b e t o n3.doc
TRANSCRIPT
B E T O N
1. PENDAHULUAN.
Beton atau concrete menurut ACI 116R adalah suatu campuran
bahan, terutama yang mengandung bahan perekat yang mengikat butir-
butir agregat.Dengan demikian, arti dari beton itu mencakup bahan
campuran yang cukup luas, karena dapat dipakai bagi bahan campuran
antara jenis perekat apapun. Perekat tersebut berfungsi untuk
menyatukan butir agregat yang semula dalam keadaan terlepas.
Sebagai contoh misalnya, istilah beton dapat dipakai untuk campuran
bahan seperti dalam table berikut ini :
Jenis perekat Jenis agregat
PelarutBahan
tambahan/admixture
Nama/sebutan
Kapur padam Pasir/batuan Air Pozolan/tras Beton tras kapurSemen Portland atau sejenisnya
Pasir/batuan atau bahan organic
Air Pozolan/tras atau lainnya
Beton semenPortland atau beton semen
Aspal/bitumen Pasir atau pecahan batu, atau butir zat organic
Minyak bumi
- Beton aspal
Bahan plastik Idem Pelarut khusus
Dengan atau tanpa; jenisnya khusus pula
Beton polymer
Tabel 1.1. Beberapa macam beton menurut jenis perekatnya.
Dari jenis-jenis beton di atas yang umum dikenal adalah beton
dengan bahan perekat semen portland atau semen sejenisnya (semen-
semen hidraulis). Untuk memberikan keterangan lengkap/ deskripsi atas
namya, perlu ditambahkan nama perekatnya. Misalnya :
- beton semen portland : adalah beton dengan bahan perekat
semen portland
- beton aspal : adalah beton dengan bahan perekat
aspal
- beton polymer : adalah beton dengan bahan perekat
polymer (secara umum, dimengerti
sebagai plastik)
1
Dalam uraian selanjutnya, akan dibahas mengenai sifat-sifat beton
semen portland saja.
2. JENIS-JENIS BETON SEMEN PORTLAND.
Secara umum, beton semen portland tersusun dari campuran yang
kurang lebih mengandung : 10% à 15% semen portland, 7% à 10% air,
70% à 75% agregat, dan terkandung pula 1 sampai 5% udara. Kandungan
bahan dalam beton tersebut berbeda-beda, tergantung kepada tujuan
penggunaan, sifat, atau kekuatan betonnya.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.1. Penampang tipis : a) beton normal dengan kandungan pori 1-2%, b) air- entrained beton, c) beton dengan agregat expanded clay, d) beton gas
Berdasarkan hal ini, maka jenis beton dikelompokkan
berdasarkan berat volume beton dan berdasarkan kekuatan tekan
beton. Skema penampang tipis (thin section) berbagai macam
beton melalui SEM dapat dilihat pada gambar 2.1.
2
Tabel 2.1. Jenis beton berdasarkan berat volume.
Jenis beton Berat volume (kg/m³) Penggunaan
Beton RinganA, Ringan
b.setengah berat
300 – 1200(dengan agregat ringan)1200 – 1800(dgn. Agregat setengah berat)
Untuk konstruksi yang beratnya harus rendah, sebagai penyekat panas atau suaraUntuk konstruksi struktural atau non-struktural, dengan berat rendah, serta masih memiliki sifat menyekat panas
Beton Normal 1800 – 2800(dengan agregat normal dari batuan alam)
Beton struktural atau non-struktural.(beton yang mensyaratkan kekuatan dan keawetan)
Beton Berat 2800 4000(pakai agregat berat)
Pemakaian khusus, atau untuk konstruksi yang mempunyai massa tinggi.Penggunaan biasanya terbatas, misal untuk penyekat radiasi sinar-x atau sinar gamma
Tabel 2.2. Jenis Beton Berdasarkan Kekuatan Tekan Beton.
Jenis betonKuat tekan
rata-rata (kg/cm²)
Penggunaan
Beton non- strukturil
Kurang dari 100
Konstruksi/ bangunan non strukturil, atau beton sembarang yang pada pembuatannya baik bahan atau campuran bahannya tanpa pengawasan yang baik. Kekuatan beton bukan faktor utama.
Beton strukturil normal (beton kekuatan normal )
100 - 400 Beton strukturil, yang pada pembuatannya baik bahan, campuran bahan atau pelaksanaannya memerlukan pengawasan yang baik. Kekuatan dan sifat baik beton menjadi faktor utama
Beton strukturil, kuat tekan tinggi (beton kuat tekan tinggi)
400 - 800 Konstruksi bangunan beton kuat tekan tinggi; bentang panjang; beton pra tegangan, dll. Pengawasan beton dan campuran bahan serta pelaksanaan, memerlukan pengawasan ketat
3. SIFAT FISIS BETON
Sifat beton yang akan dibahas di sini adalah jenis beton kuat tekan
normal dan beton kuat tekan tinggi, atau beton untuk bangunan strukturil.
Mengingat bahwa beton terbuat dari campuran bahan-bahan, maka mutu
beton akan terpengaruh oleh sifat masing-masing bahannya, cara
pengerjaannya dan juga oleh pengaruh lingkungan dimana ia dibuat atau
dipergunakan.
3
Beton disebut baik atau bermutu, bila beton memiliki kekuatan tertentu,
memenuhi syarat penggunaannya dan cukup awet dalam
penggunaannya. Lebih dari itu, terkait pula pertimbangan ekonomi.
Dengan demikian beton yang bermutu perlu kuat, awet dan ekonomis.
Guna mencapai tiga keadaan sifat beton tersebut di atas (kuat, awet,
ekonomis), maka dalam memperlakukan pembuatan dan pemakaian
beton perlu pula diperhatikan 2 hal sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat atau menyiapkan beton itu waktu masih segar.
2. Bagaimana memperlakukan beton itu, setelah ia mulai mengeras dan
setelah ia mengeras.
Kedua hal tersebut berkaitan satu sama lain; karena bila menyiapkan
beton segarnya kurang baik, akan dihasilkan beton keras yang kurang
baik pula. Sebaliknya meskipun penyiapan beton segarnya telah baik,
tetapi penanganan atau perlakuan terhadap beton kerasnya kurang baik,
dapat mengakibatkan tujuan penggunaan beton itu tidak tercapai. Untuk
maksud tuntutan tersebut, maka perlu dibahas sifat-sifat beton segar
seperti: workability, bleeding, segregation, serta sifat-sifat beton keras
yang berkenaan dengan kekuatan dan ketahanan (durability) beton.
3.1. WORKABILITY
Rasio air terhadap semen (w/c) secara teoritis idealnya tidak akan
mampu memberikan kekuatan maksimal. Parameter yang paling utama
dalam pencapaian kekuatan maksimal beton adalah pemadatan secara
merata. Kurang meratanya pemadatan dapat menimbulkan rongga udara
yang kemudian akan berpengaruh terhadap kekuatan dan ketahanan
beton, yang sifat pengaruhnya sama atau bahkan lebih dominan
dibandingkan rongga kapiler.
4
Gambar 3.1.1. Skema hidrasi untuk berbagai rasio air/semen
Workability adalah salah satu sifat beton segar, yang dikehendaki
pada setiap perencanaan adukan beton. Arti workability ialah kemudahan
pengerjaan beton untuk dicampur , diangkut tanpa segregasi, dicor dan
dipadatkan tanpa mengurangi homogenitas beton, beton tak terurai ,
maupun tidak terjadi bleeding yang berlebihan untuk mencapai kekuatan
yang direncanakan.
Pengertian mudah dikerjakan mempunyai arti yang lebih dalam
dibandingkan konsistensi. Konsistensi adalah istilah umum yang
menunjukkan tingkat fluidity atau kemudahan digerakkan. Beton dengan
konsistensi tinggi belum tentu sesuai workabilitynya bagi suatu pekerjaan
tertentu. Setiap pekerjaan memerlukan workability tersendiri.
Workability tidak hanya tergantung pada konsistensi beton saja,
tetapi masalah ukuran konstruksi dan kerapatan pembesian harus
mendapat perhatian pula. Sehingga tingkat workability spesi beton dapat
diartikan sebagai konsistensi spesi beton yang sudah diperhitungkan
terhadap dimensi konstruksi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsistensi spesi beton,
antara lain :
Kadar air. Kadar air di dalam suatu volume beton akan mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap workability. Makin tinggi kadar air, makin
tinggi tingkat fluidity beton. Bagi supervisor yang belum berpengalaman,
5
penambahan air di lapangan untuk mempertinggi workability sangat tidak
dianjurkan. Ini perlu diingat, karena penambahan air adalah cara termudah
untuk meningkatkan workability. Kecuali bila segala cara sudah dicoba,
maka penambahan air dapat dilakukan, dengan catatan perlu juga
memperhitungkan jumlah semen yang harus ditambahkan, agar faktor air
semen (FAS) tetap.
Temperatur udara luar. Pada grafik 3.1.2, terlihat spesi beton yang
berdiameter lebih besar, slumpnya makin rendah; juga temperatur makin
tinggi-slumpnya makin rendah. Khususnya untuk mengatasi pengaruh
temperatur udara luar kenaikan 5 ºC dari kondisi normal (25º C) perlu
ditambah air sebanyak 5 kg/m3.
Grafik 3.1.2. hubungan antara pengaruh Ø maksimum dan temperatur terhadap nilai slump.
Proporsi campuran. Rasio agregat/semen adalah salah satu hal yang dapat
mempengaruhi workability. Bila rasio makin tinggi, campuran makin Proporsi
agregat yang kurang baik akan mengakibatkan adanya ruang kosong pada
spesi beton dan sifat kohesive dari spesi beton kurang, sehingga workability
rendah. Selain itu juga yang perlu diperhatikan disini adalah diameter
6
maksimum ≤ 40 mm, dan pasir yang lolos pada ayakan diameter 0,3 mm
harus cukup (± 10 – 20)%.
Slump 0-10 10-30 30-60 60-180 Ukuran aggregat
maks. (mm)Type
agregatAir bebas untuk 1 m³ beton
10 kerikilbatu pecah
150 180 205 225180 205 230 250
20 kerikilbatu pecah
135 160 180 195170 190 210 225
40 kerikilbatu pecah
115 140 160 175 155 175 190 205
Tabel 3.1.1. Kebutuhan air bebas untuk beberapa tingkatan kemudahan pengerjaan beton tertentu.
Ukuran agregat. Ukuran agregat makin besar, luas permukaannya lebih
kecil dan jumlah air yang dibutuhkan untuk membasahi eprmukaan agregat
juga makin sedikit (table 3.1.1), sehingga lebih sedikit pula pasta yang
diperlukan sebagai pelumas agar gesekan internal berkurang
Bentuk agregat. Untuk material yang agak bulat, akan menghasilkan spesi
beton yang workabilitynya lebih tinggi daripada spesi beton yang
permukaannya kasar dan pipih. Hal ini terjadi karena untuk suatu volume
atau berat tertentu, luas permukaan serta rongga udaranya lebih sedikit.
Pada table 3.1.1. terlihat pula bahwa jumlah kebutuhan air bebas untuk
kerikil lebih sedikit daripada kebutuhan air bebas untuk batu pecah.
Tekstur permukaan agregat. Pengaruh tekstur permukaan agregat
terhadap workability adalah karena pada kenyataannya luas total
permukaan agregat yang kasar adalah lebih besar dibandingkan agregat
dengan tekstur permukaan yang halus dengan volume yang sama. Agregat
dengan permukaan yang halus juga dapat mengurangi ketahanan gesekan
antar partikel, yang akan menambah workability campuran beton.
Gradasi Agregat. Ini merupakan salah satu faktor yang mempunyai
pengaruh maksimum terhadap workability. Agregat dengan gradasi yang
baik dapat memperkecil rongga udara pada suatu volume tertentu. Bila
faktor lainnya tetap, dan total rongga udara lebih sedikit, maka ada
7
kelebihan pasta yang memberikan pengaruh lubrikasi. Jumlah pasta yang
berlebihan menjadikan campuran lebih kohesive, dan dapat mencegah
terjadinya segregasi. Dengan demikian, makin baik gradasi makin kecil
kadar rongga udara, makin tinggi workability campuran.
3.1.1. Beberapa Cara Pengukuran Workability Spesi Beton.
Sebagai alat pengukur konsistensi spesi beton yang umum dipergunakan
adalah kerucut Abrams, dengan mempergunakan percobaan slump
(gambar 3.1.3). Alat ini sangat cocok sekali bila dipergunakan pada spesi
beton yang setengah plastis sampai cair. Sedang untuk spesi beton yang
kaku (lembab), sebaiknya dipergunakan alat lain. Alat ini telah
diperkenalkan oleh Walz.
(a) (b)
Gambar 3.1.3. a) Tipikal cetakan untuk percobaan slump test. b)Kemungkinan- kemungkinan hasil slump test pada percobaan
Alat pengukur konsistensi lainnya antara lain
:
8
- Test faktor kepadatan/Compacting Factor Test
- Test meja pencairan (Flow Test)
- Vee Bee Consistometer Test dari Bahrner
- Alat pengukur dari Powers
- Kelly Ball Test
- Beton Consistometer dari Wigmore
- K-Slump Test non-standard test. Gambar 3.1.4.Compacting Factor Apparatus
Pada prinsipnya alat-alat di atas hanya
mengukur yang ada hubungannya dengan
pemakaian air (faktor air semen) saja.
Sedang akibat pengaruh lainnya, seperti
gradasi, bentuk permukaan bahan pengisi
dan sebagainya belum dapat ditunjukkan
secara terperinci.
Gambar 3.1.5. Kelly Ball Apparatus
Catatan.
Dalam industri beton alat yang banyak dipergunakan untuk mengukur
konsistensi campuran beton, adalah slump test.
K-Slump Tester merupakan alat yang paling sederhana, praktis dan
ekonomis baik untuk pemakaian di laboratorium maupun di lapangan.
dapat dipakai untuk mengetahui slump campuran segera setelah alat
dimasukkan dapat dipakai untuk
mengetahui slump campuran segera
setelah alat dimasukkan ke dalam
beton segar, baik yang ada di dalam
silinder, kereta dorong, balok
atau di loaksi beton manapun
yang dikehendaki (gambar
3.1.6).
Gambar 3.1.6. K-Slump Tester
3.1.2. Macam Konsistensi Beton Serta Hubungannya Terhadap Jenis Konstruksi.
9
Telah dijelaskan di muka bahwa konsistensi spesi beton dapat dipakai
untuk menyatakan workability. Sehingga perlu dipilih suatu konsistensi
spesi beton tertentu agar diperoleh hasil pengerjaan beton yang
memuaskan.
Beberapa istilah dari tingkat konsistensi beton yang dihubungkan
dengan hasil slump test dan Walz’s dapat dilihat pada table 3.1.2.
Tingkat konsistensi Slump
(mm)
Compaction
index
f.a.s
Kaku lembab
Setengah plastis
Plastis
C a I r
-
20 – 80
80 – 120
120
1,5 – 1,2
1,2 – 1,1
-
-
0,35
0,4 – 0,5
0,5 – 0,6
0,6
Tabel 3.1.2. Hubungan antara tingkat konsistensi, slump, compaction index
dan f.a.s.
Mengenai jenis konstruksi diterangkan bahwa tiap-tiap jenis konstruksi
mempunyai tingkatan workability yang berbeda, dan untuk tepatnya
pemilihan workability dianjurkan berpedoman pada tabel 3.1.3
U r a i a nSlump ( cm )
maksimum minimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulangPondasi telapak tidak bertulang, caisson dan konstruksi di bawah tanahPelat, balok, kolom dan dindingPerkerasan jalanPembetonan masal
12,5 5,0 9,0 2,5
15,0 7,5 7,5 5,0 7,5 2,5
Tabel 3.1.3. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton
Untuk maksud-maksud dan alasan-alasan tertentu, maka dengan
persetujuan Pengawas Ahli, dapat dipakai nilai-nilai slump yang
menyimpang dari yang tercantum pada tabel 3.1.3, asalkan dipenuhi hal-
hal sbb. :
10
- beton dapat dikerjakan dengan baik
- tidak terjadi pemisahan pada adukan
- mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi
3.1.3. Pengaruh Konsistensi Beton Pada Proses Pemadatan.
Untuk mendapatkan hasil pembuatan beton yang memuaskan belum tentu
harus menggunakan satu cara pemadatan saja (dengan vibrator misalnya).
Yang perlu mendapat perhatian adalah tingkat konsistensi dari spesi beton
yang akan dikerjakan. Sebagai misal, spesi beton yang cair tidak baik
apabila dalam pemadatannya digunakan vibrator, sebab dapat terjadi
pemisahan. Butir-buyir yang besar akan cenderung lari ke bagian bawah,
sedang yang halus termasuk juga pasta semen akan tetap berada di
bagian atas. Ternyata hal ini akan merugikan. Kekuatan beton pada bagian
bawah menurun, keropos-keropos mungkin terjadi dan ketahanan dari
konstruksi beton akan berkurang. Agar mendapatkan gambaran yang lebih
jelas, di sini diperlihatkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh
Dutron.
Pada percobaan ini dipakai perbandingan campuran : 1 semen dan 5
pengisi/agregat, dengan menggunakan faktor air semen berkisar antara
0,33 sampai 0,52. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
- Pengerjaan spesi beton yang mempunyai factor air semen > 0,47
(slump sekitar 75 mm), hasilnya akan lebih baik bila dikerjakan dengan
pemadatan tangan (dengan alat rojok), walaupun hasilnya tidak
berbeda banyak bila dibandingkan dengan penggunaan vibrator.
- Makin kental spesi beton semakin banyak waktu diperlukan untuk
pemadatan, agar diperoleh hasil yang memuaskan.
- Pemadatan dengan tangan akan mencapai hasil yang maksimum pada
faktor air semen sekitar 0,4 atau sesuai dengan keadaan tanah yang
lembab.
11
Gambar 3.1.7. Hubungan antara metode pemadatan spesi beton dengan f.a.s dan waktu.
Apabila lengkung waktu penggetaran diteruskan, grafik ini akan memotong
garis factor air semen di 0,58 (atau slump 120 mm), dimana sudah tidak
diperlukan lagi adanya penggetaran secara mekanik.
3.2. SEGREGATION (SEGREGASI )
Ukuran maupun berat jenis material pembentuk beton berbeda.
Karenanya, wajar bila material cenderung terpisah. Terpisahnya material
pembentuk beton pada saat pengangkutan, pengecoran maupun
pemadatan dikatakan segregasi.
Beton yang mempunyai sifat segregasi sangat sukar dipadatkan. Beton
yang dihasilkan akan mempunyai kantung-kantung (lubang-lubang), tidak
homogin, dan berkurang permeability maupun keawetannya.
12
Resiko segregasi akan timbul bila :
- kadar semen campuran beton rendah
- kadar air terlalu tinggi
- campuran beton yang kurang pasir
- diameter maksimum terlalu besar disbanding dengan
dimensi bekisting
- permukaan agregat sangat kasar
- bila agregat terlalu berat dan terlalu ringan
- gap-graded
- pengecoran, pengangkutan yang ceroboh
- bila bekisting mempunyai banyak sudut tajam dan kurang
teratus.
Pada prinsipnya dibedakan dua macam segregasi :
3.2.1. Internal Segregation ( Pemisahan Setelah Pemadatan )
Internal segregation adalah pengelompokan timbunan batu pecah
(kerikil) yang mempunyai berat jenis terlalu berat dan diameter maksimum
yang mengelompok di dasar bekisting. Segregasi semacam itu biasanya
terjadi akibat campuran beton yang terlalu basah, kadar semen yang
rendah, ukuran diameter maksimum agregat yang terlalu besar, gap-
graded agregat.
Internal segregation ini bisa dikurangi dengan menambah
cohesiveness ( lekatan ) dari spesi beton sehingga semen mortal tetap
melekat pada agregat campuran beton tersebut.
Beberapa anjuran untuk meningkatkan cohesiveness campuran beton :
- untuk slump > 6 cm, dan perbandingan air dengan semen+filler ≤
0,50 untuk slump 6 cm.
- mengurangi perbandingan air dengan semen+filler menjadi ≤ 0,45.
Menambah kadar semen
- Mengganti pasir kasar (zone 1) menjadi agak lebih halus (zone 2).
- Menambah kadar semen + filler seperti yang dianjurkan
- Mengurangi aregat kasar yang berdiameter 40 mm
13
- Memperbaiki gap-graded pada agregat, menjadi material yang
menerus
- Pemberian air entrained agent
3.2.2. External Segregation ( Pemisahan Sebelum Pemadatan )
External segregation ialah pemisahan agregat kasar dari campuran
beton diakibatkan karena penanganan, pengangkutan dan pencampuran
sebelum didapatkan. Umumnya terjadi pada campuran beton yang kadar
semennya rendah, dan campuran beton yang agak kering ( dry mixs ) serta
agregat yang gap-graded.
Untuk memperbaiki campuran beton yang mempunyai gejala external
segregation dilakukan dengan :
- menambah pasta semen pada campuran yang kadar semennya
rendah dan pada campuran beton yang jumlah airnya rendah ( lean
and dry mixs )
- menambah prosentase pasir bila campuran beton kurang pasir.
- Membuat gradasi campuran agregat lebih menerus
3.3. BLEEDING
Bleeding adalah pemisahan air dari campuran beton, dan merupakan
salah satu bentuk dari segregasi. Hal ini terjadi karena merembesnya air ke
permukaan beton selama beton diangkat, digetar dalam pemadatan atau
setelah beton selesai pada pengecoran. Ini disebabkan karena BJ air
terendah dibandingkan BJ material lainnya di dalam campuran beton
Bleeding biasanya terjadi pada campuran spesi beton yang berkadar
semen rendah, atau campuran beton yang basah ( kelebihan air ), atau
campuran beton yang mempunyai nilai slump yang tinggi. Bleeding sering
terjadi pada campuran beton yang mempunyai f.a.s > 0,6.
Akibat bleeding, air yang naik terakumulasi di permukaan. Kadang-
kadang bersamaan dengan air, sejumlah semen dan agregat halus juga
ikut naik ke permukaan. Formasi mortar di permukaan dikenal sebagai
14
“Laitence”. Karena pada bagian permukaan tersebut kadar airnya rendah,
maka tidak akan ada agregat, yang mengakibatkan timbulnya retak akibat
susut. Bila laitence terbentuk pada suatu lapisan pengecoran, maka
lekatan dengan lapisan pengecoran berikutnya menjadi lemah. Hal ini bis
adiatasi dengancara menghilangkan laitence, sebelum pengecoran
berikutnya dimulai.
Bleeding tidak sepenuhnya merusak bila tingkatan penguapan air
sebanding dengan tingkat kecepatan bleeding. Bleeding yang terjadi pada
saat beton masih dalam keadaan plastis tidak akan berpengaruh, karena
masih mungkin dilakukan pemadatan. Yang membahayakan adalah
bleeding yang terjadi pada saat campuran beton sudah kehilangan
plastisitasnya.
Untuk mencegah bleeding, maka air bebas beton dibagi semen +
agregat halus ≤ 0,45,. Hal ini untuk campuran beton dengan slump > 6 cm,
dan untuk campuran beton dengan slump < 6 cm ( low workability ), maka
perbandingan air dengan semen + agregat halus ≤ 0,50.
Pedoman pembatasan jumlah semen + agregat halus ( fines ) yang
disarankan :
Tabel 3.3.1. Pembatasan jumlah semen + agregat halus berdasarkan diameter maksimum agregat
Tindakan pencegahan yang dilakukan pada campuran beton yang
mengalami bleeding ialah dengan menambah fines ( Ø 0,3 mm) yang
berupa filler atau material pozzolana atau dengan menambah semen yang
mempunyai kadar alkali rendah. Tetapi harus diingat bahwa penambahan
filler dan kadar semen ini bertendensi akan terjadinya susut dan creep
yang makin bertambah, dan akan mengakibatkan retak pada beton. Selain
itu, pemakaian air-entraining agent sangat effective untuk mengurangi
bleeding.
Diameter maksimum (mm)
Semen + fines ( < 0,3 mm )Yang disarankan per m³ beton (kg)
9,6193876
525450400325
15
Gambar 3.2.1. Bleeding pada permukaan spesi beton yang baru dicor.
Untuk itu, maka penambahan filler dan kadar semen dibatasi dengan
persyaratan seperti anjuran pada tabel 3.3.1 di atas.
4. PENANGANAN BETON SEGAR.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, sesuai dengan tujuan
pemakaiannya, penanganan beton segar mulai dari menyusun
perbandingan campuran bahan, pengadukan beton, pengangkutan,
pemadatan dan pengecoran atau pencetakannya harus dilakukan dengan
baik, menurut aturan-aturan yang berlaku.
4.1. Merancang Perbandingan Campuran Beton.
16
Untuk beton non struktural, PBI 1971 mengijinkan dipakai campuran
yang lazim. Misalnya dengan perbandingan volume bahan, dengan
batasan perbandingan agregat : semen tidak melampaui 8 : 1
Untuk beton struktural dengan mutu beton karakteristik K.125
perbandingan campuran bahan boleh pakai perbandingan volume 1 : 2 : 3
atau 1 : 1½ : 2½ , masing-masing untuk perbandingan semen : pasir dan
agregat.
Untuk beton mutu K.175 atau lebih, perbandingan campuran bahan-
bahannya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk merancang
campuran beton ini, yang terutama berdasarkan kuat tekan karakteristik,
akan diberikan pada pelajaran merancang campuran beton ( tersendiri ).
Dalam merancang campuran bahan-bahan untuk beton strukturil,
selain memperhatikan mutu kuat tekan betonnya juga harus diperhatikan
masalah keawetan beton. Faktor-faktor tersebut akan terkait dengan
jumlah semen minimum dan jumlah semen maksimum, serta derajat
kelecakan ( workability ) yang dinyatakan dengan nilai slump minimum atau
nilai slump maksimum, serta jumlah pemakaian air pengaduk yang
dinyatakan dengan f.a.s minimum dan f.a.s maksimum.
4.2. Mengaduk Beton.
Untuk mengaduk campuran bahan-bahan beton struktural, harus
dipakai alat pengaduk mekanis, tidak boleh dilakukan secara manual.
Diperlukan ketelitian dalam hal pencampuran dan pengadukan. Misalnya
dalam hal pemilihan jenis mixer atau type mixer, penentuan percepatan
dari tenaganya (horse power). Kekurang telitian dapat menyebabkan
homoginitas atau mutu beton.
Gambar 4.1. Batching plant yang
dapat dipindakan
Untuk mengaduk campuran beton kuat tekan tinggi, harus
dipakai alat pengaduk mekanis yang digabung dengan alat
penimbang bahan-bahan beton (air, agregat, dan semen ) secara
teliti. Atau pakai alat batching plant. Gambar 4.2. Batching plant statis
17
Waktu Pengadukan. Pengadukan beton
dengan mesin pengaduk dilakukan paling
sedikit 1½ menit (PBI 1971) setelah
bahan-bahan beton masuk ke dalam
pengaduk; dan paling lama 2½ menit. Bila
kapasitas drum lebih besar, maka waktu
pengadukan lebih lama. Gambar 4.3. Waktu pengadukan
Bahan dimasukkan dengan urutan sebagai berikut agregat (alat pengaduk
berputar) disusul air kurang
lebih ⅔ bagian, disusul semen,
kemudian sisa air pengaduk.
Pengisian mixer hendaknya
tidak melampaui kapasitas.
Bila ingin menambah jumlah
beton yang dicampur lebih baik
menggunakan mixer yang
berkapasitas lebih besar.
Gambar 4.4. Penampang non-tilting drum
Bila dihitung dari mulai bahan masuk sampai sisa air pengaduk dituangkan,
lamanya kurang lebih 6 à 10 menit (waktu paling lama). Pengadukan yang
terlalu lama akan dapat mengubah susunan butir agregat, sebab partikel
agregat yang lunak akan tergerus dan hancur, selain itu sifat betonnya
terlihat seperti kekurangan air.
(a) (b)
Gambar 4.5. a) Tilting-drum mixer, b)
penampang tilting-drum
18
Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal,
misalnya terlalu encer (karena kesalahan dalam memberikan jumlah air
pencampur) atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampurnya
bahan-bahan asing, maka adukan tidak boleh dipakai.
Gambar 4.6. Pan-mixer kapasitas 600 liter
4.3. Pengangkutan Beton Segar.
Pada saat pengangkutan, homoginitas campuran harus tetap dijaga.
Pengangkutan ini akan terasa pengaruhnya bila letak proyek cukup jauh dari
tempat campuran beton diproduksi. Problem-problem yang timbul selama
pengangkutan antara lain adalah : segregasi, pengurangan slump.
Kemungkinan berkurangnya air karena penguapan dan kebocoran, pemadatan
akibat pengangkutan dan waktu tunggu yang terlalu lama, perlu dihindari.
Ada beberapa macam alat untuk pengangkutan spesi beton, antara lain :
Alat Angkut Horisontal.
Concrete Buggy. Berguna untuk mengangkut beton dalam jumlah kecil
dan jarak angkut dekat, terutama di area yang tidak dapat dijangkau oleh
sarana angkut lainnya. Alat ini tidak ekonomis untuk penggunaan dengan
jarak lebih dari 70 m.
Kapasitas kereta dorong kira-kira 0.03m3 (30
liter), berarti untuk campuran berasal dari mixer
kapasitas 200 liter akan dibutuhkan sebanyak 6
kereta dorong.
Gambar 4.7. Concrete buggy/kereta dorong
Dumpers. Rentang kapasitasnya antara 0.3 m3
sampai dengan 0.75 m3 (rata-rata 0.5 m3). Cara
penuangannya dapat ke depan atau ke samping,
19
dan pengoperasiannya secara manual maupun dioperasikan secara
hidraulis. Dumpers dapat dipergunakan di permukaan tanah yang tidak
rata, walaupun demikian tetap disarankan disediakan permukaan yang
rata. Gambar 4.8. Dumper
Tramcrete. Dipakai untuk pekerjaan terowongan, dengan kapasitas
angkut mencapai 10 cubic yards. Satu-satunya kesulitan
penggunaannya adalah hanya dapat dipakai untuk terowongan dengan
diameter 20‘. Bagi terowongan yang mempunyai diameter lebih kecil
dapat mempergunakan low-profile tramcrete.
Gambar 4.9. Mobile tramcrete
Gambar 4.10. High-profile tramcrete
Truck agitator. Dipakai untuk mengangkut beton baik di lapangan
maupun di segala type jalan. Jarak angkut sampai dengan 80 km atau 1½
jam perjalanan, tetapi batasan ini dapat juga dilampaui. Alat angkut ini
biasanya dipakai dari pusat pencampuran beton yang mengutamakan
kualitas. Pada saat dituangkan beton dalam keadaan homogin.
Penuangan beton dari agitator diawasi
Gambar 4.11. Truck agitator
Truck Mixers. Dipakai untuk jarak angkut dekat maupun jauh. Tidak
diperlukan pusat pencampur beton, cukup
tersedia batching plant. Cara menuangkannya
20
seperti halnya pada agitator. Perlu dicatat bahwa kualitas beton yang
diperoleh tidak sebaik bila tersedia central mixing plants. Sehingga pada
saat beton dituangkan, perlu dikontrol konsistensinya.
Gambar 4.12. Truck mixer
Tractor Mounted Mixers. Dapat digambarkan sebagai mobile plants. Alat
ini dilengkapi dengan loading bucket untuk elevated batching. Dilengkapi
pula dengan rotating drum, yang dapat
bergerak bolak-balik untuk keperluan
penuangan campuran. Produksinya 1.2 m3
pada setiap kali pencampuran, dan dapat
dipakai sebagai alat angkut campuran beton
dari pusat penyimpanan material. Gambar 4.13. Tractor mounted mixer
Tipper Trucks. Truk terbuka, dengan arah
gerak bak ke samping dan ke atas (tipping)
serta hanya dipergunakan untuk
mengangkut material beton dengan bahan
pengikat semen untuk dasar perkerasan
jalan.
Gambar 4.14. Tipper Truck
Alat angkut campuran beton ini perlu dilengkapi dengan penutup (mis:
tarpaulins) agar campuran tidak terlalu basah karena air hujan atau terlalu
kering karena panas. Pintu bak harus rapat agar tidak bocor.
Alat Angkut Vertikal.
Skips / Buckets. Digerakkan oleh crane, yang umum
dipakai untuk mengangkut
beton di lapangan baik secara
horizontal maupun vertical.
Namun demikian,
pemakaiannya kurang effisien
21
bila dibandingan concrete-pump. Skip mempunyai
pembuka di bagian dasar, sedangkan buckets perlu
dibalik pada saat campuran beton dituangkan.
Gambar 4.15. Skip Kapasitas buckets lebih besar, kurang lebih 6 m3 dan
biasanya dipakai pada pekerjaan konstruksi yang
berat, yaitu bila volume pekerjaan sangat besar.
Walau demikian, sulit melakukan kontrol terhadap
campuran beton saat dituangkan. Kapasitas skip
bervariasi antara 0,2 m3 sampai dengan 1 m3
(umumnya antara 0,5 m3 – 0,75 m3).
Gambar 4.16. Bucket
Belt Conveyors. Beton dapat diangkut secara cepat pada jarak angkut
terbatas (vertical maupun horizontal) dengan mempergunakan belt
conveyor, dibantu oleh beberapa truckmicers. Pada penggunaannya perlu
diperhatikan pemadatan beton, kemiringan belt conveyor (tidak boleh terlalu
curam), agar tidak terjadi segregasi.
Pumping Concrete. Alat angkut ini dipakai terutama bila pengangkutannya
bersifat vertical dan horizontal, karena hanya alat tersebut yang mungkin
dipakai untuk mengangkut campuran beton. Pompa dapat bersifat tetap
atau dapat dipindahkan. Tetap untuk jenis pekerjaan berat, sedangkan
bergerak untuk pekerjaan kecil yaitu bila pengecoran dalam jumlah besar
hanya dilakukan sesekali saja.
22
Gambar . a) Concrete pump dilakukan pada tanah datar, b) dua truk concrete mixer memungkinkan untuk melakukan pengecoran terus menerus.
Pompa modern yang dapat dipindahkan mempunyai kapasitas yang
besar dan dapat mencapai berbagai lokasi pengecoran di dalam suatu
pekerjaan. Alat angkut ini dapat mencapai 60 m arah vertical atau 300 m
arah horizontal, tetapi jarak angkut menjadi lebih pendek bila sekaligus
dipakai horizontal dan vertical. Kecepatan aliran tergantung kepada
macam pompa, jarak yang harus ditempuh, panjang arah horizontal dan
vertical, jumlah belokan dan macam campuran. Secara praktis beton
yang dapat dituangkan berkisar antara 50 m3/jam sampai dengan 30
m3/jam
Gambar 4.3.4. Concrete Pump (schwing KVM 55)
4.4. Pengecoran.
Penuangan dan pengecoran perlu juga dapat perhatian, sebab
kesalahan penuangan dan pengecoran akan menimbulkan pemisahan
agregat kasar terhadap yang halus (segregasi , sehingga homoginitas
beton berkurang).
Arti dari penuangan adalah pemindahan beton dari mixer ke tempat
pengangkutan beton atau ke tempat dimana siap diangkut. Sedang
23
pengecoran berarti pemindahan beton ke tempat beton dicor ( ke dalam
bekisting / acuan ).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Adukan beton segar pada umumnya harus sudah dituangkan ke
dalam acuan beton dalam waktu 1 jam, setelah semen tercampur
dengan air. Apabila terpaksa jangka waktu pengecoran dengan
waktu pengadukan.
- Usahakan selama pengecoran beton segar tidak mengalami
segregasi
salah
benar
benar
- Bila menjatuhkan beton segar ke dalam acuan, usahakan jarak
tinggi jatuh beton segar tidak lebih dari 1½ m. Bila terpaksa, harus
dibantu pakai corong (tremi) untuk menyalurkan beton segar
tersebut agar tidakl terjadi segregasi
Gambar 4.4.1. Pengecoran dari suatu buggy/kereta dorong
24
Benar Salah Pengecoran dilakukan Pengecoran dilakukan jauh dekat permukaan beton dari pengecoran sebelumnya hasil pengecoran sebelumnya
Gambar 4.4.2. Pengecoran dari ketinggian
Benar Salah Pengecoran memakai light Campuran beton langsung hopper agar tidak terjadi dituangkan dari ketinggian segregasi dan melekatnya memungkinkan terjadinya campuran pada bekisting honeycombed dan segregasi di dasar cetakan
- Usahakan tempat pengecoran sedekat mungkin dengan lokasi
pengadukan beton segar.
Gambar 4.4.3. Pengecoran pada cetakan yang sempit dan dalam memakai beton pompa
25
Benar Salah Dituangkan dekat dengan Dituangkan jauh dari bagian bagian terendah yang yang hendak dicor hendak dicor
Gambar 4.4.4. Mengatasi rock pocket / timbunan agregat kasar pada campuran beton
Benar Salah Gali batu dari rock pocket Mencampurkan matriks dengan untuk dicampur dengan batu pada rock pocket matriks dan digetar
26
Gambar 4.4.5. Pengecoran pada kemiringan
Benar Salah Pengecoran dimulai dari Pengecoran dimulai dari bagian bawah, pemadatan bagian atas, campuran beton meningkat akibat berat sendiri cenderung turun dan terjadi segregasi
- Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa
henti, sampai mencapai tempat siar-siar sambungan yang
ditetapkan oleh Pengawas Ahli.
Dalam semua keadaan, acuan beton harus cukup kuat serta rapat (tidak
bocor) untuk mendapatkan hasil pengecoran yang baik . Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengecoran adalah sebagai berikut :
a. Pengecoran dengan tanah sebagai cetakan kerja, seperti pada
pekerjaan pondasi. Sebelum pengecoran, maka tanah harus bebas
dari tanah yang terlepas, akar pohon yang melintang. Bila permukaan
tanah kering, perlu dibasahi terlebih dahulu, sehingga tanah tidak akan
menyerap air yang terkandung dalam campuran beton. Sebaliknya bila
tanah dasar pondasi terlalu basah, maka air maupun lumpur harus
dikeluarkan terlebih dahulu. Bila terdapat rembesan air, prlu dipikirkan
cara yang paling effektif untuk mengalihkan aliran air sebelum
pengecoran dilakukan.
b. Pengecoran dengan cetakan kerja yang besar berupa tanah dan
papan kayu, misalnya untuk jalan dan landasan pesawat terbang,
lantai terbawah dari bangunan. Sebelum pengecoran, tanah harus
27
bersih dari tanah yang terlepas, genangan air serta material organik
seperti rumput, akar tanaman, daun dan lain sebagainya. Tanah harus
cukup padat dan dibasahi secukupnya agar air dalam campuran tidak
terserap oleh tanah. Bila hal-hal tersebut tidak dilakukan, maka bagian
dasar beton menjadi lemah. Pada permukaan tanah yang luas,
kadangkala untuk mencegah absorbsi air campuran beton, antara
tanah dan beton dibatasi oleh lembaran polyethylene . Pengecoran
dilakukan dengan memperhatikan besarnya susut yang akan terjadi
serta sambungan konstruksi. Pengecoran dilakukan sesuai ketebalan
yang dikehendaki. Hindari pengecoran dengan cara menimbun
campuran beton pada satu tempat, kemudian menggali/meratakannya.
c. Pengecoran dengan cetakan yang umum dipakai, seperti pada
kolom dan balok. Mula-mula perlu dicek apakah tulangan terikat dan
diletakkan dengan benar, serta ketebalan selimut beton memadaiu.
Sambungan antara papan kayu, plywood harus rapat, agar matriks
campuran beton tidak terlepas saat dilakukan pemadatan. Untuk
memudahkan pelepasan cetakan, maka bagian dalamnya perlu diberi
bahan pelicin, yang berbeda bahannya untuk cetakan baja dan
cetakan kayu. Tulangan harus bersih dan tidak berminyak. Bila
tulangan terlalu rapat, maka penuangan beton harus dilakukan dengan
hati-hati dan dalam jumlah sedikit, sehingga tidak menghalangi
pengecoran selanjutnya. Kondisi semacam itu seringkali dijumpai pada
elemen struktur dengan jumlah tulangan yang banyak dan memakai
tulangan lateral, pada pertemuan kolom-balok dan pada balok tinggi.
Kesulitan umumnya muncul pada saat melakukan pengecoran di
kolom, karena cetakan yang begitu tinggi. Untuk mengatasi hal itu,
dipakai pertolongan tremi (gambar 4.4.2) atau alat bantu lainnya.
Kadangkala, bila cetakan teralu sempit atau tremi tidak bisa masuk
karena tulangan yang rapat, maka dibuat bukaan/jendela agar tremi
dapat dimasukkan. Untuk pengecoran kolom-kolom yang tinggi
(gambar 4.4.2), pengecoran dilakukan pakai corong tremie. Atau
pengecoran dilakukan dari samping, lewat lubang-lubang (jendela-
jendela). Tinggi lubang maksimum adalah 1½ meter. Untuk menjaga
agar nilai f.a.s beton untuk keseluruhan tinggi konstruksi tidak berbeda,
28
maka untuk acuan kolom atau konstruksi yang tinggi, buatlah selisih
slump beton sebesar ± 2,5 cm untuk setiap ¼ tinggi acuan, sehingga
bagian atas beton tidak akan makin cair.
d. Pengecoran di bawah air. Dilakukan dengan alat bantu dump bucket
atau pipa tremi. Pada pengecoran dengan dump bucket, beton
diangkut dalam box atau bucket yang rapat, dan pada saat mencapai
titik pengecoran bagian bawah box atau bucket terbuka melalui suatu
mekanisme tertentu, kemudian seluruh beton dituangkan.. Metode
semacam ini tidak memberikan
hasil yang memuaskan, karena
sebagian semen dalam
campuran beton akan terlarut.
Cara lain adalah dengan
memakai semen kering atau semi
kering dicampur dengan agregat
halus dan agregat kasar,
dimasukkan ke dalam kantong
semen. Beton di dalam kantung
tersebut diletakkan pada dasar
struktur di bawah air.
Gambar 4.4.6. Pengecoran memakai tremie
Cara semacam itu juga tidak memberikan hasil yang memuaskan,
karena massa beton akan dipenuhi oleh kantung udara. Cara yang
paling baik adalah dengan memakai tremi (gambar 4.4.6).
Tremi berasal dari kata dalam bahasa perancis tremie yang berarti
hopper. Pipa tremi adalah pipa yang diameternya kurang lebih 20 cm,
dibuat dengan fleksibel sehingga panjangnya bisa dikurangi atau
ditambah. Di bagian atas dilengkapi dengan funnel, untuk menuangkan
beton. Bagian bawahnya dilengkapi dengan katup atau lembaran
polyethylene atau material serupa lainnya, kemudian dimasukkan ke
dalam air sampai titik pengecoran. Karena bagian bawahnya tertutup,
maka air tidak akan masuk pipa tremi. Campuran beton yang
29
dituangkan mempunyai slump tinggi, yaitu antara 15-20 cm. Bila
seluruh pipa sudah penuh terisi beton, maka pipa tremi ditarik, dengan
suatu sentakan yang ringan melalui mesin derek, kemudian dilakukan
pengaturan penarikan tremi. Bila pipa ditarik dan diberikan suatu
sentakan, maka karena pengaruh berat beton, katup di bagian bawah
akan terbuka dan beton dikeluarkan dari pipa. Pada tahap ini perlu
berhati-hati, karena pipa tremi masih berada di dalam air, sehingga
perlu dijaga agar pipa tidak terisi air. Dengan demikian, bagian bawah
pipa diusahakan tetap berada di dalam campuran beton/tertutup beton
yang sedang dikeluarkan/tidak berjarak terhadap campuran beton yang
dituangkan. Cara semacam itu terus dijaga sampai pengecoran (yang
dilakukan terus menerus tanpa terputus) mencapai lebih dari
permukaan air.
e. Pengecoran berlapis dalam cetakan kayu atau baja, seperti halnya
pada pengecoran dam, abutment atau pier). Bila jumlah massa
campuran beton demikian besar, maka pengecoran dilakukan secara
berlapis. Ketebalan lapisan tergantung dari alat pemadat/cara
pemadatan. Pada umumnya baik melakukan pengecoran dengan
ketebalan lapisan antara 15-30 cm, tetapi untuk jumlah massa yang
besar ketebalan dapat berkisar antara 30-45 cm. Pelaksanaannya
harus diatur sedemikian, agar suhu permukaan lapisan hasil
pengecoran sebelumnya tidak menjadi dingin. Setiap hendak
melakukan pengecoran, maka lapisan sebelumnya harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan mempergunakan water jet dan sikat logam.
Untuk dam, bisa juga dipakai sand blasting. Permukaan yang lama
biasanya dibuat kasar dengan membersihkannya dari laitance dan
material lepas lainnya. Permukaan dibasahi, diberi lapisan tipis
campuran semen dengan agregat halus. Progres pengecoran
diperhitungkan sedemikian, agar terhindar dari cold joints.
30
Gambar 4.4.7. Three-cable way dalam pengecoran suatu dam.
Cara yang dipakai
untuk mengangkut
beton dari tempat
mencampur ke lokasi
pengecoran sangat
tergantung kondisi di lapangan. Masalahnya adalah bagaimana
mengangkut campuran beton dengan kemungkinan terkecil terjadinya
segregasi atau perubahan konsistensi, sehingga dapat dipadatkan
secara merata. Cara yang paling sederhana adalah dengan memakai
cableway (gambar 4.4.7). Alat pencampur dengan tilting drum dapat
dipakai untuk mengisi bucket yang kemudian digerakkan ke tempat
pengambilan di bawah cableway, yang akan diangkut secara hati-hati
menuju tempat pengecoran.
Gambar 4.4.8. Pengecoran dam secara berlapis
Bila akan dipakai belt-conveyor sebagai alat transportasi, maka
perlu diperhitungkan pengaruh cuaca / udara sekitarnya. Pada cuaca
panas dan berangin pemakaian alat tersebut dapat menurunkan
konsistensi campuran beton. Kecuali bila conveyor yang dipakai
tertutup dan ke dalam campuran beton dapat ditiupkan udara dingin
untuk menurunkan suhu campuran beton.
Konsolidasi yang tepat untuk beton dengan slump rendah yang
dipakai untuk pengecoran dam memerlukan pengawasan yang ketat.
31
Alat pemadat yang paling effisien untuk maksud tersebut adalah two
man hand-held high speed vibrator.
Pemasangan elemen built-in pada bangunan dam seringkali
merupakan penyebab utama pada tertundanya pelaksanaan bila sejak
awal tidak direncanakan dengan
cermat. Kerumitan timbul pada
pemasangan tulangan,
prestressing, sumuran drainase
pada spillways. Untuk itu
sebaiknya dipakai unit beton pra-
cetak untuk menyingkat waktu
pelaksanaan. Gambar 4.4.9. Pemasangan elemen built-in
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengecoran beton dengan
jumlah massa yang besar adalah penurunan suhu campuran, untuk
menghindari terjadinya retak. Untuk itu perlu diperhatikan pengaruh
faktor internal dan eksternal sebagai berikut :
Kenaikan suhu, yang sangat dipengaruhi panas hidrasi semen, jumlah
semen per meter kubik, suhu pengecoran dan lamanya waktu
pelaksanaan.
Panas disipasi yang tergantung pada kondisi suhu sekitar termasuk
suhu beton di bawahnya (lapisan pengecoran sebelumnya) dan
thermal diffusifity daripada beton. Terutama di tempat udara dingin, bila
bagian bawah tersebut suhunya perlu ditambah, maka kenaikannya
disarankan tidak melebihi 2 ºC per hari.
Pengaruh permukaan beton yang dingin, akan tergantung pada
tingkatan suhu yang bisa dikurangi, misalnya dengan melakukan
pengecoran setengah dari ketinggian lapisan pengecoran yang
ditentukan sebelumnya.
Pipa pendingin sebaiknya diletakkan pada 0.25-0.75 bagian dari
ketebalan lapisan pengecoran. Penempatan tersebut lebih effisien
32
dibandingkan di permukaan atau di tengah ketebalan lapisan. Jarak
antara penempatannya tergantung pada kecepatan penurunan panas
yang diperlukan serta juga suhu air yang dipakai untuk mendinginkan
(air sungai atau air yang sudah didinginkan).
Cuaca sekitar – kelembaban, suhu dan angin.
4.5. Penambahan Air Di Lapangan
Yang dimaksud dengan penambahan air di lapangan adalah penambahan
air pada beton ready mixed di dalam truck mixer setelah tiba di lokasi
pengecoran. Tempering beton semacam itu dimungkinkan dengan
memberikan sebagian air yang pemberiannya ditangguhkan pada saat
awal pencampuran. Atau juga ditambahkan sejumlah air sesuai keinginan
pembeli.
Gambar 4.5.1. Contoh pengaruh penambahan ait terhadap slump dan kekuatan beton
Bila beton sampai di lokasi pengecoran dengan nilai slump yang rendah,
maka penambahan air dimungkinkan agar nilai slump rencana tercapai.
Hal semacam ini bisa dilakukan selama nilai slump tidak melebihi slump
rencana dan rasio air/semen. Penambahan air semacam itu dilakukan
berdasarkan ASTM C-49 spesifikasi standar untuk beton ready-mixed.
Supplyer beton ready-mixed membuat rencana campuran beton sesuai
standar industri. Bila air yang ditambahkan berlebihan, dapat
33
menyebabkan turunnya kuat tekan beton (gambar 4.5.1), dan cenderung
menyebabkan terjadinya retak. Namun bila pembeli menghendaki air
tambahan di luar air rencana pada campuran beton, maka kualitas beton
menjadi tanggung jawab pembeli. Sebagai alternatif dapat diberikan
bahan tambahan water–reducer atau superplastizicer. Dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya segregasi, maka pemberian
bahan tambahan tidak akan mempengaruhi sifat beton.
4.5. Pemadatan Beton Segar.
34
Tujuan utamanya ialah menghilangkan ruang udara dari dalam spesi
beton, hingga kepadatan beton tercapai. Dengan demikian beton yang
dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi, susut rendah dan kedap air.
Gambar 4.6.1. Hubungan antara kantung udara dengan kuat tekan beton
Beton segar yang sudah dipadatkan dengan alat penggetar, sebaiknya
memiliki nilai slump antara 50 à 100 mm. Kecairan beton yang dipadatkan
dengan alat penggetar nilai slump maksimumnya adalah 125 mm. Bila
lebih cair, maka cenderung terjadi segregasi pada beton segar.
Beberapa macam cara pemadatan :
a. Dengan cara rojokan
Pemadatan dengan cara manual hasilnya akan kurang baik. Karena
itu untuk beton strukturil, pemadatan harus dilakukan dengan alat
penggetar.
35
b. Dengan jarum penggetar / penggetar bentuk batang ( Pin Vibrator )
Panjang batang getar kurang lebih 50
cm, dengan garis tengah mulai dari 25,
50, 75, sampai 100 mm. Pemilihan
jarum penggetar amat penting,
tergantung kapasitas yang dikehendaki
dan jenis konstruksi bangunan yang
akan digetar.
Gambar 4.6.2. Pin vibrator
Tergantung pula jarak antara penulangan dan jarak penulangan
dengan acuan. Pin vibrator dengan garis tengah 25 atau 30 mm
biasanya dipakai untuk penelitian di laboratorium. Untuk pekerjaan di
lapangan, umumnya dipakai yang bergaris tengah 50 mm. Untuk
pemadatan beton tebal dengan maksimum ukuran butir agregat lebih
dari 50mm, dipakai vibrator dengan garis tengah 75 à 100 mm.
Alat penggetar bentuk batang
mempunyai putaran penggetar
sampai 12000 rpm. Untuk
pemadatan beton normal dipakai
penggetar dengan putaran 3500 à
5000 rpm. Sedangkan untuk beton
strukturil yang smooth finish,
dipakai penggetar dengan putaran 6000 sampai 10000 rpm.
Cara pemadatan dengan pin vibrator :
36
- Tebal lapisan yang digetar antara
35 à 50 cm ( maksimum sama
dengan panjang batang getar).Oleh
karenanya, untuk bagian-bagian
konstruksi yang sangat tebal, maka
pemadatan dilakukan lapis demi
lapis sehingga tiap-tiap lapis bias dipadatkan dengan baik. (gambar
4.6.3)
- Posisi batang tegak lurus, atau
boleh miring maksimum 45º. Jarak
memasukkan batang getar antara
45 à 75 cm ( maksimum).
Gambar 4.6.4. Pola pengetaran
- Batang penggetar tidak boleh digeser horisontal, atau dipakai untuk
mendorong adukan beton segar, karena dapat menyebabkan
terpisahnya bahan-bahan.
- Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton
yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum harus berjarak > 5 cm
dari cetakan atau dari beton yang mengeras. Juga diusahakan agar
jarum penggetar tidak mengenai tulangan, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya
- Lamanya penggetaran maksimum 30 detik. Jarum penggetar ditarik
dari adukan beton apabila adukan
mulai nampak mengkilap sekitar
jarum. Penarikan batang getar dari
acuan yang digetarkan jangan terlalu
cepat, agar rongga bekas jarum
dapat diisi penuh oleh adukan beton. Gambar 4.6.5. Kedalaman vibrator pada
lapisan lama
37
- Penggetaran ulang diperbolehkan, selama betonnya belum mulai
mengikat ( bila batang ditarik, spesi beton masih dapat tertutup
kembali ).
Gambar 4.6.6. Mesin getar listrik yang ditempelkan pada acuan
baja.
c. External Vibrator .
Bentuknya seperti motor listrik yang dihubungkan
dengan roda exentric, diberi alat untuk menempelkan alat ini
ke acuan yang akan digetar. Jadi dengan alat ini acuan
bagian luar dari beton yang dicetak ditempeli external
vibrator. Penggetar bekerja selama acuan diisi. Lama
penggetaran tidak lebih dari 30 detik. External vibrator
biasanya memiliki putaran penggetar antara 3000 à 9000
rpm. Dipakai untuk pekerjaan dinding, kolom dan pelat
beton
Cara pemadatan dengan external vibrator :
- Lama penggetaran ± 30 detik, atau sampai permukaan
beton yang digetar telah terlihat mengkilap karena adanya
air naik ke permukaan.
- Tebal lapisan yang digetar diatur dengan tebal maksimum
50 cm
d. Meja Getar .
Pemakaiannya terutama di Laboratorium atau di pabrik
pembuatan unsur bangunan beton (beton pra-cetak).
Putaran penggetar kurang lebih antara 1500 à 7000 rpm,
amplitudo kurang lebih 0,04 mm. Cara penggetaran sama
dengan cara pemadatan dengan external vibrator.
38
Gambar 4.5.3. Meja getar untuk unit beton pra-cetak.
4.7. Finishing.
Di dalam pelaksanaan pengecoran beton diusahakan dapat
diperoleh suatu hasil beton yang padat, rata / tidak keropos / tidak terjadi
sarang kerikil .
Keropos dan sarang kerikil pada
bagian beton akan sangat
mempengaruhi kekuatan konstruksi,
terutama bila terjadi pada bagian yang
terkena beban tekan. Keropos dan
sarang kerikil ini perlu ditutup. Sebelum
ditutup / ditambal perlu dibersihkan
dulu. Gambar 4.7.1. Blister pada permukaan beton
Sebaiknya dipakai bahan tambahan yang mempunyai fungsi mempertinggi
daya lekat beton lama dan baru untuk pekerjaan ini. Namun penambahan
ini tidak akan memperbaiki / menolong kekuatan konstruksi, tetapi
berfungsi sebagai pelindung besi beton terhadap pengaruh udara yang
bias menyebabkan karat. Selain itu untuk memperbaiki bentuk permukaan.
39
Jadi akibat keropos walaupun sudah ditutup pengaruhnya sama saja
dengan tidak ditambal, sehingga sangat mengurangi kekuatan konstruksi.
Finishing beton hendaknya dilakukan dengan memperhatikan adanya
bleeding. Bila hal itu tidak diperhatikan, maka dapat menimbulkan blister pada
permukaan beton (gambar 4.7.1)
4.8. Perawatan Beton Segar.
Setelah selesai dipadatkan, permukaan beton kemudian diratakan
permukaannya (difinish) menurut ketentuan yang diminta untuk pekerjaan itu.
Atau bila permukaan itu kemudian akan disambung lagi, dapat dibiarkan tetap
kasar. Permukaan yang sudah diratakan harus segera dilindungi dengan
karung yang dibasahi, atau dilabur dengan cairan penutup ( curing agent ),
atau digenangi air. Upaya-upaya tersebut dilakukan agar air dari dalam beton
tidak menguap.Perlindungan
permukaan agar selalu lembab
minimum harus dilakukan selama 7
hari (gambar 4.8.1). Konstruksi beton
yang baru saja selesai dipadatkan
atau difinish tidak boleh dibebani.
Ga
mbar 4.8.1. Pengaruh lamanya pemadatan terhadap
kekuatan
Metode Perawatan Beton :
Membrane Curing Compound adalah metode yang paling
disarankan (paling praktis dan paling banyak dipakai) untuk
perawatan beton. Mudah disiramkan, atau dipakai dengan bantuan
roll atau kwas. Dan murah. Metode ini effektif untuk plat, dinding
vertikal atau permukaan yang tidak rata. Bila cara ini dipakai,
pastikan bahwa compundnya sesuai dengan persyaratan ASTM C-
309.
Water Spray adalah cara perawatan yang baik, hanya bila beton
bisa diupayakan tetap dalam keadaan lembab. Bila terjadi
pengeringan di antara perawatan, maka akan terjadi retak.
40
Waterproofing Curing Paper menahan kelembaban beton
dengan menahan penguapan. Air disiramkan di atas permukaan
beton dan kemudian tutup atasnya dengan kertas tahan air yang
bersih. Sisi kertas diletakkan saling overlapped dan kemudian
direkat dengan plester tahan air. Cara ini hanya praktis untuk plat,
tidak untuk dinding atau permukaan yang tidak rata.
Damp Burlap kadang juga merupakan cara perawatan yang
effektif. Namun demikian, burlap harus dcuci dan bersih dari
kotoran apapun. Selain itu burlap yang basah susah diangkat
karena berat. Bila burlap telah dipakai untuk menutupi permukaan
beton, maka beton harus tetap dalam keadaan lembab, yaitu
dengan cara disiram air
Metode Lainnya/Lembaran Plastis yang kedap air, ringan dan
mudah pemakaiannya. Proteksi beton dengan cara ini bagus,
tetapi tetap harus dilakukan dengan hati-hati, agar lembarannya
tetap datar dengan permukaan beton, kalau tidak permukaan
beton akan mottling. Tanah yang basah, jerami dan rumput juga
bisa dipakai, tetapi pemakaiannya hanya bila dalam kondisi
terpaksa. Pasir dan tanah basah menyebabkan beton kotor, dan
sukar dibersihkan. Sedangkan jerami atau rumput cepat sekali
mengering, mudah terbang dan mudah terbakar.
Perawatan beton yang sedang mengeras boleh dipercepat,
misalnya dengan menggunakan uap tekanan rendah, atau dengan
menaikkan suhu beton. Asal dengan proses tersebut tidak terjadi
penguapan air dari beton segar (beton yang sedang mengeras).
Untuk cara ini, perlu dilakukan dengan petunjuk tenaga yang telah
ahli dalam bidang ini. Perawatan yang dilakukan dengan seksama
akan menghasilkan :
- beton yang tinggi durabilitynya, lebih sedikit kadar pori dan
retak mikro yang terjadi
41
- beton lebih tahan dalam pemakaiannya, bila perawatan
dilakukan dengan benar dan dilkaukan dalam jangka waktu
28 hari.
4.9. Pengaruh Suhu Pada Beton Segar.
Bila suhu beton kurang dari 10 ºC, beton akan lambat
mengeras. Untuk mempercepat, dapat dipakai admixture jenis
accelerator. Tetapi untukdi Indonesia, yang cuacanya tropis
lembab, jarang dialami suhu serendah itu. Bahkan sebaliknya,
suhu rata-rata minimum 20 ºC, kadang-kadang lebih dari 35 ºC.
Oleh karenanya, tidak memerlukan accelerator. Sebaliknya,
karena suhu betonnya tinggi, maka beton akan cepat mengeras.
Pekerjaan harus dipercepat, atau waktu mengerasnya beton
diperlambat dengan ditambahkan admixture jenis retarder.
Hasil penelitian untuk sifat beton menunjukkan, bahwa bila suhu
beton mencapai 32 ºC, merupakan titik kritis bagi beton itu dan
dapat menimbulkan hal-hal yang negatip antara lain :
a. jumlah air pengaduk untuk beton akan bertambah, berarti
f.a.s naik atau kekuatan beton turun
b. penguapan air dari beton akan terlalu cepat, beton cepat kaku
sukar ditangani
c. bila betonnya menggunakan AEA dengan maksud untuk
menambah kadar udara dalam beton, maka akan sukar
dikontrol
d. slump beton cepat turun
e. perubahan volume beton terjadi dengan cepat,
mengakibatkan susut plastis
f. kecenderungan retak pada beton akan makin besar, sehingga
kekuatan, keawetan dan daya lekat tulangan menurun.
42
g. Memperbesar kemungkinan terjadinya korosi pada tulangan
beton
h. Menurunkan sifat rapat air.
Apabila saat mengerjakan beton suhu sekitar sudah lebih dari
35 ºC, maka suhu beton yang diaduk perlu dijaga jangan sampai
lebih dari 32ºC. caranya :
- jangan menggunakan semen yang masih panas (suhunya
lebih dari 77 ºC).
- bahan-bahan beton yang dipakai (agregat dan air ) disimpan
terlindung dari matahari, agar tetap dingin. Bila perlu
sebagai air pengaduk dipakai air yang didinginkan atau
pakai air es. Untuk menurunkan suhu beton normal sebesar
0,5 ºC caranya :
a. suhu semen diturunkan 4 ºC
b. suhu air diturunkan 2 ºC
c. suhu agregat diturunkan 1 ºC
Untuk menjaga efek negatip pada konstruksi beton massa ( tebal
lebih dari 2 m ) akibat panasnya beton, maka suhu beton
sebaiknya tidak lebih dari 16 ºC. Bila hal ini sukar dilakukan, jaga
agar suhu inti beton tidak lebih dari 70 ºC. Perbedaan suhu inti
dan suhu kulit beton tidak lebih dari 20 ºC, dan dijaga agar air
beton tidak cepat menguap.
4.10. Pengujian Beton Segar.
Selama pelaksanaan pembetonan, terutama untuk beton
strukturil, biasanya dilakukan pengujian sifat beton segar untuk
mengawasi mutu betonnya. Adapun jenis pengujian yang biasa
dilakukan adalah sbb. :
a. Pengujian workability
43
Dilakukan dengan alat slump.
b. Berat Volume.
Pengujian ini dilakukan terutama untuk mengetahui
apakah beton yang dibuat itu hasilnya sesuai dengan
rencana. Misalnya berat volume beton rencana = 2380
kg/m³. Namun ternyata setelah diaduk, didapat berat volume
beton = 2300 kg/m³. Jelas dalam hal ini, bahwa (tiap 1 m³)
hasil yang sebenarnya berkurang 2380-2300= 80 kg beton,
atau kurang (80:2380) x 100% = 3,36%. Atau tiap 1 m³ beton
rencana kekurangan sebesar 33,6 liter beton.
c. Kadar udara dalam beton.
Dilakukan terutama bila betonnya pakai AEA. Untuk
mengetahui berapa persen kadar udara dalam beton itu,
apakah rencananya terpenuhi atau tidak.
d. Waktu pengerasan awal beton.
Untuk mengetahui kapan adukan beton itu mulai
mengeras. Dihitung sejak mulai terjadinya proses hidrasi
(semen bertemu air). Bila pengikatan awal sudah terjadi,
beton tidak boleh diganggu lagi. Untuk pekerjaan beton yang
pakai cara Cetak Luncur (Slip Form), pengamatan waktu ikat
awal ini sangat penting, sebab bila waktu ikat awalnya belum
tercapai maka cetakan luncurnya jangan ditarik ke atas.
e. Analisa campuran beton.
Pengujian ini dilakukan terutama untuk mengetahui kadar
semen dalam beton yang sebenarnya. Cara ini mulai
dikembangkan di Inggris ± tahun 1978. Analisa dilakukan
untuk mengawasi mutu beton yang dibuat oleh perusahaan
Ready Mixed, dengan menggunakan alat yang disebut Rapid
Analysis Machine ( RAM ). Alat tersebut dapat menentukan
jumlah semen dalam beton segar dalam waktu ± 1 jam.
44
5. SIFAT-SIFAT BETON KERAS.
5.1. STRENGTH (KEKUATAN)
Kenyataan menunjukkan bahwa mutu beton sangat
tergantung pada factor air semen / f.a.s (prinsip metode D.O.E).
Dan penentuan perbandingan air dan semen tergantung dari
durability yang dikehendaki. Selain itu, kekuatan beton juga
tergantung ketelitian pelaksanaan pengecoran dan perawatan (
curing ) beton tersebut.
Hal-hal yang mempengaruhi kekuatan beton keras antara lain :
a. Perbandingan jumlah air dan semen atau disebut Faktor air
Semen (f.a.s) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
Water/Cement (W/C ratio). Makin besar nilai f.a.s akan makin
rendah kuat tekan betonnya. Demikian sebaliknya, tetapi
batas minimum dari f.a.s ini juga ada, sebab bila nilai f.a.s
sudah mendekati < 0,40 berarti jumlah air makin kurang,
betonnya makin kaku, sukar dipadatkan atau betonnya kurang
padat sehingga kekuatannya turun. Akibat kurangnya jumlah
air yang diberikan, maka semen tidak bisa berubah sempurna
sebagai fungsi perekat ( tidak semua semennya menjadi
perekat). Akibatnya kekuatan beton juga rendah. Bila air
terlalu banyak, semen akan berubah jadi perekat, tetapi
perekat itu terlalu cair. Dengan demikian pasta semen berpori,
sehingga daya rekatnya juga turun, kekuatan betonnya juga
turun. Hubungan antara f.a.s dengan kekuatan beton dapat
dilihat pada grafik 5.1.1. Di samping pengaruh kadar air yang
berbanding dengan kadar semen, kekuatan beton juga
dipengaruhi oleh :
b. perbandingan semen dengan agregat, atau agregat dibagai
semen
45
c. kekerasan agregat, bentuk butir agregat, susunan butir
agregat
d. besar butir agregat yang dipakai.
Grafik 5.1.1. : Hubungan f.a.s dan
tegangan tekan beton :
f.a.s 1 > f.a.s 2
1 < 2
5.2. UMUR ATAU WAKTU SERTA SUHU PENGERASAN.
Beton yang masih berumur muda, kekuatannya akan lebih
rendah daripada yang berumur lebih tua. Secara umum, batas
optimum kekuatan beton dicaapai pada umur rata-rata 4 minggu
atau 28 hari, bila betonnya memakai semen type I. Untuk
pemakaian jenis semen yang lebih lambat mengerasnya, kuat
tekan optimum mungkin baru dicapai dalam waktu 1½ bulan atau
90 hari.
Selain jenis semen, f aktor lain yang mempengaruhinya ialah :
a. Cara pengerasan.
Pengerasan beton dalam keadaan basah terus menerus akan
memberikan kekuatan tinggi dibandingkan bila selama
pengerasan betonnya kering atau sifat kebasahannya tak
menentu.
46
Grafik 5.2.1. Pengaruh suhu pengerasan dengan kuat tekan beton
Grafik 5.2.2. Kuat tekan beton dikeringkan di laboratorium, setelah dikeraskan
Awal pada keadaan lembab (pengaruh umur terhadap kuat tekan beton).
b. Suhu pengerasan
47
Beton yang selama pengerasannya mengalami suhu yang
tinggi, maka pen capaian kekuatan beton lebih cepat pula
dibandingkan dengan beton yang selama pengerasannya
suhunya rendah. Pengaruh umur dan suhu pengerasan
terhadap kekuatan beton digambarkan pada grafik 5.2.1 dan
5.2.2.
5.3. KOKOH TARIK BETON.
Kokoh tarik beton pada prinsipnya harus ditentukan dari
percobaan tarik langsung, tetapi percobaan ini sulit dilakukan.
Percobaan yang bias dipakai sampai saat ini adalah percobaan-
percobaan lentur pada prisma dengan penampang 10cm x 10 cm,
atau dengan kuat tekan belah silinder beton yang ditekan pada
sisi panjangnya. Keduanya dilakukan pada beton berumur 28 hari.
Gambar 5.3.1. Percobaan kokoh tarik beton dengan (a) benda uji silinder dan (b) benda uji balok.
48
Untuk kedua jenis percobaan ini, kokoh tarik beton (br)
ditentukan dengan rumus :
2P
f’ct = ( silinder )
.d.e
2P
f’ct = ( kubus)
.a²
Sebagai data pendekatan, dapat diambil secara kasar bahwa :
- Kokoh Tarik lentur beton = f’ctl = 10% kokoh tekan beton
- Kokoh tarik beton : f’ct = 5% fc’ 28 ( kubus )
5,4, MODULUS ELASTISITAS BETON (M.O.E).
Meskipun beton merupakan bahan yang getas, namun ia
masih memiliki sifat kenyal (elastis). Oleh karena itu sering puka
diuji sifat elastisnya untuk mengetahui harga Modulus Elastisitas
beton.
Pengukuran harga modulus elastisitas beton dapat dilakukan
dengan pembebanan statis pada benda uji kubus atau silinder,
yang akan menghasilkan Modulus Elastis Statis. Beban yang
diberikan sampai kurang lebih 40% beban maksimum, dengan
kecepatan pembebanan kurang lebih (260 ± 40) kN/menit.Dapat
pula diuji pakai getaran gelombang, yang akan memberikan
harga Modulus Elastis dinamis. Harga modulus elastis statis akan
lebih rendah daripada harga modulus elastis dinamis. Harga
49
modulus elastis beton ini terutama dipengaruhi oleh : kuat tekan
beton, sifat agregat yang dipakai, kondisi dan umur pengerasan,
perbandingan campuran bahan serta jenis semen yang dipakai.
Beton dengan bahan agregat yang berat volumenya kurang
lebih 2300 kg/m³ atau lebih, mempunyai E = 4,5 √ (t x 10³)
N/mm².Harga modulus elastis (statis atau dinamis) untuk beton
dengan berat volume tersebut dapat dilihat pada table 5.4.1. di
bawah ini.
Kuat tekanKubus
15cmx15cm
(N/mm²)
Modulus elastis statisKN/mm²
Modulus E dinamisKN/mm²
Rata-rata Rentangantara
Rata-rata Rentang antara
202530405060
252628313436
21 – 2922 – 3023 – 3326 – 3628 – 4030 - 42
353638404244
31 – 3932 – 4033 – 4335 – 4536 – 4838 – 50
Tabel 5.4.1. Modulus elastisitas beton (statis/dinamis)(dikutip dari CP 110 part 1-72)
Untuk beton yang mempunyai berat volume antara 1400 –
2300 kg/m³, maka perkiraan harga modulus elastisitasnya dapat
diambil dari harga di dalam table di atas, dikalikan dengan
( Do/2300 )² . Do= berat volume beton bersangkutan.
M.O.E untuk beton dengan berat volume yang sama dapat juga
diperoleh dengan rumus E = 0,85 p² √ (t x 10ˉ²) N/mm².
p = berat volume beton ; t = kuat tekan rata-rata (N/mm²)
ACI building code 318-83 menyatakan: untuk beton
normalmodulus elastis statis yang diukur dengan benda uji
silinder dapat diperkirakan sebesar 57.000 √f’c (psi).
f’c = kuat tekan silinder beton dalam psi.
50
Telah diketahui bahwa untuk material yang memenuhi hokum
Hooke, maka hubungan tegangan-regangan dan modulus
elastisitas berlaku umum :
E = .
Tidak ada perbandingan lurus antara b’ dan b’ atau E karena
sangat dipengaruhi oleh banyaknya factor. Untuk kesederhanaan
perhitungan-perhitungan maka telah ditempuh pendekatan-
pendekatan. Untuk kwalitas beton tertentu, dipakai suatu E
konstan tertentu pula. Ada pula yang mengambil harga E dengan
cara secant modulus : Eb’ = tg
Grafik 5.4.1. Hubungan antara perbandingan kokoh tekan dan tarik beton terhadap b’ pada umur 28 hari.
5.5. CREEP BETON.
51
Meskipun tidak dibebani beton dapat susut atau mengkerut
akibat deformasi thermal. Banyak gerakan yang terjadi pada
beton akibat penyusutan. Sifat ini memberi kontribusi pada
lendutan dalam beton bertulang sampai 10 – 20% dan 20 – 40%
pada komposit beton dan baja. Karena adanya tahanan pada
beton itu sendiri terhadap susuta, maka terlihat adanya retakan
pada beton.
Creep beton sulit diamati, sebab kejadian creep beton ini
bersamaan dengan kejadian susut beton.Di samping sust yang
terjadi sebelum pembebanan, ada pula susut akibat beban. Bila
beton mendapat beban dan besarnya beban tidak melebihi batas
sifat elastisnya, maka susut akan dapat hilang bila bebannya
dihilangkan. Tetapi bila beban sudah melampaui batas elastisnya,
maka sebagian susut tadi akan tetap ( tidak dapat hilang) bila
beban dihilangkan. Kelakuan beton bila dibebani kemudian beban
dihilangkan dapat dinyatakan dalam diagram tegangan-regangan
( b’ - b’ ) seperti terlihat pada grafik 5.5.1.
BO//AC p = plastis v.e = visco elastis 1 - 2 creep 3 : batas elastis
Grafik 5.5.1. Hubungan tegangan – regangan beton bila benda uji beton ditekan dan dilepas.
Keterangan :
52
Bila tekanan kecil, b’ kecil, maka perubahan bentuk ( b’ )
berbanding lurus dengan b’ Hukum Hooke : b’ = E. b’
Bila b’ besar maka grafik akan melengkung ke bawah, sudut
makin kecil. Berarti modulus elastisitas E = b/b makin kecil.
Misalkan diadakan pembebanan sampai A, maka akan terjadi
perpendekan 1. Bila beban dihilangkan, beton akan berusaha
kembali ke bentuk semula. Kembalinya tidak melewati grafik AO,
melainkan melalui ACDE ( dimana AC // OB ). CDE pada garis
lengkung ACD terjadi bersamaan dengan hilangnya beban.
Setelah itu pemulihan bentuk 2 ke 3 lambat sekali. Pemulihan
bentuk 2 ke 3 disebut perubahan unelastis atau viscoelastis.
Ternyata ada perubahan bentuk yang tak pulih, yaitu OE ( 3 ).
Besarnya regangan yang sifatnya tetap inilah yang disebut creep
atau rangkak
Sesungguhnya bagian dari stress-strain diagram beton tidak
ada yang lurus. Untuk praktisnya pada permulaan dianggap lurus
dan disini didapat modulus elastis beton E = / Eb
Faktor-faktor yang mempengaruhi b beton :
- umur beton pada saat dibebani
- factor air semen (f.a.s)
- sifat agregat dan semen portland
- perawatan waktu mengeras
- cara pembebanan (cepat, lambat)
- macam dan lamanya pembebanan
- bentuk beton yang dicoba
- lingkungan sekitar bangunan beton, dll
- kelembaban sekitarnya
- volume yang ditinjau / ukuran, dan bentuk penampang
- susunan campuran beton
53
- kwalitas beton
Pada konstruksi beton bertulang biasa atau pada konstruksi
beton pada umumnya, adanya creep ini sering tidak dihiraukan.
Tetapi untuk konstruksi beton pra-tegang, creep ini perlu
dipertimbangkan. Sebab bila creep yang terjadi terlalu besar,
maka defleksi yang terjadi pada struktur bentuk balok akan
menjadi besar. Dengan demikian creep ialah perubahan bentuk
tambahan berbentuk plastis, di samping perubahan bentuk elastis
akibat pembebanan tetap. Bila pembebanan tetap cukup lama,
maka di samping perubahan elastis yang terjadi, maka dapat
dicatat bahwa perubahan bentuk masih terus berlangsung. Sebab
dari perubahan bentuk tersebut yang terjadi kemudian adalah
sifat creep dan susut beton.
Gambar 5.5.1. Retak akibat susut plastis pada beton.
5.6. DURABILITY ( KEAWETAN )
54
Sebenarnya durability ( ketahanan ) beton sama pentingnya
dengan persyaratan-persyaratan kekuatan ( strength ), dan
kemudahan pengerjaan beton ( workability ). Walaupun demikian
pentingnya, masalah durability atau keawetan beton ini sangat
sukar untuk diukur. Selain itu penyelidikan keawetan atau
ketahanan beton ini memerlukan waktu penyelidikan yang cukup
lama, sebab penyelidikan ketahanan dalam waktu yang pendek
tak akan menghasilkan pekerjaan yang teliti yang bias
menunjukkan ukuran ketahanan konstruksi beton.
Pada umumnya beton dapat dikatakan mempunyai sifat awet.
Meskipun demikian, terdapat factor eksternal atau internal yang
dapat menurunkan sifat awet ini. Faktor umum yang
mempengaruhi keawetan neton antara lain : kerapatan air,
kepadatan, pengaruh cuaca ( panas, kering, basah, beku ), zat
kimia di lingkungannya dan bahan pembentul betonnya. Secara
rinci, hal-hal yang dapat menurunkan keawetan beton adalah :
a. Pengaruh Internal .
– Bila agregatnya tidak kekal, kurang padat, atau kurang
kompak, akibat perubahan basah-kering pada agregat
(volume akan berubah). Bila butir agregat bersifat alkali
reaktip, terutama dengan semen yang mengandung
alkali tinggi, maka beton akan mengembang dan rusak.
– Bila betonnya tidak padat atau berpori /keropos. Maka
melalui bagian yang keropos tersebut terjadi serangan
gas CO2 atau zat yang akan menurunkan keawetan
beton.
b. Pengaruh Eksternal .
Pada prinsipnya ada 3 ketahanan yang harus dimiliki beton a.l. :
- Ketahanan terhadap cuaca ( weathering resistance )
55
- Ketahanan terhadap pengaruh bahan kimia, yang meliputi
bahankimia dan lingkungan agresif ( resistance to chemical
deterioration )
- Ketahanan terhadap erosi ( resistance to erosion )
5.6.1. Weathering Resistance
Persyaratan ketahanan beton terhadap pengaruh cuaca
adalah penting. Beton harus tahan terhadap kerusakan-kerusakan
yang mungkin timbul karena pengembangan dan penyusutan
akibat perbedaan temperatur ( temperatur siang dan temperatur
malam ) yang menyebabkan beton yang basah tiba-tiba akan
menjadi kering, sehingga timbul retak, dsb. Untuk mencegah
pengaruh kerusakan akibat cuaca, maka yang perlu diperhatikan
adalah beton tersebut harus dibuat sedemikian sehingga kedap
air dan mempunyai perubahan perbedaan volume kecil, dengan
mengadakan langkah-langkah sbb. :
1). Pemilihan agregat yang tepat dan baik (diameter maksimum
keras dan tidak poreus, serta bentuknya tidak pipih ).
2). Perawatan yang sempurna ( curing ).
3). Homoginitas campuran beton harus dijaga.
4). Penggunaan factor air semen ( f.a.s ) yang rendah.
5). Penggunaan air seminimal mungkin.
Adapun pengaruh cuaca, suhu serta kelembaban dapat diuraikan
sbb. :
- Keadaan beku dan cair, merusak mulai dari permukaan beton.
Ini terjadi akibat pori beton terisi air, bila air tersebut beku
maka volumenya akan membesar dan merusak permukaan
beton.
56
- Beton yang terkena suhu lebih tinggi dari 300 C, kekuatan
beton akan turun akibat terurainya pasta semen (melepaskan
air), daya rekatnya hilang.
- Pada kelembaban udara relatip kurang dari 60%, beton akan
mulai mengering kemudian menyusut. Terjadi tegangan
internal diikuti dengan retakan. Beton yang telah retak pada
kelembaban tinggi akan menyerap CO2 dari udara. Terbentuk
Calcium Carbonat yang mengakibatkan susut makin besar.
Keadaan ini disebut re-karbonisasi pada beton.
5.6.2. Ketahanan Terhadap Pengaruh Bahan Kimia.
Beton merupakan bahan yang bersifat basa, sehingga ia tidak
tahan terhadap lingkungan yang bersifat asam dibawah pH < 7,0.
Musuh utama beton semen Portland terutama adalah larutan
yang mengandung sulfat (SO4ˉˉ). Ion sulfat ini bila bertemu
dengan C3A dari semennya akan membentuk entringit dengan
rumus C3A CaSO4 32 H2C, yang volumenya membesar dan
hablurnya mendesak beton, sehingga betonnya rusak sedikit
demi sedikit. Beton yang mengandung Cl, bagi beton bertulang
akan mempercepat korosi pada tulangan beton.
Kelapukan beton bisa disebabkan karena reaksi mineral-
mineral tertentu dari alkali yang terkandung dalam semen. Oleh
sebab itu pada pemakaian semen yang berkadar alkali tunggi,
maka dianjurkan agar pemilihan agregat kasar ( batuan ) yang
akan dipakai sebagai material spesi beton harus hati-hati, Dan
sebaiknya agregat tersebut diperiksa lebih dahulu di laboratorium
yang bersangkutan. Alkali dalam hal ini dinyatakan dengan Na2O
+ 0,658 K2O dan harus lebih kecil dari 0,5 – 0,6 persen.
Bahan-bahan mineral yang mempunyai sifat reactive dan
pengrusak yang umumnya terdapat pada agregat alam di
57
Indonesia ialah : silica, glasses, sulfides, clay dan mica, garam
atau bahan organis.
Tanda –tanda bahwa beton mengalami proses pelapukan
karena pengaruh kimia adalah :
- terjadi pengembangan pada beton
- terjadi retak-retak yang menyeluurh di semua atau
sebagian besar tempat
- pelapukan sedikit demi sedikit, atau rontok sedikit
demi sedikit
- permukaan beton kelihatan kotor dan dalam beton
kemungkinan timbul kelebihan udara / gelembung-
gelembung udara
- porositas besar
Selain kelapukan beton akibat dari material betonnya sendiri.
Kelapukan beton bisa juga akibat dari pengaruh kontak bahan
kimia dari sekeliling daerah beton itu. Hal ini terjadi missal pada
beton yang digunakan di laut, di dalam tanah yang agresif, dsb.
Pengaruh bahan kimia perlu dicegah kelapukannya, agar beton
mempunyai ketahanan terhadap bahan tersebut. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sbb. :
- penggunaan agregat yang tepat ( gradasi,
kekerasan, bila perlu dikirim ke laboratorium untuk
penyelidikan seperlunya ).
- Homoginitas beton dijaga
- Penggunaan f.a.s yang optimum
- Penggunaan air yang seminimum mungkin
- Pemilihan type semen yang harus disesuaikan
dengan fungsi dari pengaruh agresive lokasi dimana
konstruksi beton dibangun
- Pemadatan yang baik
- Bila perlu menggunakan bahan adhesive yang bias
membuat atau menambah kekedapan beton dan
ketahanan beton terhadap sulfat.
58
5.6.3. Ketahanan Terhadap Erosi.
Kerusakan permukaan beton pada umumnya disebabkan
karena pengaruh-pengaruh gosokan atau tumbukan bahan-bahan
dari luar. Misalnya pada saluran atau bangunan yang
menyalurkan / mengalirkan air. Kerusakan permukaan beton
disebabkan oleh arus air yang membawa material kecil-kecil atau
oleh karena kekuatan tumbukan air ( ombak ). Air mengalir dapat
merusak beton akibat adanya turbulensi. Karena air mengandung
CO2 yang lambat laun akan memperbesar rongga-rongga pada
permukaan beton.
Pada jalan yang terbuat dari beton, kerusakan permukaan
betonnya disebabkan pengaruh tumbukan atau geseran dari
roda-roda kendaraan yang melaluinya. Kerusakan permukaan
beton juga bisa karena hembusan angin yang cukup kuat dan
kontinue. Angin, mempercepat pengeringan permukaan beton
yang mengakibatkan retakan dan menurunkan keawetan. Selain
itu, kerusakan permukaan juga dapat disebabkan karena
kekuatan arus yang ditimbulkan oleh aliran salju.
Untuk mengurangi pengaruh erosi, atau untuk menambah /
membuat beton agar mempunyai ketahanan ini maka perlu
adanya pertimbangan-pertimbangan sbb. :
- Bentuk konstruksi dibuat sedemikian rupa,
sehingga bisa mengurangi pengaruh kekuatan
geseran, tumbukan yang terjadi pada konstruksi
tersebut.
- Perbandingan campuran bahan beton yang baik,
sesuai dengan fungsi pemakaiannya.
- Buat beton yang homogin dengan pemadatan yang
baik.
- Finishing permukaan beton yang baik.
- Kematangan dan perawatan beton yang sempurna
59
- Hindari pengeringan beton yang terlalu cepat.
- Mutu / kualitas beton cukup baik
- Pemeliharaan yang menerus.
Langkah-langkah untuk memperoleh durability beton secara
umum bias dengan pembatasan jumlah semen minimum dan
dengan pembatasan factor air semen maksimum ( tabel 5.6.1 ).
Jumlah semen min. per m3 beton (kg)
Nilai f.a.s
maks.Beton di daalm ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosifb. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton di luar bangunan :a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsungb. Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah :a. Mengalami keadaan basah kering berganti-
gantib. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah
atau air tanah
Beton yang kontinyu berhubungan denan air :a. air tawarb. air laut
275325
325
275
325
375
275375
0,600.52
0,60
0,60
0,55
0,52
0,570,52
Tabel 5.6.1. Jumlah semen minimum dan nilai factor air semen maksimum.
Selain persyaratan tersebut juga disyaratkan bahan-bahan
beton sendiri harus keras,mempunyai permukaan yang kasar dan
tak pipih dan penggunaan diameter agregat sebesar besarnya
( ideal 40 mm ).
Dan juga agregat harus mempunyai sifat permeability yang baik
( sukar ditembus air).
- Curing atau perawatan minimum 2 minggu.
- Pemadatan cukup.
60
- Penggunaan bahan adhesive yang bias
meningkatkan durability beton .
- Pemilihan type semen yang sesuai dsb.
5.7. SUSUT BETON.
Penyusutan adalah perpendekan akibat mongering dan proses
kimia phisik pasta semen sekeliling bahan pengisi yang terjadi
pada waktu beton mengeras. Besartnya susut beton pada ketiga
arah dimensi kira-kira sama. Penyusutan adalah suatu gejala
yang sulit dipelajari. Sebagaimana diketahui, gejala susut dan
creep ini pada suatu konstruksi beton pratekan menjadi
bersamaan. Besarnya penyusutan merupakan suatu fungsi dari
waktu. Elemen konstruksi beton kecil menyusut lebih cepat dan
lebih banyak dari pada elemen besar, karena pengeringannya
lebih cepat.. Elemen beton yang besar mencapai kokoh beton
yang lumayan lebih dahulu sebelum banyak mengering, karena
itu penyusutan menjadi lebih kecil. Sebelum mempelajari
pemakaian rumus-rumus praltis, sebaiknya mewndapat bayangan
lebih dahulu akan factor-faktor yang mempengaruhi besarnya
penyusutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan :
a. S e m e n.
Belum ada angka-angka yang pasti yang menunjukkan
bagaimana pengaruh susunan kimia dan kehalusan terhadap
poenyusutan ini. Hanya dapat dilihat dari hasil-hasil penyelidikan,
bahwa makin lembut makin besar terjadinya pecah-pecah.
Selanjutnya orang Purtugal membuktikan bahwa peningkatan
kadar tricalcium aluminat (C3A) dapat pula memperbesar
61
kemungkinan pecah-pecah, tetapi ditunjukkan pula bahwa butir-
butir semen yang sangat lembut, proses pengerasannya dan juga
kekuatannya kemungkinan pecah tidak terjadi.
b. Faktor air semen
Semakin besar f.a.s, semakin besar pula penyusutannya.
Sedapatnya pemakaian f.a.s yang besar harus dihindarkan
karena akan lebih banyak membawa kerugian daripada
keuntungannya, seperti : kekuatan turun, creep besar,
kekedapan berkurang.
c. Bahan pengisi.
Penyelidikan menunjukkan bahwa butir-butir bahan pengisi yang
besar-besar dapat mengurangi penyusutan. Butir-butir ini
menghaklangi penyusutan semen pasta yang membalutnya.
d. Susunan campuran dari bahan pengisi .
Juga penyelidikan menunjukkan bahwa bahan pengisi beton yang
mempunyai modulus kehalusan besar, akan mempunyai nilai
penyusutan kecil.
e. Perbandingan antara pasta semen dan bahan pengisi .
Bila bahan pengisi beton lebih banyak dibandingkan pasta
semennya, akan mempunyai nilai susut lebih kecil.
f. Intensitas pengadukan .
Makin homogin pengadukan, akan membuat hasil baik pada
kekuatan beton, kedap air, penyusutan dan creep kecil.
g. Kelembaban udara dan umur
h. Ukuran dan bentuk konstruksi .
62
Sebagaimana dijelaskan di depan, ukuran konstruksi sangat
mempengaruhi besar penyusutan bagian konstruksi yang
ditinjau. Jelas bahwa konstruksi beton ringan gampang sekali
mengering dibandingkan badan beton yang massif.
5.8. KEKEDAPAN BETON ( WATERTIGHTNESS ).
Kekedapan beton ialah ketahanan beton terhadap
merembesnya air ( penetrasi ) ke dalam celah-celah yang
terdapat dalam spesi beton. Untuk membuat beton yang kedap
air ini sangatlah sulit sebab material-material dari beton sendiri
( semen, pasir, kerikil, batu pecah ) bukan merupakan bahan
yang tak dapat ditembus air ( impermeabled material ). Jadi yang
dimaksud beton kedap air adalah beton yang mempunyai angka
permeability tertentu, sehingga untuk menembus lapisan beton
tsb. Memerlukan waktu yang panjang.
Permeability ( cm/sec ) sangat tergantung pada porositas
material yang dipakai untuk membuat beton. Selain itu cacat
beton seperti retak-retak, beton kurang pemadatan, spesi beton
yang bleeding, segregation, kekuarang lekatan antara agregat
dan pasta semen, semuanya ini bias mempengaruhi sifat
kekedapan beton. Oleh karena itu untuk membuat beton yang
mempunyai sifat kedap air, harus memperhatikan :
penggunaan atau f.a.s serendah mungkin ( 0,4 –
0,6)
homoginitas
curing yang baik tergantung type semen yang
digunakan
agregat yang tepat, diameter maksimum agregat
kasar 30 mm
agregat halus yang lolos 0,25 mm 15% jumlah
pasir
63
agregat yang mempunyai koeffisien permeability
sama dengan semen
konsistensi beton sebaiknya plastis dan stabil
kemungkinan penggunaan ultra fine semen
Portland untuk menambah kekedapan beton
penggunaan waterproofing admixture yang umum
dan sudah diketahui spesifikasi dan cara
penggunaannya
dipergunakan tutup permukaan yang tipis seperti
aspaltic emulsion, cement plaster, paraffin atau
silicone yang dicampur dengan cairan solvent
tebal setiap lapisan beton yang dicor tidak
melampaui 40 cm.
5.9. KEMATANGAN ( MATURITY ) BETON.
Di atas telah dikemukakan bahwa kekuatan beton dipengaruhi
oleh umur dan suhu. Maka dapat dikaytakan pula bahwa
kekuatan beton merupakan fungsi dari jumlah waktu dan suhu.
Keadaan ini disebut “Kematangan “ atau ”Maturity”. Suhu untuk
ini dihitung mulai dari suhu-12 C (Neville) atau10 C (Saul);
dimana diatas suhu tersebut,parttikel semen portland baru mulai
menunjukan adanya pengembangan pengerasan .
Kematangan atau maturity .diukur dalam C jam atau C hari.
Makin besar nilai kematangan (maturity) makin tinggi kekuatan
betonnya. Dari grafik 5.9.1. terlihat bahwa kekuatan beton yang
susunan campurannya sama tetapi kematangannya berbeda,
dapat diperkirakan.
Apabila maturity beton sudah dapat diketahui, maka
pengerasan beton dapat dipercepat dengan menaikkan suhu
pengerasan. Berdasar teori ini.maka kini untuk mempercepat
produksi unsur-unsur bangunan dari beton, banyak dilakukan
64
dengan cara pengerasan dipercepat, baik dengan uap panas
tekanan rendah atau uap panas tekanan tinggi.
Grafik 5.9.1. Hubungan kuat tekan beton dan kematangan.
5.10. KELELAHAN.
Apabila beton mendapat beban berganti-ganti terus menerus,
maka beton akan cepat rusak. Kerusakan ini disebut kelelahan
( fatigue ). Cepat atau lambatnya beton mencapai kelelahannya
tergantung antara lain pada besar atau kecilnya beban berganti
yang mempengaruhinya. Serta jumlah frekwensi pembebanan
itu.
Secara umum apabila perbandingan antara beban terendah
( tegangan terendah, di atas beban mati dan beban hidup yang
sifatnya tetap ) dengan tegangan tertinggi makin kecil. Atau
65
sebaliknya tegangan tertinggi / tegangan terendah makin besar,
maka kelelahan akan makin cepat terjadi. Oleh karena itu dalam
memilih tegangan tertinggi dalam pemakaian perlu hati-hati.
Selama tegangan tertinggi yang diijinkan dqalam pemakaian
tidak dilampaui, pada umumnya beton masih tahan terhadap
kelelahan.
Siklis naik turunnya beban pada umumnya berkisar sekitar
10 C pada amplitudo yang tetap. Tetapi sebenarnya kelelahan
yang akan terjadi pada beton sukar untuk diperkirakan. Kecuali
apabila perbandingan besarnya beban ijin dan beban terendah
terlalu besar, atau batas kekuatannya dilampaui.
6. PENGUJIAN BETON KERAS.
Pengujian beton merupakan unsur pengawasan pada
pekerjaan beton. Tujuannya untuk mengendalikan mutu beton,
apakah beton yang telah dikerjakan itu memenuhi persyaratan
yang direncanakan.
Cara pengujian beton keras dikelompokkan menjadu dua, yaitu :
Cara pengujian merusak / destructive (benda ujinya dirusak,
tidak dapat dipakai lagi) dan
Cara pengujian tidak merusak /non-destructive (NDT). Dengan
cara ini benda uji masih bisa dipergunakan lagi.
Kedua cara tersebut masing-masing ada keuntungan dan
kerugiannya. Pelaksanaannya tergantung dari kepentingan
pengujian itu sendiri serta kelengkapan alat ujinya.
6.1. PENGUJIAN TIDAK MERUSAK (NON-DESTRUCTIVE
TESTS).
66
Secara umum hasil uji tak merusak hanyalah memberikan
indikasi saja pada sifat mekanis beton yang diuji. Maka atas hasil
uji itu perlu diadakan kesepakatan bersama antara pihak-pihak
yang terkait.
a. Pengujian Dengan Rebound Hammer .
Alat yang umum dipakai adalah pemukul beton. Kini banyak
dipasarkan dengan nama Schmidt Hammer. Beton yang akan
diuji dengan alat ini permukaannya harus kering dan rata, tidak
boleh ada bagian plesteran yang melekat padanya.
Keuntungannya :
- sangat mudah dilakukan di lapangan, alatnya
ringan.
- dapat dilakukan dengan cepat
- bila tersedia benda uji pembanding yang sesuai
dengan beton yang diuji, akan memberikan
gambaran mutu beton yang lebih baik.
Kekurangannya :
- karena yang dipukul dengan alat ini permukaan
beton, maka hasilnya cukup terbatas cakupannya.
- cara pemakaian harus mengikuti aturan pakai yang
berlaku ( cara memukul, perawatan dan peneraan
alat )
b. Menggunakan Alat Ultrasonic .
Nama alatnya Pundit ( Pulse Ultrasonic Non Destructive Indirect
Testing ). Penggunaan alat ini makin luas karena dapat dilakukan
dengan cepat di lapangan, dan hasilnya dianggap lebih baik
daripada hasil Test Hammer. Prinsip pengujiaan alat ini ialah
mengukur kecepatan lintasan gelombang suara melalui beton,
pada jarak yang diketahui. Bila beton makin padat, makin cepat
waktu yang diperlukan untuk melintasnya gelombang suara itu.
67
Hasilnya akan lebih baik lagi apabila pengukuran dengan alat ini
disertai dengan pengukuran beton pembanding yang sifatnya
sama dengan beton yang diuji.
Keuntungan :
- mudah dilakukan di lapangan, dapat dipakai untuk
berbagai jenis beton serta berbagai ketebalan
beton
- alatnya ringan, portable
- dapat mendeteksi keadaan di dalam beton,
misalnya ada keropos atau retakan.
- dengan operator yang berpengalaman dapat
diperoleh hasil yang cukup teliti.
Kekurangan :
- perlu operator yang mempunyai pengalaman dan
perlu pula ada beton pembanding yang sifatnya
sama seperti yang diuji.
- sifat kekeringan beton yang diuji harus sama
- beton yang tulangannya rapat, sering mengganggu
hasil pengujian.
c. Pemotretan Bagian Dalam Beton.
Untuk mengetahui secara visual bagaimanakah keadaan bagian
dalam beton. Dapat dilakukan dengan memotret pakai sinar
tembus, sebagaimana sinar tembus untuk manusia. Hanya untuk
beton diperlukan sumber sinar yang lebih kuat fari sinar x, yaitu
dengan menggunakan sinar gamma. Penggunaan alat ini ada
bahayanya, karena sinar gamma bersifat radioaktip. Pemotretan
agak lambat (untuk beton tebal ). Sumber energinya mahal dan
memerlukan operator khusus. Pengoperasian alat ini perlu ijin
dari Batan.
d. Analisa Penguraian Campuran Beton .
68
Cara ini dilakukan hanya bila diperlukan, untuk mengetahui
bagaimana perbandingan campuran beton itu. Cara yang umum
dipakai ialah dengan mengurai beton itu secara kimia. Dengan
cara itu dapat diketahui berapa kadar semennya, kadar agregat,
dan f.a.s beton. Dapat juga dilakukan cara mekanis, yaitu
dengan menghitung jumlah butir agregat, butir rongga dan kadar
semennya, menggunakan microscope dengan pembesaran 200
kali.
6.2. PENGUJIAN DENGAN CARA MERUSAK. (DESTRUCTIVE
TESTS).
Secara umum hasil pengujian dengan cara merusak akan
memberikan sifat nyata dari betonnya. Cara uji merusak cukup
banyak, tetapi beberapa cara yang biasa dilakukan adalah sbb. :
a. Membuat Benda Uji Selama Pekerjaan Beton Berlangsung .
Cara ini umum dilakukan dan merupakan keharusan, sebagai
salah satu unsur pengawasan. Selama pekerjaan beton
berlangsung, setiap hari perlu dibuat benda uji untuk mengetahui
kuat tekan beton atau sifat lainnya ( kuat lentur, kuat tarik,
modulus elastisitas, daya lekat tulangan, waktu ikat awal, dll. ).
Setiap peraturan beton mencantumkan ketentuan tersebut, yang
harus dilakukan baik oleh Pelaksana atau oleh Pengawas. Dalam
Peraturan Beton Indonesia’71, tercantum dalam pasal 4.9.
Sedangkan dalam Pedoman Beton 1989, tercantum di dalam
pasal 4.7.
b. Cara Uji Pembebanan Pada Konstruksi .
Cara uji ini dilakukan apabila hasil cara uji menurut point a di
atas meragukan atau terdapat hal-hal yang menyimpang.
Misalnya terjadi kerusakan pada konstruksi beton yang telah
69
mengeras. Cara uji pembebanan pada konstruksi yang telah jadi
dapat dilihat dalam PBI’71 pasal 21 dan pada Pedoman Beton
1989 pasal 20. Keuntungan nya :
Memberikan hasil nyata dari konstruksi terhadap beban yang
dapat ditanggung.
Kerugiannya :
- tidak selalu dapat dilakukan
- pelaksanaannya lama dan biayanya tinggi
- konstruksi yang diuji dapat rusak dan tidak dapat
dipakai lagi.
c. Cara Uji Dengan Mengambil Contoh Beton Keras.
Caranya dengan mengebor atau memotong beton. Cara ini
merupakan cara uji yang lebih baik daripada yang tersebut
terdahulu, karena bila tempat yang dipotong atau dibor cukup
aman maka konstruksi yang diambil betonnya masih dapat
dipakai. Pada umumnya cara uji dengan mengebor beton banyak
dilakukan, karena pelaksanaannya lebih mudah. Untuk ini harus
dipakai alat bor beton dengan garis tengah minimum 100 mm.
Bila besar butir agregatnya lebih besar dari 40 mm atau lebih,
dipakai alat bor dengan garis tengah 15 cm. Hasil uji dengan
pengeboran beton ini, memberikan gambaran yang sebenarnya
mengenai mutuatau kuat tekan beton yang ada di konstruksi.
Caranya dapat dilihat pada ASTM 42-77 atau Publikasi dari
Concrete Society Technical Report No. 11-1976
7. TINDAKAN TINDAKAN YANG DIAMBIL APABILA HASIL PEMERIKSAAN BENDA UJI MENUNJUKKAN MUTU BETON YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT.
1) Apabila dari hasil pemeriksaan benda-benda uji seperti
diuraikan dalam pasal 4.7 PBI 1971 ternyata kekuatan beton
karakteristik yang disyaratkan tridak tercapai, maka apabila
70
pengecoran beton belum selesai, pengecoran tersebut segera
harus dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan
percobaan non destruktif pada bagian konstruksi yang
diragukan kekuatan betonnya. Pemeriksaan dilakukan untuk
mengetahui kekuatan yang benar-benar terjadi pada beton
keras. Untuk itu dapat dilakukan pengujian mutu dengan palu
beton atau dapat diperiksa dengan melalui benda-benda uji
yang diambil (dibor) dari bagian konstruksi yang sudah jadi.
Pada percobaan palu beton, sebelum dipakai alatnya harus
dikalibrasikan terlebih dahulu dan disetujui oleh Pengawas
Ahli. Pada pengambilan benda uji dengan cara dibor, maka
pengambilan tersebut harus sedemikian hingga daya dukung
dari bagian konstruksi tersebut tidak terlalu dipengaruhi.
Tempat-tempat pengambilan dari benda-benda uji tersebut
harus disetujui oleh Pengawas Ahli. Apabila dari percobaan-
percobaan ini diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton
karakteristik yang minimal adalah ekivalen dengan 80% dari
nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang disyaratkan
untuk bagian konstruksi itu, maka bagian konstruksi tersebut
dapat dianggap memenuhi syarat dan pengecoran beton yang
dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Apabila dari percobaan-
percobaan ini diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton
karakteristik yang tidak memenuhi syarat di atas, dan
kemudian tidak diadakan percobaan beban seperti ditentukan
dalam ayat no. (2), maka berlaku ayat no (3).
2) Apabila dari hasil percobaan non destruktif yang ditentukan
dalam ayat (1) diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton
karakteristik yang tidak memenuhi syarat sebagaimana
ditentukan dalam ayat (1), maka dianjurkan untuk
mengadakan percobaan pembebanan langsung. Percobaan ini
harus dilakukan dengan penuh keahlian menurut ketentuan
yang ada. Apabila dari percobaan ini diperoleh suatu nilai
71
kekuatan tekan beton karakteristik yang minimal adalah
ekivalen dengan 70% dari nilai kekuatan tekan beton
karakteristik yang disyaratkan untuk bagian konstruksi itu,
maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi
syarat dan pengecoran beton yang dihentikan dapat
dilanjutkan kembali. Apabila dari percobaan ini diperoleh mutu
nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang tidak memenuhi
syarat di atas maka berklaku ayat (3).
3) Apabila dari hasil percobaan-percobaan non-destruktif
diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang
tidak memenuhi syarat yang ditentukan dalam ayat (1) dan
(2), maka bagian konstruksi yang bersangkurttan hanya dapat
dipertahankan dan pengecoran yang dihentikan dapat
dilanjutkan kembali, bila kekuatan tekan beton yang
sesungguhnya menurut hasil percobaan non-destruktif benar-
benar dapat dipenuhi dengan salah satu atau kedua tindakan
berikut dengan memperhatikan pasal 10.1. ayat 6 PBI 1971 :
mengadakan perubahan-perubahan pada rencana
semula sehingga pengaruh beban pada bagian
konstruksi tersebut dapat dikurangi.
Mengadakan penguatan-penguatan pada konstruksi
semula yang dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila kedua tindakan di atas tidak dapat dilaksanakan, maka
dengan perintah dari Pengawas Ahli, pelaksana segera
membongkar beton dari konstruksi tersebut.
72
TEKNOLOGI BETON
Sumardi K.
Jul Endawati
73
Laboratorium Uji Bahan
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
74