b u k u p e d o m a n j ns=j 8 a -# g - / gj= #1#8 · (sop) sebagai panduan detail kinerja semua...
TRANSCRIPT
PROFILING
WAJIB PAJAK
HOTEL&RESTORAN
D I R E K T O R A T J E N D E R A L
P E R I M B A N G A N K E U A N G A N
B U K U P E D O M A N
EDISI 1
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Maksud dan Tujuan 7
Bab II PENYUSUNAN PROFILE WAJIB PAJAK HOTEL DAN
RESTORAN
9
A. Definisi Profile dan Tujuan pembuatan Profile 10
B. Elemen Profile Wajib Pajak Hotel dan Restoran 10
1. Data Pokok 10
a. Identitas WP 10
1) Nama WP 10
2) Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD)
11
3) Tanggal Terdaftar/Pemberian NPWPD 13
4) Nomor Identitas Kependudukan (NIK) 13
5) Contact Person 13
6) Jenis Usaha 14
7) Merk/Pengenal Usaha 14
8) Nomor dan Tanggal SIUP 14
9) Klasifikasi bidang usaha 14
10) Status usaha tunggal/pusat/cabang 14
11) Alamat usaha (alamat pusat, alamat cabang) 14
12) Denah lokasi/koordinat map 14
13) Akta pendirian/perubahan 14
b. Struktur organisasi 14
c. Nomor rekening bank (jika ada) 15
d. Status Modal
(PMA/PMDN/BUMN/BUMD/Swasta Lainnya)
15
e. Pemegang saham dan struktur permodalan 15
f. Pengurus dan komisaris 15
g. Proses produksi 15
h. Kapasitas Produksi 15
i. Input/bahan baku 16
j. Supplier utama 16
k. Output/hasil produksi 16
l. Costumer utama 16
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page ii
m. Prospektus 16
2. Data Akumulatif 16
a. Data Series atau bulanan SPTPD 16
1) Laporan Rugi Laba 16
2) Neraca 17
3) Rencana Kerja Anggaran Perusahaan/unit
usaha (RKAP)/Laporan Kegiatan Usaha (LKU)
18
b. Data Perkembangan usaha 18
1) Pembukuan dan pencatatan 18
2) Hal yang diatur dalam pembukuan atau
pencatatan Pajak Hotel
19
3) Hal yang diatur dalam pembukaan atau
pencatatan Pajak Restoran
19
c. Data Kewajiban Perpajakan 20
1) Pelaporan 20
2) Pembayaran 20
3) Ketetapan 21
4) Restitusi 22
5) Tunggakan 22
6) Keberatan dan Banding 22
7) Pemeriksaan 23
8) Tindakan Penagihan Pajak 23
3. Data Lain-Lain/Pihak Lainnya 24
a. Data transaksi dari pihak lain 24
b. Data Anggaran dan Realisasi PAD Pemda dari
tahun 2010
24
C. Collecting Data 24
1. Sumber Data 24
2. Cara yang dilakukan dalam Collecting Data 24
D. Kendala dan Permasalahan Pengumpulan Data 25
1. Internal 25
2. Eksternal 25
Bab III PEMANFAATAN DATA PROFILE WAJIB PAJAK HOTEL
DAN RESTORAN
27
A. Evaluasi/analisis perpajakan WP Hotel dan Restoran 28
B. Pemutakhiran Data Profile WP Hotel dan Restoran 30
C. Tata Cara Pemutakhiran Data Profil WP Hotel dan
Restoran
31
D. Perhitungan Potensi Pajak Hotel dan Restoran 33
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page iii
E. Pentingnya peraturan tentang kewajiban Instansi,
Lembaga, Asosiasi dan Pihak lain (ILAP) dalam
mendukung ketersediaan data yang berkaitan dengan
perpajakan daerah.
48
F. Pentingnya membangun sistem aplikasi/Teknologi
informasi dan Komunikasi (TIK)
49
Lampiran-Lampiran
A. Tabel Data Dukungan Tugas dan Fungsi iv
B. Daftar Referensi xiii
C. Daftar Indek xiv
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 1
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 2
A. Latar Belakang
Modernisasi administrasi pemungutan pajak daerah menjadi suatu keniscayaan agar
segera terwujud suatu organisasi pemungutan yang berkinerja optimal guna
menunjang peningkatan peran pendapatan asli daerah dalam kemandirian daerah.
Kondisi administrasi dari organisasi pengelola pajak daerah yang jauh dari yang
diharapkan perlu mendapat perhatian pemerintah pusat khususnya Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) sebagai organisasi yang bertugas menyusun
kebijakan sekaligus pembina Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) di Pemerintah
Daerah. DJPK diharapkan dapat hadir lebih dekat khususnya dalam memfasilitasi
pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan daerah. DJPK dituntut lebih
applicable dalam menyusun buku-buku pedoman pengelolaan perpajakan daerah
yang digunakan sebagai acuan Pemda untuk menyusun peraturan dan/atau keputusan
Kepala Daerah dalam pengelolaan perpajakan daerahnya.
Upaya modernisasi dilaksanakan dengan membangun organisasi perpajakan daerah
berdasarkan fungsi antara lain pendaftaran, pendataan, penilaian, pelayanan
konsultasi, pengawasan, penelitian, pemeriksaan, penetapan, penyelidikan, penagihan,
keberatan, banding dan sistem informasi, yang kemudian diikuti dengan menyusun
uraian jabatan serta bisnis proses setiap fungsi tersebut. Setelah uraian jabatan dan
bisnis proses disusun maka selanjutnya disusun standart operation and prosedure
(SOP) sebagai panduan detail kinerja semua lini dari organisasi.
Memodernisasi organisasi dan kelembagaaan harus didukung dengan membangun
sistem yang memanfaatkan teknologi informasi yang terintegrasi dalam pengelolaan
basis data. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut untuk mendukung semua
pelayanan yang diperlukan organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam
pelayanan organisasi perpajakan daerah seperti, e-Registration
(pendaftaran/NPWP/Geotagging), e-Billing (modul e-payment/ penerimaan), e-
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 3
Filing/e-SPTPD, Simpada (document management), Website dan Mobile App dan lain
sebagainya sudah menjadi sebuah keharusan Pemda dalam upayanya memperbaiki
sistem pemungutan pajak berbasis teknologi informasi.
Pemanfaatkan teknologi informasi yang terintegrasi dalam pengelolaan basis data
dimulai dengan menyusun profiling atau elemen database WP daerah. Guna
memperkuat kegiatan profiling tersebut perlu disusun sebuah Peraturan Kepala Daerah
yang mengatur kewajiban pihak-pihak terkait (instansi, lembaga, asosiasi, dan pihak
lain/ILAP) untuk menyampaikan data WP daerah sesuai kebutuhan informasi
berdasarkan profiling/elemen database tersebut. Pemanfaatan teknologi informasi
untuk mendukung pemutahiran profiling WP akan lebih mudah apabila didukung
aplikasi berbasis web dengan target atau tujuan memudahkan fiskus melakukan
pengawasan dan penggalian potensi wajib pajak.
Hal-hal yang melatarbelakangi penyusunan buku pedoman profiling WP hotel dan
restoran disebabkan karena kondisi saat ini proses collecting database, pengolahan
database dan penyajian informasi Wajib Pajak (WP) belum berdasarkan elemen
profiling WP yang terstruktur dan belum menggunakan teknologi informasi tersendiri.
Banyak dijumpai pemerintah daerah yang belum memiliki peraturan perundang-
undangan baik peraturan kepala daerah atau pengaturan lebih lanjut sebagai dasar
hukum yang mendukung proses collecting database, pengolahan database dan
penyajian informasi untuk mendukung kinerja berbagai fungsi organisasi dengan
berbasis sistem teknologi informasi. Hal ini terlihat dari proses collecting database
masih menggunakan cara manual seperti survey atau visit langsung ke lapangan yang
biasanya untuk keperluan yang sifatnya insidental. Selain itu, masih belum ada
peraturan yang mewajibkan pihak-pihak terkait (instansi, lembaga, asosiasi, dan pihak
lain/ILAP) untuk menyampaikan data WP Hotel dan Restoran sesuai kebutuhan
informasi yang berdasarkan elemen profiling WP, termasuk belum adanya peraturan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 4
yang mengatur tentang proses bisnis pengolahan data dan penyajian data
menggunakan sistem aplikasi yang terintegrasi.
Administrasi pemungutan pendapatan daerah yang modern mensyaratkan pemisahan
semua fungsi-fungsi pengelolaan pendapatan yang harus ada dan terbagi habis fungsi-
fungsi tersebut ke semua lini organisasi. Adapun fungsi-fungsi tersebut (contoh Badan
Pendapatan Type A) antara lain:
1) Sekretariat badan dengan fungsi umum, SDM, kepatuhan internal, keuangan,
akuntansi, pelaporan dan kesekretariatan lainnya,
2) Bidang P1 dengan fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan Intensifikasi, Humas,
Penyuluhan dan Pengelolaan Informasi, Monitoring, Evaluasi dan Pengendalian
Penerimaan.
3) Bidang P2 dengan fungsi Perencanaan, Pengembangan Potensi dan Basis Pajak,
Penilaian, Pengawasan dan Ekstensifikasi, Penelitian dan Penetapan.
4) Bidang P3 dengan fungsi Pengumpulan, identifikasi dan pemutakhiran data, analisis
pengembangan sistem dan integrasi data, infrastruktur dan operasional TI.
5) Bidang P4 dengan fungsi penyusunan peraturan, penagihan, keberatan,
pengurangan, penyidikan, pemeriksaan dan banding.
Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut menjadi tidak rasional jika unit organisasi ini
masih menjadi satu dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi perencanaan dan anggaran,
perbendaharaan, dan pengelolaan aset daerah. Sehingga diharapkan dalam
penyusunan Perda pembentukan dan susunan perangkat daerah, idealnya instansi
pengelola pendapatan seyogyanya berdiri sendiri menggunakan nomenklatur Badan
Pendapatan Daerah/sejenisnya.
Terkait tugas dan fungsi profiling WP yang menghasilkan struktur database WP
dilaksanakan oleh bidang yang mempunyai fungsi Bidang P1 dengan fungsi
pendaftaran, Intensifikasi, Identifikasi dan Pemutakhiran Data, dan Penilaian. Data
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 5
profiling WP yang sudah terekam, kemudian dilakukan pengolahan data yang hasil
analisis dan disajikan dengan sistem aplikasi yang terintegrasi serta digunakan untuk
mendukung kinerja serta fungsi dari bidang lainnya.
Buku Pedoman Profiling WP Hotel dan Restoran ini dapat dipergunakan oleh Pemda
sebagai acuan untuk menyusun peraturan perundangan-undangan (Peraturan Kepala
Daerah/Peraturan Kepala Badan) sebagai dasar hukum mendukung proses collecting,
pengolahan dan analisis data serta penyajian informasi untuk mendukung berbagai
fungsi organisasi dengan berbasis teknologi informasi. Buku Pedoman ini berisikan
elemen database wajib pajak yang minimal harus ada dalam sistem informasi di unit
pengelola pajak daerah. Buku pedoman ini juga memberikan acuan Pemda untuk
mengatur kewajiban pihak-pihak terkait (instansi, lembaga, asosiasi, dan pihak
lain/ILAP) untuk menyampaikan data WP khususnya WP hotel dan restoran.
Buku pedoman ini dapat digunakan Pemda sebagai acuan menyusun proses bisnis
bidang yang menangani collecting dan pengolahan data, analisis data serta penyajian
informasi. Idealnya proses bisnis tersebut terintegrasi dan berbasis web. Dalam
pembangunan dan pengembangan TIK Pendapatan Daerah, Pemda akan
mendapatkan manfaat serta kemudahan yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dalam mendukung pelayanan dan kinerja di semua fungsi organisasi. Manfaat TIK
dalam mendukung pelayanan dan kinerja organisasi adalah sebagai berikut:
1) Layanan Sistem Informasi Administrasi Perpajakan:
a) Fungsi Pelayanan (registrasi, konsultasi, pembayaran, keberatan, non
keberatan, dan layanan administrasi perpajakan lainnya).
b) Fungsi Pengawasan (ektensifikasi, pengawasan, verifikasi, dan pemeriksaan).
c) Fungsi Penegakan Hukum (penyidikan, penagihan).
2) Layanan Sistem Informasi Pendukung Organisasi
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 6
Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengelola pendapatan daerah dalam
rangka menjalankan fungsi pendukung organisasi. Fungsi pendukung tersebut
terdiri dari proses bisnis:
a) pengolahan SPTPD,
b) intelijen dalam rangka informasi, data, laporan, dan pengaduan (IDLP),
c) pengembangan dan analisis IDLP,
d) litigasi (beracara),
e) edukasi dan hubungan masyarakat,
f) non litigasi (bantuan hukum),
g) hubungan antar daerah dan pemerintah pusat,
h) penyusunan regulasi,
i) penelitian dan pengembangan.
3) Layanan terkait Stakeholders
Layanan ini diharapkan dapat menghubungkan pengelola pendapatan daerah
dengan stakeholders/mitra yaitu: WP, Bank, Kementerian/Lembaga, Instansi atau
Badan Pemerintahan lainnya, asosiasi, dan pihak lainnya. Selain itu layanan ini
diharapkan pula dapat:
a) sebagai saluran untuk pertukaran data dan informasi serta sebagai media
publikasi informasi pengelola pendapatan daerah ke mitra.
Proses pertukaran data dan informasi bisa dilakukan antara dua pihak yang
berkepentingan misalnya Badan Penerimaan Daerah melakukan kerjasama
pertukaran data dan informasi WP Hotel dan Restoran dengan kantor
pelayanan pajak setempat.
b) sebagai salah satu fungsi pendukung pengelola pendapatan daerah yaitu
Pengolahan Data Pihak Ketiga.
Proses Bisnis Pengolahan Data Pihak Ketiga merupakan proses bisnis yang
menggambarkan kegiatan pengumpulan data kegiatan usaha WP yang
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 7
diperoleh dari sumber data selain laporan WP itu sendiri, seperti dari instansi
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain (ILAP) yang wajib memberikan
data dan informasi terkait perpajakan kepada pengelola pendapatan daerah.
4) Layanan Analisis Data
Layanan ini diharapkan dapat menyediakan hasil olahan data dan informasi yang
dapat digunakan oleh pimpinan pengelola pendapatan daerah dalam mengambil
keputusan.
5) Layanan Dukungan Teknis TIK
Layanan ini diharapkan sebagai layanan satu pintu yang dapat mendukung kinerja
berbagai tugas dan fungsi organisasi/unit kerja pengelola pendapatan daerah di
semua level. Dengan demikian setiap permasalahan, pertanyaan, ataupun
permintaan seputar TIK disampaikan melalui unit layanan dukungan teknis ini.
Pembangunan sistem aplikasi yang terintegrasi guna mendukung proses collecting,
pengolahan dan analisis data serta penyajian informasi yang dapat digunakan untuk
mendukung semua tugas dan fungsi organisasi pengelola pendapatan daerah,
diperlukan sarana dan prasarana infrastruktur pendukung antara lain ruang
pengolahan data dan informasi, komputer, server, jaringan LAN, jaringan koneksi
internet, pemeliharaan rutin sarana dan prasarana teknologi informasi dan lain
sebagainya. Selain itu diperlukan juga peralatan-peralatan untuk memudahkan proses
pendataan, pencatatan dan pelaporan transaksi objek pajak di lapangan yang perlu
juga diinvestasikan oleh Pemda seperti mesin typing box, cash register, cctv, dan lain
sebagainya.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari penyusunan buku pedoman profiling database WP Hotel dan
Restoran adalah sebagai berikut:
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 8
1. Menggali dan mengumpulkan data profil WP menjadi satu database yang dapat
dengan mudah diolah dan disajikan menjadi suatu informasi pajak yang valid.
2. Profil WP yang tersusun akan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terkait kebijakan Pajak Hotel dan Restoran.
3. Terjalinnya kerjasama dengan pemerintah pusat, pemda lainnya serta instansi
publik lainnya seperti bank/lembaga non bank, asosoasi dan pihak lainnya dalam
hal pertukaran data yang terkait dengan kepentingan perpajakan, sehingga potensi
pajak dapat terus digali dan meminimalisir potensial lost.
4. Dapat dilakukannya monitoring dan evaluasi bersama dengan instansi pajak
lainnya terkait kebenaran data yang dilaporkan oleh WP.
5. Dapat dilakukan kerjasama investigasi antar aparat pengelola pajak terhadap data
yang terindikasi tidak dilaporkan oleh WP.
6. Pada akhirnya, diharapkan penerimaan pajak dari hotel dan restoran menjadi
lebih optimal sesuai dengan potensi yang ada.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 9
BAB II
Penyusunan Profile Wajib Pajak Hotel
dan Restoran
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 10
A. Definisi Profile WP dan Tujuan Pembuatannya
Profile WP merupakan informasi mengenai WP yang memuat antara lain berupa
identitas pokok, kegiatan usaha, riwayat aktivitas perpajakannya dan data pendukung
lainnya secara berkesinambungan yang dapat diklasifikasikan atas data pokok, data
akumulatif dan data lain. Profile memuat hal-hal yang dipandang perlu untuk
diketahui oleh pengelola pajak.
Tujuan pembuatan profile WP adalah untuk menyajikan informasi yang dapat
digunakan terutama untuk bahan analisis, mengukur tingkat resiko dan kepatuhan WP
serta untuk lebih mengenal WP yang terdaftar di instansi kerjanya dan dapat
memonitor perkembangan usaha WP bersangkutan dan melakukan pengawasan,
penggalian potensi dan pelayanan yang lebih baik.
Dalam Buku Pedoman ini, pembuatan profile WP fokus pada WP Hotel dan Restoran.
B. Elemen Profile WP Hotel dan Restoran
1. Data Pokok
Data Pokok dalam Profile WP Hotel dan Restoran merupakan informasi tentang
identitas WP secara umum dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan
antara lain:
a. Identitas WP antara lain berupa:
1) Nama WP;
WP pribadi diisi nama terang secara lengkap tidak singkat, WP badan diisi
sesuai nama pada akta pendirian tanpa mencamtumkan bentuk hukumnya,
dan pemungut diisi nama bendaharawan pada instansi yang bersangkutan.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 11
2) Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);
Diisi menggunakan nomor NPWP yang diberikan oleh Kantor Pelayanan
Pajak yang berisi 15 digit nomor unik yang masing-masing mempunyai arti
tersendiri.
• Dua digit pertama menunjukkan jenis WP, contohnya
a) Kode 01, 02, 21, dan 31 menunjukkan WP badan.
b) Kode 00 dan 20 menunjukkan WP Bendahara.
c) Kode 04, 05, 06, 07 sampai dengan 97 menunjukkan WP orang
pribadi.
• Enam digit selanjutnya menunjukkan nomor urut tertentu yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak kepada WP,
• Satu digit berikutnya adalah cek digit yang diberikan untuk KPP yang
menerbitkan agar tidak terjadi pemalsuan NPWP,
• Tiga digit selanjutnya menunjukkan Kantor Pelayanan Pajak tempat
WP terdaftar misalnya kode 521 berarti KPP Pratama Purwokerto, dan
• Tiga digit terakhir menunjukkan kode cabang atau pusat. Kode 000
berarti pusat dan 001 dan seterusnya berarti NPWP cabang.
Selain 15 digit nomor identitas NPWP di atas sebagai identitas NPWPD
menggunakan atribut yang diinput dengan menambahkan 6 digit kode
dengan uraian sebagai berikut:
• [XX] Kode dan Uraian Provinsi,
• [XX] Kode dan Uraian Kabupaten/Kota,
• [XX] Kode dan Uraian Kecamatan.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 12
Adapun contoh kartu NPWPD adalah sebagai berikut:
a) Desain kartu NPWPD untuk WP orang pribadi
b) Desain kartu NPWPD untuk WP Badan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 13
NPWP merupakan identitas yang sudah umum dan dipakai secara luas di
masyarakat dan dunia usaha, maka NPWP bisa digunakan sebagai identitas
tunggal untuk digunakan dan diadopsi sebagai NPWPD. Dalam proses
legalisasi yang dilakukan di notaris mensyaratkan adanya NPWP dalam
penerbitan akta pendirian suatu unit usaha. Saat ini pihak notaris dengan
Kantor Pelayanan Pajak setempat sudah online terhubung dengan aplikasi
e-registration dalam rangka mempercepat proses penerbitan NPWP.
Dengan menggunakan NPWP, Pemda akan jauh lebih mudah dalam
melakukan recording NPWPD dan potensi hasilnya lebih banyak dalam
rangka pencarian dan collecting data yang diperlukan dalam proses
profiling WP. Hal tersebut disebabkan karena NPWP sudah banyak
digunakan di dunia usaha daripada harus menciptakan NPWPD sendiri.
3) Tanggal Terdaftar/Pemberian NPWPD;
Diisi tanggal pada waktu pemberian NPWPD.
4) Nomor Identitas Kependudukan (NIK);
Diisi dengan 16 digit nomor unik yang masing-masing mempunyai arti
tersendiri.
• 2 digit pertama kode provinsi,
• 2 digit kedua kode Kabupaten/Kota,
• 2 digit Ketiga kode Kecamatan,
• 2 digit Keempat kode tanggal lahir,
• 2 digit Kelima kode bulan lahir,
• 2 digit Keenam kode tahun lahir,
• 4 digit Ketujuh nomor random dari program komputer.
5) Contact Person;
a) Nomor Telepon dan Faksimili
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 14
b) Nomor HP
c) Alamat email/situs
6) Jenis Usaha:
a) Hotel
b) Restoran
Dibedakan sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur usaha
jasa perhotelan dan restoran.
7) Merk/pengenal usaha;
Berisikan nama pengenal usaha/merk yang menjadi sebutan dan dikenal
oleh masyarakat.
8) Nomor dan tanggal SIUP;
Berisikan nomor dan tanggal dari SIUP yang diperoleh.
9) Klasifikasi bidang usaha
Berisikan empat digit kode klasifikasi bidang usaha, maksimum dalam satu
SIUP tiga bidang usaha.
10) Status usaha tunggal/pusat/cabang;
Berisikan data keterangan status dari suatu unit usaha.
11) Alamat usaha (alamat pusat, alamat cabang);
Berisikan alamat jelas baik kantor pusat maupun kantor cabang.
12) Denah lokasi/koordinat map;
Berisikan data denah lokasi unit usaha disertai posisi koordinatnya (map)
13) Akta pendirian/perubahan;
Diisikan data tanggal, nomor, dan nama notaris penerbit akta notaris
terkait pendirian suatu unit usaha dan perubahannya.
b. Struktur organisasi;
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau unit usaha dalam menjalankan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 15
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu
dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.
Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang
siapa melapor kepada siapa.
c. Nomor rekening bank (jika ada);
Nomor rekening yang digunakan dalam operasional suatu unit usaha.
d. Status modal (PMA/PMDN/BUMN/BUMD/Swasta lainnya);
Berisikan data keterangan untuk status modal suatu unit usaha.
e. Pemegang saham dan struktur pemodalan;
Berisikan data mengenai daftar pemegang saham dan struktur besaran
permodalannya.
f. Pengurus dan komisaris;
Berisikan data pengurus (dewan redaksi) dan dewan komisaris sesuai akta
pendirian PT dibuat oleh Notaris.
g. Proses produksi;
Adalah gambaran proses atau urutan pelaksanaan ataupun kejadian yang
terjadi secara alami atau didesain, menggunakan waktu, ruang, metode,
keahlian atau sumber daya lainnya, dalam rangka menghasilkan suatu produk
dari suatu unit usaha.
h. Kapasitas produksi;
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang
dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu, Hotel memiliki
kapasitas kamar 200 rooms, restoran memiliki kapasitas tempat duduk 500
orang.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 16
i. Input/bahan baku;
Berisikan data semua bahan baku yang digunakan oleh unit usaha dalam
memproduksi suatu produk.
j. Supplier utama;
Berisikan data pemasok bahan baku dan bahan yang digunakan dalam proses
produksi yang paling dominan.
k. Ouput/hasil produksi;
Berisikan data jenis-jenis produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan
dari suatu unit usaha.
l. Customer utama;
Berisikan data pelanggan yang secara komersial merupakan pelanggan
potensial.
m. Prospektus.
Gabungan antara profil unit usaha dan laporan tahunan yang menjadikannya
sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu lembaga/ unit usaha untuk
memberikan gambaran mengenai saham yang ditawarkannya untuk dijual
kepada publik.
Suatu prospektus umumnya berisikan informasi material
tentang reksadana, saham, obligasi dan investasi lainnya seperti misalnya
penjelasan tentang bidang usaha perseroan, laporan keuangan, biografi dari
dewan komisaris dan dewan direksi, informasi terinci mengenai kompensasi
mereka, perkara-perkara yang sedang dihadapi perseroan, daftar aset
perseroan, dan lain-lain informasi yang bersifat material.
2. Data Akumulatif
a. Data Series atau bulanan SPTPD
1) Laporan Laba Rugi (L/R)
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 17
Laporan Laba Rugi (L/R) adalah bagian dari laporan keuangan unit usaha
yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-
unsur pendapatan dan beban unit usaha sehingga menghasilkan suatu laba
atau rugi bersih. Elemen-elemen laporan laba rugi hotel, antara lain:
a) Penjualan
Ini menjelaskan tentang jumlah penjualan atas jasa dan/atau produk
yang ditawarkan oleh hotel atau restoran setiap periode. Jasa dan/atau
produk yang umumnya ditawarkan oleh hotel antara lain: jasa kamar,
jasa laundry, jasa penyewaan ruangan, jasa transportasi dan
komunikasi serta jasa lainnya. Sedangkan di restoran, jasa dan/atau
produk yang umumnya ditawarkan oleh restoran antara lain jasa
penyediaan makanan dan minuman.
b) Harga Pokok dan Biaya Operasional
Ini menjelaskan tentang jumlah harga pokok produksi dan biaya-biaya
operasional yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan
dalam setiap periode. Harga pokok produksi merupakan biaya-biaya
yang dikeluarkan langsung berhubungan dalam rangka proses
menghasilkan produk, seperti Bahan Baku, Tenaga Kerja dan Biaya
overhead. Biaya-biaya operasional yang terdapat pad hotel dan
restoran antara lain biaya gaji, upah serta bahan habis pakai.
2) Neraca
Neraca melaporkan posisi kekayaan dan kewajiban baik hotel maupun
restoran pada periode tertentu. Dalam neraca terdapat akun-akun antara
lain kas, piutang, aktiva lancar, aktiva tetap, utang lancar, utang jangka
panjang serta modal. Informasi terkait neraca unit usaha harus termuat
dalam profile WP Hotel dan Restoran.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 18
3) Rencana Kerja Anggaran Perusahaan/unit usaha (RKAP)/Laporan Kegiatan
Usaha (LKU)
RKAP disusun oleh Unit usaha untuk mencapai tujuan unit usaha di masa
mendatang (plan for future). RKAP dalam pengelolaan pajak hotel dan
restoran dapat digunakan untuk menganalisis potensi pajak hotel dan
restoran. Informasi terkait RKAP harus termuat dalam profile WP Hotel
dan Restoran.
b. Data Perkembangan usaha
Sektor hotel dan restoran memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Umumnya, jumlah hotel maupun restoran mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menimbulkan potensi bagi
pendapatan bagi daerah. Oleh karena itu, diperlukan data-data yang
komprehensif terkait profile WP Hotel dan Restoran.
1) Pembukuan dan pencatatan
Setiap WP hotel atau restoran wajib membuat pencatatan atau pembukuan
atas usahanya. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut. WP yang wajib menyelenggarakan
pembukuan sebagai berikut:
a) WP Badan.
b) WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha kecuali WP Orang
Pribadi yang peredaran brutonya sebesar yang diatur dalam Perda.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 19
Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak.
2) Hal-hal yang harus diatur dalam pembukuan atau pencatatan untuk
penghitungan Pajak Hotel minimum adalah sebagai berikut:
a) Data tingkat hunian (occupation rate) dari Biro Pusat Statistik;
b) Jumlah kamar yang tersedia per jenis/type kamar;
c) Jumlah kamar yang terisi per jenis/type kamar;
d) Harga kamar per jenis/type kamar;
e) Jumlah pembayaran yang terdiri:
(1) Persewaan kamar;
(2) Penjualan makanan dan minuman;
(3) Fasilitas hotel; dan
(4) Pelayanan penunjang
f) Jumlah tamu hotel yang sarapan pagi;
g) Jumlah air mineral (compliment) yang terpakai;
h) Data dukung lainnya misalnya data dari Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI); dan
i) Laporan SPT WP orang pribadi atau badan.
3) Sedangkan untuk penghitungan Pajak Restoran adalah sebagai berikut:
a) Harga makanan per jenis makanan;
b) Harga minuman per jenis makanan;
c) Jumlah pembayaran makanan dan minuman yang terjual;
d) Jumlah kursi, meja, meja lesehan, piring dan gelas yang tersedia;
e) Data tingkat kunjungan dari Biro Pusat Statistik;
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 20
f) Data dukung lainnya misalnya data dari Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI); dan
g) Laporan SPT WP orang pribadi atau badan.
c. Data Kewajiban Perpajakan
1) Pelaporan
Sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah, Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) mempunyai fungsi
sebagai suatu sarana bagi WP di dalam melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak yang sebenarnya
terutang. SPTPD berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan
Pajak baik yang dilakukan WP sendiri maupun melalui mekanisme
pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak
pemotong/pemungut. Selain itu juga untuk melaporkan aset dan
kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan. Oleh karena itu,
SPTPD mempunyai makna yang cukup penting baik bagi WP maupun
pengelola Pajak.
2) Pembayaran
WP berkewajiban untuk membayar pajak daerah. Pembayaran pajak
daerah dilakukan di Unit Pelayanan terkait di daerah. Formulir yang
digunakan untuk membayar pajak berupa Surat Setoran Pajak Daerah
(SSPD). SSPD merupakan surat setoran pajak yang digunakan WP untuk
melakukan penyetoran atau pembayaran pajak ke kas daerah melalui unit
pelayanan atau media pembayaran pajak lainnya. Fungsi dari SSPD adalah
sebagai bukti pembayaran pajak. SSPD dianggap sah apabila sudah
disahkan pejabat unit pelayanan penerima pembayaran atau divalidasi
pembayarannya.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 21
3) Ketetapan
Ketetapan pajak melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) berfungsi
sebagai:
a) Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang
nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi
kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi
ketentuan perpajakan.
b) Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c) Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d) Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
e) Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Jenis-jenis ketetapan pajak adalah sebagai berikut:
a) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) adalah surat
ketetapan pajak daerah yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
b) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.
c) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
atau tidak seharusnya terutang.
d) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 22
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak.
4) Restitusi
Restitusi adalah permohonan WP atas kelebihan pembayaran pajak yang
dikembalikan melalui proses:
a) penelitian untuk pengembalian kelebihan pembayaran pajak,
b) verifikasi untuk pengembalian pajak yang seharusnya tidak terutang,
c) pemeriksaan dengan ketentuan bahwa apabila ternyata WP
mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu utang pajak tersebut.
Restitusi terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan WP
tidak punya hutang pajak lain.
5) Tunggakan
Tunggakan Pajak adalah sejumlah pajak yang belum dilunasi berdasarkan
STPD yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang, SKPDKB,
SKPDKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah. Termasuk pajak yang seharusnya tidak dikembalikan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan perundang-undangan tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Daerah.
6) Keberatan atau Banding
WP mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan
pajak dengan mengajukan keberatan secara tertulis paling lambat 3 bulan
sejak:
a) tanggal dikirim surat ketetapan pajak,
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 23
b) tanggal pemotongan atau pemungutan kecuali apabila WP dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.
Apabila WP masih belum setuju dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, maka WP masih dapat mengajukan banding
ke Badan Peradilan Pajak.
Atas keberatan atau banding tersebut Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk dapat menolak, menerima sebagian atau menerima seluruhnya
dan akan memberikan keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan sejak surat keberatan diterima.
7) Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Pemeriksaan juga
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Data yang dimasukkan di sini antara lain
Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak (LHP), Risalah/Ikhtisar hasil pembahasan
akhir pemeriksaan dan dokumen lain yang diperlukan dari unit usaha yang
bersangkutan.
8) Tindakan Penagihan Pajak
Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penagihan pajak
aktif dan penagihan pajak pasif. Penagihan pajak pasif dilakukan melalui
penerbitan STPD atau SKPD. Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak
dilakukan dengan surat paksa yang merupakan kelanjutan dari penagihan
pajak pasif, dimana fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim
surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 24
tindakan sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
penagihan pajak.
3. Data Lain-Lain/Pihak Lainnya
a. Data transaksi dari pihak lain
Berisikan data transaksi dari pihak ketiga (Supplier, Customer, Instansi,
Lembaga, Asosiasi dan pihak lain).
b. Data Anggaran dan Realisasi PAD Pemda dari tahun 2010
Berisikan data target dan realisasi PAD dari tahun 2010 sampai dengan
sekarang (Kalau bisa bulanan).
C. Collecting Data
1. Sumber Data
a. Data Internal
Data yang diperoleh dari database perpajakan (misalnya dari pendaftaran
NPWPD, SPTPD, permohonan keberatan dan lampirannya, hasil pemeriksaan
dan lain sebagainya)
b. Data Eksternal
Data dan informasi yang diperoleh dari pihak lain, baik dari Instansi lainnya
maupun dari pihak ketiga, misalnya otoritas pengawas, media massa, internet
dan lawan transaksi.
2. Cara yang dilakukan dalam Collecting Data:
a. Download data dari sistem informasi yang ada untuk mengumpulkan semua
data tentang WP tersebut.
b. Mengumpulkan data dari berkas WP.
c. Mengumpulkan data dari bagian lain dalam instansi yang bersangkutan.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 25
d. Mengumpulkan data dari otoritas pengawas (misalnya data WP BUMN yang
diperiksa BPKP, data Unit usaha Go Public ke BEJ)
e. Observasi (misalnya Visitation)
f. Kuesioner
g. Wawancara (misal Konseling, Focus Group Discussion per wilayah, Industrial
Partnership).
h. Explorasi data sekunder.
i. Kerjasama dengan pihak lain.
D. Kendala dan permasalahan dalam collecting data
1. Internal
a. Jumlah dan kompetensi SDM yang kurang memadai.
b. Data tersebar dimasing-masing bagian dan masih dalam bentuk hardcopy.
c. Belum ada SOP/bisnis proses yang mengatur pengumpulan dan updating,
pengolahan data dan penyajian informasi perpajakan pada satu bagian yang
ditunjuk.
d. Belum ada perangkat sistem/teknologi informasi yang terintegrasi untuk
mengolah data, menyajikan dan mendistribusi informasi guna mendukung
kinerja berbagai tugas dan fungsi administrasi perpajakan.
2. Eksternal
a. Adanya kecenderungan WP Hotel dan Restoran menghindar saat dilakukan
pendataan. Hal ini menyebabkan proses pemutakhiran data hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan informasi dari pihak ketiga dan pihak lainnya
yang mendukung kelengkapan data.
b. Adanya WP Hotel dan Restoran yang tidak menyampaikan data secara benar
sehingga informasi yang diberikan tidak akurat. Misalnya, terdapat hotel dan
restoran yang menggunakan billing yang terpisah antara penghasilan utama
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 26
dan penghasilan lainnya. Penggunaan billing yang terpisah dapat menjadi
indikasi penggelapan jumlah peredaran usaha yang sebenarnya.
c. Adanya usaha-usaha yang tidak memiliki izin sehingga pendata tidak memiliki
informasi terkait dengan telah berdirinya usaha hotel dan restoran. Hal ini
menyebabkan keterlambatan dalam pengumpulan data.
d. Kurangnya pengetahuan WP dalam melakukan pembukuan sehingga masih
terdapat usaha-usaha yang belum memiliki pembukuan untuk keperluan
perpajakan.
e. Belum adanya peraturan yang mengatur kewajiban instansi atau pihak ketiga
yang diharuskan untuk memasok data perpajakan yang diperlukan.
f. Belum ada sistem informasi berbasis web/online yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi dari WP maupun dari pihak ketiga/pihak
lain (ILAP).
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 27
BAB III
PEMANFAATAN PROFILING WAJIB
PAJAK HOTEL DAN RESTORAN
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 28
Profiling WP Hotel dan Restoran yang disusun sesuai elemen data yang terstruktur dan
lengkap untuk menunjang berbagai kebutuhan data masing-masing tugas dan fungsi
dari organisasi menjadi suatu keniscayaan pada instansi pengelola perpajakan daerah
yang modern dalam layanannya. Idealnya, pemda menggunakan dukungan sistem
pelaporan Pajak Hotel dan Pajak Restoran secara online yang dapat disusun dengan
berbasis web yang terintegrasi dengan pihak manajemen/WP.
Berikut ini diuraikan manfaat dan kegunaan penyusunan Profiling WP Hotel dan
Restoran, serta pentingnya peraturan tentang kewajiban Instansi, Lembaga, Asosiasi
dan Pihak lain (ILAP) dalam mendukung ketersediaan data terkait perpajakan daerah,
serta langkah-langkah,yang dapat dilakukan Pemda dalam membangun sistem
aplikasi/Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
A. Evaluasi/Analisis Perpajakan WP Hotel dan Restoran
1. Analisis Data Pajak Hotel dalam rangka penggalian potensi penerimaan pajak
daerah.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka analisis data Pajak Hotel
sebagai berikut:
a. Melakukan pengumpulan informasi/data pajak hotel, antara lain:
1) Jumlah kamar yang tersedia per jenis/tipe kamar;
2) Jumlah kamar yang terisi per jenis/tipe kamar;
3) Harga kamar per jenis/tipe kamar;
4) Jumlah pembayaran yang terdiri dari:
a) Persewaan kamar;
b) Penjulan makanan dan minuman;
c) Fasilitas hotel, dan
d) Pelayanan penunjang
5) Jumlah tamu hotel yang sarapan pagi;
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 29
6) Jumlah air mineral (compliment) yang terpakai;
7) Data tingkat hunian (occupation rate) dari Biro Pusat Statistik;
8) Laporan SPT Tahunan WP orang pribadi atau badan;dan
9) Data dukung lainnya misalnya data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI).
b. Menganalisa tingkat hunian dan peredaran usaha (omzet) objek pajak hotel.
c. Membandingkan tingkat hunian hasil analisis dengan data-data sebagai berikut:
1) Jumlah tamu yang memanfaatkan fasilitas hotel berupa sarapan pagi
dengan jumlah kamar yang terisi; dan
2) Jumlah air mineral (compliment) yang terpakai berdasarkan informasi data
yang diperoleh.
d. Melakukan perbandingan tingkat hunian dan analisis peredaran usaha objek
pajak hotel dengan:
1) Data tingkat hunian per jenis objek pajak hotel dari Badan Pusat Statistik
berdasarkan data yang diperoleh;
2) Data tingkat hunian dan analisis peredaran usaha objek pajak hotel sejenis
pada wilayah yang sama yang telah dilakukan analisis sebelumnya; dan
3) Peredaran usaha pajak hotel berdasarkan SPT Tahunan WP orang
pribadi/badan yang diperoleh.
2. Analisis Data Pajak Restoran dalam rangka penggalian penggalian potensi
penerimaan pajak daerah.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka analisis data Pajak Restoran
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi data pajak restoran, yaitu sebagai berikut:
1) Jumlah meja dan kursi yang tersedia;
2) Jumlah pembayaran yang terdiri dari:
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 30
a) Pembayaran atas makanan
b) Pembayaran atas minuman
3) Jumlah tamu restoran;
4) Data tingkat kunjungan dari Biro Pusat Statistik; dan
5) Laporan SPT Tahunan WP orang pribadi atau badan.
6) Data dukung lainnya misalnya data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI).
b. Menganalisa tingkat kunjungan dan peredaran usaha (omzet) objek pajak
restoran.
c. Membandingkan tingkat kunjungan hasil analisis dengan data-data sebagai
berikut:
1) Jumlah tamu/konsumen yang datang ke restoran/rumah makan;
2) Paket menu minimal yang biasa dikonsumsi.
d. Melakukan perbandingan tingkat kunjungan dan analisis peredaran usaha
objek pajak restoran dengan:
1) Data tingkat kunjungan per jenis objek pajak restoran dari Badan Pusat
Statistik berdasarkan data yang diperoleh;
2) Data tingkat kunjungan dan analisis peredaran usaha objek pajak restoran
sejenis pada wilayah yang sama yang telah dilakukan analisis sebelumnya;
dan
3) Peredaran usaha pajak restoran berdasarkan SPT Tahunan WP orang
pribadi atau badan yang diperoleh.
B. Pemutakhiran Data Profil Wajib Pajak Hotel Dan Restoran
1. Karakteristik data profil WP terdiri dari:
a. Data yang disajikan secara otomatis;
b. Data yang diisi secara manual.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 31
2. Account Tax Officer (ATO; Pelaksana yang mempunyai tugas memberikan layanan
konsultasi dan pengawasan WP) harus melakukan pemutakhiran data profil WP
atas:
a. data yang diisi secara manual:
b. melakukan updating apabila terdapat perbedaan data antara profil WP dengan
kondisi aktual WP, misalnya perbedaan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) dan
alamat WP.
3. Pemutakhiran data profil WP dapat bersumber dari:
a. hasil kunjungan kerja ke WP(visit);
b. data hasil pemeriksaan yang berbeda atau belum ada di profil;
c. data penagihan yang berbeda atau belum ada di profil;
d. data lainnya.
4. Laporan pengawasan dari hasil pemutakhiran data profil WP dalam bentuk
tabulasi secara periodik.
C. Tata Cara Pemutakhiran Profil Wajib Pajak
Prosedur Kerja:
1. Dalam hal terdapat perbedaan data profile WP antara sistem dengan kondisi
aktual WP, maka ATO wajib melakukan pemutakhiran data.
2. ATO melengkapi data profile WP dari berbagai sumber data yang ada. Dalam
hal, diperlukan kunjungan kerja ke WP, ATO menyiapkan daftar WP yang
menjadi target kunjungan kerja kemudian menyerahkan daftar tersebut ke
Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
3. Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi membuat dan mencetak konsep
Surat Tugas Kunjungan Kerja ke WP kemudian menyerahkannya ke Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 32
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep Surat
Tugas Kunjungan Kerja ke WP kemudian menyerahkannya ke Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Tugas
Kunjungan kerja ke WP kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi.
6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima Surat Tugas Kunjungan
Kerja ke WP dan menugaskan Account Tax Officer untuk melakukan
kunjungan kerja ke WP yang telah ditentukan.
7. Account Tax Officer melakukan kunjungan ke WP dan membuat Konsep
Laporan Hasil Kunjungan kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi.
8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menyetujui dan menandatangani
Laporan Hasil Kunjungan.
9. Berdasarkan Laporan Hasil Kunjungan Kerja, Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi menugaskan Account Tax Officer untuk melakukan pemutakhiran
data Profil WP.
10. Account Tax Officer memasukkan/mengunggah (input/upload) data Profil WP
pada aplikasi.
11. Dalam hal telah dilakukan pemeriksaan terhadap WP dan berdasarkan hasil
pemeriksaan terdapat data aktual WP yang tidak sesuai atau belum terdapat
dalam data pada profil WP maka Fungsional Pemeriksa melalui Kepala Seksi
Pemeriksaan wajib mengusulkan pemutakhiran profil WP dengan mengirimkan
perubahan data tersebut kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
untuk selanjutnya dilakukan pemutakhiran data pada aplikasi.
12. Kepala Seksi Penagihan dapat mengajukan pemutakhiran data profil WP
apabila dalam upaya penagihan yang dilakukan terdapat perbedaan antara
kondisi aktual WP dengan profil WP. Pemutakhiran data profil dapat
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 33
dilakukan dengan mengirimkan usulan perubahan data kepada Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi untuk selanjutnya dilakukan pemutakhiran data
pada aplikasi.
D. Perhitungan Potensi Pajak Hotel dan Restoran
Potensi pajak daerah juga dapat dihitung dengan cara menghitung potensi pajak
daerah untuk masing-masing objek pajak. Potensi pajak daerah tersebut dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Tarif pajak yang dikenakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
tercantum dalam undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah atau peraturan
daerah tentang pajak daerah. Basis pajak daerah harus dapat dihitung secara objektif
sehingga perhitungan potensi pajak daerah menggambarkan potensi pajak daerah di
lapangan.
Berikut ini adalah contoh perhitungan potensi pajak hotel dan restoran:
1. Menghitung Potensi Pajak Hotel
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan potensi pajak hotel, yaitu:
a. Mengidentifikasi objek pendapatan pajak hotel, yakni identifikasi seluruh
hotel yang ada meliputi hotel bintang, hotel melati, motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan dan sebagainya.
b. Menentukan hotel yang akan diteliti. Jika memungkinkan seluruh hotel
dilakukan survei dan dimasukkan dalam database potensi pendapatan.
Potensi Pajak Daerah = Basis Pajak x Tarif Pajak
Daerah
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 34
Namun, dengan pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka
dapat dilakukan pengambilan sampel.
c. Melakukan observasi untuk memperoleh data :
1) Kelas/jenis kamar
2) Tarif kamar
3) Jumlah kamar
4) Tingkat hunian kamar
d. Menghitung rata-rata hunian kamar
e. Menghitung rata-rata tarif kamar
f. Menghitung potensi pajak
Untuk memberikan gambaran cara menghitung potensi pajak hotel, berikut
adalah contoh data Hotel Santai:
Tipe Kamar Jumlah Tarif Kamar
VVIP 1 1.000.000
VIP 4 600.000
Superior 20 400.000
Delux 25 250.000
Standar 10 100.000
Jumlah Kamar 60
Tingkat Hunian (Bed Occupancy
Rate)*
45%*
Tarif Pajak Hotel 10%
*Keterangan: Data tingkat hunian bisa diperoleh melalui laporan WP, survey
lapangan atau data dari BPS/asosiasi/pihak lain
a. Langkah 1:
Menghitung Rata-rata Hunian Kamar
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 35
Berdasarkan data tersebut, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata
hunian kamar. Untuk menghitung rata-rata hunian kamar maka perlu
diobservasi jumlah kamar terpakai pada kondisi pengunjung ramai, normal,
dan sepi. Selanjutnya berdasarkan data jumlah kamar terpakai tersebut, dapat
dilakukan penghitungan rata-rata hunian kamar yang dapat dihitung dengan
dua cara, yaitu:
a) Rata-rata hunian kamar dengan metode rata-rata
Situasi (n) Jumlah Kamar
Terpakai (JKT)
Keterangan
Ramai 45 Rata-rata hunian kamar :
∑ 𝐽𝐾𝑇
𝑛 =
87
3
= 9
Normal 30
Sepi 12
Jumlah 87
b) Rata-rata hunian kamar dengan metode rata-rata tertimbang
Situasi JKT Frekuensi
(Jumlah Hari)
JKT x
Frekuensi
Keterangan
Ramai 45 100 hari 4.500 Rata-Rata Tetimbang:
∑𝐽𝐾𝑇 𝑥 𝐹𝑟𝑒𝑘
∑ ℎ𝑎𝑟𝑖 =
10.680
360
= 29,67
Normal 30 170 hari 5.100
Sepi 12 90 hari 1.080
Jumlah 360 hari 10.680
Berdasarkan penghitungan rata-rata tingkat hunian kamar, maka diperoleh
tingkat hunian kamar dengan metode rata-rata sebesar 29, sedangkan tingkat
hunian kamar menggunakan metode rata-rata tertimbang sebesar 29,67 atau
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 36
29 kamar. Dengan demikian tidak ada perbedaan yang signifikan jumlah rata-
rata tingkat hunian kamar antara kedua metode tersebut.
b. Langkah 2:
Menghitung Tarif Rata-Rata Kamar
Penghitungan rata-rata kamar dilakukan sebagai berikut:
Jenis Kamar Jumlah (N) Tarif Kamar (T) T x N
VVIP 1 1.000.000 1.000.000
VIP 4 600.000 2.400.000
Superior 20 400.000 8.000.000
Delux 25 250.000 6.250.000
Standar 10 100.000 1.000.000
Jumlah Kamar 60
18.625.000
Tarif Rata-Rata
per Kamar
∑(𝑇𝑥𝑁)
∑𝑁=
18.625.000
60= 310.416
c. Langkah 3:
Menghitung Potensi Pajak Hotel:
Potensi Pajak Hotel =
Rata-rata tingkat hunian kamar x rata-rata tarif per
kamar x jumlah hari beroperasi x tariff pajak hotel
= 29 kamar x Rp 310.416 x 360 hari x 10%
= Rp324.074.300 per tahun atau Rp27.006.192,- per
bulan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 37
d. Langkah 4 melakukan identifikasi semua data yang diperlukan terkait hotel
sebagai target dalam rangka menemukan data benchmarking yang akan
digunakan untuk perhitungan potensi dan menguji tingkat kepatuhan WP.
Sebagai contoh adalah sebagai berikut:
1) Informasi dari Daftar Tarif Kamar “Hotel Mamamia”
a) Daftar Tipe kamar:
No Tipe Kamar Jumlah Kamar
Harga per Kamar
1 Standard 250 Rp 850.000
2 Deluxe 150 Rp 1.000.000
3 Grand Deluxe 50 Rp 1.500.000
4 Suite 20 Rp 3.500.000
Total 470
*) Asumsi: 1 Kamar mendapatkan 1 set peralatan mandi setiap hari
b) Daftar Harga Fitness Center
Tarif Rp 50.000 /orang/kunjungan *) Asumsi: Per pengunjung mendapat fasilitas handuk gratis
c) Meeting Room
Tarif Rp 5.000.000 /6 jam *) Asumsi: Kapasitas Maksimal 30 Orang (Include Snack)
2) Informasi dari Data SPTPD Bulan November 2017
a) Pendapatan Bulan November 2017:
- Kamar Rp. 5.025.000.000
- Fitness Center Rp. 75.000.000
- Meeting Room Rp 150.000.000
- Lain-lain Rp. -
Total Penjualan Rp. 5.225.000.000
b) Lampiran SPTPD:
1> Tipe Kamar
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 38
No Tipe Kamar Kamar terpakai
Harga per Kamar
Total Pendapatan
1 Standard 3000 Rp 850.000 Rp 2.550.000.000
2 Deluxe 1500 Rp 1.000.000 Rp 1.500.000.000
3 Grand Deluxe 300 Rp 1.500.000 Rp 450.000.000
4 Suite 150 Rp 3.500.000 Rp 525.000.000
Total 4950 Rp 5.025.000.000
2> Fitness Center
3> Meeting Room
*) Asumsi:
> Peserta mendapat snack & air mineral
> Peserta Max. 30 orang
3) Informasi dari Data Pembukuan:
1. Sisa Sabun Bulan Lalu 500 buah
2. Belanja Sabun Bulan Ini 5000 buah
3. Sisa Sabun Bulan Ini 200 buah
4. Sisa Air Mineral Bulan Lalu 200 botol
5. Belanja Air Mineral Bulan Ini 1000 botol
6. Sisa Air Mineral Bulan Ini 100 botol
7. Laporan Laundty Handuk di Fitness Center 1750 buah
e. Langkah ke 5 mengidentifikasi dan menggunakan data-data yang diperlukan
sebagai jangkar/benchmarking untuk menghitung potensi pajak hotel yang
seharusnya dan menilai tingkat resiko/kepatuhan WP tersebut. Adapun
langkah-langkah detailnya adalah sebagai berikut:
No Fasilitas Pengunjung bulan Nov
Harga per Kunjungan
Total Pendapatan
1 Fitness Center 1500 Rp 50.000 Rp 75.000.000
No Fasilitas Sesi
Sewa
Peserta
Meeting
bulan
November
Harga per
Sesi
Total
Pendapatan
1 Meeting
Room
30 900 Rp 5.000.000 Rp 150.000.000
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 39
1) Menghitung potensi pajak restoran yang seharusnya.
b) Informasi dari Data Pembukuan
c) Kertas Kerja Hasil Pemeriksaan
No Fasilitas Hotel Benchmark Jumlah Terpakai Satuan
1 Kamar Sabun 500+5.000-200 5.300 Kamar
2 Fitness Center Handuk 1.750 Pengunjung
3 Meeting Room Air Mineral (200+1.000-100)/30 orang 37 Meeting Event
2) Apakah WP tersebut dalam kategori WP berisiko?
Pendapatan
No Uraian Jumlah Satuan
1 Sisa sabun bulan lalu 500 buah
2 Belanja sabun bulan ini 5.000 buah
3 Sisa sabun bulan ini 200 buah
4 Sisa air mineral bulan lalu - Meeting Room Department
200 botol
5 Tambahan stok air mineral bulan ini - Meeting Room Department
1.000 botol
6 Sisa stock air mineral bulan ini 100 botol
7 Laporan laundry handuk di Fitness Center 1.750 buah
No. Fasilitas
Pengunjung (per sewa)
Tarif/Harga Pendapatan
SPTPD Potensi SPTPD Potensi
1 Kamar 4.950 5.300 Rp 1.079.787 Rp5.344.946.809 Rp5.722.872.340
2 Fitness Center
1.500 1.750 Rp 50.000 Rp75.000.000 Rp87.500.000
3 Meeting
Room 30 37 Rp 5.000.000 Rp150.000.000 Rp183.333.333
Omzet Penjualan (Dasar Pengenaan Pajak) Rp5.569.946.809 Rp5.993.705.674
Pajak Daerah Rp556.994.681 Rp599.370.567
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 40
No Uraian Objek Pajak Hotel
Pendapatan
SPTPD Potensi Selisih Selisih
(%)
1 Objek Hotel Rp5.569.946.809 Rp5.993.705.674 Rp 423.758.865 7.07
Pajak Hotel
No Uraian Objek Pajak Hotel
Pajak Daerah
SPTPD Potensi Selisih Selisih
(%)
1 Objek Hotel Rp556.994.681 Rp599.370.567 Rp 42.375.886 7.07
Kesimpulan: WP Hotel Mamamia merupakan WP Hotel yang memiliki
prosentase tingkat kepatuhan tinggi dan berisiko rendah karena prosentase
potensial lost/resiko = 7.07% (Hijau)
2. Potensi Pajak Restoran
Untuk menghitung potensi pajak restoran, langkah-langkahnya hampir sama
dengan dengan perhitungan potensi pajak hotel. Dasar pengenaan pajak resoran
adalah omzet penjualan. Penjual atau pemilik usaha restoran adalah wajib pajak
yang membebankan pajak restoran kepada pembeli sebesar tarif pajak dikalikan
dengan jumlah rupiah makanan/minuman yang dibeli. Dengan demikian, jumlah
seluruh pembayaran yang dilakukan pembeli sudah termasuk didalamnya
pembayaran pajak restoran. Kemudian pemilik restoran sebagai wajib pajak
menyetorkan pajak restoran tersebut kepada pemerintah daerah.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam perhitungan potensi pajak restoran, yaitu:
a. Mengidentifikasi objek pajak restoran, yakni melakukan identifikasi seluruh
objek pajak restoran meliputi rumah makan, kafetaria, kantin, warung makan,
dan cafe yang ada.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 41
b. Menentukan objek restoran yang akan diteliti potensi pajak restorannya.
c. Melakukan observasi, pengumpulan dan identifikasi data dengan tujuan untuk
memperoleh data omzet penjualan, jumlah pengunjung restoran, jumlah
meja/kursi tersedia, daftar menu dan harga, dan sebagainya yang akan
digunakan sebagai data benchmarking.
d. Melakukan penghitungan potensi pajak restoran.
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam penghitungan perhitungan
potensi pajak restoran.
a. Langkah 1: Menghitung Rata-rata Omzet Penjualan
Data omzet penjualan dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
dengan pemilik restoran, ataupun melakukan pengecekan atas data laporan
keuangan atau laporan pajak. Sama seperti tingkat hunian kamar hotel, omzet
penjualan restoran juga kemungkinan besar bersifat fluktuatif, sehingga dapat
dibedakan menjadi kondisi ramai, normal, dan sepi. Sebagai contoh, di
bawah ini penghitungan rata-rata omzet penjualan per hari restoran Mantap
Saji:
1a) Rata-Rata Omzet Penjualan Perhari Metode Rata-rata
Situasi Omzet
Penjualan
Keterangan
Ramai 3.000.000 =Rata-rata Omzet Penjualan
= ∑𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑚𝑧𝑒𝑡
𝑛
= 5.400.000
3
= 1.800.000
Normal 1.500.000
Sepi 900.000
Jumlah 5.400.000
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 42
1b) Rata-Rata Omzet Penjualan Perhari Metode Rata-rata Tertimbang
Situasi Omzet Frekuensi
Jumlah
Hari
Omzet x
Frekuensi
Keterangan
Ramai 3.000.000 110 hari 330.000.000 Rata-rata tertimbang
= ∑𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑚𝑧𝑒𝑡
∑ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖
= 645.000.000
360
= 1.791.667
Normal 1.500.000 150 hari 225.000.000
Sepi 900.000 100 hari 90.000.000
Jumlah 360 hari 645.000.000
Berdasarkan penghitungan rata-rata omzet penjualan, maka dapat dipilih
salah satu rata-rata omzet penjualan perhari misalnya diambil yang tertinggi.
Selanjutnya dapat dihitung data potensi pajak, yaitu:
b. Langkah 2:
Menghitung Potensi Pajak Restoran
= Rp1.800.000,- x 360 hari x 10%
= Rp64.800.000 per tahun atau Rp5.400.000
per bulan
c. Langkah 3 melakukan identifikasi semua data yang diperlukan terkait restoran
target dalam rangka menemukan data benchmarking yang akan digunakan
Potensi Pajak Restoran =
Rata-Rata Omzet Penjualan x
Jumlah Hari Beroperasi x Tarif
Pajak Restoran
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 43
untuk perhitungan potensi dan menguji tingkat kepatuhan WP. Sebagai
contoh adalah sebagai berikut:
1) Informasi dari Daftar Menu “RM Saung Pak De”
a) Daftar harga makanan:
Makanan Harga per Porsi
1 Nasi Putih Rp 6.000
2 Ayam Bakar Rp 17.000
3 Pecel Lele Rp 18.000
4 Daging Gepuk Rp 20.000
5 Cah Kangkung Rp 15.000
6 Sayur Asem Rp 10.000
7 Tempe Goreng Rp 5.000
8 Tahu Goreng Rp 5.000
b) Daftar harga minuman:
Minuman Harga Per Porsi
1 Es Jeruk Rp 14.000
2 Es Teh Manis Rp 5.000
3 Es Kelapa Rp 14.000
4 Air Mineral Rp 6.000
5 Teh Botol Rp 8.000
6 Aneka Jus Buah Rp 18.000
2) Informasi dari Data SPTPD Bulan November 2017
a) Rekap SPTPD:
Penjualan Bulan November 2017
Makanan Rp. 174.200.000
Minuman Rp. 34.850.000
Lain-lain Rp. -
Total Penjualan Rp. 209.050.000
b) Lampiran SPTPD:
1> Makanan
Makanan Penjualan
(Porsi) Harga Total Pendapatan
Nasi Putih 3600 Rp. 6.000 Rp. 21.600.000
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 44
Ayam Bakar 1600 Rp. 17.000 Rp. 27.200.000
Pecel Lele 800 Rp. 18.000 Rp. 14.400.000
Daging Gepuk 1200 Rp. 20.000 Rp. 24.000.000
Cah Kangkung 2500 Rp. 15.000 Rp. 37.500.000
Sayur Asem 2300 Rp. 10.000 Rp. 23.000.000
Tempe Goreng 2800 Rp. 5.000 Rp. 14.000.000
Tahu Goreng 2500 Rp. 5.000 Rp. 12.500.000
Total Rp. 174.200.000
2> Minuman
Minuman Penjualan
(Porsi) Harga
Total
Pendapatan
Es Jeruk 650 Rp. 14.000 Rp. 9.100.000
Es Teh Manis 1150 Rp. 5.000 Rp. 5.750.000
Es Kelapa 500 Rp. 14.000 Rp. 7.000.000
Air Mineral 600 Rp. 6.000 Rp. 3.600.000
Teh Botol 500 Rp. 8.000 Rp. 4.000.000
Aneka Jus Buah 300 Rp. 18.000 Rp. 5.400.000
Total Rp. 34.850.000
3) Informasi dari data pembukuan:
1 Sisa Beras Bulan Lalu 40 Kg
2 Belanja Beras Bulan ini 600 Kg
3 Sisa beras bulan ini 60 Kg
4 Belanja Daging bulan ini 500 Kg
5 Belanja Ayam bulan ini 2500 Kg
6 Belanja Lele bulan ini 110 Kg
7 Belanja Kangkung bulan ini 2600 Ikat
8 Belanja Bahan Sayur Asem bulan ini 2500 Kantong
9 Belanja Tahu bulan ini 450 Blok
10 Belanja Tempe bulan ini 500 Blok
11 Belanja Buah bulan ini 500 Kg
4) Informasi data benchmarking dari hasil pemeriksaan periode yang lalu:
1 Piring Nasi = 1 porsi = 100 gr
1 Kg Daging = 15 Ptg = 15 Porsi
1 Ekor Ayam = 1,5 Kg = 8 Ptg = 8 Porsi
1 Blok Tempe = 24 Ptg = 6 Porsi
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 45
1 Blok Tahu = 12 Ptg = 6 Porsi
1 Kg Lele = 8 Ekor = 8 Porsi
1 Ikat Kangkung = 1 Porsi
1 Kantong Sayur Asem = 1 Porsi
1 Kg Buah (ex: Apel) = 7 Buah = 7 Porsi
5) Diketahui Tingkat Resiko WP:
a) Tingkat Resiko rendah = 1% sd 20% = Hijau
b) Tingkat Resiko sedang = 21% sd 40% = Kuning
c) Tingkat Resiko tinggi = 41% keatas = Merah
d. Langkah ke 4 mengidentifikasi dan menggunakan data-data yang diperlukan
sebagai jangkar/benchmarking untuk menghitung potensi pajak restoran yang
seharusnya dan menilai tingkat resiko/kepatuhan WP tersebut. Adapun
langkah-langkah detailnya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung potensi pajak restoran yang seharusnya.
a) Informasi dari data benchmarking:
No. Uraian Satuan
Porsi
Satuan
Fisik Satuan
1 1 Piring Nasi 1 100 gr
2 1 Kg Daging 15 1 Kg
3 1 Ekor Ayam 8 1,5 Kg
4 1 Blok Tempe 6 1 Blok
5 1 Blok Tahu 6 1 Blok
6 1 Kg Lele 8 1 Kg
7 1 Ikat Kangkung 1 1 Ikat
8 1 Kantong Sayur Asem 1 1 Kantong
9 1 Kg Buah 7 1 Kg
b) Informasi dari data pembukuan:
No. Uraian Satuan Potensi
(Porsi)
1 Sisa Beras Bulan Lalu 40 Kg
2 Belanja Beras Bulan ini 600 Kg
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 46
3 Sisa beras bulan ini 60 Kg
4 Belanja Daging bulan ini 500 Kg 7,500
5 Belanja Ayam bulan ini 2,500 Kg 13,333
6 Belanja Lele bulan ini 110 Kg 880
7 Belanja Kangkung bulan ini 2,600 Ikat 2,600
8 Belanja Bahan Sayur Asem bulan ini 2,500 Kantong 2,500
9 Belanja Tahu bulan ini 450 Blok 2,700
10 Belanja Tempe bulan ini 500 Blok 3,000
11 Belanja Buah bulan ini 500 Kg 3,500
Pemakaian Beras Bulan Ini 580 Kg 5800
c) Perhitungan potensi dari data benchmarking, data pembukuan dan data
satuan harga dalam daftar menu:
1> Makanan:
No. Makanan
Penjualan (Porsi) Harga/
Porsi
Pendapatan
SPTPD Potensi SPTPD Potensi
1 Nasi Putih 3,600 5,800 Rp. 6,000 Rp. 21,600,000 Rp. 34,800,000
2 Ayam Bakar 1,600 13,333 Rp.17,000 Rp. 27,200,000 Rp.226,666,667
3 Pecel Lele 800 880 Rp.18,000 Rp. 14,400,000 Rp. 15,840,000
4 Daging Gepuk 1,200 7,500 Rp.20,000 Rp. 24,000,000 Rp.150,000,000
5 Cah Kangkung 2,500 2,600 Rp.15,000 Rp. 37,500,000 Rp. 39,000,000
6 Sayur Asem 2,300 2,500 Rp.10,000 Rp. 23,000,000 Rp. 25,000,000
7 Tempe Goreng 2,800 3,000 Rp. 5,000 Rp. 14,000,000 Rp. 15,000,000
8 Tahu Goreng 2,500 2,700 Rp. 5,000 Rp. 12,500,000 Rp. 13,500,000
Total Rp.174,200,000 Rp.519,806,667
Pajak Daerah Rp. 17,420,000 Rp. 51,980,667
2> Minuman:
No. Minuman
Penjualan (Porsi)
Harga/ Porsi
Pendapatan
SPTPD Potensi
SPTPD Potensi
1 Es Jeruk 650 650 Rp.14,000 Rp. 9,100,000 Rp. 9,100,000
2 Es Teh Manis 1,150 1,150 Rp. 5,000 Rp. 5,750,000 Rp. 5,750,000
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 47
3 Es Kelapa 500 500 Rp.14,000 Rp. 7,000,000 Rp. 7,000,000
4 Air Mineral 600 600 Rp. 6,000 Rp. 3,600,000 Rp. 3,600,000
5 Teh Botol 500 500 Rp. 8,000 Rp. 4,000,000 Rp. 4,000,000
6 Aneka Jus Buah 300 3,500 Rp.18,000 Rp. 5,400,000 Rp. 63,000,000
Total Rp. 34,850,000 Rp. 92,450,000
Pajak Daerah Rp. 3,485,000 Rp. 9,245,000
2) Apakah WP tersebut dalam kategori WP berisiko?
No Uraian Objek Pajak
Restoran
Penjualan
SPTPD Potensi Selisih Selisih
(%)
1 Makanan Rp174,200,000 Rp519,806,667 Rp345,606,667 66.49
2 Minuman Rp 34,850,000 Rp 92,450,000 Rp 57,600,000 62.30
3 Lain-Lain Rp0 Rp0 Rp0 0
Total Rp209.050.000 Rp612,256,667 Rp403,206,667 65.86
No Uraian Objek Pajak
Restoran
Pajak Restoran
SPTPD Potensi Selisih Selisih
(%)
1 Makanan Rp17,420,000 Rp51,980,667 Rp34,560,667 66.49
2 Minuman Rp 3,485,000 Rp 9,245,000 Rp 5,760,000 62.30
3 Lain-Lain Rp0 Rp0 Rp0 0
Total Rp20,905,000 Rp61,225,667 Rp40,320,667 65.86
Kesimpulan: WP Rumah Makan Saung Pakde merupakan WP Restoran yang
memiliki prosentase tingkat kepatuhan rendah dan berisiko sangat tinggi
karena prosentase potensial lost/resiko = 65,86% (Merah)
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 48
E. Pentingnya peraturan tentang kewajiban Instansi, Lembaga, Asosiasi dan Pihak lain
(ILAP) dalam mendukung ketersediaan data yang berkaitan dengan perpajakan
daerah.
Penyusunan profil database WP Hotel dan Restoran diantaranya dengan
mengumpulkan data terkait WP, baik yang bersifat tetap (data pokok) seperti
AD/ART pendirian perusahaan, nama pemilik dan pemegang saham, nama direksi
yang menjalankan usaha dan lain sebagainya, serta data yang bersifat dinamis
seperti laporan keuangan (neraca, arus kas, laporan rugi/laba dan lain sebagainya).
Kemudian data terkait pemenuhan kewajiban perpajakan WP juga dikumpulkan
seperti data pelaporan, pembayaran ketetapan, restitusi, tunggakan, dan lainnya.
Selain itu data lain yang juga dikumpulkan adalah semua data terkait dengan
kegiatan usaha hotel dan restoran ini, seperti supplier, rekanan jasa, dan pihak lain
yang terlibat langsung dengan objek pajak hotel dan restoran. Setelah data
tersebut terkumpul, data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan
dibuatkan keterkaitan antar data satu dengan data yang lainnya sehingga
membetuk suatu profil data.
Profil data ini kemudian akan dimanfaatkan untuk kepentingan menggali informasi
perpajakan WP. Profil data dapat digunakan terutama untuk bahan analisis,
mengukur tingkat resiko dan kepatuhan WP, lebih mengenal WP yang terdaftar,
memonitor kewajaran omzet penjualan yang dilaporkan, perkembangan usaha
WP yang bersangkutan dan dapat juga digunakan untuk pengawasan, penggalian
potensi, serta untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik.
Profil data WP yang bersifat akumulatif perkembangannya cenderung sangat
dinamis, maka oleh sebab itu pemeliharaan data sangat penting dilakukan.
Pemeliharaan data menjadi penting untuk keberlangsungan relevansi dan akurasi
data profil WP. Tingkat relevansi dan akurasi terus dijaga agar dapat terus
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 49
digunakan untuk menghitung potensi pajak hotel dan restoran lebih optimal dan
tepat sasaran. Profiling database WP merupakan data masukan yang penting
dalam proses pemeriksaan WP untuk menguji kepatuhan dan mendorong
kesadaran WP untuk membayarkan pajaknya secara optimal.
Pemeliharaan dan updating semua elemen database Profiling WP Hotel dan
Restoran memerlukan kontinuitas masukan dari sumber data. Sumber data (data
source) perpajakan daerah khususnya mengenai WP Hotel dan Restoran selain dari
internal juga dari eksternal (instansi, lembaga, asosiasi dan pihak lain/ILAP)
terkait.Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan
Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan Dengan Perpajakan maka untuk
menunjang keberlangsungan pasokan data tersebut perlu kiranya disusun
Peraturan Kepala Daerah yang mengatur hal tersebut. Penyusunan Peraturan
Kepala Daerah tersebut dapat mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur tentang Rincian Jenis Data dan Informasi serta Tata Cara Penyampaian
Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan.
F. Langkah-langkah membangun sistem aplikasi/Teknologi informasi dan Komunikasi
(TIK)
Langkah awal menuju penggunaan sistem aplikasi yang terintegrasi, terlebih dahulu
Pemda dapat melakukan inventarisasi bisnis proses pada semua sistem aplikasi
yang sudah ada. Kemudian menyusun bisnis proses menyeluruh terhadap rencana
pembangunan sistem aplikasi yang terintegrasi untuk mendukung proses
automatisasi dan digitalisasi pekerjaan di semua lini organisasinya. Desain bisnis
proses sistem aplikasi yang terintegrasi tersebut diantaranya terdapat fungsi aplikasi
e-registration (pendaftaran WP), Geotagging, e-filling (pelaporan SPTPD), e-billing
(penerimaan RKUD), e-payment (pembayaran pajak), profile WP dan lain
sebagainya.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page 50
Setelah itu langkah berikutnya adalah menginventarisasi dan mengintegrasikan
database dari berbagai aplikasi yang ada menjadi database tunggal. Kemudian
melakukan cleansing atas semua database tunggal tersebut untuk dilakukan
mirroring sehingga database siap dipergunakan untuk sistem aplikasi baru yang
terintegrasi. Dalam waktu-waktu berikutnya bisa dilakukan untuk pengembangan
infrakstruktur teknologi informasi pendapatan daerah, pengembangan sistem
penerimaan pendapatan daerah, Pengembangan Sistem Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen pendapatan daerah, pengembangan infrastruktur sistem portal,
Pemeliharaan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page iv
DATA DUKUNGAN TUGAS DAN FUNGSI
No. Elemen Data Tugas dan Fungsi yang Didukung
A Data Pokok:
1 Identitas WP 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan dan
Pengelolaan Informasi, Monitoring,
Evaluasi dan Pengendalian
Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
2 Struktur organisasi 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
3 Nomor rekening bank (jika ada) 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page v
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
4 Status Modal
(PMA/PMDN/BUMN/BUMD/Swasta Lainnya)
1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
5 Pemegang saham dan struktur permodalan 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page vi
Banding
6 Pengurus dan komisaris 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
7 Proses produksi 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
8 Kapasitas Produksi 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page vii
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
9 Input/bahan baku 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
10 Supplier utama 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page viii
Banding
11 Output/hasil produksi 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
12 Costumer Utama 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
13 Prospektus 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page ix
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
B Data Akumulatif:
1 Data series atau bulanan SPTPD 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
2 Data Perkembangan Usaha 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan dan
Pengelolaan Informasi, Monitoring,
Evaluasi dan Pengendalian
Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page x
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
3 Data Kewajiban perpajakan 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
C Data Lain-Lain/Pihak Lainnya:
1 Data transaksi dari pihak lain 1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
2 Data Anggaran dan Realisasi PAD Pemda dari
tahun 2010
1. fungsi Pendaftaran, Konsultasi dan
Intensifikasi, Humas, Penyuluhan
dan Pengelolaan Informasi,
Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Penerimaan.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page xi
2. funsi Perencanaan, Pengembangan
Potensi dan Basis Pajak, Penilaian,
Pengawasan dan Ekstensifikasi,
Penelitian dan Penetapan.
3. fungsi Pengumpulan, Identifikasi dan
Pemutakhiran Data, Analisis
Pengembangan Sistem dan Integrasi
Data, Infrastruktur dan Operasional
TI
4. fungsi Penyusunan Peraturan,
Penagihan, Keberatan, Pengurangan,
Penyidikan, Pemeriksaan dan
Banding
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page xii
DAFTAR REFERENSI
1. PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan
Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan;
2. Menteri Keuangan Nomor 39/ PMK.03/2016 Tanggal 22 Maret 2016 tentang
Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/ PMK.03/2013
tentang Rincian Jenis Data dan Informasi serta Tata Cara Penyampaian Data dan
Informasi yang Berkaitan Dengan Perpajakan;
3. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak tentang Modernisasi Administrasi
Perpajakan;
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-09/Pj/2012 tentang Pedoman
Teknis Pemanfaatan Data Hasil Sensus;
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-46/Pj/2015 tentang Cetak Biru
Teknologi Informasi Dan Komunikasi Direktorat Jenderal Pajak;
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2010 tentang Penggalian
Potensi Berbasis Profile dan Benchmark;
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/Pj/2012 tentang
Penyempurnaan Aplikasi Approweb Sebagai Sarana Pembuatan dan Pemutakhiran
Profil Wajib Pajak;
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE–49/Pj/2016 tentang Pengawasan
Wajib Pajak Melalui Sistem Informasi Direktur Jenderal Pajak.
DIREKTORAT PENDAPATAN DAN KAPASITAS KEUANGAN DAERAH Page xiii
DAFTAR INDEK
Akumulatif, 12, 16, 50
Biaya overhead, 17
Billing, 2, 25, 26, 51
Collecting, 3, 5, 13, 24, 25
e-Filing, 3, 51
e-payment, 2, 51
e-Registration, 2, 13, 51
Explorasi, 25
Frekuensi, 35, 42
Geotagging, 2, 51
Go Public, 25
Input, 11, 16, 32
Kapasitas, 15, 37
Modernisasi, 2
Observasi, 25, 34, 35, 41, 42
Omzet, 29, 30, 40, 41, 42, 43
Partnership, 25
Pemutakhiran, 25, 30, 31, 32, 33
Profiling, 3, 4, 5, 7, 13, 27, 28
Prospektus, 16
Restitusi, 22, 50
Simpada, 3
Stakeholders, 6