bab 1 faktor perkecambahan
DESCRIPTION
faktor perkecambahanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMPEMBIAKAN TANAMAN
ACARA 8FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN BIJI PEPAYA
URIFA131510501204
GOLONGAN C / KELOMPOK 5
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Teknologi memang dapat menciptakan suatu yang baru, apabila teknologi
dipadukan dengan seni, hasilnya akan lebih mempesona. Hal ini dapat dilakukan
pada tanaman. Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai
yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada
pula yang rendah. Hal tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor, antara
lain cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak,
keterampilan pekerja, dan sebagainya.
Perbanyakan tanaman bisa kita golongkan menjadi dua golongan besar,
yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif atau
seksual adalah perbanyakan dengan menggunakan biji. Biji merupakan suatu
organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup
untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya.
Pepaya merupakan spesies tanaman yang budidayanya menggunakan
bahan tanam benih, maka dalam proses awal tumbuhnya bergantung dari
perkecambahan benih. Biji atau benih setelah ditanam pada kondisi lingkungan
yang menguntungkan akan berkecambah. Bila biji dikecambahkan pada media
tanam akan muncul bibit. Umumnya struktur yang pertama yang kemudian di
ikuti dengan keluarnya calon pucuk dan alon akar yang pada pertumbuhan
menjadi akar primer dan kemudian tumbuh akar sekunder. Sementara pucuk atau
titik tumbuh tanaman yang tertutup oleh daun, sel-sel meristem akan membentuk
batang muda, daun kecil dan cabang.
Benih pepaya memiliki perbedaan dengan benih lain, yaitu sewaktu masih
berada dalam buah, kulit benihnya dilapisi oleh zat berwarna keputihan lunak dan
agak bening yang disebut dengan aril. Aril ini mengandung protein kasar dan abu
yang ternyata berpengaruh negatif terhadap perkecambahan benih.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman
baru. Komponen biji pepaya yang lain diantaranya seperti calon akar (radicle),
colon daun/batang (plumule) dan sebagainya. Sebelum embrio memulai
aktivitasnya, selalu didahului dengan proses fisiologis hormon dan enzim. Dengan
demikian, ada dua jenis aktivitas di sini, yaitu aktivitas mor-fologi dan aktivitas
kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman
seperti calon akar dan calon batang Sedangkan aktivitas kimiawi diawali dengan
aktivitas hormon dan enzim yang menyebabkan terjadinya perombakan zat
cadangan makanan didalam biji pepaya seperti karbohidrat, protein, lemak dan
sebagainya. Proses kimiawi berperanan sebagai penyedia energi yang akan
digunakan dalam proses morfologi, dengan demikian kandungan bahan kimia
yang terdapat dalam biji merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
perkecambahan biji pepaya.
Bagian benih pepaya berupa selubung yang menutupinya kemungkinan
bersifat impermiable atau kedap terhadap air dan udara yang dibutuhkan untuk
perkecambahan.Faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang
bersifat internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji
ditentukan keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama
asam gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal dipengaruhi oleh
oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk
menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi
enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena
suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik
dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormone auksin dan hormone
ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahay yang tinggi. Karena itu di
tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkecambahan benih.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkecambahan benih pepaya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kalie (2007), pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman tropis yang
berasal dari Amerika tropis. Pepaya termasuk dalam family Caricaceae dan genus
Carica. Pusat penyebaran tanaman dari daerah Nikaragua dan Meksiko bagian
selatan. Tanaman ini menyebar ke Benua Afrika dan Asia serta negara India pada
abad ke-16 bersama pelayar bangsa Portugis. Dari India, tanaman ini menyebar ke
berbagai negara tropis lainnya, termasuk Indonesia dan pulau-pulau di Lautan
Pasifik di abad ke-17. Buah pepaya tergolong buah yang populer dan digemari
oleh hampir seluruh penduduk dunia. Hal ini disebabkan karena daging buahnya
yang lunak dengan warna merah atau kuning, rasanya manis dan menyegarkan
serta banyak mengandung air. Buah pepaya mengandung nilai gizi yang tinggi
antara lain mengandung provitamin A dan vitamin C, kandungan fosfor, lemak
yang rendah, juga mineral dan kalsium. Buah pepaya dalamkehidupan sehari-
harin digunakan sebagai konsumsi, buah pepaya juga memiliki khasiat
mempermudah buang air besar. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, pepaya
juga dapat diolah menjadi saus, selai, manisan buah dan produk turunan yang
memanfaatkan khasiat dari enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang
disebut papain. Papain umumnya digunakan dalam industri makanan dan
minuman, farmasi, tekstil, kosmetik dan penyamak. Tanaman pepaya merupakan
tanaman semusim sehingga buah ini dapat tersedia setiap saat (Otsuki et al.,
2009).
Menurut Anandan dkk. (2011), pepaya merupakan salah satu buah tropika
unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pepaya secara
konvensional diperbanyak dengan biji untuk perkebunan komersial.
Pengembangan pepaya membutuhkan ketersediaan benih secara
berkesinambungan, sebab peremajaan tanaman selalu diperlukan untuk
mendapatkan produksi yang baik. Selain untuk kepentingan komersial,
penanganan benih pepaya juga penting untuk pengelolaan plasma nutfah yang
selama ini lebih banyak dikelola secara in situ karena daya simpan benihnya yang
relatif singkat. Upaya memperpanjang daya simpan benih papaya merupakan
salah satu permasalahan yang perlu dipecahkan, menggolongkan benih pepaya
sebagai benih ortodok, namun kenyataannya daya simpannya relatif singkat
dibandingkan benih ortodok umumnya.
Menurut Owino dan Ouma (2011), benih pepaya diselimuti oleh
sarcotesta, suatu lapisan yang mengandung senyawa fenolik, khususnya
Phydroxybenzoic acid. Fenol merupakan salah satu antioksidan yang mampu
menghambat deteriorasi. Selama ini penghilangan sarcotesta selalu disarankan
dalam penanganan benih pepaya karena sarcotesta dapat menghambat proses
perkecambahan. Benih papaya digolongkan dalam kelompok benih intermediate,
yaitu tidak tahan bila kadar air benih < 8%. Sementara itu menurunnya
perkecambahan pada benih pepaya yang dikeringkan hingga kadar air 5%
sebenarnya bukan disebabkan oleh hilangnya viabilitas, melainkan karena
terjadinya induksi dormansi. Terjadinya induksi dormansi dan pemecahannya
perlu dipelajari agar benih dapat disimpan dengan aman pada kadar air rendah,
untuk menekan laju metabolisme dan meningkatkan daya simpannya (Sebayang,
dkk., 2014).
Menurut Rukmana (2003), buah pepaya yang akan diambil bijinya untuk
digunakan sebagai benih harus memenuhi persyaratan seperti buah yang akan
digunakan harus matang di pohon, berasal dari jenis atau varietas yang unggul dan
tidak terserang hama atau bebas dari hama yang disebabkan oleh pemeraman. Ada
beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain:
tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat benih, kondisi persediaan makanan
dalam benih, ketidakmampuan embrio, kulit biji yang tebal, kulit biji
impermeable, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji. Faktor eksternal
yang mempengaruhi seperti suhu, air, oksigen, media pekecambahan dan cahaya
juga mempengaruhi perkecambahan benih. Perkecambahan benih tidak dapat
terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Husain dan Rully,
2012).
Menurut Rattan dan Tomar (2013), cahaya merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Banyak spesies yang menanggapi lingkungan dengan optimal pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan cahaya yang diterima oleh tanaman. Beberapa benih
berkecambah sama dalam terang dan gelap, sementara yang lain lebih mudah baik
di bawah cahaya atau kondisi gelap. Persyaratan cahaya untuk perkecambahan
dapat berbeda dengan suhu. Beberapa spesies tanaman membutuhkan suhu dan
cahaya konstan berkecambah dan tumbuhan lain dapat berkecambah baik di
bawah cahaya atau kondisi gelap sesuai dengan fluktuasi suhu. Dalam spesies
lain, stratifikasi atau suhu tinggi menggantikan cahaya persyaratan untuk
perkecambahan.
Perkecambahan dimulai dari dormansi benih dapat disebabkan oleh
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau permeabilitas yang rendah terhadap
gas, atau resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio. Imbibisi
adalah tahap pertama yang sangat penting karena menyebabkan peningkatan
kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan biokimiawi dalam
benih sehingga benih berkecambah. Kulit benih adalah struktur penting sebagai
suatu pelindung antara embrio dan lingkungan di luar benih, mempengaruhi
penyerapan air, pertukaran gas dan bertindak sebagai penghambat mekanis dan
mencegah keluarnya zat penghambat dari embrio. dormansi yang disebabkan oleh
kulit benih dapat terjadi karena adanya komponen penyusun benih baik yang
bersifat fisik dan atau kimia (Widyawati, 2009).
Dormansi ini disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji. Lapisan kulit
yang keras menghambat penyerapan air dan gas ke dalam biji sehingga proses
perkecambahan tidak terjadi. Selain itu, kulit benih juga menjadi penghalang
munculnya kecambah pada proses perkecambahan. Perlakuan pematahan
dormansi dapat dilakukan dengan mekanis (stratifikasi dan pengguntingan kulit)
dan kimiawi sepertiasam sulfat, potassium nitrat serta hormon pertumbuhan
seperti giberelin untuk memacu perkecambahan biji. Salah satu efek pemberian
GA3 pada benih dapat mendorong pemanjangan sel, sehingga radikula dapat
menembus endosperma, kulit biji yang membatasi pertumbuhannya (Astari,
2014).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Pembiakan Tanaman Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya dengan dilaksanakan pada hari Rabu 29
Oktober 2014 pukul 12.00 sampai 14.00 WIB di Laboratorium Teknologi Benih,
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Buah pepaya yang telah masak (masak fisiologis)
2. Abu dapur
3. Subrat kertas merang
4. Kapas
5. Kertas karbon hitam
3.2.2 Alat
1. Alat pengecambah
2. Pinset
3. Cawan petri
3.3 Metode Pelaksanaan
1. Menyiapkan benih pepaya yang diambil dari bagian tengan buah pepaya (lebih
kurang ⅓ bagian).
2. Membuang air dari benih pepaya dengan abu dapur, kemudian mencuci bersih
dan meniriskan.
3. Membuat perlakuan benih pepaya sebagai berikut :
a. Benih tidak dikupas kulitnya/endotestanya.
b. Benih kulitnya dikupas sebagian.
c. Benih kulitnya dikupas seluruhnya.
Setelah itu mengering anginkan benih sampai kering atau mengeringkan dengan
sinar matahari selama 1 hari, kemudian mengecambahkan pada kondisi terang dan
gelap.
4. Membuat media perkecambahan dengan substrat kertas merang yang dilapisi
kapas dalam cawan petri sebanyak enam kombinasi perlakuan dalam dua ulangan.
5. Menanam benih pepaya yang telah diperlakukan dalam substrat yang sudah
dibasahi dengan air, masing-masing sebanyak 25 butir.
6. Melakukan perkecambahan benih dengan kondisi gelap dan terang. Untuk
kondisi gelap cawan petri ditutup kertas karbon hitam, sedangkan kondisi terang
pertridis tanpa tutup, kemudian meletakkan masing-masing perlakuan pada alat
pengecambahan.
7. Menjaga kelembapan substrat perkecambahan dengan memberikan air
secukupnya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Perlakuan
Ul
Perkecambahan
Kulit Benih
Pepaya
Kondisi
Perkecambahan
Hari ke 8 Hari ke 14
Normal Mati Normal Abnormal Mati
Benih tidak
dikupas
kulitnya
Terang
1 - 30 - - 30
2 - 30 - - 30
3 - 30 - - 30
Gelap
1 - 30 - - 30
2 - 30 - - 30
3 - 30 - - 30
Benih
kulitnya
dikupas
sebagian
Terang
1 - 30 - - 30
2 - 30 - - 30
3 - 30 - - 30
Gelap
1 - 2 - 5 25
2 - 2 - 5 25
3 - 2 - 4 26
Benihtanpa
kulit/dikupas
seluruh
Terang
1 - 30 - - 30
2 - 30 - - 30
3 - 30 - - 30
Gelap
1 - 5 - 5 25
2 - 5 - 5 25
3 - 5 - 5 25
1.2 Pembahasan
Berdaasarkan hasil percobaan yang dilakukan, benih pepaya ditanam tidak
dapat tumbuh dengan baik dan banyak yang mati. Namun ada beberapa kelompok
yang benih pepayanya tumbuh dengan kondisi yang tidak normal. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil percobaan pada kelompok 5 dengan perlakuan kulit benih
papaya dikupas sebagian dan di tempatkan pada media yang tidak terkena sinar
matahari atau ditutupi dengan krbon, yaitu sebesar pengulangan pertama yang
tumbuh 5 benih, pengulangan kedua 5 benih dan pengulangan ke tiga 4 benih.
Semua benih yang tumbuh ini, tumbuh dengan kondisi yang tidak normal
(abnormal). Benih yang tumbuh juga terdapat pada benih pepaya yang dikupas
seluruhnya yang dilakukan oleh kelompok 6 dengan hasil 5 benih pada
pengulangan pertama , kedua dan ketiga. Semua benih yang berkecambah ini
tumbuh dengan kondisi yang tidak normal.
Benih yang terkena cahaya tidak ada yang tumbuh. Hal ini dikarenakan
proses perkecambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara
lain adalah adanya aril pada benih serta adanya faktor lingkungan yang meliputi
suhu, kadar oksigen serta air. Cahaya akan membuat naiknya suhu yang
dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah. Selain itu air merupakan faktor yang
paling penting karena berfungsi untuk melunakkan kulit benih, mengencerkan
sitoplasma, dan metranslokasikan cadangan makanan.
Menurut Husain dan Rully (2012), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkecambahan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain:
tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat benih, kondisi persediaan makanan
dalam benih, ketidakmampuan embrio, kulit biji yang tebal, kulit biji
impermeable, hormon, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji.
a. Tingkat kematangan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan
yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Pada umumnya sewaktu
kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 %, maka benih tersebut juga telah
mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih
mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya
kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu
tertinggi.
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan
yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama.
Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan
sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan.
c. Berat benih
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen.
d. Kondisi persediaan makanan dalam benih
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen. Jika persediaan makanan sedikit maka akan
menghambat proses perkecambahan karena makanan digunakan dalam proses
respirasi yang menghasilkan energi. Energi yang dihasilakan in digunakan dalam
proses perkecambahan.
e. Ketidakmampuan embrio
Kemampuan embrio dalam berkecambah juga mempengaruhi proses
keberhasilan perkecambahan. Semakin tinggi daya kecambah semakin baik dalam
perkecambahan. Sebaliknya semakin rendah kemampuan embrio dalam
berkecambah semakin lambat proses perkecambahan yang terjadi.
f. Kulit biji yang tebal
Kulit benih mempunyai pengaruh pada keberhasilan perkecambahan benih
papaya karena semakin tebal kulit benih maka cahaya dan air akan susah masuk
karena kulit benih dapat berfungsi sebagai filter cahaya dan air.
g. Kulit biji impermeable
Kulit biji yang impermeabel dapat menghambat proses perkecambahan
yang berlangsung karena ketidakmampuannya air dan gas untuk menembus kulit
biji. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel
dapat dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji untuk
membuatnya menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Cara mekanik seperti
pengamplasan merupakan cara yang paling umum yang biasa dilakukan.
h. Daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji
Kemampuan air dan oksigen dalam menembus kulit biji. Semakin besar
daya tembus air dan oksigen terhadap biji semakin baik.
i. Hormon atau zat pengatur tumbuh
Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses
perkecambahan, adapula beberapa fitohormon yang menghambat proses
perkecambahan. Fitohormon yang berfungsi merangsang pertumbuhan
perkecambahan antara lain : Auksin, giberilin dan sitokinin sedangkan fitohormon
yang berfungsi menghambat proses perkecambahan antara lain : etilen, ABA atau
asam absisat.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi seperti suhu, air, oksigen, media
pekecambahan dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih.
Perkecambahan benih tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari
lingkungan.
a. Suhu
Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang
berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis tersebut dikenal
dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas pertama, suhu minimum, yakni suhu
terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode
waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk kisaran suhu
minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih berada di tempat yang bersuhu rendah
seperti itu, maka kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap
tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan persentase biji
yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan
berlangsung. Temperatur ini merupakan temperatur yang menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 –
35oC. Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu tertinggi dimana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu
maksimum umumnya berkisar antara 30 – 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya
mematikan biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji
menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
b. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu.
Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam
benih hingga 80 sampai 90 % dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30
sampai 55 %.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan
energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih. Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan
dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih. Umumnya
benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 % oksigen dan 0.03
% CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika
oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 %, karena biasanya
oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 %
d. Media pekecambahan
Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada
kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri.
e. Cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap
perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4
golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana
cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat
berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya
Kulit biji pepaya mengandung aril. aril merupakan lapisan kulit biji
pepaya yang berupa zat berwarna keputihan lunak dan agak kering. Aril
mengandung protein kasar, serat kasar dan abu serta senyawa fenolik yang dapat
berpengaruh negatif terhadap perkecambahan biji, jika aril tidak dibuang maka
kulit tersebut bersifat impermeable terhadap air atau udara padahal air atau udara
tersebut dibutuhkan untuk perkecambahan. Selain itu juga terdapat kendala lain
yang timbul dari dalam benih dimana 20% benih dalam buah
pepaya embrionya masih muda atau belum terbentuk secara
sempurna. Oleh karena itu aril pada biji pepaya harus dibuang. Banyak cara
yang dapat digunakan untuk menghilangkan aril salah satunya dengan
penggunaan abu dapur. Abu dapur ini berfungsi untuk menghilangkan aril yang
terdapat pada kulit biji pepaya sehingga biji pepaya bersifat permiabel. Kondisi ini
membuat meningkatnya daya tumbuh dan indeks vigor benih pepaya sebelum
penyimpanan. Abu dapur mengandung 2,06-6,14% Kalium, 5,31-9,68% Kalsium
dan 0,73-125% Magnesium. Abu dapur ini selain dapat menghilangkan aril pada
kulit biji pepaya, juga dapat digunakan sebagai sumber nutrisi dalam tanaman
budidaya (Faustina dkk., 2012).
Pada praktikum ini salah satu perlakuan yang digunakan adalah kulit biji
pepaya yang dikupas sebagian. Hal ini dilakukan karena jika benih dikupas
keseluruhan maka ada kemungkinan jika embrio dalam tanah akan terluka
sehingga akan menyebabkan matinya embrio sehingga akan mengakibatkan benih
tidak berkecambah. Sehingga dengan pengupasan sebagian kulit biji, embrio
masih dapat terlindungi dan daya vigornya tetap terjaga atau meningkat (Kalie,
2007).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perkecambahan merupakan suatu proses saat biji tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman baru.
2. Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
3. Faktor internal yang mempengaruhi adalah tingkat kematangan benih, ukuran
benih, berat benih, kondisi persediaan makanan dalam benih,
ketidakmampuan embrio, kulit biji yang tebal, kulit biji impermeable, daya
tembus air dan oksigen terhadap kulit biji dan hormon atau zat pengatur
tumbuh.
4. Faktor internal yang mempengaruhi adalah suhu, air, oksigen, media
pekecambahan dan cahaya.
5. Kulit biji pepaya dilapisi oleh aril.
6. Aril yang terdapat pada kulit biji pepaya dapat dibersihkan dengan abu dapur.
7. Beradasarkan data yang diperoleh, benih pepaya tumbuh bila kulit pepaya
dikupas sebagian dan ditutupi dengan karbon atau tidak terkena cahaya
matahari.
8. Pengupasan kulit biji pepaya sebagian dapat meningkatkan vigor dan menjaga
embrio.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pengamatan praktikan didampingi oleh asisten sehingga
praktikan dapat lebih memahami.
DAFTAR PUSTAKA
Anandan, R., S. Thirugnanakumar, D. Sudhakar dan P. Balasubramanian. 2011. In vitro organogenesis and plantlet regeneration of (Carica papaya L.). Agricultural Technology, 7(5) : 1339-1348.
Astari, Retno Puji., Rosmayati dan E. S. Bayu.2014. Pengaruh Pematahan Dormansi Secara Fisik Dan Kimia Terhadap Kemampuan Berkecambah Benih Mucuna (Mucuna bracteata D.C). Online Agroekoteknologi, 2 (2) : 803 – 812.
Faustina, E., P. Yudono dan R. Rabaniyah. 2012. Pengaruh Cara Pelepasan Aril dan Konsentrasi KNO3 terhadap Pematahan Dormansi Benih Pepaya. Vegetalika, 1 (1): 1 – 11.
Husain, Indriati dan Rully Tuiyo. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih. JATT, 1 (2): 95-100.
Kalie, M. B. 2007. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Otsuki, Noriko, N. H. Dang, E. Kumagaia, A. Kondoc, S. Iwataa and C. Morimoto. 2009. Aqueous extract of Carica papaya leaves exhibits anti-tumor activity and immunomodulatory effects. Ethnopharmacology, 127 : 760–767.
Owino, D.O dan G. Ouma. 2011. Effect of potassium priming on papaya (Carica papaya var.kamiya). Animal & Plant Sciences, 11 (2) : 1418-1423.
Rattan, Vidya Dan Anita Tomar. 2013. Effect Of Different Lights On The Seed Germination Of Hippophae Salicifolia. Iioabj, 4( 1) : 27–29.
Rukmana, R.2003. Pepaya Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta
Sebayang, Amelia, T. C. Nissa B., N. Rahmawati. 2014. Pengaruh Pemeraman, Pengeringan, Dan Keberadaan Sarcotesta Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Callina. Agroekoteknologi, 2(3) : 1133 – 114.
Widyawati, Nugraheni,T. P. Yudono dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas Dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga Pinnata(Wurmb.) Merr.). Agron. Indonesia 37 (2) : 152 – 158.