bab 1 matriks & determinan
TRANSCRIPT
12
Bab 1. Matriks & Determinan
1. 1. Pengertian Dasar
Suatu matriks didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari entri-entri yang disusun
secara persegi panjang (menurut baris dan kolom) yang diletakkan di dalam tanda kurung
siku atau kurung biasa.
Entri-entri dari suatu matriks dapat berupa bilangan riil atau kompleks, variabel-
variabel ataupun operator-operator dan sebagainya.
Banyaknya baris dan kolom menyatakan ukuran atau ordo dari matriks yang
bersangkutan. Pandang matriks A yang diberikan oleh :
A = .
Karena matriks A di atas mempunyai m baris dan n kolom, maka matriks A dikatakan
berukuran m x n. Untuk menyingkat penulisan matriks A di atas, sering juga dituliskan
dengan notasi A = (aij), i = 1, 2, …, m dan j = 1, 2, …, n, dengan aij menyatakan entri dari
matriks A pada baris ke–i dan kolom ke–j.
Contoh :
Pandang matriks,
A = .
Karena matriks A di atas mempunyai 3 buah baris dan 3 buah kolom, maka dikatakan matriks
A tersebut berukuran 3 x 3, sedangkan entri-entrinya : a = 1, a = 2,
a = 3, a = 0, a = 4, a = 2, a = –1, a = 5 dan a = 0.
12
Soal Latihan:
Diberikan matriks
A = (aij) = .
Tentukanlah : a ) ukuran matriks A
b ) baris 1, baris 3, kolom 2, kolom 4 dan kolom 5
c ) a14, a21, a23, a32, dan a34.
1. 2. Beberapa Jenis Matriks Khusus
Di dalam membahas matriks ini, sebenarnya banyak sekali jenis matriks yang dapat
kita pelajari. Namun pada tulisan ini hanya akan diberikan beberapa jenis saja sesuai dengan
kebutuhan pembahasan kita. Jenis-jenis matriks khusus tersebut diantaranya :
1. Matriks bujur sangkar
yaitu suatu matriks dimana banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom. Jika
matriks bujur sangkar banyaknya baris (= banyaknya kolom) = n, dikatakan matriks
tersebut berukuran n x n (berordo n). Barisan entri a11, a22, …, ann dari matriks A = ( aij )
yang berordo n disebut diagonal utama matriks A tersebut.
Contoh :
A = adalah matriks bujur sangkar berordo 2 dengan entri pada diagonal
utamanya 1 dan 0.
B = adalah matriks bujur sangkar berordo 3, dimana entri-entri pada
diagonal utamanya adalah –1, –6 dan 7.
2. Matriks Nol
12
adalah matriks dimana semua entrinya nol. Biasanya matriks nol ini dinotasikan
dengan 0.
Beberapa sifat :
a. Jika A, 0 adalah matriks-matriks yang sejenis, maka berlaku
A + 0 = 0 + A = A.
b. Misalkan A dan 0 adalah matriks-matriks dimana syarat-syarat perkalian matriks
terpenuhi, maka A0 = 0 dan 0A = 0.
Contoh :
Matriks-matriks berikut ini adalah matriks nol :
0 = , 0 = dan 0 = .
3. Matriks Diagonal
yaitu matriks bujur sangkar dimana setiap entri di luar diagonal utamanya adalah nol.
Dengan perkataan lain, matriks bujur sangkar A = (aij) adalah matriks diagonal jika aij = 0,
untuk i j.
Contoh :
A = dan B =
adalah contoh-contoh matriks diagonal.
4. Matriks Skalar
12
adalah matriks diagonal di mana setiap entri pada diagonal utamanya sama dengan
suatu skalar (bilangan) tertentu.
Contoh :
A = dan B =
adalah matriks-matriks skalar.
5. Matriks Identitas (Matriks Satuan)
adalah matriks diagonal dengan semua entri pada diagonal utamanya adalah 1.
Biasanya matriks satuan ini dinotasikan dengan I = ( ij ), dimana
ij =
notasi ij dinamakan fungsi delta Kronecker.
Kadang juga dituliskan I = In, dengan n menyatakan ukuran dari matriks yang
bersangkutan. Dengan perkataan lain, matriks identitas merupakan bentuk khusus dari
matriks skalar dengan skalar = 1.
Contoh :
I2 = dan I4 =
adalah contoh-contoh matriks identitas.
Sifat-sifat :
12
Sifat matriks identitas serupa dengan sifat bilangan 1 dalam operasi perkalian dengan
bilangan biasa, yaitu AI = A dan IA = A, dengan catatan syarat-syarat perkalian matriks
terpenuhi.
6. Matriks Segitiga Bawah
adalah matriks bujur sangkar dimana semua entri di atas diagonal utamanya sama
dengan nol. Dengan perkataan lain, matriks bujur sangkar A = ( aij ) disebut matriks
segitiga bawah jika aij = 0, untuk i j.
Contoh :
Matriks A = adalah matriks segitiga bawah.
7. Matriks Segitiga Atas
yaitu matriks bujur sangkar yang semua entri di bawah diagonal utamanya sama
dengan nol. Dengan perkataan lain, matriks bujur sangkar A = (aij) disebut matriks segitiga
atas jika aij = 0, untuk i j.
Contoh :
A = merupakan matriks segitiga atas.
8. Matriks Simetris
adalah matriks yang transposnya sama dengan dirinya sendiri. Dengan perkataan lain,
matriks A = (aij) adalah matriks simetris jika A = AT atau aij = aji untuk setiap i dan j. Tampak
bahwa matriks simetris merupakan matriks bujur sangkar.
Contoh :
12
A = adalah matriks simetris, karena AT = = A.
9. Matriks Antisimetris
yaitu matriks yang transposnya adalah negatifnya. Dengan perkataan lain, matriks A =
(aij) adalah matriks antisimetris jika A = - AT atau aij = - aji untuk setiap i dan j. Dapat dilihat
bahwa semua entri pada diagonal utama matriks antisimetris sama dengan nol.
Contoh :
A = adalah matriks antisimetris.
Berkaitan dengan matriks simetris dan matriks antisimetris di atas kita mempunyai sifat
berikut ini :
Sifat 1.1
Setiap matriks bujur sangkar senantiasa dapat dituliskan sebagai jumlahan matriks
simetris dan matriks antisimetris.
Bukti :
Misalkan A sebarang matriks bujur sangkar, maka A dapat dituliskan
A = A + – = + .
Tulis A1 = dan A2 = , maka A1T = = = A1 dan
A2T = = = – = –A2.
Dengan demikian A = A1 + A2, dengan A1 simetris dan A2 antisimetris.
Contoh :
12
Nyatakan matriks
A =
Sebagai jumlahan dari matriks simetris dan matriks antisimetris.
Penyelesaian :
A = maka AT = dan
A = + = + .
10. Matriks Hermit
adalah matriks yang transpos hermitnya adalah dirinya sendiri. Dengan perkataan
lain, A = (aij) matriks hermit jika AH = A. Sedangkan jika dipenuhi AH = - A, matriks A
dikatakan matriks antihermit.
Contoh :
A = adalah matriks hermit, karena AH = = A dan
B = adalah matriks antihermit, karena
BH = = – = – B.
11. Matriks Invers
12
Misalkan A dan B adalah matriks-matriks bujur sangkar berordo n dan berlaku AB =
BA = I, maka dikatakan B adalah matriks invers dari A dan dituliskan B = A -1. Dalam hal ini
dapat juga dikatakan bahwa A adalah matriks invers dari B dan ditulis A = B-1.
Contoh :
Matriks A = mempunyai invers A-1 = , karena A A-1 = A-1A = I2.
12. Matriks Involutory
adalah matriks yang inversnya adalah dirinya sendiri, atau dengan perkataan lain,
matriks A dikatakan matriks involutory jika berlaku AA = I.
Contoh :
Matriks A = adalah matriks involutory, karena AA = I.
13. Matriks Komutatif
adalah matriks yang memenuhi sifat komutatif pada operasi perkalian matriks.
Dengan perkataan lain, matriks bujur sangkar sejenis A dan B dikatakan saling komutatif
jika AB = BA. Tampak bahwa setiap matriks bujur sangkar senantiasa komutatif dengan
matriks satuan I (yang ukurannya sama) dan komutatif dengan inversnya (jika ada).
Sedangkan jika berlaku AB = – BA dikatakan A dan B saling antikomutatif.
Contoh :
1 ) Matriks A = dan B = adalah matriks-matriks yang saling komutatif
karena AB = = dan AB = = .
12
2 ) Matriks A = dan B = adalah matriks-matriks yang antikomutatif
karena AB = = sedangkan
BA = = .
14. Matriks Normal
adalah matriks bujur sangkar yang komutatif dengan transpos hermitnya. Dengan
perkataan lain, suatu matriks bujur sangkar A dikatakan matriks normal jika berlaku
AAH = AHA.
Dengan demikian tampak bahwa matriks hermit adalah matriks normal.
15. Matriks Idempoten dan Periodik
Matriks bujur sangkar A dikatakan idempoten jika berlaku AA = A2 = A.
Secara umum, jika p adalah bilangan asli terkecil sedemikian hingga Ap = A, maka
dikatakan A matriks periodik dengan periode p – 1.
Contoh :
1 ) Matriks A = dan B = adalah matriks-matriks idempoten.
2 ) Matriks A = adalah matriks periodik dengan periode 4.
16. Matriks Nilpoten
Suatu matriks bujur sangkar A dikatakan nilpoten, jika terdapat bilangan asli r
sedemikian hingga Ar = 0. Sedangkan bilangan asli terkecil r yang memenuhi hubungan di
atas dinamakan indeks nilpoten dari A.
Contoh :
12
Matriks A = adalah matriks nilpoten dengan indeks nilpoten 2, karena A
0, sedangkan A2 = 0.
Soal Latihan:
1 ) Misalkan A suatu matriks bujur sangkar, B = A + AT dan C = A – AT.
a ) Perlihatkan bahwa B matriks simetris dan C antisimetris.
b ) Perlihatkan bahwa setiap matriks bujur sangkar senantiasa dapat dituliskan
sebagai jumlahan matriks simetris dan matriks antisimetris.
c ) Tuliskan matriks berikut ke dalam soal b :
D = .
2 ) Berikan contoh matriks-matriks yang bersifat antikomutatif.
3 ) Carilah invers dari matriks :
A = .
4 ) Perlihatkan bahwa matriks A = periodik dan tentukanlah berapa
periodenya !
5 ) Misalkan matriks A berukuran m x n.
a ) Jelaskan mengapa perkalian matriks AAT dan ATA dapat dilakukan.
b ) Perlihatkan bahwa matriks AAT dan ATA kedua-duanya simetris.
6 ) Jika A suatu matriks bujur sangkar, perlihatkan bahwa
A matriks involutory jika dan hanya jika (I – A)(I + A) = 0,
dengan I adalah matriks satuan yang sejenis dengan A.
1. 3. Pengertian Determinan
Setiap matriks bujur sangkar senantiasa dikaitkan dengan sebuah nilai numerik atau
skalar yang disebut dengan determinan. Untuk mencari atau menentukan determinan suatu
12
matriks bujur sangkar, terdapat beberapa metode baku yang digunakan, diantaranya dengan
definisi permutasi, penguraian kofaktor dan sebagainya. Di samping itu, kita dapat juga
memanfaatkan sifat-sifat determinan.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai determinan ini, bagaimana mencarinya dan sifat-
sifat apa saja yang berlaku padanya, akan diberikan terlebih dahulu beberapa hal yang
menyangkut permutasi.
Definisi 1. 1
Diberikan sebarang himpunan bilangan asli {1, 2, …, n}. Suatu permutasi atas n bilangan
adalah suatu n-tuple = (1, 2, …, n), dimana 1, 2, …, n adalah bilangan-bilangan asli
yang berlainan di antara bilangan-bilangan 1, 2, …, n di atas, tanpa mengulangi bilangan-
bilangan tersebut dan tidak harus dalam urutan yang biasa. Notasi i menyatakan entri ke-i
dari permutasi .
Sedangkan himpunan dari semua permutasi yang mungkin dari n bilangan asli dinotasikan
dengan Sn.
Contoh :
Diberikan himpunan bilangan asli {1, 2, 3}. Dalam hal ini kita mempunyai n = 3 dan
S3 = { (1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 1, 3), (2, 3, 1), (3, 1, 2), (3, 2, 1) },
yang terdiri atas 3! = 6 buah permutasi.
Untuk permutasi = (3, 2, 1) kita mempunyai 1 = 3, 2 = 2 dan 3 = 1.
Catatan : Secara umum, untuk himpunan {1, 2, …, n} kita mempunyai n! buah permutasi
yang berlainan.
Mulai sekarang dan seterusnya, untuk menyatakan permutasi secara umum dari himpunan
bilangan asli {1, 2, …, n}, kita akan menuliskan dengan (i1, i2, …, in). Dimana i1 menyatakan
bilangan asli pertama pada permutasi, i2 adalah bilangan asli kedua dan seterusnya.
12
Definisi 1. 2
Pada permutasi = (i1, i2, …, in) dikatakan terjadi inversi, jika terdapat bilangan asli yang lebih
besar yang mendahului bilangan asli yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, terdapat ik yang
mendahului ij, padahal ik ij, dengan 1 j, k n.
Contoh :
Tentukanlah banyaknya inversi yang terjadi pada permutasi-permutasi berikut ini :
a. (6, 1, 3, 4, 5, 2) b. (2, 4, 1, 3) c. (1, 2, 3, 4, 5)
Penyelesaian :
a. Banyaknya inversi adalah 5 + 0 + 1 + 1 + 1 = 8.
b. Banyaknya inversi adalah 1 + 2 + 0 = 3.
c. Tidak ada inversi pada permutasi ini.
Definisi 1. 3
Suatu permutasi dikatakan permutasi genap jika banyaknya inversi merupakan bilangan
genap dan dikatakan permutasi ganjil jika banyaknya inversi merupakan bilangan ganjil.
Berkaitan dengan permutasi = (i1, i2, …, in), didefinisikan pengertian tanda ( sign )
dari , yang dinotasikan dengan sg( ), yang diberikan oleh :
sg( ) = .
Sehingga, jika sg( ) = +1, maka dinamakan permutasi genap dan jika sg( ) = –1, maka
dinamakan permutasi ganjil.
Contoh :
Pandang permutasi-permutasi pada Contoh 3. 2 di atas, maka permutasi (6, 1, 3, 4, 5, 2) dan
(1, 2, 3, 4, 5) keduanya adalah permutasi genap, karena banyaknya inversi pada kedua
12
permutasi di atas genap. Jadi sg( (6, 1, 3, 4, 5, 2) ) = +1 = sg( (1, 2, 3, 4, 5) ). Sedangkan
permutasi (2, 4, 1, 3) adalah permutasi ganjil, karena banyaknya inversi adalah ganjil,
sehingga sg((2, 4, 1, 3) ) = –1.
1. 4. Sifat-sifat Determinan
Misalkan A suatu matriks bujur sangkar berukuran n x n. Berikut ini diberikan
beberapa sifat penting dari determinan matriks bujur sangkar A di atas.
S1 ) det( A ) = det( At ).
S2 ) Nilai determinan berganti tanda jika dua baris (atau kolom) ditukar tempatnya.
Akibat 1. 1
Diberikan matriks bujur sangkar A. Jika pada matriks A terdapat dua baris (kolom) sama,
maka determinan A sama dengan nol.
Bukti :
Misalkan kedua baris (kolom) yang sama dari matriks A dipertukarkan, maka matriks A tetap
dan berdasarkan sifat S2, det( A ) = –det(A). Dengan demikian 2 det(A) = 0 dan akibatnya
det(A) = 0.
S3 ) Nilai determinan menjadi k kali jika suatu baris (kolom) dikalikan dengan suatu
skalar tak nol k.
Akibat 1. 2
Jika salah satu baris (kolom) dari suatu matriks bujur sangkar merupakan baris (kolom) nol,
maka determinan matriks tersebut sama dengan nol.
S4 ) Nilai determinan tidak berubah jika baris (kolom) ke-i ditambah dengan k kali baris
(kolom) ke-j.
12
Akibat 1. 3
Jika terdapat baris (kolom) berkelipatan maka nilai determinan sama dengan nol.
Soal Latihan:
1. Buktikanlah bahwa = .
2. Buktikanlah bahwa = 0.
3. Buktikanlah bahwa = = (c – a)(c – b)(b – a).
4. Buktikanlah bahwa = (d – a)(d – b)(d – c)(c – a)(c – b)(b – a).
5. Buktikanlah bahwa = 2 .
1. 5. Menghitung Determinan
Seperti telah diberikan pada Bagian 1. 3., terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mencari atau menghitung determinan suatu matriks bujur sangkar, di
antaranya dengan definisi permutasi, penguraian kofaktor dan lain-lain.
Berikut ini akan diberikan metode-metode di atas.
a. Definisi Permutasi
Misalkan A = (aij) adalah matriks bujur sangkar berukuran n x n. Determinan dari
matriks A, dinotasikan dengan det(A) atau A, diberikan oleh
12
det(A) = .
Contoh :
1. Jika A = [ a ], matriks bujur sangkar berukuran 1 x 1, maka S1 hanya memuat satu
anggota, dengan demikian det(A) = a.
2. Misalkan A = . Karena S2 hanya memuat dua buah unsur yaitu (1, 2) dan (2,
1), dimana permutasi yang pertama mempunyai tanda +1 dan permutasi yang kedua
mempunyai tanda –1, maka diperoleh
det(A) = (+1)a11a12 + (–1)a12a21.
Dengan cara yang lebih umum det( ) = a11a22 –1a12a21.
3. Misalkan A = (aij) suatu matriks bujur sangkar berukuran 3 x 3. Maka S3 mempunyai 6
buah permutasi, yaitu : (1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 3, 1), (2, 1, 3), (3, 1, 2) dan (3, 2, 1),
dimana tanda dari permutasi-permutasi di atas berturut-turut +1, –1, +1, –1, +1 dan –
1. Dengan demikian determinan suatu matriks bujur sangkar berukuran 3 x 3 adalah
= (+1)a11a22a33 + (–1)a11a23a32 + (+1)a12a23a31 + (–1)a12a21a33
+ (+1)a13a21a23 + (–1)a13a22a31.
= a11a22a33 – a11a23a32 + a12a23a31 – a12a21a33 + a13a21a23 – a13a22a31.
b. Metode Penguraian Kofaktor
Pandang matriks bujur sangkar A = (a ij) yang berukuran n x n. Sebelum membahas
lebih jauh penghitungan determinan matriks A di atas, akan diberikan terlebih dahulu
beberapa istilah dasar berkaitan dengan metode penguraian kofaktor ini.
Minor dari suatu unsur (entri) aij dari matriks A adalah det(Mij), dengan Mij adalah
submatriks dari A yang diperoleh dengan menghapus baris ke-i dan kolom ke-j dari
matriks A. Sedangkan kofaktor dari aij, dinotasikan dengan Cij adalah (–1)i+jdet(Mij).
12
Selanjutnya determinan dari matriks bujur sama dengan jumlahan hasil kali antara unsur-
unsur atau entri-entri dari sebarang baris (kolom) dengan kofaktor-kofaktornya.
Dengan demikian, untuk matriks bujur sangkar A di atas, determinan A dapat dicari
dengan dua cara, yaitu :
1. Penguraian baris ke-i, dimana
det(A) = = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin.
2. Penguraian kolom ke-j, dimana
det(A) = = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj.
Karena penguraian baris (kolom) dapat dipilih sebarang, maka metode penghitungan
determinan akan efisien jika dipilih baris (kolom) dengan unsur nol sebanyak-banyaknya.
Contoh :
Hitunglah determinan matriks A berikut ini :
A = .
Penyelesaian :
Misalkan akan dicari determinan matriks A di atas dengan penguraian menurut baris ke-
2. Maka dari baris ke-2 ini, kita mempunyai a12 = 4, a22 = –2 dan a23 = 3. Dengan demikian
kofaktor-kofaktor dari unsur-unsur di atas adalah :
C21 = (–1)2+1M21 = – = 13, C22 = (–1)2+2M22 = + = –7
dan C23 = (–1)2+3M23 = – = –9,
sehingga diperoleh
det(A) = a21C21 + a22C22 + a23C23 = 4(13) + (–2)(–7) + 3(–9) = 52 + 14 – 27 = 39.
c. Bantuan Sifat-sifat Determinan
12
Metode ini cukup efektif untuk matriks-matriks yang berukuran besar (n 4).
Adapun prosedur pencarian determinan dengan bantuan sifat-sifat determinan ini antara
lain :
1. Carilah baris (kolom) yang paling banyak unsur nol-nya. Jika baris (kolom) yang
seperti ini tidak ada, pilih baris (kolom) yang mengandung angka 1 atau –1, jika
baris (kolom) yang demikian juga tidak ada, usahakan dengan sifat S3 ataupun S4
untuk mendapatkan unsur 1 atau –1 ini.
2. Jadikan nol semua unsur yang sebaris (sekolom) dengan unsur 1 atau –1 di atas,
kemudian uraikan menurut baris (kolom) ini.
Contoh :
Hitunglah determinan berikut ini :
.
Penyelesaian :
Karena terdapat unsur –1 pada baris ke-3, pilih baris ini untuk diuraikan, namun
sebelumnya akan kita nol-kan terlebih dahulu semua unsur yang sebaris dengan unsur –1
di atas,
= –1 .
Karena tidak ada unsur 1 atau –1 pada determinan terakhir, kita usahakan untuk
memperolehnya dengan mengurangkan kolom ke-1 dengan kolom ke-2 sebagai berikut :
– – – = –(–1)
= 108 – 80 = 28.