bab 1 pendahuluan...bab 5 kesimpulan dan saran. bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau...

71
1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang ada pada saat ini membuat banyak penduduk Indonesia menggunakan media internet untuk mencari atau memperoleh informasi. Berdasarkan data dari internetworldstats pengguna internet di indonesia mencapai 30 juta jiwa, atau 12,3 % dari populasi Indonesia di tahun 2010. Maka dari itu, banyak ISP yang sudah ada di Indonesia, ada yang menggunakan jalur kabel Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) maupun menggunakan koneksi nirkabel (Wireless). Solusi lain agar dapat mengakses internet adalah dengan menggunakan internet mobile broadband. Penggunaan dan pemasangannya terbilang cukup mudah. Pengguna hanya perlu membeli modem 3G untuk jaringan GSM atau modem EVDO untuk jaringan CDMA. Kecepatan yang didapat dapat mencapai 7,2 Mbps. Biaya langganan perbulan juga dibilang cukup terjangkau mulai dari 50 ribu sampai 250 ribu per bulan. Jangkauan mobile broadband ini sudah dapat menjangkau perkotaan maupun pedesaan. Maraknya internet membuat masyarakat tidak bisa lepas dari internet. Itulah sebabnya di tempat tempat seperti kampus atau lingkungan kos sudah disediakan fasilitas hotspot. Hotspot sendiri adalah lokasi dimana user dapat mengakses internet melalui mobile computer (seperti laptop atau PDA) tanpa menggunakan koneksi kabel. Jaringan hotspot menggunakan jaringan wireless yang

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi yang ada pada saat ini membuat banyak

penduduk Indonesia menggunakan media internet untuk mencari atau

memperoleh informasi. Berdasarkan data dari internetworldstats

pengguna internet di indonesia mencapai 30 juta jiwa, atau 12,3 %

dari populasi Indonesia di tahun 2010. Maka dari itu, banyak ISP yang

sudah ada di Indonesia, ada yang menggunakan jalur kabel

Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) maupun menggunakan

koneksi nirkabel (Wireless).

Solusi lain agar dapat mengakses internet adalah dengan

menggunakan internet mobile broadband. Penggunaan dan

pemasangannya terbilang cukup mudah. Pengguna hanya perlu

membeli modem 3G untuk jaringan GSM atau modem EVDO untuk

jaringan CDMA. Kecepatan yang didapat dapat mencapai 7,2 Mbps.

Biaya langganan perbulan juga dibilang cukup terjangkau mulai dari

50 ribu sampai 250 ribu per bulan. Jangkauan mobile broadband ini

sudah dapat menjangkau perkotaan maupun pedesaan.

Maraknya internet membuat masyarakat tidak bisa lepas dari

internet. Itulah sebabnya di tempat – tempat seperti kampus atau

lingkungan kos sudah disediakan fasilitas hotspot. Hotspot sendiri

adalah lokasi dimana user dapat mengakses internet melalui mobile

computer (seperti laptop atau PDA) tanpa menggunakan koneksi

kabel. Jaringan hotspot menggunakan jaringan wireless yang

Page 2: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

2

menggunakan radio frekuensi untuk melakukan komunikasi antara

perangkat komputer dengan access point. Pada umumnya peralatan

wifi hotspot menggunakan standardisasi IEEE 802.11b atau IEEE

802.11g dengan menggunakan beberapa tingkat keamanan seperti

WEP dan atau WPA.

Selain tempat – tempat umum atau pusat perbelanjaan, hotspot

juga bisa dibuat di daerah perumahan atau lokasi padat penduduk.

Itulah sebabnya penelitian ini menggunakan Perumahan Margosari 2.

Dengan luas sekitar 7000 m2 dan penduduk sekitar 500 jiwa, membuat

lokasi ini dapat dijadikan menjadi lokasi penelitian untuk membangun

jaringan hotspot. Pada penelitian ini hanya beberapa tempat saja yang

dijadikan tempat penelitian karena penelitian menggunakan Access

Point (AP) indoor. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang sebagian

besar dihuni anak kost. Penelitian ini juga tidak menggunakan ADSL

untuk koneksi ke internet tetapi menggunakan koneksi internet

nirkabel (wireless) dengan dua buah modem 3G.

Perancangan hotspot yang menggunakan topologi BSS (Basic

Service Set) menyebabkan client kurang efektif saat menggunakan

fasilitas hotspot saat berpindah-pindah lokasi. Masalah yang muncul

adalah user harus melakukan konfigurasi ulang jika berpindah dari

satu access point atau AP ke AP yang lain. Hal ini menyebabkan

mobilitas serta reliability kerja dari jaringan hotspot tersebut

berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada penelitian ini

dirancang suatu sistem external wireless roaming untuk

menggabungkan koneksi AP dari dua jaringan mobile broadband

(Indosat IM3 dan XL), sehingga user (client) dapat berpindah dengan

mudah dari suatu AP ke AP yang lain, meskipun kedua AP terhubung

ke ISP yang berbeda

Page 3: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

3

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah adalah:

Bagaimana melakukan perancangan dan membangun jaringan

hotspot yang menggunakan sistem external wireless roaming

di perumahan Margosari 2.

Bagaimana menggunakan perangkat Mikrotik RB 751u-2hnd

sehingga dapat digabungkan dengan perangkat modem 3G.

Bagaimana mengembangkan perangkat access point TP link

TL-WR740N sehingga mendukung fitur DHCP forwarder.

Bagaimana menganalisis sistem jaringan hotspot yang

menggunakan sistem external wireless roaming dengan

menggunakan parameter throughput, reliability kinerja, dan

SNR dari jaringan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian

pengembangan sistem external wireless roaming ini adalah:

1. Merancang, membangun, dan menganalisis sebuah jaringan

komputer menggunakan sistem external wireless roaming.

2. Mengintegrasikan access point dengan dua buah ISP pada

jaringan wireless yang menggunakan sistem external wireless

roaming untuk memperkuat sinyal dan menghindari terjadinya

segmentasi IP dan mengotomatisasi pengalokasian alamat IP

tanpa harus melakukan konfigurasi ulang.

3. Mengembangkan sistem seamless wireless roaming yang hanya

bisa menangani satu buah ISP saja serta mengatasi kelemahan-

kelemahan dari sistem tersebut.

Page 4: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

4

4. Memperluas jangkauan dari jaringan hotspot baik dalam hal

jangkauan wilayah maupun jangkauan user.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian pengembangan

sistem external wireless roaming adalah :

1 Dapat meningkatkan kinerja dari jaringan hotspot yang

menggunakan topologi BSS baik dari sinyal maupun throughput

yang diberikan.

2 Dapat meningkatkan mobilitas dan reliability jaringan hotspot

dengan menggunakan sistem external wireless roaming.

1.4 Batasan Masalah

1 Perancangan dan konfigurasi, serta analisis sistem external

wireless roaming yang dilakukan pada jaringan hotspot

menggunakan parameter throughput, reliability, dan SNR.

2 Penelitian menggunakan Internet Service Provider (ISP) di tiap

Access Point (AP), sehingga menggunakan dua AP dan dua ISP.

3 Tidak menggunakan ADSL untuk koneksi ke internet tetapi

menggunakan koneksi nirkabel (wireless) dengan dua modem

3G.

4 Tidak membahas lebih lanjut tentang jaringan 3G dan WISP .

5 Keamanan hotspot hanya menggunakan security pada sisi access

point dengan menggunakan WPA personal.

6 Tidak membahas keamanan jaringan WLAN yang lain.

7 Tidak membahas teknologi WLAN lain.

8 Pengujian dilakukan pada sistem operasi Windows XP dan

Windows 7.

9 Perangkat yang digunakan adalah WLAN indoor (access point

TL-WR740N).

Page 5: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

5

10 Perangkat lain yang digunakan adalah Router Board (RB) 751u-

2hnd (router yang support modem 3G) sebagai server DHCP.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi terdiri dari lima bab, dimana garis besar adalah

sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan. Bab pertama ini membahas latar belakang

masalah dari dibuatnya external wireless roaming, perancangan dan

analisis external wireless roaming, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan masalah atau bisa disebut dengan spesifikasi

penulisan dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka. Bab kedua membahas tentang teori-teori

yang mendukung untuk melaksanakan penelitian seperti penelitian-

penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai wireless

roaming. Dalam bab ini juga diuraikan teori mengenai dasar-dasar dan

konsep dasar WLAN serta external wireless roaming.

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem. Pada bab ini dijelaskan

dan diuraikan mengenai metode testbed dan perancangan sistem yang

juga disertai komponen-komponen kebutuhan dalam membangun

external wireless roaming.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang hasil

konfigurasi dalam implementasi dari external wireless roaming,

pengujian sistem yang juga disertai analisis sistem. Hasil penelitian

dijabarkan di dalam bab ini.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang

kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming

yang dihasilkan. Serta akan memberikan saran yang bermanfaat yang

Page 6: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

6

dapat dilakukan guna pembangunan external wireless roaming yang

lebih baik. .

Page 7: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

7

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian sebelumnya disebutkan bahwa sistem wireless

LAN memberi kemudahan bagi user untuk mengakses informasi real-

time dimanapun mereka berada. Faktor mobilitas yang diberikan juga

mendukung produktifitas dan kesempatan layanan yang tidak

mungkin dilakukan dengan jaringan kabel. Selain itu, sistem wireless

LAN dapat dikonfigurasikan dalam beberapa topologi, disesuaikan

dengan kebutuhan aplikasi khusus user dan instalasi. Konfigurasi

yang mudah diubah dan jarak dari jaringan peer – to - peer sesuai

dengan jumlah user yang sedikit untuk memenuhi infrastruktur

jaringan dari ribuan user sehingga memungkinkan untuk menjelajahi

area luas. Namun terdapat beberapa kekurangan dalam penggunaan

wireless local area network dalam RT/RW Net yaitu dapat terjadi

Interferensi/benturan dengan frekuensi yang digunakan oleh ISP lain

(Arianto, 2009).

Wireless Distribution System (WDS) memungkinkan

interkoneksi beberapa perangkat AP dalam satu area jaringan nirkabel

tanpa menggunakan bantuan kabel jaringan pada masing-masing AP,

setidaknya hanya menggunakan satu kabel jaringan sebagai jalur

backbone pada perangkat AP utama. Sedangkan pada AP yang lain

jalur backbone berasal dari AP utama yang didistribusikan secara

nirkabel. Kekurangan dari WDS adalah pada penurunan maksimum

Page 8: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

8

throughput efektif dari perangkat AP karena jalur transmisi nirkabel

terbagi menjadi dua yaitu, untuk akses klien dan untuk link antar AP.

Dengan dibangunnya wireless distribution system pada perangkat

access 802.11g menggunakan openWRT, maka masing-masing klien

akan mendapatkan alokasi kanal yang relatif seimbang antara satu

dengan yang lainnya (Putra, 2011) sedangkan load balance adalah

teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur

koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal,

memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan

menghindari overload pada salah satu jalur koneksi

(Dewobroto,2010).

Wireless mesh network merupakan salah satu jenis wireless

networking yang menggunakan node-node berulang dan terdistribusi

untuk menyediakan reliability dan juga jangkauan yang lebih baik

pada jaringan wireless. Sejumlah node yang berukuran lebih kecil,

bernama repeater, terhubung pada node-node besar atau router

wireless untuk menyediakan jangkauan melalui area yang lebih besar

(Ian, 2004). Bonding adalah teknologi yang memungkinkan

penggabungan beberapa ethernet menjadi sebuah link virtual tunggal,

sehingga mendapatkan kecepatan data yang lebih tinggi dan juga

mendukung fasilitas failover (Watts, 2006).

Dengan penerapan sistem seamless wireles roaming, sistem

jaringan hotspot memiliki reliability yang lebih baik dibandingkan

dengan jaringan hotspot tanpa seamless wireles roaming. Dengan

menggunakan seamless wireles roaming, klien yang sedang

melakukan download tidak terputus serta tidak perlu autentifikasi

ulang apabila klien tersebut melakukan perpindahan antar access

Page 9: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

9

point, tetapi sistem seamless wireles roaming hanya dapat

menggunakan satu buah ISP saja (Apriyadi, 2012).

Untuk melengkapi penelitian sebelumnya, maka dalam

penelitian ini diterapkan sistem external wireless roaming yang dapat

menghilangkan interferensi ketika menggunakan lebih dari satu ISP

pada jaringan hotspot. Selain itu juga dapat memperluas coverage

area dan mengatasi kehilangan koneksi saat salah satu access point

mati serta overlaping antar access point pada home network ketika

menuju foreign network. Perbedaan penelitian ini dengan WDS,

wireless mess network , load balance, dan bonding adalah penelitian

ini menggunakan satu router untuk satu koneksi internet sehingga

diharapkan hasil yang didapat lebih baik dan dapat lebih mudah dalam

konfigurasi.

2.2 Wireless LAN

Jaringan Lokal Nirkabel atau wireless local area network

(disingkat Wireless LAN atau WLAN) adalah jaringan komputer

dimana media transimisnya menggunakan udara. Berbeda dengan

jaringan LAN konvensional yang menggunakan kabel sebagai media

transmisi sinyalnya. Spesifikasi 802.11 adalah standar komunikasi

untuk WLAN yang disahkan oleh Institute of Electrical and

Electronics Engineers (IEEE) pada tahun 1997. Versi 802.11 ini

menyediakan kecepatan transfer data 1 Mbps dan 2 Mbps. Versi ini

juga menyediakan dasar-dasar metode persinyalan dan layanan

lainnya. Seperti semua standar 802 IEEE, standar 802.11 berfokus

pada 2 level model Open System Interconnection (OSI) yang paling

bawah, yaitu physical layer dan link layer (Ergen, 2009).

Page 10: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

10

Gambar 2.1 Contoh Sederhana Jaringan WLAN (Pullis, 2007)

Gambar 2.1 menunjukkan contoh singkat penerapan jaringan

WLAN. Terlihat untuk pengaksesan data tidak lagi menggunakan

media kabel tetapi sudah menggunakan media radio. Teknologi yang

dipakai dalam adalah spread spectrum. Spread spectrum dalam

telekomunikasi adalah salah satu teknik modulasi dimana sinyal

ditransimisikan dalam bandwidth yang jauh lebih lebar dari frekuensi

sinyal awal informasi. Saat ini teknologi spread spectrum banyak

diapliksikan khususnya pada WLAN dan mobile communication

technology karena menyediakan bandwidth yang lebar dan sinyalnya

lebih kebal terhadap noise / derau (Pasaribu, 2006).

2.3 Topologi Jaringan Wireless

Terlepas dari tipe PHY (lapisan fisik) yang dipilih, IEEE 802.11

mendukung tiga (3) topologi dasar untuk WLAN - Independent Basic

Service Set (IBSS), Basic Service Set (BSS), dan Extended Service Set

(ESS).

Page 11: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

11

a. Independent Basic Service Set (IBSS)

Konfigurasi IBSS juga dikenal sebagai konfigurasi independen

atau jaringan ad-hoc. Secara logika, konfigurasi IBSS mirip jaringan

office peer-to-peer dimana tidak ada satu node yang berfungsi sebagai

server. Dalam WLAN IBSS sejumlah node wireless berkomunikasi

secara langsung satu dengan lainnya secara ad-hoc, peer-to-peer. Jadi

IBSS terdiri dari beberapa mobile station (MS) yang berkomunikasi

secara langsung satu sama lain tanpa menggunakan access point atau

koneksi ke jaringan kabel.

Gambar 2.2 Topologi Jaringan IBSS ( Purbo, 2001)

Hal ini berguna untuk mempercepat dan mempermudah dalam

menyiapkan jaringan nirkabel di mana infrastruktur nirkabel tidak ada

atau tidak diperlukan untuk layanan, seperti kamar hotel, pusat

konvensi, atau bandara, atau di mana akses ke jaringan kabel dilarang

(seperti untuk konsultan di sebuah situs klien). Secara umum,

implementasi IBSS mencakup wilayah terbatas dan tidak terhubung ke

jaringan yang lebih besar.

b. Basic Service Set (BSS)

BSS terdiri dari setidaknya satu access point yang terhubung ke

infrastruktur jaringan kabel dan satu set end station nirkabel.

Page 12: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

12

Konfigurasi ini disebut Basic Service Set (BSS). Dengan demikian,

konfigurasi BSS mengandalkan sebuah Access point yang bertindak

sebagai server logis untuk sebuah sel tunggal atau saluran WLAN.

Komunikasi antara node A dan node B benar-benar mengalir dari

node A ke AP dan kemudian dari AP ke node B.

c. Extended Service Set (ESS)

Sebuah Extended Service Set (ESS) terdiri dari serangkaian BSS

yang saling overlaps (masing-masing terdapat AP) yang terhubung

bersama membentuk suatu Distribution System (DS). Meskipun DS

bisa dibentuk pada semua jenis jaringan khususnya ethernet Local

Area Network (LAN). Mobile node dapat melakukan roaming antara

AP sehingga dapat mencakup kawasan yang cukup luas.

Gambar 2.3 Jaringan ESS yang Terdiri dari Beberapa Jaringan

BSS (Purbo, 2001)

Sebagian besar perusahaan yang sudah memakai WLAN tetap

memerlukan akses ke jaringan kabel LAN untuk layanan seperti file

server, printer, link internet, maka beroperasi pada topologi BSS /

ESS ( Purbo, 2001).

Page 13: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

13

2.4 External Wireless roaming

Wireless roaming adalah keadaan dimana seorang klien dapat

berpindah dari satu AP ke AP yang lain dan masih dalam subnet yang

sama tanpa harus melakukan konfigurasi ulang. Mobile station (MS)

menemukan AP terbaik kemudian memutuskan kapan untuk

berpindah ke AP yang lain dan melakukan asosiasi dan otentikasi

apapun yang diperlukan sesuai keamanan dan kebijakan yang

berlaku. Semua proses tersebut membutuhkan waktu dalam pemilihan

AP terbaik maupun konfigurasi IP address. Wireless roaming dapat

membantu klien untuk mendapatkan alamat IP yang baru tanpa

mempengaruhi koneksi. Pemindaian dan pengambilan keputusan

adalah bagian dari proses roaming yang memungkinkan klien untuk

menemukan AP baru pada saluran yang cocok ketika pengguna

berpindah tempat. Ketika ini terjadi, klien harus mengasosiasikan

dengan AP baru (McKeag, 2004).

Gambar 2.4 Wireless Roaming (Siddiqui, 2011)

Pada Gambar 2.4 terlihat proses perpindahan dari satu AP ke

AP yang lain untuk mengambil service dari AP tersebut. Dalam

Jaringan wireless, roaming antara dua jaringan terdiri dari internal

Page 14: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

14

roaming dan external roaming. Internal roaming terjadi jika mobile

station berpindah ke jaringan lain melalui satu AP ke AP yang lain

tetapi masih dalam satu home network. Sedangkan external roaming

terjadi jika mobile station sudah berpindah antar ISP jaringan yang

digunakan (Siddiqui, 2011).

Gambar 2.5 External Wireless Roaming (Geier, 2008)

Pada Gambar 2.5 terlihat bagaimana cara kerja dari external

wireless roaming. Mobile station bergerak dari home network menuju

foreign network tanpa harus melakukan konfigurasi ulang. External

wireless roaming terjadi ketika MS (Mobile Station) atau klien

berpindah ke jaringan WLAN yang menggunakan Wireless Internet

Service Provider (WISP) lain. Pengguna dapat secara independen

berpindah dari home network ke foreign network jika layanan terbuka

untuk pengguna umum. Jika tidak, harus ada otentikasi khusus dan

sistem penagihan untuk layanan mobile di foreign network (Geier,

2008).

2.5 Hotspot

Hotspot adalah suatu koneksi jaringan wireless yang tersedia

dan siap pakai, di mana pengguna dengan perangkat WLAN yang

Page 15: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

15

compatible, dapat terhubung ke internet, atau private intranet,

mengirim dan menerima e-mail dan men-download file tanpa harus

menggunakan kabel ethernet. Hotspot, atau yang lebih dikenal sebagai

Wi-Fi hotspot tersusun atas perangkat atau komponen WLAN,

ditambah web server, dan ISP, bila terhubung ke internet. Wi-Fi

hotspot banyak dijumpai pada tempat-tempat umum seperti pada kafe,

bandara, lobi hotel, dan tempat-tempat lainnya (Minoli, 2003).

2.5.1 Proses Mengakses Wi-Fi Hotspot

Beberapa proses yang terjadi sebelum stasiun dapat mengakses

jaringan Wi-Fi, antara lain:

Authentication, adalah proses untuk membuktikan identitas klien

sebelum berasosiasi dengan AP.

De-authentication, adalah proses penolakan persetujuan yang

telah dimiliki oleh stasiun.

Association, proses ini memperbolehkan pembentukan wireless

link antara stasiun dan AP dalam sebuah jaringan infrastruktur.

Disassociation, proses pemutusan link antara stasiun wireless

dengan AP dalam jaringan infrastruktur.

Re-association, proses dimana stasiun wireless bergerak dari satu

BSS ke BSS yang lain. Proses ini dapat disebut juga dengan

roaming.

Privacy, proses ini berfungsi untuk melindungi informasi yang

dikirim agar tidak didengarkan secara sembunyi-sembunyi oleh

stasiun lainnya yang berada dalam jangkauan AP.

Data transfer, adalah proses mentransmisikan frame data.

Page 16: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

16

Distribution, proses ini dihasilkan oleh Distribution System (DS)

dan digunakan dalam suatu kondisi khusus yaitu bila terjadi

proses transmisi antara AP satu dengan AP yang lain.

Integration, proses yang dihasilkan oleh portal, dimana pada

dasarnya portal didesain untuk menghasilkan logical integration

antara wired LAN dan Wi-Fi.

Power management, terdiri atas active mode, dimana stasiun

wireless diberikan power (tenaga) untuk mentransmisikan dan

menerima frame data, dan power save mode, dimana stasiun tidak

dapat mentransmisikan atau menerima frame data bila power

yang dipakai kurang (Robby, 2008).

2.6 Mobile Broadband

Istilah broadband mengacu pada koneksi internet yang

memungkinkan dukungan untuk data, suara, dan informasi video pada

kecepatan tinggi, biasanya diberikan oleh konektivitas berkecepatan

tinggi seperti DSL atau layanan kabel dan nirkabel atau wireless yang

disebut wireless broadband dan mobile broadband. Mobile broadband

termasuk layanan dari penyedia layanan telepon seluler seperti

Verizon, Sprint, dan AT & T Mobility, yang memungkinkan versi

yang lebih mobile dari akses internet. User dapat memakai PC card,

laptop card, atau modem USB untuk menghubungkan PC atau laptop

ke internet via tower ponsel. Koneksi dengan mobile broadband stabil

di hampir semua daerah yang juga menerima koneksi ponsel secara

kuat. Koneksi ini memakan biaya lebih untuk kenyamanan mobilitas

serta memiliki keterbatasan kecepatan dan hanya menjangkau

lingkungan perkotaan (Ergen, 2009).

Page 17: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

17

2.7 Firmware DD-WRT

Firmware juga bisa disebut sebagai sistem operasi, karena

firmware merupakan jembatan agar hardware bisa menjalankan

suatu software. Akan tetapi firmware ini berbeda dengan sistem

operasi yang tertanam dalam komputer seperti Windows, Linux yang

memerlukan media penyimpanan besar. Jadi firmware bisa dikatakan

sebagai suatu software atau piranti perangkat lunak yang tertanam

didalam flash memory (Flash ROM) seperti contoh di motherboard

adalah BIOS (Basic Input Output System) (Purbo, 2007).

DD WRT merupakan sebuah firmware alternatif yang populer

bagi perangkat keras access point. Firmware ini memasukkan

beberapa fitur tambahan seperti fitur pengaturan daya pancar,

tambahan berbagai captive portal, VPN, WDS, dukungan QoS, dan

lebih banyak lagi. Firmware ini memakai konfigurasi berbasis web

yang tidak terenkrip atau via HTTPS, dan juga menyediakan akses

SSH dan Telnet (Asadoorian, 2007).

Page 18: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

18

Bab3

Metode dan Perancangan Sistem

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

testbed. Testbed adalah suatu metode yang digunakan untuk

melakukan eksperimen dan pengembangan suatu penelitian. Testbed

menyediakan penerapan eksperimen dan pengembangan suatu

penelitian berdasarkan teori sains dan teknologi baru secara tepat dan

transparan. Berdasarkan bab-bab sebelumnya, dapat dibahas

perancangan external wireless roaming pada jaringan hotspot yang

memanfaatkan fitur dhcp forwarder pada firmware DD-WRT. Dalam

perencanaan sistem ini dibagi dalam beberapa tahapan pembangunan,

tahapan pembangunan ini merupakan urutan dari kegiatan

pembangunan testbed. Pada Gambar 3.1 memperlihatkan diagram alir

dari tahapan pembangun metode testbed. Tahapan-tahapan tersebut

meliputi menentukan topologi jaringan, menentukan spesifikasi alat

yang digunakan, instalasi software, menentukan lokasi testbed, dan

konfigurasi jaringan external wireless roaming.

Page 19: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

19

Mulai

Menentukan Topologi

Jaringan

Menentukan Spesifikasi Alat

yang Digunakan

Menentukan Lokasi Testbed

Instalasi Software

Konfigurasi Jaringan

External Wireless Roaming

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pembangunan Testbed

3.1 Menentukan Topologi Jaringan

Topologi jaringan yang dibangun disesuaikan dengan konsep external

wireless roaming dengan arsitektur tipe Extended Service Set (ESS).

Page 20: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

20

Gambar 3.2 Topologi Jaringan yang Dibangun

Gambar 3.2 memperlihatkan topologi jaringan yang dibangun.

Terlihat penelitian menggunakan dua buah ISP melalui mobile

broadband untuk menerapkan external wireless roaming.

3.2 Menentukan Spesifikasi Perangkat yang Digunakan

AP yang dibutuhkan untuk external wireless roaming harus

menyediakan fungsi DHCP forwarder untuk meneruskan IP address

ketika terjadi roaming antar AP. Perangkat yang digunakan meliputi

AP, router, DHCP server, MS, dan modem 3G

3.2.1 Perangkat Access Point

Untuk membangun hotspot yang menggunakan topologi ESS

sehingga menerapkan external wireless roaming maka digunakan dua

buah access point yang menjalankan fungsi DHCP forwarder. Access

point yang digunakan adalah TP-Link model TL-WR740N, yang

memang dikhususkan untuk keperluan modifikasi dengan platform

opensource berbasis Linux dan sejenisnya, karena firmware bawaan

Page 21: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

21

dari pabrik milik TP-Link mempunyai keterbatasan dalam hal

memodifikasi aplikasi firmware tersebut. Access point ini telah

dilengkapi dengan perlengkapan yang dibutuhkan seperti unit power

supply dan kabel LAN ethernet standar. Spesifikasi dari access point

TP-Link TL-WR740N adalah sebagai berikut:

1. 4 Interface 10/100Mbps LAN Ports

2. 1 Interface 10/100Mbps WAN Port

3. Wireless Standards IEEE 802.11n, IEEE 802.11g, IEEE 802.11b

4. 5dBi Fixed Omni Directional

5. Wireless Security 64/128/152-bit WEP / WPA / WPA2,WPA-

PSK / WPA2-PSK

3.2.2 Perangkat DHCP Server

Perangkat DHCP server yang digunakan dalam testbed ini adalah

RB 751u-2hnd. Penggunaan router ini diharapkan dapat lebih

memaksimalkan penggunaan sebagai DHCP server selain bentuknya

yang ringkas juga mempunyai performa yang baik. Untuk lebih

memudahkan dalam pengetesan, maka versi Operating System (OS)

dari masing – masing router dibedakan. Router yang terkoneksi

dengan ISP IM3 menggunakan versi 5.6 sedangkan yang terkoneksi

dengan ISP XL menggunakan versi 5.14.

Spesifikasi dari RB 751u-2hnd adalah sebagai berikut:

1. CPU AR7241 400MHz

2. Main Storage/NAND sebesar 64MB

3. Memory RAM 32MB

4. LAN Ports sejumlah 5 buah

5. RouterOS License Level4

Page 22: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

22

3.2.3 Perangkat Mobile Station

Perangkat mobile station yang ideal untuk digunakan dalam

testbed ini adalah notebook/laptop. Penggunaan laptop sebagai mobile

station adalah agar dapat memperlihatkan kuat sinyal dari masing -

masing AP serta perpindahan ketika terjadi roaming. Selain itu dengan

menggunakan laptop maka bandwidth yang didapatkan dapat terlihat

dengan jelas. Pada percobaan yang dilakukan menggunakan dua buah

Mobile Station (MS) yang mempunyai OS yang berbeda yaitu

Windows XP dan Windows 7.

Spesifikasi minimal yang harus dimiliki oleh perangkat mobile station

adalah sebagai berikut:

1 OS Windows XP,

2 Processor Pentium III,

3 Memory 256 Mb,

4 LAN card (port koneksi ethernet),

5 WLAN card .

Laptop yang digunakan harus dilengkapi dengan kartu jaringan

(LAN card) agar dapat dihubungkan dengan AP untuk masuk ke

dalam firmware- nya, sedangkan wireless LAN card dibutuhkan agar

konsep user dapat terhubung dengan AP dapat terpenuhi.

3.2.4 Perangkat Mobile Broadband

Perangkat mobile broadband yang digunakan dalam penelitian

adalah modem 3G. Penggunaan modem 3G dimaksudkan agar

penelitian ini tidak perlu menggunakan koneksi ADSL untuk dapat

terhubung ke internet. Selain itu jangkauan dari modem 3G lebih luas

asal masih terjangkau dalam BTS telepon seluler yang sudah support

Page 23: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

23

3G. Modem 3G yang digunakan menggunakan ISP yang berbeda yaitu

menggunakan ISP IM3 dan XL.

Spesifikasi dari perangkat mobile broadband yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Memiliki interface ke PC USB 2.0 High Speed Data Transfer

2. Support 3G UMTS dengan Tri Band UMTS/HSDPA : 850, 1900,

2100 MHz

3. Support 3.5G HSDPA dengan Tri Band UMTS/HSDPA : 850,

1900, 2100 MHz

4. Support 3.75G HSUPA dengan Single-Band WCDMA/HSDPA :

2100 MHz

5. HSDPA Downlink Speed Up to 3.6 Mpbs

6. HSUPA/WCDMA Downlink Speed up to 7.2 Mbps

7. Memiliki Antena Internal

8. Compability Supported OS : Windows® Vista, XP, 2000, dan

Mac OS X

3.3 Instalasi Software

Instalasi software dilakukan pada perangkat AP dan MS.

Instalasi AP menggunakan third party firmware DD-WRT, sedangkan

instalasi pada MS menggunakan software Wireshark, dan BW

monitor. Instalasi software diperlukan agar konsep external wireless

roaming yang dibangun dapat tercapai.

3.3.1 Instalasi DD-WRT pada Access Point

Proses instalasi firmware DD-WRT pada access point

dilakukan melalui dua tahapan yaitu langkah pertama harus

melakukan upgrade dengan menggunakan firmware DD-WRT versi

Page 24: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

24

factory-to-ddwrt.bin terlebih dahulu. Setelah proses

ugrade firmware tersebut berhasil, barulah dilakukan upgrade

firmware DD-WRT menggunakan versi tl-wr740n-

webflash.bin. Langkah- langkah upgrade firmware sebagai

berikut :

Gambar 3.3 Tampilan Sebelum Instalasi

Gambar 3.3 menunjukkan tampilan firmware standar dari TL-

WR740N sebelum dilakukan instalasi DD-WRT. Untuk mengakses

firmware bawaan dari AP dapat menggunakan web browser dengan

mengakses 192.168.0.1.

Page 25: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

25

Gambar 3.4 Tahapan Instalasi Firmware

Gambar 3.4 menjelaskan cara menginstal firmware TL-

WR740N menjadi DD-WRT. Untuk melakukan upgrade firmware

terdapat pada menu system tools, firmware kemudian upgrade

dilakukan dengan wired LAN.

Gambar 3.5 Tahapan Awal Instalasi Firmware

Page 26: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

26

Gambar 3.5 menunjukkan tahapan awal ketika melakukan

instalasi DD-WRT pada AP. Langkah pertama adalah menginstal

firmware factory-to-ddwrt.bin. Setelah melakukan instalasi

firmware pertama, tunggu beberapa saat sampai access point

melakukan restart. Setelah melakukan restart, access point dapat

diakses kembali melalui web browser dengan mengakses 192.168.1.1

karena firmware sudah berubah sehingga IP lokal yang digunakan

juga berubah.

Gambar 3.6 Tahapan Kedua Instalasi Firmware

Setelah melakukan instalasi factory-to-ddwrt.bin

maka tampilan dari firmware menjadi seperti Gambar 3.6. Langkah

berikutnya adalah memasukkan username dan password baru untuk

AP.

Page 27: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

27

Gambar 3.7 Proses Instalasi Firmware

Setelah memasukkan username dan password baru untuk

access point maka tahap selanjutnya adalah menginstal tl-wr740n-

webflash.bin. Instalasi firmware terdapat pada menu

administration, kemudian firmware upgrade seperti pada Gambar 3.7.

Instalasi membutuhkan waktu beberapa saat.

Gambar 3.8 Tampilan Firmware DD-WRT

Page 28: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

28

Setelah berhasil melakukan instalasi tl-wr740n-webflash.bin

maka firmware DD-WRT terlihat pada Gambar 3.8. Tampilan awal

berisi MAC address dari masing – masing access point, IP address,

dan informasi yang lain.

3.3.2 Instalasi Wireshark

Wireshark digunakan untuk melakukan monitoring dan testing

jaringan hotspot yang sudah dibuat. Aplikasi dan informasi mengenai

Wireshark dapat di download di www.wireshark.org. Testing ini

digunakan untuk memastikan bahwa jaringan home network sudah

berganti ke foreign network, yang ditandai dengan bergantinya DNS

yang didapat dari ISP, sedangkan monitoring hanya digunakan untuk

mengetahui traffic jaringan yang sedang berjalan.

Gambar 3.9 Tampilan dari Wireshark

Page 29: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

29

Gambar 3.9 merupakan tampilan awal dari Wireshark.

Terdapat beberapa fitur yang dapat digunakan untuk melakukan

monitoring dan testing dari jaringan hotspot yang sudah dibuat.

Pengujian dan analisis dilakukan terhadap sistem yang sudah

dibangun apakah dapat berjalan sesuai dengan keinginan.

3.3.3 Instalasi BW Monitor

Bandwidth Monitor digunakan untuk mengetahui bandwidth

yang didapat dari ISP. Informasi dan aplikasi mengenai Bandwidth

Monitor dapat di download melalui www.bwmonitor.com. Selain itu,

Bandwidth Monitor juga digunakan untuk melakukan pengetesan

terhadap jaringan hotspot yang menggunakan sistem roaming. Ketika

user atau mobile station berpindah menjauhi access point dari home

network maka bandwidth yang didapatkan mulai menurun. Ketika

user mendekati access point dari foreign network maka bandwidth

mengalami peningkatan sesuai bandwidth yang didapat dari foreign

network. Konfigurasi bandwidth monitor hanya dilakukan pada

adapter yang digunakan.

Selain untuk mengukur bandwidth yang didapat dari ISP,

bandwidth monitor juga dapat menghitung lama waktu dari delay

perpindahan dengan memanfaatkan stopwatch pada Bandwidth

Monitor.

Page 30: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

30

Gambar 3.11 Tampilan Bandwidth Monitor

Pada Gambar 3.11 terlihat bandwidth yang sedang didapat baik

download maupun upload. Pada Bandwidth Monitor juga terlihat

bandwidth maksimal yang didapat serta rata – rata dari bandwidth dan

dapat diukur dengan kbps atau KB/s.

Gambar 3.12 Tampilan Stopwatch

Gambar 3.12 menunjukkan tampilan dari stopwatch yang merupakan

fitur tambahan dari aplikasi Bandwidth Monitor sehingga dapat

Page 31: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

31

terlihat lama waktu yang digunakan, maximum rate, minimum rate

dan average rate dari bandwidth yang didapat.

Aplikasi lain yang digunakan adalah aplikasi bawaan dari

Windows yaitu Command Prompt. Command Prompt digunakan

untuk melakukan ping dan trace route ke suatu website. Ping

digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan berbasis teknologi

Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) dengan

mengirimkan packet ke sebuah DNS atau alamat IP dan mendapatkan

respon berupa waktu dalam ms. Semakin cepat waktu dari ping, maka

akan semakin baik konektivitas dari jaringan. Sedangkan trace route

digunakan untuk melakukan testing perpindahan dari home network

menuju foreign network. Hal ini diketahui dari berubahnya hop ketika

menuju suatu website karena tiap ISP akan memiliki jumlah hop yang

berbeda.

3.4 Penentuan Lokasi Testbed

Dalam rangka membangun testbed yang sesuai dengan

kondisi external roaming, lokasi penempatan antara satu AP dengan

AP yang lain merupakan faktor yang menentukan. Oleh karena itu

dalam penentuan lokasi dan penempatan perangkat yang digunakan

didasarkan atas beberapa pertimbangan yang dinilai dapat

menghasilkan kondisi sesuai dengan apa yang diinginkan,

pertimbangan tersebut meliputi:

1. Pertimbangan Teknis.

Pertimbangan teknis meliputi penentuan lokasi dan penempatan

perangkat adalah ketersediaan ruang yang cukup untuk memenuhi

bentuk dari topologi jaringan testbed yang akan dibangun,

ketersediaan sumber listrik (karena perangkat yang digunakan

Page 32: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

32

memerlukan sumber listrik untuk penggunaannya), dan lokasi tersebut

mudah dijangkau untuk keperluan pengetesan dan konfigurasi.

2. Pertimbangan Non Teknis.

Pertimbangan non teknis mengacu pada pertimbangan keamanan

baik yang berasal dari faktor manusia ataupun faktor alam. Faktor

yang berasal dari manusia seperti keamanan penempatan perangkat

dari hilir mudik manusia, dan pengawasan perangkat apabila telah

terpasang. Sedangkan faktor dari alam meliputi perlindungan terhadap

cuaca, seperti hujan dan gangguan petir.

Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut maka lokasi yang

dinilai cocok sebagai lokasi dalam membangunan jaringan testbed ini

adalah beberapa rumah di perumahan Margosari 2 dengan penempatan

di titik-titik yang sekiranya cocok untuk penelitian . Dalam penelitian

ini AP dan mobile station ditempatkan pada beberapa posisi yang

berbeda dengan jarak tertentu, agar didapatkan fungsi external

wireless roaming. Lokasi penempatan dari perangkat-perangkat pada

beberapa rumah di perumahan Margosari 2 dapat dilihat pada Gambar

3.13.

Page 33: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

33

Gambar 3.13 Denah Lokasi Penempatan

Pada Gambar 3.13 terlihat peletakan beberapa access point dan

perangkat laptop yang akan digunakan untuk penelitian sehingga

dapat tercapai konsep external wireless roaming.

3.5 Konfigurasi Jaringan

Setelah melakukan proses instalasi firmware DD-WRT di

access point, tahap berikutnya adalah mengkonfigurasi jaringan agar

dapat beroperasi dengan baik dan dapat memenuhi syarat tercapainya

jaringan hotspot yang menggunakan external wireless roaming.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut ini:

3.5.1 Konfigurasi Mikrotik Router OS

Konfigurasi Mikrotik OS bertujuan untuk membuat server

DHCP dan membuat router agar dapat beroperasi dengan modem 3G.

Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut.

Page 34: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

34

Kode Perintah 3.1 Mendeteksi Jenis Modem 3G

[admin@mikrotik] > system serial-terminal usb1 Channel=0

[Ctrl-A is the prefix key]

Pada potongan Kode Perintah 3.1, USB1 berarti modem berada pada

USB1 dan pada channel 0. Untuk pemilihan channel harus dicoba mulai

dari channel 0,1,2, dan seterusnya sampai muncul tulisan [Ctrl-A is the

prefix key].

Kode Perintah 3.2 Informasi Jenis Modem 3G

ATI

Manufacturer: huawei

Model: E220

Revision: 11.117.03.00.00

IMEI: 358193014692702

+GCAP: +CGSM,+DS,+ES

OK

Setelah mengetikkan Kode Perintah 3.1 langkah selanjutnya

adalah mengetikkan ATI dan jika muncul informasi seperti Kode

Perintah 3.2 maka modem bisa digunakan pada RB 751U-2HND.

Modem yang dapat digunakan dapat dilihat di mikrotik.co.id. Setelah

itu, langkah selanjutnya adalah membuat profile PPP baru.

Kode Perintah 3.3 Membuat Profile PPP Baru

[admin@mikrotik] > /ppp profile add change-tcp-mss=default comment=""

name=profile2 only-one=default \

\... /ppp profile add change-tcp-mss=default comment="" name=profile2

only-one=default \

\... use-compression=default use-encryption=no use-vj-compression=default

Page 35: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

35

Kode Perintah 3.3 memperlihatkan konfigurasi profile ppp yang

berisi dari nama PPP yaitu profile2, compression dari PPP default dari

mikrotik, dan yang lainnya. Setelah itu konfigurasi selanjutnya adalah

membuat PPP client seperti pada potongan Kode Perintah 3.4.

Kode Perintah 3.4 Membuat PPP-client

[admin@mikrotik] > / interface ppp-client

[admin@mikrotik] /interface ppp-client> add add-default-route=yes

allow=pap,chap comment="" data-Channel=0 apn=indosatgprs dial-

command=ATDT dial-on-deman=no disabled=no info-Channel=0 max-

mru=1500 max-mtu=1500 modem-

init="at+cgdcont=1,\"IP\",\"ISP.CINGULAR\"" mrru=disabled name=ppp-

out2 null-modem=no password="indosatgprs phone=*99# port=usb1

profile=profile2 use-peer-dns=yes User="indosatgprs"

Pada potongan Kode Perintah 3.4 terlihat dari konfigurasi PPP

client yang berisi dari konfigurasi modem 3G yang digunakan seperti

channel modem, APN, username dan password yang disesuaikan

dengan ISP yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan ISP

IM3 dan XL maka apn, username, dan password diisi sesuai

konfigurasi dari masing – masing ISP. Selanjutnya dilakukan

konfigurasi firewall NAT agar client yang terkoneksi dengan router

juga dapat mengakses internet seperti Kode Perintah 3.5.

Kode Perintah 3.5 Membuat Firewall NAT

[admin@mikrotik] > /ip firewall nat add chain=srcnat src-

Address=192.168.88.0/24 out-interface=ppp-out2 action=masquerade

Page 36: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

36

Kode Perintah 3.5 memperlihatkan konfigurasi firewall pada router

yang digunakan agar semua IP dari network 192.168.88.0/24 dapat

mengakses internet lewat ppp-out2 dengan action masquerade.

Kode Perintah 3.6 Konfigurasi IP Router

[admin@mikrotik] > ip address add address=192.168.88.1

netmask=255.255.255.0 interface=bridge-local

Kode Perintah 3.6 merupakan konfigurasi untuk memberikan

IP address lokal di router. IP lokal yang digunakan adalah

192.168.88.1 dan netmask 255.255.255.0 yang berarti masih masuk ke

IP class C. Interface yang digunakan adalah bridge-local karena

router mempunyai dua interface yaitu WLAN dan LAN .

Kode Perintah 3.7 Membuat IP Pool

[admin@mikrotik] > ip pool add name=dhcp_pool1 ranges

192.168.88.10-192.168.88.250 next-pool=none

Setelah memberikan IP lokal pada router, langkah selanjutnya

adalah membuat IP pool. IP pool digunakan untuk menampung

sejumlah IP yang dapat digunakan oleh client yang terhubung ke

router. IP pool yang dibuat diberi nama dhcp_pool1 dengan range IP

yang dapat digunakan antara 192.168.88.10 sampai 192.168.88.250

sehingga terdapat 241 IP yang dapat digunakan oleh client seperti

yang terlihat pada Kode Perintah 3.7.

Kode Perintah 3.8 Membuat DHCP Server

[admin@mikrotik] > ip dhcp-server add interface=bridge-local

address-pool=dhcp_pool1 authoritative=after-2sec-delay bootp-

support=static disabled=no lease-time=01:00:00 name=dhcpd2

Page 37: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

37

Langkah berikutnya adalah membuat DHCP server dengan

konfigurasi seperti pada Kode Perintah 3.8. Konfigurasi yang dibuat

adalah interface dari DHCP server menggunakan bridge-local , IP

pool menggunakan konfigurasi yang sudah dibuat pada Kode Perintah

3.7, lease time yang berarti waktu kadaluarsa untuk setiap IP yaitu

satu jam, dan lain sebagainya.

Kode Perintah 3.9 Konfigurasi DHCP Server Network

[admin@mikrotik] > /ip dhcp-Server network add

address=192.168.88.0/24 comment="" dns-Server=192.168.88.1,

192.168.88.1 gateway=192.168.88.1 netmask=24

Setelah berhasil membuat DHCP server, maka langkah

berikutnya adalah melakukan konfigurasi dari DHCP server yang

sudah dibuat pada Kode Perintah 3.8. Konfigurasi yang digunakan

dapat dilihat pada Kode Perintah 3.9. IP yang digunakan pada DHCP

server adalah 192.168.88.1, DNS server dari DHCP server adalah

192.168.88.1, dan gateway dari DHCP server adalah 192.168.88.1.

Kode Perintah 3.10 Konfigurasi DNS

[admin@mikrotik] > ip dns static add name=router

address=192.168.88.1 ttl=1d

[admin@mikrotik] > ip dns set allow-remote-requests=yes

Kode Perintah 3.10 digunakan untuk konfigurasi DNS server

pada router. Perintah ip dns set allow-remote-requests=yes digunakan

agar user yang terhubung dengan router dapat ikut menggunakan

DNS pada router. Untuk router yang terkoneksi dengan AP (IM3)

akan dibedakan subnetnya sehingga akan memakai IP dengan network

ID 192.168.8.0/24.

Page 38: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

38

3.5.2 Konfigurasi DD-WRT

Pada tahap konfigurasi ini merupakan tahapan yang paling

penting. Hal ini bertujuan untuk membuat sebuah jaringan hotspot

yang menggunakan sistem wireless roaming. Beberapa konfigurasi

harus diterapkan pada setiap access point agar didapatkan sistem

seperti yang diharapkan. Dalam pembuatan wireless roaming, access

point yang digunakan tidaklah harus mempunyai merk dan vendor

yang sama. Namun dalam penelitian ini access point yang digunakan

dibuat sama untuk mempermudah proses konfigurasi. Langkah-

langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut:

:

Gambar 3.14 Konfigurasi IP Address

Gambar 3.14 menjelaskan konfigurasi awal yang dilakukan

pada access point pertama. Langkah pertama yang harus dilakukan

adalah memberi nama pada access point, dalam hal ini access point

dibiarkan dengan nama default yaitu DD-WRT dengan IP address

192.168.1.1 dan subnet mask 255.255.255.0. Kemudian WAN

connection type di-disable, begitu juga konfigurasi yang harus

dilakukan terhadap access point kedua.

Page 39: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

39

. Gambar 3.15 Disable DHCP Server

Pada Gambar 3.15 menunjukkan konfigurasi DHCP type untuk

setiap access point. Access point tidak akan berfungsi menjadi DHCP

server tetapi menjadi DHCP forwarder yang hanya berfungsi

meneruskan IP DHCP dari router yang berfungsi sebagai DHCP

server.

Gambar 3.16 Konfigurasi SSID Untuk Access point Pertama

Gambar 3.16 menunjukkan konfigurasi mulai dari pemberian nama

SSID dan wireless channel yang digunakan oleh Access Point (AP)

pertama. SSID yang digunakan adalah HOTSPOT-MARGOSARI.

Page 40: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

40

Gambar 3.17 Konfigurasi SSID Untuk Access point Kedua

Pada Gambar 3.17 menjelaskan konfigurasi SSID pada AP

kedua. Tidak jauh berbeda dengan AP yang pertama, pemberian nama

SSID haruslah sama di semua AP karena DHCP forwarder bekerja

berdasarkan SSID sedangkan channel harus berbeda agar tidak terjadi

interferensi antar frekuensi.

Gambar 3.18 Konfigurasi Security untuk Setiap Access point

Langkah selanjutnya adalah konfigurasi security yang akan

digunakan di setiap AP. Security akan diletakkan di sisi AP karena

jika security diletakkan di sisi router atau captive portal maka DHCP

forwarder tidak dapat bekerja dengan baik, karena captive portal akan

Page 41: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

41

melakukan blok terhadap semua jaringan yang masuk. Hal ini akan

menyebabkan koneksi terputus karena sudah berbeda router. Berbeda

dengan internal roaming yang masih berada dalam satu router atau

server, DHCP server akan bekerja baik jika menggunakan captive

portal. Untuk WPA shared key yang digunakan adalah m4rg0s4r1

seperti yang terlihat pada Gambar 3.18. .

Page 42: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

42

Bab 4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Konfigurasi Software

Pada bab ini ditampilkan beberapa hasil konfigurasi dari software

yang dipakai seperti hasil konfigurasi Mikrotik pada router dan hasil

konfigurasi DD-WRT pada access point.

4.1.1 Hasil Konfigurasi Router

Dalam penelitian ini, router digunakan sebagai gateway dan

DHCP server. Setelah melalui beberapa tahap konfigurasi yang

diterapkan pada router maka didapat hasil konfigurasi seperti yang

terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Log Pada Mikrotik

Gambar 4.1 adalah tampilan log pada Mikrotik yang

memperlihatkan ketika ppp-out2 melakukan initializing sampai

connected. Setelah terkoneksi, maka dapat diuji dengan melakukan

ping ke suatu website. Jika sudah mendapat reply, maka router sudah

terhubung dengan internet seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.

Page 43: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

43

Gambar 4.2 Ping Melalui Mikrotik

Hasil konfigurasi berikutnya adalah hasil konfigurasi yang didapat

setelah melakukan konfigurasi firewall NAT yang bertujuan agar user

yang terkoneksi dengan router juga dapat mengakses internet.

Gambar 4.3 Hasil Konfigurasi Firewall

Terlihat pada Gambar 4.3 sudah ada packets yang melewati firewall

yang dibuat. Dengan demikian konfigurasi pada router sudah dapat

digunakan.

Page 44: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

44

Untuk lebih memastikan hasil konfigurasi yang didapat,

pengujian dapat dilakukan pada MS yang sudah terkoneksi dengan

router. Pengujian ini menggunakan MS yang terkoneksi melalui

jaringan kabel. Jika ping sudah mendapatkan reply, maka jaringan

hotspot sudah dapat digunakan seperti pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Ping Melalui Windows

4.1.2 Hasil Konfigurasi DD-WRT pada Access Point

Setelah menyelesaikan semua proses konfigurasi pada tiap – tiap

access point, hasil yang didapatkan dari konfigurasi terlihat pada

Gambar 4.5 dan 4.6.

Page 45: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

45

Gambar 4.5 Hasil Konfigurasi AP Pertama (IM3)

Gambar 4.5 menunjukkan access point pertama atau access point

yang terkoneksi dengan ISP IM3 mempunyai SSID HOTSPOT-

MARGOSARI menggunakan channel 1 (2412 MHz).

Gambar 4.6 Hasil Konfigurasi AP Kedua (XL)

Gambar 4.6 menunjukkan access point kedua atau access

point yang terhubung dengan ISP XL juga mempunyai SSID yang

sama yaitu HOTSPOT-MARGOSARI menggunakan channel 10

(2457 MHz). Syarat dari sistem wireless roaming adalah SSID yang

digunakan haruslah sama karena wireless roaming bekerja dengan

Page 46: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

46

menggunakan SSID. Dalam pembuatan suatu jaringan hotspot yang

baik adalah menghindari terjadinya interferensi sinyal, maka dalam

pembuatan sistem wireless roaming ini membedakan dalam

pemilihan channel frekuensi.

4.2 Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan dengan melakukan pengujian dan

analisis terhadap koneksi, throughput serta reliability kinerja dari

sistem yang sudah dibangun. AP pertama terkoneksi router dengan

OS v5.6 yang memakai ISP IM3, sedangkan AP kedua terkoneksi

router dengan OS v5.14 yang memakai ISP XL. Hasil dari pengujian

serta analisis sistem dijelaskan pada sub bab berikutnya.

4.2.1 Pengujian Koneksi

Pengujian yang dilakukan dengan cara mencoba koneksi

semua AP dengan menggunakan satu Mobile Station (MS) terlebih

dahulu.

Gambar 4.7 Tampilan SSID

Gambar 4.7 menunjukkan tampilan SSID yang terdeteksi oleh

MS. Terlihat SSID HOTSPOT-MARGOSARI seperti SSID yang

Page 47: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

47

dibuat pada konfigurasi sebelumnya. Selanjutnya user harus

memasukkan network key dari AP seperti pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Memasukkan Network Key

Pada Gambar 4.8 menunjukkan tampilan dari MS ketika

memasukkan network key. Network key yang digunakan adalah

m4rg0s4r1. Setelah memasukkan network key, MS mendapat IP dari

router seperti pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Detail IP ketika Terkoneksi dengan AP (IM3)

Page 48: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

48

Gambar 4.9 menunjukkan MS yang mempunyai MAC address

00-16-6F-BB-A9-D8 sudah berhasil mendapatkan IP 192.168.88.245

dari router. Untuk default gateway dan DNS sesuai dengan

konfigurasi yang dibuat sebelumnya pada router. Langkah yang

dilakukan selanjutnya adalah mencoba koneksi mulai dari ping di

command prompt, pengujian download, uji coba menggunakan

winbox loader dan bandwidth monitor yang terlihat pada Gambar

4.10.

Gambar 4.10 Pengujian Pada AP IM3

Pada Gambar 4.10 terlihat hasil uji koneksi pada AP IM3

seperti pada winbox loader hanya terlihat router dengan OS v5.6.

Bandwidth yang didapatkan sekitar 365,5 kbps seperti yang didapat

dari ISP IM3.

Page 49: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

49

Gambar 4.11 Uji Koneksi Dengan Traceroute (IM3)

Pada Gambar 4.11 terlihat hasil uji koneksi dengan

menggunakan fasilitas bawaan Windows yaitu trace route. Terlihat

jika menggunakan AP IM3 hop yang dihasilkan pada google.com

sebanyak 18 hop. Jumlah hop yang dihasilkan akan berbeda antara

ISP yang satu dengan ISP yang lain. MS juga terlihat pada daftar

active clients pada AP (IM3) seperti pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Daftar Clients pada AP (IM3)

Page 50: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

50

Pada Gambar 4.12 terlihat MS dengan MAC address 00-16-6F-BB-

A9-D8 sudah terdaftar di AP (IM3) yang mempunyai channel 1.

Pengujian berikutnya menggunakan AP XL dan melakukan uji

coba dengan beberapa langkah. Untuk langkah – langkah yang

dilakukan sama seperti pada Gambar 4.7 dan 4.8. Yang membedakan

hanya pada pengujian throughput, informasi pada winbox loader,

trace route pada command prompt serta daftar clients di AP (XL)

seperti pada Gambar 4.13, 4.14 ,dan 4.15.

Gambar 4.13 Pengujian pada AP (XL)

Pada Gambar 4.13 terlihat hasil uji koneksi pada AP (XL)

seperti pada winbox loader hanya terlihat router dengan OS v5.14.

Bandwidth yang didapatkan sama dengan yang didapat dari ISP XL

yaitu 372,2 kbps. Pengujian berikutnya adalah menggunakan trace

route seperti pada Gambar 4.14.

Page 51: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

51

Gambar 4.14 Uji Koneksi dengan Traceroute (XL)

Pada Gambar 4.14 terlihat hasil uji coba koneksi menggunakan

trace route. Hasil yang didapatkan jika trace route pada google.com

menghasilkan jumlah hop sebanyak 12. Berbeda dengan trace route

yang menggunakan AP (IM3) yang berjumlah lebih banyak yaitu 18

hop.

Gambar 4.15 Daftar Clients pada AP XL

Pada Gambar 4.15 terlihat MS dengan MAC address 00-16-

6F-BB-A9-D8 sudah terdaftar di AP (XL) yang mempunyai channel

10.

Page 52: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

52

Pengujian berikutnya dilakukan dalam dua tahap. Pengujian

pertama menguji throughput yang dihasilkan ketika MS berada dalam

area roaming sebelum wireless roaming diaktifkan. Setelah itu

menguji throughput yang dihasilkan jika wireless roaming sudah

diaktifkan. MS bergerak dari AP (IM3) menuju AP (XL) sehingga

mulai terlihat pengurangan sinyal sehingga menyebabkan throughput

yang dihasilkan berkurang dan ping time menjadi bertambah besar.

Pengujian dilakukan dengan ping time, trace route, download

menggunakan Internet Download Manager (IDM), dan bandwidth

monitor.

4.2.2 Pengujian Bandwidth, Throughput, dan Ping Time Sebelum

Menggunakan Wireless Roaming

Pengujian dilakukan dengan cara melakukan tes berupa

download, ping time, dan trace route pada MS yang terkoneksi

dengan AP (IM3) tetapi masih dalam jangkauan sinyal AP (IM3).

Setelah itu, MS dibuat menjauhi AP (IM3) sampai diluar jangkauan

AP (IM3). Hasil dari pengujian sebelum menggunakan wireless

roaming dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sebelum Menggunakan Wireless Roaming

Pengujian

Dalam

jangkauan AP

(IM3)

Jauh Dari

Jangkauan

AP (IM3)

Diluar Jangkauan

AP (IM3)

Bandwidth 365,5 kbps 175,9 kbps Koneksi Terputus

Throughput 44,4 KB/s 23,7 KB/s Koneksi Terputus

Ping time 160 ms 450 ms Koneksi Terputus

Page 53: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

53

Dapat dilihat pada Tabel 4.1 ping time yang dihasilkan jika

masih dalam jangkauan AP (IM3) adalah 160m yang berarti waktu

yang dibutuhkan untuk mendapatkan reply dari google.com sebesar

160ms. Selain itu throughput yang dihasilkan jika masih dalam

jangkauan AP (IM3) adalah 44,4 KB/s.

Pengujian yang dilakukan berikutnya adalah menjauhkan MS

dari AP (IM3). Ping time menjadi bertambah besar dan throughput

yang didapatkan menurun seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. Ping

time yang tadinya 160ms menjadi 450ms, sedangkan bandwidth yang

didapat melalui download yang tadinya 365,5 kbps turun menjadi 175

kbps. Ini berarti terjadi penurunan kualitas dari jaringan AP (IM3).

Pengujian selanjutnya adalah menjauhkan MS dari AP (IM3)

sampai berada diluar jangkauan AP (IM3) sehingga throughput yang

dihasilkan menurun dan akhirnya terputus sehingga menyebabkan

koneksi user yang sedang download atau browsing ikut terputus

seperti yang terlihat pada Tabel 4.1.

4.2.3 Pengujian Bandwidth, Throughput, dan Ping Time Setelah

Menggunakan External Wireless Roaming

Pengujian berikutnya tidak berbeda jauh dari pengujian

sebelum menggunakan wireless roaming. Beberapa hasil pengujian

sama seperti Tabel 4.1, tetapi ketika MS sudah berada diluar

jangkauan AP (IM3), MS mengalami putus koneksi ke ISP tetapi tetap

terhubung dengan router. MS secara otomatis pindah ke AP (XL) dan

mengambil service dari AP (XL) yang berarti koneksi internet sudah

berpindah ke ISP XL. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Page 54: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

54

Dalam perpindahan tersebut terdapat delay waktu. Jika

menggunakan ping time , terdapat beberapa kali Request Time Out

(RTO) sedangkan jika menggunakan download koneksi mengalami

drop beberapa detik sebelum kembali berjalan normal, tergantung dari

server download.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Setelah Menggunakan Wireless Roaming

Pengujian

Dalam

jangkauan

AP (IM3)

Jauh Dari

Jangkauan

AP (IM3)

Area

Roaming

Dalam

jangkauan

AP (XL)

Bandwidth 372,5 kbps 145,6 kbps 0-382 kbps 393,1 kbps

Ping time 160 ms 460 ms RTO-200 ms 200 ms

Throughput 46,5 KB/s 18,3 KB/s 0-47,7 KB/s 53,7 KB/s

Pada Tabel 4.2 terlihat beberapa hasil ketika melakukan

pengujian dengan parameter bandwidth, ping time, dan throughput.

Bandwidth yang tadinya 372,5 kbps turun menjadi 145,6 kbps ketika

MS sudah berada jauh dari jangkauan dan jika sudah berada diluar

jangkauan AP (IM3), MS masuk ke area roaming sehingga koneksi

terputus ke ISP tetapi tetap terhubung ke router.

Pada pengujian yang dilakukan terdapat delay waktu yang

dibutuhkan ketika MS berpindah dari AP (IM3) ke AP (XL) seperti

informasi pada Tabel 4.2 terdapat hasil 0-382 kbps. Informasi tersebut

mempunyai arti bandwidth yang didapat turun ke 0 kbps selama

beberapa detik sebelum kembali berjalan normal. Delay waktu yang

didapatkan dari hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 55: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

55

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Delay Setelah Menggunakan Wireless Roaming

Pengujian Delay waktu RTO DHU

Throughput 43 detik n/a n/a

Ping time n/a 6 kali 4 kali

Selain pengujian menggunakan bandwidth, pengujian juga

menggunakan ping time untuk mengetahui delay perpindahan antar

AP. Ketika MS berada jauh dari jangkauan AP (IM3) dan sudah mulai

mendeteksi adanya AP lain (yang dalam pengujian ini adalah AP

(XL)), MS secara otomatis melakukan perpindahan koneksi ke AP

(XL) yang menyebabkan beberapa kali RTO (Request Time Out).

Jumlah RTO yang didapat dalam beberapa kali pengujian mempunyai

hasil yang relatif sama yaitu sekitar enam kali RTO dan empat kali

DHU (Destination Host Unreachable) seperti pada Tabel 4.3.

Selain menggunakan ping time, pengujian juga menggunakan

download untuk menguji delay melalui beberapa server yaitu youtube,

4shared, dan Indowebster. Hasil delay yang didapat ketika terjadi

roaming rata-rata 43 detik sebelum download kembali berjalan

normal. Hasil pengujian delay dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Pada pengujian delay, hasil antara MS yang menggunakan

Windows XP dan Windows 7 sedikit berbeda. Hasil perbandingan

antara MS yang menggunakan Windows XP dan Windows 7 dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Page 56: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

56

Tabel 4.4 Hasil Perbandingan Delay Antara Windows XP dan Windows 7

Pengujian Windows XP Windows 7

Throughput 43 detik 43 detik

Ping (ke google.com) 6 kali RTO 8 kali RTO

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat jika menggunakan Windows 7

delay yang diperlukan untuk perpidahan antar AP lebih lama

dibandingkan menggunakan Windows XP. Hal ini disebabkan karena

Windows 7 memiliki proteksi yang lebih kompleks dari Windows XP

sehingga autentikasi berjalan lebih lama.

4.2.4 Pengujian Reliability Kinerja Jaringan

Dalam pengujian berikutnya, pengujian reliability kinerja

jaringan dilakukan beberapa kali untuk memastikan apakah sistem

yang dibangun sudah dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Reliability jaringan yang dimaksud adalah dimana seorang user yang

terkoneksi dengan AP (IM3) tidak perlu melakukan konfigurasi ulang

ketika terjadi perpindahan ke AP (XL). Dalam jaringan wireless,

device menangkap sinyal paling baik yang dipancarkan oleh access

point. Secara otomatis MS berpindah menuju access point yang lain

tanpa melakukan konfigurasi ulang.

Page 57: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

57

Gambar 4.16 Detail IP AP IM3

Pada Gambar 4.16 terlihat IP yang didapat oleh MS adalah

192.168.88.245. MS yang mempunyai mac Address

00:16:6F:BB:A9:D8 juga sudah tercatat di AP IM3 yang mempunyai

channel 1 seperti terlihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 User Sudah Tercatat di AP (IM3)

Pada Gambar 4.17 terlihat MS sudah terdaftar pada AP (IM3)

yang mempunyai channel 1 (2412 Mhz) dengan rincian signal -34

Page 58: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

58

dBi, noise -94 dBi dan SNR 57 dengan signal quality yang didapat

sebesar 70%. Percobaan berikutnya dilakukan dengan download

menggunakan IDM, ping time, bandwidth monitor, dan status pada

aplikasi winbox yang dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Pengujian ketika di AP (IM3)

Terlihat pada Gambar 4.18 hasil pengujian ketika MS masih

dalam jangkauan AP IM3. Jika sudah terkoneksi dengan AP (IM3)

maka MS dapat melakukan remote ke router dengan OS v5.6

menggunakan winbox loader. Bandwidth yang didapatkan juga

berkisar di 377,2 kbps seperti yang didapat dari ISP IM3.

Percobaan berikutnya dilakukan dengan membuat MS yang

terkoneksi dengan AP (IM3) menjauh sehingga sinyal mulai

berkurang dan koneksi mulai terganggu. Ketika MS mendekati dan

mulai mendeteksi adanya AP (XL), MS mulai memilih sinyal yang

Page 59: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

59

lebih baik dan otomatis berpindah ke AP (XL). Proses perpindahan

dari AP IM3 ke AP Xl dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Proses perpindahan

Pada Gambar 4.19 dapat dilihat proses perpindahan MS dari

AP IM3 ke AP XL. Ping time mengalami RTO beberapa kali dan jika

melakukan uji coba dengan download mengalami drop selama

beberapa detik seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.19. Jika

sudah beberapa detik maka koneksi dari MS kembali seperti semula

dan MS sudah terkoneksi dengan AP (XL) seperti pada Gambar 4.20.

Page 60: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

60

Gambar 4.20 MS sudah terkoneksi dengan AP (XL)

Pada Gambar 4.20 dapat dilihat koneksi pada MS sudah

berjalan dengan baik. Ditunjukkan dengan ping time yang lancar,

bandwidth yang didapat sesuai dari ISP XL, dan terkoneksi dengan

OS v5.14. Pengujian perpindahan dari AP (IM3) ke AP (XL)

dilakukan secara berulang – ulang, tetapi karena hasil yang didapat

tidak berbeda jauh maka hanya ditampilkan satu pengujian saja.

4.3 Analisis Hasil Pengujian

Untuk melakukan analisis dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa software dan tools yang dirasa sangat

dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini. Analisis yang dilakukan

hanya meliputi beberapa parameter saja seperti yang sudah dijelaskan

dalam batasan masalah penelitian, yaitu meliputi throughput, SNR dan

reliability kinerja jaringan yang sudah dibangun.

Page 61: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

61

4.3.1 Analisis Cara Kerja Wireless Roaming

Untuk melayani area yang luas, beberapa access point

dipasang dengan sebuah sudut yang saling menumpuk (overlap).

Overlap memungkinkan ”roaming” diantara cell. Hal ini sama dengan

layanan yang diberikan oleh perusahaan telepon seluler. Meskipun

tidak dijelaskan pada standar IEEE, overlap yang dibutuhkan sekitar

20%-30%. Banyaknya overlap memungkinkan roaming diantara cell,

memungkinkan untuk memutus dan menyambung lagi koneksi tanpa

interupsi layanan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan

penggunaan SSID yang sama untuk menyediakan roaming pada

jaringan tersebut. Ketika MS aktif dalam jaringan wireless LAN, MS

mulai ”mendengar” untuk perangkat yang sesuai dan kemudian

berkomunikasi. Hal ini disebut ”scanning” yang mungkin aktif atau

pasif. Scanning aktif menyebabkan probe request dikirimkan dari host

untuk bergabung ke jaringan.

Probe request berisi Service Set Identifier (SSID) dari jaringan

yang diharapkan bergabung. Ketika access point dengan SSID yang

sama ditemukan, access point membalas probe request tersebut.

Langkah autentifikasi dan asosiasi telah selesai. Scanning pasif

membuat host mendengar beacon management frames (beacons),

yang dikirimkan oleh access point atau host lainnya. Ketika host

menerima sebuah beacon yang berisi SSID dari jaringan dan berusaha

bergabung. Station melihat kedalam beacon untuk mengetahui SSID

dari jaringan mana yang digabungi. Kemudian station mencari tahu

alamat MAC address dimana beacon berasal mengirimkan

autentifikasi request dengan tujuan untuk meminta kepada access

point untuk dapat bergabung dengannya. Apabila station diset untuk

Page 62: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

62

dapat menerima semua macam SSID, maka station mencoba

bergabung dengan access point yang pertama kali mengirimkan sinyal

dan bergabung dengan access point yang sinyalnya paling kuat. Untuk

lebih jelasnya lagi, proses perpindahan dari AP (IM3) ke AP (XL)

dilihat melalui hasil capture Wireshark seperti pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Hasil Capture Wireshark

Gambar 4.21 menunjukkan hasil capture ketika MS yang

terkoneksi AP (IM3) berpindah menuju AP (XL). Pengujian dengan

menggunakan ping agar terlihat jelas ketika terjadi perpindahan. AP

(IM3) mempunyai MAC address F8:D1:11:B7:ED:BC, AP (XL)

mempunyai MAC address F8:D1:11:B8:1F:AE, sedangkan user atau

MS mempunyai MAC address 00:16:6F:BB:A9:D8. MS yang sudah

terkoneksi dengan AP (IM3) dikondisikan mulai menjauh dari AP

(IM3) dan mendekati AP (XL), AP (XL) mulai menghubungi MS

dengan protokol Extensible Authentication Protocol over LAN

(EAPOL) agar MS memasukkan key dari AP (XL). Setelah itu MS

mengisikan key yang sudah tersimpan ke AP (XL). AP (XL)

memeriksa key yang diberikan oleh MS, dan jika benar MS dapat

melakukan broadcast ke jaringan dengan protokol ARP untuk

Page 63: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

63

menemukan device yang memiliki IP address 192.168.88.1. Karena

MS akan berpindah jaringan, maka MS tidak dapat menemukan device

yang memiliki IP address 192.168.88.1. MS meminta IP DHCP yang

baru tetapi IP yang diberikan tidak bisa diterima, maka MS akan

mencari IP DHCP dari server lain yaitu 192.168.8.1. Setelah

menemukan server DHCP yang baru, MS meminta IP DHCP dan

mendapatkan IP 192.168.8.250 dan ketika sudah mendapatkan IP

baru, maka koneksi sudah terbentuk. Berdasarkan hasil ping, proses

perpindahan membutuhkan waktu kurang lebih 36 detik.

4.3.2 Analisis Throughput dengan Wireless roaming

Analisis berikutnya adalah melakukan analisis dari hasil

throughput setelah memakai wireless roaming yang dihasilkan

dengan melakukan download seperti yang sudah dijelaskan pada

pengujian sistem terlihat pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22 Hasil Throughput Pengujian Pertama

Dapat dilihat pada Gambar 4.40 hasil throughput yang

dihasilkan 53,764 KB/s maka dapat dihitung bandwidth yang

didapatkan adalah 53,764KB/s * 8 maka menghasilkan 430,112kbps.

Page 64: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

64

Lalu pada pengujian kedua didapatkan hasil seperti pada Gambar

4.23.

Gambar 4.23 Hasil Throughput Pengujian Kedua

Dapat dilihat pada Gambar 4.23 hasil throughput yang

dihasilkan sekitar 49,628 KB/s maka dapat dihitung bandwidth yang

didapatkan adalah 49,628 KB/s * 8 maka menghasilkan 397,024kbps.

Dapat disimpulkan throughput yang didapat tidak ditentukan oleh

external wireless roaming tetapi ditentukan oleh bandwidth yang

didapat dari ISP. Throughput juga tidak dapat berjalan terus menerus

di 48KB/s karena jaringan mobile 3G ditentukan oleh kualitas sinyal

dan padatnya traffic di jaringan.

4.3.3 Analisis Signal, Noise, SNR , dan Signal Quality

Dalam jaringan WLAN sinyal, Noise, SNR dan kualitas

sinyal sangatlah berpengaruh terhadap kinerja jaringan tersebut.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap sinyal, noise, SNR

dan kualitas sinyal dari masing-masing access point yang digunakan.

Page 65: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

65

Sinyal, Noise, dan SNR dapat dilihat di status wireless pada firmware

DD-WRT ketika suatu MS sedang terkoneksi dengan sebuah AP

seperti yang terlihat dari Gambar 4.24 dan 4.25.

Gambar 4.24 Kualitas Sinyal MS Terhubung ke AP (IM3)

Page 66: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

66

Gambar 4.25 Kualitas Sinyal MS Terhubung ke AP (XL)

Pada Gambar 4.24 dan 4.25 dapat dilihat kualitas SNR dari

tiap AP ketika terkoneksi dengan MS. Untuk lebih jelasnya maka

dibuat tabel dari hasil penelitian kualitas SNR. Tabel hasil kualitas

SNR dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Analisis SNR

Mac Address Signal

(dBm)

Noise

(dBm)

SNR

(dB)

Signal

Quality(%)

F8:D1:11:B7:ED:BC -37 -94 57 70

F8:D1:11:B8:1F:AE -39 -81 42 68

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat kualitas SNR dari masing –

masing AP ketika terkoneksi dengan MS. AP (IM3) mempunyai mac

Address F8:D1:11:B7:ED:BC dan AP (XL) mempunyai mac Address

F8:D1:11:B8:1F:AE. Sehingga dapat dianalisis sebagai berikut:

SNR AP (IM3) = Signal – Noise

= -37 – (-94)

= 57 dB

SNR AP (XL) = Signal – Noise

= -39 – (-81)

= 42 dB

Klasifikasi SNR :

29,0 dB ke atas = Outstanding (bagus sekali)

20,0 dB - 28,9 dB = Excellent (bagus)

Page 67: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

67

11,0 dB - 19,9 dB = Good (baik)

07,0 dB - 10,9 dB = Fair (cukup)

00,0 dB - 06,9 dB = Bad (buruk)

Dari hasil percobaan terlihat bahwa SNR yang terdapat dari

semua access point mempunyai hasil yang bagus, karena AP (IM3)

dan AP (XL) ketika terkoneksi dengan MS mempunyai nilai SNR

lebih dari 29dB. SNR merupakan perbandingan antara signal dan

noise, semakin tinggi nilai SNR maka kualitas dari koneksi tersebut

semakin bagus. Selain mengetahui kualitas sinyal dari masing -

masing AP, nilai SNR juga dapat digunakan untuk mengetahui kapan

koneksi akan pindah, yaitu ketika salah satu nilai SNR dari MS ketika

terkoneksi dengan AP lebih besar dari AP yan lain, maka koneksi

akan langsung berpindah. .

Page 68: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

68

BAB 5

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Dengan menerapkan topologi ESS yang memakai external

wireles roaming, jaringan hotspot yang dibangun memiliki

reliability yang lebih baik dibandingkan dengan jaringan hotspot

yang menggunakan topologi BSS. Ketika MS berjalan menjauhi

salah satu AP atau salah satu AP mati kemudian mulai kehilangan

sinyal, MS secara otomatis terkoneksi dengan AP yang satunya

tanpa harus melakukan konfigurasi ulang.

2. Dengan diterapkannya external wireless roaming, jangkauan dari

suatu jaringan hotspot dapat bertambah luas. Selain itu jaringan

hotspot yang dibuat dapat menampung lebih banyak user jika

dibandingkan dengan seamless wireless roaming yang hanya

menggunakan satu buah ISP saja.

3. Delay waktu perpindahan antar AP berbeda antara MS yang

menggunakan Windows XP dan Windows 7. Delay waktu

cenderung lebih lama jika menggunakan Windows 7 karena

Windows 7 memiliki proteksi yang lebih kompleks dari Windows

XP sehingga autentikasi berjalan lebih lama.

5.2 Saran

1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai external

wireless roaming yang sudah menggunakan keamanan terpusat

seperti radius server dan captive portal.

Page 69: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

xvi

Daftar Pustaka

Apriyadi,2012, Perancangan dan Analisis Seamless Wireless Roaming

pada Jaringan Hotspot di SMA Negeri 2 Salatiga.(Skripsi FTI

UKSW 2012)

Arianto,Tri,2009, Implementasi Wireless Local Area Network dalam

RT/RW Net, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK XIV, no.2:

152-157.

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/view/103

(Diakses tanggal 8 Maret 2012)

Asadoorian,Paul,2007,Linksys WRT54G Ultimate

Hacking,USA:Syngress.

Dewobroto,Pujo,2010, Load Balance menggunakan Metode

PCC.http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=34.(Diaks

es tanggal 25 Mei 2012)

Ergen,Mustafa,2009,Mobile Broadband Including WiMAX and

LTE,USA:Springer.

Geier,Jim, 2008,How Wi-Fi Roaming Really

Works.http://www.Wireless-

nets.com/resources/tutorials/how_roaming_works.html.(Diakses

tanggal 8 Maret 2012)

Ian, 2004, Wireless Mesh Network.

http://www.ece.gatech.edu/research/labs/bwn/surveys/mesh.pd

f.(diakses tanggal 25 Mei 2012)

McKeag,Louise,2004, WLAN Roaming – the

basics.http://features.techworld.com/mobile-Wireless/435/wlan-

roaming--the-basics/.(Diakses tanggal 3 Maret 2012)

Page 70: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

xvii

Minoli,Daniel,2003, Hotspot Networks: Wi-Fi for Public Access

Locations, New York:McGraw-Hill.

Pasaribu,Parlin,2006,Publication-Wireless

LAN.http://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-ref-

ind/ref-ind-2/physical/Wireless/Parlin-Publication-

Wireless%20LAN-24April2006.pdf.(Diakses tanggal 7 Maret

2012)

Purbo,Onno W,2001, gambaran-wlan-ieee802-05-

2001.http://onno.vlsm.org/v10/onno-ind-

2/physical/Wireless/gambaran-wlan-ieee802-05-

2001.rtf.(Diakses tanggal 7 Maret 2012)

Purbo,Onno W, 2007, Jaringan Wireless di Dunia Berkembang Edisi

ke Dua. http://wndw.net/pdf/wndw-id/wndw-id-ebook.pdf

(diakses tanggal 14 Februari 2012).

Putra,2011, Analisa Kinerja Implementasi Wireless Distribution

System Pada Perangkat Access point 802.11 G Menggunakan

OpenWRT. http://www.eepis-its.edu/id/ta/1305/-Analisa-

Kinerja-Implementasi-Wireless-Distribution-System-Pada-

Perangkat-Access-Point-802.11-G-Menggunakan-Openwrt.

(Diakses tanggal 29 Februari 2012)

Robby,Anugrah, 2009,Analisa Kinerja Jaringan Jembatan Timbang

Online di Jawa Timur Menggunakan Radio

Link.http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-

3100008032225/6734.(Diakses tanggal 7 Maret 2012)

Siddiqui,Shahid K, 2011,Roaming In Wireless Network,New York:

McGraw-Hill.

Page 71: Bab 1 Pendahuluan...Bab 5 Kesimpulan dan Saran. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari penelitian external wireless roaming yang dihasilkan. Serta akan memberikan

xviii

Watts,Mark ,2006, Interface Bonding.

http://www.mikrotik.com/testdocs/ros/2.9/interface/bonding.php.

(diakses tanggal 25 Mei 2012)