b5 ppt

31
KELOMPOK B-5 Skenario 3 Blok Hematologi

Upload: sofnirohmania

Post on 17-Feb-2016

238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

Page 1: b5 PPT

KELOMPOK B-5

Skenario 3 Blok Hematologi

Page 2: b5 PPT

SkenarioPEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan terdapat benjolan pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama bertambah besar. Keluhan disertai dengan demam terutama malam hari, berat badan menurun dan nyeri pada benjolan tersebut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening di region Colli Dextra, satu buah, konsistensi sedikit keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua inguinal masing-masing satu buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan.

Dokter meminta pasien untuk melakukan biopsy kelenjar getah bening untuk menegakkan diagnosis dan pasien menyetujuinya.

Page 3: b5 PPT

Kata Sulit1.Inguinal : pangkal paha2.Coli dextra : daerah leher kanan3.Biopsi : pengambilan dan pemeriksaan. Biasanya mkroskopik jaringan dari tubuh organisme yang dikerjakan unruk menegakan diagnosis pasti

Page 4: b5 PPT

pertanyaan1.Mengapa pembengkakak KGB di egio colli dextra dan inguinal?2.Mengapa demam terjadi pada malam hari?3.Mengapa tidak ditemukan tanda inflamasi?4.Mengapa BB menurun?5.Mengapa benjolanya terasa nyerinya hilang timbul?6.Mengapa ad ciri inflamasi tapi dikatakan tidak ada tanda inflamasi?7.Kemungkinan diagnosis8.Mengapa ukuran benjolan regio colli dan inguinal berbeda?9.Hasil apakah yang diharapkan dari biopsi tersebut?10.Apakah penyebab pembengkakakn KGB?

Page 5: b5 PPT

jawaban1 & 8. Regio colli dextra merupakan tempat bermuaranya KGB

Pada regio sinistra tempat bermuaranya KGB terdapat di banyak tempat (salah satunya inguinal)

2. Pada malam hari metabolisme tubuh menurun sehingga agen infeksi lebih mudah menginfeksi host. Tubuh pun melakukan kompensasi dengan menaikan suhu

3 & 6. Karna penyebabnya bukanlah infeksi namun keganasan

4. Pembesaan KGB menyebabkan terganggunya sistem imun. Regulasi dalam tubuh oun terganggu yang mengakibatkan turunya berat badan

5.Terjadinya bengkak mengakibatkan syaraf disekitar KGB tertekan sehingga mengakibatkan rasa nyeri

7.Limfadenopati karna masih menunggu hasil biopsi

9. Ditemukanya kelainan morfologi yang khas dan kelainan jumlah sel

10. Jika karna infeksi menyebabkan kadar limfosit meningkat yang berguna untuk menyerang agaen infeksi sehingga terjadi proliferasi sel

Jika karna keganasan maka terjadi proliferasi sel limfosit

Page 6: b5 PPT

hipotesis

Pembengkakan KGB dapat disebabkan oleh infeksi maupun keganasan. Untuk membantu menegakan diagnosis dapat dilakukan biopsi yang berfungsi untuk mengetahui kelainan morfologi dan jumlah sel. Diagnosis sementara merupakan limfadenopati yang memilii gejala antara lain penurunan berat badan,demam,dan timbul rasa nyeri

Page 7: b5 PPT

sasaran belajarLO.1 Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati1.Definisi2.Epidemiologi3.Klasifikasi4.Patofisiologi5.Manifestas Klinik6.Tatalaksana7.Diagnosis dan Diagnosis Banding8.Pencegahan9.Komplikasi10.Prognosis

Page 8: b5 PPT

1. definisiLimfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi lokal. Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya merupakan indikasi adanya infeksi sistemik seperti AIDS atau gangguan autoimun seperti artritis reumatoid atau lupus eritematosus sistemik. Biasanya limfadenopati dapat mengindikasikan adanya keganasan. (Corwin, 2009)

Page 9: b5 PPT

2. epidemiologiFaktor risiko utama keganasan meliputi usia tuaBerdasaran sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biosi karena limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79% penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39% penderita di atas 50 tahun.Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati mempunyai resiko keganasan seitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.

Page 10: b5 PPT

3.Etiologi, Klasfikasi, Manifestasi klinik

Keadaan-keadaan tersebut dapat diingat dengan ringkasan MIAMI: Malignancies (keganasan), Infections (infeksi), Autoimmune disorders (kelainan autoimun), Miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak lazim), dan latrogenic causes (sebab-sebab latrogenik).Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati:Allopurinol, atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon, pirimetamim, kuinidin, trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK:Sarkoidosis, Silikosis/beriliosis, Storage disease: Penyakit Gaucher, penyakit Niemann Pick, penyakit Fabry, penyakit Tangier, Hipertiroidisme, Histiositosis X, Hipertrigliseridemia berat, Hiperplasia angiofolikular: penyakit Castelman, Limfadenopati angioimunoblastik, Penyakit Kawasaki, Limfadenitis Kikuchi, Penyakit Kimura

Page 11: b5 PPT

• Penyakit KawasakiSindrom kelenjar getah bening mukokutaneusVaskulitis yang paling sering di dapatkan pada anakEtiologi tidak diketahuiBersifat swasirna (self-limiting) dengan manifestasi inflamasi lain yang berlangsung kurang lebih 12 hariKompilkasi: aneurisma, arteri coroner, kardiomiopati, gagal jantung, infark miokard, aritmia, dan oklusi arteri periferDiagnosis dapat ditegakkan bila terdapat demam > 5 hari dengan minimal 4 dari 5 gejala:

-Infeksi konjungtiva bulbar bilateral

-Perubahan membrane mukosa oral (fisura dan kemerahan pada bibir, faring, strawberry tongue)

-Perubahan pada ekstremitas (eritema telapak tangan dan kaki, edema tangan dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi periungual pada fase konvaselen)

-Ruam polimorfik

-Limfadenopati servikal• Limfadenitis Kikuchi

Penyakit kikuchi, penyakit kikuchi-fujimoto, atau limfadenitis nekrotikans histiositik kikuchiLimfadenopati jinakPenyebab tidak diketahuiKarakteristik limfadenopati servikal dan demamPenyebab diduga merupakan respon imfosit T dan histiosit terhadap infeksiInfeksi menjadi penyebab meliputi: Epstein Barr Virus (EBV), human herpevirus 6, human herpesvirus 8, human immunodeficiency virus (HIV), parvovirus B19, paramyxoviruses, parainfluenza virus, Yersinia enterocolitica, dan toksoplasma• Penyakit KimuraLimfogranuloma eosinofilikKelainan alergi inflamatorikPenyebab tidak diketahioEndemik di AsiaPenyakit dalam keadaan yang jinak, tetapi dapat di salah tafsirkan sebagai keganasan.Gambaran klinis berupa nodul subkutan di daerah servikal disertai limfadenopati servikal dan atau pembersaran kelenjar parotisManifestasi sistemik berupa keterlibatan ginjal

Page 12: b5 PPT
Page 13: b5 PPT

4. patofisiologisSistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan

limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran

limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada

venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe

yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.

Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan

mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh

dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang

dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai

aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah

lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison,

1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat

untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk

kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi

tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).

Page 14: b5 PPT

5. Manifestas Klinik

Limfoma cenderung teraba kenyal, seperti karet, saling

berhubungan, dan tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik

biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan dibawahnya. Pada

infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling

berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison,

1999; 370).

Page 15: b5 PPT

Tanda-tanda penyerta (sign):

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik

merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya

selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas

berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada

infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan

kepada infeksi epstein barr virus.

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan

penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa

mengarahkan kepada leukemia.

Page 16: b5 PPT

• SALURAN NAPAS  : Batuk lama atau lebih 2 minggu hilang timbul, ASMA, sering batuk kecil atau berdehem, sering menarik

napas dalam.

• HIDUNG, TELINGA TENGGOROKAN  : Pilek lama lebih dari 2 minggu hilang timbul, bila pilek lama sering disertai sakit

telingasering bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, SINUSITIS, hidung sering gatal digosok-gosok atau

hidung sering digerak-gerakkan “rabbit nose”. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).

Telinga sering berdengung atau gemuruk .

• KULIT : Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Timbul warna putih pada kulit

seperti ”panu”.  Perioral dermatitis timbul bintil kemerahan atau jerawat di sekitar mulut. Dipinggir kuku kulit sering terkelupas, kulit

dibawah kuku bengkak bahkan sampai terlepas (paronichia)  Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau

memegang alat kelamin karena gatal.

• SALURAN CERNA : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari. Sering Buang Air Besar

(BAB)  3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin,

berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering NYERI PERUT. Kadang nyeri di daerah kantung

empedu. Waspadai bila nyeri perut hebat bila divonis usus buntu harus segera second opinion ke dokter lain. Sering salah diagnosis

karena gejala mirip.

• GIGI DAN MULUT : Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan

mudah berdarah, sering SARIAWAN, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.

• PEMBULUH DARAH Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering LEBAM KEBIRUAN pada tulang kering kaki atau pipi atas

seperti bekas terbentur. Berdebar-debar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.

Page 17: b5 PPT

• OTOT DAN TULANG : nyeri kaki atau kadang  tangan, sering minta dipijat terutama saat malam hari. Kadang nyeri

dada. Kadang otot sekitar rahang atas dan rahang bawah kaku bila mengunyah terganggu, bila tidur gigi sering

gemeretak, Otot di leher belakang dan punggung sering kaku dan nyeri

• SALURAN KENCING : Sering minta kencing, BED WETTING (semalam  ngompol 2-3 kali)

• MATA : Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area bawah kelopak mata. memakai kaca

mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.

• HORMONAL : rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan. Gangguan pada

dewasa : rambut rontok, Prementrual Syndrome (gangguan saat menstruasi), jerawat,

• Mengalami Gizi Ganda : bisa kurus, sulit naik berat badan atau kegemukan. Pada kesulitan kenaikkan erat badan

sering disertai kesulitamn makan dan nafsu makan kurang. Sebaliknya pada kegemukan sering mengalami nafsu makan

berlebihan

• Kesulitan Makan dan gangguan Makan : Nafsu makan buruk atau gangguan mengunyah menelan

• Kepala,telapak kaki atau tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski dingin (malam atau ac). Keringat 

berbau.

• FATIQUE atau KELELAHAN :  mudah lelah, sering minta gendong, Pada dewasa sering mengeluh “capek”.

• Daya tahan menurun sering sakit demam, batuk, pilek setiap bulan bahkan sebulan 2 kali. (normal sakit seharusnya

2-3 bulan sekali). Karena sering sakit berakibat Tonsilitis kronis (AMANDEL MEMBESAR)

Page 18: b5 PPT

6. tatalaksanaTatalaksana pembesaran KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh

dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain dari observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6

minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan bila terdapat tanda dan gejala

yang mengarahkan kepada keganasa, KGB yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis

belum dapat ditegakkan.

Pembesaran KGB pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat

berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari dengan

pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik

golongan penisilin dapat diberikan cephalexin 25mg/kg (sampai dengan 500mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15mg/kg

(sampai 500mg) tiga kali sehari.

Bila penyebab limfadenopati adalah mikobakterium tuberkulosis maka diberikan obat anti tuberkulosis selama 9-12 bulan.

Bila disebabkan mikobakterium selain tuberkulosis maka memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila pembedahan

tidak memungkinkan atau tidak maksimal diberikan antibiotik golongan makrolida dan antimikobakterium

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test

tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)

memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

Page 19: b5 PPT

1. Pencegahan (profilaksis) primer

Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).

INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-)Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan

TB aktif sudah tidak ada.

2. Pencegahan (profilaksis) sekunder

Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan

toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Page 20: b5 PPT

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional,

disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti

Indonesia � WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program

ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai

penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara

mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.

Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah

diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari

populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan

langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug

susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari

beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan

lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang

didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.

Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS.

Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat

MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu

obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak

dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).

Page 21: b5 PPT

Pengobatan TBC pada orang dewasa• Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam

seminggu (tahap lanjutan).

Diberikan kepada:

o Penderita baru TBC paru BTA positif.

o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

• Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3Diberikan kepada:

o Penderita kambuh.

o Penderita gagal terapi.

o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

• Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3Diberikan kepada:

o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Pengobatan TBC pada anakAdapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila

diduga ada resistensi terhadap INH).

2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan

Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

Page 22: b5 PPT

7. diagnosis dan diagnosis banding

ANAMNESIS :

• Lokasi, gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat, pekerjaan.

PEMERIKSAAN FISIK :

• Ukuranya normal jika diameter < 0.5cm, jika > 1.5cm abnormal

• Nyeri tekan umumnya akibat peradangan atau proses perdarahan.

• Konsistensi nya jika keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada Limfoma, jika lunak mengarah kapada Infeksi, Fluktuatif

mengarah kepada Abses.

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Ultrasonografi (USG) USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular.

2. Biopsi Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening

akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk

dilaksanakan biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.

3. Kultur Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk

memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.

4. CT Scan CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis Anda.

Sebelum mengambil gambar, Anda mungkin akan diberi pewarna melalui IV di pembuluh darah Anda agar dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran

KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk melihat dalam tubuh Anda. Dokter dapat menggunakan gambar ini untuk mencari

penyebab limfadenitis

Page 23: b5 PPT
Page 24: b5 PPT
Page 25: b5 PPT

diagnosis bandingDiagnosis BandingBenjolan dileher yang seringkali disalah artikan sebagai pembesaran KGB

leher:

• Gondongan : pembesaran kelenjar parotis akibat infeksi, sudut rahang bawah

dapat menghilang karena bengkak

• Kista duktus tiroglusus : berada digaris tengah dapat padat atau berisi cairan

• Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi

jalinan pe,buluh darah, bewarna merah atau kebiruan.

Page 26: b5 PPT

Klasifikasi Limfadenitis

1. LIMFADENITIS NON SPESIFIK AKUT

• Terlokalisir : oleh drainase mikroba scr langsung, >> pada leher berhub. dgn infeksi gigi atau tonsil

• Sistemik : berhub. dgn inf. virus atau bakteri, khususnya pada anak-anak

• Makr : KGB membengkak, abu-abu kemerahan

• Mikr : sentrum germinativum besar dgn bbrp mitosis.

• Organisme piogenik → sebukan netrofil & nekrosis

• Klinik : KGB membesar, lunak & tdpt fluktuasi (krn pembentukan abses). Kulit diatasnya merah

• Bila infeksi teratasi → KGB normal kembali dgn jar. parut

2. LIMFADENITIS KRONIK NON SPECIFIC

Hiperplasia follicular

• Disebabkan oleh proses yg mengaktivasi respon imun humoral (sel B)

• Mikr : sentrum germinativum berukuran besar, tdd dua daerah, yaitu zona gelap mengandung sel B blast (sentroblast) dan zona terang mengandung sel B berinti irregular atau cleave / terbelah (sentrosit)

• Bbrp penyebab : artritis rheumatoid, toksoplasmosis & HIV

• Diagnosa banding : limfoma folikuler

3. LIMFADENITIS KRONIK NON SPESIFIK

Beberapa hal yg dapat membantu D/ hiperplasia folikular

4. Masih terlihat susunan kelenjar limfe dgn jar. limfoid normal diantara sentrum germinativum

5. Variasi bentuk & ukuran nodul limfoid yg jelas

6. Campuran populasi limfosit dlm berbagai tahap diferensiasi

7. Fagositik >> dlm sentrum germinativum

Page 27: b5 PPT

Hiperplasia limfoid parakortikal

• Disebabkan oleh proses yg mengaktivasi respon imun selular (sel T)

• Ditandai dgn perubahan reaktif di dlm daerah sel T yg mengalami proliferasi & transformasi menjadi imunoblas

• Ditemukan pada infeksi virus akut atau pasca vaksinasi & induksi obat tertentu (mis. fenitoin / dilantin)

5. LIMFADENITIS KRONIK NON SPECIFIC

Histiositosis sinus (hiperplasia retikular)

• Ditandai dengan pelebaran dan penonjolan sinusoid limfatik akibat hipertrofi sel endotelial dan infiltrasi histiosit

• Sering ditemukan pada kelenjar limfe yg mendrainase kanker & dpt mencerminkan adanya suatu respon imun thdp

tumor

6. LIMFADENITIS TUBERKULOSIS (KRONIK SPESIFIK)

Gambaran limfadenitis kronik disertai gambaran khas TBC :

- Nekrosis perkijuan

- Tuberkel : kumpulan sel limfosit yang berubah menjadi sel epiteloid

- Sel datia Langhans : sel besar dengan inti > dari 1 yang tersusun membentuk susunan tapal kuda

Page 28: b5 PPT

8. pencegahanKehadiran penyakit limfadenopati ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan. Mengingat penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, kuman, bakteri dan lainnya. Memastikan semua makanan dan minuman yang kita konsumsi bersih dan higenis, menjaga kebersihan badan dengan rajin membersihkannya memakai sabun secara teratur serta menjaga kebersihan tempat tinggal adalah beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, melakukan gaya hidup sehat juga dirasa perlu guna menjaga diri jauh dari penyakit ini.

Page 29: b5 PPT

9. komplikasi1.      Pembentukan absesAbses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi ronggatersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. 2.      Selulitis (infeksi kulit)Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh. 3.      Sepsis (septikemia atau keracunan darah)Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa, yang ditemukan dalam hubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai (biasanya namun tidak terbatas pada bakteri-bakteri). 4.      Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak nyeri. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula. Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan tubuh setiap individual.

Page 30: b5 PPT

10. prognosisPrognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan antibiotik. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari. Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi. Penderita dengan limfadenitis yang tidak diobati dapat mengembangkan abses, selulitis, atau keracunan darah (septikemia), yang kadang-kadang fatal.

Page 31: b5 PPT

daftar pusaka•  

• Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC

• Gunawan, S.G., Setiabudy, R.N. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FKUI 

• Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi, Edisi 7, Volume 2. Jakarta: EGC

•  http:/epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31369/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 5 November 2014

•  http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan%20Diagnosis%20Limfadenopati.pdf diakses pada 5 November 2014

•  Sudiono, J., Budi, K., etc. 2001. Penuntun Pratikum Patologi Anatomi. Jakarta: EGC

•