belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · web viewformulasi kebijakan sebagai bagian dalam...

37
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL Evaluasi Evektivitas Kebijakan Pendidikan (Otonomi Pendidikan, Penganggaran Berbasis Kinerja, Ujian Nasional) MAKALAH Dipersentasekan dalam Bentuk Diskusi Kelompok Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan Nasional Pada program studi PAI Program Magister (S2) IAIM Sinjai Oleh Kelompok: 4 1. Drs, Kaharuddin 2. Marsuki, S. Pd.I 3. Muhammad Jailani, S. Pd 4. Sriwahyuni Ar, S. Pd 5. St. Hajrah, S. Pd Dosen Pemandu: 1

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

Evaluasi Evektivitas Kebijakan Pendidikan

(Otonomi Pendidikan, Penganggaran Berbasis Kinerja, Ujian Nasional)

MAKALAH

Dipersentasekan dalam Bentuk Diskusi Kelompok

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan Nasional Pada program studi PAI Program Magister (S2) IAIM Sinjai

Oleh Kelompok: 4

1. Drs, Kaharuddin2. Marsuki, S. Pd.I3. Muhammad Jailani, S. Pd4. Sriwahyuni Ar, S. Pd5. St. Hajrah, S. Pd

Dosen Pemandu:

Dr. Madalle Agil, M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN AJARAN 2018/2019

1

Page 2: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT., atas

segala rahmat dan hidayah-Nya serta salawat dan salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah yang diberikan di Pascasarjana (S2) Institut Agama Islam

Muhammadiyah Sinjai.

Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan

baik dalam teknis penulisan maupun materi yang tepat dengan judul, mengingat

akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran

ynag membangun dari semua pihak terutama Dosen yang bersangkutan demi

perbaikan penyusunan makalah ini.

Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak

yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khusus kepada

dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Sinjai, 23 Mei 2019

Penulis,

2

Page 3: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Otonomi Pendidikan ...................................................................................3

B. Anggaran Berbasis Kinerja..........................................................................10

C. kebijakan Publik Tentang Ujian Nasional...................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................21

B. Saran ............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan suatu program, pastilah dibutuhkan evaluasi.

Begitu pula dalam proses perumusan kebijakan pendidikan. Setelah proses

formulasi hingga pelaksanaan kebijakan, barulah dilakukan evaluasi kebijakan.

Pengadaan evaluasi ini burfungsi untuk mengetahui seberapa jauh program yang

telah dirumuskan dan dilaksanakan berjalan dan sebagai perbaikan untuk program

yang selanjutnya.

3

Page 4: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

Evaluasi yang dilakukan dalam kebijakan pendidikan merupakan proses

akhir dari seluruh langkah-langkah untuk merumuskan kebijakan. Dalam

melakukan proses terakhir ini terdapat beberapa model yang dapat digunakan

dalam menilai hasil-hasil kebijakan. Model inilah yang menjadi langkah

selanjutnya setelah melihat permasalahan yang ada dalam perumusan kebijakan.

Proses pelaksanaan kebijakan pendidikan perlu mendapatkan perhatian

khusus. Karena hampir disetiap elemen-elemen pendidikan memiliki kekurangan

yang perlu mendapatkan perbaikan. Mulai dari formulasi, legitimasi,

implementasi, komunikasi serta partisipasi masyarakat dalam kebijakan

pendidikan.

Formulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan 

merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi dan evaluasi kebijakan

hanya dapat dilaksanakan apabila tahap formulasi kebijakan telah selesai,

disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-

tujuannya sebagian besar bersumber pada ketidaksempurnaan pengolaan tahap

formulasi. Oleh karena itu, pentingnya evaluasi dini sejak dilakukan formulasi

kebijakan akan mencegah terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan.

Karena, evaluasi kebijakan pendidikan bertujuan untuk mengukur dan menilai

tingkat keberhasilan pelaksanaan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.Selain itu,

dengan diadakannya evaluasi akan dapat diketahui dampak serta resiko yang

dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan sehingga akan mencegah terjadinya

kegagalan yang lebih besar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Otonomi Pendidikan

2. Bagaimana Penganggaran Berbasis Kinerja

3. Bagaimana kebijakan Publik Tentang Ujian Nasional

C. Tujuan

4

Page 5: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

1. Mengetahui Pengertian Otonomi Pendidikan

2. Mengetahui Bagaimana Penganggaran Berbasis Kinerja

3. Mengetahui Bagaimana kebijakan Publik Tentang Ujian Nasional

5

Page 6: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Otonomi Pendidikan

Secara bahasa otonomi berasal dari Yunani autos berarti sendiri,

dan nomos yang berarti hukum atau aturan1.Secara istilah, otonomi adalah

pemberian wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri2

Dengan demikian otonomi adalah kewenangan yang dimiliki suatu daerah untuk

mengatur dan mengelolah daerahnya secara mandiri. Sedangkan otonomi

pendidikan adalah kewenangan yang dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan

untuk mengatur dan mengelola lembaganya secara mandiri.

Menurut H.A.R. Tilar, Otonomi pendidikan mempunyai dua arti yaitu:

Pertama, menata kembali sistem pendidikan nasional yang sentralistis menuju

kepada suatu sistem yang memberikan kesempatan luas kepada inisiatif

masyarakat. Kedua, memperkuat dasar-dasar pendidikan pada tingkat bawah

untuk membentuk suatu masyarakat yang bersatu berdasarkan kebhinnekaan3.

Dari pendapat Tilar tersebut, penulis dapat simpulkan bahwa otonomi

pendidikan merupakan upaya penataan pendidikan dari sentralistik menjadi

desentralistik agar masyarakat Indonesia bisa berkembang dan bersatu dalam

kebhinnekaannya. Keragamaan kultur yang dimiliki oleh Indonesia tidak

dijadikan sebagai argumen untuk memecah belah bangsa tetapi dijadikan sebagai

penguat bangsa dengan kekayaan budaya yang beranikaragam.

1. Konsep Otonomi Pendidikan

Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti “sendiri” dan

nomos yang berarti “hukum” atau “atauran”. Sedangkan menurut Ateng

1 Abdurrahman, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, (Jakarta: Media Sarana Press, 1987),h. 9

2 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 9-10.3 H.A.R. Tilar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 76-77.

6

Page 7: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

Syafrudin mengatakan bahwa istilah otonomi mempunyai makna kebebasan dan

kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan4.

Otonomi pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20

tahun 2003 adalah terungkap pada hak dan kewajiban warga negara, orang tua,

masyarakat, dan pemerintah. Pada bagian ketiga hak dan kewajiban masyarakat

pasal 8 disebutkan bahwa “masyarakat berhak berperan serta dalam

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan program evaluasi pendidikan. Pasal

9, masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam

penyelenggaraan pendidikan”. Begitu juga pada bagian keempat hak dan

kewajiban pemerintah, dan pemerintah daerah pasal 11 ayat 2 “Pemerintah dan

pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya daya guna terselenggaranya

pendidikan bagi warga negara yang berusia 7-15 tahun.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep otonomi

pendidikan mengandung pengertian yang luas, mencakup filosifi, tujuan, format

dan isi pendidikan serta menejemen pendidikan itu sendiri. Impikasi dari semua

itu adalah setiap daerah otonomi harus memiliki visi dan misi pendidkan yang

jelas dan jauh kedepan dengan melakukan pengkajian yang mendalam dan

meluas tentang tren perkembangan penduduk dan masyarakat untuk memperoleh

masyarakat yang lebih baik kedepannya serta merancang sistem pendidikan yang

sesuai dengan karakteristik budaya bangsa indonesia yang bineka tunggal ika.

Untuk itu kemandirian daerah itu harus diawali dengan evaluasi diri,

melakukan analisis faktor internal dan eksternal daerah guna mendapat suatu

gambaran nyata tetang kondisi daerah, sehingga dapat disusun suatu strategi

yang matang dalam upaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat daerah

yang berbudaya dan berdaya saing tinggi melalui otonomi pendidikan yang

bermutu dan produktif.

2. Otonomi Pendidikan sebagai Optimalisasi Potensi Daerah

UUD tahun 45  menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia

mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah

4 Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 7

7

Page 8: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

menyusun dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur oleh

negara. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20%

dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelanggaraan pendidikan

nasional. Dengan adanya UU Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan menjadi UU No 32 tahun 2004 telah terjadi perubahan

sistem pemerintahan yang sentrallistik menjadi desentralistik, dimana setiap

daerah memiliki kewenangan untuk  mengatur dan mengurus sistem

pemerintahannya sendiri guna mensejahterakan masyarakat di daerahnya

Pelimpahan wewenang kepada daerah membawa konsekuensi terhadap

pembiayaan guna mendukung proses desentralisasi sebagaimana termuat dalam

pasal 12 ayat 1 UU No 32 tahun 2004 bahwa urusan pemerintahan yang

diserahkan daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan

prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang disentralisasikan.

Sejalan dengan arah kebijakan otonomi dan desentralisasi yang

ditempuh oleh pemerintah, tanggung jawab pemeritah daerah akan meningkat

dan semakin luas, termasuk dalam menejemen pendidikan. Pemerintah daerah di

harapkan  untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam berbagai tahap

pembangunan pendidikan, mulai dari tahap perumusan kebijakan daerah,

perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan dan monitoring di daerah

masing-masing sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional yang digariskan

pemerintah5.

Pemberian dan berlakunya otonomi pendidikan di daerah memiliki nilai

strategis bagi daerah untuk berkompetisi dalam upaya membangun dan

memajukan daerah-daerah diseluruh Indonesia, terutama yang berkaitan

langsung dengan SDM dan SDA masing-masing daerah dalam upaya menggali

dan mengoptimalkan potensi-potensi masyarakat yang selama ini masih

terpendam. Begitu juga adanya desentralisasi pendidikan, pemerintah daerah

baik tingkat I maupun tingkat II dapat memulai peranannya sebagai basis

pengelolaannya sebagai pendidikan dasar. Untuk itu perlu adanya lembag non

5 Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, h.18

8

Page 9: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

struktural yang melibatkan masyarakat luas untuk memberikan pertimbangan

pendidikan dan kebudayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan

daerah tersebut.

Di era otonomi ini, sudah saatnya kita berpikir kritis untuk membangun

sebuah masyarakat yang berpendidikan, humanis, demokratis dan berperadaban.

Agar masyarakat selama ini dimarjinalkan dalam lubang berpikir

yang ortodoks tidak lagi ada dalam bangunan dan tatanan masyarakat dinamis

dan progesif. Maka bila hal ini bisa terwujud, masyarakat juga akan merasa

bangga dengan dirinya sendiri dan pada nantinya akan respek terhadap kemajuan

dan pekembangan yang terjadi dalam lingkungan sosial maupun pendidikan.

Karena masyarakat telah diberikan penghargaan yang tinggi sebagai mahluk

sosial dan sebagai hamba Tuhan. Sehingga pendidikan masyarakat yang

mencakup seluruh komponen masyarakat dan sekolah itu dapat berjalan dengan

sinergis, beriringan dan selaras sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

Selain itu juga di era otonomi ini, masyarakat perlu diberikan

kepercayaan untuk ikut serta dalam pemberdayaan dan pengelolaan pendidikan,

tidak hanya sekedar sebagai penyumbang atau penambah dana bagi sekolah

yang terlambangkan dalam BP3. Dengan kata lain ketidak seimbangan dan

ketimpangan antara hak dan kewajiban anggota BP3 yang terdiri dari

masyarakat atau orang tua peserta didik harus tiadakan. Karena hal itu telah

menjadikan lembaga yang seharusnya mewadahi partisipasi masyarakat tidak

ada fungsinya lagi (disfuction), untuk itu ketika otonomisasi telah digalakkan

maka sudah saatnya masyarakat diikutsertakan dalam pengambilan keputusan di

sekolah dalam berbagai hal. Tetapi tidak hanya sekedar sebagai formalitas saja

dalam arti masyarakat dalam musyawarah nantinya sekedar menjadi objek saja

atau sebagai pendengar, tetapi harus benar-benar dilibatkan secara langsung,

namun peran serta masyarakat juga terbatas pada lingkup tartentu dengan

diikutsertakan masyarakat dalam pendidikan akan lebih efektif kerena secara

langsung dapat dinikmati oleh masyarakat itu sendiri.

Berkaitan dengan implementasinya otonomi pendidikan, maka sudah

tentunya peran dari lembaga pendidikan sebagai pusat pengetahuan, IPTEK ,dan

9

Page 10: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

budaya menjadi lebih penting serta stategis. Hal itu dilakukan dalam rangka

pemberdayaan daerah, untuk mempertegas otonomi yang sedang berjalan.

3. Permasalahan dalam pelaksanaan otonomi pendidikan

Pembagian kewenangan dan perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah, memberikan fokus bahwa pelaksanaan otonomi daerah adalah

didaerah kabupaten dan daerah kota. Dalam situasi yang demikian ini, baik dari

segi kewenangan maupun sumber pembiayaan dibidang pendidikan, daerah

kabupaten atau kota akan memegang peranan penting terutama dalam

pelaksanaannya. Sementara itu koordinasi dan singkronisai program pendidikan

perlu di tingkatkan agar mampu menghindari ego kewilayahan. Untuk itu

pelaksanaan desentralisasi pendidikan, menjadi penting kiranya kita

mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi dalam

pelaksanaannya6, dan diantara masalah itu adalah:

a. Kepentingan Nasional

Salah satu tujuan nasional yang dicita-citakan dalam pembukaan UUD 45,

yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa” . Untuk mencapai hal tersebut

pasal-pasal dalam UUD 1945 dengan segala amandemennya menegaskan

demokratisasi dan pemenuhan hak-hak dasar bagi semua warga negara

untuk memperoleh pendidikan. Kemungkinan yang terjadi adalah

bagaimana dengan masing-masing daerah kabupaten atau kota, yang potensi

sumber pembiyayaannya berbeda, dapatkah menjamin agar tiap warga

negara memperoleh hak pendidikan tersebut. Hal lain yang berkaitan dengan

kepentingan nasional adalah bagaimana melalui pendidikan dapat tetap

dikembangkan dalam satu kesatuan arah dan tujuan7.

b. Peningkatan mutu

Salah satu dasar pemikiran yang melandasi lahirnya UU No 22 tahun 1999

yang kemudian disempurnakan menjadi UU No 32 tahun 2004 tentang

pemerintah daerah adalah untuk menyesuaikan dengan perkembangan baik

eksternal maupun internal khususnya menghadapi tantangan persaingan

6 M. Nurdin Matry, Implimentasi Dasar-Dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah, (Makasar: Aksara Madani, 2008) h. 7

7 Ibid, h. 8

10

Page 11: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

global dan persaingan pasar bebas. Ada tiga kemampuan dasar yang

diperlukan agar masyarakat indonesia dapat ikut dalam persaingan global,

yaitu kemampuan menejemen, teknologi dan kualitas SDM yang semua itu

dapat dicapai melalui pendidikan yang bermutu. Mutu yang dimaksud disini

bukan hanya yang memenuhi Standar Nasional tetapi juga internasional.

Persoalannya adalah dengan adanya otonomi pelaksanaan pendidikan

sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah kabupaten atau kota yang kualitas

sumberdaya,prasarana dan kemampuan pembiayaannya bagi masyarakat

akankah dapat menghasilkan mutu yang dibawah atau diatas standar?

c. Efisiensi pengelolaan

Guna memacu peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dalam kondisi

keterbatasan sumber dana yang kemudian dibagi-bagi pada daerah otonomi,

pelaksanakanotonomi daerah juga diharapkan dapat meningkatkan efesiensi

pengelolaan (technical efficiency) maupun efisiensi dalam mengelolakan

anggaran (economic efficiency). Sistem pengelolahan yang sangat

sentralistik selama ini akan mempunyai potensi problem efisiensi

pengelolaan didaerah, apalagi diseolah,jika tidak dilakukan secara

profesional dan proporsional.

d. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam melakukan

implementasi otonomi pendidikan. SDM selama ini belum memadai,

maksudnya yaitu berhubungan dengan kuantitas dan kualitas SDM tersbut.

Masih ada daerah yang belum dapat memahami, menganalisis, serta

mengaplikasikan konsep otonomi pendidikan. Demikian halnya yang

berkaian dengan kuantitas atau jumlah SDM yang ada8.

e. Pemerataan

Pelaksanaan otonomi pendidikan dapat meningkatkan aspirasi masyarakat

akan pendidikan yang diperkirakan akan juga meningkatkannya pemerataan

8 Sam  M Chan dan Tuti T Sam, Analisis Swot: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi

Daerah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4

11

Page 12: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

memperoleh kesempatan pendidikan. Tetapi yang jadi permasalahan adalah

semakin tingginya jarak antara daerah dalam pemerataan akan fasilitas

pendidikan yang akhirnya akan mendorong meningkatnya kepincangan

dalam mutu hasil pendidikan.

f. Peranserta Masyarakat

Salah satu tujuan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat,

menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peranserta

masyarakat, termasuk dalam meningkatkan sumber dan dalam

menyelanggarakan pendidikan. Peran serta masyarakat dalam pendidikan

dapat berupa perorangan,kelompok ataupun lembaga seperti dunia usaha

dan industri.

g. Pengawasan Pendidikan

Sistem pendidikan nasional termasuk aspek kepengawasannya diharapkan

memiliki kemampuan untuk merespon berbagai tuntutan daerah, terus

bersaing secara global. Sistem pengawasan hendaknya menitik beratkan

kepada pengembangan mutu, mewujudkan efisiensi dan efektivitas layanan

manejemen. Pengawasan pendidikan hendaknya juga juga tidak hanya

sekedar diposisikan sebagai perilaku birokratis dan perundang-undangan

saja. Lebih dari itu hendaknya diperlakukan sebagai bagian dari budaya

profesional dalam organisasi pendidikan. Sekalipun pengawasan itu

merupakan rangkaian atau siklus dari proses menejemen, akan tetapi makna

pengawasan melekat, dan pengawasan masyarakat harus selalu bersinergi

dengan pengawasan fungsional9.

h. Masalah Kurikulum

ebagaimana telah kita ketahui bahwa kondisi masyarakat indonesia sangat

heterogen dengan berbagai macam keragamannya, seperti budaya, adat,

suku, SDA dan bahkan SDM-nya. Masing-masing daerah mempunyai

esiapan dan kemampuan yang berbeda dalam pelaksanaan otonomi

penidikan. Dalam konteks otonomi daerah, kurikulum suatu lembaga

9 M. Nurdin Matry, Implimentasi Dasar-Dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah, h. 9-11

12

Page 13: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

pendidkan tidak sekedar daftar mata pelajaran yang dituntut dalam suatu

jenis jenjang pendidikan, dalam pengertian yang luas kurikulum berisi

kondisi yang telah melahirkan suatu rencana atau program pelajaran

tertentu.

Sedangkan menurut Hasbullah, kurikulum adalah keseluruhan program,

fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk

mewujudkan visi dan misi lembaganya10.

B. Anggaran Berbasis Kinerja

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran negara telah mengalami

banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran negara berkembang dan

berubah sesuai dengan dinamika perkembangan menejemen sektor publik dan

perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat.

ABK merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk

mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan

manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat tujuan

dan sasaran yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. ABK

yang efektif akan mengidentifikasikan keterkaitan antara nilai uang dan hasil,

serta dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan tersebut dapat terjadi yang

merupakan kunci pengelolaan program secara efektif. Jika terjadi perbedaan

antara rencana dan realisasinya, dapat dilakukan evaluasi sumber-sumber input

dan bagaimana keterkaitannya dengan output/outcome untuk menentukan

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Adapun tujuan dialkukannya

anggaran berbasis kinerja diharapakan.Dengan penyusunan anggaran berbasis

kinerja diharapkan rencana dan program-program pembangunan yang disusun

dapat mengarah kepada :

a. terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan,

10 Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, h 20-22

13

Page 14: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

b. dicapainya hasil yang optimal dari setiap investasi yang dilakukan guna

meningkatkan kualitas pelayanan publik,

c. tercapainya efisiensi serta peningkatan produktifitas di dalam pengelolaan

sumberdaya dan peningkatan kualitas produk serta jasa untuk mewujudkan

kesinambungan pembangunan dan kemandirian nasional.

d. mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan yang

akan dilaksanakan

Suatu konsep anggaran berbasis kinerja, diketahui pula apa yang

dimaksud dengan anggaran kinerja dimana dalam artinya Identifikasi output dan

outcome yang akan dihasilkan oleh suatu program dan pelayanan yang

Menghubungkan pengeluaran dengan hasil yang akan dicapai berupa Nilai

efektivitas, efisiensi dan ekonomis ( Value for money ). Sesuai dengan

pengertaian anggaran berbasis kinerja bahwa inerja merupakan keluaran/hasil dari

kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan

anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Dalam anggaran berbais

kinerja inidiketahui ada beberapa elemen-elemen yang mampu menjelaskan hal

yang bebrbau dengan anggaran berbasis kineraja ini. Ada pun elemen-elemen

yang ada diantaranya yaitu. Visi Misi Tujuan Sasaran Program dan Kegiatan.

Ada beberapa Visi dalam anggaran kinerja yakni.

a. Mencerminkan apa yang akan dicapai organisasi dalam jangka panjang

b. Memberi arah dan fokus yang jelas agar organisasi dapat eksis, antisipatif

dan inovatif

c. Mudah diingat, ringkas dan sederhana

d. Sebaiknya hanya di tingkat Kabupaten/Kota

Misi dalam anggaran kinerja merupakan sedikit turunan dalam visi

anggaran kinerja.dimana dalam hal ini lebih menfokuskan apa yang akan

dilakukan.Menetapkan kerangka tujuan dan sasaran yang akan dicapai Visi akan

dicapai melalui beberapa misi ,Mendukung pernyataan visi Menjelaskan tujuan

organisasi idealnya tidak lebih dari 3 pernyataan

14

Page 15: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk

digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen

untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan

dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisisiensi dalam pencapaian

hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target

kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai,

dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat

pencapaian tujuan.

Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrument

kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta

memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan

oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai

kinerja tahunan.Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan (Renja

SKPD ) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan

merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Elemen-elemen yang

penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah :

1. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya.

2. Pengumpulan informasi yang sistimatis atas realisasi pencapaian kinerja

dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara

biaya dengan prestasinya.

Penyediaan informasi secara terus menerus sehingga dapat

digunakandalam manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan

evaluasi. Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan

implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu :

a. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.

b. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.

c. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang,

waktu dan orang).

15

Page 16: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

d. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.

e. Keinginan yang kuat untuk berhasil.

C. kebijakan Publik Tentang Ujian Nasional

1. Analisa Kebijakan UAN

Dalam pembahasan ini dijelaskan analisa kebijakan UAN yang

bertentangan dengan UU Sisdiknas dan bentuk evaluasi di dalam pendidikan.

Pertama, ada anggapan dari sebagian orang, terutama para pejabat Legislatif

yang menganggap bahwa UAN bertentangan dengan UU Sisdiknas. Dimana

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UAN sebagai salah

satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran

2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UAN adalah untuk mengukur pencapaian

hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan

tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.

Begitu pula evaluasi dalam pendidikan seharusnya dapat memberikan

gambaran tentang pencapaian tujuan sebagaimana yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Evaluasi seharusnya mampu memberikan

informasi tentang sejauh mana kesehatan peserta didik. Evaluasi harus mampu

memberikan tiga informasi penting seperti yang dipaparkan oleh McNeil.

Selain itupula dalam evaluasi pendidikan diharapkan dapat memberikan

informasi tentang keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa dan juga dapat meningkatkan kreativitas, kemandirian dan sikap

demokratis peserta didik

Dari paparan di atas, yang menjadi pertanyaan apakah mutu pendidikan

dapat diukur dengan memberikan ujian akhir secara nasional di akhir tahun

ajaran? Apalagi bila dihadapkan mutu pendidikan dari aspek sikap dan perilaku

siswa, apakah bisa dilihat hanya pada saat sekejap di penghujung tahun? Mutu

16

Page 17: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

pendidikan pada tingkat nasional dapat dilihat dengan berbagai cara, tetapi

pelaksanaan UAN sebagaimana yang dipraktekkan belum menjawab

pertanyaan sejauh mana mutu pendidikan di Indonesia, apakah menurun atau

meningkat dari tahun sebelumnya. Bahkan terdapat indikasi bahwa soal-soal

UAN (yang dulu disebut Ebtanas) berbeda dari tahun ke tahun, dan seandainya

hal ini benar maka akibatnya tidak bisa dibandingkannya hasil ujian antara

tahun lalu dengan sekarang. Selain itu mutu pendidikan tidak mungkin diukur

dengan hanya memberikan tes pada beberapa mata pelajaran ‘penting’ saja,

apalagi dilaksanakan sekali di akhir tahun pelajaran. Mutu pendidikan terkait

dengan semua mata pelajaran dan pembiasaan yang dipelajari dan ditanamkan

di sekolah, bukan hanya pengetahuan kognitif saja. UAN tidak akan dapat

menjawab pertanyaan seberapa jauh perkembangan anak didik dalam mengenal

seni, olah raga, dan menyanyi. UAN tidak akan mampu melihat mutu

pendidikan dari sisi percaya diri dan keberanian siswa dalam mengemukakan

pendapat dan bersikap demokratis. Dengan kata lain, UAN tidak akan mampu

menyediakan informasi yang cukup mengenai mutu pendidikan. Artinya tujuan

yang diinginkan masih terlalu jauh untuk dicapai hanya dengan

penyelenggaraan UAN.

Selain itu pula UAN yang dilakukan hanya dengan tes akhir pada

beberapa mata pelajaran tidak mungkin memberikan informasi menyeluruh

tentang perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti

pendidikan. Karena tes yang dilaksanakan di bagian akhir tahun pelajaran tidak

dapat memberikan gambaran tentang perkembangan pendidikan peserta didik,

tes tersebut tidak dapat memperhatikan proses belajar mengajar dalam

keseharian karena tes tertulis tidak dapat melihat aspek sikap, semangat dan

motivasi belajar anak selain itu pula tes di ujung tahun ajaran tidak dapat

menyajikan keterampilan siswa yang sesungguhnya dan juga hasil tes tidak

dapat menggambarkan kemampuan dan keterampilan anak selama mengikuti

pelajaran. Oleh karena itu terjadi pertentangan antara tujuan yang ingin dicapai

17

Page 18: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

dengan bentuk ujian yang diterapkan, karena pengukuran hasil belajar tidak

bisa diukur hanya dengan memberikan tes di akhir tahun ajaran saja.

Kedua, tujuan UAN yang lain dalam Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran

2003/2004 adalah untuk mengukur mutu pendidikan dan

mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional,

provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah. Adalah ironis kalau UAN dipakai

sebagai bentuk pertanggungjawaban penyenggaraan pendidikan, karena

pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif, afektif, dan

psikomotor. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk manusia

yang berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas, dan kreative yang

semuanya itu tidak dapat dilihat hanya dengan penyelenggaraan UAN. Dengan

kata lain, UAN belum memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat.

Ketiga, jika dihubungkan dengan kurikulum, maka UAN juga tidak

sejalan dengan salah satu prinsip yang dianut dalam pengembangan kurikulum

yaitu diversifikasi kurikulum. Artinya bahwa pelaksanaan kurikulum

disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Kondisi sekolah

di Jakarta dan kota-kota besar tidak bisa disamakan dengan kondisi sekolah-

sekolah di daerah perkampungan, apalagi di daerah terpencil. Kondisi yang

jauh berbeda mengakibatkan proses belajar mengajar juga berbeda. Sekolah di

lingkungan kota relatif lebih baik karena sarana dan prasana lebih lengkap.

Tetapi di daerah-daerah pelosok keberadaan sarana dan prasarana serba

terbatas, bahkan kadang jumlah guru pun kurang dan yang ada pun tidak

kualified akibat ketiadaan. Kebijakan penerapan UAN dengan standar yang

sama untuk semua sekolah di Indonesia telah melanggar prinsip tersebut dan

mengakibatkan ketidakadilan bagi peserta didik yang tentu saja hasilnya akan

jauh berbeda, sedangkan kebijakan yang diambil adalah menyamakan mereka.

18

Page 19: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

Keempat, pelaksanaan UAN hanya pada beberapa mata pelajaran yang

dianggap “penting” juga memiliki permasalahan tersendiri. Sekarang yang

terjadi orang akan beranggapan hanya matematika, bahasa Indonesia, bahasa

Inggris dan IPA yang merupakan mata pelajaran penting. Sedangkan ada

diantara kita anak-anak yang memiliki bakat untuk melukis atau olahraga,

mereka akan meragukan bahwa pelajaran tersebut merupakan pelajaran penting

bagi dia. Sehingga bakat tersebut akan terkubur dengan sendirinya karena yang

ada di benak mereka adalah bagaimana mereka bisa lulus dalam UAN tersebut.

Dengan demikian pelaksanaan UAN hanya pada beberapa mata pelajaran akan

mendorong guru untuk cenderung mengajarkan hanya mata pelajaran tersebut,

karena yang lain tidak akan dilakukan ujian nasional. Hal ini dapat berakibat

terkesampingnya mata pelajaran lain, padahal tidak semua anak senang pada

mata pelajaran yang diujikan. Akibat dari kondisi ini adalah terjadi peremehan

terhadap mata pelajaran yang tidak dilakukan pengujian.

Kelima, tingkat kreativitas guru empat mata pelajaran tersebut akan

terkekang karena dikejar target untuk menyelesaikan materi. Selain itu pula

metode pembelajaran yang seharusnya bisa disajikan secara menarik dan

dikembangkan sesuai dengan implementasi peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari tergantikan dengan metode drill latihan soal dan peserta didik hanya

“dicekoki” dengan bagaimana dapat menjawab soal-soal pada empat mata

pelajaran tersebut.

Keenam, beberapa orang berpendapat bahwa UAN bertentangan dengan

kebijakan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22

Tahun 1999. Hal ini dapat dipahami sebagai berikut. Kebijakan UAN

dilaksanakan bersamaan dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah.

Selain itu pada saat yang sama juga dikenalkan kebijakan otonomi sekolah

melalui manajemen berbasis sekolah. Evaluasi sudah seharusnya menjadi hak

dan tanggung jawab daerah termasuk sekolah, tetapi pelaksanaan UAN telah

membuat otonomi sekolah menjadi terkurangi karena sekolah harus tetap

mengikuti kebijakan UAN yang diatur dari pusat. Selain itu UAN berfungsi

19

Page 20: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

untuk menentukan kelulusan siswa. Padahal pendidikan merupakan salah satu

bidang yang diotonomikan, kecuali sistem dan perencanaan pendidikan yang

diatur secara nasional termasuk kurikulum. Di sisi lain, dengan adanya

kebijakan otonomi sekolah yang berhak meluluskan siswa adalah sekolah

melalui kebijakan manajemen berbasis sekolah. UAN telah dijadikan alat untuk

“menghakim” siswa, tetapi dengan cara yang tanggung karena dengan

memberikan batasan nilai minimal 4.25. Dengan menetapkan nilai serendah

itu, maka berarti bahwa standar mutu pendidikan di Indonesia memang

ditetapkan sangat rendah. Kalau direnungkan, apa arti nilai 4 pada suatu ujian.

Nilai 4 dapat diartikan hanya 40% dari seluruh soal yang diujikan dikuasai,

padahal secara umum pada bagian lain diakui bahwa nilai yang dapat diterima

untuk dinyatakan cukup atau baik adalah di atas 6. Dengan kata lain, UAN

selain menetapkan standar mutu pendidikan yang sangat rendah telah

“menghakimi” semua siswa tanpa melihat latar belakang, situasi, kondisi,

sarana dan prasarana serta proses belajar mengajar yang dialami terutama siswa

di daerah pedesaan.

2. Evaluasi Pendidikan Seharusnya dan Meluruskan Kebijakan

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa UAN banyak

bertentangan dengan evaluasi pendidikan bahkan dengan tujuannya sendiri,

sehingga sulit dipertahankan. Seandainya Pemerintah tetap memilih untuk

mempertahankan UAN maka selama itu perdebatan dan ketidakadilan akan

terjadi di dunia pendidikan karena memperlakukan tes yang sama kepada semua

anak Indonesia yang kondisinya diakui berbeda-beda. Selain itu salah satu

prinsip pendidikan adalah berpusat pada anak, artinya pendidikan harus mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Memperlakukan semua anak

dengan memberikan UAN sama artinya menganggap semua anak berpotensi

sama untuk menguasai mata pelajaran yang diujikan, padahal kenyataannya

berbeda.

20

Page 21: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

Sebaiknya, evaluasi sepenuhnya diserahkan kepada sekolah. Sistem

penerimaan siswa pada jenjang berikutnya dilakukan dengan cara diberikan tes

masuk oleh sekolah masing-masing. Dengan cara demikian, maka setiap sekolah

akan menetapkan standar sendiri melalui tes masuk yang dipakai. Sekolah yang

berkualitas akan memiliki tes masuk yang relevan, dan sekolah yang kurang

bermutu akan ditinggalkan masyarakat. Selain itu sekolah yang menghasilkan

lulusan yang tidak bisa menerobos ke sekolah berikutnya juga akan ditinggalkan

masyarakat. Dengan demikian akan terjadi persaingan sehat antar sekolah dalam

menghasilkan lulusan yang terbaik dalam arti dapat melanjutkan ke sekolah

berikutnya. Sistem penerimaan dengan mengacu pada UAN akan berakibat pada

manipulasi data, bahkan membuka peluang terjadinya kecurangan. Pada

umumnya sekolah berlomba-lomba untuk meluluskan siswa-siswanya dengan

cara memberikan nilai kelulusan yang tinggi. Tetapi dengan adanya tes masuk

pada sekolah berikutnya (kecuali masuk SLTP harus lanjut karena masih dalam

cakupan wajib belajar), maka sekolah akan berlomba untuk membuat siswanya

disamping lulus juga diterima di sekolah berikutnya. Selain itu sistem evaluasi

yang diserahkan sepenuhnya ke sekolah juga diperlukan pedoman atau petunjuk

teknis. Pedoman untuk melakukan evaluasi tetap diperlukan dalam memberikan

petunjuk bagi guru agar dalam melakukan evaluasi tetap mengacu kepada

kaedah-kaedah evaluasi yang berlaku secara umum.

Apabila UAN tetap dipertahankan maka tujuan dan pelaksanaannya

harus dimodifikasi dimana UAN bukan bertujuan untuk menentukan kelulusan

siswa tetapi dipakai sebagai pengendalian mutu pendidikan. Artinya UAN tidak

perlu dikaitkan dengan kelulusan siswa, tetapi untuk mengetahui perkembangan

pendidikan pada umumnya. Dengan tujuan ini maka standar nilai UAN haruslah

minimal 6 sebagaimana pada umumnya dan hanya berpengaruh pada kredibilitas

sekolah. Bila suatu evaluasi mengacu pada hal tersebut di atas maka UAN

bukanlah suatu kebijakan yang patut dipertentangkan lagi.

Oleh karena itu agar didapat suatu kebijakan nasional yang utuh tentang

sistem penilaian pendidikan maka pemerintah dapat melakukan langkah

21

Page 22: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

perumusan ulang kebijakan UAN dan sistem penilaian tersebut secara

komprehensif dengan melakukan pelurusan kebijakan-kebijakan tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain pembentukan Tim

Perumusan Kebijakan Nasional tentang Penilaian Pendidikan. Tim ini bisa

dibentuk oleh Depdiknas yang BSNP menjadi leading sectornya dan anggotanya

bisa berasal dari elemen-elemen masyarakat pendidikan, termasuk juga DPR

Komisi Pendidikan, para pakar pendidikan, organisasi profesi independen seperti

PGRI, LSM pendidikan dan sebagainya. Kemudian tim tersebut dapat

melakukan evaluasi dan kajian terhadap semua kebijakan yang terkait dengan

penilaian pendidikan di negeri ini misalnya dengan melakukan studi banding ke

negara lain untuk mencari model yang sesuai dengan Indonesia dan kemudian

merumuskannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

serta melaporkan hasil kerjanya kepada Pemerintah. Hasil dari kegiatan kajian

tersebut akan menghasilkan butir-butir rekomendasi yang harus dilaksanakan

oleh pemerintah dalam bidang penilaian pendidikan. Adapun kajian-kajian yang

dilakukan tersebut dapat berupa substansi seperti :

1. Pelaksana tugas penilaian, seperti penilaian formatif, sumatif dan ujian akhir

serta berbagai jenis penilaian lainnya dari tinggkat dasar sampai perguruan

tinggi

2. Pengembangan model-model ujian akhir, penentu kelulusan atau tamat

sampai dengan kemungkinan menggunakan ujian akhir online (online

assessment) perlu diantisipasi dalam era teknologi informasi.

3. Bentuk-bentuk laporan pendidikan seperti rapor, sistem peringkat, sistem

pemberian skor atau nilai.

4. Apakah diperlukan adanya standar kelulusan sebagimana telah ditetapkan

dalam PP tentang Standar Nasional Pendidikan?

5. Dan masih banyak yang lainnya yang perlu dikaji secara mendalam.

Proses kajian dan evaluasi tersebut akan menghasilkan rekomendasi yang

akan menjadi pegangan utama pemerintah untuk merumuskan dalam bentuk

Peraturan Pemerintah (PP).

22

Page 23: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

Terakhir, pemerintah mengeluarkan PP atau setidaknya Peraturan

Menteri tentang sistem penilaian pendidikan tersebut, untuk kemudian

dilaksanakan dimana PP ini secara komprehensif akan mengatur tentang hal-hal

sampai yang terkecil. Setelah PP dapat diterbitkan maka kebijakan itu harus

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.

23

Page 24: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pemerintah harus banyak mengkaji tentang pendidikan agar dapat

melakukan kegiatannya secara optimal. Dengan cara demikian maka perumusan

kebijakan nasional pendidikan akan berjalan sesuai dengan aspirasi masyarakat

dan menghasilkan kebijakan yang tepat bagi perkembangan bangsa dan Negara di

masa mendatang

B. Saran

Makalah ini masih banyak kekurangan, maka diharapakan kritik beserta

saran yang membangun dalam makalah ini, sehingga makalah selanjutnya ada

perubahan yang lebih baik.

24

Page 25: belajarpenuhkaryahome.files.wordpress.com  · Web viewFormulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, (Jakarta: Media Sarana Press, 1987)

H.A.R. Tilar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 9-10.

Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya

Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2007)

M. Nurdin Matry, Implimentasi Dasar-Dasar Manajemen Sekolah Dalam Era

Otonomi Daerah, (Makasar: Aksara Madani, 2008) h. 7

Sam  M Chan dan Tuti T Sam, Analisis Swot: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi

Daerah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4

25