bab 1 pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Museum adalah lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan serta
segala aktifitas yang dilakukannya adalah sebagai bentuk pelayanan kepada
masyarakat. Museum bukan sekedar tempat untuk menyimpan benda koleksi
bersejarah saja namun memiliki tugas lain yaitu mengumpulkan, melestarikan,
meneliti, memamerkan serta mengkomunikasikan kepada masyarakat dengan
tujuan bagi studi maupun kesenangan. Sebagai bagian dari pranata sosial, museum
juga berfungsi sebagai media pendidikan mengenai perkembangan alam dan
budaya manusia kepada publik, karena pada hakikatnya museum adalah milik
komunitas, etnis atau bangsa. Dari museum dapat diketahui pula asal-usul sejarah
dan budaya, bahkan identitas suatu komunitas atau bangsa.
Di museum, masyarakat dapat berekreasi sekaligus mendapatkan
informasi mengenai ilmu dan kejadian-kejadian bersejarah dalam kehidupan
manusia dan lingkungan. Menurut Ambrose dan Crispin (1993) pada dasarnya
museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban
manusia. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek kebudayaan tidak pernah lepas
dari pengamatan manusia. Museum berperan sebagai wahana yang memiliki peran
strategis terhadap penguatan identitas masyarakat dan bangsa. Museum dapat
memberikan gambaran tentang sebuah peradaban budaya daerah, baik dari masa
zaman purbakala hingga zaman modern. Kesadaran akan identitas masyarakat
atau bangsa terhadap perkembangan budaya dapat dicerminkan dari antusiasme
masyarakat terhadap perkembangan museum.
2
Melalui berbagai konferensi tingkat internasional yang salah satunya
adalah ICOM mulai tercetuslah berbagai wacana tentang “the museum as an
agent of social change” (atau pembangunan di Indonesia); dan juga tentang “the
role of museums in construction of national identities”, “heritage and museums:
shaping national identity”, “museums and the making of ourselves”, dan banyak
lagi tema-tema senada. Museum memiliki peran strategis dalam pembangunan
karakter bangsa dan sering disebut sebagai agent of social change. Melalui
museum diharapkan masyarakat memiliki rasa menghargai dan melestarikan
warisan sejarah di masa silam. Museum juga menjadi cermin identitas suatu
bangsa dan inspirasi bagi masyarakat.1
Perkembangan museum tidak hanya memencerminkan perubahan-
perubahan pada lingkungan. Museum tidak hanya bergerak di sektor budaya dan
pariwisata namun juga bergerak di sektor ekonomi, sosial, politik dan lain-lain.
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik berdampak
secara signifikan pula dalam pengelolaan museum. Nampak perubahan pada
program dan aktifitas yang diselenggarakan oleh museum. Pada sebagian daerah
terdapat museum yang survive namun ada pula yang mengalami kemunduran,
terlebih dengan kondisi museum-museum di Indonesia yang memprihatinkan.
Kondisi museum saat ini juga masih dipersepsikan oleh pengelola hanya
sebagai tempat mengumpulkan, menyimpan, merawat dan menyajikan benda
sejarah dan budaya saja. Sebagian besar masyarakat fungsi museum dipersepsikan
sebagai gedung tempata penyimpanan benda kuno bernuasa mistis serta tidak
1 Direktorat Museum Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2008. Laporan Kegiatan Seminar
Reposisi Museum Indonesia.
3
menarik. Padahal bila mengacu pada fungsinya hal tersebut jelas kontradiktif.
Aspek-aspek kebijakan, kompetensi SDM, otonomi daerah, sarana dan fasilitas
yang kurang memadai semakin menambah kompleksnya masalah yang dihadapi
museum di Indonesia. Keadaan ini berdampak pula terhadap nilai-nilai museum
sebagai area publik. Museum sebagai area publik yang diharapkan mampu
menjadi wadah segala aktifitas kreatif masyarakat. Museum berperan sebagai
media imajinasi dan sumber inspirasi yang dapat membangun daya pikir
masyarakat dalam mewujudkan reaktualisasi budaya.
Museum memiliki peran strategis dalam segala aspek kehidupan bangsa.
Melalui perencanaan yang strategis pula maka museum dapat mewujudkan
perannya dalam memberikan kontribusi yang unik terhadap nilai-nilai yang ada di
komunitas (Anderson’s,2004). Museum memberikan manfaat dalam
perkembangan budaya serta edukasi. Oleh karena itu untuk menempatkan posisi
museum pada posisi strategis diperlukan gerakan bersama untuk melakukan
revitalisasi. Revitalisasi harus terbangun pada semua tataran komponen
masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala lokal, regional, nasional bahkan
internasional.
Melihat kondisi museum di Indonesia maka setidaknya terdapat empat
aspek yang harus direposisi yaitu menyangkut aspek kebijakan, aspek manajemen,
aspek fisik dan pencitraan. Melalui kebijakan Presiden Republik Indonesia maka
pada tahun 2010 sampai 2011 memprioritaskan revitalisasi museum di 33
propinsi. Secara teknis program tersebut diusung oleh Kementrian Kebudayaan
dan Pariwisata dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala dan
4
Direktorat Museum yang memiliki wewenang melakukan pembinaan teknis
museum di Indonesia.
Pemerintah merealisasikan program revitalisasi museum untuk
mengembalikan nilai-nilai penting museum dalam kehidupan masyarakat yang
mulai terdegradasi. Revitalisasi museum merupakan momentum awal Gerakan
Nasional Cinta Museum. Pemanfaatan dan pengelolaan museum mulai menjadi
perhatian lebih semenjak Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dijabat oleh Ir. Jero
Wacik, SE. Pada tahun tanggal 30 Desember 2009. Pada tahun 2012 terjadi
transisi kedudukan Direktorat Jendral Kebudayaan dari lingkungan Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Meskipun terjadi masa transisi kedudukan pada lingkungan kementrian, Gerakan
Nasional Cinta Museum termasuk didalamnya terdapat program revitalisasi
museum tetap dilanjutkan karena alasan politis serta karena gerakan ini
memberikan dampak nyata bagi dunia permuseuman.
Hal ini juga dipertegas oleh Wiendu Nuryanti selaku Wakil Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang ditulis dalam
pernyataannya adalah sebagai berikut.
“Perkembangan permuseuman di Indonesia cukup baik. Terbukti, sejak 2 tahun lalu saya melihat animo masyarakat yang mulai melirik museum sebagai salah satu tempat favorit yang layak dikunjungi. Sehingga jumlah pengunjung museum secara otomatis mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jadi saya rasa, upaya yang dilakukan pemerintah untuk membangun citra museum cukup berhasil. Salah satunya dengan menetapkan Tahun Kunjung Museum dan Gerakan Nasional Cinta Museum yang telah dicanangkan sejak tahun 2010.” ( www.politikindonesia.com pada tanggal 23 November 2012)2
2 www.politikindonesia.com diakses pada tanggal 23 November 2012, pukul 10.00 WIB.
5
Gerakan Nasional Cinta Museum merupakan kebijakan yang bertujuan
untuk menyegarkan kembali museum agar senada dengan perkembangan
masyarakat dan lingkungannya. Gerakan Nasional Cinta Museum merupakan
upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku kepentingan dan pemilik
kepentigan daam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna memperkuat
apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan kebudayaan.
Tujuan dari Gerakan Nasional Cinta Museum dalam meningkatkan
kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai penting budaya bangsa harus
didukung dengan peningkatan kualitas pelayanan museum. Peran dan posisi
museum difokuskan pada aspek internal maupun eksternal. Aspek internal lebih
kepada revitalisasi fungsi museum dalam rangka penguatan pencitraan melalui
pendekatan konsep manajemen yang terkait dengan fisik dan non fisik. Aspek
eksternal lebih kepada konsep kemasan program yaitu menggunakan bentuk
sosialisasi dan kampanye pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder.3
Revitalisasi museum sebagai bagian aspek internal GNCM harus disusun
dengan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang dinamis. Melalui
revitalisasi museum diharapkan pula museum dapat memberikan pelayanan
semaksimal mungkin bagi masyarakat. Museum masa kini multifungsi sehingga
keberadaannya pun juga tidak hanya berdiri sendiri. Antar museum harus
memiliki sistem jaringan hubungan kerja dalam bidang pendidikan kebudayaan
yang sifatnya tidak hanya nasional namun juga internasional.
3 -----------, 2011. Revitalisasi Museum. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jendral Sejarah dan Purbakala. Yogyakarta: Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
6
Revitalisasi museum perlu dilakukan mengingat masih banyak museum di
Indonesia yang masih konservatif dan kurang menarik untuk dikunjungi. Tujuan
revitalisasi museum adalah upaya untuk mewujudkan museum di Indonesia yang
dinamis dan berdaya guna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan
pemanfaatan museum.4 Melalui revitalisasi museum, pemerintah mengharapkan
adanya peningkatan kualitas museum-museum Indonesia dari aspek-aspek yang
telah ditentukan.
Implementasi revitalisasi juga telah diatur strateginya oleh pusat yang
dituangkan dalam Rencana Aksi Revitalisasi Museum Indonesia tahun 2010-
2014. Dokumen ini menjadi acuan revitalisasi bagi museum-museum yang telah
ditunjuk oleh pusat. Tercantum pula tujuan revitalisasi museum secara rinci
yaitu:5
1. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum.
2. Mewujudkan museum yang mampu menginspirasi masyarakat untuk
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
3. Menjadikan museum sebagai pranata sosial yang mampu
membangkitkan kebanggaan dan memperkukuh jati diri bangsa.
Tujuan di atas menjadi pemacu pemerintah untuk mengimplementasikan
revitalisasi museum. Secara tegas Wiendu Nuryantiselaku Wakil Menteri
Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga
menjelaskan urgensi revitalisasi museum yaitu sebagai berikut.
4 -----------, 2010. Pokok-pokok Blueprint dan Rencana Aksi Revitalisasi Museum Indonesia 2010-
2014. PT Hutamacipta Konsultindo 5 Catatan kaki sama dengan No.1, hal:3
7
“Image museum yang terbangun di mata masyarakat masih negatif. Tempat penyimpanan benda-benda bernilai sejarah itu kerap dilekatkan dengan stigma ketinggalan jaman, kuno, suram dan bahkan angker. Minat masyarakat untuk menjadikan museum sebagai tempat wisata sekaligus menimba pengetahuan masih sangat rendah. Paradigma seperti ini harus diubah. Museum mesti direvitalisasi.” (www.politikindonesia.com pada tanggal 23 November 2012)6
Revitalisasi museum dilakukan tidak hanya untuk kepentingan
peningkatan jumlah pengunjung saja namun dititikberatkan pada upaya
pemerintah mengajak masyarakat untuk mengapresiasi budaya serta sejarah
bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran pandangan publik saat
ini dengan pandangan publik mengenai museum pada tahun 1990an. Direktorat
Permuseum telah mengkaji bahwa pada tahun 1990an beberapa kelompok
masyarakat masih memandang bahwa museum sebagai suatu tempat yang
bernuansa statis, berpandangan konservatif dan digunakan untuk menyimpan
barang-barang kuno sebagai bentuk kekaguman. Namun seiring perkembangan
zaman museum tidak lagi dipandang secara konvensional. Dimana museum hanya
dijadikan tempat untuk menyimpan koleksi barang-barang antik, namun kini
peranan museum terkait dengan kehidupan.
Setiap daerah di Indonesia memiliki kewenangan untuk mengelola
museum sebagai wisata budaya yang dapat mendorong peningkatan PAD bagi
daerahnya. Hal ini telah diatur dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan. Setiap daerah di Indonesia diberikan kewenangan untuk
mengembangkan segala potensi kepariwisataan di daerahnya. Potensi wisata dapat
berwujud wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner maupun wisata bangunan
6 Sama dengan catatan kaki No. 4, hal:5
8
cagar budaya. Bangunan cagar budaya menjadi salah satu potensi wisata yang
harus dilestarikan dan dimanfaatkan dalam rangka menunjang pengembangan
kebudayaan nasional. Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2010 pasal 18 ayat 1,
museum merupakan tempat untuk menyimpan dan merawat Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya Bergerak yang dimiliki oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah ataupun milik setiap orang. Bangunan Cagar
Budaya tersebut harus dimanfaatkan, dilestarikan dan dikembangkan sesuai
dengan peraturan yang sudah ada.
Kegiatan pemanfaatan bangunan cagar budaya juga diatur dalam PP
Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar
Budaya. Kini pemerintah sedang merancang Rencana Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Museum yang merupakan penyempuranaan dari PP sebelumnya. RPP
tentang Museum ini disusun dalam rangka perubahan paradigma pengelolaan
museum. Melalui RPP ini diharapkan pengelolaan museum lebih mengedepankan
prinsip-prinsip komunikasi dengan pengunjung. Sehingga pengelolaan dan
pemanfaatan museum sesuai dengan tuntutan jaman.
Upaya pemanfaatan cagar budaya khususnya museum sebagai area publik
dituntut harus mampu memberikan program dan kegiatan yang bernuansa
kesenangan dan edukatif. Sehingga revitalisasi museum turut dilimplementasikan
pada Daerah Istimewa Yogyakarta yang aktif merespon program revitalisasi
museum. DIY merupakan daerah yang minim akan sumber daya alam. Akan
tetapi DIY memiliki objek wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan.
9
DIY merupakan saksi sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan. Sudah sewajarnya pula bila di DIY terdapat banyak museum.
Berikut adalah sajian tabel mengenai jumlah museum yang tersebar di DIY
Tabel 1.1 Jumlah Museum di DIY Tahun 2010
No Kabupaten/Kota
Jumlah Museum
1. Yogyakarta 17 2. Sleman 9 3. Bantul 3 4. Gunung Kidul 1 5. Kulon Progo -
Total 30 Sumber : Suwandi, dkk. 2010. hal. 10
Museum-museum tersebut adalah7:
Di Kota Yogyakarta :
1. Museum, Sonobudoyo Unit I yang berlokasi di Jalan Trikora, Alun-Alun
Utara Keraton Yogyakarta
2. Museum Sonobudoyo Unit II yang berlokasi di Ndalem Cokrokiranan,
Jalan Wijilan, Kota Yogyakarta
3. Museum Batik Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Dr.Sutomo, Yogyakarta
4. Museum Keraton Ngayogyakarta dan Museum Kereta yang berlokasi di
dalam Keraton Yogyakarta
5. Museum Puro Pakualaman yang berlokasi di Jalan Sultan Agung,
Yogyakarta
6. Museum Biologi UGM yang berlokasi di Jalan Sultan Agung No.22,
Yogyakarta
7 Suwandi, dkk. 2010. Booklet Museum di Yogyakarta Jendela Memaknai Peradaban Zaman.
Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
10
7. Museum Dewantara Kirti Griya yang berlokasi di Jalan Taman Siswa 31,
Yogyakarta
8. Museum Gembiroloka yang berlokasi di Jalan Kebunraya, Yogyakarta
9. Museum RS. Mata “Dr. Yap” yang berlokasi di Jalan Cik Di Tiro No.5,
Yogyakarta
10. Museum Bahari yang berlokasi di Jalan E. Martadinata 69 Wirobrajan,
Yogyakarta
11. Museum Anak Kolong Tangga yang berlokasi di Teras Lantai II, Taman
Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedari , Yogyakarta
12. Museum Benteng Vredeburg yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani
13. Museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama yang
berlokasi di Jalan HOS. Cokroaminoto, Tegalrejo, Yogyakarta
14. Museum Perjuangan Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono
No.24, Yogyakarta
15. Museum Pusat TNI AD “Dharma Wiratama” yang berlokasi di Jalan
Jendral Sudirman No.75, Yogyakarta
16. Museum Sasmitaloka Pangsar Jendral Sudirman yang berlokasi di Jalan
Bintaran Wetan No. 3, Yogakarta
17. Museum Sandi, Gedung Museum Perjuangan Yogyakarta (Lantai 1),
Yogyakarta
Di Kabupaten Sleman:
1. Museum Seni Lukis Affandi yang berlokasi di Jalan Solo, Depok, Sleman
11
2. Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa di Jalan Wulung,
Papringan, Depok, Sleman
3. Museum Ullen Sentalu yang berlokasi di Jalan Boyong, Pakem, Sleman
4. Museum Wayang Kekayon yang berlokasi di Jalan Wonosari Km 7,
Sleman, Yogyakarta
5. Museum Geoteknologi Mineral yang berlokasi di Kompleks Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” di Jalan Babarsari No.2, Tambakbayan,
Yogyakarta
6. Museum Monumen Yogya Kembali yang berlokasi di Jongkang,
Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
7. Museum Pergerakan Wanita Indonesia, Kompleks Mandala Krida Bakti
Wanitatama yang berlokasi di Jalan Laksda Adisutjipto No.88, Yogyakarta
8. Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” yang berlokasi di Lanud
Adisucipto, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
9. Museum Pusat TNI Angkatan Udara yang berlokasi di Kompleks AAU,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
Di Kabupaten Bantul :
1. Museum Tembi Rumah Budaya Tembi berlokasi di Jalan Parangtritis Km
8,4, Bantul
2. Museum Tani Jawa Indonesia yang berlokasi di Bantul
3. Museum Gumuk Pasir yang berlokasi di Parangtritis, Bantul
12
Di Kabupaten Gunung Kidul :
1. Museum Kayu Wanagama yang berlokasi di Desa Bunder, Kecamatan
Playen, Gunung Kidul
Berbagai jenis museum yang tersebar di DIY memiliki daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan. Salah satu museum yang sering dikunjungi oleh
para wisatawan lokal maupun mancanegara adalah Museum Benteng Vredeburg.
Maka dari itu Museum Benteng Vredeburg selalu dikunjungi oleh wisatawan.
Kondisi ini menjadikan Museum Benteng Vredeburg dituntut harus mampu
memberikan pelayanan yang memadai bagi para pengunjung. Berbagai pelayanan
yang ada di Museum Benteng Vredeburg mulai direvitalisasi. Hal ini juga sesuai
dengan amanat program revitalisasi museum.
Revitalisasi Museum Benteng Vredeburg penting dilakukan selain sebagai
salah satu cara agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung wisata juga dapat
memberikan manfaat edukasi sejarah bagi masyarakat utamanya para generasi
muda. Kepala Museum Benteng Vredeburg, Dra. Sri Ediningsih, M.Hum juga
menjelaskan bahwa melalui museum maka dapat menjadi sarana untuk
membangun generasi muda yang berkarakter, yang memiliki identitas dan jati diri
ke-Indonesiaan yang kuat agar nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa tidak hilang
di masa depan.
Museum Benteng Vredeburg turut mengemban tugas dan fungsinya
sebagai museum khusus perjuangan nasional bangsa Indonesia di Yogyakarta.
Sehingga tujuan dari revitalisasi Museum Benteng Vredeburg adalah untuk
mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi museum di samping
13
bersifat administratif juga bersifat teknis. Tujuan revitalisasi Museum Benteng
Vredeburg juga merujuk dari amanat program Gerakan Nasional Cinta Museum
yaitu:8
1. Terjadinya peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai
penting budaya bangsa
2. Semakin kuatnya kepedulian dan peran serta pemangku kepentingan
dalam pengembangan museum
3. Terwujudnya museum sebagai media belajar dan kesenangan yang
dinamis dan atraktif bagi pengunjung
4. Terwujudnya museum sebagai kebanggaan publik
5. Terwujudnya kualitas pelayanan museum
6. Peningkatan jumlah kunjungan ke museum
Museum Benteng Vredeburg berusaha mengimplementasikan revitalisasi
museum guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Museum Benteng
Vredeburg mulai direvitalisasi pada tahun 2011 dengan dana bantuan pemerintah
pusat. Revitalisasi dilakukan baik bagi aspek fisik maupun aspek non-fisik.
Museum benteng Vredeburg merupakan salah satu dari 33 museum di Indonesia
yang mendapatkan dana bantuan dari pusat. Sehingga seluruh rencana anggaran
dana revitalisasi masuk ke dalam APBN jika disetujui. Museum Benteng
Vredeburg direvitalisasi secara bertahap dan didanai oleh pusat. Alasan lain
perlunya Benteng Vredeburg perlu direvitalisasi adalah sebagai berikut:
8 -----------,2010 Slide ppt Kebijakan Direktorat Museum. Direktorat Museum, Direktorat Jendaral
Sejarah dan Purbakala, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2010
14
1. Museum Benteng Vredeburg Berstatus Sebagai Museum Negeri
Setelah mengalami perubahan politik maka pemuseuman di Indonesia juga
turut mengalami perubahan. Perubahan terus berlangsung semenjak masa
reformasi hingga akhirnya pada tahun 2012 Museum Benteng Vredeburg berada
di bawah Direktorat Jendral Kebudayaan di lingkungan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Namun sebelumnya pada masa transisi menjelang pengalihan
kedudukan dari Kementrian Pariwisata ke Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Museum Benteng Vredeburg pernah berada di bawah Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kini Museum Benteng Vredeburg berada di bawah naungan Kementrian
Pendidkan dan Kebudayaan. Hal ini juga sesuai dengan isi UU Nomor 11 Tahun
2010 tentang Cagar Budaya. Pada Bab IV pasal 13 dijelaskan bahwa kawasan
cagar budaya hanya dapat dimiliki dan atau dikuasai oleh negara, kecuali yang
secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat hukum adat. Serta pada pasal 15
dijelaskan bahwa cagar budaya yang tidak diketahui kepemilikannya dikuasai oleh
negara. Sesuai dengan pasal tersebut dapat dilihat bahwa bangunan Museum
Benteng Vredeburg merupakan bangunan kuno peninggalan masa colonial
Belanda. Setelah Indonesia merdeka maka bangunan tersebut menjadi bangunan
cagar budaya milik negara.
Hingga kini status dari Museum Benteng Vredeburg adalah museum
negeri. Hal ini telah disesuaikan dengan kebijakan terkini yaitu Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.34/OT.001/MKP-2006, tepatnya pada
tanggal 7 September 2006 disebutkan bahwa Museum Benteng Vredeburg
15
Yogakarta merupakan museum khusus merupakan Unit Pelaksanan Teknis di
lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.9 Meskipun Museum
Benteng Vredeburg berada dalam lingkungan departemen yang mengalami
perubahan nama dan susunan hirarki instansti terkait. Museum Benteng
Vredeburg tetap menjadi UPT dari tahun 1992 hingga saat ini (tahun 2013),
sehingga statusnya adalah museum negeri. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
museum di dukung dengan dana APBN.
Sesuai dengan statusnya sebagai museum negeri maka Museum Benteng
Vredeburg menjadi salah satu museum yang harus mengimplementasikan
kebijakan Gerakan Nasional Cinta Museum. Salah satu kegiatan dari Gerakan
Nasional Cinta Museum adalah revitalisasi. Melalui revitalisasi Museum Benteng
Vredeburg maka diharapkan museum mampu memberikan pelayanan maksimal
kepada publik agar semakin menarik pengunjung datang dan datang lagi kembali.
2. Museum Benteng Vredeburg Tergolong Museum Khusus
Museum Benteng Vredeburg merupakan museum khusus sejarah
perjuangan nasional bangsa Indonesia di Yogyakarta.. Museum Benteng
Vredeburg telah identik dengan Kota Yogyakarta. Yogyakarta pernah menjadi
saksi sejarah yaitu sebagi ibukota Kesultanan Yogyakarta serta ibukota Negara
Republik Indonesia pada tahun 1946 yang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah
Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Kompleks Benteng Vredeburg akan mengemban kesatuan fungsi yang
jelas yang mendukung misi dan sasaran yang khas sehubungan dengan nilai-nilai 9 Gunawan dan Sulitya, A. 2012. Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (The
Amazing Heritage Building) 2012. Yogyakarta: Kemendikbud
16
sejarah yang dikandung oleh kota Yogyakarta. Maka dati itu Benteng Vredeburg
akan dimanfaatka sebagai museum Perjuangan Nasional yang khas dan tiada
duanya di Indonesia. 10
Benteng Vredeburg didirikan pada masa kejayaan Belanda. Bangunan
tersebut justru dibangun oleh rakyat Yogyakarta. Suatu kebanggaan tersendiri
bahwa anak bangsa pada masa itu sudah mampu membangun bangunan seindah
dan semegah Benteng Vredeburg. Pelestarian terhadap Benteng Vredeburg
sebagai museum justru untuk memberikan informasi mengenai kisah sejarah di
masa lampau bukan untuk melestarikan simbol kejayaan kolonial.
3. Kelengkapan Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Bagi museum koleksi merupakan benda yang berharga dan harus
dilestarikan, disimpan, dandilindungi keberadaannya. Benda-benda sejarah
memiliki kemungkinan masih masih dirawat oleh masyarakat. Sehingga pihak
museum berusaha mengumpulkan benda-benda tersebut untuk dirawat, disimpan,
diteliti dan dipublikasikan. Hal ini sesuai dengan dari Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.34/OT.001/MKP-2006 pada tanggal
September 2006.
Disebutkan bahwa Museum Benteng Vreberburg Yogyakarta mempunyai
tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, Koleksi yang ada di Museum
Benteng Vredeburg selain berupa bangunan itu sendiri juga berupa kisah-kisah
sejarah yang divisualisasikan dalam bentuk diorama. Selain itu juga terdapat
beberapa benda-benda peninggalan sejarah meskipun jumlahnya masih minim.
10 Catatan kaki sama dengan No.5, hal:6
17
Maka dari itu segala koleksi museum harus dilestarikan dan dilindungi agar
mampu memberikan gambaran serta informasi yang lengkap bagi para
pengunjung museum.
4. Lokasi Museum Benteng Vredeburg yang Strategis
Museum Benteng Vrederberg terletak di Jalan A. Yani 6 Yogyakarta yang
merupakan kawasan nol kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Selain itu letak
dari museum ini juga berdekatan dengan Malioboro. Lokasi yang selalu menjadi
lokasi kunjungan wajib para wisatawan. Seiring dengan perkembangan Kota
Yogyakarta maka terdapat pula komplek baru yaitu Taman Budaya Yogyakarta
dan Taman Pintar. Kondisi ke tiga lokasi pariwisata yang saling berdekatan ini
memunculkan ide untuk melakukan optimalisasi manajemen pengunjung pada
tahun 2010. Dengan memberikan kemudahan akses untuk mengunjungi ke tiga
kawasan tersebut tentunya menjadikan Museum Benteng Vredeburg harus
meningkatkan kualitas pelayanannya
5. Peningkatan Jumlah Pengunjung Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg memiliki bentuk bangunan serta koleksi yang
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Lokasi strategis Museum Benteng
Vredeburg juga menjadikannya tempat pertemuan masyarakat atau komunitas
yang nyaman dan akomodatif. Setiap tahunnya jumlah pengunjung Museum
Benteng Vredeburg mengalami peningkatan yang signifikan.Hal ini juga
dituturkan oleh Drs. Suharja Kepala Urusan Umum Museum Benteng Vredeburg:
18
“Sekarang jumlah pengunjung di Museum Benteng Vredeburg mengalami peningkatan jumlah pengunjung rata-rata sebesar 15% setiap tahunnya.” (wawancara pada tanggal 5 Desember 2012)
Pernyataan dari Bapak Suharja juga didukung dengan data jumlah
pengunjung tahun 2008, 2009,2010,2011,2012 berikut ini.
Tabel 1.2 Daftar Kunjungan Museum pada tahun 2008, 2009,2010,
2011 dan 2012
Bulan Jumlah Pengunjung 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 4.872 10.334 12.339 14.260 19.960 February 1.762 5.537 9.530 15.140 13.130 Maret 3.702 5.539 9.475 14.140 16.916 April 2.365 5.748 12.682 12.887 18.560 Mei 3.926 8.339 12.678 16.338 17.452 Juni 22.077 15.591 20.327 28.190 39.090 Juli 5.594 13.630 20.601 21.216 24.266 Agustus 4.042 4.547 6.788 4.255 9.772 September 2.367 5.428 26.933 12.975 17.749 Oktober 4.008 6.071 11.542 13.878 13.587 November 3.825 8.230 5.573 10.489 22.253 Desember 10.432 14.668 14.763 23.605 27.392 Total 68.972 103.662 163.231 187.385 240.264
Sumber: Daftar Rekaptulasi Pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Tahun 2008, 2009,2010, 2011, dan 2012. Yogyakarta: Museum Benteng Vredeburg
6. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Museum Benteng Vredeburg
Guna mendukung kegiatan yang telah diprogramkan secara administratif
maupun teknis Museum Benteng Vredeburg telah tersedia sarana dan
prasana/fasilitas yang telah tersedia. Meskipun Museum Benteng Vredeburg
sudah berusaha meyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung
apalagi menyangkut fasilitas bagi kelompok khusus. masih Dalam upaya
menjalankan tugas pelayanan publik Museum Beteng Vredeburg masih
19
mengalami beberapa kendala dalam pengadaan sarana dan prasarana. Hal ini juga
menjadi salah satu alasan perlunya revitalisasi dilakukan di Museum Benteng
Vredeburg.
7. Sumber Daya Manusia yang Sedang Berkembang
Tugas dan Fungsi Museum Benteng Vredeburg di samping bersifat
administratif juga bersifat teknis yang secara operasional mencakup
mengumpulkan, merawat, memelihara, mengawetkan, mengkaji, menyajikan,
menerbitkan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural
tentang benda bernilai sejarah, budaya, dan ilmiah11. Revitalisasi dilakukan bukan
hanya sekedar menyentuh ranah fisik saja namun juga menyentuh ke bagian
sumberdaya manusia atau tenaga kerja di Museum Benteng Vredeburg.
Sebagai ruang publik maka museum juga harus mampu memberikan
informasi sejelas-jelasnya kepada pengunjung, memberikan sapaan hangat dan
memberikan kesan ramah kepada para pengunjung. Keadaan ini harus diimbangi
pula dengan kondisi organisasi dan sarana penunjang yang memadai serta kualitas
SDM yang kompeten. Maka dari itu diperlukan pula pengembangan dan
pembinaan lebih lanjut agar kualitas SDM memenuhi tuntutan pembangunan dan
kemajuan teknologi.
Beberapa alasan yang telah disebutkan di atas merupakan landasan dari
perlunya revitalisasi bagi Museum Benteng Vredeburg. Di samping alasan-alasan
di atas, Museum Benteng Vredeburg juga menjadi salah satu target dari 5
Museum UPT yang harus direvitalisai pada tahun 2011. Kegiatan revitalisasi 11 Catatan kaki sama dengan No.5, hal 6
20
museum tersebut telah diagendakan di dalam kebijakan yang disepakati oleh
Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala dan Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata pada saat itu. Kini kegiatan revitalisasi tetap
dilanjutkan di bawah pengawasan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kegiatan revitalisasi di Museum Benteng Vrederberg dilandasi oleh
perkembangan paradigma mengenai museum masa kini. Pendekatan revitalisasi
yang dilakukan diarahkan pada kebutuhan masyarakat terhadap museum.
Sedangkan paradigma klasik cenderung mengedepankan kebutuhan akan koleksi
museum yang harus ditampilkan secara menarik bagi masyarakat.
Melalui pendekatan visitor oriented maka berpengaruh pula pada sistem
pengaturan pameran di museum. Segala bentuk penataan pameran kosleksi
museum ditata semenarik mungkin agar pengunjung datang dan datang kembali
lagi ke museum. Guna menarik pengunjung maka revitalisasi museum tidak hanya
dilakukan secara fisik saja namun juga menyangkut aspek manajemen, program,
jejaring, pencitraan dan kebijakan. Revitalisasi museum juga dilakukan dalam
upaya untuk mencapai 3 pilar kebijakan permuseuman Indonesia, yaitu:12
1. Mencerdaskan bangsa
2. Memperteguh kepribadian bangsa
3. Memperkokoh ketahanan nasional dan wawasan nusantara
Museum Benteng Vredeburg berperan sebagai sarana untuk mencapai visi
Gerakan Nasional Cinta Museum. Tugas dan Fungsi Museum Benteng Vredeburg
di samping bersifat administratif juga bersifat teknis yang secara operasional
12 http://museumku.wordpress.com/revitalisasi-museum/ diakses pada tanggal 09 Desember 2012, pukul 08.00 WIB
21
mencakup mengumpulkan, merawat, memelihara, mengawetkan, mengkaji,
menyajikan, menerbitkan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif
kultural tentang benda bernilai sejarah, budaya, dan ilmiah.
Museum Benteng Vredeburg mampu menjalankan fungsi dan tugasnya
sesuai visi Gerakan Nasional Cinta Museum apabila seluruh aspek museum sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapainya aspek museum yang
direvitalisasi oleh kegiatan Gerakan Nasional Cinta Museum meliputi aspek fisik,
aspek manajemen, aspek komunikasi pemasaran, dan aspek pencitraan maka
Museum Benteng Vrderburg juga menjalankan revitalisasi bada aspek-aspek
tersebut. Hal ini di pertegas oleh Drs. Suharja selaku Kepala Urusan Umum
Museum Benteng Vredeburg :
“…aspek yang direvitalisasi disini menyangkut 3 aspek, yaitu aspek Brainware, Hardware dan Software.” (wawancara pada tanggal 5 Desember 2012)
Upaya revitalisasi yang dilakukan oleh Museum Benteng Vrderburg dalam
mendukung Gerakan Nasional Cinta Museum sudah di mulai sejak tahun 2011.
Akan tetapi revitalisasi sebenarnya sudah dilakukan beberapa kali sebelumnya.
Namun pada masa sebelumnya lebih mengarah pada aspek fisik. Revitalisasi
Benteng Vredeburg mulai direalisasikan pada tahun anggaran 1980/1981.
Kemudian revitalisasi fisik dilakukan kembali pada tahun anggaran 1985/1986.
Pada saat itu revitalisasi juga didukung dengan Piagam Perjanjian serta
surat Sri Sultan Hamengkubuwono IX Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985
yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata ruang bagi gedung-gedung di
dalam komplek Benteng Vredeburg diijinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai
sebuah museum. Semenjak saaat itu revitalisasi secara fisik terus dilakukan
22
dengan serangkaian tahapan dari tahun anggaran 1980/1981 yang berlanjut hingga
tahun anggaran 1993/1994.
Kini arah dari revitalisasi tidak hanya menyangkut aspek fisik saja seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya namun juga menyangkut aspek SDM, program
untuk mengajak masyarakat berkunjung, jaringan permuseuman secara nasional
hingga internasional, kebijakan yang mendukung pengembagan hingga aspek
pencitraan. Museum Benteng Vredeburg telah mengaplikasikan berbagai strategi
revitaliasasi pada aspek-aspek tersebut untuk mendukung Gerakan Nasional Cinta
Museum.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana proses dan tingkat keberhasilan revitalisasi Museum Benteng
Vredeburg?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui proses dan tingkat
keberhasilan program revitalisasi Museum Benteng Vredeburg. Melalui program
revitalisasi diharapakan Museum Benteng Vredeburg dapat menyelenggarakan
aktivitas baik secara teknis maupun secara administratif yang sesuai dengan tugas
dan fungsi Museum Benteng Vredeburg sebagai museum khusus perjuangan
nasional bangsa Indonesia di Yogakarta. Melalui identifikasi terhadap program
yang diimplementasikan maka dapat diketahui implementasi program revitalisasi
23
Museum Benteng Vredeburg yang dapat mendukung tercapainya tujuan Gerakan
Nasional Cinta Museum.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
1. Dapat lebih memahami mengenai kegiatan revitalisasi museum. Khususnya
Museum Benteng Vredeburg yang merupakan sasaran program Gerakan
Nasional Cinta Museum.
2. Dapat menghasilkan penelitian yang berkaitan dengan kegiatan revitaliasai
museum yang merupakan program langsung dari pemerintah pusat.
Bagi Pemerintah:
1. Dapat memberikan saran dan kritik dalam mengimplementasikan revitalisasi
museum.
2. Dapat membuat kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan dengan revitalisasi
museum.
Bagi Pengelola Museum:
1. Dapat memberikan saran dan kritik dalam mengimplementasikan revitalisasi
museum.
2. Dapat menjadi referensi bagi museum dalam menyelenggarakan kegiatan
harian.
24
Bagi Pembaca:
1. Dapat menambah informasi mengenai kegiatan revitalisasi museum,
khususnya pada museum yang mendukung Gerakan Nasional Cinta Museum.
2. Dapat menjadi referensi pembanding bagi kajian-kajian yang sejenis.
Bagi Ilmu Pengetahuan:
1. Dapat memberikan tambahan ilmu mengenai revitalisasi museum sebagai
pendukung Gerakan Nasional Cinta Museum.