateral meeting)
c. K/L yang tidak dapat memenuhi kelengkapan TOR dan RAB, maka alokasi anggaran
K/L yang bersangkutan akan mengalami pengurangan;
d. K/L yang mendapatkan tambahan alokasi anggaran untuk Inisiatif Baru berdasarkan
Direktif Presiden tetapi belum mengajukan proposal Inisiatif Baru. maka diharapkan
dapat segera mengajukan proposal Inisiatif Baru sebelum ditetapkannya pagu
anggaran K/L.
Pagu indikatif Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU untuk RKP 2014 sebesar Rp.
997.047,8 Milyar sementara pagu indikatif Badan Pertanahan Nasional untuk RKP 2014
sebesar Rp. 4.142.926,5 Milyar (ditetapkan dengan Surat Bersama Menteri Negara
PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : 1949/M.PPN/04/2013 dan Nomor :
S-279/MK.02/2013). Pagu indikatif ini merupakan ancar-ancar anggaran belanja untuk
setiap Kementerian/Lembaga guna menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja
K/L). Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2014 DJPR PU dan BPN dapat dilihat pada tabel ... dan
tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2014 DJPR PU (Juta Rupiah)
PROGRAM SUMBER
PENDANAAN Rencana
2014
Tahun Anggaran
2015 2016 2017
PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
a. Rp. Murni 993.837,60 1.316.490,30 1.446.389,60 1.596.052,30
b. PNBP/BLU 3.210,2 3.509,7 3.610,4 3.947,7
c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 997.047,8 1.320.000,0 1.450.000,0 1.600.000,0
-
31
Tabel 9. Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2014 BPN (Juta Rupiah)
PROGRAM SUMBER
PENDANAAN Rencana
2014
Tahun Anggaran
2015 2016 2017
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
a. Rp. Murni 915.953,0 933.201,9 933.201,9 933.201,9
b. PNBP/BLU 998.123,9 1.303.579,1 1.303.579,1 1.303.579,1
c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 1.914.076,9 2.236.781,0 2.236.781,0 2.236.781,0
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
a. Rp. Murni 1.706.855,9 1.572.412,5 1.572.412,5 1.572.412,5
b. PNBP/BLU 194.103,1 4.733,1 4.733,1 4.733,1
c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 1.900.959,0 1.577.145,6 1.577.145,6 1.577.145,6
PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
a. Rp. Murni 124.392,0 134.039,0 134.039,0 134.039,0
b. PNBP/BLU 193.498,7 0,0 0,0 0,0
c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 317.890,7 134.039,0 134.039,0 134.039,0
PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL
a. Rp. Murni 10.000,0 10.500,0 10.500,0 10.500,0
b. PNBP/BLU 0,0 0,0 0,0 0,0
c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 10.000,0 10.500,0 10.500,0 10.500,0
a. Rp. Murni 2.757.200,8 2.550.153,4 2.550.153,4 2.550.153,4
b. PNBP/BLU 1.385.725,7 1.308.312,2 1.308.312,2 1.308.312,2
c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL *) 4.142.926,5 3.958.465,6 3.958.465,6 3.958.465,6
-
32
3.3 Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting)
Setelah Rakorbangpus, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas menyelenggarakan forum
trilateral meeting antara mitra K/L, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Rapat dengan DJPR PU
dilaksanakan pada tanggal 15 April 2013, sementara dengan BPN pada tanggal 12 April 2013 dengan
tujuan: (1) koordinasi dan kesepahaman pencapaian sasaran prioritas pembangunan; (2) menjaga
konsistensi kebijakan antara dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran terutama
antara RKP, Renja K/L dan RKA-KL; (3) mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan
Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (kegiatan prioritas dan pendanaannya), serta (4) sebagai
dasar bagi K/L untuk merumuskan dokumen kesepakatan bersama yang nantinya akan dipergunakan
sebagai bahan masukan oleh K/L dalam penyusunan Renja K/L.
Untuk Ditjen Penataan Ruang (DJPR), Kementerian Pekerjaan Umum (PU), hasil dari pertemuan
trilateral ini adalah dokumen kesepakatan pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh
Kementerian PPN/Bappenas (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur
Anggaran I) dan DJPR PU (Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dan Direktur Bina
Program dan Kemitraan). Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain yaitu: kesepakatan atas
kegiatan prioritas, kegiatan non prioritas, inisiatif baru beserta keluaran dan besaran anggarannya;
kesepakatan atas perubahan alokasi anggaran antar program dan antar kegiatan. Hasil kesepakatan
ini menjadi pegangan bagi DJPR PU dalam menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada
Kementerian Keuangan dan Bappenas. Sedangkan ringkasan catatan pembahasan trilateral
Bappenas, Kemenkeu dan DJPR PU dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.
-
33
Tabel 10. Ringkasan Catatan dalam Pembahasan Trilateral Meeting
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
Prioritas Pembangunan Nasional
1 Program dan Kegiatan prioritas
1. Pencapaian Target RPJMN II Pemenuhan beberapa target RPJMN 2010-2014
perlu menjadi dasar penyusunan RKP 2014, antara
lain terkait penyusunan 40 NSPK, penetapan 45
Perpres RTR KSN, Bimtek Penataan Ruang Wilayah
untuk 163 Kabupaten dan Bimtek Pengembangan
Wilayah/Kawasan Perdesaan dan Argopolitan
sebesar 7 Kawasan, dan Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Penataan Ruang (23 kegiatan).
Penyelesaikan RTRW perlu menjadi perhatian
utama Ditjen Penataan Ruang sebab amanat
UUPR mewajibkan RTRW selesai pada tahun 2009
(Provinsi) dan 2010 (Kabupaten/Kota).
1. Target pencapaian RPJMN 2010-2014 terkait
dengan NSPK perlu disepakati dasar
perhitungannya, dimana berdasarkan perhitungan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, hal itu
termasuk penyelesaian Norma (PP, Perpres, dll),
Standar dan Pedoman (Permen), serta Kriteria.
Jumlah NSPK yang telah diselesaikan hingga tahun
2013 sebanyak 34 NSPK, sehingga sisa target yang
harus dipenuhi sebanyak 26 NSPK pada tahun 2014.
2. Untuk target pencapaian Bimtek penataan ruang
wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui kegiatan
bimbingan teknis berupa Konsultan Manajemen
Regional (KMR) di seluruh provinsi dan kabupaten.
3. Target Pengembangan Wilayah/ Kawasan Perdesaan
dan Agropolitan yang dilaksanakan pada tahun 2013
sebanyak 14 kawasan. Sehingga target 2014 yang
tersisa sebanyak 14 kawasan yang dilaksanakan
melalui Program Pengembangan Kawasan
Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB).
2. Alokasi Anggaran per Kegiatan Alokasi anggaran per kegiatan pada dasarnya
diserahkan pada mekanisme internal, namun harus
ada penjelasan tekait peningkatan anggaran
Direktorat Perkotaan secara signifikan dan berbeda
jauh dari alokasi SB.
Alokasi anggaran per kegiatan harus sejalan
dengan prioritas
nasional/bidang/kementerian/lembaga serta
tugas pokok dan fungsi unit struktural pelaksana
kegiatan. Kebutuhan pengembangan Kebun Raya
hendaknya didasarkan pada payung hukum yang
kuat, agar tidak terjadi duplikasi dengan K/L lain.
Alokasi anggaran per kegiatan yang tercantum dalam
SB berbeda dengan alokasi usulan yang disampaikan
oleh Ditjen Penataan Ruang. Alokasi usulan tersebut
didasarkan pada hasil pembahasan konsultasi regional
yang telah disesuaikan dengan pagu indikatif total
2014.
Namun demikian anggaran Direktorat Perkotaan (Rp.
324,869 M) mengalami perbedaan yang cukup besar
dibandingkan dengan alokasi SB (Rp. 234,511 M). Hal
tersebut dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan
pengembangan Kebun Raya di Batam dan Makasar
serta Up Scaling program 112 Kota Hijau.
3. Pelaksanaan Program-Program
Khusus (Unggulan)
1. Kenaikan alokasi pada indikator Pelaksanaan
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
Duplikasi Tupoksi perlu menjadi perhatian dalam
pelaksanaan indikator P2KH, khususnya dengan
1. Sesuai hasil pembicaraan antara Ditjen Penataan
Ruang dan Ditjen Cipta Karya, pengembangan RTH
-
34
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
perlu diperjelas peruntukannya. Selain itu, perlu
dipastikan agar tidak terjadi duplikasi tupoksi
dengan sektor lain dan tidak mengambil
kewenangan yang sudah disentralisasikan
kepada daerah.
2. Dalam pelaksanaan P2KH dan Pelaksanaan
Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka
(P3KP) pada Tahun 2014 perlu dilakukan: (i)
Pemetaan kabupaten/kota dan kawasan
spesifiknya yang ditangani dalam lingkup
nasional; (ii) Roadmap pelaksanaan kegiatan
s.d. Tahun 2014; (iii) Sinkronisasi kota dan
kawasan yang ditangani dalam P2KH dan P3KP.
3. Dalam pelaksanaan P2KH, perlu diperhatikan
juga kewenangan Pemerintah Kota/Kabupaten
dalam penyediaan infrastruktur dan
pengembangan RTH. Disamping itu, perlu
disusun exit strategy untuk kabupaten/kota
yang nantinya tidak dipilih sebagai kota yang
mendapatkan alokasi penuh (full scale) P2KH
setelah Tahun 2014.
4. Dari 85 kabupaten/kota P3KP pada Tahun 2014,
perlu ditentukan target berapa kabupaten/kota
yang akan dipilih, diusulkan dan diproritaskan
untuk menjadi kota pusaka dunia (world
heritage).
Ditjen Cipta Karya (CK) Kementerian PU. Informasi
yang didapat bahwa RTH lama menjadi
kewenangan Ditjen CK, sedangkan RTH baru
menjadi kewenangan Ditjen Penataan Ruang.
Namun belum terdapat peraturan resmi yg
mengatur secara jelas..
ke depan akan dilaksanakan oleh Ditjen Penataan
Ruang. Namun demikian, masih diperlukan adanya
aturan atau ketentuan sebagai landasan
pelaksanaan pemrograman dan penganggaran ke
depan.
2. Program kegiatan P2KH pasca 2014 akan
difokuskan pada 10-15 kota hijau terpilih yang akan
dikembangkan untuk menjadi percontohan
Nasional. Sisanya akan ditanani melalui program
city climateplan dalam rangka adaptasi perubahan
iklim. Roadmap P2KH dan P3KP akan disusun tahun
2013.
3. Exit Strategy akan dilakukan melalui
pengembangan kota yang adaptif terhadap
perubahan iklim.
4. Dalam penyusunan roadmap Kota Pusaka akan
ditetapkan kota-kota yang akan didorong sebagai
World Heritage City
4. Sinkronisasi kegiatan penataan
ruang dan pembangunan.
Prioritas Nasional pada Binda I dan Binda II
mengalami penurunan dari RKP 2013. Hal ini perlu
diperjelas, khususnya penurunan signifikan yang
terjadi pada Binda II.
Sinkronisasi kegiatan penataan ruang dan
pembangunan hendaknya dapat direncanakan
dengan lebih efisien, dengan membatasi
komponen honorarium, perjalanan dinas dan
konsinyering
Sinkronisasi Penataan Ruang dilaksanakan dalam
bentuk sinkronisasi Penataan Ruang Nasional dan
Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta
sinkronisasi antara kebijakan Penataan Ruang dengan
Pembangunan. Dengan demikian, kegiatan sinkronisasi
tidak hanya dilaksanakan pada SKPD Dekonsentrasi
melainkan juga melalui kegiatan persetujuan substansi
dan sinkronisasi program sektor di Pusat seperti
Konsultasi Regional.
5. Operasionalisasi rencana tata
ruang
PMU untuk KSN hendaknya tidak menambah
biaya pegawai dan biaya operasional (flat policy).
PMU pada dasarnya merupakan upaya tindak lanjut
dalam rangka implementasi rencana Tata Ruang
-
35
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
Kawasan Strategis Nasional. Dalam pelaksanaannya
PMU merupakan unit Nasional yang
mengkoordinasikan berbagai program pembangunan
sektor yang ada di Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum.
Biaya anggaran yang dialokasikan merupakan bagian
dari anggaran untuk program pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
RPI2JM perlu diperjelas posisi dan landasan
hukumnya sebab merupakan indikator baru dan
tidak terdapat dalam RPJMN 2010-2014.
Alokasi RPI2JM masih memerlukan payung hukum
yang lebih jelas, khususnya untuk mengetahui
secara proporsional, apakah kegiatan tersebut
sebagai prioritas nasional, bidang ataupun K/L
RPI2JM merupakan bentuk upaya sinkronisasi antara
sektor pembangunan khususnya yang berada di sektor
ke PU-an berdasarkan RTRWN. Pedoman penyusunan
RPI2JM akan ditetapkan melalui Permen PU.
2 Inisiatif Baru 1. Penambahan Pagu Anggaran terkait dengan
progrm inisiatif baru, agar dilengkapi dengan
TOR dan RAB dan disampaikan pada
kesempatan kedua pengajuan program Inisiatif
Baru pada minggu pertama bulan Mei.
Sebelumnya usulan Inisiatif Baru dari Ditjen
Penataan Ruang telah dinilai dan diajukan
sebelum terbitnya SB. Usulan tersebut belum
dapat disetujui dalam tahap pertama, namun
tetap dicantumkan dalam dokumen Trilateral
Meeting untuk dipertimbangkan apabila ada
alokasi tambahan.
Usulan Inisiatif Baru tahap dua agar berbeda
dengan usuan Inisiatif Baru tahap pertama.
2. Terkait dengan usulan inisiatif baru dalam
bentuk upscaling P2KH yang cukup besar dan
sudah melampaui target dalam RPJMN 2010-
2014, sementara tidak tercantumnya P2KH
sebagai salah satu direktif Presiden, maka
diperlukan justifikasi yang kuat. Untuk itu,
dengan desain P2KH yang mengarah kepada
adaptasi perubahan iklim, maka dimungkinkan
untuk mengusulkan program tersebut kedalam
Prioritas Nasional 9: Peningkatan Kualitas
Pengusulan Inisiatif Baru bisa dilakukan dalam 3
tahapan, yaitu:
1. Penyusunan Pagu Indikatif
2. Penyusunan Pagu Anggaran
3. Alokasi K/L
Apabila target RPJMN 2010-2014 telah
terlampaui, disarankan agar dilakukan optimalisasi
alokasi baseline untuk mengakomodir komponen
kegiatan yang diusulkan di dalam Insiatif Baru.
Program usulan inisiatif baru tahap 2 akan disampaikan
sebelum minggu pertama bulan Mei yang terkait
dengan program-program Penataan Ruang dalam
rangka mendukung MP3EI, berupa percepatan
penyelesaian rencana rinci tata ruang Provinsi
Kabupaten/Kota di sepanjang koridor MP3EI. Kegiatan
fasilitasi Bimbingan Teknis, serta program mendukung
Ketahanan Pangan melalui program P2KPB, dan exit
strategy P2KH yang mendukung Prioritas Nasional
Lingkungan Hidup dalam rangka Perubahan Iklim.
-
36
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
Lingkungan. Untuk pengusulan tersebut,
dibutuhkan adanya surat Direktur Jenderal
Penataan Ruang ke Deputi Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah,
Bappenas dan tembusan ke Deputi Bidang
Pendanaan Pembangunan.
3 Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan
- Tidak ada alokasi Dekonsentrasi dan TP yang
dialihkan dananya ke transfer daerah.
-
4 Catatan terkait Pengisian Renja K/L Dalam struktur penganggaran, penghapusan
terhadap IKK akan berpengaruh pada output di
RKA-K/L. Demikian sebaliknya penambahan IKK
akan memrlukan output baru di RKA-K/L. Oleh
karena itu agar perubahan terhadap IKK dapat
dilakukan dengan baik kiranya perlu ada review
terhadap output yang sudah ada.
Secara substansi, perubahan IKK hendaknya tetap
mengacu pada prioritas nasional, idang, K/L serta
tupoksi satker bersangkutan.
Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang 1. Terdapat perbedaan target dan alokasi pada IKK
006: Jumlah kegiatan manajemen SDM Ditjen Penataan Ruang, pada SB target sebanyak 10 kegiatan dengan alokasi sebesar Rp 5 M, sedangkan pada usulan DJPR tidak mengalokasikan target untuk IKK tersebut. Sehingga selisih alokasi antara SB dengan usulan DJPR digunakan untuk mengakomodasi kegiatan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang.
Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I 1. IKK 003 Jumlah (orang) PPNS yang dibina di SEB
adalah 3 (tiga) kegiatan. Di exercise 2014 tidak ada kegiatan karena tidak ada output di RKA-KL sehingga bergabung ke IKK 008 Jumlah Pengawasan Teknis Bidang Penataan Ruang dengan Output Pengawasan Teknis/ Pembinaan PPNS Penataan Ruang.
2. IKK 007, Jumlah NSPK sesuai amanat UU 26/2007 di SEB adalah 4 (empat) kegiatan, di exercise 2014 2 (dua) kegiatan. Akan tetapi tidak ada output di RKA-KL untuk NSPK, padahal di tahun sebelumnya output tersebut ada di aplikasi RKA-KL.
3. IKK 015 Jumlah Kegiatan yang mendapat Bimtek Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi di SEB sebanyak 4 (empat) kegiatan, di exercise 2014 tidak ada, hal ini disebabkan karena tidak adanya output di RKA-KL sehingga bergabung ke IKK 004 Pembinaan Teknis Penyelidik Penataan
-
37
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
Ruang Daerah dengan Output Pembinaan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah.
4. IKK 018 Jumlah kegiatan pengawasan dan pengendalian dekonsentrasi bidang penataan ruang di SEB adalah 1 (satu) Laporan, pada exercise 2014 tidak ada, sehingga bergabung ke IKK 001, jumlah laporan keuangan dan BMN dengan Output Laporan kinerja dan Pelaksanaan Anggaran.
Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II
Terjadi penggabungan beberapa IKK menjadi satu IKK disebabkan output di RKAKL tidak dapat dimasukan kedalam IKK yang ada antara lain: 1. IKK 012: Jumlah kabupaten yang mendapatkan
bimtek PR wilayah/ kawasan perdesaan dan agropolitan. Merupakan gabungan dari beberapa IKK yaitu:
IKK 005: Jumlah sosialisasi bidang penataan ruang
IKK 009: Jumlah kegiatan penyelenggaraan persetujuan substansi RTRWK
IKK 011: Jumlah kabupaten yang mendapatkan bimbingan teknis penataan ruang wilayah kabupaten
IKK 014: Jumlah kegiatan bimbingan teknis pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
IKK 015: Jumlah wilayah sungai yang mendapatkan fasilitasi penataan ruang lintas wilayah
IKK 016: Jumlah kegiatan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan dekonsentrasi bidang penataan ruang
IKK 017: Jumlah kegiatan koordinasi lintas provinsi 7 (tujuh)
2. IKK 007: Jumlah wastek bidang PR, merupakan gabungan dengan IKK 003: Jumlah orang PPNS yang dibina. Alokasi menjadi 600
Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional
Terdapat perbedaan target dan alokasi antara SB dan Usulan DJPR dengan sebagai berikut:
-
38
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
1. IKK 001, Penanganan wilayah sungai telah diakomodir dalam RTRW Prov dan RTR Pulau/Kepulauan
2. IKK 003 Jumlah kegiatan koordinasi lintas provinsi 7 pulau dan Kepulauan
3. IKK 005, Disesuaikan dengan kondisi status penanganan KSN di tahun 2013, maka volume penanganan KSN di 2014 adalah: Proses legalisasi : 32 KSN (+ sisa target
legalisasi 2013 yang belum terealisasi)
Penyusunan Raperpres : 15 KSN
Penyusunan matek : 4 KSN (2 KSN sudah masuk deliniasi KSN lainnya)
KLHS Biak
Penyiapan peta 7 KAPET
--> disesuaikan dengan unit cost untuk masing-masing pekerjaan
4. IKK 006, menindaklanjuti pelaksanaan PK di 2013, di 2014 diperlukan 2 pekerjaan Tindak Lanjut Hasil PK yaitu pemantapan materi TL hasil PK dan fasilitasi pelaksanaan TL hasil PK.
- Output 2400.11 Diusulkan untuk ditambahkan --> ada di Aplikasi Renja K/L tapi belum ada di aplikasi RKA-KL".
IKK 008, kegiatan rutin terkait pelaksanaan monev implementasi RTRWN/Pulau/Kepulauan dan KSN serta pemutakhiran sistem informasi RTRWN/Pulau/ Kepulauan/KSN
- Output 2400.12 (Rekomendasi Peningkatan Kinerja Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah Nasional, Pulau dan KSN Non Perkotaan) diusulkan untuk ditambahkan --> ada di Aplikasi Renja K/L tapi belum ada di aplikasi RKA-KL"
5. IKK 009, terdapat 2 laporan terkait pelaksanaan koordinasi lintas sektor dan wilayah: fasilitasi dan menjunjang BKPRN, Fasilitasi Koordinasi dan Kerjasama Linwil Nasional dan Regional, Sekretariat MAPI, serta Forum Penataan Ruang Pulau.
- IKK terkait Penerbitan Buletin Tata Ruang sudah
-
39
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
masuk dalam IKK ini" 6. IKK 010, Output terkait IKK ini sudah masuk ke
dalam output IKK 009, dan diusulkan untuk dihilangkan karena pekerjaan terkait penerbitan Buletin Tata Ruang merupakan bagian dari pekerjaan terkait pelaksanaan tugas BKPRN.
7. IKK 011, Kegiatan fasilitasi (MAPI dan BP Kapet) dan Kebijakan RPJMN, SKPD Dekon 13 KAPET (BP KAPET) dan SKDP Dekon KSN (28 KSN Non Perkotaan dan 2 KSN Perkotaan 22 Provinsi).
8. IKK 012, Output terkait IKK ini sudah masuk ke dalam output IKK 012 (Jumlah Laporan Keuangan dan Administrasi), dan diusulkan untuk dihilangkan karena pekerjaan terkait penyusunan laporan keuangan dan administrasi barang merupakan bagian dari pekerjaan terkait Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKK 012).
9. IKK 014, Disesuaikan dengan jumlah NSPK yang merupakan kewenangan Nasional.
- termasuk di dalamnya pekerjaan penyusunan Modul dan pelaksanaan sosialisasi (output : 1 modul dan 1 kegiatan sosialisasi) yang sebelumnya masuk ke IKK 015
- penyesuaian unit cost" 10. IKK 015, output pekerjaan ini sudah masuk ke
output IKK 014 (karena tidak ada output "sosialisasi" di aplikasi RKA-KL.
11. IKK 016, IKK sudah di drop. 12. IKK 018, Kegiatan-kegiatan rutin dalam rangka
menunjang pelaksanaan pekerjaan di Direktorat/Satker, kebutuhan pemrograman dan penganggaran, serta pelaksanaan sinkronisasi program penataan ruang KSN untuk sektor A, B, C.
13. IKK 019, Penambahan jumlah KSN yang akan disusun RPI2JM nya sebagai upaya percepatan untuk arahan sinkronisasi program sektor ke-PU-an dalam perwujudan KSN.
14. Terdapat perbedaan target dan alokasi pada IKK 006: Jumlah kegiatan manajemen SDM Ditjen Penataan Ruang, pada SB target sebanyak 10 kegiatan dengan alokasi sebesar Rp 5 M,
-
40
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
sedangkan pada usulan DJPR tidak mengalokasikan target untuk IKK tersebut. Sehingga selisih alokasi antara SB dengan usulan DJPR digunakan untuk mengakomodasi kegiatan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang.
Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan 1. IKK 006, Jumlah Pemutakhiran Basis Data dan
Informasi Perkotaan, masuk dalam ouput RKAKL, pada Kajian Kebijakan Strategi dan Pengembangan Perkotaan.
2. IKK 010, Jumlah Kota Pusaka, Rawan Bencana dan Pemenang PKPD yang ditingkatkan kualitas pengembangan perkotaan dan kapasitas kelebagaan masuk dalam ouput RKAKL Pemenuhan SPM dan Kualitas Penataan Ruang Kota, dalam pekerjaan terkait kota pusaka.
3. IKK 016, Kegiatan evaluasi Kinerja penataan ruang masuk kedalam output RKAKL Laporan Kinerja Pelaksanaan Anggaran.
Pembinaan Program 1. Untuk meningkatkan kinerja pembinaan
program, data dan informasi, serta kemitraan bidang penataan ruang diperlukan penambahan volume keluaran pada IKK 003, 005, 007, 009, 011, dan 012.
2. Pengurangan volume sasaran pada IKK 001 (Renja K/L dibandingkan dengan SEB) tidak berpengaruh terhadap pencapaian sasaran RPJMN 2010-2014 secara keseluruhan.
Pendanaan Pembangunan Nasional
4 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri - Tidak ada sumber dana PHLN di Program
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
-
5 PNBP/BLU - Pagu PNBP sebesar Rp3.852,7 juta merupakan
pagu PNBP yang dapat digunakan, apabila terjadi
perubahan terhadap besaran dimaksud akan
dilakukan penelaahan lebih lanjut dengan Dit.
PNBP
Ditjen Penataan Ruang mengusulkan untuk mengurangi dana anggaran PNBP dari semula Rp. 3.852.700.000,- menjadi Rp. 3.210.200.000,- Selisih anggaran yang ada akan dialokasikan pada kegiatan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang.
-
41
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
6 Belanja Operasional - Alokasi untuk belanja operasional TA 2014
hendaknya memedomani kebijakan di bidang
belanja sebagai berikut:
a) Kebijakan belanja pegawai seperti kenaikan
gaji pokok PNS dan anggoata TNI/Polri rata-rata
6% serta pensiun rata-rata 4%, meneruskan
pemberian gaji dan pensiun ke-13;
b) Menerapkan flat policy pada belanja barang
operasional perkantoran dan pengendalian biaya
perjalanan dinas
-
7 Kebutuhan Tambahan Rupiah
Murni
- Tidak ada usulan kebutuhan tambahan rupiah
murni.
Kebutuhan anggaran sesuai baseline dalam rangka
pelaksanaan Penyelenggaraan Penataan Ruang TA.
2014 adalah sebesar Rp 1,204.3 M (sesuai SB adalah Rp
997.05 M) sehingga tambahan rupiah yang dibutuhkan
sebesar Rp 207.25 M.
Secara rinci per kegiatan dapat dilihat pada Matrik Lampiran Pembahasan pada Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni.
Program Tematik
8 Dukungan Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS)
- - -
9 Anggaran Pendidikan - - -
10 Anggaran Responsif Gender
(ARG)
- Dalam rangka penyusunan anggaran responsif
gender agar dilengkapi dengan Gender Budget
Statement.
Secara rinci, anggaran responsif gender termuat dalam
lampiran catatan pembahasan.
11 Kerjasama Selatan-Selatan dan
Triangular
- - -
12 Masterplan Percepatan dan Akan diusulkan melalui mekanisme Inisiatif Baru.
-
42
No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI)
13 Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pengurangan
Kemiskinan di Indonesia (MP3KI)
- - -
14 Millennium Development Goals
(MDGs)
- - -
-
43
Sementara itu untuk BPN, hasil dari pertemuan trilateral ini adalah dokumen kesepakatan
pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh Kementerian PPN/Bappenas (Direktur Tata
Ruang dan Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur Anggaran IIC) dan BPN (Kepala
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri). Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain
yaitu: kesepakatan atas kegiatan prioritas, kegiatan non prioritas, inisiatif baru beserta
keluaran dan besaran anggarannya; kesepakatan atas perubahan alokasi anggaran antar
program dan antar kegiatan. Hasil kesepakatan ini menjadi pegangan bagi BPN dalam
menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada Kementerian Keuangan dan Bappenas.
Beberapa hasil kesepakatan trilateral meeting antara lain:
(1) Perubahan/Realokasi anggaran antar-program dimungkinkan dengan syarat tidak
melebihi Pagu Total K/L;
(2) Usulan inisiatif baru BPN terkait pemetaan Tanah Ulayat di Papua dan Papua Barat
penting dilakukan sesuai 15 Isu Strategis 2014 namun perlu dilengkapi TOR dan RAB;
(3) terdapat kegiatan yang mengalokasikan anggaran responsif gender (ARG) seperti
penerimaan pegawai di BPN sebanyak 60% adalah wanita;
(4) alokasi anggaran pendidikan STPN Tahun 2014 akan dikeluarkan dari jenis data
pendidikan;
(5) alokasi PNBP di BPN sudah sesuai dengan target PNBP;
(6) Beberapa rancangan target di TA 2014 sulit tercapai seperti kegiatan Redistribusi Tanah
karena secara konvensional tanah sumbernya sudah terbatas. Namun, ada kemungkinan
target Redistribusi Tanah akan meningkat karena ada banyak tanah terlantar yang sudah di-
SK-kan oleh Kepala BPN;
(7) alokasi pagu indikatif BPN tahun 2014 sudah memperhitungkan alokasi untuk satker
baru, sehingga tidak diperlukan penambahan anggaran on-top; dan (8) Lanjutan
pembangunan gedung pusat pendidikan dan pelatihan memerlukan tambahan sebesar
Rp250.000.000.000. Sedangkan ringkasan catatan pembahasan trilateral Bappenas,
Kemenkeu dan BPN dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini.
-
44
Tabel 11. Ringkasan Catatan dalam Pembahasan Trilateral Meeting
No. Materi
Pembahasan
Catatan
Kementerian PPN/ Bappenas
Catatan
Kementerian Keuangan
Catatan
Badan Pertanahan Nasional
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Program dan Kegiatan Prioritas
- Kementerian PPN/Bappenas menyetujui alokasi anggaran untuk program dan kegiatan prioritas BPN Tahun 2014 sesuai SB Pagu Indikatif
- Perubahan/Realokasi anggaran antar-program dimungkinkan dengan syarat tidak melebihi Pagu Total K/L
- - Beberapa rancangan target di TA 2014 sulit tercapai seperti kegiatan Redistribusi Tanah karena secara konvensional tanah sumbernya sudah terbatas. Namun, ada kemungkinan target Redistribusi Tanah akan meningkat karena ada banyak tanah terlantar yang sudah di-SK-kan oleh Kepala BPN. - Untuk kegiatan ketahanan pangan, BPN akan
melakukan deliniasi untuk sawah-sawah yang beririgasi teknis sehingga mendukung usulan bagi Pemda agar tidak dapat dialihfungsikan (konversi). - Terkait Tanah Terlantar akan dapat
diredistribusikan dan diberikan access reform sebanyak 268 lokasi. - Target pengkajian dan penanganan sengketa
dan konflik pertanahan mengalami kenaikan menjadi 7.125 kasus. - Target sertifikasi tanah swadaya masyarakat
(SMS) biaya PNBP.
2 Inisiatif Baru - Usulan inisiatif baru BPN terkait pemetaan Tanah Ulayat di Papua dan Papua Barat penting dilakukan sesuai 15 Isu Strategis 2014 sehingga perlu
- - Inisiatif baru tetap akan dilakukan oleh BPN dengan menggunakan PNBP atau RM - Banyak pegawai di daerah yang kosong atau
pensiun sehingga perlu ada penerimaan
-
45
No. Materi
Pembahasan
Catatan
Kementerian PPN/ Bappenas
Catatan
Kementerian Keuangan
Catatan
Badan Pertanahan Nasional
dialokasikan. - Perlu dilengkapi TOR dan RAB yang
detail. -
CPNS 4.000 pegawai (1.000 pengangkatan honorer yang memenuhi kriteria). - Untuk dana operasional Kepala BPN
sebelumnya dianggarkan dari kegiatan lain sehingga untuk tahun mendatang perlu dialokasikan dari DIPA.
3 Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan
- - -
4 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
- - -
5 PNBP/BLU - - Ada ketentuan peraturan yang tidak memungkinkan BPN untuk membe-lanjakan keseluruhan alokasi PNBP yang dikumpulkan sehingga mempengaruhi penyerapan anggaran BPN.
6 Belanja Operasional
- - Perlu dilakukan efisiensi belanja operasional
-
7 Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni
- Usulan BPN terkait penambahan anggaran yang diambil dari PNBP yang disetorkan oleh BPN, berada di luar kewenangan Bappenas
-
- Usulan harus dikelompokkan terlebih dahulu kedalam operasional dan non-operasional.
- Akan dihitung terlebih dahulu apakah dapat penambahan atau optimalisasi.
- Perlu ada tambahan RM untuk: - Lanjutan pembangunan gedung pusat
pendidikan dan pelatihan sebesar Rp250.000.000.000
- Sertipikasi BMN 5.883 bidang (usulan DJKN), siap dilaksanakan dengan langkah inventarisasi terlebih dahulu agar ada kepastian obyek (tanah) dan subyek (instansi) sehingga jelas keberadaan fisik
-
46
No. Materi
Pembahasan
Catatan
Kementerian PPN/ Bappenas
Catatan
Kementerian Keuangan
Catatan
Badan Pertanahan Nasional
- Untuk kegiatan yang non-operasional perlu dihitung dulu dalam pagu yang ada dan melakukan realokasi.
- Perlu diperhatikan apakah dapat refocusing terlebih dahulu.
- Untuk dana operasional Kepala BPN
- Untuk satker baru sudah diperhitungkan dan ditampung dalam Pagu Indikatif
- Terkait Reformasi Birokrasi sudah dicadangkan dalam anggaran 99, sedangkan untuk kegiatan penyelesaian RB sudah dianggarkan dalam tahaun 2013
- Terkait penerimaan CPNS, prinsipnya adalah zero growth.
tanah dan kesiapan instansi mendukung surat-surat bukti sebagai alas hak dalam proses sertifikasi hingga penerbitan sertipikat (tanda bukti hak) tanah.
- Untuk Prona kadangkala terdapat pungutan oleh Perangkat/Kepala Desa/Kelurahan kepada masyarakat sehingga BPN ingin mengalokasikan hal itu agar tidak membebani masyarakat.
- Kenaikan anggaran yang diusulkan BPN diambil dari PNBP yang disetorkan BPN namun tidak dapat diserap seluruhnya oleh BPN karena aturan Menteri Keuangan.
- Kebutuhan CPNS baru ini dialokasikan untuk kebutuhan juru ukur yang memiliki keahlian khusus dan juga sarjana hukum untuk penyelesaian kasus-kasus pertanahan.
8 Dukungan Kerjasama
- -
-
47
No. Materi
Pembahasan
Catatan
Kementerian PPN/ Bappenas
Catatan
Kementerian Keuangan
Catatan
Badan Pertanahan Nasional
Pemerintah Swasta (KPS)
9 Anggaran Pendidikan
- -
10 Anggaran Responsif Gender (ARG)
- Jumlah penerimaan pegawai di BPN sebanyak 60% adalah wanita.
11 Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular
-
12 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
-
13 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
-
14 Millenium Development Goals (MDGs)
-
-
46
3.4 Penyusunan Renja K/L 2014 dan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2013
Proses penyusunan Renja K/L merupakan proses lanjutan setelah keluarnya Surat Bersama
Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan serta trilateral meeting yang
menghas