bab 1 pendahuluan a. latar belakang...

77
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pangkajian terhadap profesi advokat banyak ditulis dalam bentuk buku maupun makalah. Yang kajiannya hanya dari perspektif hukum positif, kajian advokat dalam perspektif Islam masih sangat sedikit sekali dikaji oleh para ahli hukum maupun praktisi hukum lainnya. Oleh karenanya penulis mengkaji kajian advokat yang bernuansa islami. Yang dimana dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang Advokat tahun 2003 menerangkan bahwa : “ yang diangkat sebagai advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum”. Yang dimaksud berlatar belakang pendidikan hukum adalah salah satunya lulusan fakultas Syari’ah. Dimana fakultas syari’ah meluluskan sarjana hukum islam, disini terlihat cakupan hukum islam juga berperan dalam penegakkan hukum dalam bidang bantuan hukum. Advokat sebagai pemberian bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang menghadapi masalah hukum yang keberadaannya sangat dibutuhkan. Saat ini sangat penting seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat secara kompleksitasnya masalah hukum. Advokat merupakan profesi pemberi jasa hukum, saat menjalankan tugas dan fugsinya dapat bertugas sebagai 1

Upload: letruc

Post on 19-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini pangkajian terhadap profesi advokat banyak ditulis dalam bentuk

buku maupun makalah. Yang kajiannya hanya dari perspektif hukum positif, kajian

advokat dalam perspektif Islam masih sangat sedikit sekali dikaji oleh para ahli

hukum maupun praktisi hukum lainnya. Oleh karenanya penulis mengkaji kajian

advokat yang bernuansa islami. Yang dimana dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang

Advokat tahun 2003 menerangkan bahwa :

“ yang diangkat sebagai advokat adalah sarjana yang berlatar belakang

pendidikan tinggi hukum”.

Yang dimaksud berlatar belakang pendidikan hukum adalah salah satunya

lulusan fakultas Syari’ah. Dimana fakultas syari’ah meluluskan sarjana hukum islam,

disini terlihat cakupan hukum islam juga berperan dalam penegakkan hukum dalam

bidang bantuan hukum.

Advokat sebagai pemberian bantuan hukum atau jasa hukum kepada

masyarakat atau klien yang menghadapi masalah hukum yang keberadaannya sangat

dibutuhkan. Saat ini sangat penting seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum

masyarakat secara kompleksitasnya masalah hukum. Advokat merupakan profesi

pemberi jasa hukum, saat menjalankan tugas dan fugsinya dapat bertugas sebagai

1

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

2

pendamping, memberi advise hukum, atau memberi kuasa hukum atau atas nama

kliennya. Dalam menberikan jasa hukumnya, ia dapat melakukan secara prodeo

ataupun atas dasar mendapatkan honorarium/fee dari klien.1 Dan dapat pula menjadi

mediator bagi para pihak yang bersengketa tentang suatu perkara Pidana, Perdata

(termasuk perkara khusus yang berkaitan dalam perkara agama islam), maupun Tata

Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran, menegakan

keadilan dan memberikan pembelaan hukum.

Konsistensi advokat dalam menjembatani kepentingan masyarakat dan sikap

mengedepankan keadilan dan perlindungan hak asasi manusia dalam memasuki

forum-forum pengadilan serta kebebasan advokat dari ikatan birokrasi peradilan

menyadarkan advokat memiliki keleluasaan dalam berinteraksi dengan masyarakat

guna menyelesaikan permasalahan hukum yang berkembang. Disamping itu terhadap

masalah yang menyimpang advokat dapat menjadi kontrol yang keritis didalam

menyelesaikan masalah hukum. Dalam sistem hukum yang mengakui profesi sebagai

unsure in’tegral. Advokat merupakan sumber personal yang baik untuk mengisi serta

menguatkan fungsi dan bahkan beberapa bagian dari birokrasi umum.

Jika dilihat dari kalangan hukum yang lainnya (polisi, hakim, jaksa) advokat

tidak terikat pada hirarki birokrasi yang memungkinkan advokat lebih leluasa

bergerak mengikuti masalah hukum yang berkembang, karena bukan aparat Negara,

1 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam perspektif Islam dan Humum Positif. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003). Cet 1, Hal 17.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

3

advokat dapat lebih akrab berhubungan dengan masyarakat, sehingga dapat lebih jeli

melihat berbagai masalah hukum maupun hak asasi manusia yang terjadi di tengah-

tengah masyarakat.

Profesi advokat sesungguhnya syarat dengan idealism, sehingga dijuluki

sebagai officium nobile (profesi mulia). Karena ia mengabdikan dirinya kepada

kepentingan masyarakat dan bukan kepada kepentingan dirinya sendiri, serta

menegakan keadilan dan hak asasi manusia. Disamping itu, ia pun bebas menbela,

tidak terikat oleh pemerintah, order klien, dan tidak pilih kasih siapa lawan kliennya,

apakah golongan kuat, pejabat, penguasa dan sebagainya.

Advokat memiliki kepedulian pada keadilan bagi rakyat kecil bukan sebagai

belas kasihan semata. Oleh sebab itu membela kepantingan rakyat kecil menjadi

agenda utama para advokat sebagai individu dan komunitasnya sebagai kolektif.

Dalam konteks inilah kode etik profesi mengemuka dan kolektifitas yang diwujudkan

melalui pembentukan komunitas lembaga atau organisasi profesi menampakkan

signifikasinya. Kode etik profesi yang kasat mata terlihat seperti membatasi ruang

gerak advokat saat menjalankan profesinya, justru memprestasikan komponen vital

dari interaksi timbal balik antara profesi dengan masyarakat luas.2

Namun dalam kenyataannya profesi advokat terkadang menimbulkan pro dan

kontra terhadap sebagian masyarakat terutama yang berkaitan dengan peranannya

2 Binziad Kadafi,et.al., Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, (Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002), Cet ke-3, hal 10.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

4

dalam memberikan jasa hukum. Ada sebagian masyarakat yang menganggap para

pemegang profesi ini sebagai orang yang sering memutar balikan fakta. Profesi ini

dianggap pekerjaan orang yang tidak mempunyai hati nurani karena selalu membela

orang-orang yang bersalah dan mendapat kesenangan diatas penderitaan orang lain,

mendapat uang dengan cara menukar kebenaran dengan kebatilan dan sebagainya.

Dalam uraian ini dapat diketahui keberadaan advokat dalam menjalankan

profesinya dan perannya sebagai agent of law development (agen pembangunan

hukum) terlebih dapat menjadi agent of law enculturation (agen pembudayaan hukum

bagi masyarakat) atau malah sebaliknya, cenderung menjdi agent of law

commercialization (agen komersialisasi di bidang hukum).

Apabila prilaku yang terkhir ini yang ditampilkan advokat, maka gugurlah

adagium yang menganggap advokat sebagai officium nabile. Perofesi kemulian ini

akan hancur dan ternoda oleh praktek penyimpangan yang dilakukan oleh segelintir

advokat dalam memberikan jasa kepada klien atau masyarakat.

Terlepas dari pro-kontra masyarakat terhadap peran advokat, pada

kenyataannya pemberian jasa hukum melalui advokat bagi setiap warga Negara telah

berlangsung sejak lama. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran dan

menegakkan keadilan. Secara histories peran pemberian jasa hukum oleh advokat di

Indonesia dimulai sejak masa penjajahan belanda. Setelah perang Napoleon pada

permulaan abad XIX. Dimana sebuah koloni, sistem hukum yang secara formal

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

5

diberlakukan di Indonesia sebagai mengadopsi sistem hukum yang ditetapkan

pemerintah Belanda.3

Sejalan dengan perkembangan kehidupan dan kesadaran masyarakat di

berbagai bidang, khususnya dibidang hukum. Jasa hukum melalui advokat dewasa ini

berkembang menjadi kekuatan institutional. Dengan munculnya berbagai organisasi

advokat yang dikelola secara professional, perannya di anggap penting bagi jalannya

peradilan yang bebas, cepat dan sederhana. Keberadaannya makin dibutuhkan

masyarakat dalam membantu mencari keadilan dan menegakkan hukum untuk

memperoleh hak-haknya yang dirampas. Praktek advokat yang tadinya hanya

bergerak di lingkungan peradilan umum, telah merambah kelingkungan peradilan

agama. Terdapat kecenderungan meningkat para pihak : suami istri yang bercerai

terutama dikalangan ekonomi menengah keatas, sering menggunakan advokat,

penasehat hukum, atau pengacara dengan berbagai alasan. Berdasarkan laporan

Direktorat Agama Islam Tahun 1995, bahwa frekuensi dari proporsi perkara yang

diterima, terbesar kasusnya adalah penetapan izin ikrar talak 47.355 (32,14 %),

perceraian 42.699 (28,28 %), dan ta’lik talak 42.085 (28,56 %). Mereka juga yang

memberikan jasa hukum juga sangat bervareasi dari advokat yang terkenal

profesionalisasinya hingga mereka yang masih amatiran. Dari kelas mereka yang

3 Binziad Kadafi,et.al., Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, (Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002), Cet ke-3, hal 2.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

6

berbeda ini, sudah dapat diduga bagaimana terjadinya teransaksi honorium/fee antara

advokat yang professional dengan mereka yang masih amatiran.4

Terjadinya kecenderungan ini menjadi pengkajian, apakah menggunakan jasa

advokat ini, merupakan kebutuhan masyarakat atau kesadaran hukum sendiri atau

memang peran advokat yang agresif dalam mempengaruhi klien untuk berperkara di

pengadilan demi kepentingan advokat. Hal ini bisa saja berakibat positif, tetapi dapat

juga berakibat negatif terhadap proses pengadilan. Tentu saja hal ini wajar dan

merupakan perkembangan yang perlu diantisifasi untuk meningkatkan kesadaran

hukum demi tegaknya kebenaran dan keadilan. Islam sangat menganjurkan

pemberian jasa hukum terhadap pihak yang berselisih tanpa diskriminatif, supaya

pihak yang berselisih dapat menyelesaikan perkaranya secara islah.

Advokat berarti juga kuasa hukum yang berarti orang yang diberi kuasa oleh

seseorang atau pihak yang bersangkut perkara hukum atau orang yang menempatkan

dirinya atas mana seseorang atau pihak dalam berperkara sejak perkara diperoses

sampai kesidang pengadilan.5

Dasar legalitas perlu adanya advokat dalam persfektif islam bersumber dari

Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma Ulama. Sebagaimana islam memutuskan hukum

4 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam perspektif Islam dan Humum Positif. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003). Cet 1, Hal 20.

5 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve, 1999), Cet

Ke-3, Hal 981.

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

7

antara manusia yang benar, dan memutuskan hukum dengan apa yang diturunkan

Allah SWT, disebut Qadha. Dengan ini jelas bahwa apa yang telah menjadi

perwakilan dalam menegakkan keadilan harus sesuai dengan hukum Allah SWT.

Islam memandang persoalan penegakan keadilan dan hak asasi manusia

merupakan suatu anugrah terbesar, Allah SWT melalui firmanNYA, mengharuskan

manusia untuk menjaga amanah dan karuniaNYA untuk merealisasikan anugrah

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hakim dan para penegak hukum lainnya

merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan untuk menegakkan keadilan

dan hak asasi manusia.

Keberadaan advokat dalam memberikan jasa hukum bagi para pihak yang

menyelesaikan perkara di pengadilan agama sampai saat ini merupakan fenomena

baru yang sangat menarik untuk diteliti dari aspek yuridis-sosiologis. Didalamnya

dilandasi dengan suatu rangka pemikiran bahwa penyelesaian suatu perkara dengan

jasa advokat, selain secara yuridis mempunyai landasan hukum yang sangat kuat,

baik menurut perspektif islam maupun hukum positif. Secara sosiologis ia pun

merupakan kebutuhan masyarakat dalam mencari kebenaran dan menegakkan

keadilan.

Panjang lebar wacana tentang hukum yang sangat luas dan penegakkan

keadilan, disini sangat jelas sorotannya terhadap profesi advokat sebagai salah satu

penyelenggara bantuan hukum. Maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

8

hukum islam memandang profesi advokat. Dengan ini penulis ingin membahas,

meneliti dan memberi judul “ Profesi Advokat Dalam Perspektif Hukum Islam “.

Penulis ingin meninjau profesi advokat yang sesuai dangan syari’at hukum islam.

B. Pembatasan dan perumusan masalah

Advokat sebagai salah satu unsur system peradilan merupakan salah satu pilar

dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Adanya profesi advokat

dapat memberi perlindungan dan bantuan hukum bagi para pihak yang berperkara di

muka peradilan, dalam upaya meyujudkan keadilan hukum dengan tidak

menyampingkan nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan syari’at islam.

Permasalahan hukum yang sangat kompleks, maka penulis membatasi penelitian ini

dengan seputar profesi advokat yang sesuai dengan hukum islam.

Advokat sebagai profsi mulia atau Officium nobile memiliki kebebasan dalam

melaksanakan tugasnya. Hal ini diartikan bahwa advokat tidak terikat pada hirarki

birokrasi. Selain itu, advokat juga bukan merupakan aparat negara sehingga advokat

diharapkan mampu berpihak kepada kepentingan masyarakat atau kepentingan

publik. Selanjutnya agar terarahnya sekripsi ini, penulis mengkaji kajian advokat

yang bernuansa islami, khususnya pada peran, fungsi serta moralitas. Oleh karena itu

penulis merumuskan pokok-pokok masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana eksistensi organisasi advokat menurut undang-undang No 18

Tahun 2003 tentang Advokat ?

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

9

2. Bagaimana semestinya kode etik advokat dalam menjalankan profesinya ?

3. Bagaimana profesi advokat ditinjau menurut hukum islam ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulis mengambil topik ini di maksudkan untuk mengetahui dan

memperoleh hasil dari fokus permasalahan. Secara lebih terperinci penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Untuk memperjelas organisasi advokat dengan lahirnya undang-undang

No 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

2. Untuk mengetahui bagaimana aturan-aturan yang ditetapkan oleh kode

etik profesi advokat ditinjau menurut hukum islam.

3. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang hukum baik hukum

Islam maupun hukum positif, khususnya yang menyangkut masalah

profesi advokat.

Adapun manfaat penelitian ini adalah penulis ingin memberikan gambaran

kepada masyarakat maupun akademisi khususnya mahasiswa yang bergelut dibidang

hukum mengenai bagaimana sebenarnya profesi advokat dalam perspektif hukum

islam. Dan dapat dijadikan pedoman bagi kalangan yang akan mendalami dunia

advokat khususnya pada mahasiswa syari’ah sebagai bahan perbandingan.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

10

D. Studi review

sepanjang pengetahuan penulis topik penelitian yang sama dengan topik yang

penulis teliti baik dalam katalog perpustakaan utama ataupun perpustakaan syari’ah

dan hukum, belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya, namun ada beberapa judul

skripsi yang mendekati permasalahan bahasan penulis diantaranya adalah :

1. Peran Dan Eksistensi Advokat Terahadap Perceraian Dalam Upaya

Mencari Keadilan Di Peradilan Agama (Studi Kasus Di Pengadilan

Agama Depok)

Nama : Heru Gunawan Pratomo

Nim : 0044119288

Konsentrasi : Peradilan Agama

Prodi : Ahwal Al-Sakhsiyyah

Skripsi ini menjelaskan tentang hukum di Indonesia, sejarah perkembangan

hukum di Indonesia. Advokat sebagai pemberi bantuan hukum di lingkungan

peradilan agama. Prosedur izin beracara bagi advokat di peradilan agama. Peran

pengacara dalam penyelesaian kasus perceraian di pengadilan agama Depok.6

6 Heru Gunawan Pratomo, Peran dan Eksistensi Advoka a Terhadap PerkaraPerceraian Dalam Upaya Mencari Keadilan Di Pengadilan Agama (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Depok), (Jakarta : UIN Syarifhidayatullah, 2005).

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

11

2. Persepsi Advokat Dan Hakim Terhadap Kewenangan Absolut Peradilan

Agama di Bidang Ekonomi Syari’ah.

Nama : Budi Susilo

Nim : 103044228105

Konsentrasi : Administrasi Keperdataan Islam

Prodi : Ahwal Al-Sakhsiyyah

Sekripsi ini menjelaskan pada kedudukan peradilan agama kini mandiri

dibawah Mahkamah Agung dan kewenangannya meluas sampai kepada masalah

ekonomi syari’ah, peradilan agama menangani perkara ekonomi syari’ah oleh

advokat dan hakim di tanggapi positif dengan alasan peradilan agama adalah satu-

satunya peradilan Indonesia yang pantas berwenang perkara-perkara syari’ah dan

memiliki teradisi ke islaman yang mengental. Keterkaitannya dengan ekonomi

syari’ah di peradilan agama. Advokat dan hakim menyatakan merasa siap

menghadapi permasalahan hukum yang menangani perkara kegiatan dan pembiyaan

ekonomi syari’ah.7

Adapun perbedaan sekripsi yang akan saya bahas diantaranya adalah

menyangkut masalah hukum profesi advokat menurut undang-undnag No 18 Tahun

2003 tentang Advokat, hukum profesi Advokat menurut hukum Islam, landasan

7 Budi Susilo, Persepsi Advokat dan Hukum Terhadap Kewenangan Absolut Pengadilan Agama Di Bidang Ekonomi Syari’a, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

12

hukum advokat dalam Islam dan pandangan terhadap citra Advokat serta analisis

Advokat dalam hukum Islam.

E. Metode Penelitian

1. metode penelitian

metode yang digunakan untuk penulisan ini adalah studi pustaka

(Library Research). Penulis ini menggunakan penilitian kualitatif, penelitian

kualitatif yaitu dengan mengkaji dan menelusuri analisis yang ada dibuku-

buku yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang ada dalam

skripsi ini, untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan kajian

penelitian ini. Yaitu pencarian literature secara umum dengan buku-buku,

seminar-seminar atau pun media elektronik yang menunjang pembahasan

penulis.

2. Sumber Data

Data primer adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan

setudi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang di ajukan, dokumen-dokumen yang di maksud adalah AL-

Qur’an Al-Hadist dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang

Advokat.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

13

Data sekunder diperoleh melalui advokat dan hukum islam yaitu

mengambil pendapat dari kata-kata para ahli hokum tentang advokat,

peraturan-peraturan dan kode etik yang berkaitan dengan advokat, serta

mengambil pendapat Qaulul ‘ulama.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian melalui buku-buku pustaka dan

juga dari internet yang berkaitan dengan masalah ini. Data tersebut diproses

melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan data dan dianalisis tetap

menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan disusun kedalam teks yang

di perluas.

4. Tekhnik Penulisan

Dalam penyusunan secara metode penulisan, semua berpedoman pada

prinsip-perinsip yang telah diatur dan di bukukan dalam buku pedoman

penulisan skripsi Fakutas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

14

F. Sistematika Penulisan

BAB Pertama Yaitu, Pendahuluan dalam sub bab ini berisikan tentang Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB Kedua Yaitu, Tinjauan Umum Tentang Advokat menurut undang-

undang No 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dalam sub bab ini terbagi menjadi

Pengertian Profesi Advokat, Sejarah Tentang Advokat, Peran, Fungsi dan Tugas

Advokat, dan Kode Etik Advokat.

BAB Ketiga Yaitu, Tinjauan Umum Tentang Advokat Menurut Hukum Islam,

dalam sub bab ini terbagi menjadi. Pengertian dan Tujuan Hukum Islam, Status

Hukum Dalam Hukum Islam, Landasan Hukum Advokat Dalam Islam.

BAB Keempat Yaitu, Analisis Advokat Menurut Undang-Undang dan Hukum

Islam, dalam sub bab ini terbagi menjadi, Peran Advokat Dalam Pemberian Jasa

Hukum di Pengadilan Agama Menurut Undang-Undang, Pandangan Terhadap Citra

Advokat, Analisis Advokat Dalam Hukum Islam, dsan Analisis Penulis.

BAB Kelima Yaitu, penutup yaitu berisikan tentang Kesimpulan dan Saran.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ADVOKAT MENURUT UNDANG-UNDNAG

NO 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT

A. Pengertian Advokat

Pengertian dari advokat atau pengacara adalah orang yang mewakili kliennya

untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk

pembelaan atau penuntutan pada acara persidangan di pengadilan atau beracara di

pengadilan (litigasi). Sedang penasehat hukum adalah orang yang bertindak

memberikan nasehat-nasehat atau pendapat hukum terhadap suatu tindakan atau

perbuatan hukum yang akan dan yang telah dilakukan kliennya (non litigasi).8

Akan tetapi advokat atau pengacara di Indonesia selain berkecimpung pada

acara persidangan dipengadilan dalam perakteknya dapat juga mendampingi atau

mewakili seorang klien berdasarkan surat kuasa di luar pengadilan (non litigasi).

Misalkan saja mendampingi atau mewakili klien dalam negosiasi untuk mencapai

kesepakatan terhadap perkara yang diselesaikan diluar pengadilan atau istilah

populernya proses Alternative Dispute Resolution dan tindakan-tindakan hukum lain

atas nama klien yang bukan merupakan proses litigasi.9

8 Yudha Pandu, klien dan Penasehat Hukum dalam Perspektif Masa Kini, (Jakarta : PT Abadi, 2001), h. 11.

9 Ibid, h. 12.

15

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

16

Awalnya, istilah profesi hukum yang dimaksud terdapat penggunaan berbeda

antara istilah advokat, pengacara dan penasehat hukum. Sebagai contoh dalam

Undang-undang No. 14 Tahun 1970 jo Undang-undang No 4 Tahun 2004 tentang

ketentuan-ketetuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang menggunakan istilah

penasehat hukum di pasal 36, yaitu sebagai berikut :

“dimana setiap orang yang berperkara pidana berhak menghubungi dan

meminta bantuan penasehat hukum.”

Lain halnya, Departemen Kehakiman (Departemen Hukum dan HAM, red)

mempergunakan dua istilah dalam surat pengangkatan bagi mereka yang bergelar

sarjana hukum dan mempunyai pekerjaan tetap di bidang advocatuur, yakni pada

periode sebelum tahun 1970 mempergunakan istilah “advokat” dan pada periode

setelah tahun 1970 dengan nama “pengacara”. Menurut Martiman Projohamidjojo,

adanya perbedaan penggunaan istilah di tengah masyarakat hukum dikarenakan

karena belum adanya undang-undang yang mengatur perihal mengenai profesi yang

dimaksud.10

Tetapi kini aturan undang-undnag profesi jasa hukum mengistilahkannya

advokat, terlebih juga karena alasan pertimbangan segi pemaknaan bahasa. Dimana

istilah penasehat hukum memiliki kelemahan yang sifatnya mendasar. Karena istilah

penasehat secara konotatif bermakna pasif. Padahal secara normative dalam bab IV

10Martiman Prodjohamidjojo, Penasehat dan Bantuan Hukum Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982), h. 6.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

17

ketentuan Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan Mengadili (RO) sifat pasif

maupun aktif dapat dilakukan seorang Advokat en Procureur dalam mengurus

sesuatu hal yang perlu pertimbangan hukum atau mengurus perkara yang dikuasakan

kepadanya.11 Untuk lebih jelasnya, definisi advokat bisa di lihat dalam Undang-

undang No. 18 Tahun 2003 tentang advokat pasal 1 ayat (1), Undang-undang tersebut

mengartikan advokat sebagai berikut :

“orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar

pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.”

B. Sejarah Pemberian Jasa Hukum

Pada dasarnya, pemberian jasa hukum kepada para pihak yang bersengketa

telah berlangsung sejak lama. Dalam catatan sejarah peradilan islam, peraktek

pemberian hukum telah di kenal sejak jaman pra-Islam. Pada saat itu, meskipun

belum terdapat sistem peradilan yang terorganisir, setiap ada persengketaan

mengenai hak milik, hak waris, dan hak-hak lainnya sering kali diselesaikan melalui

bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang

berselisih. Mereka yang ditunjuk pada waktu itu sebagai mediator adalah orang yang

11 M.P. Luhut Pangalibuan, Advokat dan Contempt of Court: Suatu Proses di Dewan Kehormatan Profesi, (Jakarta: Djambatan, 2002), h.7.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

18

memiliki kekuatan supranatural dan orang yang mempunyai kelebihan di bidang

tertentu sesuai dengan perkembangan pada waktu itu12.

Pada masa pra-Islam pemberian bantuan jasa hukum itu harus memenuhi

beberapa kualifikasi. Diantara syarat yang penting bagi mereka adalah harus cakap

dan memiliki kekuatan supranatural dan adikrodati. Atas dasar persyaratan tadi, pada

umumnya pemberian jasa hukum itu terdiri atas ahli nujum. Karena itu dalam

pemeriksaan dan penyelesaian persengketaan dikalangan mereka lebih banyak

mengggunakan kekuatan firasat dari pada menghadirkan alat-alat bukti, seperti saksi

atau pengakuan. Pada waktu itu mereka berperaktek di tempat sederhana, misalnya di

bawah pohon atau kemah-kemah yang didirikan. Setelah di bangun sebuah gedung

yang terkenal di Mekkah, Darul al-Adawah, mereka berperaktek di tempat itu. Dalam

sejarah, gedung itu di bangun oleh Qusay bin Ka’ab. Pintu gedung itu sengaja

diarahkan ke Ka’bah.13

Pada waktu islam datang dan berkembang yang di bawa oleh Nabi

Muhammad, prektek pemberian jasa hukum terus berjalan dan dikembangkan sebagai

alternatif penyelesaian sengketa dengan memodifikasi yang pernah berlaku pada

masa pra-Islam. Hal-hal yang bersifat takhayul dan syirik mulai di eliminir secara

bertahap dan disesuaikan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pada awal

12 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Hal. 36.

13 Ibid, Hal. 36.

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

19

perkembangan Islam, maka tradisi pemberian bantuan jasa hukum lebih berkembang

pada masyarakat Mekkah sebagai pusat perdagangan untuk menyelesaikan sengketa

bisnis di antara mereka. Demikian juga lembaga jasa hukum yang berkembang di

Madinah sebagai daerah agararis untuk menyelesaikan masalah sengketa di bidang

pertaniaan. Pada perakteknya, Muhammad dalam memberikan bantuan jasa hukum

pada umatnya terkadang berperan sebagai advokat, konsultan hukum, penasehat

hukum dan arbiter.14

Dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad SAW. Sebelum diangkat

menjadi Rosulullah pernah bertindak menjadi arbiter dalam perselisihan yang terjadi

dikalangan masyarakat Mekkah. Perselisihan itu berkaitan dengan peletakan kembali

Hajar Aswad ke tempat semula. Di kalangan Quraisy terjadi perselisihan siap yang

berhak meletakan kembali ketempat semula, karena masing-masing pihak saling

menuntut sehingga nyaris terjadi bentrokan fisik pada waktu itu. Akhirnya mereka

menemukan jalan keluar, yaitu menunjuk orang yang pertama kali datang ketempat

itu melalui melalui pintu Syaibah. Kebetulan Nabi Muhammad SAW. Datang terlebih

dalu melalui pintu tersebut, dan kaum Qurasy berseru, inilah al-Amin. Kami

menyetujui, dialah yang menyelesaikan perselisihan ini. Akhirnya Nabi Muhammad

berusaha untuk menyelesaikan sengketa itu dengan pendapatnya sendiri. Ternyata

mereka sepakat dan rela dengan keputusan yeng dilakukan oleh Muhammad itu.

14 Ibid, Hal. 36-37.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

20

Pada awalnya, Nabi Muhammad SAW. Bertindak sebagai arbiter tunggal.

Selain menjadi wasit dalam perkara Hajar Aswad, Nabi juga sering menjadi wasit

dalam sengketa umat. Misalnya, dalam sengketa warisan antara Ka’ab ibnu Malik dan

Ibnu Abi Hardrad sebagai arbiter tunggal. Kemudian juga kepada Sa’id ibnu Muaz

dalam perselisihan diantara Abi Quraidh, Zaid Ibnu Sabit dalam perselisihan antara

Umar dengan Ubay ibnu Ka’ab tentang kasus Nahl dan sebagainya.15

Akan tetapi, setelah Islam berkembang keberbagai daerah, maka ia

memberikan kewenangan kepada sahabat lainnya untuk menjadi mediator yang

menyelesaikan persengketaan di antara mereka. Demikian juga lembaga yang

dipakainya ada yang permanen dan juga ad-hock yang disesuaikan dengan

perkembangan masyarakat. Para sahabat di tuntut oleh Nabi Muhammad agar

melakukan ijtihad dalam berbagai kasus yang tidak ada dalam Al-Qur’an atau As-

Sunnah, seperti yang pernah dilakukan oleh Muaz ibnu Jabal. Demikian juga Abu

Syuraih yang menjadi tahkim di antara para sahabat.

Perkembangan pemberian jasa hukum ini lebih berkembang pada masa

pemerintahan Umar Bin Khattab yang mulai melimpahkan wewenang peradilan

kepada pihak lain yang memiliki otoritas untuk itu. Lebih dari itu Umar ibnu Khattab

mulai membenahi lembaga peradilan untuk memulihkan kepercayaan umat terhadap

lembaga peradilan. Selain adanya lembaga arbitrase dengan sebaik-baiknya agar

15 Warkum Sumitro, Asas-asas PerbankanIslam dan Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, (Jakrta: PT Raja Grafindo, 1986), Hal. 142.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

21

mempu menjadi lembaga alternatif tempat penyelesaian sengketa bagi umat. Bahkan

Umar berhasil menyusun pokok-pokok pedoman beracara di peradilan (Risalat

Qadha) yang ditinjuk seorang qodhi, Abu Musa al Asy’ari. Salah satu prinsip yang

tercantum dalam risalah itu adalah pengukuhan terhadap kedudukan arbitrase.16

Dalam perkembangannya di penghujung Al-Khulafaurrasyidin pemberian jasa

hukum tidak hanya diterapkan pada masalah yang berhubungna dengan hukum

kelurga dan hukum bisnis, tetapi juga dalam bidang politik. Merambahnya peraktek

pemberian jasa hukum di bidang politik itu di pengaruhi oleh situasi dan kondisi

politik pada masa itu yang diwarnai dengan bentrokan-bentrokan fisik, khususnya

pada saat terjadi perselisihan kepemimpinan Usman ibnu Affan kepada Ali ibnu Abi

Thalib yang ditandai terbunuhnya Usman ibnu Affan pada waktu itu.

Sedangkan pada pemerintahan Bani Umayah dan pemerintahan Bani Abbas,

peranan pemberi bantuan hukum kurang menonjol, karena peradilan resmi yang di

bentuk pemerintah pada waktu itu dapat menjalankan fungsinya lebih baik. Akan

tetapi, di dalam perkembangnya setelah para hakim (qodhi) mulai berkurang untuk

berijtihad dan berpengaruh oleh birokrasi yang sangat dominan, sehingga lembaga

peradilan bentukan pemerintahan kredibilitasnya makin diragukan oleh umat

sehingga hilang kepercayaan kepada lembaga peradilan sebagai pintu keadilan.

Dalam situasi inilah, masyarakat mulai mendambakan kembali lembaga alternatif

16 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Hal. 37.

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

22

untuk menyelesaikan sengketa diperlukan kembali dengan prinsip cepat, tepat, dan

biaya lebih murah dengan putusan lebih memenuhi rasa keadilan bagi para pihak.17

Oleh karena itu, pembicaraan advokat dalam perspektif sejarah Islam tidak

bisa dilepaskan dengan perkembangan hukum Islam itu sendiri yang mengikuti

geraknya masyarakat pada waktu itu. Nabi Muhammad SAW. Sebagai figur tunggal

yang sangat dipercaya telah memberikan contoh bagi umat, tentang bagaimana beliau

menyelesaikan sengketa dengan cara yang dapat di terima oleh semua pihak tanpa

menimbulkan keraguan dan penyesalan. Demikian juga pada masa sahabat yang

mengikuti langkah-langkah Rasulnya yang telah menerapkan lembaga pemberian jasa

hukum ini dengan sebaik-baiknya sehingga keutuhan umat tetap terjaga setiap

sengketa dapat diselesaikan secara tuntas dengan memenuhi keadilan.

Apabila diperhatikan dari jalannya sejarah perkembangan pemberian bantuan

jasa hukum, dapat disimpulkan bahwa masalah yang timbul pada masa itu

sesungguhnya sangat kompleks. Yuridiksi pemberian jasa hukum tidak hanya

berkaitan dengan perkara bisnis saja, tetapi menyangkut masalah kelurga, politik,

perdagangan dan peperangan. Fenomena ini menjadi lapangan dan harapan advokat

yang sangat luas dan banyak peluang untuk lembaga jasa hukum yang sesuai dengan

perkembangan masalah dan kebutuhan umat di masa sekarang dan mendatang.

C. Peran, Fungsi Serta Tugas Advokat

17 Ibid, Hal. 38.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

23

Sebagaimana di ketahui Indonesia merupakan Negara berperinsif hukum dan

bukan atas kekuasaan belaka sehingga hukum dijadikan sebagai panglima dalam

berkehidupan kebangsaan. Perinsif Negara hukum menuntut adanya jaminan

kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum tanpa memandang dari mana suku,

agama, ras, ideology dan warna kulitnya. Oleh karena itu konstitusi telah menentukan

bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan hukum.

Oleh sebab itulah advokat harus menjadi garda terdepan dalam

memperjuangkan perlindungan dan kepastian hukum, advokat di tuntut untuk

membela kepentingan rakyat tanpa keberpihakan pada ketidak benaran dan keadilan.

Pembelaan pada semua orang termasuk juga kepada pakir miskin. Berbicara

mengenai pembelaan hukum terutama bentuan hukum secara Cuma-Cuma, Indonesia

mencatat kontribusi signifikan yang di berikan advokat. Menurut penelitian,

keterlibatan advokat dalam bantuan hukum Cuma-Cuma sebagian besar mengaku

pernah memberikan bantuan hukum Cuma-Cuma dan hanya sebagian kecil saja yang

mengatakan tidak pernah. Sebagian besar alasan advokat memberikan jasa hukum

secara Cuma-Cuma dilatar belakangi oleh alasan-alasan tanggung jawab moral dan

pertimbangan kemanusiaan semata. Selain kondisi ekonomi klien lemah dan tuntutan

profesi yang memiliki aspek muatan sosial.18

18 Binziad Kadfi, dkk, Advokat Indonesia Mncari Legitimasi, (Jakatrta: Pusat setudi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002), h. 177-178.

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

24

Sedangkan menurut Bagir Manan, advokat selain membentuk hakim

mengungkap fakta yang benar dan menemukan hukum yang tepat agar hakim dapat

memutus secara benar dan adil, sekaligus advokat juga bisa dijadikan penyedia jasa

hukum yang berperkara atau sering disebut klien.19

Sebagai fasilitator dalam memberi jasa hukum advokat hanya berkaitan

dengan urusan kepentingan klien. Dimana kepentingan klien tidak semata-mata

kepentingan hukum, tetapi juga kepentingan lain seperti sosial, ekonomi yang

bertalian dengan persoalan hukum yang dihadapi. Seorang advokat tidak mencari,

dan membentuk klien dalam suatu proses hukum, tetapi juga memberi dan

menemukan jalan penyelesaian lebih mudah, lebih sederhana yang dapat melindungi

reputasi termasuk menghindarkan atau mencegah klien berperkara secara

berkepanjangan. Dengan kata lain jasa hukum sebagai profesi advokat, bukan saja

membantu klien berperkara tetapi juga membantu untuk menghindari atau tidak

berperkara.20

Tak sampai disitu saja, peran dan fungsi advokat juga berpengaruh terhadap

kesuksesan persidangan. Karena menurut penelitian, bahwa proses penjadwalan

persidangan kompromistik oleh advokat, membuat hakim merasa terbantu akan

19 Bagir Manan, “Peran advokat dalam penataan peradilan, “suara Uldilag II, No.4 (Februari

2004): h.4. 20 Ibid, H. 6.

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

25

keberlangsungan persidangan. Kerena dengan begitu penjadwalan akan terlihat

disiplin sesuai dengan apa yang di sanggupi dalam kompromi sebelumnya.21

Kemudian peran dan fungsi advokat dalam penyelesaian perkara sangat

meringankan beban seorang hakim. Maksudnya, beracara diperadilan sangat

membutuhkan pengetahuan seseorang tentang hukum materil dan formil. Jika saja

seorang warga buta hukum mengajukan suatu perkara hukum, dewan hakim tidak

jarang sangat disibukkan untuk mengarahkan bagaimana caranya membuat berkas

tuntutan yang benar. Tak jarang berkas-berkas perkaranya harus di revisi berulang-

ulang akibat ketidak jelasan inti permasalahan. Bahkan penghadiran para saksi yang

tidak tepat untuk memberikan keterangan bukti tentang duduk perkara yang

dipermasalahkan tidak jarang menjadi dilema besar. Tentunya dengan kejadian

tersebut, bisa memperpanjang waktu penyelesaian perkara, juga membengkakan

biaya yang harus dikeluarkan, terlebih lagi dewan hakim pun harus menguras tenaga

ekstra menunda sidang berkali-kali akibat yang berperkara tidak memenuhi syarat.22

Sehingga dapat disimpulkan advokat memiliki peran diantaranya, yaitu :23

Pertama, mempercepat penyelesaian administrasi persidangan di pengadilan, Kedua,

membantu mengahdirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai jadwal

21 Noryamin Aini, “Penggunaan jasa pengacara dalam kasus penceraian : studi kasus di PA Jaksel, “ AHKAM VI, No 14 (2004): h. 221-222.

22 Ibid, H 222. 23 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartani, Advokat dalam Perspektif dan Hukum Positif, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2003), h, 70.

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

26

persidangan. Ketiga, memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan duduk

perkara dan posisinya, terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau

gugatan atau menerima putusan pengadilan. Keempat, mendampingi para pihak yang

berperkara di Pengadilan Agama misalnya, sehingga yang didampingi merasa

terayomi keadilannya. Kelima, mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam

proses sidang lanjutan, sehingga memperlancar proses persidangan. Keenam, dalam

memberikan bantuan hukum, sebagai advokat profesional tetap menjunjung tinggi

sumpah advokat, kode etik profesi dalam menjalankan peran sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Sedangkan fungsi advokat, yaitu diantaranya:24 pertama, sebagai pengawal

konstitusi dan memperjuangkan tegaknya hak asasi manusia dalam Negara hukum

Indonesia. Kedua, menjunjung tinggi serta mengutamankan nilai keadilan, kebenaran

dan moralitas sesuai apa yang menjadikan advokat sebagai profesi yang terhormat

(offecium nobile). Ketiga, berfungsi sebagai pemberi nasehat hukum, klien hukum,

konsultan hukum, pendapat hukum, pemberi informasi hukum serta membantu dalam

penyusunan kontrak-kontrak (legal Drafting). Keempat, membela kepentingan klien

dan mewakilinya dalam proses pengadilan. Kelima, memberikan bantuan hukum

dengan Cuma-Cuma atau sukarela kepada rakyat lemah dan tidak mampu (legal aid).

24 Ibid, h. 85-86.

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

27

Tugas adalah kewajiban, sesuatau yang wajib dilakukan atau ditentukan untuk

dilakukan. Tugas advokat berarti suatu yang wajib dilakukan oleh advokat dalam

memberikan jasa hukum kepada masyarakat/kliennya. Oleh karena itu, advokat dalam

menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada negara, masyarakat, pengadilan,

klien dan pihak lawannya. Persepsi masyarakat terhadap tugas advokat sampai saat

ini masih banyak yang salah paham. Mereka menganggap bahwa tugas advokat hanya

membela di pengadilan dalam perkara perdata, pidana dan tata usaha negara di

hadapan kepolisian, kejaksaan, dan di pengadilan. Sessungguhnya pekerjaan advokat

tidak hanya bersipat litigasi, tetapi mencangkup tugas lain diluar pengadilan bersifat

nonlitigasi.25

Tugas advokat bukanlah merupakan pekerjaan (vocation beroep), tetapi lebih

merupakan profesi. Karena profesi advokat tidak sekedar bersifat ekonomis untuk

mencari nafkah, tetapi mempunyai nilai sosial yang lebih tinggi di dalam masyarakat.

Profesi advokat di kenal sebagai profesi mulia (officium nobile), karena mewajibkan

pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit,

agama, budaya, sosial-ekonomi, kaya-miskin, keyakinan politik, gender, dan ideologi.

Tugas advokat adalah membela kepentingan masyarakat (public defender) dan

kliennya. Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota masyarakat

menghadapai suatu masalah atau problem di bidang hukum. Sebelum menjalankan

pekerjaannya, ia harus di sumpah terlebih dahulu sesuai dengan agama dan

25 Ibid, H 84-85.

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

28

kepercayaannya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya, ia juga harus

memahami kode etik advokat sebagai landasan moral.26

Tugas advokat dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat tidak

terinci dalam uraian tugas, karena ia bukan pejabat negara sebagai pelaksana hukum

seperti halnya polisi, jaksa dan hakim. Ia merupakan profesi yang bergerak di bidang

hukum untuk memberikan pembelaan, pendampingan dan menjadi kuasa untuk dan

atas nama kliennya. Ia disebut benteng hukum atau garda keadilan dalam

menjalankan fungsinya.27

Tugas dan fungsi dalam sebuah pekerjaan atau profesi apapun tidak dapat

dipisahkan satu dengan lainnya. Karena keduanya merupakan sistem kerja yang

saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya, seorang advokat harus befungsi:28

a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia;

b. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia;

c. Melaksanakan kode etik advokat;

d. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum,

keadilan dan kebenaran;

26 Ibid, hal, 84. 27 Ibid hal. 84-85. 28 Ibid, Hal 85.

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

29

e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan dan

kebenaran) dan moralitas;

f. Menjunjung tinggi citra profesi advokat sebagai profesi terhormat (officium

nobile);

g. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat

advokat;

h. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat;

i. Menangani perkara-perkara sesuai kode etik advokat;

j. Membela klien dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab;

k. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan

masyarakat;

l. Memelihara kepribadian advokat;

m. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat antara

sesama advokat yang didasarkan kepada kejujuran, kerahasiaan dan

keterbukaan, serta saling menghargai dan mempercayai;

n. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai wadah tunggal

organisasi advokat;

o. Memberi pelayanan hukum (legal service);

p. Memberi nasehat hukum (legal advice);

q. Memberi konsultasi hukum (legal konsultation);

r. Memberi pendapat hukum (legal opinion);

s. Menyusun kontrak-kontrak (legal drafting);

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

30

t. Memberi informasi hukum (legal imformation);

u. Membela kepntingan klien (litigation);

v. Mewakili klien di muka pengadilan (legal representation);

w. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma kepada rakyat lemah dan

tidak mampu (legal aid).

Dengan demikian, seorang advokat dalam membela, mendampingi, mewakili,

bertindak, dan memulai tugas dan fungsinya harus selalu memasukkan kedalam

pertimbangannya kewajiban terhadap klien, pengadilan, diri sendiri, negara terlebih

kepada Allah SWT. Untuk mencari kebenaran dan menegakkan keadilan.

Profesi advokat ini akan terpandang mulia di hadapan masyarakat apabila ia

sendiri bisa menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemberi jasa hukum kepada

masyarakat yang membutuhkan. Terjadinya pergeseran tugas dan fungsi ini dari

pemberi bantuan hukum secara prodeo menjadi pemberian jasa hukum profesional

mengakibatkan banyak peraktek menyimpang dari para advokat. Dengan prilaku ini,

advokat tidak lagi menjadi benteng hukum atau garda keadilan, tetapi secara tidak

disadari telah menjadi propokator bidang hukum untuk sebuah kepentingan advokat

dalam memanfaatkan kliennya.

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

D. Kode Etik Advokat

Kode etik atau sumpah profesi adalah merupakan perangkat moral yang

sesungguhnya mesti ada pada semua profesi termasuk di dalamnya profesi advokat.

Objek material dari etika adalah moralitas yang melekat pada suatu profesi. Etika

dalam perspektif Islam bisa diidentikan dengan akhlakulkarimah. Secara etimologis

dapat diartikan sebagai “kebiasaan kehendak”.29 Kebiasaan yang dimaksud adalah

perbuatan dan perilaku yang baik, terukur dan berlangsung terus-menerus. Seseorang

yang biasa berbuat adil dalam segala hal, di manapun ia akan selalu berbuat adil yang

menjadi akhlak bagi dirinya. Etika mestinya tertanam dalam hati nurani setiap profesi

hukum seperti halnya advokat dalam menjalankan perannya, agar selalu berada di

jalan yang benar menurut hukum dan bukan benar menurut interest pribadi.

Profesi advokat selaku penegak hukum yang sejajar dengan instansi penegak

hukum lainnya oleh karena itu, satu sama lainnya harus saling menghargai antara

teman sejawat dan juga antara penegak hukum lainnya. Oleh karena itu setiap

advokat harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan

menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi, yang pelaksanaannya di awasi

oleh Dewan Kehormatan sebagai suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus

diakui oleh advokat tanpa melihat dari organisasi profesi yang mana ia berasal dan

29 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, (Jakrta: Bulan Bintang, tt), Hal. 62.

31

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

32

menjadi anggota, yang pada saat mengucapkan Sumpah Profesi-nya tersirat

pengakuan dan kepatuhannya terhadap kode etik yang berlaku.

Berkaitan dengan kode etik advokat,30 diartikan sebagai pengaturan tentang

prilaku anggota-anggota, baik dalam interaksi sesama anggota atau rekan anggota

organisasi advokat lainnya maupun dalam kaitannya di muka pengadilan, baik

beracara di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. Muhammad Sanusi,31

mendefinisikan kode etik profesi penasehat hukum sebagai ketentuan atau norma

yang mengatur sikap, perilaku dan perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan

seseorang penasehat hukum dalam menjalankan kegiatan profesinya, baik sewaktu

beracara di muka pengadilan maupun di luar pengadilan.

Secara sistematis, kode etik advokat32 yang telah disepakati oleh asosiasi atau

organisasi profesi itu dibagi dalam ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :33

1. Kode Etik yang Berkaitan dengan Sikap, Perilaku, dan Keperibadian

Penasehat Hukum Pada Umumnya.

2. Hubungan Penasehat Hukum dengan Kliennya.

30 Ropuan Rambe, Tehnik Praktek Advokat, (Jakarta: Grasindo, 2001), Hal. 45. 31 Muhamad Sanusi, Kode Etik Penasehat-Penasehat: Pengertian, Penjabaran, dan

Penerapannya, (Jakarta: Kompilasi Khusus Advokat AAI, 1997), Hal. 9. 32 Kode etik advokat yang telah disepakati tanggal 4 April 1996 oleh IKADIN, AAI, IPHI 33 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Hal. 89-94.

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

33

3. Seorang Penasehat Hukum Harus Menjaga Hubungan Sesama Teman

Sejawat.

4. Sikap dan Tindakan Penasehat Hukum dalam Menangani Perkara dan

Menghadapi Lawan Perkara.

5. Ketentuan-Ketentuan Lain.

Dalam kode etik advokat, selain mengatur hubungan-hubungan sebagaimana

disebutkan diatas, juga mengatur ketentuan-ketentuan lain sebagai berikut :

a. adanya larangan pemasangan iklan yang semata-mata untuk menarik

perhatian, demikian pula pemasangan papan-papan nama dengan

ukuran dan bentuk yang berlebihan.

b. penasehat hukum harus menunggu permintaan dari klien dan tidak

boleh menawarkan jasanya, baik langsung maupun tidak langgung,

misalnya broker perkara (calo).

c. kantor penasehat hukum dan cabangnya di Indonesia tidak dibenarkan

diadakan di suatu tempat yang dapat merugikan kedudukan penasehat

hukum, misalnya di rumah atau di kantor seseorang yang bukan

penasehat hukum.

Page 34: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

34

d. Penasehat hukum dapat menerima pesanan dari seorang wakil yang

bertindak atas nama calon klien, tetapi ia harus berusaha supaya

berhubungan langsung dengan klien menerima keterangan dari klien

sendiri.

e. Penasehat hukum tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan

penasehat hukum dengan mencantumkan namanya di papan nama

kantor penasehat hukum atau mengizinkan orang yang bukan

penasehat hukum itu untuk memperkenalkan dirinya sebagai penasehat

hukum.

f. Penesehat hukum tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-

karyawannya yang tidak mempunyai kompetensi untuk mengurus

perkara sendiri, memberi nasehat kepada klien dengan lisan atau

tulisan.

g. Penasehat hukum tidak dibenarkan melalui media masa mencari

publikasi bagi dirinya atau untuk menarik perhatian masyarakat

mengenai tindakan-tindakanya sebagai penasehat hukum mengenai

perkara-perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila

keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-

prinsip hukum yaitu yang wajib diperjuangkan oleh setiap penasehat

hukum.

Page 35: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

35

h. Nama seorang penasehat hukum yang diangkat untuk suatu jabatan

Negara tidak dibenarkan untuk tetap dipergunakan oleh kantor di mana

dahulu ia bekerja.

i. Seorang penasehat hukum yang sebelumnya menjadi hakim/panitra

dari suatu pengadilan, tidak dibenarkan untuk memegang perkara di

pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun semenjak ia berhenti

dari pengadilan tersebut.

6. Sikap dan Tingkah Laku Penasehat Hukum Kepada Hukum, Undang-

undang/Kekuasaan Umum, Badan Peradilan dan Pejabatnya.

Kode etik advokat bukan hanya sederetan peryataan-peryataan yang

menetukan bagaimana advokat harus bertindak dan berprilaku terhadap satu dengan

lainya. Pada tingkat praktis, ia harus menjiwai advokat dalam manjalankan perannya

sebagai benteng keadilan. Oleh karena itu, pelaksanaan kode etik harus di bawah

pengawasan sesuatau lembaga yang kompeten terhadap advokat. Pelaksanaan kode

etik ini di awasi oleh suatu badan yang mempunyai otoritas yaitu dewan kehormatan,

baik yang berada di cabang atau pusat. Cara beracara di persidangannya dan sanksi

atas pelanggaran kode etik ditentukan sendiri.

Page 36: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG ADVOKAT MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Dan Tujuan Hukum Islam

1. Pengertian Hukum Islam

Kata hukum yang berakar kata ( حكم ) mengandung makna mencegah atau

menolak, yaitu mencegah ketidakadilan, mencegah kezhaliman, mencegah

penganiyaan dan menolak untuk kemafsadatan lainnya.34

Hukum islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan dari al-

fiqh al-Islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-syari’ah al-Islamy. Istilah

ini dalam hukum barat disebut Islamic law. Dalam Al-qur’an dan Sunnah, istilah Al-

hukm al-Islam tidak ditemukan. Namun yang digunakan adalah kata Syari’at Islam.

Yang kemudian dalam penjabarannya disebut istilah Fiqh.

35هنة عيق ف وى الاثبا ت سئ ع Artinya:

“menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakan sesuatu dari padanya”.

34 Zainuddin Ali, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia). Jakarta; Sinar Grafika, 2006, Cet.1. Hal 1.

35 Ibid Hal. 1

36

Page 37: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

37

Dalam perkembangan ilmu fiqh/ushul fiqh yang demikian pesat, para ulama

ushul fiqh telah menetapkan definisi hukum islam secara terminologi diantaranya

dikemukakan oleh Al-Badhawi dan Abu Zahra sebagai berikut:

36 عض الوو ارييخ التو ااءضتاال ق بنيفلك الما ل فعاق بلعت اهللا الما بطخ

Artinya:

Firman Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik berupa tuntunan, pilihan, maupun bersifat wadl’iy”.

37 اعض وو اارييخ توا ابل طنيفلك الما ل فعاق بلعت اهللا الما بطخ

Artinya:

“khitab (titah) yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf yang bersifat memerintah terwujudnya kemaslahatan dan mencegah terjadinya kejahatan, baik titah itu mengandung tuntunan (perintah dan larangan) atau semata-mata menerangkan pilihan (kebolehan memilih) atau menjadikan sesuatau sebagai sebab, syarat atau pengahalang terhadap sesuatu hukum”.

Uraian diatas memberi asumsi bahwa hukum yang dimaksud adalah hukum

islam, sebab kajiannya dalam perspektif hukum islam. Maka yang dimaksud pula

adalah hukum syara’ yang bertalian dengan perbuatan manusia dalam ilmu fiqh,

bukan hukum yang bertalian dengan aqidah dan akhlak.38

Penyebutan hukum islam sering dipakai sebagi terjemahan dari syari’at Islam

atau fiqh Islam. Apabila syari’at Islam di terjemahkan sebagai hukum islam (hukum

36 Ibid Hal. 2. 37 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), Hal. 26. 38 Zainuddin Ali, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia). Jakarta; Sinar

Grafika, 2006, Cet.1. Hal 2.

Page 38: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

38

in abstracto), maka berarti syariat Islam yang dipahami dalam makna yang sempit,

karena kajian syariat Islam meliputi aspek I’tiqadiyah, khuluqiyah, dan amal syr’iyah.

Sebaiknya bila hukum islam menjadi terjemahan dari fiqh Islam, maka hukum Islam

termasuk bidang kajian ijtihadi yang bersifat dzanni.39

Namun demikian, untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang hukum

islam, maka menurut H. Mohammad Daud Ali yang harus dilakukan sebagai

berikut:40

1. Mempelajari hukum Islam dalam kerangka dasar, dimana hukum Islam

menjadi bagian yang utuh dari ajaran Dinul Islam.

2. menempatkan hukum Islam pada suatu kesatuan

3. dalam aplikasinya saling memberi keterkaitan antara syari’ah dan fiqh yang

walaupun dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

4. dapat mengatur tata hubungan kehidupan, baik secara vertikal maupun

horizontal.

Berdasarkan hal diatas maka definisi hukum Islam adalah koleksi daya upaya

para ahli hukum untuk menerapkan syariat atas hubungan masyarakat. Dalam

khazanah hukum Islam di Indonesia. Istilah hukum Islam dipahami sebagi

penggabungan dua kata hukum dan Islam. Hukum adalah seperangkat aturan tentang

39 Ibid, Hal.2. 40 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam(Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia).(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006). Hal. 18.

Page 39: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

39

tindak tanduk atau tingkah laku yang diakui oleh suatu negara atau masyarakat yang

berlaku dan mengikat seluruh anggotanya. Kemudian kata hukum disandarkan pada

kata Islam, jadi dapat dipahami bahwa hukum Islam adalah peraturan yang

dirumuskan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rosulullah tentang tingkah laku

mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini

berlaku mengikat bagi semua pemeluk agama Islam.

2. Tujuan Hukum Islam

Tujuan utama dari syari’ah adalah untuk menjaga dan memperjuangkan tiga

katagori hukum. Yang disebut sebagai Daruriyyat, Hajiyyat, dan Tahsiniyyat.41

Tujuan dari masing-masing katagori tersebut adalah untuk memastikan bahwa

kemaslahatan (masalih) kaum muslimin, baik di dunia maupun diakhirat, terwujud

dengan cara yang terbaik.

Tujuan hukum Islam adalah untuk memenuhi kepentingan, kebahagian,

kesejahteraan, dan keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat.42 Oleh karena

itu, apabila hukum positif yang tidak berasaskan Al-Quran dan Al-Hadist

dibandingkan dengan tujuan hukum islam, maka ditemukan bahwa tujuan hukum

Islam lebih tinggi dan bersifat lebih abadi artinya tidak terbatas kepada lapangan

41 Wael B Hallaq, Sejarah Teori Hukum Islam, (Jakrta: Raja Grafindo Persada, 2001). Hal 247-248.

42 Zainuddin Ali, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia). Jakarta; Sinar

Grafika, 2006, Cet.1. Hal. 13.

Page 40: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

40

materi yang bersifat sementara. Sebab faktor-faktor individu, masyarakat, dan

kemanusiaan pada umumnya selalu diperhatikan dan dirangkaikan satu sama lain, dan

dengan hukum Islam dimaksudkan dengan kebaikan semua dapat terwujud. Dalam

lapangan ibadah misalnya, shalat, puasa, zakat dan haji. Hal ini dimaksudkan untuk

membersihkan jiwa dan mempertemukannya dengan Tuhan, kesehatan jasmani dan

kebaikan individu maupun masyarakat bersama-sama dengan berbagai aspeknya. Hal

tampak lapangan muamalat (hubungan sesama manusia) dengan segala aspeknya.

Tujuan dimaksud tampak jelas, seperti yang terlihat pada aturan peraktek hukum

Islam yang menguasai lapangan tersebut. Diantara kaidah aturannya yang berbunyi

sebagai berikut:

43عافن المبل جلى عمدق مارض المفعد

“menolak keburukan mendahulukan atas mendatangkan kebaikan”.

44 ةصا ل الححالص الملىة عقدم مةم االحالصالم

“kepentingan umat harus didahulukan atas kepentingan –kepentingan pribadi”

Secara garis besar tujuan hukum Islam dapat dilihat dari dua aspek, yaitu :

1. kalau dilihat dari aspek pembuat hukum (Allah dan Nabi Muhammad), maka

tujuan hukum Islam adalah untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang

43 Zainuddin Ali, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia). Jakarta; Sinar Grafika, 2006, Cet.1. Hal. 13.

44 Ibid, Hal. 15.

Page 41: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

41

bersifat primer, sekunder, dan tertier (istilah fiqh disebut Daruriyyat, hajiyyat,

dan tahsiniyyat). Selain itu adalah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh

manusia dalam kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kemampuan

manusia untuk memahami hukum Islam melalui metodologi pembentukannya

(ushul al fiqh).

2. kalau dilihat dari segi pelaku hukum dan pelaksana hukum Islam (manusia),

maka tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia.

Caranya yaitu mengambil yang bermanfaat dan menolak yang tidak berguna

bagi kehidupan. Singkat kata adalah untuk mencapai keridhaan Allah dalam

kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

B. Status Hukum Dalam Hukum Islam

Macam-macam hukum adalah sebagi berikut :45

1. Al-Ijab, yaiut tuntutan secara pasti dari syariat untuk dilaksanakan dan tidak

boleh (dilanggar) ditinggalkan, karena orang yang meninggalkannya dikenai

hukuman. Istilah al-ijab terkait dengan khitab (firman) Allah SWT disebut al-

wajib (perbuatn yang dituntut oleh khitab Allah SWT).

2. An-Nadh, yaitu tuntutan untuk melaksanakan suatu perbutan, tetapi tuntutan

itu tidak secara pasti. Seorang tidak di larang untuk meninggalkannya, karena

orang yang meninggalkan tuntutan tersebut tidak dikenai hukuman.

45 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Bara Van Hove, 1999), Cet, Ke-2, Hal. 572.

Page 42: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

42

3. Al-Ibahah, yaitu khitab (firman) Allah SWT yang mengandung pilihan antara

berbuat atau tidak. Akibat khitab Allah SWT ini disebut juga dengan Al-

Ibahah, dasn perbuatn yang boleh dipilih itu disebut Al-mubah.

4. Al-Karahah, yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi

tuntutan itu di ungkapkan melalui reaksi yang pasti. Seseorang yang

mengerjakan perbuatan yang dituntut untuk meninggalkan itu tidak dikenai

hukuman. Akibat dari tuntunan itu disebut Al-Karahah, dan perbuatan yang

dituntut untuk meninggalkan itu disebut dengan Al-Makruh.

5. At-Tahri, yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan

tuntutan yang pasti. Akibat dari tuntutan ini disebut Al-Hurmah dan perbuatan

yang dituntut disebut dengan Al-Haram.

C. Landasan Hukum Advokat Dalam Islam

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa advokat merupakan profesi yang mulia

karena perannya terhadap masyarakat dalam bidang hukum dan keadilan, advokat

lebih memprioritaskan hak-hak asasi manusia ketimbang dirinya terhadap pencapaian

kepentingan ekonomis.

Sesungguhnya Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber hukum yang

selalu menyerukan kepada kebajikan dan tanggung jawab moral yang tinggi. Menurut

Al-Qur’an rasa tanggung jawab yang komprehensif dapat menjamin hak-hak dasar

manusia. Bukan sebaliknya, dan orang yang merefleksikan tanggung jawab moral

Page 43: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

43

tadi adalah dalam kemenangan. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam firman-Nya

dalam surat Al-Imran ayat 104-105 :46

☺ ☺ .

⌧ ⌧

⌧ .

Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”. (QS Al-Imran : 104-105).

Dalam ayat lain yang lebih tegas mengharamkan perbuatan yang melanggar

hak-hak asasi manusia. Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 33 :47

☺ ⌧

Artinya :

46 Ahmad Toha Putra, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy Syifa’, 2000), Hal. 122. 47 Ibid, Hal. 323.

Page 44: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

44

“Katakanlah: "Tuhanku Hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al-A’raaf :33)

Dalam sebuah hadist riwayat Tabrani agar berbuat kebajikan tanpa membeda-

bedakan golongan yaitu:

48 اراح فو اانا آران بسن الآى ل اانسح ا واس النلىد ادو التانم االيدع بقل العاسر

Artinya :

“kepala akal sesudah iman adalah berkasih-kasihan kepada manusia dan membuat kebajikan kepada segala orang, baik orang itu shaleh atau fasik”.

Al-Qur;an dan As-Sunnah banyak memberi bimbingan etika pada pihak yang

memasuki dunia hukum yang lainnya, maka bimbingan etika dari Rasulullah berlaku

juga bagi para advokat sebagai pihak yang terlibat dalam pengambilan putusan hakim

diantara hadist yang menjelaskan tentang para penegak hukum dalam peradilan salah

satunya:

ضقى فض القيل ونم : مل س وهيل اهللا على اهللا صلوس رالق : لا قنه ع اهللايض رةريرى هب انع 49 )رواه احمد و االربعة وصححه ابن حبان (نيك سريغ بحبذ

Artinya :

“dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa memegang kekuasaan pengadilan, maka sesungguhnya ia telah menyembelih dirinya tanpa dengan pisau (HR. Ahmad Al-Arba’ah dan Ibnu Hibban mensyahihkan).”

48 T.M. Hasby ash Shiediqy, Al-Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), Cet, ke-1,, Hal. 464. 49 Ibid, hal. 464.

Page 45: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

45

Hadist ini menjadi peringatan keras bagi para ahli hukum yang terlibat dalam

proses peradilan dan bagi orang yang memasuki dunia peradilan, hal ini dinyatakan

dalam lafadz dzubiha yang berarti menjerumuskan diri50.

Dari beberapa penjelasan ayat Al-Qur’an dan Hadist diatas tampak Islam

mengakomodasikan segala urusan umat manusia, tak terkecuali yang berkaitan

dengan hukum. Dengan diterapkannya hukum, maka hidup manusia akan mencapai

keteraturan dan kedamaian. Dalam penerapannya ada tujuan penting yang hendak

dicapai yaitu terpenuhinya rasa keadilan umat manusia, sebagaimana firman Allah

SWT pada surat Al-Maidah ayat 8 :51

☺ ☺

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maa’idah : 8)

Ayat diatas menunjukan bagaimana Allah SWT lewat ajaran Islam

mengajarkan kepada orang-orang yang beriman untuk menegakkan kebenaran dan

50 Ibid, Hal. 464. 51 Ahmad Toha Putra, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Hal. 226.

Page 46: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

46

bersikap adil. Kandungan ajaran Islam ini pun sesuai dengan prinsip dasar bagi para

aparat hukum, baik itu hakim, jaksa dan khususnya bagi profesi yang diangkat pada

tulisan ini yaitu advokat. Hal ini sesuai dengan filsafah bangsa Indonesia, yaitu

pancasila yang berkaitan dengan peradilan yang meracu pada sila “keadilan bagi

seluruh rakyat Indonesia”.

Adapun maksud adil dalam Islam disini adalah seperti apa yang dijelaskan

Ibnu Katsir tentang definisi keadilan. Ibnu Katsir dalam magnum opusnya “Tafsir

Ibnu Katsir” ketika menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan keadilan

menyesuaikan dengan konteks ayatnya. Berikut ini dalam tafsirnya mengenai definisi

keadilan52:

“ Allah SWT menyuruh orang yang beriman untuk berbuat adil dalam

perbuatan dan perkataan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keadilan

yang dimaksud adalah keadilan menyampaikan hak kepada yang berhak

membutuhkannya dengan cara yang tepat, dan juga menyampaikan hak bagi setiap

orang dalam setiap waktu dan tempatnya.”

Mengenai keberadaan advokat dipengadilan telah banyak dinyatakan dalam

Al-Qur’an dan Al-Hadist telah diperaktekan pada masa Rasulullah SAW, Sahabat dan

generasi sesudahnya. Di antara ayat Al-Qur’an yang mengandung pedoman mengenai

52 Muhammad Al As-Shabuni, Mukhtashor Tafsir Ibnu Kasir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), Jilid 1 Hal. 633.

Page 47: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

47

peraktekadvokat di pengadilan yaitu firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat

78-79:53

☺ ☺ ⌧

⌧ ☺ ⌧ . ☺ ⌧ ☺ ⌧ ☺ ☺

Artinya :

“ Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan Keputusan mengenai tanaman, Karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah kami menyaksikan Keputusan yang diberikan oleh mereka itu, Maka kami Telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat) dan kepada masing-masing mereka Telah kami berikan hikmah dan ilmu dan Telah kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya. (QS. Al-Anbiyaa’ 78-79).

Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan manusia yang semakin

beragam dalam penyelesaian hukum, advokat dalam pengertian positif di masa kini

memiliki system dan ruang lingkup kerja yang lebih luas dan modern.

53 Ahmad Toha Putra, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Hal. 698

Page 48: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

BAB IV

ANALISIS ADVOKAT MENURUT UNDANG-UNDANG DAN HUKUM

ISLAM

A. Peran Advokat Dalam Pemberian Jasa Hukum Di Pengadilan Agama

Menurut Undang-Undang.

Peran advokat54 dalam memberikan jasa hukum bagi kepentingan klien

dengan tujuan untuk memberikan islah bagi para pihak yang bersengketa sangat

menentukan. Dimaksud peran disini adalah bagaimana ia dapat menjalankan

profesinya sesuai dengan tugas dan fungsinya serta kode etik dan sumpah advokat.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemberian jasa hukum yang dilakukan advokat

adalah mendampingi, menjadi kuasa, memberikan advise hukum kepada klien baik

bersifat sosial; pro boo publico maupun atas dasar mendapat kan honorarium/fee.

Menurut Ropuan Rambe,55 dalam menjalankan profesinya seorang advokat

harus memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan

dan kebenaran. Advokat adalah profesi yang bebas; free profession; vrij beroep, yang

tidak tunduk pada hirarki jabatan dan tidak tunduk pada perintah atasan, dan hanya

54 Dalam penjelasan RUU Advokat disebutkan bahwa pada perakteknya peran pemberian bantuan hukum, dilakukan advokat secara litigasi dan nonlitigasi. Jasa bantuan hukum dibagi manjadi jasa hukum litigasi dan jasa hukum nonlitigasi. Jasa hukum litigasi adalah jasa hukum yang berkenaan dengan perselisihan hukum atau perkara didalam atau diluar pengadilan dan arbitrase. Sedangan jasa hukum nonlitigasi adalah jasa hukum diluar bidang jasa hukum litigasi.

55 Ropuan Rambe, Tehnik Peraktek Advokat, Grasindo, Jakarta, 2001, Hal. 33 dan 37.

48

Page 49: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

49

menerima perintah atau order atau kuasa dari clien berdasarkan perjanjian yang

bebas, baik yang tertulis ataupun yang tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik

advokat, dan tidak tunduk pada kekuasaan publik.

Selama ini terdapat kesan pro dan kontra di masyarakat terhadap peran

advokat yang berperaktek di pangadilan. Bagi yang kontra memberi kesan negatif

sedangkan bagi yang pro memberi kesan positif terhadap kehadiran dan peran

advokat di pengadilan agama. Terdapat kesan negatif sebagian masyarakat bahwa

untuk mendapatkan jasa hukum sekarang ini memerlukan biaya tinggi dan membuat

rumit masalah yang di anggap sederhana, sehingga lambat dalam penyelesaiannya.

Akan tetapi, pihak lain ada kesan positif masyarakat, bahwa untuk berperkara di

pengadilan dengan mengggunakan jasa advokat, dapat memudahkan urusan

administratif dan juga memberikan kepuasan serta dapat memenuhi rasa keadilan

sekalipun dalam posisi salah.56

Oleh karena itu, seorang advokat yang akan melakukan peraktek litigasi di

pengadilan agama untuk mendampingi atau menjadi kuasa atas nama kliennya agar

mendapat simpatik dari masyarakat, tentu terus mengikuti hukum acara yang berlaku

di pengadilan agama. Dengan mengikuti atuaran ini dapat meminimalkan perektek

yang menyimpang, sehingga dapat di pertanggungjawabkan prosedurnya. Prosedur

mendapatkan jasa hukum advokat adalah berkaitan dengan aturan baku yang

56 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Hal. 64-65.

Page 50: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

50

ditetapkan hukum acara di lingkungan peradilan agama maupun aturan

kepengacaraan yang berlaku.

Mengenai hukum acara yang berlaku di lingkungan pengadilan agama, diatur

dalam Bab IV UU No. 7 Tahun 1989, Jo Undang-undang N0 3 Tahun 2006 mulai

Pasal 54-105. pasal 54, menyatakan:

“hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan

agama adalah Hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam

lingkungan peradilan umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-

undnag ini.”

Menurut Wirjono Projodikoro,57 yang dimaksud dengan hukum acara perdata

adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang terus

bertindak terhadap dan dimuka peradilan dan cara bagaimana peradilan itu harus

bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata.

Keberadaan advokat untuk berperan dalam memberikan jasa hukum kepada

pihak-pihak yang bersengketa dalam perkawinan, khususnya perceraian diatur

melalui Undang-undang No 7 Tahun 1989 Jo, UU No 3 Tahun 2006 Tentang

Peradilan Agama, pasal 73 ayat (1) sebagai berikut.58

57 Wirjono Projodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sumur Bandung, 1978, Hal. 13. 58 Basiq Djalil, Peradilan agama Di Indonesia (Jakarta : Kencana 2006), Hal. 207.

Page 51: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

51

“gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan

yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat, kecuali apabila

penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin

tergugat.”

Pasal ini mengatur gugatan cerai yang dilakukan istri terhadap suaminya, baik

secara langsung kepengadilan agama mapun melalui jasa hukum seorang advokat

dengan menggunakan suarat kuasa kepada advokat untuk melakukan tindakan

hukum. Surat kuasa adalah suatu dokumen penting yang melahirkan perjanjian antara

pihak klien dan advokat. Tanpa surat kuasa dari para pihak, maka advokat tidak

mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan hukum apapun yang

mengatasnamakan para pihak dalam menyelesaikan perkara.

Secara umum pengertian surat kuasa adalah suatu dokumen dinana isinya

seorang menunjuk dan memberi wewenang pihak lain untuk melakukan perbuatan

hukum untuk dan atas namanya.59 Sedangkan menurut pasal 1792 BW pemberian

kuasa adalah sebagi berikut.

“suatu persetujuan yang berisikan pemberian kuasa kepada orang lain yang

menerima untuk melaksanakan sesuatu untuk atas nama orang ynag memberikan

kuasa.”

59 Yudha Pandu, Klien dan Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini, PT Abadi, Jakarta, 2001, Hal. 95.

Page 52: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

52

Dimaksud dengan melaksanakan suatu urusan menurut pasal 1792 BW diatas

adalah melaksanakan perbuatan hukum yaitu perbuatan yang melahirkan akibat

hukum yang berupa hak dan kewajiban yang mengikat. Oleh karena itu, tujuan surat

kuasa adalah untuk membuktikan adanya pemberian kekuasaan kepada penerima

kuasa (advokat) untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk atas nama pemberi

kuasa, yaitu perbuatan hukum berupa hak dan kewajiban.

Surat kuasa diberikan dalam bentuk kontrak antara pihak pemberi kuasa

(klien) kepada yang menerima kuasa (advokat). Dalam membuat persetujuan ini,

biasanya yang dibicarakan antara para pihak dan advokat adalah masalah

honorarium/fee untuk melakukan proses kepengacaraan.60 Bagaimanapun pada

akhirnya tentu kesepakatan antara klien dan advokat dapat menetukan segala

sesuatunya termasuk masalah honorarium/fee. Penentuan jasa hukum dalam

menentukan honorarium/fee atas pekerjaan yang dilakukannya adalah berdasarkan

tingkat kerumitan, besarnya tanggung jawab, dan berapa lama pekerjaan tersebut

dapat diselesaikan. Akan tetapi, terkadang juga penasehat hukum (advokat)

mempertimbangkan honorarium/fee berdasarkan kondisi dan posisi seorang klien dan

suatu perkara. Karena kondisi dan posisi seorang klien tidak sama dengan klien lain.

60 Ibid, hal.78, ada tiga metode yang dipakai untuk menetapkan honorarium/fee oleh penesehat hukum, (1) honor/fee ditetapkan secara lump sum. Ini umumnya digunakan oelh para penasehat hukum dalam melakukan due diligence dalam proses legal audit dan legal opinion untuk keperluan tertentu (2) menetapkan honor/fee atas dasr item per item. Dalam metode ini penesehat hukum mebuat tagihan berdasarkan rincian satu persatu pekerjaan yang telah dilakukannya dan (3) menetapkan tagihan atas dasar “tidak menang - tidak bayar” (no win, no pay). Metode ini sering digunakan untuk honor/fee para penasehat hukum yang menjalankan peraktek profesinya sebagai penagih hutang (debt collector).

Page 53: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

53

Pertimbangan seperti ini merupakan peran profesi advokat dalam masyarakat untuk

mencari keadilan. Jadi, kondisi dan posisi klien dalam suatu perkara merupakan

bahan pertimbangan untuk menetapkan honorarium/fee terhadap pekerjaan yang

akan dilakukannya.

H. Harono Marjono,61 berpendapat bahwa terdapat dua pandangan yang

menunjukan peran advokat dalam beracara di pengadilan, yaitu pandangan subyektif

dan objektif. Dari sudut pandangan subjektif, karena pekerjaan pemberian bantuan

hukum bertolak dari kepentingan seseorang yang akan atau sedang beracara di

pengadilan, sebab orang itu merasa atau dianggap memerlukannya. Dengan

pandangan ini, maka advokat akan berusaha memenagkan perkaranya dengan

memberi janji-janji kepada kliennya. Ia akan melihat pihak lain sebagai lawan yang

harus dikalahkan dalam persidangan. Demikian juga ia akan berusaha memberikan

argumentasi kepada pihak pengadilan untuk keluar sebagai pemenang perkara.

Advokat yang berpandangan demikian akan mengabdi pada kliennya, dan bukan pada

kebenaran dan keadilan.

Sedangkan dari sudut pandang objektif, karena pekerjaan itu berangkat dari

tujuan atau maksud yang hendak dicapai dari tersenggaranya peradilan itu sendiri.

Pandangan ini memberi kesan positif dalam melaksanakan acara peradilan. Ia akan

melihat secara objektif terhadap kebenaran hukum dan bukan pada kebenaran

61 H. Hartono Marjono, Menegakkan Syari’at Islam Dalam Konteks Keindonesiaan, Mizan, Bandung, 1997, Hal. 70-71.

Page 54: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

54

kliennya. Pandangan ini akan melihat proses peradilan itu sebagai suatu yang wajar,

bukan hal yang luar biasa. Dalam posisi kliennya tidak menguntungkan, ia akan

membela kebenaran dan keadilan dan bukan membela kliennya sekalipun memang

salah. Advokat yang berpandangan seperti ini akan mengabdi kepada kebenaran dan

keadilan, bukan kepada keberadaan kliennya.

Peran advokat dalam pemberian jasa hukum litigasi di pengadilan, pada

dasarnya harus diartikan sebagai upaya memberi bantuan hukum kepada orang yang

sedang beracara di muka peradilan. Hal itu dimaksudkan agar pemeriksaan dan

peradilan dapat berjalan dengan tertib, baik dan lancar sesuai dengan hukum acara

yang berlaku. Ia juga dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan secara nyata

berdasarkan hukum materil yang berlaku, sehubungan dengan perkara yang sedang

diperiksa. Perkara tersebut bisa berupa sengketa antara para pihak atau permohonan

yang diajukan oleh seorang pemohon.62

Peran advokat yang berperaktek di pengadilan agama dalam meberikan jasa

hukum dianggap positif bagi pencari kebenaran dan penegakkan keadilan. Peran

positif advokat itu digambarkan dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. mempercepat penyelesaian administrasi, baik permohonan cerai talak maupun

gugatan cerai bagi kelancaran persidangan di pengadilan.

62 Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, Ghalia Indonesia, 2003. Hal. 69-70.

Page 55: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

55

2. membantu menghadirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai

dengan jadwal persidangan.

3. memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan duduk perkara dan

posisinya, terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau

gugatan atau menerima putusan pengadilan agama.

4. mendampingi para pihak yang berperkara di pengadilan agama, sehingga

merasa terayomi keadilannya.

5. mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam proses persidangan

lanjutan, sehingga memperlancar proses persidangannya.

6. dalam memberikan bantuan hukum, sebagai advokat profesional, tetap

menjunjung tinggi sumpah advokat, kode etik profesi dalam menjalankan

peran sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Ketentuan yang berkaitan dengan bantuan hukum Undang-undang No 4

Tahun 2004 telah diatur dalam pasal 37-40, yang menyatakan bahwa ”setiap orang

yang bersangkutan perkara berhak memperoleh bantuan hukum dan advokat sebagai

subyek yang ditunjuk dalam memberikan bantuan hukum wajib membentu proses

penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”. Sedangkan

dalam Undang-undang No 14 Tahun 1985 jo Undang-undang No 5 Tahun 2004

masalah bantuan hukum diantaranya diatur dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa :

Page 56: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

56

“Mahkamah Agung dan pemerintah melakukan pengawasan atas Penasehat

Hukum dan Notaris”.63

Kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-undang No 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, pasal 69-74 pasal 115 ayat 1 dan pasal 156 KUHP,

yang menggunakan istilah bantuan hukum dan penasehat hukum sebagai orang yang

ditunjuk oleh pihak yang berperkara untuk memberi bantuan hukum. Peraturan

perundang-undangan lain yang berkaitan dengan masalah bantuan hukum yaitu SK

Mahkamah Agung No 1 Tahun 1965 mengidentikan bantuan hukum dengan

menggunakan istilah advokat/pengacara, pokrol (pengacara praktek).

Walaupun istilah berbeda namun secara prinsipil pemberian bantuan hukum

terhadap pihak yang berperkara di muka pengadilan adalah salah satu bentuk

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam bidang hukum dan lembaga

peradilan. Tetapi setelah diberlakukan undang-undang No 18 Tahun 2003 tentang

Advokat, istilah-istilah tersebut pengertiannya telah disetarakan menjadi advokat.

Undang-undang No 18 Tahun 2003 tentang Advokat ini, adalah undang-

undang terbaru tentang advokat dan merupakan penyempurnaan dari undang-undang

sebelumnya. Dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan dapat memberikan

masa depan yang lebih baik bagi para advokat dan memberi kejelasan tantang

keberadaan advokat sebagai pemberi jasa bantuan hukum serta manjadi pijakan

63 Ibid, hal. 260-261.

Page 57: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

57

undang-undang untuk mengaktualisasikan diri sebagai penegak hukum yang dapat

menyeimbangkan semua kepetingan, klien, profesi, peradilan dan Negara tanpa

mengabaikan nilai-nilai moral dan keadilan

B. Pandangan Terhadap Citra Advokat

Bagaimana pandangan masyarakat, kalangan ahli hukum dan advokat

terhadap citra advokat selama ini? Hasil jajak pendapat, menyimpulkan citara advokat

sudah tercemar. Percuma menyadarkan hukum di negeri ini. Mulai dari polisi, jaksa,

hakim hingga pengacaranya yang seharusnya menjadi ujung tombak penegak hukum,

justru tercemar dengan berbagai kasus pelanggaran hukum. Masyarakat tidak

menyukai terhadap profesi advokat dalam dua hal.64

Pertama, menyangkut perilaku yang berkaitan dengan persidangan. Dalam

anggapan responden, perilaku mereka selama ini tampak sangat mendominasi

perjalanana suatu perkara. Dengan akses dan kemampuan yang dimiliki, kalangan ini

mampu memainkan peranannya seakan-akan menjadi yang paling benar di dalam

persidangan. Berkaitan dengan persoalan yang demikian, tidak kurang dari 59 %

responden meragukan profesionalitas para pengacara.

Kedua, sorotan masyarakat terhadap pengacara tampak pula dari perilaku

pengacara di luar persidangan. Di dalam penelitian responden, penampilan kalangan

ini terlalu “meyilaukan mata”. Gaya hidup mewah dan kepiawaian memainkan kata-

64 Ibid, Hal. 104-105.

Page 58: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

58

kata di pandang 80% responden tidak lebih dari upaya mencari popularitas dan

bayaran ketimbang upaya penegakkan hukum.

Todung Mulya Lubis, seorang advokat senior, mungkin setelah membaca,

mendengar, atau mengamati setiap proses peradilan dalam berbagai kasus

berkesimpulan, bahwa perusak paling utama dalam lembaga peradilan adalah uang,

para pengusaha dan advokat hitam yang memperdagangkan hukum. Tragisnya etika

profesi sudah tidak sama sekali berharga karena banyak advokat hitam yang tidak

merasa bersalah meski mereka mendatangi hakim dengan segepok uang.

Indriyanto Seno Adji, dalam disertasinya mengemukakan bahwa para advokat

pelaku kejahatan korupsi sering memanfaatkan kelemahan asas legalitas formal

dalam sebuah perkara pidana. Sedangkan dalam perkara perdata mereka berlindung

dalam artian sempit dari perbuatan melawan hukum yang diartikan sebagai

melanggar undang-undang saja, padahal secara luas pengertian melanggar hukum itu

tidak lagi diartikan pada ketentuan perundang-undangan tertulis saja, tetapi meliputi

pelanggaran terhadap nilai-nilai atau rasa kepatutan yang ada dimayarakat.65

Diantara sekian banyak profesi hukum advokat merupakan jenis profesi yang

paling banyak menimbulkan kontroversi. Situasi demikian tidak hanya dirasakan

pada negara-negara berkembang, tetapi juga pada negara-negara maju. Dalam

berbagai survei di Amerika Serikat, profesi advokat masih menempati posisi

65 Disertasi disampaikan di hadapan Guru Besar Universitas Indonesia, tanggal 22 januari 2000.

Page 59: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

59

terhormat. Pengacara naik pamornya karena banyak pemimpin dunia berangkat dari

profesi ini, dan terbukti mereka semua orang-orang yang cerdas, rasional dan orang

yang pandai berargumentasi. Ironisnya dalam jajak pendapat lainnya, advokat

ternyata juga mandapat peredikat profesi yang paling tidak disukai. Mereka di

pandang sebagai kumpulan orang-orang yang senang memutar balikkan fakta,

membuat gelap persoalan yang sudah jelas, dan tidak bermoral karena mengambil

keuntungan dari penderitaan orang lain.66

Pada tahun 1938, frank Tanembuan,67 seorang sosiologi menulis panjang

lebar tentang kelakuan para pengacara di Amerika Serikat. Yang menjadi sorotan

adalah aktivis para lawyer yang menjadi langganan penjahat, khususnya penjahat

terorganisir. Para pengacara ini disebut criminal lawyer. Pekerjaannya antara lain

merekayasa alibi, mengatur dan menyuap aparat hukum, mengancam juri dan

menakut-nakuti saksi.

C. Analisis Advokat Dalam Hukum Islam

Advokat sebagai profesi terhormat yang dalam menjalankan profesinya

berada di bawah perlindungan hukum, undang-undnag dan kode etik, memiliki

kebebasan yang disandarkan kepada kehormatan dan kepribadian advokat yang

berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan.

66 Dardji Darmodihardjo, dan Sidharta, Pokok-pokok Filsapat Hukum, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2000), Hal. 294-295.

67 Kompas, 29/3/2000, Hal 4, Rony Nitibaskara, dalam tulisan “Sang Pengacara”

Page 60: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

60

Sebagimana dijelaskan pada pasal 1 tentang UU Advokat UU RI No. 18

Advokat dalam pengertian positif adalah orang yang berprofesi memberikan jasa

bantuan hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi

persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang. Istilah advokat bisa di sebut juga

sebagai penasehat hukum. Yang di maksud jasa hukum tersebut diatas adalah jasa

yang diberikan advokat berupa pemberian konsultasi bantuan hukum, menjalankan

kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk

kepentingan hukum bagi orang, badan hukum, atau lembaga lian yang menerima jasa

hukum advokat.

Advoakat dalam pengertian penesehat hukum yang diaplikasikan berupa

bantuan hukum, dalam peradilan Islam mengandung beberapa pengertian diantaranya

wakalah, mufti, muhakam, dan muhamah. Berikut adalah penjelasan beberapa istilah

tersebut :

a. wakalah

kata wakil muncul sekitar dua puluh empat kali dalam Al-Qur’an. Dalam

hukum Islam, wakalah atau perwakilan muncul ketika satu orang

menguasakan kepada orang lain untuk menggantikannya memperoleh hak-

hak sipilnya.68

68 A.Rahman l. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), (Jakrta: Raja Grafindo Persada 2002). Cet ke-1. Hal 4

Page 61: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

61

Pengertian wakalah atau wikalah (perwakilan atau perlindungan) sama

maknanya dengan takwidh (penyerahan atau pelimpahan), yang berarti

pemberian bantuan hukum, penasehat hukum atau pengacara.69juga berarti

hafidzh (pemelihara).

Sedangkan menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan wikalah yaitu

pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang dalam hal-hal yang

dapat digantikan dan diperoleh oleh syara’70

Wakalah berarti juga perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al-kifayah),

tanggungan (al-dhaman), atau pendelegasian (al-tafwidh).71

Dasar hukum wakalah disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 19:72

☺ ☯

Artinya :

"…. “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota …” (QS Al-Kahfi : 19).

69 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Bara Van Hove, 1999), Cet, Ke-3, Hal. 982.

70 Sayyid Sabiq, Al Fiqhussunah, (Bairut: Darul Kutub, 1971), Juz XIV, Hal. 228. 71 Dr. Helmi Karim, M A, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 233. 72 Ahmad Toha Putra, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy Syifa’, 2000), Hal. 630.

Page 62: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

62

b. Muhamah

Muhamah berarti pembelaan, yaitu pembelaan terhadap seseorang yang

dituduh atau disangka melakukan delik pidana di muka sidang peradilan.

Pembelaan dalam hal ini hukum Islam telah membolehkan sebagai

sandaran kebolehannya diambil dari Al-Qur’an dalam surat An-Nisaa ayat

107:73

⌧ ☺

Artinya :

“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa” (QS An-Nisaa : 107)

c. Tahkim

Kata tahkim, yang kata kerjanya hakkama, secara harfiah berarti

menjadikan seseorang sebagai penengah bagi suatu sengketa.74 Tahkim

dalam pengertian bahasa Arab ialah menyerahkan putusan pada seseorang

yang menerima putusan itu. Di dalam pengertian istilah ialah dua orang

atau lebih mentahkimkan kepada seseorang diantara mereka untuk

diselesaikan sengketa dan ditetapkan hukum syara’ atas sengketa mereka

itu. Tahkim dalam Islam dapat disamakan dengan arbitrasi dalam hukum

umum, merupakan lembaga yang bertugas mencari dan menyelesaikan

73 Ibid, Hal 171. 74 Drs. Cik Hasan Bisri, MS, Bunga Rampai Peradilan Islam Di Indonesia, (Bandung: Ulul

Albab Press, 1997), Cek pertama, Hal. 91.

Page 63: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

63

perkara hukum diluar pengadilan. Tahkim disebut juga ketetapan

perjanjian yaitu bentuk kontrak yang harus disetujui dalam kasus

perselisihan dalam masalah persetujuan kontrak, hal ini diselesaikan

melalui putusan hakim/arbitator.75 Orang yang memberi tahkim disebut

hakam atau muhakam.

Dasar hukum bagi tahkim ini di dalam syariat Islam, ialah firman Allah

dalam surat An-Nisaa ayat 35 :76

☺ ☯

☺ ⌧ ☺

Artinya :

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS An-Nisaa : 35).

d. Mufti

Mufti berkedudukan sebagai pemberi penjelasan tentang hukum syara’

yang harus diketahui dan diamalkan oleh umat akan selamat bila ia

75 75 A.Rahman l. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), (Jakrta: Raja Grafindo Persada 2002). Cet ke-1. Hal. 472.

76 Ahmad Toha Putra, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy Syifa’, 2000), Hal. 166.

Page 64: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

64

memberi fatwa yang benar dan akan sesat bila ia salah dalam berfatwa.77

Mufti dalam artian memberi fatwa yaitu orang yang memiliki keahlian

hukum dan dijadikan tempat bertanya dalam masalah hukum. Maksud

muhakam disini adalah orang yang memiliki keahlian hukum, diberi

wewenang untuk memberikan pertolongan kepada pihak yang

bersengketa. Mufti selaku orang yang memberi fatwa-fatwa merupakan

nama lain apa yang disebut dengan penasehat hukum. Dalam hal ini fatwa

yang boleh dimintakan fatwa meliputi seluruh bidang hukum sampai

bidang ibadah pun boleh meminta fatwa, sedangkan pada pengadilan

terbatas dalam masalah yang ada pada hak pengadilan.

Fatwa-fatwa yang diberikan oleh mufti walaupun tidak merupakan

putusan hakim tetapi dia merupakan petunjuk-petunjuk dan merupakan

majlis pertimbangan. Lembaga-lembaga fatwa itu memberi fatwa dan

mengeluarkan pendapat baik masalah-masalah yang diajukan oleh

perorangan ataupun yang dikemukakan oleh instansi-instansi resmi.

Dari uraian tersebut dapat kita tarik benang merahnya bahwa, perbedaan fatwa

dan qadha sebagai putusan hakim adalah; pertama mufti bisa menolak untuk

memberikan fatwa mengenai hal yang dimintakan fatwa kepadanya, sedangkan

peradilan (qadha) tidaklah demikian, tetapi harus memutuskan, artinya tidak boleh

77 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001). Jilid III, Hal. 430.

Page 65: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

65

menolak para pihak yang mengajukan mohon keadilan, sekalipun dengan alasan

bahwa aturan hal tersebut belum ada. Kedua Qadha itu dasarnya adalah fakta

(kenyataan) yang dicari hakim, jadi hakim memutuskan berdasarkan fakta.

Sedangkan fatwa berdasarkan ilmu (pengetahuan), yakni mufti memberi fatwa

berdasarkan ilmu yang di miliki mufti. Ketiga, kalau putusan hakim harus dituruti

atau mempunyai daya paksa yakni negara bisa memaksakan putusan itu untuk

dilaksanakan. Sedangkan fatwa tidak harus orang mengikutinya. Keempat, fatwa itu

tidak boleh dibatalkan, sedangkan putusan bisa di batalkan oelh tingkat yang lebih

tinggi.78

Dengan melihat beberapa penjelasan dari keempat istilah tersebut wakalah,

muhamah, muhakam, dam mufti pada hakikatnya mempunyai tujuan yang sama yaitu

demi menyelesaikan masalah-masalah hukum.

C. ANALISIS PENULIS

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan

secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Perinsip Negara hukum

menuntut antara lain adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan

hukum. Oleh karena itu, undang-undang dasar juga menentukan bahwa setiap orang

berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta

pengakuan yang sama di hadapan hukum.

78 Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia (Jakarta : Kencana 2006), Hal. 3-4.

Page 66: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

66

Advokat sebagai profesi yang mulia atau officium nobile memiliki kebebasan

dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini diartikan bahwa advokat tidak terikat pada

hirarki birokrasi. Selain itu, advokat juga bukan merupakan aparat negara sehingga

advokat diharapkan mampu berpihak kepada kepentingan masyarakat atau

kepentingan publik.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka kedudukan sosial dari advokat

yang demikian itu telah menimbulkan pula tanggung jawab moral bagi advokat yang

bukan hanya bertindak sebagai pembela konstitusi namun juga bertindak sebagai

pembela hak asasi manusia, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak publik. Akibat

dari adanya tanggung jawab moral yang melekat pada status profesinya maka advokat

memiliki lima (5) dimensi perjuangan ideal79 yaitu sebagi berikut :

1. Dimensi kemanusiaan, yang diartikan bahwa walaupun advokat menerima

imbalan honorium atau legal fee dalam melakukan pekerjaannya namun

pada dasarnya advokat harus tetap berpedoman dan mengahargai nilai-nilai

kemanusiaan khususnya dalam melakukan pembelaan terhadap keliennya.

Dalam melakukan pembelaan maka harus didasarkan pada motivasi aspek

kemanusiaan;

79Sumber:http://www.m2sconsulting.com/webs/index.php?option=com_content&view=article&id=27:kewajiban-pemberian-bantuan-hukum-oleh-advokat-dalam-kedudukannya-sebagai-officium-nobile-&catid=38:law&itemid=25. tanggal 24 Maret 2010. 16:45

Page 67: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

67

2. Dimensi pertanggungjawaban moral, yang diartikan bahwa advokat dalam

melakukan pembelaan kepada kliennya harus selalu melihat dan

mempertimbangkan dua hal pokok, yaitu adanya ketentuan hukum yang

menjadi dasar dalam melakukan pembelaan dan adanya dasar moral serta

etika. Berkaitan dengan hal tersebut maka hak atau kepentingan hukum dari

klien yang di belanya maka tidak boleh bertentangan dengan moralitas

umum atupun etika profesi yang wajib di junjung lebih tinggi;

3. Dimensi kebebasan, kemandirian dan independensi profesi, hal ini diartikan

bahwa advokat ditantang untuk selalu memperjuangkan tegaknya profesi

yang mandiri, bebas dan independen dari intervensi kekuasaan dalam

melakukan pembelaan terhadap kliennya. Oleh karena itu, maka untuk

mendukung dimensi yang ketiga tersebut dibutuhkan organisasi advokat

yang kuat serta memiliki kode etik termasuk memiliki kapabilitas untuk

membina dan manjaga kedisiplinan anggota profesinya ;

4. Dimensi pembangunan negara hukum, yang diartikan bahwa profesi

advokat dapat diimplementasikan secra ideal apabila proses penegakan

hukum juga telah berjalan secara ideal. Dengan perkataan lain, bahwa

advokat memiliki kepentingan demi profesi hukumnya dan demi

kepentingan kliennya. Oleh sebab itu maka perlu untuk di bangun esensi

dari sebuah negara hukum yang ideal ;

Page 68: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

68

5. Demensi pembangunan demokrasi, yang diartikan bahwa suatau negara

hukum bagaimana yang diuraikan dalam dimensi keempat hanya dapat

dilaksanakan selaras dengan pembangunan demokrasi. Ibarat suatu mata

uang maka antara pembangunan hukum dan pembangunan demokrasi

dapat saling memiliki relasi. Demokrasi hanya dapat ditegakkan apabila di

dukung oleh negara yang berdasarkan hukum dalam hal mana menjunjung

supremasi hukum. Demokrasi akan berubah manjadi anarki apabila tidak

didukung oleh hukum. Sebaliknya, negara hukum tanpa demokrasi akan

menciptakan suatu negara yang bertipikal penindas.

Menurut analisis penulis selain dalam proses peradilan, peran advokat juga

terlihat di jalur profesi di luar pengadilan. Kebutuhan jasa hukum advokat di luar

proses peradilan pada saat sekarang semakin meningkat, sejalan dengan semakin

berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat terutama dalam memasuki kehidupan

yang semakin terbuka dalam pergaulan antar suku, ras, bangsa dan negara. Melalui

pemberian jasa konsultasi, negosiasi maupun dalam pembuatan kontrak-kontrak

dagang, profesi advokat ikut memberi sumbangan berarti bagi pemberdayaan

masyarakat serta pembaharuan hukum nasional khususnya di bidang ekonomi, hukum

dan perdagangan, termasuk dalam menyelesaikan sengketa di luar pengadilan.

Dalam hukum islam istilah advokat dikenal dengan beberapa macam

pengertian karena memang dalam hukum islam sejauh pengetahuan penulis tidak

menemukan adanya istilah khusus tentang advokat namun dari segi fungsi dan

Page 69: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

69

peranannya terhadap masyarakat dan negara memiliki makna yang sama dengan

istilah wakalah, muhammah, mufti dan muhakam. Yang semua itu sama tujuannya

utnuk menegakkan keadilan dan kemaslahatan serta keseimbangan.

Page 70: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan lahirnya Undang-undang No 18 Tahun 2003 tentang Advokat,

dengan sendirinya pengakuan terhadap eksistensi advokat, khususnya

organisasi advokat semakin jelas, sebagaimana yang diamanatkan oleh

undang-undang tersebut, bahwa organisasi advokat dalam waktu dua tahun

setelah lahirnya undang-undang ini harus terbentuk. Seperti dijelaskan pada

pasal 28 ayat (1) UU No 18 Tentang Advokat bahwa organisasi advokat

merupakan satu-satunya wadah profesi advokat yang bebas dan mandiri

yang dibentuk sesuai dengan ketentuan undang-undang, dengan maksud

dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi advokat, dan untuk

sementara tugas dan wewenang organisasi advokat sebagaiman yang

dimaksud dalam undang-undang ini dijalankan bersama oleh Ikatan

Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan

Penasehat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara

Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan

Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal

(HKHPM), dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI). Hal ini

memberikan penegasan terhadap para advokat untuk bergabung dengan

salah satu dari organisasi advokat yang ada dalam undang-undang tersebut.

70

Page 71: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

71

2. Tiap profesi termasuk advokat menggunakan sistem etika terutama untuk

menyediakan struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan

menyediakn garis batas tata nilai yang bisa dijadikan acuan para

professional untuk menyelesaikan dilematik etika yang dihadapi saat

manjalankan fungsi pengembangan profesinya sehari-hari. Hal ini

menyatakan bahwa kode etik ibarat kompas yang meberikan atau

menunjukan arah bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral

profesi di dalam masyarakat. Bahwa fungsi dan tujuan kode etik untuk

menjunjung tinggi martabat profesi dan menjaga atau memelihara

kesejahteraan para anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan

untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan

materil para anggotanya. Dengan ini terlihat bahwa kode etik profesi adalah

seperangkat kaedah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam

mengembankan suatu profesi. Prosedur hukum bagi advokat dalam

berperaktek atau beracara di pengadilan agama adalah berkaitan erat

dengan aturan baku yang ditetapkan Hukum Acara Peradilan Agama dan

Kode Etik Advokat Indonesia yang telah diatur dalam undang-undang No

18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Dengan demikian Kode Etik Advokat Indonesia adalah sebagai hukum

tertinggi dalam menjalankan profesinya, yang menjamin dan melindungi

namun membebenkan kewajiban kepada setiap advokat untuk jujur, dan

Page 72: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

72

bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien,

pengadilan, negara atau masyarakat terutama kepada dirinya sendiri.

3. Aktifitas advokat ketika membela kliennya, merupakan cara tersendiri

dalam rangka mewujudkan rasa kemanusiaan sesamanya, ini berarti

merupakan aplikasi antara hak dan kewajiban dalam kedudukannya selaku

manusia pada umumnya. Disamping itu eksistensi advokat jika di lihat dari

unsur-unsur penegak hukum maka ia mempunyai tempat yang sama dengan

hakim dan penegak hukum lainnya dalam upaya mencari dan menegakkan

keadilan. Pemberian jasa bantuan hukum merupakan kewajiban moral

seorang advokat. Dan peran utama seorang advokat dalam menerima atau

mengajukan gugatan untuk dan atas nama kliennya terlebih dahulu harus

mengupayakan Islah (mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa).

Status hukum advokat dalam tinjauan hukum islam adalah Mubah

(perbuatan yang boleh dipilih), karena dalam surat An-Nissa ayat 135 yaitu:

☺ ⌧

⌧ ☺ ☺

Page 73: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

73

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nissa 135).

Bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk menjadi orang yang benar-benar

penegak keadilan. Maksud ayat tersebut adalah wajib menegakkkan keadilan,

namun menjadi orang-orang yang benar penegak keadilan itu adalah orang yang

punya keahlian khusus yaitu para penegak hukum. Salah satunya advokat. Yang

mana profesi advokat merupakan salah satu profesi yang menjadi pilihan

seseorang dalam menegakkan keadilan.

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari kajian ini maka penulis memberi saran kepada

pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut :

1. kepada masyarakat yang bersengketa, alangkah baiknya

menyelesaikan dahulu permasalahan yang ada dengan cara

kekeluargaan dengan berdamai terlebih lagi masalah keluarga,

sebelum memprosesnya kepengadilan baik langsung atau

menggunakan jasa bantuan hukum dari advokat.

Page 74: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

74

2. advokat dalam melaksanakan profesinya sebagai pemberi jasa bantuan

hukum kepada masyarakat, hendaklah mengikuti kode etik profesi

advokat dan norma-norma agama, sehingga tidak diskriminatif dalam

penyelesaiian suatu perkara. Dan dapat bersikap dan melihat semua

permasalahan dengan cara yang obyektif dalam mencari kebenaran

dan menegakkan keadilan.

3. Keadvokatan perlu disosialisasikan dengan kitab-kitab, khutbah ju’at,

pengajian dan lian-lain.

4. keadvokatan perlu dilaksanakan dalam kurikulum fiqih, tsanawiyah

dasn aliyah.

Page 75: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta : Departemen Agama RI, 1994

Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim (Hadist Yang Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim), Bandung : Jabal, 2008.

Al As-Shabuni, Muhammad, tt, Mukhtashor Tafsir Ibnu Kasir Jilid 1, Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Jajiri, Abdurahman, Al-Fiqh ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, Beirut : Daar Al-fikr, 1989.

Ali, H, Zainuddin Prof., Dr., M.A. Hukum Islam (Pengantar Hukum Islam Di Indonesia). Jakarta : Sinar Grafika, 2006.

Ali Muhammad Daud, Hukum Islam(Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia), Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006.

Al-zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus : Daar al-Fikr, 1989.

Amin Ahmad, tt, Etika Ilmu Akhlak, Jakrta: Bulan Bintang.

Aini Noryamin, “Penggunaan jasa pengacara dalam kasus penceraian : studi kasus di PA Jaksel, “ AHKAM VI, No 14 2004.

Ash Shiediqy T.M Hasby, Al-Islam, Cet, ke-1 Jakarta: Bulan Bintang, 1952.

Aziz Dahla, Abdul. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 3, Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve, 1999.

Bisri, Cik Hasan, MS, Bunga Rampai Peradilan Islam Di Indonesia, Bandung: Ulul Albab Press, 1997.

BAMUI dan Takaf, Arbitrase Islam di Indonesia, Jakrta: PT Raja Grafindo, 1986.

Darmodihardjo, Dardji dan Sidharta, Pokok-pokok Filsapat Hukum, Jakarta: PT Gramedia Utama, 2000.

Djalil, Basiq, Peradilan Agama Di Indonesia, Jakarta : Prenada Media Group, 2006.

Faturrahman, Hadist-hadist Tentang Peradilan Agama, Jakarta : Bulan Bintang 2007.

75

Page 76: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

76

Hallaq Wael B, Sejarah Teori Hukum Islam, Jakrta: Raja

Grafindo Persada, 2001.

Hasan, M Ali, studi Islam: Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta : Raja Grafindo Persada 2000.

Kadafi, Binziad et.al., Advokat Indonesia Mancari Legitimasi, Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2002.

Karim, Helmi, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada 2002.

Karim, Helmi M A, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Kompas, 29/3/2000, Rony Nitibaskara, dalam tulisan “Sang Pengacara”

Marjono H. Hartono, Menegakkan Syari’at Islam Dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung, Mizan, 1997.

Muhammad, Abdulkadir, etika Profesi Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006.

Pandu Yudha, Klien dan Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini, Jakarta, PT Abadi, 2001.

Prodjohamidjojo Martiman, Penasehat dan Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982.

Pangalibuan Luhut M.P., Advokat dan Contempt of Court: Suatu Proses di Dewan Kehormatan Profesi, Jakarta: Djambatan, 2002.

Projodikoro Wirjono, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sumur Bandung, 1978.

Rambe Ropuan, Tehnik Peraktek Advokat, Grasindo, Jakarta, 2001.

Rosyadi, Rahmat, Drs., SH., dan Hartini, Sri, SH., Advokat dan Perpektif Islam dan Hukum Positif. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.

Rahman l. Doi A, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), Jakrta: Raja Grafindo Persada 2002.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, Bandung : Al-Ma’arif, 1993.

___________ Al Fiqhussunnah, Bairut : Darul Kutub, 1971.

Page 77: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3996/1/MUHAMMAD... · Usaha Negara. Ia juga menjadi pasilitator dalam mencari kebenaran,

77

Salam, Madkur, Muhammad, Peradilan Damai Islam, Surabaya : PT Bina Ilmu, 1979.

Salim, Abdul Mu’in, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an, Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2002.

Silaban, Sintong, Advokat Muda Indonesia: Dialog Tentang Hukum, Politik, Keadilan, HAM, Profesonalisme Advokat dan Lika-liku Keadvokatan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992.

Syarifuddin, Amir, Prof., Dr. MA., Ushul Fiqh jilid II, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.

Sumitro Warkum, Asas-asas PerbankanIslam dan Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI & TAKAFUL) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Toha Putra, Ahmad. Al-Qur’an danTerjemahnya, Semarang : Asy-Syifa, 2000.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama.

Winata, Hendra, Frans, SH., Advokat Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995.